Anda di halaman 1dari 59

Tutorial

Kista Endometriosis

Disusun oleh :
Cinitya Apriliana Nindyaswari (30101507410)
Evan Rifkian (30101306936)
Fataaturrohmatil Usroh (30101407182)
Indri Astuti (30101407209)
Shinta Anggun Brilliani (30101407327)
Shobrina Qurroti A’yuna (30101407333)
Syifa Ramadhani (30101507570)
Tri Widya Agisia (30101407341)

Pembimbing klinis:
dr. Inu Mulyantoro, Sp.OG
Identitas Pasien
Nama penderita : Ny. SA
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No.CM : 013.89.xx
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : DK Tampingan RT 03 RW 01 Hadiwarno Mejobo Kudus
Status : Menikah
Tanggal masuk : 17/09/2019
Ruang : Nisa 2
Anamnesis Dilakukan autoanamnesis tanggal 10
September 2019 Pukul 15.00 WIB

Pasien datang ke Poliklinik RSI Sultan Agung dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah khususnya kanan bawah saat haid. Keluhan tersebut sudah
dirasakan setiap haid semenjak pasien remaja dan nyeri bertambah hebat
sekitar 1 tahun ini. Nyeri muncul sehari bisa 2 – 3x masing – masing kurang
lebih selama 10 – 20 menit. Nyeri dirasakan pasien semakin bertambah
hebat hingga pasien tidak mampu melakukan aktivitas kerja. Keluhan
berkurang dengan istirahat. Keluhan tambah berat ketika pasien melakukan
aktivitas. Pasien mengaku merasakan nyeri saat bersenggama. Pasien
mengaku tidak ada penurunan berat badan, tidak ada gangguan buang air
besar dan buang air kecil, keluhan badan semakin lemah disangkal. Keluhan
seperti nyeri panggul (-), nyeri kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-),
demam (-).
Riwayat Haid Riwayat Pernikahan Riwayat Kehamilan

• Menarche : 13 tahun • Pasien menikah sebanyak • P0A0


• HPHT : 25 /08/2019 1 kali
• Siklus : Teratur • Menikah saat usia :
24 tahun
• Lama : 7 hari, ganti
• Lama menikah :1
pembalut >3x/hari tahun
• Dismenorrhea : (+) • Jumlah anak : 0
• Leukorrhea : (-)
• Menopause : (-)
Riwayat KB
Pasien belum pernah menggunakan KB

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat dengan keluhan yang sama : Pada tahun 2016 didiagnosis kista
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat operasi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai
wiraswasta. Biaya pengobatan ditanggung JKN non PBI
Status Internus
Pemeriksaan Fisik
• Mata : Konjungtiva anemis -/- ,
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Composmentis sklera ikterik -/-
• Tekanan darah : 132/83mmHg • Telinga : Tidak tampak kelainan
• Nadi : 89x/menit • Hidung : Tidak tampak kelainan
• Pernafasan : 20x/menit • Mulut/gigi : Tidak tampak kelainan
• Suhu : 36,7oC • Leher : Tidak tampak pembesaran KGB dan
• BB : 55 kg(Normoweight)
tiroid
• TB : 160 cm
• Jantung : BJ I-II reguler murni, gallop (-),
murmur (-)
• Thorak : Suara napas dasar vesikuler, rhonki -/-,
wheezing -/-
• Abdomen : Nyeri tekan suprapubik (-)
• Ekstremitas : Edema -/-, sianosis perifer -/-, CRT <2”
Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Abdomen
Inspeksi : Sedikit cembung, striae
gravidarum (-), linea nigra (-), bekas operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani, Pekak sisi (-), Pekak alih (-)
Palpasi : nyeri tekan (-) pada daerah suprapubik dan
inguinal kanan-kiri
Genitalia
• Eksterna
Tak tampak fluor, fluxus dan massa. Mons pubis, labia mayor dan minor,
introitus, perineum: warna tidak hiperemis, tidak tampak ada benjolan maupun
edema, ukuran normal, tidak ada darah.
• Interna (VT/Bimanual Palpasi)
• Dinding vagina licin dalam batas normal, rugae (+), massa (-).
• Porsio licin, kenyal, pembukaan OUE (-), teraba jaringan (-), nyeri goyang
portio (-)
• Corpus uteri antefleksi, bentuk dan konsistensi normal
• Adneksa parametrium dextra teraba massa kistik (+), kaku (-), nyeri tekan
(+)
• Cavum douglass tidak terdapat penonjolan
Inspekulo
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (03-09-2019)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


