Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

Disusun Oleh:

Andreas Anindito Hermawan

112017158

Dokter Penguji:

dr. Elly Ingkiriwang Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA


PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

1
I. IDENTITAS PASIEN :

Nama (inisial) : Tn. U

Tempat & tanggal lahir :Jakarta, 07 Agustus 1987

Usia : 32 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat : Cakung

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Anmanesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13 Mei 2019 pukul 14.00 WIB

A. KELUHAN UTAMA
Pasien dijemput oleh petugas panti karena dilaporkan oleh keluarga mengamuk
dirumah.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Sekitar 2 tahun yang lalu, pasien dibawa oleh petugas panti karena dilaporkan oleh
keluarganya mengamuk dirumah. Pasien mengatakan bahwa ia mengamuk karena
marah. Marah terjadi dengan memukul kaca rumah sehingga menyebabkan tangan
kanan terluka. Hal ini terjadi karena refleks saja. Pasien mengatakan bahwa refleks
tersebut terjadi begitu saja ketika keadaannya sedang sakit. Pasien mengatakan bahwa
sebelum sakit tidak pernah marah-marah seperti ini. Marah pasien ini juga pernah
terjadi dengan membanting TV dirumah. Pasien mengatakan bahwa sakit yang

2
dideritanya adalah sakit lemas. Keluhan seperti demam, mual, muntah, sakit kepala,
trauma kepala disangkal oleh pasien. Pasien mengatakan bahwa sakit lemasnya ini
terjadi karena malas makan. Pasien juga mengataka bahwa tidak merasakan lapar sama
sekali. Keluhan sakit lemas dirasakan sejak sekitar tahun 2010. Pasien lupa secara jelas
awal terjadinya penyakit ini.
Sewaktu SMP pasien mengatakan bahwa dia sudah merokok dan meminum-
minuman yang mengandung alkhol serta mengkonsumsi ganja. Hal ini dilakukan setiap
hari. Ganja didapatkan dari temannya. Pasien juga mengatakan mengkonsumsi ganja
agar kuat ketika tawuran. Sewaktu SMP pasien sering tawuran. Ketika SMA pasien
mengatakan bahwa ia jarang masuk karena lebih sering bermain dengan temannya yang
tidak bersekolah. Pada saat SMA pasien sering merokok dan meminum-minuman yang
mengandung alkohol, serta ganja bersama teman-temannya. Pasien mengatakan bahwa
ia sering begadang sehingga sering mengantuk saat disekolah. Pasien mengatakan
bahwa dia tidak lulus karena tidak masuk saat ujian. Pasien tinggal bersama dengan
nenek di subang dan ayah ibunya berada di cakung Jakarta. Ketika tidak lulus SMA
pasien kembali ke Cakung bersama ayah dan ibunya. Di Jakarta pasien sempat bekerja
sebagai kernet truck dan berlangsung hanya 1 minggu saja. Dari hasil kernet truck
tersebut pasien mendapatkan penghasilan sebesar 50 ribu. Kemudian pasien keluar dari
pekerjaannya karena terlalu berat bagi pasien tersebut. Setelah keluar dari pekerjaannya
pasien menganggur dirumah dan hanya bertugas membantu ibunya memasak untuk
adik-adiknya. Sejak pindah ke Cakung, Jakarta; pasien berhenti menggunakan ganja
tetapi masih mengkonsumsi rokok.
Pada tahun 2016 pasien dijemput oleh petugas panti sosial ikhfa di daerah Jakarta
Timur. Di panti tersebut pasien menetap selama 6 bulan kemudian dipindahkan ke panti
sosial bina laras harapan sentosa 3 dan sempat tinggal selama 4 bulan. Setelah itu
pasien dijemput oleh keluarganya yaitu ibu dan adiknya pulang. Pasien mengatakan
bahwa dirumah sudah 3-4 minggu, selama dirumah pasien sempat bekerja sebagai
pengarak ondel-ondel bersama adik perempuannya dan teman adik perempuannya.
Pasien mendapatkan uang 50 ribu dalam 1 hari dan digunakan untuk membeli rokok
dan makan. Pasien sering kontrol ke panti bina laras harapan sentosa 3 sebanyak 3 kali

