Anda di halaman 1dari 32

Makalah PBL 2 Blok 30 Emergency Medicine 2

Kasus:

Suatu hari anda didatangi penyidik dan diminta untuk membantu mereka dalam
memeriksa suatu tempat kejadian perkara (TKP). Menurut penyidik, TKP adalah sebuah rumah
yang cukup besar milik seorang pengusaha dan istrinya ditemukan meninggal dunia di dalam
kamarnya yang terkunci di dalam.

Anaknya yang pertama kali mencurigai hal itu (pukul 08.00) karena si ayah yang
biasanya bangun untuk lari pagi, hari ini belum keluar dari kamarnya. Ia bersama dengan pak
Ketua RT melaporkannya kepada polisi. Penyidik telah membuka kamar tersebut dan
menemukan kedua orang tersebut tiduran di tempat tidurnya dan dalam keadaan mati. Tidak
ada tanda-tanda perkelahian di ruang tersebut, segalanya masih tertata rapi sebagaimana biasa,
tutur anaknya. Dari pengamatan sementara, tidak ditemukan luka-luka pada kedua mayat dan
tidak ada barang yang hilang. Salah seorang penyidik ditelepon oleh petugas asuransi bahwa ia
telah dihubungi oleh anak sipengusaha berkaitan dengan kemungkinan klaim auransi jiwa
pengusaha tersebut.

Pembahasan

I. Prosedur Medikolegal

1. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan

Pasal 133 KUHAP

1
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindakan pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.

2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat,dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu
jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Penjelasan Pasal 133 KUHAP

2. Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut
keterangan.

Keputusan Menkeh No.M.01.PW.07-03 tahun 1982 tentang pedoman pelaksanaan


KUHAP.

Dari penjelasan pasal 133 ayat (2) menimbulkan beberapa masalah antara lain sebagai
berikut :

a. Keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman itu alat
bukti sah atau bukan?

Sebab apabila bukan alat bukti yang sah tentunya penyidikan mengusahakan alat bukti
lain yang sah dan ini berarti bagi daerah yang belum ada dokter ahli kedokteran kehakiman
akan mengalami kesulitan dan penyidikan dapat terhambat.

Hal ini tidak menjadi masalah walaupun keterangan dari dokter bukan ahli kedokteran
kehakiman itu bukan sebagai keterangan ahli, tetapi keterangan itu sendiri dapat merupakan

2
petunjuk dan petunjuk itu adalah alat bukti yang sah, walaupun nilai ny agak rendah, tetapi
diserahkan saja pada hakim yang menilainya dalam sidang.

b. Dari penjelasan pasal 133 ayat (2) dapat disimpulkan bahwa keterangan ahli itu hanya
bila diberikan oleh dokter ahli kedokteran kehakiman. Bagaimana dengan keterangan yang
diberikan oleh ahli laboratorium, ahli balistik, ahli kardiologi, ahli patologi,ahli
kandungan,psikiater, dan lain-lain apakah keterangan mereka ini bukan keterangan ahli. Atau
apakah agar mempunyai nilai sebagai alat bukti yang sah, keterangan-keterangan ahli tersebut
harus diketahui/disahkan oleh dokter ahli kedokteran kehakiman.

Pasal 134 KUHAP

1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga
korban.

2. Dalam hal keluarga, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud


dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.

3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak
yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

Pasal 179 KUHAP

1. Setiap orang diminta pendapat nya sebagai ahli kedokteran atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

2. Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji
akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya.

3 . Hak menolak menjadi saksi /ahli

Pasal 120 KUHAP

1. Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus.
3
2. Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia
akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baoiknya kecuali bila
disebabkan karena harkat serta martabat,pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia
menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.

3. Bentuk bantuan dokter bagi peradilan dan manfaatnya

Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurang nya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Pasal 184 KUHAP

1. Alat bukti yang sah adalah :

a. Keterangan saksi

b. Keterangan ahli

c. Surat

d. Petunjuk

e. Keterangan terdakwa

2. Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan

Pasal 185 KUHAP

1. Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang
pengadilan.

2. Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa
bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai
dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.

4
4. Keterangan beberapa saksi yang berdiri-sendiri tentang suatu kejadian atau suatu
keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada
hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya
suatu kejadian atau keadaan tertentu.

5. Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan
merupakan keterangan saksi.

6. Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-
sungguh memperhatikan :

a. Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain

b. Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti yang lain

c. Alasan yang mungkin di pergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang
tertentu

d. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat
mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.

Pasal 186 KUHAP

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Keterangan
ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntu umum
yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia
menerima jabatan atau pekerjaan

Pasal 187 KUHAP

Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan
atau dikuatkan dengan sumpah adalah :

a. Berita acara dan surat dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat dihadapannya yang memuat keterangan tentang kejadian atau
keadaan yang didengar dilihat atau dialaminya sendiri,disertai dengan alasan yang jelas dan
tegas tentang keterangan nya itu.

5
b. Suart dibuat menurut ketentuan peraturan perundanga-undangan atau surat dibuat oleh
pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya

c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari pada nya

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian yang lain

Pasal 65 KUHAP

Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau
seseorang yang mempunyai keahlian khusus guna memberikan keterangan yang
menguntungkan bagi dirinya.

Pasal 66 KUHAP

Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian.

Pasal 180 KUHAP

1. Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan oleh yang berkepntingan.

2. Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terdapat hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hakim memerintahkan
agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

3. Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang


sebagaimana tersebut pada ayat (2).

4. Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh
instansi semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai
wewenang untuk itu.

6
4 . Sanksi bagi pelanggar kewajiban dokter

Pasal 216 KUHAP

1. Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa
tindak pidana demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah,menghalang-halangi atau
menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,diancam dengan pidana penjara paling
lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

2. Disamakan dengan pejabat tersebut diatas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus menerus atau untuk sementara watu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.

3. Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidana nya dapat
ditambah sepertiga.

Pasal 222 KUHP

Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan


pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 224 KUHP

Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurus bahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang
ia harus melakukan nya :

1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamaya 9 bulan

2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.

7
Pasal 522 KUHP

Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa,
tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.

5 . Rahasia jabatan dan pembuatan SKA/ V et R

Peraturan pemerintah no 26 tahun 1960 tentang lafal sumpah dokter

Saya bersumpah/berjanji bahwa :

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan

Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai
martabat pekerjaan saya

Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran.

Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
karena keilmuan saya sebagai dokter.

Peraturan pemerintah no 10 tahun1996 tentang wajib simpan rahasia kedokteran

Pasal 1 PP No 10/1966

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran

Pasal 3 PP No 10/1966

Yang diwajibkan menyimoan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah :

a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan

b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,


pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan.

8
Pasal 4 PP No 10 /1966

Terhadap pelanggaran ketentua mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak
atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 122 KUHP , menteri kesehatan dapat
melakukan tindakan administratif berdasarkan pasal UU tentang tenaga kesehatan.

6 . Bedah mayat klinis, anatomis dan transplantasi

Peraturan pemerintah no 18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis dan bedah
mayat anatomis serta transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia

Pasal 2 PP No 18/1981

Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut :

a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan dengan pasti;

b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat apabila, dalam jangka
waktu 2 x24 (dua kali dua puluh empat) jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal
dunia datang ke rumah sakit.

Pasal 10 PP No 18/1981

1. Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan


ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan huruf b

2. Tata cara transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia diatur oleh menteri
kesehatan.

Pasal 11 PP No 18/1981

1. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan huruf b

2. Tata cara transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia diatur oleh menteri
kesehatan.

7 . Persetujuan tindakan medik


9
Peraturan menteri kesehatan No 585/MenKes/Per/IX/1989 tentang persetujuan tindakan
medik

a. Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh


pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan
terhadap pasien tersebut.

b. Tindakan medik adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa
diagnostik atau terapeutik

c. Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat memperngaruhi


keutuhan jaringan tubuh

d. Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialis yang
bekerja di rumah sakit, puskesmas, klinik atau praktek perorangan/bersama.

Pasal 2 Permenkes No 585/Menkes/Per /IX/1989

1. Semua tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan

2. Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan

3. Persetujuan sebagimana dimaksud ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat


informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta resiko yang
dapat ditimbulkannya

4. Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan
serta kondisi dan situasi pasien.

8 . Panitia perkembangan dan pembinaaan etik kedokteran

Peraturan pemerintah kesehatan No 554/Men.Kes/Per/XXI/1982 tentang panitia


pertimbangan dan pembinaan etik kedokteran

Pasal 2 permenkes No 554/Men.Kes/Per/XXI/1982

Panitia pertimbangan dan pembinaan etik kedokteran pusat (selanjutnya disebut P3EK
Pusat) terdiri dari unsur-unsur departemen kesehatan, departemen pendidikan dan kebudayaan

10
cq fakultas kedokteran, fakultas kedokteran gigi, pengurus besar ikatan dokter Indonesia dan
persatuan dokter gigi indonesiA.

9 . Praktek dokter

Pasal 512 KUHP

Barang siapa sebagai mata pencaharian baik khusus maupun sebagai sambilan
menjalankan pekerjaan dokter atau dokter gigi, dengan dengan tidak mempunyai surat izin
didalam keadaan yang tidak memaksa, diancam dengan kurungan paling lama dua bulan atau
denda setinggi-tinggi nya sepuluh ribu rupiah.

Pasal 531 KUHP

Barang siapa ketika menyaksikan bahwa ada orang yang sedang menghadapi maut, tidak
memberi pertolongan yang dapat diberikan padanya tanpa selayaknya menimbulkan bahaya
bagi dirinya atau orang lain diancam jika kemudian orang itu meninggal dengan kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

10. Keterangan palsu

Pasal 267 KUHP

1. Seorang dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu tentang ada atau
tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.

2. Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seorang ke dalam


rumah sakit gila atau untuk menahnnya disitu, dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan
tahun enam bulan

3. Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat
keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.1

II. Tanatologi

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati yaitu :

a. Mati somatis : terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan,
yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan, yang menetap. Secara
11
klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak
terdengar, tidak ada gerak pernafasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.

b. Mati suri : adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan
alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan
bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus
keracunan obat tidur,tersengat listrik dan tenggelam.

c. Mati seluler: adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat
setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda,
sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.
Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.

d. Mati serebral : adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang
otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu pernafasan dan kardiovaskular
masih berfungsi dengan bantuan alat.

e. Mati otak : adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranial yang
ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak maka dapat
dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi sehingga alat bantu
dapat dihentikan.

A. Tanda kematian tidak pasti

1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi,palpasi,auskultasi)

2. Terhentinya sirkulasi dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba

3. Kulit pucat tetapi bukan tanda yang dapat dipercaya karena mungkin terjadi spasme
agonal sehingga wajah tampak kebiruan

4. Tonus otot menghilang. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul
sehingga kadang-kadang membuat orang menjadi tampak lebih muda.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air.

12
B. Tanda pasti kematian

1. Lebam mayat (livor motis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati
tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula membntuk bercak
berwarna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh kecuali pada bagian tubuh yang
tertekan alas keras. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama
intensitasnya bertambah dan menjadi lengkao dan menetap selama 8-12 jam. Lebam mayat
dapat digunakan untuk tanda pasti kematian memperkirakan sebab kematian, misalnya lebam
berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin,
nitrit, nitrat, sulfonal mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadinya
lebam mayat yang menetap dan memperkirakan saat kematian.lebam mayat terdapat pada
bagian tubuh yang terletak rendah. Bila terdapat penekanan, pembukuh darah di daerah
tersebut tertutup dan karena nya tidak dapat terisi darah dan darah tersebut akan bebas dari
lebam mayat. Pada kedua jenasah pada kasus meninggal nya pengusaha dan istri nya
ditemukan adanya lebam mayat berwarna merah terang .

2. Kaku mayat (rigor motis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan
karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot
yang menghasilkan energi. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Dimana
pada pemeriksaan pada kedua jenasah pengusahan dan istri nya tersebut ditemukan adanya
kaku mayat. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian
luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal).

3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis) penurunan suhu tubuh terjadi karena proses
pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi,
evaporasi dan konveksi.

4. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi


jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan
pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril. Setelah seseorang meninggal, bakteri
yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan. Darah merupakan media terbaik
bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati
berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair
dan penih dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut. Selanjutnya rambut menjadi
mudah dicabut dan kuku mudah terlepas wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan
13
kelopak mata membengkak pipi tembem bibir tebal lidah membengkak dan sering terjulur
diantara gigi. Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata yaitu kira-
kira 36-48 jam pasca mati. Pada kasus kedua jenasah tersebut yaitu si pengusaha dengan istri
nya belum ditemukan ada nya pembusukan tersebut.

