Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PKN

Lembaga-lembaga Peradilan
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 2

AL-RIZAL
MUH. AKBAR
TAUFIK
CHAERIZA
ANI ARNITA
NUR SUPIATI
RATNA

SMA NEGERI 1 TANETE RILAU


TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Perangkat atau
Lembaga Peradilan

Alat

Kelengkapan

Pengadilan Umum
Pengadilan
Pengadilan
memeriksa
sipil untuk
asing)

Umum termasuk di dalamnya Pengadilan Negeri,


Tinggi dan Mahkamah Agung, yang sehari-harinya
dan memutuskan segala perkara perdata dan pidana
semua golongan penduduk (warga negara dan orang

Pengadilan Negeri berkedudukan di tingkat Kabupaten/Kota,


Pengadilan Tinggi berkedudukan ditingkat Propinsi dan Mahkamah
Agung berkedudukan ditingkat Pusat (Ibu Kota Negara). Perkaraperkara yang ada diselesaikan oleh Hakim dan dibantu oleh
Panitera. Pada tiap-tiap Pengadilan Negeri ditempatkan pula
Kejaksaan Negeri sebagai alat pemerintah yang bertindak sebagai
penuntut umum dalam suatu perkara pidana terhadap sipelanggar
hokum. Sedangkan dalam perkara perdata Jaksa tidak turut campur.
1. Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri merupakan pengadilan umum yang sehariharinya memeriksa dan memutuskan perkara pada tingkat pertama
dari segala perkara perdatadan pidana sipil untuk semua golongan
penduduk (warga negara dan orang asing)
Pengadilan Negeri berkedudukan di daerah tingkat Kabupaten/Kota.
Perkara-perkara yang ada diselesaikan oleh hakim dan dibantu oleh
panitera. Pada tiap daerah Pengadilan Negeri ditempatkan pula
Kejaksaan Negeri sebagai alat pemerintah (negara) yang bertindak
sebagai perkara perdata, Kejaksaan Negeri tidak turut campur.
2. Pengadilan Tinggi
Dalam lingkungan pengadilan umum, selain Pengadilan Negeri juga
terdapat Pengadilan Tinggi. Pengadilan tinggi merupakan
pengadilan banding tingkat kedua yang mengadili perkara pidana
dan perdata yang telah diputuskan oleh Pengadilan Negeri tingkat
pertama. Pemeriksaan disini hanya atas dasar pemeriksaan berkas
perkara saja, kecuali bila Pengadilan Tinggi merasa perlu untuk
langsung mendengarkan para pihak yang berpekara (kalau perdata
yang berpekara antara tergugat dan penggugat, sedangkan perkara
pidana yang berpekara antara sang terdakwa dengan kejaksaan
sebagai penuntut umum atau wakil negara).
Pengadilan Tinggi tidak saja berada dilingkupan peradilan umum,
tetapi juga terdapat pada peradilan khusus (Pengadilan Agama,
Pengadilan Adat, Pengadilan Tata Usaha Negara)
Dalam pelaksanaan suatu perkara dalam peradilan agar seseorang
dapat dituntut karena bersalah ada dua asas yang harus
diperhatikan sebagai berikut :
1. Asas Oportunitas, dalam asas ini Jaksa tak berkewajiban untuk
menuntut seseorang walaupun telah diketahui benar-benar bahwa ia
bersalah, demi kepentingan umum (asas ini dianut oleh Indonesia)
2. Asas Legalitas, dalam asas ini Jaksa diwajibkan menuntut setiap
orang yang melakukan delik (tindak pidana) tanpa memperhatikan

akibat-akibat yang akan timbul. Dengan perkataan lain setiap


perkara yang cukup buktinya harus dituntut.
3. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan badan peradilan tertinggi di
Indonesia, yang berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Jakarta) atau dilain tempat yang ditetapkan oleh
Presiden.
Daerah hukumnya meliputi seluruh wilayah Indonesia dan
kewajibannya terutama untuk melakukan pengawasan tertinggi atas
tindakan-tindakan segala pengadilan lainnya di seluruh Indonesia,
dan menjaga/menjamin agar supaya hokum dilaksanakan dengan
sepatutnya.
Mahkamah Agung terdiri dari seorang ketua, seorang wakil ketua,
beberapa orang anggota (7 orang anggota) dan dibantu oleh
seorang panitera dan beberapa orang panitera pengganti. Ketua dan
Wakil Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung.
Hakim Mahkamah Agung atau Hakim Agung diusulkan oleh Komisi
Yudisial kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan dan
selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
Hakim MahkamahAgung hanya ditangkap, ditahan, dituntut,
digeledah dan disita barangnya atas perintah Jaksa Agung setelah
mendapat persetujuan dari Presiden.
Tugas Mahkamah Agung :
1. Memutuskan dalam pemeriksaan pertama dan tingkat tertinggi
perselisihan-perselisihan yurisdiksi antara :
a. Pengadilan-Pengadilan Negeri yang tidak terletak dalam daerah
hokum Pengadilan Tinggi yang sama.
b. Pengadilan-Pengadilan Tinggi.
c. Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri yang terletak di daerah
hukumnya.
d. Pengadilan Sipil dan Pengadilan Militer (Perselisihan yurisdiksi
antara Mahkamah Agung dengan Pengadilan Tinggi diputuskan oleh
Presiden)
2. Mengkasasikan (member atau membatalkan kasasi) atas
keputusan hakim yang lebih rendah Meminta Kasasi, dapat
diajukan :

1. Apabila peraturan hokum tidak dilaksanakan atau ada kesalahan


dalam pelaksanaannya.
2. Apabila tidak dilaksanakan cara melakukan peradilan yang harus
dituntut menurut Undang-Undang.
3. Member keputusan dalam tingkat banding atas keputusankeputusan wasit (Pengadilan Wasit atau Pengadilan Arbiter
merupakan pengadilan swasta yang terdapat dalam dunia
perdagangan dan yang diakui oleh pemerintah).
4. Mengadakan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan.
5. Mengadakan pengawasan tertinggi atas pengacara-pengacara
dan notaris-notaris.
6. Mahkamah Agung member keterangan, pertimbangan dan
nasihat tentang soal-soal yang berhubungan dengan hokum, apabila
hal itu diminta oleh pemerintah.
Pengadilan Agama
Pengadilan Agama merupakan pengadilan yang memeriksa dan
memutuskan perkara-perkara yang timbul antara orang-orang Islam
yang berkaitan dengan nikah, rujuk, talak (perceraian), nafkah,
waris, dan lain-lainnya. Dalam hal tertentu keputusan pengadilan
agama dapat dinyatakan berlaku dalam pengadilan negeri.
Pengadilan Militer
Pengadilan Militer hanya mengadili tindak pidana, yang khususnya
bagi :
1. Anggota TNI dan POLRI.
2. Seseorang yang menurut Undang-Undang dapat dipersamakan
dengan anggota TNI dan POLRI
3. Anggota jawatan atau Golongan yang dapat dipersamakan
dengan TNI dan POLRI menurut UU.
4. Tidak termasuk 1, 2, 3 tetapi menurut keputusan Menhankam
yang ditetapkan dengan persetujuan Menteri Hukum dan HAM harus
diadili oleh Pengadilan Militer.

Pengadilan Tata Usaha Negara


Kehadiran Pengadilan Tata Usaha Negara di Indonesia terbilang
baru, hal tersebut dapat kita lihat dari perundangan yang
mengaturnya, berdasarkan UU. No. 5 Tahun 1986 dengan Peraturan
Pemerintah No.7 Tahun 1991 sebagai perundangan yang pertama di
bidang ini di Indonesia.
Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan badan yang berwenang
memeriksa dan memutus semua sengketa tata usaha negara dalam
tingkat pertama.
Yang termasuk sengketa dalam Tata Usaha Negara semua sengketa
yang timbul dalam tata usaha negara sebagai akibat di
keluarkannya keputusan tata usaha negara.
Keputusan tata usaha negara merupakan suatu ketetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh badan tata usaha negara yang berisi tindakan
hokum badan tata usaha negara berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku yang menerbitkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum.
Masalah-masalah yang menjadi jangkauan Peradilan Tata Usaha
Negara, antara lain sebagai berikut :
1. Bidang Sosial, meliputi gugatan atau permohonan terhadap
keputusan administrasi tentang penolakan permohonan suatu
izin.
2. Bidang Ekonomi, meliputi gugatan atau permohonan yang
berkaitan dengan perpajakn, merk, agraria, dan lainnya.
3. Bidang Function Publique, meliputi gugatan atau permohonan
yang berkaitan dengan status atau kedudukan seseorang
seperti : jabatan structural, mutasi, penonjoban, pemberhentian
sementara, pemecatan, PHK dan lainnya.
4. Bidang Hak Azasi Manusia, meliputi : gugatan atau permohona
yang berkaitan dengan pencabutan hak milik seseorang serta
penengkapan dan penahanan seseorang yang tidak sesuai
dengan prosedur hukum seperti : yang diatur dalam KUHP
mengenai peradilan.
Pengadilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh badan pengadilan
berikut:
1. Pengadilan Tata Usaha Negara tingkat pertama berada di
Kabupaten/Kota

2. Pengadilan Tata Usaha Negara tingkat Bandung berkedudukan di


Propinsi

Klasifikasi Lembaga Peradilan


a. Pengadilan Sipil:
1. Pengadilan Umum
- Pengadilan Negeri
- Pengadilan Tinggi
- Mahkamah Agung
2. Pengadilan Khusus
- Pengadilan Agama
- Pengadilan Adat
- Pengadilan Tata Usaha Negara (Administrasi Negara)
3. Pengadilan Militer:
1. Pengadilan Tentara
2. Pengadilan Tentara Tinggi
3. Pengadilan Tentara Agung

Tingkatan Lembaga Peradilan


1. Pengadilan Tingkat Pertama
Pengadilan tingkat pertama untuk Pengadilan Negeri, Pengadilan
Agama, Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Militer
berkedudukan di daerah tingkat Kabupaten/Kota.
2. Pengadilan Tingkat Kedua
Pengadilan tingkat kedua disebut juga Pengadilan Tinggi yang
dibentuk

dengan

Undang-Undang.

Daerah

hukum

Pengadilan

Tingkat Kedua (Pengadilan Tinggi) berkedudukan di ibu kota


provinsi.
3. Pengadilan Tinggi Ketiga
Mahkamah Agung sebagai pemegang pengadilan negara tertinggi,
berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia atau di lain
tempat yang ditetapkan oleh Presiden. Tiap-tiap bidang dipimpin
oleh seorang Ketua Muda yang dibantu oleh beberapa Hakim
Anggota.

Peranan Lembaga Peradilan


Salah satu hal yang penting untuk diingat dalam membahas
peranan

lembaga

peradilan

adalah

pelaksanaan

fungsi

dan

wewenang lembaga peradilan di Indonesia yang disinyalir adanya


kemungkinan terjadinya tirani hukum. Tirani hukum dapat terjadi
ketika hukum yang dibuat oleh lembaga yang berwenang tidak baik
dan tidak adil, karena tidak memperlihatkan penghargaan terhadap
hak azasi manusia.
Ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya tirani hukum:
- Faktor perangkat aturan hukum yang substansinya mencerminkan
ketidakadilan
- Faktor penegak hukum, khususnya lembaga peradilan (mafia
peradilan)

Tirani hukun dapat dicegah dengan jalan memberi kesempatan bagi


rakyat untuk mengontrol proses pembuatan hukum. Menurut
pendapat dari M. Fajrul Falaakh, menyatakan bahwa kemandirian
lembaga peradilan dapat membawa ekses terjadinya penindasan
oleh kalangan professional (hakim). Ekses inilah yang kemudian
berkembang menjadi istilah mafia peradilan.
Ada tiga hal yang harus dilakukan agar lembaga kehakiman
(peradilan) tetap mandiri namun tidak lalim atau tidak ada mafia
peradilan:
1. menetapkan mekanisme pertanggungjawaban kehakiman kepada
publik.
2. menetapkan mekanisme pemilihan hakim yang lebih demokratis.
3. hakim

dalam

memutuskan

perkara

pidana

menggunakan

peraturan perundangan yang besar hukuman dengan batas minimal


bukan batas maksimal.
1. Lembaga Peradilan Tingkat Pertama (Pengadilan Negeri)
Memeriksa dan memutuskan sesuai dengan ketentuan yang diatur
di dalam Undang-Undang, khusus tentang:
-

Sah

atautidasknya

penangkapan,

penahanan,

penghentian

penyidikan atau penghentian tuntutan.


- Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang
perkaranya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
2. Lembaga Peradilan Tingkat Kedua (Pengadilan Tinggi)
Fungsi pengadilan tingkat kedua:

- Memutuskan

pada

tingkat

pertama

dan

terakhir

sengketa

wewenang mengadili antar Pengadilan Negeri di dalam wilayah


hukum kerjanya (dalam satu provinsi).
- Memberi pimpinan kepada Pengadilan Negeri di dalam daerah
hukumnya.
- Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di dalam
daerah

hukumnya

dan

menjaga

supaya

peradilan

itu

diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.


- Perbuatan Hakim Pengadilan Negeri di dalam daerah hukumnya
diawasi dengan teliti oleh Pengadilan Tinggi
- Untuk kepentingan negara dan keadilan, Pengadilan Tinggi dapat
memberi peringatan, tegoran dan petunjuk yang dipandang perlu
kepada Pengadilan Negeri dalam daerah hukumnya.
Wewenang Pengadilan Tingkat Kedua:
- Untuk memerintah pengiriman berkas-berkas perkara dan suratsurat untuk memberi penilaian tentang kecakapan dan kerajinan
para hakim, sebagai catatan.
- Mengadili perkara yang diputus oleh pengadilan negeri dalam
hukumnya yang dimintakan banding.
3. Lembaga Peradilan Tingkat Ketiga atau Kasasi (Mahkamah
Agung)
Fungsi Pengadilan Tingkat Ketiga atau Kasasi (Mahkamah Agung):
- Sebagai puncak semua peradilan dan sebagai pengadilan tertinggi
untuk semua lingkungan peradilan dan memberi pimpinan kepada
pengadilan-pengadilan yang bersangkutan.

- Melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di


semua lingkungan peradilan di seluruh Indonesia dan menjaga
supaya peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.
- Mengawasi dengan cermat semua perbuatan-perbuatan para
hakim di semua lingkungan peradilan
- Untuk kepentingan negara dan keadilan. Mahkamah Agung
memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang dipandang perlu
baik dengan surat tersendiri maupun dengan surat edaran.
Selain keempat fungsi Mahkamah Agung (Lembaga Peradilan
Tingkat Ketiga) di atas, Mahkamah Agung juga memliki fungsi untuk
memberi keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang soal-soal
yang berhubungan dengan hukum apabila hal itu diminta oleh
Pemerintah.
Wewenang Pengadilan Tingkat Ketiga atau Kasasi (Mahkamah
Agung):
- Mengadili semua perkara yang dimintakan kasasi
- Meminta keterangan dari semua pengadilan di semua lingkungan
peradilan. Mahkamah Agung dalam hal ini dapat memerintahkan
agar berkas-berkas perkara dan surat-surat disampaikan untuk
dipertimbangan
Dalam hal kasasi, yang menjadi wewenang Mahkamah Agung
adalah membatalkan atau menyatakan tidak sah putusan hakim
karena putusan itu salah atau tidak sesuai undang-undang. Hal
tersebut dapat terjadi karena:
- Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan

yang

mengancam

batalnya perbuatan yang bersangkutan

kelalaian

itu

dengan

- Melampaui batas wewenang


- Salah menerapkan atau karena melanggar peraturan-peraturan
hukum yang berlaku
Permohonan suatu kasasi dapat dilakukan oleh orang-orang dalam
perkara berikut:
- Dalam hal perkara perdata, oleh pihak-pihak yang berpekara.
Permohonan demikian hanya dapat diterima apabila upaya-upaya
hukum biasa yang dapat digunakan telah dimanfaatkan
- Dalam perkara pidana, dapat dilakukan oleh terpidana atau jaksa
yang bersangkutan sebagai pihak-pihak ketiga yang dirugikan

Anda mungkin juga menyukai