BAB I
PENDAHULUAN
Dalam hukum positif, alat bukti dan barang bukti merupakan dua hal yang
berbeda. Dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) disebutkan bahwa alat bukti yang sah adalah: keterangan saksi,
pembuktian hukum acara pidana yang menganut stelsel negatief wettelijk, hanya
alat-alat bukti yang sah menurut undang- undang yang dapat dipergunakan untuk
pembuktian.1
jelas tentang apa yang dimaksud dengan barang bukti. Namun dalam Pasal 39 ayat
(1) KUHAP disebutkan mengenai apa- apa saja yang dapat disita, yaitu:
a) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian
diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
pidana;
1
Martiman Prodjohamidjojo, 2007 Sistem Pembuktian dan Alat-alat Bukti, Yogyakarta: Judistira, hal. 19
2
e) Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan.
Atau dengan kata lain benda-benda yang dapat disita seperti yang disebutkan
dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP dapat disebut sebagai barang bukti.
Alat bukti dalam bahasa belanda disebut dengan bewijsmiddelen yang berarti
hukum. Alat bukti yaitu segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu
suatu tindak pidana yang telah dilakukan terdakwa.2 Hal ini berarti bahwa di luar
dari ketentuan tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah.
Sedangkan alat bukti yang sah adalah alat-alat yang ada hubungannya dengan
suatu tindak pidana, diaman alat-alat tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan
pembuktian, guna menimbulkan keyakinan bagi hakim atas kebenaran adanya suatu
tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa. Berbeda dengan barang bukti
yang tidak disebutkan atau dijelaskan secara speseifik didalam KUHAP, namun
dalam pasal 39 KUHAP menyebutkan barang-barang yang disita atau barang yang
dipergunakan untuk tindak pidana dapat dijadikan pengertian barang bukti. Barang
hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu
2
Eddy O.S. Hiariej, 2012 Teori dan Hukum Pembuktian. Jakarta: Erlangga, hal. 17
3
kasus ini pun hak asasi manusia sangat dipertaruhkan karena jika seseorang yang
alat bukti yang disertai keyakinan hakim, padahal itu tidak benar, maka dalam
hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materiil, berbeda dengan
hukum acara perdata yang cukup dengan kebenaran formal. Adapun pembuktian
adalah penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum kepada hakim yang
penting adalah bukti visum yang merupakan salah satu dasar sebagai pembuktian
bahwa telah teradi suatu tidak pidana. Berdasarkan pembuktian ini mejadi alasan
bagi hakim dalam menjatuhkan suatu putusan dengan minimal dua alat bukti, sebab
visum merupakan salah satu alat bukti berbentuk surat. Meskipun banyak perkara
ini yang telah diputus oleh Pengadilan, akan tetapi hukumannya terkadang belum
oleh korban.
membahayaka salah satunya adalah predator sex. Tindak pidana pemerkosaan ini
3
Andi Hamzah, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua. enerbit Sinar Grafika, Jakarta, hal. 249
4
tidak hanya terjadi di kota-kota besar yang relatif lebih maju kebudayaan dan
kesadaran atau pengetahuan hukumnya, tapi juga terjadi di pedesaan yang relatif
minimal menggunakan 2 alat bukti dan memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Adapun alat
bukti yang dimaksud dalam Pasal 183 KUHAP itu tetap mengacu terhadap
ketentuan Pasal 184 KUHAP yang berisikan 5 (lima) macam alat bukti yaitu
Dari kelima macam alat bukti tersebut, yang perlu diterangkan adalah alat bukti
yang berupa “keterangan ahli”. Sebagaimana telah diterangkan, maka dalam ilmu
kedokteran forensik dikenal bukti-bukti selain saksi hidup (saksi mata), juga bukti-
bukti fisik. Untuk mengetahui dan mempelajari hubungan antara bukti fisik dengan
suatu kasus tindak pidana, diperlukan ahli (pakar) dalam bidang tersebut.4
Keterangan ahli yang dimaksud ini yaitu keterangan dari dokter yang dapat
membantu penyidik dalam memberikan bukti berupa keterangan medis yang sah
yang dimaksudkan tersebut dituangkan secara tertulis dalam bentuk surat hasil
4
Soeparmono, 2016 keterangan ahli & visum Et Repertum dalam aspek hukum acara pidana, Mandar Maju,
Bandung hal.57
5
dokter yang telah disumpah tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada barang
bukti yang diperiksanya serta memuat pula kesimpulan dari pemeriksaan tersebut
kekeliruan dalam penjatuhan pidana terhadap diri seseorang, hal ini sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
pidana, kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah menurut
bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya.5
malu bahkan ada yang melaporkannya setelah berbulan-bulan dan dalam keadaan
hamil. Cara mengungkap suatu kasus pencabulan pada tahap penyidikan akan
Tindak pidana pencabulan tidak hanya sulit dalam perumusannya saja, tetapi
kesulitan utama yang sering muncul adalah soal pembuktian diakui atau tidak, baik
5
undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman
6
Tolib Setiady,2009, Pokok-Pokok Ilmu Kedokteran Kehakiman,Alfabeta, Bandung, hal.10
6
tergantung pada sejauh mana penyidik dan penuntut umum mampu menunjukkan
materiil. Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai usaha yang dilakukan oleh
tugasnya dapat meminta bantuan kepada ahli dalam bidang yang tidak dikuasai
oleh penyidik. Salah satu bantuan itu dapat diperoleh dari keterangan saksi dan
keterangan ahli yang memang digunakan sebagai alat bukti dalam mengungkap
suatu kasus atau tindak pidana sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 184 Undang-
Undang nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) terkait
kebenaran atas suatu peristiwa, sehingga dari peristiwa tersebut dapat diperoleh
kebenaran yang dapat diterima oleh akal. Pembuktian mengandung arti bahwa
benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan terdakwa lah yang bersalah
terdakwa.7
untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi
berbagai bentuk perilaku orang dewasa yang melanggar hak-hak anak di Indonesia
dalam rangka pemenuhan hak-hak anak dalam bentuk perlindungan hukum yang
meliputi hak atas kelangsungan hidup, hak untuk berkembang, hak atas
7
Martiman Prodjohamidjojo, 1984, Komentar atas KUHAP: Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
Pradnya Paramitha. Jakarta, hal 11.
8
Sudikno Mertokusumo. 2012. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty, hal 207.
8
diskriminasi.
Tindak pidana pencabulan terhadap anak diatur dalam Pasal 81 ayat (2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan
kualitas perbuatannya. Dari kuantitas kejahatan pencabulan, hal ini dapat dilihat
dengan semakin banyak media cetak maupun televisi yang memuat dan
Sejak mulai saat penyidikan, dalam banyak hal tentang kasus kejahatan tidak
seksual dengan mudah dapat ditanggulangi begitu saja oleh pihak kepolisian RI
(penyidik), maka untuk mengungkap fakta fakta tersebut diperlukan ketiga ilmu
pengetahuan itu yang merupakan bagian dari kriminalistik. Banyak dijumpai kasus
dipergunakan. Salah satu dari sekian banyak upaya dan sarana yang dilakukan oleh
para dokter, ahli atau dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik) dalam
membantu menjernihkan suatu perkara pidana dari salah datu aspeknya adalah apa
9
yang disebut visum et repertum, yaitu yang dikenal dalam bidang ilmu kedokteran
forensik.9
Visum et repertum sebagai salah satu aspek peranan ahli dan/atau asalah satu
aspek keterangan ahli, maka keterkaitan antara keduanya tidak dapat dipisahkan.
Keterangan ahli yang tertuang dalam suatu laporan hasil pemeriksaan adalah
perwujudan hasil-hasil yang dibuat berdasarkan atas ilmu dan teknik serta
keterangan seorang dokter atau tenaga ahli lainnya yang sejenis yang berisi
kesimpulan suatu pemeriksaan yang telah dilakukannya sesuai dengan profesi dan
keparahan luka atau berat ringannya suatu luka sangat krusial dan signifikan.
Kesalahan dalam pembuatan Visum et repertum sebagai alat bukti sama halnya
9
R. Soeparmono. 2002. Keterangan Ahli Visum et repertum dalam Aspek Hukum Acara Pidana. Bandung:
Mandar Maju, hal 17.
10
Sudarsono. 2007. Kamus Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, hal 570.
10
kasus ini pun hak asasi manusia sangat dipertaruhkan karena jika seseorang yang
alat bukti yang disertai keyakinan hakim, padahal itu tidak benar, maka dalam
hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materiil, berbeda dengan
hukum acara perdata yang cukup dengan kebenaran formal. Adapun pembuktian
adalah penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum kepada hakim yang
tentang kebenaran atas suatu peristiwa, sehingga dari peristiwa tersebut dapat
diperoleh kebenaran yang dapat diterima oleh akal. Pembuktian mengandung arti
bahwa benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan terdakwa lah yang bersalah
terdakwa.11
utama pada tindak pidana perkosaan, oleh karena itu, penulis memilih judul : “
11
Martiman Prodjohamidjojo, 1984 Komentar atas KUHAP: Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
Pradnya Paramitha , Jakarta, hal 11.
11
Anak/2022/PN. Rap)
Dengan hal-hal yang diuraikan dalam latar belakang masalah maka dapat
Nomor 6/Pid.Sus/2022/PN.Rap ?
kekurangan mental ?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
sumbangan ilmiah dan dapat dijadikan bahan referensi baik oleh siswa,
Derajat Strata Satu (S-1) Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Labuhanbatu.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Forensik, biasanya dikenal dengan nama “Visum”. Visum berasal dari bahasa
Latin, bentuk tunggalnya adalah “visa”. Dipandang dari arti etimologi atau tata
bahasa, kata “visum” atau “visa” berarti tanda melihat atau melihat yang artinya
penandatanganan dari barang bukti tentang segala sesuatu hal yang ditemukan,
disetujui, dan disahkan, sedangkan “Repertum” berarti melapor yang artinya apa
yang telah didapat dari pemeriksaan dokter terhadap korban. Secara etimologi
Mengenai disiplin ilmu ini, dimana sebelumnya dikenal dengan Ilmu Kedokteran
pidana maupun dalam perkara lain (perdata). Tujuan serta kewajiban Ilmu
12
H.M.Soedjatmiko,2001 Ilmu Kedokteran Forensik, Malang: Fakultas Kedokteran UNIBRAW Malang, hal.1
14
dalam menghadapi kasus-kasus perkara yang hanya dapat dipecahkan dengan ilmu
pengetahuan kedokteran.13
dalam sebuah Visum et Repertum sangat diperlukan oleh seorang hakim dalam
membuat sebuah keputusan dalam sebuah persidangan. Hal ini mengingat, seorang
ilmu-ilmu yang berhubungan dengan kedokteran forensik ini.Dalam hal ini, hasil
pemeriksaan dan laporan tertulis ini akan digunakan sebagai petunjuk sebagaimana
yang dimaksud pada pasal 184 KUHAP tentang alat bukti. Artinya, hasil Visum
et Repertum ini bukan saja sebagai petunjuk dalam hal membuat terang suatu
a. Visum et repertum untuk orang hidup. Jenis ini dibedakan lagi dalam
lanjut.
13
R. Atang Ranoemihardja,1983 Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic Science), Edisi kedua Bandung: Tarsito,
hal. 10
14
Undang undang KUHAP pasal 184
15
Njowito Hamdani, 1992, Ilmu Kedokteran Kehakiman, jakarta: Gramedia Pustaka Tama,,hal. 26
15
et repertum lanjutan.
perawatan lebih lanjut karena sudah sembuh, pindah dirawat dokter lain,
repertum ini, dalam hal korban mati maka penyidik mengajukan permintaan
(outopsi).
d. Visum et repertum penggalian jenazah. Visum ini dibuat setelah dokter selesai
e. Visum et repertum psikiatri yaitu visum pada terdakwa yang pada saat
f. Visum et repertum barang bukti, misalnya visum terhadap barang bukti yang
Dalam penulisan skripsi ini, visum et repertum yang dimaksud adalah visum
et repertum untuk orang hidup, khususnya yang dibuat oleh dokter berdasarkan
1. Pada sudut kiri atas dituliskan “PRO YUSTISIA”, artinya bahwa isi visum
repertum tersebut.
repertum ini dibuat atas sumpah dan janji pada waktu menerima jabatan
7. Di sebelah kanan bawah diberikan Nama dan Tanda Tangan serta Cap
dokter pemeriksa.16
Ciri khas yang terdapat dalam visum et repertum adalah adanya kata pro
justitia di sudut sebelah kiri atas, yang merupakan persyaratan yuridis sebagai
yang dilihat dan diketemukan oleh dokter pada saat melakukan pemeriksaan,
diuraikan pula hubungan kausal antara kondisi tubuh yang diperiksa dengan
segala akibatnya,
16
Wordpress,dewi37lovelight, Peranan Visum Et Repertum Dalam Penyidikan Di Indonesia Beserta Hambatan
Yang Ditimbulkan,dewi37lovelight.wordpress.com, Diakses Pada 18 mei 2022
18
hal berikut :
atau setidaknya patut disangka sebagai korban tindak pidana. Dokter yang
korban, tersangka dan juga barang bukti kepada dokter ahli kedokteran
dokter ahli kehakiman merupakan peristiwa di dalam lalu lintas hukum, oleh
Menurut rumusan para ahli hukum dari terjemahan strafbaar feit yaitu suatu
dipertanggungjawabkan.
19
bahwa: Delik sebagai suatu perbuatan atau pengabaian yang melawan hukum yang
dipertanggungjawabkan.17
Pembuktian secara etimologi berasal dari kata “bukti” yang berarti sesuatu
yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. Kata “bukti” jika mendapat awalan
“pe” dan akhiran “an” maka berarti “proses”, “perbuatan”, “cara membuktikan”,
pembuktian adalah suatu daya upaya para pihak yang berperkara untuk
Dengan demikian, agar suatu alat buktidapat diterima di Pengadilan, alat bukti
tersebut haruslah relavan dengan yang akan dibuktikan. Jika alat bukti tersebut
tidak relavan, pengadilan harus menolak bukti semacam itu karena menerima bukti
yang tidak relaavan akan membawa resiko tertentu bagi proses pencarian keadilan
yaitu :19
perlu
17
Andi ZainalAbidin Farid, 1987,Asas-Asas Hukum Pidana Bagian Pertama, Bandung: Alumni, hal.33
18
Abdul Manan,2008 Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, cet. V, Jakarta:
kencana, hal. 227
19
Dr. Munir Fuady,S.H.,M.H, 2007,Teori Hukum Pembuktian Pidana dan Perdata Bandung : PT. citra aditya
bakti hal.25
20
sebenarnya besar
Oleh karena itu sangatlah penting bagi Hakim dalm proses peradilan untuk
mengetahui dan cepat memutuskan apakah suatu alat bukti relevan atautidak
Terdapat bagian yang juga tidak kalah pentingnya dalam hukum pembuktian yaitu
menjerumuskan pihak yang menerima beban yang terlampaui berat, dalam jurang
alasan bagi Mahkamah Agung untuk membatalkan putusan hakim atau pengadilan
yang bersangkutan.20
Dasar hukum pembuktian dalam hukum positif tercantum pada pasal 163 HIR,
pasal 283 RBg, dan pasal 1865 BW. Bunyi ketiga pasal tersebut pada hakikatnya
perbuatan untuk menguatkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain,
maka orang itu harus membuktikan adanya hak atau adanya kejadian itu”
20
Subekti,2008, Hukum Pembuktian,PT.Pradya Paramita, Jakarta, hal. 15
21
Perlunya pembuktian ini agar manusia tidak semaunya saja menuduh orang lain
ini akan mengurungkan gugatan orang- orang yang dusta, lemah dan gugatan
yang asal gugat. Oleh karena itu, Imam Malik sebagai fuqaha’ tidak
secara lahiriyah.
suatu perkara pencabulan tetapi dengan adanya bukti dari pihak kedokteran rumah
sakit dengan mengeluarkan hasil visum et repertum sebagai salah satu alat bukti
berikut:21
1. Faktor Korban
terbatas atau kalaupun terbuka hanya sedikit orang yang mau dijadikan saksi
21
Journal of Lex Generalis (JLG) Kekuatan Pembuktian Visum Et Repertum (Wahyuningsih, Thalib &
Hambali) hal. 12 diakses 02 juni 2022 pkl. 14.35
22
mengakibatkan kerugian bagi korban dari pada si pelaku, bahkan tidak jarang
karena tekanan tertentu. Akan tetapi dari sisi kaadilan korban harus
bukti lainnya agar dicapai kebenaran materiil yang sejati dalarn pemeriksaan
pencabulan.
(Conviction In Time)
ini terletak pada terlalu banyak memberikan kepercayaan kepada hakim, kepada
22
Andi Hamzah, 1985, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta:Ghana Indonesia, hal. 241
23
b. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Atas Alasan yang
dilandasi oleh “reasoning” atau alasan-alasan dan alasan itu sendiri harus
“reasonable” yakni berdasarkan alasan-alasan yang dapat diterima oleh akal dan
theode).
dan alat bukti yang sah menurut undang-undang, maka terdakwa tersebut bisa
dinyatakan bersalah dan harus dipidana. Kebaikan sistem pembuktian ini, yakni
nuraninya sehingga benar-benar obyektif karena menurut cara-cara dan alat bukti
Sistem pembuktian positif yang dicari adalah kebenaran format, oleh karena itu
terdakwa sebagai objek pemeriksaan belaka dalam hal ini hakim hanya
23
Munir Fuady, 2006, Teori Hukum Pembuktian: Pidana dan Perdata, Bandung : Citra Aditya, hal. 56
24
wettelijk).
sedikit-dikitnya alat-alat bukti yang telah di tentukan undang undang itu ada,
ditambah dengan keyakinan hakim yang didapat dari adanya alat-alat bukti itu.
kurangnya dua alat bukti yang sah serta memperoleh keyakinan bahwa suatu
melakukannya".
undang sedangkan negatif, artinya bahwa walaupun dalam suatu perkara terdapat
terdakwa.24
24
M. Yahya Harahap. 2006. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: Edisi Kedua, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 319
25
mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang
dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum
yang konkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah
diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat
masyarakat.25
sudut pandang, yaitu sudut teoritis; dan sudut Undang-Undang. Teoritis artinya
berdasarkan pendapat para ahli hukum, yang tercermin pada bunyi rumusannya
25
Ilyas, Amir, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana Memahami Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana
sabagai Syarat Pemidanaan, Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP-Indonesia, Yogyakarta, hal: 18
26
Adami Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana 1. PT Raja Grafindo Persada, hal:79
26
tindak pidana oleh teoritisi yang telah dibicarakan di muka, yaitu: Moelijatno,
Chazawi, 2002: 79), unsur tindak pidana adalah perbuatan, yang dilarang
(oleh aturan hukum) dan ancaman pidana (bagi yang melanggar larangan).
yang masuk dalam kelompok kejahatan, dan Buku III memuat pelanggaran.
Ternyata ada unsur yang selalu disebutkan dalam setiap rumusan, yaitu
3. Unsur kesalahan;
Dari 11 unsur itu, di antaranya dua unsur, yaitu kesalahan dan melawan
wujud perbuatan, baik yang dilakukan pada diri sendiri maupun dilakukan pada
orang lain mengenai dan yang berhubungan dengan alat kelamin atau bagian tubuh
keji, semuanya itu dalam lingkungan nafsu birahi kelamin, misalnya: Cium-
lain;
27
Pasal 362 KUHP (kitap undang undang hokum pidana)
28
Adami Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana 1. PT Raja Grafindo Persada, hal:80
28
antara anggota kemaluan laki-laki dan perempuan yang biasa dijalankan untuk
mendapatkan anak, jadi anggota kemaluan laki-laki harus masuk ke dalam anggota
kemaluan perempuan, sehingga mengeluarkan air mani, sesuai dengan Arriest Hoge
disimpulkan bahwa suatu tindakan dapat dikatakan suatu persetubuhan jika alat
dan perempuan, yang pada umumnya dapat menimbulkan kehamilan. Tidak perlu
“bersetubuh” pada saat ini diartikan bahwa penis telah penestrasi ke vagina30
pengeluaran air mani dari penis laki-laki yang dapat menyebabkan kehamilan.
Dengan demikian terlihat jelas perbedaan antara pencabulan dan persetubuhan yaitu
29
R. Soesilo,2009, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Peraturan Umum dan Delik-Delik Khusus, Bogor, hal:209
30
Leden Marpaung. 2008. Asas-Teori-Paktek Hukum Pidana. Sinar Grafika, Jakarta, hal:53
29
kehamilan sehingga jika salah satu syarat tidak terpenuhi maka bukan dikategorikan
sebagai suatu persetubuhan melainkan perbuatan cabul. Selain itu perbuatan cabul
cabul. Ketentuan mengenai perbuatan cabul diatur dalam Pasal 289 KUHP sebagai
berikut:31
Apabila rumusan Pasal 289 KUHP tersebut dirinci, akan terlihat unsur
perbuatan yang ditujukan pada orang lain dengan menekan kehendak orang lain
31
Pasal 289 KUHP
30
yang bertentangan dengan kehendak orang lain itu agar orang lain tadi menerima
kekerasan sebagai setiap perbuatan yang dilakukan dengan kekuatan badan yang
agak hebat. Berdasarkan beberapa pendapat dari pakar di atas dapat disimpulkan
bahwa kekerasan merupakan setiap perbuatan yang ditujukan pada orang lain
2.4 Proses Pembuktian Tindak Pidana Pencabulan Dalam Tindak Pidana Pencabulan
itu, penyidik dapat melakukan serangkaian tindakan penyidikan untuk mencari serta
mengumpulkan bukti-bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi guna menenmukan tersangkanya sesuai dengan ketentuan Pasal
harus benar-benar sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya selaku penyidik dan
32
Adami Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana 1. PT Raja Grafindo Persada, hal:78
33
Leden Marpaung. 2008. Asas-Teori-Paktek Hukum Pidana. Sinar Grafika, Jakarta, hal:52
31
pidana.
Tindak pidana pencabulan pada pokoknya merupakan delik biasa, akan tetapi
masyarakat atau orang tua korban itu sendiri. Kejahatan kesusilaan secara khusus
terdapat dalam Pasal-pasal KUHP yaitu Pasal 284 (perzinahan), Pasal 287
(bersetubuh dengan perempuan yang belum cukup umur 15 tahun), dan Pasal 293
(pencabulan terhadap orang yang belum dewasa) mensyaratkan delik aduan absolut.
Terlebih khusus Pasal 287 dan Pasal 293 KUHP, kedua pasal ini terkait dengan
pencabulan terhadap anak dibawah umur. Pasal 287 dan 293 pada ayat (2)
menegaskan bahwa penuntutan untuk pasal ini hanya dilakukan jika ada pengaduan.
Berdasarkan hal tersebut, selain di KUHP, delik pencabulan anak juga diatur
cabul.
76E dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
32
Undang-Undang Perlindungan Anak bukan merupakan delik aduan. Hal ini dapat
ini termasuk dalam delik biasa ( gewone delic). Konsekuensi dari delik biasa, yaitu
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini diteliti mengenai salah
melaporkan terduga pelaku cabul, yang berinisial MMS usia 15 tahun yang
melakukan tindak pidana perbuatan cabul terhadap perempuan tidak berdaya, yang
beralamat di Dusun Tapian Nauli Desa Perbaungan Kec. Kualuh Hulu Kab.
(UPPA) Sat Reskrim Polres Labuhanbatu. Kanit PPA Polres Labuhanbatu pada saat
Dijelaskan dari keterangan ibu kandung korban, yang berinisial RS warga Dusun
34
Beni Harefa, “Delik Pencabulan Anak Bukan Delik Aduan”, melalui www.beniharmoniharefa.blogspot.co.id,
diakses Senin, 06 juni 2022, Pukul 13.00 wib.
33
tindak pidana cabul pada hari selasa, 08 maret 2022 pukul 10.00 wib.35
Pada hari Selasa, tanggal 08 maret 2022, korban sedang berada di dalam
rumahnya seorang diri, pada saati itu orang tua korban sedang pergi ke lading untuk
menyuruhnya cepat pulang kerumah karena anaknya telah diperkosa oleh terlapor,
kemudian orang tua korban bergegas untuk pulang kerumah dan setibanya dirumah
melihat anaknya sudah menangis akibat kejian tersebut, orng tua dan sejumlah
(SPKT) atau Unit Perlindunagn Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Labuhanbatu
Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap tempat dimana diduga telah
karena di tempat ini merupakan sumber keterangan yang penting dan bukti-
35
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
36
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
37
Tasya Makalew, “Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan Cara Penanganannya”, melalui
www.tasyamakalewtm.blogspot.co.id, diakses Rabu, 15 Juni, Pukul 13.00 wib.
34
pengolahan TKP;
saksi, barang bukti, modus operandi dan alat yang dipergunakan dalam
Kriminalistik terkemuka, bahwa TKP tidak lain adalah babak terakhir dari
38
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
35
mencari tersangka dan atau barang yang tersangkut dalam suatu tindak
KUHAP);
benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta untuk
pada saat itu termasuk barang yang dibawanya serta untuk mencari
3. Tahap Penyidikan
tindak pidana dalam suatu peristiwa. Ketika diketahui ada tindak pidana
39
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
36
bukti”.
Tahap penindakan dalam artian bahwa dalam tahap ini penyidik dapat
melakukan tindakan hukum yaitu upaya paksa. Hal penting yang dapat
dilakukan oleh pihak penyidik dalam tahap ini ialah penyidik dapat
dengan barang bukti yang dapat disita secara langsung dari tersangka.
data yang diperoleh. Sedangkan informasi atau data yang dilakukan untuk
40
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
37
kejadian agar bukti-bukti tidak hilang atau menjadi kabur. Hal ini terutama
dimaksudkan agar sidik jari begitu pula bukti-bukti yang lain tidak hapus
atau hilang. Berdasarkan hal tersebut, sebagai bahan bukti, perlu keadaan
penyidik memberitahukan hal itu kepada Penuntut Umum (Vide Pasal 109
dilampiri: laporan polisi, resume BAP saksi, resume BAP tersangka, berita
4. Tahap Pemeriksaan
dimaksud dalam Pasal 120 ayat (2) KUHAP menyebutkan bahwa: “ia akan
41
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
38
pidana).
memiliki harkat martabat. Dia harus dinilai sebagai subjek, bukan sebagai
Tugas dari seorang dokter atau seorang dokter ahli di dalam membantu
aparat penegak hukum adalah sebagai salah satu tugas yang mewajibkannya
dalam tugas memeriksa luka-luka pada kemaluan serta pada tubuh korban
42
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
39
tersebut, baik yang menimbulkan akibat luka pada tubuh, atau yang
2.5 Upaya Penegak Hukum Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pencabulan Pada
Tahap Penyidikan
sesuai dengan Pasal 285 KUHP. Upaya kedokteran forensik dalam membantu
menjernihkan dan membuat terang suatu kasus pencabulan yaitu dengan membuat
sendiri.
43
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
44
Arsyadi. Fungsi dan Kedudukan Visum Et Repertum Dalam Perkara Pidana. Dalam Jurnal Ilmu Hukum
Legal Opinion. Edisi 2, Volume 2, Tahun 2014, hal 60.
40
pengaduan yang diterima, oleh penyidik kemudian dibuatkan Laporan Polisi yaitu
laporan tertulis yang dibuat oleh petugas Polri tentang adanya pemberitahuan yang
bahwa telah atau sedang terjadi peristiwa pidana. Setelah dibuat Laporan Polisi
pengaduan tindak pidana pencabulan agar keadaan korban tidak begitu banyak
dengan korban, tersangka dan juga barang bukti kepada dokter ahli
kedokteran kehakiman.
45
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
46
“Visum et repertum” melalui www.sutanmajolelo.blogspot.co.id, diakses Jumat, 17 Juni 2022, Pukul 12.10wib.
41
Mengenai hasil pemeriksaan terhadap korban pencabulan yang ada pada hasil
kekerasan, dalam hal ini agar dapat ditemukan bukti-bukti adanya kekerasan
terangnya suatu tindak pidana, upaya yang dilakukan penyidik adalah dengan
kedudukan suatu barang bukti didalam tindak pidana tersebut menjadi jelas.
47
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
42
2. Pemeriksaan dan penyitaan benda benda yang didapat menjadi barang bukti
korban, terutama celana dalam yang sering terdapat noda darah atau sperma,
sperma atau noda darah, alat yang digunakan pelaku untuk mengancam
korban seperti pisau, cerulit, parang atau senjata tajam lainnya, sisa
korban tidak sadarkan diri atau tidak berdaya, atau benda lain yang terkait
tersebut seperti misalnya celana dalam korban biasa juga disertakan dalam
48
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
43
hal ini hasil visum et repertum tidak memuat keterangan tentang adanya
2.6 Kedudukan Alat Bukti Visum Et Repertum Pada Tahap Penyidikan Dalam
peristiwa tindak pidana pencabulan sangat sulit untuk dibuktikan, hal ini seringkali
pelaku itu sendiri mengelak dalam hal perbuatannyanya. Alat bukti Visum Et
kebenaran materiil dari tindak pidana pencabulan yang terjadi dan visum et
Visum et repertum merupakan suatu hal yang penting dalam pembuktian karena
suatu perkara pidana yang menyangkut perusakan tubuh dan kesehatan serta
maka oleh karenanya Corpus Delicti yang demikian tidak mungkin disediakan atau
diajukan pada sidang pengadilan dan secara mutlak harus diganti oleh Visum et
kebenaran.50
49
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
50
Dewi, “Peran Visum et repertum Dalam Penyidikan Tindak Pidana Di Indonesia Beserta Hambatan Yang
Ditimbulkan”, www.dewi37lovelight.wordpress.com, diakses Senin 20 Juni Pukul 14.50 wib.
44
Visum et repertum termasuk dalam alat bukti keterangan ahli yang terdapat
dalam Pasal 186 KUHAP dan alat bukti surat pada Pasal 187 huruf c. Visum et
repertum menjadi alat bukti keterangan ahli apabila dokter atau ahli forensik
repertum tidak dibacakan dalam pemeriksaan maka visum tersebut tidak dapat
dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi
Pasal 184 ayat (1) KUHAP telah menentukan secara limitatif mengenai alat
bukti yang sah menurut undang-undang. Di luar alat bukti itu, tidak dibenarkan
demikian oleh karena tempat terjadinya perkara sengaja ditentukan oleh pelaku
tidak diketahui oleh orang lain, yang memungkinkan pihak yang melihat,
51
Amaria, “Visum et repertum”, www.tentangcintaku.wordpress.com, diakses Minggu, 26 Juni 2022, Pukul 23.57
wib.
45
bantuan tenaga ahli diatur dan disebutkan didalam KUHAP. Untuk permintaan
bantuan tenaga ahli pada tahap penyidikan disebutkan pada Pasal 120 ayat (1)
peristiwa pidana yang terjadi. Oleh karena itu penyidik dalam permintaan tertulis
terhadap sesuatu, misalnya terhadap korban dan lain-lain dan ini dipergunakan
robek lama total sampai dasar akibat kekerasan benda tumpul di selaput dara korban
atau saksi korban, maka luka tersebut dapat digolongkan sebagai luka ringan.
Dikatakan sebagai luka ringan karena luka yang dialami oleh korban atau saksi
atau mata pencahariannya, hanya keperawanannya sudah hilang. Luka ringan yang
dialami oleh saksi korban termasuk klasifikasi luka derajat pertama atau luka
golongan C. Hasil dari pemeriksaan korban dan menemukan terdapat jenis luka ini
menandakan bahwa telah terjadi suatu persetubuhan yang terjadi antara pelaku
52
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
46
dengan korban dan jenis luka pada korban juga telah memenuhi persyaratan standar
yang telah ditetapkan dari kriteria kedokteran maupun dari aspek hukum pidana
Penilaian Visum et repertum yang diajukan oleh penyidik dapat dikatakan sesuai
dengan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, karena dianggap alat bukti surat dimana
termasuk salah satu alat bukti sah dari macam-macam alat bukti yang disebutkan
dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Visum et repertum sebagai alat bukti surat juga
telah memenuhi syarat formal dan syarat materiil sebagai alat bukti autentik yang
sah serta telah memenuhi persyaratan standar atau kriteria kedokteran secara
normatif limitatif dalam hasil pemeriksaan yang menyatakan jenis luka pada saksi
terhadap anak dan dikenai ancaman Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 jo. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
dengan dikenai pidana penjara selama 5 (lima) tahun, serta denda sebesar
Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana denda
47
tersebut tidak dibayar oleh tersangka maka diganti dengan pidana penjara selama 1
(satu) bulan.53
untuk membantu peradilan baik dalam perkara pidana maupun dalam perkara lain
kausalitas antara suatu perbuatan dengan akibat yang akan ditimbulkannya dari
perbuatan tersebut, baik yang menimbulkan akibat luka pada tubuh, atau yang
dimana terdapat akibat-akibat tersebut yang patut diduga telah terjadi tindak pidana.
Dokter ahli (forensik) akan membuat laporan berupa visum et repertum. Visum
tersebut dituangkan secara tertulis dalam bentuk surat hasil pemeriksaan medis
untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak memerlukan meterai untuk dapat
dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum.
saat terjadi luka dan apakah luka yang dimaksud itu diakibatkan oleh tindak
secara hukum. Salah satu cara memperjuangkan hak-hak korban pencabulan adalah
pencabulan. Suatu berkas perkara pidana, ada atau tidak ada visum et repertum,
53
Hasil wawancara dengan Ibu IPDA Rostina Br Sembiring, S.H, Sebagai Kanit Idik IV Pelayanan Perempuan
dan Anak di Polres Labuhanbatu, Rabu, 15 Juni 2022
48
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan faktor penting dalam penelitian guna mendapatkan data yang
sesuai dengan penelitian, juga akan mempermudah pengembangan data data, sehingga
Dalam menyusun penelitian ini penulis menggunakan metoe yuridis normative atau
penelitian doctrinal atau penelitian hukum memalui kepustakaan yaitu penelitian hukum yang
di lakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder yang terdiri dari bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan tersebut
kemudian disusun secara sistematis, dikaji kemudian ditarik kesimpulan dalam hubungan
dengan masalah yang diteliti yaitu mengenai peran visum et repertum dalam pembuktian tindak
pidana pencabulan.
Tempat pelaksanaan penelitian ini penulis menggunakan Media Elektronik atau Media
Sosial. Dan waktu penelitian ini dimulai sejak November sampai dengan bulan Juni lebih
kurang selama 7 ( Tujuh ) bulan., dimulai memsukkan judul, pengolahan dan pengambilan data
yang meliputi penyajian dalam bentuk proposal skripsi, proses bimbingan, kemudian
dilanjutkan dengan Seminar Proposal dan terakhir Skripsi sebagaimana tebel dibawah ini :
- Polres Labuhanbatu
S.H.,M.H.
4 Sempro
5 Bimbingan Bab IV
6 Bimbingan Bab V
7 Koordinasi tentang
Plagiasi Caker
Penelitian ini didapatkan melalui data primer dan data sekunder. Data Primer data yang
peneliti peroleh langsung dari lapangan dengan melakukan wawancara kepada Ibu Rostina Br
Sembiring, S.H., sebagai Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak di Polres Labuhanbatu
mengenai pembuktian tindak pidana pencabulan dengan visum et repertum dalam tahap
penyidikan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan atau studi
a. Bahan Hukum Primer yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, UndangUndang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
b. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer yang berupa karya ilmiah, buku, serta yang berhubungan dengan
c. Bahan hukum tersier yaitu berupa bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti
Berdasarkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, maka metode
pengumpulan data yang digunakan dalam studi pustaka, yaitu pengkajian informasi
tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber secara luas dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Adapun cara yang dilakukan yaitu
dengan mengidentifikasi data sekunder yang diperlukan, inventarisasi data yang sesuai
digunakan untuk menganalisis permasalahan yang diteliti. Data yang terkumpul diolah
1. Identifikasi data, yaitu memeriksa data yang telah diperoleh untuk mengetahui
apakah data tersebut relevan dan sesuai dengan bahasan. Apabila terdapat data
2. Klarifikasi data, yaitu data yang telah selesai diseleksi, kemudian diklarifikasi
pikiran.
3.4 Analisis
Setelah data telah tersusun secara sistematis, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis
data. Analisis data ini menggunakan metode kualitatif yaitu mengungkapkan data dan
menguraikan data yang diperoleh dalam bentuk kalimat perkalimat yang disusun secara
terperinci, logis dan sistematis mengenai pokok bahasan sehingga akan mempermudah dalam
menarik suatu kesimpulan. Setelah semua data selesai diolah, kemudian dianalisis sesuai
dengan pokok bahasan yaitu Peran Visum Sebagai Alat Bukti Tindak Pidana Cabul (Studi
BAB IV
4.1 Penerapan Hukum Pidana Materil terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencabulan
Hakim dalam memeriksa perkara pidana, berupa mencari dan membuktikan kebenaran
harus berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, serta memegang teguh surat
dakwaan yang dirumuskan oleh jaksa penuntut umum (JPU). Apabila surat dakwaan tersebut
terdapat kekurangan atau kekeliruan, maka hakim akan sulit untuk mempertimbangkan dan
Untuk membuktikan tepat atau tidaknya penerapan hukum pidana materil oleh hakim, terlebih
dahulu membahas tentang posisi kasus perkara yang Penulis teliti yaitu Putusan Nomor
1. Posisi Kasus
Bahwa Anak MARSAL MARTOGI SITORUS Alias TOGI, pada hari Selasa tanggal
10 Maret 2022 sekira pukul 10.00 wib, atau setidak tidaknya pada waktu lain dalam
Kabupaten Labuhanbatu Utara atau setidak – tidaknya pada suatu tempat lain yang
54
Putusan Nomor 6/Pid.Sus-Anak/2022/PN.Rap
53
Perbuatan yang dilakukan terdakwa yaitu dimana saat itu Anak MARSAL MARTOGI
SITORUS Alias TOGI melihat ibu kandung Nurmaida Br. Nababan yaitu saksi
Ruminta Br. Silaban pergi keluar rumah / mencari lidi ke kebun kelapa sawit di Areal
Dusun Tapian Nauli tersebut, lalu Anak MARSAL MARTOGI SITORUS Alias TOGI
pun sengaja datang kerumahnya saksi Nurmaida Br. Nababan, lalu Anak MARSAL
MARTOGI SITORUS Alias TOGI masuk kedalam rumahnya saksi Nurmaida Br.
Nababan dan Anak MARSAL MARTOGI SITORUS Alias TOGI melihat saksi
MARSAL SITORUS Alias TOGI pun bernafsu untuk melakukan perbuatan cabul
terhadap saksi Nurmaida Br. Nababan, lalu Anak MARSAL MARTOGI SITORUS
Alias TOGI langsung naik keatas tempat tidur saksi Nurmaida Br. Nababan, dan Anak
MARSAL MARTOGI SITORUS Alias TOGI pun secara paksa membuka bajunya
Nurmaida Br. Nababan saat itu, sehingga kondisi saksi Nurmaida Br. Nababan tanpa
busana bagian atas (separuh telanjang dada) dan Anak MARSAL MARTOGI
SITORUS Alias TOGI pun saat itu sudah membuka celana Panjang Anak MARSAL
Alias TOGI masih memakai celana pendek Anak MARSAL MARTOGI SITORUS
Alias TOGI memegang / mengisap kedua buah dada saksi Nurmida Br. Nababan, lalu
tiba – tiba dating tetangga saksi Nurmaida Br. Nababan dan tetangga tersebut masuk
kedalam rumah saksui Nurmaida Br. Nababan tersebut sehingga Anak MARSAL
MARTOGI SITORUS Alias TOGI pun berselimut dengan selimut warna cokelat
campur warna putih – putih sehingga tetangga / saksi tersebut langsung menunggui
Anak MARSAL MARTOGI SITORUS Alias TOGI dan hingga sampai datangnya
Orang tua Nurmaida Br. Nababan waktu itu, dan lalu Anak MARSAL MARTOGI
SITORUS Alias TOGI pun dibawa oleh orangtua Anak MARSAL MARTOGI
54
SITORUS Alias TOGI pulang kerumah dan Anak MARSAL MARTOGI SITORUS
Alias TOGI langsung dilarikan oleh orangtuanya kedaerah pekan baru dan hingga Anak
Alias TOGI yang telah mencabuli saksi Nurmaida Br. Nababan waktu itu kepada
penyidik.
tanggal 14 maret 2022 yang telah melakukan pemeriksaan terhadap Saksi Nurmaida
a. Kemaluan
b. Kesimpulan
Dalam Perkara dengan terdakwa MARSAL MARTOGI SITORUS Alias TOGI, yang
mana Penasehat Hukum Anak telah mengajukan keberatan dan telah diputus dengan
Alias Togi
a. Menyatakan bahwa terdakwa Anak Marsal Martogi Alias Togi telah terbukti
Pingsan Atau Tidak Berdaya” sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal
b. Menjatuhkan pidana terhadap Anak Marsal Martogi Alias Togi berupa pidana
penjara selama 1 (satu) tahunn dan 4 (empat) bulan dikurangi selama terdakwa
d. Menetapkan agar terdakwa, membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- (lima
ribu rupiah)
56
4. Amar Putusan
Mengadili
1. Menyatakan Anak Marsal Martogi Sitorus Alias Togi tersebut diatas terbukti secara
2. Menjatuhkan Pidana kepada Anak oleh karena itu dengan Pidana Penjara selama 5
(lima) bulan
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Anak dikurangi
Dimusnahkan
6. Membebankan kepada Anak membayar biaya perkara sejumlah Rp. 5000.00,- (lima
ribu rupiah)
5. Analisis Penulis
Dalam kasus yang dibahas oleh penulis untuk skripsi ini yaitu tentang
perbuatan tindak pidana cabul kepada seorang wanita yang memiliki kegangguan
mental atau keterbatasan fisik, dimana yang menjadi terdakwa adalah Anak Marsal
Martogi Alias Togi melakukan perbuatan pencabulan kepada saksi Nurmaida Br.
Nababan
menerapkan Pasal 289 KUHP Jo UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Anak. Adapun alas an dan dasar Hukumnya berdasarkan hasil penelitian Penulis dapat
57
menarik kesimpulan bahwa Hakim memilih Pasal 289 KUHP Jo UU No. II tahun
- Pertama yang menjadi korban adalah wanita berusia 31 tahun bilamana beliau
dimana umur dewasa menurut KUHP yaitu umur 18 tahun, maka Hakim meilih
Pasal 290 KUHP Jo UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak
dilakukan oleh Majelis Hakim bahwa terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana pencabulan sebagaimana di atur dalam Pasal Pasal 290 KUHP
Jo UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak, maka unsur-unsur tentang
dengan pembuktian unsur dakwaan, maka menurut jaksa penuntut umum menggunakan
yaitu Pasal 290 KUHP Jo UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak,
Bahwa yang dimaksud barang siapa adalah siapa saja sebagai subjek
Pidana.
3. Unsur Padahal Diketahui Bahwa Orang Itu Pingsan Atau Tidak Berdaya
Selasa tanggal 8 maret 2022 sekira pukul 10.00 wib. Bertempat di Dusun
Labuhanbatu Utara, Anak telah masuk kerumah saksi Ruminta Br. Silaban
dan satu ranjang dengan anaknya bernama saksi Nurmaida Br. Nababan
Bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 290 Ayat 1 KUHP Jo. Undang-
undang RI. Nomor 11 tahun 2012 tentang system peradilan pidana anak telah terpenuhi
maka Anak haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan
11 tahun 2012 Tentang system Peradilan Pidana Anak menentukan pidana penjara yang
dapat dijatuhkan kepada anak paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman
pidana penjara bagi orang dewasa dan minimum khusus pidana penjara tidak berlaku
59
bagi Anak (Vide Pasal 79 Ayat (2) dan Ayat 3 Undang – undang RI. Nomor 11 Tahun
Karena Anak masih berusia 15 (lima belas) tahun sehingga berdasarkan Undang
– Undang RI. Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak, masih termasuk
dalam kategori anak maka Hakim akan mempertimbangkan hasil penelitian dari
penyebab anak melakukan perbuatan tersebut adalah karena pengaruh dari pergaulan
dan seringnya anak menonton film porno melalui handphonenya dan selain itu
menerangkan bahwa benar terdakwa telah melakukan perbuatan cabul terhadap korban
Saudari Nurmaida Br. Nababan, dimana korban berusia 31 (tiga puluh satu) tahun yang
lahir pada tanggal 21 juli 1990, dengan demikian korban Nurmaida Br. Nababan
putusan setah proses pemeriksaan dan persidangan selesai maka harus mengambil
keputusan yang sesuai. Untuk itu sebelum menjatuhkan sanksi pidana, hakim
yang di ajukan kepadanya dengan melihat buktibukti yang ada (fakta persidangan) dan
60
peristiwa yang terjadi serta menghubungkan dengan hukum yang berlaku dan
kepada terdakwa.
terdakwa dalam perkara ini setelah men dengarkan keterangan dari saksi-saksi,
- Bahwa pada hari Selasa tanggal 8 Maret 2022 sekitar pukul 10.00 wib.
Anak melihat Ibu kandung Nurmaida Br. Nababan yaitu Ruminta Br. Silaban
pergi keluar dari rumahnya untuk mencari lidi dikebun kelapa sawit milik warga
Nurmaida Br. Nurmaida Br. Nababan dan sesampainya dirumah Nurmaida Br.
samapi keatas sedangkan Anak sudah membuka celana panjangnya dan hanya
2 (dua) kali diareal kebun kelapa sawit belakang rumah Anak dengan cara
mencium Nurmaida Br. Nababan lalu memegang payudaranya dan yang kedua
61
- Bahwa benar akibat perbuatan terdakwa sesuai hasil Visum Et Repertum Nomor
Kemaluan
Kesimpulan
Setelah semua unsur-unsur tindak pidana berhasil di buktikan, maka selanjutnya Majelis
pidana yaitu :
Dalam perkara ini, Majelis Hakim menilai bahwa terdakwa Marsal Martogi Alias
maupun alasan pembenaran pada dirinya, sehingga tetap dinyatakan bersalah dan
jalannya persidangan
menjatuhkan sanksi pidana kepada terdakwa Marsal Martogi Alias Togi dengan pidana
BAB V
A. KESIMPULAN
Majelis Hakim yang menerapkan Pasal 290 Ayat 1 KUHP Jo. Undang-undang RI.
Nomor 11 tahun 2012 tentang system peradilan pidana anak korbannya karena
perbuatan Anak
B. SARAN
1. Penulis berharap aparat kepolisian atau pihak-pihak yang peduli terhadap anak, baik
itu instansi pemerintah maupun swasta dapat memberi pemahaman lebih terhadap
anak, khususnya kepada wanita tentang perbuatan tindakan melanggar hukum yang
dapat terjadi pada dirinya dan cara pencegahannya apabila perbuatan tersebut
terjadi pada dirinya, sehingga apabila menggalami hal tersebut dapat melakukan hal
pencegahan dan tentu saja dapat melaporkan kepihak berwajib karena telah
hukum.
2. Penulis berharap orang tua lebih memberikan perhatian dan pemahamaan terhadap
anak supaya anak tidak terjerumus menjadi pelaku tindak pidana pencabulan yang
64
merusak masa depan. Pendekatan dari segi agama sangat diperlukan, karena dengan
agama.