Anda di halaman 1dari 31

Perkembangan

Perundang-undangan/
Ius
• Commune
;
•Melampaui batas teritorial
hukum tertulis
Era Kodifikasi Contrastive approach;
•Bersifat integratif •Mempelajari hk asing
Abad 19
•Dsr pd pmbntkn as-as hkm &
(foreign law)
pemerintahan yg baik •.Mcr bhn hkm ttt utk Pmchn mslh
•Studi banyak terkait dgn sjarah •Dengan pdktn fungsional,
Hk dan prdbn mns. •Bersifat kritis, realistis, tdk
dogmatis.
 bersifat kritis
 para ahli perbandingan hukum tidak lagi mementingkan
persamaan dan perbedaan dari berbagai sistem hukum
semata-mata sebagai suatu fakta melainkan yang
dipentingkan , adalah, "keajegan, dapat dipraktikan,
keadilan dan jalan keluar bagi suatu masalah hukum
tertentu ("the fitness, the practicability, the justice ' and the
why of legal solutions to givens problems).

 bersifat realistik
 perbandingan hukum bukan saja meneliti perundang-
undangan, putusan hakim dan doktrin semata­mata
melainkan semua motivasi yang sesungguhnya
menentukan atau mempengaruhi dunia, seperti: etika,
psikologi, ekonomi dan kebijakan perundang-undangan.

 bersifat tidak dogmatis


 perbandingan hukum tidak hendak terkekang dalam
kekuasaan dogma-dogma. Walaupun dogma-dogma itu
memiliki fungsi sistematisasi akan tetapi dogma dapat
menyebarkan dan membuat pandangan yang kurang tepat
dalam menemukan pemecahan atas masalah hukum yang
dianggap terbaik menurut masanya/zamannya.
Perbandingan hkm sebagai metoda atau sebagai
cabang Ilmu hukum ?

Ada dua golongan pendapat yaitu:


A. Sebagai metoda
 Rudolf B. Schlesinger
 Winterton
 Gutterdige
B. Sebagai Ilmu
 Lemaire,
 Ole Lando,
 Hessel Yutema,
 Orucu
• Perbandingan merupakan metoda umum dalam
suatu aktivitas keilmuan termasuk di bidang hukum
untuk pengembangan ilmu hukum.
Rudolf B. Schlesinger

Sebagai metoda:
 perbandingan hukum merupakan metoda
penyelidikan dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih
dalam tentang bahan hukum tertentu.
 Perbandingan hukum bukanlah perangkat
peraturan dan asas-asas hukum dan bukan
suatu cabang hukum, melainkan
merupakan teknik untuk menghadapi unsur
hukum asing dari suatu masalah hukum.
Winterton