TUMOR MARKER
CA 12-5 56,2 (H) <35 U/ml
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (10-09-2019)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGY
Darah Rutin 1
Hemoglobin 13,2 11.7-15.5 g/dl
Hematokrit 38,2 33-45 %
Leukosit 9,41 3.6-11.0 Ribu/uL
Trombosit 361 150-440 Ribu/uL
Golongan Darah/Rh O/Positif
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (10-09-2019)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
IMUNOSEROLOGI
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
Kimia
Gula Darah Sewaktu 123 (H) 75-110 Mg/dl
Na, K, Cl
• Natrium 139,9 135-147 Mmol/L
• Kalium 3,44 (L) 3,5-5 Mmol/L
• Chloride 102,2 95-105 Mmol/L
TES AMH
Pemeriksaan Penunjang
(USG Abdomen (10-09-2019)
Pemeriksaan Penunjang
(USG Abdomen (10 – 09 – 2019)

Kesan: Tampak gambaran massa kistik dengan septa – septa di regio adneksa kanan ukuran 7,7 x 8,5 x 8,2 cm,
Tampak massa kistik di regio adneksa sinistra ukuran 5,46 x 4,6 x 5,7 cm cenderung dari ovarium
Laparoskopi Kistektomi

Kesan :
Tampak uterus sebesar telur ayam,
perlengketan (+), kista endometriosis pada
dinding uterus

Hasil:
Kista Endometriosis Duplex
Kesan :
Tes patensi tuba dengan methilen blue

Hasil:
Kedua tuba paten
Ringkasan/Resume (12 September 2019 Pukul 15.00 WIB)

1. Pasien wanita 25th P0A0 datang keluhan nyeri perut bagian


bawah saat haid. Nyeri muncul 2 – 3x/hari kurang lebih
selama 10 – 20 menit dan saat nyeri pasien tidak mampu
melakukan aktivitas kerja. Keluhan berkurang dengan
istirahat. Keluhan tambah berat ketika pasien melakukan
aktivitas.
2. Diskezia (-), dispareuni (+), disuria (-), nyeri panggul (-),
nyeri kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), demam (-).
Ringkasan/Resume

Genitalia
• Eksterna
Tak tampak fluor, fluxus dan massa. Mons pubis, labia mayor dan minor,
introitus, perineum: warna tidak hiperemis, tidak tampak ada benjolan
maupun edema, ukuran normal, tidak ada darah.
• Interna (VT)
Dinding vagina licin dalam batas normal, rugae (+), massa (-). Porsio licin,
kenyal, pembukaan OUE (-), teraba jaringan (-), nyeri goyang portio (-)
Corpus uteri antefleksi, bentuk dan konsistensi normal Adneksa
paramaetrium dextra teraba massa kistik (+), kaku (-), nyeri tekan (+)
Cavum douglass tidak terdapat penonjolan
Pemeriksaan Penunjang
• Darah rutin : Gula darah sewaktu meningkat 123 mg/dL
• Tumor marker : Ca12-5 meningkat 56,2 u/ml
• Tes AMH : 2,090 normo-responder
• USG :
Tampak gambaran massa kistik dengan septa – septa di regio adneksa
kanan ukuran 7,7x8,5x8,2 cm, sulit dipisahkan dengan uterus cenderung
dari ovarium. Tampak massa kistik di regio adneksa sinistra ukuran 5,46 x
4,6 x 5,7 cm cenderung dari ovarium.
• Laparoskopi Kistektomi dan Cek Patensi Tuba
• Tampak uterus sebesar telur ayam, perlengketan (+), kista endometriosis
pada dinding uterus
• Kedua tuba paten
Diagnosis Kerja
Wanita 25 tahun P0A0 dengan Kista Endometriosis dengan
infertilitas primer

Diagnosis Differensial
- Kista ovarii
Tatalaksana
• Rawat Inap
• Pengawasan : KU, TTV
• Program : Laparoskopi kistektomy, tes patensi tuba, analisis sperma
• Terapi medikamentosa
• Infus RL 20tpm
• Premed operasi : sharox 750mg
• Post operasi
• Cefotaxim 2x1gram
• Kalnex 2x1 gram
• Ketorolac 2x30 mg
Edukasi
Meminum obat secara teratur
Olahraga teratur
Istirahat yang cukup
Kontrol kembali satu bulan lagi

