Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

Karsinoma Endometrium

Pembimbing:
dr. Gunawan Rusuldi, SpOG (K) Onk

Disusun oleh
Asrianti Saddi Pairunan
11 2017 170

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RSPAD GATOT SOEBROTO
2019

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KEDOKTERAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

Nama Mahasiswa : Asrianti Saddi Pairunan Tanda Tangan :


NIM : 11.2017.170
Dokter Pembimbing : dr. Gunawan Rusuldi, SpOG (K) Onk

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. F Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 31 Desember 1952 Suku Bangsa : Ambon
Umur : 66 tahun Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Kramat Raya

ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis, Tanggal : 11 Juli 2019. Jam : 06.00 WIB
Dilakukan di: Ruang rawat inap RSPAD Gatot Soebroto

Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 1 bulan SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengatakan sejak 2 tahun SMRS pasien mengalami penebalan dinding rahim,
pasien mengaku pada saat itu telah menopous namun mengalami perdarahan yang keluar dari
kemaluan seperti darah haid.

2
Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah, nyeri dirasakan terus
menerus disertai adanya perdarahan dari alat kelamin, darah yang keluar dari alat kelamin
menggumpal dan sejak 1 bulan yang lalu pasien telah mendapat tindakan curetage untuk keluhan
tersebut.
Pasien mengaku memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus, pasien rutin
mengkonsumsi obat amlodipin 5mg untuk hipertensinya dan glimepirid 2 mg sebagai obat untuk
diabetes melitus.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi (+), diabetes melitus (+), riwayat alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit Ya Tidak Hubungan

Hipertensi - - -

Diabetes Mellitus - - -

Asma  - Ibu

Jantung  - Ayah

Riwayat Haid
 Menarche :13 tahun
 Jumlah :3-4 kali ganti pembalut
 Siklus mens : haid teratur 28 hari
 Lamanya :2-3 hari
 Keluhan saat haid : haid tidak lancar, saat haid kadang selang sehari tidak keluar
darah.

Riwayat Perkawinan

 Status pernikahan : Menikah 1 kali


 Dengan suami sekarang : 32 tahun
 Umur saat pernikahan : 34 tahun

3
Riwayat Obstetrik/kehamilan dan Persalinan
 P1A0 : Melahirkan pada tahun 1985, umur kehamilan aterm, jenis persalinan normal,
penolong dokter, jenis kelamin laki – laki, keadaan sehat.

 Riwayat penggunaan alat kontrasepsi : Tidak ada

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda - tanpa vital : TD : 140/80 mmHg
HR : 91x/menit
RR : 20x/menit’
Suhu : 36.5oC
SpO2 : 98%
 Keadaan gizi : BB 77 kg, TB 166 cm (Obesitas)
 Cara berjalan : Normal
 Mobilisasi (aktif/pasif) : Aktif

Aspek Kejiwaan

 Tingkah laku : Tenang


 Alam perasaan : Biasa
 Proses pikir : Wajar

Pemeriksaan Status Generalis


 Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam
 Mata : Anemis -/-, Ikterik -/-
 Hidung : Sekret -, perdarahan –, Septum deviasi (-)
 Mulut : Faring hiperemis (-)

4
Kulit
 Warna : Sawo matang Efloresensi : Tidak ada
 Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada
 Pertumbuhan rambut : Normal Pembuluh darah : Batas normal
 Suhu raba : Sama dengan pemeriksa Lembab/kering : Batas normal
 Keringat : Umum (-) setempat (-) Turgor : Baik
 Lapisan lemak : Merata Ikterus : Tidak ada
 Lain – lain : (-) Edema : Tidak ada

Kelenjar Getah Bening


 Submandila : Tidak teraba membesar
 Supraklavikula : Tidak teraba membesar
 Lipat paha : Tidak teraba membesar
 Ketiak : Tidak teraba membesar

Thoraks
 Bentuk : Simetris, tidak ada pelebaran sela iga
 Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
 Buah dada : Hiperpigmentasi areola mamae, simetris

