Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KEKUATAN HUKUM PEMERIKSAAN ALAT BUKTI SAKSI

DENGAN CARA TELEKONFERENSI DALAM PERSIDANGAN


TINDAK PIDANA KORUPSI

(Jurnal)

Oleh

MUHAMMAD RIDHO WIJAYA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
ANALISIS KEKUATAN HUKUM PEMERIKSAAN ALAT BUKTI SAKSI
DENGAN CARA TELEKONFERENSI DALAM PERSIDANGAN
TINDAK PIDANA KORUPSI

Oleh
Muhammad Ridho Wijaya, Eddy Rifai, Firganefi.
Email : ridhowijayaa@gmail.com

Penerapan pemeriksaan saksi dengan cara telekonferensi merupakan terobosan baru


dalam proses beracara perkara tindak pidana khususnya penyelesaian perkara tindak
pidana korupsi. Praktik pemeriksaan saksi dengan cara telekonferensi telah lumrah
dilakukan namun regulasi mengenai hal tersebut belum diatur secara eksplisit dalam
suatu peraturan perundang-undangan.Permasalahan dalam skripsi ini adalah Apakah
dasar bagi hakim untuk memilih cara telekonferensi dalam pemeriksaan alat bukti saksi
dalam persidangan tindak pidana korupsi serta Bagaimanakah kekuatan hukum dari
pemeriksaan alat bukti saksi dengan cara telekonferensi dalam persidangan tindak
pidana korupsi. Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan
yuridis empiris. Metode pengumpulan data yaitu studi pustaka dan studi lapangan.
Analisis data yaitu analisis kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan
bahwa: Penyelenggaraan pemeriksaan saksi dengan cara telekonferensi berdasarkan
regulasinya belum secara detil diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan
sehingga dasar hakim untuk melakukan hal tersebut dilakukan dengan melihat urgensi
keterangan saksi yang akan memberikan keterangan serta situasi dan kondisi yang
memungkinkan dilakukannya telekonferensi.Kekuatan hukum pemeriksaan saksi
dengan cara telekonferensi berkaitan dengan keabsahan penggunaannya dapat dilakukan
oleh hakim dengan mengeluarkan penetapan penggunaan telekonferensi sehingga hal
tersebut menjadi sah untuk dilakukan guna kepentingan efektivitas dan efisiensi proses
beracara perkara tindak pidana korupsi.Saran dalam penelitian ini adalah: Kepada
pembuat peraturan perundang-undangan seharusnya membuat peraturan yang sesuai
dengan perkembangan zaman khususnya yang berkaitan dengan teknologi sehingga
dalam proses penegakan hukum dapat dilaksanakan dengan mudah dan kepada hakim
pemeriksa perkara pidana khususnya perkara tindak pidana korupsikedepannya
diharapkan untuk dapat melaksanakan proses persidangan dengan mengadopsi
perkembangan teknologi.
Kata Kunci: Kekuatan Hukum, Alat Bukti Saksi Telekonferensi, Tindak Pidana
Korupsi
ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE POWER OF LAW EXAMINATION OF WITNESS


EVIDENCE BY TELECONFERENCE IN TRIALS
CRIMINAL ACTION OF CORRUPTION

The application of witness examinations by teleconference is a new breakthrough in the


process of criminal proceedings in particular the settlement of cases of corruption. The
practice of examining witnesses by means of teleconferencing is commonplace but
regulations regarding this matter have not been explicitly regulated in a statutory
regulation. The problem in this thesis are what is the basis for judges to choose the
method of teleconference in examining witness evidence in the trial of criminal acts of
corruption and how is the legal force of examining witnesses' evidence by
teleconference in the trial of corruption. The approach to the problem used is normative
juridical and empirical jurisdiction. Methods of data collection are literature studies
and field studies. Data analysis is qualitative analysis. The results of the study and
discussion show that: Examination of witnesses by teleconferencing based on
regulations has not been regulated in a statutory regulation in detail so that the judge's
basis for doing so is to look at the urgency of witness statements that will provide
information as well as situations and conditions that enable teleconferencing. The legal
strength of witness examination by means of teleconference relates to the validity of its
use can be carried out by the judge by issuing the determination of the use of
teleconferencing so that it becomes legitimate to be carried out in the interest of the
effectiveness and efficiency of the criminal proceedings. Suggestions in this study are:
To the legislators should make regulations that are in accordance with the times,
especially those related to technology so that the law enforcement process can be
carried out easily and the judges of criminal cases, especially cases of corruption in the
future are expected to be able to implement trial process by adopting technological
developments.

