Anda di halaman 1dari 6

VISUM ET REPERTUM PSYCHIATRICUM DALAM AGENDA

PEMBUKTIAN PERSIDANGAN TINDAK PIDANA

FADLAN FEBRIZA

1910631010102

Abstract

The development of a criminal case certainly cannot be separated from all forms of
existing settlement processes. In practice, a criminal case must go through the
investigation process, a series of evidence becomes the main point in the agenda of
proving the trial without any evidence, it further weakens the demands with the visum
et repertum psychiatricum as evidence that has a fairly large position, namely as expert
testimony and one of the an alternative form of post-mortem based on the psychological
impact of the victim as a result of the perpetrator's criminal act.

Keywords : investigation, proof, visum et repertum psychiatricum

Abstrak

Pengembangan suatu kasus perkara pidana tentunya tak lepas dari segala bentuk proses
penyelesaian yang ada. dalam praktiknya suatu perkara tindak pidana tentulah melewati
proses penyelidikan, rangkaian bukti jadi poin utama dalam agenda pembuktian
persidangan tanpa adanya alat bukti maka makin membuat melemahkan tuntutan
dengan adanya visum et repertum psychiatricum menjadi bukti yang memiliki
kedudukan yang cukup besar yakni sebagai keteranga ahli dan salah satu bentuk
alternatif dari visum yang berdasarkan dampak psikologis korban akibat dari tindak
pidana pelaku.

Kata kunci : penyelidikan, pembuktian, visum et repertum psychiatricum

I. Pendahuluan

Pengembangan suatu kasus perkara pidana tentunya tak lepas dari segala bentuk proses
penyelesaian yang ada. dalam praktiknya suatu perkara tindak pidana tentulah melewati
proses penyelidikan sebagai langkah awal dalam mengetahui suatu peristiwa itu apakah
benar terjadi atau tidak, serta guna mengumpulkan segala informasi terkait peristiwa
yang terjadi baik bukti-bukti, keterangan hingga pentunjuk yang digunakan untuk
mencari titik terang dari suatu perkara yang sedang di selidiki. Namun, kenyataanya
dalam suatu keadaan yang tak bisa dihindari di mana petunjuk dari kasus itu sendiri
juga melibatkan keterangan dari keadaan psikologis korban khususnya dalam dijadikan
bukti kuat pelaku dalam melakukan tindak pidana.

dimana dalam hal ini perlu juga dilakukan visum et repertum psychiatricum yang menjadi
poin utama dalam pembahasan yakni yang berbicara terkait apa itu visum et repertum
psychiatricum ? serta bagaimana kedudukan dari visum et repertum psychiatricum dalam
agenda pembuktiaan ?

II. metode penelitian

Menurut Mestika Zed (2003), Studi pustaka atau kepustakaan diartikan sebagai
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Dimana dalam hal ini penulis
melakukan pengumpulan hingga pengolahan data melalui tinjauan pustaka yakni
melalui buku, jurnal, UU hingga artikel ilmiah.

III. pembahasan

1. apa itu visum et repertum psychiatricum ?


dasar hukum terkait visum et repertum sendiri terletak pada pasal 184 ayat (1)
huruf b, 186, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang
berbunyi :
1) Alat bukti yang sah ialah:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa1

1 Undang-undang no 8 tahun 1981 tentang Hukum acara pidana pasal 184 ayat (1) huruf b
Keterangan ahli sidang pengadilan ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang
pengadilan.( Pasal 186 KUHAP)

sementara untuk mengetahui apa itu visum et repertum psychiatricum tentulah


harus mengetahui tentang apa itu visum et repertum sebagai pemahaman dasar
dari visum itu sendiri dalam hal ini sejatinya visum et repetum itu sendiri telah
didefinisikan yakni Visum et repertum adalah istilah yang dikenal dalam ilmu
kedokteran forensik, biasanya dikenal dengan nama “Visum”. Visum berasal dari
bahasa Latin, bentuk tunggalnya adalah “visa”. Dipandang dari arti etimologi
atau tata bahasa, kata “visum” atau “visa” berarti tanda melihat atau melihat yang
artinya penandatanganan dari barang bukti tentang segala sesuatu hal yang
ditemukan, disetujui, dan disahkan, sedangkan “Repertum” berarti melapor yang
artinya apa yang telah didapat dari pemeriksaan dokter terhadap korban. Secara
etimologi, visum et repertum adalah apa yang dilihat dan ditemukan. Menurut
Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350 “Visum Et Repertum adalah laporan tertulis
untuk kepentingan peradilan atas permintaan yang berwenang, yang dibuat oleh
dokter, terhadap segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan
barang bukti, berdasarkan sumpah pada waktu menerima jabatan, serta
berdasarkan pengetahuannya yang sebaik-baiknya".2 Sedangkan pengertian
visum et repertum psychiatricum adalah Visum et Repertum Psikiatrikum, yang
selanjutnya disingkat VeRP adalah keterangan dokter spesialis kedokteran jiwa
yang berbentuk surat sebagai hasil pemeriksaan kesehatan jiwa pada seseorang di
fasilitas pelayanan kesehatan untuk kepentingan penegakan hukum.

Dan tujuan dari visum et repertum merupakan untuk memberikan kepada hakim
suatu kenyataan akan fakta-fakta dari bukti-bukti yang ada pada korban atas
semua keadaan sebagaimana tertuang dalam pembagian pemberitaan agar hakim
dapat mengambil putusan dengan tepat dengan dasar kenyataan atau fakta-fakta
tersebut, sehingga dapat menjadi pendukung keyakinan hakim.

Dilihat dari tujuannya visum et repertum psychiatricum yang diatur melalui


PERMENKES NO 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN
KESEHATAN JIWA UNTUK KEPENTINGAN PENEGAKAN HUKUM dalam
pasal 2 menyatakan yakni Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Jiwa untuk
kepentinganpenegakan hukum bertujuan untuk memberikan acuan bagi fasilitas

2 https://id.wikipedia.org/wiki/Visum_et_repertum
pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan dalam penyelenggaraan Pemeriksaan
Kesehatan Jiwa untuk kepentingan penegakan hukum3

2. bagaimana kedudukan dari visum et repertum psychiatricum dalam agenda


pembuktiaan ?

dalam agenda pembuktian persidangan pidana, bukti (alat bukti) menjadi poin
paling penting dalam menentukan akhir dari penyelesaian perkara yang dalam
hal ini berkaitan tentang terbukti atau tidaknya suatu tindak pidana yang
dilakukan pelaku terhadap korban, bukti yang dapat dihadirkan dalam
persidangan cukup bnyak telah dijabarkan oleh KUHAP pada pasal 184 ayat (1)
huruf b antara lain :
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa

Berfokus pada poin dimana dalam suatu perkara tindak pidana ada kalanya tidak
memberikan luka secra fisik yang dapat digunakan sebagai alat bukti namun
memberikan damapk secara psikis bagi korban seperti contoh pada tindak pidana
asulia baik pemerkosaan maupun pelecehan lainnya

Jika ditarik kembali kepada dasar hukum dari visum et repertum psychiatricum
apa bila di hubungkan Pasal 133 KUHAP, ialah

1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan seorang korban mengenai


luka, keracunan ataupun mati yang di duga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan ketrangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

2. Permintaan keterangan ahli sebagaimna di maksud dalam ayat (1) dilakukan


secara tertulis, yang dalam surat itu di sebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Bedarasarkan
ketentuan Visum apabila di hubungkan dengan perkara tindak pidana perkosaan,

3PERMENKES NO 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN


KESEHATAN JIWA UNTUK KEPENTINGAN PENEGAKAN HUKUM
merupakan pemeriksaan secara medis yang pemeriksaannya tetap mengacu
dengan unsur yang terdapat dalam pasal 285 KUHP.

