Anda di halaman 1dari 14

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan funduskopi
- Electroretinografi (EGR)

RESUME

Pasien datang ke Poli RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan penglihatan mata kiri
buram mendadak sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien bercerita sedang ribut dengan
suaminya dan tiba – tiba menonjok mata kiri pasien, pasien merasa penglihatannya buram
mendadak, pandangan terasa berkabut dan seperti ada bayangan yang menutupi
penglihatannya. Pasien mengatakan mata kiri berair dan terasa pegal. Pasien mengaku
memiliki riwayat penggunaan kacamata minus dan sudah berhenti menggunakan kacamata
sekitar 10 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan:

OD OS
Tajam penglihatan Emetropia 1/60
Badan kaca jernih keruh (+)
Refleks fundus positif negatif
Papil (warna) jingga abu – abu
Ratio arteri : vena 2:3 sulit dinilai
Ablasio Tidak ada Ada
Refleks Fovea Positif Sulit dinilai

DIAGNOSIS KERJA

Ablasio retina regmatogen os

DIAGNOSIS BANDING

Oklusi arteri retina sentralis

Oklusi vena retina sentralis

Pendarahan Vitreus
PENATALAKSANAAN

Non medika mentosa :

- Konsul ke spesialis mata bagian retina


- Pasien sarankan banyak istirahat dan tidak banyak bergerak

Terapi Bedah
- Operasi “scleral bulking”
- Vitrektomy post Plane
- Temponade

PROGNOSIS

ad vitam : ad bonam

ad sanationam : dubia ad malam

ad fungsionam : dubia ad malam

TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan

Retina adalah jaringan neurosensoris yang tipis, semitransparan dan berlapis-lapis


yang terletak pada dua per tiga dinding sebelah dalam bola mata.Retina manusia merupakan
suatu struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan
prosesus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana apabila dibandingkan
dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki daya pengolahan yang
sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh otak, dan persepsi warna, kontras,
kedalaman, dan bentuk berlangsung di korteks.Pengolahan informasi di retina berlangsung
dari lapisan fotoreseptor melalui akson sel ganglion menuju ke saraf optikus dan otak.1

Retina merupakan lapisan membran neurosensoris dan merupakan lapisan ketiga bola
mata setelah sklera yang merupakan jaringan ikat dan jaringan uvea yang merupakan jaringan
vaskuler yang terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Retina berbatas dengan koroid dengan
sel pigmen epitel retina. Antara retina dan epitel pigmen retina terdapat rongga potensial yang
bisa mengakibatkan retina terlepas dari epitel pigmen retina. Hal ini yang disebut sebagai
ablasio retina.2

Anatomi

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, berlapis-lapis yang
melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan
hampir sama jauhnya dengan korpus siliaris, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang
dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan
5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk
dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga bertumbuk dengan membrane Bruch,
koroid dan sklera.Retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah sehingga cairan
vitreous masuk ke ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina. Tetapi pada
diskus optikus dan ora serrata, retina dan epitelium pigmen retina saling melekat kuat
sehingga membatasi perluasan cairan subretina pada ablasio retina. Hal ini berlawanan
dengan ruang subkhoroid yang dapat terbentuk antara khoroid dan sklera yang meluas ke taji
sklera. Dengan demikian ablasi koroid meluas melewati ora serrata, dibawah pars plana dan
pars plikata. Lapisan - lapisan epitel permukaan dalam korpus siliare dan permukaan
posterior iris merupakan perluasan ke anterior retina dan epitelium pigmen retina. Permukaan
dalam retina menghadap ke vitreous.1,2

Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1. Epitelium pigmen retina
Merupakan lapisanterluar dari retina. Epitel pigmen retina terdiri darisatu lapisansel
mengandungpigmen dan terdiri atas sel-sel silindris dengan inti di basal. Daerah basal sel
melekat erat membran Bruch dari koroid. Fotoreseptor dipelihara oleh epitel pigmen retina,
yang berperan pada proses penglihatan. Epitel pigmen ini bertanggung jawab untuk
fagositosis segmen luar fotoreseptor, transportasi vitamin, mengurangi hamburan sinar, serta
membentuk sawar selektif antara koroid dan retina.
2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut.
Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan cahaya
menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke korteks
penglihatan occipital. Fotoreseptor tersusun sehingga kerapatan sel-sel kerucut meningkat di
di pusat makula (fovea), dan kerapatan sel batang lebih tinggi di perifer. Pigmen fotosensitif
di dalam sel batang disebut rodopsin. Sel kerucut mengandung tiga pigmen yang belum
dikenali sepenuhnya yang disebut iodopsin yang kemungkinan menjadi dasar kimiawi bagi
tiga warna (merah,hijau,biru) untuk penglihatan warna. Sel kerucut berfungsi untuk
penglihatan siang hari (fotopik). Subgrup sel kerucut responsif terhadap panjang gelombang
pendek, menengah, dan panjang (biru, hijau merah). Sel batang berfungsi untuk penglihatan
malam (skotopik). Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini terlihat beragam corak abu-
abu, tetapi warnanya tidak dapat dibedakan. Waktu senja (mesopik) diperantarai oleh
kombinasi sel kerucut dan batang.3,4,5
3. Membran limitans eksterna
4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, Ini terdiri dariintidaribatang dan kerucut.
5. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan – sambungan sel bipolar dan
sel horisontal dengan fotoreseptor.
6. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horisontal
7. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan–sambungan sel ganglion
dengan sel amakrin dan sel bipolar.
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson – akson sel ganglion yang berjalan menuju
ke nervus optikus.
10. Membrana limitans interna.Ini adalah lapisan paling dalam dan memisahkanretina
darivitreous. Membran ini terbentukoleh persatuanekspansiterminal dari seratyangMuller,
dan pada dasarnya adalahdasar membran.

Gambar 1. Lapisan retina dari luar ke dalam3


Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub posterior.
Di tengah – tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula dapat didefinisikan
sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil) yang
berdiameter 5-6 mm. Secara histologis makula merupakan bagian retina yang lapisan
ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis sel. Secara klinis, makula adalah bagian yang
dibatasi oleh arkade – arkade pembuluh darah retina temporal. Di tengah makula sekitar 3,5
mm di sebelah lateral diskus optikus terdapat fovea yang secara klinis jelas – jelas merupakan
suatu cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Fovea
merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens. Secara histologi, fovea
ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan – lapisan parenkim
karena akson – akson sel fotoreseptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan pergeseran
secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola adalah
bagian paling tengah pada fovea, disini fotoreseptornya adalah sel kerucut dan bagian retina
yang paling tipis. Semua gambaran histologis ini memberikan diskriminasi visual yang halus.
Ruang ekstraseluler retina yang normalnya kosong potensial paling besar di makula dan
penyakit yang menyebabkan penumpukan bahan di ekstrasel dapat menyebabkan daerah ini
menjadi tebal sekali.1,4

Gambar 2. Anatomi makula3

Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaria yang berada tepat diluar
membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina termasuk lapisan pleksiformis luar
dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina serta cabang – cabang dari
arteri sentralis retinae yang mendarahi dua pertiga sebelah dalam. Fovea sepenuhnya
diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah terkena kerusakan yang tak dapat diperbaiki
kalau retina mengalami ablasi. Pembuluh darah retina mempunyai lapisan endotel yang tidak
berlubang yang membentuk sawar darah retina. Lapisan endotel pembuluh khoroid dapat
ditembus. Sawar darah retina sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.1,3

Defenisi

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan
sel batang retina dengan dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen
masih melekat erat dengan membran Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang
retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga
merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis. Pada mata normal,
retina sensorik yang utuh tertahan melekat ke epitel pigmen oleh adanya tarika oleh epitel
terhadap ruang kedap air diantara keduanya. Apabila terdapat robekan retina, gerakan bola
mata yang cepat dan rotasi bola mata mendadak dapat menimbulkan gaya inersi yang cukup
besar untuk menimbulkan pelepasan retina.2,7

paling umum di seluruh dunia yang terkait dengan ablasio retina adalah miop, afakia,
pseudofakia, dan trauma. Sekitar 40-50% dari semua pasien dengan ablasio memiliki miop
tinggi (> 6 dioptri), 30-35% pernah menjalani operasi pengangkatan katarak, dan 10-20%
pernah mengalami trauma okuli. ablasio retina yang terjadi akibat trauma lebih sering terjadi
pada orang muda, dan miop terjadi paling sering pada usia 25-45 tahun. Meskipun tidak ada
penelitian yang menunjukkan untuk terjadinya ablasio retina yang berhubungan dengan
olahraga tertentu (misalnya, tinju dan bungee jumping) tetapi olahraga tersebut meningkatkan
resiko terjadinya ablasio retina.4,6

Kejadian ini tidak berubah ketika dikoreksi, meningkat pada pria dengan
traumaokuli.Ablasio retina pada usia kurang dari 45 tahun, 60% laki-laki dan 40%
perempuan.

retina biasanya terjadi pada orang berusia 40-70 tahun. Namun, cedera paintball pada
anak-anak dan remaja merupakan penyebab umum dari cedera mata, yang termasuk ablasio
retina traumatik.3

Klasifikasi
Berdasakan penyebabnya ablasio retina dibagi menjadi:

1. Ablasio Retina Regmentosa

Ablasio regmatogenosa berasal dari kata Yunani rhegma, yang berarti diskontuinitas
atau istirahat. Pada ablasi retina regmatogenosa dimana ablasi terjadi adanya robekan pada
retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi
pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreus) yang masuk melalui robekan atau
lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis
epitel pigmen koroid. Ablasio regmantogenosa spontan biasanya didahului atau disertai oleh
pelepasan korpus vitreum posterior. 3,7

Faktor predisposisi terjadinya ablasio retina regmantosa antara lain: 1,3


1. Usia. Kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 – 60 tahun. Namun, usia tidak
menjamin secara pasti karena masih banyak faktor yang mempengaruhi
2. Jenis kelamin. Keadaan ini paling sering terjadi pada laki – laki dengan perbandingan
laki : perempuan adalah 3 : 2.
3. Miopia. Sekitar 40 persen kasus ablasio retina regmatogenosa adalah seseorang yang
menderita rabun jauh.
4. Afakia. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang yang afakia daripada yang fakia.
5. Trauma. Mungkin juga bertindak sebagai faktor predisposisi
6. Senile posterior vitreous detachment (PVD). Hal ini terkait dengan ablasio retina
dalam banyak kasus.
7. Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti Lattice
degeneration, Snail track degeneration, White-with-pressure and white-without or
occult pressure, acquired retinoschisis
Berbagai factor resiko akan menyebabkan terjadinya robekan pada retina, yang
menyebabkan cairan vitreous dapat masuk ke ruang subretina melalui robekan tersebut dan
akan memisahkan retina dari epitel pigmen retina.3
Ablasi retina akan memberikan gejala prodromal berupa gangguan penglihatan yang
kadang–kadang terlihat sebagai adanya tabir yang menutupi di depan mata (floaters) akibat
dari degenerasi vitreous secara cepat dan terdapat riwayat fotopsia (seperti melihat kilasan
cahaya) pada lapangan penglihatan karena iritasi retina oleh pergerakan vitreous.8,9
Ablasi retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal sangat berbahaya karena
dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut bila lepasnya retina mengenai
makula lutea. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna
pucat dengan pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.
Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasi) bergoyang. Kadang – kadang
terdapat pigmen didalam badan kaca. Pada pupil terdapat adanya defek aferen pupil akibat
penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi
neovaskuler glaucoma pada ablasi yang telah lama.8

Gambar 3. Ablasio retina tipe regmatogenosa, arah panah menunjukkan horseshoe tear7

2. Ablasio Retina Non Regmentosa

a. Ablasio Retina Eksudatif

Ablasio retina eksudatif terjadi akibat adanya penimbunan cairan eksudat di bawah
retina (subretina) dan mengangkat retina hingga terlepas. Penimbunan cairan subretina terjadi
akibat ekstravasasi cairan dari pembuluh retina dan koroid. Penyebab ablasio retina eksudatif
yaitu penyakit sistemik yang meliputi Toksemia gravidarum, hipertensi renalis, poliartritis
nodos dan karena penyakit mata yang meliputi inflamasi (skleritis posterior, selulitis
orbita),penyakit vaskular (central serous retinophaty, and exudative retinophaty of
coats),neoplasma (melanoma maligna pada koroid dan retinoblastoma), perforasi bola mata
pada operasi intraokuler.6,9
Ablasio retina eksudatif dapat dibedakan dengan ablasio retina regmatogenosa
dengan:3
a. Tidak adanya photopsia, lubang/sobekan, lipatan dan undulasi
b. Ablasio retina eksudatif halus dan konveks. Bagian atasnya biasa bulat dan bisa
menunjukkan gangguan pigmentasi
c. Kadang - kadang, pola pembuluh darah retina mungkin terganggu akibat adanya
neovaskularisasi.
d. Pergeseran cairan ditandai dengan perubahan posisi daerah terpisah karena pengaruh
gravitasi merupakan ciri khas yang dari ablasio retina eksudatif.
e. Pada tes transilluminasi, ablasio retina regmatogenosa nampak transparan sedangkan
ablasi oretina eksudatif lebih opak.

