Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS MIOMA UTERI

!
HOSPITAL EXPOSURE
RUMAH SAKIT UMUM (RSU) SILOAM
!
!
Oleh:
Cathrine Saputra 00000005819
!
!
!
!

!
!
!
!
!
JURUSAN PENDIDIKAN KEDOKTERAN
!
FAKULTAS KEDOKTERAN
!
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
!
TANGERANG
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 5 April 1976 (41 tahun)
Pekerjaan : Karyawan kantor
Alamat : Tangerang
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikkan : Sarjana (D3)
No. Rekam Medis : RSUS 00-77-45-XX
Tanggal Masuk RS : 25 Agustus 2017
!
II.ANAMNESIS
(Didapatkan secara autoanamnesis pada hari Selasa, 29 Agustus 2017 pukul 09.45 di RSU Siloam).
• Keluhan Utama
Nyeri perut saat menstruasi sejak pagi hari SMRS
!
• Keluhan tambahan
Menstruasi banyak dan panjang, terasa benjolan dan begah
!
• Riwayat Penyakit Sekarang
P2A0 (AH2, AT 13 th) datang ke RSU Siloam dengan keluhan nyeri perut saat menstruasi
sejak pagi hari SMRS. Nyerinya datang tiba-tiba dan berlokasi di perut bagian bawah, tidak men-
jalar, dan tidak dapat ditunjuk menggunakan 1 jari. Nyeri dideskripsikan seperti rasa keram dengan
skala nyeri 10. Pasien sudah mengonsumsi obat asam mefenamat untuk memperbaiki keluhan
pasien, akan tetapi tidak membantu. Keluhan pasien sudah dirasakan sejak 5 bulan yang lalu, akan
tetapi biasanya keluhan dapat diatasi dengan asam mefenamat. Selain nyeri perut, pasien juga men-
geluhkan mestruasi yang banyak dan panjang sejak 5 bulan yang lalu. Menstruasi pasien berdurasi
14 hari dengan siklus ± 28 hari. Jumlah pembalut yang digunakan pasien bervariasi antara 10 -12
pembalut pada hari ke-1 hingga hari ke-6 haid, dan 4 - 5 pembalut pada hari berikutnya. Darah yang
keluar bewarna merah kehitaman, disertai gumpalan. Kemudian, pasien juga merasakan adanya
benjolan pada perut bagian bawah disertai rasa begah seperti sedang hamil. Sebelumnya, pada tahun
2013, pasien sudah mengetahui bahwa ia memiliki miom secara tidak sengaja pada saat ingin me-
leaps alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Pada saat itu, ukuran miomnya masih kecil dan
keluhannya belum mengganggu, akan tetapi seiring berjalannya waktu, keluhan yang dirasakkan
lama semakin memburuk, sehingga pasien memutuskan melakukan tindakan histerektomi, yang
telah direncanakan bersama dokter pada bulan Oktober 2017. Pasien menyangkal adanya keluhan
sakit kepala atau lemas, berat badan yang menurun, mual ataupun muntah, pendarahan di tempat
lain, serta gangguan buang air kecil maupun besar.

• Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah dirawat 2 kali di RSU Serang dengan keluhan serupa dan menerima transfusi
darah sebanyak 3 kantung pada bulan Mei 2017 dan 2 kantung pada bulan Juni 2017. Golongan
darah pasien O dengan Rhesus (+), begitu juga dengan suami. Pasien menyangkal adanya riwayat
tekanan darah tinggi, gula, kanker, alergi, operasi, serta riwayat pendarahan yang tidak normal,
seperti mimisan atau gusi berdarah berulang.
!
• Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari, teratur.
Durasi : 4-5 hari
Warna : Merah tua diakhiri dengan merah, gumpalan (-)
Jumlah pembalut : 4-5 pembalut
Nyeri haid : (+) pada hari pertama, pegal-pegal
HPHT : 2 Agustus
!
• Riwayat Obstetri

