Anda di halaman 1dari 9

Lex Administratum, Vol. V/No.

9/Nov/2017

VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI (corpus delicti) yang menerangkan peristiwa
DALAM PERKARA TINDAK PIDANA saat itu terjadi serta dapat membantu penyidik
PENGANIAYAAN RINGAN MENURUT KITAB untuk menentukan ada atau tidaknya suatu
UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA1 pidana dan dapat memberikan petunjuk
Oleh: Deysky Neidi Gagundali2 kepada penyidik dalam melakukan penyidikan,
serta Visum Et Repertum dapat memberikan
ABSTRAK petunjuk dalam menentukan tuduhan apa yang
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk akan diajukan kepada hakim terhadap
mengetahui bagaimana Kedudukan Visum Et terdakwa serta dapat membentuk suatu
Repertum Sebagai Alat Bukti Menurut Kitab keyakinan hakim dalam persidangan.
Undang-Undang Hukum Acara Pidana Sebagai Kata kunci: Visum Et Repertum, Alat Bukti,
Alat Bukti dan bagaimana Penggunaan Visum Et Tindak Pidana, Penganiayaan Ringan, Kitab
Repertum Sebagai Alat Bukti Dalam Pembuktian Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Perkara Tindak Pidana Penganiayaan Ringan.
Dengan menggunakan metode penelitian PENDAHULUAN
yuridis normatif, disimpulkan: 1. Kedudukan A. Latar Belakang
Visum Et Repertum pada hukum pembuktian Upaya penyidik untuk mengungkapkan
menurut Hukum Acara Pidana yakni termasuk suatu perkara, tentunya dalam bantuan
sebagai alat bukti surat Pasal 184 ayat (1) huruf seorang ahli dapat lebih mudah dalam
c jo Pasal 187 huruf c KUHAP dimana yang penanganannya, sehingga penyidik diberikan
menyatakan bahwa surat keterangan seorang wewenang oleh undang-undang untuk
ahli yang memuat pendapat berdasarkan mengajukan permintaan keterangan seorang
keahliannya mengenai suatu hal atau suatu ahli dalam hal diluar dari kompetensi penyidik.
keadaan yang diminta secara resmi kepadanya. Dalam Pasal 133 ayat (1) KUHAP, bahwa ahli
Serta juga menyentuh alat bukti keterangan yang dimaksud adalah ahli kedokteran
ahli berdasarkan Pasal 184 ayat (1) huruf b jo kehakiman atau dokter dan/atau ahli lainnya
penjelasan Pasal 186 KUHAP alinea pertama dimana mempunyai kompentensi atau keahlian
yang menyatakan bahwa keterangan ahli dapat dalam kedokteran. Terhadap perkara
juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan penganiayaan peran ahli tentunya sangat
oleh penyidik atau penuntut umum yang dibutuhkan untuk kepentingan peradilan,
dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan karena untuk menentukan apakah korban
dibuat mengingat sumpah diwaktu ia menerima merupakan korban penganiayaan atau bukan
jabatan atau pekerjaan. keterangan ahli dalam korban penganiayaan, sehingga perlu adanya
bentuk laporan tersebut dapat dibacakan ahli untuk memeriksanya.
disidang pengadilan apabila ahli yang Dampak dari pada tindak pidana
memberikan keterangan tersebut tidak dapat penganiayaan khususnya penganiayaan ringan
hadir secara sah dalam sidang hal ini didasarkan memang sangat sulit untuk dibuktikan karena
pada kaitan Pasal 162 dan Pasal 179 ayat (2) akibat dari pada penganiayaan yang dilakukan
KUHAP sehingga keterangan tersebut tetap berbeda dari pada penganiayaan lain, seperti
berkedudukan sebagai keterangan ahli yang halnya penganiayaan yang mengakibatkan luka
sah. 2. Penggunaan Visum Et Repertum dalam berat yang mana dapat terhalangnya suatu
pembuktian perkara tindak pidana pekerjaan. Luka yang disebabkan biasanya
penganiayaan ringan memberikan kedudukan sangat nampak serta perubahan terhadap luka
hukum sebagai alat bukti yang sah menurut dimana memakan waktu yang cukup lama.
Pasal 184 ayat (1) huruf b dan huruf c Undang- Berbeda halnya dengan penganiayaan ringan,
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab biasanya tidak mengakibatkan luka, hanya ada
Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Visum Et perubahan kulit serta perubahan kulit yang
Repertum juga sebagai pengganti barang bukti dapat kembali seperti semula dengan cepat.
Hal ini tentu menjadi suatu tantangan bagi
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ronald
penyidik untuk membuktikan kebenaran yang
Jacobus Mawuntu, SH.MH; Adi Tirto Koesoemo, SH.MH terjadi demi mencapai tujuan dari pada Hukum
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
14071101384

