EDIT PPT
Dasar Hukum Lembaga Peradilan.
Secara historis UU Pengadilan HAM lahir karena amanat Bab IX Pasal 104 Ayat (1) UU
No. 39 Tahun 1999. Dengan lahirnya UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
tersebut, maka penyelesaian kasus HAM berat dilakukan dilingkungan Peradilan Umum.
Ini merupakan wujud dari kepedulian negara terhadap warga negaranya sendiri. Negara
menyadari bahwa perlunya suatu lembaga yang menjamin akan hak pribadi seseorang.
Jaminan inilah yang diharapkan nantinya setiap individu dapat mengetahui batas haknya
dan menghargai hak orang lain. Sehingga tidak terjadi apa yang dinamakan
pelanggaran HAM berat untuk kedepannya.
h. UU RI No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung.
bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka yang dilaksanakan
oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara, serta oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi;
bahwa Mahkamah Agung sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat dan
ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf
b, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;
i.UU RI No. 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 2 Tahun 1986 tentang
Peradilan Umum
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan bangsa, negara, dan
masyarakat, yang tertib, bersih, makmur, dan berkeadilan;
bahwa Peradilan Umum merupakan lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka, untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan;
bahwa Peradilan Umum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1986 tentang Peradilan Umum sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan kehidupan ketatanegaraan
menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum;
j. UU RI No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara
k. UU RI No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No. 5 Tahun 1989
l. UU RI No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung.
b. bahwa tindak pidana korupsi telah menimbulkan kerusakan dalam berbagai sendi kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara sehingga upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi perlu dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan yang menuntut
peningkatan kapasitas sumber daya, baik kelembagaan, sumber daya manusia, maupun sumber
daya lain, serta mengembangkan kesadaran, sikap, dan perilaku masyarakat antikorupsi agar
terlembaga dalam sistem hukum nasional
Disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya negara hukum Republik I
ndonesia.
o. UU RI No. 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 2 Tahun
1986 tentang Peradilan Umum.
Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1986 tentang Peradilan Umum sepanjang kata "bersama" dan frasa "dan Komisi Yudisial"
bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. b.
Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum selengkapnya berbunyi "Proses seleksi
pengangkatan hakim pengadilan negeri dilakukan oleh Mahkamah Agung", selengkapnya berbunyi
"Ketentuan lebih lanjut mengenai proses seleksi diatur oleh Mahkamah Agung."
p. UU RI No. 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 5 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama.
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sepanjang kata "bersama" dan frasa
"dan Komisi Yudisial" bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat. b. Pasal 13A ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
selengkapnya berbunyi "Proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan agama dilakukan oleh
Mahkamah Agung", selengkapnya berbunyi "Ketentuan lebih lanjut mengenai proses seleksi diatur