Status : P2A0

Jenis Usia Keadaan Berat Badan Riwayat Ditolong Komplikasi


Kelamin Anak Lahir (BBL) Kehamilan oleh Persalinan

1 L 14 tahun Sehat 3200 gram Normal Bidan -


2 L 13 tahun Sehat 2800 gram Normal Bidan -

!
!
• Riwayat Ginekologi
Keputihan : (-)
Pap smear : belum pernah dilakukan
!
• Riwayat Seksual & Pernikahan
Coitarche : 24 tahun
Jumlah pasangan seksual :1
Dispareunia : (-)
Pendarahan post koitus : (-)
Terakhir berhubungan : 10 hari yang lalu
Usia pernikahan : 17 tahun

• Riwayat Kontrasepsi
Jenis Kontrasepsi : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Lama penggunaan : 5 tahun, sudah dilepas pada tahun 2013
!
• Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki penyakit tekanan darah tinggi, gula, kanker, maupun pen-
darahan yang tidak normal. Bibi pasien memiliki mioma uteri.
!
• Riwayat Sosial
Pasien tidak merokok, mengkonsumsi alkohol, maupun obat-obatan terlarang. Pasien tinggal
bersama suami dan anaknya. Ia mengaku sudah tidak menginginkan anak lagi dan tidak masalah
apabila rahimnya diangkat, asalkan ia tetap awet muda. Pengambilan keputusan dalam keluarga
adalah suami dan istri.
!
!
!
III.PEMERIKSAAN FISIK
(dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2017, pk 10.00)
!
Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran: Compos Mentis, GCS E 4 M 6 V5
Tanda-Tanda Vital (TTV)
• Tekanan Darah: 110/80 mmHg
• Temperatur: 37,4 NPBT1
• Nadi: 88 x/menit
• Pernafasan:20 x/menit
Status Gizi dan Antopometri
• Berat Badan (BB): 44 kg
• Tinggi Badan (TB): 155 cm
• Indeks Massa Tubuh (IMT): 18,3 -> underweight (N: 18,5 - 24,9)
Status Generalis
Kepala : Normosefal
Mata : Konjugtiva Pucat (+/+)
Sclera Icterus (-/-)
Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Pucat (-), mukosa pecah (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Sistem Kardiovaskular
Inspeksi : Ictus cordis tidak telihat
Palpasi : Ictus cordis (+), ICS 5 midclavicula sinistra
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1/S2 Reguler, murmur (-), gallop (-)
Sistem Respirasi
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi dada (-)
Palpasi : Ekspansi dada dan Tactile fremitus simetris dextra & sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak benjolan pada regio hipogastrik
Bekas operasi (-)
Auskultasi : Bising usus 11x/menit, bruih (-)
Perkusi : Dull pada regio hipogastrik, regio lain timpani
Palpasi : Massa (+) padat, permukaan tidak rata, terfiksir, batas tegas
Ukuran ± sebesar kepalan tangan
Nyeri tekan (-)
Hepar maupun limpa tidak teraba
Ekstremitas : Edema (-), Pucat (-), lebam (-) CRT < 2 detik
Status Ginekologis
Inspeksi : vulva hiperemis (-), ulserasi (-), massa (-)
Inspekulo
Vagina : dinding dalam batas normal
Portio : utuh
OUE : tertutup
Pemeriksaan Bimanual
Vagina : mukosa licin, massa (-),
Serviks : licin, kenyal, nyeri goyang protio (-)
Uterus : arah antefleksi anteversi
ukuran sebesar usia kehamilan 18 minggu
konsistensi kenyal, permukaan tidak rata, nyeri (-)
Adnexa : massa (-), nyeri tekan (-)
!
!
!
!
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal: 25-08-2017
!
HEMATOLOGY

Full Blood Count Value Unit H/L Ref Range


Hemoglobin 6.80 g/dL L 11.70 - 15.50
Hematrocit 24.00 % L 35.00 - 47.00
Erythrocyte (RBC) 3.45 10^6/µL L 3.80 - 5.20
White Blood Count (WBC) 13.40 10^3/µL H 3.60 - 11.00
Differential Count ! ! !
• Basophil 0 % 0-1
• Eosinophil 0 % 1-3
• Band Neutrophil 3 % 2-6
• Segment Neutrophil 85 % 50 - 70
• Lymphocyte 7 % 25 - 40
• Monocyte 5 % 2-8

