Anda di halaman 1dari 13

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk - Jakarta Barat

LAPORAN KASUS
STATUS ILMU PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU KEBIDANAN
RS MARDI WALUYO, METRO

Nama Mahasiswa : Nur Sri Syazana Binti Rahim Tanda Tangan


Nim : 112016194
........................
Dr. Pembimbing/Penguji: dr. OPA Simatupang,Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap Ny. M.P Nama Suami Tn. S
Tanggai Lahir 03 Oktober 1995 Usia 25 Tahun
Usia Ibu 22 tahun Agama Islam
Agama Islam Suku Bangsa Jawa
Suku Bangsa Jawa Alamat Putra Buyut

Alamat Putra Buyut Pekerjaan Suami Pedagang

I. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal: 14 November 2017 Jam: 10.30 WIB
Keluhan utama:
Pasien hamil dengan G1P0A0 dengan usia kehamilan 38-39 minggu datang dengan
keluhan perut mules sejak jam 1 pagi tadi.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RS Mardi Waluyo dengan keluhan mules – mules dan
perdarahan sejak jam 1 pagi tadi. Pendarahan juga disertai lendir bening. Pasien yang hamil
kali pertama dengan usia kehamilan 38 – 39 minggu mengeluh sakit perut yang menjalar
ke belakang pinggangnya. Pasien juga mengatakan dia mempunyai riwayat penyakit
kondiloma akuminata dan Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN). Keluhan benjolan di
sekitar serviks dan vagina berbentuk seperti kembang kol sudah dirasakan sejak awal

1
kehamilan dan rutin kontrol ke dokter kandungan atas indikasi penyakitnya. Pasien tidak
pernah mengalami keguguran sebelumnya. Ini merupakan kali pertama pasien mengeluh
keluar flek darah seperti ini sepanjang kehamilannya. Pasien juga tidak memiliki riwayat
hipertensi dan diabetes mellitus.

Riwayat Haid:

 Haid Pertama :13 tahun

 Siklus Haid : 28 hari, teratur

 Lama Haid : 5 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut/hari

 Hari Pertama Haid Terakhir : 29 Februari 2017

 Taksiran Persalinan : 26 November 2017

Riwayat Pernikahan

Status : Sudah menikah

Perkahwinan : Pertama kali

Lamanya dengan suami sekarang : 1 tahun

Riwayat Obstetri: Hamil ini

Ante Natal Care

Pasien rutin kontrol ke dokter kandungan sepanjang kehamilan.

Riwayat Keluarga Berencana

Pasien tidak pernah menggunakan alat atau obatan kontrasepsi.

Penyakit Dahulu

(-) Cacar (-) Malaria (-) Batu ginjal / Saluran kemih


(-) Cacar air (-) Disentri (-) Burut (Hernia)
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Penyakit prostat
(-) Batuk rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
(-) Campak (-) Skrofula (-) Diabetes
(-)Influenza (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor

2
(-) Korea (-) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh
(-) Demam Rematik Akut (-) Ulkus Ventrikuli (-) Perdarahan otak
(-) Pneumonia (-) Ulkus Duodeni (-) Psikosis
(-) Pleuritis (-) Gastritis (-) Neurosis
(-) Tuberkulosis (-) Batu Empedu Lain Lain: (-) Operasi
(-) Kecelakaan

Riwayat Keluarga

Hubungan Umur Jenis Kelamin Keadaan Kesehatan Penyebab


(Tahun) Meninggal
Kakek (ayah) - Laki-laki Meninggal Tidak diketahui
Nenek (ayah) - Perempuan Meninggal Tidak diketahui
Kakek (ibu) - Laki-laki Meninggal Tidak diketahui
Nenek (ibu) 67 Perempuan Sehat -
Ayah 55 Laki-laki Sehat -
Ibu 50 Perempuan Sehat -
Saudara 17 Laki-laki Sehat -
Suami 25 Laki-laki Sehat -

Adakah kerabat yang menderita :

Penyakit Ya Tidak Hubungan


Alergi 
Asma 
Tuberkulosis 
Artritis 
Rematisme 
Hipertensi 
Jantung 
Ginjal 
Lambung 

Riwayat Persalinan:-
Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Selama kehamilan pasien tidak pernah merokok ataupun minum minuman beralkohol.

