NEGARA PERTEMUAN KE 7 LEMBAGA PERADILAN TATA USAHA NEGARA Menurut Pasal 4 UU No. 5 tahun 1986 jo UU
No. 9 tahun 2004 jo UU No. 51 Tahun 2009,
Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
terhadap sengketa tata usaha Negara. Dasar hukum pembentukan Peratun adalah
Pasal 24 UUD 1945 dan UU no. 14 tahun
1970, dimana dalam pasal 10 UU No. 14 tahun 1970 tentang Pokok Pokok Kekuasaan Kehakiman ditentukan bahwa, kekuasaan kehakiman dilakukan dengan : Peradilan Umum; Peradilan Agama;Peradilan Militer; dan Peradilan Tata Usaha Negara Berdasarkan ketentuan Pasal 145 UU no. 5 tahun 86 tentang Peradilan Tata Usaha Negara terbentuklah 5 buah peradilan Tata Usaha Negara.Peradilan Tata Usaha Negara di Jakarta, Surabaya dan Ujung Pandang mulai menjalankan tugasnya yang penerapannya dimulai padal tanggal 14 Januari 1991 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1991, Lembaran Negara No. 8 tahun 1991. KEDUDUKAN DAN SUSUNAN LEMBAGA PERADILAN TATA USAHA NEGARA Menurut Pasal 4 UU No. 5 tahun 1986 jo UU No. 9 tahun 2004 jo UU No. 51 Tahun 2009, Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa tata usaha Negara. Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan tata usaha negara menurut pasal 5 UU no. 5 tahun 1986 jo UU No. 9 tahun 2004 jo UU No. 51 Tahun 2009 dilaksanakan oleh: Pengadilan tata usaha negara untuk tingkat
pertama; Pengadilan tinggi tata usaha negara untuk tingkat
banding; Mahkamah Agung RI sebagia puncak pengadilan
negara tertinggi untuk tingkat kasasi dan PK;
Menurut pasal 6, pengadilan tata usaha negara berkedudukan di kotamadya atau ibukota kabupaten dan daerah hukumnya meliputi wilayah kotamadya dan kabupaten. Sedangkan pengadilan tinggi tata usaha negara
berkedudukan di ibukota propinsi dan daerah
hukumnya meliputi wilayah propinsi. Pembinaan teknis pengadilan dilakukan oleh
Mahkamah Agung. Sedangkan pembinaan
organisasi, administrasi dan keuangan pengadilan dilakukan oleh Departemen Kehakiman dan HAM. Pembinaan tersebut tidak mengurangi
kebebasan hakim dalam memeriksa dan
memutus sengketa tata usaha negara. ASAS-ASAS PERADILAN TATA USAHA NEGARA Asas Praduga Rechtmatig vermoeden van rechtmatigheid praseumptio iustae causa. Asas ini mengandung makna bahwa setiap tindakan penguasa selalu harus dianggap rechmatig (sah berdasar hukum) sampai ada pembatalannya. Dengan asas ini maka gugatan TUN tidak menunda pelaksanaan (dapat segera dilaksanakan) Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat (Pasal 67 (1) UU PTUN). Asas Pembuktian Bebas Hakim Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian (surat/tulisan, keterangan ahli, keterangan saksi, pengakuan para pihak, pengetahuan hakim), dan untuk sahnya pembuktian diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan hakim Pasal 107 dan Pasal 100 UU 5/86. Asas keaktifan hakim Asas ini dimaksudkan untuk mengimbangi kedudukan para pihak karena tergugat adalah pejabat TUN sedangkan penggugat adalah orang atau badan hukum perdata (Pasal 58, 63 ayat (1) dan (2), 80, dan Pasal 83 UU 5/1986). Asas Putusan Mengikat Erga Omnes Sengketa TUN adalah sengketa hukum publik, sehingga dengan demikian putusan pengadilan TUN berlaku pula bagi siapa saja, tidak hanya bagi para pihak yang bersengketa. Dalam hal ini tergambar asas perlindungan terhadap kepentingan umum atau publik yang menonjol, di samping perlindungan terhadap individu. Asas Self Respect (Self Obidience) Penghormatan aparatur pemerintah terhadap putusan peradilan administrasi, karena tidak dikenal upaya pemaksa yang langsung melalui juru sita. Asas para pihak harus didengar (audi et alteram partem); Para Pihak mempunyai kedudukan yang sama dan harus diperlakukan dan diperhatikan secara adil. Asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis. Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari segala campur tangan kekuasaan lain (Pasal 24 UUD 1945) Asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. Asas pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keadilan; Pengadilan sebagai ultimum remidium. Asas obyektifitas Hakim & Panitera tidak boleh mempunyai hubungan keluarga dengan para pihak. Asas gugatan pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan KTUN yang dipersengketakan, kecuali ada kepentingan yang medesak dari penggugat (Pasal 67 (1) dan (4) huruf a) Istilah dan Pengertian PTUN Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Pemerintahan, Hukum Acara Peradilan Administrasi Negara, Hukum Acara Peradilan Administrasi, Hukum Acara Pengadilan dalam Lingkingan Peradilan Administrasi (HAPLA) Pengertian Hukum yang mengatur tentang tata cara bersengketa di PTUN serta mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait dalam proses penyelesaian sengketa tersebut (hukum formal) Pengadilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengkete Tata Usaha Negara. Peradilan Tata Usaha Negara meliputi: Pengadilan Tata Usaha Negara,
berkedudukan di ibukota kabupaten/kota,
dengan daerah hukum meliputi wilayah kabupaten/ kota. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara,
berkedudukan di ibukota provinsi, dengan
daerah hukum meliputi wilayah provinsi. Pengadilan Khusus Tugas PTUN 1. Menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN Jakarta), dengan berpedoman pada Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2004 jo. Undang- Undang Nomor 51 Tahun 2009 dan ketentuan dan ketenuan peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan, serta petunjuk-petunjuk dari Mahkamah Agung Republik Indonesia (Buku Simplemen Buku I, Buku II, SEMA, PERMA, dll). 2. Meneruskan sengketa-sengketa Tata Usaha Negara ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) yang berwenang. 3. Peningkatan kualitas dan profesionalisme Hakim pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN Jakarta), seiring peningkatan integritas moral dan karakter sesuai Kode Etik dan Tri Prasetya Hakim Indonesia, guna tercipta dan dilahirkannya putusan-putusan yang dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum dan keadilan, serta memenuhi harapan para pencari keadilan (justiciabelen). 4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga Peradilan guna meningkatan dan memantapkan martabat dan wibawa Aparatur dan Lembaga Peradilan, sebagai benteng terakhir tegaknya hukum dan keadilan, sesuai tuntutan Undang- Undang Dasar 1945. 5. Memantapkan pemahaman dan pelaksanaan tentang organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, sesuai Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor KMA/012/SK/III/1993, tanggal 5 Maret 1993 tentang Organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara 6. Membina Calon Hakim dengan memberikan bekal pengetahuan di bidang hukum dan administrasi Peradilan Tata Usaha Negara agar menjadi Hakim yang profesional. Fungsi PTUN Melakukan pembinaan pejabat struktural dan fungsional serta pegawai lainnya, baik menyangkut administrasi, teknis, yustisial maupun administrasi umum. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan
tugas dan tingkah laku hakim dan pegawai
lainnya. Menyelenggatakan sebagian kekuasaan
negara di bidang kehakiman.
TUJUAN PEMBENTUKAN PERADILAN TUN Memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang bersumber dari hak-hak individu Memberikan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat yang didasarkan kepada kepentingan bersama dari individu yang hidup dalam masyarakat tersebut (Keterangan Pemerintah di hadapan Sidang Paripurna DPR-RI Mengenai RUU PTUN 29 April 1986) Sebagai sarana untuk menyelesaikan konflik yang timbul antara pemerintah (Badan atau Pejabat TUN) dengan rakyat (orang atau badan hukum perdata) sebagai akibat dikeluarkannya atau tidak dikeluarkannya keputusan TUN Sebagai sarana pemunculan faktor kontrol
yudisial (ekstern, aposteriori, legalitas) yang
efektif untuk mencegah terjadinya mal administrasi maupun berbagai bentuk penyalahgunaan wewenang (agar kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa tidak dijalankan secara bertentangan dengan perundang- undangan yang berlaku dan/atau asas-asas umum pemerintahan yang baik) KEKUASAAN DAN WEWENANG PENGADILAN TATA USAHA NEGARA Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara. Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan dikeluarkan: Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengadilan tata usaha negara bertugas, dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara dalam tingkat pertama. Pengadilan tinggi tata usaha negara bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan mengadili sengketa tata usaha negara : Tingkat banding; Tingkat pertama dan terakhir sengketa
kewenangan mengadili antara pengadilan tata
usaha negara di dalam daerah hukumnya; Tingkat pertama sengketa tata usaha negara
yang diselesaikan terlebih dahulu melalui upaya
administrasi sebagaimana Pasal 48. Terhadap putusan pengadilan tinggi tata usaha
negara dapat dilakukan upaya kasasi.
TATA USAHA NEGARA (TUN) TUN adalah administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. BADAN atau PEJABAT TUN adalah Badan atau
Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. KEPUTUSAN TUN adalah penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN yang berisi
tindakan Hukum TUN yang berdasarkan peraturan perundang-undanganan yang berlaku dan bersifat konkret, individual, dan final, serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata SENGKETA TUN SENGKETA TUN adalah sengketa yang timbul dalam bidang TUN antara orang atau Badan hukum perdata dengan Badan/Pejabat TUN, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan TUN, termasuk sengketa Kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. GUGATAN adalah permohonan yang berisi
tuntutan terhadap Badan/pejabat TUN dan
diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan keputusan.