Platelet Count 290.00 10^3/µL 150.00 - 440.00


ESR 45 mm/hours H 0 - 20
MCV, MCH, MCHC ! ! ! !
• MCV 69.60 fL L 80.00 - 100.00
• MCH 19.70 pg L 26.00 - 34.00
• MCHC 28.30 g/dL L 32.00 - 36.00

!
BIOCHEMISTRY

Blood Random Glucose 94.0 mg/dL < 200


Electrolyte ! ! ! !
• Sodium (Na) 140 mmol/L ! 137 - 145
• Potassium (K) 3.4 mmol/L L 3.6 - 5.0
• Chloride (Cl) 100 mmol/L 98 - 107

!
!
!
!
!
X-RAY THORAX AP, PA
Jantung CTR 66%
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar.
Trakea di tengah. Kedua hilus tidak menebal.
Corakan bronkovaskular kedua paru normal.
Tidak tampak infiltrat maupun nodul di kedua lapangan paru.
Kedua sinus kostofrenikus lancip, diafragma licin.
Tulang-tulang dinding dada intak.
Mild dextroscoliosis vertebra thoracalis.
Kesan: Kardiomegali
Tidak tampak proses spesifik aktif pada kedua lapangan paru.
!
Tanggal: 26-08-17
USG

Uterus dan adneksa: Tampak masa hipoekoik heterogen multipel berdekatan pada intrauterine
ukuran ± 4,82 x 4,21 cm, 5,6 x 4,11 cm yang dengan CDFI tampak vaskularisasi maupun perilesi.
Kesan: Multiple Myoma Subserousa
!
Tanggal: 27-08-2017

HEMATOLOGY

Complete Blood Count Value Unit H/L Ref Range


Hemoglobin 9.80 g/dL L 11.70 - 15.50
Hematrocrit 31.80 % L 35.00 - 47.00
Erythrocyte (RBC) 4.27 10^6/µL L 3.80 - 5.20
White Blood Count (WBC) 7.76 10^3/µL H 3.60 - 11.00
Platelet Count 300.00 10^3/µL 150.00 - 440.00
ESR 45 mm/hours H 0 - 20
MCV, MCH, MCHC ! ! ! !
• MCV 74.50 fL L 80.00 - 100.00
• MCH 23.00 pg L 26.00 - 34.00
• MCHC 30.80 g/dL L 32.00 - 36.00

!
!
V. RESUME
Ny. E.S, 41 tahun, datang dengan keluhan dysmenorrhea yang tidak bisa disembuhkan den-
gan asam mefenamat sejak pagi hari SMRS. Dysmenorrhea sudah ada sejak 5 bulan lalu bersamaan
dengan keluhan abnormal uterine bleeding (AUB). Menstruasi pasien berdurasi 14 hari dengan sik-
lus ± 28 hari. Pada 6 hari pertama, dibutuhkan 10-12 pembalut, sedangkan pada hari berikutnya
dibutuhkan 4-5 pembalut. Selain itu, pasien juga mengeluhkan benjolan di perut bagian bawah dis-
ertai rasa begah. Pemeriksaan fisik ditemukan konjunctiva pucat dan massa berukuran ± sebesar
kepalan tangan pada perut bagian bawah. Konsistensi massa padat, terfiksir, dengan batas tegas.
Pemeriksaan bimanual ditemukan pembesaran uterus sebesar usia kehamilan 18 minggu dengan
permukaan yang tidak rata. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya anemia mikrositik
hipokrom disertai leukositosis. X-ray Thorax menggambarkan kardiomegali, dan USG didapati
mioma serosa multipel dengan ukuran ± 4,82 x 4,21 cm, 5,6 x 4,11 cm.
!
VI.DIAGNOSIS KERJA
Dysmenorrhea e.c Mioma Uteri Subserosa
!
VII. TATALAKSANA
Rawat Inap
Rencana Histerektomi (Oktober 2017, tanggal belum ditentukan)
!
VIII.PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Malam
Ad sanationam : Bonam

!
IX.TINJAUAN PUSTAKA
IX.I Definisi
Leiomyoma atau yang lebih dikenal sebagai mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang be-
rasal dari miometrium. 1
!
IX.II Faktor Resiko
Pertumbuhan tumor ini dipengaruhi oleh faktor genetik (defek kromosom 6, 7, 12, atau 14) dan fak-
tor lingkungan (estrogen & progesteron). 1

!
FAKTOR PEMICU FAKTOR PROTEKSI
Genetik
- Riwayat keluarga leimyoma
- Ras Afrika-Amerika
Lingkungan (↑ estrogen) Lingkungan (↓ estrogen)
- Usia reproduksi akhir (35-45 tahun) - Post menopause
- Menarche dini - Paritas banyak
- Obesitas - Kontrasepsi oral kombinasi
- Sindrom polikistik ovarium - Merokok

!
Tabel 1. Faktor Pemicu dan Faktor Proteksi Leiomioma 1
!
IX.III Klasifikasi
Secara garis besar, leiomyoma diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan arah pertumbuhan
tumor (submukosa, intramural, subserosa, dan lain-lain) serta bertangkai (pedunculated) atau tidak
(non-pedunculated). 1 Berikut adalah klasifikasinya:
!
• Submukosa : terletak di lapisan endometrium dan menonjol ke arah kavum uteri
• Intramural : terletak di antara miometrium
• Subserosa : terletak di lapisan perimetrium dan menonjol ke arah peritoneum
• Lain-lain
• Intraligamenter : terletak di antara lig. latum
• Cervical : terletak di leher rahim

Gambar 1. Sistem Subklasifikasi Leiomioma2


!
IX.IV Manifestasi Klinis
Sebagian besar leiomyoma tidak menimbulkan gejala, tetapi sebagian lain menimbulkan ge-
jala yang bervariasi, baik akut maupun kronik. 1

!
GEJALA PENYEBAB
Akut
Nyeri Pelvis Degenerasi tumor → nekrosis jaringan akibat pertumbuhan
tumor > suplai darah
Prolapse tumor → tumor ter-renggang pada saat melewati
endoservikal kanal
Kronik
Menorrhagia / Heavy - Penekanan tumor yang menyebabkan dilatasi vena
m e n s t r u a l b l e e d i n g - Disregulasi vasoactive growth factor local
(HMB)
Dysmenorrhea Inflamasi → peningkatan prostaglandin → kontraksi meningkat
Pelvic Discomfort Tumor menekan organ disekitar uterus
• Kandung kemih → peningkatan frekuensi urinasi serta
inkontinensia urin
• Rektum → konstipasi
• Ureter → hidronefrosis
Infertilitas - Tumor menyumbat tubal ostia
- Keberadaan tumor menyebabkan kontraksi uterus kurang efektif
untuk mendorong sperma atau ovum
- Implantasi terganggu oleh karena keterbatasan ruang serta inflamasi
dan perubahan vaskularisasi uterus