3
II. PEMERIKSAAN JASMANI
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Suhu : 36,5° C
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 68x/menit
Pernapasan (Frekuensi dan tipe) : 20 kali/menit, reguler, torakoabdominal
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 53 kg
Keadaan gizi : Normal (IMT = 20,7 kg/m2)
 Kepala : Normosefalus
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Pupil isokor
(3mm/3mm), Refleks cahaya (+/+)
 Hidung : Deviasi septum nasi (-), Pernapasan cuping hidung (-)
 Telinga : Gangguan pendengaran (-)
 Mulut : Bibir sianosis (-)
 Leher :Deviasi trakea (-), Pembesaran KGB (-)
 Thoraks
Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, Retraksi ICS (-), Pelebaran ICS (-)
Palpasi : Gerakan dada simetris.
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, Ronki (-/-), Wheezing (-/-), Suara nafas (+)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi :Ictus cordis teraba
Perkusi :Batas jantung kanan : sternalis dekstra ICS 4
: Batas jantungkiri : 2 jari medial dari axillasinistra ICS 5
: Batas atas jantung : sternal kiri ICS 3
Auskultasi : Murni, regular, murmur (-), gallop (-)

4
 Abdomen
Inspeksi : Membuncit, simetris, striae gravidarum (+), tidak ada luka
bekas operasi
 Ekstremitas
Superior : Hangat (+), edema (-)
Inferior : Hangat (+), edema (-)
2. Pemeriksaan Payudara
Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan Perut
 Inspeksi : Membuncit, simetris, striae gravidarum (+)
 Palpasi : Tinggi fundus uteri 36 cm
 Perkusi : Timpani di seluruh lapangan perut
 Auskultasi : bising usus (+)
: DJJ (143x/menit)
III. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
1. Inspeksi : Vulva dalam batas normal
2. Dengan spekulum : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan bimanual : Terdapat lesi berupa kutil dengan gambaran seperti
kembang kol menginvasi dinding
vagina, pembukaan serviks O 1cm, portio tipis, lendir
darah (+), air-air (-)
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah Rutin
 Hemoglobin : 11.2 g/dl (N: 11.5-15 g/dl)
 Leukosit : 8600/mm3 (N: 6000-20000/mm3)
 Hematokrit : 35.0 % (N: 32-36.5%)
 Trombosit :197,000/uL (N:150,000-400,000/uL)
 Eritrosit : 4,02 juta /ui (N:4,5-6,5 juta/iu)
 Clotting time : 12 (N:9’-16’)
 Bleeding time : 3 (N:<6’)
 HCV : negatif
 HIV : negatif

5
V. RINGKASAN (RESUME)
Seorang wanita, 22 tahun G1P0A0 dengan usia kehamilan 38-39 minggu datang dengan
keluhan perut mules dan perdarahan sejak jam 1 pagi tadi. Pendarahan juga disertai lendir
bening. Sakit perut yang dirasakan menjalar hingga ke belakang pinggangnya. Pasien juga
mengatakan dia mempunyai riwayat penyakit kondiloma akuminata dan Cervical
Intraepithelial Neoplasma (CIN). Dari pemeriksaan fisik didapatkan perut membuncit,
simetris, striae gravidarum (+), tinggi fundus uteri 36 cm, DJJ 143x/menit dan dari pemeriksaan
bimanual ditemukan lesi berupa kutil dengan gambaran seperti kembang kol menginvasi
dinding vagina, pembukaan serviks O 1cm, portio tipis, lendir darah (+), air-air (-)