Paru - paru
 Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris
 Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
 Inspeksi : Bentuk normal, ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicula kiri

5
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni regular, gallop (-), murmur (-)

Status Ginekologi
 Inspeksi
abdomen datar, tidak tampak bekas luka operasi, simetris, tanda cairan bebas ( - ).
 Auskultasi
Bising usus (+) normoperistaltik
 Palpasi
Nyeri tekan perut bawah (+)
 Perkusi
Timpani (+)
 Pemeriksaan luar
o Inspeksi :vulva urethra tenang, perdarahan aktif (-)
o Inspekulo : tidak dilakukan
 Pemeriksaan dalam
Tidak dilakukan

6
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (10 Juli 2019, 06.00 WIB)


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Hematologi rutin

Hemoglobin 10.6 12.0-16.0 g/dL

Hematocrit 33 37-47%

Eritrosit 4.1 4.3-6.0 juta/uL

Leukosit 9230 4.800-10.800/uL

Trombosit 394000 150.000-400.000/uL

Hitung Jenis:

Basofil 0 0 – 1%

Eosinofil 4 1 – 3%

Batang 2 2 – 6%

Segmen 71 50 – 70%

Limfosit 16 20 – 40%

Monosit 7 2 – 8%

MCV 80 80-96 fL

MCH 26 27-32 pg

MCHC 33 32-36 g/dL

Koagulasi

7
Waktu prothrombin (PT)

 Kontrol 10.9 detik


 Pasien
9.5 9.3-11.8 detik

APTT

 Kontrol 23.9 detik


 Pasien
22.3 23.4-31.5 detik

Kimia Klinik

SGOT (AST) 17 <35 U/L

SGPT (ALT) 13 <40 U/L

Protein Total 7.2 6 – 8.5%

Albumin 3.9 3.5-5.0 g/dL

Globulin 3.3 2.5 – 3.5%

Ureum 36 20-50 mg/dL

Kreatinin 2.19 0.5-1.5 mg/dL

eGFR 22.81 mL/mnt/1.73m2

Glukosa darah (puasa) 110 80 – 115mg/dL

Glukosa darah (2 jam pp) 145 80-140 mg/dL

Natrium (Na) 143 135-147 mmol/L

Kalium (K) 54.2 3.5-5.0 mmol/L

Klorida (Cl) 108 95-105 mmol/L

Imunoserologi

HbsAg (Rapid) Non reaktif Non reaktif

8
Anti HIV Penyaring

Metode – 1 Non reaktif


Non reaktif
Reagen vikia
Metode – 2 Tidak dikerjakan Non reaktif

Metode – 3 Tidak dikerjakan Non reaktif

Pemeriksaan USG
Tanggal pemeriksaan : 10 juli 2019
Hasil pemeriksaan :
 Uterus :Uterus membesar 12x6 cm
 Endometrium :Endometrium 1,6 cm
 Adneksa kanan :Dalam batas normal
 Adneksa kiri :Dalam batas normal
 Rongga pelvik :Dalam batas normal
 Doppler :Dalam batas normal
 Lain – lain :Dalam batas normal
 Saran : Suspek karsinoma endometrium
Pemeriksaan Patologi Anatomi

Makroskoik :

1. Endoserviks : 1 bokal berisi keping – keping jaringan warna coklat kenyal 1,8 cc.
2. Endometrion : 1 bokal berisi keping – keping jaringan warna coklat kenyal 2cc.
Mikroskopik :

I dan II : kedua sediaan kuretase dari endoserviks (I) dan endometrium (II) mengandung
keping keping massa tumor yang tersusun papiler dan tubular serta kribriformis.

Kesimpulan :

I dan II : Adenikarsinoma berdiferensiasi baik grade I yang sulit ditentukan asal nya dari
serviks atau endometrium.

9
Resume
Perempuan usia 66 tahun datang dengan keluhan nyeri perut bawah sejak 1 bulan SMRS,
nyeri dirasakan terus menerus disertai adanya perdarahan dari alat kelamin, darah yang keluar
dari alat kelamin menggumpal dan sejak 1 bulan yang lalu pasien telah mendapat tindakan
curetage untuk keluhan tersebut. sejak 2 tahun SMRS pasien mengalami penebalan dinding
rahim, pasien mengaku pada saat itu telah menopous namun mengalami perdarahan yang keluar
dari kemaluan seperti darah haid. Pasien mengaku memiliki riwayat penyakit hipertensi dan
diabetes melitus, pasien rutin mengkonsumsi obat amlodipin 5mg untuk hipertensinya dan
glimepirid 2 mg sebagai obat untuk diabetes melitus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 91x/menit, RR
20x/menit, suhu 36.5oC, berat badan 7 kg, dan tinggi badan 166 cm. pada pemeriksaan status
ginekologi didapatkan abdomen datar, tidak tampak adanya bekas luka operasi, bising usus (+)
normoperistaltik, nyeri tekan perut bawah (+), perkusi timpani, pemeriksaan luar inspeksi vulva
uretra tenang, tidak tampak perdarahan aktif.
Pada hasil laboratorium didapatkan Hb 12.8g/dL, Ht 38%, leukosit 15720/uL, trombosit
362000/uL, neutrofil 95%, limfosit 3%, GDS 134mg/dL. Pada hasil USG didapatkan uterus
membesar 12x6cm, endometrium 1,6 cm kesan suspek karsinoma endometrium.

Diagnosis
Karsinoma endometrium

Terapi
Pembedahan : Histerektomi radikal

Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad malam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad malam
Quo ad Sanationam : Dubia ad malam

10
Follow Up
10 Juli 2019
S: pasien datang dari poli rencana operasi, tidak ada keluhan.
O: keadaan umum baik, kesadaran CM
TD: 140/80 mmHg RR: 20 x/menit
HR : 91x/menit suhu : 36.5oC
Status generalis : dalam batas normal
Status ginekologi : Inspeksi vulva urethra tenang, pernadarahan aktif negative.
A : karsinoma endometrium
P: -Rencana HT radikal
-Transfusi PRC

11 Juli 2019
S: perut terasa kembung, mual muntah (-), batuk kering
O : keadaan umum baik, kesadaran CM
TD: 140/80 mmHg RR: 20 x/menit
HR : 91x/menit suhu : 36.5oC
Status generalis : dalam batas normal
Status ginekologi : Inspeksi vulva urethra tenang, pernadarahan aktif negative.
Hasil Lab post operasi : hb 12,8g/dL, ht 38%, leukosit : 15750/ul, trombosit 362000/ul, neutrofil
95%, limfosit 3%.
A : karsinoma endometrium
P : - Antibiotik Profilaksis
-puasa
- pro Histerektomi radikal

12 Juli 2019
S: nyeri luka operasi, mual muntah negatif.
O : keadaan umum baik, kesadaran CM
TD: 140/75 mmHg RR: 20 x/menit
HR : 93x/menit suhu : 36.6oC

11
Status generalis : rembesan luka oprasi negatif
Status obstetric : Inspeksi vulva urethra tenang, perdarahan aktif negative.
A : POD I post laparatomi radikal + eksisi tumor a/i karsinoma endometrium
P : - pycin 2x1,5 gram IV
-Kalnek 3x500mg IV
-Tramol 2x100mg IV

13 April 2019
S: Nyeri luka oprasi berkurang
O : keadaan umum baik, kesadaran CM
TD: 153/73 mmHg RR: 20 x/menit
HR : 96x/menit suhu : 36.6oC
Status generalis : rembesan luka oprasi negatif
Status obstetric : Inspeksi vulva urethra tenang, pernadarahan aktif negative.
A : POD II post laparatomi radikal + eksisi tumor a/i karsinoma endometrium
P : -pcyn 2x1,5 gram IV
-Kalnek 3x500mg IV
-Tramol 2x100mg IV

12
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau pada
dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai
tempat tertanam dan berkembangnya janin. kanker endometrium kadang-kadang disebut
kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti otot atau
sel miometrium. kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena sering
menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause.1
Secara biologis dan histologis, karsinoma endometrium adalah jenis neoplasma yang
memiliki dua model pathogenesis. Karsinoma endometrium tipe 1 yang estrogen dependent
dan mempunyai prognosis lebih baik, dan karsinoma endometrium tipe 2 non- estrogen
dependent yang lebih agresif dan berprognosis lebih buruk.