Keywords: Legal Strength, Teleconferencing Witness Tool, Corruption Crime


I. PENDAHULUAN pemeriksaan saksi merupakan salah satu
unsur penting dalam proses
Hukum Acara Pidana termuat dalam penyelesaian suatu perkara pidana,
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dalam pelaksanaannya keterangan
tentang Hukum Acara Pidana yang seorang saksi saja tidak cukup untuk
biasa disebut dengan Kitab Undang- membuktikan bahwa terdakwa bersalah
Undang Hukum Acara Pidana terhadap perbuatan yang didakwakan
(KUHAP) merupakan suatu rangkaian kepadanya (unus testis nullus testis).
peraturan yang memuat tentang
bagaimana cara para aparatur penegak Saksi yang dimaksud adalah orang yang
hukum seperti Polisi, Jaksa, Hakim, dan dapat memberikan keterangan guna
Penasihat Hukum harus bertindak dalam kepentingan penyidikan, penuntutan,
menegakkan hukum pidana, dimana dan peradilan tentang suatu perkara
harus memperhatikan dua kepentingan pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
yang berimbang antara kepentingan sendiri dan ia alami
perseorangan (hak seseorang) dan sendiri. 2Pemeriksaan saksi merupakan
kepentingan masyarakat (hak seseorang salah satu alat bukti yang terdapat pada
yang menderita kerugian dalam suatu Pasal 184 ayat (1) KUHAP.3 Adapun
proses pidana). Oleh karena itu, tujuan macam-macam alat bukti yang
dari diselenggarakannya hukum acara dimaksud, antara lain:
pidana ialah :
1. Keterangan Saksi;
1. mencari kebenaran materiil;
2. mengambil putusan yang didasarkan 2. Keterangan Ahli;
atas hukum keyakinan dan rasa 3. Surat;
keadilan;
3. pelaksanaan putusan terhadap 4. Petunjuk;
seseorang yang harus dinyatakan
bersalah. 1 5. Keterangan Terdakwa.

Salah satu tugas pokok dari Hukum Proses penyelesaian suatu perkara
Acara Pidana yang telah disebutkan di pidana dapat dilakukan dengan cepat,
atas adalah untuk mencari dan efektif dan efisien apabila terdapat 2
mendapatkan kebenaran materiil yaitu (dua) atau lebih alat bukti yang
mendapatkan kebenaran yang bersesuaian yang juga dilandasi dengan
mendekati sesungguhnya. Untuk keyakinan hakim. Terdapat teori
mendapatkan kebenaran tersebut, salah pembuktian yang digunakan dalam
satunya yaitu dengan cara melakukan menyelesaikan suatu perkara pidana,
pemeriksaan saksi. antara lain :

Pemeriksaan saksi merupakan 1. berdasarkanundang-undang,


keterangan dari saksi mengenai suatu membuktikan tindak pidana
peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, berdasarkan alat bukti menurut
ia lihat sendiri dan ia alami sendiri undang-undang secara positif;
dengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu. Untuk itu,
2
Lihat Pasal 1 Angka (26), Undang-Undang
1
Tri Andrisman, Hukum Acara Pidana, Bandar Nomor 8 Tahun 81 tentang Hukum Acara
Lampung: Bagian Hukum Pidana Fakultas Pidana..
3
Hukum Universitas Lampung, 2010, hlm. 14. Lihat Pasal 184 Ayat (1), Ibid.
2. berdasarkan keyakinan hakim, tidak pemufakatan jahat untuk melakukan
perlu alat bukti apapun, hakim dapat tindak pidana korupsi.6 Dalam Undang-
menilai terdakwa tersebut bersalah Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang
atau tidak; Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
3. berdasarkan keyakinan hakim atas pada Pasal 25 ditentukan bahwa :
alasan yang logis;
4. berdasarkan undang-undang dan “pemeriksaan di sidang pengadilan
keyakinan hakim, membuktikan tindak pidana korupsi dilakukan
tindak pidana berdasarkan berdasarkan hukum acara pidana yang
keyakinan hakim dengan alat bukti berlaku, kecuali ditentukan lain dalam
berdasarkan undang- Undang-Undang ini”. 7
undang. 4KUHAP menganut teori
Kaitan dari segi alat bukti
yang keempat yakni menegaskan
dipersidangan, ketentuan dalam UU
bahwa dalam proses pembuktian
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi tidak
memerlukan minimal 2 (dua) alat
berbeda dari ketentuan KUHAP, hanya
bukti yang sah.
terdapat penambahan alat bukti dari
hasil penyadapan harus diperoleh secara
Salah satu perkara pidana yang
sah berdasarkan ketentuan peraturan
memerlukan pemeriksaan alat bukti
perundang-undangan. 8
saksi adalah tindak pidana korupsi.
Tindak pidana korupsi yaitu setiap Perkembangan teknologi yang semakin
orang yang secara melawan hukum canggih memberikan kemudah
melakukan perbuatan memperkaya diri berinteraksi dengan orang lain
sendiri atau orang lain atau suatu walaupun rentang jarak yang sangat
korporasi yang dapat merugikan jauh. Demikian pula praktik yang
keuangan negara atau perekonomian dilakukan dalam rangka memperlancar
negara.5 Terdapat beberapa perbuatan jalannya persidangan, hakim seringkali
yang termasuk dalam tindak pidana memilih memanfaatkan teknologi yaitu
korupsi antara lain menyalahgunakan dengan cara telekonferensi.
kewenangan, kesempatan atau sarana Telekonferensi diartikan sebagai
yang ada padanya yang dapat pertemuan berbasis elektronik secara
merugikan keuangan atau langsung diantara dua orang atau lebih
perekonomian negara. partisipan yang dihubungkan dengan
suatu sistem telekomunikasi baik
Ketentuan lain yang termasuk tindak
berbentuk audio maupun video, namun
pidana korupsi yaitu setiap orang yang
yang sering kita jumpai dalam
melakukan tindak pidana sebagaimana
persidangan adalah telekonferensi
dimaksud dalam Pasal 209, 210, 387, 9
berbentuk video.
388, 415, 416, 417, 418, 419 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana serta Adapun salah satu kasus tindak pidana
setiap orang yang melakukan korupsi yang pernah ditangani oleh
percobaan, pembantuan atau
4 6
Tri Andrisman, Hukum Acara Pidana, Bandar Lihat Pasal 5-15 ,Ibid.
7
Lampung: Bagian Hukum Pidana Fakultas LihatPasal 25, Undang-Undang Nomor 46
Hukum Universitas Lampung, 2010, hlm. 62- Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana
64. Korupsi.
5 8
LihatPasal 2Undang-Undang Nomor 31 Tahun Lihat Pasal 28, Ibid.
9
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana https://id.wikipedia.org/wiki/Telekonferensi.
Korupsi. Diakses Pukul 18.47 Wib, 15 Mei 2018.
Pengadilan Negeri Tipikor Jakarta Pusat b. Bagaimanakah kekuatan hukum dari
(18 Mei 2017) dimana Saksi atas nama pemeriksaan alat bukti saksi dengan
Paulus Tanos (WNI) bersaksi via cara telekonferensi dalam
Telekonferensi di Sidang Korupsi E- persidangan tindak pidana korupsi ?
KTP terhadap dua terdakwa perkara Pendekatan masalah dalam penelitian
korupsi e-KTP, Irman dan Sugiharto. ini menggunakan pendekatan yuridis
Paulus Tanos bersaksi via normatif dan pendekatan yuridis
telekonferensi dengan alasan ia kini empiris. PendekatanYuridis normatif
bertempat tinggal di Singapura, adalah pendekatan yang dilakukan
sehingga kesaksiannya diperdengarkan berdasarkan bahan hukum utama,
melalui telekonferensi. menelaah hal-hal yang bersifat teoritis
yang menyangkut asas-asas hukum,
Telekonferensi digunakan untuk konsepsi hukum, pandangan dan
memeriksa saksi yang tidak dapat hadir doktrin-dotrin hukum, peraturan dan
ke persidangan baik dalam keadaan sistem hukum.
terancam, keadaan yang tidak dapat
ditinggalkan, faktor kesehatan, atau Pendekatan Penelitian Yuridis empiris
sedang berada diluar kota/negeri. dilakukan dengan meneliti secara
Sebagaimana yang telah dijelaskan di langsung ke lapangan untuk melihat
atas, penggunaan telekonferensi dalam secara langsung penerapan peraturan
pemeriksaan saksi telah lumrah Perundang-undangan atau antara hukum
dilakukan di persidangan guna yang berkaitan dengan penegakan
memperlancar jalannya sidang serta hukum, serta melakukan wawancara
memudahkan aparat penegak hukum dengan beberapa responden yang
untuk mencari kebenaran materiil. dianggap dapat memberikan informasi
Namun dilain hal, menurut ketentuan mengenai permasalahan yang dibahas.
beracara pada sidang perkara pidana,
keterangan saksi diperdengarkan Data dalam penelitian skripsi ini
dengan saksi hadir ke muka persidangan diperoleh melalui dua sumber, yaitu
dengan tanya jawab lisan. Dengan data primer dan data
demikian, terjadi pertentangan dalam sekunder.Pengumpulan data dalam
hal pemeriksaan saksi di persidangan penyusunan skripsi ini dilakukan
tindak pidana. dengan menggunakan studi kepustakaan
(library research) dan studi lapangan
Berdasarkan uraian diatas maka penulis (field research).
tertarik untuk melakukan penulisan
guna penyusunan skripsi dengan judul: Data yang telah disusun selanjutnya
“Analisis Kekuatan Hukum dianalisis secara normatif yaitu
Pemeriksaan Alat Bukti Saksi dengan membandingkan data yang diperoleh
Cara Telekonferensi Dalam dengan aturan hukum. Metode yang
Persidangan Tindak Pidana digunakan dalam analisi data adalah
Korupsi”, maka yang menjadi pokok analisis kualitatif yaitu menguraikan
permasalahan yang akan dibahas dalam data secara bermutu dalam bentuk
penelitian ini adalah: kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak
a.Apakah dasar bagi hakim untuk tumpang tindih dan efektif sehingga
memilih cara telekonferensi dalam memudahkan interpretasi data dan
pemeriksaan alat bukti saksi dalam analisis.
persidangan tindak pidana korupsi ?
II. HASIL DAN PEMBAHASAN masih terjadi pertentangan dalam
pelaksanaannya di persidangan. Hal ini
supaya dapat diketahui kedudukannya
A. Dasar Penggunaan Telekonferensi sebagai alat bukti dalam persidangan,
dalam Pemeriksaan Alat Bukti sehingga lebih memberikan kepastian
Saksi dalam Persidangan Tindak hukum yang baik. Selain itu dapat
Pidana Korupsi diketahui kepastian dan keabsahannya
dalam persidangan perkara pidana.
Pelaksanaan telekonferensi dalam
perkara pidana dapat dilaksanakan Eka Aftarini mengatakan bahwa
untuk perkara yang besar dan biasanya pemeriksaan saksi melalui
dilakukan di kota-kota besar di telekonferensi dapat dilakukan
Indonesia seperti dalam kasus tindak sepanjang para pihak dalam hal ini
pidana korupsi yang dilakukan dengan Jaksa Penuntut Umum dan Penasihat
alasan urgensi dari keterangan saksi itu Hukum serta saksi yang bersangkutan
sendiri. Pembuktian dengan keterangan sepakat untuk melakukannya dan hakim
saksi dalam kasus korupsi adalah hal menyetujui hal tersebut. Namun, hal
yang sangat penting guna membuat tersebut dilakukan dengan tidak
terang dan terselesaikannya kasus menyalahi aturan KUHAP. 11
tersebut.
Saksi yang melakukan telekonferensi,
Sebagai pedoman beracara perkara sebelumnya telah dilakukan penelitian
pidana di Indonesia, KUHAP tidak oleh jaksa penuntut umum dan/atau
mengenal bukti-bukti elektronik penasihat hukum bahwa ia tidak dapat
maupun ketentuan- ketentuan tentang datang ke ruang sidang dengan alasan
prosedur pemeriksaan saksi lewat yang logis yang dapat diterima oleh
sarana teknologi informasi hakim dan juga memerhatikan beberapa
(telekonferensi), seperti yang pernah alasan dilakukannya telekonferensi
terjadi dalam sidang perkara pidana seperti terkait jarak tempuh ke
dengan terdakwa Rahardi Ramelan di pengadilan yang memakan banyak
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang waktu, kepentingan pekerjaan saksi,
memeriksa saksi mantan Presiden memerhatikan anggaran yang
Indonesia B.J. Habibie dengan dikeluarkan, memerhatikan faktor
menggunakan telekonferensi. Prosedur kesehatan, dan saksi tidak ingin bertemu
pemeriksaan memakai sarana teknologi dengan tersangka atau terdakwa.
dengan cara telekonferensi tersebut,
baru pertama kali terjadi dan 1. Kaitan dengan alasan dilakukannya
diperaktekkan dalam sejarah peradilan pemeriksaan saksi dengan cara
Indonesia. 10 Supaya dapat diterapkan telekonferensi para pihak (hakim,
secara efektif diperlukan regulasi yang jaksa penuntut umum, penasihat
dapat memecahkan masalah hukum, dan saksi) harus memenuhi
pemeriksaan keterangan saksi secara beberapa syarat untuk
teleconference, karena sampai saat ini melakukannya, antara lain: :
Pemeriksaan saksi dengan cara
telekonferensi belum diatur dalam
10
Arsyad Sanusi, et. al. Analisis dan Evaluasi KUHAP, namun pelaksanaannya
Hukum Tentang Pemanfaatan Media Elektronik
(Teleconference) Untuk Pembuktian Dalam
11
Hukum Acara Pidana. Jakarta: Badan Hukum Berdasarkan hasil wawancara dengan Jaksa
Nasional Departemen Hukum dan HAM RI. Fungsional Tindak Pidana Khusus Kejaksaan
2003, hlm.3. Negeri Bandar Lampung, 8 Oktober 2018.
harus mengacu pada KUHAP waktu, dengan perubahan zaman
sebagaimana menurut hukum acara khususnya dalam teknologi,
pidana yang berlaku; pemeriksaan saksi dengan cara
telekonferensi dianggap relevan apabila
2. Tidak menyalahi aturan dalam digunakan saat ini. Namun, makna yang
KUHAP, pemeriksaan saksi terdapat dalam putusan tersebut
dengan cara telekonferensi dapat mengandung arti bahwa berita acara
dilakukan sepanjang telah sumpah atas keterangan saksi memiliki
memenuhi aturan dalam KUHAP kekuatan hukum yang sama dengan
tanpa menyalahi aturan yang ada; saksi yang datang ke persidangan.
Berkaitan dengan digunakannya media
3. Pelaksanaan pemeriksaan saksi elektronik sebagai alat untuk
dengan cara telekonferensi pemeriksaan saksi, dirasa hal tersebut
sebelumnya harus melalui sesuai dengan putusan Mahkamah
pertimbangan majelis hakim, jaksa Agung tersebut. Untuk itu, semakin
penuntut umum, penasihat hukum jelas bahwa pemeriksaan saksi dengan
dan saksi yang akan dimintai cara telekonferensi dapat digunakan
keterangannya; untuk setiap persidangan yang dirasa
4. Mempertimbangkan anggaran yang memerlukan hal tersebut termasuk
akan dikeluarkan selama persidangan perkara tindak pidana
pelaksanaan; korupsi.Menurut Erna Dewi
pelaksanaan pemeriksaan saksi dengan
5. Pertimbangan urgensi dari cara telekonferensi hanya bersifat
keterangan saksi untuk proses situasional sehingga dilakukan apabila
pembuktian; saksi benar-benar tidak dapat hadir ke
6. Memerhatikan kondisi saksi, ruang sidang dan hal tersebut adalah
pemeriksaan saksi dengan cara cara terakhir. Dengan kata lain, yang
telekonferensi dilakukan dalam diutamakan adalah saksi yang hadir ke
kondisi saksi tidak dapat hadir ke persidangan dan diperiksa langsung di
ruang sidang dengan suatu alasan ruang sidang dan pelaksanaan
tertentu yang dipandang logis oleh telekonferensi merupakan opsi
13
hakim. terakhir.

Terdapat beberapa peraturan Analisis penulis, pemeriksaan alat bukti


perundang-undangan yang berkaitan saksi dengan cara telekonferensi belum
dengan pemeriksaan saksi dengan cara mendapatkan perhatian lebih dalam
telekonferensi dalam persidangan tindak proses beracara perkara pidana di
pidana korupsi namun belum ada yang Indonesia terutama dalam pesidangan
mengatur secara spesifik mengenai hal tindak pidana korupsi. Hal ini ditandai
tersebut, sehingga pelaksanaannya tidak dengan belum diaturnya secara khusus
memiliki dasar hukum tersendiri. mengenai pengaturan dan tata cara
Praktek dunia peradilan telah
melakukan suatu terobosan tentang Sebagai Alat Bukti Dalam Perkara Pidana, Vol.
kehadiran saksi secara fisik di 5 No. 1, Magetan: Jurisprudence, Maret 2015,
hlm.29.
pengadilan, ada kalanya dapat 13
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dosen
dikesampingkan.12 Seiring berjalannya Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Lampung, 29 Oktober 2018.
12
Ruth Marina Damayanti Siregar, Lagalitas
Keterangan Saksi Melalui Teleconference
pelaksanaan pemeriksaan saksi dengan sehingga tidak hanya merugikan
menggunakan media elektronik terlebih keuangan negara, tetapi juga melanggar
lagi dengan cara telekonferensisehingga hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat
belum ada yang dapat dijadikan dasar secara luas, maka pemberantasan tindak
hukum pelaksanaan pemeriksaan saksi pidana korupsi perlu dilakukan dengan
dengan cara telekonferensi. Dengan cara yang luar biasa. Atas dasar itu,
demikian, pelaksanaan pemeriksaan penanggulangan tindak pidana korupsi
saksi dengan cara telekonferensi harus dilakukan dengan cara khusus,
tersebut dapat dilaksanakan apabila salah satunya adalah dengan prioritas
dipandang perlu oleh hakim dan penanganannya dibandingkan dengan
sepanjang tidak menyalahi aturan perkara lain bukan perkara korupsi.
beracara dalam KUHAP. Maka, dasar
pemberlakuannya sementara berada Pemeriksaan di sidang pengadilan
ditangan hakim. dalam perkara korupsi sama halnya
dengan persidangan perkara lainnya,
B. Kekuatan Hukum Pemeriksaan namun terdapat beberapa hal yang
Alat Bukti Saksi Dengan Cara membedakannya, ketentuan mengenai
Telekonferensi dalam pemeriksaan perkara tindak pidana
Persidangan Tindak Pidana korupsi di sidang pengadilan diatur
Korupsi dalam Bab VII Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002 mulai Pasal 53 sampai
Persidangan tindak pidana korupsi dengan pasal 62, hal tersebut dapat
merupakan perkara yang dijadikan terlihat dari proses beracara perkara
prioritas dalam beracara guna korupsi. Kekhususan yang tedapat
mempercepat penyelesaian perkaranya. dalam proses penyelesaian perkara
Hal tersebut diatur dalam Pasal 25 tindak pidana korupsi lainnya yaitu
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. peradilan in Absentia. Hal yang
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 melatarbelakangi dibentuknya peradilan
tentang Pemberantasan Tindak Pidana in absentia adalah maraknya tersangka
Korupsi yang menyebutkan bahwa
korupsi yang mangkir dari sidang tindak
penyidikan, penuntutan, dan pidana korupsi yang dihadapinya
pemeriksaan di sidang pengadilan dengan mempergunakan kelemahan
dalam perkara tindak korupsi harus undang-undang seperti alasan sakit
didahulukan dari perkara lain guna keras atau pikun atau alasan lain yang
penyelesaian secepatnya. dibuat-buat sehingga tidak hadir ke
Prioritas yang diberikan terhadap persidangan. Dengan tidak dapat
penyelesaian perkara tindak pidana dihadirkannya terdakwa di persidangan,
korupsi dikarenakan hal tersebut maka pemeriksaan terhadapnya tidak
berkaitan erat dengan implikasi yang dapat dilakukan dan akan berlarut-larut,
ditimbulkan oleh tindak pidana korupsi sehingga dengan perlahan-lahan hilang
yang tidak hanya aspek hukum dan dari perhatian masyarakat.Mansur
ekonomi, namun juga aspek sosial- Bustami menambahkan bahwa ketidak
budaya, politik dan hak asasi manusia. hadiran saksi ke ruang sidang dan
Dalam penjelasan umum Undang- dilaksanakan dengan cara telekonferensi
Undang No. 20 Tahun 2001 tentang tidak mengurangi beban pembuktian.
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Menurutnya, pembuktian tidak hanya
disebutkan bahwa korupsi di Indonesia didapat dari hasil pemeriksaan saksi
terjadi secara sistematik dan meluas
tetapi juga bisa didapat dari hal lain atau hanya sebagai sumber hukum
yang menurut hakim logis. 14 dalam arti formal. Indonesia juga tidak
mengenal asas precedent, dalam arti
Kekuatan hukum pemeriksaan alat bukti tidak mengenal asas stare decisis et
saksi dengan cara telekonferensi tidak quita non movere (yaitu suatu prinsip
terlepas dari adanya terobosan hukum hukum yang menyatakan bahwa
serta merupakan nilai-nilai hukum yang pengadilan yang lebih rendah harus
hidup di masyarakat berkaitan dengan mengikuti keputusan pengadilan yang
perkembangan teknologi informasi. lebih tinggi).
Keterangan melalui telekonferensi yang
dijadikan sebagai alat bukti oleh Majelis Dengan demikian, untuk
Hakim tidak terlepas dari peran hakim menggunakan/memanfaatkan media
yang mengijinkan (melalui telekonferensi dalam pemeriksaan di
penetapannya) untuk melaksanakan persidangan menjadi sah, majelis hakim
telekonferensi. Penetapan pelaksanaan perlu mengeluarkan penetapan secara
keterangan saksi melalui telekonferensi khusus untuk terlaksananya
merupakan kesadaran dari hakim untuk telekonferensi. Hal ini berarti bahwa
melakukan kewajibannya yang diatur proses pemberian kesaksian melalui
dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor telekonferensi ini tidak dapat secara
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan otomatis digunakan sebagai peraturan
Kehakiman untuk melihat dan menggali yang langsung dapat diterapkan.
perkembangan nilai-nilai hukum yang
ada di masyarakat yang berkaitan III. PENUTUP
dengan teknologi informasi di bidang
hukum, khususnya dalam menghadirkan A. Kesimpulan
seorang saksi di sidang pengadilan
pidana melalui telekonferensi. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan,
Merujuk pada penetapan yang kesimpulan dalam penelitian ini adalah
memberikan ijin bagi saksi dalam sebagai berikut:
memberikan keterangannya melalui
media telekonferensi masuk ke dalam 1. Dasar penggunaan telekonferensi
kualifikasi alat bukti, khususnya sebagai dalam pemeriksaan alat bukti saksi
alat bukti keterangan saksi dipandang di persidangan perkara tindak
sebagai terobosan hukum karena pidana korupsi dapat dilihat dari
penggunaan teknologi ini belum diatur berbagai jenis peraturan perundang-
dalam KUHAP melainkan hanya diatur undangan yang berkaitan antara lain
secara tersamar dalam undang-undang Undang-Undang Nomor 11 Tahun
yang secara lex specialist mengatur 2008 tentang Informasi Dan
mengenai perkembangan alat bukti, Transaksi Elektronik, Undang-
sedangkan ketentuan yang secara tegas Undang Nomor 20 Tahun 2001
mengatur mengenai telekonferensi tentang Perubahan Atas Undang-
terdapat dalam yurisprudensi. Di Undang Nomor 31 Tahun 1999
Indonesia sendiri yurisprundesi tentang Pemberantasan Tindak
tersebut bersifat persuasive precedent Pidana Korupsi, . Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi Dan Korban,
14
Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Undang-Undang Nomor 46 Tahun
Pengadilan Negeri Tanjung Karang Kelas I A, 2009 tentang Pengadilan Tindak
23 Oktober 2018.
Pidana Korupsi, Putusan Mahkamah sederhana tanpa mengurangi
Agung No. 112 PK/Pid/2006, dan dan/atau menyalahi aturan beracara
Putusan Mahkamah Agung RI yang berlaku serta memiliki
Nomor 661K/Pid/1988.
kepastian hukum; atau dapat juga
Berbagai peraturan perundang- dimasukkan dalam Rancangan
undanganyang telah dijabarkan di atas, Undang-Undang Kitab Undang-
belum ada yang dapat dijadikan dasar Undang Hukum Acara Pidana.
hukum pelaksanaan pemeriksaan saksi
dengan cara telekonferensi. Dengan 2. Kepada Hakim pemeriksa perkara
demikian, pelaksanaan pemeriksaan pidana khususnya perkara tindak
saksi dengan cara telekonferensi pidana korupsi, dalam memeriksa
tersebut dapat dilaksanakan berdasar saksi kedepannya diharapkan dapat
pada apabila dipandang perlu oleh
memeriksa saksi yang tidak dapat
hakim dan sepanjang tidak menyalahi
aturan beracara dalam KUHAP. hadir ke ruang sidang dengan cara
telekonferensi sesuai tata
2. Untuk menggunakan/memanfaatkan pelaksanaan dan persyaratan yang
media telekonferensi dalam berlaku guna memperlancar
pemeriksaan di persidangan menjadi jalannya sidang serta efektivitas
sah, majelis hakim perlu
penyelesaian perkara. Sehingga
mengeluarkan penetapan secara
khusus untuk terlaksananya peradilan kedepannya lebih
telekonferensi. Hal ini berarti bahwa mengarah ke era digital dan
proses pemberian kesaksian melalui didukung pula dengan anggaran
telekonferensi ini tidak dapat secara pelaksanaan yang memadai.
otomatis digunakan sebagai
peraturan yang langsung dapat DAFTAR PUSTAKA
diterapkan.
Andrisman, Tri, 2010, Hukum Acara
B. Saran Pidana, Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Saran yang dapat saya ajukan dalam
penelitian ini ialah: Sanusi, Arsyad, et. al.. 2003, Analisis
dan Evaluasi Hukum Tentang
1. Kepada Pembuat Peraturan Pemanfaatan Media Elektronik
perundang-undangan baik legislatif (Teleconference) Untuk
maupun eksekutif, sebaiknya Pembuktian Dalam Hukum
membuat peraturan yang lebih Acara Pidana. Jakarta: Badan
Hukum Nasional Departemen
sesuai dengan perkembangan zaman
Hukum dan HAM RI.
salah satunya dengan penggunaan
media elektronik (telekonferensi) Siregar, Ruth Marina Damayanti, 2015,
sehingga proses pemeriksaan saksi Lagalitas Keterangan Saksi
dalam persidangan tindak pidana Melalui Teleconference Sebagai
terutama perkara tindak pidana Alat Bukti Dalam Perkara
korupsi dapat dilaksanakan dengan Pidana, Vol. 5 No. 1, Magetan:
Jurisprudence.
mudah, biaya murah, dan lebih
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999


tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009
tentang Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi.
https://id.wikipedia.org/wiki/Telekonfer
ensi.

Anda mungkin juga menyukai