Katarak Kongenital
Disusun Oleh :
112017170
Pembimbing :
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang
disebabkan oleh berbagai keadaan. Katarak dapat ditemukan dalam keadaan disertai
ataupun tidak disertai kelainan-kelainan pada mata, penyakit sistemik1,2. Katarak
kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun1. Adanya katarak kongenital atau infantil merupakan
ancaman terhadap penglihatan, tidak hanya karena obstruksi langsung pada penglihatan
namun juga karena gangguan bayangan retina mengganggu maturasi visual pada bayi
dan mengakibatkan terjadinya ambliopia2.
Secara umum katarak hanya mengenai orang tua, tetapi katarak dapat mengenai
semua umur dan pada orang tua katarak merupakan bagian umum pada usia lanjut.
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia.
Telah dilaporkan dari data hasil penelitian terdapat sebanyak 14% anak-anak didunia
mengalami kebutaan karena katarak. Di negara Asia, sebanyak 1 juta anak mengalami
kebutaan karena katarak, di negara berkembang seperti India, sebanyak 7,4%-15,3%
anak-anak mengalami kebutaan karena katarak. Prevalensi katarak pada anak-anak
adalah sekitar 1-15/1000 anak3.
Insiden katarak kongenital terjadi pada 3:10.000 kelahiran hidup. Dua pertiga
kasus adalah bilateral atau didapat dari lahir. Secara umum katarak kongenital
disebabkan oleh mutasi genetik, kelainan autosom dominan (AD). Sebagian lain dapat
dikarenakan akibat kelainan kromosom seperti Down syndrome , penyakit metabolik
seperti galaktosemia, dan kelainan di intrauterin akibat infeksi rubella4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir, ukurannya
sekitar 6,4 mm pada bidang ekuator, dan 3,5 mm anteroposterior serta memiliki berat 90
mg. Pada lensa dewasa berukuran 9 mm ekuator dan 5 mm anteroposterior serta
memiliki berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari korteks meningkat seiring usia.
Pada saat yang sama, kelengkungan lensa juga ikut bertambah, sehingga semakin tua
usia lensa memiliki kekuatan refraksi yang semakin bertambah. Namun, indeks refraksi
semakin menurun juga seiring usia, hal ini mungkin dikarenakan adanya partikel-
partikel protein yang tidak larut. Maka, lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik
atau miopik tergantung pada keseimbangan faktor-faktor yang berperan6.
Berikut ini merupakan bagian-bagian dari struktur lensa, terdiri atas:
a. Kapsula
Kapsula lensa memiliki sifat yang elastis, membran basalisnya yang transparan
terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh sel-sel epitelial. Kapsula
terdiri dari substansi lensa yang dapat mengkerut selama perubahan akomodatif. Lapis
terluar dari kapsula lensa adalah lamela zonularis yang berperan dalam melekatnya
serat-serat zonula. Kapsul lensa tertebal pada bagian anterior dan posterior preekuatorial
dan tertipis pada daerah kutub posterior sentral di mana memiliki ketipisan sekitar 2-4
m. Kapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul posterior dan terus meningkat
ketebalannya selama kehidupan6.
b. Epitel Lensa
Epitel Lensa terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa. Terdiri dari sel-sel
epithelial yang mengandung banyak organel sehingga sel-sel ini secara metabolik ia
aktif dan dapat melakukan semua aktivitas sel normal termasuk biosintesis DNA, RNA,
protein dan lipid, yang nantinya dapat menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan
energi dari lensa9. Sel epitel akan menggalami perubahan morfologis ketika sel-sel
epitelial memanjang membentuk sel serat lensa. yang sering disertai dengan
peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan organel-
organelnya, termasuk inti sel, mitokondria, dan ribosom. Hilangnya organel-organel ini
sangat menguntungkan, karena cahaya dapat melalui lensa tanpa tersebar atau terserap
oleh organel-organel ini. Tetapi dengan hilangnya organel maka fungsi metabolikpun
akan hilang sehingga serat lensa bergantung pada energi yang dihasilkan oleh proses
glikolisis6.
c. Korteks
Korteks merupakan bagian luar dari nukleus, terdiri atas serat lensa yang lebih
muda. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks
anterior, sedang di belakangnya korteks posterior1,3.
d. Nukleus
Nukleus lensa mempunyai konsisten lebih keras di banding korteks lensa yang
lebih muda. Nukleus merupakan bagian sentral yang paling dahulu dibentuk atau
serabut (serat) lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa nukleus lensa
dapat dibedakan menjadi nukleus embrional, fetal dan dewasa. Nukleus fetal dan
embrional merupakan bagian tertua yang dihasilkan selama kehidupan embrional dan
terdapat pada bagian tengah lensa1,3,6.
Gambar Struktur lensa (www.buzusima87.blogspot.com)
e. Serat-serat zonula
Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari
epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat zonula
ini memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu. Seiring usia, serat-
serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis anterior dan posterior yang
tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan melintang dari cincin zonula6.
Embriologi Lensa
Mata berasal dari tonjolan otak (optic vesicle). Lensanya berasal dari ektoderm
permukaan, pada tempat lensplate, yang kemudian mengadakan invaginasi dan
melepaskan diri dari ektoderm permukaan, membentuk vesikel lensa dan bebas terletak
di dalam batas-batas dari optic cup. Segera setelah vesikel lensa terlepas dari ektoderm
permukaan, maka sel-sel bagian posterior memanjang dan menutupi bagian yang
kosong. Pada stadium ini kapsul hialin dikeluarkan oleh sel-sel lensa. Serat-serat
sekunder memanjangkan diri dari daerah ekuator dan tumbuh ke depan di bawah epitel
subkapsuler, yang hanya selapis dan kebelakang kapsula lentis. Serat-serat ini saling
bertemu dan membentuk sutura lentis, yang berbentuk huruf Y yang tegak di anterior
dan Y terbalik di posterior.7
Pembentukan lensa, selesai pada umur 7 bulan penghidupan fetal. Inilah yang
membentuk substansi lensa, yang terdiri dari korteks dan nukleus. Pertumbuhan dan
proliferasi dari serat-serat sekunder berlangsung terus selama hidup, tetapi lebih lambat.
Kemudian terjadi kompresi dari serat-serat tersebut dengan disusul proses sklerosis.2
Fisiologi Lensa
- terletak ditempatnya
Keseimbangan cairan dan elektrolit lensa
Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein dan
perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya usia. Korteks lensa
menjadi lebih terhidrasi daripada nukleus lensa. Sekitar 5% volume lensa adalah air
yang ditemukan diantara serat-serat lensa di ruang ekstraselular. Konsentrasi natrium
(sodium) dalam lensa dipertahankan pada 20mM dan konsentrasi kalium sekitar 120
mM.
Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K+) dan asam amino
yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya. Sebaliknya, lensa
mengandung kadar ion natrium (Na+) ion klorida (Cl-) dan air yang lebih sedikit dari
lingkungan sekitarnya. Keseimbangan kation antara di dalam dan di luar lensa adalah
hasil dari kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari pompa
(Na+, K+-ATPase) yang terdapat pada membran sel dari epitelium lensa dan setiap serat
lensa. Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium keluar dari
dan menarik ion kalium ke dalam. Mekanisme ini tergantung dari pemecahan ATP dan
diatur oleh enzim Na+, K+-ATPase. Keseimbangan ini mudah sekali terganggu oleh
inhibitor spesifik ATPase ouabain. Inhibisi dari Na+, K+-ATPase akan menyebabkan
hilangnya keseimbangan kation dan meningkatnya kadar air dalam lensa. Pada
perkembangan katarak kortikal beberapa studi telah menunjukkan bahwa terjadi
penurunan aktifitas Na+, K+-ATPase, sedangkan yang lainnya tidak menunjukkan
perubahan apa pun. Dan studi-studi lain telah memperkirakan bahwa permeabilitas
membran meningkat seiring dengan perkembangan katarak.7
Pump-Leak Theory (teori kebocoran pompa lensa)
Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeabel terhadap kalsium.
Hilangnya homeostasis kalsium akan sangat mengganggu metabolisme lensa.
Peningkatan kadar kalsium dapat berakibat pada beberapa perubahan meliputi ;
tertekannya metabolisme glukosa, pembentukan agregat protein dengan berat molekul
tinggi dan aktivasi protease yang destruktif, glukosa memasuki lensa melalui sebuah
proses difusi terfasilitasi yang tidak secara langsung terhubung oleh sistem transport
aktif. Hasil buangan metabolisme meninggalkan lensa melalui difusi sederhana.
Berbagai macam substansi seperti asam askorbat, myo-inositol dan kolin memiliki
mekanisme transport yang khusus pada lensa.
Akomodasi Lensa
Akomodasi lensa merupakan kemampuan mata untuk melihat jauh dan dekat,
dipengaruhi oleh kelenturan lensa, kontraksi otot-otot siliaris dan serat zonula zinnii6.
Pada orang muda, lensa terdiri atas kapsul elastik yang kuat dan berisi cairan kental
yang mengandung banyak protein dan serabut-serabut transparan. Saat lensa dalam
keadaan relaksasi tanpa tarikan terhadap kapsul, maka lensa berbentuk sferis, akibat dari
elastisitas dari kapsul lensa terdapat kira-kira 70 ligamen yang sangat tidak elastis
(disebut zonula). Yang melekat di sekeliling lensa, menarik tepi lensa kearah lingkar
bola mata. Ligamen ini secara konstan diregangkan oleh perlekatannya ke badan siliar
pada tepi anterior koroid dan retina. Regangan pada ligament ini menyebabkan lensa
relatif datar dalam keadaan mata istirahat7.
Tempat perlekatan ligament lensa di badan siliar merupakan suatu otot yang
disebut otot siliaris. Otot ini memiliki dua perangkat serabut otot polos, yaitu serabut
meridional dan serabut sirkular. Serabut meridional membentang sampai peralihan
kornea-sklera. Kalo serabut ini berkontraksi, bagian perifer dari ligament lensa akan
tertarik ke depan dan bagian medialnya kearah kornea, sehingga regangan terhadap
lensa akan berkurang sebagian. Serabut sirkular tersusun melingkar mengelilingi bagian
dalam mata, sehingga pada waktu berkontraksi terjadi gerak seperti sfingter, jarak antar
pangkal ligament mendekat, dan sebagai akibatnya tegangan ligament terhadap kapsul
lensa berkurang. Jadi, kontraksi seperangkat serabut otot polos dalam otot siliaris akan
mengendurkan ligament kapsul lensa, dan lensa akan lebih cembung seperti balon
akibat sifat elastisitas kapsulnya. Oleh karena itu, bila otot siliaris melakukan relaksasi
lengkap, kekuatan dioptri lensa akan berkurang menjadi sekecil mungkin yang dapat
dicapai oleh lensa. Sebaliknya bila otot siliaris berkontraksi sekuat-kuatnya, kekuatan
lensa menjadi maksimal. Dengan kata lain ketika otot siliaris berkontraksi, aksial lensa
menebal, diameter menurun, dan kekuatan dioptri meningkat untuk memproduksi
akomodasi. Ketika otot siliaris dalam keadaan relaksasi, ketegangan zonular menurun,
lensa rata, dan daya dioptiknya menurun, lensa jadi lebih sferis6,7.
Menurut teori klasik von helmholz. Sebagian besar perubahan bentuk lensa
akomodatif terjadi pada permukaan pusat anterior lensa. Pada bagian kapsul anterior
lebih tipis dibandingkan kapsul perifer lensa, dan serat zonular anterior sedikit lebih
dekat dengan visual axis daripada serat zonular posterior, sehingga bagian permukaan
kapsul anterior lensa akan berpengaruh terhadap proses akomodasi. Kelengkungan
permukaan posterior lensa zonular memberikan perubahan minimal terhadap
akomodasi. Kapsul posterior, merupakan daerah paling tipis, kelengkungan kapsul
posterior lensa terlepas dari ketegangan zonular6.
Otot siliaris hampir seluruhnya diatur oleh sinyal saraf parasimpatis yang
dijalarkan ke mata dari nukleus saraf kranial ketiga pada batang otak. Perangsangan
saraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris, selanjutnya akan mengendurkan
ligament lensa dan meningkatkan daya bias. Dengan meningkatnya daya bias, mata
mampu melihat objek lebih dekat dibanding sewaktu daya biasnya rendah. Akibatnya,
dengan mendekatnya objek kearah mata, frekuensi impuls parasimpatis ke otot siliaris
secara progresif ditingkatkan agar objek tetap dapat dilihat dengan jelas7.
Katarak Kongenital
Definisi
Katarak berasal dari Yunani: Katarrhakies, Inggris: Cataract, dan latin: cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa terjadi akibat kedua-duanya2.
Katarak kongenital adalah perubahan pada kebeningan struktur lensa mata yang
muncul pada saat kelahiran bayi atau segera setelah bayi lahir.10 Katarak kongenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat2.
Etiologi
Penyebab infeksi katarak termasuk rubella (paling umum), rubeola, cacar air,
cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster, poliomielitis, influenza, virus Epstein-
Barr, sifilis, dan toksoplasmosis1,2.
Katarak kongenital adalah katarak yang telah timbul sejak lahir. Katarak
kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita
penyakit sebagai berikut2:
Rubela
Galaktosemia
Diabetes Mellitus
Histoplasmosis
Dapat juga menyertai kelainan-kelainan pada mata sendiri yang biasanya
merupakan penyakit-penyakit herediter:
Mikroftalmus
Aniridia
Koloboma
Keratokonus
Iris Heterokromia
Lensa ektopia
Displasia retina
Megalokornea
Patofisiologi
Klasifikasi
Katarak kongenital bisa terjadi unilateral atau bilateral. Katarak congenital bisa
diklasifikasikan berdasarkan morfologi, etiologi, kelainan metabolik, atau kelainan
anomali dan sistemik.6
1. Polar
3. Coronary
Katarak ini disebut coronary cataract karena terdiri atas sejumlah
kekeruhan berbentuk club-shaped pada cortex yang tersusun disekitar ekuator
lensa seperti mahkota atau korona. Coronary cataract tidak bisa terlihat tanpa
pupil dilebarkan. Coronary cataract tidak mempengaruhi ketajaman penglihatan
dan diturunkan pada pola autosomal dominan.7
4. Cerulean
Cerulean cataracts biasanya ditemukan di kedua mata bayi dan
dibedakan dengan bintik kecil dan kebiruan pada korteks lensa mata, sehingga
cerulean cataracts juga dikenal sebagai blue-dot cataracts. Cerulean cataracts
bersifat non progresif dan tidak menyebabkan keluhan pada mata. Cerulean
cataracts terkait dengan keturunan/genetik11.
5. Nuclear
Nuclear cataract adalah kekeruhan yang terjadi pada nukleus embrionik
saja atau kedua nukleus (nukleus embrionik dan nukleus fetal). Nuclear cataract
umumnya bilateral dengan derajat keparahan yang luas. Kekeruhan lensa
melibatkan nukleus lengkap atau terbatas pada lapisan diskreta tanpa nukleus.
Mata dengan congenital nuclear cataract cenderung menjadi kecil 2,3.
6. Capsular
Capsular cataract adalah kekeruhan kecil pada epitel lensa dan kapsul
lensa anterior. Capsular cataract dibedakan dengan anterior polar cataracts
berdasarkan protusinya ke dalam anterior chamber. Capsular cataract biasanya
tidak memberikan efek buruk pada penglihatan4.
7. Lamellar
Lamellar atau zonular cataract adalah tipe katarak kongenital yang
paling umum. Lamellar cataract adalah bilateral dan simetris, dan
mempengaruhi ketajaman penglihatan yang bervariasi, bergantung pada ukuran
dan densitas kekeruhan. Pada beberapa kasus, lamellar cataract bisa
menghasilkan pengaruh toksik yang bersifat sementara selama perkembangan
embrionik lensa. Lamellar cataract diturunkan pada pola autosomal dominan5.
8. Complete
Pada complete atau total cataract, semua serat lensa mengalami
kekeruhan. Refleks merah kabur seluruhnya dan retina tidak bisa dilihat baik
melalui oftalmoskop direk maupun indirek. Beberapa katarak kadang subtotal
saat lahir dan tumbuh secara cepat menjadi katarak total. Complete cataract
dapat unilateral atau bilateral dan ditemukan gangguan penglihatan.9
9. Membranous
Membranous cataract terjadi ketika protein lensa diserap dari suatu lensa
yang intak atau yang mengalami trauma, yang memungkinkan kapsul lensa
anterior dan posterior mengalami fusi sehingga menjadi membran putih yang
padat. Ini akan menghasilkan kekeruhan dan distorsi lensa sehingga
menyebabkan gangguan mata yang signifikan9.
10. Rubella
Infeksi maternal dengan virus Rubella, yaitu suatu RNA togavirus yang
dapat merusak fetal, khususnya jika infeksi terjadi pada trimester I kehamilan.
Manifestasi sistemik dari infeksi kongenital rubella diantaranya defek pada
jantung, tuli, dan retardasi mental9.
Katarak bisa merupakan hasil dari infeksi kongenital rubella yang
ditandai dengan bercak putih keruh pada nuklear. Kadang, kekeruhan terjadi
pada seluruh lensa (complete cataract), dan korteks mungkin mencair6.
Manifestasi lain pada mata yang terjadi karena infeksi kongenital rubella
diantaranya retinopati pigmen difus, microphtalmos, glaukoma, kekeruhan
kornea yang besifat sementara atau permanen. Walaupun infeksi kongenital
rubella bisa menyebabkan katarak atau galaukoma, namun kondisi tersebut tidak
selalu terjadi pada sisi mata yang sama6.
Manifestasi Klinis
Tanda yang sangat mudah untuk mengenali katarak kongenital adalah bila pupil
atau bulatan hitam pada mata terlihat berwana putih atau abu-abu. Hal ini disebut
dengan leukoria, pada setiap leukoria diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk
menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Walaupun 60% pasien dengan leukoria
adalah katarak kongenital. Leukoria juga terdapat pada retiboblastoma, ablasio retina,
fibroplasti retrolensa dan lain-lain.10
Gambar 2.10 Katarak kongenital
Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi adalah makula lutea
yang tidak cukup mendapatkan rangsangan. Proses masuknya sinar pada saraf mata
sangat penting bagi penglihatan bayi pada masa mendatang, karena bila terdapat
gangguan masuknya sinar setelah 2 bulan pertama kehidupan, maka saraf mata akan
menjadi malas dan berkurang fungsinya. Makula tidak akan berkembang sempurna
hingga walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka biasanya visus tidak akan mencapai
5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris.2,4
Anamnesa
Diperlukan anamnesa yang detail tentang hambatan tumbuh kembang anak, pola
makan anak, lesi-lesi kulit, kelainan-kelainan perkembangan yang lain serta riwayat
keluarga di dalam mendiagnosa katarak kongenital. Pemeriksaan menggunakan slit
lamp segera terhadap anggota keluarga untuk melihat faktor-faktor inherited.2
Fungsi Visual
Pemeriksaan Okular
Slit lamp (dengan kedua mata sudah didilatasikan terlebih dahulu) dapat
membantu melihat morfologi katarak, posisi lensa dan melihat abnormalitas pada
kornea, iris dan bilik mata depan.2
Funduskopi untuk menilai segmen posterior. Diamati diskus, retina dan makula.2
Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Dilakukan melalui vaksinasi rubella bagi wanita sebelum hamil,
diharapkan dapat mengurangi insiden terjadinya katarak kongenital9,11.
b. Terapi pembedahan
Operasi katarak adalah pengobatan pilihan dan harus dilakukan ketika
pasien kurang dari 17 minggu untuk memastikan kekurangan visual yang
minimal atau tidak ada. Kebanyakan dokter mata memilih untuk operasi jauh
lebih awal, idealnya ketika pasien di bawah usia 2 bulan, untuk mencegah
ambliopia irreversibel dan nistagmus sensorik pada kasus katarak kongenital
bilateral9,11.
Indikasi pembedahan:
Komplikasi
Seringkali satu mata akan menjadi lebih baik dari yang lain dan hal ini akan
menjadi mata yang dominan, yang membuat mata lainnya menjadi amblopia. Satu-
satunya cara untuk mendeteksi hal ini adalah pengukuran visus secara reguler pada
setiap mata. Jika satu mata memiliki satu atau dua derajat lebih buruk dari mata yang
lain tanpa penjelasan yang jelas, hal tersebut mungkin merupakan ambliopia dan anak
tersebut membutuhkan pengobatan untuk mata yang dominan. Risiko amblopia
merupakan risiko terbesar selama tahun pertama kehidupan dan menurun secara
signifikan setelah tahun kelima.2,3
Ablasio retina lebih sering terjadi pada bedah katarak kongenital. Sering timbul
sangat lambat, sekitar 35 tahun setelah operasi. Jika beberapa pasien mengeluh tiba-tiba
kehilangan penglihatan, bahkan meskipun bertahun-tahun setelah operasi katarak
kongenital, hal tersebut dianggap sebagai akibat dari ablasio retina sampai dibuktikan
terdapat penyebab yang lain.1,2
Prognosis
Penglihatan yang baik setelah operasi katarak tergantung pada banyak faktor,
meliputi age of onset, tipe katarak, waktu dilakukan pembedahan, koreksi optikal dan
penanganan ambliopia. Secara umum, afakia bilateral mempunyai kemampuan visual
yang lebih baik dibandingkan aphakia monokular.1,2,3
BAB III
KESIMPULAN
Kelainan pada lensa dapat berupa kekeruhan lensa yang disebut katarak, katarak
kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah kelahiran dan
bayi yang berusia kurang dari satu tahun.