MEDIKOLEGAL
Disusun oleh:
Fatimah Azzahra A
Herdianty Zahira
Mellya Trisyane
Muhammad Fahrul
Nayla Sa’adah
Dibimbing oleh:
dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp. F., DFM
o Medicine : kedokteran
Kepentingan Ilmu Kedokteran Forensik
dalam Sistem Peradilan
Peranan dokter forensik dalam pembuktian perkara pidana yaitu membantu aparat
penegak hukum baik dari tahap penyidikan sampai pada tahap persidangan
terhadap tindak pidana yang berhubungan dengan tubuh atau jiwa manusia
sehingga membuat terang peristiwa pidana tersebut, selanjutnya dokter forensik
juga berperan dalam hal :
a. Membuat Visum et repertum
b. Sebagai saksi ahli
Undang-undang yang berkaitan dengan Ilmu
Forensik
PASAL 133 KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label
yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari
kaki atau bagian lain badan mayat.
PASAL 179 (1) KUHAP
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan
PASAL 53 UU KESEHATAN
(3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap
seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan
Agar dapat diajukan ke sidang pengadilan sebagai upaya pembuktian, harus “dikemas” dalam bentuk
ALAT BUKTI SAH
Alat bukti sah
PASAL 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar
terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.