Anda di halaman 1dari 22

DIKLAT PRESENTS

MOOTING
CLASS I
HUKUM ACARA PIDANA
MEET OUR
MASTER OF
Anggun Laura S
Stambuk 2020 CEREMONY
Gusni Pertiwi
Stambuk 2021
CURICULUM VITAE
Alumni Fakultas Hukum USU
Stambuk 2015
Alumni Komunitas Peradilan Semu
Fakultas Hukum USU
Founder Dynamic Law
MA RI 2019
Reinhard Siahaan, S.H.
Pemateri
TIMELINE
1. Pengertian Hukum Acara Pidana
2. Sifat Hukum Acara Pidana
3. Sejarah Hukum Acara Pidana
4. Sumber Hukum Acara Pidana
5. Proses Pidana
6. Alat-Alat Penegak Proses Pidana
7. Asas-Asas dalam Hukum Acara Pidana
PENGERTIAN HUKUM ACARA PIDANA
01. Menurut Pendapat Ahli
J.C.T. Simorangkir
"Hukum acara yang melaksanakan dan memper- tahankan hukum
pidana materil."

Van Bemmelen
"Hukum yang mempelajari peraturan- peraturan yang diciptakan oleh

negara, karena adanya dugaan terjadi pelanggaran undang-undang


pidana".
PENGERTIAN HUKUM ACARA PIDANA
02. Secara Umum
"Hukum acara pidana adalah hukum yang mengatur tentang
cara bagaimana mempertahankan atau menyelenggarakan
hukum pidana materiel, sehingga memperoleh keputusan hakim
dan cara bagaimana isi keputusan itu harus dilaksanakan."
SIFAT HUKUM ACARA
PIDANA
Menurut Van Apeldoorn, sifat hukum
acara pidana bersifat:

1. Publik
2. Accusatoir
SEJARAH HUKUM ACARA
PIDANA DI INDONESIA
1. ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA
Herziene Inlands Reglement atau Reglemen Indonesia Bumiputera yang dibaharui (RIB)
sesuai staatsblad 1941.441, yang sebelumnya bersumber dari Inland Reglement (IR).
Inland Reglement (IR) yang dikenal juga dengan sebutan Reglemen Bumiputera
dilaksanakan berdasarkan Pengumuman Pemerintah Hindia Belanda (Gubernur Jenderal)
tanggal 5 April 1848 (ST 1848-16) dan mulai berlaku sejak 1 Mei 1848. IR 18 kemudian disahkan
dengan firman Raja tanggal 29 September 1849 No. 93 tentang pemberlakuan IR dari
Kerajaan Belanda terhadap daerah jajahannya disebut asas concordantie beginsel.
IR sejak diberlakukan tanggal 1 Mei 1848 merupakan hukum acara pidana bagi golongan
Indonesia, khususnya untuk seluruh Indonesia. Untuk golongan Eropa berlaku Reglement op
de Strafvordering (SV).
Pengadilan
1. Pengadilan bagi golongan Indonesia disebut Landraad (kini menjadi Pengadilan Negeri).
2. Raad van Justitie (Pengadilan Tinggi), juga merangkap untuk penduduk golongan Indonesia.
2. ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG

1. Pasal 3 Osamu Seirei (undang-undang) No. 1 Tahun 1942, yang berlaku mulai 7
Maret 1942 berbunyi "Semula badan-badan pemerintahan dan kekuasaannya,
undang-undang dari pemerintahan yang dulu maka hukum. acara pidana yang
berlaku pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) pada dasarnya berbeda
pada masa sebelumnya, yaitu tetap berlaku HIR.
2. Nama pengadilan diganti menjadi:
Tihoo Hooin, yaitu Pengadilan Negeri;
Kootoo hooin, yaitu Pengadilan Tinggi;
Saikoo Hooin, yaitu Mahkamah Agung.
3. MASA KEMERDEKAAN RI
Berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD 45, yaitu "Segala badan-badan negara dari peraturan-
peraturan yang ada sampai berdirinya Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
masih berlaku selama tidak bertentangan dengan undang-undang tersebut".
HIR (Herziene Inlands Reglement atau Reglemen Indonesia Bumiputera yang dibaharui (RIB) Stbl
1941.441 dan Undang-Undang No.1/Drt/Tahun 1951 (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9) serta
semua peraturan pelaksanaannya dan peraturan perundang-undangan hanya yang menyangkut
hukum acara pidana.
Berbagai kekurangan HIR dan Undang-Undang Nomor 1/Drt/Tahun 1951 dan peraturan lainnya
dilakukan perubahan oleh pemerintah bersama-sama dengan DPR sehingga hukum acara
pidana diberlakukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana,
disahkan Presiden RI, Soeharto tanggal 31 Desember 1981, diundangkan di Jakarta tanggal 31
Desember 1981 dan Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 76.
SUMBER HUKUM ACARA
PIDANA
Pasal 24 Undang-Undang Dasar
Negara RI Tahun 1945;
Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman.
Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2009 tentang
Perubahan kedua Undang-Undang RI No. 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
Undang-Undang RI No. 49 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Undang-Undang RI No. 2 Tahun
1986 tentang Peradilan Umum.
SUMBER HUKUM ACARA
PIDANA
Undang-Undang RI No. 49 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1986
tentang Peradilan Umum.

Surat edaran atau fatwa Mahkamah Agung


Republik Indonesia terkait masalah hukum acara
pidana.

Yurisprudensi atau putusan-putusan Mahkamah Agung atau pengadilan


yang telah berkekuatan hukum tetap, yang terkait masalah hukum
acara pidana.

Doktrin atau pendapat para ahli hukum di bidang hukum acara pidana.
PROSES PIDANA

01 02 03
Penyelidikan Penyidikan Penuntutan

04 05 03
Pemeriksaan Putusan Upaya Hukum
Perkara
PROSES PIDANA
01 Penyelidikan
Menurut Pasal 1 Angka 5 KUHAP jo. Pasal 1 Angka 9 Undang-
Undang RI No. 2 Tahun 2002, penyelidikan adalah serangkaian
tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan.

Penyidikan
02 Menurut Pasal 1 angka 1 KUHAP jo. Pasal 1 angka 10 Undang-Undang RI No. 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI, penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang membuat
terang suatu tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan siapa
tersangkanya.
PROSES PIDANA
03 Penuntutan
Menurut Pasal 1 angka 7 KUHAP, “Penuntutan adalah tindakan penuntut
umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan.”
Kemudian, Wirjono Prodjodikoro juga memberikan definisi penuntutan yaitu,
“Menuntut seseorang seorang terdakwa di muka hakim pidana adalah
menyerahkan perkara seseorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada
hakim dengan permohonan supaya hakim memeriksa dan kemudian
memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa.”
PROSES PIDANA
04 Pemeriksaan Perkara di Pengadilan
Dalam hal pemeriksaan tersangka atau terdakwa, maka sistem pemeriksaan dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Sistem Inqusitoir
Sistem ini dilakukan sebelum berlakunya KUHAP, dimana pada pemeriksaan ini tersangka dianggap
sebagi objek pemeriksaan, yaitu pemeriksaan dilakukan dengan pintu tertutup, sehingga tersangka
dalam sistem pemeriksaan ini tidak mempunyai hak untuk membela diri
2. Sistem Accusatoir
Sistem ini memandang tersangka/terdakwa sebagai subjek pemeriksaan dan diberikan kebebasan
untuk membela diri atas tuduhan atau dakwaan yang dituduhkan atas dirinya..
Pemeriksaan ini dilakukan denga pintu terbuka, artinya semua orang (umum) dapat dan bebas
melihat jalannya pemeriksaan perkara di pengadilan.
PROSES PIDANA
05 Putusan
Dalam hukum acara pidana putusan merupakan suatu bentuk
keadilan tertinggi yang diberikan oleh Hakim kepada terdakwa
dan putusan tersebut dianggap benar serta memiliki kekuatan
yang mengikat sepanjang tidak ada upaya hukum yang
dilakukan oleh terdakwa terhadap putusan tersebut.

Upaya Hukum
06 Menurut R. Atang Ranoemihardja Upaya Hukum yaitu “suatu usaha melalui
saluran hukum dari pihak-pihak yang merasa tidak puas terhadap keputusan
hakim yang dianggapnya kurang adil dan kurang tepat.
ALAT-ALAT PENEGAK HUKUM
DALAM PROSES PIDANA
Terkait alat-alat penegak hukum, Drs. Petrus Hardana dalam laman
Lemhannas menerangkan bahwa di Indonesia dikenal adanya empat pilar
penegak hukum, yakni:
1. Kepolisian
2. Jaksa
3. Hakim, dan
4. Lembaga pemasyarakatan.
Kemudian, dengan hadirnya UU Penasihat Hukum, pilar penegak hukum
pun bertambah. Dikukuhkannya Penasihat Hukum sebagai salah satu
penegak hukum membuat istilah empat pilar berubah menjadi lima pilar
penegak hukum.
FUNGSI &
WEWENANG
ALAT-ALAT
PENEGAK
HUKUM??
ASAS-ASAS PENYELENGGARAAN PROSES PIDANA
Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan
Asas in presentia
Asas Pemeriksaan Pengadilan Terbuka Untuk Umum
Asas Persamaan di Muka Hukum (Equality Before The Law)
Asas Pengawasan
Asas Praduga Tak Bersalah (Presumption Of Innocent)
Asas Ganti Rugi dan Rehabilitasi
Asas Bantuan Hukum (Asas Legal Assistance)
Asas Formalitas
Asas Oppurtunitas
Bertanyalah
sebelum
KAMU YANG
DITANYA !!
-Bidang Terkeren alias DIKLAT, 2023-
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai