Makalah
Oleh :
Rezky Rusmita R
Hariati
Rahmat Maulana
Rudini R Ibrahim
ILMU HUKUM G
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas mata kuliah “Hukum Pertanahan”
dengan judul “Perwakafan Tanah Hak Milik” dengan tepat waktu. Salam serta
taslim tak lupa pula kami sampaikan kepada Rasulullah saw.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................i
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................11
Daftar Pustaka.......................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya wakaf telah dipraktikkan hamper di
semua Negara Islam, maupun Negara non-Islam, misalnya Singapura.
Singapura sangat tertarik untuk mempraktikkan wakaf ini, karena dalam
wakaf ini terkandung nilai-nilai humanis yang lebih mengutamakan nilai
kegotongroyongan dan aspek kemasyarakatan. Namun dalam
kenyataannya wakaf ini mengalami perkembangan sangat pesat di Negara-
negara Arab, karena wakaf ini telah dikelola secara professional.
Sementara itu dalam perkembangan Islam di Indonesia, wakaf
sejak lama telah menjadi penunjang utama bagi pelaksanaan dakwah dan
pendidikan Islam. Hampir semua rumah ibadah, perguruan Islam dan
lembaga-lembaga keagamaan Islam lainnya dibangun di atas tanah wakaf.
Namun demikian sesuai dengantuntutan perkembangan masyarakat
modern, terasa bahwa wakaf di Indonesia yang merupakan Negara
berpenduduk muslim terbesar di dunia berada dalam tingkat kemajuan di
bawah Negara lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perwakafan tanah milik?
2. Apa pengertian dari perwakafan tanah milik?
3. Apa saja yang menjadi unsur-unsur dan syarat-syarat wakaf?
4. Bagaimana cara mewakafkan dan pendaftarannya?
5. Bagaimana badan wakaf Indonesia dan ketentuan pidana dan sanksi
administratif?
4
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah perwakafan tanah milik,
2. Mengetahui pengertian perwakafan tanah,
3. Memahami unsur-unsur dan syarat-syarat wakaf,
4. Mengetahui cara mewakafkan dan cara pendaftarannya,
5. Mengetahui badan wakaf Indonesia dan ketentuan pidana dan sanksi
administratifnya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dan sosial. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci
lainnya sebagai dimaksud dalam pasal 14 dapat diberikan tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara denggan hak pakai.
ayat 3 : Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan peraturan
pemerintah.
Mengacu pada ketentuan tersebut maka ini merupakan pengakuan
secara yuridis formal keberadaan perwakafan tanah milik oleh Negara
sehingga telah di sejajarkan dengan hak-hak yang terdapat dalam UUPA
lainnya, misalnya Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan
Hak Pakai. Namun demikian, perintah ayat (3) Pasal 49 tersebut terjawab
setelah berlakunya UUPA kurang lebih 17 tahun, ketika setelah pada tahun
1977 pemerintah mengeluarkan PP Nomor 28 Tahun 1977 tentang
perwakafan Tanah Milik.
7
3. Unsur-unsur dan Syarat-syarat wakaf
Wakaf sebagai lembaga keagamaan, khususnya agama Islam dalam
penentuan subjeknya tetap bertumpu pada ketentuan yang terkandung
dalam peraturan syariat Islam, misalnya dewasa dan sehat akalnya. Oleh
karena itu persyaratan utama dalam mewakafkan tanah hak milik atas
tanah adalah orang dan badan hukum. Hal ini sesuai dengan ketentuan
Pasal 3 PP Nomor 28 Tahun 1977, dinyatakan bahwa :
Badan-badan hukum Indonesia dan orang atau orang-orang yang
telah dewasa dan sehat akalnya serta yang oleh hukum tidak
terhalang untuk melakukan perbuatan hukum, atas kehendak sendiri
dan tanpa paksaan dari pihak lain, dapat mewakafkan tanah miliknya
dengan memperhatikan peraturan perundang-udangan yang berlaku
(ayat (1)). Dalam hal badan-badan hukum, maka yang bertindak atas
namanya adalah pengurusnya yang sah menurut hukum (ayat(2)).
Sementara itu dengan adanya UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf, maka telah diatur dengan jelas mengenai unsure wakaf, yakni
dalam pasal 6 UU Nomor 41 Tahun 2004 dinyatakan bahwa :
Wakaf dilaksanakan dengan memenuhi unsur sebagai berikut :
a. wakif
b. nadzir
c. harta benda wakaf
d. ikrar wakaf
e. peruntukan harta benda wakaf
f. jangka waktu
8
yakni Departemen Agama dalam mengelola sekaligus pengawas dari
pelakasana wakaf.
9
Pihak yang akan mewakafkan tanahnya harus melengkapinya dengan
surat-surat yang berkaitan dengan tanah tersebut. Hal ini diatur dalam
Pasal 9 ayat (5) PP Nomor 28 Tahun 1977, dinyatakan bahwa:
Dalam melaksanakan ikrar seperti yang dimaksud dalam ayat (1),
pihak yang mewakafkan tanah diharuskan membawa serta dan
menyerahkan kepada pejabat tersebut surat-surat berikut:
a) Sertifikat hak milik atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya
b) Surat keterangan dari kepala Desa yang diperkuat oleh Kepala
Kecamatan setempat yang menerangkan kbenaran pemilikan tanah
dan tidak tersangkut sesuatu perkara
c) Surat keterangan pendaftaran tanah
d) Izin dari Bupati/Walikotamadya Kepala daerah c.q. Kepala
Subdirektorat Agararia setempat.
10
kepercayan umat Islam terhadap penegembangan wakaf di Indonesia, UU
Nomor 41 Tahun 2004 telah mengatisipasinya dengan mengaturnya dalam
sebuah pasal, yakni Pasal 47. Dalam pasal ini dinyatakan bahwa dalam
rangka memajukan dan menegembangkan perwakafan nasional,
dibentuklah Badan Wakaf Indonesia yang merupakan lembaga independen
dalam melaksanakan tugasnya.
Badan Wakaf Indonesia mempunyai tugas dan wewenang sebagaimana
yang telah diatur dalam Pasal 49 UU Nomor 41 Tahun 2004 yaitu:
a) Melakukan pembinaan terhadap Nadzir dalam menegelola dan
mengembangkan harta benda wakaf
b) Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf
berskala nasional dan internasional
c) Memberikan persetujuan atau izin atas perubahan peruntukan dan
status persetujuan atas penukaran harta benda wakaf
d) Memberhentikan dan mengganti Nadzir
e) Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf
f) Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam
penyusunan kebijakan dibidang perwakafan.
11
benda wakaf yang telah diwakafkan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 41,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) (ayat(1)).
Setiap orang yang dengan sengaja mengubah peruntukan harta benda
wakaf tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp.400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). Setiap orang yang
dengan sengaja menggunakan atau mengambil fasilitas atas hasil
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf melebihi jumlah yang
ditentukan sebagaiman dimaksud dalam pasal 12, dipidana dengan pidana
paling lama 3 (tiga) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
a) Peringatan tertulis
b) Penghentian sementara atau pencabutan izin kegiatan dibagian wakaf
bagi lembaga keuangan syariah
c) Penghentian sementara dari jabatan atau penghentian dari jabatan
PPAIW
12
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
13
Wakaf merupakan lembaga keagamaan yang memiliki nilai ibadah.
Dalam rangka memajukan dan menegembangkan perwakafan nasional,
dibentuklah Badan Wakaf Indonesia yang merupakan lembaga
independen dalam melaksanakan tugasnya. Sementara itu wakaf
sebagai sebuah lembaga keagamaan yang mengelola harta benda umat
Islam, dalam pelaksanaannya wajib dilindungi oleh hukum dalam
bentuk sanksi bagi orang yang tidak amanah mengelola hartabenda
wakaf tersebut.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
14
Samun Ismaya 2011. Pengantar Hukum Agraria, Yogyakarta, Garaha
Ilmu
15