5. Adiposera atau lilin mayat dimana terbentuknya bahan yang berwarna keputihan,
lunak atau berminyak berbau tengik yang terjadi didalam jaringan lunak tubuh pasca mati.
Adiposera dapat terbentuk di sebarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, tetapi lemak
superfisial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat terlihat di
pipi, payudara atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh
berubah menjadi adiposera.

6. Mummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup
cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat mengehentikan
pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarnagelap berkeriput dan tidak
membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering.

III. Pemeriksaan jenazah

Pada pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar jenazah tanpa
melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah. Pemeriksaan diakukan dengan
teliti dan sistematik serta kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup jenazah,
pakaian, benda-benda di sekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri umum identitas, tanda-tanda
tanatologik, gigi geligi, dan luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian
luar. Dimana pada kasus jenazah pengusaha dan istri nya belum ditemukan adanya bungkus
atau tutup jenazah, pakaian kedua jenazah masih dalam keadaan utuh tidak ada bekas robekan,
kemudian barang-barang disekitar kamar tidur kedua jenazah masih dalam keadaan utuh dan
tertata rapi. Tidak ditemukan adanya luka atau cedera pada kedua mayat tersebut.

Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja, maka kesimpulan Visum et
Repertum menyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan
penyebabnya, sedangkan sebab matinya tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan
pemeriksaan bedah jenazah. Apabila dapat diperkirakan dapat dicantumkan dalam kesimpulan.

14
Kemudian dilakukan pemeriksaan bedah jenazah menyeluruh dengan membuka rongga
tengkorak, leher, dada, perut dan panggul. Kadang kala dilakukan pemeriksaan penunjang
yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologik, toksikologik,serologik, dsb.

Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka atau
kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, dan saat kematian seperti tersebut diatas.

IV. Penyebab kematian

A. Traumatologi

Pada pemeriksaan traumatologi pertama dilihat apakah terdapat luka akibat kekerasan
benda tumpul pada kedua jenazah sepasang suami istri tersebut seperti luka memar (kontusio,
hematom)m, luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum). Memar
adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena
yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Umur luka memar secara kasar dapat
diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian
berubah menjadi ungu atau hitam setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan
berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15
hari. Kemudian luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan
benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu
lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan
bersentuhan denga n kulit. Luka lecet bisa merupakan luka lecet gores akibat benda runcing,
luka lecet serut yang merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya
dengan permukaan kulit lebih lebar. Kemudian luka lecet tekan karena penjejakan benda
tumpul pada kulit, luka lecet geser yang disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai
gerakan bergeser misalnya pad akasus gantung atau jerat serta pada korban pecut. Dan luka
robek yang merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan kulit
teregang ke satu arah. Cedera leher dapat terjadi pada misalnya penumpang kendaraan yang
ditabrak dari belakang karena terjadi hiperekstensi kepala yang disusul dengan hiperfleksi.

Yang dimaksud denga kekerasan benda setengah tajam adalah cedera akibat kekerasan
benda tumpul yang mempunyai tepi rata, misalnya meja,lempengan besi, gigi dan sebagainya.
Luka yang terjadi adalah luka dengan ciri-ciri luka akibat kekerasan tumpul namun bentuknya
beraturan. Pada luka akibat kekerasan benda tajam dimana benda-benda yang dapat

15
mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik
berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok dan sebagainya
hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu, nahkan tepi kertas atau rumput. Gambaran umum
luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk garis tidak
terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka akibat kekerasan
benda tajam dapat berupa luka iris, atau sayat, luka tusuk dan luka bacok. Pemeriksaan pada
kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara pisau-kain-tubuh.

Pada luka akibat tembakan senjata api dimana anak peluru yang menembus kulit akan
menyebabkan terjadinya lubang yang dikelilingi bagian yang kehilangan kulit ari berupa kelim
lecet. Selain itu zat yang melekat pada anak peluru seperti minyak pelumas, jelaga dam elemen
mesiu akan terusap pada tepi lubang sehingga terbentuk kelim kesat. Bisa juga luka yang
disebabkan oleh suhu/temperatur ataupun luka bakar akibat kontak kulit dengan bena bersuhu
tinggi.

Pada luka akibat trauma listrik, gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak
berupa kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol di
sekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Pada luka akibat
petir dapat ditemukan aborosent mark (kemerahan pada kulit seperti percabangan pohon).

Pada luka akibat trauma bahan kimia misalnya akibat asam kuat dapat menimbulkan
korosi yang kering, keras seperti kertas perkamen sedangkan basa kuat membentuk reaksi
penyabunan intra sel sehingga menimbulkan luka yang basah licin dan kerusakan akan terus
berlanjut sampai dalam.

Reaksi vital terhadap luka yang umum adalah : perdarahan, berupa ekimosis, petachiae
dan terjadinya emboli. Adanya jelaga pada saluran nafas dan lambung serta CO-Hb darah
(10%) serta cyanida (kadang-kadang) menunjukkan bahwa orang tersebut masih hidup
sewaktu terbakar.

B. Toksikologi

Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat ibagi menjadi racun yang terdapat di
alam bebas, misalnya gas racun di alam, racun yang terdapat di rumah tangga; misalnya

16
deterjen,desinfektan,insektisida,pembersih (cleaners). Racun yang digunakan dalam
pertanian,misalnya insektisida,herbisida,pestisida. Racun yang digunakan dalam industri dan
laboratorium,misalnya asam dan basa kuat,logam berat. Racun yang terdapat dalam makanan
misalnya CN dalam singkong,toksin botulinus, bahan pengawet, zat aditif serta racun dalam
bentuk obat,misalnya hipnotik ,sedatif, dll. Ada racun yang bekerja lokal dan menimbulkan
beberapa reaksi misalnya perangsangan,peradangan atau korosif. Keadaan ini dapat
menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan dapat menyebabkan kematian akibat syok neurogenik.
Contoh racun korosif adalah asam dan basa kuat : H2SO4, HNO3, NaOH, KOH; golongan
halogen seperti fenol, lisol dan senyawa logam. Racun yang bekerja sistemik dan mempunyai
afinitas terhadap salah satu sistem misalnya barbiturat, alkohol, morfin terhadap susunan saraf
pusat, digitalis, oksalat terhadap jantung, CO terhadap hemoglobi darah. Terdapat pula racun
yang mempunyai efek lokal dan sistemik sekaligus misalnya asam karbol yang menyebabkan
erosi lambung dan sebagian yang diasbsorpsi akan menimbulkan depresi susunan saraf pusat.

1. Faktor yang mempengaruhi keracunan :

a. Cara masuk : keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara
masuk lain,berturut-turut ialah intravena ,intramuskular, intaperitoneal,subkutan peroral dan
paling lambat ialah bila melalui kulit yang sehat.

b. Umur : kecuali untuk beberapa jenis racun tertentu ,orang tua dan anak-anak lebih
sensitif misalnya pada barbiturat.

c. Kondisi tubuh : penderita penyakit ginjal umum nya lebih mudah mengalami
keracunan. Pada penderita demam dan penyakit lambung, absorpsi dapat terjadi dengan
lambat. Bentuk fisik dan kondisi fisik, misalnya lambung berisi atau kosong.

d. Kebiasaan : sangat berpengaruh pada racun golongan alkohol dan morfin,sebab dapat
terjadi toleransi ,tetapi toleransi tidak dapat menetap,jika pada suatu ketika dihentikan, maka
toleransi akan menurun lagi.

e. Idiosinkrasi dan alergi : pada vitamin E, penisilin ,streptomisisn dan prokain.


Pengaruh langsung racun tergantung pada takaran. Makin tinggi takaran akan makin cepat
(kuat) keracunan.

17
f. Waktu pemberian : untuk racun yang ditelan, jika ditelan sebelum makan,absorpsi
terjadi lebih baik sehingga efek akan timbul lebih cepat. Jangka pemberian untuk waktu lama
(kronik) atau waktu singkat/sesaat.

2. Kriteria diagnostik :

Diagnosa keracunan didasarkan atas adanya tanda dan gejala yang sesuai dengan racun
penyebab. Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan adanya racun pada sisa barang bukti.
Yang terpenting pada penegakan diagnosis keracunan adalah dapat ditemukan racun/sisa racun
dalam tubuh/cairan tubuh korban, jika racun menjalar secara sistemik serta terdapat nya
kelainan pada tubuh korban baik makroskopik maupun mikroskopik yang sesuai dengan racun
penyebab. Disamping itu perlu pula dipastikan bahwa korban tersebut benar-benar kontak
dengan racun.

Yang perlu diperhatikan untuk pemeriksaan korban keracunan ialah keterangan tentang
racun apa kira-kira yang merupakan penyebabnya, dengan demikian pemeriksaan dapat
dilakukan dengan lebih terarah dan dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

3. Pemeriksaan kedokteran forensik :

Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan yang sejak
semula sudah dicurigai kematian diakibatkan oleh keracunan dan ada kasus yang sampai saat
sebelum autopsi dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan keracunan. Harus
dipikirkan kemungkinan kematian akibat keracunan bila pada pemeriksaan setempat
terdapatkecurigaan akan keracunan,bila pada autopsi ditemukan kelainan yang lazim
ditemukan pada keracunan dengan zat tertentu,misalnya lebam mayat yang tidak biasa (cheery
pink colour pada keracunan CO, merah terang pada keracunan CN; kecoklatan pada keracunan
nitrit, nitrat, anilin, fanasetin dan kina) luka bekas suntikan sepanjang vena dan keluarnya buih
dari mulut dan hidung (keracunan morfin); bau amandel (keracunan CN) atau bau kutu busuk
(keracunan malation) serta bila pada autopsi tak ditemukan penyebab kematian. Dalam
menangani kasus kematian akibat keracunan perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penting
yaitu : pemeriksaan di tempat kejadian,autopsi dan analisis toksikologik.

4. Pemeriksaan di tempat kejadian :

18
Pemeriksaan di tempat kejadian penting untuk membantu penentuan penyebab kematian
dan menentukan cara kematian. Pemeriksaan harus ditujukan untuk menjelaskan apakah
mungkin orang itu mati akibat keracunan misalnya dengan memeriksa tempat obat, apakah ada
sisa obat atau pembungkusnya. Jika diduga korban adalah seorang morfinis, cari bubuk heroin,
pembungkusnya atau alat penyuntik. Bila terdapat muntahan, apakah berbau fosfor (bau
bawang putih) bagaimana sifat muntahan misalnya seperti bubuk kopi (zat kaustik), berwarna
hitam (H2SO4 pekat), kuning (HNO3), biru kehijauan (CuSO4). Apakah terdapat gelas atau alat
minum lain, atau ada surat perpisahan/peninggalan jika merupakan kasus bunuh diri.
Mengumpulkan keterangan sebanyak mungkin tentang saat kematian, kapan terakhir kali
ditemukan dalam keadaan sehat, sebelum kejadian ini apakah si pengusahan dan istri nya
sehat-sehat saja. Berapa lama gejala timbul setelah makan/minum terakhir, dan apa gejala-
gejalanya. Bila sebelumnya sudah sakit, apa penyakitnya dan obat-obat apa yang diberikan
serta siapa yang memberi. Harus ditanyakan pada dokter yang memberi obat, apa
penyakitnya,obat-obat apa yang diberikan dan berapa banyak,juga ditanyakan apakah apotik
memberikan obat yang sesuai. Obat yang tersisa dihitung jumlahnya. Dapat pula ditanyakan
pada keluarga atau anak korban bagaimana keadaan emosi kedua korban tersebut sebelumnya
dan pekerjaan korban,sebab mungkin saja racun diambil dari tempat ia bekerja atau mengalami
industrial poisoning.

Mengumpulkan barang bukti : kumpulkan obat-obatan dan pembungkus nya bila ada,
muntahan harus diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam toples periksa adanya etiket
dari apotik dan jangan lupa untuk memeriksa temopat sampah.

5. Pemeriksaan luar :

1. Bau : dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa kiranya yang ditelan
oleh korban. Pemeriksa dapat mencium bau amandel pada penelanan sianida, bau minyak
tanah pada penelanan larutan insektisida, bau kutu busuk pada malation, bau ammonia, fenol
(asam karbolat), lisol, alkohol, eter, kloroform dan lain-lain. Maka pada tiap kasus keracunan
pemeriksa selalu harus memperhatikan bau yang tercium dari pakaian, lubang hidung dan
mulut serta rongga badan. Segera setelah pemeriksa berada di samping mayat ia harus
menekan dada mayat dan menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa keluar dari
lubang-lubang hidung dan mulut.
19
2. Pakaian : pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh
tercecernya racun yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak berwarna berwarna coklat
karena asam sulfat atau kuning karena asam nitrat. Penyebaran bercak perlu diperhatikan
karena dari penyebaran itu kadang-kadang dapat diperoleh petunjuk tentang intensi/kemauan
korban yaitu apakah racun itu ditelan atas kemauannya sendiri (bunuh diri) atau dipaksa
(pembunuhan). Dalam hal korban dipegangi dan dicocoki secara paksa, maka bercak-bercak
akan tersebar pada derah yang luas. Selain itu pada pakaian mungkin melekat bau racun.

3. Lebam mayat : warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena
warna lebam mayat pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit.
Perhatikan adanya kelainan di tempat masuknya racun.

Kulit diperiksa untuk mencari luka bekas suntikan yang baru.

4. Perubahan kulit : misalnya hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis telapak


tangan dan kaki pada keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan pada
keracunan perak (Ag) kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat dan korium kulit). Kulit akan
berwarna kuning pada keracunan tembaga (Cu) dan fosfor akibat hemolisis. Vesikel atau bula
pada tumit, bokong, dan punggung pada keracunan karbon monoksida dan barbiturat akut.
Diperhatikan juga pada kuku korban dimana pada keracunan arsen kronik dapat ditemukan
kuku yang menebal secara tidak teratur. Juga pada keracunan talium kronik ditemukan
kelainan trofik pada kuku. Kebotakan dapat ditemukan pada keracunan talium,arsen, air raksa
dan boraks.ikterik pada keracunan dengan zat hepatotoksik seperti fosfor, karbon tetra klorida.
Perdarahan pada pemakaian dicoumarol atau akibat bisa ular.

Pada pemeriksaan in situ perhatikan warna otot-otot dan alat-alat dimana pada
pemeriksaan kedua korban suami istri itu ditemukan warna merah muda cerah. Pada sianida
berwarna merah cerah. Warna coklat pada pada racun dengan ekskresi melalui mukosa usus.
Lambung mungkin tampak hiperemik atau kehitam-hitaman dan terdapat perforasi akibat zat
korosif.

 Keracunan karbon monoksida :

Karbon monoksida (CO) adalah tracun yang tertua dalam sejarah manusia. Gas CO
adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak merangsang selaput lendir. Sumber gas

20
CO dapat ditemukan pada hasil pembakaran, motor yang menggunakan bensin, gas arang batu,
alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas, cerobong asap yang tidak bekerja dengan baik.

Farmakokinetik : CO hanya diserap ,melalui paru dan sebagian besar diikat oleh
hemoglobin secara reversibel, membentuk karboksi-hemoglobin. Selebihnya mengikat diri
dengan mioglobin dan beberapa protein heme ekstravaskuler lain. CO bukan merupakan racun
yang kumulatif. Absorpsi atau ekskresi CO ditentukan oleh kadar CO dalam udara lingkungan,
kadar COHb sebelum pemaparan , lamanya pemaparan dan ventilasi paru.

Farmakodinamik : CO bereaksi dengan Fe dari porfirin dan karena itu CO bersaing


dengan O2 dalam mengikat protein heme yaitu hemoglobin, mioglobin, sitokrom oksidase dan
sitokrom P-450, Hb dan sitokrom A3. Dengan diikatnya Hb, menjadi COHb mengakibatkan
Hb menjadi inaktif sehingga darah berkurang kemampuannya untuk mengangkut O2.
Konsentrasi CO dalam udara lingkungandan lama nya inhalasi menentukan kecepatan
timbulnya gejala-gejala ataru kematian.

Tanda dan gejala keracunan :

Gejala keracunan CO berkaitan dengan kadar COHb dalam darah. Pada gejala saturasi
sampai dengan 10% tidak terdapat gejala-gejala. Pada kondisi ekstrim dimana kadar presentasi
saturasi COHb mencapai 70-80 % gejala-gejala nya nadi lemah, pernafasan lambat, gagal
pernafasan dan mati.

Pemeriksaan kedokteran forensik : diagnosis keracunan CO pada korban hidup


biasanya berdasarkan anamnesis adanya kontak dan ditemukannnya gejala keracunan CO.
Pada korban yang mati tidak lama setelah keracunan CO, ditemukan lebam mayat berwarna
merah muda terang, yang tampak jelas bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih. Pada
analisa toksikologik darah akan ditemukan adanya COHb. Kelainan yang dapat ditemukan
adalah kelainan akibat hipoksemia dan komplikasi yang timbul selama penderita dirawat.

Pemeriksaan laboratorium : untuk penentuan COHb secara kualitatif dapat dikerjakan


uji dilusi alkali. Perlu diperhatikan bahwa darah yang dapat digunakan sebagai kontrol dalam
uji dilusi alkali ini. Haruslah darah dengan Hb yang normal. Jangan gunakan darah Foetus
karena dikatakan bahwa darah Foetus juga bersifat resisten terhadap alkali. Pemeriksaan

21
adanya COHb dalam darah juga dapat melalui penentuan secara spektroskopis. Cara
spektrofotometrik adalah cara yang terbaik untuk melakukan analisis CO atas darah segar
korban keracunan CO yang masih hidup, karena hanya dengan cara ini, dapat ditentukan rasio
COHb : OxiHb. Darah mayat adalah darah yang tidak segar sehingga memberikan hasil yang
tidak dapat dipercaya. Cara kromatografi gas banyak dipakai untuk mengukur kadar CO dari
sampel darah mayat dan cukup dapat dipercaya.

 Keracunan Sianida

Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik karena garam sianida dalam takaran
kecil sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada seseorang dengan cepat seperti bunuh
diri yang dilakukan oleh beberapa tokoh nazi. Sumber sianida : hidrogen sianida merupakan
cairan jernih yang bersifat asam, larut dalam air, alkohol, dan eter. Garam sianida yang dipakai
dalam pengerasan besi dan baja, dalam proses penyepuhan emas dan perak serta dalam
fotografi. Sianida juga didapat ari biji tumbuh-tumbuhan genus prunus , singkong liar, umbi-
umbian liar,temu lawak, cherry liar,plum,aprikot,amigdalin liar,jetberry bush,dll.