Tabel 2. Gejala Leiomioma 1


!
IX.V Pemeriksaan Fisik
Selain melalui gejala yang disebutkan diatas, leiomyoma juga bisa dicurigai apabila dite-
mukan pembesaran uterus dengan permukaan yang tidak teratur pada pemeriksaan bimanual. Pada
pemeriksaan spekulum, tidak akan ditemukan kelainan, kecuali bila sudah terjadi prolapse leiomy-
oma submukosa melalui ostium servikal eksterna. 1
!
IX.II Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis bisa ditegakkan dengan menemukan massa solid hypoechoic, isoechoic, atau hy-
perechoic yang berbatas tegas pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) transabdominal atau trans-
vaginal.3 USG transvaginal lebih diunggulkan untuk memeriksa pasien yang obesitas dan untuk
menemukan fibroid yang relatif kecil. Bila diagnosis belum bisa ditegakkan setelah USG, maka bisa
dilakukan MRI Pelvis.4 Melalui pemeriksaan ini, leiomyoma dilihat sebagai daerah yang hi-
pointense, dibandingkan dengan miometrium normal yang mengelilinginya.3 MRI Pelvis meru-
pakan pemeriksaan yang paling akurat karena dapat mengetahui jumlah dan lokasi pasti dari
leiomyoma. Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan karena harganya yang relatif mahal. Pemeriksaan
dilakukan apabila diagnosis belum bisa ditegakkan melalui USG, kemudian untuk memprediksi re-
spon fibroid terhadap Uterine Artery Embolization (UAE), serta apabila pasien akan melakukan
miomektomi laparoskopik atau histeroskopik. Alat diagnostik lain yang bisa dipertimbangkan
adalah Saline Infusion Sonohysterography (SIS). Akan tetapi, pemeriksaan ini kurang akurat dan
cenderung tidak nyaman bagi pasien, sehingga jarang dilakukan.4
!
!
IX.II Tatalaksana
Tatalaksana leiomyoma sangat bersifat individual, tergantung dari usia, gejala, ukuran dan
lokasi fibroid, serta ada tidaknya keinginan untuk mempertahankan uterus atau fertilitas.1 Pada
prinsipnya, tatalaksana dibagi menjadi tiga, yaitu observasi, tatalaksana medikamentosa, dan tin-
dakan intervensi atau operasi. Observasi dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pelvis serta
USG setiap tahun untuk pasien - pasien asimptomatik atau simptomatik tetapi akan segera
menopause. Sedangkan, tatalaksana medikamentosa diperuntukkan bagi pasien simptomatik yang
belum akan mengalami menopaus dalam waktu dekat. Tatalaksana diberikan sesuai dengan gejala
yang dirasakan setiap individu. Apabila gejala sudah tidak bisa diatasi dengan terapi medikamen-
tosa, maka dilakukan tindakan intervensi seperti UAE, atau tindakan operasi seperti miomektomi
atau histerektomi tergantung dari ada tidaknya keinginan untuk mempertahankan uterus atau fertili-
tas.1,5

