Anda di halaman 1dari 11

Tinjauan Pustaka

Bioetika Kedokteran pada Pasien Tuberkulosis

Andreas Anindito Hermawan*)


102013172

Abstrak

Etika adalah sebuah proses yang ditempuh dalam membenarkan suatu keputusan etis
tertentu. Dalam etika terdapat konsekunsialisme, deontologi, etika hak, dan instuisionisme.
Penggunaan obat rasional adalah menggunakan obat secara aman dan efektif dimana obat
harus tersedia dengan harga yang wajar dan dengan penyimpanan yang baik. Obat haruslah
sesuai dengan penyakit oleh karena itu diagnosis yang ditegakkan harus tepat, patofisiologi
penyakit, keterkaitan farmakologi obat dengan patifisiologi penyakit, dosis yang diberikan
dan waktu pemberian yang tepat, serta evaluasi terhadap efektifitas dan toksisitas obat
tersebut, ada tidaknya kontra indikasi serta biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien yang
disesuaikan dengan kemampuan pasien tersebut.

Katakunci: bioetika kedokteran, improve treatment, pemberian obat rasional

Abstract

Ethics is a process adopted a decision confirming hearts certain etis. There konsekunsialisme
in ethics, deontology, ethic right, and instuisionisme. use rational drug is a drug using
operate safely and effectively where drugs must number: Available at reasonable prices and
by storage good. Drugs must according with diseases by therefore diagnosis that enforced
must be right, the pathophysiology of the disease, the relationship pharmacologic with
patofisiology of the disease, the dose that was provided and time giving the right, And
Evaluation of the effectiveness and toxicity of the drug, there’s absence of contra indications
As well as covering the cost that patients should be issued by Tailored to the ability of the
patient.

Keywords: bioethics, improve treatment, administration of rational drug.

*) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : andreasanindito@yahoo.com

1
Bab I : Pendahuluan

Zaman sekarang ini tidak jarang ditemui kasus-kasus penggunaan obat yang tidak
rasional sehingga memunculkan pengobatan yang lebih lama lagi serta lebih memakan biaya
yang lebih besar. Dengan demikian dibutuhkan pengendalian dalam penggunaan obat agar
dapat sesuai dan rasional. Penggunaan obat yang rasional adalah pemilihan dan penggunaan
obat yang efektifitasnya terjamin serta aman, dengan mempertimbangkan masalah harga.
Dengan demikian perlu dilakukan diagnosis yang akurat, memilih obat yang tepat, serta
meresepkan obat tersebut dengan dosis, cara, interval serta lama pemberian yang tepat

Tujuan

Membantu pembaca makalah ini untuk mengetahui bioetika kedokteran patient safety
improve treatment.

Bab II : Pembahasan

Identifikasi Istilah-istilah Sulit

Tidak ada istilah sulit yang ditemukan.

Etika Dalam Kedokteran

Etika berasal dari kata ethos sebuah kata dari Yunani, yang diartikan identik dengan
moral atau moralitas. Kedua istilah ini dijadikan sebagai pedoman atau ukuran bagi tindakan
manusia dengan penilaian baik atau buruk dan bener atau salah. Etika melibatkan analisis
kritis mengenai tindakan manusia untuk menentukan suatu nilai benar dan salah dari segi
kebenaran dan keadilan. Jadi ukuran yang dipergunakan adalah norma, agama, nilai positif
dan unversalitas. Oleh karena itu, istilah etika sering dikonotasikan dengan istilah- istilah:
tata krama, sopan santun, pedoman moral, norma susila, dan lain-lain yang berpijak pada
norma-norma tata hubungan antar unsur atau antar elemen didalam masyarakat dan
lingkungannya.1
1) Prinsip-Prinsip Etika
a) Tanggung jawab
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pekerjaan dan terhadap hasilnya serta
profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.1

2
b) Keadilan.
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.1
c) Otonomi.
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan
dalam menjalankan profesinya.1
2) Basis Teori Etika
a) Teori teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu telos. Menurut teori ini kualitas etis
suatu perbuatan atau tindakan diperoleh dengan dicapainya tujuan dari perbuatan
itu sendiri. Ada dua macam aliran dalam teori teleologi ini yaitu: utilitarisme dan
egoisme.1
b) Teori hak
Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan
kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak
didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena
itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.1
c) Teori Keutamaan (Virtue)
Adalah memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu
perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa
didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Contoh keutamaan :
kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras, dan hidup yang baik.1
d) Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. Paham
deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya
sama sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut.
Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis
atau tidaknya suatu tindakan. Suatu perbuatan tidak pernah menjadi baik karena
hasilnya baik. Hasil baik tidak pernah menjadi alasan untuk membenarkan suatu
tindakan, melainkan hanya kisah terkenal Robinhood yang merampok kekayaan
orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.1
e) Teori Hak

3
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena
hak berkaitan dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban
bagaikan dua sisi dari uang logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan
terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya, karena
sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini sebetulnya
berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri
dan karena itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas martabat manusia
dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan
suasana pemikiran demokratis. Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai
cocok dengan penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri.
Karena itu manusia individual siapapun tidak pernah boleh dikorbankan demi
tercapainya suatu tujuan yang lain. Menurut dari Immanuel Kant: yang sudah kita
kenal sebagai orang yang meletakkan dasar filosofis untuk deontologi, manusia
merupakan suatu tujuan pada dirinya (an end in itself). Karena itu manusia selalu
harus dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan
semata-mata sebagai sarana demi tercapainya suatu tujuan lain.1

Definisi Bioetik

Bioetik berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral. Bioetika atau Biomedical Ethics, yang dapat diartikan sebagai
cabang dari ilmu etika yang membahas masalah-masalah yang timbul dalam praktek
kedokteran dan atau penelitian di bidang biomedis. Norma Bioetika pada saat ini banyak
dipengaruhi oleh aturan hukum, finansial, budaya, isu-isu sosial, agama, moralitas, hak
pasien dan sebagainya. Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang
problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, pada
skala mikro maupun makro, termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta sistem
nilainya, kini dan masa mendatang.2

Pemberian Obat Rasional

Dalam pemberian obat yang rasional mengacu pada pedoman dari lembaga kesehatan
dunia (WHO). Menurut WHO (1987 ), pemakaian obat dikatakan rasional jika memenuhi
kriteria :

4
o Sesuai dengan indikasi penyakit.3
o Tersedia setiap saat dengan harga terjangkau.3
o Diberikan dengan dosis yang tepat.3
o Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat.3
o Lama pemberian yang tepat.3
o Obat yang diberikan harus efektif, dengan mutu terjamin dan aman.3
Pengertian rasional menurut WHO adalah penggunaan obat sesuai dengan keperluan
klinik, dosis yang sesuai dengan kebutuhan pasien, diberikan dalam jangka yang sesuai, dan
dengan biaya termurah bagi pasien dan komunitasnya.3
Dalam konteks biomedis, pemberian obat secara rasional mempunyai beberapa
kriteria:
o Tepat diagnosis
o Tepat indikasi
o Tepat pemilihan obat (khasiat, keamanan, mutu, biaya)
o Tepat dosis, cara dan lama pemberian
o Tepat penilaian terhadap kondisi pasien
o Tepat peracikan dan pemberian informasi
o Kepatuhan pasien
o Tepat dalam melakukan upaya tindak lanjut
o Penggunaan obat yang rasional memberi perhatian penting kepada pemberian
antibiotika, ada tidaknya poli-farmasi serta pemberian injeksi.3
Beberapa pertimbangan untuk memilih obat diantaranya ialah :3
Manfaat (Efecacy)
1) Kemanfaatan dan Keamanan Obat sudah terbukti Keamanan (safety)
2) Resiko pengobatan yang paling kecil dan seimbang dengan manfaat dan
keamanan yang sama dan terjangkau oleh pasien (affordable)
3) Kesesuaian / suittability (cost)
Contoh penggunaan obat yang tidak rasional dan harus dihindarkan antara lain :
 Penggunaan obat dimana terapi obat tidak diindikasikan. Misal, antibiotika
untuk ISPA ringan, diare.
 Pemilihan obat yang salah untuk indikasi tertentu, misal tetrasiklin untuk
infeksi streptokokus faringitis anak.
 Penggunaan obat dengan indikasi meragukan dan status keamanan yang tidak
jelas

5
 Cara pemberian yang salah
 Penggunaan obat mahal walaupun alternatif obat yang aman, efektif dan lebih
murah tersedia.
Secara umum dan dalam konteks yang lebih luas penggunaan obat yang tidak rasional
dapat memberi dampak terjadinya pemborosan biaya dan anggaran masyarakat, resiko efek
samping dan resistensi, ketersediaan obat kurang terjamin, mutu pengobatan dan pelayanan
kesehatan buruk, memberikan persepsi yang keliru tentang pengobatan pada masyarakat.

Langkah menerapkan penggunaan obat secara rasional4

WHO action programme on essential drugs (1994), mengemukakan bahwa untuk


menetapkan penggunaan obat secara rasional perlu dilalui serangkaian langkah yaitu:
1) Menentukan masalah pasien
Merupakan dasar dari tindakan pengobatan rasional. Diagnosis dibuat atas dasar fakta
yang ditemukan dari suatu urutan yang logis yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan. Dalam praktek sehari-hari sering
diagnosis sudah dibuat sebelum semua fakta terkumpul, malah sering pula tidak dapat
dibuat atau baru dibuat setelah beberapa waktu bila gejala penyakit berkembang.
Dalam proses membuat diagnosis ini terletak kesulitan pertama yang mengakibatkan
pengobatan lebih ditentukan oleh kebiasaan daripada deduksi ilmiah rasional. Bila
diagnosis belum dapat ditentukan sering dipikirkan berbagai kemungkinan diagnosis
atau differensial diagnosis yang kemudian diobati, sehingga pengobatan diberikan
secara polifarmasi untuk menutupi berbagai kemungkinan tersebut. Selain itu
seringkali diagnosis sulit dibuat karena pasien tidak mampu membayar pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan.
2) Menetapkan tujuan pengobatan
Sebelum memilih pengobatan harus lebih dahulu ditetapkan tujuan terapi. Apa
sebetulnya yang ingin dicapai. Menguraikan tujuan pengobatan merupakan cara yang
baik untuk menyusun pola berpikir, melakukan konsentrasi untuk problem
sesungguhnya, meminimalkan kemungkinan pengobatan yang perlu dilakukan
sehingga pilihan akhir lebih mudah ditentukan. Menguraikan tujuan pengobatan
mencegah penggunaan obat yang tidak perlu.
3) Memeriksa kerasionalan penggunaan obat yang dipilih serta meneliti efektivitas dan
keamanannya

6
Setelah menetapkan tujuan pengobatan, jika memang dibutuhkan obat untuk
mengatasi masalah, perlu diperiksa apakah obat yang dipilih sesuai dengan kondisi
pasien. Obat yang dipilih selain harus memenuhi kriteria efektif,aman, nyaman dan
terjangkau, perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Langkah pertama
melihat pedoman pengobatan yang tersedia, apakah bahan aktif, bentuk sediaan, dosis,
cara pemberian dan lama pemberian telah sesuai untuk pasien. Untuk tiap-tiap aspek
yang ditelaah, harus dipertimbangkan masalah efektivitas dan keamanannya. Meneliti
efektivitas mencakup penelaahan indikasi apakah pengobatan dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, serta kenyamanan bentuk sediaan. Keamanan berkaitan dengan
kontra indikasi dan kemungkinan interaksi serta kewaspadaan pada pasien dengan
resiko tinggi. Kemampuan melakukan telaahan mengenai masalah tersebut perlu
dilihat dari hasil uji klinik yang bermutu. Kajian ini sulit dilakukan, karena itu perlu
disediakan informasi yang berisi telaahan efektivitas berbagai obat denan indikasi
serupa, beserta kajian keamanannya, juga informasi mengenai biayanya. Pedoman
pengobatan yang tersedia juga terbatas, sebagian besar berisi pedoman tata laksana
diagnosis dan tindakan medik yang perlu dilakukan, tetapi tidak mengenai pemilihan
dan penggunaan obat.
4) Membuat resep
Resep adalah instruksi dari peresep untuk pemberi obat (dispenser). Setiap negara
mempunyai peraturan mengenai standar pembuatan resep. Secara umum resep harus
jelas, dapat dibaca dan mencantumkan secara tepat apa yang harus diberikan. Resep
seharusnya ditulis dengan nama generik, namun informasi mengenai obat generik
hampir-hampir tidak ada yang sampai pada penulisan resep.4
5) Memberi informasi, instruksi, hal-hal yang perlu diwaspadai
Dikatakan 50% pasien tidak menggunakan obat secara benar, tidak teratur, atau tidak
menggunakan sama sekali.4-5 Penyebab yang paling sering adalah timbulnya efek
samping, pasien tidak merasakan manfaat obat, atau cara penggunaan yang rumit
terutama bagi orang tua. Untuk meningkatkan ketaatan pasien, perlu dilakukan
pemilihan obat dengan benar, membina hubungan baik dokter-pasien serta
menyediakan waku untuk memberi informasi/instruksi/peringatan.
6) Melakukan monitoring
Dengan monitoring dapat ditentukan apakah pengobatan memberi hasil seperti yang
diharapkan atau perlu dilakukan tindak lanjut.4-5 Bila penyakit telah sembuh obat perlu
dihentikan, bila penyakit belum sembuh tetapi terapi efektif tanpa efek samping

7
pengobatan dapat dilanjutkan, bila timbul efek samping perlu ditelaah kembali obat
yang diberikan. Bila terapi tidak efektif perlu dipertimbangkan kembali diagnosis yang
telah dibuat, obat yang dipilih, apakah dosis dan cara penggunaannya telah sesuai, dan
apakah cara monitoring telah tepat.

Cara Meningkatkan Kepatuhan Berobat6

Kepatuhan berasal dari kata “patuh” yang berarti taat, suka menuruti, disiplin.
Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan pengobatan,
misalnya dalam menentukan kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat. Kepatuhan
(ketaatan/compliance/adherence) adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan
perilaku yang disarankan oleh dokter atau yang lainnya. Penderita yang patuh berobat adalah
yang menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa terputus minimal 6
bulan sampai 8 bulan.4-5 Dalam pengobatan, seseorang dikatakan tidak patuh apabila orang
tersebut melalaikan kewajibannya berobat, sehingga dapat mengakibatkan terhalangnya
kesembuhan. Faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi
4 (empat) bagian yaitu :6-7
1. Pemahaman tentang instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan padanya. Lebih dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter
salah mengerti tentang instruksi yang diberikan pada mereka.4 Kadang-kadang hal ini
disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap, penggunaan istilah-istilah medis, dan banyak memberikan intruksi yang
harus diingat oleh penderita. Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan
penderita, yaitu :
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan.
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain.
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat,
maka akan ada efek “keunggulan”, yaitu mereka berusaha mengingat hal-hal yang
pertama kali ditulis.
d) Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non medis) dan hal-hal yang
perlu ditekankan.
2. Kualitas interaksi.
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dengan penderita merupakan bagian
yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Meningkatkan interaksi

8
profesional kesehatan dengan penderita adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada penderita setelah memperoleh informasi tentang diagnosis.
Penderita membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan
apa yang mereka lakukan dengan kondisi seperti itu.
3. Isolasi sosial dan keluarga.
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan
dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan
yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan
mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
4. Keyakinan, sikap, kepribadian
Ahli psikologi telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuran-pengukuran
kepribadian dan kepatuhan. Mereka menemukan bahwa data kepribadian secara benar
dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orang-orang yang tidak
patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami depresi, ansietas, sangat
memerhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang
kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada dirinya sendiri. Blumenthal et
al (Ester, 2000) mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang disebutkan di atas itu
yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh (drop out) dari program
pengobatan.
Faktor yang berhubungan dengan ketidaktaatan, secara sejarah, riset tentang ketaatan
penderita didasarkan atas pandangan tradisional mengenai penderita sebagai penerima
nasihat dokter yang pasif dan patuh. Penderita yang tidak taat dipandang sebagai orang
yang lalai, dan masalahnya dianggap sebagai masalah kontrol. Riset berusaha untuk
mengidentifikasi kelompok-kelompok penderita yang tidak patuh berdasarkan kelas
sosio ekonomi, pendidikan, umur, dan jenis kelamin. Pendidikan penderita dapat
meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan
pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh penderita secara
mandiri. Usaha-usaha ini sedikit berhasil, seorang dapat menjadi tidak taat kalau
situasinya memungkinkan. Teori-teori yang lebih baru menekankan faktor situasional
dan penderita sebagai peserta yang aktif dalam proses pengobatannya.

9
Bab III : PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, kesimpulan yang dapat diambil Dokter harus memberikan
informasi yang lengkap dan sejelas-jelasnya dengan bahasa mudah dimengerti pasien dan
petunjuk tertulis dalam penjelasan penyakit, pengobatan, komplikasi, efek samping dan
bagaimana kedepannya, terutama dalam kasus ini pemberian obat TBC yang harus dimakan
jangka panjang. Berikan kesempantan juga pasien untuk bertanya agar komunikasi menjadi
2 arah. Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu terapi obat terpenting
terhadap pasien. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati
pasien yang memiliki masalah kesehatan. Selain itu, memantau respon dan membantu pasien
menggunakannya dengar benar dan berdasarkan pengetahuan akan dapat meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan pada pasien.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwijdja Siswaja. Bioetik dan Hukum
Kedokteran, Pengantar bagi Mahasiswa Kedokteran dan Hukum, Penerbit Pustaka
Dwipar; 2005.h.87- 9.
2. Hartono, B., & Salim, D. WHO AM I? Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme
dalam Profesi Dokter. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana; 2013.h.5-10.
3. Sneha Ambwani, Dr, A K Mathur, Dr, Rational Drug Use, Health Administrator Vol
:XIX Number 1:5-7. diunduh dari :
www.who.int/medicines/areas/rational_use/en/index.html, 16 Oktober 2017.
4. Notoadmodjo, Soekidjo dkk. Promosi kesehatan teoridan aplikasi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta; 2005. h.43-64.
5. Niven N, Psikologi kesehatan pengantar perat dan professional kesehatan lain.
Jakarta: EGC; 2002. h.58-63.
6. Pasek MS, Satyawan IM. 2013. Hubungan persepsi dan tingkat pengetahuan
penderita tb dengan kepatuhan pengobatn di kecamatan buleleng. Jurnal Pendidikan
Indonesia Volume 2, No. 1.
7. Nugroho RA. 2011. Studi kualitatif faktor yang melatarbelakangi drop out
pengobatan tuberkulosis paru. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7 (1). h.83-90. Diunduh
dari : http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas, 16 Oktober 2017.

11

Anda mungkin juga menyukai