Anda di halaman 1dari 10

Pengadilan di negara indonesia

I. Pengadilan Umum

A. Pengertian Pengadilan Umum


Peradilan Umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang
menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Landasan yang
mengatur susunan dan kekuasaan Peradilan Umum adalah Undang-undang Nomor 8 tahun 2004.
Contoh kasus yang bisa diselesaikan oleh Peradilan Umum seperti kasus pencurian,
pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, lalu-lintas, perceraian (non islam), dsb.

B. Ruang Lingkup Pengadilan Umum

1. Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri berkedudukan di ibukota kabupaten/kota, dengan daerah hukum
meliputi wilayah kabupaten / kota bertugas utk memeriksa dan memutuskan perkara tinggkat
pertama dari segala perkara sipil untuk semua golongan penduduk (warga negara dan orang
asing). setiap perkara dalam pengadilan negeri diadili oleh sekurang-kurangnya tiga orong hakim
yang dibantu oleh seorang panitera.
pengadilan negeri memiliki kewenangan nisbi, kewenangan nisbi adalah kewenangan untuk
memeriksa gugatan atas tuntutan berdasarkan tempat tinggi tergugat.

2. Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi, berkedudukan di ibukota provinsi, dengan daerah hukum meliputi
wilayah provinsi.
Fungsi n Wewenang Pengadilan Tinggi adalah sebagai berikut :
a.Memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir mengenai sengketa wewenang dan mengadili
antarpengadilan negeri dalam daerah hukumnya (provinsi)
b. Memeriksa ulang semua perkara perdata dan pidana sepanjang dimungkinkan untuk
dimintakan banding
c. Memimpin pengadilan-pengadilan negeri dalam daerah hukum
d. Melakukan pengawasan terhadap jalannyapengadilan dalam daerah hukumnya dan menjaga
agar peradilan tersebut diselenggarakan dengan saksama dan sewajarnya
e. Mengawasi perbuatan hakim pengadilan negeri dengan daerah hukumnya secara teliti.

3. Pengadilan Khusus
Dalam Undang-Undang no.48 tahun 2009 pada pasal 1 angka 8,Pngadilan khusus adalah
Pengadilan yang punya kewenangan untuk memeriksa,mengadili dan memutus perkara
tertentu ,yang hanya dapat di bentuk dalam salah satu lingkungan badan peradilan dibawah
Mahkamah Agung yang di atur dalam Undang-Undang. Ada 6 pengadilan Khusus yang berada
pada lingkup pengadilan umum sebagai berikut:
1. Pengadilan Anak
2. Pengadilan Niaga
3. Pengadilan Hak Asasi Manusia
4. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, berkedudukan di ibukota provinsi
5. Pengadilan Hubungan Industrial
6. Pengadilan Perikanan
4. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung (MA) merupakan badan kehakiman tertinggi di berbagai
negara (termasuk Indonesia) dan merupakan pengadilan terakhir di mana putusannya tidak dapat
diajukan banding. MA berkedudukan di ibu kota Republik Indonesia (Jakarta).
Fungsi dan tugasnya adalah sbb:
1. Memutuskan pada pemeriksaan pertama dan tingkat tertinggi mengenai perselisihan-
perselisihan yurisdiksi antarpengadilan negeri, pengadilan tinggi yang sama, pengadilan tinggi
dan pengadilan negeri, pengadilan sipil dan pengadilan militer.
2. Memberi atau membatalkan kasasi atau keputusan hakim yang lebih rendah. Kasasi dapat
diajukan apabila peraturan hukum tidak dilaksanakan atau terdapat kesalahan pada
pelaksanaannya dan peradilan tidak dilaksanakan menurut undang-undang
3. Memberi keputusan dalam tingkat banding atas keputusan-keputusan wasit atau pengadilan
arbiter (pengadilan swasta yang terdapat dalam dunia perdagangan dan diakui oleh pemerintah)
4. Mengadakan pengawasan tertinggi atas jalannya peradilan dan memberi
keterangan,pertimbangan, dan nasihat tentang soal-soal yang berhubungan dengan hukum,
apabila hal itu diminta oleh pemerintah.

C. Contoh Kasus yang ditangan Pengadilan Umum

1.Pembunuhan
Pembunuhan merupakan salah satu tindak pidana yang merugikan
seseorang, karena menghilangkan nyawa seseorang dengan sengaja atau terencana. Kasus
pembunuhan merupakan salah satu contoh kasus yang diselesaikan oleh peradilan umum. Seperti
contoh kasus berikut ini.:

Hari ini persidangan terhadap John Kei kembali digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
John Kei adalah terdakwa kasus pembunuhan. Dia diduga menjadi otak pembunuhan mantan bos
PT Sanex Steel Tan Hari Tantono alias Ayung.
Pada Selasa (25/9/2012) lalu sidang harus ditunda karena ketidakhadiran tiga saksi lainnya dari
pihak jaksa penuntut umum (JPU). Pada persidangan sebelumnya, saksi Sait Tetlageni
memberikan keterangan terkait hubungan John Kei dengan korban Ayung yang menurutnya
memburuk sejak Oktober 2011. Namun, hal tersebut dibantah oleh kuasa hukum John Kei,
Taufik Chandra. Taufik mengatakan, sebagian besar keterangan saksi Sait Tetlageni bohong.
"Semenjak Oktober 2011 menurut saksi hubungan John Kei dan Ayung memburuk, tapi
kemudian diakui lagi olehnya pada Desember 2011 Ayung masih mengirimkan besi untuk
membantu pembangunan rumah John Kei," ujarnya.
Sementara itu, kondisi di depan dan di sekitar Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dijaga ketat polisi
demi mengantisipasi keributan yang sempat terjadi pada persidangan minggu lalu.
"Pengamanan sidang akan berjalan seperti sidang minggu lalu, kami siagakan 400 personel
gabungan dari Polda Metro Jaya, Polrestro Jakarta Pusat, dan Polsektro Gambir," ujar
Kapolsektro Gambir Ajun Komisaris Besar Tatan Dirsan.
Seperti diberitakan Kompas.com sebelumnya, John Kei didakwa sebagai otak pembunuhan
mantan bos PT Sanex Steel Tan Hari Tantono alias Ayung pada 26 Januari 2012. Pada
persidangan sebelumnya, JPU mendakwa John Kei dengan dakwaan primer Pasal 340 KUHP
juncto Pasal 55 (Ayat 1) poin 1, Pasal 56 (Ayat 2) KUHP dengan ancaman hukuman mati, serta
pasal subsider, yaitu Pasal 338 KUHP dengan ancaman hukuman pidana seberat-beratnya 15
tahun penjara.”

II. Peradilan Agama


A. Pengertian Peradilan Agama
Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung bagi rakyat pencari
keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-
Undang No. 7 tahun 1989. Contoh kasus yang bisa diselesaikan oleh Peradilan Agama seperti
perceraian, hak asuh anak, harta warisan, dsb.
Peradilan Agama merupakan kerangka sistim dan tata hukum Nasional yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Untuk mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan
sebagaimana yang diamanatkan oleh UU No. 14/1970 diperlukan adanya perombakan yang
bersifat mendasar terhadap segala perundang-undangan yang mengatur BadanPeradilan Agama
tersebut.
Berlakunya UU No. 7/1989, secara konstitusional Pengadilan Agama merupakan salah satu
Badan Peradilan yang disebut dalam pasal 24 UUD 1945. Kedudukan dan kewenangannya
adalah sebagai Peradilan Negara dan sama derajatnya dengan Peradilan lainnya, mengenai fungsi
Peradilan Agama dibina dan diawasi oleh Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara
Tertinggi, sedangkan menurut pasal 11 (1) UU No. 14/1970 mengenai Organisasi, Administrasi
dan Finansiil dibawah kekuasaan masing-masing Departemen yang bersangkutan. Suasana dan
peran Pengadilan Agama pada masa ini tidaklah berbeda dengan masa kemerdekaan atau
sebelumnya karena Yurisdiknya tetap kabur baik dibidang perkawinan maupun dibidang waris.
Hukum Acara yang berlaku tidaklah menentu masih beraneka ragam dalam
bentuk peraturan perundang-undangan bahkan juga hukum acara dalam hukum tidak tertulis
yaitu hukum formal Islam yang belum diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-
undangan.Pada tahun 1989 lahirlah UU No.7 tahun 1989 yang diberlakukannya tanggal 29
Desember 1989, kelahiran undang-undang tersebut tidaklah mudah sebagaimana yang
diharapkan akan tetapi penuh perjuangan dan tantangan dengan lahirnya UU No.7 tahun 1989
tentang Peradilan Agama adalah sebagi tonggak monumen sejarah Pengadilan Agama terhitung
tanggal 29 Desember 1989 tersebut.
Lahirnya UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama telah mempertegas kedudukan
dan kekuasaan Peradilan Agama sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 UU No.14 tahun 1970
tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman juga memurnikan fungsi dan susunan
organisasinya agar dapat mencapai tingkat sebagai lembaga kekuasaan kehakiman yang
sebenarnya tidaklah lumpuh dan semu sebagaimana masa sebelumnya. Disamping itu
lahirnyaUU tersebut menciptakan kesatuan hukum Peradilan Agama dan tidak lagi berbeda-beda
kewenangan dimasing-masing daerah di lingkungan Peradilan Agama. Peradilan Agama baik di
Jawa-Madura maupun diluar Jawa-Madura adalah sama kedudukan dan kewenangan baik hukum
formil maupun materiilnya. Dengan demikian Peradilan Agama telah sama kedudukannya
dengan Peradilan lainnya sebagaimana dalam pasal 10 (1) UU No.14 tahun 1970.

B. Ruang Lingkup Pengadilan Agama

Ruang lingkup pengadilan Agama meliputi:


1. Pengadilan Tinggi Agama
2. Pengadilan Agama
3. Pengadilan Khusus

C. Tugas dan Fungsi Peradilan Agama

Tugas:
Sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan ialah
menerima, memeriksa dan memutuskan setiap perkara yang diajukan kepadanya, termasuk
didalamnya menyelesaikan perkara voluntair.

Peradilan Agama juga adalah salah satu diantara 3 Peradilan Khusus di Indonesia. Dikatakan
Peradilan Khusus karena Peradilan Agama mengadili perkara-perkara perdata tertentu dan
mengenai golongan rakyat tertentu. Dalam struktur 0rganisasi Peradilan Agama, ada Pengadilan
Agama dan Pengadilan Tinggi Agama yang secara langsung bersentuhan dengan penyelesaian
perkara di tingkat pertama dan banding sebagai manifestasi dari fungsi kekuasaan kehakiman.
Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan agama dilaksanakan oleh Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tinggi Agama.
Tugas-tugas lain Pengadilan Agama ialah :
1. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang Hukum Islam kepada instansi
Pemerintah didaerah hukumnya apabila diminta.
2. Melaksanakan hisab dan rukyatul hilal.
3. Melaksanakan tugas-tugas lain pelayanan seperti pelayanan riset/penelitian, pengawasan
terhadap penasehat hukum dan sebagainya.
4. Menyelesaikan permohonan pembagian harta peninggalan diluar sengketa antara orang-orang
yang beraga Islam.
Dengan demikian, Pengadilan Agama bertugas dan berwenang untuk menyelesaikan semua
masalah dan sengketa yang termasuk di bidang perkawinan, kewarisan, perwakafan, hibah,
infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah.
Fungsi:
1. Melakukan pembinaan terhadap pejabat strykturan dan fungsional dan pegawai lainnya baik
menyangkut administrasi, teknis, yustisial maupun administrasi umum
2. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku hakim dan pegawai lainnya
(pasal 53 ayat 1 dan 2, UU No.3 Tahun 2006)
3. Menyelenggarakan sebagian kekuasaan negara dibidang kehakiman

