Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS YURIDIS PASAL 6 PERMA NO 1 TAHUN 2016 TENTANG

MEDIASI
Oleh: Chusaeni Rafsanjani Assadami
NIM: 12060210009
Pascasarjana Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Salatiga
2021
saniandreani@gmail.com

A. Latar belakang masalah


Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa secara damai yang tepat,
efektif, dan dapat membuka akses yang lebih luas kepada para pihak untuk
memperoleh penyelesaian yang memuaskan serta berkeadilan.
Bahwa dalam rangka reformasi birokrasi Mahkamah Agung Republik
Indonesia yang berorientasi pada visi terwujudnya badan peradilan indonesia
yang agung, salah satu elemen pendukung adalah Mediasi sebagai instrumen
untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap keadilan sekaligus
implementasi asas penyelenggaraan peradilan yang sederhana, cepat, dan
berbiaya ringan.
Indonesia telah mengenal dan mengakui mediasi sebagai alternatif
penyelesaian sengketa1, Upaya perdamaian yang dimaksud dalam Pasal 130
ayat (1) Herzien Inlandsch Reglement (HIR) Artinya hakim harus
mendamaikan pihak pihak-pihak yang bersengketa sebelum dimulainya proses
persidangan. Kehadiran Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1
Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan ini merupakan
penyempurnaan dari Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) sebelumnya,
yakni Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2008.
Kemudian berhubungan dengan masalah pengaturan itikad baik, kehadiran
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2016 secara tegas
dimaksudkan untuk memberikan kepastian, keadilan, ketertiban dan

1
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata: Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Cet. VII, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), halaman 231.
kelancaran dalam proses perdamaian para pihak dalam menyelesaikan
sengketa perdata. Upaya ini dilakukan dengan cara mengintensifkan dan
mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur di pengadilan. Dengan
demikian, mediasi menjadi sangat penting dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses berperkara di Pengadilan.
Kemudian Apabila dilihat secara eksplisit, Peraturan Mahkamah Agung
(PERMA) Nomor 1 Tahun 2016 merupakan implementasi dari Hukum Acara
Perdata Herzien Inlandsch Reglement (HIR) dan Reglement voor de
Buitengewesten (RBG), namun Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)
Nomor 1 Tahun 2016 masih terdapat ambiguitas atau perlu adanya penafsiran
secara mendalam terkait alasan diperbolehkanya para pihak menghadiri
mediasi melui audio visual jarak jauh, hal ini tercantum dalam pasal 6 ayat 4
huruf d yang menyebutkan pada pihak diperbolehkan menghadiri mediasi
secara audio visual jarak jauh apabila para pihak sedang menjalankan tugas
negara, tuntutan profesi atau pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.
kehadiran para pihak dalam mediasi sangatlah penting, karena apabila pihak
penggugat tidak dapat menghadiri mediasi sebagaimana pasal 7 Peraturan
Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2016 selanjutya mediator
menyatakan pihak Penggugat tidak mempunyai itikat baik maka hakim yang
memeriksa perkara tersebut dapat menyatakan perkara yang diajukan
Penggugat tidak dapat diterima atau dengan kata lain hakim menoolak gugatan
penggugat.
Selanjutnya pihak penggugat boleh tidak menghadiri mediasi secara
langsung namun dapat melalui alui audio visual apabila alasan para pihak
dinyatakan sah, salah satunya karena pekerjaan yang tidak dapat ditinnggalkan,
namun pekerjaan yang dimaksud dalam PERMA No 1 Tahun 2016 ini tidak
menyebutkan secara ekplisit pekerjaan apa yang idak dapat ditnggalkan.
Oleh karena itu penulis mencoba untuk mengupas maksud pekerjaan yang
tidak dapat ditinggalkan oleh para pihak sebagaimana Peraturan Mahkamah
Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2016 pasal 6 ayat 4.
Berdasarkan uraian pendahuluan di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan dalam
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2016 pasal
6 ayat 4?
2. Bagaimana mediator mengetahui Pekerjaan para pihak
sebagaimana Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1
Tahun 2016 pasal 6 ayat 4?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa makna pekerjaan yang tidak
dapat ditinggalkan sebagaimana Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)
Nomor 1 Tahun 2016 pasal 6 ayat 4 agar tidak menjadi makna yang multi
tafsir.
Manfaat penelitian ini diarapkan agar pihak pihak yang berperkara lain yang
berhubungan langsung dengan perkara memiliki makna yang sama dalam
memahami pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.
Manfaat lain dari penelitian ini adalah membatu mediator agar memiliki
pertimbangan yang sama dalam menilai itikad baik para pihak yang tidak bisa
menghadiri mediasi secara langsung.
Penelitiaan ini sangat bermanfaat bagi semua pihak demi mencapai tujuan
hukum yang adil, tidak memihak, sebagaimana asas peradilan cepat, sederhana
dan biaya ringan.
B. Landasan Teori
Bahwa Untuk menganalisa Pasal 6 Perma No 1 Tahun 2016 Tentang
Mediasi maka sangat di-perlukan lansan teori sebagai pisau analisi penelitian
ini. Penulis menggunakan beberapa teori yaitu
1. Teori Tujuan Hukum
Hukum mempuanyai tujuan untuk memberikan nilai keadilan,
kemanfaatan, dan kepastian hukum terhadap semua elmen masyarakat
(Bruggink dkk:1996). Untuk mewujudkan tujuan hukum tersebut harus
seirama dengan kondisi sosial masyarakat demi terwujudnya tujuan
hukum yang diharapkan.
Peradaban manusia selalu memikirkan makna keadilan dan
kepastian hukum spertihalnya tokoh Jeremy Bentham yang
menghasilkan teori utilities. Teori ini mengutamakan pada pemahaman
utama dengan jalan mewujudkan kesejahteraan optimal bagi anggota
masyarakat yang menghasilkan tujuan hukum yang menekankan pada
keseimbangan antara keadilan dan kepastian (Theo Huijbers: 1982).
2. Konsep Keadilan
Konsep keadilan memiliki cangkupan yang sangat luas John rawls
adalah salah satu tokoh filsuf moral yang hidap pada abad 21 beliau
memiliki konsep kadilan yang menekankan pada keadilan sosial yang
berpendapat kepentingan utama keadlian adalah Jaminan stabilitas hidup
manusia dan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan
Bersama. Idealnya keadilan akan terwujud apabila masyarakat memiliki
hak-hak dasar, kebebasan, kekuasaan, kewibawaan, kesempatan
berpendapat dan kesejahteraan (Dardji Darmodiharjo dan Sidarta: 1995).
Rawls memiliki pandangan untuk mencapai keadilan harus
mencakup unsur keadilan substansi yang mengacu pada unsur keadilan
procedural. Akibatnya munculah istilah Justice as fairness yaitu keadilan
dianggap tercapai apabila keadilan prosedurall sudah tercapai (Fauzan
dan Prasetyo: 2006) .
3. Teori Sistem Hukum
Dalam penelitian ini penulis menggugakan teori system hukum dari
Lawrence M. Friedman yang nama beliau memiliki 3 komponen dalam
system huku yaitu yang pertama komponen Struktur adalah kelembagaan
yang diciptakan oleh hukum sepertti Pengadilan yang berfungsi
mendukung bekerjanya system hukum. Kedua komponen substansi yaitu
nir ma norma hukum yang dipergunakan oleh penegak hukum. Ketiga
komponen hukum yang bersifat kultural yang terdiri dari sikap harapan,
dan pendapat tentang hukum (friedman: 1984).
C. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
hukum normatif dengan pendekatan konseptual (conceptual
approach) yaitu mencari asas-asas, doktrin-doktrin dan sumber hukum
dalam arti filosofis yuridis2 untuk memahami prosedur mediasi di
Pengadilan berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1
Tahun 2016 Pasal 6 Ayat 4.
2. Bahan Penelitian
Untuk mendapatkan bahan penelitian tersebut, maka penelitian ini akan
dilakukan dengan studi pustaka yang mengkaji bahan hukum. 3. Bahan
hukum sebagai bahan penelitian diambil dari bahan kepustakaan yang
berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier.

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum


Bahan hukum primer, sekunder dan tersier akan diperoleh melalui studi
kepustakaan dengan cara menghimpun semua peraturan perundang-
undangan, dokumen-dokumen hukum dan buku-buku serta jurnal ilmiah
yang berkaitan dengan permasalahan.
Bahan hukum sekunder yang merupakan pendapat dari ahli hukum yang
terkait dengan penelitian cara pengambilannya dengan menggunakan
metode wawancara secara tertulis4
4. Teknik Analisis Bahan Hukum
Analisis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu setelah
bahan-bahan hukum yang terkait dengan permasalahan yang dikaji
dikumpulkan, kemudian diolah dan dianalisis secara hukum.

2
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2010),
halaman 137-139.
3
Ibid, 44
4
Ibid 164-166
D. Kajian Pustaka
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2016 merupakan
penyempurnaan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2008
tentang Prosedur Mediasi Adapun isinya antara lain:
1. Batas waktu mediasi yaitu 30 hari
2. Kewajiban para pihak yang menghadiri pertemuan mediasi dengan atau
tanpa kuasa hukum.
3. Peran mediator yang independent untuk berperan aktif dalam dam
menyelesaikan perkara baik didalam persidangan maupun diluar
persidangan.
4. Penilaian mediator terhadap pihak yang tidak beritikad baik, akibatnya
apabila mediato menilai penggugat tidak beritikad baik maka
persidangn tidak dapat dilanjutkan atau kata lain gugur.
5. Kebolehan pihak untuk tidak menghadiri mediasi apabila mempunyai
alas an yang sah sepertihalnya tuntuan profesi atu pekerjaan yang tidak
dapat ditinggalkan.
Dalam Pasal 6 Ayat 4 Huruf d menyebutkan alas an sah untuk tidah hadi
dipersidangan yaitu karena menjalankan tugas negara, tuntutan profesi atau
pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan. Penulis melihat kata yang digunakan
dalam ayat tersebut menggugakan katau atau yang mempunyai makna yang
bersifat pilihan, namun dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2019 ini tidak
menjelaskan secara gamlang apa maksud dari pekerjaan yang tidak bisa
ditinggalkan.
E. Daftar Pustaka
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata: Tentang Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Cet. VII,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2008).
Bruggink, J.J.H., dan Arief Sidharta, 1996, Refleksi Tentang Hukum,
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Huijbers, Theo, 2009, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta:
Kanisius.
Darmodiharjo, Darji dan Sidarta, 1995, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Jakarta:
Gramedia.
Fauzan Achmad, 2012, Himpunan Undang-Undang Lengkap Tentang Badan
Peradilan, Jakarta: Harvarindo.
Friedman, Lawrence M., 1975, The Legal System, A Social Science
Perspective, New York: Russell Sage Foundation.
PERMA No 1 Tahun 2019
PERMA No 1 Tahun 2018
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press,
2010), halaman 137-139.

Anda mungkin juga menyukai