 perbandingan hukum adalah suatu


metoda yang membandingkan sistem-
sistem hukum dan perbandingan
tersebut menghasilkan data sistem
hukum yang dibandingkan.
Gutteridge:
 perbandingan hukum tidak lain merupakan suatu metoda
yaitu metoda perbandingan yang dapat digunakan dalam
semua cabang hukum.
 Gutteridge membedakan antara comparative law dan
foreign law (hukum asing); comparative law
membandingkan dua sistem hukum atau lebih
sedangkan pengertian foreign law mempelajari hukum
asing tanpa secara nyata membandingkannya dengan
sistem hukum yang lain.
 Selain itu, Gutteridge juga memisahkan antara
descriptive comparative law dan applied comparative
law.
Lemaire
 perbandingan hukum sebagai cabang
Ilmu pengetahuan (yang juga
mempergunakan metoda
perbandingan) mempunyai lingkup: (isi
dari) kaidah-kaidah hukum, persamaan
dan perbedaannya, sebab-sebabnya
dan dasar-dasar kemasyarakatannya.
Ole Lando
 perbandingan hukum mencakup: "analysis
and comparison of the laws".
 Pendapat ini sudah menunjukkan
kecenderungan untuk mengakui
perbandingan sebagai cabang ilmu hukum.
 dalam bukunya, "The Contribution of
Comparative Law to Law Reform by
International Organizations"; mengatakan :
"Comparative Law is the national legal system
and their comparation".
Hessel Yutema
 Perbandingan hukum hanya suatu nama lain untuk ilmu
hukum dan merupakan bagian yang menyatu dari suatu
ilmu sosial, atau seperti cabang ilmu lainnya
perbandingan hukum memiliki wawasan yang universal;
sekalipun caranya berlainan, masalah keadilan pada
dasarnya sama baik menurut waktu dan tempat di
seluruh dunia (Comparative law is simply another name
for legal science and an integral part of the more
comprehensive universe of social science, or like other
branches of science it has a universal humanistic
outlook: it contemplates that while the technique nay
vary, the problems of justice are basically the same in
time and space throughout the world)
Orucu
 perbandingan hukum merupakan suatu disiplin
hukum yang bertujuan menemukan persamaan-
persamaan dan perbedaan-perbedaan serta
menemukan pula hubungan-hubungan erat antara
pelbagai sistem-sistem hukum; melihat
perbandingan lembaga-lembaga hukum dan
konsep-konsep serta mencoba menentukan suatu
penyelesaian atas masalah-masalah tertentu
dalam sistem-sistem hukum dimaksud dengan
tujuan seperti pembaharuan hukum, unifikasi dan
lain-lain (comparative law is a legal discipline aiming at
ascertaining similarities and differences and finding out
relationships between various legal systems, their essence
and style, looking at comparable legal institutions and
concepts and trying to determine solutions to certain
problems in these systems with a definite goal in mind, such
as law reform, unification etc.),
Zweigert dan Kotz, : perbandingan atas jiwa
dan gaya atau dinamika pelbagai sistem
hukum yang berbeda-beda atau lembaga-
lembaga hukum yang dapat
diperbandingkan atau penyelesaian
masalah-masalah hukum yang dapat
diperbandingkan dalam sistem-sistem
hukum yang berbeda-beda (" the comparison of
the spirit and style of different legal system or of comparable
legal institutions or of the solution of comparable legal
problems in different system".).
Istilah
 Comparative Law (bhs. Inggris),
 Rechtsvergleichung (Jerman) atau
 Droit Compare (Perancis);
 Di Amerika Serikat, Comparative Law sering diberi arti
lain, yaitu : sebagai "hukum perselisihan" yang
termasuk bidang studi hukum perdata.
 Sarjana lain, Rudolf B. Schlesinger (Comparative Law,
1959) mengatakan, bahwa Comparative Law atau
perbandingan hukum merupakan suatu metoda
penyelidikan dengan tujuan untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih tentang bahan hukum
tertentu.
TUJUAN PERBANDINGAN
HUKUM
 Dilihat berdasarkan asal-usul dan perkembangannya
 tujuan yang bersifat teoritis (menjelaskan hukum
sebagai gejala univ, shg hk hrs dpt menjelaskan gejala
tsb) dan tujuan yang bersifat praktis (alat pertlngn utk tib
msyrkt dan pembaharuan hukum).
 Perbandingan hukum yang fungsional (functional legal
comparison) maka tujuan perbandingan hukum adalah
untuk menemukan jawaban-jawaban tepat atas
problema-problema hukum yang nyata dan sama atas
sist hk yg berbeda.
 beberapa tujuan sebagai berikut :
 praktis
 sosiologis
 politis
 pedagogis
 Tujuan praktis:
 sangat dirasakan oleh para Ahli Hukum yang harus
menangani perjanjian-perjanjian internasional.
 Tujuan sosiologis :
 mengobservasi suatu ilmu hukum yang secara umum; ia
menyelidiki hukum dalam arti ilmu pengetahuan.
Perbandingan hukum oleh para ahli sosiologi hukum pada
dewasa ini diper­gunakan sebagai metoda untuk
mempelajari dan mendalami sistem-sistem hukum di dunia
dengan maksud membangun asas­asas umum sehubungan
dengan peranan hukum dalam masya­rakat.
 Tujuan politis
 mempelajari perbandingan hukum untuk mempertahankan
"status quo".
 Tujuan yang bersifat politis tidak ada maksud sama sekali
untuk mengadakan perubahan-perubahan mendasar pada
negara-negara yang sedang berkembang.
 Tujuan pedagogis:
 untuk memperluas wawasan mahasiswa sehingga dapat
berpikir secara "interdisipliner";
 untuk memperoleh input bagi pembaharuan dan
pembentukan Hukum Nasional di masa yang akan datang.
Tujuan lainnya:
1. Pembaharuan hukum dan pengembangan
kebijakan-kebijakan atau law reform and developing
policy (March, 1977, Merryman, 1977);
2. sebagai sarana penelitian untuk mencapai suatu
teori hukum yang bersifat universal atau a tool of
research to reach of universal theory of law
(Kozolchyk, 1976; Yutema, 1956).
3. sebagai bantuan untuk praktek hukum dalam
hubungan intemasional atau an aid to international
practice of the law (Schlessinger, 1980).
4. unifikasi dan harmonisasi (hukum) atau international
and harmonization - common core research
(Schlessinger, 1968)
5. suatu alat bantu dalam peradilan atau a gap filling
device in law courts.
Kegunaan mempelajari
Perbandingan Hukum Pidana:
 Unifikasi hukum
 Harmonisasi hukum

 Mencegah chauvinisme hukum;

 Memahami hukum asing

 Pembaharuan hukum nasional


(Soedarto)
Pentingya hukum nasional
 aspek politis, negara merdeka harus memiliki hukum
nasional
 aspek sosiologis, hukum nasional tersebut harus
mencerminkan kultur masyarakat Indonesia
 aspek praktis. ketentuan perundang-undangan yang
masih memakai bahasa asing sudah selayaknya
dialihbahasakan atau diganti.(Soedarto) 20)

 Hukum nasional harus bersifat adaptif, KUHP


Nasional di masa-masa mendatang harus dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan baru,
khususnya perkembangan internasional yang sudah
disepakati oleh masyarakat beradab (Muladi)
Kegunaan dapat dijelaskan
melalui topik:

 Relevansi perbandingan hukum dengan


riset-riset historis, fiolosofis, dan yuridis;
 Urgensi perbandingan hukum untuk lebih
memahami hukum nasional;
 Untuk dapat membantu menghayati budaya
bangsa-bangsa lain dan lebih jauh dalam
kaitannya dengan pembentukan atau
pengembangan hubungan antar bangsa
(Rene David dan John Brierly).
PERKEMBANGAN HUKUM NASIONAL
PADA COMMON LAW & CIVIL LAW SYSTEM

Common Law Civil Law

Hukum Nasional/
Unifikasi
Banyak dibentuk
Banyak dibentuk melalui
melalui perundang-
pengadilan
undangan

Law Equity Publik Privat

Reaksi thd ketidakmampuan hk kebiasaan yang


dikembangkan pengadilan dalam mengatasi Sudah dikembangkan sejak
kerugian yang diakibatkan oleh pelanggaran Zmn Romawi
hukum. Ini ditangani oleh The Court of Chancery.
Common Law
 Diwakili Inggris
 Unifikasi dilaksanakan oleh Bench (the judge composing the court) dan Bar
(complete body of attourney).
 Merupakan badan pemerintah ttp dianggap berhasil menjaga kewibawaan
hukum terhadap kekuasaan raja Stuart.
 Hukum (penjabaran dari “Habeas Corpus”, "certiorari", dan "mandamus)
mendukung kekuatan sospol yang menghendaki perubahan masyrkt dari masrkt
agraris ke masyrkt industri shg tetap dihormati rakyat..

 The writ of habeas corpus has a varied use in criminal and civil contexts. It is basically a
procedure for obtaining a judicial determination of the legality of an individual is custody. In
the criminal context it is used the petitioner before the court to inquire into the legality of
this confinement. The writ of federal habeas corpus is used to test the constitutionality of a
state criminal conviction. It pierces throught the formalities of a state conviction to
determine whether the conviction is consonant with the Due Process of Law. The Writ is
used in the civil context to chalenge the validity of child. Mandamus is an extraordinary
writ issues from a, court to an official compelling performance of an act which the law
recognize as a duty. It is extraordinary in the sense that it is used only when all other
judicial remedies have failed or inadequate. Certiorari, is a means of gaining appelate
review; a common law writ issued from a superior court to one of inferior jurisdiction,
commanding the latter to certify and return to -the former the record in the particular case.
The writ is issued in order that the court issuing the writ may inspect the proceedings and
determine whether there have been any irregularities.
Civil law
 Diwakili Perancis
 pengadilan tidak mampu menciptakan/membentuk unifikasi hukum.
 Ada pertentangan antara kekuatan kaum agama dan para ahli pikir
(filosoof) di satu pihak, dan antara kaum bangsawan dan rakyat jelata di
daerah­daerah. Keadaan sedemikian merupakan ciri karak­teristik
negara-negara Eropa continental pada abad pertengahan.
 Dalam ketiadaan putusan pengadilan yang berwibawa, maka para ahli
hukum dan Hakim berpaling kepada sumber hukum yang berlaku yaitu:
hukum Romawi, di samping hukum gereja.
 Selain itu, juga putusan Raja pada masa itu yang bersifat tertulis dan
dianggap sebagai undang-undang; merupakan sumber hukum yang
dipergunakan oleh para arhli hukum dan hakim.
 Putusan pengadilan tidak berwibawa, karena dianggap mewakili
kekuasaan penguasa (zm. ancient regime). Pada masa ini rakyat
menumpahkan kebencian kepada pengadilan.
 semangat nasionalisme menuntut adanya bentuk hukum nasional yang
baru dan adanya suatu pengadilan yang bersifat demokratis  gerakan
kodifikasi
Perbedaan

common law Civil law


Sumber Hukum: Sumber hukum:
Custom; UUD
Legislation  statute;dan UU
Case-law. Kebiasaa/ Case Law
Doktrin

Tidak menganut scr penuh asas Menganut the principle of legality


legalitas  jika antara case law
dan statute law ada perbedaan
maka akan digunakan case law
Penafsiran hakim bisa sangat Hakim terikat pada UU (hakim
luas/ boleh tidak bertumpu pada tidak boleh membuat delik baru)
Statute shg hakim boleh
menjatuhkan berdasar kebiasaan
atau melaksanakan precedent
 Custom
 Merupakan sumber hukum tertua di Inggris, tumbuh dan
berkembang dari kebiasaan suku anglo saxon. Pada abad 14
custom melahirkan common law yang kemudian digantikan
dengan precedent.
 Legislation  statutes
 Semula dibuat oleh raja dan grand council (kaum bangsawan di
kota London). Abad 13-14 dirombak terdiri dari Lord dan Common
(mewakili penduduk) yang kemudian dikenal dengan Parlemen.
Pada masa ini Raja masih bisa bertindak tanpa persetujan
parlemen. Tetapi setelah abad 17 dengan adanya perang saudara
seluruh UU harus mendapat persetujuan parlemen
 Salah satu sumber hukum yang penting dan dipergunakan
sebagai pembaharuan hukum di inggris
 Case-Law
 Kebiasaan yang berkembang di inggris tidak melalui persetujuan
parlemen, tetapi dilakukan oleh para hakim  Judge made law. Ini
merupakan precedent bagi para hakim pada kasus yang sama di
masa mendatang.
Tidak mengenal perbedaan kejahatan dan Mengenal perbedaan antara
pelanggaran, tetapi mengenal kejahatan berat
(felonies) dan kejahatan ringan kejahatan dan pelanggaran.
(misdemeanors) dan kejahatan terhadap Perbedaan ini berasal dari mala
negara (treason). in se (recht delict) dan mala
Berdasar Criminal Law Act (1967) prohibita (wetsdelict)
pembedaan itu diganti dengan:
Indictable Offences:
kejahatan berat yg hanya dapat
diadili dengan sistem Juri melalui
pengadilan yang disebut Crown
Court.
Summary Offences:
kejahatan kurang berat yg hanya
dpt diadili oleh suatu pengadilan
(magistrate court) tanpa Juri.
Arrestable Offence:
kejahatan yg diancam dgn pidana
di bawah 5 (lima) tahun kepada
seorang pelaku kjhtn yg blm
pernah melakukan kejahatan.
WEWENANG MENGADILI
Memeriksa dan memutus perkara pidana
berat.
CROWN COURT Terdiri dari seorang hakim dan anggota
jury.
Dikenal dengan Trial on Indictment.

