Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH HUKUM AGRARIA

“Makalah Pensertifikatan Tanah Negara dengan Hak Guna Usaha Menjadi Hak
Milik: Analisis Kasus Tanah Jenggawah”

Dosen Pengampu:

Kukuh Budi Mulya, S.H., M.Si

Disusun Oleh:

Carmelie Clara Martin 190710101446

UNIVERSITAS JEMBER

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya. Tugas makalah ini merupakan salah satu tugas di
bidang mata kuliah Hukum Agraria yang bertujuan untuk memenuhi kolom nilai
tugas. Dengan terselesaikannya tugas makalah ini, maka saya berharap telah
memenuhi tugas Hukum Agraria dan mendapatkan nilai yang baik, serta
bermanfaat. Saya berharap semoga makalah ini dapat memberi informasi yang
berguna bagi pembacanya, terutama mahasiswa.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada semua yang telah berkontribusi
dengan memberikan masukan dan ide sehingga makalah ini bisa disusun dengan
baik dan rapi. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini juga agar penulisan makalah di
masa mendatang bisa menjadi lebih baik.

ii
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1


1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Pembahasan 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Prosedur permohonan sertifikat hak milik yang berasal dari tanah
negara 5
2.2 Akibat hukum yang timbul setelah sertifikat hak guna usaha
menjadi sertifikat hak milik dalam Kasus Jenggawah 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 10

DAFTAR PUSTAKA 11

BAB I

PENDAHULUAN

iii
1.1 Latar Belakang Masalah
Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar hak menguasai
negara, merupakan kewajiban bagi pemerintah untuk menyelenggarakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
menurut Undang-Undang Pokok Agraria yang mengaturnya bersifat
individualistis, komunal, religius dan selain tujuan perlindungan tanah juga
hubungan hukum hak teritorial melalui penyerahan dokumen sebagai bukti
hak teritorial bagi pemiliknya.1 Pemerintah menyadari pentingnya dan
pentingnya tanah bagi masyarakat Indonesia dan berusaha untuk
meningkatkan pengelolaan, pengaturan dan pengelolaan bidang pertanahan
melalui sebuah badan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Kantor Pertanahan
Kota Semarang mencatat bahwa masyarakat memahami pentingnya kepastian
hukum atas hak atas tanah. Hal itu terlihat dari banyaknya permohonan hak
milik atas tanah negara yang mereka ajukan. Dasar terjadinya permasalahan
pertanahan dan gejala ketidakpastian hukum mengenai pemeriksaan dan
penertiban bidang tanah oleh umat paroki adalah belum terlaksananya
pendaftaran tanah dengan baik, akurat dan berkesinambungan, termasuk
pencatatan di seluruh Indonesia. Data. Utara.Upaya penyelesaian
permasalahan pertanahan secara tuntas menjadi prioritas utama jika lahan ini
tidak ingin tergantikan oleh permasalahan pertanahan yang besar di kemudian
hari. Oleh karena itu, selain pelaksanaan peraturan perundang-undangan di
bidang pertanahan secara konsisten, juga soal pelaksanaan pendaftaran tanah
di seluruh Indonesia.2
Tanah negara dapat dialihkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
maupun swasta untuk pengelolaannya sesuai dengan isi Pasal 4 UUPA.
Perusahaan Perkebunan adalah perusahaan berbentuk badan hukum atau
komersial yang didedikasikan untuk budidaya tanaman dari perkebunan
sebelumnya di tanah yang dikuasai untuk tujuan ekonomi atau komersial dan

1
S. Chandra, 2003, Sertifikat Kepemilikan Hak Atas Tanah Persyaratan Permohonan Di Kantor
Pertanahan, Grasindo, Jakarta, h. 3.
2
Ibid, h. 8.