D. Contoh kasus yang ditangani Pengadilan Agama


Contoh kasus yang diselesaikan melalui Peradilan Agama:
1. Perceraian
Perceraian merupakan contoh kasus yang diselesaikan oleh Peradilan Agama. Karena
kasus ini menyangkut pada ketentuan agama. Contoh kasus perceraian yang diselesaikan oleh
peradilan agama adalah sebagai berikut.
Kasus perceraian di Semarang meningkat pesat selama kurun waktu 3 bulan terakhir
berdasarkan hasil penelusuran wartawan CaRe, mulai tanggal 04/06/12, 18/06/12 dan 28/06/12
dengan berdasarkan acuan kejadian perkara dan statistic Pengadilan Agama. Di tahun 2012.
Dalam kurun waktu kurang lebih tiga bulan ini, masalah kasus perceraian yang terjadi di
Pengadilan Agama (PA) Semarang semakin meningkat hingga mencapai hampir -+80 % dari
2.350 kasus pertahun. Dengan asumsi setiap bulannya sekitar 196 kasus pengajuan yang harus
tertangani penyelesaiannya.
Adapun dari kasus peningkatan perceraian semua itu, rata-rata kebanyakan menimpa
kalangan rumah tangga yang masih relatif muda, antara masa 3-5 tahun. Hal ini, rata-rata karena
faktor tekanan ekonomi, kurangnya memahami fungsi, tugas dan tanggungjawab dalam berumah
tangga. Serta disebabkan juga terjadi adanya faktor perselingkuhan dengan melibatkan pihak ke
tiga.
Seperti halnya yang dialami RAR Binti TBR (25) Th, warga Lempong Sari, Semarang
dengan suaminya TJU Bin PR (24) Th. Diketahui melakukan perselingkungan dengan wanita
lain (WIL) terjadi bulan Desember 2012 dan untuk pengajuan sidang gugatan cerai 18/06/12.
Demikian juga apa yang menimpa pada diri HP Bin HS (28) Th dengan isterinya DA. Binti
WTB (28) Th, warga Jatigaleh, Semarang. Dimana, diketahui isterinya bermesraan dengan pria
lain (PIL) terjadi bulan Februari 2012. Dan sampai menimbulkan terjadinya tindak pemukulan,
5/04/12. Adapun pemanggilan pengajuan sidangnya, 4/06/12 dan berlanjut sampai dengan
18/06/12.
Sementara dari identifikasi dan wawancara dilokasi PA setempat, baik dari
pengugat/tergugat yang didampingi pengacara maupun tidak. Diketahui pengajuan dalam
penetapan kasus gugatan cerai tersebut, kebanyakan berkisar pada alasan dasar pasal 39 UU No.
1 Tahun 1974 jo. pasal 16 PP No. 9 Th. 1975 jo. pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI) atau
PP. No. 9 tahun 1975 pasal 19 huruf f jo. KHI Pasal 116 huruf f.

III. Pengadilan Militer

A. Pengertian Pengadilan Militer


Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang melaksanakan
kekuasaan kehakiman mengenai kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana
militer. Contoh kasus yang dapat diselesaikan oleh peradilan militer seperti pelanggaran hak
asasi manusia oleh TNI, pelanggaran kedislipinan oleh TNI, pembunuhan yang dilakukan oleh
Prajurit TNI, dsb.

B. Ruang Lingkup Pengadilan Militer


Ruang Lingkup Peradilan Militer meliputi:
1. Pengadilan Militer
2. Pengadilan Militer Tinggi
3. Pengadilan Militer Utama

C. Fungsi dan Struktur Pengadilan Militer

I. RUANG LINGKUP PERKARA


1. PERKARA PIDANA
2. GUGATAN TUN

II. SUSUNAN PENGADILAN


1. PENGADILAN MILITER
2. PENGADILAN MILITER TINGGI
3. PENGADILAN MILITER UTAMA
4. PENGADILAN MILITER PERTEMPURAN

III. SUSUNAN ODITURAT MILITER


1. ODITURAT MILITER
2. ODITURAT MILITER TINGGI
3. ODITURAT JENDRAL
4. ODITURAT MILITER PERTEMPURAN
IV. KOMPETENSI PENGADILAN MILITER
1. PENGADILAN MILITER
PENGADILAN MILITER MEMERIKSA DAN MEMUTUS PERKARA PIDANA PADA TINGKAT
PERTAMA YANG TERDAKWANYA :
a. PRAJURIT BERPANGKAT KAPTEN KEBAWAH
b. MEREKA YANG DIPERSAMAKAN / ANGGOTA GOLONGAN YANG DIPERSAMAKAN
TERMASUK TINGKAT KAPTEN KEBAWAH
c. MEREKA YANG ATAS KEPUTUSAN MAHKAMAH AGUNG HARUS DIADILI DI PENGADILAN
MILITER.
2. PENGADILAN MILITER TINGGI
PADA TINGKAT PERTAMA
1)MEMERIKSA DAN MEMUTUS PERKARA PIDANA YANG TERDAKWANYA.
a)PRAJURIT ATAU SALAH SATU PRAJURIT BERPANGKAT MAYOR KE ATAS.
b)MEREKA YANG DIPERSAMAKAN DENGAN TINGKAT KEPANGKATAN MATOR KEATAS.
c)MEREKA YANG BERDASARKAN KEPUTUSAN MAHKAMAH AGUNG, HARUS DIADILI
DIPENGADILAN MILITER.
2)MEMERIKSA, MEMUTUS DAN MENYELESAIKAN SENGKETA TATA USAHA TNI.
a) MEMERIKSA DAN MEMUTUS PADA TINGKAT BANDING PERKARA PIDANA YANG TELAH
DIPUTUS OLEH PENGADILAN MILITER.
b)MEMUTUS PADA TINGKAT PERTAMA DAN TERAKHIR SENGKETA KEWENANGAN MENGADILI
ANTAR PENGADILAN MILITER DALAM DAERAH HUKUMANNYA.

3. PENGADILAN MILITER UTAMA


a. MEMERIKSA DAN MEMUTUS PADA TINGKAT BANDING PERKARA PIDANA DAN SENGKETA
TATA USAHA TNI YANG TELAH DIPUTUS PADA TINGKAT PERTAMA OLEH PENGADILAN
MILITER YANG DIMINTAKAN BANDING.
b. MEMUTUS PADA TINGKAT PERTAMA DAN TERAKHIR SEMUA SENGKETA WEWENANG
MENGADILI:
1) ANTAR PENGADILAN YANG BERKEDUDUKAN DIDAERAH HUKUM PENGADILAN MILITER
TINGGI YANG BERLAINAN.
2) ANTAR PENGADILAN MILITER TINGGI.
3) ANTAR PENGADILAN TINGGI DAN PENGADILAN MILITER
c. MEMUTUS PERBEDAAN PENDAPAT ANTARA PEPERA DENGAN ODITUR TENTANG
DIAJUKAN TIDAKNYA PERKARA KEPENGADILAN.
d. MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP:
1) PENYELENGGARAAN PENGADILAN MILITER (PENGADILAN / TINGGI / PERTEMPURAN).
2) TINGKAH LAKU DAN PERBUATAN.
3) MENERUSKAN PERKARA KEPADA MAHKAMAH AGUNG YANG DIMOHONKAN KASASI ATAU
PENINJAUAN KEMBALI.
4. PENGADILAN MILITER PERTEMPURAN.
a. MEMERIKSA DAN MEMUTUS PADA TINGKAT PERTAMA DAN TERAKHIR PERKARA PIDANA
YANG DILAKUKAN YUSTISIA BEL PERADILAN MILITER DIDAERAH PERTEMPURAN.
b. BERSIFAT MOBIL DAN BERDAERAH HUKUM DI DAERAH PERTEMPURAN.

V. KOMPETENSI ODITURAT MILITER


1. ODITUR MILITER
a. MELAKUKAN PENUNTUTAN DALAM PERKARA PIDANA YANG TERDAKWANYA
BERPANGKAT KAPTEN KEBAWAH, MEREKA YANG DIPERSAMAKAN DENGAN PRAJURIT
DENGAN TINGKAT KEPANGKATAN KAPTEN KEBAWAH, DAN MEREKA YANG MENURUT
KEPUTUSAN MAHKAMAH AGUNG HARUS DIADILI PENGADILAN MILITER.
b. MELAKSANAKAN PENETAPAN HAKIM DAN PUTUSAN PENGADILAN (PERADILAN
MILITER / UMUM).
c. MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN TAMBAHAN DAN PENYIDIKAN.

2. ODITURAR MILITER TINGGI


a. MELAKUKAN PENUNTUTAN DALAM PERKARA PIDANA YANG TERDAKWANYA PRAJURIT
YANG BERPANGKAT MAYOR KEATAS, MEREKA YANG DIPERSAMAKAN DENGAN PRAJURIT
DENGAN TINGKAT KEPANGKATAN MAYOR KEATAS, ATAU MEREKA YANG MENURUT
KEPUTUSAN PANGLIMA TNI DENGAN PERSETUJUAN MENKEH HARUS DIPERIKSA DAN
DIADILI OLEH PENGADILAN MILITER TINGGI.
b. MELAKSANAKAN PENETAPAN HAKIM ATAU PUTUSAN PENGADILAN (PERADILAN
MILITER / UMUM)
c. MELAKUKAN PEMERIKSAAN TAMBAHAN DAN PENYIDIKAN

3. ODITURAR JENDRAL
a. MEMBINA, MENGENDALIKAN DAN MENGAWASI PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG
ODITURAT.
b. MENYELENGGARAKAN PENGKAJIAN MASALAH KEJAHATAN
c. DALAM PELAKSANAAN PENYELESAIAN DAN PENUNTUTAN PERKARA TERTENTU
BERKOORDINASI DENGAN KEJAKSAAN AGUNG, POLISI MILITER DAN PENEGAK HUKUM
LAIN.
d. SELAKU PIMPINAN DAN TANGGUNG JAWAB TERTINGGI ODITURAT, MENGENDALIKAN
PELAKSANAAN PENUNTUTAN DILINGKUNGAN TNI.
e. MENGENDALIKAN DAN MENGAWASI PENGGUNAAN WEWENANG PENYIDIKAN,
PENYERAHAN PERKARA DAN PENUNTUTAN.
f. MENYAMPAIKAN PERTIMBANGAN KEPADA PRESIDEN MENGENAI PERMOHONAN GRASI
DALAM HAL PIDANA MATI, PERMOHONAN AMNESTI, ABOLISI DAN REHABILITASI.
g. MELAKSANAKAN TUGAS KHUSUS DARI PANGLIMA TNI.

4. ODITURAT MILITER PERTEMPEMPURAN.


a. MELAKUKAN PENUNTUTAN PERKARA PIDANA YANG DILAKKAN OLEH MEREKA YANG
DISEBUT PASAL 9 ANGKA 1.
b. MELAKSANAKAN PENETAPAN HAKIM ATAU PUTUSAN PENGADILAN MILITER
PERTEMPURAN.
c. MELAKUKAN PENYIDIKAN SEJAK AWAL TANPA PERINTAH ODITUR JENDRAL DALAM
HAL ADA PERINTAH DARI PANGLIMA / KOMANDAN OPERASI.
d. ODITURAT MILITER PERTEMPURAN BERSIFAT MOBIL BERKEDUDUKAN DAN DAERAH
HUKUM DI DAERAH PERTEMPURAN.