Memeriksa dan memutus perkara pidana


MAGISTRATE ringan
COURT Terdiri seorang hakim;
Dikenal dengan Trial on summarily.
Klasifikasi tindak pidana menurut Criminal law act 1977
 Offences triable only on indictment“
 Pada prinsipnya semua tindak pidana diadili berdasarkan "on indictment".
 Dalam praktek peradilan perkara tindak pidana yang diadili berdasarkan "on
indictment" adalah, murder (pembunuhan), Manslaughter (penganiayaan
berat), rape (perkosaan), roberry (perampokan), causing grievious bodily harm
with intent to rob and blackmail" (menyebabkan luka­luka berat yang
diakibatkan oleh niat untuk melakukan perampokan dan pemerasan).
 Offences triable only summarily
 harus diatur dalam undang-undang
 pelanggaran lalu-lintas, kadar alkohol dalam darah pengemudi melebihi batas
maksimum yang diperkenankan, melakukan kekerasan fisik terhadap petugas
polisi; bertingkah laku buruk atau membahayakan di tempat-tempat
umumpencurian barang seharga tidak lebih dari 20 Poundsterling .
 Offences triable either way“
 semua perbuatan yang lerdapat dalam daftar tindak pidana berdasarkan
"Judicial Act" 1980, yi :
• Theft Act 1968, kecuali perampokan, pemerasan, penganiayaan dengan maksud
merampok dan mencuri.
• Bbrp plgrn yg disebut dalarn "the criminal damage act" 1977, termasuk pembakaran
(arson).
• Bbrp plgrn yg di muat dlm "Perjuri Act" 1911.
• The forgery act
• Sexual offences act.
 Ajaran kesalahan mendasarkan pd Actus Konsekuensi prinsip legalitas berpengaruh pada
reus nisi mens sit rea (Mens rea)  suatu pertanggungjawaban pidana (criminal liability/
perbuatan tidak mengakibatkan seseorang toerekeingsvatbaarheid). Syarat umum
bersalah kecuali jika pikiran orang itu jahat. pertanggungjawban adalah gabungan antara
 Secara klasik  setiap pelanggaran hukum perbuatan pidana dan kesalahan. Perbuatan pidana
yang dilakukan disebabkan karena pada diri harus memenuhi
orang itu sudah melekat sikap batin yang jahat Ada perbuatan yang dilakukan seseorang
(evil will), dan karenanya perbuatan tersebut Diatur dalm UU
dianggap merupakan dosa ; Bersifat melawan hukum (formil/ materiil)
 Praktek peradilan di Inggris: penafsiran
terhadap hukum sepenuhnya terletak pada
luas-sempitnya penafsiran yang diberikan
Hakim tentang:
1. apakah perbuatan (actus reus)
tersebut benar telah dilakukan
tersangka? dan
2. apakah tersangka dapat
dipertanggungjawabkan secara
moral?
 Pertanggungjawaban pidana tergantung dari
ada atau tidaknya: a) actus-reus dan b) mens­
rea. Namun unsur "mens-rea" merupakan
unsur yang mutlak dalam
pertanggungjawaban pidana dan harus ada
terlebih dulu pada perbuatan tersebut
sebelum dilakukan penuntutan.
 Actus reus
 Actus-reus mengandun Prinsip bahwa:
• perbuatan yang dituduhkan harus secara langsung dilakukan atertuduh.
Seseorang tidak dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatan orang lain,
kecuali ia membujuk orang lain untuk melakukan pelanggaran atau tertuduh
memiliki tujuan yang sama dengan pelaku pelanggaran tersebut.
• Perbuatan yang dituduhkan harus dilakukan tertuduh dengan sukarela tanpa
ada paksaan dari pihak lain; atau perbuatan dan akibatnya memang
dikehendaki oleh tertuduh.
• Ketidaktahuan akan undang-undang yang berlaku bukan merupakan alasan
pemaaf/ yang dapat dipertanggungjawabkan

 Mens Rea
 Unsur Mens-rea dalam hukum pidana di negara yang menganut Common Law
System meIekat pada setiap tindak pidana, dan merupakan unsur yang mutlak..
Namun dalam beberapa tindak pidana tertentu ternyata unsur ini tidak
merupakan syarat yang menentukan contoh dalam strict liability.
 Unsur Mens-rea dalam hukum pidana Inggris dijabarkan dan di­klasifikasikan
menjadi:
• intention atau purposely:tertuduh menyadari perbuatan dan menghendaki
akibatnya..
• Recklessness: tertuduh sudah dapat memperkirakan atau menduga
sebelum perbuatan dilaksanakan tentang akibat yang akan terjadi; akan
tetapi tertuduh sesungguhnya tidak menghendaki akibat itu terjadi.
• Negligence: tertuduh tidak menduga akibat yang akan terjadi, akan tetapi
dalam keadaan tertentu undang-undang mensyaratkan bahwa tertuduh
harus sudah dapat menduga akibat-akibat yang akan terjadi dari perbuatan
yang dilakukannya.
Sistem hukum acara pidana Sistem inquisitoir
yang berlaku pada prinsipnya
menganut "sistem Accusatoir"
populer dengan sebutan
"Advesary System"
Doktrin Precedent
 Arti: to stand by dicision and not to disturb settled point
 Alasan:
 Faktor equality
• Penerapan peraturan yang sama terhadap kasus yang sama
akan menghasilkan persamaan perlakuan yang sama
dihadapan peradilan
 Faktor predictability
• Mengikuti precedent scr konsisten akan menunjang arah
yang jelas dari pelaksanaan hukum di masa yang akan
datang.
 Faktor ekonomi
• Dengan kriteria yang tetap untuk menyelesaiakan kasus
yang sama di masa mendatang akan menghemat waktu dan
tenaga;
 Faktor respect”
• Memberikan penghargaan terhadap kebijakan dan
pengalaman serta keahlian para hakim terdahulu.
 Bentuk precedent
 Declaratory precedent
• Hakim menerapkan putusan yang sama tanpa memperluas
isi putusan.
 Original precedent
• Putusan yang belum pernah ada
 Overruling precedent
• Penolakan terhadap putusan hakim yang lebih rndah. Disini
hakim tidak wajib mencantumkan alasannya.
 Distinguishing precedent
• Penolakan terhadap putusan hakim yang lebih tinggi. Di sini
hakim wajib mencantumkan alasan dalam putusannya.

Anda mungkin juga menyukai