Anda di halaman 1dari 9

Lex Crimen Vol. IV/No.

1/Jan-Mar/2015

ALAT BUKTI YANG SAH DALAM mendapat keyakinan bahwa seseorang itu
PEMERIKSAAN PERKARA KEKERASAN FISIK bersalah atau tidak bersalah.
DALAM RUMAH TANGGA DI PENGADILAN1 Kata kunci: Alat bukti,kekerasan fisik,
Oleh : Kardian Ruru2 rumah tangga.

ABSTRAK PENDAHULUAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah A. LATAR BELAKANG
untuk mengetahui bagaimanakah Persoalan kejahatan dengan modus
pengaturan mengenai alat bukti yang sah kekerasan itu kemudian menjadi problem
dalam pemeriksaan perkara kekerasan fisik yang serius yang dihadapi oleh hampir
dalam rumah tangga di pengadilan dan setiap bangsa dan negara di muka bumi
bagaimanakah pembuktian dalam ini.Berbagai diskusi, seminar, sarasehan dan
pemeriksaan perkara kekerasan fisik dalam pertemuan-pertemuan ilmiah dilaksanakan
rumah tangga di pengadilan. Dengan untuk mencari solusi yang dinilai tepat
menggunakan metode penelitian yuridis mengenai kejahatan yang sedang terjadi
normative, maka dapat disimpulkan: 1. dan meresahkan masyarakat.3
Kekerasan seksual yang dilakukan selain Ancaman kekerasan adalah serangan
dari suami istri adalah pengakuan psikis yang menyebabkan orang menjadi
terdakwa. Alat bukti yang sah ialah ketakutan sehingga tidak mampu
keterangan saksi; keterangan ahli; surat; melakukan pembelaan atau perlawanan
petunjuk; keterangan terdakwa dan hal atau kekerasanyang belum diwujudkan tapi
yang secara umum sudah diketahui tidak yang menyebabkan orang yang terkena
perlu dibuktikan, sebagaimana diatur dalam tidak mempunyaipilihan selain mengikuti
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor kehendak orang yang mengancam dengan
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan. 4 Menurut Penjelasan Atas
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Kekerasan Dalam Rumah Tangga, I. Umum,
2. Pembuktian dalam pemeriksaan perkara menyebutkan: Perkembangan dewasa ini
kekerasan fisik dalam rumah tangga di menunjukkan bahwa tindak kekerasan
pengadilan,sesuai Pasal 183 Undang- secara fisik, psikis, seksual, dan
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang penelantaran rumah tangga pada
Hukum Acara Pidana, dan Untuk kenyataannya terjadi sehingga dibutuhkan
mempidana seseorang hakim harus perangkat hukum yang memadai untuk
mendapat keyakinan atas bukti-bukti yang menghapus kekerasan dalam rumah
diisyaratkan dalam undang-undang tangga.5
sehingga terdakwa dinyatakan sebagai Pandangan negara tersebut didasarkan
pihak yang bersalah, karena di Indonesia pada Pasal 28 Undang-Undang Dasar
menganut sistem pembuktian yang negatif, Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yaitu pembuktian didasarkan pada ada atau
3
tidaknya alat bukti yang diperoleh dari Abdull Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan
barang bukti di mana alat bukti itu hakim Korban Kekerasan Seksual (Advokasi Atas Hak Asasi
Manusia) PT. Refika Aditama, Cetakan Kedua.
Bandung, 2011, hal. 5.
1 4
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Frans Ibid.
5
Maramis,SH,MH; Fernando J. Karisoh, SH, MH; Harly Penjelasan Atas Undang-Undang Republik
S. Muaja, SH, MH. Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat. NIM. Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, I.
080711359 Umum.

15
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

beserta perubahannya. Pasal 28G ayat (1) B. RUMUSAN MASALAH


Undang-Undang Dasar Negara Republik 1. Bagaimanakah pengaturan mengenai
Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa alat bukti yang sah dalam pemeriksaan
^^ š] ‰ }Œ vP ŒZ l š • ‰ Œo]v µvP v ]Œ] perkara kekerasan fisik dalam rumah
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, tangga di pengadilan ?
dan harta benda yang di bawah 2. Bagaimanakah pembuktian dalam
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman pemeriksaan perkara kekerasan fisik
dan perlindungan dari ancaman ketakutan dalam rumah tangga di pengadilan ?.
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi._6Pasal 28H ayat C. METODE PENELITIAN
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Metode penelitian hukum normatif
Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa digunakan untuk menyusun Skripsi ini dan
^^ š] ‰ }Œ vP ŒZ l u v ‰ š sesuai dengan metode penelitian
kemudahan dan perlakuan khusus untuk tersebutuntuk mengumpulkan bahan-
memperoleh kesempatan dan manfaat bahan hukum yang diperlukan, maka
yang sama guna mencapai persamaan dan dilakukan studi kepustakaan.Adapun
keadilan._7 bahan-bahan hukum yang dikumpulkan
Keberhasilan suatu proses peradilan seperti bahan-bahan hukum primer yaitu
pidana sangat bergantung pada alat bukti peraturan perundang-undangan yang
yangberhasil diungkap atau ditemukan. mengatur mengenai penghapusan
Dalam proses persidangan, terutama yang kekerasan dalam rumah tangga dan
berkenaan denganSaksi, banyak kasus yang pengaturan alat bukti dalam ketentuan-
tidak terungkap akibat tidak adanya Saksi ketentuan hukum acara pidana.Bahan-
yang dapat mendukung tugaspenegak bahan hukum sekunder seperti literatur-
hukum. Padahal, adanya Saksi dan Korban literatur yang membahas mengenai
merupakan unsur yang sangat kekerasan dalam rumah tangga dan bahan-
menentukandalam proses peradilan bahan hukum tersier, seperti kamus-kamus
pidana. Keberadaan Saksi dan Korban hukum.
dalam proses peradilan pidanaselama ini
kurang mendapat perhatian masyarakat PEMBAHASAN
dan penegak hukum. Kasus-kasus yang A. PENGATURAN MENGENAI ALAT BUKTI
tidakterungkap dan tidak terselesaikan YANG SAH DALAM PEMERIKSAAN
banyak disebabkan oleh Saksi dan Korban PERKARA KEKERASAN FISIK DALAM
takut memberikankesaksian kepada RUMAH TANGGA DI PENGADILAN
penegak hukum karena mendapat ancaman Undang-Undang Republik Indonesia
dari pihak tertentu.8 Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Sesuai dengan uraian tersebut, maka Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
penulis dalam penyusunan Skripsi ini Tangga.Pasal 55 menyatakan: ^Sebagai
mengajukan judul: Alat Bukti Yang Sah salah satu alat bukti yang sah, keterangan
Dalam Pemeriksaan Perkara Kekerasan Fisik seorang saksi korban saja sudah cukup
Dalam Rumah Tangga di Pengadilan. untuk membuktikan bahwa terdakwa
bersalah, apabila disertai dengan suatu alat
bukti yang sah lainnya.Penjelasan Pasal 55
6
Ibid. menegaskan bahwa: ^Alat bukti yang sah
7
Ibid. lainnya dalam kekerasan seksual yang
8
Penjelasan Atas Undang-Undang Republik dilakukan selain dari suami istri adalah
Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 Tentang pengakuan terdakwa._
Perlindungan Saksi dan Korban.

16
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 B. PEMBUKTIAN DALAM PEMERIKSAAN


tentang Hukum Acara Pidana khususnya PERKARA KEKERASAN FISIK DALAM
Pasal 184 menyatakan: RUMAH TANGGA DI PENGADILAN
(1) Alat bukti yang sah ialah: Pembuktian merupakan suatu proses
a. keterangan saksi; yang dengan menggunakan alat-alat bukti
b. keterangan ahli; yang sah dilakukan tindakan dengan
c. surat; prosedur khusus untuk mengetahui apakah
d. petunjuk; suatu fakta atau pernyataan, khususnya
e. keterangan terdakwa. fakta atau pernyataan yang diajukan ke
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui pengadilan adalah benar atau tidak seperti
tidak perlu dibuktikan. yang dinyatakan. 10 Pembuktian di dalam
Undang-Undang Republik Indonesia perkara-perkara yang menyangkut
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara kejahatan (tindak pidana) dalam rumah
Pidana, Pasal 1 angka tangga kadang-kadang sangat sulit, kecuali
26menyatakan: ^Saksi adalah orang yang kalau kejahatan tersebuttelah diketahui
dapat memberikan keterangan guna oleh orang banyak, selain anggota rumah
kepentingan penyidikan, penuntutan dan tangga tersebut.hal ini dapat terjadi karena
peradilan tentang suatu perkara pidana kejahatan-kejahatan tersebut sering
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia ditutup-tutupi oleh korban, maupun
alami sendiri._Pasal 1 angka anggota rumah tangga (keluarga) yang
27menyatakan: ^Keterangan saksi adalah lain.11
salah satu alat bukti dalam perkara pidana Tindak pidana (kejahatan) dalam rumah
yang berupa keterangan dari saksi tangga, apabila tidak berakibat fatal
mengenai suatu peristiwa pidana yang ia terhadap korban, pada umumnya
dengar sendiri, Ia lihat sendiri dan ia alami diselesaikan secara kekeluargaan, namun
sendiri dengan menyebut alasan dan kadang-kadang juga diselesaikan melalui
pengetahuannya itu._ jalur hukum.Untuk membuktikan kesalahan
Wujud ancaman kekerasan ini bisa seorang terdakwa di pengadilan, diperlukan
berupa; ancaman akan ditembak, diancam adanya sekurang-kurangnya dua alat bukti
akan dibunuh, diancam akan dibacok, yang sah. Agar hakim memperoleh
diancam akan ditenggelamkan, diancam keyakinan bahwa suatu tindak pidana
akan dibakar dan lain sebagainya. Adanya benar-benar terjadi dan terdakwalah yang
ancaman kekerasan ini biasanya dibuktikan bersalah melakukannya (Pasal 183
oleh adanya saksi yang melihat atau bila KUHAP).Pada tindak pidana yang terjadi
korban segera melapor dan diperiksakan ke dalam rumah tangga, alat bukti yang paling
ahli/psikiater maka psikiater dapat mudah di ‰ š o Z ^l š Œ vP v
mendeskripsikan kondisi psikis korban pada • l•]X_Akan tetapi mengenai orang yang
saat peristiwa terjadi. Dalam hal ini ahli menjadi saksi dalam tindak pidana ini, pada
atau psikiater akan lebih mudah umumnya adalah keluarga, sedarah atau
mendskripsikan keadaan psikis korban semenda dalam garis lurus saudara, suami
dalam hal setelah kejadian korban segera atau isteri.Padahal orang-orang tersebut
melapor atau meminta bantuan.9 menurut Pasal 168 KUHAP, tidak dapat
didengar dan dapat mengundurkan diri

10
Alvi Syahrin, Beberapa Isu Hukum Lingkungan
Kepidananaan, Cetakan Revisi, PT. Sofmedia,
9
Abdull Wahid dan Muhammad Irfan,Op.Cit, hal. Jakarta, Mei 2009, hal.13.
11
111. Moerti Hadiati Soeroso, Op.Cit, hal. 97.

17
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

sebagai saksi. Walaupun alat bukti saksi pengakuan dari pelaku, melainkan ia dapat
sulit didapat, tetapi Jaksa Penuntut Umum menarik kesimpulan berdasarkan keadaan
(JPU) untuk dapat membuktikan atau kenyataan yang ia jumpai selama
dakwaannya, masih dapat mencari dan melakukan pemeriksaan terhadap pelaku di
menggunakan alat-alat bukti yang lain. sidang pengadilan.15
Dalam kasus kekerasan rumah tangga, Dari berbagai kasus yang pernah terjadi
untuk memenuhi sekurang-kurangnya dua di Indonesia, bentuk-bentuk KDRT dapat
alat bukti, maka korban sendiri dapat dikelompokkan menjadi berikut ini:
bersaksi dan alat bukti lain, yaitu visum et 1. Kekerasan fisik:
repertum.12 a. Pembunuhan
Suatu alat bukti yang dipergunakan di 1) Suami terhadap isteri atau
pengadilan perlu memenuhi beberapa sebaliknya;
syarat, diantaranya: 2) Ayah terhadap anak dan
a. Diperkenankan oleh undang-undang sebaliknya;
untuk dipakai sebagai alat bukti; 3) Ibu terhadap anak atau sebaliknya
b. Reability, yaitu alat bukti tersebut dapat (termasuk pembunuhan bayi oleh
dipercaya keabsahannya; ibu);
c. Necessity, yakni alat bukti yang diajukan 4) Adik terhadap kakak, kemenakan,
memang diperlukan untuk membuktikan ipar atau sebaliknya;
suatu fakta; 5) Anggota keluarga terhadap
d. Relevance, yaitu alat bukti yang diajukan pembantu;
mempunyai relevansi dengan fakta yang 6) Bentuk campuran selain tersebut di
akan dibuktikan.13 atas.
Suatu alat bukti yang akan diajukan ke b. Penganiayaan:
pengadilan merupakan alat bukti yang 1) Suami terhadap isteri atau
harus relevan dengan yang akan dibuktikan. sebaliknya;
Alat bukti yang tidak relevan akan 2) Ayah terhadap anak dan
membawa risiko dalam proses pencarian sebaliknya;
keadilan, diantaranya, akan menimbulkan 3) Ibu terhadap anak atau sebaliknya
praduga-praduga yang tidak perlu sehingga (termasuk pembunuhan bayi oleh
mebuang-buang waktu, penilaian terhadap ibu);
masalah yang diajukan tidak proporsional 4) Adik terhadap kakak, kemenakan,
karena membesar-besarkan masalah yang ipar atau sebaliknya;
kecil atau mengecilkan masalah yang 5) Anggota keluarga terhadap
sebenarnya besar, di mana hal ini akan pembantu;
menyebabkan proses peradilan menjadi 6) Bentuk campuran selain tersebut
tidak sesuai lagi dengan asas peradilan yang di atas.
dilakukan dengan cepat, sederhana dan c. Perkosaan
biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak 1) Ayah terhadap anak perempuan;
memihak.14 ayah kandung atau ayah tiri dan
Perlu kiranya diketahui, bahwa untuk anak kandung, maupun anak tiri;
dapat menyatakan pelaku terbukti 2) Suami terhadap adik/kakak ipar;
mempunyai maksud seperti itu, hakim tidak
perlu menggantungkan diri pada adanya 15
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang,Delik-Delik
Khusus KejahatanMembahayakan Kepercayaan
12
Ibid, hal. 98. Umum, Terhadap Surat, Alat Pembayaran, Alat Bukti
13
Alvi Syahrin, Op.Cit, hal. 14. Dan Peradilan, Edisi Kedua Cetakan Pertama, Sinar
14
Ibid, hal. 15. Grafika. Jakarta. 2009, hal. 171.

18
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

3) Kakak terhadap adik; (1) Setiap orang yang melakukan


4) Suami/anggota keluarga lakl-laki perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup
terhadap pembantu rumah rumah tangga sebagaimana dimaksud
tangga; dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan
5) Bentuk campuran selain tersebut pidana penjara paling lama 5 (lima)
di atas. tahun atau denda paling banyak
(Direktorat Reserse Polda Metro Rp15.000.000,00 (lima belas juta
Jaya, 1991).16 rupiah);
2. Kekerasan Nonfisik/Psikis/Emosional, (2) Dalam hal perbuatan sebagaimana
seperti: dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
a. Penghinaan; korban mendapat jatuh sakit atau luka
b. Komentar-komentar yang berat, dipidana dengan pidana penjara
dimaksudkan untuk merendahkan dan paling lama 10 (sepuluh) tahun atau
melukai harga diri pihak istri; denda paling banyak Rp30.000.000,00
c. Melarang istri bergaul; (tiga puluh juta rupiah).
d. Ancaman-ancaman berupa akan (3) Dalam hal perbuatan sebagaimana
mengembalikan istri ke orang tua; dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan
e. Akan menceraikan; matinya korban, dipidana dengan
f. Memisahkanistri dari ana-anak dan pidana penjara paling lama 15 (lima
lain-lain. belas) tahun atau denda paling banyak
3. Kekerasan Seksual, meliputi: Rp45.000.000,00 (empat puluh lima juta
a. Pengisolasianistri dari kebutuhan rupiah).
batinnya; (4) Dalam hal perbuatan sebagaimana
b. Pemaksaan hubungan seksual dengan dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
pola yang tidak dikehendaki atau suami terhadap isteri atau sebaliknya
disetujui oleh istri; yang tidak menimbulkan penyakit atau
c. Pemaksaan hubungan seksual ketika halangan untuk menjalankan pekerjaan
istri tidak menghendaki, istri sedang jabatan atau mata pencaharian atau
sakit atau menstruasi; kegiatan sehari-hari, dipidana dengan
d. Memaksa istri menjadi pelacur dan pidana penjara paling lama 4 (empat)
sebagainya. bulan atau denda paling banyak
4. Kekerasan, Ekonomi, berupa: Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
a. tidak memberi nafkah pada istri; Undang-Undang Republik Indonesia
b. memanfaatkan ketergantungan istri Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
secara ekonomis untuk mengontrol Pidana. Bagian Keempat Pembuktian dan
kehidupan istri; Putusan Dalam Acara Pemeriksaan Biasa,
c. Membiarkan istri bekerja untuk Pasal 190 menyatakan:
kemudian penghasilannya dikuasai a. Selama pemeriksaan di sidang, jika
oleh suami. Misalnya memaksa istri terdakwa tidak ditahan, pengadilan
menjadi wanita panggilan.17 dapat memerintahkan dengan surat
Undang-Undang Republik indonesia penetapannya untuk menahan
Nomor 23 Tahun 2004 tentang terdakwa apabila dipenuhi ketentuan
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Pasal 21 dan terdapat alasan cukup
Tangga, Pasal 44 menyatakan: untuk itu.
b. Dalam hal terdakwa ditahan,
16
pengadilan dapat memerintahkan
Moerti Hadiati Soeroso, Op.Cit, hal. 80-81. dengan surat penetapannya untuk
17
Ibid, hal. 82.

19
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

membebaskan terdakwaa jika terdapat terdakwa.Terdakwa dibebaskan dari


alasan cukup untuk itu dengan hukuman. Sebaliknya kalau kesalahan
mengingat ketentuan Pasal 30. terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat
Undang-Undang Republik Indonesia bukti yang disebutkan dalam Pasal 184
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Pidana, dalam Pasal 191 menyatakan: (KUHAP), terdakwa harus dinyatakan
(1) Jika pengadilan berpendapat bahwa bersalah,kepadanya akan dijatuhkan
dari hasil pemeriksaan di sidang, hukuman. Oleh karena itu para hakim harus
kesalahan terdakwa atas perbuatan hati-hati, cermat dan matang menilai dan
yang didakwakan kepadanya tidak mempertimbangkan masalah
18
terbukti secara sah dan meyakinkan, pembuktian.
maka terdakwa diputus bebas. Dalam Penjelasan Pedoman Pelaksanaan
(2) Jika pengadilan berpendapat bahwa Kitab Undang-Undang Hukum Acara
perbuatan yang didakwakan képada Pidana(KUHAP) dikatakan, tujuan hukum
terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu acara pidana adalah untuk mencari dan
tidak merupakan suatu tindak pidana, mendapatkan atau setidak-tidaknya
maka terdakwa diputus lepas dari mendekati kebenaran materil.
segala tuntutan hukum. Andi Hamzah, mengatakan, mencari
(3) Dalam hal sebagaimana dimaksud kebenaran material itu tidaklah mudah.
dalam ayat (1) dan ayat (2), terdakwa Hakim yang memeriksa suatu perkara yang
yang ada dalam status tahanan menuju ke arah ditemukannya kebenaran
diperintahkan untuk dibebaskan material, berdasar mana ia akan
seketika itu juga kecuali karena ada menjatuhkan putusan, biasanya menemui
alasan lain yang sah terdakwa perlu kesulitan karena betapa tidak, kebenaran
ditahan. material yang dicari itu telah lewat
Penjelasan Pasal 191 ayat (1) beberapa waktu, kadang-kadang
menyebutkan: Yang dimaksud dengan peristiwanya terjadi beberapa bulan
"perbuatan yang didakwakan kepadanya lampau, bahkan kadang-kadang berselang
tidak terbukti sah dan meyakinkan" adalah beberapa tahun.19
tidak cukup terbukti menurut penilaian Menurut Alfitra, tujuan dan kegunaan
hakim atas dasar pembuktian dengan pembuktian bagi para pihak yang terlibat
menggunakan alat bukti menurut dalam proses pemeriksaan persidangan
ketentuan hukum acara pidana ini. Ayat (3) adalah sebagai berikut:
menyebutkan: Jika terdakwa tetap 1. Bagi penuntut umum, pembuktian
dikenakan penahanan atas dasar alasan lain adalah merupakan proses usaha untuk
yang sah, maka alasan tersebut secara jelas meyakinkan hakim, yakni berdasarkan
diberitahukan kepada Ketua Pengadilan alat bukti yang ada agar menyatakan
Negeri sebagai pengawas dan pengamat seorang terdakwa bersalah sesuai
terhadap pelaksanaan putusan pengadilan. dengan surat atau catatan dakwaan;
Pembuktian merupakan masalah yang 2. Bagi terdakwa atau penasihat hukum
memegang peranan penting dalam proses pembuktian adalah merupakan usaha
pemeriksaan sidang pengadilan. Dengan sebaliknya untuk meyakinkan hakim,
pembuktian inilah ditentukan nasib
terdakwa.Apalagi hasil pembuktian dengan 18
Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril Hukum
alat-alat bukti yang ditentukan undang- Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek, (Editor)
undang tidak cukup membuktikan Risman F. Sikumbank, Ghalia Indonesia, Jakarta,
kesalahan yang didakwakan kepada Januari 2004, hal. 102-103.
19
Ibid, hal. 103.

20
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

yakni berdasarkan alat bukti yang ada terdakwa, terdakwa dibebaskan dari
agar menyatakan seorang terdakwa hukuman sesuai Pasal 191 ayat (1) KUHAP
dibebaskan atau dilepaskan dari Ç vP Œ µvÇ]W ^i]l ‰ vP ]o v
tuntutan hukum atau meringankan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan
pidananya. Untuk itu, terdakwa atau di sidang kesalahan terdakwa atas
penasihat hukum jika mungkin harus perbuatannya yang didakwakan kepadanya
mengajukan alat-alat bukti yang tidak terbukti secara sah dan menyakinkan,
menguntungkan atau meringankan maka terdakwa diputus bebas._23
pihaknya, bisanya, bukti tersebut disebut Sebaiknya, kalau kesalahan terdakwa
bukti kebalikan; dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti
3. Bagi hakim, atas dasar pembuktian yang disebut dalam Pasal 184, terdakwa
tersebut yakni dengan adanya alat-alat dinyatakan bersalah. Kepadanya akan
bukti yang ada dalam persidangan, baik dijatuhkan hukuman, yang sesuai dengan
yang berasal dari penuntut umum Pasal 193 ayat (1) KUHAP yang berbunyi:
maupun penasihat hukum/terdakwa ^jika pengadilan berpendapat bahwa
dibuat atas dasar untuk membuat terdakwa bersalah melakukan tindak
keputusan.20 pidana yang didakwakan kepadanya, maka
Pasal 183 Undang-Undang Nomor 8 pengadilan menjatuhkan pidana. Oleh
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, kerena itu, hakim harus hati-hati, cermat,
u vÇ š l vW ^, l]u š] l }o Z dan matang menilai serta
menjatuhkan pidana kepada seorang mempertimbangkan nilai
kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya pembuktian.Meneliti sampai dimana batas
dua alat bukti yang sah ia memperoleh minimum kekuatan pembuktian atau
keyakinan bahwa suatu tindak pidana bewijskracht dari setiap alat bukti yang
benar-benar terjadi dan bahwa disebut dalam Pasal 184 KUHAP._24
terdakwalah yang bersalah
21
melakukannya._ Penjelasan Pasal 183 PENUTUP
menegaskan Ketentuan ini adalah untuk A. KESIMPULAN
menjamin tegaknya kebenaran, keadilan 1. Kekerasan seksual yang dilakukan selain
dan kepastian hukum bagi seorang.22 dari suami istri adalah pengakuan
Pasal 191 ayat (1) Undang-Undang terdakwa. Alat bukti yang sah ialah
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara keterangan saksi; keterangan ahli;
W] v U u vÇ š l vW ^jika pengadilan surat; petunjuk; keterangan terdakwa
berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan dan hal yang secara umum sudah
di sidang kesalahan terdakwa atas diketahui tidak perlu dibuktikan,
perbuatannya yang didakwakan kepadanya sebagaimana diatur dalam Undang-
tidak terbukti secara sah dan menyakinkan, Undang Republik Indonesia Nomor 23
maka terdakwa diputus bebas._ Tahun 2004 tentang Penghapusan
Apabila hasil pembuktian dengan alat- Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan
alat bukti yang ditentukan dengan undang- Undang-Undang Republik Indonesia
undang tidak cukup membuktikan Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
kesalahan yang di dakwakan kepada Acara Pidana.
2. Pembuktian dalam pemeriksaan perkara
20
Alfitra, Op.Cit, hal. 25. kekerasan fisik dalam rumah tangga di
21
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
22 23
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Alfitra, Op,Cit, hal. 21
24
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Ibid.

21
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

pengadilan,sesuai Pasal 183 Undang- Anonim, Kamus Hukum,PT. Citra


Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Umbara,Bandung, 2008.
Hukum Acara Pidana, dan Untuk Arrasjid Chainur, Hukum Pidana Perbankan,
mempidana seseorang hakim harus Cetakan Pertama, Sinar Grafika. Jakarta,
mendapat keyakinan atas bukti-bukti 2011.
yang diisyaratkan dalam undang-undang DjamaliAbdoel, Pengantar Hukum
sehingga terdakwa dinyatakan sebagai Indonesia, Ed. 2. Rajawali Pers,
pihak yang bersalah, karena di Indonesia Jakarta,2009.
menganut sistem pembuktian yang Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana,
negatif, yaitu pembuktian didasarkan Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
pada ada atau tidaknya alat bukti yang HiariejO.S.Eddy,Teori & Hukum
diperoleh dari barang bukti di mana alat Pembuktian, Erlangga, Jakarta. 2012.
bukti itu hakim mendapat keyakinan Kansil C.S.T., Christine S.T. Kansil, Engelien
bahwa seseorang itu bersalah atau tidak R. Palandeng dan Godlieb N. Mamahit,
bersalah. Kamus Istilah Aneka Hukum, Edisi
Pertama, Cetakan Kedua, Jala Permata
B. SARAN Aksara, Jakarta, 2010.
1. Pengaturan mengenai alat bukti yang LamintangP.A.F. dan Theo Lamintang,Delik-
sah dalam pemeriksaan perkara Delik Khusus KejahatanMembahayakan
kekerasan fisik dalam rumah tangga di Kepercayaan Umum, Terhadap Surat,
pengadilan memerlukan peran aparat Alat Pembayaran, Alat Bukti Dan
hukum untukberusaha melengkapisalah Peradilan, Edisi Kedua Cetakan Pertama,
satu alat bukti yang sah yaitu Sinar Grafika. Jakarta. 2009.
keterangan seorang saksi korban saja MakaraoTaufik Mohammad dan Suhasril
dengan suatu alat bukti yang sah Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan
lainnya, seperti keterangan ahli; surat; Praktek, (Editor) Risman F. Sikumbank,
petunjuk; keterangan terdakwa. Ghalia Indonesia, Jakarta, Januari 2004.
2. Pembuktian dalam pemeriksaan MahrusAli, Dasar-Dasar Hukum Pidana,
perkara kekerasan fisik dalam rumah Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta,
tangga di pengadilan memerlukan 2011.
ketelitian dan kecermatan dari majelis Marbun Rocky, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni
hakim, untuk memeriksa alat bukti yang dan Nusya A., Kamus Hukum Lengkap
sah di pengadilan. Oleh karena itu, (Mencakup Istilah Hukum & Perundang-
hakim harus hati-hati, cermat, dan Undangan Terbaru, Cetakan Pertama,
matang menilai serta Visimedia, Jakarta. 2012.
mempertimbangkan nilai pembuktian MarpaungLeden, Asas-Teori-Praktik Hukum
setiap alat bukti yang disebut dalam Pidana, Sinar Grafika. Cetakan Kedua,
Pasal 184 KUHAP dalam hubungannya Jakarta,2005.
dengan kekerasan fisik yang dilakukan SoerosoHadiatiMoerti, Kekerasan Dalam
oleh pelaku tindak pidana. Rumah Tangga (KDRT), Cetakan
Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
DAFTAR PUSTAKA Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan 6.
Alfitra, Hukum Pembuktian Dalam Beracara Rineka Cipta, Jakarta, 2009.
Pidana, Perdata dan Korupsi di
Indonesia, (Editor) Andriansyah, SyahrinAlvi, Beberapa Isu Hukum
Cetakan 1, Raih Asa Sukses, Jakarta, Lingkungan Kepidananaan, Cetakan
2011. Revisi, PT. Sofmedia, Jakarta, 2009.

22
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

SyamsuddinAziz, Tindak Pidana Khusus,


(Editor) Tarmizi, Ed. 1. Cet.1, Sinar
Grafika, Jakarta, 2011.
Wahid Abdull dan Muhammad Irfan,
Perlindungan Korban Kekerasan Seksual
(Advokasi Atas Hak Asasi Manusia) PT.
Refika Aditama, Cetakan Kedua.
Bandung, 2011.
Waluyo, Pengetahuan Dasar Hukum Acara
Pidana (Sebuah Catatan Khusus) Buku Ini
Berguna Bagi Para Mahasiswa Fakultas
Hukum Dan Untuk Para Praktisi Dapat
Dijadikan Sebagai Pedoman. Cetakan l.
Mandar Maju. Bandung. 1999.
WiyantoRoni, Asas-Asas Hukum Pidana,
Cetakan ke-l. Mandar Maju, Bandung,
2012.

SUMBER-SUMBER LAIN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan
Saksi dan Korban.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.

23

Anda mungkin juga menyukai