171
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

Acara Pidana untuk mencari kebenaran materil Oleh karena itu, kebenaran materil ini sungguh
yang selengkap-lengkapnya. penting untuk dapat mencapai tujuan dari pada
Sehubungan dengan tujuan dari pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
Hukum Acara Pidana adalah untuk mencari dan sehingga penyidik sebagai pihak penegak
mendapatkan kebenaran Materil, yaitu hukum mempunyai tanggungjawab besar untuk
kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari mencari kebenaran secara nyata tentang suatu
suatu perkara pidana dengan menerapkan perkara pidana yang terjadi.4 Sebagaimana
ketentuan hukum secara jujur dan tepat, telah dijelaskan sebelumnya bahwasannya
dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku Visum Et Repertum merupakan keterangan atas
yang dapat didakwakan suatu pelanggaran permeriksaan oleh dokter pada barang bukti
hukum, dan selanjutnya minta pemeriksaan yang diperiksa yang dimana memuat mengenai
dan putusan pengadilan guna menentukan apa yang dilihat dan ditemukan, permintaan
apakah terbukti bahwa suatu tindakan pidana periksaan oleh dokter berdasarkan permintaan
telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa penyidik guna untuk memberikan petunjuk
itu dapat dipersalahkan. kepada penyidik dalam melakukan penyidikan.
Berbeda dengan perkara perdata, bahwa Hal ini bertujuan untuk mengungkapkan suatu
kebenaran yang diutamakan adalah kebenaran peristiwa yang diduga merupakan suatu tindak
formal yaitu kebenaran yang hanya di dasarkan pidana.
pada formalitas-formalitas hukum, sementara Dari uraian tersebut mendorong penulis,
kebenaran yang diutamakan dalam perkara untuk menulis skripsi ini dengan judul : “Visum
pidana adalah kebenaran materil, yang bukan Et Repertum Sebagai Alat Bukti Dalam Perkara
hanya memerlukan formalitas hukum, akan Tindak Pidana Penganiayaan Ringan Menurut
tetapi harus ditunjang pula dengan pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana’’.
terhadap formalitas hukum itu dimuka sidang
pengadilan dan fakta-fakta yang ditemukan B. Rumusan Masalah
dalam sidang pengadilan menjadi bahan 1. Bagaimana Kedudukan Visum Et
masukan bagi hakim dalam memutuskan Repertum Sebagai Alat Bukti Menurut
perkara.3 Dalam membuktikan kebenaran Kitab Undang-Undang Hukum Acara
materil terhadap bersalah dan tidak bersalah Pidana Sebagai Alat Bukti?
tersangka/terdakwa dalam memberikan 2. Bagaimana Penggunaan Visum Et
keyakinan kepada hakim, salah satunya dengan Repertum Sebagai Alat Bukti Dalam
cara pembuktian ilmiah berdasarkan keahlian Pembuktian Perkara Tindak Pidana
disiplin ilmu yang dikenal dengan Forensik. Penganiayaan Ringan?
Pembuktian menggunakan forensik ini pada
Negara maju telah berkembang dan digunakan C. Metode penelitian
sebagai alat bukti yang sah utama dalam Penulisan skripsi ini penulis menggunakan
memberikan keyakinan hakim, walaupun metode penelitian yuridis normatif. Metode
tersangka/terdakwa bersikap diam atau pengolahan dan analisis data yang digunakan
membisu dimana tidak mengakui adalah analisis kualitatif yakni data yang
perbuatannya. terkumpul dianalisa dengan cara
Pembuktian ilmiah berdasarkan keahlian mensistematika bahan-bahan hukum itu
disiplin ilmu forensic ada yang dikenal dengan dengan membuat klarifikasi terhadap bahan-
istilah Visum Et Repertum yang dibuat oleh bahan hukum tersebut, kemudian data yang
dokter tentang apa yang dilihat dan ditemukan dianalisa secara yuridis kualitatif. Dimana
pada barang bukti yang diperiksa, tentunya menguraikan data yang menghasilkan kejelasan
hasil dari pada pemeriksaan ini untuk masalah yang akan dibahas dan untuk
mempermudah dalam hal pembuktian mengungkap kebenaran yang ada.
berdasarkan fakta-fakta dilapangan,
menyangkut korban penganiayaan maka perlu
adanya ahli kedokteran untuk memeriksanya.

3 4
Waluyadi, 1999, Pengetahuan Dasar Hukum Acara Abdussalam,Adri Desasfuyanto, 2014, Buku Pintar
Pidana, Bandung, CV.Mandar Maju ,.hlm 15 Forensik (pembuktian ilmiah), Jakarta, PTIK Press,.hlm 3

