Kista Endometriosis
Disusun oleh :
Cinitya Apriliana Nindyaswari (30101507410)
Evan Rifkian (30101306936)
Fataaturrohmatil Usroh (30101407182)
Indri Astuti (30101407209)
Shinta Anggun Brilliani (30101407327)
Shobrina Qurroti A’yuna (30101407333)
Syifa Ramadhani (30101507570)
Tri Widya Agisia (30101407341)
Pembimbing klinis:
dr. Inu Mulyantoro, Sp.OG
Identitas Pasien
Nama penderita : Ny. SA
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No.CM : 013.89.xx
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : DK Tampingan RT 03 RW 01 Hadiwarno Mejobo Kudus
Status : Menikah
Tanggal masuk : 17/09/2019
Ruang : Nisa 2
Anamnesis Dilakukan autoanamnesis tanggal 10
September 2019 Pukul 15.00 WIB
Pasien datang ke Poliklinik RSI Sultan Agung dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah khususnya kanan bawah saat haid. Keluhan tersebut sudah
dirasakan setiap haid semenjak pasien remaja dan nyeri bertambah hebat
sekitar 1 tahun ini. Nyeri muncul sehari bisa 2 – 3x masing – masing kurang
lebih selama 10 – 20 menit. Nyeri dirasakan pasien semakin bertambah
hebat hingga pasien tidak mampu melakukan aktivitas kerja. Keluhan
berkurang dengan istirahat. Keluhan tambah berat ketika pasien melakukan
aktivitas. Pasien mengaku merasakan nyeri saat bersenggama. Pasien
mengaku tidak ada penurunan berat badan, tidak ada gangguan buang air
besar dan buang air kecil, keluhan badan semakin lemah disangkal. Keluhan
seperti nyeri panggul (-), nyeri kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-),
demam (-).
Riwayat Haid Riwayat Pernikahan Riwayat Kehamilan
Kesan: Tampak gambaran massa kistik dengan septa – septa di regio adneksa kanan ukuran 7,7 x 8,5 x 8,2 cm,
Tampak massa kistik di regio adneksa sinistra ukuran 5,46 x 4,6 x 5,7 cm cenderung dari ovarium
Laparoskopi Kistektomi
Kesan :
Tampak uterus sebesar telur ayam,
perlengketan (+), kista endometriosis pada
dinding uterus
Hasil:
Kista Endometriosis Duplex
Kesan :
Tes patensi tuba dengan methilen blue
Hasil:
Kedua tuba paten
Ringkasan/Resume (12 September 2019 Pukul 15.00 WIB)
Genitalia
• Eksterna
Tak tampak fluor, fluxus dan massa. Mons pubis, labia mayor dan minor,
introitus, perineum: warna tidak hiperemis, tidak tampak ada benjolan
maupun edema, ukuran normal, tidak ada darah.
• Interna (VT)
Dinding vagina licin dalam batas normal, rugae (+), massa (-). Porsio licin,
kenyal, pembukaan OUE (-), teraba jaringan (-), nyeri goyang portio (-)
Corpus uteri antefleksi, bentuk dan konsistensi normal Adneksa
paramaetrium dextra teraba massa kistik (+), kaku (-), nyeri tekan (+)
Cavum douglass tidak terdapat penonjolan
Pemeriksaan Penunjang
• Darah rutin : Gula darah sewaktu meningkat 123 mg/dL
• Tumor marker : Ca12-5 meningkat 56,2 u/ml
• Tes AMH : 2,090 normo-responder
• USG :
Tampak gambaran massa kistik dengan septa – septa di regio adneksa
kanan ukuran 7,7x8,5x8,2 cm, sulit dipisahkan dengan uterus cenderung
dari ovarium. Tampak massa kistik di regio adneksa sinistra ukuran 5,46 x
4,6 x 5,7 cm cenderung dari ovarium.
• Laparoskopi Kistektomi dan Cek Patensi Tuba
• Tampak uterus sebesar telur ayam, perlengketan (+), kista endometriosis
pada dinding uterus
• Kedua tuba paten
Diagnosis Kerja
Wanita 25 tahun P0A0 dengan Kista Endometriosis dengan
infertilitas primer
Diagnosis Differensial
- Kista ovarii
Tatalaksana
• Rawat Inap
• Pengawasan : KU, TTV
• Program : Laparoskopi kistektomy, tes patensi tuba, analisis sperma
• Terapi medikamentosa
• Infus RL 20tpm
• Premed operasi : sharox 750mg
• Post operasi
• Cefotaxim 2x1gram
• Kalnex 2x1 gram
• Ketorolac 2x30 mg
Edukasi
Meminum obat secara teratur
Olahraga teratur
Istirahat yang cukup
Kontrol kembali satu bulan lagi
Prognosa
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Follow Up
Subjectif Objectif Assesment Planning
10 September 2019
Pasien cemas akan KU : Baik Wanita 25 tahun P0A0 Infus RL 20 tpm
dilakukan operasi T : 130/80 mmHg dengan kista
N : 89x/menit endometriosis
S : 36,7 OC
RR : 20x/menit
Skala Nyeri : 2
11 September 2019
Pasien cemas akan KU : Baik Wanita 25 tahun P0A0 Infus RL 20 tpm
dilakukan operasi T : 110/70 mmHg dengan kista Monitor KU + TTV
N : 84x/menit endometriosis Pro Laparoskopi +
S : 36,4OC Kistectomy + Cek
RR : 20x/menit Patensi Tuba
Skala Nyeri : 2
12 September 2019 (06.00 WIB)
Pasien siap dilakukan KU : Baik Wanita 25 tahun P0A0 Infus RL 20 tpm
operasi T : 110/60 mmHg dengan kista Dilakukan Laparoskopi +
N : 88x/menit endometriosis Kistectomy + Cek
S : 36OC Patensi Tuba pukul
RR : 18x/menit 07.00 WIB
Skala Nyeri : 2
12 September 2019 (12.00 WIB)
Pasien mengatakan KU : Baik Wanita 25 tahun P0A0 Infus RL 20 tpm
nyeri di luka post T : 110/80 mmHg dengan kista Inj. Cefotaxime 2x1
operasi N : 80x/menit endometriosis gram
S : 36OC Inj. Kalnex 2x500mg
RR : 20x/menit Inj. Ketorolac 2x30mg
Skala Nyeri : 2 Cek Hb 2jam post
operasi
13 September 2019
Pasien KU : Baik Wanita 25 tahun P0A0 Infus RL 20 tpm
mengatakan T : 110/60 mmHg dengan kista Monitor KU + TTV
nyeri pada luka N : 83x/menit endometriosis Inj. Cefotaxime 2x1
post operasi S : 36,5OC gram
RR : 20x/menit Inj. Kalnex 2x500mg
Skala Nyeri : 4 Inj. Ketorolac 2x30mg
Flatus (-), Kembung (+) Diit bubur nasi
14 September 2019
Pasien KU : Baik Wanita 25 tahun P0A0 Infus RL 20 tpm
mengatakan T : 120/70 mmHg dengan kista Monitor KU + TTV
nyeri pada luka N : 84x/menit endometriosis Inj. Cefotaxime 2x1 gram
post operasi S : 36,9OC Inj. Kalnex 2x500mg
RR : 20x/menit Inj. Ketorolac 2x30mg
Skala Nyeri : 4 Diit bubur nasi
Flatus (-), Kembung (-)
15 September 2019
Pasien sudah KU : Baik Wanita 25 tahun KU baik BLPL
merasa baikan T : 100/70 mmHg P0A0 dengan kista
N : 82x/menit endometriosis
S : 36,5OC
RR : 22x/menit
Endometriosis
Wanita dengan endometriosis mungkin asimtomatik, subfertile, atau menderita berbagai tingkat nyeri panggul.
Metode utama diagnosis adalah laparoskopi, dengan atau tanpa biopsi untuk diagnosis histologis.
Pada wanita tanpa gejala, prevalensi endometriosis berkisar antara 2-22 persen, tergantung pada populasi yang
diteliti. Namun karena ada kaitan dengan infertilitas dan nyeri panggul maka endometriosis lebih umum ditemukan
pada wanita dengan keluhan ini.
Pada wanita subur, prevalensi telah dilaporkan antara 20 sampai 50 persen dan pada mereka dengan nyeri panggul, 40
sampai 50 persen.
Etiologi
Sampai saat ini etiologi endometriosis yang pasti belum jelas. Beberapa ahli mencoba
menerangkan kejadian endometriosis dengan berbagai teori, yakni teori implantasi dan
regurgitasi, metaplasia, hormonal, serta imunologik
Ovarian
Peritoneal Deep Nodular
Endometrial Cysts
endometriosis Endometriosis
(Endometrioma)
Peritoneal Endometriosis
Pemeriksaan
Diagnosis Diagnosis
Anamnesis fisik
Pencitraan Laproskopi
ginekologik
• Pasien dengan kista endometriosis akan datang dengan
keluhan utama nyeri. Nyeri haid, nyeri pelvis kronis,
nyeri selama hubungan seksual yang disertai infertilitas
juga merupakan masalah klinis utama pada
endometriosis. Endometrium pada organ tertentu akan
menimbulkan efek yang sesuai dengan fungsi organ
tersebut, sehingga lokasi penyakit dapat diduga.
Anamnesis Riwayat dalam keluarga sangat penting untuk
ditanyakan karena penyakit ini bersifat diwariskan.
Kerabat jenjang pertama berisiko tujuh kali lebih besar
untuk mengalami hal serupa.
Pemeriksaan
fisik ginekologik
• Merupakan baku emas yag harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis endometriosis,
dengan pemeriksaan visualisasi langsung ke rongga abdomen,yang mana pada banyak
kasus sering dijumpai jaringan endometriosis tanpa adanya gejala klinis.
• Invasi jaringan endometrium paling sering dijumpai pada ligamentum sakrouterina, kavum
douglasi, kavum retzi, fossa ovarika, dan dinding samping pelvik yang berdekatan. Selain itu
juga dapat ditemukan di daerah abdomen atas, permukaan kandung kemih dan usus.
• Penampakan klasik dapat berupa jelaga biru-hitam dengan keragaman derajat pigmentasi
dan fibrosis di sekelilingnya. Warna hitam disebabkan timbunan hemosiderin dari serpih
haid yang terperangkap, kebanyakan invasi ke peritoneum berupa lesi-lesi atipikal tak
berpigmen berwarna merah atau putih.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan simtomatik
• Pengobatan dengan memberikan antinyeri seperti paracetamol, asam mefenamat dan Non Steeroidal Anti
Inflammatory Drugs (NSAID) seperti ibuprofen
Medisinalis
• Terapi paliatif dengan hormon steroid: estrogen, progestin, androgen, Danazol, Gestrinon, GnRH analog dan
terapi simptomatik non steroid
Aromatase Inhibitor
• Aromatase Inhibitor pertama kali digunakan untuk pengobatan dari menopause, reseptor estrogen positif.
Kemampuan mereka untuk mengurangi produksi estrogen adalah melalui penghambatan kunci sitokrom P450,
enzim kunci yang mengkatalisis konversi andostenendione dan testosteron untuk estrone dan estradiol.
Pengobatan operatif
Terapi laparotomi
• Mengangkat endometrioma dapat dilakukan dengan laparotomi. Pada awal dilakukan inspeksi secara teliti dari
ovarium untuk mengidentifikasi endometriosis, kemudian ovarium dibebaskan dari perlekatan.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari endometriosis sering berhubungan dengan danya fibrosis dan jaringan parut
yang tidak hanya berefek pada organ yang terkena, namun juga dapat menyebabkan obstruksi
kolon dan ureter. Ruptur dari endometrioma dan juga dihasilkannya zat berwarna coklat yang
sangat iritan juga dapat menyebabkan peritonitis. Meskipun jarang, lesi endometrium dapat
berubah menjadi malignan dan paling sering terjadi pada kasus endometriosis yang berlokasi di
ovarium
PROGNOSIS
Pada kasus endometriosis, salah satu yang terpenting adalah penderita harus diberikan
konseling dan pengertian tentang penyakit yang dideritanya secara tepat. Pasien harus diberi
pengertian bahwa pengobatan yang diberikan belum tentu dapat menyembuhkan, kecuali
perempuan sudah menopause. Setelah diberikan penanganan bedah konservatif, angka
kesembuhan 10-20% pertahun dengan tingkat kekambuhan yang dilaporkan sangat bervariasi.
Endometriosis sangat jarang menjadi ganas
TERIMAKASIH