Farmakokinetik : garam sianida cepat diabsorpsi melalui saluran pencernaan cyanogen


dan uap HCN diabsorpsi melalui pernafasan. HCN cair akan cepat diabsorpsi melalui kulit
tetapi gas HCN lambat. Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut,inhalasi dan kulit.
Setelah diabsorbsi, masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai CN bebas dan tidak berikatan
dengan hemoglobin,kecuali dalam bentuk methemoglobin akan terbentuk methemoglobin.

Tanda dan gejala keracunan : cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian
dapat timbul dalam beberapa menit. Korban mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan
lidah, sesak nafas,hipersalivasi, mual,muntah , sakit kepala, vertigo, fotofobi, tinitus, pusing
dan kelelahan. Dapat pula ditemukan sianosis pada muka, busa keluar dari mulut, nadi cepat
dan lemah, pernafasan cepat dan kadang-kadang tidak teratur,pupil dilatasi dan refleks
melambat. Kemudian mayat berwarna merah terang dan bau amandel .

Pemeriksaan kedokteran forensik : pada pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau
amandel yang patognomonik untuk keracunan CN, dapat tercium dengan cara menekan dada
mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung. Sianosis pada wajah dan bibir,busa
keluar dari mulut, dan lebam mayat berwarna merah terang.

22
Pemeriksaan laboratorium : uji kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat
jenuh, yang diteteskan satu tetes isi lambung atau darah korban. Reaksi Schonbein-
Pagenstecher dimana isi lambung 50 mg/jaringan ke dalam botol erlenmeyer.kertas saring
kemudian dicelupkan ke dalam larutan guajacol dalam alkohol,keringkan

 Keracunan Arsen

Arsen dahulu sering digunakan sebagai racun untuk membunuh orang lain, dan tidaklah
mustahil dapat ditemukan kasus peracunan dengan arsen di masa sekarang ini. Disamping itu
keracunan arsen kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan dalam industri dan pertanian
akibat memakan/meminum makanan/minuman yang terkontaminasi dengan arsen. Sumber :
industri dan pertanian terdapat dalam bahan yang digunakan untuk penyemprotan buah-
buahan,insektisida,fungisida,rodentisida,pembasmi tanaman liar dan pembunuhan lalat.juga
kadang-kadang didapatkan dalam cat dan kosmetika. Arsen juga terdapat dalam tanah, air
minum yang terkontaminasi, bir, kerang,tembakau dan obat-obatan.

Farmakokinetik : arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut,inhalasi dan melalui
kulit. Setelah diabsorpsi melalui mukosa usus, arsen kemudian ditimbun dalam hati,ginjal ,
kulit dan tulang.

Farmakodinamik : arsen menghambat sistim enzim sulfhidiril dalam sel sehingga


metabolisme sel dihambat.pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L.

Tanda dan gejala keracunan : Timbul gejala gastro-intestinal hebat. Mula-mula rasa
terbakar di daerah tenggorok dengan rasa logam pada mulut.

Pemeriksaan kedokteran forensik : pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda


dehidrasi. Pada pembedahan jenazah ditemukan tanda-tandairitasi lambung, mukosa berwarna
merah,kadang-kadang dengan perdarahan. Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard
pada septum. Bila korban cepat meninggal setelah menghirup arsen, akan terlihat tanda-tanda
kegagalan kardio-respirasi akut. Bila meninggal nya lambat dapat ditemukan ikterus dengan
anemi hemolitik,tanda-tanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak dengan nekrosis lokal
serta nekrosis tubuli. Pada korban mati akibat keracunan kronik tampak keadaan gizi buruk,
pada kulit terdapat pigmentasi coklat,keratosis telapak tangan dan kaki. Kuku memperlihatkan
garis-garis putih pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar kuku.

23
Pemeriksaan laboratorium : curiga keracunan akut= 0,5 mg/kg, keracunan akut = 30
mg/kg (pada rambut kepala normal) dan curiga keracunan = 1 mg/kg dan keracunan akut : 80
ug/kg (kuku normal). Dapat dilakukan uji reinsch

 Keracunan Timbel

Sumber : terdapat dimana-mana,dalam jumlah besar dalam badan accu/baterrai, pipa air,
bahan dasar cat, benda-benda keramik dan gelas.

Farmakokinetik : Timah hitam dapat diasorbsi melalui berbagai cara. Saluran cerna
terutama usus halus mengasorbsi Pb sebanyak 5-10%. Dapat juga melalui kulit yang utuh dan
diikat oleh sel darah merah.

Farmakodinamik : keracunan akan mengakibatkan spasme arteriol, spasme otot polos


usus, ureter, uterus, hambatan pembentukan heme, gangguan fungsi tubuli ginjal .

Tanda dan gejala keracunan : pada keracunan akut korban akan merasa sepat (rasa
logam), muntah-muntah berwarna putih karena adanya Pb klorida. Diare dengan feses yang
hitam, nyeri perut, syok, hemolisis akut, globinuri,oligouri,parestesi. Keracunan kronik korban
tampak pucat yang tak sesuai dengan derajat anemi,rasa logam pada
mulut,anoreksia,obstipasi,kadang-kadang diare.

Pemeriksaan kedokteran forensik : pada keracunan akut yang meninggal ditemukan


tanda-tanda dehidrasi,lambung mengerut ,hiperemi,isi lambung berwarna putih.usus spastis
dan feses berwarna hitam. Jika keracunan kronik maka didapatkan tubuh sangat kurus,
pucat,terdapat garis Pb,ikterik,gastritis kronik, dan pada usus ditemukan bercak-bercak hitam.

Pemeriksaan laboratorium : normal kadar Pb dalam darah kurang dari 60 ug/100 ml.
Bila lebih dari 70 ug/100 ml berarti ada pemaparan abnormal. Bila lebih dari 100 ug/100 ml
berarti telah terjadi keracunan.

 Keracunan alkohol

Sumber : terdapat dala berbagai minuman seperti whisky,brandy,rum,vodka,gin


(mengandung 45% alkohol) , wines (10-20%), beer dan ale (48%). Alkohol sintetik seperti air
tape, tuak, dan brem.

24
Farmakokinetik : alkohol diabsorpsi dalam jumlah sedikit melalui mukosa mulut dan
lambung. Sebagian besar diabsorpsi di usus halus dan sisanya di kolon.

