13
Salah satu definisi awal perencanaan tata ruang diambil dari European
Regional/Spatial Planning Charter (disebut juga Torremolinos Charter), yang
diadopsi pada tahun 1983 oleh Konferensi Menteri Eropa yang bertanggung
jawab atas Regional Planning (CEMAT), yang berbunyi: "Perencanaan tata
ruang memberikan ekspresi geografis terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi,
sosial, budaya, dan ekologis.
Perencanaan tata ruang juga merupakan sebuah ilmu ilmiah, teknik
administrasi, dan kebijakan, yang dikembangkan sebagai pendekatan lengkap
dan antar-ilmu, yang diarahkan kepada pengembangan regional dan
organisasi fisik terhadap sebuah strategi utama."
Di Indonesia konsep perencanaan tata ruang mempunyai kaitan erat dengan
konsep pengembangan wilayah. Konsep pengembangan wilayah telah
dikembangkan antara lain oleh Sutami pada era 1970-an, dengan gagasan
bahwa pembangunan infrastruktur yang intensif akan mampu mempercepat
terjadinya pengembangan wilayah, juga Poernomosidhi (era transisi)
memberikan kontribusi lahirnya konsep hierarki kota-kota yang hierarki
prasarana jalan melalui Orde Kota.
Selanjutnya Ruslan Diwiryo (era 1980-an) yang memperkenalkan konsep
Pola dan Struktur ruang yang bahkan menjadi inspirasi utama bagi lahirnya
UU No.24/1992 tentang Penataan Ruang. Pada era 90-an, konsep
pengembangan wilayah mulai diarahkan untuk mengatasi kesenjangan
wilayah, misal antara KTI dan KBI, antar kawasan dalam wilayah pulau,
maupun antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Perkembangan terakhir
pada awal abad millennium, bahkan, mengarahkan konsep pengembangan
wilayah sebagai alat untuk mewujudkan integrasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
14
B. Jenis Perencanaan Tata Ruang
Jenis perencanaan tata ruang Perencanaan tata ruang terbagi menjadi tiga,
yaitu: Perencanaan tata ruang wilayah nasional Perencanaan tata ruang
wilayah nasional sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
a. Perencanaan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk
perencanaan jangka panjang. Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun, ditinjau kembali satu kali dalam
lima tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) memuat:
1) Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
2) Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
3) Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
nasional;
4) Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;
5) Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
6) Penataan ruang kawasan strategis nasional;
7) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan
pengembangan struktur ruang dan pola ruang.
Struktur ruang wilayah nasional:
1) Akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah.
2) Kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumber daya air.
Pola ruang wilayah nasional:
1) Kawasan lindung.
2) Kawasan budi daya.
3) Kawasan strategis nasional.
15
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional
Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:
1) Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan;
2) Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3) Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
4) Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan
republik indonesia;
5) Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang
dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang;
6) Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
7) Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
8) Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor;
9) Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi
nasional.
16
1) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;
2) Rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem
perkotaan dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan
perdesaan pada wilayah pelayanannya dan sistem jaringan prasarana
wilayah provinsi;
3) Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung
dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi;
4) Penetapan kawasan strategis provinsi;
5) Arahan pemanfaatan ruang wilayah yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan;
6) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi
indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan,
arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
17
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi
Tujuan penataan ruang wilayah provinsi merupakan arahan perwujudan
ruang wilayah provinsi yang diinginkan pada masa yang akan datang.
Tujuan penataan ruang wilayah provinsi berfungsi:
1) Sebagai dasar untuk memformulasi kebijakan dan strategi penataan
ruang wilayah provinsi;
2) Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam
RTRW provinsi;
3) Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah provinsi.
18
2) Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam
wilayah kabupaten atau kota.
3) Acuan dala penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah
dan rencana pembangunan jangka menengah daerah.
4) Acuan lokasi investasi dalam rilayah kabupaten atau kota yang
dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta.
5) Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah
kabupaten atau kota.
6) Acuan dalam administrasi pertahanan
19
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), merupakan
dokumen rencana ruang yang mengatur peruntukan fungsi pada
seluruh wilayah negara Indonesia. Dokumen ini berlaku secara
nasional dan mencadi acuan dalam penyusunan rencana tata ruang
pada level provinsi dan kabupaten/kota.
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRP), merupakan
penjabaran RTRWN pada masing-masing provinsi. Dokumen ini
berlaku pada masing-masing provinsi yang diaturnya, sebagai contoh
RTRW Provinsi Aceh hanya berlaku pada wilayah hukum Provinsi
Aceh. Selanjutnya dokumen ini dijabarkan dalam bentuk dokumen
RTRW Kabupaten/Kota dan dokumen detail lainnya.
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK), merupakan
penjabaran dari dokumen RTRWN dan RTRWP pada level
kabupaten/kota. Dokumen ini berlaku pada masing-masing wilayah
administratif kabupaten/kota. Sebagai contoh, RTRW Kabupaten
Aceh Utara hanya berlaku pada wilayah hukum Kabupaten Aceh
Utara. RTRWK selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk dokumen
detail ruang untuk kawasan-kawasan tertentu. Dalam pelaksanaan
pembangunan, dokumen RTRWK merupakan acuan bagi pemerintah
kabupaten/kota dalam menerbitkan izin prinsip dan izin lokasi bagi
investor/masyarakat pengguna ruang.
d. Rencana Detail Ruang dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL),
merupakan penjabaran detail dari dokumen RTRWK dan berfungsi
sebagai acuan pemerintah kabupaten/kota dalam menerbitkan izin
Mendirikan Bangunan (IMB
20
D. Manfaat Perencanaan Tata Ruang
E. Ekonomi
F. Memberikan tingkat
kepercayaan dan stabilitas yang
G. lebih baik bagi investasi
H. Mengidentifikasi lahan
pada lokasi yang
I.berkesesuaian untuk memenuhi
kebutuhan
J. pembangunan ekonomi
K. Memastikan lahan bagi
pembangunan pada lokasi
L. yang tepat dikaitkan dengan
jaringan transportasi
M. dan lokasi kerja
N. Meningkatkan kualitas
lingkungan yang lebih baik
O. bagi investasi dan
pembangunan
P. Mengidentifikasi
pembangunan yang memenuhi
21
Q. kebutuhan masyarakat
setempat
R. Membuat keputusan yang
lebih efisien dan secara
S. konsisten.
T. Sosial
U. Mempertimbangkan
kebutuhan masyarakat setempat
V. dalam pengembangan
kebijakan
W. Memperbaiki aksesibilitas
lokasi pembangunan baru
X. Mendukung penyediaan
fasilitas local
Y. Meningkatkan
pemanfaatan kembali lahan
kosong
Z. Membantu penciptaan dan
pemeliharaan lingkungan
AA. yang aman, sehat dan nyaman
BB. Lingkungan
22
CC. Meningkatkan
pemanfaatan lahan, bangunan
dan
DD. infrastruktur yang
berkesesuaian
EE. Menjaga asset budaya,
sejarah dan lingkungan
FF. Memperingatkan potensi
resiko lingkungan (polusi,
GG. banjir)
HH. Menjaga dan memperkuat
kawasan rekreasi dan
II. warisan budaya
JJ. Meningkatkan akses bukan
kendaraan bermotor
KK. Mendorong efisiensi
energi
a. Ekonomi
1) Memberikan tingkat kepercayaan dan stabilitas yang lebih baik
bagi investasi
2) Mengidentifikasi lahan pada lokasi yang berkesesuaian untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi
23
3) Memastikan lahan bagi pembangunan pada lokasi yang tepat
dikaitkan dengan jaringan transportasi dan lokasi kerja
4) Meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik bagi investasi
dan pembangunan
5) Mengidentifikasi pembangunan yang memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat
6) Membuat keputusan yang lebih efisien dan secara konsisten.
b. Sosial
1) Mempertimbangkan kebutuhan masyarakat setempat dalam
pengembangan kebijakan
2) Memperbaiki aksesibilitas lokasi pembangunan baru
3) Mendukung penyediaan fasilitas local
4) Meningkatkan pemanfaatan kembali lahan kosong
5) Membantu penciptaan dan pemeliharaan lingkungan yang aman,
sehat dan nyaman
c. Lingkungan
1) Meningkatkan pemanfaatan lahan, bangunan dan infrastruktur
yang berkesesuaian
2) Menjaga asset budaya, sejarah dan lingkungan
3) Memperingatkan potensi resiko lingkungan (polusi, banjir)
4) Menjaga dan memperkuat kawasan rekreasi dan warisan budaya
5) Meningkatkan akses bukan kendaraan bermotor
6) Mendorong efisiensi energi
24