3
dengan 1 kali disetiap minggunya. Pada minggu ke 3 ia kontrol, pasien mengatakan
bahwa adiknya menitipkan dia ke panti bina laras harapan sentosa 3. Kemudian pasien
dipindahkan ke panti bina laras harapan sentosa di cipayung dan menetap selama 1
tahun. Kemudian dipindahkan ke panti bina laras harapan sentosa di cengkareng dan
menetap selama 3 bulan. Dan akhirnya pada tahun 2018 dipindahkan ke panti sosial
bina laras harapan sentosa 3 dan sudah menetap selama 6 bulan.

RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA


1. Gangguan psikiatrik
Pasien mengatakan bahwa ia marah-marah yang terjadi ketika sakit lemas yang
dideritanya sejak tahun 2010

2. Riwayat gangguan medic


Pasien mengatakan tidak pernah mengalami trauma kepala, dan epilepsi, penyakit
seperti demam, kejang, kencing manis dan darah tinggi pun disangkal oleh pasien

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif


Pada waktu SMP pasien mengatakan bahwa ia merokok, meminum-minuman yang
mengandung alkohol, dan ganja. Pasien mengatakan bahwa mengkonsumsi ganja
dilakukan setiap hari terutama ketika ingin tawuran. Penggunaan ganja dilakukan
dengan melinting ganja seperti rokok. Penggunaan zat ini terus berlanjut hingga
pasien SMA

4
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Pasien merasa sedih karena Pasien dibawa ke panti Ikhfa di


tidak lulus SMA pada tahun Jakarta timur karena marah-
2005. Pasien masih merokok, marah dan sakit lemes. Pasien
minum-minuman yang memecahkan kaca jendela
mengandung alkohol, dan rumah, karena refleks saat sakit
menggunakan ganja. Pasien lemas tersebut. Pasien berada di
sering bolos sekolah karena panti selama 6 bulan. Pasien
lebih tertarik main dengan teman dipindahkan ke PSBLHS 3 dan
yang tidak sekolah. tinggal selama 4 bulan.

SMA 2016

SMP SMA 2009-2010 2016 2017-Saat ini

Pasien tinggal Pasien pernah bekerja di Pasien sempat pulang kerumah


disubang bersama tanjung priok sebagai kernet selama 3-4 minggu kemudian dibawa
dengan neneknya. selama 1 minggu kemudian kembali ke panti oleh adiknya karena
Pasien merokok dan dia berhenti karena malas sakit lemas dan mengamuk kambuh
senang minum- dan pekerjaanya terlalu
saat tidak mengambil obat dipanti.
minuman yang berat. Pasien kembali ke
Pasien dipindahkan ke panti yang
mengandung alcohol cakung, pasien juga mulai
serta mengkonsumsi mengeluh sakit lemas dan berada dicipayung selama 1 tahun.
ganja. Pasien juga malas makan serta mulai Kemudian dipindahkan ke
sering mengikuti marah-marah dengan cengakreng selama 6 bulan,
tawuran memecahkan TV. kemudain dipindahkan ke PSBLHS 3
sampai saat ini.

C. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat perkembangan fisik:
Pasien mengatakan pasien merupakan anak ketiga dari sembilan bersaudara
2. Riwayat perkembangan kepribadian
5
a. Masa kanak-kanak (0-11 tahun):
Pasien dapat berinteraksi dan berkomunikasi baik dengan keluarga, dan pasien
dapat bermain dengan teman-teman sebayanya.
b. Masa Remaja (12-18 tahun):
Pada usia ini pasien sudah mulai menggunakan NAPZA seperti ganja, merokok
dan minum-minuman yang mengandung alkohol. Pasien juga pernah tawuran
bersama teman-temannya.
c. Masa Dewasa (>18 tahun):
Pasien pernah bekerja sebagai kernet selama 1 minggu, selain itu pasien juga
pernah bekerja sebagai pengarak ondel-ondel selama 1 minggu
3. Riwayat pendidikan
 SD : Tamat sesuai waktu
 SMP : Tamat sesuai waktu
 SMA: Tidak Tamat.
4. Riwayat pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai kernet selama 1 minggu, kemudian keluar karena
merasa pekerjaannya terlalu berat dan malas. Selain itu pasien juga pernah bekerja
sebagai pengarak ondel-ondel selama 1 minggu kemudian berhenti karena malas
dan terlalu melelahkan.
5. Kehidupan beragama
Pasien beragama Islam, pasien mengatakan bahwa ia jarang sholat karena masjid
ramai.
6. Kehidupan sosial dan perkawinan
Sewaktu SMP dan SMA pasien bergaul dengan teman-teman yang tidak
bersekolah, sehingga sangat berpengaruh terhadap pendidikan pasien. Pasien
belum menikah dan masih tinggal bersama kedua orang tuanya.
7. Riwayat kehidupan sosial sekarang
Pasien merupakan warga bina sosial di Panti Sosial Bina Laras Harapan sejak 6
bulan yang lalu.

6
8. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Pasien mengaku tidak ada
riwayat gangguan jiwa ataupun penggunaan zat terlarang pada keluarga. Kakak
pertama yang berjenis kelamin laki-laki telah meniggal karena penyakitnya.
Sedangkan ke 9 meninggal saat dalam kandungan.

Gambar pohon keluarga

Pasien Laki-Laki Perempuan Laki-laki yang sudah meninggal

III. STATUS MENTAL


A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan Umum
Pasien seorang laki-laki berusia 32 tahun, dengan postur tubuh normal, tampak tenang,
warna kulit sawo matang, menggunakan pakaian seragam warga panti sosial bina laras
Harapan 3 berwarna biru dengan celana panjang berwarna biru, dan tidak mengenakan alas
kaki. Terdapat 1 buah bekas luka pada lengan bawah kanan. Pasien mengatakan luka
tersebut bekas marahnya ketika dia sakit lemas. Dan terdapat bekas penyakit kulit di
sepanjang lengan baik lengan kiri dan kanan. Tidak terdapat alopecia pada pasien ini.

7
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : Compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik : Tidak tampak terganggu

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotorik


a. Sebelum wawancara : Pasien tampak tenang dan mengikuti acara.
b. Selama wawancara : Pasien duduk tenang, aktif bercerita, kooperatif.
c. Setelah wawancara : Pasien kembali pada aktivitas, menikmati acara.

4. Sikap terhadap Pemeriksa


Pasien bersikap kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan yang ditanyakan.

5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Spontan, jelas, lancar dan volume cukup.
b. Gangguan berbicara : Tidak terdapat gangguan dalam berbicara.

B. ALAM PERASAAN (EMOSI)


1. Suasana perasaan (mood) : Eutim
2. Afek ekspresi afektif
a. Arus : Normal
b. Stabilisasi : Stabil
c. Kedalaman : Dalam batas normal
d. Skala diferensiasi : Menyempit
e. Keserasian : Serasi
f. Pengendalian : Kuat
g. Ekspresi : Datar
h. Dramatisasi : Tidak ada
i. Empati : Baik

8
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : Tidak ada halusinasi
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada

D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)


a. Taraf pendidikan : Sesuai dengan tingkat pendidikan
b. Pengetahuan umum : Cukup
c. Kecerdasan : Sesuai dengan tingkat pendidikan
d. Konsentrasi : Baik
e. Perhatian : Baik
f. Orientasi
o Waktu : Baik (Pasien dapat menyebutkan hari, tanggal, bulan dan tahun saat itu
dengan benar).
o Tempat :Baik (Pasien tahu tempat sekarang dimana ia berada dan dirawat).
o Orang :Baik (Pasien mengetahui sedang diwawancara oleh dokter muda).
o Situasi :Baik.
g. Daya ingat
 Jangka panjang : Baik ( Pasien dapat mengingat masa sekolah pasien).
 Jangka pendek : Baik (Pasien dapat menyebutkan nama dokter muda yang
bertanya kepada pasien).
 Segera : Baik (Pasien dapat mengulang angka yang disebutkan).
h. Pikiran abstraktif : Baik ( pasien dapat membedakan pena dan kertas)
i. Visuospasial : Baik (pasien dapat menggambar jarum jam)
j. Bakat kreatif : Tidak dilakukan
k. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik (pasien mau makan, mandi, dan
berpakaian sendiri).

9
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
- Produktivitas : miskin ide
- Kontinuitas : koheren
- Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
- Preokupasi dalam pikiran : Tidak ada
- Waham : Tidak ada
- Obsesi : Tidak ada
- Fobia : Tidak ada
- Gagasan rujukan : Tidak ada
- Gagasan pengaruh : Tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS
Saat dilakukan pemeriksaan baik (pasien masih bisa mengontrol emosinya).

G. DAYA NILAI
- Daya nilai sosial : Baik
- Uji daya nilai : Baik
- Daya nilai realitas : Baik

H. TILIKAN
Tilikan derajat 1 : pasien tidak menyadari bahwa dirinya sakit. Hal ini didapat dari pasien
yang tidak mengetahui mengapa dirinya berada dipanti, yang dia ketahui dititipkan oleh
adiknya untuk membantu teman-teman dipanti untuk berobat.

I. RELIABILITAS
Baik

10
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum : Tidak tampak sakit
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan Darah : Tidak dilakukan
4. Nadi : Tidak dilakukan
5. Frekuensi pernapasan : Tidak dilakukan
6. Bentuk tubuh : Normal
7. Sistem kardiovaskular : Tidak dilakukan
8. Sistem respiratorius :Tidak dilakukan
9. Sistem gastro-intestinal : Tidak dilakukan
10. Sistem musculo-skeletal : Tidak dilakukan
11. Sistem urogenital : Tidak dilakukan

B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial (I-XII) : Dalam batas normal
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
Refleks fisiologis : Tidak dilakukan
Refleks patologis : Tidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Tn. U berusia 32 tahun, dibawa ke Panti sosial ikhfa di daerah Jakarta Timur oleh
Petugas Panti karena dilaporkan oleh keluarganya mengamuk dirumah. Pasien
mengatakan bahwa ia mengamuk karena marah. Marah terjadi dengan memukul kaca
rumah sehingga menyebabkan tangan kanan terluka. Hal ini terjadi karena refleks saja.
Pasien mengatakan bahwa refleks tersebut terjadi begitu saja ketika keadaannya sedang
sakit. Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit tidak pernah marah-marah seperti ini.

11
Marah pasien ini juga pernah terjadi dengan membanting TV dirumah. Pasien
mengatakan bahwa sakit yang dideritanya adalah sakit lemas. Keluhan seperti demam,
mual, muntah, sakit kepala, trauma kepala disangkal oleh pasien. Pasien mengatakan
bahwa sakit lemasnya ini terjadi karena malas makan. Pasien juga mengataka bahwa tidak
merasakan lapar sama sekali. Keluhan sakit lemas dirasakan sejak sekitar tahun 2010.
Pasien lupa secara jelas awal terjadinya penyakit ini.
Sewaktu SMP pasien mengatakan bahwa dia sudah merokok dan meminum-
minuman yang mengandung alkhol serta mengkonsumsi ganja. Hal ini dilakukan setiap
hari. Ganja didapatkan dari temannya. Pasien juga mengatakan mengkonsumsi ganja agar
kuat ketika tawuran. Sewaktu SMP pasien sering tawuran. Ketika SMA pasien
mengatakan bahwa ia jarang masuk karena lebih sering bermain dengan temannya yang
tidak bersekolah. Pada saat SMA pasien sering merokok dan meminum-minuman yang
mengandung alkohol, serta ganja bersama teman-temannya. Pasien mengatakan bahwa ia
sering begadang sehingga sering mengantuk saat disekolah. Pasien mengatakan bahwa
dia tidak lulus karena tidak masuk saat ujian. Pasien tinggal bersama dengan nenek di
subang dan ayah ibunya berada di cakung Jakarta. Ketika tidak lulus SMA pasien kembali
ke Cakung bersama ayah dan ibunya. Di Jakarta pasien sempat bekerja sebagai kernet
truck dan berlangsung hanya 1 minggu saja. Dari hasil kernet truck tersebut pasien
mendapatkan penghasilan sebesar 50 ribu. Kemudian pasien keluar dari pekerjaannya
karena terlalu berat bagi pasien tersebut. Setelah keluar dari pekerjaannya pasien
menganggur dirumah dan hanya bertugas membantu ibunya memasak untuk adik-
adiknya. Sejak pindah ke Cakung, Jakarta; pasien berhenti menggunakan ganja tetapi
masih mengkonsumsi rokok.
Pasien berada dipanti sosial ikhfa di daerah Jakarta Timur dan menetap selama 6
bulan kemudian dipindahkan ke panti sosial bina laras harapan sentosa 3 dan sempat
tinggal selama 4 bulan. Setelah itu pasien dijemput oleh keluarganya yaitu ibu dan
adiknya pulang. Pasien mengatakan bahwa dirumah sudah 3-4 minggu, selama dirumah
pasien sempat bekerja sebagai pengarak ondel-ondel bersama adik perempuannya dan
teman adik perempuannya. Pasien mendapatkan uang 50 ribu dalam 1 hari dan digunakan
untuk membeli rokok dan makan. Pasien sering kontrol ke panti bina laras harapan

12
sentosa 3 sebanyak 3 kali dengan 1 kali disetiap minggunya. Pada minggu ke 3 ia kontrol,
pasien mengatakan bahwa adiknya menitipkan dia ke panti bina laras harapan sentosa 3.
Kemudian pasien dipindahkan ke panti bina laras harapan sentosa di cipayung dan
menetap selama 1 tahun. Kemudian dipindahkan ke panti bina laras harapan sentosa di
cengkareng dan menetap selama 3 bulan. Dan akhirnya pada tahun 2018 dipindahkan ke
panti sosial bina laras harapan sentosa 3 dan sudah menetap selama 6 bulan.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Susunan formulasi diagnostik ini berdasarkan dengan penemuan bermakna dengan
urutan untuk evaluasi multitaksial, seperti berikut :

Aksis I: Gangguan Klinis


 Aksis I:
Berdasarkan iktisar penemuan bermakna, pasien pada kasus ini dapat dinyatakan mengalami:
1. Gangguan jiwa, atas dasar adanya gangguan pada perilaku yang menimbulkan penderitaan
(distress) dan menyebabkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari (hendaya) pada fungsi
psikososial dan pekerjaan.
2. Gangguan jiwa ini termasuk gangguan mental non-organik/GMNO, karena:
 Tidak terdapat adanya gangguan kesadaran neurologik.
 Tidak tampak ada retardasi mental.
 Tidak ada riwayat trauma kepala, maupun penyakit kronis yang dapat menimbulkan
disfungsi.
3. Gangguan kejiwaan ini bukan akibat dari penggunaan zat psikoaktif.
4. Gangguan psikotik dibuktikan dengan adanya:
 Tidak terdapat gangguan seperti halusinasi auditorik dan visual, maupun adanya waham.
5. Gangguan ini termasuk sebagai skizofrenia simpleks karena:
 Tidak terdapat waham, halusinasi atau manifestasi lain tentang adanya suatu episode
psikotik sebelumnya, dan disertai dengan perubahan-perubahan yang bermakna pada
perilaku perorangan, yang bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok,
kemalasan, dan penarikan diri secara sosial.

13
 Terdapat gejala negatif yang lebih menonjol seperti aktivitas yang menurun, dan sikap
pasif.
 Gejala negatif yang terjadi berlangsung secara progresif.

Diagnosis Kerja:

F20.6 Skizofrenia Simpleks, karena pada pasien ditemukan adanya:


 Pasien memiliki tidak memiliki waham maupun halusinasi, ataupun adanya suatu episode
psikotik sebelumnya, dan disertai dengan perubahan pada perilaku, seperti sakit lemas yang
tanpa disertai dengan penurunan kesadaran, keluhan lemas disertai dengan berkurangnya
nafsu makan serta adanya sering marah-marah dengan alasan hanya refleks ketika dia sakit
hal ini berdampak pada kehilangan minat yang mencolok, serta kemalasan dan penarikan
diri secara sosial.

Diagnosis Banding:
F20.5 Skizofrenia Residual
Pada pasien ini lebih dominan gejala negatif, seperti kehilangan minat yang mencolok, kemalasan,
dan penarikan diri secara sosial. Tetapi hal ini dapat disangkal dengan kriteria diagnosis dari
skizofrenia residual yang harus ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau, serta
dalam waktu 1 tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan
halusinasi telah sangat berkurang.
 Aksis II : Tidak ada
 Aksis III : Tidak ada.
 Aksis IV : Pendidikan: pasien tidak lulus SMA karena sering membolos pelajaran.
Ekonomi: Pasien berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga membuat
pasien harus bekerja sendiri. Selain itu pekerjaan yang di dapat oleh
pasien memiliki penghasilan yang rendah.
Peer Group: Pasien bergaul dengan teman-teman yang tidak bersekolah dan sering
minum-minuman yang mengandung alkohol, serta menggunakan ganja.
Selain itu pasien juga pernah tawuran bersama teman-temannya.

14
 Aksis V : Global Assessment of Functioning (GAF) Scale 70-61 beberapa gejala ringan dan
menetap. Disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

 Aksis I :
- Diagnosis kerja : F20.6 Skizofrenia Simpleks
- Diagnosis banding : F20.5 Skizofrenia Residual
 Aksis II : Tidak ada diagnosis.
 Aksis III : Tidak ada diagnosis.
 Aksis IV : Pendidikan: pasien tidak lulus SMA karena sering membolos pelajaran.
Ekonomi: Pasien berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga membuat
pasien harus bekerja sendiri. Selain itu pekerjaan yang di dapat oleh
pasien memiliki penghasilan yang rendah.
Peer Group: Pasien bergaul dengan teman-teman yang tidak bersekolah dan sering
minum-minuman yang mengandung alkohol, serta menggunakan ganja.
 Aksis V : GAF Scale 70-61

IX.DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik : Tidak terdapat.

2.Psikologi/ psikiatrik : Pasien sering marah-marah dirumahnya. Pasien mengatakan bahwa ia


sering marah-marah akibat dari refleks ketika ia sedang menderita
sakit “lemas”nya.

3.Sosial / keluarga : Sewaktu SD sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya yang merantau
di Jakarta, sementara pasien berada di kampung bersama dengan
neneknya untuk melanjutkan sekolahnya. Kemudian pada pergaulan
dengan teman yang tidak bersekolah membuat pasien menjadi pribadi
yang senang merokok, minum-minuman yang mengandung alkohol,
15
menggunakan ganja, tawuran, serta menjadi malas ke sekolah, selain
itu faktor ekonomi keluarga pasien yang kurang baik membuat pasien
mencari nafkah sendiri. Pasien juga

X.PROGNOSIS

 Quo ad vitam : Bonam


 Quo ad functionam : Bonam
 Quo ad sanationam : Bonam

XI.PENATALAKSANAAN

1. Psikofarmaka
Rawat inap
R/Risperidon tab 2mg 3x1

2. Psikoterapi
Psikoterapi suportif
 Pasien dibimbing untuk menceritakan permasalahannya, apa yang menjadi kekhawatiran
pasien kepada terapis, sehingga terapis dapat memberikan problem solving yang baik dan
mengetahui antisipasi pasien dari faktor pencetus.
 Memotivasi pasien supaya minum obat secara teratur.
 Pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada di lingkungan kerja untuk meningkatkan
kepercayaan diri.

Edukasi keluarga

 Edukasi keluarga mengenai penyakit pasien dan menerima kondisi pasien.


 Edukasi bahwa kondisi pasien dapat dibantu dengan mendukung kesembuhan pasien.
 Edukasi bahwa kerja sama keluarga sangat diperlukan dalam memastikan kepatuhan kontrol
dan minum obat.

16
 Memberi pengertian kepada keluarga untuk tetap menghargai pasien seperti orang sehat dan
juga membesarkan hati pasien, memberi pertimbangan-pertimbangan rasional terhadap
berbagai keinginannya.

17

Anda mungkin juga menyukai