Anda di halaman 1dari 6

29-Mar-21

KORPORASI SEBAGAI SUBYEK HUKUM PIDANA


(PERKEMBANGAN SUBYEK HUKUM PIDANA)

Muhammad Iftar Aryaputra

PENGANTAR
• Subyek hukum pidana dapat dimaknai sebagai
sasaran dimana norma dan sanksi yang melekat di
dalamnya akan dikenakan
• Dengan demikian, subyek hukum pidana dapat
dimaknai juga sebagai pelaku tindak pidana
• Dalam hukum pidana, awalnya hanya mengakui
manusia (natuurlijk person) sebagai subyek hukum
• Dalam perkembangannya, muncul subyek hukum
lain yang dikenal dengan korporasi
(corporation/corporatie), yang diakui sebagai
subyek hukum pidana

1
29-Mar-21

PRO DAN KONTRA KORPORASI SEBAGAI


SUBYEK HP (PROF. SUTAN REMY)
Pro:
1. Dalam kehidupan manusia modern, korporasi menduduki posisi
penting dalam kehidupan sosial, dan berpotensi menimbulkan
kerugian bagi manusia;
2. Adanya asas equality before the law yang memandang siapapun
sama didepan hukum, termasuk korporasi;
3. Korporasi dapat menghindarkan diri dari pertanggungjawaban
atas perbuatan yang dilakukan, dan hanya menyisakan
pengurusnya untuk dipertanggungjawabkan, sedangkan
korporasinya tetap beroperasi seperti biasa;
4. Suatu korporasi memiliki kemampuan lebih besar dalam
membayar denda dibandingkan apabila denda itu dijatuhkan
kepada pengurusnya.

PRO DAN KONTRA KORPORASI SEBAGAI


SUBYEK HP (PROF. SUTAN REMY)
Kontra:
▪ Korporasi tidak memiliki mens rea (sikap batin) sendiri, karena itu
tidak mungkin menunjukkan suatu nilai moral yang disyaratkan
untuk dapat disalahkan secara pidana; Berlakunya actus non facit
reum, nisi mens sit rea tidak memungkinkan untuk membebankan
pertanggungjawaban pidana kepada korporasi.
▪ Keharusan bagi terdakwa untuk tampil sendiri secara pribadi di
muka sidang pengadilan tidak memungkinkan bagi korporasi untuk
menjadi terdakwa.
▪ Tidak mungkin untuk memenjarakan suatu korporasi dengan
tujuan untuk pencegahan (deterrence), penghukuman, dan
rehabilitasi yang menjadi tujuan dari sanksi-sanksi pidana.
▪ Seandainya korporasi dipidana, pegawai dan konsumen lah yang
menanggung derita.

2
29-Mar-21

KEDUDUKAN KORPORASI DALAM HUKUM


Kedudukan Korporasi dalam hukum bisa dituliskan sebagai berikut:
1. Korporasi sebagai pelaku (crime for corporation): kejahatan
dilakukan dengan memberikan manfaat/keuntungan bagi
korporasi.
2. Korporasi sebagai korban (crime against corporation): korporasi
menjadi korban dari perbuatan orang-orang di dalamnya.
3. Korporasi kriminal (criminal corporation): korporasi yang memang
dibentuk untuk melakukan kriminalitas.

KORPORASI DALAM UU DI INDONESIA


1. UU Drt. No. 7 Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana
Ekonomi;
2. UU No. 11 PNPS tahun 1963 tentang Tindak Pidana Subversi (telah dicabut);
3. UU No. 9 Tahun 1976 tentang Penyimpanan Narkotika;
4. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Tata Cara Perpajakan;
5. UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
6. UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan;
7. UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai;
8. UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;
9. UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
10. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
11. UU No. 5 Tahun 1999 tentang Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
12. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
13. UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
14. Perppu No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan TP Terorisme
15. UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang;
16. UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

3
29-Mar-21

KORPORASI DALAM RKUHP


▪ RUU KUHP juga mengadopsi pendirian bahwa korporasi
merupakan subjek tindak pidana.
▪ Pasal 48 RUU KUHP: Korporasi merupakan subjek tindak
pidana.

DEFINISI KORPORASI
▪ Korporasi berasal dari kata corporation (Inggris), corporatie (Belanda),
korporation (Jerman);
▪ Secara etimologis berasal dari kata corporatio dalam bahasa Latin.
▪ Black’s Law: An entity (usu. a business) having authority under law to act as a
single person distinct from the shareholders who own it and having rights to
issue stock and exist indefinitely (suatu entitas yang memiliki kewenangan
secara hukum untuk berbuat secara pribadi yang membedakannya dari
perbuatan pemilik saham, dan berhak mengeluarkan saham, serta
keberadaannya ada menurut hukum);
▪ Black’s Law: a group or succession of persons established in accordance with
legal rules into a legal or juristic person that has a legal personality distinct from
the natural persons who make it up, exists indefinitely apart from them, and has
the legal powers that its constitution give it. (sebuah kelompok atau kumpulan
perorangan yang ditetapkan oleh hukum sebagai badan hukum atau pribadi
yang secara hukum memiliki kedudukan hukum yang membedakan dengan
orang pada umumnya, keberadaannya dijamin UU, dan memiliki kekuatan
hukum yang diberikan konstitusi).

4
29-Mar-21

DEFINISI YURIDIS KORPORASI

1. UU No. 5/1997 tentang Psikotropika: Korporasi adalah kumpulan


terorganisasi dari orang dan/atau kekayaan, baik merupakan badan
hukum maupun bukan.
2. UU No. 31/1999 sbgmn yg diubh. UU No. 20/2001 tentang
Pemberantasan Tipikor: Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau
kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun
bukan badan hukum.
3. UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
TPPU: Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan
hukum.

SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI

Menurut Prof Mardjono Reksodiputro, ada 3 kemungkinan:


1. Pengurus sebagai pelaku tindak pidana, sehingga oleh
karenanya penguruslah yang harus memikul
pertanggungjawaban pidana.
2. Korporasi sebagai pelaku tindak pidana, tetapi pengurus yang
harus memikul pertanggungjawaban pidana.
3. Korporasi sebagai pelaku tindak pidana dan korporasi itu
sendiri yang harus memikul pertanggungjawaban pidana.

10

5
29-Mar-21

Korporasi dapat di PERTANGGUNGJAWABKAN


apabila memenuhi semua unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Tindak pidana tersebut dilakukan atau diperintahkan oleh directing
mind korporasi.
2. Tindak pidana tersebut dilakukan dalam ruang lingkup usaha
korporasi.
3. Tindak pidana tersebut dilakukan dengan maksud memberikan
manfaat bagi korporasi.
4. Bagi delik-delik yang mengharuskan adanya unsur perbuatan (actus
reus) dan unsur kesalahan (mens rea), kedua unsur tersebut (actus
reus dan mens rea) tidak harus terdapat pada satu orang saja.

11

12

Anda mungkin juga menyukai