Klasifikasi ( kriteria stadium surgikal)


Saat ini, stadium kanker endometrium ditetapkan berdasarkan surgical staging,
menurut The International Federation of Gynecology and Obstetrics(FIGO) :
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ, lesi paraneoplastik seperti hyperplasia
adenomatosa endometrium atau hyperplasia endometrium atipik
I Proses masih terbatas pada korpus uteri
IA Tumor terbatas pada endometrium (miometrium intak)
IB Invasi miometrium minimal, kurang dari separuh miometrium
IC Invasi miometrium lebih dari separuh tebal miometrium
II Proses sudah meluas ke servik, tapi tidak meluas ke atas uterus
IIA Keterlibatan kelenjar endoserviks
IIB Sudah melibatkan stroma serviks
III Proses sudah keluar uterus,tapi masih berada dalam panggul kecil
IIIA Invasi cairan serosa uterus, adneksa, atau hasil positif pada sitologi
cairan peritoneum
IIIB Invasi ke vagina

13
IIIC Metastasis ke kelenjar getah bening pelvis dan/atau paraaorta
IV Proses sudah keluar dari panggul kecil
IVA Invasi ke kandung kemih dan/atau rectum
IVB Metastasis jauh, termasuk ke organ visera atau KGB inguinal

Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi
beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus
menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Kebanyakan kasus karsinoma endometrium
(80%) dihubungkan dengan endometrium terpapar stimulasi estrogen secara kronis (hormonal)
dari sumber endogen dan eksogen lain. Kanker yang dihubungkan dengan estrogen (estrogen
dependent) ini cenderung untuk mengalami hiperplasia dan berdiferensiasi lebih baik, dan secara
umum punya prognosis baik. Sementara itu, tipe kanker endometrium yang tidak bergantung
pada estrogen (non estrogen dependent) berkembang dengan non hiperplasia dan berdiferensiasi
jelek dan lebih agresif.
Banyak kasus karsinoma endometrium yang dilaporkan pada wanita tanpa faktor resiko
yang sudah diketahui seperti mereka dengan gangguan hormonal. Beberapa studi menunjukan
bahwa sindroma ovarium polikistik dan resistensi insulin yang merupakan komponen dari
sindrom metabolik, dapat berperan dalam pathogenesis karsinoma endometrium 2,3.
Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan munculnya kanker endometrium :
1. Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi androstenedion
menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20 kali. Obesitas
merupakan faktor resiko utama pada kanker endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali.
Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3 kali
lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan lebih dari 25
Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
2. Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6 kali lebih
tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari 12 tahun.

14
Menstruation span merupakan metode numerik untuk menentukan faktor resiko dengan
usia saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion span (MS) = usia
menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena kanker endometrium
sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
3. Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau belum
dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita
kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga
menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah
melahirkan (paritas).2
4. Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan hormon
ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.
5. Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir
rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan
terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium
disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker endometrium sebesar
23%.3
6. Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko
keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita karsinoma
endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal
berkisar antara 17-64%.
7. Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3 populasi
kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada keganasan
endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada populasi kontrol.
8. Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian keganasan
endometrium lenih tinggi daripada di ngara-negara yang sedang berkembang. Kejadian

15
keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih tinggi daripada angka kejadian
keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan mil disebabkan
perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari dan juga terbukti dengan adanya perbedaan
yang menyolok dari keganasan endometrium pada golongan kaya dan golongan miskin.
Keadaan ini tampak pada orang-orang negro yang pindah dari daerah rural ke Amerika
Utara. Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang Asia yang pindah ke negara industri
dan merubah menu makanannya dengan cara barat seperti misalnya di Manila dan Jepang,
angka kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara Asia
lainnya.3,4
9. Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang
terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
10. Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan
meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.

Epidemiologi
Karsinoma endometrium adalah kejadian keganasan tertinggi keenam yang paling sering
terjadi yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Dari 290.000 kasus baru yang dilaporkan pada
2008, terhitung 5 % dari semua kasus keganasan baru pada wanita. Penyakit ini paling banyak
terjadi di negara maju seperti Amerika, negara-negara di Eropa tengah dan Eropa timur dan
insiden lebih rendah di Afrika timur. Tingkat kejadian karsinoma endometrium seiring
pertambahan usia juga meningkat di negara-negara berkembang.
Di seluruh dunia, angka kejadian karsinoma endometrium seiring pertambahan usia
berkisar antara 15 per 100.000 wanita (di daerah Amerika dan sebagian Eropa) sampai kurang
dari 5 per 100.000 wanita (di daerah Afrika dan Asia). Resiko karsinoma endometrium
meningkat seiring usia, dimana kebanyakan kasus terdiagnosa setelah menopause.
Di Indonesia, sebuah penelitian tahun 2005 mendapatkan prevalensi kanker
endometrium di Jakarta mencapai 7,2 kasus per tahun. Usia penderita yang cenderung lebih
muda pada penelitian tersebut jika dibandingkan dengan penderita di negara-negara barat dan
eropa (berusia>50 tahun terbanyak), kemungkinan disebabkan di indonesia pengguanaan TSH

16
masih sangat jarang. Pemakaian TSH menyebabkan tingginya jumlah penderita kanker ini di
negara Barat dan Eropa di era tahun 70-an.2,4

Manifestasi Klinis
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca
menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien
yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling banyak
menyertai keluhan utama. Gejalanya bisa berupa:1,3,5
a. Perdarahan rahim yang abnormal
b. Siklus menstruasi yang abnormal
c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi)
d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40 tahun)
f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

Patofisiologi

Kanker endometrium adalah kanker yang terbentuk di dalam endometrium yang


merupakan lapisan dalam halus rahim atau rahim. Rahim terletak di daerah panggul dan
menyerupai bentuk sebuah pepaya atau buah pir. 90% dari semua kanker rahim yang
terbentuk di endometrium. Profesional medis tidak tahu persis apa yang menyebabkan kanker
endometrium, tetapi telah dikaitkan dengan estrogen terlalu banyak, yang merupakan hormon
wanita. Ini adalah ovarium yang memproduksi estrogen, tetapi mereka juga memproduksi
hormon lain yang disebut progesteron yang membantu untuk menyeimbangkan estrogen.
Kedua hormon harus seimbang, tetapi jika terlalu banyak estrogen yang diproduksi akan
menyebabkan endometrium tumbuh, sehingga meningkatkan risiko kanker endometrium. Ada
faktor lain yang meningkatkan kadar estrogen dan salah satunya adalah obesitas. Jaringan
lemak dalam tubuh juga memproduksi hormon estrogen. Pola makan dengan asupan tinggi

17
lemak hewani, termasuk daging, susu, dan unggas, bersama dengan makanan olahan dan gula
halus adalah nomor satu penyebab obesitas. Makanan ini harus dihindari terutama oleh
mereka yang beresiko. Mereka yang berisiko adalah wanita yang telah melalui menopause,
tidak punya anak, menderita diabetes, memiliki kanker payudara, atau sering mengkonsumsi
makanan dengan lemak tinggi.5
Tanda pertama kanker endometrium adalah perdarahan atau bercak. Pendarahan atau
bercak mungkin tidak selalu hasil dari kanker, tetapi ide yang baik untuk segera
memeriksakan ke dokter agar diperiksa lebih detail lagi. Gejala lain dari kanker endometrium
adalah penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul, kesulitan buang air kecil dan nyeri
selama hubungan seksual. Kanker ini terutama mempengaruhi wanita yang telah melewati
menopause. Mayoritas kasus pada perempuan berusia 55-70 tahun.5,6

Pathway
Usia, Obesitas

Peningkatan kadar estrogen

Operasi Kanker endometrium Kemoterapi

Iritasi gastrointestinal
Nyeri
Pengangkatan rahim
Ansietas

Disfungsi peran Disfungsi seksual Mual

Gangguan citra tubuh

18
Pemeriksaan Penunjang
1. Pap Smear
adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias Papanikolaou, untuk
mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papilomavirus. Pengambilan
sampel endometrium, selanjutnya di periksa dengan mikroskop (PA). Cara untuk
mendapatkan sampel adalah dengan aspirasi sitologi dan biopsy hisap (suction biopsy)
menggunakan suatu kanul khusus. Alat yang digunakan adalah novak, serrated novak,
kovorkian, explora (mylex), pipelly (uniman), probet.
2. Dilatasi dan Kuretase (D&C)
Caranya yaitu leher rahim dilebarkan dengan dilatator kemudian hiperplasianya dikuret.
Hasil kuret lalu di cek di lab Patologi. Memasukkan kamera (endoskopi) kedalam rahim
lewat vagina. Dilakukan juga pengambilan sampel untuk di cek di lab Patologi.
3. Biopsi endometrium
Endometrial biopsi, teknik pengambilan dan pemeriksaan sampel sel jaringan rahim yang
bertujuan menemukan kanker endometrial dan hanya dilakukan pada pasien yang
beresiko tinggi.
4. Pelvic exam, dokter memeriksa daerah sepanjang kandungan apakah terdapat lesi,
benjolan, atau mengetahui daerah mana yang terasa sakit jika diraba. Untuk daerah
kandungan bagian atas dokter menggunakan alat speculum. Teknik pemeriksaan ini
sebenarnya harus rutin dilakukan oleh wanita untuk mengetahui kondisi vaginanya.3,6

Penatalaksaan Medis
Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan pilihan terapi
untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan staging surgical yang
meliputi histerektomi simple dan pengambilan contoh kelenjar getah bening para-aorta adalah
penatalaksanaan umum adenokarsinoma endometrium.4

1. Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua
tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor
bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal

19
kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Jika ditemukan
sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening
tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka
kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Jika sel kanker belum
menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka penderita tidak perlu menjalani
pengobatan lainnya.2,4
2. Radioterapi
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di daerah yang
disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan. Angka
ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker endometrium menurun 20-30% dibanding
dengan pasien dengan operasi dan penyinaran. Penyinaran bisa dilakukan sebelum
pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh
sel-sel kanker yang tersisa). Stadium I dan II secara medis hanya diberi terapi penyinaran.
Pada pasien dengan risiko rendah (stadium IA grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi
adjuvan pasca operasi.
3. Kemoterapi
Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistemik
yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau
metastase ke tempat lain.
a. Cisplatin dan doxorubicin adalah agen yang paling sensitif
b. Agen kemoterapi lain adalah paclitaxel, doxorubicin, dan ifosfamide. 5
Tujuan Kemoterapi
a) Membunuh sel-sel kanker.
b) Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
c) Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Yela D.A, Et al. Comparative Study of Trasvaginal Ultrasound and Outpatient


Hysterecopy for Diagnosing Pathologic endometrial Lession in Postmenopausal Women.
Revised Association Medical Brass 2009.
2. Farid M. Abdul S. Onkologi ginekologi. Edisi 1. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Jakarta 2009
3. Barbara L, Hoffman w. Et al. Williams Gynecology. Second Edition. McGraw-Hill
Companies.Inc. United States. 2011
4. Wiknjosastro, Hanifa. 2014. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. William T, Marion J. Endometrial Cancer treatment protocol. Distinguished University
Professor, Department of Obstetrics and Gynecology, Medical University of South
Carolina College of Medicine. Dalam http://emedicine.medscape.com diakses tanggal 19-
07-2019.
6. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman nasional pelayanan
kedokteran diagnosis dan tatalaksana preeklampsia. Jakarta: POGI; 2016

21

Anda mungkin juga menyukai