Farmakodinamik : alkohol menyebabkan presipitasi dan dehidrasi sitoplasma sel


sehingga bersifat sebagai astringent. Pada kulit alkohol menyebabkan penurunan temperatur
akibat penguapan, sedangkan pada mukosa akan menimbulkan iritasi dan lebih hebat lagi
mengakibatkan inflamasi.

Tanda dan gejala keracunan : pada kadar yang rendah sudah menimbulkan gangguan
berupa penurunan keapikan ketrampilan tangan dan perubahan tulisan tangan. Pada kadar 30-
40 mg% telah timbul penciutan lapang pandangan,penurunan ketajaman penglihatan dan
pemanjangan waktu reaksi. Alkohol dengan kadar dalam darah 200 mg menimbulkan gejala
banyak bicara, ramai,refleks menurun.

Pemeriksaan kedokteran forensik : kelainan yang ditemukan pada korban mati tidak
khas. Mungkin ditemukan gejala-gejala yang sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ
menunjukkan tanda perbendungan, darah lebih encer, berwarna merah gelap. Organ-organ
termasuk otak dan darah berbau alkohol.

Laboratorium : untuk pemeriksaan toksikologik diambil darah dari pembuluh darah


vena perifer (kubiti atau femoralis).3

V. Asuransi Jiwa

Klaim Asuransi Jiwa merupakan tuntutan dari Pemegang Polis / Penerima pengalihan
hak kepada Penanggung atas pembayaran Jumlah Uang Pertanggungan (UP) atau Saldo Tunai
yang timbul karena syarat-syarat dalam perjanjian asuransinya telah terpenuhi. Penerima
Klaim yaitu Pemegang Polis atau yang ditunjuk sebagai ahli waris yang tercantum dalam polis.

Dasar – Dasar Klaim :

1. Kematian dari penerima

2. Pemegang polis menghentikan pembayaran premi dan mengakhiri perjanjian asuransi


ketika polis telah menghasilkan saldo tunai.

25
3. Pemegang polis menghentikan pembayaran premi dan mengakhiri perjanjian asuransi
ketika polis telah menghasilkan saldo tunai.

4. Penerima mengalami kecelakaan.

5. Penerima karena sakit memerlukan rawat inap atau rawat jalan.

Klaim Meninggal :

Klaim Meninggal terjadi apabila penerima manfaat atau pemohon yang disebutkan
dalam polis telah meninggal dunia sementara polis masih berlaku.4

Persyaratan Klaim Meninggal :

1. Polis asli atau duplikat jika polis asli hilang atau surat keterangan pengganti polis/
pengakuan hutang jika polis asli dijadikan sebagai jaminan pinjaman.

2. Tanda terima pembayaran asli dari premi terakhir.

3. Surat keterangan kematian dari Lurah/ Kepala Desa yang dilegalisir oleh Camat, atau
Sertifikat Kematian.

4. Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat
meninggal dunia karena kecelakaan.

5. Pengajuan klaim atas kematian.

6. Kuesioner klaim.

7. Surat keterangan kesehatan dari Dokter/ Rumah Sakit jika penerima manfaat
meninggal dunia ketika dalam perawatan oleh Dokter/Rumah Sakit.

8. Fotokopi kartu keluarga (jika berlaku).

9. Surat kuasa dari penerima pengalihan hak jika terdapat beberapa penerima pengalihan
hak dan untuk sementara terdapat hambatan.

10. Surat keputusan mengenai perwalian dari Pengadilan Negeri jika penerima
pengalihan ha usianya belum memenuhi syarat menurut hukum, sementara orang tuanya
meninggal dunia.

26
11. Surat keputusan mengenai ahli waris dari Pengadilan Negeri jika Pemegang Polis
yang ditunjuk untuk menerima manfaat telah meninggal dunia.

12. Polis asli atau duplikat jika polis asli hilang atau surat keterangan pengganti polis/
pengakuan hutang jika polis asli dijadikan sebagai jaminan pinjaman .

13. Tanda terima pembayaran asli dari premi terakhir.

14. Surat keterangan kematian dari Lurah/ Kepala Desa yang dilegalisir oleh Camat, atau
Sertifikat Kematian.

15. Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat
meninggal dunia karena kecelakaan.

16. Pengajuan klaim atas kematian.

17. Kuesioner klaim.

18. Surat keterangan kesehatan dari Dokter/ Rumah Sakit jika penerima manfaat
meninggal dunia ketika dalam perawatan oleh Dokter/Rumah Sakit.

19. Fotokopi kartu keluarga (jika berlaku).

20. Surat kuasa dari penerima pengalihan hak jika terdapat beberapa penerima
pengalihan hak dan untuk sementara terdapat hambatan.

21. Surat keputusan mengenai perwalian dari Pengadilan Negeri jika penerima
pengalihan hak usianya belum memenuhi syarat menurut hukum, sementara orang tuanya
meninggal dunia.

22. Surat keputusan mengenai ahli waris dari Pengadilan Negeri jika Pemegang Polis
yang ditunjuk untuk menerima manfaat telah meninggal dunia.5

VI. Analisis Kasus

Fakta-fakta keadaan mayat di TKP, terdapat beberapa hal yang patut dicermati antara
lain:

1. Tidak ada tanda-tanda perkelahian;

27
2. Segalanya masih tertata rapi;

3. Tidak ditemukan luka-luka pada kedua mayat,

4. Tidak ada barang yang hilang, dan

5. Si anak pengusaha telah menghubungi petugas asuransi berkaitan dengan


kemungkinan klaim asuransi jiwa pengusaha tersebut.

Berdasarkan fakta-fakta nomor 1-4 tersebut di atas, patut diduga bahwa si pengusaha dan
istrinya telah mengalami keracunan. Namun berdasarkan fakta nomor 5 tersebut di atas,
dimana sebelum kamar dibuka oleh penyidik dan belum diketahui keadaan si pengusaha dan
istrinya apakah sudah meninggal atau belum, si anak pengusaha telah mengetahui bahwa kedua
orang tuanya tersebut sudah meninggal dunia, karena sudah menghubungi petugas asuransi
untuk klaim asuransi jiwa kedua orang tuanya (pengusaha ) tersebut.

Untuk itu, perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut di TKP untuk mengetahui penyebab
kematian yaitu: Pemeriksaan luar, Pemeriksaan kedokteran forensik, dan Pemeriksaan
laboratorium.

