PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dijajah Belanda ±350 tahun lamanya, hingga akhirnya
merdeka pada tahun 17 Agustus 1945. Dalam masa penjajahan
tersebut, Pemerintah Belanda berhasil merumuskan dan mendirikan
hukum serta peraturannya sendiri yang berlandaskan tujuan serta cita-
cita pemerintahan asing, sehingga pada saat Indonesia mendapatkan
kemerdekanya, bangsa Indonesia mendapatkan banyak peninggalan
produk-produk hukum di antaranya adalah hukum yang mengatur
tentang pertanahan. Tanah-Tanah yang ditinggalkan oleh
Pemerintahan Hindia Belanda adalah,
1. Hak Erfpacht untuk perusahaan kebun besar seluas lebih dari satu
juta hektar;
2. Hak Konsesi untuk perusahaan kebun besar seluas lebih dari satu
juta hektar pula;
3. Hak Eigendom, hak opstal dan hak erfpacht untuk perumahan atas
kurang lebih 200.000 bidang.
Menurut Profesor Boedi Harsono dalam bukunya Hukum Agraria
Indonesia,Sejarah Pemebntukan Undang-Undang Pokok Agraria, isi
dan Pelaksanaanya ia memberikan definisi tanah partikelir sebagai
berikut1,
“Tanah hak eigendom yang mempunyai sifat dan corak istimewa.
Yang membedakan dari tanah-tanah hak eigendom lainnya ialah
adanya hak-hak pada pemiliknya, yang bersifat kenegaraan, yang
1
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2013), h.95
1
2
2 Badan Pertanahan Nasional, Daftar Tanah Tanah Partikelir dan Eigendom yang
Luasnya Lebih dari Bouw yang Terkena Undang-Undang Nomor 1/1958, 1996, h.15.
4
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas terdapat dua masalah,
1. Bagaimanakah status tanah bekas Eigendom yang belum diberi
ganti rugi berdasarkan Buku Daftar Tanah Tanah Partikelir dan
Eigendom yang Luasnya Lebih dari 10 Bouw yang Terkena
Undang-Undang Nomor 1/1958?
2. Bagaimanakah tanggung jawab Pemerintah terhadap subyek
pemegang hak tanah partikelir Eigendom Verponding No.125323?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran status tanah bekas Eigendom Daftar Tanah
Tanah Partikelir dan Eigendom yang Luasnya Lebih dari 10 Bouw
yang Terkena Undang-Undang Nomor 1/1958.
2. Menggambarkan tanggung jawab Pemerintah terhadap subyek
pemegang hak tanah partikelir Eigendom Verponding No.125324
3 Ibid., h.4.
4 Ibid.
5
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah, selain untuk mencapai tujuan
penelitian adalah untuk memberikan manfaat yang teoritis maupun
praktis.
1. Manfaat Teoritis, yaitu untuk,
a. Memberikan sumbangan ilmiah terhadap ilmu pendidikan
terutama dalam bidang hukum pertanahaan;
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pratkisi hukum di
Indonesia
c. Memberikan refrensi untuk penelitian-penelitian yang akan
datang.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Penelitian ini apabila ditinjau dari tipenya merupakan penelitian
Yuridis Normatif. Yaitu tinjauan hukum/yuridis yang menggunakan
data primer yang berupa wawancara dan data sekunder yaitu data-
data yang diperoleh dari badan pustaka atau literatur baik Bahan
Hukum Primer dan Sekunder.
2. Sifat Penelitian
Ditinjau dari sifatnya penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif analitis yang bertujuan untuk menggambarkan akibat
hukum berlakunya Undang-Undang no.1 Tahun 1958 tentang
Penghapusan tanah-tanah partikelir terhadap penguasaan tanah
dengan hak Eigendom Verponding 12532.
6
5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006),
h.141.
7
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan melalui studi kepustakaan
dan wawancara. Studi kepustakaan akan dilakukan di tempat-
tempat seperti, perpustakaan Universitas Trisakti serta
perpustakaan maupun sumber lain seperti internet. Sedangkan
wawancara akan dilakukan dengan dua nara sumber yang
dianggap dapat memberikan pendalaman dalam masalah yang di
teliti yaitu, Prof. Arie Hutagalung SH MH, sebagai guru besar
hukum Agraria, dan subyek pemilik hak.
5. Analisis Data
Analisis Data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan
uraian dasar6. Analisis data yang akan dilakukan adalah analisis
data kualitatif yaitu, penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,
menemukan, menggambarkan maupun menjelaskan kualitas dari
pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau
digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.7
F. Kerangka Konseptual
Kerangka konsepsional adalah kerangka yang menggambarkan
hubungan antara konsep-konsep khusus yang menjadi arti dan
2000).
7 Saryono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Alfabeta, 2010).
8
berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti.8 Maka berikut adalah hal-hal
yang harus digambarkan terlebih dahulu,
1. Tanah Partikelir menurut Undang-Undang nomor 1 Tahun 1958
tentang Penghapusan Tanah Tanah Partikelir, tanah partikelir
merupakan tanah Eigendom di atas mana pemiliknya sebelum
Undangundang ini berlaku, mempunyai hak-hak pertuanan
(landheerlijke rechten) dan/atau Tanah Eigendom yang luas nya
melebihi 10 Bouw/0.7Ha.
2. Hak pertuanan di sini merupakan kewenangan kepada pemilik
tanah, yang disebut tuan tanah, hak-hak istimewa yaitu,
a. Hak untuk mengangkat atau mengesahkan pemilihan serta
memperhentikan kepala-kepala kampong atau desa dan kepala-
kepala umum
b. Hak untuk menuntut kerja paksa atau memungut uang
pengganti kerja paksa dari penduduk,
c. Hak mengadakan pungutan-pungutan, baik yang berupa uang
atau hasil tanah dari penduduk
d. Hak untuk mendirikan pasar-pasar, memungut biaya pemakaian
jalan dan penyeberangan,
e. Hak-hak yang menurut peraturan-peraturan lain dan/ atau adat
setempat.
3. Hak Menguasai Negara merupakan hak tingkatan tertinggi yang
diberikan kepada Negara sebagai oraganisasi kekuasaan seluruh
rakyat Indonesia berdasarkan ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3
Undang-Undang Dasar 45.
4. Hak Penguasaan tanah merupakan suatu hubungan hukum konkrit
antara orang atau badan hukum dengan tanah sebagai obyeknya
yang memberikan serangkaian hak dan kewajiban kepada
pemegang hak.
2012), h. 132.
9
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang,
permasalahan pokok, tujuan penelitian, metode
penelitian, kerangka konsepsi serta sistematika
penulisan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh kegiatan
penulisan yang berisikan kesimpulan dan saran.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA TENTANG TANAH PARTIKELIR
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2013), h.34.
9
12
10https://id.wikipedia.org/wiki/Cultuurstelselm
11Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2013), h.36.
13
12 Ibid., h. 12.
14
13 Ibid., h.42.
14 Ibid., h.43.
15
15https://butew.com/2018/01/22/penggolongan-penduduk-indonesia-pada-masa-
pemerintahan-kolonial-belanda/
16
17 Waskito, Hadi Arnowo, Pertanahan, Agraria dan Tata Ruang, (Jakarta: KENCANA,
2017), h.10.
18
Waskito, Hadi Arnowo, Pertanahan, Agraria dan Tata Ruang, (Jakarta: KENCANA,
2017), h.10.
18
1. Yasan (yoso)
Tanah seseorang yang diberikan berdasarkan Kenyataan bahwa
ialah orang yang pertama kali membuka/menggerjakan tanah
tersebut.
19Op.Cit hal.16
20Waskito, Hadi Arnowo, Pertanahan, Agraria dan Tata Ruang, (Jakarta: KENCANA,
2017), h.12.
19
2. Tanah Kesultanan
Tanah yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta dan tidak diberikan
kepada pihak manapun baik penduduk maupun Pemerintah
Daerah, sehingga penggunaan tanah Kesultanan perlu izin dari
Keraton Yogyakarta. Dalam lingkungan kekuasaan Kesultanan
berlaku pula asas Domein Verkraling.
3. Grant
Hak atas tanah yang diberikan kepada bangsa asing oleh Sultan
Deli yang merupakan raja pada saat itu. Terdapat tiga jenis Grant
yaitu,
e. Grant Sultan, hak yang diberikan oleh Sultan Deli kepada
kawula swapraja untuk mengusahakan sebuah bidang tanah.
Hak ini didaftarkan di Kantor Pejabat Pamong Praja.
f. Grant Controleur, hak yang diberikan oleh Sultan Deli kepada
kawula yang bukan swapraja untuk mengusahakan tanah
tersebut. Hak ini seringkali dirubah menjadi Hak opstal atau
erfpacht dan di juga harus didaftarkan di Kantor Controleur.
g. Grant Deli Maatschappij, hak yang diberikan Sultan Deli kepada
Deli Maatschappij (perseroan) untuk melakukan pengurusan
dan pembagian tanah kepada pihak ketiga.
4. Hak Gogolan, hak yang dipunyai atas tanah pertanian milik
bersama (komunal), dan para pemilik setempat memperoleh bagian
masing-masing untuk menggarap secara bergilir dengan syarat
tertentu.
5. Hak Bengkok, tanah milik desa yang idberikan kepada pamong
desa selama menjabat.
6. Hak Titisoro, ha katas tanah yang dipunyai suatu desa yang
dilelang kepada siapapun yang ingin mengarapnya.
7. Hak atas druwe, hak milik yang berlaku di lingkungan masyarakat
adat Bali.
20
21 Ibid., h.72
21
22 Ibid., h.82.
23
25 Ibid
26Boedi Harsono, Op.Cit., h.134.
27 Undang-Undang no.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria
25
28
Ibid hal.24
26
29 Ibid hal.25
27
Hak milik tidak dapat diberikan kepada semua subyek, dalam pasal
21 UUPA sudah ditentukan siapa saja yang dapat diberikan hak
milik yaitu,
1. “Warganegara Indonesia;
2. Badan hukum yang telah di tetapkan oleh Pemerintah, dengan
syarat tertentu;
3. Orang asing yang memperoleh Hak milik setelah berlakunya
UUPA baik dengan cara mewarisi tanpa wasiat, percampuran
harta perkawinan atau pihak yang sebelumnya mempunyai hak
milik namun kehilangan kewarganegaraanya;”
1. Pra-Kemerdekaan
Tanah partikelir sendiri pertama kali diatur pada zaman
Hindia Belanda dalam S. 1926-121. Peraturan tersebut dibuat
untuk memenuhi keinginan Gubernur Jenderal yang mengambil
alih tanah rakyat pribumi dan memberikanya kepada golongan
timur asing terutama Golongan Tionghoa dalam bentuk tanah
partikelir, yaitu tanah eigendom yang mempunyai hak-hak
khusus/pertuanan. Hak pertuanan ini bersifat tidak terbatas
yang di antara lain berupa33,
1) “Hak untung mengangkat atau mengesahkan pemilihan
serta memberhentikan kepada desa;
2) Hak untuk menuntut kerja paksa dari penduduk;
3) Hak untuk mengadakan pungutan, baik berupa uang atau
hasil tanah dari penduduk;
4) Hak untuk mendirikan pasar, memungut biaya pemakaian
jalan dan penyebrangan;
5) Hak untuk mengharuskan penduduk tiga hari sekali
memotong rumput bagi keperlua tuan tanah partikelir;
34 Ibid.
35 Ibid.
36 Ibid.
37 Ibid.
33
2. Pasca-Kemerdekaan
Kemerdekaan Indonesia dan berubahnya struktur
pemerintahan tidak membuat upaya untuk menghapuskan
tanah partikelir berhenti begitu saja, Pemerintah tetap
mengupayakan dibeli kembalinya tanah partikelir yang tersisa
karena tanah partikelir dianggap tidak sesuai dengan asas
keadilan sosial rakyat Indonesia, mamun di karenakan tidak
adanya kesepakatan mengenai harga, seringkali proses
pembelian kembali berakhir tanpa hasil yang memuaskan,
sehingga pada tanggal 24 Januari 1958, dikeluarkan Undang-
undang No. 1 Tahun 1958 tentang Penghapusan Tanah-Tanah
Partikelir, yang secara tegas menghapus seluruh tanah partikelir
yang tersisa/ada dalam Pasal 3 Undang-Undang tersebut yang
menyatakan bahwa,
38 Ibid.
34
40
Ibid
36
41
Mudakir Iskandar Syah, Pembebasan Tanah dan Reklamasi Untuk Pembangunan
Kepentingan Umum (Jakarta: Jala Permata Askara),
42
AP Parlindungan, Pencabutan dan Pembebasan Hak Atas Tanah Suatu Studi
Perbandingan (Bandung: Mandar Maju 1990)
38
43
Keputusan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Tentang Peniadaan
Ganti Rugi Atas Tanah-Tanah yang terkena Undang-Undang no.1 Tahun 1958
40
BAB III
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
Bidang tanah yang diteliti dalam bab ini adalah tanah dengan surat
pajak Eigendom Verponding No.12532 baik dari segi fisik maupun yuridis.
8. Pada saat ini, Ir. Lanjar Widadi dan Hendy Mulyadi telah
bergabung untuk melakukan pengurusan bersama.
BAB IV
ANALISIS OBYEK PENELITIAN
1. Menolak warisan –
2. Menerima Warisan –
Ahli waris mewarisi seluruh activa dan pasiva dari pewaris. Ahli
waris dalam hal ini dapat menerima warisan baik secara diam-
diam dan secara tegas. Secara diam-diam berarti ahli waris
telah menggunakan menikmati warisan, dan secara tegas
berarti ahli waris menyatakan kehendaknya secara tertluis
kepada panitera pengadilan negeri bahwa ia menerima warisan
secara penuh.
48
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2013), h.116
55
51
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang-Undangan,
Pasal 7
59
52
Ibid. Pasal 8
60
53
Arie Hutagalung, wawancara dengan penulis, Arie Hutagalung & Partners, Jakarta, 23
Januari 2019
61
54
Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1958, Pasal 2
62
55
Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1958, Pasal 10 ayat 2
64
56
Arie Hutagalung, wawancara dengan penulis, Arie Hutagalung & Partners, Jakarta, 23
Januari 2019
65
57
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara dan UU
PTUN 2004, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) hal.24
66
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
https://butew.com/2018/01/22/penggolongan-penduduk-indonesia-
pada-masa-pemerintahan-kolonial-belanda/
Keputusan Deputi Menteri Kepala Departemen Agraria Nomor SK.15/Depag/1966
tanggal 14 Mei Tahun 1966,