172
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

PEMBAHASAN Dengan demikian Visum Et Repertum tidaklah


A. Kedudukan Visum Et Repertum Sebagai Alat dibuat untuk kepentingan lain.6
Bukti Menurut Kitab Undang-undang Visum Et Repertum dibuat dan dibutuhkan
Hukum Acara Pidana didalam kerangka upaya penegakan hukum dan
Visum Et Repertum adalah sebagai keadilan, dengan perkataan lain yang berlaku
pengganti Corpus Delicti, karena apa yang telah sebagai konsumen atau pemakai Visum Et
dilihat dan ditemukan dokter (ahli) itu Repertum adalah penegak hukum, yang
dilakukan seobjektif mungkin, sebagai didalam tulisan ini dibatasi pada pihak penyidik
pengganti peristiwa keadaan yang terjadi dan sebagai instansi pertama yang memerlukan
pengganti bukti yang telah diperiksa dengan Visum Et Repertum guna membuat terang dan
menurut keyakinan atau fakta-faktanya, jelas suatu perkara pidana yang telah terjadi,
sehingga berdasarkan atas pengetahuan yang khususnya yang menyangkut tubuh, kesehatan
sebaik-baiknya dan dasar keahliannya tersebut, dan nyawa manusia.7 Selanjutnya Kekuatan
dapat ditarik suatu kesimpulan yang tepat dan bukti (bewijskracht) dari Visum Et Repertum
akurat. Disamping itu kemungkinan yang lain diserahkan pada penilaian Hakim (Majelis
adalah apabila pada waktu dilakukan Hakim). Oleh karena penuntut umum berusaha
pemeriksaan perkaranya tersebut disidang membuktikan kesalahan terdakwa
pengadilan, maka misalnya suatu luka yang dipersidangan, berarti beban pembuktian bagi
disebabkan penganiayaan atau korban yang perkara pidana ada pada penuntut umum,
telah meninggal akibat tindak pidana dalam usaha mencari kebenaran materil dan
pembunuhan sewaktu sidang telah membusuk hakim tetap dibatasi pada alat-alat bukti yang
atau sembuh maka guna mencegah perubahan diajukan olehnya dan seumpama penuntut
keadaan tersebut, dibuatlah Visum Et umum tidak bersedia menambah alat bukti
Repertum.5 Menurut hemat penulis pembuatan yang hanya minimum, maka hakim (majelis)
keterangan akan peristiwa yang terjadi pada tidak dapat mencari sendiri alat bukti
saat itu lebih memberikan kemudahan kepada tambahan.8 Dalam persidangan, terhadap alat
penyidik dalam hal pembuktian dari pada bukti yang ada dalam suatu berkas perkara
menghadirkan barang bukti dalam persidangan dengan hasil-hasil pemeriksaan yang ada dalam
yang sifatnya berubah-ubah seperti tubuh berkas itu hakim akan memeriksa, menilai dan
manusia. menentukan alat bukti yang ada, apakah dari
Pengertian Visum Et Repertum berasal dari alat bukti yang ada itu dalam pemeriksaan
kata-kata “visual” yaitu melihat dan “repertum” dipersidangan mempunyai kekuatan
yaitu melaporkan, berarti, “apa yang dilihat dan pembuktian berdasarkan batas minimum
ditemukan” sehingga Visum Et Repertun pembuktian atau merupakan alat bukti yang
merupakan suatu laporan tertulis dari dokter sah menurut penjelasan Pasal 183 dan 184
(ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah, perihal Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
apa yang dilihat dan ditemukan atas bukti Sehingga pemeriksaan dalam peradilan selain
hidup, kemudian dilakukan pemeriksaan dari pada adanya keyakinan hakim harus
berdasarkan pengetahuan yang sebaik-baiknya. dibuktikan dengan adanya alat bukti yang sah
Atas dasar itu selanjutnya diambil kesimpulan, secara hukum. Karena pembuktian yang
yang juga merupakan pendapat dari seorang diperoleh dari pemeriksaan disidang yang akan
ahli ataupun kesaksian (ahli) secara tertulis nantinya menjadi dasar kesalahan terdakwa.9
sebagaimna yang tertuang dalam bagian
pemberitaan (hasil Pemeriksaan). Oleh karena 6
itu Visum Et Repertum semata-mata hanya Ibid,. hlm 86-87
7
Abdul Mun’Im Idries,Pedoman Ilmu Kedokteran
dibuat agar suatu perkara pidana menjadi jelas Forensik,.Op.Cit. hlm 7
dan hanya berguna bagi kepentingan 8
Michael Barama, “Kedudukan Visum Et Repertum Dalam
pemeriksaan dan untuk keadilan serta Hukum Pembuktian”,(Depertemen Pendidikan R.I
diperuntukkan bagi kepentingan peradilan. Universitas Sam Ratulangi Fakutas Hukum Manado),2011,
hlm 21
9
M. Yahya Harahap,2009, Pembahasan Permasalahan
Dan Penerapan KUHAP (Pemeriksaan Sidang
5
R.soeparmono, Keterangan Ahli & Visum Et Repertum pengadilan,Banding,Kasasi dan Peninjauan kembali) Edisi
Dalam Aspek Hukum Acara Pidana, Op. Cit. hlm 88 Kedua, Jakarta, Sinar Grafika, hlm 361

