Disusun oleh:
Andreas Anindito Hermawan
112017158
Pembimbing
dr. Dini Andriani, Sp.S
Pendahuluan
Pada zaman modern ini gaya hidup perilaku hidup berisih dan sehat masih sulit
diterapkan oleh banyak orang. Hal ini menyebabkan meningkatnya angka kejadian penyakit
seperti stroke. Stroke sendiri merupakan penyakit yang menjadi bagian dari kegawatdaruratan
neurologi yang bersifat akut dan menjadi penyebab kecacatan dan kematian tertinggi di
beberapa negara di dunia.1 (Neurologi FKUI hal 452, pendahuluan baris ke 1)
Menurut WHO tahun 2016, sebanyak 70% Stroke dan 87% kecacatan dan kematian
akibat stroke terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Selama empat dekade
terakhir, insidensi stroke di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah meningkat
lebih dari dua kali lipat. Namun selama beberapa dekade ini, angka kejadian stroke telah
menurun menjadi 42% di negara-negara yang memiliki pendapatan tinggi. Rata-rata, stroke
terjadi 15 tahun sebelumnya dan dan menyebabkan lebih banyak kematian pada - orang yang
tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, jika dibandingkan dengan mereka yang
berada di negara berpenghasilan tinggi.2(Artikel WHO, File Dapus 2)
Di Indonesia, stroke sendiri merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi.
Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2007 stroke di Indonesia mencapai 15,4%. Data ini
berbeda dengan data yang ada di Indonesia Stroke Registry pada tahun 2012 sampai dengan
tahun 2013 mendapatkan data dimana sebanyak 20,3% kematian terjadi pada 48 jam pertama
pascastroke. Kecacatan yang dihasilkan stroke dapat berupa defisit neurologi yang berdampat
pada gangguan emosional dan sosial, tidak hanya bagi penderita stroke saja melainkan
berpengaruh terhadap emosional keluarganya. Kondisi ini diperberat dengan tingginya
serangan stroke berulang, jika faktor risiko dari stroke tidak diatasi dengan baik.1(Neurologi
FKUI hal 452, pendahuluan baris ke 2) Oleh karena itu penting untuk mengetahui stroke lebih
lanjut untuk melakukan pencegahan terjadinya stroke maupun berulangnya stroke.
BAB II
STROKE
Stroke merupakan kumpulan gejala akibat gangguan fungsi otak akut baik fokal maupun
global yang mendadak, disebabkan oleh berkurang atau hilangnya aliran darah pada parenkim
otak, retina, atau medulla spinalis yang dapat disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya
pembuluh darah arteri maupun vena yang dibuktikan dengan pemeriksaan pencitraan otak dan
atau pemeriksaan patologi.1(Neurologi FKUI hal 458, Gejala dan tanda klinis) Menurut WHO
Stroke adalah defisit neurologis fokal sekunder yang terjadi secara mendadak, akibat peristiwa
vaskular yang berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke akut mengacu pada periode 24 jam
pertama dari kejadian stroke. Stroke diklasifikasikan sebagai iskemik (disebabkan oleh
trombosis atau emboli) atau hemoragik (terutama disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
atau aneurisma).3 (Artikel WHO, File Dapus no.3. hal 5 paragraf 1)
Gambar 1. SCALP4
Tulang tengkorak terdiri dari tabula eksterna, diploe, dan tabula interna. Selaput otak
terdiri dari tiga lapisan yaitu: Duramater, Arachnoid, dan Piamater. Duramater disebut juga
pachymeninges, sedangkan arachnoid dan piamater disebut juga leptomeninges. Duramater
merupakan selaput otak terluar yang merupakan gabungan dari dua lapisan selaput, yaitu
lamina eksterna dan lamina interna. Lamina interna memisahkan diri dengan lamina eksterna
dan pada daerah sinus duramatris, dan membentuk lipatan sebagai sebuah septa yang lebar,
membuat sekat, membagi rongga cranium menjadi beberapa kompartemen. Sekat-sekat
tersebut yaitu: Falks Serebri (terletak midsagital diantara kedua hemisfer serebri), Tentorium
Serebri (sekat yang membagi rongga cranium menjadi supratentorial dan infratentorial), Falks
Serebeli (memisahkan kedua hemisfer serebeli), Diafragma Sela (merupakan atap hipofisis dan
ditembus oleh infundibulum), Kavum Trigeminal Meckeli (yang mengandung ganglion gaseri
atau trigeminal).4(buku Bedah Saraf Satyanegara Edisi 5, hal. 27-28)
Piamater merupakan lapisan otak yang paling dalam yang berhubungan langsung dengan
permukaan jaringan otak serta mengikuti konvulsinya. Piamater terdiri dari lapisan tipis sel-sel
mesodermal yang menyerupai endothelium. Piamater melekat pada sistem saraf pusat
dibawahnya melalui membrane ectodermal yang terdiri dari astrosit marginal (membrane pial-
glial). Otak terdiri dari 4 bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil),
diensefalon dan batang otak. Serebrum merupakan bagian otak terbesar (85%), yang terdiri
dari sepasang hemisfer. Diensefalon tersusun atas thalamus, hypothalamus, epithalamus, dan
subthalamus. Batang otak terdiri dari otak tengah (mid brain/mesensefalon), pons dan medulla
oblongata. Serebelum merupakan pusat koordinasi untuk gerakan otot dan terletak dibelakang
batang otak.4 (buku Bedah Saraf Satyanegara Edisi 5, hal. 29-30)
perdarahan sistem saraf pusat berasal dari arteri karotis interna dan arteri vertebralis.