Prognosa
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Follow Up
Subjectif Objectif Assesment Planning

10 September 2019
Pasien cemas akan KU : Baik Wanita 25 tahun P0A0 Infus RL 20 tpm
dilakukan operasi T : 130/80 mmHg dengan kista
N : 89x/menit endometriosis
S : 36,7 OC
RR : 20x/menit
Skala Nyeri : 2
11 September 2019
Pasien cemas akan KU : Baik Wanita 25 tahun P0A0 Infus RL 20 tpm
dilakukan operasi T : 110/70 mmHg dengan kista Monitor KU + TTV
N : 84x/menit endometriosis Pro Laparoskopi +
S : 36,4OC Kistectomy + Cek
RR : 20x/menit Patensi Tuba
Skala Nyeri : 2
12 September 2019 (06.00 WIB)
Pasien siap dilakukan KU : Baik Wanita 25 tahun P0A0 Infus RL 20 tpm
operasi T : 110/60 mmHg dengan kista Dilakukan Laparoskopi +
N : 88x/menit endometriosis Kistectomy + Cek
S : 36OC Patensi Tuba pukul
RR : 18x/menit 07.00 WIB
Skala Nyeri : 2
12 September 2019 (12.00 WIB)
Pasien mengatakan KU : Baik Wanita 25 tahun P0A0 Infus RL 20 tpm
nyeri di luka post T : 110/80 mmHg dengan kista Inj. Cefotaxime 2x1
operasi N : 80x/menit endometriosis gram
S : 36OC Inj. Kalnex 2x500mg
RR : 20x/menit Inj. Ketorolac 2x30mg
Skala Nyeri : 2 Cek Hb 2jam post
operasi
13 September 2019
Pasien KU : Baik Wanita 25 tahun P0A0 Infus RL 20 tpm
mengatakan T : 110/60 mmHg dengan kista Monitor KU + TTV
nyeri pada luka N : 83x/menit endometriosis Inj. Cefotaxime 2x1
post operasi S : 36,5OC gram
RR : 20x/menit Inj. Kalnex 2x500mg
Skala Nyeri : 4 Inj. Ketorolac 2x30mg
Flatus (-), Kembung (+) Diit bubur nasi

14 September 2019
Pasien KU : Baik Wanita 25 tahun P0A0 Infus RL 20 tpm
mengatakan T : 120/70 mmHg dengan kista Monitor KU + TTV
nyeri pada luka N : 84x/menit endometriosis Inj. Cefotaxime 2x1 gram
post operasi S : 36,9OC Inj. Kalnex 2x500mg
RR : 20x/menit Inj. Ketorolac 2x30mg
Skala Nyeri : 4 Diit bubur nasi
Flatus (-), Kembung (-)
15 September 2019
Pasien sudah KU : Baik Wanita 25 tahun KU baik  BLPL
merasa baikan T : 100/70 mmHg P0A0 dengan kista
N : 82x/menit endometriosis
S : 36,5OC
RR : 22x/menit
Endometriosis

Endometriosis paling sering


Endometriosis adalah gangguan ditemukan pada peritoneum
ginekologi jinak umum yang panggul, tetapi dapat juga
didefinisikan sebagai adanya ditemukan di ovarium, septum
jaringan kelenjar endometrium dan rektovaginal, ureter, namun jarang
stroma di luar lokasi normal. ditemukan di vesika urinaria,
perikardium, dan pleura.
PREVALENSI
Insidensi endometriosis sulit untuk diukur, sebagian besar wanita dengan penyakit ini sering tidak bergejala, dan modalitas
pencitraan memiliki kepekaan rendah untuk diagnosis.

Wanita dengan endometriosis mungkin asimtomatik, subfertile, atau menderita berbagai tingkat nyeri panggul.

Metode utama diagnosis adalah laparoskopi, dengan atau tanpa biopsi untuk diagnosis histologis.

Pada wanita tanpa gejala, prevalensi endometriosis berkisar antara 2-22 persen, tergantung pada populasi yang
diteliti. Namun karena ada kaitan dengan infertilitas dan nyeri panggul maka endometriosis lebih umum ditemukan
pada wanita dengan keluhan ini.

Pada wanita subur, prevalensi telah dilaporkan antara 20 sampai 50 persen dan pada mereka dengan nyeri panggul, 40
sampai 50 persen.
Etiologi
Sampai saat ini etiologi endometriosis yang pasti belum jelas. Beberapa ahli mencoba
menerangkan kejadian endometriosis dengan berbagai teori, yakni teori implantasi dan
regurgitasi, metaplasia, hormonal, serta imunologik

Teori implantasi Teori Teori


Teori hormonal
dan regurgitasi metaplasia imunologik
Teori Implantasi dan Regurgitasi
Adanya darah haid yang dapat
mengalir dari kavum uteri
melalui tuba Falopii, tetapi tidak
dapat menerangkan terjadinya
endometriosis diluar pelvis.
Teori Metaplasia
◦ peritoneum berasal dari epitel coelom yang sama

Terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom


yang berubah menjadi endometrium.
Menurut teori ini, perubahan tersebut terjadi
akibat iritasi dan infeksi atau pengaruh
hormonal pada epitel coelom. Dari aspek
endokrin, hal ini bisa diterima karena epitel
germinativum ovarium, endometrium, dan
Teori Hormonal
Rendahnya kadar FSH (folicle stimulating hormone), LH
(luteinizing hormone), dan estradiol (E2) dapat
menghilangkan endometriosis. Pemberian steroid seks
juga dapat menekan sekresi FSH, LH, dan E2. Pendapat
yang sudah lama dianut ini mengemukakan bahwa
pertumbuhan endometriosis sangat tergantung pada kadar
estrogen dalam tubuh, tetapi akhir-akhir ini mulai
diperdebatkan.
Teori Imunologik
Menerangkan bahwa secara embriologik, sel epitel yang
membungkus peritoneum parietal dan permukaan ovarium
memiliki asal yang sama; oleh karena itu sel-sel
endometriosis akan sejenis dengan mesotel. Telah diketahui
bahwa CA-125 merupakan suatu antigen permukaan sel
yang semula diduga khas untuk ovarium. Endometriosis
merupakan proses proliferasi sel yang bersifat destruktif
dan akan meningkatkan kadar CA-125. Oleh karena itu,
antigen ini dipakai sebagai penanda kimiawi.
Faktor Resiko
Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita endometriosis

Wanita usia produktif (15-44 tahun)

Wanita dengan siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)

Usia menarche yang lebih awal dari normal

Menstruasi yang lama (>7 hari)

Peningkatan jumlah estrogen dalam darah

Terpapar toksin (pestisida, pengolahan kayu, produk kertas, pembakaran sampah)


Gejala Klinis
Gejala Klasik
Dyschezia dan
Dysmenorea Dyspareuni
atau Infertilitas
Gejala Endometriosis Kejadian katamenial adalah kejadian yang biasanya terjadi pada wanita dengan endometriosis.
Eksternal

Kasus yang telah


Beberapa katamenial yang dilaporkan, terdapat Pada endometriosis yang
dapat terjadi pada kelainan endometriosis pada rektal menyerang organ usus, gejala
endometriosis yaitu yang menyebabkan yang biasanya timbul meliputi
penumothoraks, obstruksi, endometriosis perdarahan, obstruksi usus,
hemoptysis, dan pada kolon sigmoid yang namun jarang dengan perforasi
endometriosis pada organ menyebabkan gejala maupun mengarah kepada
peritoneum lainnya. hampir sama dengan keganasan.
kanker kolon.

