1/Jan-Mar/2015
ALAT BUKTI YANG SAH DALAM mendapat keyakinan bahwa seseorang itu
PEMERIKSAAN PERKARA KEKERASAN FISIK bersalah atau tidak bersalah.
DALAM RUMAH TANGGA DI PENGADILAN1 Kata kunci: Alat bukti,kekerasan fisik,
Oleh : Kardian Ruru2 rumah tangga.
ABSTRAK PENDAHULUAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah A. LATAR BELAKANG
untuk mengetahui bagaimanakah Persoalan kejahatan dengan modus
pengaturan mengenai alat bukti yang sah kekerasan itu kemudian menjadi problem
dalam pemeriksaan perkara kekerasan fisik yang serius yang dihadapi oleh hampir
dalam rumah tangga di pengadilan dan setiap bangsa dan negara di muka bumi
bagaimanakah pembuktian dalam ini.Berbagai diskusi, seminar, sarasehan dan
pemeriksaan perkara kekerasan fisik dalam pertemuan-pertemuan ilmiah dilaksanakan
rumah tangga di pengadilan. Dengan untuk mencari solusi yang dinilai tepat
menggunakan metode penelitian yuridis mengenai kejahatan yang sedang terjadi
normative, maka dapat disimpulkan: 1. dan meresahkan masyarakat.3
Kekerasan seksual yang dilakukan selain Ancaman kekerasan adalah serangan
dari suami istri adalah pengakuan psikis yang menyebabkan orang menjadi
terdakwa. Alat bukti yang sah ialah ketakutan sehingga tidak mampu
keterangan saksi; keterangan ahli; surat; melakukan pembelaan atau perlawanan
petunjuk; keterangan terdakwa dan hal atau kekerasanyang belum diwujudkan tapi
yang secara umum sudah diketahui tidak yang menyebabkan orang yang terkena
perlu dibuktikan, sebagaimana diatur dalam tidak mempunyaipilihan selain mengikuti
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor kehendak orang yang mengancam dengan
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan. 4 Menurut Penjelasan Atas
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Kekerasan Dalam Rumah Tangga, I. Umum,
2. Pembuktian dalam pemeriksaan perkara menyebutkan: Perkembangan dewasa ini
kekerasan fisik dalam rumah tangga di menunjukkan bahwa tindak kekerasan
pengadilan,sesuai Pasal 183 Undang- secara fisik, psikis, seksual, dan
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang penelantaran rumah tangga pada
Hukum Acara Pidana, dan Untuk kenyataannya terjadi sehingga dibutuhkan
mempidana seseorang hakim harus perangkat hukum yang memadai untuk
mendapat keyakinan atas bukti-bukti yang menghapus kekerasan dalam rumah
diisyaratkan dalam undang-undang tangga.5
sehingga terdakwa dinyatakan sebagai Pandangan negara tersebut didasarkan
pihak yang bersalah, karena di Indonesia pada Pasal 28 Undang-Undang Dasar
menganut sistem pembuktian yang negatif, Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yaitu pembuktian didasarkan pada ada atau
3
tidaknya alat bukti yang diperoleh dari Abdull Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan
barang bukti di mana alat bukti itu hakim Korban Kekerasan Seksual (Advokasi Atas Hak Asasi
Manusia) PT. Refika Aditama, Cetakan Kedua.
Bandung, 2011, hal. 5.
1 4
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Frans Ibid.
5
Maramis,SH,MH; Fernando J. Karisoh, SH, MH; Harly Penjelasan Atas Undang-Undang Republik
S. Muaja, SH, MH. Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat. NIM. Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, I.
080711359 Umum.
15
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
16
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
10
Alvi Syahrin, Beberapa Isu Hukum Lingkungan
Kepidananaan, Cetakan Revisi, PT. Sofmedia,
9
Abdull Wahid dan Muhammad Irfan,Op.Cit, hal. Jakarta, Mei 2009, hal.13.
11
111. Moerti Hadiati Soeroso, Op.Cit, hal. 97.
17
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
sebagai saksi. Walaupun alat bukti saksi pengakuan dari pelaku, melainkan ia dapat
sulit didapat, tetapi Jaksa Penuntut Umum menarik kesimpulan berdasarkan keadaan
(JPU) untuk dapat membuktikan atau kenyataan yang ia jumpai selama
dakwaannya, masih dapat mencari dan melakukan pemeriksaan terhadap pelaku di
menggunakan alat-alat bukti yang lain. sidang pengadilan.15
Dalam kasus kekerasan rumah tangga, Dari berbagai kasus yang pernah terjadi
untuk memenuhi sekurang-kurangnya dua di Indonesia, bentuk-bentuk KDRT dapat
alat bukti, maka korban sendiri dapat dikelompokkan menjadi berikut ini:
bersaksi dan alat bukti lain, yaitu visum et 1. Kekerasan fisik:
repertum.12 a. Pembunuhan
Suatu alat bukti yang dipergunakan di 1) Suami terhadap isteri atau
pengadilan perlu memenuhi beberapa sebaliknya;
syarat, diantaranya: 2) Ayah terhadap anak dan
a. Diperkenankan oleh undang-undang sebaliknya;
untuk dipakai sebagai alat bukti; 3) Ibu terhadap anak atau sebaliknya
b. Reability, yaitu alat bukti tersebut dapat (termasuk pembunuhan bayi oleh
dipercaya keabsahannya; ibu);
c. Necessity, yakni alat bukti yang diajukan 4) Adik terhadap kakak, kemenakan,
memang diperlukan untuk membuktikan ipar atau sebaliknya;
suatu fakta; 5) Anggota keluarga terhadap
d. Relevance, yaitu alat bukti yang diajukan pembantu;
mempunyai relevansi dengan fakta yang 6) Bentuk campuran selain tersebut di
akan dibuktikan.13 atas.
Suatu alat bukti yang akan diajukan ke b. Penganiayaan:
pengadilan merupakan alat bukti yang 1) Suami terhadap isteri atau
harus relevan dengan yang akan dibuktikan. sebaliknya;
Alat bukti yang tidak relevan akan 2) Ayah terhadap anak dan
membawa risiko dalam proses pencarian sebaliknya;
keadilan, diantaranya, akan menimbulkan 3) Ibu terhadap anak atau sebaliknya
praduga-praduga yang tidak perlu sehingga (termasuk pembunuhan bayi oleh
mebuang-buang waktu, penilaian terhadap ibu);
masalah yang diajukan tidak proporsional 4) Adik terhadap kakak, kemenakan,
karena membesar-besarkan masalah yang ipar atau sebaliknya;
kecil atau mengecilkan masalah yang 5) Anggota keluarga terhadap
sebenarnya besar, di mana hal ini akan pembantu;
menyebabkan proses peradilan menjadi 6) Bentuk campuran selain tersebut
tidak sesuai lagi dengan asas peradilan yang di atas.
dilakukan dengan cepat, sederhana dan c. Perkosaan
biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak 1) Ayah terhadap anak perempuan;
memihak.14 ayah kandung atau ayah tiri dan
Perlu kiranya diketahui, bahwa untuk anak kandung, maupun anak tiri;
dapat menyatakan pelaku terbukti 2) Suami terhadap adik/kakak ipar;
mempunyai maksud seperti itu, hakim tidak
perlu menggantungkan diri pada adanya 15
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang,Delik-Delik
Khusus KejahatanMembahayakan Kepercayaan
12
Ibid, hal. 98. Umum, Terhadap Surat, Alat Pembayaran, Alat Bukti
13
Alvi Syahrin, Op.Cit, hal. 14. Dan Peradilan, Edisi Kedua Cetakan Pertama, Sinar
14
Ibid, hal. 15. Grafika. Jakarta. 2009, hal. 171.
18
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
19
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
20
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
yakni berdasarkan alat bukti yang ada terdakwa, terdakwa dibebaskan dari
agar menyatakan seorang terdakwa hukuman sesuai Pasal 191 ayat (1) KUHAP
dibebaskan atau dilepaskan dari Ç vP Œ µvÇ]W ^i]l ‰ vP ]o v
tuntutan hukum atau meringankan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan
pidananya. Untuk itu, terdakwa atau di sidang kesalahan terdakwa atas
penasihat hukum jika mungkin harus perbuatannya yang didakwakan kepadanya
mengajukan alat-alat bukti yang tidak terbukti secara sah dan menyakinkan,
menguntungkan atau meringankan maka terdakwa diputus bebas._23
pihaknya, bisanya, bukti tersebut disebut Sebaiknya, kalau kesalahan terdakwa
bukti kebalikan; dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti
3. Bagi hakim, atas dasar pembuktian yang disebut dalam Pasal 184, terdakwa
tersebut yakni dengan adanya alat-alat dinyatakan bersalah. Kepadanya akan
bukti yang ada dalam persidangan, baik dijatuhkan hukuman, yang sesuai dengan
yang berasal dari penuntut umum Pasal 193 ayat (1) KUHAP yang berbunyi:
maupun penasihat hukum/terdakwa ^jika pengadilan berpendapat bahwa
dibuat atas dasar untuk membuat terdakwa bersalah melakukan tindak
keputusan.20 pidana yang didakwakan kepadanya, maka
Pasal 183 Undang-Undang Nomor 8 pengadilan menjatuhkan pidana. Oleh
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, kerena itu, hakim harus hati-hati, cermat,
u vÇ š l vW ^, l]u š] l }o Z dan matang menilai serta
menjatuhkan pidana kepada seorang mempertimbangkan nilai
kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya pembuktian.Meneliti sampai dimana batas
dua alat bukti yang sah ia memperoleh minimum kekuatan pembuktian atau
keyakinan bahwa suatu tindak pidana bewijskracht dari setiap alat bukti yang
benar-benar terjadi dan bahwa disebut dalam Pasal 184 KUHAP._24
terdakwalah yang bersalah
21
melakukannya._ Penjelasan Pasal 183 PENUTUP
menegaskan Ketentuan ini adalah untuk A. KESIMPULAN
menjamin tegaknya kebenaran, keadilan 1. Kekerasan seksual yang dilakukan selain
dan kepastian hukum bagi seorang.22 dari suami istri adalah pengakuan
Pasal 191 ayat (1) Undang-Undang terdakwa. Alat bukti yang sah ialah
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara keterangan saksi; keterangan ahli;
W] v U u vÇ š l vW ^jika pengadilan surat; petunjuk; keterangan terdakwa
berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan dan hal yang secara umum sudah
di sidang kesalahan terdakwa atas diketahui tidak perlu dibuktikan,
perbuatannya yang didakwakan kepadanya sebagaimana diatur dalam Undang-
tidak terbukti secara sah dan menyakinkan, Undang Republik Indonesia Nomor 23
maka terdakwa diputus bebas._ Tahun 2004 tentang Penghapusan
Apabila hasil pembuktian dengan alat- Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan
alat bukti yang ditentukan dengan undang- Undang-Undang Republik Indonesia
undang tidak cukup membuktikan Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
kesalahan yang di dakwakan kepada Acara Pidana.
2. Pembuktian dalam pemeriksaan perkara
20
Alfitra, Op.Cit, hal. 25. kekerasan fisik dalam rumah tangga di
21
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
22 23
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Alfitra, Op,Cit, hal. 21
24
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Ibid.
21
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
22
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
SUMBER-SUMBER LAIN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan
Saksi dan Korban.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
23