Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH WAKAF


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dosen: Dr. Agni Grandita Permata Sari,S.IP, M. Si

OLEH
KELOMPOK 10
Alfi Amin Alfath D5/ 31.0107
Achmad Pradipta D4/31.0553
M. Raihan Asyraf D5/31.0151

STUDI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH


FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
KAMPUS JATINANGOR
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
TAHUN 2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena


berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. makalah ini membahas tentang Pelayanan
Pendaftaran Tanah Wakaf.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan


dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu
bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan


baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Jatinangor

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
2.2 Wakaf Tanah Milik Yang Sudah Bersertifikat....................................................4
2.3 Kesadaran Hukum Mengenai Sertifikasi Tanah Wakaf.....................................6
BAB III.............................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................9
3.2 Saran.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

ii
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Perwakafan atau wakaf merupakan salah satu ajaran islam yang


mengandung nilai ibadah karena salah satu dorongan wakaf adalah untuk mencari
keridhaan Allah swt dan dikatakan mengandung nilai sosial karena wakaf dapat
memberikan sesuatu kepada orang lain. Dalam aspek keagamaan, wakaf tak hanya
sedekah biasa melainkan memiliki nilai lebih dari pada sedekah-sedekah lain.
Sedekah berupa wakaf akan mendapatkan lebih besar pahala dan manfaatnya bagi
orang yang memberikan wakaf, karena harta yang diwakafkan itu akan terus-
menerus mengalir pahalanya kepada yang memberikan wakaf.

Pahala wakaf yang terus mengalir, berlaku juga pada orang yang berwakaf
namun ia telah meninggal, selama harta yang diwakafkan tersebut masih bisa
dimanfaatkan. kemudian juga, wakaf bisa menjadi jalan ataupun perantara dalam
memajukan agama serta membagun masyaraka dalam berbagai bidang kehidupan.
Maka dari itu dapat kita simpulkan bahwa wakaf memiliki banyak manfaat yang
dapat diperoleh begitupun tentunya akan mendapat pahala.

Wakaf merupakan infrastruktur sosial dan keagamaan yang telah lama


melembaga sebagai instrumen sosial masyarakat. Sebelum adanya Undang-
undang nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, di Indonesia Wakaf lebih
didominasi oleh wakaf tanah yang diorientasikan pada ibadah mahdhah seperti
pembangunan masjid, mushallah, kuburan, pondok pesantren, madrasah, jalan
umum dan sebagainya. Wakaf tanah apabila ditinjau dari aspek sosial keIslaman
mengandung nilai ekonomi yang tinggi, serta dapat diharapkan dari pelaksanaan
wakaf tanah yang tepat dapat mewujudkan kesejahteraan sosial yang dapat
dirasakan semua masyarakat.

Sayangnya saat ini praktek wakaf yang berjalan dalam masyarakat belum
sepenuhnya berjalan tertib dan jelas status hukumnya. Bahkan belum memperoleh
kepastian hukum karena belum dilaksanakan pendaftaran haknya atau

1
disertifikatkan. Namun beberapa tanah wakaf bahkan ada yang sudah memiliki
sertifikat. Dikarenakan harapan masyarakat dalam mendapatkan jaminan
kepastian hukum memang harus disertifikatkan.

Pada dasarnya pemerintah sudah berupaya memenuhi harapan itu demi


menertibkan aset wakaf, apabila nantinya instruksi BPN RI Nomor 1 Tahun 2013
mengenai percepatan pelaksanaan Program Strategis BPN RI Tahun 2013 yang
memiliki tujuan yaitu instruksi tersebut dalam legalisasi tanah wakaf sehingga
akan tercipta kepastian hukum atas tanah wakaf tersebut. Tetapi saat ini banyak
juga masyarakat yang mewakafkan tanah yang sudah bersertifikat dari awal,
sehingga dalam makalah ini akan membahas lebih lanjut terkait dengan topik
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mendaftarkan tanah wakaf ?

2. Apa hukum bagi tanah yang sudah bersertifikat apabila akan diwakafkan ?

3. Bagaimana kesadaran masyarakat dalam pendaftaran tanah wakaf ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mendeskripsikan cara mendaftarkan tanah wakaf

2. Mendeskripsikan hukum bagi tanah yang sudah bersertifikat apabila akan


diwakafkan

3. Mendeskripsikan kesadaran masyarakat dalam pendaftaran tanah wakaf

2
BAB II
Pembahasan

2.1 Mendaftarkan Tanah Wakaf

Wakaf adalah tanah Milik yang diatur pada Pasal 49 ayat (3) UUPA, yang
mana perwakafan tanah hak milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 1977
tentang perwakafan tanah milik, yang dimaksud dengan wakaf adalah perbuatan
hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta
kekayaan yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-lamnya
demi kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya yang sesuai dengan
ajaran islam.

Hak atas tanah yang dapat diwakafkan dalam kepentingan peribadatan dan
kepentingan umum lainya menurut ajaran islam hanyalah hak milik. Maka dalam
perwakafan tanah hak milik terdapat pihak yang mewakafkan tanah disebut wakif,
pihak menerima hibah tanah wakaf disebut nadzir, pihak yang membuat akta ikrar
wakaf adalah Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi agar wakaf dipandang sah,


yaitu:

a. Wakaf diserahkan selama-lamanya

b. Wakaf tidak boleh dikembalikan, baik oleh pelaku ataupun ahli waris

c. Harta Wakaf tidak boleh dipindahtangankan dalam kepentingan yang


bertentangan dengan tujuan wakaf itu sendiri

d. Setiap harta wakaf harus dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf pada
umumnya .

Sedangkan syarat sah pelaksanaan pendaftaran tanah Hak milik terdapat


dua syarat yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Syarat Materil

3
Pemilik tanah perorangan yang mewakafkan tanah hak miliknya sudah dewasa,
berakal sehat, dan tidak terhalang melakukan perbuatan hukum, sedangkan nazhir
yang perseorangan adalah Warga Negara Indonesia, beragama islam, dewasa,
amanah, tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.

2. Syarat Formal

Tanah hak milik yang diwakafkan oleh pemilikinya harus dibuktikan dengan Akta
Ikrar Wakaf yang diberikan ole pejabat pembuat Akta Ikrar Wakaf. Dengan Akta
Ikrar tersebut nantinya akan didaftarkan ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
setempat agar diterbitkan sertifikat tanah.

Pelaksanaan pendaftaran tanah wakaf dalam sistem hukum tanah nasional


dilakukan melalui mekanisme pendaftaran tanah, yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 mengenai pendaftaran tanah dan peraturan
menteri Agraria/kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 1997 tentang
ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997

2.2 Wakaf Tanah Milik Yang Sudah Bersertifikat

Menurut Gunanegara dalam bukunya Hukum Pidana Agraria, Logika


Hukum Pemberian Hak Atas Tanah dan Ancaman Hukum Pidana akta ikrar wakaf
sebagai bukti otentik pernyataan wakaf tanah dibuat oleh PPAIW yang ditetapkan
oleh Menteri Agama sebagai pembuat akta ikrar wakaf. Akta ikrar wakaf tidak sah
jika dibuat oleh Notaris atau pejabat pembuat akta tanah.

Tanah yang sudah diwakafkan tidak lagi objek lalu lintas hukum dan
objek lalu lintas ekonomi, dan kepemilikannya diurus oleh Menteri Agama dan
Badan Wakaf Indonesia. Maka dari itu apabila status tanah merupakan tanah hak
atas tanah (atau bersertifikat hak milik), harus dilakukan pelepasan hak baru
kemudian bisa mendapatkan sertifikat wakaf. Berikut merupakan syarat dari
pemisahannya:

a. Wakif harus datang ke PPAIW dengan membawa : sertifikat hak atas tanah, surat
keterangan Kepala Desa/ Lurah yang diketahui Camat bahwa tanah tersebut tidak

4
dalam sengketa, serta Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) dari Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota setempat.

b. Wakif mengikrarka wakaf dengan lisan, jeals, dan tegas kepada nadzie dihadapan
PPAIW dihadapan para saksi, yang kemudian dituangkan dalam bentuk terulis

c. Apabila wakif tidak datang di hadapan PPAIW maka harus memberikan kuasa
tertulis secara matreatik di hadapan notaris dan dihadapan Kepala Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Koa dan dibacakan kepada nadzir dihadapan
PPAIW dan para saksi

d. PPAIW membuat Akta Ikrar Wakaf (AIW) rangkap 3 (tiga) menurut bentuk
formulir W.2 dan salinan rangkap 4 (empat ) menurut bentuk formulir W.2.a.

e. PPAIW atas nama nadzir dan nadzir sendir berkewajiban untuk mengajukan
permohonan pendaftaran pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat
dengan menyerahkan : sertifikat tanah yang bersangkutan, Akta Ikrar Wakaf, dan
Surat Pengesahan dari KUA kecamatan setempat mengenai nadzir yang
bersangkutan.

f. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

(1) Mencantumkan kata ‘’wakaf’’ dengan huruf besar di belakang nomor hak milik
tanah yang bersangkutan pada buku tanah dan sertifikatnya

(2) Mencantumkan kata-kata: ‘’diwakafkan untuk.. berdasarkan Akta Ikrar Wakaf


PPAIW kecamatan… No… Pada halaman 3 kolom sebab perubahan buku tanah
dan sertifikatnya

(3) mencantumkan kata nadzir, nama nadzir disertai kedudukannya pada buku tanah
sertifikatnya.

Dalam persyaratan pembuatan akta baik yang akan melakukan pelepasan


hak ataupun memang yang belum bersertifikat harus melampirkan beberapa
dokumen penting seperti :

1. Formulir Pemohinan

2. Surat kuasa

5
3. Fotocopy Identitas baik pemohon, Nadzir, atau kuasa sekalipun

4. Akta Ikrar Wakaf

5. Sertifikat asli

6. Surat pengesahan Nadzir

7. Fotocopy identittas Wakif

8. Pernyataan Tenggang waktu

9. Bukti SSP/PPH

Pada penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa nadzie juga


berkewajiban mengurus pendaftaran atau sertifikasi tanah wakaf di Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota setempat. Hal ini dikarenakan nadzir adalah
pengelola/pengurus tanah wakaf, semetara PPAIW adalah Pejabat Pembuat Akta,
Pejabat Kantor Urusan Agama dengan banyak urusan administrasi kepegawaian
yang lain, sehingga tidak akan mempercepat pengurusan sertifikat, dibandingkan
dengan pengurusan sendiri oleh nadzir selaku pengelola dan pertanggungjawaban
tanah wakaf.

2.3 Kesadaran Hukum Mengenai Sertifikasi Tanah Wakaf

Wakaf merupakan sarana ibadah sekaligus instrumen kesejahteraan bagi


umat islam. Wakaf menjadi salah satu penopang perkonomin negara, mewujudkan
kemandirian ekonomi islam, serta meningkatkan kualitas pendidikan umat islam.
Objek wakaf tidak hanya berupa tanah atau bagaunan, amun juga meliputi uang,
logam mulia surat berharga, kendaraan dan hak kekayaan intelektual.

Di Antara Wakaf lainnya, di Indonesia yang paling mendominasi adalah


wakaf tanah. Biasanya aset wakaf ini digunakan untuk tempat ibadah, makam,
pondok pesantren dan lainnya. Biasanya wakaf ini harus memiliki sertifikasi,
karena aset yang belum bersertifikasi wakaf akan berpotensi menimbulkan
masalah. beberapa masalah yang muncul antara lain dimananya kembali aset
wakaf oleh ahli waris aset dijual kepada pihak ketiga, penguasaan aset wakaf oleh

6
keluarga nadzie secara turun temurun, serta aset wakaf yang tidak terawat dengan
baik.

Sertifikasi aset wakaf pun tidak boleh yang dibuat oleh Notaris atau
Pejabat Pembuat Akta tanah, melainkan harus dari PPAIW yang ditetapkan oleh
Menteri Agama. Apabila Akta tanah yang dibuat oleh PPAT maka Akta Ikrar
tersebut tidak sah. Maka dari itu apabila sudah terlanjur membuat Akta harus
dilakukan pelepasan hak baru terlebih dahulu. Selain itu, karena tanah sudah
dilepaskan hak oleh pemiliknya maka nantinya tidak dapat dibatalkan. Sehingga
apabila ingin mewakafkan setengah dari asetnya, disarankan untuk melakukan
pemecahan sertifikat tanah terlebih dahulu sebelum melakukan wakaf.

Hal diatas merupakan contoh dari banyaknya persoalan mengenai tanah


dan sertifikasi tanah wakaf itu sendiri. Banyaknya persoalan dapat kita tarik
kesimpulan bahwa masyarakat kita saat ini banyak yang belum sadar akan hukum
sertifikasi wakaf. Karena apabila melihat lingkungan sekitar kita masih banyak
orang yang malah membuat sertifikat tanah ke notaris bukan ke Menteri Agama,
dari persoalan ini saja terlihat bahwa masyarakat belum paham mengenai prosedur
sertifikasi tanah.

Bahkan yang lebih parahnya tidak jarang penyerahan aset wakaf tersebut
tidak disertai Akta Ikrar Wakaf yang diberikan oleh Kantor Kementerian Agama.
Padahal Akta ikrar wakaf merupakan persyaratan mutlak apabila ingin berwakaf.
Melihat hal ini selain tidak memahami hukum wafat tapi pengetahun wakaf
masyarakat juga masih lemah hanya dimiliki oleh pengurus saja.

Maka dari itu diperlukan revitalisasi kesadaran hukum bagi masyarakat.


Revitalisasi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan. Adanya sinergi antar
lembaga yang berkaitan dengan wakaf tanah. Sinergi disini semisal dengan
mempermudah prosedur sertifikasi wakaf. Selain itu yang paling penting adalah
Kementerian agama memberikan penyuluhan kepada wakif mengenai tata cara
dan hukum dari wakaf.

7
Apalagi mengenai sertifikasi, pemerintah harus tegas memberi tahu
bahwa sertifikat harus dari kementerian Agama bukan Notaris agar menghindari
kekeliruan para wakif. Karena dalam kasus ini yang paling dirugikan adalah
wakif, selain harus melakukan biaya dua kali ia, tentu saja ini juga merugikan
waktu wakif karena harus menguruskan sertifikat secara berulang baik dari
pelepasan hak sampai pada pembuatan akta ikrar.

Penyuluhan ini dapat direalisasikan dalam program, mendidik masyarakat


mengenai sertifikasi tanah wakaf. Sejumlah lembaga dapat melakukan kegiatan
dalam meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai sertifikasi tanah. Karena
melalui pendidikan yang diberikan baik secara formal maupun informal kesadaran
hukum masyarakat akan tanah wakaf akan muncul. Namun tentunya kesadaran
hukum ini tidak akan terjadi melalui waktu yang singkat, maka dari itu dalam
penyuluhan pun Pemerintah seharusnya tidak dilakukan sekali.

8
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Wakaf merupakan sarana ibadah sekaligus instrumen kesejahteraan bagi


umat islam. Wakaf menjadi salah satu penopang perkonomin negara, mewujudkan
kemandirian ekonomi islam, serta meningkatkan kualitas pendidikan umat islam.
Objek wakaf tidak hanya berupa tanah atau bagaunan, amun juga meliputi uang,
logam mulia surat berharga, kendaraan dan hak kekayaan intelektual.

Sertifik asi aset wakaf tidak boleh yang dibuat oleh Notaris atau
Pejabat Pembuat Akta tanah, melainkan harus dari PPAIW yang ditetapkan oleh
Menteri Agama. Apabila Akta tanah yang dibuat oleh PPAT maka Akta Ikrar
tersebut tidak sah. Maka dari itu apabila sudah terlanjur membuat Akta harus
dilakukan pelepasan hak baru terlebih dahulu. Selain itu, karena tanah sudah
dilepaskan hak oleh pemiliknya maka nantinya tidak dapat dibatalkan. Sehingga
apabila ingin mewakafkan setengah dari asetnya, disarankan untuk melakukan
pemecahan sertifikat tanah terlebih dahulu sebelum melakukan wakaf.

Diperlukan revitalisasi kesadaran hukum bagi masyarakat yang dilakukan


dengan berbagai tahapan. Adanya sinergi antar lembaga yang berkaitan dengan
wakaf tanah. Sinergi disini semisal dengan mempermudah prosedur sertifikasi
wakaf. Selain itu yang paling penting adalah Kementerian agama memberikan
penyuluhan kepada wakif mengenai tata cara dan hukum dari wakaf.

3.2 Saran

1. Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca

2. Masyarakat dapat mengetahui sertifikasi aset wakaf

3. Adanya penyuluhan mengenai sertifikasi aset wakaf

9
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Kesadaran Hukum Masyarakat dalam Akselerasi Sertifikasi


Tanah Wakaf di Kota Malang. Retrieved March 23, 2023, from
http://repository.uin-malang.ac.id/5995/1/De-Jure-Sudirman-Rama
%202020.pdf

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wakaf adalah


menahan harta tertentu yang dapat dialihkan dan dapat memungkinkan diam.
(n.d.). Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Retrieved March
23, 2023, from http://digilib.uinsgd.ac.id/22749/4/4_bab1.pdf

Home. (n.d.). YouTube. Retrieved March 23, 2023, from


http://www.ejournal.unis.ac.id/index.php/JSH/article/view/441

Junaidi, M. (2015). Efektifitas Pensertifikatan Tanah Wakaf di


Kabupaten Pasuruan.

Prosedur Pemecahan Tanah SHM yang Ingin Diwakafkan Sebagian -


Klinik Hukumonline. (2017, June 15). Hukumonline. Retrieved March 23,
2023, from https://www.hukumonline.com/klinik/a/prosedur-pemecahan-
tanah-shm-yang-ingin-diwakafkan-sebagian-lt56e76e04c0880

10

Anda mungkin juga menyukai