IMANUEL SUTOPO
112018006
Keluhan utama :
lemas dengan perut terasa sakit 1 hari SMRS.
• Tampak simetris
• Tidak ada benjolan
HIDUNG
• Septum nasal tidak deviasi
• Tidak ada sekret
• Normotia
TELINGA • Liang telinga tampak lapang
• Tidak ada tanda peradangan
• Akral hangat
• CRT<2 detik
EKSTREMITAS
• Edema tungkai +/+
• Edema -/-
PULMO
Koagulasi
PT 10.9 Detik
PTC 9.5 9.3-11.8 detik
APTT 23.7 Detik
APTTC 37.3 31-47 detik
Pemeriksaan USG
Kesan :
Tidak tampak cairan bebas
Tampak hidronefrosis ginjal kanan-kiri
Pemeriksaan Pap Smear
Hasil Pemeriksaan Biopsi
RESUME
Seorang wanita usia 44 tahun datang dengan keluhan pusing, lemas dan nyeri perut bagian bawah dan memiliki riwayat
penyakit Ca cerviks IIIB. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang, tekanan
darah 100/68 mmHg, nadi 101x/menit, pernapasan 21x/menit, suhu 36.5°C, berat badan 45 kg, tinggi badan 155cm. Pada
pemeriksaan status generalis didapatkan adanya konjungtiva anemis kanan-kiri, dan edema tungkai kanan-kiri. Pada
pemeriksaan ginekologi didapatkan inspeksi vulva dan uretra tenang, Pada inspekulo didapatkan portio berbenjol-benjol
dan kesan nya mudah rapuh, negatif perdarahan aktif negatif. Pemeriksaan pelvimetri klinis dan pemeriksaan dalam tidak
dilakukan.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium darah pada tanggal 27 April 2019 : Hb 7.8 g/dL, Ht 35%,
Leukosit 5.250/μL, trombosit 132.000/μL, Na 128 mmol/L, K 3.1 mmol/L, Cl 103 mmol/L. Albumin 2.7g/dL, Ureum
218mg/dL, Creatinin 5.17mg.dL.
Hasil USG 27 April 2019 didapatkan tidak ada cairan bebas dan tampak adanya hidronefrosis ginjal kanan-kiri.
Analisa Kasus
Pasien datang dengan keadaan sudah terdiagnosa Ca cervix stadium IIIB
Dari hasil Anamnesis didapatkan keluhan pusing, lemas dan nyeri pada bagian perut bawah. Riwayat
perdarahan pervaginam pada bulan oktober 2018.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya konjungtiva anemis yang menandakan adanya
anemia, dan adanya edema tungkai kanan-kiri yang menunjukan adanya hipoalbumin.
Dari hasil pemeriksaan ginekologi didapatkan adanya portio yang berbenjol-benjol dan mudah rapuh
yang menunjukan adanya perubahan sel atau proses keganasan pada serviks
Dari hasil pemeriksaan lab didapatkan Anemia (7.8 g/dL) , Albumin 2.7 ( Hipoalbumin ),
Hiponatremia ( 128 ), dan Hipokalemia ( 2.5 ). Ureum/ creatinin ( 218/5.17) yang menujukan adanya
gangguan fungsi ginjal.
Dari riwayat prosedur tindakannya, pasien memiliki riwayat Hemodialisa yang menujukan adanya
gagal ginjal dan adanya riwayat kemotherapi 2x.
Rencana penatalaksanaan pada pasien ini adalah untuk perbaikan keadaan umum, dan untuk
persiapan pasien menjalankan khemotherapi pada tanggal 6/5/2019.
Diagnosis Kerja
Kanker cervix jenis kanker kedua terbanyak di seluhur dunia (terbanyak pertama ca mammae)
Angka kejadian kanker serviks pertahun di Indonesia 20.998 kasus (meninggal 9.498)
Definisi
Penelitian akhir ini memfokuskan virus DNA sbg salah satu faktor penyebab penting.
Proses karsinogenesis as. Nukleat virus bersatu ke dalam gen dan DNA sel host
timbul mutase gen sel yang bermutasi berkembang jadi sel displastik terjadi kelainan
epitel (displasia)
Displasia mencakup ggn maturase epitel skuamous berbeda dari normal tp tidak masuk
kategori sel karsinoma.
Karsinoma in situ ggn maturase epitel skuamous meyerupai karsinoma invasive tp
membrane basalis masih utuh
Tingkat dysplasia dan karsinoma in situ tingkat pra kanker
Klasifikasi terbaru istilah CIN
CIN I : dysplasia ringan
Secara histopatologis :
Karsinoma sel skuamosa (85%)
Adenokarsinoma (10%)
Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan rektal
Pap smear
Tes aman dan murah
Direkomendasikan pada saat memulai aktifitas seksual.
Interval pemeriksaan 3 th sekali.
Kelompok risiko tinngi periksa tiap tahun
Tujuan : mencoba menemukan sel yg abnormal; alat untuk deteksi
gejala pra kanker serviks bagi yang belum menderita kanker;
mengetahui kelainan yg terjadi pada sel kanker serviks; dan mengetahui
tingkat keganasan serviks
Manfaat :
Evaluasi sitohormonal
Mendiagnosis peradangan
Identifikasi organisme penyebab peradangan
Mendiagnosa kelainan pra kanker dan kaner serviks
Memantau hasil terapi
Deteksi dini
Keterbatasan
Sedikit penelitian sebagai tes penapisan dalam skala
luas
Positif palsu membuat sistem rujukan overload
Deteksi dini
Teknik paling sensitive jika dibandingkan dengan southern blot dan HC II.
Sensitiveutk mendeteksi tipe HPV khususnya yang risiko tinggi
Untuk mendeteksi, menghitung viral load, DNA sekuensing dan analisis mutase.
Cara kerja : mengamplifikasi DNA hasil isolasi dengan 3 tahapan
Denaturasi (linearisasi DNA terjadi pada suhu 95oC)
Annealing (penempelan primer pada DNA target yang akan diperbanyak)
Elongasi (polimerasi)
Keterbatasan : mahal, perlu waktu lama dan perlu teknik laboratorium yang tinggi
PCR-Reverse line hybridization
Pembedahan
Dilakukan sampai st IIA
Stadium I A1 tanpa invasi limfo-vaskuler konisasi serviks/histerektomia
totalis simple. Risiko metastasis ke KGB/residif 1%
St I A1 dengan invasi limfo-vaskuler dan st I A2 histerektomia radikal
dan limfadenektomia pelvik. Risiko metas ke KGB 5%
Stadium I A2 berkaitan dengan 4-10 % risiko metastasis ke kGB
St I B – st II A histerektomia radikal (tipe III) dan limfadenektomia
pelvik dan para-aorta
Radiasi adjuvant diberikan pasca bedah pada kasus dengan risiko tinggi.
Radiasi pasca bedah dapat mengurangi residif sampai 50%
tatalaksana
Radioterapi
Diberikan pada semua stadium terutama st IIB – IV atau pasien st
kecil tp tidak merupakan kandidat untuk pembedahan.
Komplikasi radiasi paling sering gastrointestinal seperti prokitis,
colitis dan traktus urinarius dan stenosis vagina
Radioterapi adjuvant dapat diberikan pada pasien pasca bedah dengan
risiko tinngi
tatalaksana
Kemoterapi
Diberikan sbg gabungan radio-kemoterapi adjuvant untuk terapi
paliatif pada kasus residif.
Paling aktif cisplatin
Jenis lain yang punya aktivitas yang dimanfaatkan dalam terapi adalah
ifosfamid dan paclitaxel
prognosis
Faktor-faktor yg menentukan prognosis umur, KU, tingkat klinik, ciri-ciri histologi sel tumor.
Prognosis tergantung st penyakitnya.
5-years survival rates:
St 0 : 100% penderita dapat sembuh
St 1 : I A (95%), I B (70-90%)
St II : II A (70-90%), II B (60-65%)