2
menerima izin usaha dari otoritas yang berwenang untuk memberikan izin
usaha Perkebunan.
Salah satu Area Agrobisnis Perkebunan yaitu PT Perkebunan Nusantara
(PTPN) dengan berbagai produk antara lain: kelapa sawit, tebu, tembakau,
gom, kakao, kopi dan teh. Perusahaan Perkebunan Nusantara ini didirikan
berdasarkan Surat Perintah Pemerintah Republik Indonesia No.PTP 2122 dan
Eks. PTP 27), yang dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara X (Persero)
dan dalam akta notaris Harun Kamil, SH nomor 43 tanggal 11 Maret 1996,
sesuai dengan akta notaris Sri. diganti lagi, Eliana Tjahjoharto, SH. Nomor 1
tanggal 2 Desember 2011. Pada tanggal 2 Oktober 2014, Menteri EPE Dahlan
Iskan meresmikan induk perusahaan EPE Plantaciones yang terdiri dari PTPN
I, II, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII, XIII, XIV dengan PTPN III sebagai
induk perusahaan Operasi BUMN Perkebunan Dasar hukum perubahan
PTP.XXVII (sekarang PTPN X) (Persero) menjadi PTP. XXVII (Sekarang
PTPN X) adalah Keputusan Para Pemegang Saham Perusahaan Perseroan PT
Perkebunan Nusantara X Nomor: PTP. XXVII /RUPS/01/X/2014 dan Nomor :
SK 57/D1.MBU/10/2014 tentang Perubahan Anggaran Dasar.
Makalah ini sendiri menggunakan penelitian dari studi kasus di Desa Ajung,
Kecamatan Ajung (dahulu Kabupaten Jenggawah). Kecamatan Ajung berjarak
14 km (kilometer) dari pusat kota dengan koordinat 8.245343°S
113.653215°BT.Kecamatan ini memiliki luas 56,61 hektar dan terdiri dari 7
(tujuh) desa yaitu: Ajung, Klompangan, Mangaran, Pancakarya, Rowoindah,
Sukamakmur dan Wirowongso dengan jumlah penduduk 77.525 jiwa dengan
pusat pemerintahan di desa Klompangan. Di 7 (tujuh) desa di Kecamatan
Jenggawah, yaitu Ajung, Klompangan, Lengkong, Wirowongso, Cangkring,
Kaliwining, Jenggawah, maka hal ini disebut dengan Landfall Jenggawah.
Dalam Peraturan Menteri Pertanian dan Pertanian Nomor 11 Tahun 1962
tentang Persyaratan Pemberian Hak Guna Usaha kepada Pengusaha Swasta
Nasional (PMPA No. yang tetap ditempati oleh rakyat dan tanah yang terus
menerus diusahakan oleh rakyat. namun tanah tersebut masih berstatus HGU
kepada PTP.XXVII (sekarang PTP.XXVII) dengan nomor sertifikat HGU: 32

3
/ HGB / BA / 69 dan 15 / HGU / DA / 70. Selama masa HGU berlaku
kebijakan PTP.XXVII saat itu (sekarang PTPN X) sesuai dengan Para petani
memulai pemberontakan pada tahun 1976 dengan dibentuknya Kelompok
Tempur I, namun tidak ada keputusan substansial yang diambil, tetapi
semangat mereka tidak pernah padam ketika mereka menerima sertifikat HGU
PTP.XXVII (sekarang PTPN X) berakhir pada tahun 1994, Kampfgruppe II
direformasi pada tahun 1993 dengan kelompok yang lebih terstruktur dan
terorganisir. Kesepakatan dicapai pada 1 Oktober 1998 untuk melepaskan
HGU di atas tanah yang dikuasai PTP. XXVII (sekarang PTPN X) pemberian
hak milik kepada petani dan kerjasama dengan model kemitraan antara petani
dan PTP.XXVII (sekarang PTPN X). Berkaitan dengan hal tersebut, makalah
ini akan membahas tentang “Pensertifikatan Tanah Negara dengan Hak Guna
Usaha Menjadi Hak Milik: Analisis Kasus Tanah Jenggawah”.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana prosedur permohonan sertifikat hak milik yang berasal dari
tanah negara?
1.2.2 Apa akibat hukum yang timbul setelah sertifikat hak guna usaha
menjadi sertifikat hak milik dalam Kasus Jenggawah?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.3.1 Mengetahui prosedur permohonan sertifikat hak milik yang berasal dari
tanah negara
1.3.2 Mengetahui akibat hukum yang timbul setelah sertifikat hak guna usaha
menjadi sertifikat hak milik dalam Kasus Jenggawah