Gambar 2. Perbandingan Tatalaksana Medikamentosa Leiomioma6



Bagan 1. Algoritma Tatalaksana Leiomioma1,5,7

!
X. ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
pembesaran uterus disertai dengan keluhan dysmenorrhea dan AUB. Pada klinis yang demikian,
maka diagnosis banding yang harus dipikirkan adalah PALM (Polip, Adenomiosis, Leiomioma,
Malignancy).2 Semua massa dalam uterus memiliki faktor resiko yang kurang lebih sama, yaitu pa-
paran estrogen yang tinggi. Akan tetapi, pada pasien ini tidak ditemukan adanya kondisi yang
menyebabkan peningkatan paparan estrogen, seperti menarche yang terlalu dini, menopause yang
terlalu lambat, obesitas, maupun sindrom polikistik ovarium. Satu-satunya faktor resiko yang dimi-
liki pasien adalah ia berada di usia reproduksi, sehingga kadar estrogennya masih tinggi. Berikut
adalah pembahasannya:
Berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisiknya, polip pada umumnya bersifat asimptomatik,
namun apabila bergejala, dapat menyebabkan AUB dan infertilitas. Polip jarang sekali menye-
babkan pembesaran uterus yang sampai melebihi usia kehamilan 12 minggu, akan tetapi keber-
adaannya seringkali ko-eksis dengan tumor uterus lain.13 Sehingga, meskipun polip bukan meru-
pakan penyebab pembesaran uterus pada pasien ini, keberadaannya mungkin saja berkontribusi ter-
hadap keluhan AUB yang dirasakan pasien. Oleh karena itu, polip belum bisa disingkirkan dari di-
agnosis sampai dilakukan pemeriksaan penunjang. Adenomiosis dan leiomioma tidak dapat
dibedakan melalui gejala, keduanya sama-sama memberikan gejala AUB, dismenorrhea, dan infer-
tilitas. Akan tetapi, leiomioma lebih sering menyebabkan gejala penekanan terhadap organ sekitar
karena pertumbuhannya yang sering melebihi usia kehamilan 12 minggu. Melalui pemeriksaan
fisik, dapat ditemukan pembesaran uterus dengan permukaan yang reguler (adenomiosis) atau ireg-
uler (leiomioma).1,10 Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapati pembesaran uterus berukuran 18
minggu usia kehamilan dengan permukaan yang ireguler. Oleh karena itu diagnosis yang lebih
mungkin di antara keduanya adalah leiomioma. Bila dibandingkan dengan hiperplasia dan karsino-
ma endometrium, hiperplasia dan karsinoma endometrium umumnya memberikan gejala post-
menopausal bleeding, akan tetapi bila terjadi sebelum menopause, maka gejalanya hanya berupa
AUB. Hiperplasia endometrium jarang menyebabkan pembesaran uterus, sedangkan karsinoma en-
dometrium dapat menyebabkan pembesaran uterus disertai gejala penekanan organ sekitar.12 Sam-
pai disini, keduanya masih mungkin dijadikan diagnosis. Akan tetapi, oleh karena pasien tidak
memiliki riwayat keluarga keganasan serta menyangkal keluhan mual, muntah, dan penurunan BB,
maka diagnosis karsinoma endometrium lebih dikesampingkan. Selain karsinoma endometrium,
keganasan lain seperti leiomiosarkoma juga dapat dikesampingkan karena alasan yang sama.
Leiomiosarkoma sendiri memiliki gejala yang sukar dibedakan leiomioma.11
Sebagai kesimpulan, diagnosis utama pada pasien ini adalah leiomioma karena pasien
memiliki gejala AUB, dismenorrhea, serta pembesaran uterus yang melebihi usia kehamilan 12
minggu dengan permukaan yang ireguler. Sedangkan, polip dan hiperplasia endometrium belum
dapat disingkirkan karena masih dapat berkontribusi terhadap AUB yang dikeluhkan pasien. Oleh
karena itu, dilakukan pemeriksaan USG untuk menegakkan diagnosis. Hasil pemeriksaan USG di-
dapati leiomioma subserosa multipel (AUB-Lo), tanpa adanya polip maupun hiperplasia endometri-
um. Oleh karena itu, tatalaksana yang diberikan kepada pasien ini adalah tatalaksana leiomioma.
Tatalaksana bersifat simptomatis sambil menunggu tanggal operasi yang sudah ditetapkan. Terapi
awal bisa diberikan NSAIDs secara parenteral untuk meredakan dysmenorrhea secara cepat. Untuk
leukositosis, dapat diberikan antibiotik sprektrum luas, serta dianjurkan untuk melakukan evaluasi
lanjutan apabila leukosit terus meningkat. Untuk anemianya, bisa dilakukan transfusi packed red
cell (PRC) karena Hb pasien 6,8 g/dl, dimana Hb < 7 g/dl merupakan indikasi pemberian PRC. 1
unit (4 ml/kg) PRC bisa menaikkan Hb sebesar 1 g/dl, sehingga dengan berat badan 44 kilogram,
setiap pemberian 176 ml PRC dapat menaikkan Hb 1 g/dl. Target Hb pasien adalah 7-9 g/dl, akan
tetapi mengingat pasien masih mengalami pendarahan aktif, target Hb yang diambil adalah yang
terbesar, yaitu 9g/dl. Untuk mencapai Hb 9 g/dl, minimal dilakukan pemberian PRC sebanyak
563,2 ml. Setelah selesai, ditransfusi, harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap kembali untuk
menilai kadar Hb. Apabila, target Hb sudah dicapai, tatalaksana dilanjutkan dengan memberikan
suplementasi besi sampai dnegan 6 bulan atau sampai kadar ferritin di dalam darah normal. Oleh
karena itu, bisa juga dilakukan pemeriksaan serum iron, ferritin, transferin, dan total iron binding
capacity (TIBC) untuk mengevaluasi anemianya. Kemudian, agar pasien tidak mengalami anemia
terus menerus, maka harus diberikan tatalaksana medikamentosa leiomioma untuk mengurangi
pendarahan. Oleh karena tujuan terapinya adalah untuk mengurangi pendarahan, maka obat yang
dapat diberikan sebagai lini pertama pada keadaan akut adalah asam traneksamat. Asam tranek-
samat hanya digunakan selama pasien mesntruasi. Selanjutnya, untuk mengontrol pendarahan jang-
ka panjang dapat diberikan LNG-IUS atau progesteron. Tatalaksana medikamentosa hanya bisa
mengurangi gejala sementara, untuk terapi definitif harus dilakukan histerektomi. Pada pasien ini,
histerektomi dapat dilakukan karena pasien sudah tidak ingin memiliki anak dan mempertahankan
uterusnya. Histerektomi yang dapat dilakukan adalah histerektomi laparotomi atau laparoskopik
karena ukuran uterus sudah melebihi usia kehamilan 12 minggu. 

!
XI. DAFTAR PUSTAKA
1. Schorge, Hoffman, et al. “Leiomyoma.” WIlliams Gynecology, 2nd ed., McGrawHill, pp. 247–
259.
2. Munro, Malcolm G, et al. “FIGO Classification System (PALM-COEIN) for Causes of Abnor-
mal Uterine Bleeding in Nongravid Women of Reproductive Age.” International Journal of Gy-
necology and Obstetrics, 7 Jan. 2011, pp. 3–13.
3. Farooq, Saqba, and Bruno Di Muzio. “Uterine Leiomyoma | Radiology Reference Article.” Ra-
diopaedia.org, radiopaedia.org/articles/uterine-leiomyoma.
4. Khan, Aamir T, et al. “Uterine Fibroids: Current Perspectives.” International Journal of
Women's Health, Dove Medical Press, 29 Jan. 2014, www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM-
C3914832/.
5. Vilos, George A, et al. “The Management of Uterine Leiomyoma.” The Society of Obstetricians
and Gynaecologists of Canada, Feb. 2015, https://sogc.org/wp-content/uploads/2015/02/
gui318CPG1502ErevB1.pdf.
6. Moroni, RM, et al. “Pharmacological Treatment of Uterine Fibroids.” Annals of Medical and
Health Sciences Research, Medknow Publications & Media Pvt Ltd, 2014, www.ncbi.nlm.nih.-
gov/pmc/articles/PMC4212375/.
7. Delancey, John O.L, et al. “Selecting the Route for Hysterectomy: A Structured Approach.”
Cotemporary OB/GYN, UBM Medica, 1 Aug. 2013, contemporaryobgyn.modernmedicine.com/
contemporary-obgyn/content/tags/gynecologic-surgery/selecting-route-hysterectomy-structured-
approach.
8. http://elearning.wfh.org/resource/von-willebrand-disease-an-introduction-for-the-primary-care-
physician/
9. http://www.aagl.org/wp-content/uploads/2013/03/aagl-Practice-Guidelines-for-the-Diagnosis-
and-Management-of-Endometrial-Polyps.pdf
10. Schorge, Hoffman, et al. “Adenomyosis.” WIlliams Gynecology, 2nd ed., McGrawHill, pp. 259-
261.
11. Schorge, Hoffman, et al. “Uterine Sarcoma.” WIlliams Gynecology, 2nd ed., McGrawHill, pp.
839–843.
12. Schorge, Hoffman, et al. “Endometrial Cancer” WIlliams Gynecology, 2nd ed., McGrawHill,
pp. 817-830.
13. Schorge, Hoffman, et al. “Endometrial Polyps” WIlliams Gynecology, 2nd ed., McGrawHill,
pp. 230-231.

Anda mungkin juga menyukai