Arteri karotis interna pada kedua sisi menghantarkan tekanan darah ke otak melalui
percabangan utamanya, arteri serebri media dan arteri serebri anterior. Arteri serebri anterior
kiri dan kanan menyatu dan menjadi arteri komunikans anterior. Arteri serebri anterior
mensuplai sebagian besar lobus frontalis dan lobus parietal superior medial. Arteri serebri
media memasok sebagian besar permukaan lateral hemisfer, dan bagian inferior dari lobus
temporal dan lobus oksipital. arteri serebri anterior, arteri komunikans anterior dan arteri
serebri media membentuk setengah anterior, yang lebih dikenal sebagai sirkulasi serebral
anterior. Arteri basillaris, dibentuk oleh arteri vertebralis kiri dan kanan, yang akan bercabang
menjadi arteri serebral posterior kiri (PCA) kiri dan kanan, dan membentuk sirkulasi posterior.
PCA sebagian besar memasok darah ke lobus oksipital dan bagian inferior dari lobus temporal.5
(foto Dapus no.5)
Gambar 4. Siklus Wilisi5
Stroke dapat dibagi menjadi beberapa macam menurut kelainan patologis maupun menurut
waktu terjadinya. Stroke menurut kelainan patologis dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Stroke hemoragik
Perdarahan intra serebral
Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)
2. Stroke non-hemoragik
Infark embolik
Infark Hemodinamik
Infark Lakunar
Stroke berdasarkan waktu terjadinya dapat dibagi menjadi empat macam yaitu:6(Neuro UGM
hal. 86)
Transient Ischemic Attack (TIA): Gejala neurologik timbul akibat gangguan peredaran
darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam
Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND): Gejala neurologik yang timbul akan
menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke: Gejala neurologik makin lama makin
berat.
Completed stroke / serangan stroke iskemik irreversible: Gejala klinis sudah menetap.
Lesi iskemik parenkim otak disebabkan oleh gangguan suplai darah otak yang persisten,
biasanya baik oleh blokade pembuluh darah yang memberikan suplai (arterial) atau yang lebih
jarang oleh hambatan aliran vena yang menyebabkan stasis darah diotak, dengan gangguan
sekunder penghantaran oksigen dan nutrient.7(DUUS edisi 5 hal. 357)
Sistem saraf pusat memiliki kebutuhan energi yang sangat tinggi yang hanya dapat
dipenuhi oleh suplai substrat metabolic yang terus menerus dan tidak terputus. Pada keadaan
normal, energy tersebut semata-mata berasal dari metabolisme aerob glukosa otak tidak
memiliki persediaan energi untuk digunakan. selama terjadi gangguan penghantaran substrat.
Jika neuron tidak mendapatkan glukosa dan oksigen dalam jumlah cukup, fungsi neuron akan
menurun dalam beberapa detik. Kebutuhan aliran darah minimal untuk memelihara strukturnya
adalah sekitar 5-8 ml per 100 gr/menit (pada jam pertama iskemik). Sebaliknya kebutuhan
aliran darah minimal untuk berlanjutnya fungsi adalah 20 ml per 100 gr/menit.7(DUUS edisi 5
hal. 357)
Oleh karena itu dapat diketahui adanya defisit fungsional tanpa terjadinya kematian
jaringan (infark). Jika aliran darah yang terancam kembali pulih dengan cepat, seperti oleh
trombolisis spontan atau secara terapeutik, jaringan otak tidak rusak dan berfungsi kembali
seperti sebelumnya yaitu defisit neurologis pulih sempurna. Hal ini merupakan rangkaian
kejadian transient ischemic attack (TIA), yang secara klinis didefinisikan sebagai defisit
neurologis sementara dengan durasi tidak lebih dari 24 jam. 80% dari seluruh TIA berlangsung
sekitar 30 menit. TIA pada teritori arteri serebri media sering ditemukan pasien mengeluhkan
parestesia dan defisit sensorik kontralateral sementara, serta kelemahan sementara.6->7 (DUUS
edisi 5 hal. 358)
Defisit neurologis akibat iskemia kadang-kadang dapat berkurang meskipun telah
berlangsung selama lebih dari 24 jam; pada kasus-kasus tersebut, bukan disebut dengan TIA,
tetapi PRIND (prolonged reversible ischemic neurological deficit). Jika hipoperfusi menetap
lebih lama daripada yang dapat ditoleransi oleh jaringan otak, terjadi kematian sel. Stroke
iskemik tidak reversible.6->7 (DUUS edisi 5 hal. 358)
Setelah membahas definisi dari stroke iskemik, sekarang akan dibahas lebih lanjut
mengenai penyebab dari stroke iskemik. Stroke iskemik disebabkan oleh beberapa macam:3
- Infark emboli
Delapan puluh persen stroke iskemik disebabkan oleh emboli. Bekuan darah atau
serpihan debris yang lepas dari plak ateromatosa didinding pembuluh darah besar
ekstrakranial, terbawa oleh aliran darah ke otak, dan menjadi sumbatan didalam lumen end
artery fungsional. Sebagian besar emboli berasal dari lesi ateromatosa bifurkasio karotidis
atau dari jantung.
- Infark Hemodinamik
Infark hemodinamik disebabkan oleh penurunan tekanan perfusi secara kritis pada
segmen arteri distal sebagai akibat stenosis yang lebih proksimal. Biasanya terjadi pada
teritori A. Perforans Profunda Longus dalam substansia alba serebri.
- Infark Lakunar
Infark lakunar disebabkan oleh perubahan mikroangiopatik arteri-arteri kecil
dengan penyempitan yang progresif dan oklusi yang diakibatkannya. Faktor resiko
terpenting adalah Hipertensi arterial, yang menyebabkan hyalinosis dinding vaskuler
arteri kecil. Arteri Lentikulostriata Perforantes adalah arteri yang tipis dan panjang adalah
arteri yang paling sering terkena. Lesi khas berupa Sferik atau Tubular yang tampak bulat
pada CT atau MRI.
Proses terjadinya stroke iskemik diawali oleh adanya sumbatan pembuluh darah oleh
trombus atau emboli yang mengakibatkan sel otak mengalami gangguan metabolisme, karena
tidak mendapat suplai darah, oksigen dan energi. Trombus terbentuk oleh adanya proses
aterosklerosis pada arkus aorta, arteri karotis, maupun pembuluh darah serebral. Trombus
dapat lepas dan menjadi embolus atau tetap pada lokasi asal dan menyebabkan oklusi dalam
pembuluh darah tersebut. Emboli merupakan bagian dari trombus yang terlepas dan
menyumbat pembuluh darah dibagian yang lebih distal. Bila proses ini berlanjut akan menjadi
iskemia jaringan otak yang menyebabkan kerusakan yang bersifat sementara atau menjadi
permanen yang disebut juga dengan infark. Aliran jaringan otak normal mencapai 40-
50cc/100gr otak/menit, namun pada daerah infark tidak ada aliran sama sekali (Cerebral
Blood Flow 0ml/100gr otak/menit). Pada daerah yang dekat dengan infark CBFnya sekitar
10cc/100gr otak/menit. Daerah ini disebut dengan daerah ambang kematian sel oleh karena
sel tidak dapat hidup bila CBF dibawah 5cc/100gr otak/menit. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi daerah penumbra antara lain: kondisi stres oksidatif, asidosis daerah
penumbra terjadi akibat peningkatan metabolisme anaerob yang disebabkan oleh proses
iskemia, depolarisasi daerah penumbra (akibat kegagalan pompa Na+/K+ dan terjadi
peningkatan kalium ekstrasel), Inflamasi pada daerah penumbra (akibat adanya
iskemia).1(Neurologi FKUI hal 455, patofisiologi stroke iskemik akut baris ke 1)
Pemeriksaan sederhana untuk mengenali gejala dan tanda stroke yang disusun oleh
Cincinnati menggunakan singkatan FAST, mencakup F yaitu facial drop (mulut
mencong/tidak simetris), A yaitu arm weakness (kelemahan tangan), S yaitu speech
difficulties (sulit bicara), serta T, yaitu time to seek medical help (waktu tiba di RS secepat
mungkin). FAST memiliki sensitivitas 85% dan spesifisitas 68% untuk mengakkan stroke,
serta reliabilitas yang baik pada dokter dan paramedis. Tanda klinis stroke juga dapat
dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik neurologi untuk mengkonfirmasi kembali tanda dan
gejala yang didapatkan berdasaran anamnesis. Pemeriksaan fisik utama meliputi penurunan
kesadaran berdasarkan Skala Koma Glasgow (SKG), kelumpuhan saraf kranial, kelemahan
motorik, defisit sensorik, gangguan otonom, gangguan fungsi kognitif, dan lain-
lain.1(Neurologi FKUI hal 459, gejala dan tanda stroke baris ke 1)
Setelah memahami tentang manifestasi klinis pada stroke iskemik, sekarang akan
dibahas gejala klinis dari stroke iskemik berdasarkan neuroanatomi dan vaskularisasinya.
Gejala klinis stroke iskemik berdasarkan neuroanatomi dan vaskularisasinya:
1. Gejala penyumbatan arteri karotis interna:
- Buta mendadak (amaurosis fugaks)
- Disfasia bila gangguan terletak pada sisi dominan
- Hemiparesis kontralateral dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan
2. Gejala sumbatan arteri serebri anterior:
- Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol
- Gangguan mental (bila lesi di frontal)
- Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh
- Inkontinensia
- Bisa kejang-kejang
3. Gejala sumbatan arteri serebri media:
- Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi hemiparesis yang sama, bila tidak di pangkal
maka lengan lebih menonjol
- Hemihipestesia
- Gangguan fungsi luhur pada korteks hemisfer dominan yang tersertang afasia
motorik/sensorik
4. Gangguan pada kedua sisi karena adanya sklerosis pada banyak tempat, penyumbatan
dapat terjadi pada kedua sisi. Timbul gangguan pseudobulbar, biasanya pada vaskular
dengan gejala-gejala :
- Hemiplegi dupleks
- Sukar menelan
- Gangguan emosional, mudah menangis
Gejala-gejala gangguan sistem vertebrobasilar6
1. Gejala sumbatan di arteri serebri posterior:
- Hemianopsia homonim kontralateral dari sisi lesi
- Hemiparesis kontralateral
- Hilangnya rasa sakit, suhu, sensorik propioseptif kontralateral
Bila salah satu cabang ke talamus tersumbat, timbulah sindrom talamikus:
- Nyeri talamik, suatu rasa nyeri yang terus menerus dan sukar dihilangkan. Terdapat
rasa anastesi, tetapi pada tes tusukan timbul nyeri (anastesi dolorosa)
- Hemikhorea, disertai hemiparesis, disebut sindrom Dejerine Marie.
2. Gangguan sumbatan pada arteri vetebralis:
- Bila sumbatan pada sisi yang dominan dapat terjadi sindrom Wallenberg.
- Sumbatan pada sisi yang tidak dominan sering tidak menimbulkan gejala.
3. Sumbatan / gangguan pada arteri serebeli posterior inferior
- Sindroma Wallenberg berupa ataksia serebelar pada lengan dan tungkai di sisi yang
sama, gangguan N.II dan refleks kornea hilang pada sisi yang sama
- Sindroma Horner sesisi dengan lesi
- Disfagia, bila mengenai nucleus ambigus ipsilateral
- Nistagmus, bila mengenai nukleus vestibular
- Hemihipestesi alternans
4. Sumbatan / gangguan pada cabang kecil arteri basilaris adalah paresis nervi kranialis
yang nukleusnya terletakdi tengah-tengah N.III, VI, XII, disertai hemiparesis
kontralateral
Stroke hemoragik dikelompokan menurut kausa nya yautu perdarahan spontan (non-
traumatik) pada parenkim otak merupakan perdarahan intra-serebral (PIS) atau kompartemen
meningeal sekitarnya yaitu perdarahan subarakhnoid dan perdarahan subdural.
Perdarahan primer yang berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak.
Penyebab dari ICH dapat dibagi menjadi dua :
- Perdarahan hipertensif
Penyebab tersering perdarahan intracranial adalah hipertensi arterial.
Peningkatan tekanan darah patologis merusak dinding pembuluh darah arteri yang
kecil meyebabkan mikroaneurisma (aneurisma Charcot) yang dapat rupture
spontan. Lokasi predileksi untuk perdarahan serebral hipertensif adalah ganglia
basalis, thalamus, nucleus serebri dan pons. Substansia alba serebri yang dalam
sebaliknya jarang terkena.
Manifestasi perdarahan intraserebral bergantung pada lokasinya. Perdarahan
ganglia basalis dengan kerusakan kapsula interna biasanya menyebabkan
hemiparesis kontralateral berat sedangkan perdarahan pons menimbulkan tanda-
tanda batang otak.
Ancaman utama perdarahan intraserebral adalah hipertensi intrakranial akibat
massa hematoma. Rupture intraventikularis perdarahan intraserebral dapat
menyebabkan hidrosefalus, baik melalui obstruksi aliran ventricular dengan bekuan
darah atau dengan gangguan resorpsi LCS dari granulasiones arakhnoideae; jika
ada, hidrosefalus makin meningkatkan tekanan intrakranial.
- Perdarahan intraserebral nonhipertensif
Perdarahan intraserebral dapat disebabkan oleh banyak penyebab selain
hipertensi arterial. Penyebab yang paling penting adalah malformasi
arteriovenosus, tumor, aneurisma, penyakit vaskuler yang meliputi vaskulitis dan
angiopati amyloid dan obstruksi aliran vena. Perdarahan intraserebral kemungkinan
disebabkan oleh sesuatu selain hipertensi arterial bila tidak terdapat di salah satu
lokasi predileksi untuk perdarahan hipertensi, atau bila pasien tidak menderita
hipertensi arterial yang bermakna.
Banyak kondisi yang dapat menyebabkan stroke, seperti pengerasan arteri atau lebih
dikenal dengan arteriosklerosis. Pemicunya adalah stress, pola makan tinggi lemak, dan kurang
berolahraga. Namun sebenarnya ketiga faktor tersebut tergolong risiko yang dapat
dikendalikan. Secara umum faktor risiko stroke dibagi dua:
2.6.1. Faktor Risiko Terkendali
Adapula faktor risiko yang sebenarnya dapat disembuhkan dengan bantuan obat-obatan
atau perubahan hidup. Beberapa faktor risiko tersebut, antara lain:
Hipertensi8 (stroke, Dalam : Stroke, aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen Hal
136 baris 2-137)
Beberapa data penelitian memperlihatkan peninggian tekanan darah pada stroke
akut akan berisiko terjadinya perdarahan dan memperberat edema, sebaliknya dengan
memnurunkan tekanan darah tentunya akan mempengaruhi tekanan perfusi serebral
sehingga akan memperburuk keluaran.
Sebagian besar ahli tidak merekomendasikan terapi hipertensi pada stroke
iskemik akut, kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap yaitu tekanan darah
sistolik >220mmHg atau diastolik >120 mmHg.8
Pada stroke perdarahan intraserebral (PIS) dengan tekanan darah sangat tinggi
(sistolik >220 mmhg, diastolik >120mmHg) harus diturunkan sedini dan secepat
mungkin, untuk membatasi pembentukan edema vasogenik akibat kerusakan sawar
darah otak pada daerah iskemik sekitar perdarahan.8
Penyakit jantung
Stroke trombosis disebabkan oleh oklusi mendadak pembuluh darah yang
mensuplai otak. Oklusi terjadi baik karena suatu trombus yang terbentuk langsung di
lokasi oklusi. Kondisi yang berhubungan pada kelainan jantung adalah mural trombus,
rematoid heart disease, aritmia, endokarditis, mitral valve prolapse, paradoxic embolus,
atrial myxoma dan prosthetic heart valves.9 (Munir B. Neurologi Dasar Hal 368-369)
Diabetes
DM merupakan faktor risiko stroke, dan diabetes juga merupakan prediktor
perburukan keluaran stroke. Millikan (1987) menyatakan bahwa 10-30% penderita
stroke sebelumnya adalah penderita Diabetes. Risiko terjadinya stroke iskemik pada
penderita Diabetes kelompok usia 60-69 tahun adalah 5 kali lebih tinggi dibandingkan
penderita non diabetes. Hanya 20% orang dengan DM hidup lebih 5 tahun setelah
serangan stroke pertama dan separoh dari pasien tersebut meninggal selama tahun
pertama.8 (stroke, Dalam : Stroke, aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen Hal
124)
Kadar kolesterol darah
Hasil penelitian penggunaan obat penurun kolesterol, khususnya
kelompok stroke menunjukan penurunan risiko terjadinya stroke setelah serangan
infark miokardial. Hubungan secara langsung peningkatan kadar lipid plasma dan
terjadinya stroke iskemik dilaporkan pada penelitian observasional tidak seberat yang
dilaporkan sebagai penyebab penyakit jantung. Meta anlisis studi kohort yang besar
juga tidak memperlihatkan kekuatan hubungan antara hyperlipidemia dan stroke.8
(stroke, Dalam : Stroke, aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen Hal 264)
Merokok
Merokok menyebabkan peninggian koagulabilitas, viskositas darah,
kolesterol LDL. Berhenti merokok juga memperbaiki fungsi endotel. Perokok pasif,
resiko sama dengan perokok aktif.10(Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI. Hal
9 bagian keterangan)
Alkohol berlebihan
Konsumsi alkohol mempunyai efek sekunder terhadap peningkatan tekanan
darah, peningkatan osmolaritas plasma, peningkatan plasma homosistein,
kardiomiopati dan aritmia yang semua nya dapat meningkatkan risiko stroke. Konsumsi
alkohol yang sedang dapat menguntungkan, alkohol dapat menghambat trombosis
karena dapat menurunkan kadar fibrinogen dan agregasi platelet, menurunkan
lipoprtein(a) dan meningkatkan HDL, meningkatkan sensitivitas insulin.8 (stroke,
Dalam : Stroke, aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen Hal 265)
Faktor risiko tidak terkendali yakni meliputi: usia, jenis kelamin, garis keturunan, dan
ras (etnik) tertentu.
Usia
Sebesar 15,9% pasien stroke di usia (45-55 tahun) meninggal, kematian meningkat
menjadi 26,8% pada orang-orang yang terkena stroke di usia 55-64 tahun, sementara
kalangan usia >65 tahun mencapai 23,5%.10 (Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke
PERDOSSI. Hal 1 paragraf 1)
Jenis kelamin1 (Neurologi FKUI hal 455 Usia, Jenis Kelamin,dll paragraph ke 2)
Laki-laki memiliki risiko stroke 1.25-2.5 kali lebih tinggi dibandingkan
perempuan. Namun angka ini berbeda pada usia lanjut. Prevalensi stroke pada
penduduk Amerika perempua (tahun 1999-2000) berusia >= 75 tahun lebih tinggi
(84.9%) dibandingkan laki-laki (70.7%).
Data pasien stroke di Indonesia juga menunjukan rerata usia perempuan (60.4+-
13.8 tahun) lebih tua dibandingkan laki-laki (57.5 +-12.7 tahun). Hal ini dipikirkan
berhubungan dengan estrogen. Estrogen berperan dalam pencegahan plak
aterosklerosis seluruh pembuluh darah, termasuk pembuluh darah serebral. Dengan
demikian, perempuan pada usia produktif memiliki proteksi terhadap kejadian penyakit
vaskular dan aterosklerosis yang menyebabkan kejadian stroke lebih rendah
dibandingkan lelaki. Namun, pada keadaan premenopause dan menopause yang terjadi
pada usia lanjut, produksi estrogen menurun sehingga menurunkan efek proteksi
tersebut.
Keturunan dan sejarah stroke dalam keluarga, ras/suku bangsa1 (Neurologi FKUI
hal 455 Usia, Jenis Kelamin,dll paragraph ke 5)
Berdasarkan suku bangsa didapatkan suku kulit hitam Amerika mengalami risiko
stroke lebih tinggi dibandingkan kulit putih. Insidens stroke pada kulit hitam sebesar
246 per 100.000 penduduk dibandingkan 147 per 100.000 penduduk untuk kulit putih.
2.7. Diagnosis Stroke
2.7.1. Anamnesis Lengkap
Pada anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut
mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul
sangat mendadak, sewaktu bangun tidur, mau sholat, selesai sholat, sedang bekerja dan
sewaktu beristirahat. Selain itu perlu juga ditanyakan tentang faktor-faktor resiko yang
menyertai stroke misalnya penyakit kencing manis, darah tinggi dan penyakit jantung, serta
obat-obatan yang sedang dipakai. Selanjutnya ditanyakan pula riwayat keluarga dan
riwayat lainnya. Pada kasus kasus yang berat, yaitu dengan penurunan kesadaran sampai
koma, dilakukan pencatatan perkebangan kesadaran sejak serangan terjadi.8 (stroke, Dalam
: Stroke, aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen Hal 62)
Penilaian dengan Score Siriraj dan Gadjah Mada Score
- SSS > 1 = perdarahan intraserebral
- SSS < 1 = Stroke iskemik
- SSS 0 = Meragukan
Keberhasilan penanganan stroke akut dimulai dari pengetahuan masyarakat dan petugas
kesehatan, bahwa stroke merupakan keadaan gawat darurat; seperti infark miokard akut dan
trauma. Filosofiyang harus dipegang adalah time is brain, golden hour. Dengan adanya
kesamaan pemahaman bahwa stroke dan TIA merupakan suatu medical emergency maka akan
berperan sekali dalam menyelamatkan hidup dan mencegah kecacatan jangka panjang. Dengan
penanganan yang benar pada jam-jam pertama, angka kecacatan stroke paling tidak aka
berkurang sebesar 30%.10(Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI. Hal 27 paragraf 2)
1. Deteksi
Pengenalan cepat dan reaksi terhadap tanda-tanda stroke dan TIA. Pada setiap
kesempatan, pengetahuan mengenai keluhan stroke, terutama pada kelompok risiko
tinggi (hipertensi, atrial fibrasi, kejadian vaskuler lain dan diabetes) perlu disebarluaskan.
Beberapa gejala atau tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain
hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak,
diplopia, vertigo, afasia, disfagia, disatria, ataksia, kejang, dan penurunan kesadaran yang
kesemuanya terjadi secara mendadak. Untuk memudahkan digunakan istilah FAST
(Facial movement, Arm movement, Speech, Test all three)10 (Stroke tahun 2011. Pokdi
Stroke PERDOSSI. Hal 28-29)
2. Pengiriman pasien
Bila seseorang dicuragai terkena serangan stroke, segera panggil ambulans gawat darurat.
Ambulans gawat darurat sangat berperan penting dalam pengiriman pasien ke fasilitas
yang tepat untuk penanganan stroke.10 (Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI. Hal
29)
3. Transportasi/ambulans
Utamakan transportasi (termasuk transportasi udara) untuk pengiriman pasien ke rumah
sakit yang dituju. Fasilitas ideal yang harus ada dalam ambulans sebagai berikut:10
a. Personil yang terlatih
b. Mesin EKG
c. Peralatan dan obat-obatan resusitasi dan gawat darurat
d. Obat- obat neuroprotektan
e. Telemedisin
f. Ambulans yang dilengkapi dengan peralatan gawat darurat, antara lain,
pemeriksaan glukosa (glucometer), kadar saturasi O2 (pulse oximeter) (Stroke
tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI. Hal 29)
Personil pada ambulans gawat darurat yang terlatih mempu mengerjakan:10 (Stroke
tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI. Hal 29-30)
A. Memeriksa dan menilai tanda-tanda vital
B. Tindakan stabilisasi dan resusitasi (Airway Breathing Circulation/ABC). Intubasi
perlu dipertimbangkan pada pasien dengan koma yang dalam, hipoventilasi, dan
aspirasi.
C. Bila kardiopulmuner stabil, pasien diposisikan setengah duduk.
D. Memeriksa dan menilai gejala dan tanda stroke
E. Pemasangan katetr intravena, memantau tanda-tanda vital dan keadaan jantung
F. Berikan oksigen untuk menjamin saturasi > 95%
G. Memeriksa kadar gula darah
H. Menghubungi unit gawat darurat secepatnya (stroke is emergency)
I. Transportasi secepatnya (time is brain)
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh petugas pelayanan ambulans:10
Jangan terlambat membawa ke rumah sakit yang tepat
Jangan memberikan cairan berlebihan kecuali pada pasien syok dan hipotensi
Hindari pemberian cairan glukosa/dekstrose kecuali pada pasien hipoglikemia
Jangan menurunkan tekanan darah, kecuali pada kondisi kekhusus. Hindari
hipotensi, hipoventilasi, atau anoksia
Catat waktu onset serangan
4. Memanfaatkan jaringan pelayanan stroke komprehensif yaitu unit gawat darurat, stroke
unit atau ICU sebagai tempat tujuan penanganan definitive pasien stroke.10 (Stroke tahun
2011. Pokdi Stroke PERDOSSI. Hal 30)
2.8.1. Penatalaksanaan di ruang gawat darurat10 (Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke
PERDOSSI. Hal 32-38)
2.8.2. Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat10 (Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke
PERDOSSI. Hal 38-40)
1. Cairan
Berikan cairan isotonis seperti 0,9 % salin, CVP pertahankan antara 5-12 mmHg
Kebutuhan cairan 30 ml/kgBB
Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah
pengeluaran cairan yang tidak dirasakan.
Elektrolit (Na, K, Ca, Mg) harus selalu diperiksaa dan diganti bila terjadi kekurangan
Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil AGD.
Hindari cairan hipotonik dan glukosa kecuali hipoglikemia.
2. Nutrisi
Nutrisi enteral paling lambat dalam 48 jam
Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran
menurun
Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari.
3. Pencegahan dan mengatasi komplikasi
Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut (aspirasi,
malnutrisi, pneumonia, DVT, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedik dan
kontraktur)
Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan sensitivitas kuman
Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas.
4. Penatalaksanaan medik yang lain
Hiperglikemia GD > 180 mg/dL pada stroke akut harus diobati, titrasi insulin, dan
terjaga normoglikemia. Hipoglikemia berat GD < 50 mg/dL, berikan dekstrosa 40
% iv atau infus glukosa 10-20 %
Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas lainnya
Analgesik dan anti muntah sesuai indikasi
Berikan H2 antagonist, apabila ada indikasi
Mobilisasi bertahap bila hemodinamik dan pernafasan stabil
Rehabilitasi
Edukasi keluarga
Discharge planning
Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut sebagai tindakan rutin tidak
dianjurkan, karena dapat memperburuk keluaran neurologis.
2.8.3.1. Tatalaksana Tekanan Darah Pada Stroke Akut (Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke
PERDOSSI. Hal 42-55)
- Hindari kadar gula melebihi 180 mg/dl, disarankan dengan infus salin dan
menghindari larutan glukosa dalam 24 jam pertama setelah serangan stroke
akan berperan dalam mengendalikan kadar gula darah.
- Hipoglikemia (<50 mg/dl) dapat diatasi dengan pemberian bolus dekstrosa atau
infus glukosa 10-20% sampai kadar gula darah 80-110 mg/dl.
- Indikasi pemberian insulin:
1. Stroke hemoragik dan non hemoragik dengan IDDM atau NIDDM.
2. Bukan stroke lacunar dengan diabetes mellitus.
- Kontrol gula darah selama fase akut stroke
1. Insulin regular subkutan menurut skala luncur
2.8.4.1. Stroke Iskemik (Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI. Hal 78-80)
2.8.4.2. Perdarahan Intra Serebral (ICH)10(Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI.
Hal 82-88)
1. Diagnosis dan penilaian gawat darurat perdarahan intrakranial dan penyebabnya dilakukan
dengan:
CT atau MRI (direkomendasikan pada stroke iskemik dengan perdarahan intrakranial)
Angiografi CT Scan atau CT Scan dengan kontras, membantu identifikasi pasien resiko
perluasan hematom
2. Terapi medik pada perdarahan intrakranial
Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi berat atau trombositopenia berat: terapi
penggantian faktor koagulasi atau trombosit
Pasien dengan perdarahan intrakranial dan peningkatan INR terkait obat antikoagulan
oral, sebaikanya jangan diberikan warfarin. Terapi diganti Vitamin K, pemberian
Konsentrat Kompleks Protrombin untuk mengurangi komplikasi, FFP.
Pasien dengan gangguan koagulasi:
- Vit K 10 mg/ iv dengan peningkatan INR
- FFP 2-6 unit untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan darah/faktor koagulasi,
memperbaiki INR atau aPTT dengan cepat.
Faktor VIIa
LMWH dan UFH subkutan dosis rendah dapat dipertimbangkan untuk mencegah
tromboemboli vena pada pasien dengan mobilitas yang kurang setelah satu hingga
empat hari pascaawitan.
Efek heparin diatasi dengan protamin sulfat, observasi tanda-tanda hipersensitif
3. Tekanan darah
4. Penanganan di rumah sakit dan pencegahan terjadi kerusakan otak sekunder
5. Prosedur / operasi:
Penanganan dan pemantauan: TIK, GCS < 8, tanda klinis herniasi transtentorial,
perdarahan intraventrikuler luas, hidrosefalus. Drainase ventrikuler dengan stroke
iskemik dengan hidrosefalus yang disertai penurunan kesadaran
Perdarahan intraventrikuler
Evakuasi hematom
Prediksi keluaran dan penghentian dukungan teknologi
Mencegah perdarahan intrakranial berulang
Rehabilitasi dan pemulihan
1. Diagnosis PSA
Gawat darurat neurologi
Gejala kadang tidak khas, patut curiga PSA bila nyeri kepala hebat yang paling sakit
semasa hidup dan muncul tiba-tiba
CT scan kepala, bila hasil PSA (–) namun klinis curiga PSA, punksi lumbal dan analisis
LCS
Angiografi cerebral untuk memastikan aneurisma pada pasien PSA. MRA, CT
angiografi
2. Tatalaksana umum PSA
Berdasarkan HUNT dan HESS, PSA derajat I dan II:
- Identifikasi dan atasi nyeri kepala sedini mungkin
- Tirah baring total, posisi kepala ditinggikan 300, O2 2-3 L/m
- Hati-hati penggunaan sedatif, dapat kesulitan menilai tingkat kesadaran
- Infus dari UGD, euvolemia, monitor cardiopulmoner dan kelainan neurogi yang
timbul
Derajat PSA III, IV, V perawatan lebih intensif:
- ABC
- ICU atau semi-ICU
- Pertimbangkan intubasi dan ETT cegah aspirasi dan airway
- Hindari sedatif berlebihan
3. Tindakan untuk mencegah perdarahan ulang setelah PSA
Monitor dan kontrol Tekanan Darah untuk mencegah risiko perdarahan ulang.
Istirahat total di tempat tidur
Anti fibrinolitik (epsilon-aminocaproic acid: loading 4 mg IV, kemudian diikuti infus
kontinu 1 g/jam atau asam traneksamat loading 1 g IV kemudian dilanjutkan 1 g setiap
6 jam sampai aneurisma tertutup atau biasanya disarankan selama 72 jam)
Ligasi karotis kurang bermanfaat
Penggunaan koil intraluminal dan balon masih dalam uji coba.
4. Tindakan operasi pada ruptur aneurisma
Operasi clipping atau endovaskuler coilling untuk mengurangi perdarahan ulang (bedah
saraf, dokter endovaskuler)
Resiko pendarahan ulang PSA (+) walau telah di operasi
Operasi obliterasi aneurisma komplit untuk aneurisma yang incompletly clipped.
5. Pencegahan dan tatalaksana vasospasme
Pemberian nimodipin dimulai dengan dosis 1-2 mg/ jam IV pada hari ke 3 atau secara
oral 60 mg setiap 6 jam selama 21 hari. Pemakaian nimodipin oral terbukti dapat
memperbaiki defisit neurologi yang ditimbulkan oleh vasospasme.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Edward Nangoy, Instiaty, dkk pada evaluasi
penggunaan obat pada pasien stroke yang dirawat di rsup prof.dr.r.d. Kandou
2.11.2. Manajemen hiperglikemia pada stroke akut8 (Stroke, Dalam : Stroke, aspek
Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Hal 129-130)
Manajemen pasien DM dengan stroke umumnya tidak berbeda dengan pasien non DM.
Berapa kadar glukosa darah yang harus dicapai belum ada patokan yang dapat dipercaya.