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prosedur permohonan sertifikat hak milik yang berasal dari tanah negara
Sebenarnya, baik dalam Undang Undang Dasar 1945 maupun Undang Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria
(“UUPA”) tidak ada istilah tanah milik Negara, yang ada adalah tanah yang
dikuasai Negara. Pasal 33 ayat (3) UndangUndang Dasar 1945 menyatakan:
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat”.
Selain itu, hak menguasai dari Negara ini juga terdapat Pasal 2 UUPA. Dalam
pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara,
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hak menguasai dari Negara
termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk:
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. menentukan dan mengatur hubungan hubungan hukum antara orang orang
dengan bumi, air dan ruang angkasa;
c. menentukan dan mengatur hubungan hubungan hukum antara orang orang
dan perbuatan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada
ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar besar kemakmuran
rakyat, dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka berdaulat, adil dan
makmur. Hak menguasai dari Negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat
dikuasakan kepada daerah daerah Swatantra dan masyarakat masyarakat
hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional, menurut ketentuan ketentuan Peraturan Pemerintah. Tentang Hak
Milik Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat

5
dipunyai orang atas tanah dengan mengingat fungsi sosial. Yang dapat
mempunyai hak milik adalah:
1.Warga Negara Indonesia;
2.Badan badan Hukum yang ditunjuk oleh Peraturan Pemerintah.
Tata Cara Pemberian Hak Milik Atas Tanah Negara
Mengenai tata cara pemberian hak milik atas tanah Negara, secara umum
diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas
Tanah Negara dan Hak Pengelolaan (“Permen Argaria 9/1999”). Pemberian
dan pembatalan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai
dan Hak Pengelolaan dilakukan oleh Menteri Agraria dan Pertanahan/Kepala
Badan Pertanahan Nasional (“Menteri”). Pemberian dan pembatalan hak ini,
Menteri dapat melimpahkan kewenangannya kepada Kepala Kantor Wilayah,
Kepala Kantor Pertanahan dan Pejabat yang ditunjuk. Lebih lanjut mengenai
pelimpahan kewenangan ini dapat dilihat dalam Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan
Pendaftaran Tanah. Permohonan hak milik atas tanah negara diajukan secara
tertulis. Permohonan Hak Milik diajukan kepada Menteri melalui Kepala
Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang
bersangkutan. Permohonan hak milik atas tanah negara memuat:
1.Informasi pemohon:
a. jika orang tersebut : nama, umur, kebangsaan, tempat tinggal dan pekerjaan
serta keterangan tentang istri/suami dan anak yang masih menjadi tanggungan;
b. lahir Jika badan hukum : nama, jabatan, akta atau anggaran dasar anggaran
dasarnya, tanggal dan nomor surat keputusan pengukuhannya oleh pejabat
yang berwenang, atas penunjukannya sebagai badan hukum, hak milik
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Informasi negara termasuk data hukum dan fisik:
a. Dasar pemilikan atau dasar hukum dapat berupa akta, akta, akta, bukti
pelepasan hak dan restitusi atas tanah dan rumah dan/atau tanah yang dibeli

6
pemerintah, penetapan pengadilan, akta PPAT, akta akta, dan alat bukti tanah
lainnya. akuisisi;
b. tempat lahir, batas wilayah dan wilayah (jika ada surat survei atau gambar
situasi, sebutkan tanggal dan nomornya);
c. Jenis tanah (pertanian/non pertanian);
d. Rencana penggunaan lahan;
e. status negara Anda (hak atas tanah atau tanah negara);
3. Lainnya:
a. Keterangan jumlah bidang, luas dan keadaan harta milik pemohon,
termasuk luas yang dimohonkan; lahir ujian lain yang dianggap perlu.
Permohonan judul sebelumnya terlampir:
1. Rincian pemohon:
a. jika orang tersebut: nama, umur, kebangsaan, tempat tinggal dan pekerjaan
serta keterangan tentang pasangan dan anak-anak yang masih menjadi
tanggungan;
b. lahir jika badan hukum : nama, alamat resmi, akta atau anggaran dasar,
tanggal dan nomor surat keputusan pengukuhannya oleh pejabat yang
berwenang, atas penunjukannya sebagai badan hukum, berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Informasi negara termasuk data hukum dan fisik:
a. Dasar pemilikan atau dasar hukumnya dapat berupa akta, akta, akta, bukti
pelepasan hak dan restitusi atas tanah dan rumah dan/atau tanah yang dibeli
pemerintah, putusan pengadilan, akta PPAT, akta akta, dan alat bukti
pengadaan tanah lainnya. ;
b. tempat lahir, batas wilayah dan wilayah (jika ada surat survei atau gambar
situasi, sebutkan tanggal dan nomornya);
c. Jenis tanah (pertanian/non pertanian);
d. Rencana penggunaan lahan;
e. status negara Anda (hak atas tanah atau tanah negara);
3. Lainnya:

7
a. Keterangan jumlah bidang, luas dan keadaan harta milik pemohon,
termasuk luas yang dimohonkan;
b. lahir ujian lain yang dianggap perlu.
2.2 Akibat hukum yang timbul setelah sertifikat hak guna usaha menjadi sertifikat
hak milik dalam Kasus Jenggawah
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam negara, sehingga negara
sebagai organisasi dengan kekuasaan tertinggi memiliki kewenangan untuk
mengelola tanah untuk kepentingan rakyatnya. Akan tetapi ada sebab-sebab
yang menyebabkan orang perseorangan atau badan hukum kehilangan hak-hak
tersebut, sebagaimana diatur dalam Pasal 34 UUPA yang berbunyi sebagai
berikut: Hak guna usaha dicabut karena:
a) Jangka waktunya telah habis.
b) Pembatalan sebelum akhir periode karena beberapa persyaratan tidak
terpenuhi.
c) Akan dilepaskan oleh pemegang hak sebelum jangka waktu berakhir.
d) Dicabut untuk kepentingan umum
e) Ditelantarkan.
f) Tanah hancur (musnah)
g) Ketentuan pasal 30 ayat 2.
Hak atas tanah merupakan bukti yang harus dimiliki oleh setiap pemilik tanah,
karena hak milik mempunyai kekuatan hukum dan kepastian hukum yang kuat
agar tidak terjadi perselisihan antara orang perseorangan, badan hukum dan
negara. Pasal 32 (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
menyatakan: “Sertifikat adalah tanda bukti hak yang digunakan sebagai alat
bukti yang kuat atas keterangan fisik dan hukum yang terkandung di
dalamnya, sepanjang keterangan fisik dan hukum tersebut sesuai dengan
informasi dalam peta survei dan daftar tanah. Data fisik dan data hukum
dalam daftar tanah dituangkan dalam bentuk daftar, sedangkan data fisik
disajikan dalam bentuk surat survai pada peta dan keterangan. Sertifikat yang
dikeluarkan oleh pemegang pendaftaran tanah ditunjukkan kepada umum.
Objeknya adalah tanah, sedangkan subjeknya adalah orang atau sekelompok

8
orang atau entitas. hukum. Karena sertifikat merupakan bukti pemilikan yang
kokoh dalam bukti kepemilikan, maka sertipikat menjamin kepastian hukum
tentang pemilik hak milik, kepastian hukum mengenai letak harta, batas-batas
dan luas harta, serta kepastian hukum tentang hak milik. Sertipikat tanah
membuktikan bahwa seseorang yang memiliki sertipikat tanah dapat berbuat
apa saja terhadap tanah itu sepanjang tidak melanggar hukum. Selain itu, akta
tanah memiliki nilai ekonomis tinggi sebesar apabila dijadikan sebagai
jaminan utang. Oleh karenanya, penting agar seseorang segera mendaftarkan
tanah yang dimilikinya, sebagaimana diatur dalam Pasal 19 UUPA
Hasil akhir dari pendaftaran tanah adalah suatu akta hak atas tanah, yang
mempunyai banyak fungsi bagi pemegangnya dan fungsi ini tidak dapat
digantikan oleh hal lain. Di bawah ini adalah beberapa fungsi sertifikat hak
atas tanah, yaitu: kuat, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 19 (2) huruf c
UUPA. Orang perseorangan atau badan hukum yang menjadi pemilik
sertipikat hak atas tanah dalam hal terjadi sengketa dapat dengan mudah
membuktikan kepemilikan tanahnya, sepanjang namanya tercantum dalam
sertipikat hak atas tanah dan dapat membuktikan atas luas tanah yang
bersangkutan. tanah, perbatasannya, bangunan di atasnya, Seni hak dan biaya
atas properti. 2. Sertifikat hak milik adalah akta kepercayaan atas nama bank
atau kreditur untuk memberikan pinjaman kepada pemiliknya. 3.Bagi
pemerintah, keberadaan sertifikat hak atas tanah sangat menguntungkan,
bahkan dengan penggunaan tidak langsung. Sertifikat pendaftaran tanah
menunjukkan bahwa properti yang bersangkutan telah terdaftar di kantor
pendaftaran tanah dengan rincian lengkap dan dapat dengan mudah ditemukan
jika diperlukan. Data tanah Hal ini sangat penting untuk perencanaan kegiatan
pembangunan seperti pembangunan kota, pemasangan pipa irigasi, kabel
telepon, pemungutan pajak tanah dan konstruksi dll. Keuntungan di atas masih
banyak keuntungan lain dari sertifikat tanah. Yang Anda dapatkan adalah rasa
aman dan tentram bagi pemegang sertifikat hak atas tanah karena segala
informasi atau data yang berkaitan dengan tanah mudah diketahui dan
terjamin serta dapat dibuktikan secara hukum.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan pembahasan pada
topik di atas:
1. Bahwa akibat hukum dari alih fungsi tanah HGU menjadi hak milik adalah
bahwa seseorang yang telah menerima tanah dari program ini dapat
memperbaikinya Kondisi ekonomi dengan bertani, tetapi ada aturan yang
harus diikuti oleh penerima tanah. Agar si penerima harta tidak dapat
mempergunakan harta itu sepenuhnya, karena ada ketentuan-ketentuan yang
harus kamu ketahui. Ketentuan diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 18
Tahun 2016 tentang penguasaan tanah pertanian , jika penerima negara
redistribusi melanggar , pengalihan hak atas tanah tidak dapat didaftarkan ke
kantor pertanahan setempat. Dalam hal pemberlakuan, tanah tersebut tidak
mempunyai kekuatan hukum berupa akta tanah sebagai bukti sahnya
pemilikan tanah tersebut.
2. Menimbang bahwa perubahan status hukum telah memberikan kekuatan
hukum negara karena diserahkan kepada petani sesuai dengan Peraturan yang
berlaku dan keputusan yang dibuat oleh pemerintah tidak dapat dicabut
kecuali ada satu kali pencabutan hukum.Hal ini karena keputusan hukum
selain kewenangan hukum formal dan hukum substantif menghasilkan asas
praduga hukum, yang berarti bahwa semua keputusan pemerintah atau
administrasi negara dianggap sah berdasarkan undang-undang. dikuasai oleh
seseorang yang mempunyai daftar tanah, akan diterbitkan sertifikat hak milik
dari daftar tanah apabila itu dijadikan sebagai alat bukti yang kuat dan sah, hal
ini sesuai dengan penjelasan Pasal 19 UUPA dan Pasal 32 PP Daftar Tanah.
Sertifikat Negara Sertifikat yang diperoleh petani Jenggawah sebanyak
sertifikat yang sah secara hukum dan dapat digunakan sebagai alat bukti yang
sah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, 2012, sertipikat Hak Atas Tanah, Cetakan pertama, Jakarta : Sinar
Grafika

Amaruddin Pabbu, Rahman Syamsuddin, 2014, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan


pertama, Jakarta : Mitra Wacana Media.achma

Boedi Harsono, 2003, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional, Cetakan


pertama, Jakarta: Universitas Trisakti.

Cst Kansil, Christine , S.T Kansil, Engelien R, Palandeng dan Godlieb N


Mamahit, 2009, Kamus Istilah Hukum

Effendi Perangin, 1994, Hukum Agraria Indonesia, Suatu Telaah Dari Sudut
Pandang Praktisi Hukum, Cetakan keempat, Jakarta: Raja Grafindo.

J.O.S Hafid, 2001, Perlawanan Petani Kasus Tanah Jenggawah, Cetakan pertama,
Jakarta : Latin

Julius Sembiring, 2016, Tanah Negara, Cetakan pertama, Jakarta : Prenadamedia


Group

Kartini Muljani dan Gunawan Widjaja, 2005, Hak-hak Atas Tanah, Edisi Pertama,
Jakarta : Kencana.

Munir Fuady, 2013, Perbuatan Melawan Hukum: Pendekatan Kontemporer,


Cetakan keempat, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Cetakan keenam, Jakarta :


Kencana Prenada Media Group.

UPT Penerbitan. 2016. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Ketiga.Cetakan


Ketiga. Jember: Jember University Press.

Urip Santoso,2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Cetakan kedua,
Jakarta: Kencana

11

Anda mungkin juga menyukai