Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS INDONESIA

CASE STUDY REPORT


PEMERIKSAAN SAKSI A CHARGE DALAM PERSIDANGAN: PENGAMATAN DI
PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT PADA PERKARA NOMOR
149/Pid.Sus/2021/PN Jkt.Pst

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Praktik Hukum Pidana
PRAKTEK HUKUM PIDANA B
PARALEL

RIVALDI RIZQIANDA PRATAMA


1806182870

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM SARJANA
DEPOK
MEI 2021
I. DAFTAR ISI

Daftar Isi
I. DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 2
II. PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
III. ANALISIS HASIL PENGAMATAN ......................................................................................... 4
A. Saksi A Charge berasal dari penyidik yang menangani perkara...................................... 4
B. Kehadiran Terdakwa Secara Virtual .................................................................................. 6
C. Protokol Persidangan dan Keamanan dalam Lingkungan Pengadilan ........................... 7
IV. PENUTUP................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 9
II. PENDAHULUAN
Pada hari Rabu, 6 April 2021 telah dilakukan pengamatan persidangan di Pengadilan
Negeri Jakarta dengan Nomor Perkara 149/Pid.Sus/2021/PN Jkt. Pst dengan Terdakwa
Imron Rosyadi. Persidangan diadakan diruang sidang Mudjono dan dihadiri oleh seluruh
pihak baik Majelis Hakim, Jaksa Penuntut Umum, Penasihat Hukum, Saksi secara Luar
Jaringan maupun Terdakwa yang dihardikan secara Dalam Jaringan (Daring). Sidang
tersebut dilangsungkan dengan agenda pembuktian yaitu pemeriksaan saksi dari Jaksa
Penuntut Umum. Dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis, terdapat beberapa
informasi mengenai perkara yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

No. Perkara 149/Pid.Sus/2021/PN Jkt. Pst

Pasal yang didakwakan Primair: Pasal 114 ayat (1) jo. Pasal 132 ayat (1) UU Nomor
35 tahun 2009 tentang Narkotika

Subsidair: Pasal 112 ayat (1) jo. Pasal 132 ayat (1) UU Nomor
35 tahun 2009 tentang Narkotika

Ancaman Pidana Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar
rupiah).

Terdakwa - Imron Rosyadi

Hakim Hakim Ketua: Dulhusin, S.H., M.H.

Jaksa Penuntut Umum - WILHELMINA M., S.H., M.H.


- Z.M YENI, ROSALITA SH

Panitera -

Panitera Pengganti Khairuddin, S.H., M.H.


Bahwa terdakwa IMRON ROSYADI BIN ACHMAD SANUSI pada hari Minggu
tanggal 15 Nopember 2020 sekitar pukul 22.30 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain
dalam bulan Nopember tahun 2020 bertempat di dekat tambal ban Jl. Cibunar Kel. Duri
Pulo Kec. Gambir Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang berwenang
memeriksa dan mengadili perkara ini tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
menyerahkan Narkotika Golongan I Dalam hal ini berupa sabu sesuai dengan teks
percakapan dalam handphone yang menjadi barang bukti dan juga barang bukti berupa 2
(dua) bungkus plastic bening maisng-masing berisi Kristal putih Shabu berat brutto 1,01
(satu koma nol satu) gram didalam plastic klip .

Perkara ini kemudian didaftarkan pada tanggal 24 Februari 2021 ke Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat dan kemudian diserahkan barang bukti berupa:

o 2 (dua) bungkus plastic bening maisng-masing berisi Kristal putih Shabu berat
brutto 1,01 (satu koma nol satu) gram didalam plastic klip adalah benar
narkotika mengandung Metamphetamin terdaftar dalam golongan I Nomor 60
lampiran Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika.
o 1 (satu) unit Handphone Xiomi Redmi 8 warna biru Nomor simcard
08969367003

III. ANALISIS HASIL PENGAMATAN


Dari hasil pengamatan penulis yang hadir ke Persidangan pada tanggal 6 Maret 2021
dengan Nomer Perkara 107/Pid.Sus/2021/PN Jkt. Pst, Penulis mendapatkan beberapa hal yang
terjadi selama persidangan dan dapat dikaitkan beberapa hal yang akan diuraikan dibawah ini
antara lain:

A. Saksi A Charge berasal dari penyidik yang menangani perkara


Saksi sendiri merupakan orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri.1 Pengertian tersebut berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

1
Indonesia, Undang-Undang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, UU No.8 Tahun 1981, LN
No.76 Tahun 1981, TLN No. 3209, Ps. 1 butir ke-26
65/PUU-VIII/2010 tentang Pengujian KUHAP diperluas menjadi termasuk pula “orang yang dapat
memberikan keterangan dalam rangka penyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu tindak pidana yang
tidak selalu ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.”2

Saksi sendiri terbagi menjadi 2 jenis yaitu saksi a charge dan saksi a de charge. Saksi a charge
adalah saksi yang keterangannya memberatkan terdakwa sedangkan saksi a de charge merupakan saksi
yang keteranganya meringankan terdakwa atau bakan mematahkan dakwaan penuntut umum
berdasarkan keterangan yang ia miliki.3 Pemeriksaan saksi sendiri biasanya dimulai dengan pertanyaan
dari majelis hakim untuk kemudian dilanjutkan dengan majelis hakim yang akan mempersilakan kepada
penuntut umum atau terdakwa/penasihat hukum sesuai dengan pihak mana yang menghadirkan saksi
tersebut.

Pemeriksaan saksi biasanya dimulai dengan pertanyaan majelis hakim, kemudian secara
berurutan majelis hakim akan mempersilakan kepada penuntut umum atau terdakwa/penasihat hukum
sesuai dengan pihak mana yang menghadirkan saksi tersebut.4 Pada dasarnya, dalam pemeriksaan
seorang saksi di muka persidangan harus dihadiri oleh terdakwa. Namun dalam keadaan tertentu,
pemeriksaan saksi juga dapat tidak dihadiri oleh terdakwa, yang biasanya berkaitan dengan keselamatan
saksi tersebut.5

Dalam persidangan saat itu terhadap kasus a quo adalah pemeriksaan saksi dari Jaksa Penuntut
Umum sebagai saksi a charge. Dalam persidangan tersebut Jaksa Penuntut Umum hanya menghadirkan
serorang saksi yaitu seorang Anggota Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat, sebagai anggota tim Satuan
Reserse Narkoba Polres Jakarta Pusat sekaligus penyidik dari Terdakwa.

Sesuai dengan bunyi Pasal 185 ayat (6) KUHAP dinyatakan bahwa saksi adalah orang
yang benar-benar diberikan secara bebas, netral, objektif dan jujur.6 Bahwa keterangan saksi
PENYIDIK dalam hal ini sarat unsur subjektivitas, yaitu kepentingan untuk menghukum
tersangka yang dapat berdampak pada kenaikan pangkat atau promosi. Kemudian dugaan
adanya kuota penangkapan kasus, tidak jarang polisi menangkap para pengguna narkotika
sebagai bagian dari tuntutan memenuhi target penangkapan setiap bulan empat. Hal-hal
semacam ini mempengaruhi kesaksian polisi yang bebas, jujur dan objektif sebagaimana yang

2
Mahkamah Konstitusi, Putusan No. 65/PUU-VIII/2010
3
Aristo M. A. Pangaribuan, Arsa Mufti, dan Ichsan Zikry, Pengantar Hukum Acara Pidana di Indonesia,
Ed. 1, Cet.2, (Depok: Rajawali Press, 2018), hlm. 299.
3
Ibid., hlm 302.
4
Aristo M. A. Pangaribuan, Arsa Mufti, dan Ichsan Zikry, “Pengantar Hukum Acara…”, hlm 303.
5
Ibid., hlm. 304.
6
Indonesia, Undang-Undang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, Ps. 185 ayat (6)
diamanatkan dalam Pasal 185 ayat (6) KUHAP.7 Lebih lanjut Yusril Ihza Mahendra
menjelaskan seorang polisi penangkap yang dijadikan saksi tidak tepat dihadirkan sebagai saksi
fakta karena dipastikan akan membenarkan hasil penyidikannya. Lebih lanjut apa yang
disampaikan saksi fakta dalam persidangan tidak bisa dijadikan pertimbangan hakim sebagai
alat bukti. Sebab, apa yang diucapkan saksi sudah tertuang dalam bukti-bukti saat menyidik
perkara tersebut. Kalau dia menerangkan, maka alat buktinya tetap satu, tidak menjadi satu alat
bukti lagi.8 Hal tersebut sejalan dengan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 1531
K/Pid.Sus/2010, yang menyatakan:

“Bahwa pihak kepolisian dalam pemeriksaan perkara a quo mempunyai kepentingan


terhadap perkara agar perkara yang ditanganinya berhasil di pengadilan, sehingga
keterangannya pasti memberatkan atau menyudutkan bahwa bisa merekayasa
keterangan. Padahal yang dibutuhkan sebagai saksi adalah orang yang benar-benar
diberikan secara bebas, netral, objektif dan jujur (vide Penjelasan Pasal 185 ayat (6)
KUHAP)”.

Sehingga dalam hal ini penulis melihat kekuatan hukum pembuktian keterangan saksi penyidik
bernilai bebas, yaitu bergantung kepada Hakim. Hakim harus memperhatikan ketentuan Pasal
185 KUHAP untuk menilai keterangan saksi. Untuk selanjutnya Hakim menentukan apakah
kesaksian tersebut objektif dan dapat dibenarkan.

B. Kehadiran Terdakwa Secara Virtual

Sesuai dengan Pasal 154 ayat (4) KUHAP persidangan tidak akan dilanjutkan apabila
Terdakwa yang telah dipanggil secara sah tidak hadir pada jadwal yang telah ditentukan.
Sehingga dapat dilihat dalam hal ini kehadiran Terdakwa dalam persidangan adalah suatu
keharusan.9 Dalam menghadapi masa Pandemi ini Mahkamah Agung melakukan beberapa
penyesuaian salah satunya adalah dengan keluarnya Peraturan Mahkamah Agung No. 4 Tahun
2020 tentang Administrasi dan Persidangan Perkara Pidana di Pengadilan Secara Elektronik
(PERMA 4/2020). Dalam PERMA 4/2020 diatur bahwa dalam keadaan tertentu, baik sejak
awal persidangan maupun pada saat persidangan sedang berlangsung Hakim karena jabatannya

7
Teuku Hendra Gunawan, “Kedudukan Kesaksian Polisi Penangkap Dalam Pemeriksaan Perkara Tindak
Pidana Penyalahgunaan Narkoba”, Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3, No.1 April, (2019), hlm. 122
8
Rakhmatullah, “Yusril: Tidak Patut Penyidik Dihadirkan sebagai Saksi”,
https://nasional.sindonews.com/read/1028162/13/yusril-tidak-patut-penyidik-dihadirkan-sebagai-
saksi1438354535, diakses Jumat 14 Mei 2021
9
Ali Imron, Hukum Pembuktian, (Jakarta: UNPAM Press, 2019), hlm. 14
atau atas permintaan dari penuntut dan/atau Terdakwa atau Penasihat Hukum dapat
menetapkan persidangan dilakukan secara elektronik.10 Sehingga dalam hal ini kehadiran
terdakwa secara elektronik seperti dalam persidangan yang diamati oleh penulis memang
berdasar dan diperbolehkan.

Namun, yang menjadi hal menarik sesuai dengan PERMA 4/2020 juga disebutkan
bahwa Apabila sidang dilaksanakan dengan cara sidang elektronik maka semua peserta sidang
dalam hal ini Majelis Hakim, Terdakwa, Penuntut Umum, Penasihat Hukum, dan Saksi/ Ahli
yang sedang memberikan keterangannya harus terlihat di layar monitor dengan terang dan
suara yang jelas. Sejauh pengamatan yang dilakukan oleh Penulis para pihak hanya
menggunakan gawai pribadinya masing masing dengan suara yang juga berasal dari gawainya
masing-masing sehingga dalam hal ini pengunjung sidang pun kerap kali tidak dapat
mendengarkan dengan jelas kesaksian dari terdakwa. Bahkan, pengunjung sidang tidak dapat
melihat terdakwa karena memang tidak ada layar sesuai dengan persyaratan dalam peraturan.
Ketika dikonfirmasi kepada para pihak yang berpekara, hal tersebut telah menjadi seperti
informal rules yang berlaku dalam persidangan saat ini. Hal itu dikarenakan masih minimnya
fasilitas ruangan yang memiliki layar dan audio yang memadai untuk menunjang persidangan
sehingga hakim dalam hal ini melakukan diskresinya dengan persetujuan para pihak untuk
mengadakan sidang sedemikian rupa agar terciptanya persidangan yang efektif dan efisien.

Dalam hal ini sudah sepatutnya Mahkamah Agung dalam menegakkan peraturan yang
dibuatnya dengan mempersiapkan fasilitas sarana dan pra-sarana penunjang. Hal tersebut
berkenaan dengan kenyamanan dan transparansi agar persidangan dapat tetap dilihat oleh
umum sesuai dengan hakikat sidang itu sendiri yang terbuka untuk umum. Selain itu, hal
tersebut berkenaan dengan hak para pihak untuk dapat melaksanakan persidangan sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan tidak ada pelanggaran atas peraturan itu sendiri.

C. Protokol Persidangan dan Keamanan dalam Lingkungan Pengadilan

Sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2020 tentang Protokol
Persidangan dan Keamanan Dalam Lingkungan Pengadilan dinyatakan bahwa setiap orang
yang hadir dalam persidangan harus mematuhi pedoman yang mengatur perilaku dan tindakan
yang diperbolehkan serta tidak diperbolehkan yang kemudian disebut Protokol Persidangan.11

10
Indonesia, Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Agung tentang Administrasi dan Persidangan
Perkara Pidana di Pengadilan Secara Elektronik, PERMA No. 4 Tahun 2020, Ps. 2 ayat (2)
11
Indonesia, Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Agung tentang Protokol Persidangan dan
Keamanan Dalam Lingkungan Pengadilan, PERMA No. 5 Tahun 2020, Ps. 1 butir ke-5.
Pertama sesuai dengan bunyi Pasal 3 ayat (1) PERMA 5/2020 dinyatakan bahwa Ketua Majelis
Hakim menyatakan sidang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. Dalam pengamatan
yang dilakukan penulis Hakim telah membuka dan menyatakan persidangan terbuka untuk
umum, bahkan hakim juga mengingatkan untuk menjaga jarak dan batas aman serta mengatur
pengunjung dalam hal kapasitas ruang sidang telah terpenuhi, hal tersebut telah sesuai dengan
bunyi Pasal 3 ayat (2) PERMA 5/2020.

Namun, sesuai dengan Pasal 4 PERMA 5/2020 dimana setiap pengunjung seharusnya
diwajibnya untuk mengisi buku tamu, serta menukar kartu identitas dengan kartu pengunjung
tidak terpenuhi dan setiap orang dapat masuk ke dalam pengadilan tanpa menukar kartu
pengunjung terkait.12 Selain itu, sesuai dengan Pasal 4 ayat (12) dinyatakan bahwa “setiap
orang dilarang keluar masuk ruang sidang untuk alasan yang tidak perlu dan dapat
mengganggu jalannya persidangan.” Namun, pada faktanya hampir seluruh pengunjung
sidang dapat keluar masuk ruangan sidang dengan mudah tanpa dikonfirmasi apapun dan
terkadang dalam kondisi yang sedang padat menyebabkan kegaduhan dan kepadatan.13
Selanjutnya, Dalam Pasal 5 PERMA 5/2020 dinyatakan bahwa sebelum sidang dimuai,
panitera, penuntut umum, penasihat hukum, para pihak, dan pengunjung sidang telah duduk di
tempat duduk dalam ruang sidang yang telah ditentukan.14 Pada faktanya para pengunjung
dapat memasuki ruang sidang saat sedang persidangan berlangsung, bahkan saat itu pihak
penasihat hukum hadir setelah hakim terlebih dahulu hadir di ruangan, namun berdasarkan
konfirmasi yang dilakukan kepada majelis hakim hal tersebut dapat ditoleransi selama
keterlambatan tidak parah dan jika para pengunjung tetap tertib dan tidak menimbulkan
kegaduhan (informal rules).

Selanjutnya pada Pasal 5 ayat (4) dinyatakan bahwa pada saat Hakim/Majelis Hakim
memasuki dan meninggalkan ruang sidang, Aparatur Pengadilan yang bertugas sebagai
protokol mempersilahkan setiap orang yang hadir dalam ruang sidang untuk berdiri sebagai
penghormatan terhadap Hakim/Majelis Hakim.15 Hal tersebut pada faktanya tidak selalu
dilakukan pada persidangan perkara a quo hal tersebut memang tidak di lakukan demi
menghemat waktu dan efisiensi persidangan (Informal rules).

12
Ibid., Ps. 4 ayat (1)
13
Ibid., Ps. 4 ayat (12)
14
Ibid., Ps. 5 ayat (1)
15
Ibid., Ps. 5 ayat (4)
IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Imron, Ali. Hukum Pembuktian. Jakarta: UNPAM Press, 2019.

M. A. Pangaribuan, Aristo, Arsa Mufti, dan Ichsan Zikry. Pengantar Hukum Acara Pidana di
Indonesia. Ed. 1, Cet.2. Depok: Rajawali Press, 2018.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia. Undang-Undang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana. UU No.8 Tahun
1981. LN No.76 Tahun 1981. TLN No. 3209.

Indonesia. Mahkamah Agung. Peraturan Mahkamah Agung tentang Protokol Persidangan


dan Keamanan Dalam Lingkungan Pengadilan. PERMA No. 5 Tahun 2020

Indonesia. Mahkamah Agung. Peraturan Mahkamah Agung tentang Administrasi dan


Persidangan Perkara Pidana di Pengadilan Secara Elektronik. PERMA No. 4 Tahun
2020

JURNAL

Hendra Gunawan, Teuku. “Kedudukan Kesaksian Polisi Penangkap Dalam Pemeriksaan


Perkara Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba”. Syiah Kuala Law Journal : Vol. 3,
No.1 April, (2019). Hlm. 114-128

INTERNET

Rakhmatullah. “Yusril: Tidak Patut Penyidik Dihadirkan sebagai Saksi”.


https://nasional.sindonews.com/read/1028162/13/yusril-tidak-patut-penyidik-
dihadirkan-sebagai-saksi1438354535. Diakses Jumat 14 Mei 2021
LAMPIRAN BUKTI FOTO

Anda mungkin juga menyukai