Anda di halaman 1dari 11

PROSEDUR

MEDIKOLEGAL
Disusun oleh:
Fatimah Azzahra A
Herdianty Zahira
Mellya Trisyane
Muhammad Fahrul
Nayla Sa’adah

Dibimbing oleh:
dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp. F., DFM

Stase Ilmu Forensik


RS Bhayangkara TK.I R. Said Sukanto
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2020
Definisi Kedokteran Forensik
Dikenal dengan nama Legal Medicine, adalah salah satu cabang spesialistik dari
Ilmu Kedokteran, yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk
kepentingan penegakan hukum serta keadilan
Kedokteran Forensik atau Forensic Medicine yang berasal dari kata:

o Forensic : asal kata Forum, tempat berlangsung sidang dizaman Romawi

o Medicine : kedokteran
Kepentingan Ilmu Kedokteran Forensik
dalam Sistem Peradilan
Peranan dokter forensik dalam pembuktian perkara pidana yaitu membantu aparat
penegak hukum baik dari tahap penyidikan sampai pada tahap persidangan
terhadap tindak pidana yang berhubungan dengan tubuh atau jiwa manusia
sehingga membuat terang peristiwa pidana tersebut, selanjutnya dokter forensik
juga berperan dalam hal :
a. Membuat Visum et repertum
b. Sebagai saksi ahli
Undang-undang yang berkaitan dengan Ilmu
Forensik
PASAL 133 KUHAP
 Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya
 Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
 Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label
yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari
kaki atau bagian lain badan mayat.
PASAL 179 (1) KUHAP
 Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan
PASAL 53 UU KESEHATAN
 (3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap
seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan

PASAL 224 KUHP


 Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan
sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya,
diancam: dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan bulan.
Sanksi hukum bila menolak
PASAL 216 KUHP
 Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan
tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana;
demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan
dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
PASAL 222 KUHP
 Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan
mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
Keterangan ahli

PASAL 1 BUTIR 28 KUHAP


 Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan.

Agar dapat diajukan ke sidang pengadilan sebagai upaya pembuktian, harus “dikemas” dalam bentuk
ALAT BUKTI SAH
Alat bukti sah
PASAL 183 KUHAP
 Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar
terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

PASAL 184 KUHAP


 Alat bukti yang sah adalah : (a) Keterangan saksi, (b) Keterangan ahli, ( c ) Surat, (d) Petunjuk,
(e) Keterangan terdakwa

PASAL 186 KUHAP


 Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Keterangan ahli diberikan secara tertulis
PASAL 187 KUHAP
 Surat sebagaimana tesebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau
dikuatkan dengan sumpah, adalah :
(c) surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya

ALAT BUKTI SAH SURAT


Kepentingan Keterangan Ahli dan
Undang-undang yang mengaturnya
Dalam upaya memperoleh kebenaran untuk mendapat keadilan dari penegakkan hukum, diperlukan
suatu kegiatan pembuktian. Dalam Pasal 183 KUHAP yang berbunyi bahwa: ”Hakim tidak boleh menjatuhkan
pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia telah
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang
bersalah melakukannya.” sehingga dari pasal ini dapat dipahami bahwa alat bukti menjadi sangat penting bagi
hakim dalam memutuskan perkara.
Mengenai alat bukti ini didalam KUHAP telah di atur, sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 184
KUHAP, antara lain sebagai berikut:
1. Alat bukti yang sah ialah:
• Keterangan saksi
• Keterangan ahli
• Surat
• Petunjuk
• Keterangan terdakwa
2. Hal yang secara umum sudah di ketahui tidak perlu dibuktikan.
Keterangan ahli merupakan salah satu di antara alat bukti yang memegang peranan cukup penting
sebagaimana yang telah di atur dalam pasal 184 KUHAP.
■ Bedasarkan Pasal 1 butir 28 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana bahwa yang dimaksud
dengan keterangan ahli adalah: Keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan.
■ Sedangkan menurut Pasal 186 KUHAP bahwa keterangan ahli adalah apa yang seseorang ahli
nyatakan di sidang pengadilan.
■ Pasal 133 ayat (1) KUHAP dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
■ Pasa 133 ayat (2) KUHAP permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebut dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
■ Pasal 179 ayat (1) KUHAP setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

Anda mungkin juga menyukai