Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. VII/No.

5 /Jul/2018

SURAT SEBAGAI ALAT BUKTI MENURUT KITAB Pidana, yakni seperti yang telah diatur dalam
UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA1 Bab XVI sampai dengan Bab XX KUHAP atau
Oleh: Geraldo Angelo Luntungan2 dalam Pasal 145 sampai dengan Pasal 283
Dosen Pembimbing: KUHAP.
Michael Barama, SH, MH. KUHAP diatur dengan sangat lengkap hingga
Dr. Deasy Soeikromo, SH, MH menurut ketentuan Pasal 3 KUHAP ini,
ketentuan-ketentuan tersebut harus dipakai
ABSTRAK sebagai pedoman untuk menyelenggarakan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk peradilan-peradilan, yakni bukan saja dalam
mengetahui bagaimana kekuatan alat bukti lingkungan Pengadilan Negeri melainkan juga
surat dalam pembuktian menurut hukum acara dalam lingkungan Pengadilan Tinggi dan
pidana (KUHAP) dan bagaimana penerapan Mahkamah Agung.3
surat sebagai alat bukti sah menurut hukum Dalam KUHAP, acara pemeriksaan singkat
acara pidana (KUHAP). Dengan menggunakan oleh pembentuk undang-undang telah diatur
metode penelitian yuridis normatif, dalam Bagian Kelima dari Bab XVI KUHAP atau
disimpulkan: 1. Prinsip pembuktian satu alat dalam Pasal 203 dan Pasal 204 KUHAP, dan
bukti surat, kesempurnaannya (nilainya) itu acara pemeriksaan tindak pidana ringan atau
tidak dapat mengubah sifatnya menjadi suatu yang oleh pembentuk undang-undang disebut
alat bukti yang mempunyai nilai kekuatan sebagai acara pemeriksaan cepat diatur dalam
pembuktian yang mengikat atau sempurna, dan Bagian Keenam dari Bab XVI KUHAP atau dalam
nilai kekuatan yang melekat pada Pasal 205 sampai dengan Pasal 210 KUHAP.4
kesempurnaannya tetap bersifat kekuatan Dengan demikian, dapat diketahui bahwa
pembuktian yang bebas disini hakim bebas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
untuk menilai kekuatannya dan kebenaran atas Hukum Acara Pidana berlaku untuk
alat bukti surat. 2. Penerapan surat sebagai alat melaksanakan tata cara peradilan dalam
bukti sah tidak mampu untuk mempunyai lingkungan-lingkungan Pengadilan Negeri,
kekuatan pembuktian yang berdiri sendiri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung, serta
walau dari segi formal alat bukti surat resmi Peradilan Syariah Islam di Provinsi Nangroe
atau sah, autentik berbentuk surat yang Aceh Darussalam yang terdiri atas Mahkamah
dikeluarkan atau dibuat oleh pejabat yang Syariah untuk tingkat pertama dan Mahkamah
berwenang atau didasarkan undang-undang Syariah Provinsi untuk tingkat banding
adalah alat bukti yang sah dan sempurna, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
dalam persidangan hakim dalam menjatuhkan Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
pidana berdasar pada sekurang-kurangnya bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh
dengan dua alat bukti yang sah, untuk itu alat Darussalam.
bukti surat tetap memerlukan dukungan alat Dalam persidangan acara pidana tidak
bukti lain. semua perkara harus dibuktikan oleh jaksa
Kata kunci: Surat, Alat Bukti, Kitab Undang- sebagai penuntut umum, atau terdakwa (para
Undang Hukum Acara Pidana pihak), tetapi hanya hal-hal atau dalil-dalil yang
menjadi pokok perkara yang harus dibuktikan
PENDAHULUAN di muka hakim (pengadilan).
A. Latar Belakang Dalam perkara pidana yang berlangsung di
Pasal 3 KUHAP mengatakan bahwa muka hakim masing-masing pihak (jaksa) dan
peradilan yang dilakukan dalam lingkungan terdakwa (kuasanya) kemungkinan saling
Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan bertentangan dalam kesaksiannya. Disinilah
Mahkamah Agung serta pengadilan lain yang tugas hakim menentukan dasar amar
merupakan pengkhususan dari peradilan umum keputusannya, hakim harus didasarkan pada
harus dilakukan menurut cara yang telah diatur alat bukti yang benar, di samping
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara pertimbangan/dasar yang lain. Dalam perkara
perdata maupun perkara pidana, hakim dalam
1
Artikel Skripsi.
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Lamintang, Ibid.
4
110711124 BAB XVI KUHAP.