173
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

Sebagaimana Visum Et Repertum merupakan dalam bentuk tertulis atau bentuk laporan
hasil pemeriksaan oleh seorang dokter (ahli) tersebut, Selanjutnya dilihat mengingat bahwa
mengenai apa yang dilihat dan ditemukan pada penjelasan mengenai keterangan ahli dimana
waktu dilakukan pemeriksaan secara obyektif, penjelasan Pasal 186 KUHAP alinea pertama
sebagai penganti peristiwa yang terjadi. Oleh mengatakan “keterangan ahli ini dapat juga
karena itu bantuan seorang ahli sangat sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh
diperlukan dalam menangani suatu kasus yang penyidik atau penuntut umum yang dituangkan
menyangkut tubuh dan nyawa seseorang, dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan
dimana keterangan yang dibuat berdasarkan mengingat sumpah di waktu ia menerima
pemeriksaan dokter yang dituangkan dalam jabatan atau pekerjaan”. Selanjutnya dikaitkan
Visum Et Repertum dapat memberikan dengan Pasal 162 dan Pasal 179 ayat (2)
petunjuk serta kenyakinan hakim dalam KUHAP keterangan ahli tersebut yang dibuat
persidangan. dalam bentuk tertulis atau bentuk laporan
Proses pembuktian dalam peradilan dapat dibacakan dalam persidangan apa bila
tentunya sangat diperlukan seorang ahli untuk karena halangan yang sah tidak dapat hadir di
membentuk keyakinan hakim. Dapat dilihat sidang. sehingga atas keterangan tersebut
dalam Pasal 179 ayat (1) Undang-Undang dapat dinilai sebagai alat bukti keterangan ahli
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- yang sah. Sebaliknya pula apa bila merujuk
Undang Hukum Acara Pidana yang berbunyi: pada Pasal 187 huruf c dimana keterangan yang
“setiap orang yang diminta pendapatnya dibuat dalam bentuk tertulis atau laporan
sebagai ahli kedokteran kehakiman atau Visum Et Repertum bernilai sebagai alat bukti
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan surat yang sah.
keterangan ahli demi hukum” Seperti yang dijelaskan sebelumnya Visum
Terhadap Pasal 179 Ayat (1) tersebut Et Repertum merupakan pengganti sepenuhnya
tentunya memberikan pengertian bahwa dari pada barang bukti (Corpus Delicti) yang
seorang ahli kedokteran wajib memberikan diperiksa, maka oleh karenanya pula Visum Et
keterangan ahli demi hukum. Serta kedudukan Repertum pada hakikatnya adalah alat bukti
ketarangan ahli dalam persidangan ini sangat yang sah. Visum Et Repertum termasuk alat
penting untuk membantu mengungkap kasus bukti surat dimana dibuat atas sumpah jabatan,
kejahatan terhadap tubuh dan nyawa yaitu sebagai seorang dokter, sehingga surat
seseorang. tersebut mempunyai keotentikan. Sebagaimana
Pembuktian didalam persidangan dimana dalam Pasal 184 ayat (1) dan Pasal 187 Undang-
dokter dapat memberikan ketarangan baik Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
secara lisan maupun tertulis atau dalam bentuk Undang-Undang Hukum Acara Pidana, maka
laporan. Bentuk laporan dari keterangan yang Visum Et Repertum dapat dikatakan sebagai
diberikan dokter tertuang dalam Visum Et alat bukti yang sah menurut Undang-Undang.
Repertum. Seperti yang dikemukakan oleh Secara khusus Visum Et Repertum tidak
R.Soeparmono yakni “Visum Et Repertum dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8
merupakan suatu laporan tertulis dari dokter Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
(ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah, perihal Hukum Acara Pidana dimana sebagai salah
apa yang dilihat dan diketemukan atas bukti satu alat bukti yang sah. Akan tetapi Visum Et
hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti Repertum sudah menjadi bagian dari pada
lain, kemudian dilakukan pemeriksaan keterangan ahli yang mana keterangan ahli itu
berdasarkan pengetahuan yang sebaik- sendiri harus memberikan pendapat
baiknya.”10 berdasarkan ilmu dan keahlian yang khusus
Menurut hemat penulis berdasarkan mengenai suatu hal untuk pemeriksaan. Karena
penjelasan diatas bahwa dalam persidangan Visum Et Repertum merupakan sarana utama
yakni dokter dapat memberikan keterangan dalam penyidikan perkara tindak pidana yang
baik secara lisan maupun tertulis atau dalam menyebabkan korban manusia baik itu hidup
bentuk laporan. Arti dari pada keterangan maupun mati.11 Ketika dalam proses peradilan,

10 11
R.soeparmono, Keterangan Ahli & Visum Et Repertum R.Atang Ranoemihardja, Ilmu Kedokteran Kehakiman
Dalam Aspek Hukum Acara Pidana, Op. Cit. hlm 86 (Forensic Science), Op.Cit. hlm 24

174
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

jika hakim timbul rasa keraguan terhadap dan dialami sendiri oleh si pejabat, serta
Visum Et Repertum. Maka hakim dapat menjelaskan dengan tegas alasan keterangan
memangil dokter pembuat Visum Et Repertum tersebut. Surat yang berbentuk menurut
ke sidang pengadilan. Untuk menjelaskan dan ketentuan perundang-undangan atau surat
mempertanggungjawabkan Visum Et Repertum yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang
tersebut. Hal ini diatur dalam Pasal 180 ayat (1) termasuk dalam tatalaksana yang menjadi
KUHAP. Seperti yang sudah dijelaskan tanggungjawabnya dan yang diperuntukan bagi
sebelumnya bahwa keterangan ahli sangat pembuktian sesuatu hal atau keadaan.13
dibutuhkan, tentunya untuk menjernihkan Sehingga demikian Visum Et Repertum dapat
duduknya persoalan yang timbul disidang dikatakan sebagai keterangan yang dibuat oleh
pengadilan. Sesuai dengan maksud dari pada pejabat yang berwenang serta sebagai
Pasal 180 ayat (1). Dalam hal penghubung antara ilmu kedokteran dan ilmu
mempertanggungjawabkan Visum Et Repertum hukum.
dalam persidangan hakim memanggil dokter Visum Et Repertum merupakan alat
yang membuat Visum Et Repertum tersebut pembuktian untuk menerangkan suatu
dan hal ini dapat menjadi suatu alat bukti peristiwa dan sebagai pengganti barang bukti
keterangan ahli dalam bidang ilmu kedokteran pada saat terjadinya peristiwa pidana. Dengan
forensik dimana untuk menjernihkan persoalan demikian Visum Et Repertum berkedudukan
yang timbul disidang pengadilan. sebagai alat bukti yang sah sebagaimana
Masksud dari pada Visum Et Repertum tertulis dalam Pasal 184 ayat (1) Undang-
termasuk sebagai alat bukti surat sebagaimana Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
yang dijelaskan sebelumnya bahwa surat Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Dalam
tersebut dibuat atas sumpah jabatan, sehingga bukunya R.Soeparmono, SH. Mengatakan
surat tersebut mempunyai keotetikkan. kedudukan Visum Et Repertum didalam hukum
Demikian halnya surat dalam Pasal 187 pembuktian dalam proses acara pidana, dapat
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang berkedudukan sebagai alat bukti surat dan alat
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, bukti keterangan ahli. Dimana Alat Bukti Surat
surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 yang tertuang dalam Pasal 187 huruf c KUHAP
ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan yakni “surat keterangan dari seorang ahli yang
atau dikuatkan dengan sumpah, yakni “Surat memuat pendapat berdasarkan keahliannya
keterangan dari seorang ahli yang memuat mengenai suatu hal atau sesuatu keadaan yang
pendapat berdasarkan keahliannya mengenai diminta secara resmi dari padanya”. Begitu juga
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta Keterangan ahli (Pasal 1 Stb. 1937-350 jo Pasal
secara resmi dari padanya”. 184 ayat (1) huruf b Kitab Undang-Udang
Jadi, menurut bunyi Pasal 187 Kitab Undang- Hukum Acara Pidana) dimana dalam Pasal 1
Undang Hukum Acara Pidana, surat yang dapat Stb. 1937-350 menyatakan bahwa “Visa
dinilai sebagai alat bukti yang sah menurut Reperta seorang dokter, yang dibuat baik atas
undang-undang ialah:12 sumpah jabatan yang diucapkan pada waktu
1. Surat yang dibuat atas sumpah jabatan, penyelesaian pelajaran di Negeri Belanda
atau ataupun di Indonesia, merupakan alat bukti
2. Surat yang dikuatkan dengan sumpah. yang syah dalam perkara-perkara pidana,
Pada dasarnya surat yang termasuk alat selama visa reperta tersebut berisikan
bukti surat yang disebut disini ialah surat resmi keterangan-keterangan hal-hal yang dilihat dan
yang dibuat oleh pejabat umum yang ditemukan oleh dokter pada benda yang
berwenang untuk membuatnya, namun agar diperiksa”.14 Sehingga demikian nilai dari pada
surat resmi tersebut dapat bernilai sebagai alat Visum Et Repertum hanya merupakan kejelasan
bukti dalam perkara pidana, surat resmi dan dasar-dasar bagi hakim untuk menambah
tersebut harus memuat keterangan tentang keyakinannya dalam membuat suatu putusan
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat, perkara pidana. Sebagai alat bukti yang sah

12 13
Koesparmono Irsan dan armansya, Paduan Memahami Ibid,. hlm 263
14
Hukum Pembuktian Dalam Hukum Perdata Dan Hukum R.soeparmono, Keterangan Ahli & Visum Et Repertum
Pidana, Op. Cit. hlm 262 Dalam Aspek Hukum Acara Pidana,.Op Cit. hlm 125

