Anda di halaman 1dari 2

Abstrak : Sistem pembuktian adalah pengaturan tentang macam-macam alat bukti yang

boleh dipergunakan. Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang
didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam hal ini pun hak asasi
manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika seseorang yang didakwa dinyatakan
terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan berdasarkan alat bukti yang ada disertai
keyakinan hakim, padahal tidak benar. Untuk inilah maka hukum acara pidana bertujuan
untuk mencari kebenaran materiil, berbeda dengan hukum acara perdata yang cukup puas
dengan kebenaran formal. Sistem pembuktian dalam perkara pidana di Indonesia adalah
sistem pembuktian berdasarkan undangundang secara positif maupun negatif dimana
pembuktian harus didasarkan pada undang-undang (Pasal 183 KUHAP) yakni dengan
sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Kata kunci: pembuktian, acara pidana

Pendahuluan
Pembuktian berperan penting dalam persidangan di pengadilan karena menentukan
terbuktinya unsur-unsur yang dipermasalahkan, baik tindak pidana, perdata, maupun tata
usaha negara yang secara operasional bergantung pada jenis alat bukti yang diberlakukan di
pengadilan. Tujuan pembuktian adalah untuk mencari dan menempatkan kebenaran materiil
yang dilakukan demi kepentingan hakim dalam memutuskan perkara tentang kejadian yang
konkret. Meskipun hakim tidak melihat langsung, pembuktian tersebut dapat
menggambarkan peristiwa yang sebenarnya sehingga hal tersebut dapat memberikan
keputusan yang tepat demi tegaknya hukum. Oleh karena itu, pembuktian merupakan proses
utama dalam mencari dan menentukan kebenaran terhadap seseorang yang dipersangkakan
melakukan kejahatan atau pelanggaran karena dalam pembuktian kedua belah pihak
mendapatkan kesempatan untuk saling membuktikan kebenarannya.1
Pasal 183 KUHAP menentukan, Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seorang kecuali apabila dengan sekuangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang
bersalah melakukannya.2
Pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan dalam proses pemeriksaan
di sidang pengadilan. Dengan pembuktian inilah ditentukan nasib terdakwa. Apabila hasil
pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan undangundang tidak cukup membuktikan
kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, maka terdakwa harus dibebaskan dari
hukuman. Sebaliknya manakala kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti
yang disebut dalam Pasal 184 KUHAP, terdakwa harus dinyatakan bersalah dan selanjutnya
dijatuhi hukuman3.
Dan dalam Hukum acara pidana juga bertujuan untuk mencari dan mendapatkan atau
setidak tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya
dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan
1
Prasetyo, R.E.(2015), Hukum Acara Pidana, Bandung. C.V Pustaka setia
2
Anonim, KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 271.
3
Anonim, KUHAP dan KUHP,….. hal. 271.
tepat untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran
hukum dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menentukan
apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah yang didakwa itu
dapat dipersalahkan.
Maka dari itu, Teori dalam Putusan pengadilan ini merupakan aspek penting dan
diperlukan untuk menyelesaikan perkara pidana melalui pembuktian. Melalui putusan
pengadilan di satu pihak, terdakwa memperoleh kepastian hukum dan dilain pihak. Putusan
pengadilan merupakan pencerminan nilainilai keadilan, kebenaran hakiki dan hak asasi
manusia. Begitu penting dan kompleksnya pembuktian dan putusan pengadilan dalam acara
pidana, sehingga menarik untuk dibahas.

Metodologi
Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa metode penelitian dan teknik
pengolahan data dalam karya ilmiah ini. Seperti yang diketahui bahwa dalam penelitian
setidak-tidaknya dikenal beberapa alat pengumpul data seperti, studi dokumen atau bahan
pustaka, pengamatan atau observasi, Oleh karena ruang lingkup penelitian ini adalah pada
disiplin Ilmu Hukum, khususnya Hukum Pidana maka penelitian ini merupakan bagian dari
penelitian hukum yakni dengan cara meneliti bahan pustaka yang dinamakan penelitian
hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.

Anda mungkin juga menyukai