D. Contoh Kasus yang ditangani oleh Pengadilan Militer

TNI merupakan alat pertahanan negara yang bertugas melaksanakan kedaulatan negara.
Namun, apa jadinya bila alat pertahanan negara tersebut melakukan tindakan yang menyalahi
Hak Asasi Manusia. Tentu saja hal ini termasuk tindak pidana. Kasus ini dapat diselesaikan oleh
peradilan militer. Contoh kasusnya adalah sebagai berikut.
Pada tanggal 29 Mei 2007, PT Rajawali Nusantara (PTRN), sebuah perusahaan rekanan
TNI AL – Korps Marinir Surabaya, menggarap sebuah tanah di Desa Alas Tlogo, Lekok,
Pasuruan, Jawa Timur, yang mana tanah tersebut merupakan tanah sengketa antara warga desa
dengan PTRN. Para warga meminta mereka untuk menghentikan penggarapan karena di atas
tanah tersebut masih ada tanaman warga. Setelah mereka melakukan negosiasi, proses
penggarapan dihentikan.
Pada tanggal 30 Mei 2007, PTRN kembali melakukan penggarapan, dikawal oleh para
prajurit TNI AL. Sekitar pukul 09.00 waktu setempat, para prajurit tersebut berkumpul di
hadapan para warga, dimana mereka diminta untuk tidak melanjutkan proses penggarapan.
Namun, para prajurit tersebut mengatakan bahwa mereka mendapatkan instruksi dari atasan
mereka untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu untuk menghadapi warga yang
ingin menghentikan proses penggarapan. Prajurit mengingatkan warga jika mereka tetap
memaksa mendekati tanah tersebut, mereka akan ditembak.
Menurut pengakuan Munaji, salah satu saksi mata, para warga memang mencoba untuk
menghentikan proses penggarapan mengingat tanah itu adalah tanah sengketa. Tidak lama
kemudian, dia mendengar salah seorang prajurit berkata “…pria yang berbaju biru itu, akan kita
tembak beberapa saat lagi…” sambil mengarahkan senjatanya ke arah pria tersebut. Sesaat
setelah itu, tiba-tiba, para prajurit mulai mengarahkan tembakannya kepada para warga desa.
Beberapa peluru ditemukan di beberapa titik seperti dinding, mushola, dan sebagainya. Para
warga desa panik mendengar suara tembakan. Beberapa di antaranya berjatuhan, sementara
sisanya berhasil melarikan diri.
Beberapa prajurit mencoba mengejar dan menangkap warga desa. Para prajurit tersebut
diduga, menendang warga yang berhasil mereka tangkap. Beberapa warga desa ditendang pada
bagian kepala, dan diduga dipukul oleh prajurit menggunakan senapan dan juga ditembak pada
kaki mereka.
Beberapa tembakan diduga sengaja diarahkan kepada target tertentu. Sebagai contoh,
Bpk. Sutam bin Suruyam, dia ditembak mati di kepalanya dari jarak 5-10 meter. Kemudian,
prajurit tetap menembaki para warga desa yang mencoba melarikan diri. Bahkan, Rohman bin
Saumar (17) ditemukan tewas dalam posisi sedang duduk di bawah pohon.
Tanpa memperhatikan keadaan yang berlangsung, prajurit tetap terus menembaki para
warga. Salah satu dari para korban, Ibu Dewi Khodijah binti Juma’atun, yang sedang hamil 4
bulan, ditembak di kepalanya. Posisinya sedang berada di dapur sedang memasak makanan.
Juga, Ibu Mistin binti Samat, yang sedang menggendong anaknya, Choirul Agung (4), ditembak
di bagian punggung dan menembus dadanya dan mengenai anaknya. Dia tewas seketika,
sementara anaknya, walaupun berhasil dilarikan ke Rumah Sakit Syaiful Anwar, Malang,
nyawanya tidak dapat diselamatkan.
Insiden Pasuruan ini mengakibatkan sedikitnya 5 orang warga desa tewas dan sedikitnya
6 orang lainnya luka berat. Mereka yang meninggal adalah: Dewi Khotidja binti Juma'atun (21),
Mistin (21), Choirul Agung (4), Rohman bin Saumar (17), dan Sutam Saruyan (45). Sementara
yang mengalami luka serius adalah: Erwanto (17), Misdi (40), Satiran (45), Nasum (27),
Rohman (29), dan Tosan (25). Dan berdasarkan informasi dari rekan kami, ada satu orang yang
hilang, Bpk. Bayan, yang hingga kini tidak diketahui keberadaannya.
TNI AL menyatakan bahwa mereka tidak menembaki warga desa tetapi hanya mengarahkan
tembakannya ke udara dan tanah sebagai tembakan peringatan, karena ketika kejadian
berlangsung para warga menyerang para personil mereka. Lebih jauh lagi, mereka mengklaim
bahwa warga desa yang tewas dikarenakan terkena tembakan pantulan yang diarahkan ke tanah.
Bagaimanapun juga, para saksi mata membantah pernyataan yang diungkapkan oleh TNI AL
tersebut

V. Kesimpulan

Negara Indonesia merupakan Negara kesatuan dengan system hukum di dalamnya,artinya


segala perilaku dan semua hal telah diatur oleh UU yang berlaku dengan mengacu pada UUD
1945 dan Pancasila. Dengan melakukan system hukum di NKRI maka Indonesia memiliki
pengadilan-pengadilan guna memutus perkara yang menyimpang atau melanggar dari aturan
hukum yang berlaku diantara pengadilan tersebut ialah : Pengadilan Umum ,Pengadilan
Militer,Pengadilan Agama dan Pengadilan Khusus.Keseluruhannya telah dijelaskan dalam
klipping yang diolah dan di verifikasi data yang akurat dari berbagai sumber.Seluruh aspek dan
bidang memiliki undang-undang masing-masing yang isinya merupakan Reward dan Punishment
.Hal yang perlu di garis bawahi ialah “Negara ini memiliki aturan,Bukan seenaknya
sendiri”(diolah dari berbagai sumber)

http://madib16.blogspot.co.id/2015/04/pengadilan-di-negara-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai