(PERTEMUAN 1-12)
DISUSUN OLEH:
1. DR. AHMAD REDI, S.H.,M.H
2. DR. TUNDJUNG HERNING SITABUANA, S.H., M.HUM
3. DR. H. RASJI, S.H. M.H
4. DR. REFLY HARUN, S.H.,LL.M.,M.H
5. TATANG RUCHIMAT, S.H.,M.H
6. VERA W SOEMARNI, S.H., LL.M
JADWAL PERKULIAHAN GANJIL 2020/2021
Proses Pembelajan Sebelum UTS:
31 Agustus s.d 16 Oktober 2020
UTS :
19 s.d 23 Oktober 2020
Proses Pembelajan Setelah UTS:
26 Oktober s.d 11 Desember 2020
Ujian Akhir Semester (UAS):
14 s.d. 23 Desember 2020
PERTEMUAN KESATU
SUB-CPMK:
1. Pengantar Pembelajaran dan Perkuliahan
2. Mahasiswa mengetahui dan mampu
memahami tentang Kekuasaan Kehakiman.
KEKUASAAN KEHAKIMAN
SEJARAH:
1. UU Nomor 13 Tahun 1964 tentang Kekuasaan Kehakiman
2. UU Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman
3. UU Nomor 35 Tahun 1999 tentang Perubahan UU Nomor
14 Tahun 1970
4. UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
KEKUASAAN KEHAKIMAN
DALAM UUD 1945
Pasal 24 UUD 1945:
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila,
demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
(=Pasal 1 UU 4 Tahun 2004)
PELAKU KEKUASAAN KEHAKIMAN
UU NO. 48 TH. 2009
MA MK
UU NO.03 TH. 2009 UU NO.24 TH. 2003
PU PA PM PTUN
UU NO.49/2009 UU NO.50/2009 UU NO.31/97 UU NO.51/2009
PENGADILAN-PENGADILAN KHUSUS
MAHKAMAH AGUNG
UU No.3 th 2009, jis
UU no.5 th 2004 Jo. UU no.14 th 1985
PENGADILAN
ANAK
PENGADILAN
NIAGA PENGADILAN MAHKAMAH
PAJAK SYARIAH (ACEH)
PENGADILAN
HAM
PENGADILAN
HUB. INDUSTRIAL
PENGADILAN
TIPIKOR
PENGADILAN
PERIKANAN
PENYELENGGARAAN
KEKUASAAN KEHAKIMAN
Mahkamah Agung
Badan peradilan di bawahnya:
◦ peradilan umum
◦ peradilan agama
◦ peradilan militer
◦ peradilan tata usaha negara
Mahkamah Konstitusi
MAHKAMAH AGUNG
Merupakan pengadilan negara tertinggi dari keempat lingkungan
peradilan
Kewenangan:
◦ mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan
pada tingkat terakhir oleh semua pengadilan di semua
lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah agung;
◦ menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang; dan
◦ kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.
Pernyataan tidak berlaku peraturan perundang-undangan
sebagai hasil pengujian dapat diambil baik dalam
pemeriksaan tingkat kasasi maupun berdasarkan
permohonan langsung kepada Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas
perbuatan pengadilan dalam lingkungan peradilan yang
berada di bawahnya berdasarkan ketentuan
undangundang.
MAHKAMAH
KONSTITUSI
Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:
1. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
3. memutus pembubaran partai politik; dan
4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Mahkamah Konstitusi memberikan putusan atas pendapat DPR
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan
pelanggaran hukum:
◦ penghianatan terhadap negara,
◦ korupsi,
◦ penyuapan,
◦ tindak pidana berat lainnya atau
◦ perbuatan tercela, dan/atau
◦ tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
4 LINGKUNGAN PERADILAN
◦Peradilan umum
◦Peradilan agama
◦Peradilan militer
◦Peradilan tata usaha negara
TUGAS TERSTRUKTUR
Membuat bagan mengenai proses gugatan
di PTUN, mulai dari pengajuan gugatan di
PTUN sampai dengan putusan majelis
hakim.
Dikumpul di Teams, paling lambat tanggal 9
September 2020, pukul 11.00 WIB
PERTEMUAN KEDUA
SUB-CPMK:
Mahasiswa mengetahui dan mampu memahami
tentang Pengadilan Tata Usaha Negara.
PENGERTIAN
Tata Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang
melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan baik di pusat maupun di daerah
Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaksana
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap
sengketa Tata Usaha Negara.
KEKUASAAN DAN KEDUDUKAN
Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara.
Yang dimaksud dengan “rakyat pencari keadilan” adalah setiap orang baik warga
negara Indonesia maupun orang asing, dan badan hukum perdata yang mencari
keadilan pada Peradilan Tata Usaha Negara
Kekuasaan Kehakiman dilingkungan Peradilan
TUN
Dilaksanakan oleh :
◦ Pengadilan Tata Usaha Negara (sebagai pengadilan tingkat
pertama, berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota, saat ini
berjumlah 28 pengadilan);
◦ Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (sebagai pengadilan
tingkat banding, sekaligus dapat juga sebagai Pengadilan
tingkat pertama berdasarkan ketentuan Pasal 51 (2)&(3)),
berkedudukan di Ibu Kota Provinsi. Saat ini terdapat 4 buat
PT TUN);
◦ kekuasaan tersebut berpuncak pada MA sebagai Pengadilan
Negara Tertingi.
. Absolut
KOMPETENSI PTUN
Relatif
KOMPETENSI absolut PTUN
Kompetensi absolut pengadilan adalah kewenangan badan pengadilan
dalam memeriksa dan mengadili jenis perkara tertentu yang secara
mutlak tidak dapat diperiksa dan diadili oleh badan pengadilan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sebagai contoh, kompetensi absolut antara Pengadilan Negeri dengan
Pengadilan Agama dalam sengketa waris;
Sesuai dengan ketentuan Pasal 50 UU Peratun, kompetensi absolut
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa TUN di tingkat pertama.
Sedangkan kompetensi absolut Pengadilan Tinggi TUN adalah: 1.
memeriksa dan memutus sengketa TUN ditingkat banding; 2. Memeriksa
dan memutus di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan
mengadili antar Pengadilan TUN di wilayah hukumnya; 3. Memeriksa
serta memutus sengketa TUN (dlm Tk. I) sebagaimana dimaksud Pasal 48
UU Peratun.
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
BESCHIKKING PTUN
SIFAT KHUSUS HUKUM ACARA
PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Putusan Peratun bukan hanya mengikat pihak-pihak yg berseng-keta, melainkan mengikat siapa
saja (publik).
Seharusnya tdk mengenal intervensi ( psl. 83).
Putusan Peratun diumumkan di media massa (psl.116 ayat 5 UU No.9/2004).
ASAS PRADUGA RECHTMATIGE
(Vermodens van recht- matige/ Presumptio Justea
Causa ).
Upaya Administratif
Sengketa
TUN
Banding
Upaya Peradilan
UPAYA ADMINISTRATIF
- Upaya administratif :
a. KEBERATAN
(Administratief bezwaar), kepada Badan/Pejabat TUN yang menerbitkan
KTUN ----- Digugat ke PTUN;
b. BANDING ADMINISTRATIF
(Administratief beroep), kepada atasan/instansi lain yang lebih tinggI yang
mengeluarkan KTUN ----- gugatan ke PT.TUN;
KTUN
penetapan tertulis;
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;
berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan
peraturan per-UU-an;
bersifat konkret, individual dan final;
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang.
KTUN
KTUN yang
yang dapat
dapat digugat
digugat di
di PTUN
PTUN adalah
adalah
Pasal 1
angka 10
Badan atau Pejabat Tata Usaha Tergugat
Negara Pasal 1 angka 12
Yurisprupensi :
◦ membolehkan legal standing bagi Organissasi Lingkungan Hidup, misalnya WALHI;
◦ Memperbolehkan badan hukum publik menggugat untuk melindungi kepentigan
keperdataannya;
N.O
VERZET
PEMERIKSAAN
DALAM SIDANG
- Pasal 68
GUGATAN - Pasal 98
PERLAWANAN
d.t.w. 14 hari
PUTUSAN
(Pasal 108)
BAGAN PROSES PEMERIKSAAN GUGATAN DI PTUN
GUGATAN
TAHAP I
PANITERA - Penelitian Administrasi
TAHAP II
a. Proses Dismissal
b. Menolak/mengabulkan permohonan Penundaan
KETUA PelaksanaanKeputusan Tata Usaha Negara (Skorsing)
c. Menolak/mengabulkan permohonan pemeriksaan Cuma-
Cuma
d. Menolak/mengabulkan pemeriksaan acara cepat.
MAJELIS e. Menetapkan perkara diperiksa dengan acara biasa.
TAHAP III
- Pemeriksaan Persiapan
TAHAP IV
- Sidang Terbuka untuk Umum
PROSES PEMERIKSAAN PERKARA DENGAN ACARA CEPAT
( Pasal 98 dan Pasal 99 UU No. 9 Tahun 2004 jo UU No. 5 Tahun 1986 )
Permohonan diterima
Permohonan ditolak
sekaligus dalam penetapan tersebut
Penunjukkan Hakim Tunggal ditetapkan Pemeriksaan dilaksanakan
d.t.w. 7 hari dengan Acara Biasa
KESIMPULAN
PUTUSAN
TAHAP PEMERIKSAAN PERKARA DENGAN ACARA BIASA
Pemeriksaan Persiapan PEMBACAAN
oleh Majelis Hakim
SURAT GUGATAN
JAWABAN
Tergugat
KESIMPULAN
PUTUSAN
PROSES BERPERKARA DI PERADILAN TUN
Pasal 48 (2)
GUGATAN
GUGATAN
KTUN BANDING
PEJABAT INSTANSI
BELUM KEBERATAN ADMINISTRASI
PEMBUAT BANDING
FINAL KEPUTUSAN ADMINISTRASI
Pasal 48 (1)
Pembuktian
Alat bukti, yaitu: surat atau tulisan; keterangan ahli; keterangan saksi; pengakuan para pihak;
pengetahuan hakim (Pasal 100)
Keadaan yang telah diketahui umum tidak perlu dibuktikan;
Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian
pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti
berdasarkan keyakinan Hakim (Pasal 107).
Orang yang tidak boleh didengar sebagai saksi (Pasal
88)
Keluarga sedarah atau semenda menurut garis keturunan lurus keatas atau kebawah
sampai derajat kedua dari salah satu pihak yang bersengketa;
Isteri atau suami salah satu pihak yang bersengketa, meskipun sudah bercerai;
Anak yang belum berusia tujuh belas tahun;
Orang yang sakit ingatan
PERTEMUAN KETUJUH
SUB-CPMK:
Mahasiswa mengetahui dan mampu memahami
Putusan Pengadilan, Pelaksanaan Putusan
Pengadilan, dan Ganti Rugi, dan Rehabilitasi.
MAHASISWA MEMBUAT DRAF
PUTUSAN
PERTEMUAN KEDELAPAN
SUB-CPMK:
Pembuatan Surat Kuasa Khusus, Gugatan,
Jawaban Gugatan (Replik), dan Duplik.
MAHASISWA DIBAGI MENJADI BEBERAPA KELOMPOK:
1. KELOMPOK PENGGUGAT
2. KELOMPOK TERGUGAT
3. MAJELIS HAKIM
BERDASARKAN KELOMPOK D ATAS MAHASISWA MENYUSUN:
1. GUGATAN
2. JAWABAN GUGATAN
3. PUTUSAN
PERTEMUAN KESEMBILAN
SUB-CPMK:
Mahasiswa mengetahui dan mampu
memahami proses beracara di PTUN
melalui simulasi kasus.
PERTEMUAN KESEPULUH
SUB-CPMK:
Mahasiswa mengetahui dan mampu
memahami proses beracara di PTUN
melalui simulasi kasus.
PERTEMUAN KESEBELAS
SUB-CPMK:
Mahasiswa mengetahui dan mampu
memahami proses beracara di PTUN
melalui simulasi kasus.
PERTEMUAN KEDUA BELAS
SUB-CPMK:
Mahasiswa mengetahui dan mampu
memahami proses beracara di PTUN
melalui simulasi kasus.