Dalam pemeriksaan luar di TKP, perlu diselidiki/dicermati apakah ada tanda-tanda


seperti lebam mayat yang tidak biasa (cherry pink colour pada keracunan CO; merah terang
pada keracunan CN; kecoklatan pada keracunan nitrit, nitrat, anilin, fanacetin dan kina); luka
bekas suntikan sepanjang vena dan keluarnya buih dari mulut dan hidung (keracunan morfin);
bau amandel (keracunan CN) atau bau kutu busuk (keracunan malation). Kemudian dalam
pemeriksaan luar di TKP, perlu juga dicermati ada tidaknya sumber-sumber zat-zat toxic
seperti tabung gas, mesin pemanas ruangan dan sebagainya.

Selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan forensik atas mayat korban maupun


pemeriksaan laboratorium seperti kromatografi gas untuk mengukur kadar CO dari sampel
darah mayat karena metode ini cukup dapat dipercaya.

Hasil pemeriksaan yang lengkap atas kematian pengusaha tersebut kemungkinan akan
dapat mengkonfirmasi zat toxic yang digunakan untuk meracuni pengusaha tersebut yang
mengakibatkan kematian mereka.

Berkaitan dengan klaim asuransi jiwa, harus merujuk kepada persyaratan klaim
meninggal. Salah satu syarat penting yang harus dipenuhi adalah Surat Keterangan dari
28
Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat meninggal dunia karena kecelakaan.
Akan tetapi dalam kasus ini, si pengusaha meninggal dunia bukan karena kecelakaan,
melainkan karena tindak pidana (diracun), sehingga klaim asuransi jiwa tidak dapat dilakukan.

VII. Visum et Repertum

Pemeriksaan medik untuk tujuan membantu penegakan hukum antara lain adalah
pembuatan visum et Repertum terhadap seseorang yang dikirim oleh polisi (penyidik) karena
diduga sebagai korban suatu tindak pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan kerja, penganiayaan, pembunuhan,perkosaan, maupun korban meninggal yang
pada pemeriksaan pertama polisi, terdapat kecurigaan akan kemungkinan adanya tindak
pidana.

Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati
ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah
sumpah, untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum turut berperan dalam proses
pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia.

Visum et repertum adalah alat bukti yang sah berupa surat (pasal 184 jo pasl 187 butir
c KUHAP).2

Ketentuan umum pembuatan visum et repertum adalah :2

1. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa.

2. Bernomor, bertanggal dan dibagian kiri atasnya dicantumkan kata “Pro Justitia”.

3. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tanpa sigkatan dan tidak
menggunakan istilah asing.

4. Ditandatangani dan diberi nama jelas pembuatnya serta dibubuhi stempel instansi
tersebut.

Pada umumnya visum et repertum dibuat mengikuti struktur (anatomi) sebagai berikut:

29
i. Kata Pro justitia yang diletak di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visu, et
repertum khusus dibuat untuk tujuan peradialan. Visum et repertum khusus dibuat untuk
tujuan peradilan. Visum et repertum tidak meterai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti
didepan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.

ii. Bagian pendahuluan

Bagian ini sebenarnya tidak diberi judul “Pendahuluan”, melainkan langsung merupakan
uraian tentang identitas dokter pemeriksa, instansi pemeriksa tempat dan waktu
dilakukanya pemeriksaan, instansi peminta visum et repetum, nomor dan tanggal surat
permintaan, serta identitas yang diperiksa sesuai dengan yang tercantum didalam surat
permintaan visum et repertum tersebut. Dibagian ini dicantumkan ada/tidaknya label
identifikasi dari pihak penyidik, bentuk dan bahan label serta isi label identifikasi yang
dilekatkan pada “ benda bukti”, biasanya pada ibu jari kaki kanan mayat.2

iii. Bagian Hasil Pemeriksaan

Bagian ini diberi judul “Hasil Pemeriksaan”. Bagian ini memuat semua hasil pemeriksaan
terhadap “barang bukti” yang dituliskan secara sistimatik, jelas dan dapat dimengerti oleh
orang yang tidak berlatar belakang pendidikan kedokteran2.

Pada pemeriksaan jenazah, bagian ini terbagi tiga bagian yaitu :

a. Pemeriksaan Luar

b. Pemeriksaan Dalam (bedah jenazah)

c. Pemeriksaan Laboratorium dan pemeriksaan pendukung lainnya.

iv. Bagian Kesimpulan 

Bagian ini diberi judul “Kesimpulan”. Dalam bagian ii dituliskan kesimpulan pemeriksa
atas seluruh hasil pemeriksaan dengan berdasarkan keilmuannya atau keahliannya. Pada
pemeriksaan jenazah, bagian ini berisikan setidaknya-tidaknya jenis perlukaan atau
cedera, kelainan yang ditemukan, penyebabnya, serta sebab kematiannya.3

30
Apabila memungkinkan, tuliskan juga saat kematian dan petunjuk penting tentang
kekerasan ataupun pelakunya.3

v. Bagian Penutup

Bagian ini tanpa judul, melainkan langsung berupa uraian kalimat penutup yang
menyatakan bahwa visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya, berdasarkan
keilmuan serta mengingat sumpah dan sesuai dengan KUHAP.3

Visum et repertum dibuat sesegera mungkin dan diberikan kepada instansi penyidik
pemintanya, dengan memperhatikan ketentuan tentang rahasia jabatan bagi dokter serta
ketentuan kearsipan.3,4

Kesimpulan

Kesimpulan nya adalah untuk mengetahui penyebab kematian dari si pengusaha dan istri
nya maka perlu dilakukan pemeriksaan yaitu: Pemeriksaan luar, Pemeriksaan kedokteran
forensik, dan Pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan yang lengkap atas kematian
pengusaha tersebut kemungkinan akan dapat mengkonfirmasi zat toxic yang digunakan untuk
meracuni pengusaha tersebut yang mengakibatkan kematian mereka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Kedokteran Forensik. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1994.

2. Hanafiah Jusuf, Amir Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan,edisi 4.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.

3. Budiyanto Arif, Widiatmaka Wibisana, Sudiono Siswandi, Winardi T, Mun’im,


Sidhi,dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1997.

4. Diunduh dari : asuransi jiwa. www.anneahira.com/klaim-asuransi-jiwa.html, pada


tanggal 15 desember 2015
31
5. Diunduh dari : klaim asuransi jiwa www.krl.co.id/prosedur-klaim-asuransi.html, pada
tanggal 15 Desember 2015.

32

Anda mungkin juga menyukai