Gambar 4. Ablasio retina eksudatif3

b. Ablasio Retina Traksi

Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut. Pada
badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus proliferative,
trauma, dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.1

Ablasio retina traksi dihubungkan dengan kondisi-kondisi seperti, retraksi jaringan


parut post trauma terutama akibat trauma penetrasi, retinopati diabetik proliferatif, retinitis
proliferans post hemoragik, retinopati prematuritas, retinopati sel sabit.3

Tipe ini juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari ablasio retina regmatogensa.
Ablasio retina tipe regmatogenosa yang berlangsung lama akan membuat retina semakin
halus dan tipis sehingga dapat menyebabkan terbentuknya proliferatif vitreotinopathy
(PVR). Pada PVR juga dapat terjadi kegagalan dalam penatalaksanaan ablasio retina
regmatogenosa. Pada PVR, epitel pigmen retina, sel glia, dan sel lainya yang berada di dalam
maupun di luar retina pada badan vitreus akan membentuk membran. Kontraksi dari
membran tersebut akan menyebabkan retina tertarik ataupun menyusut, sehingga dapat
mengakibatkan terdapatnya robekan baru atau berkembangmenjadi ablasio retina traksi.1,3,7
Gambar 5. Ablasio retina traksi3

Diagnosis

Ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan


pemeriksaan penunjang.

Anamnesis
Gejala umum pada ablasio retina yang sering dikeluhkan penderita adalah:9,10,11
- Floaters (terlihatnya benda melayang – laying) yang terjadi karena adanya kekeruhan di
vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreous.
- Fotopsi(kilatan cahaya), tanpa adanya sumber cahaya di sekitarnya, yang umumnya
terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap.
- Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh penglihatannya sebagian seperti
tertutup tirai yang semakin lama semakian luas. Pada keadaan yang telah lanjut, dapat
terjadi penurunan tajam penglihatan yang berat.
Pada ablasio regmatogenosa, pada tahap awal masih relatif terlokalisir, tetapi jika hal
tersebut tidak diperhatikan oleh penderita maka akan berkembang menjadi lebih berat jika
berlangsung sedikit sedikit demi sedikit menuju kearah makula. Keadaan ini juga tidak
menimbulkan rasa sakit. Kehilangan penglihatan dapat tiba-tiba terjadi ketika kerusakannya
sudah parah. Pasien biasanya mengeluhkan adanya awan gelap atau tirai didepan mata.9
Selain itu perlu dianamnesa adanya faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya
ablasio retina seperti adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan sebelumnya seperti
ekstraksi katarak, pengangkatan corpus alienum intraokuler, riwayat penyakit mata
sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, ambliopia, glaukoma, dan retinopati diabetik).
Riwayat keluarga dengan sakit mata yang sama serta riwayat penyakit yang berhubungan
dengan ablasio retina (diabetes mellitus, tumor, sickle cell leukimia, eklamsia, dan
prematuritas.10

Pemeriksaan Oftalmologi
Adapun tanda – tanda yang dapat ditemukan pada keadaan ini antara lain:1,3,7
1. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula
lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang menghambat sinar masuk.
Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula lutea ikut terangkat.
2. Tekanan intraokuler biasanya sedikit lebih tinggi, normal, atau rendah
3. Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosa ablasio
retina dengan menggunakan oftalmoskop inderek binokuler. Pada pemeriksaan ini retina
yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu – abu merah muda yang menutupi
gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan pada ruang subretina,
didapatkan pergerakan undulasi retina ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang
terlepas dari dasarnya berwarna gelap, berkelok – kelok dan membengkok di tepi ablasio.
Pada retina yang terjadi ablasio telihat lipatan – lipatan halus. Satu robekan pada retina
terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.
4. Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada
5. Ultrasonography mengkonfirmasikan diagnosis.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan. Pada pembedahan ablasio
retina dapat dilakukan dengan cara :
 Scleral buckle
Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina rematogenosa terutama tanpa
disertai komplikasi lainnya. Tujuan skleral buckling adalah untuk melepaskan tarikan
vitreous pada robekan retina, mengubah arus cairan intraokuler, dan melekatkan
kembali retina ke epitel pigmen retina. Prosedur meliputi lokalisasi posisi robekan
retina, menangani robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan skleral buckle
(sabuk). Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon padat. Ukuran dan
bentuk sabuk yang digunakan tergantung posisi lokasi dan jumlah robekan retina.
Pertama – tama dilakukan cryoprobe atau laser untuk memperkuat perlengketan antara
retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera dengan jahitan
tipe matras pada sklera, sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi
penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan
subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari.Komplikasi dari skleral
buckling meliputi myopia, iskemia okuler anterior, diplopia, ptosis, ulitis sel orbital,
perdarahan subretina, inkarserasi retina.9,11
 Retinopeksi pneumatik
Retinopati pneumatik merupakan metode yang sering digunakan pada ablasio retina
regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian superior
retina.Tujuan dari retinopeksi pneumatik adalah untuk menutup kerusakan pada retina
dengan gelembung gas intraokular dalam jangka waktu yang cukup lama hingga cairan
subretina direabsorbsi. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan
gelembung gas (SF6 atau C3F8) ke dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan
menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika
robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanya akan hilang
dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi atau laser
sebelum gelembung disuntikkan.Parasentesis ruang anterior bisanya dibutuhkan untuk
menurunkan tekanan intraokuler yang dihasilkan oleh injeksi gas. Pasien harus
mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan
gelembung terus menutupi robekan retina.Untuk pasien ablasio retina dengan durasi <
14 hari yang melibatkan makula, prosedur retinopeksi traumatic lebih baik daripada
skleral buckling. Komplikasi dari prosedur ini meliputi migrasi gas ke subretina,
migrasi gas ke ruang anterior, endoftalmitis, katarak, dan ablasio retina rekurens dengan
terbentuknya kerusakan retina yang baru3,5

Gambar 6. Retinopeksi traumatik5

 Vitrektomi
Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes, dan juga
pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Cara
pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian
memasukkan instrumen pada ruang vitreous melalui pars plana. Setelah itu dilakukan
vitrektomi dengan vitreus cutre untuk menghilangkan berkas badan kaca (vitreuos
stands), membran, dan perlengketan – perlengketan. Teknik dan instrumen yang
digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio. Lebih dari 90% lepasnya retina dapat
direkatkan kembali dengan teknik-teknik bedah mata modern, meskipun kadang-
kadang diperlukan lebih dari satu kali operasi.11

Prognosis
Penatalaksanaan bedah berhasil pada 80% pasien ablasio retina.Hasil akhir perbaikan
pada penglihatan tergantung dari beberapa factor, misalnya keterlibatan macula.Dalam
keadaan di mana ablasio telah melibatkan makula, ketajaman penglihatan jarang kembali
normal.Lubang, robekan, atau tarikan baru mungkin terjadi dan menyebabkan ablasio retina
yang baru. Suatu penelitian telah melaporkan bahkan setelah pemberian terapi preventif pada
robekan retina, 5% - 9% pasien dapat mengalami robekan baru pada retina.2,10

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Edisi V. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. h192-
95
2. Almatsier M,Djuanda A, Sani A et all. 2014. MMS. Volume VIII. Jakarta: CMP
Medica..
3. James Bruce, Chris Chew, Anthony Bron. 2010. Oftalmologi. Edisi XI. Jakarta :
Erlangga.
4. Schwab IR, Dawson CR. 2009. Konjungtiva : Oftalmologi Umum. Edisi XIV. Jakarta :
Widya Medika.
5. Junqueira LC, Jose C. Histologi Dasar Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2013. Hal.
470-464
6. Reynolds,J. Olitsky,S. Anatomy and Physiology of Retina In : Pediatric retina. 2011.
Springer-verlag : Berlin Heidelberg. Page 39-50.
7. American Academy Ophtalmology. Retina and Vitreous: Section 12 2008-2009.
Singapore: LEO; 2009. p. 9-299
8. Lang, GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas. 2nd Edition. 2012.Thieme.
Germany. p. 305-344.
9. Sundaram venki. Training in Ophthalmology. 2009. Oxford university press: New
York. P.118-119.
10. Chang DF. Ophthalmologic examination. in Riordan–Eva P, Whitcher JP. Vaughan &
Ausbury’s General Opthalmolgi.18th ed.New York : McGraw-Hill.2011.p27-57.
11. Gregory L. Section 11 Lens and Cataract. American Academy of Ophthalmology.
Singapore : LEO;2013.p5-9;46-49;71

Anda mungkin juga menyukai