56
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

pembuktian untuk memutuskan suatu perkara HASIL DAN PEMBAHASAN


haruslah dibantu dengan alat bukti. Namun, A. Kekuatan Alat Bukti Surat dalam
terdapat perbedaan antara pembuktian dalam Pembuktian
perkara pidana dan pembuktian dalam perkara 1. Alat Bukti Surat dalam Pembuktian
perdata. Dalam perkara pidana pembuktian Secara normatif dalam hukum acara pidana
diarahkan untuk mencari bukti materiil yang dipakai sistem hukum acara pidana yang
cukup karena hukum pidana adalah hukum bersifat negatif menurut undang-undang yang
publik. Sedangkan hukum perdata adalah mempunyai maksud:
hukum privat maka terdapatlah perbedaan 1. Untuk mempersalahkan seseorang terdakwa
dalam kedua sistem pembuktiannya.5 atau tertuduh diperlukan suatu minimum
Mengacu pada uraian di atas, penulis pembuktian, yang ditetapkan dalam
terdorong untuk melakukan undang-undang.
penulisan/penelitian secara mendalam dengan 2. Namun, walaupun bukti bertumpuk-
judul “Penerapan Surat sebagai Salah Satu Alat tumpuk, melebihi minimum yang ditetapkan
Bukti dalam Perkara Pidana Menurut KUHAP”. dalam undang-undang tadi, jikalau hakim
tidak berkeyakinan tentang kesalahan
B. Perumusan Masalah terdakwa ia tidak boleh dipersalahkan dan
1. Bagaimana kekuatan alat bukti surat dalam menghukum terdakwa tersebut.
pembuktian menurut hukum acara pidana Hukum pidana ternyata bahwa walaupun
(KUHAP)? sudah cukup bukti yang diketengahkan, tetapi
2. Bagaimana penerapan surat sebagai alat jikalau hakim tidak yakin benar akan kesalahan
bukti sah menurut hukum acara pidana terdakwa maka tidaklah akan diputuskan
(KUHAP)? bahwa terdakwa dipersalahkan. Ini
dimaksudkan agar hakim tidak ditekan dengan
C. Metode Penelitian pembuktian palsu yang mungkin saja dibuat
Metode penelitian yang dipergunakan untuk menjatuhkan terdakwa. Di sini hakim
dalam penulisan skripsi ini penulis pidana dalam menjalankan pembuktian
menggunakan pendekatan yuridis normatif memegang peranan yang bebas.8
yang bersifat kualitatif. Soerjono Soekanto dan Kita ketahui bersama bahwa acara pidana
Sri Mamudji menjelaskan bahwa penelitian yang dianut oleh negara Republik Indonesia
hukum normatif mencakup asas-asas hukum, adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
sistematika hukum, penelitian terhadap tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
penerapan hukum baik yang berjalan secara disamping peraturan perundang-undangan
operasional oleh institusi maupun dalam hal hukum acara pidana lainnya yang diatur dalam
proses penyelesaian hukum dalam praktik, berbagai peraturan perundang-undangan,
untuk kemudian dilakukan penelitian terhadap seperti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal.6 tentang Kepolisian Negara, Undang-Undang No.
Penelitian yuridis normatif adalah penelitian 7/Drt/1955 tentang Tindak Pidana Ekonomi,
yang mengacu pada norma yang terdapat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
dalam peraturan perundang-undangan dan Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun
pada hukum yang berlaku (hukum positif) serta 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
norma-norma yang hidup dalam masyarakat. Korupsi, dan instrumen hukum terkait lainnya.
Adapun sifat kualitatif adalah menganalisa Namun demikian, sebelum KUHAP
secara mendalam dan menyeluruh diberlakukan maka hukum acara kita
(komprehensif).7 mendasarkan pada HIR/Het Herziene Inlandsch
Reglement (HIR) atau dikenal juga dengan
Reglemen Indonesia yang Diperbaharui (RIB)
5
R. Subekti, Hukum Pembuktian, Cetakan Kesepuluh, yang diundangkan dalam Staatsblad No. 44
Jakarta: Pradnya Paramita, 1993, hal. 7-8. Tahun 1941. Pada saat itu, dengan Pasal 6
6
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali, 2006,
8
hal. 15. Satochid Kartanegara yang dikutip oleh Teguh Samudera
7
Abdullah Sulaiman, Metode Penulisan Ilmu Hukum, dalam bukunya Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata,
Jakarta: YPPSDM, 2012, hal. 25. Bandung: Alumni, 1992, hal. 26.

57
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

Undang-Undang No. 1/Drt/1951, diperintahkan alat bukti yang bernilai sempurna, dengan
kepada pengadilan dan kejaksaan negeri dalam sendirinya bentuk dan isi surat tersebut:
wilayah Republik Indonesia agar seberapa a. Sudah benar kecuali dapat dilumpuhkan
mungkin HIR/RIB harus digunakan sebagai oleh alat bukti yang lain (alat bukti
pedoman tentang tata cara berperkara pidana keterangan saksi, alat bukti keterangan ahli
sipil kecuali atas beberapa perubahan dan atau alat bukti keterangan terdakwa);
tambahannya. Hal ini dimaksudkan untuk b. Semua pihak tak dapat lagi menilai
mengatasi adanya bermacam-macam hukum kesempurnaan bentuk dan pembuatannya;
acara pidana, seperti yang berlaku bagi c. Juga tak dapat lagi menilai kebenaran
Landraad dan yang berlaku untuk Raad Van keterangan yang dituangkan pejabat
Justitie.9 berwenang di dalamnya sepanjang isi
Uraian mengenai alat bukti surat ini dengan keterangan tersebut tidak dapat
definisi “surat” Asser-Anema sebagai berikut: dilumpuhkan dengan alat bukti yang lain.
“Surat-surat ialah segala sesuatu yang Dengan demikian, kalau ditinjau dari segi
mengandung tanda-tanda baca yang dapat formal, isi keterangan yang tertuang di
dimengerti, dimaksud untuk mengeluarkan isi dalamnya, hanya dapat dilumpuhkan oleh alat
pikiran”.10 bukti yang lain (seperti alat bukti keterangan
Pasal 187 huruf a, b, dan c KUHAP, dinilai saksi, alat bukti keterangan ahli atau alat bukti
sebagai alat bukti yang sempurna, dan keterangan terdakwa). Pembuktian dari segi
mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang formal ini hanya berdasarkan dari cara pandang
mengikat bagi hakim, sepanjang hal itu tidak teoretis. Belum tentu yang secara teori benar,
dilumpuhkan dengan bukti lawan. Oleh karena benar pula secara praktik. Dalam KUHAP ada
itu, dalam perkara perdata bukti surat resmi beberapa asas dan ketentuan yang dapat
atau autentik merupakan alat bukti yang mengenyampingkan apa yang secara teoretis
sempurna dan mengikat, hakim tidak bebas lagi benar.
untuk menilainya, dan terikat pada pembuktian 2. Ditinjau Secara Materiil
surat tersebut dalam mengambil keputusan Kalau ditinjau secara materiil maka semua
perkara perdata yang bersangkutan. alat bukti yang disebut dalam Pasal 187 KUHAP
KUHAP sama sekali tidak mengatur bukanlah merupakan alat bukti yang disebut
ketentuan khusus tentang nilai kekuatan dalam Pasal 187 KUHAP bukanlah merupakan
pembuktian surat. Lalu, bagaimana caranya alat bukti yang mempunyai kekuatan mengikat.
menilai kekuatan pembuktian yang melekat Nilai kekuatan pembuktian alat bukti surat
pada alat bukti surat? Dalam hal ini hanya mempunyai nilai pembuktian yang bersifat
dapat dijelaskan secara teoretis saja serta bebas, seperti yang dipunyai oleh alat
menghubungkannya dengan beberapa prinsip pembuktian keterangan saksi, alat pembuktian
pembuktian yang diatur dalam KUHAP. keterangan ahli. Hakim bebas untuk menilai
1. Ditinjau dari Segi Formal kekuatan pembuktiannya, hakim dapat
Alat bukti surat yang disebut pada Pasal 187 menggunakan atau menyingkirkannya.
huruf a, b, dan c KUHAP adalah alat bukti yang Dasar alasan ketidakterikatan hakim atas
sempurna karena bentuk dari surat-surat alat bukti surat, didasarkan pada beberapa
tersebut adalah resmi sesuai dengan formalitas asas, antara lain:
yang ditentukan oleh peraturan perundang- a. Asas Mencari Kebenaran
undangan. Dengan dipenuhinya ketentuan Karena pemeriksaan perkara pidana adalah
formal dalam pembuatannya serta dibuat dan bermakna mencari kebenaran materiil atau
berisi keterangan resmi dari seorang pejabat kebenaran sejati, bukan mencari kebenaran
yang berwenang dan pembuatan serta formal. Berdasarkan asas ini maka hakim bebas
keterangan yang terkandung dalam surat itu menilai kebenaran yang terkandung dalam alat
dibuat atas sumpah jabatan, maka ditinjau dari bukti surat. Walaupun dari segi formal alat
segi formal alat bukti surat seperti yang disebut bukti surat sudah benar dan sempurna, namun
pada Pasal 187 huruf a, b, dan c KUHAP adalah kebenaran dan kesempurnaan formal itu masih
dapat disingkirkan demi untuk mencapai dan
9
Andi Hamzah, Op Cit.
10
Lamintang, Op Cit.

58
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

mewujudkan kebenaran materiil atau itu tidak diberikan kepada orang-orang yang
kebenaran sejati. diminta memberikan keterangan sebagai
b. Asas Keyakinan Hakim ahli.11
Asas ini tampak pada jiwa ketentuan Pasal Pasal 187
183 KUHAP yang berhubungan erat dengan Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184
ajaran sistem pembuktian yang dianut KUHAP, ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan
yaitu sistem pembuktian menurut undang- atau dikuatkan dengan sumpah adalah:
undang. d. berita acara dan surat lain dalam bentuk
resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
B. Surat sebagai Alat Bukti Sah Menurut berwenang atau yang dibuat di hadapannya,
Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang memuat keterangan tentang kejadian
Penulis berpendapat alat bukti yang sah atau keadaan yang didengar, dilihat atau
terdapat dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, yang dialaminya sendiri, disertai dengan
apakah ada perbedaan antara keterangan saksi alasan yang jelas dan tegas tentang
seperti yang dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1) keterangannya itu;
huruf a dengan keterangan ahli seperti yang e. surat yang dibuat menurut ketentuan
dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1) huruf b peraturan perundang-undangan atau surat
KUHAP, hingga pembentuk KUHAP telah yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang
merasa perlu untuk membuat perbedaan termasuk dalam tata laksana yang menjadi
antara keterangan saksi dengan keterangan ahli tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan
dalam satu sisi dan Pasal 184 ayat (1) huruf c bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu
KUHAP sebagai berikut. Pengertian sebagai alat keadaan;
bukti, antara keterangan saksi dengan f. surat keterangan dari seorang ahli yang
keterangan ahli secara materiil hampir tidak memuat pendapat berdasarkan keahliannya
ada perbedaannya, karena adanya dua mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan
keterangan tersebut telah dimaksud untuk yang diminta secara resmi daripadanya;
membuat terang suatu perkara pidana yang g. surat lain, yang hanya dapat berlaku jika ada
sedang diperiksa, yang diharapkan dapat hubungannya dengan isi dari alat
menimbulkan keyakinan pada hakim, bahwa pembuktian yang lain.12
suatu tindak pidana benar-benar telah terjadi Dalam penjelasan mengenai ketentuan yang
dan bahwa terdakwa telah bersalah melakukan diatur dalam Pasal 187 KUHAP ini pembentuk
tindak pidana tersebut. KUHAP hanya merasa perlu memberikan
Akan tetapi, secara formal memang penjelasannya mengenai ketentuan yang diatur
terdapat sedikit perbedaan antara keterangan dalam huruf b, dengan mengatakan bahwa
saksi dengan keterangan ahli, yakni: yang dimaksud dengan surat yang dibuat oleh
a. pada dasarnya keterangan saksi dapat pejabat itu, termasuk juga surat yang
diberikan oleh setiap orang sedangkan dikeluarkan oleh suatu majelis yang berwenang
keterangan ahli hanya dapat diberikan oleh untuk itu.13
orang yang mempunyai keahlian di bidang Karena baik undang-undang maupun
tertentu saja; pembentuk undang-undang telah tidak
b. sumpah saksi berbunyi bahwa ia akan memberikan penjelasannya mengenai surat-
memberikan keterangan yang sebenarnya surat yang mana saja yang dapat dimasukkan
dan tidak lain dari yang sebenarnya, ke dalam pengertian masing-masing
sedangkan sumpah ahli berbunyi bahwa ia sebagaimana yang dimaksud pada huruf-huruf
akan memberikan keterangan yang sebaik- a, b, c, dan d di dalam Pasal 187 KUHAP
baiknya dan yang sebenar-benarnya tersebut, kiranya dapat dimengerti apabila
menurut pengetahuan dalam bidang kemudian timbul berbagai penafsiran yang
keahliannya; berbeda-beda di dalam praktik maupun di
c. pada dasarnya undang-undang memberikan dalam ilmu pengetahuan. Surat-surat yang
kesempatan kepada orang-orang tertentu
untuk memberikan keterangan sebagai saksi 11
Lamintang, Op Cit.
12
tanpa disumpah, sedang kesempatan seperti Pasal 187 KUHAP.
13
Penjelasan Pasal 187 KUHAP.

59
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

dimaksudkan dalam Pasal 187 huruf a dan b jawabnya dan yang diperuntukkan bagi
KUHAP merupakan surat-surat yang biasanya pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan.
disebut sebagai akta-akta resmi berupa akta- Jenis surat semacam ini hampir meliputi semua
akta autentik ataupun akta-akta jabatan.14 surat yang dikelola oleh aparat administrasi dan
Jadi, menurut bunyi Pasal 187 KUHAP, surat kebijakan eksekutif, misalnya kartu tanda
yang dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah penduduk, surat izin mengemudi kendaraan
menurut undang-undang, ialah: bermotor, passport, akta kelahiran, dan lain-
1. surat yang dibuat atas sumpah jabatan, atau lainnya, surat-surat tersebut dapat bernilai
2. surat yang dikuatkan dengan sumpah. sebagai alat bukti surat.16
Demikian juga, telah dirinci bentuk-bentuk Surat-surat lain yang hanya dapat berlaku
surat yang dapat dianggap mempunyai nilai jika ada hubungannya dengan isi surat dari alat
sebagai alat bukti, yaitu: pembuktian yang lain. Kalau kita telaah bunyi
"berita acara dan surat lain dalam bentuk Pasal 187 KUHAP yang diawali dengan kalimat
resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang "Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184
berwenang atau yang dibuat di hadapannya, ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan
dengan syarat, isi berita acara dan surat atau dikuatkan dengan sumpah, adalah ...".
resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang Padahal surat yang diartikan pada Pasal 187
berwenang itu harus berisi dan memuat huruf d KUHAP adalah surat pada umumnya,
keterangan tentang kejadian atau keadaan bukan surat yang berbentuk berita acara atau
yang didengar, dilihat atau yang dialami surat keterangan resmi yang dibuat oleh
pejabat itu sendiri, disertai dengan alasan pejabat yang berwenang. Juga bukan surat
yang jelas dan tegas tentang keterangan yang dibuat berdasarkan ketentuan undang-
itu".15 undang dan juga bukan surat keterangan ahli
Jadi, pada dasarnya surat yang termasuk alat yang dibuat oleh seorang ahli.17
bukti surat yang disebut di sini ialah surat resmi Di sini tampaknya antara kalimat awal Pasal
yang dibuat oleh pejabat umum yang 187 KUHAP tidak sejalan dengan bunyi Pasal
berwenang untuk membuatnya, namun agar 187 huruf d. Tampaknya antara Pasal 187 huruf
surat resmi tersebut dapat bernilai sebagai alat a, b, dan c KUHAP ada perbedaannya dengan
bukti dalam perkara pidana, surat resmi Pasal 187 huruf d KUHAP, antara lain:
tersebut harus memuat keterangan tentang 2. Surat yang tertuang dalam Pasal 187 huruf
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat, a, b, dan c KUHAP adalah surat resmi yang
dan dialami sendiri oleh si pejabat, serta dibuat oleh pejabat resmi yang berwenang
menjelaskan dengan tegas alasan keterangan atau berdasarkan ketentuan perundang-
itu dibuatnya. Misalnya, surat resmi itu undangan atau surat keterangan ahli yang
menerangkan bahwa A dan B telah datang bersifat khusus mengenai keadan tertentu
menghadapnya pada suatu hari, dan yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan
menjelaskan kepadanya untuk membuat dengan sumpah;
keterangan tentang pengembalian barang yang 3. Bentuk surat yang disebutkan dalam Pasal
dipinjamnya dari seseorang dan penjabat itu 187 huruf a, b, dan c KUHAP dengan
melihatnya sendiri bahwa barang tersebut sendirinya mempunyai nilai sebagai alat
dikembalikan kepada orang yang barangnya bukti yang sah, sejak surat itu dibuat;
dipinjam itu. 4. Sedang surat yang tertuang dalam Pasal 187
Surat itu sudah memenuhi syarat sebagai huruf d KUHAP, merupakan:
surat yang syarat-syaratnya telah dipenuhi, a. Bentuk surat pada umumnya, yakni yang
asalkan dalam surat tersebut ada penegasan tidak termasuk dalam surat-surat yang
bahwa surat itu dibuat atas sumpah jabatan. disebutkan dalam Pasal 187 huruf a, b,
Surat yang berbentuk menurut ketentuan dan c KUHAP, tetapi lebih bersifat
perundang-undangan atau surat yang dibuat pribadi, surat-menyurat atau
oleh pejabat mengenai hal yang termasuk korespondensi, surat ancaman, surat
dalam tata laksana yang menjadi tanggung
16
Ibid, hal. 271.
14 17
Koesparmono, Op Cit hal. 267. M. Yahya Harahap, Hukum Acara Pidana di Indonesia,
15
Koesparmono, Ibid hal. 267-268. Jakarta: Rajawali, 2000, hal. 91.

60
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

pernyataan, surat petisi, pengumuman, pertanyaan, yaitu sampai berapa jauh suatu
surat cinta, surat selebaran gelap, tulisan majelis hakim terikat untuk mempercayai
berupa karangan baik berupa novel, putusan dari majelis hakim yang lain, hingga
puisi, dan sebagainya tidak dibuat oleh putusannya dapat dipandang sebagai suatu alat
pejabat yang berwenang; bukti yang sah seperti yang dimaksud dalam
b. Dan surat sebagaimana disebut dalam Pasal 184 ayat (1) huruf c KUHAP.19
Pasal 187 huruf d KUHAP tidak dengan Pasal 486 KUHP, yakni untuk menentukan
sendirinya sebagai alat bukti yang sah apakah dalam pelanggaran terhadap beberapa
menurut undang-undang. Surat bentuk larangan yang berbeda menurut KUHP terdapat
semacam ini baru mempunyai nilai suatu pengulangan atau tidak.20 Apabila suatu
sebagai alat bukti atau pada dirinya majelis hakim di dalam putusannya telah
melekat nilai pembuktian, apabila isi mencantumkan putusan dari majelis hakim
surat yang bersangkutan mempunyai yang lain, sehingga majelis hakim itu sampai
hubungan dengan alat bukti yang lain. pada putusan bahwa di situ terdapat suatu
Nilainya sebagai alat bukti, tergantung pengulangan, apakah tidak dapat dikatakan
pada isinya. Manakala isinya tidak ada bahwa majelis hakim tersebut telah
hubungannya dengan alat pembuktian mengikatkan diri untuk mempercayai putusan
yang lain maka tidak mempunyai nilai dari majelis hakim yang lain. Orang tidak dapat
pembuktian.18 mengatakan demikian, karena yang diatur
Dari segi penilaian pembuktian, di dalam dalam Pasal 486 KUHP itu bukan masalah yaitu
ketentuan huruf d dari Pasal 187 KUHAP apakah seseorang pernah melakukan tindak
dengan tegas dinyatakan bentuk surat lain pidana seperti yang disebutkan dalam pasal
hanya dapat berlaku jika ada hubungannya tersebut, melainkan apakah orang tersebut
dengan isi dari alat pembuktian yang lain. Jadi, pernah dipidana karena telah melakukan tindak
bentuk surat lain yang diatur dalam Pasal 187 pidana seperti yang disebutkan dalam Pasal 486
huruf d KUHAP hanya dapat berlaku jika isinya KUHP.21
mempunyai hubungan dengan alat pembuktian Apabila putusan dari majelis hakim yang
yang lain. menyatakan di situ terdapat suatu pengulangan
Dapat dimasukkan ke dalam pengertian didasarkan pada adanya putusan dari majelis
surat atau berita acara seperti yang dimaksud hakim lain yang telah menjatuhkan pidana
dalam Pasal 187 huruf a KUHAP misalnya akta terhadap terpidana karena tindak pidana yang
notaris atau berita acara pemeriksaan surat. disebutkan dalam Pasal 486 KUHP, maka jelas
Dapat dimasukkan ke dalam pengertian putusan dari majelis hakim yang lain oleh
surat seperti yang dimaksud dalam Pasal 187 majelis hakim yang disebutkan pertama telah
huruf b KUHAP misalnya sertifikat tanah, berita dipandang sebagai surat seperti yang dimaksud
acara pemeriksaan di tempat kejadian yang dalam Pasal 187 huruf b KUHAP, hingga surat
dibuat oleh penyidik atau putusan pengadilan tersebut dianggap sebagai alat bukti yang sah
yang dibuat oleh majelis hakim yang mengadili untuk menyatakan terpidana telah melakukan
perkara seorang terdakwa. suatu pengulangan seperti yang dimaksud
Surat-surat sebagahrtana yang dimaksud dalam Pasal 486 KUHP.
dalam Pasal 187 huruf b KUHAP di atas, oleh Pasal 187 huruf c KUHAP menyebut "surat
undang-undang telah disebutkan secara keterangan dari seorang ahli yang memuat
tersendiri, karena jika tidak demikian maka pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
surat-surat tersebut dapat disebut orang sesuatu hal atau sesuatu keadaan"22 sebagai
sebagai surat-surat lain seperti yang dimaksud suatu alat bukti yang sah, apabila pendapatnya
dalam Pasal 187 huruf a KUHAP. Karena di atas mengenai hal atau keadaan tersebut telah
telah disebutkan antara lain, bahwa putusan
majelis hakim juga dapat dimasukkan ke dalam
19
pengertian surat sebagaimana yang dimaksud Sholehuddin, Sistem Sanksi Hukum Pidana, Jakarta: Raja
Grafindo, 2004, hal. 201.
dalam Pasal 187 huruf b KUHAP, timbul 20
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana,
Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014, hal. 218.
21
Eddy O.S. Hiariej, Ibid hal. 219-220.
18 22
Ibid, hal. 92-93. Pasal 187 huruf c KUHAP.

61
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

diminta secara resmi daripadanya. Pembentuk berpendapat bahwa surat-surat di bawah


KUHAP ternyata telah tidak menjelaskan tangan itu sama sekali tidak mempunyai arti di
tentang siapa yang sebenarnya secara resmi dalam pembuktian. Dalam sejarah pembentuk
dapat mengajukan permintaan seperti itu, dan undang-undang tidak pernah mau mengkaui
tentang apa yang sebenarnya dimaksudkan surat-surat di bawah tangan itu sebagai alat
dengan perkataan secara resmi itu sendiri.23 bukti, akan tetapi ia mau mengakuinya sebagai
Karena surat keterangan ahli seperti yang dasar pembuktian.26
dimaksudkan dalam Pasal 187 huruf c KUHAP Dengan demikian, sepucuk surat itu
oleh undang-undang telah dimaksud untuk walaupun di dalamnya tertulis hal-hal yang
dijadikan alat bukti untuk membuktikan sangat penting, tidak dengan sendirinya ia
kesalahan terdakwa, dan dari alat bukti mana merupakan suatu alat bukti yang sah menurut
hakim diharapkan dapat memperoleh undang-undang. Akan tetapi, surat tersebut
keyakinan bahwa terdakwa telah bersalah dapat digunakan sebagai dasar pembuktian,
melakukan tindak pidana seperti yang apabila ada saksi yang dapat memberikan
didakwakan oleh penuntut umum kiranya keterangan di bawah sumpah mengenas asal-
dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa yang usul dari surat itu dan mengenai apa yang
berwenang meminta surat keterangan ahli itu dituliskan dalam surat itu sendiri.
adalah penyidik, penuntut umum, atau hakim. Mengenai alat pembuktian lainnya sendiri
Permintaan untuk mendapatkan suatu surat kemudian telah menjadi permasalahan di
keterangan ahli dapat dipandang sebagai suatu dalam doktrin, yaitu apakah alat pembuktian
permintaan yang resmi, apabila permintaan tersebut dapat merupakan surat-surat di bawah
tersebut diminta oleh pejabat-pejabat tertentu tangan, hal tersebut adalah mungkin asalkan
yang disebutkan dalam KUHAP dalam kualitas surat-surat itu secara timbal balik memberikan
mereka sebagai penyidik, penuntut umum, dan jaminan tentang kebenaran dari penanda
hakim, dan dimaksud untuk membuat terang tangan dan penulisan tanggal yang tertera
suatu perkara pidana dalam pemeriksaan, baik dalam surat-surat tersebut. Adalah sudah jelas
oleh penyidik, oleh penuntut umum, maupun bahwa mengenai hal tersebut hakim harus
oleh majelis hakim.24 memperoleh penjelasan dari para saksi dan
Apa yang dimaksud dengan surat lain yang para ahli.27
hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian lain seperti PENUTUP
yang dimaksud dalam Pasal 187 huruf d KUHAP. A. Kesimpulan
Karena undang-undang telah tidak menjelaskan 1. Prinsip pembuktian satu alat bukti surat,
tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan kesempurnaannya (nilainya) itu tidak dapat
surat semacam itu, kiranya juga dapat mengubah sifatnya menjadi suatu alat bukti
dimengerti jika orang kemudian telah yang mempunyai nilai kekuatan pembuktian
memberikan arti yang berbeda-beda.25 yang mengikat atau sempurna, dan nilai
Seorang penuntut umum mungkin saja akan kekuatan yang melekat pada
menghubungkan ketentuan ini dengan kesempurnaannya tetap bersifat kekuatan
usahanya untuk membuktikan apa yang ia pembuktian yang bebas disini hakim bebas
dakwakan kepada seorang terdakwa, dalam hal untuk menilai kekuatannya dan kebenaran
ia ternyata tidak mampu mengajukan lain alat atas alat bukti surat.
bukti yang sah kecuali seorang saksi saja, 2. Penerapan surat sebagai alat bukti sah tidak
hingga ia akan mengartikan surat dalam mampu untuk mempunyai kekuatan
rumusan Pasal 187 huruf d KUHAP itu sebagai pembuktian yang berdiri sendiri, walau dari
setiap surat, asalkan ada hubungannya dengan segi formal alat bukti surat resmi atau sah,
keterangan dari saksi yang ia ajukan. Pendapat autentik berbentuk surat yang dikeluarkan
penuntut umum seperti itu sudah jelas kurang atau dibuat oleh pejabat yang berwenang
tepat, karena sudah sejak lama orang atau didasarkan undang-undang adalah alat
bukti yang sah dan sempurna, dalam
23
Andi Hamzah, Op Cit.
24 26
Op Cit, hal. 211. Van Bemmelen, Op Cit hal. 314.
25 27
Andi Hamzah, Op Cit. Lamintang, Op Cit.

62
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

persidangan hakim dalam menjatuhkan Mahrus, Ali. Asas-Asas Hukum Pidana, UII
pidana berdasar pada sekurang-kurangnya Press, Yogyakarta, 2008.
dengan dua alat bukti yang sah, untuk itu Moelyatno, Asas Hukum Pidana, Bina Aksara,
alat bukti surat tetap memerlukan dukungan Jakarta, 1983.
alat bukti lain. Nasution, Adnan Buyung. Bantuan Hukum di
Indonesia, LP3ES, 1981.
B. Saran Nawawi, Arief Barda. Kapita Selekta Hukum
1. Kepada semua pihak yang berperkara dalam Pidana, Citra Aditya Bakti, Semarang,
acara pidana, apabila mengajukan surat 2003.
sebagai alat bukti dalam persidangan Pompe, W.P.J., Handboek van het Nederlandse
hendaknya surat-surat tersebut harus Strafrecht, NV Uitgever Maatschappij,
mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang w.E. Tjeenk willink, Zwolle, 1959.
sempurna atau mengikat. Sholehuddin. Sistem Sanksi Hukum Pidana, Raja
2. Untuk menjamin tegaknya kebenaran, Grafindo, Jakarta, 2004.
keadilan, dan kepastian hukum bagi Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
seseorang, maka kepada jaksa atau hakim Hukum Normatif Suatu Tinjauan
tidak dapat dibenarkan menahan atau Singkat, Rajawali, Jakarta, 2006.
menghukum dengan pertimbangan alat Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi
bukti surat saja. Hukum, CV Rajawali, Jakarta, 1980.
Soesilo, R. Hukum Acara Pidana, PT Politea,
DAFTAR PUSTAKA Bogor, 1983.
Abidin, Andi Zainal. Sejarah dan Perkembangan Subekti, R. Hukum Pembuktian, Cetakan
Asas Oportunitas di Indonesia. Kesepuluh, Pradnya Paramita, Jakarta, 1993.
_______, Asas-Asas Hukum Pidana Bagian Sulaiman, Abdullah. Metode Penulisan Ilmu
Pertama, Alumni, Bandung, 1984. Hukum, YPPSDM, Jakarta, 2012.
Armanzyah. Memahami Hukum Acara Pidana, W.L.G. Lemaire, Het Recht in Indonesia, Hukum
Gramata Publishing, Jakarta, 2013. Indonesia, Gravenhage: W. van Hoeve,
Bemmelen, J.M. van, Ons Strafrecht I & II, H.D. 1952.
Tjeenk Willink, Groningen, 1971.
Hamzah, Andi. Hukum Acara Pidana Indonesia, Perundang-undangan
Sinar Grafika, Jakarta, 2008. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Pidana di Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Indonesia, Rajawali, Jakarta, 2000. Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.
Hiariej, Eddy O.S. Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman.
Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta,
2014.
Kartanegara, Satochid. Hukum Pembuktian
dalam Acara Perdata, Alumni, Bandung,
1992.
Kartono. Peradilan Bebas, Pradnya Paramita,
Jakarta, 2000.
Koesparmono, Panduan Memahami Hukum
Pembuktian dalam Hukum Perdata dan
Hukum Pidana, Gramata Publishing,
Bekasi, 2015.
Lamintang, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu
Pengetahuan Hukum Pidana dan
Yurisprudensi, Sinar Grafika, Jakarta,
2013.
Lamintang-Samosir, Hukum Pidana Indonesia,
Sinar Grafika, Jakarta, 2013.

63

Anda mungkin juga menyukai