Anda di halaman 1dari 2

Menurut Antonius Cahyadi dan Fernando Manulang dalam buku nya “Pengantar ke

Filsafat Hukum”, Aliran hukum positif (positivism) berkembang atas reaksi dari aliran hukum
alam (natural law), dan berkembang pada abad pertengahan. Istilah positivism berasal dari
kata ponere yang artinya meletakkan (bentuk pasifnya adalah diletakkan). Positivism melihat
bahwa yang terutama dalam melihat hukum adalah fakta bahwa hukum itu sendiri diciptakan
dan diberlakukan oleh orang-orang tertentu di dalam masyarakat yang mempunyai
kewenangan untuk membuat hukum, yang mana juga merupakaan sumber dan validitas
norma hukum atas kewenangan tersebut. Bagi aliran hukum positif ini, hukum adalah
fenomena sosial yang khusus, dibandingkan fenomena-fenomena sosial lainnya yang hanya
dapat dibentuk, diadakan dan diterapkan dalam ruang lingkup tertentu, walaupun hukum tdk
dapat dilepaskan dari faktor2 lain.
Adapun terdapat beberapa tokoh yang mendukung Mahzab Positivisme Hukum, salah
satunya adalah Jeremy Bentham. Ajaran terkenal dari Prinsip Utilitas terkenal dan dijelaskan
secara rinci oleh Bentham. Bentham menolak pandangan hukum kodrat (natural law) yang
begitu yakin akan nilai-nilai subjektif dibalik hukum yang harus dicapai. Bentham percaya
bahwa hukum harus dibuat secara utilitarianistik, yaitu melihat pada keugnaannya,
patokan2nya yang didasarkan pada keuntungan, kesenangan dan kepuasan manusia. Bentham
juga mengemukakan istilah Expositional Jurisprudence (ilm uhukum yang memaparkan),
yang mana mencoba menjawab pertanyaan mengenai ap aitu hukum. Ada juga Censorial
Jurisprudence yang mencoba menjawab pertanyaan mengenai apa hukum yang baik itu.
Menurut Betham, hukum hanya dapat diidentifikasi dan digambarkan berkaitan dengan fakta-
fakta hukum yang relevan, yang mengikutsertakan hal-hal yang berkenaan dengan proses
penciptaan hukum dan pelaksanaannya oleh orang2 yang dalam posisi nya memiliki
kekuasaan dan control dalam masyarakat. Sedangkan hukum yang baik merupakan hukum
yang memennuhi prinsip memaksimalkan kebahagiaan dan meminimalkan rasa sakit dalam
masyarakat. Kata kunci menurut Bentham antara lain: Sovereignty, Power, dan Sanction.
Tokoh lainnya adalah John Austin. Apabila Bentham memiliki teminologi
Expositional Jurisprudence dan Censorial Jurisprudence, John Austin punya teminologi atau
istilah Analytical Jusrisprudence dan Normative Jurisprudence. Analytical Jurisprudence
(ilmu hukum analitis) memerhatikan fakta-fakta mendasar dari hukum, asal usulnya,
keberadaan dan konsep yang melatar belakangi nya. Sedangkan Normative Jurisprudence
(ilmu hukum normatif fokus pada kebaikan dan keburukan dari hukum yang ada. Bagi
Austin, hukum adalah perintah / command dari pihak yang berkuasa / Sovereign yang
memiliki sanksi. Menurut Austin, ada 2 pembedaan besar berkaitan dengan hukum;

1. Hukum Tuhan (Laws of God): hukum yang diciptakan Tuhan untuk makhluk ciptaannya.
Austin menyebutnya sebagai “hukum yang memang demikian disebut sebagai hukum”
2. Hukum Manusia (Human Laws) yang dibuat oleh manusia untuk manusia lain. Dibagi
lagi menjadi 2 kategori:
a. Hukum Positif: sebagai superior politik / dalam melaksanakan hak2 yang
diberikan oleh petinggi2 politik tersebut.
b. Moralitas Positif: tidak sebagai petinggi politik atau dalam melaksanakan hak
yang dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai