PIDANA
Kelompok 1:
Menurut KUHAP
“Tujuan dari hokum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan
atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari
suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana
secara jujur dan tepat dengan tujuan mencari siapakah pelaku yang dapat
didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta
pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti
bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu
dapat dipersalahkan”.
Fungsi Hukum Acara Pidana
9 Asas Akusator
Sumber Hukum Acara Pidana
Sumber dan dasar hukum pelaksanaan Hukum Acara Pidana di
Indonesia antara lain sebagai berikut :
1) Pasal 24 Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945
2) Pasal 24 ayat (1) A Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945
3) Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana disingkat KUHAP (LN. 1981-76 & TLN – 3209)
4) Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman, diubah dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 1999,
kemudian diubah dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 dan terakhir diubah
dengan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
5) Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, kemudian
diubah dengan Undang-Undang RI No. 5 Tahun 2004, dan terakhir diubah dengan
Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan kedua Undang-Undang
RI No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
Sumber Hukum Acara Pidana
b. Penyidik
Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tanggal 31 Desember 1981 dalam pasal 1
ayat 1 menyatakan bahwa penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
untuk melakukan penyidikan. Wewenang Penyidik tercantum dalam Pasal 7 Undang-
Undang No. 8 Tahun 1981 tanggal 31 Desember 1981.
c. Penyidik Pembantu
Menurut Pasal 1 angka 3 Pasal 10 ayat (1) KUHAP Pasal 1 angka 12 Undang-Undang
RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI, bahwa yang dimaksud Penyidik
pembantu adalah Pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia yang karena diberi
wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang
ini. Wewenang penyidik pembantu tercantum dalam pasal 11 KUHAP.
f. Hakim
Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tanggal 31 Desember 1981 dalam pasal 1
ayat 8 menyatakan bahwa hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang
oleh undang-undang untuk mengadili. Wewenang hakim yaitu menyelenggarakan perkara
mulai dari menerima, memeriksa sampai dengan mengadili perkara yang masuk di
peradilan. Tugas utama Hakim adalah menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan semua perkara yang diajukan kepadanya.
g. Tersangka
Menurut pasal 1 ayat 14 KUHAP, tersangka adalah seorang yang karena
perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku
tindak pidana. Hak-hak tersangka diatur dalam pasal 51, 53-66, 30, 95, 68, 81, 119, 97, 122,
123,1 14, 116, 117 KUHAP.
h. Terdakwah
Menurut Pasal 1 ayat 15, terdakwa adalah .Terdakwa adalah seorang tersangka yang
dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan. Hak-hak tersangka diatur dalam pasal
50–60, 62–67, 30, 72, 79, 95, 97, 155, 156, 165, 166, 167, 169, 180, 182 KUHAP.
i. Terpidana
Menurut Pasal 1 ayat 32 KUHAP terpidana adalah seorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh keputusan hukum tetap. Hak-
hak terpidana diatur dalam pasal 95 KUHAP.
j. Bantuan Hukum
Orang yang dapat memberikan ”bantuan hukum” kepada
tersangka/terdakwa disebut ”penasihat hukum”. Menurut Undang-Undang No.
8 Tahun 1981 tanggal 31 Desember 1981 dalam pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa
yang dimaksud penasihat hukum adalah “seorang yang memenuhi syarat yang
ditentukan oleh atau berdasarkan Undang-Undang untuk memberi bantuan
hukum”. Hak-hak penasihat hukum diatur dalam pasal 69, 70, 72, 73, 115
Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan pemberian bantuan hukum itu, adalah
dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh keadilan, perlu adanya
pemerataan bantuan hukum khusus bagi mereka yang tidak atau kurang
mampu.
Proses Hukum Acara Pidana
1. Penangkapan
Menurut Pasal 1 ayat 20 KUHAP penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa
pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat
cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal
serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
2. Tertangkap Tangan
Menurut Pasal 1 ayat 19 KUHAP tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang
pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat
tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai
orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang
diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan
bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana
itu.
3. Penahanan
Menurut Pasal 1 ayat 21 KUHAP penahan penempatan tersangka atau terdakwa di
tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya,
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
4. Penggeledahan
KUHAP mengatur dua bentuk penggeledahan yaitu penggeledahan rumah dan
penggeledahan badan. Menurut Pasal 1 ayat 17 penggeledahan rumah tindakan penyidik
untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup Iainnya untuk melakukan
tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang.
Menurut Pasal 1 ayat 18 KUHAP penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk
mengadakan pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang
diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta untuk disita.
5. Penyitaan Barang Bukti
Menurut Pasal 1 ayat 16 KUHAP penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik
untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak
atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam
penyidikan, penuntutan dan peradilan.
6. Penyegelan
Penyegelan yang dimaksud disini adalah penyegelan atas barang bukti atau barang
sitaan yang dilakukan oleh penyidik.
7. Pembukuan Surat
Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tidak pidana yang
didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil periksaan penyidikan
dan merupakan dasar serta landasan bagi Hakim dalam pemeriksaan dimuka sidang
pengadilan.
Kesimpulan
Zaman dahulu hukumyang berlaku adalah hukum adat atau hukum yang tidak
tertulis. Pada saat itu belum ada pengertian tentang pemisahan antara
perkara pidana dan perkara perdata. Pihak-pihak yang terkait dalam hukum
acara pidana Indonesia. Pihak-pihak tersebut termasuk penyelidik, penyidik,
penyidik pembantu, penyidik pegawai negeri sipil (PPNS), penuntut umum,
hakim, tersangka, terdakwa, terpidana, dan penasihat hukum. Proses hukum
acara pidana melibatkan serangkaian tahapan yang diatur oleh KUHAP.
Tahapan tersebut meliputi penangkapan yang memerlukan surat perintah
dan bukti yang cukup, penahanan yang diterapkan berdasarkan tingkat
kejahatan, penggeledahan rumah dan badan, penyitaan barang bukti,
penyegelan, serta pembukuan surat dakwaan
THANK
YOU!