175
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

atau sebagai keterangan yang dapat benda-benda mati ini lazim disebut dengan
menguatkan keyakinan hakim, Visum Et saksi diam (silent witness) yang terdiri dari
Repertum harus memenuhi syarat formil dam benda atau tubuh manusia yang hidup atau
meterilnya lebih dahulu. telah meninggal, alat untuk melakukan
kejahatan, jejak atau bekas-bekas si pelaku,
B. Penggunaan Visum Et Repertum Sebagai benda-benda yang terbawa atau yang
Alat Bukti Dalam Pembuktian Perkara ditinggalkan oleh si pelaku. Sebenarnya saksi
Tindak Pidana Penganiayaan Ringan diam itu berbicara banyak, hanya saja dalam
Pemeriksaan perkara pidana yang bahasanya sendiri, sehingga tidak dapat
berhubungan dengan perusakan tubuh dimengerti oleh orang awam, oleh karenanya
kesehatan dan nyawa manusia maka diperlukan diperlukan seorang penerjemah yaitu seorang
bantuan dari seorang ahli yaitu ahli kedokteran ahli yang telah melakukan pemeriksaan dengan
kehakiman guna untuk menambah keyakinan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dapat
dan kelancaran bagi hakim dalam menjatuhkan menangkap bahwa saksi diam itu dan
keputusannya. Ketika dalam proses peradilan, menerjemahkannya, sehingga dapat dimengerti
jika hakim timbul rasa keraguan terhadap oleh orang-orang yang berkepentingan yaitu
Visum Et Repertum. Maka hakim dapat Polisi, Jaksa dan Hakim serta Penasehat Hukum
memangil dokter pembuat Visum Et Repertum dan Terdakwa sendiri, untuk terbuktinya suatu
ke sidang pengadilan. Untuk menjelaskan dan perkara pidana di sidang pengadilan, maka
mempertanggungjawabkan Visum Et Repertum syarat-syarat minimum alat bukti yang sah
tersebut. Hal ini diatur dalam Pasal 180 ayat (1) mutlak diperlukan yang dengan alat bukti
KUHAP. Demikian juga dalam penjelasan Pasal tersebut hakim akan memperoleh keyakinan
186 diterangkan bahwa “keterangan ahli ini bahwa tindak pidana benar-benar terjadi dan
dapat juga sudah diberikan pada waktu bahwa terdakwalah yang bersalah
pemeriksaan penyidik atau penuntut umum melakukannya, sehingga hakim dapat
yang dituangkan dalam bentuk laporan dan menjatuhkan pidananya.15 Dengan demikian,
dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia adanya Visum Et Repertum dalam perkara
menerima jabatan atau pekerjaan. Namun tindak pidana penganiayaan ringan kehadiran
dalam pemeriksaan cepat penyidik dapat Visum Et Repertum ini selain sebagai alat bukti
langsung menghadapkan ahli yang membuat yang sah juga dapat membentuk suatu
keterangan Visum Et Repertum tersebut keyakinan hakim bahwa benar-benar terdakwa
kesidang pengadilan hal ini didasarkan pada bersalah melakukannya. Penggunaan Visum Et
Pasal 205 ayat (2) KUHAP. Repertum sebagai alat bukti itu sendiri dimana
Tugas pokok seorang dokter dalam juga sebagai penganti barang bukti (Corpus
membantu proses penanganan perkara pidana Delicti) yang menerangkan peristiwa yang
terhadap kasus penganiayaan adalah terjadi pada saat itu. Visum Et Repertum juga
pembuatan Visum Et Repertum. Sebagaimana mempunyai kegunaan dan manfaat bagi upaya
diketahui bahwa salah satu alat bukti menurut penyelesaian perkara pidana penganiayaan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ringan.
adalah keterangan ahli dan menurut penjelasan Keterangan dari pada Visum Et Repertum
dari Pasal 133 ayat (2) keterangan ahli adalah dapat menentukan ada atau tidaknya suatu
keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran perbuatan pidana yang mana tugas pokok
kehakiman. Dalam ilmu kedokteran kehakiman seorang dokter dalam membantu mengusut
di kenal bukti-bukti selain saksi hidup, juga tindak pidana terhadap tubuh dan nyawa
bukti mati untuk mengetahui dan mempelajari manusia ialah pembuatan Visum Et Repertum
hubungan antara bukti mati dengan suatu sehingga bekerjanya harus objektif dengan
kasus tindak pidana diperlukan ahli dalam mengumpulkan kenyataan-kenyataan dan
bidang tersebut. Untuk memeriksa, mengetahui menghubungkannya satu sama lain secara logis
dan mempelajari serta mengungkap benda- untuk kemudian mengambil kesimpulan maka
benda mati diperlukan ilmu pengetahuan oleh karenanya pada waktu memberikan
kedokteran kehakiman yang dapat diperiksa
dengan ilmu-ilmu pengetahuan tersebut atas
15
Ibid,. hlm 5

176
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

laporan pemberitaan dari Visum Et Repertum Tidak ada suatu kepastian hukum dalam proses
itu harus sesungguh-sungguhnya dan penyidikan dalam mengakibatkan
seobyektifnya tentang apa yang dilihat dan bergantungnya suatu penyidikan yang lamban,
ditemukannya pada waktu pemeriksaan. dan hal itu kerap kali posisi seseorang yang
Dengan demikian Visum Et Repertum diduga keras melakukan tindak pidana
merupakan kesaksian tertulis. Maka Visum Et statusnya terkatung-katung, dan prosesnya
Repertum sebagai pengganti peristiwa terjadi berbulan-bulan. Meskipun tidak jarang proses
dan harus dapat mengganti sepenuhnya barang penyidikan ini kerap kali sangat cepat tetapi
bukti yang telah diperiksa dengan memuat untuk kasus yang tidak jelas pula. Artinya tidak
semua kenyataan sehingga akhirnya dapat ada standart yang jelas dalam Kitab Undang-
ditarik kesimpulan yang tepat.16 Adanya Visum Undang Hukum Acara Pidana mengenai waktu
Et Repertum penyidik dapat memperoleh masa penyidikan.17 Oleh karena itu terhadap
keterangan sehingga memberikan petunjuk tindak pidana penganiayaan pembuatan Visum
yang lebih jelas mengenai ada atau tidak unsur- Et Repertum sangatlah penting dimana dapat
unsur pidana atas hasil pemeriksaan oleh memberikan petunjuk dalam melakukan
dokter dari barang bukti yang diperiksa, dengan penyidikan sehingga mempermudah penyidik
demikian penyidik dapat menentukan ada untuk mengumpulkan alat bukti yang cukup
tidaknya tindak pidana. untuk proses selanjutnya sampai pada
Visum Et Repertum dapat digunakan pemeriksaan dipengadilan dan hal ini juga tidak
penyidik untuk memperoleh keterangan dalam membuat proses penyidikan yang memakan
proses penyidikan, karena seseorang yang waktu yang cukup lama. Apalagi sampai
diduga keras melakukan tindak pidana sesuai melakukan penahanan, karena dimana
dengan bukti permulaan yang cukup dapat terhadap tindak pidana penganiayaan ringan
dilakukan penangkapan. Setelah adanya tidak dapat dilakukan penahanan hal ini
penangkapan perbuatan hukum yang dilakukan didasarkan pada Pasal 21 ayat (4) KUHAP.
oleh polisi adalah melakukan penyidikan, dan Visum Et Repertum dapat berguna pula
hal ini tentunya polisi juga melakukan dalam menentukan tuduhan apa yang akan
perbuatan hukum kembali dengan cara diajukan kepada hakim terhadap terdakwa.
melakukan penahanan kepada seorang yang Dokter forensik mempunyai tugas untuk
diduga keras melakukan tindak pidana, memeriksa dan mengumpulkan berbagai bukti
penahanan yang dilakukan oleh penyidik yang berkaitan dengan pemenuhan unsur-
terbatas waktunya misalnya untuk penahanan unsur delik seperti yang dinyatakan oleh
tahap awal polisi dapat melakukan penahanan undang-undang, dan menyusun laporan Visum
selama 20 hari dan ditambah kembali oleh Et Repertum. Maka dari itu keterangan ahli
jaksa selama 40 hari (Pasal 24 KUHAP). KUHAP berupa Visum Et Repertum tersebut menjadi
tidak ada aturan khusus mengatur spesifik dan sangat penting dalam pembuktian, sehingga
tegas mengatur mengenai perbuatan hukum Visum Et Repertum akan menjadi alat bukti
yang dilakukan oleh polisi mengenai masa yang sah karena berdasarkan sumpah atas
waktu dilakukan penyidikan terhadap permintaan yang berwajib untuk kepentingan
seseorang yang diduga karena melakukan peradilan, sehingga akan membantu dalam
tindak pidana, sehingga tidak jarang penyidikan mengungkap suatu perkara pidana.18 Dengan
yang dilakukan oleh polisi bisa berbulan-bulan, adanya Visum Et Repertum ini penyidik dapat
dan batas waktu penyidikan logika hukumnya memperoleh keterangan dimana guna dapat
mengikuti masa waktu dilakukan penahanan, memenuhi unsur-unsur pidana, apakah tindak
bagaimana kemudian ketika seorang yang pidana penganiayaan ringan atau bukan
diduga karena melakukan tindak pidana tidak penganiayaan ringan. Sehingga dengan
dilakukan upaya penahanan oleh kepolisian. demikian penyidik dapat menentukan tudahan
apa yang nantinya diajukan kepada hakim
16
terhadap terdakwa berdasarkan pemenuhan
Chatrina Yohana,2015.” Visum Et Repertum Sebagai
Sarana Pembuktian Perekara Penganiayaan Antara Dewi
Persik dan Julia Peres” (Skripsi tidak diterbitkan,Fakultas
17
Hukum Universitas Jenderal Soedirman Puwokerto), hlm Ibid.
18
91 Ibid,. hlm 93

177
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

unsur-unsur tindak pidana yang berlaku membentuk suatu keyakinan hakim dalam
berdasarkan undang-undang. persidangan.

PENUTUP B. Saran
A. Kesimpulan 1. Seorang ahli kedokteran kehakiman atau
1. Kedudukan Visum Et Repertum pada hukum dokter atau ahli lainnya, yang diberikan
pembuktian menurut Hukum Acara Pidana wewenang undang-undang untuk
yakni termasuk sebagai alat bukti surat melakukan pemeriksaan terhadap korban
Pasal 184 ayat (1) huruf c jo Pasal 187 huruf kejahatan, diharapkan berlaku objektif
c KUHAP dimana yang menyatakan bahwa sesuai dengan sumpah jabatan dokter.
surat keterangan seorang ahli yang Kerena hasil dari keterangan pemeriksaan
memuat pendapat berdasarkan tersebut memberikan pengaruh yang
keahliannya mengenai suatu hal atau suatu penting dalam pembuktian, sehingga hasil
keadaan yang diminta secara resmi yang objektif sangatlah diperlukan
kepadanya. Serta juga menyentuh alat mengingat untuk kepastian pembuktian
bukti keterangan ahli berdasarkan Pasal kebenaran yang terjadi.
184 ayat (1) huruf b jo penjelasan Pasal 186 2. Penggunaan Visum Et Repertum dalam
KUHAP alinea pertama yang menyatakan pembuktian tindak pidana penganiayaan
bahwa keterangan ahli dapat juga sudah ringan tentunya sangat penting, oleh
diberikan pada waktu pemeriksaan oleh karena itu penegak hukum sebaiknya untuk
penyidik atau penuntut umum yang membantu menyelesaikan perkara
dituangkan dalam suatu bentuk laporan penganiayaan ringan permintaan
dan dibuat mengingat sumpah diwaktu ia pembuatan Visum Et Repertum kepada ahli
menerima jabatan atau pekerjaan. kedokteran kehakiman atau dokter atau
keterangan ahli dalam bentuk laporan ahli lainnya, sangatlah penting untuk
tersebut dapat dibacakan disidang mempermudah penyelesaian perkara
pengadilan apabila ahli yang memberikan pidana yang ditangani apalagi menyangkut
keterangan tersebut tidak dapat hadir tindak pidana penganiayaan, yang
secara sah dalam sidang hal ini didasarkan merupakan kejahatan terhadap tubuh dan
pada kaitan Pasal 162 dan Pasal 179 ayat nyawa manusia.
(2) KUHAP sehingga keterangan tersebut
tetap berkedudukan sebagai keterangan DAFTAR PUSTAKA
ahli yang sah. Abdussalam, H.R, Desasfuyanto Adri, Adri,
2. Penggunaan Visum Et Repertum dalam 2014, Buku Pintar Forensik (pembuktian
pembuktian perkara tindak pidana ilmiah) Jakarta, PTIK Press.
penganiayaan ringan memberikan Bambang, Waluyo, 1991, Sistem Pembuktian
kedudukan hukum sebagai alat bukti yang Dalam Peradilan Indonesia, Jakarta,
sah menurut Pasal 184 ayat (1) huruf b dan Sinar Grafika.
huruf c Undang-undang Nomor 8 Tahun Chazawi, Adami, 2001, Kejahatan terhadap
1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum tubuh & nyawa, Jakarta, PT Raja
Acara Pidana. Visum Et Repertum juga Grafindo Persada.
sebagai pengganti barang bukti (corpus Erdianto, Effendi, 2011, Hukum Pidana
delicti) yang menerangkan peristiwa saat Indonesia, Bandung, PT Refika Aditama.
itu terjadi serta dapat membantu penyidik Hiariej, Eddy O.S., 2012, Teori & Hukum
untuk menentukan ada atau tidaknya suatu Pembuktian, Jakarta, Erlangga.
pidana dan dapat memberikan petunjuk ____________, 2016, Prinsip-Prinsip Hukum
kepada penyidik dalam melakukan Pidana, Yokyakarta, Cahya Atama
penyidikan, serta Visum Et Repertum dapat Pustaka.
memberikan petunjuk dalam menentukan Harahap, M. Yahya, 2009, Pembahasan
tuduhan apa yang akan diajukan kepada Permasalahan Dan Penerapan KUHAP
hakim terhadap terdakwa serta dapat (Pemeriksaan Sidang pengadilan,
Banding, Kasasi dan Peninjauan

178
Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

kembali) Edisi Kedua, Jakarta, Sinar Undang-Undang:


Grafika.
Idries, Abdul Mun’Im, 1997, Pedoman Ilmu Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009, tentang
Kedokteran Forensik, Binarupa Aksara. “Kekuasaan Kehakiman”
Ishaq, H, 2016, Pengantar Hukum Indonesia Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
(PHI), Jakarta, PT Rajagrafindo Persada. “Kitab Undag-Undang Hukum Acara
Irsan, Koesparmono, Armansya, 2016, Paduan Pidana”
Memahami Hukum Pembuktian Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Hukum Perdata Dan Hukum Pidana,
Bekasi, Gratama Publishing. Sumber lain:
Mulyadi, Lilik, 2008, Bunga Rampai Hukum Yohana, Chatrina, 2015. “Visum Et Repertum
Pidana Perspektif, Teoritis Dan Praktik, Sebagai Sarana Pembuktian Perkara
Bandung, PT Alumni. Penganiayaan Antara Dewi Persik dan
Marpaung, Leden, 2011, Proses Penanganan Julia Peres” (Skripsi tidak diterbitkan,
Perkara Pidana (penyelidikan & Fakultas Hukum Universitas Jenderal
penyidikan), Jakarta, Sinar Grafika. Soedirman Puwokerto).
Marwan, M dan Jimmy, 2009, Kamus Hukum, Konsultan Hukum Online, Penganiayaan Biasa
Surabaya, Reality Publisher. dan Penganiayaan Ringan,
Prasetyo, Teguh, 2012, Hukum Pidana, Jakarta, http://konsultanhukumonline.Blogspot.
PT Rajagrafindo Persada. co.id/2010/04/penganiayaan-biasa-
Prodjodikoro, Wirjono, 2009, Asas-Asas Hukum dan-penganiayaan.html?m=1
Pidana Di Indonesia, Bandung, Barama, Michael, 2011, Kedudukan Visum Et
PT Refika Aditama. Repertum Dalam Hukum Pembuktian,
____________, 2003, Tindak-Tindak Pidana (Depertemen Pendidikan R.I Universitas
Tertentu Di Indonesia, Bandung, PT Sam Ratulangi Fakultas Hukum
Refika Aditama. Manado).
Ranuhandoko, I.P.M.. 2006, Terminologi Hukum Sulaidi, kekuatan pembuktian Visum Et
(ingggris –Indonesia), Jakarta, Sinar Repertum Dalam perkara
Grafika. penganiayaan,
Ranoemihardja, R.Atang, 1991, Ilmu http://unihaz.ac.id/upload/all/Jurnal_P
Kedokteran Kehakiman (Forensic ak_H._Zulaidi (1).pdf.
Science), Bandung, Tarsito.
Sofyan, Andi, Asis Abd, 2014, Hukum Acara Haryo, Yoyok Tri, Dibalik Kejanggalan kasus
Pidana (Suatu Pengantar), Jakarta, penganiyaaan ringan yang menjerat
Prenadamedia Grup. o’ong.,http:/waktoe.com/di-balik-
Soeparmono, R., 2016, Keterangan Ahli & kejanggalan-kasus-penganiyaan-ringan-
Visum Et Repertum Dalam Aspek yang menjerat.oorg/.
Hukum Acara Pidana, Bandung, CV.
Madar Maju.
Soekanto, Soerjono, Mamudji Sri, 2013,
Penelitian Hukum Normatif, Jakarta,
Rajawali Pers.
Waluyadi, 1999, Pengetahuan Dasar Hukum
Acara Pidana, Bandung, CV.Mandar
Maju.
____________, 2000, Ilmu Kedokteran
Kehakiman (dalam perspektif peradilan
dan aspek hukum praktik kedokteran),
Jakarta, Djamban.

179

Anda mungkin juga menyukai