VI. DAFTAR MASALAH


DIAGNOSIS PASTI
Kondiloma + CIN + G1P0A0 + inpartu kala 1 fase laten + KDR aterm + LKAH
DASAR DIAGNOSIS
Dari pemeriksaan bimanual ditemukan lesi berupa kutil dengan gambaran seperti kembang kol
menginvasi dinding vagina, pembukaan serviks O 1cm, portio tipis, lendir darah (+), air-air(-).
Dari hasil USG tampak janin tunggal, IU, dengan DJJ (+) 150x/menit

RENCANA TERAPI
Persalinan secara operasi (sectio caesarea)

PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam

6
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan
Kutil anogenital juga sering disebut kutil kelamin atau kondilomata akuminata (KA)
merupakan lesi proliferasi jinak yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) terutama
tipe 6 dan 11. Transmisi paling sering adalah melalui kontak seksual tetapi dapat juga terjadi
melalui transmisi perinatal. Kondilomata akuminata dapat mengakibatkan gangguan psikologis
pada pasien, antara lain gangguan pada kehidupan seks, rasa takut akan kanker, dan hubungan
emosional yang buruk dengan pasangannya.1
Prevalensi KA meningkat pada wanita hamil dari trimester pertama sampai trimester
ketiga dan menurun secara bermakna setelah persalinan. Selama kehamilan, KA dapat
membesar dan menyebar dengan cepat. KA yang luas pada masa kehamilan, terutama yang
mengenai serviks, dapat mengakibatkan komplikasi persalinan pervaginam berupa perdarahan
atau dapat menutup jalan lahir.2
Modalitas terapi untuk KA dibedakan menjadi dua macam yaitu terapi yang
diaplikasikan sendiri oleh pasien di rumah misalnya krim imiquimod, krim atau solusio
podofilotoksin dan terapi yang dilakukan oleh dokter di tempat pelayanan kesehatan misalnya
bedah beku, bedah listrik, laser, larutan asam trikloroasetat (TCA) dan tingtura podofilin.
Meskipun demikian, tidak semua modalitas terapi tersebut dapat digunakan pada wanita hamil,
antara lain, imiquimod, podofilotoksin, tingtura podofolin3

Kondiloma Akuminata pada Wanita Hamil


Infeksi HPV merupakan satu di antara tiga penyakit menular seksual terbanyak di
Amerika Serikat selain gonore dan infeksi klamidia. Lebih dari 150 tipe HPV telah
diidentifikasi, sekitar 40 tipe telah diketahui dapat menginfeksi saluran anogenital. Penelitian
serologik menunjukkan lebih dari 50% wanita seksual aktif terinfeksi, minimal satu subtipe
HPV yang mengenai sistem anogenital. KA pada wanita paling sering terjadi di daerah vulva,
kemudian secara berurutan vagina, perineum, anus, serviks, dan uretra. Gambaran klinis yang
tampak berupa gambaran seperti kembang kol pada daerah genital.1
Prevalensi yang tinggi pada usia produktif membuat infeksi HPV dapat
terjadi pada saat kehamilan. Kondiloma akuminata pada wanita hamil dapat meluas pada
serviks, vagina, vulva dan dapat meluas sehingga menutupi jalan lahir. Selama kehamilan,
prevalensi kondiloma meningkat dari pertama sampai trimester ketiga dan menurun secara
signifikan pada periode postpartum. Risiko kondiloma acuminata pada kehamilan adalah dua

7
kali lipat. KA cenderung berkembang dalam ukuran dan vaskularitas selama kehamilan karena
adanya perubahan anatomi termasuk vaskularisasi yang meningkat selama kehamilan dan
adanya penurunan kekebalan alami serta pengaruh hormonal. Keadaan ini dapat menghalangi
saluran reproduksi dan dapat berakibat terjadinya perdarahan banyak saat persalinan. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya CIN dan paparan pada fetus.4-5

Risiko penularan HPV kepada neonatal


Kondiloma akuminata hampir selalu ditularkan melalui kontak seksual, tetapi juga
dapat terjadi transmisi vertikal dari ibu ke bayi dan autoinokulasi. Transmisi HPV dari ibu ke
bayi jarang terjadi, namun dapat menyebabkan terjadinya respiratory papillomatosis yang dapat
mengakibatkan kematian atau morbiditas seumur hidup pada anak. Selain itu, infeksi HPV
pada trofoblas ekstravili dapat menginduksi kematian sel dan mengurangi invasi plasenta ke
dinding rahim sehingga menyebabkan disfungsi plasenta dan secara spontan dapat
menyebabkan kelahiran premature.6
Dalam kasus tertentu bayi baru lahir dapat mengalami infeksi kongenital intra uterine
walaupun dengan kelahiran melalui sectio caesaria, dan itu dapat disebabkan oleh infeksi
ascending dari saluran vagina setelah terjadinya ketuban pecah dini. Ada pula infeksi yang
terjadi saat pembuahan dan terjadi transmisi intra uterine melalui sperma yang membawa HPV
carrier atau infeksi transplasenta.6
Paparan pada fetus dapat berakibat terjadinya Juvenile Onset recurrent Respiratory
Papilomatosis yang biasanya bermanifestasi pada usia 5 tahun. Insidensi papilomatosis larings
juvenil tidak tinggi dan patogenesisnya masih belum jelas tetapi penyakit ini dapat
menimbulkan suara serak dan distress pernafasan akibat terjadinya obstruksi saluran
pernafasan karena edema pada larings serta memiliki tingkat rekurensi yang tinggi.6

Persalinan pervaginam dibandingkan dengan seksio sesarea


Risiko rendah papillomatosis laring dan laporan kejadian tersebut pada anak yang lahir
dengan seksio sesarea, serta resiko yang diketahui seksio sesarea telah mempromosikan
rekomendasi bahwa keberadaan condiloma pada alat kelamin tidak menjadi satu-satunya
alasan untuk dilakukanya persalinan secara seksio sesarea. Selain itu, ada studi terkontrol telah
menunjukkan bahwa seksio sesarea mencegah kondisi ini. Indikasi klinis untuk seksio sesarea
yang melibatkan HPV adalah adanya kondiloma vagina dan / atau introital luas menghalangi
jalan lahir atau adanya kondiloma yang luas dan rapuh yang berisiko terjadinya perdarahan bila
dilakukan kelahiran pervaginam. Risiko penularan infeksi tidak berbeda antara kelahiran

8
pervaginam maupun perabdominal. Bila tidak ada indikasi melahirkan persalinan secara
sesarea, persalinan pervaginam menjadi pertimbangan karena mempunyai keuntungan, biaya
murah, komplikasi kecil dibandingkan seksio sesarea dan waktu tinggal di rumah sakit lebih
singkat sehingga mengurangi biaya perawatan yang dikeluarkan.5,6
Walaupun tidak ada perbedaan risiko infeksi yang diturunkan terhadap janin
berdasarkan metode persalinan, namun adanya kondiloma akuminata terbukti meningkatkan
rasio kelahiran lewat seksio sesare. Dari Arch Gynecology and Obsetri 2011 didapatkan risiko
kelahiran dengan SC yaitu 40,0% pada kasus dengan lesi luas, 32,5% pada lesi yang
terlokalisasi dan 13,0% dari semua kasus kondiloma yang dilakukan persalina nsecara seksio
sesarea.7

Manifestasi Klinis
Masa inkubasi kondiloma akuminata berlangsung antara 1–8 bulan. Virus masuk
kedalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit sehingga sering timbul pada daerah yang mudah
mengalami trauma pada saat berhubungan seksual. Pertumbuhan kutil dapat dibagi dalam 3
bentuk yaitu : bentuk akuminata (jengger) bentuk papul dan bentuk datar. Selain bentuk itu bila
berkembang dapat menjadi sangat besar, Giant Condyloma ( Buschke Lowstein ) dan Papulosis
Bowenoid. Keduanya dihubungkan dengan kemungkinan adanya keganasan.1
Sering kali tanpa sebab yang diketahui pada saat kehamilan kondiloma akuminata akan
membesar dan meluas sampai memenuhi dan menutupi vagina dan perineum yang
menyebabkan kesulitan persalinan pervaginam. Kemungkinan keadaan basah daerah vulva
pada saat kehamilan merupakan kondisi yang bagus untuk pertumbuhan virus.1

Diagnosis1-4
Meskipun gejala klinis sangat khas akan tetapi masih perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
dengan :
1. Uji asam asetat. Dengan membubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi
yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih.
2. Kolposkopi
3. Pemeriksaan histopatologi pada kondiloma yang menunjukkan gambaran
papilomatosis, akantosis, “rete ridges” yang memanjang dan menebal, parakeratosis
dan koilositosis.
4. Pemeriksaan histopatologi pada CIN ditunjukkan adanya perubahan yang abnormal
dari nucleus yang menjadi hiperkromasi, pleomorfis, tepi irregular dan distribusi

9
abnormal kromatin. Angka mitosis yang menningkat dan tipe mitosis yang abnormal
sering tampak.

Pentalaksanaan Dan Pengobatan


Penatalaksanaan kondiloma akuminata memerlukan pertimbangan terhadap jumlah,
luas, lokasi dan kondisi pasien. Pada wanita hamil, penatalaksanaan kondiloma akuminata
harus mempertimbangkan keamanan pada ibu dan janin. Sebagian modalitas terapi tidak aman
digunakan untuk wanita hamil. Podofilin dan podofilatoksin merupakan kontraindikasi pada
ibu hamil karena memiliki efek teratogenik. Imiquimod tidak menimbulkan efek teratogenik
pada hewan percobaan, tetapi masih dibutuhkan data lebih banyak tentang keamanannya pada
wanita hamil. Satu laporan kasus penggunaan krim imiquimod 5% pada wanita hamil
menunjukkan hasil yang memuaskan tanpa disertai efek samping pada ibu maupun janinnya.7,8
Modalitas terapi KA yang aman digunakan untuk wanita hamil, antara lain TCA, bedah
beku, bedah listrik dan laser. Bedah listrik merupakan prosedur yang menimbulkan nyeri
sehingga memerlukan anestesi lokal atau umum. Bedah listrik bila dilakukan pada kehamilan
dapat menyebabkan perdarahan yang berat pada 33% pasien. Laser Nd YAG dapat
memberikan hasil yang baik tetapi sangat mahal dan tidak tersedia di setiap rumah sakit. Terapi
laser merupakan pilihan terapi untuk pasien dengan keadaan imunosupresif dan wanita hamil
dengan lesi yang luas yang tidak memberi respons dengan pengobatan TCA atau bedah beku.7,8
TCA dan bedah beku harus dipertimbangkan sebagai lini pertama terapi KA selama
kehamilan. Mekanisme kerja TCA adalah dengan cara denaturasi dan koagulasi protein yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan yang terkena KA. Berdasarkan panduan terapi
Centers for Disease Control and Prevention 2010, konsentrasi TCA yang digunakan untuk
terapi KA adalah 80% - 90%. TCA dapat diaplikasikan langsung ke permukaan lesi dengan
lidi kapas setiap minggu. Tingkat keberhasilan TCA untuk terapi KA adalah 56-81% dengan
tingkat rekurensi 36%. TCA tidak membutuhkan peralatan khusus karena dapat diaplikasikan
langsung di atas lesi, sehingga mudah digunakan dan biaya lebih murah.7,8

10
PEMBAHASAN

Kondiloma akuminata merupakan manifestasi klinis dari adanya infeksi dari Human
Papiloma Virus (HPV) terutama stain 6 dan 11 yang menyerang organ genitalia dan umumnya
ditularkan melalui kontak seksual. Pada wanita hamil dengan infeksi HPV biasanya mengalami
gejala yang cenderung berkembang menjadi lebih aktif dikarenakan adanya perubahan anatomi
terutama vaskularisasi organ genitalia, adanya penurunan imunitas pada wanita hamil yang
biasanya adalah keadaan fisiologis dan pengaruh hormonal.4
Pemilihan terminasi pada ibu hamil dengan infeksi HPV masih menjadi kontroversi.
Kondiloma akuminata selama kehamilan dapat berproliferasi dengan cepat sehingga dapat
mempersulit proses persalinan. Pada pasien ini direncanakan untuk dilakukan sectio caesarea
karena terdapat lesi kondiloma akuminata yang meluas di dinding vagina yang jelas
menghalangi jalan lahir dan berisiko untuk terjadi perdarahan hebat akibat adanya kondiloma
yang luas dan rapuh yang berisiko terjadinya perdarahan bila dilakukan kelahiran pervaginam.
Selain itu, bayi yang lahir pervaginam memiliki risiko lebih tinggi untuk terpajan HPV
dibandingkan dengan bayi yang lahir melalui sectio caesaria (masing-masing 51,4% banding
27,3%). Namun, risiko penularan dan terjadi papilomatosis laring sangat rendah, diperkirakan
antara 1 : 400 hingga 1 : 1000. Sectio caesaria tidak sepenuhnya melindungi bayi dari infeksi
HPV, oleh karena itu sectio caesaria hanya diindikasikan jika lesi genital sangat besar yang
menyebabkan obstruksi jalan lahir atau jika ada risiko pendarahan akibat adanya kondiloma
yang luas dan rapuh yang berisiko terjadinya perdarahan bila dilakukan kelahiran
pervaginam.9,10

11
PENUTUP

Kesimpulan
Indikasi sectio caesaria didasarkan bila ada temuan masa kondiloma yang besar dan
menutupi jalan lahir atau menyebabkan risiko perdarahan banyak bila persalinan dilakukan
pervaginam. Beberapa kasus dengan kondiloma yang kecil dan ringan dapat regresi spontan
setelah persalinan sementara kondiloma yang cukup besar dapat dipertimbangkan terapi ablasi
dengan elektro couter atau criyo surgery. Asam trikloroasetat (TCA) juga merupakan salah satu
modalitas terapi yang aman untuk wanita hamil.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Androphy EJ, Kirnbauer R. Human papilloma virus infections. Dalam: Wolff K,


Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS Leffell DJ, penyunting. Fizpatrick's
dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill Companies;
2012. h.2421-33
2. Odeibat HM, Obaidat NA, Awamleh AA, Al-Zboone AA, Khalifeh F. Cryotherapy for
the management of genital warts in pregnancy: a five-year observational study. J Roy
Med Serv. 2007; 14(3): 26-30
3. Lacey CJN, Woodhall SC, Wikstrom A, Ross J. 2011 European guideline for the
management of anogenital warts in adults. IUSTI. 2011: 1-20

4. Koutsky LA, Kiviat NB. Genital Human Papillomavirus. In Holmes : Sexually


Transmitted Diseases. New York : McGraw Hill. 2002; 3rd ed; chapter 25; p 347 – 356.
5. Brandt AM, Jones DS. Historical Perspectives on Sexually Transmitted Diseases :
Challenges for Prevention and Control. In Holmes : Sexually Transmitted Diseases.
New York : McGraw Hill. 2002; 3rd ed; chapter 2; p 15 – 20
6. Eassa BI, Bakr AA . Intradermal injection of PPD as a novel approach of
immunotherapy in anogenital warts in pregnant women. Dermatologic Therapy, 2011;
24: 137–43.

7. Centers for Disease Control and Prevention. Sexually transmitted diseases treatment
guidelines. MMWR 2010; 59(No.RR-12): 70-3.
8. Nath D, Kumar B, Sharma KV, Kaur I, Gupta R, Malhotra S. Comparison of
podophyllin and trichloroacetic acid for the treatment of genital warts. IJDVL , 1990;
56(1): 22-4
9. Tseng CJ, Liang CC, Soong YK, Pao CC. Perinatal transmission of human
papillomavirus in infants: Relationship between infection rate and mode of delivery.
Obstet Gynecol. 1998; 91: 92-6.
10. Gunter J. Genital and perianal warts: New treatment opportunities for human
papillomavirus infection. Am J Obstet Gynecol. 2003; 189(3S); S3-11

13

Anda mungkin juga menyukai