Namun sebelumnya dapat kita pahami bahwa ketentuan Visum juga tidak
mengatur tenggang waktu terjadinya tindak pidana, sehinnga apabila
dilakukannya pemeriksaan kepada korban yang sudah terjadi kemudian waktu
pemeriksaanya tidak tepat, menurut peneliti akan kecil kemungkinan untuk bisa
mendapatkan tanda terjadinya kekerasan ataupun korban perkosaan. Karena
sejatinya hasil Visum secara medis maupun pemeriksaan secara kejiwaan dapat
dinilai sebagai alat bukti baik surat maupun keterangan dari ahli apabila ada fakta
yang munujukkan terjadi tindak pidana.4 Dengan demikian dapat di simpulkan,
untuk membuktikan hal yang demikian perlu adanya persesuaian antara fakta
terjadinya korban tindak pidana dengan hasil pemeriksaan, supaya mendapatkan
titik terang jalannya suatu perkara. Karena dalam proses pembuktian kitab
undang hukum acara pidana telah menngacu terhadap pembuktian secara negatif
(negatef wattelijk stelseel) yaitu mencari pembenaran antara keyakinan hakim
dengan alat alat bukti yang di atur oleh undang undang. Dalam proses untuk
mencari pembenaran kedudukan Visum Et Repertum dapat dikatakan sebagai
alat bukti surat apabila mengacu dengan pasal 186 yang berbunyi keterangan ahli
ialah apa yang seorang ahli nyatakan di siding pengadilan. 5dan pasal 187 huruf
c, surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapatnya berdasarkan
keahlianya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang di minta secara resmi
daripadanya. Dari penjelasan kedua pasal diatas maka Visum Et Repertum
Psikiatrikum termasuk bagian dari alat bukti yang sah.

IV. Kesimpulan

1. 4Yang Meliana , PERANAN VISUM ET REPERTUM PSIKIATRIKUM


GUNA PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK
PIDANA YANG SAKIT JIWA DALAM PROSES PERADILAN
ejournal.iba.ac.id, 2022
5Afif Khalid , ANALISIS YURIDIS ALAT BUKTI VISUM ET REPERTUM
PSIKIATRIKUM KASUS TINDAK PIDANA PERKOSAAN STUDI KASUS
PUTUSAN (NOMOR 20/PID.B/2017/ PN MRH JO NOMOR
42/PID/2017/PT BJM JO NOMOR 1246/K/PID/2017/MA) Uniska , 2022
Jika ditinjau berdasarkan kegunaan dan pemahaman melalui uu dan aturan hukum yang
lain sejatinya kedudukan dari Visum Et Repertum Psikiatrikum merupakan bagian dari
visum et repertum yang dalam hal ini berfungsi sebagai alat bukti dalam hal ini bukti surat
dan keterangan ahli yang menjadi poin utama dalam agenda pembuktian siding pidana
sehingga Visum Et Repertum Psikiatrikum memiliki kedudukan yang penting dalam upaya
mebuktikan suatu tindak pidana .

V. Daftar Pustaka 4
1. UU :
1. KUHAP, UU no 8 tahun 1981
2. PERMENKES NO 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN
PEMERIKSAAN KESEHATAN JIWA UNTUK KEPENTINGAN
PENEGAKAN HUKUM

JURNAL :
1. Afif Khalid , ANALISIS YURIDIS ALAT BUKTI VISUM ET REPERTUM
PSIKIATRIKUM KASUS TINDAK PIDANA PERKOSAAN STUDI
KASUS PUTUSAN (NOMOR 20/PID.B/2017/ PN MRH JO NOMOR
42/PID/2017/PT BJM JO NOMOR 1246/K/PID/2017/MA) Uniska ,
2022
2. Yang Meliana , PERANAN VISUM ET REPERTUM PSIKIATRIKUM
GUNA PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK
PIDANA YANG SAKIT JIWA DALAM PROSES PERADILAN (STUDI
DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG), ejournal.iba.ac.id, 2020
WEB :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Visum_et_repertum

Anda mungkin juga menyukai