Indikasi dan syarat pemberian insulin
- Stroke hemoragik dan non hemoragik dengan DM 1 atau 2
- Bukan stroke lakunar dengan DM.
Kontrol gula darah selama fase akut stroke
- Insulin reguler subkutan menurut skala luncur
- Protokol untuk IV infus umum sasaran kadar glukosa darah 80-180mg/dl (intensive
care).
- Standard drip insulin 100U/100ml 0.9% NaCl via infus. Infus dihentikan bila
penderita makan dan menerima dosis pertama dari insulin subkutan.
2.11.3. Pedoman Manajemen Hipertensi pada Stroke Hemoragik8 (Stroke, Dalam : Stroke,
aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Hal 139)
A. Bila tekanan darah sistolik >230 mmHg atau tekanan diastolik >140mmHg, berikan
labetalol, nikardipin, diltiazem atau nimodipin.
B. Bile tekanan sistolik 180-230mmHg atau tekanan diastolik 105-140 mmHg, atau
tekanan darah arterial rata-rata 130 mmHg:
Labetalol 10-20 IV selama 1-2 menit, kemudian diberikan Nicardipin, dapat
diberikan Diltiazem, dan dapat juga diberikan Nimodipin.
C. Pada fase akut tekanan darah tak boleh diturunkan lebih dari 20%-25% dari tekanan
darah arteri rerata
D. Bila tekanan sistolik <180 mmHg dan tekanan diastolik <105 mmHg, tangguhkan
pemberian obat anti-hipertensi
E. Bila terdapat fasilitas pemantauan tekanan intrakranial, tekanan perfusi otak harus
dipertahankan >70 mmHg
F. Pada penderita dengan riwayat hipertensi, penurunan tekanan darah harus
dipertahankan di bawah tekanan arterial rata-rata 130 mmHg
G. Tekanan darah arterial rata-rata lebih dari 110 mmHg pada waktu pasca-operasi
dekompresi harus segera dicegah
H. Bila tekanan darah arterial sistolik turun <90 mmHg harus diberikan obat
menaikkan tekanan darah (vasopressor).
2.12. Prognosis
NIHSS adalah suatu skala penilaian yang dilakukan pada pasien stroke untuk melihat
kemajuan hasil perawatan fase akut (akibat impairment). Penilaian ini dilakukan dua kali, yaitu
saat masuk (hari pertama perawatan) dan saat keluar dari perawatan. Perbedaan nilai saat
masuk dan keluar, dapat dijadikan salah satu patokan keberhasilan perawatan.8
Nilai NIHSS adalah antara 0-42. Terdiri dari 11 komponen, bila motorik lengan serta
kaki kanan dan kiri dituliskan dalam satu nomor dan dipisahkannya dengan penambahan nomor
a dan b, tetapi akan menjadi 13 komponen apabila masing-masing motorik lengan dan tungkai
kanan kiri diberi nomor terpisah. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai
berikut:8(stroke, Dalam : Stroke, aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen Hal 303-304)
Tabel 2. Nilai NIHSS8
Komponen Nilai
1a. Derajat kesadaran 0= sadar penuh
1= somnolen
2= stupor
3= koma
1b. Menjawab pertanyaan 0= menjawab 2 pertanyaan dengan benar
1= hanya menjawab 1 pertanyaan dengan benar/tidak dapat
berbicara karena terpasang pipa endotrakea/disartria
2=tidak dapat menjawab 2 pertanyaan dengan
benar/afasia/stupor
1c. Mengikuti perintah 0= dapat melakukan 2 perintah dengan benar
1= hanya dapat melakukan 1 perintah dengan benar
2= tidak dapat melakukan 2 perintah dengan benar
2. Gerakan mata konjugat 0= normal
horizontal 1= gerakan abnormal hanya pada satu mata
2= deviasi konyugat yang kuat atau paresis konyugat total
pada kedua mata
3. Lapang pandang pada tes 0= tidak ada gangguan
konfrontasi 1= kuadranopsia
2= hemianopsia total
3= hemianopsia bilateral/buta kortikal
4. Paresis wajah 0= normal
1= paresis ringan
2= paresis parsial
3= paresis total
5. Motorik lengan (x2) 0= tidak ada simpangan bila pasien disuruh mengangkat
kedua lengannya selama 10 detik
1= lengan menyimpang ke bawah sebelum 10 detik
2= lengan terjatuh ke kasur atau badan tidak dapat
diluruskan secara penuh
3= tidak dapat melawan gravitasi
4= tidak ada gerakan
X= tidak dapat diperiksa
6. Motorik kaki (x2) 0= tidak ada simpangan bila pasien disuruh mengangkat
kedua kakinya selama 5 detik
1= kaki menyimpang ke bawah sebelum 5 detik
2= kaki terjatuh ke kasur atau badan tidak dapat diluruskan
secara penuh
3= tidak dapat melawan gravitasi
4= tidak ada gerakan
X= tidak dapat diperiksa
7. Ataksia anggota badan 0= tidak ada
1= pada satu ekstremitas
2= pada dua atau lebih ekstremitas
X= tidak dapat diperiksa
8. Sensorik 0= normal
1= defisit parsial
2= defisit berat
9. Bahasa terbaik 0= tidak ada afasia
1= afasia ringan-sedang
2= afasia berat
X= tidak dapat diperiksa
10. Disartria 0= artikulasi normal
1= disartria ringan-sedang
2= disartria berat
X= tidak dapat diperiksa
11. Inatensi 0= tidak ada
1= parsial
2= total
Penutup