Gejala dapat Gejala yang


timbul pada 40% disampaikan oleh
pasien, dan rasa pasien seperti
nyeri bervariasi nyeri perut,
tergantung pada distensi, diare,
tempat terjadinya konstipasi, dan
endometriosis. tenesmus.
Patofisiologi
Patofisiologi
Jaringan endometrium retrograde yang
ditransplantasikan dan sel-sel menempel pada
permukaan peritoneum, membentuk suplai darah,
dan menyerang struktur di sekitarnya.
Mereka diinfiltrasi oleh saraf sensorik, simpatik,
dan parasimpatis dan menimbulkan respons
peradangan.
Implan endometriotik mensekresi estradiol (E2)
serta prostaglandin E2 (PGE2), agen yang menarik
makrofag (protein kemotaktik monosit 1 [MCP-1]),
peptida neurotrofik (faktor pertumbuhan saraf
[NGF]), enzim untuk remodeling jaringan (matrix
metalloproteinases) [MMPs]) dan penghambat
jaringan MMPs (TIMPs), dan zat proangiogenik
seperti faktor pertumbuhan endotel vaskular
(VEGF) dan interleukin-8.
Lesi mengeluarkan haptoglobin, yang menurunkan adhesi makrofag dan fungsi fagosit.
Lesi dan makrofag teraktivasi, yang berlimpah dalam cairan peritoneum pada wanita dengan
endometriosis, juga mengeluarkan sitokin proinflamasi (interleukin-1β, interleukin-8,
interleukin-6, dan faktor nekrosis tumor α [TNF-α]).
Estradiol lokal (dan sistemik) dapat menstimulasi produksi lesi PGE2, yang dapat mengaktifkan
serat nyeri, meningkatkan invasi neuron terhadap lesi dengan merangsang produksi NGF dan
neurotropin lainnya, dan meningkatkan pertumbuhan nosiseptor yang berkontribusi pada nyeri
inflamasi persisten dan menghambat apoptosis neuronal.
Faktor pendarahan endometrium (EBAF) salah diekspresikan dan dapat berkontribusi pada
perdarahan uterus.
Infertilitas dihasilkan dari efek toksik dari proses inflamasi pada gamet dan embrio, fungsi
fimbrial yang terganggu, dan endometrium eutopik yang resisten terhadap aksi progesteron dan
tidak ramah terhadap implantasi embrionik.
Gen HoxA10 dan HoxA11 dan integrin αVβ3 tidak diatur oleh progesteron, dan oleh karena itu
endometrium tidak bersahabat dengan embrio yang ditanamkan.
Bahan kimia yang mengganggu endokrin dapat berkontribusi terhadap resistensi progesteron
dan mungkin disfungsi kekebalan tubuh. ERFFI1 (penghambat umpan balik reseptor ErbB 1)
diekspresikan secara konstitutif dan terdapat pensinyalan mitogenik berlebih.
Klasifikasi
SistemASRM klasifikasinya, yang dikenal dengan
sistem skoring revised-AFS (r-AFS). Dalam sistem
ini dibagi menjadi empat derajat, yakni:
Stadium I (minimal) : 1-5
Stadium II (ringan) : 6-15
Stadium III (sedang) : 16-40
Stadium IV (berat) : >40
Klasifikasi Endometriosis Berdasarkan
Lokasi dan Tipe Lesi

Ovarian
Peritoneal Deep Nodular
Endometrial Cysts
endometriosis Endometriosis
(Endometrioma)
Peritoneal Endometriosis

• Lesi di peritoneum memiliki banyak vaskularisasi,


sehingga menimbulkan perdarahan saat menstruasi. Lesi
yang aktif akan menyebabkan timbulnya perdarahan
kronik rekuren dan reaksi inflamasi sehinggga tumbuh
jaringan fibrosis dan sembuh. Lesi berwarna merah dapat
berubah menjadi lesi berwarna hitam tipikal dan setelah
itu lesi akan berubah menjadi lesi putih yang memiliki
sedikit vaskularisasi dan akan ditemukan debris glandular.
Ovarian Endometrial Cysts (Endometrioma)

• Pada endometriosis yang terjadi di ovarium, dapat


timbul kista yang berwarna coklat dan sering terjadi
perlengketan dengan organ – organ lain, kemudian
membentuk konglomerasi. Kista endometrium dapat
berukuran >3cm dan multilokus, juga dapat tampak
seperti kista coklat karena penimbunan darah dan
debris ke dalam rongga kista.
Deep Nodular Endometriosis

• Pada endometriosis jenis ini, jaringan ektopik


menginfiltrasi septum rektovaginal atau struktur
fibromuskuler pelvis seperti uterosakral dan ligamentum
utero-ovarium. Nodul-nodul dibentuk oleh hiperplasia
otot polos dan jaringan fibrosis di sekitar jaringan yang
menginfiltrasi. Jaringan endometriosis akan tertutup
sebagai nodul, dan tidak ada perdarahan secara klinis
yang berhubungan dengan endometriosis nodular dalam.
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Pemeriksaan
Diagnosis Diagnosis
Anamnesis fisik
Pencitraan Laproskopi
ginekologik
• Pasien dengan kista endometriosis akan datang dengan
keluhan utama nyeri. Nyeri haid, nyeri pelvis kronis,
nyeri selama hubungan seksual yang disertai infertilitas
juga merupakan masalah klinis utama pada
endometriosis. Endometrium pada organ tertentu akan
menimbulkan efek yang sesuai dengan fungsi organ
tersebut, sehingga lokasi penyakit dapat diduga.
Anamnesis Riwayat dalam keluarga sangat penting untuk
ditanyakan karena penyakit ini bersifat diwariskan.
Kerabat jenjang pertama berisiko tujuh kali lebih besar
untuk mengalami hal serupa.
Pemeriksaan
fisik ginekologik

• Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina


biasanya tidak ada kelainan. Lesi endometriosis
terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan
inspekulo, sedangkan pada pemeriksaan manual
lesi ini teraba pada 43,1% penderita.
Diagnosis
Pencitraan

• Berguna untuk memeriksa penderita endometriosis


terutama bila dijumpai massa pelvis atau adnexa seperti
endometrioma. Ultrasonografi pelvis secara transabdomnial
(USG-TA), transvaginal (USG-TV) atau secara transrektal
(TR), CT Scan dan pencitraan resonansi magnetik telah
digunakan secara nir-invasif untuk mengenali implan
endometriosis yang besar dan endometrioma. Tetapi hal ini
tidak dapat menilai luasnya endometriosis.
Diagnosis
Laparoskopi

• Merupakan baku emas yag harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis endometriosis,
dengan pemeriksaan visualisasi langsung ke rongga abdomen,yang mana pada banyak
kasus sering dijumpai jaringan endometriosis tanpa adanya gejala klinis.
• Invasi jaringan endometrium paling sering dijumpai pada ligamentum sakrouterina, kavum
douglasi, kavum retzi, fossa ovarika, dan dinding samping pelvik yang berdekatan. Selain itu
juga dapat ditemukan di daerah abdomen atas, permukaan kandung kemih dan usus.
• Penampakan klasik dapat berupa jelaga biru-hitam dengan keragaman derajat pigmentasi
dan fibrosis di sekelilingnya. Warna hitam disebabkan timbunan hemosiderin dari serpih
haid yang terperangkap, kebanyakan invasi ke peritoneum berupa lesi-lesi atipikal tak
berpigmen berwarna merah atau putih.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan simtomatik

• Pengobatan dengan memberikan antinyeri seperti paracetamol, asam mefenamat dan Non Steeroidal Anti
Inflammatory Drugs (NSAID) seperti ibuprofen

Medisinalis

• Terapi paliatif dengan hormon steroid: estrogen, progestin, androgen, Danazol, Gestrinon, GnRH analog dan
terapi simptomatik non steroid

Aromatase Inhibitor

• Aromatase Inhibitor pertama kali digunakan untuk pengobatan dari menopause, reseptor estrogen positif.
Kemampuan mereka untuk mengurangi produksi estrogen adalah melalui penghambatan kunci sitokrom P450,
enzim kunci yang mengkatalisis konversi andostenendione dan testosteron untuk estrone dan estradiol.

Pengobatan operatif

• Konservatif  Dengan mempertahankan fungsi reproduksi dan fungsi hormonal ovarium.


• Radikal Total abdominal histerektomi, bilateral salpingoooferoktomi dan reseksi endometriosis.

Terapi laparotomi

• Mengangkat endometrioma dapat dilakukan dengan laparotomi. Pada awal dilakukan inspeksi secara teliti dari
ovarium untuk mengidentifikasi endometriosis, kemudian ovarium dibebaskan dari perlekatan.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari endometriosis sering berhubungan dengan danya fibrosis dan jaringan parut
yang tidak hanya berefek pada organ yang terkena, namun juga dapat menyebabkan obstruksi
kolon dan ureter. Ruptur dari endometrioma dan juga dihasilkannya zat berwarna coklat yang
sangat iritan juga dapat menyebabkan peritonitis. Meskipun jarang, lesi endometrium dapat
berubah menjadi malignan dan paling sering terjadi pada kasus endometriosis yang berlokasi di
ovarium
PROGNOSIS
Pada kasus endometriosis, salah satu yang terpenting adalah penderita harus diberikan
konseling dan pengertian tentang penyakit yang dideritanya secara tepat. Pasien harus diberi
pengertian bahwa pengobatan yang diberikan belum tentu dapat menyembuhkan, kecuali
perempuan sudah menopause. Setelah diberikan penanganan bedah konservatif, angka
kesembuhan 10-20% pertahun dengan tingkat kekambuhan yang dilaporkan sangat bervariasi.
Endometriosis sangat jarang menjadi ganas
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai