Anda di halaman 1dari 276

KEPUTUSAN SESAT

PERKARA ANTASARI AZHAR


ii
KEPUTUSAN SESAT
PERKARA ANTASARI AZHAR

Penulis:
Maqdir Ismail

Verbum Publishing
Jakarta, Juni 2012
Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Ismail, Maqdir
KEPUTUSAN SESAT PERKARA ANTASARI AZHAR/Maqdir Ismail
--Cet.1-- Jakarta, Verbum Publishing, 2012

xvi, 256; 21 cm

ISBN 978-979-1467-13-1

KEPUTUSAN SESAT PERKARA


ANTASARI AZHAR
Penulis:
Maqdir Ismail

Editor:
Max Diaz Riberu
John Ngamal

Korektor:
Ida ZWK

Cover Design & Lay Out:


jpkusmin@yahoo.com
Foto Cover:
eideard.wordpress.com
Foto-foto: Dokumen Pribadi / Keluarga
Hak Cipta © 2012 Maqdir Ismail
Diterbitkan oleh
Verbum Publishing - Jakarta
Cetakan Pertama Juni 2012
Dicetak oleh: Verbum Printing
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR v

PENGANTAR

Buku ini tidak dimaksudkan sebagai upaya menyalahkan Hakim


dalam memutus Perkara Antasari Azhar. Tidak pula diniatkan sebagai
upaya gagah-gagahan menulis buku. Tetapi buku ini adalah upaya un-
tuk menyampaikan satu versi yang agak cukup lengkap tentang kasus
yang menyebabkan Antasari Azhar dihukum selama delapan belas ta-
hun. Sehingga buku ini bukan pembelaan di atas pembelaan, bukan
pula Peninjauan Kembali di atas Peninjauan Kembali.

Buku ini tentu penting, meskipun juga tidak lagi penting bagi
perkara Antasari Azhar. Bahkan mungkin ada yang menganggap buku
ini sudah tidak ada gunanya lagi. Sebab perdebatan tentang Putusan
Perkara Antasari Azhar sudah selesai. Hukumannya sudah berkekuatan
hukum tetap. Antasari Azhar sudah dihukum delapan belas tahun.

Bahkan dengan Putusan Mahkamah Agung yang menolak Per-


mohonan Peninjauan Kembali Antasari Azhar, ada yang mengatakan
bahwa terbukti tidak ada rekayasa dalam kasus Antasari Azhar, sebagai-
mana dikatakan oleh Staf ahli Kapolri Chairul Huda.1 Kemudian dicatat
pula oleh Detikcom,

“Tidak hanya itu, putusan MA tersebut juga membuktikan stra-


tegi litigasi dan non litigasi kubu Antasari yang dinakhodai oleh

1 http://news.detik.com/read/2012/02/15/095952/1842754/10/staf-ahli-kapolri-pk-
antasari-ditolak-bukti-tidak-ada-rekayasa?nd992203605
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
vi ANTASARI AZHAR

Maqdir Ismail tidak terbukti. Yaitu seperti argumen baju korban


saat ditembak tidak bisa dihadirkan ke persidangan merupakan
unsur rekayasa. Juga perbedaan peluru dan jenis pistol yang di-
gunakan oleh eksekutor”.

Tentu saja sah bagi Chairul Huda sebagai Staf ahli Kapolri untuk
mengatakan hal itu. Meskipun mungkin akan berbeda, kalau sebagai
ilmuwan dia sudah pernah mencermati alasan PK terutama yang berhu-
bungan dengan bekas luka tembak pada diri almarhum Nasrudin. Atau
juga fakta tentang anak peluru yang berbeda dengan anak peluru pem-
banding dan tentu saja kalau dia mengetahui alasan hilangnya baju al-
marhum Nasrudin Zulkarnaen yang raib, sejak beliau meregang nyawa
di rumah sakit di Tangerang.

Buku ini, berasal dari paper dalam bedah kasus Antasari Azhar,
yang pernah disampaikan di hadapan Civitas Akademika Fakultas Hu-
kum Universitas Sriwijaya pada hari Sabtu, tanggal 8 Oktober 2011,
Paper dalam Diskusi di Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 19
Oktober 2011, paper sebagai bahan diskusi di Fakultas Hukum Universi-
tas Hasanudin di Makassar pada tanggal 17 November 2011. Kemudian
atas saran beberapa kawan supaya diperluas, untuk diterbitkan sebagai
buku kecil, yang mudah dibaca dan tentu saja dengan tetap menampil-
kan bahan-bahan penulisan yang akurat.

Buku ini, tidak berpretensi menjadi buku ilmiah dan tidak juga
terlalu populer. Saya sendiri tidak tahu buku ini masuk ke dalam “genre”
apa. Begitu juga pemilihan judul bukan agar supaya buku ini bisa me-
narik perhatian, tetapi lebih pada pemahaman dan pandangan menge-
nai perkara yang melilit Antasari Azhar.

Tentu isi dan pandangan yang dikemukakan dalam buku ini tidak
bisa terhindar dari subjektivitas penulis sebagai seorang yang secara
emosional terlibat dalam perkara sejak beberapa hari sebelum peme-
riksaan Antasari Azhar oleh Penyidik Polda Metro Jaya hingga Putusan
penolakan Peninjauan Kembali oleh Mahkamah Agung.

Keikut sertaan saya membela Antasari Azhar ini, dimulai ketika


saya diajak oleh Sdr. Ari Yusuf Amir untuk menemui Antasari Azhar di
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR vii

rumahnya di Bumi Serpong Damai, setelah ada pemberitaan yang luar


biasa besar setelah Kepala Pusat Penerangan Hukum, M. Jasman Pan-
jaitan mengumumkan status Antasari Azhar telah dicekal dan dinyata-
kan sebagai tersangka.

Kemudian saya pun masuk sebagai anggota Tim Penasihat Hu-


kum Antasari Azhar, sejak pemeriksaan Antasari Azhar sebagai saksi,
pada Hari Senin tanggal 4 Mei 2009, hingga Peninjauan Kembali dilaku-
kan dan ditolak oleh Mahkamah Agung.

Putusan Mahkamah Agung, telah berkekuatan hukum tetap, An-


tasari Azhar dianggap terbukti bersalah sebagai penganjur dalam pem-
bunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen. Putusan Peninjauan Kembali
ini diputus oleh lima orang Hakim Agung yang terdiri dari Dr. Harifin
A. Tumpa, SH.MH. Ketua Mahkamah Agung yang ditetapkan sebagai
Ketua Majelis, Djoko Sarwoko, SH.MH., Prof. Dr. Komariah E. Sapardjaja,
SH., H.M. Imron Anwari, S.H., Sp.N., M.H., dan Dr. H. M. Hatta Ali, S.H.,
M.H., pada tanggal 13 Februari 2012.

Dengan adanya putusan Peninjauan Kembali ini, artinya perja-


lanan Antasari Azhar untuk melakukan perlawanan hukum sudah se-
lesai. Sebab Peninjauan Kembali hanya dapat dilakukan satu kali. Ala-
sannya adalah untuk mengatasi problem yuridis yang sangat mendasar
yaitu untuk menghindari kekacauan dan ketidakpastian hukum dalam
praktik. Bahkan Mahkamah Konstitusi dalam Putusan NOMOR 16/PUU-
VIII/2010, pada pokoknya berpendapat bahwa pembatasan permo-
honan peninjauan kembali hanya satu kali, bukan membatasi hak yang
dijamin oleh UUD 1945 untuk mendapatkan perlakuan, jaminan serta
perlindungan hukum yang adil, sebagaimana dinyatakan oleh Pasal
28D ayat (1) UUD 1945.

Dalam pertimbangannya Mahkamah Konstitusi menyatakan,

“[3.19.5] Bahwa hak konstitusional dalam Pasal 28I ayat (2) UUD
1945 adalah hak untuk bebas dari perlakuan yang diskriminatif,
yaitu perlakuan yang menyebabkan adanya pembatasan, pele-
cehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tidak langsung
didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
viii ANTASARI AZHAR

ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis


kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan,
penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau
penggunaan hak asasi manusia dalam kehidupan, baik individual
maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial,
budaya, dan aspek kehidupan lainnya. Oleh karena itu, menurut
Mahkamah pembatasan yang ditentukan dalam pasal Undang-
Undang yang dimohonkan pengujian dalam perkara a quo tidak
bersifat diskriminatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28I
ayat (2) UUD 1945, karena pembatasan tersebut berlaku secara
objektif kepada semua warga negara dalam penegakan hukum
di pengadilan. Pembatasan ini dimaksudkan untuk memberikan
kepastian hukum atas penyelesaian suatu perkara, sehingga se-
seorang tidak dengan mudahnya melakukan upaya hukum pe-
ninjauan kembali secara berulang-ulang. Lagi pula pembatasan
ini sejalan dengan proses peradilan yang menghendaki diterap-
kannya asas sederhana, cepat, dan biaya ringan. Dengan pemba-
tasan itu pula akan terhindarkan adanya proses peradilan yang
berlarut-larut yang mengakibatkan berlarut-larutnya pula upaya
memperoleh keadilan yang pada akhirnya justru dapat menim-
bulkan pengingkaran terhadap keadilan itu sendiri sebagaimana
dilukiskan dalam adagium “justice delayed justice denied””.

Kalau membicarakan putusan Mahkamah Agung yang menolak


permohonan Peninjauan Kembali yang dilakukan oleh Antasari, tentu
sah dan boleh saja Hakim Agung menganggap Antasari Azhar terbuk-
ti bersalah menganjurkan melakukan pembunuhan, karena mereka
mempunyai kewenangan untuk menghukum dan tidak menghukum
seseorang, termasuk Antasari Azhar. Namun adalah juga sah kalau ma-
syarakat dan tokoh masyarakat menganggap bahwa hukuman terha-
dap Antasari Azhar ini adalah tidak benar dan dipengaruhi oleh kepen-
tingan tertentu.

Kehadiran banyak tokoh masyarakat, seperti Mantan Wapres Jusuf


Kalla (JK,) mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamirzad
Ryacudu yang hadir dan menjadi saksi akad nikah; Akbar Tandjung,
Wakil Jaksa Agung Darmono, Ketua KPK Abraham Samad, OC Kaligis,
Rhenald Kasali dan personel Bimbo, ketika Antasari Azhar menikahkan
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR ix

putrinya Andita Dianoctora Antasariputri, dapat dikatakan sebagai anti


thesa atas putusan Mahkamah Agung. Inilah bentuk bahwa masyarakat
tidak percaya, Antasari Azhar bersalah menganjurkan melakukan pem-
bunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen. Terlebih lagi dengan kehadir-
an Andi Syamsudin, adik kandung dari almarhum Nasrudin Zulkarnaen
dapat juga dibaca bahwa keluarga almarhum tidak mempercayai ceri-
ta dan putusan pengadilan bahwa Antasari Azhar telah menganjurkan
melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen.

Meskipun bisa jadi juga kehadiran mereka tersebut dianggap


oleh sebagian orang sebagai bentuk “basa basi politik”. Meskipun de-
ngan akal sehat, kita bisa menyatakan tidak akan ada keuntungan poli-
tik yang akan diperoleh tokoh masyarakat dan pemerintahan tersebut
dengan hadir bahkan dibidik oleh Kamera TV dalam acara pernikahan
tersebut. Malah yang mungkin terjadi, mereka akan dicatat sebagai
orang-orang yang mempercayai dan berteman dengan “musuh” yang
pernah merusak harkat dan martabat. Orang yang dengan sengaja
menghancurkan institusi lain, mengingat kekuasaannya tidak terkon-
trol dan hanya bertanggungjawab kepada masyarakat.

Meskipun tidak ada pretensi menjadi pemilik kebenaran, buku


ini ditulis dengan niat mengungkapkan kebenaran. Paling kurang ke-
benaran yang difahami penulis sejak ikut berdiskusi awal dengan An-
tasari Azhar sebelum pemeriksaan sebagai saksi oleh penyidik hingga
putusan peninjauan kembali oleh Mahkamah Agung.

Pilihan judul buku ini, bukan hendak mencari sensasi, tetapi se-
bagai upaya menunjukkan sesatnya perkara Antasari Azhar. Sesatnya
perkara ini pertama, dimulai dari proses penyidikan, dengan dihilang-
kannya baju almarhum Nasrudin Zulkarnaen secara sengaja. Penting-
nya keberadaan baju ini untuk membuktikan penembakan terhadap
almarhum itu dilakukan dengan tembakan menempel atau dilakukan
dari jarak jauh. Kesesatan kedua perkara ini disidik meskipun tidak ada
izin dari Jaksa Agung untuk memeriksa Antasari Azhar sebagai jaksa
aktif, padahal menurut undang-undang kejaksaan, terhadap jaksa aktif
pemeriksaannya harus dilakukan dengan izin Jaksa Agung. Kesesatan
ketiga dilakukan dengan menyusun surat dakwaan yang vulgar, meski-
pun perkara ini adalah perkara pembunuhan, tetapi dakwaannya sarat
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
x ANTASARI AZHAR

dengan muatan “kegiatan seksual yang tidak kesampaian” tentu mak-


sudnya tidak lain adalah menghancurkan harkat dan martabat Antasari
Azhar terlebih dahulu dengan cerita fiktif dari seorang saksi Rani Juliani.
Kesesatan keempat, adalah pertimbangan putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan, yang memuat, fakta tidak berasal dari persidangan per-
kara Antasari Azhar, tetapi dari perkara lain. Kesesatan kelima, adanya
pertimbangan Putusan Peninjauan Kembali halaman 144, yang berbu-
nyi,

“Terhadap Bukti PK-12 berupa hasil penyadapan oleh KPK, ten-


tang tidak adanya SMS dari Terpidana kepada korban bukanlah
merupakan bukti baru, karena ketiadaan SMS itu bukanlah me-
nunjukkan ketidak ada hubungannya antara Terpidana dan kor-
ban, sedang dari penyadapan yang dilakukan oleh KAPOLRI
malah tidak menunjukkan adanya ancaman atas diri Terpida-
na, namun Terpidana menggunakan kewenangan yang ada te-
tap memerintahkan penyadapan melalui stafnya analis informasi
KPK....”

Pertimbangan Majelis Hakim PK mengenai penyadapan ini ada-


lah pertimbangan yang tidak berdasar dan tidak berdasarkan fak-
ta, kalau tidak mau dikatakan manipulatif dan penuh kebohongan.
Sebab tidak ada dalam berkas perkara atau keterangan dari saksi yang
menyatakan adanya “penyadapan yang dilakukan oleh KAPOLRI”.
Pertimbangan ini menunjukkan bahwa Majelis Hakim secara sahih
dapat dikatakan tidak membaca berkas perkara. Juga tidak masuk di
akal kalau KAPOLRI MELAKUKAN PENYADAPAN. Kesimpulan ini bukan
hanya menghina KAPOLRI, tetapi juga menghina institusi Polri, sebab
tidak mungkin KAPOLRI melakukan penyadapan. Pekerjaan KAPOLRI
itu sangat banyak dan institusi ini mempunyai aparat yang luar biasa
lengkap, termasuk untuk melakukan penyadapan. Jadi tidak mungkin
KAPOLRI MELAKUKAN PENYADAPAN.

Fakta dalam pertimbangan ini yang menyatakan adanya frasa


“penyadapan yang dilakukan oleh KAPOLRI”, membuktikan bahwa
pertimbangan ini bukan hanya tidak logis, namun juga membuktikan
Majelis Hakim Agung tidak membaca berkas perkara secara akurat. Ini
adalah pernyataan yang membabi buta untuk menyalahkan orang, da-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR xi

lam hal ini Antasari Azhar. Meskipun bisa jadi mereka mengelak, bahwa
ini kesalahan ketik dan manusiawi. Tetapi dapat dipastikan bahwa frasa
“penyadapan yang dilakukan oleh KAPOLRI” ini adalah bukti bahwa
Majelis Hakim Agung telah berbuat tidak cermat dan tidak professional.
Dengan demikian, maka secara pasti penyebutan adanya frasa “pe-
nyadapan yang dilakukan oleh KAPOLRI” sebagai fakta persidangan,
tidak sesuai dengan Pasal 197 ayat (1) d KUHAP, karena hal ini bukan
merupakan fakta atau keadaan dari pemeriksaan persidangan sebagai-
mana dimaksud oleh KUHAP;

Akhirnya, kepada sahabat Max Diaz Riberu dan Ibu Ida ZWK serta
John Ngamal yang telah membuang tempo sangat banyak untuk mem-
bantu penyelesaian naskah hingga terbitnya buku ini, patut disampai-
kan penghargaan yang tinggi.

Mudah-mudahan buku ini ada manfaatnya dan tidak dibuang ke


tempat sampah sebelum selesai membacanya.

Jakarta akhir Mei 2012


Dr. Maqdir Ismail, S.H., LL.M
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
xii ANTASARI AZHAR
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR xiii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. v

Bab 1 PENDAHULUAN ..........................................................................1


1. Pengantar ...........................................................................................1
2. Cerita di balik perkara....................................................................3
a. Penyadapan petinggi Polri...................................................3
b. Upah pungut .............................................................................8
c. IT KPU ........................................................................................ 10
3. Menjebak Antasari ....................................................................... 12
4. Pemeriksaan perkara penuh rekayasa.................................. 19
5. Antasari Azhar terbukti menyuruh lakukan ....................... 21

Bab 2 PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN .................................... 23


1. PENGANTAR .................................................................................... 23
2. Latar belakang kemarahan Nasrudin.................................... 23
3. TIM CHAIRUL ANWAR ................................................................. 26
4. PROSES PENYIDIKAN ................................................................... 32
a. Formalitas penyidikan yang tidak biasa ...................... 32
b. Penyidikan tanpa didampingi Kuasa Hukum ........... 35
c. Pengembangan perkara yang tidak terkait perkara
Antasari..................................................................................... 37
d. Mengungkap perkara seperti makan bubur panas 38
5. Proses penyidikan yang tidak lazim ...................................... 40
6. Kekerasan dalam pemeriksaan ............................................... 41
7. KETERANGAN RANI JULIANI ..................................................... 43
a. Menyebut nama Antasari .................................................. 43
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
xiv ANTASARI AZHAR

b. Niat Rani Juliani menemui Antasari Azhar ................. 45


c. Pembunuhan karakter Antasari Azhar ......................... 45
8. KETERANGAN SIGID HARYO WIBISONO .............................. 48
9. WILIARDI MENARIK PENGAKUAN DI BAP ............................ 51
10. Kronologi Lengkap Pengungkapan Kasus Pembunuhan
Nasrudin menurut Polisi ............................................................ 57
11. Kasus Antasari terkait politik .................................................. 62
12. BERITA ACARA PENGUNGKAPAN KASUS ............................. 64
13. PENCEKALAN ANTASARI AZHAR............................................. 65
14. Pemberitaan perkara yang berlebihan ................................ 70
15. Kepemimpinan Antasari Azhar di KPK yang tidak didu-
kung Jaksa Agung ........................................................................ 72

Bab 3 SURAT DAKWAAN DAN PEMBUNUHAN KARAKTER ... 75


1. Pengantar ....................................................................................... 75
2. Surat Dakwaan .............................................................................. 75
3. Keterangan Yang Menyudutkan Antasari ........................... 76
4. SURAT DAKWAAN VULGAR MELEBIHI KEPATUTAN .......... 79
5. Isu Selingkuh dan Sesudah dakwaan ................................... 85
6. Kasus Posisi Menurut Surat Dakwaan .................................. 87
7. PEMERIKSAAN PENYIDIK YANG TIDAK LAZIM .................... 90
8. Surat Tuntutan ............................................................................... 93

Bab 4 PUTUSAN PENGADILAN....................................................... 99


1. Pengantar ........................................................................................ 99
2. Putusan Pengadilan Negeri ....................................................100
3. Putusan Mahkamah Agung ....................................................112
4. PERTENTANGAN ANTARA PUTUSAN YANG SATU DENGAN
PUTUSAN YANG LAINNYA, YAKNI ANTARA PUTUSAN
ANTASARI AZHAR, SIGID HARYO WIBISONO, WILIARDI
WIZAR DAN EDUARDUS ALIAS EDO SERTA HENDRIKUS
KIAWALEN MENGENAI UNSUR “MENGANJURKAN (PENG-
ANJUR PARA PENGANJUR)”. ...................................................115
5. Pertimbangan tentang SMS Ancaman...............................121
6. Tentang anak peluru dan senjata bukti .............................130
1. Jarak Tembak yang diperdebatkan ..............................139
2. Luka tembak Horizontal dan kaca mobil vertikal ..140
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR xv

Bab 5 PENINJAUAN KEMBALI .......................................................143


1. Pengantar ......................................................................................143
2. Alasan dan argumen Peninjauan Kembali........................144
I. Novum ....................................................................................144
II. Kekhilafan Hakim ................................................................146
3. Peninjauan Kembali ditolak....................................................158
4. Pertimbangan Menolak Peninjauan Kembali ..................163
5. Catatan atas pertimbangan Majelis Hakim PK ................169
a. Tentang Novum...................................................................169
b. Tentang kekeliruan nyata ................................................180

Bab 6 PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI .............................195


1. Pengantar ......................................................................................195
2. Mahkamah Konstitusi mengabaikan permohonan Anta-
sari Azhar .......................................................................................196

Bab 7 REKOMENDASI KOMISI YUDISIAL ...................................205


1. Pengantar ......................................................................................205
2. Pelanggaran Kode Etik oleh Hakim .....................................205
3. Dugaan Hakim Tidak bersikap profesional.......................210
4. Rekomendasi Komis Yudisial yang diabaikan..................224

Bab 8 PENUTUP .................................................................................227

Indeks ....................................................................................................233

Riwayat Hidup Penulis .........................................................................255


K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
xvi ANTASARI AZHAR
PENDAHULUAN 1

Bab 1
PENDAHULUAN

1. Pengantar

D
alam beberapa diskusi dengan beberapa kawan pengamat politik
dan aktivis, pertanyaan yang selalu disampaikan, seandainya Anta-
sari Azhar itu bukan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (“KPK”)
apakah perkara penganjuran pembunuhan yang didakwakan kepadanya
akan mengharu-biru pemberitaan di Indonesia? Selain itu pertanyaan
yang cukup sering dihadapkan, apakah perkara Antasari Azhar ini murni
perkara kriminal atau berhubungan dengan politik? Apakah perkara ini
berhubungan dengan Pemilu legislatif 2009 dan pengadaan IT KPU? Per-
tanyaan lain, yang sering disampaikan, apakah perkara ini berhubungan
dengan perkara-perkara yang ditangani oleh KPK?

Sebagai salah seorang advokat yang mendampingi Antasari Az-


har sejak pemeriksaan pertama ketika menjadi saksi di Polda Metro
Jaya tanggal 4 Mei 2009, tidak pernah ada indikasi bahwa perkaranya
Antasari Azhar ini, berhubungan dengan pertanyaan yang sering kami
dengar. Proses pemeriksaan dan peradilan memang dibangun dengan
landasan pokok bahwa Antasari Azhar adalah pelaku kriminal, peng-
anjur pembunuhan. Penganjuran yang berliku dan panjang. Penganjur
yang terbukti dalam persidangan hingga kasasi adalah Antasari Azhar
dengan hukuman 18 tahun penjara, Sigid Haryo Wibisono 15 tahun
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
2 ANTASARI AZHAR

penjara, Wiliardi Wizar 12 tahun penjara, Jerry Hermawan Lo 5 tahun


penjara, Eduardus Noe Ndopo Mbete 17 tahun penjara, Hendrikus Kia
Walen 17 tahun penjara. Sedangkan yang dianggap terbukti sebagai
pelaku pembunuhan adalah Heri Santoso dengan hukuman 17 tahun
penjara, Fransiskus Tadon Kerans 17 tahun dan Daniel Daen Sabon 18
tahun penjara. Adapun yang juga dihukum karena dianggap terbukti
menjual senjata adalah Teguh Minarno, Heriday Charles Yan dan Agus
Santoso yang masing-masing dihukum 1 (satu) tahun penjara.

Perkara pembunuhan seperti yang didakwakan kepada Antasari


Azhar terjadi hampir di seluruh pengadilan di Indonesia. Artinya dak-
waan telah melakukan pembunuhan sebagai perkara tidak ada yang
istimewa. Sebagai kasus pembunuhan, kasus ini adalah kasus biasa dan
terjadi diseluruh pelosok negeri ini. Tetapi kasus ini menjadi kasus isti-
mewa, karena melibatkan seorang pejabat publik, Ketua KPK yang ke-
kuasaannya sangat besar dan menakutkan bagi banyak pihak.

Perkara ini menjadi istimewa, karena posisi terdakwanya secara


kebetulan adalah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. Satu komisi
yang sedang mendapat perhatian dan menjadi harapan banyak orang
dalam melakukan pemberantasan korupsi. Lembaga ini menjadi banyak
harapan, karena mampu dan berani “menangkap basah” politisi me-
nerima suap atau gratifikasi. Bahkan dalam menyampaikan keberatan
atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum Antasari Azhar secara terus terang
menyatakan bahwa seandainya dia bukan seorang Ketua Komisi Pem-
berantasan Korupsi, dia meyakini tidak akan pernah menjadi terdakwa
karena menjadi otak pembunuhan.

Kasus pembunuhan dan dihubungkan dengan urusan “seksual”


yang dilakukan oleh pejabat publik, mungkin kasus Antasari Azhar ini ada-
lah kasus pertama yang diadili dan mendapat pemberitaan luar biasa be-
sarnya di media massa, elektronik maupun cetak sejak Indonesia merdeka.

Pemberitaan kasus ini tidak akan terlalu dahsyat, kalau seandai-


nya kinerja KPK biasa-biasa saja. Kasus ini bahkan mungkin tidak akan
terlalu besar seandainya tidak diberi bumbu penyedap berhubungan
dengan “kegiatan seksual”. Dakwaan yang disusun secara vulgar itu
mempunyai niat tersembunyi, yaitu menghukum terdakwa terlebih da-
hulu dengan hukuman sosial sebagai “penjahat seksual”, baru kemudi-
PENDAHULUAN 3

an diadili dalam perkara pembunuhan. Inilah cara penghukuman yang


sangat dahsyat akibatnya.

Sudah barang tentu kasus ini menimbulkan banyak spekulasi,


termasuk diantaranya dihubungkan dengan masalah politik aktual se-
perti pengadaan perangkat pelaksanaan pemilihan umum.

2. Cerita di balik perkara

a. Penyadapan petinggi Polri

Dalam kesempatan berbincang dan berdiskusi, ketika hendak


banding dan kasasi di Polda Metro Jaya, bahkan ketika menyusun Pe-
ninjauan Kembali, diskusi serius terutama dilakukan sebagai upaya kon-
templasi untuk menggali latar belakang kasus ini. Antasari Azhar sempat
berkata, bahwa kasus ini berhubungan langsung atau tidak langsung
dengan penyelesaian Undang-undang Lalulintas, UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS
DAN ANGKUTAN JALAN. Undang-undang ini disahkan pada tanggal 22
Juni 2009, satu setengah bulan setelah Antasari Azhar ditahan oleh Pe-
nyidik Polda Metro Jaya.

Dalam pembicaraan tersebut sempat diceritakan bahwa, ketika


akhir tahun 2008 Antasari Azhar bertemu dengan seseorang yang cu-
kup dia kenal secara baik. Dengan serius orang ini mengakatan, “Abang,
apa masih waras ? berani-beraninya menyadap petinggi Polri sehu-
bungan dengan penyusunan undang-undang lalu lintas oleh Dewan
Perwakilan Rakyat”. Ketika berbicara dengan Antasari Azhar sumber ter-
sebut menyatakan,
“ Apa Abang ada masalah dengan Kapolri?”. Antasari menjawab,
“saya tidak ada masalah, sebab kami hampir setiap sabtu golf
bersama”.

Menurut cerita Antasari Azhar, orang tersebut sampai mengata-


kan bahwa pimpinan Polri sempat berucap, “ Ini harus kita potong dari
kepalanya”. “Kemudian nanti kita teruskan hingga ke ekornya”.

Bahkan cerita orang ini tadi, semua petinggi polisi marah kepada
KPK, terutama kepada Antasari Azhar, karena adanya penyadapan ter-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
4 ANTASARI AZHAR

sebut. Penyadapan ini diketahui oleh Polri, sebab mereka mempunyai


alat anti penyadapan yang sangat canggih. Kemudaian kata Antasari
Azhar, sejak awal tahun 2009 itulah hubungan baiknya dengan Kapolri
terganggu. Bahkan keinginan Antasari Azhar untuk menemui Kapolri
tidak pernah terwujud, meskipun keinginan bertemu tersebut sudah
disampaikan secara berulang kepada Suhardi Alius Korspri Kapolri.

Dari perbincangan dengan Antasari Azhar, mengenai penyadap-


an oleh KPK terhadap petinggi Polri ini, dalam satu kesempatan dia ka-
takan bahwa dia marah besar, hingga memukul meja. Kemarahan ini dia
sampaikan kepada salah seorang koleganya yaitu Chandra M. Hamzah
dan Budi Ibrahim seorang Direktur di KPK, yang melakukan penyadap-
an terhadap petinggi Polri, sehubungan dengan adanya dugaan suap
dalam penyelesaian undang-undang lalu lintas. Namun penyadapan ini
dilakukan tanpa sepengetahuan Antasari Azhar. Bahkan menurut Anta-
sari Azhar, dia sama sekali tidak mendapat informasi tentang penyadap-
an ini. Antasari mengetahui adanya penyadapan ini, karena diberitahu
seseorang seperti yang dia ceritakan di atas.

Cerita tentang penyadapan terhadap petinggi Polri ini, memang


tidak pernah terbuka secara luas berhubungan dengan perkara apa. Se-
bagaimana diberitakan, ketika ditanya oleh wartawan dari mana Susno
Duadji mengetahui kalau kalau pembicaraannya disadap, katanya dari
alat yang dipunyai oleh Kepolisian.1 Alat tersebut selain menyadap bisa
difungsikan untuk mendeteksi penyadapan dari luar.2 Bahkan dicatat
oleh Tempo Susno Duadji mengaku sadar teleponnya disadap sejak
menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. “Saya reserse,
jadi saya tahu persis,”. Ditulis pula oleh Tempo, “karena itu, dia mengaku
sengaja memancing-mancing pihak yang menyadapnya dengan berbi-
cara seenak perut di telepon. “Memang saya kerjain mereka.”

1 Menurut dugaan Antasari Azhar, alat penyadapan inilah yang pengadaannya diang-
gap dilakukan secara illegal, sesuai laporan yang dikirim kepada Antasari Azhar oleh
Mega Simarmata seorang wartawati Inilah.com. Kemudian laporan ini disita oleh Pe-
nyidik dalam berkas perkara Antasari Azhar. Didalam putusan pengadilan berkas ini
diperintahkan dikembalikan kepada Chesna F. Anwar, bukan dikembalikan kepada
Antasari Azhar, meskipun berkas tersebut belum merupakan milik dari KPK, karena
mermang belum tercatat sebagai berkas milik KPK.
2 http://news.detik.com/read/2009/11/06/022206/1236259/10/susno-luruskan-
soal-cicak-vs-buaya
PENDAHULUAN 5

Dalam keterangannya Susno mengaku mendapat konfirmasi pe-


nyadapan atas tilpon gengamnya dari polisi yang bertugas di lembaga
penegak hukum lain. Hal ini diduga berkaitan dengan penanganan
skandal penggelapan dana nasabah reksa dana Antaboga yang ter-
bongkar setelah pengambilalihan Bank Century, Januari lalu. “Duit yang
terlibat memang triliunan rupiah,” kata Susno. “Saya sudah memberi
tahu semua bawahan, hati-hati kita pasti dipantau,”.3

Namun Majalah Tempo Edisi 6-12 Juli 2009 menulis,


“TIM penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi itu sudah bersiap
melakukan penyergapan. Pertengahan April lalu, buruan yang
akan dibekuk itu sudah di depan mata: seorang petinggi polisi.
Tapi, tengah malam itu, setelah mengintai beberapa lama, tim
memutuskan balik kanan. Penyerahan duit kepada petinggi poli-
si itu ternyata batal. Padahal, menurut rencana, saat serah-terima
itulah penggerebekan akan dilakukan.

Meski penangkapan itu urung, toh kabar adanya operasi penang-


kapan terhadap salah seorang petinggi kepolisian ini kadung
tersebar, sampai ke kepolisian. “Rencana penangkapan itu bah-
kan sudah sampai ke telinga Kapolri,” kata satu sumber Tempo di
Trunojoyo, Markas Besar Polri”. 4

Kebenaran berita Tempo ini tentu, tentu bisa dibantah, tentu juga
bisa tidak. Namun dari Edisi Majalah Tempo ini yang paling banyak di-
bicarakan dan berbuntut panjang adalah penggunaan istilah perseteru-
an antara Cicak melawan Buaya. Pernyataan Kabareskrim Polri Komjen
Pol Susno Duaji soal ‘Cicak kok melawan buaya’ mengundang kontro-
versi, karena ini diasumsikan bahwa KPK sebagai cicak dan buaya ada-
lah Polri. Meskipun secara tegas Susno Duadji membantahnya.5 Namun,
penggunaan istilah cecak dan buaya ini jelas barasal dari Komjen Susno
Duadji. Dalam wawancara khusunya dengan Tempo Susno Duadji, men-
jawab pertanyaan wartawan menyatakan,

3 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/07/06/LU/mbm.20090706.
LU130789.id.html
4 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/07/06/LU/mbm.20090706.
LU130789.id.html
5 http://news.detik.com/read/2009/07/09/223352/1162390/10/isu-cicak-vs-buaya-
kabareskrim-mengaku-tak-menuding-siapa-pun
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
6 ANTASARI AZHAR

“Menurut Anda, kenapa ada pihak yang berprasangka nega-


tif kepada Anda?
Kalau orang berprasangka, saya tidak boleh marah, karena kedu-
dukan ini (Kabareskrim) memang strategis. Tetapi saya menyesal,
kok masih ada orang yang goblok. Gimana tidak goblok, sesuatu
yang tidak mungkin bisa ia kerjakan kok dicari-cari. Jika diban-
dingkan, ibaratnya, di sini buaya di situ cicak. Cicak kok melawan
buaya. Apakah buaya marah? Enggak, cuma menyesal. Cicaknya
masih bodoh saja. Kita itu yang memintarkan, tapi kok sekian ta-
hun nggak pinter-pinter. Dikasih kekuasaan kok malah mencari
sesuatu yang nggak akan dapat apa-apa”.6

Penggunaan istilah Cicak melawan Buaya ini, bahkan menjadi ce-


rita yang sangat panjang. Didiskusikan oleh banyak kalangan. Umum-
nya diskusi berkesimpulan, bahwa ada upaya secara sengaja untuk
melemahkan KPK, dan tentu saja dengan berbagai alasan. Tuduhan pe-
lemahan terhadap KPK ini semakin marak dengan ditetapkannya Bibit
Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah sebagai tersangka dalam per-
kara yang berhubungan dengan kasus dugaan suap dalam Masaro.7 Se-
bagaimana diterangkan oleh pihak Kejaksaan Agung, mereka juga te-
lah menerima adanya Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) atas
nama Antasari Azhar yang terkait pertemuannya dengan bos PT Ma-
saro Radiokom Anggoro Widjojo. Hal ini diterangkan oleh Jaksa Agung
Muda Pidana Khusus Marwan Effendy. “SPDP sudah diterima kemarin
siang dari Mabes Polri terkait kasus baru Antasari,”. Dalam keterangan-
nya menurut Jampidsus Marwan Effendy, Pasal yang disangkakan anta-
ra lain Pasal 36 Undang-Undang KPK, yaitu larangan terhadap pimpin-
an KPK mengadakan pertemuan langsung atau tidak langsung dengan
tersangka atau pihak lain yang ada hubungan dengan perkara tindak
pidana korupsi yang ditangani KPK dengan alasan apapun.8

Hiruk pikuk perdebatan setelah Bibit Samad Rianto dan Chandra


M. Hamzah ditetapkan sebagai tersangka ini luar biasa. Terlebih lagi

6 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/07/06/LU/mbm.20090706.
LU130792.id.html
7 http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol23179/kejaksaan-diminta-berhati-
hati-tangani-chandra-dan-bibit
8 http://nasional.kontan.co.id/news/kejagung-terima-spdp-antasari-terkait-kasus-
masaro-1
PENDAHULUAN 7

setelah Mahkamah Konstitusi menggelar persidangan atas pengujian


pemberhentian sementara terhadap Bibit Samad Rianto dan Chandra
M. Hamzah, sebagai Pimpinan KPK oleh Presiden, karena dalam persi-
dangan ini dibuktikan bahwa ada rekayasa dalam mentersangkakan Bi-
bit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah. Rekayasa itu diketahui dari
adanya rekaman pembicaraan antara Anggodo Widjojo dengan mantan
Jamintel Wisnu Subroto.9

Untuk menghentikan hiruk pikuk ini, kemudian Presiden mem-


bentuk Tim 8 sebagai upaya mencari kebenaran dari kasus Bibit Sa-
mad Rianto dan Chandra M. Hamzah. Sebab dalam semua pemberitaan
kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah dianggap sebagai
upaya pelemahan KPK.10 Tentu ini juga sebagai upaya untuk menyele-
saikan “perseteruan” antara Polisi dan KPK, terkait dengan penahanan
atas Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah. Hasil kerja Tim 8 jelas
menggambarkan kasus ini penuh rekayasa dan rekomendasi kepada
Presiden, antara lain,

“Untuk memenuhi rasa keadilan, menjatuhkan sanksi kepada


pejabat-pejabat yang bertanggung jawab dalam proses hukum
yang dipaksakan dan sekaligus melakukan reformasi institusional
pada tubuh lembaga kepolisian dan kejaksaan”.11

Terlepas dari benar dan tidak benarnya pengandaian perseteruan


KPK dan Polri ini sebagai perseteruan dalam mempertahankan hegemo-
ni, yang pasti bahwa sejarah sudah mencatat dan membuktikan bahwa
rekayasa terhadap satu kasus bukan hal yang mustahil terjadi. Rekaya-
sa terhadap kasus itu dapat terjadi setiap saat dan untuk kepentingan
tertentu, termasuk menghancurkan harkat dan martabat manusia. Dan
tentu rekayasa itu selalu dilakukan oleh orang atau lembaga yang mem-
punyai kewenangan dan kewenangan itu jauh dari jangkauan kontrol.

9 http://nasional.kompas.com/read/2009/11/03/13184095/mereka.yang.disebut-
sebut.dalam.rekaman.kpk.1
10 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/07/06/OPI/mbm.20090706.
OPI130794.id.html
11 http://nasional.kompas.com/read/2009/11/17/19381368/Inilah.Dokumen.Leng-
kap.Rekomendasi.Tim.Delapan.1.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
8 ANTASARI AZHAR

b. Upah pungut

Selain masalah penyadapan pejabat tinggi Polri ini, ada masalah


lain yang mengganjal dalam hubungan antar lembaga, terutama antara
KPK dengan Polri yaitu masalah upah pungut. Konon persoalan upah
pungut ini juga menjadi masalah, karena dipersoalkan oleh KPK. Tidak
begitu jelas apa peran KPK mengenai upah pungut ini, meskipun Wakil
Ketua KPK M. Jasin, sebagaimana dicatat oleh Harian Seputar Indonesia,
menyatakan,

“Menurut Wakil Ketua KPK Bidang Pencegahan M Jasin, koordi-


nasi ini penting sebagai langkah penataan UP pajak yang diatur
melalui Kepmendagri No 35/ 2002.Depkeu menurut Jasin, harus
dilibatkan untuk membahas layak tidaknya pejabat menerima
5 % dari hasil pungutan pajak. ”Mendagri harus berkoordinasi
dengan Depkeu untuk mendapatkan semacam pendapat me-
ngenai UP. Setelah bertemu dengan Menteri Keuangan baru ber-
temu dengan KPK bertiga,” ujar Jasin di Jakarta, kemarin.12

Meskipun, cerita penghentian upah pungut ini ketika itu berasal


dari Menteri Dalam Negeri. Sebab Mendagri Mardiyanto mengeluarkan
surat edaran bernomor 973/321/SJ, yang pada intinya, sejak 5 Februari
2009, para gubernur, walikota/bupati, dan anggota DPRD, tidak diper-
kenankan menerima jatah lagi dari pajak rakyat. Seperti dikatakan oleh
juru bicara Depdagri Saut Situmorang,

“Mendagri sudah mengirimkan surat kepada gubernur, bupati,


dan walikota perihal penundaan sementara realisasi pembayaran
upah pungut, kecuali bagi petugas-petugas pemungut dan pe-
nanggung jawab di lingkungan pemerintah daerah, Pertamina,
dan kepolisian yang ada di daerah,”

.....

Apakah surat keluar karena terkait kasus upah pungut pajak


yang diselidiki KPK? “Memang ada masukan dari pihak KPK. Dan

12 http://pajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=4063&Itemid=
48
PENDAHULUAN 9

memang perlu disempurnakan mulai dari besarannya. Termasuk


istilahnya enggak pas, upah pungut,”.13

Cerita tentang hasil yang diterima oleh pejabat dari upah pungut
ini bukan uang kecil. Salah satu contoh adalah penerimaan yang diper-
oleh oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso yang disinyalir oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menikmati upah pungut pajak
daerah sebanyak Rp 6 miliar setiap tahunnya.14 Secara khusus untuk pe-
jabat DKI Jakarta KPK mulai menyelidiki kasus dugaan korupsi ini sejak
25 November 2008. Penyelidikan kasus tersebut didasarkan pada Surat
Perintah Penyelidikan No Sprint Lidik A/01/XI/ 2008. Pengusutan ini ber-
dasarkan pada penelitian sejumlah laporan harta kekayaan penyeleng-
gara negara di Pemprov DKI Jakarta.15

Dikatakan bahwa untuk aparat kepolisian, penerimaan upah


pungut dari pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama sebesar
7,5% dari jatah upah pungut. Mengenai hal ini Kepala Divisi Hubung-
an Masyarakat Markas Besar Polri, Inspektur Jenderal Polisi Abu Bakar
Nataprawira, menyatakan belum tahu sama sekali. “Tapi kami serahkan
ke KPK,”16 Memang tidak ada angka yang jelas besarnya upah pungut
yang diterima oleh masing-masing pejabat Polri. Kemudian cerita upah
pungut ini berakhir, setelah Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi me-
ngatakan, sampai dengan PP ini diterbitkan, seluruh pelaksanaan biaya
pemungutan untuk tahun anggaran 2010 dihentikan. Mendagri telah
mengirimkan surat edaran nomor 973/98/SJ tertanggal 14 Januari 2010
pada gubernur, bupati, dan wali kota untuk menghentikan pemberian
insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah.17

13 http://news.detik.com/read/2009/03/02/133436/1092805/10/upah-pungut-pajak-
haram-diterima-gubernur-walikota?nd992203605
14 http://nasional.kontan.co.id/news/sutiyoso-kantongi-upah-pungut-rp-6-m-per-
tahun
15 http://korupsi.vivanews.com/news/read/25600-inilah_aturan_yang_dinilai_ber-
masalah
16 http://bola.vivanews.com/news/read/25662-abu_bakar__kami_serahkan_ke_kpk
17 http://www.depdagri.go.id/news/2010/01/27/depdagri-siapkan-pp-tindaklanjuti-
uu-pajak-daerah KPK Lidik Korupsi Penerimaan Upah Pungut Disejumlah Daerah
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
10 ANTASARI AZHAR

c. IT KPU

Cerita dibalik perkara Antasari Azhar ini cukup banyak. Salah


satu yang sampai sekarang cukup menggelitik untuk diperbincangkan
adalah mengenai pengadaan information technology (IT) KPU, yang di-
beli untuk pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2009. IT KPU yang di-
beli dengan harga mahal itu secara faktual memang tidak berfungsi
secara maksimal. Bahkan sempat dikecam banyak pihak, karena tidak
bisa dioperasikan secara baik pada saat penghitungan suara dilakukan
dan hasilnya sangat lambat, selain mengandung kesalahan yang luar
biasa. Meskipun ada alasan dari KPU misalnya, banyak operator di KPU
Kabupaten dan Kota yang tidak terampil dalam mengoperasikan sistem
Intelligent Character Recognition (ICR). Sehingga Form C-1 yang dikirim
oleh KPUD Kota/Kabupaten menjadi terhambat dan tidak bisa dimasuk-
kan datanya ke pusat tabulasi KPU.

Dengan IT yang ada itu selain dikatakan lambat, sistem tabulasi


nasional pemilu sering terganggu. Bahkan tidak jarang mengundang
kekagetan. Salah satu contoh adalah perolehan suara caleg dari Par-
tai Demokrat Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan II, Mohammad Jafar
Hafsah, misalnya, melonjak hingga lebih dari 111 juta. Padahal jumlah
pemilih secara nasional hanya 171 juta. Perolehan suara Jafar itu dini-
lai tak masuk akal.18 Bagaimana mungkin bisa tercatat perolehan suara
Mohammad Jafar Hafsah sebanyak itu, sementara daftar pemilih selu-
ruh Sulawesi tidak mencapai sebanyak itu.

Menurut Wakil Koordinator Badan Pekerja ICW Fahmi Badoh,19 ter-


dapat lima item pengadaan yang terindikasi korupsi, yakni surat suara,
kotak suara, teknologi informasi dalam tabulasi nasional, pemutakhir-
an data pemilih, dan sosialisasi pemilu. “Indikasi korupsi itu berpotensi
merugikan negara hingga Rp284,28 miliar,”. Dalam penjelasanya Fahmi
Badoh menyatakan kerugian tersebut terdiri atas surat suara sebanyak
Rp7,19 miliar, kotak suara (Rp33,18 miliar), teknologi informasi tabulasi
nasional (Rp216,07 miliar), pemutakhiran data pemilih (Rp15,31 miliar),
dan sosialisasi pemilu (Rp12,92 miliar).

18 http://www.kaskus.us/showthread.php?p=271894473
19 http://matanews.com/2009/04/23/kpu-dilaporkan-ke-kpk/
PENDAHULUAN 11

Menganai masalah IT KPU ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)


pernah menyatakan akan melakukan pengumpulan data dan mengeva-
luasi pengadaan alat TI (teknologi informasi) Tabulasi Nasional KPU. Bila
ada dugaan tindak pidana korupsi, maka KPK akan menindaklanjuti.20
Secara faktual tidak ada tindakan KPK yang riil dan terbuka yang merupa-
kan bentuk penyelidikan terhadap pengadaan IT KPU yang oleh banyak
pihak diragukan karena diduga mengandung unsur tidak patut dan dicu-
rigai dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Tidak juga per-
nah ada penyelidikan terhadap hasil tabulasi nasional Pemilu oleh KPU
yang dihembuskan oleh pihak tertentu sebagai hasil kecurangan dengan
menggunakan IT KPU yang bermasalah.

Secara faktual belum pernah ada penjelasan dan hasil penelitian


yang sahih adanya hubungan perkara Antasari Azhar dengan “percoba-
an” mempersoalkan IT KPU yang dikatakan banyak pihak bermasalah
secara tehnis. Belum juga pernah ada hasil penelitian yang kebenaran-
nya tidak bisa sisangkal bahwa ada hubungan yang erat antara keingin-
an KPK mempersoalkan masalah penggunaan IT KPU dengan perkara
pidana yang menimpa Antasari Azhar.

Spekulasi terhadap masalah Pemilu 2009, kembali makin menja-


di perhatian banyak pengamat ketika anggota KPU Andi Nurpati masuk
kedalam jajaran pengurus ini DPP Partai Demokrat. Hal ini dikatakan
secara tegas oleh analis politik Yudi Latief, 21

“Masuknya Andi ke Demokrat semakin menguatkan spekulasi


publik bahwa ada hal yang ditutup-tutupi KPU. Apalagi posisi
Andi di KPU menjabat sebagai Ketua Divisi Pemungutan dan
Penghitungan Suara,”.

Kebenaran ungkapan Yudi Latief atas masuknya Andi Nurpati se-


bagai salah seorang pengurus inti Partai Demokrat, berhubungan atau
tidak berhubungan dengan pemilu 2009 dan merupakan balas jasa
telah memenangkan Partai Demokrat bukan kompetenti saya untuk
membicarakannya.

20 http://nasional.kompas.com/read/2009/04/21/17521584/ KPK.Akan.Evaluasi.
TI.Tabulasi.Nasional.KPU
21 http://matanews.com/2010/06/23/kasus-andi-momentum-bongkar-skandal-it-kpu/
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
12 ANTASARI AZHAR

Ketiga cerita ini konon dirangkai demikian rupa dan digunakan


untuk menghentikan sepak terjang Antasari Azhar dan KPK. Dalam cerita
yang beredar dikemukan bahwa Antasari Azhar, kalau tidak dihentikan
akan memakan korban lagi. Sudah cukup pejabat Bank Indonesia ter-
masuk besan Presiden menjadi korban. Antasari Azhar konon diceritakan
akan mengorbankan kerabat istana yang lain terkait pengadaan IT KPU
dan perhitungan hasil Pemilu yang dianggap penuh kecurangan.

3. Menjebak Antasari

Dalam pembelaan yang disampaikan di Pengadilan Negeri Ja-


karta Selatan, tim pembela menganggap memang ada upaya untuk
menjatuhkan Antasari Azhar dari kursi Ketua KPK. Upaya itu dilakukan
dengan memanfaatkan peran Nasrudin Zulkarnaen dan diciptakan
perseteruan kongkrit atau yang dianggap memiliki persoalan kongkrit
dengan Antasari Azhar. Atau paling tidak dari kedekatan mereka dapat
disusun persoalan kongkrit. Cara yang paling mudah dan efektif adalah
menjebak Antasari Azhar dengan cara mengumpankan Rani Juliani, is-
teri siri dari almarhum Nasruddin Zulkarnaen. Rencana disusun dimulai
dengan adanya “pelecehan seksual” oleh Antasari Azhar terhadap Rani
Juliani. Pelecehan seksual ini kemudian diketahui oleh Nasrudin Zulkar-
naen sebagai suami siri dari Rani Juliani. Selanjutnya, dibuat ancaman
bahwa Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani akan membuka aib pele-
cehan seksual ini ke publik, dan dengan demikian Antasari Azhar seba-
gai pejabat publik akan mengundurkan diri karena malu.

Faktanya bahwa Rani Juliani telah berusaha keras dan dengan


segala cara mencoba untuk menghubungi Antasari Azhar, termasuk
menggunakan nama mantan atasan Antasari Azhar, tidak pernah men-
jadi perhatian. Setelah berhasil mengontak Antasari Azhar dan dijanji-
kan akan bertemu, meskipun waktu dan tempatnya belum ditentukan,
Rani Juliani memberitahu Nasrudin Zulkarnaen perihal janjinya dengan
Antasari Azhar.22 Dalam Berita Acara Pemeriksaan (“BAP”) Rani Juliani
tanggal 15 Maret 2009, hal 3, menjawab pertanyaan Penyidik No .21,
Rani Juliani menerangkan bahwa Nasrudin mengetahui adanya per-

22 BAP Rani Juliani tanggal 15 Maret 2009, hlm 3, menjawab pertanyaan Penyidik
No.21,
PENDAHULUAN 13

temuannya dengan Antasari, karena mengecek handphone dan SMS


yang dikirim Antasari. Dalam kalimatnya Rani Juliani dikatakan,

“Ya, hal pertemuan itu diketahui oleh suami saya tanpa saya sadari
karena pada saat di rumah suami saya mengecek No handphone
saya dan ada beberapa SMS yang dikirim oleh sdr ANTASARI di-
baca oleh suami saya dan selanjutnya suami saya menanyakan
hubungan saya dengan sdr ANTASARI, dan pada saat itu saya ti-
dak dapat mengelak kepada suami saya dan akhirnya saya cerita
kepada suami saya apa adanya baik masalh hubungan melalui
tilpon maupun pertemuan di hotel Mahakam, dan pada saat itu
suami saya sempat marah kepada saya dan akhirnya menasehati
saya supaya tidak berkomunikasi lagi dengan ANTASARI”.

Begitu Nasrudin Zulkarnaen mendapatkan informasi pertemuan


tersebut, Nasrudin Zulkarnaen saat itu juga menghubungi Antasari Az-
har dan meminta waktu bertemu dengan alasan akan memberikan do-
kumen-dokumen kasus korupsi. Bahkan, Nasrudin Zulkarnaen berupaya
mengkondisikan untuk bertemu pada hari dan jam yang sama dengan
Rani Juliani.23 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009,
Rani Juliani menyatakan,

“dia bilang, ma coba kamu sms/hubungi pak Antasari lagi, saya


jawab buat apa, nanti aku bilang apa? bilang saja kamu minta
bantuan pak Antasari untuk menyelesaikan SK di BUMN yang su-
dah turun, tapi belum dilakntik, tapi kamu bilang saudara kamu,
nanti papa antar kamu, biar papa tahu perkembangannya, lalu
saya sms pak Antasari, pak bisa ketemu lagi dan dijawab saya
masih sibuk”.

Dalam persidangan, terbuka fakta bahwa Nasrudin Zulkarnaen


mengantar sendiri bahkan menyuruh Rani Juliani mendatangi dan
masuk ke kamar 803 [hotel Gran Mahakam] menemui Antasari Azhar
sebagaimana keterangan Rani Juliani di persidangan. Berita Acara Per-
sidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009, Rani Juliani menyatakan,

“saya turun duluan sendiri, suami saya ditaxi, saya tidak tahu dia di-

23 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009, hlm. 107,


K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
14 ANTASARI AZHAR

mana setelah saya turun, setelah itu saya duduk di Lobby, lalu saya
sms pak Antasari saya sudah sampai, dijawab tunggu perintah, lalu
suami saya telephone, nanti kamar sama lantainya kasih tahu saya,
saya jawab ya, jangan lupa hp di on, saya jawab ya, lalu pak Anta-
sari sms saya sudah di kamar, masuk saja nomornya 808”.24

Pengakuan Rani Juliani ini jelas membuktikan bahwa ada kese-


ngajaan untuk melakukan JEBAKAN terhadap Antasari Azhar.25 Untuk
menyempurnakan jebakan ini, kemudian diatur agar Nasrudin Zulkar-
naen ketika masuk ke kamar 803 Hotel Gran Mahakam dan bertanya
kepada Antasari Azhar, “Mengapa bapak bersama istri saya?26 Saya bisa
laporkan kasus ini ke wartawan.”27

Dikatakan oleh Rani Juliani dalam Berita Acara Persidangan ke 6,


tanggal 5 Nopember 2009,
“.....pak Antasari mau membukakan pintu, saya mau keluar se-
langkah dari pintu, suami saya ada di depan pintu mendorong
saya hingga masuk kembali, jadi kita bertiga di dalam, lalu suami
saya bilang ke pak Antasari, ngapain bapak di sini sama isteri
saya, kamu juga sambil lihat saya, saya ditampar dengan tangan
kiri kena pipi sebelah kanan”.

Sedangkan dalam Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 No-


pember 2009, Rani Juliani menyatakan,
“...lalu suami saya bilang saya bisa saja jatuhin bapak, saya pang-
gil wartawan bapak berdua dengan isteri saya di hotel biar han-
cur karis bapak, kata pak Antasari bilang tolong jangan pak saya
masih ingin membela negara”.

Pertanyaan pokok kita siapa yang menjadi dalang dari penjebak-


an terhadap Antasari Azhar ini. Mungkin yang paling mampu menjawab
pertanyaan ini hanya Rani Juliani. Segala cerita yang berhubungan de-
ngan almarhum Nasrudin Zulkarnaen, sumbernya tunggal yaitu Rani Ju-

24 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009, hlm. 108,


25 Masalah jebkan ini untuk kepentingan siapa, tidak ada fakta terungkap dipersidan-
gan.
26 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009, hlm. 111;
27 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009, hlm. 111;
PENDAHULUAN 15

liani. Cerita mau melapor ke DPR, melapor ke Presiden, bahkan membuka


cerita kepada pers, sumbernya hanya Rani Juliani.

Contoh lain yang patut dipertimbangkan bahwa kedatangan


Rani ke kamar 803 Hotel Hotel Gran Mahakam merupakan suatu jebak-
an adalah, ketika ada “rekaman” yang diperdengarkan dimana Rani Ju-
liani tertawa “cekikikan” dan diimbuhkan kata-kata, “Ih....Bapak dibuka,
Bapak....”. Tertawa dan diikuti dengan kata-kata seperti ini patut diduga
sebagai upaya untuk menarik perhatian. Tertawa yang dilakukan oleh
Rani Juliani ini dan kalimat yang diucapkan ini adalah kesengajaan un-
tuk menimbulkan kesan ada suatu aktifitas luar biasa yang sedang di-
lakukan oleh Rani Juliani.

Cerita dari Rusdi Mathari, seorang wartawan Koran Jakarta


dibawah ini menunjukkan bahwa rekayasa terhadap kasus Antasari Az-
har, memang betul terjadi. Inilah catatan dari Rusdi Mathari,

“SUATU sore, sekitar setahun lalu, ponsel saya berdering oleh se-
buah nomor telepon yang tidak saya kenal. “Mas Rusdi Mathari?”
kata si penelepon.
“Dari mana mas?” saya balik bertanya.
“Saya si Fulan dari ….,” kata dia sembari menyebutkan nama se-
buah media.
“Tahu darimana nomor saya?”
Si penelepon menyebut nama seseorang yang saya kenal. Se-
telah saya tanyakan ada kepentingan apa, dia menceritakan di-
suruh seorang pejabat. Menurut dia, saya banyak tahu tentang
sepak terjang Antasari Azhar, Ketua KPK. “Ha banyak tahu? Saya
hanya wartawan,” kata saya.
“Orang yang menyuruh saya meminta Anda bercerita tentang ke-
burukan Antasari. Dananya unlimited,” kata dia.”28

Apalagi kemudian tersiar kabar secara luas bahwa ada “ Tim Moti-
vasi Mencari Kesalahan Antasari” yang diketuai Wakabareskrim Irjen Pol.
Hadiyatmoko.29 Tim itu ditugasi untuk dapat mencari motif kesalahan
28 http://rusdimathari.wordpress.com/2009/05/05/antasari-catatan-seorang-warta-
wan-bagian-2/
29 Dalam Berita Acara persidangan ke 22, tanggal 7 Januari 2010, Perkara Antasari Az-
har, hlm 205,Susno Duadji, tercatat menyatakan,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
16 ANTASARI AZHAR

Antasari Azhar. Dan, yang perlu digarisbawahi di sini adalah, terkuak-


nya kabar mengenai tim itu justru muncul dari kesaksian Komjen Susno
Duadji, sebagai saksi yang menguntungkan bagi Antasari Azhar. Dalam
keterangannya, Susno Duadji menyatakan bahwa Irjen Pol. Hadiyatmo-
ko bertindak sebagai ketua tim yang melapor langsung kepada Kapolri,
sebab dia mempunyai otoritas untuk mengawasi kasus ini, sedangkan
motivasi dan kasus ini tidak pernah dilaporkan kepada Susno Duadji se-
bagai Kabareskrim. Keterangan Komjen Susno Duadji kalau dihubung-
kan dengan keterangan Kombes Wiliardi Wizar, menjadi semakin jelas
bahwa Antasari Azhar adalah target operasi.

Dan tumbal yang dipilih untuk menjatuhkan Antasari Azhar ini


adalah dengan membunuh Nasrudin Zulkarnaen dan mengorbankan
Komisaris Besar Polisi Wiliardi Wizar. Sedangkan posisi Sigid Haryo Wi-
bisono tidak begitu jelas, meskipun secara faktual dia juga menjadi kor-
ban yang dijatuhi hukuman selama 15 tahun.

Pengakuan Kombes Wiliardi Wizard yang dijanjikan hanya akan


dihukum dengan hukuman indisipliner jika mau mengakui bahwa ter-
dakwa Antasari Azhar sebagai aktor intelektual atau orang yang me-
merintahkan pembunuhan terhadap diri Nasrudin Zulkarnaen adalah
bukti adanya konspirasi menjatuhkan Antasari Azhar.30 Apalagi kemudi-
an diketahui bahwa pelaporan dalam perkara Antasari Azhar ini tidak
dilakukan melewati Kabareskrim Susno Duadji, tetapi langsung dilapor-
kan oleh Wakabareskrim Irjen Pol Hadiyatmoko kepada Kapolri.31 Bah-
kan dalam keterangannya Susno Duadji menyatakan tidak dilibatkan
sama sekali dalam perkara Antasari Azhar. Dalam keterangannya, Susno
Duadji mengatakan terdapat beberapa tim mencari motivasi pembu-
nuhan Nasrudin yang dipimpin oleh Wakabareskrim Irjen Pol Hadiyat-
moko, tetapi karena tidak berhasil dia diberhentikan dari jabatannya.

“ saya tidak tahu kalau pembentukan Tim itu peritah siapa, tapi yang jelas tim itu
saya tahunya setelah berakhir, tetapi saya tidak tahu siap yang membentuk tim itu,
saya tidak mau berandai-anadai”.
30 Dalam kesaksiannya sebagai Saksi menguntungkan Antasari Azhar Ny. Novarina, is-
teri Wiliardi Wizar, menyatakan bahwa Wiliardi Wizar, diiming-imingi hanya akan di-
kenai hukum disiplin, jika dalam BAP mengaitkannya denga Antasari Azhar, Pleidooi
Penasehat Hukum Antasari Azhar, hlm.475.
31 Pleidooi Penasehat Hukum Antasari Azhar, hlm.477
PENDAHULUAN 17

Konon, tugas pokok dari tim ini adalah mengolah kasus atas ter-
bunuhnya Nasrudin Zulkarnaen dengan target Antasari Azhar sebagai
pelakunya (aktor intelektual) atau pihak yang memerintahkan pembu-
nuhan itu. Dengan demikian, maka Antasari Azhar akan diberhentikan
secara sebagai Ketua KPK, setelah menjadi Terdakwa dan kemudian di-
jebloskan ke dalam penjara.

Kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen dan cara pengungkap-


an kasusnya mengingatkan kita akan novel karya Alexandre Dumas,
“The Mohicans of Paris”, di mana di dalam novel itu mulai diperkenal-
kan istilah ‘cherchez la femme’ (cari si wanita). Karena apa yang tertuang
dalam novel tersebut tentang penculikan karakter bernama Mina me-
miliki kemiripan dalam menentukan motif pembunuhan yang masuk
akal dan akan menjadi perhatian pers, sebagaimana yang telah dialami
Antasari Azhar.

Dalam kisah ini diceritakan setiap ada konspirasi, pembunuhan,


penculikan, penistaan, bunuh diri, itu hanya satu jawaban: cherchez La
femme.32 Dan pengalaman telah membuktikan bahwa Monsieur Jackal
benar dan setia pada prinsip-nya dengan mengatakan tentang penculik-
an Mina: “Carilah si wanita”. Dalam pandangan Monsieur Jackal sebagai
detektif, bahwa setiap kali ada kejahatan, itu karena ada seorang wanita
yang menjadi latar belakangnya atau karena terkait dengan wanita seba-
gai latar belakangnya.Tidak perduli apa kasusnya selalu pasti berhubung-
an atau akar masalahnya adalah wanita. Dalam bahasa aslinya dikatakan,
“Cherchez la femme, pardieu ! cherchez la femme !”.

Dalam perkara Antasari Azhar ini, untuk menentukan motif pem-


bunuhan yang masuk akal dan akan menjadi perhatian pers, maka dicari-
kan seorang wanita yang bukan datang dari kalangan atas tetapi harus
dari strata bawah atau paling tidak menengah bawah. Ini gunanya bukan
hanya untuk menyusun motif rencana pembunuhan, tetapi juga seka-
ligus dapat digunakan untuk merusak harkat, martabat dan nama baik
orang yang diduga melakukan pembunuhan. Selain itu, mencari wanita
seperti itu tidak akan terlalu sulit untuk ditemukan, lagi pula mereka bisa
diintimidasi dan bisa juga dibeli dengan harga yang murah. Cukup de-

32 Alexandre Dumas: 1871, Les Mohicans De Paris, Michel Levy Freres, Editeur, hlm.
233;
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
18 ANTASARI AZHAR

ngan dicarikan tempat murah, diajak makan di restoran, maka sang wa-
nita itu bisa mengikuti kemauan pemeriksa.

Situasi dalam novel itu juga mirip dengan apa yang diterangkan
oleh Rani Juliani dihadapan sidang. Rani Juliani digunakan oleh penyidik
untuk menjadi wanita mencari motif pembunuhan. Bahkan kemudian di-
sebarkan cerita secara luas adanya hubungan cinta segitiga.33 Keterang-
an Andi Syamsudin Iskandar, adik kandung dari Nasrudin Zulkarnaen, di
hadapan persidangan Peninjauan Kembali (“PK”) sesuai dengan transkrip
persidangan pada hari Kamis 22 September 2011, menyatakan,

“Namun perlu saya sampaikan, ya. Sebelum eehh.. waktu jam,


pada saat itu sekitar jam 3 subuh ada 3 petugas dari Polda Metro
Jaya yang pada saat itu mendatangi saya yang menanyakan bah-
wa siapa keluarga almarhum. Lalu saya katakan “saya. saya kelu-
arga almarhum. Saya adik almarhum.” Kemudian memperlihatkan
identitas kepada saya, karena saya tanyakan pada petugas Metro
memperlihatkan identitasnya kepada saya, dan saya percaya ka-
rena ada identitas diperlihatkan. Ada 3 Kompol pada saat itu. Pada
saat itu menemui saya lalu mengatakan kepada saya bahwa per-
tanyaan itu apakah almarhum punya anak angkat. Setau saya, al-
marhum sepanjang hidupnya tidak punya anak angkat. Saya ta-
nya siapa nama anak angkat tersebut. Anak angkat itu namanya
Rani. Pada saat itu saya cukup kaget karena ada anak angkat, lalu
saya sampaikan “sebentar, nanti ada ketemu saja dengan istri al-
marhum yang kedua konfirmasi kepada istri almarhum apakah
ada, benar ada anak angkat almarhum? Sebab setahu saya sampai
dengan almarhum meninggal tersebut tidak ada yang namanya
anak angkat. Nah setelah itu saya tanyakan kepada istri almarhum,
istri almarhum mengatakan tidak ada. Oke, bertanyalah lagi. Apa
lah motif nya ini sampai saudara saya terbunuh tertembak? Apa
motifnya? .............. Ternyata pada saat itu seorang kapten menyata-
kan kasusnya ini cinta setiga. Ini yang terjadi pada malam ini yang
disampaikan kepada saya. Saya tidak percaya dengan hal tersebut
dan pada saat itu juga Kompol tersebut memperlihatkan kepada
saya foto inilah almarhum ditembak”.

33 http://news.detik.com/read/2011/09/22/142441/1728212/10/cinta-segitiga-anta-
sari-diketahui-15-jam-pasca-nasrudin-tewas
PENDAHULUAN 19

Dalam perkara Antasari Azhar ini Rani Juliani menikmati situasi


yang dialaminya. Hal ini dapat dilihat dari ceritanya dalam menjalani
pemeriksaan pembuatan BAP dibawa penyidik ke restoran “di Rumah
Makan Sari Kuring dekat Polda”,34 di apartemen, “ Mediterania Bulevard
Kemayoran; lantai 28 kamar 298; BAP dibuat disana tiga kali di Aparte-
men”;35 di Hotel BI Ancol”,36 dan bukan seluruhnya di kantor polisi, seka-
lipun di dalam BAP tertulis di kantor polisi.

Bahkan diakui juga oleh Rani Juliani sejak hari pertama peme-
riksaan hingga pemeriksaannya sebagai saksi dihadapan sidang peng-
adilan Rani Juliani selalu mendapat penjagaan dari polisi dan dilaku-
kan secara bergantian.37 Begitulah penting dan besarnya peran Rani
Juliani dalam kasus Antasari Azhar, bahkan ketika berangkat menuju
persidangan untuk memberikan kesaksian, Rani Juliani dikawal dan
menggunakan mobil Polisi.38 Bahkan ketika menuju persidangan untuk
bersaksi dalam perkara Antasari Azhar, ketika ditanya “Tadi berangkat
darimana, berapa orang tadi mengawal saudara ?” Rani Juliani menja-
wab dari Apartemen, ada tiga orang naik mobil pak Suryadi”; sehingga
penjagaannya mendekati penjagaan terhadap pemimpin negara. Bah-
kan untuk menyewa apartemen yang ditinggali oleh Rani Rani Juliani
dikatakan menggunakan nama Polisi yaitu Daruono. Dikatakan oleh
Rani Juliani “ Daryono itu memang Polisi, saya minta nama dia, KTP dia
untuk menyewa apartemen untuk saya”.39 Penjagaan yang terus-mene-
rus dan ketat ini tentu ada keperluannya dan tentu ini tidak merupakan
perbuatan gratis. Paling tidak dari proses persidangan semua keterang-
an yang disampaikan oleh Rani Juliani adalah memberi motif untuk An-
tasari Azhar membunuh Nasruddin Zulkarnaen.

4. Pemeriksaan perkara penuh rekayasa

Pada tanggal 29 April 2009, Sigid Haryo Wibisono diperiksa po-


lisi, di dalam BAP Sigid Haryo Wibisono pada pokoknya menerangkan
bahwa orang yang sangat mempunyai kepentingan untuk menghilang-

34 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009, hlm. 131;


35 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009, hlm. 126;
36 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009, hlm. 132;
37 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009, hlm. 133;
38 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009, hlm. 133;
39 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009, hlm. 139;
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
20 ANTASARI AZHAR

kan nyawa Nasrudin Zulkarnaen adalah Antasari Azhar yang diancam


akan dibuka aibnya dan karena keluarganya merasa diganggu oleh te-
ror Nasrudin Zulkarnaen. Pada waktu yang sama yaitu tanggal 29 April
2009, Kombes Wiliardi Wizar juga diperiksa dan dibuatkan BAP, akan
tetapi tidak menyebut-nyebut nama Antasari Azhar sebagai orang yang
memerintahkan menghabisi nyawa Nasrudin Zulkarnaen.

Upaya untuk menyamakan keterangan dalam BAP itu, Kombes


Wiliardi Wizar pun dipanggil oleh Wakabareskrim Irjen Pol. Hadiyat-
moko,40 dan meminta agar jika ditanya penyidik, supaya menyatakan
bahwa dia mendapat perintah dari Antasari Azhar untuk membunuh
tetapi pelaksanaannya dilakukan oleh orang lain. Dalam pemeriksa-
an itu Kombes Wiliardi Wizar merasa keberatan dengan permintaan
Wakabareskrim Irjen Hadiyatmoko itu. Namun, karena Kombes Wiliardi
Wizar diperiksa dengan penuh intimidasi dan tekanan psikis, maka dia
mengikuti peremintaan itu. Bahkan pada pukul 1 malam Kombes Wil-
iardi Wizard dibangunkan untuk menghadap Wakabareskrim Irjen Hadi-
yatmoko dan disuruh membuat keterangan apa saja asal bisa menjerat
Antasari Azhar. Meskipun pertemuan tengah malam ini dibantah oleh
Hadiyatmoko, karena katanya pertemuan antara Wakabareskrim Irjen
Hadiyatmoko dan Wiliardi Wizar, terjadi pagi hari.41

Di samping itu, Wakabareskrim Irjen Hadiyatmoko pun men-


janjikan kepada Kombes Wiliardi Wizar apabila ia mengikuti kemauan
pimpinan untuk membuat pengakuan bahwa Antasari Azhar yang me-
nyuruh membunuh Nasrudin Zulkarnaen, maka Kombes Wiliardi Wizar
dijanjikan hanya akan dihukum dengan hukuman indispliner karena
menyalahi kewenangan dalam bertugas.

Menurut Catatan Penasehat Hukum Antasari, Novarina isteri Wil-


iardi Wizar, ketika bersaksi dalam perkara Antasari Azhar dicatat menya-
takan,

“Bahwa saksi mengatakan Wakabareskrim menyuruh untuk me-


40 Dalam Berita Acara persidangan ke 9, tanggal 17 Nopember 2009, Perkara Antasari
Azhar, Hadiyatmoko, bahwa pembuatan BAP Wiliardi Wizar ini dia tidak mengetahu-
inya.
41 Ibid, h. 239, Hadiyatmoko menyatakan, 29 April 2009 saya hanya ketemu pagi hari,
selanjutnya tidak ikut campur.
PENDAHULUAN 21

ngatakan pada Wiliardi bahwa, ‘saya diperintah oleh Antasari


untuk menghabisi, tetapi pelaksanaannya saya perintahkan
orang lain’ dan saksi mengatakan terdakwa Hendrikus Kiawalen
alias Hendrik dan Eduardus Ndopo Mbete alias Edo mengaku
trauma disiksa penyidik Polda Metro Jaya sehingga mencabut ke-
terangan pemeriksaan sebagai saksi mahkota dalam kasus pem-
bunuhan Nasrudin Zulkarnen di PN Tangerang ada Wakabareskrim
bahwa Wiliardi bersumpah bahwa bukan Wiliardi yang melakukan-
nya.42

Dalam persidangan Kombes Wiliardi Wizar dengan terbata-bata


dan penuh emosi yang meledak-ledak menerangkan dia merasa di-
bohongi oleh atasannya untuk mengarang cerita bahwa Antasari Az-
har-lah yang menyuruh membunuh Nasrudin Zulkarnaen sebagaimana
yang juga telah diterangkan Sigid Haryo Wibisono. Kombes Wiliardi
Wizar diminta oleh atasannya untuk menyesuaikan saja keterangannya
dengan keterangan Sigid Haryo Wibisono, bahwa Antasari Azhar–lah
yang menghendaki membunuh almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

5. Antasari Azhar terbukti menyuruh lakukan

Satu hal yang pasti bahwa kasus Antasari Azhar sudah diputus
oleh Mahkamah Agung. Dan putusan Mahkamah Agung membenarkan
putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi yang menyatakan
bahwa Antasari Azhar terbukti sebagai orang yang menyuruh melaku-
kan atau biasa disebut “menyuruhlakukan” untuk membunuh Nasrud-
din Zulkarnaen.

Meskipun sudah ada putusan Mahkamah Agung, perkara Anta-


sari ini tetap mengundang banyak pertanyaan. Dari pertanyaan yang
layak dan masuk diakal, bahkan ada juga pertanyaan yang bersifat spe-
kulasi, seperti hubungan pentersangkaan Antasari Azhar dengan “ko-
rupsi” pengadaan IT KPU dan juga beberapa perkara korupsi yang be-
sar. Pertanyaan ini timbul karena adanya asusumsi bahwa satu-satunya
cara untuk menghentikan kegiatan KPK yang bisa berdampak dahsyat
adalah degan cara memberhentikan pimpinan KPK.

42 Pleidooi Penasehat Hukum Antasari Azhar, hlm. 299;


K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
22 ANTASARI AZHAR

Satu hal yang sudah berhasil sejak Antasari Azhar menjadi pe-
sakitan dan kemudian dipidana dengan hukuman yang luar biasa ting-
ginya, tidak ada lagi perkara yang ditangani KPK sebagai perkara me-
lawan arus besar. Lebih dari itu yang sangat mengkhawatirkan adalah
digunakannya hukum pidana untuk melakukan pembunuhan terhadap
karakter orang tertentu yang dianggap sebagai calon lawan politik atau
potensial menjadi lawan politik.

Yang pasti sejarah dan sejarawanlah yang akan besar perannya


membuka kebenaran kasus yang menimpa Antasari Azhar ini.

❖❖❖
23

Bab 2
PENYELIDIKAN DAN
PENYIDIKAN

1. PENGANTAR

B
ab ini diharapkan akan memberikan gambaran awal proses dimu-
lainya perkara yang melilit Antasari Azhar. Pada bagian ini akan
digambarkan proses awal nama Antasari Azhar disebut terlibat
dalam perkara pembunuhan terhadap Almahhum Nasrudin Zulkarnaen
Iskandar. Hal ini terutama dapat dilihat dari keterangan yang dikemu-
kakan oleh Rani Juliani dalam pemeriksaan sebagai saksi pada tanggal
15 Maret 2009, sekira pukul 23.50 WIB. Kemudian pada bagian ini nanti
akan dilihat upaya penyidik dalam mengaitkan Antasari Azhar dalam
kasus pembunuhan ini dengan melihat Keterangan Sigid Haryo Wibiso-
no dan Wiliardi Wizar. Seiring dengan ini akan dibicarakan juga tentang
adanya pencekalan terhadap Antasari Azhar.

2. Latar belakang kemarahan Nasrudin

Cerita Rani Juliani, kemarahan Nasrudin terhadap Antasari Azhar


terjadi karena adanya penggerebekan terhadap Rani dan Almarhum
Nasrudin, ketika menginap di Hotel di Kendari. Kemarahan ini diung-
kapkan oleh Rani terjadi, ketika dalam perjalanan pulang dari Makassar
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
24 ANTASARI AZHAR

menuju Jakarta. Dalam pesawat, kata Rani, bahwa dia akan dijadikan
saksi di DPR dan Presiden, sehubungan dengan pertemuan Antasari
dan Rani Juliani di Hotel Mahakam.

Ketika menjawab pertanyaan penyidik, pada pemeriksaan tanggal


15 Maret 2009, pukul 23.50 WIB, atas pertanyaan no. 14, Rani menjawab,

“.....berada di Hotel Kendari kemudian digerebeg oleh Polisi berpa-


kaian preman dan salah satu orang yang menggerebeg ada meng-
aku dari Polisi Mabes namun tidak menyebutkan namanya dan se-
lanjutnya saya dan suami saya dibawah ke Kantor Polisi Kendari
dan sampai di Kantor Polisi saya diperiksa ( diambil keterangan )
tentang Status perkawinan saya dengan suami saya, sedangkan
saya tidak membawa surat keterangan Kawin sehingga saya me-
minta ibu saya untuk di Fax Suat keterangan kawin saya dari Ta-
ngerang ke Kendari dan setelah di Fax tersebut diterima di kendari
kemudian Polisi Kendari memulangkan saya dan suami saya dari
Kantor Polisi, selanjutnya saya dan suami saya pulang ke Hotel
semula di Kendari sekira jam 05.30 Wib ..............dalam perjalanan
pulang ke Jakarta dalam pesawat suami saya mengatakan bahwa
saya akan dijadikan Saksi di DPR RI dan Presiden tentang masalah
saya dengan ANTASARI di Hotel Mahakam Jakarta. Kemudian saya
dan suami saya tiba dirumah saya di Tangerang suami saya dide-
pan saya menceritakan kejadian kepada Bapak saya saat saya ber-
ada di Hotel bersama ANTASARI dan akan diadukan ke DPR dan
Presiden dan saya dijadikan saksi, kemudian Bapak saya mengata-
kan: “Jangan, saya ini orang kecil “ tetapi suami saya kelihatan keras
akan mengadukan ke DPR RI dan Presiden Setelah diberi penjelas-
an panjang lebar dengan bapak saya karena ke khawatiran orang
tua saya dengan keadaan keselamatan saya nanti, karena tidak
mau berhubungan dengan orang orang besar seperti ANTASARI,
suami saya akhirnya mengurungkan niatnya untuk mengajak saya
sebagai saksi di DPR setelah itu dia bicara, walaupun tanpa saya
bersaksi, tetap dia akan berusaha dan mengumpulkan bukti bukti
untuk mengungkap kejadian di kendari Tersebut”.43

43 BAP Rani Juliani, tanggal 15 Maret 2009, sekira pukul 23.50, jawaban pertanyaan no.
14, hlm.2;
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 25

Kebenaran cerita kemarahaan almarhum Nasrudin Zulkarnaen


kepada Antasari, disebabkan adanya penggerebekan ini dan adanya
keinginan melapor kepada DPR dan Presiden ini hanya berdasarkan ce-
rita dari Rani Juliani yang dibenarkan oleh orang tuanya Rani, Endang
Muhamad Hasan.

Sebab seperti diterangkan oleh Chairul Anwar, yang melakukan


pengecekan terhadap status perkawinan Rani dan Nasrudin di Kendari
itu adalah polisi di Kendari dan tidak ada keterangan polisi yang meng-
ikuti dari Jakarta seperti diceritakan oleh Rani. Dalam keterangannya
Chairul Anwar menyatakan berdasarkan hasil pengecekan, Nasrudin
Zulkarnaen (Alm) dan Rani Juliani berstatus sebagai suami isteri karena
kawin siri yang diudkung dengan pernytaan Nasrudin Zulkarnaen telah
mengawini Rani secara siri.44

Dalam pemeriksaan Antasari Azhar, pada hari Senin tanggal 18


Mei tahun 2000 sembilan sekira pukul : 17. 00, menjawab pertanyaan
penyidik nomor 102, yang berbunyi, “ Berapa kali saudara berjumpa de-
ngan Tim tersebut? Dan siapa saja yang hadir pada saat itu ? selain dari
anggota Tim tersebut? Antasari Azhar menjawab,

Saya berjumpa dengan Tim seingat saya sebanyak 3 ( tiga )....... yai-
tu : Pertama kali saya hanya berjumpa dengan Chairul di rumah SI-
GID HARYO WIBISONO, setelah saya berbincang dengan CHAIRUL
, saya di perkenalkan anggota Tim, yaitu : Kasat Serse Jakarta Se-
latan ( IWAN KURNIAWAN ) , PINORA dan yang lainnya saya lupa
namanya.......... Pertemuan kedua di rumah Sigid Haryo Wibisono,
pada saat itu, saya di ceritakan oleh CHAIRUL masalah yang di la-
kukan Tim di Kendari, tindakan yang di ceritakan CHAIRUL kepada
saya di Kendari adalah melakukan pengecekan terhadap Nasrudin
Zulkarnaen (Alm) dan Rani yang pada saat itumenginap disatu
Hotel, inti dari kegiatan tersebut adalah ingin mengetahui apa-
kah Nasrudin Zulkarnaen (Alm) dan Rani merupakan suami isteri,
Chairul juga menjelaskan bahwa ternyata ada bukti kawin siri dari
Nasrudin Zulkarnaen (Alm) dan Rani.................. Pertemuan ketiga, di
rumah SIGID HARYO WIBISONO, seingat saya Chairul datang sen-

44 BAP Drs. H. Chairul Anwar, tanggal 20 Mei 2009, sekira pukul 11.00 WIB, jawaban
pertanyaan no. 19, hlm.5;
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
26 ANTASARI AZHAR

diri, pada saat itu saya hanya mengucapkan terimakasih dan me-
nanyakan kepada Chairul apakah hal tcrsebut sudah di laporkan
kepada KAPOLRI ? jawaban CHAIRUL “sudah”........”45

Penggerebekan oleh polisi di Kendari ini, yang menyebabkan Al-


marhum Nasrudin memendam kemarahan terhadap Antasari Azhar dan
akan melaporkan kejadian dan “tuduhan adanya pelecehan seksual”
terhadap Rani Juliani di Botel Mahakam tidak ada yang mengetahuinya
secara persis. Sumber cerita, akan melapor kepada Dewan Perwakilan
Rakyat dan akan melapor kepada Presiden, kemudian dicegah oleh En-
dang Muhammad Hasan, hanya bersumber dari cerita Rani Juliani dan
Endang Muhammad Hasan. Tidak ada saksi yang lain yang mengetahui
masalah ini.

3. TIM CHAIRUL ANWAR

Berawal dari cerita singkat dan pertemuan dengan Kapolri Bam-


bang Hendarso Danuri yang menanyakan suka duka menjadi pejabat
tinggi negara. Antasari Azhar bercerita kepada Kapolri, bahwa ada
orang yang melakukan intimidasi dan cenderung menzoliminya. Terha-
dap cerita ini Kapolri menyatakan, “ Wah itu tidak boleh karena seorang
pejabat negara tidak boleh diperlakukan seperti itu”. Kemudian Antasari
menyampaikan permohonan perlindungan.46 Ketika menyampaikan
cerita kepada Kapolri ini, Antasari juga menceritakan kejadian di Hotel
Mahakam secara sekilas. Dikatakan bahwa cerita tentang peristiwa di
Hotel Mahakam tersebut adalah tidak benar.

Namun setelah pertemuan dengan Kapolri Bambang Hendarso


Danuri, Antasari kemudian dihubungi oleh Sigid Haryo Wibisono dan
bertanya tentang masalah yang dihadapi oleh Antasari sehingga meng-
hadap Kapolri. Pada Berita Acara Pemeriksaan ketika ditanya oleh pe-
nyidik, mengenai pengalaman Antasari setelah pertemuan dengan Ka-
polri dijawab bahwa Antasari kemudian diperkenalkan oleh Sigid Haryo
Wibisoso dengan Ketua Tim yang dibentuk oleh Kapolri. Dalam kalimat-
nya Antasari dikatakan,
45 BAP Antasari Azhar, Senin tanggal 18 Mei tahun 2000 sembilan sekira pukul : 17. 00,
menjawab pertanyaan penyidik nomor 102; hlm 5;
46 BAP Antasari Azhar, tanggal 6 Mei 2009, sekira pukul 13.15, jawaban pertanyaan no.
33, hlm. 6;
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 27

“Yang saya alami Setelah pertemuan antara sdr dengan Bapak


Kapolri berkaitan dengan cerita sdr tersebut adalah : Sekitar bu-
lan Januari 2009 saya dihubungi oleh SIGID HARYO WIBISONO,...”..
Pak ANTASARI apakah bapak ada masalah sehingga menghadap
Pak Kapolri...?...” dan saya jawab : Iya betul...” dan waktu itu SIGID
HARYO WIBISONO mengatakan : Kalau bapak ada waktu, ada
yang ingin saya konfirmasi.. kalau bisa bapak ke rumah saya...”
dan setibanya dirumah SIGID HARYO WIBISONO saya mengobrol
dengan SIGID HARYO WIBISONO dan saat itu SIGID HARYO WIBI-
SONO mengatakan : mengenai hal yang Bapak ceritakan masalah
kapada Pak Kapolri, saat ini pak Kapolri membentuk tim..” mau
tidak bapak menemui timnya..,, dan saya bilang boleh lah...” dan
setelah saya berbicara kemudian masuklah pak CHAIRUL disana...
dan pada saat itu saya bercerita secara utuh kepada Pak CHAIRUL
yaitu mengenai terjadinya peristiwa di Hotel Grand Mahakam,
dan datangnya NASRUDIN ZULKARNAIN (AIm) kekantor saya de-
ngan meminta proyek serta mengganggu keluarga saya melalui
telepon, lalu pada saat itu saya meminta kepada Pak CHAIRUL
untuk mengantisipasi jangan sampai gerakan dari NASRUDIN
ZULKARNAIN (AIm) menggangu keluarga saya. Pada saat yang
bersamaan saya meminta agar lapor kepada Wakapolri. Sejak
saat itu tim bekerja mulai bulan Januari 2009, saya mendapatkan
Laporan lisan dilakukan sweping terhadap NASRUDIN ZULKAR-
NAIN (Alm) Hotel di Kendari, untuk mengetahui apakah NASRU-
DIN ZULKARNAIN (Alm) dan RANI JULIANI suami istri atau tidak.
Dapat saya tegaskan bahwa WILLIARDI WIZARD bukan termasuk
dalam tim sebagaimana disebutkan di atas”.47

Ketika menjadi saksi di pengadilan dalam perkaranya Antasari


Azhar, Drs. Chairul Anwar menyatakan bahwa memang pernah diperin-
tahkan secara lisan oleh Kapolri ketika dipanggil pada tanggal 5 Jau-
ari 2009 untuk melakukan penyelidikan sehubungan dengan laporan
Antasari karena diteror dan diancam oleh seseorang.48 Perintah Kapolri
agar penyelidikan dilakukan dengan cara profesional dan proporsio-
nal.49 Penyelidikan ini menurut Chairul Anwar dilakukan selama tiga
47 Loc.cit
48 Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, hlm. 148;
49 http://us.detiknews.com/read/2009/11/10/130634/1238884/10/kapolri-perintah-
kan-kombes-chairul-anwar-selidiki-peneror-antasari?nd992203605
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
28 ANTASARI AZHAR

minggu dan menjelang akhir masa penyelidikan dilakukan pertemuan


dengan Antasari Azhar di rumah Sigid Haryo Wibisono. Menurut Chairul
yang disampikan kepada Antasari adalah tentang identitas, data kegiat-
an dan disampaikan usulan agar Antasari Azhar untuk membuat lapor-
an resmi sehingga dapat dilakukan penyelidikan lebih lanjut.50

Dalam keterangan Kompol Helmy Santika di persidangan dikata-


kan bahwa sebelum ada pertemuan dengan Antasari Azhar di rumah
Sigid Haryo Wibisono, pernah dilakukan pertemuan di Hotel Manhat-
tan, Jl. Casablanca antara Chairul Anwar, Sigid Haryo Wibisono dan
Helmy Santika. Pertemuan tersebut dilakukan pukul 23.00 malam. Da-
lam keterangannya Helmy Santika menyatakan dia di BKO-kan dalam
tim yang dipimpin oleh Chairul Anwar dan izinnya diberikan oleh AKBP
Nico Afinta.51 Memang tidak ada penjelasan yang jelas maksud dari per-
temuan tersebut, Helmy Santika hanya mengatakan “say hello”. Karena
umumnya dia tidak ingat isi pembicaraan dalam pertemuan tersebut.
Meskipun dikatakan oleh Helmy Santika, dia diperkenalkan kepada Si-
gid Haryo Wibisono oleh Chairul Anwar.

Keterangan Chairul Anwar ketika dipanggil Kapolri ini, agak ber-


beda dengan catatan detik sport,52 dan detik News,53 ketika bersaksi
dalam perkara Sigid Haryo Wibisono, dimana dikatakan bahwa setelah
Antasari menilpon Kapolri, Chairul Anwar ditilpon Kapolri dan meminta-
nya untuk membantu Antasari Azhar. Dalam catatan detik sport ditulis,

“Saya bilang, saya punya teritorial wilayah. Tidak bisa (membantu),


kecuali diperintahkan atasan saya. Lalu, Antasari menelepon Ka-
polri. Dia menceritakan permasalahannya dan meminta agar saya
yang menyelidiki karena Pak Antasari sudah kenal saya,” ujar dia.

“Tetapi tidak lama kemudian, Pak Kapolri langsung telepon saya.


Kamu tolong bantu Pak Antasari,” lanjut dia.

50 Ibid, hlm.149;
51 Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, Perkara Antasari Azhar,
hlm.173;
52 http://us.detiksport.com/read/2009/11/19/105242/1244657/10/chairul-anwar-ti-
dak-ada-tim-lain-usut-teror-terhadap-antasari
53 http://news.detik.com/read/2009/11/19/105242/1244657/10/chairul-anwar-ti-
dak-ada-tim-lain-usut-teror-terhadap-antasari
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 29

Sekitar 3 Januari 2009, Chairul mengaku diberi pengarahan oleh


Wakapolri. Dia pun membentuk tim yang berdedikasi dan me-
miliki loyalitas. Tim itu terdiri dari Kompol Irwan Kurniawan, AKBP
Helmi Santika, AKP Joni dan Kompol Pinota.

Sebagai saksi dalam perkara Antasari Azhar, Chairul Anwar, me-


nerangkan bahwa semua laporan disampaikan kepada Kapolri, tetapi
tidak ada laporan langsung kepada Antasari Azhar. Laporan kepada An-
tasari disampaikan melalui Sigid Haryo Wibisono, karena dia mengakui
sebagai saudara dan tidak mempunyai akses langsung kepada Antasari.
Sebab setiap pertemuan dilakukan dirumah Sigid Haryo Wibisono dan
permintaan keterangan, perkembangan dan laporan hasil penyelidikan
selalu diminta oleh Sigid Haryo Wibisono.54

Dalam ketarangan Sigid Haryo Wibisono sebagai saksi dihada-


pan persidangan Antasari Azhar, dia katakan bahwa biaya operasional
Tim Chairul Anwar ini berasal dari Sigid Haryo Wibisono. Menurut Sigid
Haryo Wibisono, biaya tersebut berasal dari uang pribadi dan menca-
pai sekitar Rp. 150-200 juta rupiah, yang digunakan untuk melancarkan
tugas, terutama tugas resmi.55 Sigid Haryo Wibisono juga menjelaskan
bawa, untuk menghentikan teror terhadap Antasari, Chairul Anwar men-
cari tindakan pidana dari almarhum, supaya teror dapat dihentikan.

Sedangkan kepada Wiliardi Wizar, menurut Sigid pernah diberikan


uang sebasar Rp. 500 juta. Mengenai penggunaan uang ini, ada ketidak
konsistenan Sigid dalam menerangkan peruntukan uang Rp. 500 juta
ini. Pada satu sisi dikatakan uang ini digunakan karena anaknya mau ke
Australia dan untuk keperluan keluarga.56 Namun pada kesempatan lain
Sigid Haryo Wibisono menyatakan, bahwa permintaan uang dari Wiliardi
Wizar sebesar Rp. 500 juta ini, disampaikan kepada Antasari Azhar. Dalam
keterangannya sebagai saksi Sigid menyatakan reaksi Antasari Azhar,

“.....sudah diselesaikan dulu nanti saya cari ganti, tapi walaupun


beliau mengatakan begitu, kalau pak Wiliardi meyakinkan mela-

54 Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, hlm. 149;


55 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 05 Nopember 2009, hlm. 76;
56 Loc.cit
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
30 ANTASARI AZHAR

lui Sdr. M. Agus bahwa ini pinjaman, nanti akan dibayar dalam
waktu sebulan dengan jaminan cek”.57

Keterangan ini berkesamaan intinya dengan keterangan dari


Setyo Wahyudi dihadapan persidang Antasari Azhar menyatakan,

“ pak Sigid Haryo Wibisono bilang bahwa pak Wiliardi meminjam


uang 500 juta dan satu bulan agi akan dikembalikan”.

“ ada jaminan dari pak Wiliardi atas pinjaman uang tersebut yang
berupa cek BRI KCP BRI Menteng, tanggal 4 maret 2009, namun
setelah jatuh tempo cek tidak bisa dicairkan dan saksi laporkan
ke pak Sigid Haryo Wibisono, tapi pak Sigid bilang, kembalikan
aja ceknya ke pak Wiliardi, dan bilang saja supaya pak Wiliardi
membayarnya secara tunai saja kalau sudah ada”.58

Bahkan dalam pesidangan Setyo Wahyudi, yang selalu disebut


senbagi sekretaris dari Sigid Haryo Wibisono menyatakan bahwa Bahwa
Sigid Haryo Wibisono mengeluarkan uang tiap bulan untuk pengawal-
an Antasari Azhar sekitar 6-10 juta rupiah. Pemberian uang ini tanpa
sepengetahuan Antasari Azhar. Sehingga keberdaan Antasari Azhar se-
lalu terpantau oleh Sigid Haryo Wibisono. Sudah barang tentu laporan
keberadaan Antasari tentu berasalh dari pengawal yang mendapat gaji
dari Sigid Haryo Wibisono ini. Motif pemberian uang oleh Sigid Haryo
Wibisono untuk membiayai Tim Chairul Anwar maupun membiayai Wil-
iardi Wizar ini hanya Sigid Haryo Wibisono yang mengetahuinya. Begitu
juga kepentingan Sigid dalam masalah ini tidak pernah terbuka secara
jelas. Meskipun ada yang berspekulasi bahwa ini ada hubungannya de-
ngan politik kongkrit pada waktu itu.

Yang pasti sesuai dengan bunyi Keputusan Pengadilan dalam


Perkara Nomor: 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt. Sel, tanggal 11 Februari 2010,
Atas nama Antasari Azhar, peranan SIGID HARYO WIBISONO dalam
rangkaian perkara pembunuhan terhadap almarhum Nasrudin Zulkar-
naen sangat sentral, hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa SIGID HARYO
WIBISONO sebagai:

57 Loc.cit
58 Berita Acara Persidangan ke 8, tanggal 12 Nopember 2009, hlm.15;
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 31

a. Penghubung antara Suhardi Alius (Koordinator staf pribadi


Kapolri) dan Chairul Anwar sebagai Ketua Tim “penyelidik”
yang dibentuk Kapolri setelah mendengar cerita Antasari
Azhar; (Putusan Perkara Nomor: 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel,
tanggal 11 Februari 2010, atas nama Antasari Azhar, hal 37-
38, ket. Chairul Anwar);

b. Data-data dan hasil penyelidikan diserahkan kepada Antasari


Azhar melalui SIGID HARYO WIBISONO; (Putusan Perkara No-
mor: 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, tanggal 11 Februari 2010,
atas nama Antasari Azhar hal 38, ket. Chairul Anwar);

c. Fasilitator pertemuan antara Antasari Azhar dan tim Chairul


Anwar; (Putusan Perkara Nomor: 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel,
tanggal 11 Februari 2010, atas nama Antasari Azhar hal 38,
ket. Chairul Anwar);

d. Semua pertemuan antara Antasari Azhar dan tim Chairul An-


war selalu dilakukan dirumah SIGID HARYO WIBISONO; (Pu-
tusan Perkara Nomor: 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, tanggal 11
Februari 2010, atas nama Antasari Azhar hal 38, ket. Chairul
Anwar);

e. SIGID HARYO WIBISONO mengeluarkan uang Rp 150-200


juta untuk tim Chairul Anwar dan Posko di Rumah SHW (Pu-
tusan Perkara Nomor: 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, tanggal 11
Februari 2010, atas nama Antasari Azhar Ket. SIGID HARYO
WIBISONO Putusan h. 22);

f. Sebagai pelaksana seleksi tim pengamanan Antasari Az-


har sebagai Ketua KPK; (Putusan Perkara Nomor: 1532/Pid.
B/2009/PN.Jkt.Sel, tanggal 11 Februari 2010, atas nama An-
tasari Azhar hal.62 ket. Suhardi Alius Koordinator staf pribadi
Kapolri);

g. Menyerahkan biaya operasional sebesar Rp. 500.000.000, ke-


pada Wiliardi Wizar yang kemudian diserahkan kepada EDO
(Putusan Perkara Nomor: 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, tang-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
32 ANTASARI AZHAR

gal 11 Februari 2010, atas nama Antasari Azhar Keterangan


Wiliardi Wizar, hal. 50);

4. PROSES PENYIDIKAN

a. Formalitas penyidikan yang tidak biasa

Perakara Antasari Azhar ini adalah perkara yang menarik perhati-


an publik. Bukan saja, karena masalahnya masalah besar, yang berhu-
bungan dengan hilangnya nyawa manusia dan berbukan juga karena
berhubungan denga Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. Ada juga
spekulasi yang menyatakan bahwa ini adalah balas dendam, karena An-
tasari Azhar berani memenjarakan besan Presiden Aulia Pohan.59 Tetapi
yang lebih penting lagi sebenarnya perkara ini ditarik sedemikian rupa
supaya berhubungan dengan proses yang dicurigai oleh banyak pihak
terutama aktivis anti korupsi bahwa ada upaya kriminalisasi terhadap
kebijakan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan proses pe-
nyelesaian amandemen UU Komisi Pemberantasan Korupsi.60

Seperti sebuah pisau, perkara Antasari mempunyai dua mata


pisau. Satu sisi, berhubungan langsung dengan perkara pembunuh-
an Nasruddin Zulkarnain, dan satu sisi lagi dicoba untuk ditarik supaya
berhubungan dengan kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi yang
harus segera ada perubahan sesuai dengan amandemen UU Komisi
Pemberantasan Korupsi yang sedang diperdebatkan.

Mengenai perdebatan politik hukum berhubungan dengan pem-


berantasan korupsi dan amandemen UU Komisi Pemberantasan Korup-
si, tentu sulit bagi pengadilan untuk menguaknya, mengingat kapasitas
dan ruang lingkup tugas pengadilan yang dibatasi oleh Surat Dakwaan
dalam memeriksa perkara. Forum pengadilan sepenuhnya hanya di-
gunakan untuk membuktikan dan atau tidak membuktikan bahwa Ter-

59 http://us.news.detik.com/read/2011/01/27/174643/1556102/159/antasari-me-
nanti-si-perekayasa-dibui
60 Tuduhan dan kecurigaan adanya upaya untuk “membonsai” kewenangan KPK, yaitu
kriminalisasi kebijakan KPK dalam perkara Bibit. S Riyanto dan Chandra M. Hamzah.
Selain itu yang juga dicurigai adalah terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti Un-
dang-undang (Perppu) No 4/2009 tentang Perubahan atas UU No 30/2002 tentang
KPK;
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 33

dakwa ini terlibat sebagai orang yang menyuruhlakukan pembunuhan


terhadap Nasruddin Zulkarnain sebagaimana diberitakan selama ini
dan sebagaimana didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum.

Dalam proses penyidikan ada yang tidak biasa, dan ada pelang-
garan yang dilakukan secara kasat mata oleh penyidik. Pelanggaran ini
khususnya menyangkut ketentuan Pasal 72 KUHAP, yang berbunyi,

“Atas permintaan tersangka atau penasihat hukumnya pejabat


yang bersangkutan memberikan turunan berita acara pemerik-
saan untuk kepentingan pembelaannya.”

Kemudian dalam penjelasan dikatakan,


“Yang dimaksud dengan ”untuk kepentingan pembelaannya”
ialah bahwa mereka wajib menyimpan isi berita acara tersebut
untuk diri sendiri. Yang dimaksud dengan ”turunan” ialah dapat
berupa foto copy. Yang dimaksud dengan ”pemeriksaan” dalam
pasal ini ialah pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, hanya un-
tuk pemeriksaan tersangka……”

Tim Penasehat Hukum Antasari Azhar, meskipun dengan cara


yang baik, lisan dan bahkan secara tertulis telah meminta agar kepada
Tim Penyidik agar diberikan turunan Berita Acara Pemeriksan Tersangka
sebagaimana ditentukan oleh KUHAP tersebut, akan tetapi para penyi-
dik hanya memberikan BAP secara terbatas. Tidak semua turunan BAP
bisa diterima. Bahkan menurut cerita Penasehat Hukum perkara lain
yang terkait dengan perkara Antasari Azhar, mereka tidak mendapat-
kan turunan Berita Acara Pemeriksaan.

Tidak ada alasan yang sah menurut hukum, yang disampaikan


oleh penyidik kepada Tim Penasehat Hukum Antasari Azhar, selain bah-
wa mereka untuk sementara tidak dizinkan oleh atasan menyerahan
turunan atau copy dari Berita Acara Pemeriksaan. Kalaupu ada turunan
yang diberikan kepada Tim Penasehat Hukum Antasari Azhar, maka tu-
runan ini dengan kreatif diberi cap “Hanya Untuk Kepentingan Pembe-
laan di Persidangan Pasal 72 KUHAP Direktorat Reserse Kriminal Umum
Polda Metro Jaya”.

Bagi Tim Penasehat Hukum Antasari Azhar tindakan penyidik


K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
34 ANTASARI AZHAR

Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, bukan saja tidak
lazim sebenarnya, tetapi adalah satu bentuk pelanggaran hukum yang
dilakukan secara sengaja. Niatnya bisa macam-macam. Agar supaya
para Penasehat Hukum tidak bisa melakukan analisa yang tajam terha-
dap kasus. Dan bisa juga agar semua pemberitaan terhadap kasus ini
hanya bersumber dari penyidik. Ini dilakukan dalam rangka melakukan
kontrol terhadap pendapat publik terhadap kasus ini. Agar supaya sum-
ber pemberitaan dan pemilik kebenaran cerita tentang kasus hanya ada
pada penyidik saja.

Ini bermakna bahwa proses penyidikan perkara Antasari Azhar


dan perkara-perkara terkait telah dilakukan dengan cara menyimpang
dari hukum. Tidak ada due process of law. Ketentuan hukum Acara Pida-
na secara sengaja dilanggar. Tidak lain dari upaya menunjukkan bahwa
penyidik bisa berbuat apa saja.

Bukan itu saja yang menjadi cacat formal yang dilakukan oleh pe-
nyidik selama pemeriksaan perkara ini. Bahkan penyidik secara sengaja
menghalangi Penasehat Hukum untuk menemui Antasari Azhar secara
langsung. Hal ini dilakukan dengan cara tidak memberikan izin kepada
petugas penahan dalam mempertemukan Antasari Azhar dengan pe-
nasehat hukumnya, kecuali ada izin tertulis dari penyidik.

Tidak ada masalah bagi Penasehat Hukum mengenai pengawas-


an oleh penyidik sebagaimana dimaksud oleh Pasal 71 Ayat (1) KUHAP,
yang menyatakan,

Penasihat hukum, sesuai dengan tingkat pemeriksaan, dalam


berhubungan dengan tersangka diawasi oleh penyidik, penuntut
umum atau petugas lembaga pemasyarakatan tanpa mendengar
isi pembicaraan.

Yang menjadi permasalahan adalah mengenai adanya izin tertulis


oleh penyidik ini, yang tidak gampang untuk mendapatkannya karena
sulit untuk menemui penyidik. Dengan alasan kesibukan dan perlunya
izin dari atasan penyidik pula yang menjadi hambatan bagi para Penas-
ehat hukum untuk menemui Klien. Mempersulit hubungan antara Klien
dan Penasehat Hukum itu adalah satu bentuk kemunduran dalam cara
menegakkan hokum dimasa reformasi ini.
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 35

b. Penyidikan tanpa didampingi Kuasa Hukum

Dalam perkaranya Williardi Wizar, pada pemeriksaan tersangka


tangal 29 April 2009, sekitar pukul 15.30. tersangka diperiksa tanpa di-
dampingi oleh Penasehat Hukum. Pemeriksaan terhadap Williardi Wizar,
tanpa didampingi oleh Penasehat Hukum ini lagi dilakukan pada peme-
riksaan tanggal 30 April 2009, yang dilakukan pada sekitar pukul 16.00
WIB. Ketiadaan Penasehat Hukum, meskipun disetujui oleh tersangka
dapat dikatakan satu bentuk pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 56
Ayat (1) KUHAP, yang menyatakan,

“Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa me-


lakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau
ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka
yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau
lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat
yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam pro-
ses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka.”

Hal ini merupakan pelanggaran terhadap Pasal 56 Ayat (1) KU-


HAP, karena kehadiran penasehat hukum ini adalah wajib bagi Ter-
sangka yang diancam dengan anacaman pidana lima belas tahun atau
lebih. Apa yang dilakukan Penyidik, hanya menjalankan perintah dari
Pasal 114, yaitu menerangkan bahwa Tersangka berhak untuk didam-
pingi oleh Penasehat Hukum.

Dalam kedua pemeriksaan tersebut Tersangka Williardi Wizar mem-


buat keterangan yang berbeda dan sangat merugikan dirinya sendiri ser-
ta sangat merugikan kepentingan Antasari Azhar. Dalam keterangannya
pada tanggal 29 April 2009 butir 30, Williardi Wizar tidak menyebutkan
adanya pembicaraan untuk menghilangkan nyawa orang lain. Namun
keterangan pada tanggal 30 April butir 39 Williardi Wizar membuat peng-
akuan bahwa pertemuan yang dilakukan oleh Sigid Haryo Wibisono, Wil-
liardi Wizar dan Antasari Azhar di rumah Sigid Haryo Wibisono adalah un-
tuk menghilangkan nyawa orang lain yang ada dalam foto yang pernah
diterima dari Sigid Haryo Wibisono. Dalam BAP Wiliardi Wizar, sebagai
Saksi Perkara Antasari Azhar, tanggal 2 Mei 2009, dinayata,

“didalam pertemuan tersebut antara saya dengan Sigid Haryo


K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
36 ANTASARI AZHAR

Wibisono dan ANTASARI AZHAR adarah membicarakan untuk


menghirangkan nyawa orang yang ada didalam foto didalam
amplop coklat yang saya pemah terima dimana menurut Pak.
SlGlD HARYO WIBISONO orang tersebut adalah bernama NASRU-
DIN, namun saya tidak kenal orang tersebut”. 61

Kemudian dikatakan pula pada butir 40 bahwa yang memerin-


tahkan untuk menghilangkan nyawa orang lain tersebut adalah Anta-
sari Azhar dengan alasan bahwa Nasruddin adalah orang yang memba-
hyakan. Dalam kalimatnya Wiliardi Wizar dinyatakan,62

“Yang memerintahkan untuk menghilangkan nyawa tersebut


adalah sdr. ANTASARI AZHAR dengan alasan bahwa NASRUDIN
adalah orang yang membahayakan”

Pada pemeriksaan tanggal 13 Mei 2009, sekitar pukul 17.30 Wil-


liardi Wizar yang didampingi oleh Penasehat Hukumnya Dr. Yohannes
Jacob PhD, Apolos Djarabonga, S.H., dan Chandra Tirta, S.H.,. Dalam pe-
meriksaan ini tersangka Williardi Wizar, memperbaiki keterangan yang
pernah disampaikannya pada pemeriksaan tanggal 30 April 2009, khu-
susnya pada butir 49 yang memperbaiki keterangan butir 39 tanggal
30 April 2009. Dikatakannya bahwa pertemuan antara Sigid Haryo Wibi-
sono, Williardi Wizar dan Antasari Azhar di rumah Sigid Haryo Wibisono
adalah untuk mencari orang yang dapat mengikuti secara terus mene-
rus orang yang fotonya ada dalam amplop yang pernah diterima dari
Sigid Haryo Wibisono. Dikatakan pula bahwa Ansari Azhar tidak pernah
memerintahkan untuk melenyapkan, tetapi diperintahkan untuk meng-
ikuti orang yang fotonya ada dalam amplop.

Dalam pemeriksaan sebagi saksi Williardi Wizar juga membuat


pernyataan yang berubah-ubah dan tidak konsisten. Pada pemeriksaan
sebagai saksi pada hari sabtu tanggal 2 Mei 2009, saksi menerangkan
menjawab pertanyaan butir 13, ”Yang memerintahkan untuk meng-
hilangkan nyawa tersebut adalah Sdr. ANTASARI AZHAR dengan
alasan bahwa NASRUDIN adalah orang yang membahayakan”. Ke-
61 BAP Wiliardi Wizar, sebagai Saksi Perkara Antasari Azhar, tanggal 2 Mei 2009, butir 12,
hlm.
62 BAP Wiliardi Wizar, sebagai Saksi Perkara Antasari Azhar, tanggal 2 Mei 2009, butir 13,
hlm. 3;
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 37

mudian pada pemeriksaan sebagai saksi pada Hari Senin tanggal 18 Mei
2009, menjawab pertanyaan butir 19 sebagai saksi Wiliardi Wizar me-
nyatakan bahwa tidak ada usaha untuk menghilangkan nyawa orang
lain, yang ada mengikuti orang yang ada didalam foto dalam amplop
besar coklat, guna mencari kesalahan dan pidananya.

Wiliardi Wizar yang diperiksa dalam lima kali pemeriksaan dan


memberikan keterangan yang berbeda ini adalah seorang Perwira Me-
nengah Polisi Republik Indonesia. Bahkan sudah mengikuti SESPIM Po-
lri. Artinya seorang yang hampir secara pasti akan menyandang pang-
kat Jendral Polisi. Berubah-ubahnya keterangan Wiliardi Wizar ini tentu
ada sebabnya. Bisa juga karena adanya iming-iming dari penyidik atau
juga karena adanya janji-janji tertentu dari penyidik atau bahkan mung-
kin juga karena diancam oleh penyidik.

Kalau Williardi Wizar ini terus didampingi oleh Penasehat Hukum-


nya yang beriktikad baik dan bermaksud hendak menegakkan hukum
agar tercipta keadilan dan kebenaran, maka Wiliardi Wizar ini tidak akan
memberikan keterangan yang berbeda dalam setiap pemeriksaan. Ke-
cuali kalau Williardi Wizar itu sudah tidak sehat rohani dan jasmaninya.

Cacad pemeriksaan tersangka tanpa didampingi oleh Penasehat


hukum ini, ternyata bukan hanya pada pemeriksan Williardi Wizar. Hal
ini juga terjadi pada pemeriksaan Sigid Haryo Wibisono tanggal 29 April
2009 sekitar pukul 03.00. Kalau betul bahwa pemeriksaan ini dilakukan
pada pukul 03.00, tentu ini ada maksudnya. Maksud yang dikandung dan
mudah diduga, agar pemeriksaan terhadap tersangka dapat dilakukan
tanpa adanya Penasehat Hukum. Pemeriksaan dengan cara demikian te-
lah secara kasat mata melanggar ketentuan Pasal 56 Ayat (1) KUHAP.

c. Pengembangan perkara yang tidak terkait perkara Antasari

Sulit untuk tidak mengatakan bahwa adanya ketidak beresan da-


lam pemeriksaan perkara Antasari Azhar dan terkait dengan perkara ini.
Paling kurang dapat diasakan adanya niat memperluas pemeriksaan
perkara yang akan dihubungkan dengan pelanggaran kode etik Komisi
Pemberantasan Korupsi. Dugaan penambahan arah pemeriksaan ter-
sebut dapat dibaca dari pemeriksaan terhadap tersangka yang secara
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
38 ANTASARI AZHAR

khusus menanyakan masalah penyadapan terhadap nomer tilpon Nas-


rudin Zulkarnain dan Rani Juliani.

Dalam keterangan dan penjelasannya Antasari Azhar sebagai Ter-


sangka bahwa dia tidak pernah memerintahkan untuk melakukan penya-
dapan terhadap beberapa nomer yang pernah dia serahkan kepada Budi
Ibrahim. Pintu masuk yang digunakan untuk menyelidiki perkara lain
adalah masalah penyadapan yang Surat Perintahnya di tanda tangani
oleh Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Chandra M. Hamzah.

Dari pemberitaan di Surat Kabar atau media online secara terang


benderang bahwa arah pemeriksaan yang sedang dilakukan oleh pe-
nyidik adalah mengenai adanya perkara lain dan merupakan perkara
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh Pimpinan di Komisi
Pemberantasan Korupsi.63

Pengembangan perkara dengan cara menjadikan tersangka se-


bagai nara sumber untuk mendapat perkara yang lain, bukanlah cara
yang baik dalam penegakan hukum yang berkeadilan. Penegakan hu-
kum dengan cara ini adalah penegakan hukum yang melanggar hu-
kum. Penegakan hukum yang akan mendatangkan ketidak adilan. Pe-
negakan hukum yang melanggar hukum dan tidak mencari keadilan ini
bukanlah cita-cita negara hukum Indonesia. Jika ini dibiarkan berlanjut
maka secara sengaja hukum ditegakkan bukan dengan cara yang se-
suai dengan hukum.

d. Mengungkap perkara seperti makan bubur panas

Upaya pengungkapan perkara pembunuhan terhadap Nasrudin


Zulkarnaen dilakukan penyidik seperti orang makan bubur panas. Di-
mulai dari pinggir piring secara pelan-pelan, hingga akhirnya sampai
ketengah piring yang panas. Pengungkapan perkara ini mulai dari para
eksekutor, kemudian berlanjut ke Edo dan Jerry akhirnya sampai ke Si-
git, Wiliardi dan terakhir sampai ke Antasari.

63 Lihat Perkara Bibit dan Chandra sebagaimana hasil pemeriksaan Tim 8. http://
id.wikisource.org/wiki/Laporan_Tim_Independen_Verifikasi_Fakta_dan_Proses_
Hukum_atas_Kasus_Sdr._Chandra_M._Hamzah_dan_Sdr._Bibit_Samad_Rianto
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 39

Nama Antasari mulai jadi bahan pemeriksaan penyidik dan dika-


itkan dengan perkara pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen adalah pada
pemeriksaan Rani Juliani pada tanggal 15 Maret 2009, satu hari setelah
Nasrudin ditembak. Begitulah cepatnya nama Antasari dikaitkan de-
ngan perkara pembunuhan.

Bahkan pada awal pengungkapan perkara pembunuhan ini


ke publik dilakukan, pejabat di Kepolisian Republik Indonesia pernah
memberi signal kepada Antasari Azhar, bahwa ada pengakuan meng-
arah kepada keterlibatan dirinya dalam perkara pembunuhan Nasrudin
Zulkarnaen. Pejabat tersebut berjanji akan mencermati arah pemeriksa-
an. Dan selalu akan memberikan info yang patut terhadap hasil peme-
riksaan. Meskipun faktanya info tersebut tidak pernah ada. Tidak lama
berselang, memang muncul nama Antasari sebagai salah satu tersangka
sebagaimana diterangkan oleh Kapuspenkum Kejaksaan Agung. Kedu-
dukan Antasari Azhar secara tegas dikatakan sebagai “tersangka pelaku
intelektual” pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.

Menilik dari prosesnya, pengakuan Sigid dan Wiliardi sebagai ter-


sangkalah yang menjadi dasar Antasari ditetapkan sebagai tersangka.
Pemeriksaan terhadap Sigid dan Wiliardi sebagai tersangka tidak mem-
buktikan telah dilakukan dengan cara kekerasan. Selain itu khusus
untuk Sigid Haryo Wibisono, BAP sebagai saksi, tanggal 29 April 2009,
pemeriksaannya dilakukan pada pukul 0.5.00 WIB. Meskipun tidak ada
yang tampak aneh, tetapi pemeriksaan dilakukan tanpa didampingi
oleh Penasehat Hukum, walau mereka menyatakan bahwa pemeriksa-
an terhadap diri mereka dapat diteruskan tanpa didampingi oleh Pe-
nasehat Hukum. Sebab menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana, tersangka yang diancam dengan hukuman pidana mati atau
diancam dengan hukuman lima belas tahun atau lebih wajib didam-
pingi oleh Penasehat Hukum. Pada situasi seperti ini tidak bisa disang-
kal bahwa telah ada pengabaian ketentuan hukum acara pidana dalam
peroses pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik. Proses pemeriksa-
an yang dilakukan tapan didampingi oleh Penasehat Hukum ini tentu
mempunyai tujuan yang pasti. Tujuannya adalah mengejar pengakuan
dari tersangka, terutama untuk mendapatkan pengakuan dalam rangka
menjerat target tertentu. Dalam perkara ini targetnya adalah Antasari
Azhar, yang mulai dimunculkan dalam pemeriksaan Rani Juliani dan di-
sempurnakan dengan pengakuan Sigid dan Wiliardi.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
40 ANTASARI AZHAR

5. Proses penyidikan yang tidak lazim

Proses penyidikan terhadap Antasari Azhar, mungkin bagi ba-


nyak pihak adalah biasa, berjalan mengalir seperti air. Akan terus meng-
alir berjalan menuju tempat yang lebih rendah hingga ujungnya akan
sampai dimuara. Proses penyidikan dimulai dengan panggilan sebagai
saksi, kemudian selesai pemeriksaan sebagai saksi dilanjutkan dengan
ditetapkan sebagai tersangka dan dipertiksa sebagai tersangka. Peme-
riksaan sebagai tersangka ini hanya sebagai basa basi untuk mendra-
matisir penahan yang telah direncanakan sebelumnya. Penyidik yang
hilir mudik tidak jelas juntrungannya dengan menenteng map dan ber-
bicara dengan berbisik satu sama lain sebenarnya adalah bentuk “terror
mental” untuk menjatuhkan terperiksa. Itulah yang terjadi pada peroses
pemeriksaan Antasari Azhar pada tanggal 4 Mei 2009.

Ketidaklaziman lain yang terjadi pada proses pemeriksaan An-


tasari Azhar adalah menyangkut berita acara pemeriksaan. Berita Aca-
ra Pemeriksaan tidak bisa diperoleh secara langsung oleh tersangka,
meskipun menurut ketentuan demi kepentingan pembelaan tersangka
berhak untuk memperoleh hasil pemeriksaan terhadap dirinya sebagai
tersangka. Namun, dalam perkara Antasari Azhar ini tidak semua Berita
Acara Pemeriksaan bisa diperoleh oleh tersangka. Bahkan dalam per-
kara tersangka yang lain ada tersangka yang baru memperoleh Berita
Acara Pemeriksaan setelah berkas diserahkan kepada Kejaksaan.

Yang lebih miris lagi adalah proses masuknya Antasari sebagai


tersangka kedalam tahanan. Sebelum masuk keruangan tahanan, ter-
hadap tersangka ini dilakukan “pelucutan kebesarannya”. Pelucutan pa-
kaian yang patut dan standar biasa digunakan oleh pejabat publik da-
lam menghadapi masalah hukum. Sepatu dan kaos kaki minta dilepas,
ikat pinggang minta dibuka, bahkan diminta untuk secara langsung
menggunakan celana pendek. Tentu semua ini ada maksudnya. Ada ke-
khawatiran tersangka akan bunuh diri. Akan menggantung diri dengan
celana panjang atau ikat pinggang atau mungkin akan “menelan” kaos
kaki supaya cepat mati. Kekhawatiran seperti ini untuk seorang seperti
Antasari Azhar adalah kekhawatiran yang berlebihan. Kekhawatiran
yang tidak beralasan, dan jenderung berlebihan. Meskipun pada sisi
yang lain pelucutan itu dapat dikategorikan sebagai upaya menghan-
curkan mental seorang tersangka.
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 41

Pelucutan ini, tentu berguna untuk mencegah tersangka bunuh


diri. Tetapi untuk seorang tahanan yang ketika itu masih merupakan pe-
jabat tinggi Negara, pertanyaan yang layak untuk diajukan apakah me-
mang beralasan untuk melucuti pejabat tersebut seperti itu ? Pelucutan
terhadap seorang pejabat itu dapat saja dilakukan, tetapi harus dengan
tetap mengingat bahwa ada kehormatan dari jabatan yang disandang
oleh pejabat tersebut. Kehormatan yang selalu akan ada selama jabat-
an tersebut belum hilang. Pejabat dari satu jabatan setiap saat dapat
berganti, tetapi kehormatan jabatan itu selalu akan melekat dengan
jabatan itu. Menjunjung tinggi kehormatan jabatan sesuai etika jabat-
an bukan hanya penting untuk pejabat yang bersangkutan, tetapi yang
lebih penting lagi sebenarnya ini adalah sebagai bagian dari proses pre-
sumption of innocence.

Hal lain yang juga tidak lazim dalam perlindungan terhadap Rani
Juliani sebagai saksi sebagaimana dikatakan oleh Direktur Reserse Kri-
minal Umum, Komisaris Besar M Iriawan, di Markas Kepolisian Daerah
Metro Jaya pihak Polda Metro Jaya menyatakan”Sekarang dia (Rani) se-
dang dilindungi oleh polisi. Dilindungi kepolisian sebagai saksi kunci”.64
Sisi buruk yang dialami oleh Antasari ini dalam proses penyidikan ini
agak berbeda dengan sisi baik yang dialami oleh Rani Juliani, karena
sebagaimana dimuat dalam banyak berita Rani mendapat perlindung-
an khusus dari Polisi. Perlindungan terhadap Rani sebagai saksi perlu
dilakukan, tetapi perlindungan yang mengabaikan hukum tentu dapat
dikatakan sebagai pelemahan terhadap hukum.

6. Kekerasan dalam pemeriksaan

Secara keseluruhan perkara yang berhubungan dengan perkara


pembunuhan almarhum Nasrudin Zulkarnaen telah sampai di mimbar
persidangan Hakim. Ada terdakwa yang diadili di Pengadilan Negeri Ta-
ngerang dan ada juga di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Yang diadili
di Pengadilan Negeri Tangerang adalah mereka yang termasuk dalam
kategori pelaksana pembunuhan. Sedangkan yang diadili di Pengadil-
an Negeri Jakarta Selatan dapat dikategorikan sebagai perencana atau
orang yang menyuruh melakukan pembunuhan.

64 http://nasional.vivanews.com/news/read/55311-rani_dalam_perlindungan_polisi
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
42 ANTASARI AZHAR

Pemberitaan Surat Kabar tentang pemeriksaan beberapa saksi dan


terdakwa di Pengadilan Negeri Tangerang menceritakan adanya keke-
rasan terhadap terperiksa pada waktu pemeriksaan dilakukan. Kekeras-
an dan pencabutan Berita Acara Pemeriksaan dalam proses hukum kita
bukan cerita baru. Pengakuan pembunuhan Steven Adam oleh terdakwa
Johni Sembiring dkk pada tahun 1983 adalah contoh klasik tentang ke-
kerasan dalam pemeriksaan. Oleh karena Pengadilan Tinggi Jawa Barat
ketika itu mempercayai kebenaran alibi dan keterangan para terdakwa
dan saksi bahwa pengakuan dalam Berita Acara Pemeriksaan diperoleh
dengan kekerasan, maka para terdakwa dibebaskan dari dakwaan.

Dalam perkara pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen cerita keke-


rasan oleh penyidik diakui para terperiksa. Bahkan dalam persidangan
Hendrikus Kiawalen alias Hendrik dan Eduardus Ndopo Mbete alias Edo
mengaku trauma disiksa penyidik Polda Metro Jaya sehingga mencabut
keterangan pemeriksaan sebagai saksi mahkota dalam kasus pembu-
nuhan Nasrudin Zulkarnen di PN Tangerang, Banten. 65 Adapun bentuk
penyiksaan yang diterima Edo dkk adalah mata ditutup lakban, di-
pukuli, serta tangan dan kaki dirantai. Khusus Eduardus dan Hen-
drikus, mereka mengaku disetrum alat kelaminnya.66 Sebagaimana
diceritakan penganiayaan tersebut dilakukan untuk mendapatkan
pengakuan bahwa para terperiksa mengenal Antasari Azhar, Wiliardi
Wizard an Sigid Haryo Wibisono.

Tidak jarang ditemukannya praktek melanggar hukum lewat


tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan oleh penyidik terhadap
terperiksa sebagaimana diakui oleh para eksekutor dihadapan persi-
dangan. Pemeriksaan dengan cara kekerasan ini adalah cara-cara diluar
hukum untuk memperoleh pengakuan para tersangka. Memperoleh
pengakuan dengan cara “kekerasan” merupakan aksioma yang tidak da-
pat diterima didalam negara hukum dan tidak akan pernah melahirkan
bukti materiil tetapi malah akan meningkatkan perasaan tidak adanya
kepastian hukum bagi masyarakat dalam penegakan hukum.

Kita tidak tahu akhir dari alibi dari para eksekutor pembunuh al-
marhum Nasrudin bahwa pengakuan yang mereka berikan karena ada-

65 http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=238006
66 Pleidooi Tim Penasehat Hukum Antasari Azhar, hlm 258.
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 43

nya kekerasan. Yang pasti bahwa dalam penggunaan suatu alibi harus-
lah didukung oleh saksi-saksi yang dapat menguatkan alibi tersebut.
Dalam perkara di Tengerang semua terperiksa sudah mencabut peng-
akuan dalam Berita Acara Pemeriksaan. Oleh karena itu dalam mencer-
mati alibi para eksekutor di Pengadilan Tangerang ini yang harus diper-
hatikan bahwa tidak setiap sangkalan yang didalihkan oleh terdakwa,
semata-mata bermaksud untuk melolosan dirinya dari dakwaan. Tetapi
hal itu harus dipercaya sebagai sikap batin yang menginginkan kejujur-
an dan kebenaran ditegakkan.

Penarikan pengakuan tidak boleh dicurigai sebagai intervensi


atau keinginan para Penasehat Hukum, mengingat pada umumnya
terdakwa awam hukum. Harus juga dipercaya bahwa tidak semua ke-
terangan dari terdakwa yang bersifat pengakuan dengan sendirinya
membenarkan perbuatan yang didakwakan kepadanya. Apapun ben-
tuk sangkalan dan alibi yang mempunyai alasan cukup perlu dipertim-
bangkan dengan seksama.

Hal yang pasti semua orang yang diduga terlibat dalam perkara
pembunuhan terhadap Almarhum Nasrudin Zulkarnaen telah dihukum.
Namun dari pemeriksaan berkas yang ada, terlalu banyak kelemahan
yang harus dirajut dan disambung. Terlalu banyak cerita yang tidak
nyambung dari keterangan para saksi. Bahkan tidak jarang keterang-
an masing-masing saksi berdiri sendiri. Tetapi apapun yang terjadi di-
hadapan sidang harus dianggap sebagi upaya menegakkan kebenaran
untuk memperoleh keadilan.

7. KETERANGAN RANI JULIANI

a. Menyebut nama Antasari

Dalam keterangannya sebagai saksi di hadapan Penyidik Rani


Juliani mengaku sebagai isteri siri dari almarhum Nasrudin Zulkarnaen
yang menikahinya pada tahun 2007.67 Ketika menjawab pertanyaan pe-
nyidik, Rani Juliani menyatakan bahwa dia mencurigai pembunuhan
terhadap suaminya ini berhubungan dengan masalah pekerjaan atau

67 Jawaban BAP Rani Juliani tanggal 15 Maret 2009,sekira Pukul 15.30 atas pertanyaan
nomor 2, hlm.1
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
44 ANTASARI AZHAR

bisnis, karena dia melakukan pemecatan terhadap manager, sehingga


dia diperiksa oleh Komisaris. Salah seorang yang disebut dipecat itu
dikatakan JURISMAN, meskipun tidak jelas apa jabatan dan kesalahan-
nya.68 Cerita tentang Jurisman ini berhenti juga disini tidak pernah di-
tanya lagi kepada Rani Juliani.

Munculnya nama Antasari Azhar, ada dalam pemeriksaan yang


dilakukan penyidik pada tanggal 15 Maret 2009, sekira pukul 23.50.
Nama Antasari Azhar, muncul ketika Rani Juliani menjawab pertanyaan
penyidik nomor 14, mengenai orang-orang yang dicurigai yang berhu-
bungan dengan pekerjaan/bisnis dari almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Dalam keterangannya sebagaimana dinyatakan dalam Berita


Acara Pemeriksaan Rani Juliani menyatakan,

“....dalam perjalanan pulang ke Jakarta dalam pesawat suami saya


mengatakan bahwa saya akan dijadikan saksi di DPR dan Presi-
den tentang masalah saya dengan Antasari di Hotel Mahakam Ja-
karta......suami saya didepan saya menceritakan kejadian kepada
bapak saya saat saya berada di Hotel bersama Antasari dan akan
diadukan ke DPR dan Presiden dan saya dijadikan saksi, kemudi-
an Bapak saya mengatakan: “ Jangan, saya ini orang kecil”, tetapi
suami saya kelihatan keras akan mengadukan ke DPR RI dan Pre-
siden.....”.69

Ketika menjawab pertanyaan penyidik, yang dimaksud oleh Rani


Juliani dengan Antasari dan pekerjaan serta tempat tinggalnya dijawab,

“ Yang saya maksud dengan laki-laki yang bernama ANTASARI


adalah seorang yang bekerja sebagai Pegawai Anggota Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia (ANTASARI) bertempat tinggal
di BSD Serpong”.70

68 Ibid jawaban BAP Rani Juliani nomor 8,


69 Jawaban BAP Rani Juliani tanggal 15 Maret 2009, sekira pukul 2009, hlm 2;
70 Loc.cit
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 45

b. Niat Rani Juliani menemui Antasari Azhar

Rani Juliani, menjawab pertanyaan penyidik bahwa dia menge-


nal Antasari Azhar, di lapangan Golf Modern Land. Antasari sebagai pa-
main golf, sementara Rani adalah seorang Caddie. Menurut cerita Rani
Juliani kepada penyidik, dia menemui Antasari, karena dia sudah tidak
mau lagi mai golf di lapangan Modern Land, sebab Antasari merasa ti-
dak senang dengan management Modern Land, yang pernah meminta
Antasari membayar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) ketika sedang ada
turnamen golf, sedangkan Antasari tidak ikut dalam turnamen. Dalam
keterangannya Rani Juliani menjelaskan bahwa penarikan uang terse-
but adalah kesalahan managemen.71

Tidak ada yang aneh dan ajaib dari cerita Rani Juliani dalam per-
temuan dengan Antasari, yang dikatakan terjadi pada bulan Mei 2008
di Hotel Mahakam ini. Diterangkan oleh Rani bahwa pertemuan ter-
sebut memakan waktu lebih kurang satu jam tiga puluh menit (1.30).
Meskipun dikatakan, sewaktu hendak pulang Rani diberi uang sebesar
US$.300.72

c. Pembunuhan karakter Antasari Azhar

Jawaban atas pertanyaan penyidik ini masih belum dijawab de-


ngan cerita panjang oleh Rani Juliani. Meskipun upaya pembunuhan
terhadap karakter Antasari Azhar sudah dimulai, ketika menjawab per-
tanyaan penyidik tentang kegiatan yang dilakukan di Hotel Mahakam
pada petemuan kedua.73

Apa yang dikesankan oleh Rani Juliani dalam pemeriksaan ini,


bahwa dia diberikan izin oleh Almarhum Nasrudin Zulkarnaen untuk
menemui Antasari Azhar. Sebab menurut keterangan Rani Juliani dia
diantar oleh Almarhum Nasrudin Zulkarnaen hingga lobby Hotel Maha-
kam dengan pesan agar hand phone dihidupkan, sehingga bisa dimo-

71 Ibid hlm, 3.
72 Loc.cit
73 Antasari Azhar dalam keterangannya menyatakan bahwa pertemuan dengan Rani
Juliani hanya satu kali sesuai BAP Antasari Azhar tanggal 4 Mei 2009, jawaban no.11.
Dan pertemuan tersebut hanya sekitar 10-15 menit, jawaban BAP Antasari Azhar
tanggal 6 Mei 2009, No. 39
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
46 ANTASARI AZHAR

nitor. Meskipun dikatakan bahwa Rani Juliani tidak mengetahui maksud


dari Almarhum Nasrudin Zulkarnaen memberikan izin untuk bertemu
dengan Antasari di Hotel Mahakam tersebut.74

Pada pemeriksaan tanggal 19 Maret 2009, sekitar pukul 16.00,


Rani Juliani diperiksa oleh penyidik Komisari Polisi Jairus Saragih dan
Briptu Suryaningrat. Dalam pemeriksaan kali ini gaya bertuturnya Rani
Juliani agak jauh berbeda dengan ketika dua diperiksa oleh AKP Supri-
yanto S.H dan Aiptu Sugianto, S.H tanggal 15 Maret 2009.

Berita Acara Pemeriksaan ini, seperti layaknya BAP, meskipun me-


rupakan pengulangan pertanyaan dari pemeriksaan tanggal 15 Maret
2009, tetapi jawaban Rani Juliani terhadap pertanyaan penyidik seperti
cerita pendek yang bisa kita baca di cerita picisan yang mulai mengum-
bar cerita murahan dengan selingan cerita berbau seksual. Cerita Rani
Juliani luar biasa panjang, dan menggunakan bahasa yang agak ber-
beda dengan pemeriksaan sebelumnya dan pemeriksaan sesudah itu.

Dalam memberikan jawaban atas pertanyaan, ada yang sampai


tiga halaman seperti menjawab pertanyaan nomor 41, antara lain di-
katakan,

“ Waktu itu ada Pak Sidik lagi bermain dengan pak Antasari Azhar
yang baru menjabat sebagai Ketua KPK. Setelah itu saya men-
coba say hello kepada Pak Antasari yang selesai bermain golf di
Modern dan sedang makan di restaurant. Tapi pak Antasari sa-
ngat berubah. Sikapnya tidak seperti dulu sewaktu beliau main
golf dengan Pak Dibyo, dan sebelum menjabat Ketua KPK. Saya
pun maklumi, karena sekarang beliau harus menjaga sikap dan
privasinya saat ini didepan umum. Saya pun bertemu kembali
dengan pak Francis, Pak Dibyo, player-player langganan saya se-
waktu masih di caddie. Seneng deh”.75

Pada bagian lain jawaban Rani menyatakan,

“Dalam hati saya rasa tidak percaya dan senang, dihadapan saya

74 Ibid hlm.5;
75 BAP Rani Juliani tanggal 19 Maret, jawaban no.41, hlm 5;
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 47

ada seorang pejabat tinggi yang biasa saya lihat di televisi dan
sekarang berada didepan saya. Sekitar 1 jam setengah kita bicara,
tiba-tiba saya ditilpon suami saya dan saya mengangkat tilpon di
depan pak Antasari, suami saya menanyakan saya berada dima-
na, tapi saya bohong, saya bilang saya dirumah Tuti teman saya.
Lalu suami saya menyuruh saya pulang karena dia mau kerumah.
Tanpa lama-lama saya minta izin untuk pulang. Sebelum pulang
saya diberi uang sebesar 300 USD. Pak Antasari bilang “ ini buat
kamu naik taksi”.76

Kemudian jawaban Rani diteruskan,77

“ Saya langsung berangkat dari rumah jam 13.00 dan sebelum-


nya saya sudah bertemu suami saya di dekat RS Harapan Kita.
Saya dan suami naik taksi sama-sama menuju Grand Mahakam,
dalam perjalanan suami saya berpesan “nanti kalau dapat kabar
lantai dan nomer kamarnya kamu langsung beritahu saya, dan
ingat tilpon kamu harus on terus, supaya saya bisa monitor kamu
di dalam kamar”.

“ Disitu saya bicara dengan Antasari mengenai golf modern, pe-


kerjaan beliau dan bicara tentang SK yang pernah dipertintahkan
oleh suami saya. Di tengah pembicaraan Antasari minta dipijat di
tempat tidur tapi saya menolak, saya bilang “sini aku pijat” saya
pijat beliau di atas sofa masih dengan menggunakan pakaian
lengkap. Saya tahu saya sedang disadap lewat tilpon oleh suami
saya...... suami saya tilpon lagi dan saya angkat “kenapa hpnya
dimatikan ? saya bilang hpnya harus terus di aktifkan, kamu ini
bagaimana ? saya hanya menjawab ya. Tak lama setelah itu saya
ijin pulang dan diberi uang sebesar 500 USD. Saya pamit pulang,
setelah membuka pintu dan ingin keluar tiba-tiba saya melihat
suami saya berada didepan pintu dan lengsung mendorong saya
masuk kembali kedala kamar. Saya dan Antasari sangat kaget. Su-
ami saya marah-marah dan menampar saya, saya menangis dan
dia kelihatan amat marah, menuduh dan memarahi Antasari......”.

76 Ibid hlm 6;
77 Ibid hlm 7;
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
48 ANTASARI AZHAR

Kalau membandingkan substansi cerita antara keterangan Rani


Juliani pada pemeriksaan 15 Maret 2009 sekira pukul 23.50 dan subs-
tansi cerita pada pemeriksaan tanggal 19 Maret 2009, pukul 16.00,
hampir dapat dikatakan tidak ada perbedaan. Dan runtut ceritapun
sama. Hanya saja yang cukup terasa adalah cita rasa bahasa yang digu-
nakan. Dalam pemeriksaan tanggal 19 Maret 2009 ini unsur dramatisasi
cerita sangat terasa. Kalau bukan mengada-ada atau bukan agak “sakit
jiwa”, tentu kalimat dalam BAP seperti ini tidak mungkin akan ditulis. “....
Tapi pak Antasari sangat berubah. Sikapnya tidak seperti dulu sewaktu
beliau main golf dengan Pak Dibyo, dan sebelum menjabat Ketua KPK.
Saya pun maklumi, karena sekarang beliau harus menjaga sikap dan
privasinya saat ini didepan umum. Saya pun bertemu kembali dengan
Pak Francis, Pak Dibyo, player-player langganan saya sewaktu masih di
caddie. Seneng deh”. Pernyataan ini, tidak masuk akal dikatakan oleh
seorang baru kematian suami.

Dramatisasi cerita inilah yang kemudian dituang dengan cara


yang luar biasa vulgarnya kedalam Surat Dakwaan. Mungkin inilah Su-
rat Dakwaan yang paling vulgar pernah dibacakan di pengadilan di In-
donesia dan kebetulan disiarkan secara langsung oleh TV.

8. KETERANGAN SIGID HARYO WIBISONO

Keterkaitan Antasari Azhar secara langsung dengan pembunuh-


an terhadap pembunuhan almarhum Nasrudin Zulkarnaen berasal dari
keterangan Sigid Haryo Wibisono, dalam pemeriksaan sebagai saksi
pada Hari Rabu tanggal 29 April 2009, sekitar pukul 5.00 WIB.

Dalam menyampaikan cerita pengetahuannya tentang adanya


pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen, Sigid Haryo Wibisono se-
jak awal penyusunan BAP bahwa dia mengetahui dimintai keterangan
sebagai saksi dalam perkara pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen di Ta-
ngerang pada tanggal 14 Maret 2009. Pengetahuan Sigid Haryo Wibi-
sono mengenai pembunuhan ini menurut dia setelah membaca surat
kabar pada saat di atas pesawat ketika dalam perjalanan dari Semarang
menuju Jakarta. Meskipun tidak jelas sejak kapan Sigid Haryo Wibisono
mengetahui adanya pembunuhan tersebut.

Dalam keterangannya, Sigid Haryo Wibisono, memulai dengan


PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 49

menyatakan adanya kaitan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkar-


naen dengan Antasari Azhar, dia mulai dari cerita adanya perkenalan
dengan Wiliardi Wizar melalui Muhammad Agus. Maksud dari perkenal-
an ini adalah untuk meminta dukungan Antasari Azhar dalam promosi
jabatan Wiliardi Wizar.

Menurut keterangan Sigid Haryo Wibisono, setelah pertemuan


dengan Wiliardi Wizar ini kemudian dia memperkenalkan Wiliardi Wizar
kepada Antasari Azhar di rumahnya di Jl. Pati Umus No.35, Jakarta Sela-
tan pada bulan Februari 2009.

Ketika menjawab pertanyaa nomor 13 Sigid Haryo Wibisono me-


nyatakan,

“Yang dibicarakan pada saat pertemuan antara saya, ANTHASARI


AZHAR, WILLIARDI adalah mengenai promosi iabatan di Polri, na-
mun ditengah pembicaraan Bapak ANTHASARI AZHAR mulai ceri-
ta tentang keluhannya yang selama ini ada orang yang meneror
keluarganya serta memerasnya. Dalam pertemuan tersebut karena
saat itu Bapak ANTHASRI AZHAR dalam kondisi batuk saya saat itu
sempat meninggalkan keduanya untuk mengambil obat batuk
china di rumah saya, lalu saat kembali masih saya dengar pembi-
cararn mengenai pemerasan tersebut dan saya dengar jawaban
dari WILLIARDI “SIAP MENGAMANKAN” dan setelah itu WILLIARDI
pulang. Waktu pembicaraan tersebut dilakukan yang ada hanya
kami bertiga sedangkan itu dilakukan di ruang kerja saya, dan un-
tuk Sdr MUHAMMAD AGUS duduk diruangan tamu saya.

Dan setelah pertemuan tersebut antara saya mengetahui anta-


ra WILLIARDI dan ANTHASARI AZHAR, melakukan pertemuan
kembali dirumah Bapak ANTHASARI AZHAR di Perumahan Bumi
Serpong Damai Tangerang. Karena saat itu Bapak WILLIARDI di-
antar oleh sekretaris saya YUDI, dan waktunya malam hari. Dan isi
pembicaraan saya tidak tahu karena saya tidak berada di sana.78

Lebih lanjut ketika menerangkan adanya teror terhadap Antasari


Azhar ini Sigid Haryo Wibisono menyatakan,

78 BAP Sigid Haryo Wibisono, tanggal 29 April 2009, pukul. 5.00, hlm.3.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
50 ANTASARI AZHAR

“Yang saya ketahui tentang masalah ANTHASARI AZHAR hingga


diteror dan diperas oleh NASRUDIN adalah: adanya pertemuan
antara ANTHASARI AZHAR dengan seseorang (tamu-nya) di Hotel
Grand Mahakam Jakarta Selatan, dan disela-sela tamunya pak AN-
THASARI AZHAR mengaku juga kalau kedatangan wanita, dan ter-
nyata wanita tersebut menawarkan member golf di Bumi Serpong
Damai (BSD), setelah pertemuan dengan wanita itu masuklah ke
kamar tersebut sdr NASRUDIN, dan waktu itu NASRUDIN marah-
marah kepada ANTHASARI AZHAR dan mengaku kalau wanita
yang menawarkan member golf adatah istri dari NASRUDIN. Dan
sejak peristiwa tersebut ANTHASARI AZHAR merasa menjadi sapi
perahan dari NASRUDIN, dan kejadian ini terjadi pada iahun 2008
(Antara Pebruari / Maret 2008, tepatnya saya tidak ingat). Kemudi-
an pada Desember 2008 ANTHASARI AZHAR mengeluh kembali
kepada saya karena keluarganya (istri dan Keluarganya) mulai dite-
ror oleh NASRUDIN, dan kejadiannya adalah saat ANTHASARI AZ-
HAR dan keluarga berlibur di Bali pada waktu Tahun Baru 2009”.

Peranan Sigid Haryo Wibisono dalam perkara Antasari Azhar ini,


sangat luar biasa besar. Bahkan dalam pembentukan Tim yang dilaku-
kan oleh Kapolri di bawah pimpinan Kombes Chairul Anwar, Antasari
Azhar tidak mengetahuinya, tetapi Sigid Haryo Wibisono bisa menda-
patkan informasi yang akurat. Dia dapat mengetahui apa saja dan se-
mua yang terjadi pada Antasari Azhar. Adakalanya Sigid berperan seba-
gai mata-mata. Hampir seperti cerita James Bond. Sigid Haryo Wibisono
selalu mengetahui dimana keberadaan Antasari Azhar, karena penga-
wal atau ajudan Antasari Azhar telah diberi uang setiap bulannya oleh
Sigid Haryo Wibisono tanpa sepengetahuan terdakwa Antasari Azhar.
Dan hal itu baru diketahui Antasari Azhar setelah para ajudannya mem-
beritahukannya di penjara, saat dilakukan perpisahan dengan para aju-
dannya itu. Apa kepentingan Sigid Haryo Wibisono dengan keduduk-
an Antasari Azhar, tidak ada yang pernah jelas dan tidak pula ada yang
mempu menjelaskannya.

Pertemuan tanggal 4 Januari 2009 antara Sigid Haryo Wibisono


dengan Chairul Anwar, di Hotel Manhattan, Jl. Casablanca, Jakarta, se-
bagaimana diungkapkan oleh Kompol Helmy Santika di persidangan,
adalah untuk membicarakan masalah adanya peneror yang dialami Ke-
tua KPK Antasari Azhar. Pada kenyataannya tim yang dibentuk atas pe-
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 51

rintah Kapolri saat itu belum resmi dibentuk. Namun, dengan aksesnya
yang ada di Kepolisian Sigid Haryo Wibisono justru sudah terlihat ikut
campur dalam mengarahkan Tim ini. Barulah pada tanggal 5 JANUARI
2009, berdasarkan perintah lisan Kapolri kemudian ditindaklanjuti de-
ngan Surat Perintah No. Pol: Sprin/22/I/2009, dibentuklah Tim Penye-
lidikan terhadap pelaku teror dan pengancaman terhadap Ketua KPK.
Tim ini di bawah Kapolres Jakarta Selatan Kombes Chairul Anwar. Masa
berlakunya tim ini dari 5 Januari 2009 sampai dengan 5 Pebruari 2009.

Dua hari setelah pertemuan Sigid Haryo Wibisono dengan Kombes


Chairil Anwar di Hotel Manhattan itu, Sigid Haryo Wibisono menghubungi
Antasari Azhar melalui tilpon dan mengatakan ingin bertemu terkait per-
masalahan ancaman teror terhadap Antasari Azhar. Tentu saja pernyata-
an Sigid Haryo Wibisono ini mermbuat Antasari Azhar merasa heran dan
kaget, karena Antasari Azhar tidak pernah bercerita kepada siapapun
kecuali ketika secara selintas sewaktu berbicara dengan Kapolri. Ketika
pertemuan terjadi dengan enteng Sigid Haryo Wibisono mengatakan
kepada terdakwa Antasari Azhar. “Kenapa pak Antasari Azhar tidak cerita
pada saya mengenai adanya teror ancaman itu?” karena kaget Antasari
Azhar balik bertanya, “Dari mana Pak Sigid mengetahui hal ini?” Dengan
entengnya Sigid Haryo Wibisono mengatakan, “Saya banyak kenalan di
kepolisian. Jadi, kalau urusan-urusan di kepolisian saya pasti tahu.”

Saat itu, Sigid Haryo Wibisono menginformasikan pula kepada An-


tasari Azhar bahwa Kapolri telah memerintahkan pemebentujkan Tim Pe-
nyelidikan terhadap pelaku teror dan pengancaman terhadap Ketua KPK.
Dari rangkaian cerita ini sebagaimana yang terungkap dalam persidang-
an, maka kita pun patut bertanya-tanya siapa sebetulnya Sigid Haryo
Wibisono yang begitu besar perannya dan memiliki akses ke kepolisian?
Apa kepentinggannya ? Siapa yang mengendalikannya ? Anggota intele-
jenkah dia ? Dengan peran yang luar biasa dari Sigid Haryo Wibisono itu,
tentu tidak berlebihan kalau ada pihak mencurigainya sebagai bagian
dari pelaku konspirasi untuk mengancurkan Antasari Azhar.

9. WILIARDI MENARIK PENGAKUAN DI BAP

Wiliardi Wizar adalah seorang Komisaris Besar Polisi, yang sudah


mengikuti SESPATI Polri. Artinya hanya soal waktu saja akan tersemat bintang
dipundaknya. Ketika bersaksi dalam perkara Antasari Azhar dia mencabut
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
52 ANTASARI AZHAR

pengakuan yang pernah dituangkan dalam BAP. Alasan pencabutan BAP ini
katanya, “Demi Allah, saya bersumpah keterangan di BAP adalah tidak benar.
Wadir, Direktur, dan Kasat-kasat mendatangi waktu pemeriksaan pertama di
BAP. Mereka bilang sasaran kita hanya Antasari. Ini perintah dari atasan. Saya
bilang kalau dari atasan silahkan saja”.

Pengakuan Wiliardi ini bisa jadi benar, karena dalam keterangan-


nya pada tanggal 29 April 2009, tidak menyebutkan adanya pembicara-
an untuk menghilangkan nyawa orang lain. Namun keterangan pada
tanggal 30 April, dikatakan bahwa pertemuan yang dilakukan oleh Si-
gid Haryo Wibisono, Williardi Wizar dan Antasari Azhar di rumah Sigid
Haryo Wibisono adalah untuk menghilangkan nyawa orang lain yang
ada dalam foto yang pernah diterima dari Sigid. Kemudian dikatakan
pula, bahwa yang memerintahkan untuk menghilangkan nyawa orang
lain tersebut adalah Antasari dengan alasan bahwa Nasrudin adalah
orang yang membahayakan.

Keterangan Sigid Haryo Wibisono di atas dibenarkan oleh Wiliardi


Wizar dalam BAP tanggal 2 Mei 2009, yang menyatakan,

“didalam pertemuan tersebut antara saya dengan SIGID HARYO


WIBISONO dan ANTASARI AZHAR adalah membicarakan untuk
menghilangkan nyawa orang yang ada di dalam foto didalam
amplop coklat yang saya pemah terima dimana menurut Pak.
SIGID HARYO WIBISONO orang tersebut adalah bernama NASRU-
DIN, namun saya tidak kenal orang tersebut”.79

Keterangan ini kemudian diperjelas lagi dengan pernyataan,80


“Yang memerintahkan untuk menghilangkan nyawa tersebut
adalah sdr. ANTASARI AZHAR dengan alasan bahwa NASRUDIN
adalah orang yang membahayakan;

Menurut saya yang memiliki kepentingan menghilangkan nyawa


orang tersebut adalah sdr. ANTASARI AZHAR”

79 BAP Wiliardi Wizar, tanggal 2 Mei sebagai Saksi dalam perkara Antasari Azhar pukul
16.30 WIB, butir 12, hlm.2;
80 Ibid butir 13 dan 14, hlm.3;
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 53

Keterangan Wiliardi Wizar ini diberikan demikian, karena seperti


dikatakannya, penyidik hanya akan menjadikan Antasari sebagai sasar-
an. Bahkan dikatakan bahwa dia dijanjikan dijamin oleh pimpinan Polri
dan tidak akan ditahan dan diperbolehkan pulang sebagaimana disam-
paikan oleh Wakabareskrim Irjen Pol Hadiyatmoko. Yang penting perlu
cara terbaik untuk bisa menjerat Antasari. Tetapi ternyata janji ini bukan
hanya untuk menjerat Antasari, namun juga menjerat Wiliardi Wizar,
sebab sejak adanya pengakuan inilah dia juga ditahan dan dijadikan
tersangka.

Dalam berbagai surat kabar diberitakan bahwa peran dari Wil-


iardi Wizar dalam perkara pembunuhan terhadap Nasrudin karena dia
diduga berperan sebagai penghubung dan pencari para eksekutor di
lapangan untuk menembak Nasrudin.81 Meskipun Kabareskrim Mabes
Polri Komjen Pol Susno Duadji membantah anggotanya Kombes Pol
Wiliardi Wizar ikut merancang pembunuhan Direktur Putra Rajawali
Banjaran (PRB) Nasrudin Zulkarnaen. Wiliardi hanya berunding dengan
tersangka lainnya dengan tujuan supaya naik pangkat. “Bukan meran-
cang. Dia ikut cari-cari orang, berunding-berunding. Kan alasannya su-
paya dia naik pangkat,”.82

Namun keterangan Wiliardi Wizar tentang keterlibatan Antasari


Azhar dalam pembunuhan ini mengalami perubahan setelah didam-
pingi oleh Penasehat Hukumnya pada pemeriksaan tanggal 18 Mei
2009, yang menyatakan,

- “pada poin ke 8 (delapan) yang sebelumnya saya mengata-


kan bahwa : Benar saya pemah diperlihatkan gambar Foto
seorang laki-laki dari dalam amplop oleh SIGID HARYO WI-
BISONO dan saat ini saya jelaskan bahwa sebenarnya saya
tidak pemah diperlihatkan.

- pada poin ke ‘12 (dua belas) yang sebelumnya saya menga-


takan bahwa :
didalam pertemuan tersebut antara saya dengan SIGID
81 http://nasional.kompas.com/read/2009/05/06/13562475/Wiliardi.Dicopot.dari.Ja-
batan
82 http://news.detik.com/read/2009/05/05/122806/1126430/10/wiliardi-wizar-terli-
bat-kasus-nasrudin-supaya-naik-pangkat
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
54 ANTASARI AZHAR

HARYO WIBISONO dan ANTASARI AZHAR adalah membi-


carakan untuk menghilangkan nyawa orang yang ada di-
dalam foto didalam amplop coklat dan saat ini saya jelaskan
bahwa sebenarnya adalah untuk mengikuti orang yang ada
didalam foto dalam amplop besar coklat, guna mencari ke-
salahan dan pidananya.

- pada poin ke 13 (tiga belas) yang sebelumnya saya menga-


takan bahwa :
Yang memerintahkan untuk menghilangkan nyawa terse-
but .... saat ini saya jelaskan bahwa sebenarnya adalah untk
mengikuti guna mencari kesalahan dan pidananya

- pada poin ke 14 (tiga belas) yang sebelumnya saya menga-


takan bahwa :
yang memiliki kepentingan menghilangkan nyawa orang
tersebut .... saat ini saya jelaskan bahwa sebenamya adalah
untuk mengikuti guna mencari kesalahan dan pidananya.

Keterangan Wiliardi Wizar ini dia pertahankan hingga diperiksa


sebagai saksi dihadapan persidangan. Dalam persidangan Wiliardi Wiz-
ar secara tegas menyatakan mencabut keterangan dalam BAP tanggal 2
Mei 2009. Sebagaaimana dicatat dalam Berita Acara Sidang,83

“ Bagaimana timbul BAP itu, jadi pada jam 12 malam kami dipe-
riksa didatangi Direktur Reserse Polda Metro Jaya, yamg menga-
takan bahwa perintah atasan kau bikin saja begini, sasaran kita
hanya Antasari Azhar, ini demi Allah saya bersumpah, jadi waktu
itu dikondisikan Direktur, Wadir, Kabag, Kasat, Kasat 3 orang, sa-
saran kita hanya Antasari kau bantu saja, diperlihatkanlah BAP Si-
gid, dibacakanlah kepada saya, kita samakan saja, kalau itu perin-
tah pimpinan silahkan saja, saya bilang, setelah kami membuat
itu besok keluar di TV, dan bapak-bapak tahu besok keluar di TV,
sama SMS Direktur, kalau bapak bisa buka sms terakhir saya to-
long di klarifikasi masalah ini, saya tidak pernah melakukan ini”.

83 Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, hlm. 193.


PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 55

Dalam kesempatan yang sama Wiliardi Wizar juga menyatakan,84

“ Jadi kenapa BAP berubah, pada dasarnya memang sudah kami


ceritakan dengan pengalaman kerja kami, dengan sekolah yang
sudah banyak kami alami, tidak sebodoh itu yang kami lakukan,
kenapa itu berobah karena kami jam 10 pagi, kami didatangi oleh
Wakabareskrim Irjen Pol Hadiyatmoko, datang kepada kami, saya
minta kamu ngomong saja, saya tidak terlibat masalah ini pak saya
bilang, kamu dijamin oleh pimpinan Polri bahwa kamu tidak akan
ditahan, dan kamu akan didisiplinkan saja, benar pak saya salam
dan saya sujud oke, akhirnya jam 12 malam kami dibangunkan
oleh penyidik, saksinya isteri saya, adik saya dan ipar saya, pertama
Direktur ngomong kepada isteri saya dulu, kasih tahu suami kamu
akan dibantu semuanya, baik pak kebetulan tadi pagi kami juga
diomongin siap, sekarang akhirnya sekitar setengah satu kami di-
bangunkan, kami beri penjelasan, silahkan saja anda buat bagai-
mana yang terbaik untuk bisa menjerat pak Antasari, itu demi Allah
yang saya ngomong begitu, lalu dibuat Berita Acara itu pak tanpa
kami baca-baca bismillah saya tandatangani, tapi dengan syarat
kai besok pulang, ya dijamin pulang katanya, setelah itu besoknya
keluar di TV, orang tua saya masuk rumah sakit, anak saya sudah ti-
dak mau sekolah, saya langsung SMS, kalau yang mulia ijinkan bisa
disita itu Hand Phone Direktur Reserse Polda Metro yang nama-
nya Kombes Pol. Mohamad Iriawan apa yang saya katakan, janjimu
mana, tolong klarifikasi saya tidak sebejat itu yang dibilang saya
mencari eksekutorlah, mencari ini, mencari itu, tapi kenyataannya
begini, langsung pada hari itu juga kami ditahan begitu kami kasih
statement itu, lho kok kami ditahan katanya mau dipulangkan, ya
itu perintah pimpinan, makanya setelah dua hari kemudian kami
protes, kami cabut semuanya BAP itu, kenapa itu makanya saya bi-
lang kebohongan-kebohongan, kami cabut semuanya kami bera-
nikan diri, lalu kami bilang pengkhianat dan sebagainya, makanya
kami cabut, setelah pada hari itu kami cabut, BAP-BAP itu lah yang
dibuat sebagai dasar yang dibuat pada jam satu malam tersebut,
dasarnya bukan BAP yang tanggal 29 April 2009, dasarnya yang
sudah dibuat oleh penyidik kai tanda tangani dan itulah dasarnya,
......dasarnya kesana lagi buklan BAP yang pertama, kalau begini

84 Ibid Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, hlm. 194;


K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
56 ANTASARI AZHAR

BAP kamu tidak bisa menjerat Antasari, akhirnya kami ikuti semua-
nya sampai dengan rekonstruksi kami masih ikuti, kai terima am-
plop coklat dari pak Antasari, padahal itu tidak benar”.

Bahkan ditengah persidangan secara tegas Wiliardi Wizar meminta


maaf kepada Antasari Azhar,85 sebab menurut Williardi, dia merasa ber-
dosa mau mengikuti keingianan para petinggi polri yang memintanya
membuat BAP yang tidak benar dan harus menjerat Antasari sebagai pe-
laku utama pembunuhan Nasrudin. “Waktu itu dikondisikan sasaran kita
cuman Antasari. (Lalu BAP saya) disamakan dengan BAP Sigid (Haryo Wi-
bisono), dibacakan kepada saya,”.86

Sebagaimana dicatat oleh Kompas, Williardi juga mengaku dicap


sebagai pengkhianat oleh teman-teman sejawatnya ketika ia protes di-
jadikan tersangka dan dianggap terlibat dalam kasus pembunuhan dan
ditahan. Protes Wiliardi ini tidak ada gunanya, bahkan protes kerasnya
itu ditanggapi dingin dan acuh tak acuh oleh penyidik. Bahkan ada pe-
nyidik yang menyatakan “Itu perintah pimpinan,” ketika dia bertanya
alasan penahanan terhadap dirinya. Penasaran siapa yang dimaksud
dengan pimpinan, Tim Kuasa Hukum Antasari yang diketuai Juniver Gir-
sang bertanya kepada Williardi siapa yang dimaksud pimpinan. “Kalau
bicara pimpinan, pimpinan kami ya Kapolri,” jawab Williardi lantang.87

Pada pemeriksaan tanggal 13 Mei 2009 yang didampingi oleh


Penasehat Hukumnya Williardi, memperbaiki keterangan yang pernah
disampaikannya pada pemeriksaan tanggal 30 April 2009. Dikatakan-
nya bahwa pertemuan antara Sigid, Williardi dan Antasari di rumah
Sigid adalah untuk mencari orang yang dapat mengikuti secara terus
menerus orang yang fotonya ada dalam amplop yang pernah diterima
dari Sigid. Dikatakan pula bahwa Antasari tidak pernah memerintahkan
untuk melenyapkan, tetapi diperintahkan untuk mengikuti orang yang
fotonya ada dalam amplop.

Perubahan keterangan ini tentu ada sebabnya. Bisa juga karena

85 http://nasional.kompas.com/read/2009/11/10/18324439/Williardi.Minta.Maaf.
pada.Antasari
86 http://nasional.kompas.com/read/2009/11/10/21145289/inilah.kesaksian.williar-
di.yang.menghebohkan.itu
87 Loc.cit
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 57

adanya iming-iming dari penyidik atau juga karena adanya janji-janji


tertentu dari penyidik seperti yang dia akui dihadapan persidangan.
Sebab fungsi penyidikan itu secara umum adalah rangkaian tindakan
penyidik untuk mencari dan mengumpulkan bukti untuk memperjelas
satu peristiwa pidana guna menentukan tersangkanya. Untuk memper-
jelas peristiwa pidana guna menentukan tersangka itu dilakukan de-
ngan cara memeriksa saksi.

10. Kronologi Lengkap Pengungkapan Kasus Pembunuhan


Nasrudin menurut Polisi

Setelah berkutat selama waktu sekitar satu setengah bulan, dan


secara perlahan polisi berhasil mengungkap tabir dibalik kasus pembu-
nuhan Direktur PT PRB Nasrudin Zulkarnaen Iskandar. Tidak banyak hal
bisa diketahui oleh umum proses pengungkapan kasus pembunuhan
ini. Meskipun dari pemberitaan Surat Kabar atau media online dan TV,
pihak kepolisian menjelaskan bahwa pengungkapan ini berawal dari
kesaksian para saksi di lokasi penembakan, kemudian polisi menemu-
kan motor Yamaha Scorpio yang digunakan pelaku penembakan.

Pertama sekali pihak kepolisian menangkap Heri Santosa, penge-


mudi Yamaha Scorpio itu di kawasan Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta
Selatan. Heri ini adalah orang yang diuga membonceng penembak al-
marhum Nasrudin Zulrkarnaen. Berasarkan pengakuan Heri, kemudian
secara perlahan nama para tersangka lainnya terungkap. Akhirnya sam-
pai Komisaris PT Pers Indonesia Merdeka (PIM) Sigid Haryo Wibisnono
dan Kombes Pol Wiliardi Wizar kemudian juga ditangkap.

Ketika memberikan keterangan pers di Mapolda Metro Jaya, Senin


(4/5/2009), pada saat pemeriksaan terhadap Antasari Azhar sebagai saksi,
Kapolda Metro Jaya dengan gamblang menjelaskan kronologi peng-
ungkapan kasus pembunuhan Nasrudin ini. Meskipun ketika memberi-
kan keterangan pers tersebut Kapolda juga belum menyebutkan motif
pembunuhan terhadap Nasrudin. Kapolda hanya menyebutkan Antasari
diduga sebagai aktor intelektual di balik pembunuhan tersebut sehingga
ditetapkan sebagai tersangka. Tetapi hari inilah Antasari Azhar diperiksa
sebagai saksi, kemudian ditetapkan dan diperiksa sebagai tersangka. Da-
lam keterangan ini Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Wahyono mengumum-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
58 ANTASARI AZHAR

kan bahwa status Antasari Azhar sudah ditetapkan sebagai tersangka


berdasarkan hasil pemeriksaan.88

Menurut Catatan Kompas.com,

“Pembunuhan Direktur Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkar-


naen dilakukan secara terencana dan melibatkan banyak pelaku.
Antasari diduga sebagai aktor intelektual di balik pembunuhan
tersebut sehingga ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat pa-
sal 340 KUHP dengan ancaman maksimal hukuman mati.

Demikian penjelasan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Wahyono usai


pemeriksaan yang berlangsung Senin (4/5) pagi hingga petang.
Nama Antasari Azhar muncul setelah polisi menggali informasi
dari tersangka sebelumnya yang telah ditahan. Total ada 11 ter-
sangka yang terseret kasus pembunuhan ini.

Masing-masing Daniel (D) sang eksekutor, Edo (E) sebagai pem-


beri order, Henrikus Kia Walen (H) sebagai penerima order, Heri
Santoso (HS) sebagai pengendara motor, A dan C sebagai pe-
mantau lapangan saat eksekusi, AM sebagai pemantau kebiasa-
an korban, Wiliardi Wizard (WW) dan Jerry Kusuma (JK) sebagai
penghubung, SHW sebagai penyandang dana, dan AA sebagai
aktor intelektual.

Penangkapan-penangkapan itu, lanjut Wahyono, dilakukan se-


telah pihaknya mendengarkan keterangan-keterangan awal dari
beberapa saksi yang menyaksikan penembakan itu. Keterangan
saksi-saksi itu mengungkap identitas sepeda motor yang diguna-
kan pelaku yakni jenis Yamaha Scorpio. Dari penelusuran terha-
dap sepeda motor itulah Polisi menangkap Heri Santoso (HS) dan
menyita sepeda motor tersebut”.89

Dikatakan oleh Kapolda “Berdasar pemeriksaan yang berlang-


sung tadi, maka ia telah dinaikkan statusnya sebagai tersangka. Tetapi
88 http://nasional.kompas.com/read/2009/05/04/17104195/Antasari.Azhar.Resmi.
Tersangka
89 http://nasional.kompas.com/read/2009/05/05/03121713/Inilah.Kronologi.Peng-
ungkapan.Pembunuhan.Nasrudin
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 59

kita tunggu hasil pemeriksaan selanjutnya apakah ditahan atau tidak


tergantung hasil pemeriksaan hari ini”. Meskipun faktanya pada hari ini
Antasari ditahan. Dalam keterangan persnya yang dihadiri oleh Kadiv
Propam Mabes Polri Kombes Oegroseno, Dir Reskrimum Polda Metro
Jaya Komisaris Besar M Iriawan, Dir I Keamanan Trans Nasional Bareskrim
Mabes Polri Brigjen Bachtiar Tambunan, dan Kadiv Humas Mabes Polri
Irjen Pol Abubakar Nataprawira, penetapan Antasari sebagai tersangka
karena adanya pengakuan dari Sigid Harto Wibisono yang mendapat
pekerjaan dari Antasari Azhar.

Dalam keterangan pers secara tertulis sebagaimana dikutip


oleh detikcom ini Kapolda sudah mengungkap motif dan peran dari An-
tasari Azhar.

Berikut kronologi lengkap yang dikutip dari detikcom: 90


1. Dari hasil olah TKP yang dilakukan Tim Labfor Mabes Polri
dan hasil analisa dari keterangan saksi yang ada di TKP di-
peroleh informasi bahwa pelaku menggunakan sepeda mo-
tor Yamaha Scorpio warna biru dan dibuatkan sketsa wajah
pelaku dari keterangan saksi Sarwin yang berada di dekat
TKP. Sarwin merupakan saksi yang saat kejadian penembak-
an, berada hanya 5 meter dari mobil Nasrudin.

2. Selanjutnya dilakukan penyelidikan dan diperoleh informasi


adanya seseorang yang memiliki kendaraan roda dua de-
ngan ciri-ciri seperti yang di TKP dengan pemilik bernama
Heri Santosa, beralamat di Menteng Atas Kecamatan Se-
tiabudi, Jakarta Selatan. Setelah dilakukan pengecekan ke
alamat tersebut, ditemukan sebuah sepeda motor Yamaha
Scorpio warna biru no pol B 6862 SNY dan selanjutnya di-
lakukan penangkapan terhadap tersangka Heri Santosa. Heri
Santosa mengaku sebagai pengemudi sepeda motor (pilot)
dalam penembakan terhadap korban Nasrudin.

3. Heri Santosa mengaku saat kejadian dia mengendarai kenda-


raan tersebut bersama-sama dengan Daniel yang melakukan

90 http://us.detiknews.com/read/2009/05/04/163257/1126035/10/kronologi-leng-
kap-pengungkapan-kasus-pembunuhan-nasrudin
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
60 ANTASARI AZHAR

penembakan sebanyak dua kali terhadap korban dari arah


sisi kiri kendaraan BMW B 191 E warna silver di Jalan Hartono
Raya Kompleks Modern Land, sekitar 900 meter dari lapangan
Golf Modern Land Tangerang pada Sabtu, 14 Maret 2009 se-
kitar pukul 14.00 WIB, sesaat setelah korban selesai bermain
golf. Dalam pemeriksaan, diperoleh keterangan bahwa Heri
Santosa dan Daniel mendapatkan pesanan untuk melakukan
pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen dari Hendrikus Kia Walen.

4. Selanjutnya dilakukan penangkapan terhadap Hendrikus Kia


Walen di Menteng Dalam Atas Jakarta Pusat. Rumah Hendri-
kus hanya berjarak sekitar 50 meter dari rumah Heri Santosa.
Pengakuan Hendrikus, di lokasi penembakan saat itu adalah
Heri Santosa (sebagai pilot), Daniel (sebagai eksekutor) de-
ngan menggunakan sepeda motor Yamaha Scorpio warna
biru, sementara Fransiskus Alias Ansidan sdr SEI (sebagai
pengawas) dengan menggunakan kendaraan Avanza B 8870
NP. Hendrikus Kia Walen sebagai penerima dan pemberi or-
der. Dari keterangan Hendrikus diketahui bahwa Hedrikus me-
nerima uang sebesar Rp 400 juta dari Edo, dengan perincian:
dibagikan ke masing-masing Heri Santoso Rp 70 juta, Daniel
Rp 70 juta, Amsi Rp 30 juta, Sei Rp 20 juta, dan sisanya untuk
Hendrikus serta biaya operasional sebesar Rp 100 juta.

5. Dari hasil pemeriksaan terhadap Hendrikus diketahui bahwa


senjata api yang digunakan jenis Revolver kaliber 38 berikut
peluru 6 butir yang masih ada di dalam silinder, dua sudah
ditembakkan dan empat masih belum ditembakkan yang
ditanam di halaman rumah di Tebet Jakarta Selatan. Selan-
jutnya senjata api itu disita dan dilakukan uji balistik Labfor
Mabes Polri. Hasilnya, peluru itu identik dengan anak peluru
yang ditemukan di tubuh Nasrudin.

6. Dari pengakuan Hendrikus, diperoleh keterangan tentang


keberadaan Fransiskus. Polisi akhirnya menangkap Fransis-
kus alias Amsi di Batu Ceper Kali Deres Jakarta Barat. Saat
diperiksa, Amsi mendapat uang Rp 30 juta, kemudian Hen-
drikus memberi dana operasional kepada Fransiskus sebesar
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 61

Rp 15 juta untuk membeli senjata api dan sebesar Rp 5 juta


untuk menyewa kendaraan Avanza.

7. Dari hasil pemeriksaan Heri Santosa, dilakukan penangkap-


an terhadap Daniel (penembak/eksekutor) di Pelabuhan Tan-
jung Priok sewaktu pulang dari Flores dengan menggunakan
kapal laut Silimau. Saat diperiksa, Daniel mengaku menda-
patkan pesanan penembakan terhadap Nasrudin dengan
mendapat imbalan uang Rp 70 juta.

8. Kepada polisi, Hendrikus mendapat pesanan penembakan


terhadap Nasrudin dari Eduardus Ndopo Mbete alias Edo.
Kemudian polisi menangkap Edo di rumahnya di Jalan Jati
Asih Bekasi. Edo mengakui dan membenarkan pengakuan
Hendrikus. Kemudian dilakukan pendalaman terhadap Edo
untuk mengetahui motif dan siapa yang menyuruh Edo un-
tuk melakukan penembakan terhadap Nasrudin.

9. Saat diperiksa, Edo mengaku mendapat perintah untuk mem-


bunuh korban dari Wiliardi Wizar (Kombes Polisi). Edo bisa
bertemu Wiliardi atas prakarsa Jerry. Sebelumnya Wiliardi
meminta Jerry untuk mencari orang yang dapat melakukan
pembunuhan terhadap Nasrudin. Untuk itu, Jerry kemudian
mengatur pertemuan Wiliardi dengan Edo di Halai Bowling
Ancol. Selanjutnya dilakukan penangkapan terhadap Jerry di
Perumahan Permata Buana Jakarta Barat.

10. Jerry mengaku bahwa Wiliardi bertemu dirinya di Halai Bowl-


ing Ancol untuk mencari orang yang dapat melakukan pem-
bunuhan terhadap Nasrudin. Saat itu, dia mempertemukan
Wiliardi dengan Edo. Saat itu, Edo dijanjikan imbalan Rp500
juta. Pada pertemuan itu, diserahkan foto korban dan foto
mobil yang biasa digunakan korban kepada Edo.

11. Kepada polisi, Edo mengaku menerima uang sebesar Rp 500


juta dari Wiliardi di lapangan parkir Citos (Cilandak Town
Square) Jakarta Selatan. Berdasarkan keterangan Edo dan
Jerry, selanjutnya dilakukan penangkapan terhadap Wiliardi
Wizar di Taman Ubud Lippo Karawaci Tangerang.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
62 ANTASARI AZHAR

12. Dari pemeriksaan Wiliardi, diperoleh keterangan bahwa uang


yang diserahkan kepada Edo berasal dari Sigid Haryo Wibisono
dan atas sepengetahuan Antasari. Sebab, saat Sigid memberi-
kan Rp 500 juta kepada Wiliardi, Sigid menelepon Antasari un-
tuk mengkonfirmasi penyerahan uang tersebut sebagai biaya
operasional di lapangan. Maka pada hari Selasa 28 April 2009,
polisi menangkap Sigid di Jalan Pati Unus 35 Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan.

13. Dari hasil pemeriksaan Wiliardi dan Sigid diperoleh keterang-


an bahwa yang mempunyai keinginan untuk menghilang-
kan nyawa Nasrudin adalah Antasari Azhar. Sebab, Nasrudin
sering meneror dan memeras Antasari dengan ancaman
akan membongkar perselingkuhan Antasari dengan istri siri
Nasrudin bernama Rani yang terjadi Hotel Grand Mahakam
Kebayoran Baru Jaksel sekitar bulan Mei 2008. Karena an-
caman tersebut dirasakan sudah sangat mengganggu baik
diri pribadi maupun istri dari Antasari, maka Sigid menghu-
bungi Wiliardi untuk meminta bantuan pembunuhan terha-
dap Nasrudin. (asy/nrl)

11. Kasus Antasari terkait politik

Adalah pengamat intelijen, Dr AC Manulang,91 yang memberikan


penilaian bahwa kasus pembunuhan yang melilit Ketua Komisi Pem-
berantasan Korupsi Antasari Azhar bukan hanya skandal cinta segitiga,
melainkan sudah lama direncanakan pihak tertentu untuk merusak citra
KPK. Dikatakan oleh AC Manulang bahwa ada tujuan yang yang lebih
besar yaitu menggoyang kredibilitas Presiden Susilo Bambang Yudho-
yono yang berkomitmen mendukung upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia.

Ketika menyampaikan pendapatnya, menurut Manulang perkara


ini terkait dengan politik, terutama berhubungan dengan pemilihan
Presiden. Dicatat oleh Kompas,

91 http://nasional.kompas.com/read/2009/05/04/06430727/Pakar.Intelijen.Antasari.
Masuk.Perangkap
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 63

”Kalau Antasari ditangkap, citra yang selama ini dibangun SBY


dalam memberantas korupsi semakin jelek. Begitu juga kalau
Antasari dibebaskan, lembaga yang dipimpinnya, yaitu KPK, akan
berimbas menjadi jelek. Artinya, seluruh masyarakat, termasuk
dunia, sudah menyoroti kasus ini. Ini jelas ada yang bermain,”.92

Namun pendapat AC Manulang ini jauh berbeda dengan pen-


dapat Politikus Partai Golkar, Bambang Soesatyo. Pendapat Manulang,
perkara Antasari ini tidak terkait dengan kepentingan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Sedangkan Politikus Partai Golkar, Bambang Soe-
satyo berpendapat bahwa kasus pembunuhan tersebut digulirkan ka-
rena berhubungan dengan pengadaan dan pemenang tender IT KPU.
Pemenang IT KPU tersebut adalah pengusaha yang sangat dekat de-
ngan lingkungan istana. Serta Antasari yang berani mengungkap kasus
korupsi Bank Indonesia yang menjebloskan besan Presiden Susilo Bam-
bang Yudhoyono, Aulia Pohan.93

Sebagaimana dicatat oleh Kompas.com94 ditulis,


“Antasari Azhar, terdakwa kasus pembunuhan Direktur PT. Putra
Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, diduga korban permain-
an politik. Disinyalir, tuduhan kasus pembunuhan yang dilimpah-
kan kepadanya “diadakan” hanya sekedar untuk menutupi kasus
dugaan korupsi pengadaan ICR (Identity Character Recognation)
- IT (Information Technology) KPU (Komisi Pemilihan Umum)
pada pemilihan legislatif 2009. Saat itu, beliau masih menjabat
sebagai Ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan tengah
menyelidiki kasus dugaan korupsi tersebut”.

Kalau mengikuti pemberitaan, yang melontarkan adanya duga-


an rekayasa dalam perkara Antazari Azhar ini, bukan hanya datang dari
Bambang Soesatyo, tetapi juga datang dari Aboebakar Al Habsyi Politisi
PKS,95 yang menyatakan bahwa dugaan adanya rekayasa dalam perkara

92 Loc.cit;
93 http://news.okezone.com/read/2011/12/16/339/543181/skenario-apa-dibalik-
pembunuhan-karakter-antasari-azhar
94 http://nasional.kompas.com/read/2011/12/16/13011265/Skenario.Apa.di.Balik.
Pembunuhan.Karakter.Antasari
95 http://www.rakyatmerdekaonline.com/read/2011/09/14/39208/PKS-Semakin-Ya-
kin-Ada-Rekayasa-Kasus-Antasari-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
64 ANTASARI AZHAR

Antasari Azhar, terutama dengan adanya pengabaian kepatutan dalam


prosedur beracara, misalkan mengabaikan keterangan saksi ahli IT dan
forensik, tidak membuktikan dengan patut bukti sms, tidak menghadir-
kan baju dan celana korban, hingga dinilai terlalu aktif ketika meme-
riksa Rani.

12. BERITA ACARA PENGUNGKAPAN KASUS

Setiap kasus selalu ada hal yang dilakukan dari awal, yaitu Berita
Acara Pengungkapan kasus. Berita acara pengungkapan kasus ini se-
banarnya bukan hanya catatan administrasi bagi penyidikan perkara.

Dalam Berita Acara Pengungkapan Kasus, tanggal 26 April 2009,


yang dibuat oleh Penyidik Ajun Komisarsi Polisi Tahan Marpaung dan di
setujui oleh AKBP Nico Afinta, SIK, SH dinyatakan antara lain,
a. butir 19 bahwa pada tanggal 28 April 2009 telah dilakukan
penangkapan terhadap Sigid Haryo Wibisono;
b. butir 21, bahwa pada tanggal 4 Mei 2009, penyidik melaku-
kan pemeriksaan dan penahanan terhadap Antasari Azhar;

Penyebutan adanya pemeriksaaan dan penahanan terhadap An-


tasari Azhat dalam Berita Acara Pengungkapan Kasus tanggal 26 April
2009, yang menceritakan tanggal 28 April da tanggal 4 Mei 2009, de-
ngan mudah akan dikatakan sebagai kesalahan administratif. Kesalahan
administratif seperti ini meskipun manusiawi terjadi, tidak layak secara
professional, bukan saja karena kasus ini yang menarik perhatian masya-
rakat, tetapi karena kasus ini menyangkut hak asasi dan kehormatan har-
kat serta martabat pimpinan KPK.

Terhadap Berita Acara Pengungkapan Kasus ini Hotma Sitompul


dicatat menyatakan,96

“Dia mengatakan, pembuatan berita acara pengungkapan kasus


yang telah dibuat 8 hari sebelum ditetapkannya Antasari sebagai
tersangka, menyebabkan terjadinya manipulasi-manipulasi oleh
para penyidik.

96 http://nasional.vivanews.com/news/read/127265-_harusnya_jaksa_masuk_per-
satuan_cenayang_
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 65

Hotma mempertanyakan bagaimana bisa membuat berita acara


sebelum memeriksa.

“Jaksa Penuntut Umum sebaiknya mendaftarkan diri pada persa-


tuan cenayang,”

13. PENCEKALAN ANTASARI AZHAR

Berita Surat Kabar yang mengharu biru jagad hukum dan poilitik
Republik Indonesia bahwa Antasari Azhar telah ditetapkan sebagai ter-
sangka pembunuhan dan penembakan Direktur PT Putra Rajawali Banja-
ran Nasrudin Zulkarnaen berasal dari Kepala Pusat Penerangan dan Hu-
kum Kejaksaan Agung M. Jasman Panjaitan. Pengumuman itu disampai-
kan kepada para wartawan dalam jumpa Pers digedung Kejaksaan pada
hari Jumat, tanggal 1 Mei 2009. Selain mengumumkan status tersangka
Antasari Azhar, Kepala Pusat Penerangan dan Hukum Kejaksaan Agung
M. Jasman Panjaitan juga mengumumkan pencekalan terhadap Antasari
Azhar. Bukan itu saja yang diumumkan, karena dalam pengumuman ter-
sebut dikatakan juga bahwa Antasari Azhar adalah sebagai pelaku intel-
lectual. Dalam Kompas.com tanggal 1 Mei jam 18.33 wib diberitakan,

“Kami terima surat pemberitahuan dari Mabes Polri untuk Keja-


gung dan Pimpinan Ketua KPK yang isinya bahwa penyidik Po-
lri sedang melakukan penyidikan terhadap kasus pembunuhan
berencana terhadap diri korban Nasrudin Zulkarnaen di wilayah
Tangerang. Salah satu tersangka pelaku intelektual kasus pembu-
nuhan berencana ini adalah Antasari Azhar,” ujar Kapuspen Keja-
gung RI Jasman Panjaitan kepada wartawan di Kejagung, Jakarta,
Jumat (1/5).

Menurut Jasman, Kejaksaan telah menerima surat dari Mabes Po-


lri termasuk permintaan pencekalan terhadap tersangka Antasari.

“Kami mendapat surat resmi dari Mabes 30 April 2009 dengan


permintaan untuk mencekal yang diduga terlibat dengan tindak
pidana. Jadi, mulai hari ini, kami lakukan pencekalan terhadap
yang bersangkutan di seluruh wilayah di Indonesia,” ujarnya.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
66 ANTASARI AZHAR

Pada pihak lain sebagaimana dicatat oleh Hukumonline pada


tanggal 1 Mei 2009, bahwa,

”…… Dari sejumlah tersangka, Kejaksaan hanya mengajukan


pencekalan terhadap Antasari.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Abu Bakar Nataprawira, mem-


bantah telah menetapkan Antasari sebagai tersangka. “(Status
Antasari sebagai tersangka) itu tidak bisa langsung dibuka kalau
penyidikan belum selesai.” Abu Bakar juga mengaku tak tahu me-
nahu tentang pencekalan Antasari.”

Sungguh sulit untuk dapat memahami maksud dan tujuan dari


Kepala Pusat Penerangan dan Hukum Kejaksaan Agung M. Jasman Pan-
jaitan, mengumumkan masalah yang sebenarnya belum menjadi masa-
lah Kejaksaan Agung. Yang lebih tidak mampu dimengerti lagi adalah
isi berita Kompas.com Jumat, 1 Mei 2009 | 14:52 WIB, mencatat,

“Direktur Penindakan dan Penyidikan Ditjen Keimigrasian Much-


dor membenarkan pencekalan terhadap Ketua Komisi Pembe-
rantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar kemarin sore atas perintah
Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) Wisnu Subroto.

“Ya, kemarin sore ditelepon Jamintel pukul 17.30 sore untuk


mencegah dia ke luar negeri,” ujar Muchdor kepada wartawan di
Jakarta, Jumat (1/5).”

Dalam kondisi normal tentu pertanyaan yang muncul, apa begitu


mudahnya pencekalan dilakukan di negeri ini. Hanya dengan tilpon dari
Jaksa Agung Muda Intelijen saja pencekalan sudah dapat dilaksanakan.
Apa dengan begitu saja Jaksa Agung Muda Intelijen dapat meminta pen-
cekalan terhadap seseorang. Apalagi secara faktual, pencekalan ini dilaku-
kan terhadap seorang pejabat tinggi Negara. Tidak ada lagi kehormatan
jabatan. Kehormatan jabatan diabaikan, karena ketidak sukaan terhadap
pejabatnya. Padahal, yang harus dihormati itu adalah jabatan seseorang.
Jabatan itu akan selalu ada, tetapi pejabatnya bisa setiap saat berganti.
Sulit difahami etik hidup berbangsa dan bernegara seperti apa yang hen-
dak dikembangkan oleh para Pejabat Kejaksaan Agung ini.
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 67

Kalau berita yang bersumber dari Kejaksaan Agung ini, dikaitkan


dengan apa yang dikemukakan di atas, maka pelanggaran hak-hak An-
tasari Azhar oleh institusi yang membesarkannya ini, mungkin seperti
cerita yang berkembang selama ini bahwa Antasari Azhar seperti si ma-
linkundang. Malinkundang yang perlu dihajar dan hantam ketika sedang
mengalami musibah. Dalam arti ada kesengajaan untuk menghancurkan
karir dan merusak harkat serta martabatnya. Tidak perlu lagi diperhatikan
bahwa berita tersebut melanggar hak asasi tersangka atau tidak, tidak
jadi masalah. Yang penting bahwa Antasari Azhar harus dipermalukan.
Kredibilitas Antasri harus dihancurkan. Nama baiknya harus dibusukkan.

Secara faktual, Antasari Azhar mengetahui kedudukan sebagai


tersangka sesudah selesai pemeriksaan sebagai saksi yang dilakukan
pada tanggal 4 Mei 2009. Pemberitahuan kedudukan sebagai tersangka
tersebut kemudian diikuti pemeriksaan sebagai tersangka, dan kemudi-
an diberikan Surat Perintah Penahanan tanggal 4 Mei 2009. Mengenai
hal ini Kompas.com97 mencatat,

“Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Wahyono mengumumkan bahwa


status Antasari Azhar sudah ditetapkan sebagai tersangka berda-
sarkan hasil pemeriksaan. Namun, ia tak menyebut motif dalam
kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen karena pemeriksaan
masih berlangsung.

“Berdasar pemeriksaan yang berlangsung tadi, maka ia telah di-


naikkan statusnya sebagai tersangka. Tetapi kita tunggu hasil
pemeriksaan selanjutnya apakah ditahan atau tidak tergantung
hasil pemeriksaan hari ini,” ujar Wahyono dalam jumpa pers sore
ini di Polda Metro Jaya.

Namun, Wahyono tak menjelaskan alasan penetapan tersangka


Antasari Azhar. “Saya belum bisa menjawab pertanyaan itu, tapi
dari keterangan-keterangan terperiksa sebelumnya, dari peris-
tiwa awal hingga SHW (Sigid Haryo Wibisono) mereka mengaku
mendapat pekerjaan dari AA (Antasari Azhar),” papar Wahyono”.

97 http://nasional.kompas.com/read/2009/05/04/17104195/Antasari.Azhar.Resmi.
Tersangka
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
68 ANTASARI AZHAR

Dengan demikian, maka pengumuman status tersangka oleh Ke-


pala Pusat Penerangan dan Hukum Kejaksaan Agung M. Jasman Panjai-
tan bukan saja mendahului penyidik, sebagaimana dibantah Kepala Di-
visi Humas Mabes Polri, tetapi mendahului keputusan resmi dari penyi-
dik yang menyatakan bahwa status Antasari Azhar sebagai tersangka
baru diberikan pada tanggal 4 Mei 2009. Sebagaimana diberitakan dan
ketika dikonfirmasi mengenai alasan pencekalan terhadap Antasari Az-
har, Juru Bicara Polri, Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira meng-
aku belum tahu. “Saya belum tahu. Tidak tahu kalau pernyataan sana
[imigrasi’] begitu.” 98

Berita tentang pencekalan terhadap Antasari Azhar, diketahui


oleh publik setelah diumumkan secara resmi oleh Kejaksaan Agung.
Penjelasan tentang adanya pencekalan terhadap Antasari Azhar di-
lakukan oleh Kepala Pusat Penerangan dan Hukum Kejaksaan Agung
Jasman Panjaitan dan oleh Jaksa Agung Muda bidang Intelijen Wisnu
Subroto.

Tanggal 1 Mei 2009, Kepala Pusat Penerangan dan Hukum Ke-


jaksaan Agung M. Jasman Panjaitan,99 resmi mengumumkan Ketua KPK
Antasari Azhar sebagai tersangka penembakan Direktur PT Putra Ra-
jawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen.100 Selain mengumumkan status
Antasari, Kejaksaan juga mengumumkan pencekalan terhadap Antasari
Azhar. Mengenai pencekalan ini Detik.com101 menulis,

“Pada tanggal 30 April 2009, kita buat surat pencekalan dengan


permintaan untuk mencekal Bapak Antasari Azhar selaku Ketua
KPK yang terlibat masalah tindak pidana,” kata Direktur Sosial

98 http://nasional.vivanews.com/news/read/54159-polri_mengaku_tak_tahu_pen-
cekalan_antasari
99 http://nasional.kompas.com/read/2009/05/01/18331030/antasari.azhar.resmi.
tersangka
100 Mengenai pencekalan Antasari ini, Antara mencatat,
“ Jadi permintaan kepolisian, supaya dicekal. Alasannya dalam kasus pembunuh-
an Nasrudin,” kata Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) Kejaksaan Agung, Wisnu
Subroto, di Jakarta, Jumat. “Permintaannya tadi (Jumat, 1/5), sudah dikirimkan ke
imigrasi,” katanya.
http://www.antaranews.com/view/?i=1241175614&c=NAS&s=HUK
101 http://us.detiknews.com/read/2009/05/01/180258/1124869/10/antasari-dicekal-
tersandung-pasal-pembunuhan
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 69

Politik Kejagung, Abas Azhari di Kejagung, Jl Sultan Hasanudin,


Jakarta, Jumat (1/5/2009).

Menurut keterangan M. Jasman Panjaitan pada 30 April 2009


Mabes Polri mengirimkan surat resmi kepada Kejaksaan untuk meminta
agar Antasari dicekal. Dalam catatan Republika Online, 102 diberitakan,

“Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar, se-


cara resmi sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus pembu-
nuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnain.
Namun, Kejaksaan belum menerima Surat Perintah Dimulainya
Penyidikan (SPDP).

Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Jasman Pan-


jaitan, mengatakan, pihaknya belum menerima laporan dari Ke-
jaksaan Tinggi terkait SPDP tersebut. “Belum ada laporan apa me-
reka sudah dapat SPDP-nya,” kata dia, Selasa (5/5).

Secara faktual dan secara hukum SPDP terhadap Antasari Azhar:


Dari Polda Metro Jaya No. Pol: B/4155/V/2009/Darto, tanggal 5
Mei 2009, kepada Jaksa Agung Republik Indonesia, ditanda ta-
ngani oleh Kombes Drs. Mochamad Iriawan, SH.MM,MH.

Dari Mabes Polri No.Pol: B/1264/V/2009/Bareskrim, tanggal 5 Mei


2009, kepada Jaksa Agung Republik Indonesia, ditanda tangani
oleh Inspektur Jendral Drs. Hadiyatmoko, SH.

Mengenai SPDP ini Jaksa Agung Hendarman Supandji,103 menya-


takan,

“....Kemarin, saya menerima SPDP, saya baru membaca resumenya.


Berkas belum di tangan saya, ujar Jaksa Agung Hendarman Su-
pandji, di Jakarta, Kamis (7/5).
Berbekal SPDP itu, Hendarman meminta Jaksa Agung Muda Pi-
dana Umum (Jampidum) untuk menyusun tim jaksa yang bertu-
102 http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/09/05/06/48453-ke-
jaksaan-belum-terima-spdp-antasari
103 http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol21943/kejaksaan-agung-siapkan-
jaksa-kasus-antasari-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
70 ANTASARI AZHAR

gas melakukan penelitian terhadap kasus yang sedang ditangani


kepolisian ini. Istilahnya Jaksa, P16, tutur Hendarman”

Adanya perbedaan Fakta tentang pencekalan dan pernyataan


bahwa Antasari Azhar sudah menjadi tersangka, bukan merupakan
kesalahan administraif penyidikan, tetapi dapat disimpulkan sebagai
upaya sengaja melakukan pembunuhan karakter Antasari.104 Dalam ke-
terangannya kepada Pers Jasman Panjaitan, menyatakan,

“Kami terima surat pemberitahuan dari Mabes Polri untuk Kejagung


dan Pimpinan Ketua KPK yang isinya bahwa penyidik Polri sedang
melakukan penyidikan terhadap kasus pembunuhan berencana
terhadap diri korban Nasrudin Zulkarnaen di wilayah Tangerang.
Salah satu tersangka pelaku intelektual kasus pembunuhan beren-
cana ini adalah Antasari Azhar,” ujar Kapuspen Kejagung RI Jasman
Panjaitan kepada wartawan di Kejagung, Jakarta, Jumat (1/5)”.

14. Pemberitaan perkara yang berlebihan

Pemberitan kasus Antasari Azhar secara terbuka, selama lebih ku-


rang dua minggu sejak tanggal 1 Mei 2009, dimulai ketika Kepala Pusat
Penerangan dan Hukum Kejaksaan Agung Jasman Panjaitan mengu-
mumkan pencekalan terhadap Antasari Azhar sebagai tersangka di Ke-
jaksaan Agung. Dalam keterangannya tersebut bukan hanya disebutkan
status tersangka yang disandang oleh Antasari Azhar, tetapi juga seba-
gaimana dikutip oleh Kompas.com ditulis, “Menurut Jasman, pasal 8 ayat
5 UU Kejaksaan, izin penyidikan dari Kejaksaan tidak diperlukan dalam
penyidikan kasus ini dan juga ketentuan yang mengatur tersangka. Anta-
sari dikenakan pasal 340 KUHAP terkait kasus yang membelitnya ini”.

Pernyataan ini tentu dapat diduga secara sengaja dan tentu de-
ngan maksud untuk menunjukkan bahwa Jaksa Agung sebagai pucuk
pimpinan Kejaksaan dapat memberikan perlakuan yang berbeda terha-
dap Jaksa, sesuai dengan kebijakan dan kekuasaan yang melekat pada
Jaksa Agung.

104 http://nasional.kompas.com/read/2009/05/01/18331030/antasari.azhar.resmi.
tersangka
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 71

Ada perlakuan berbeda antara Jaksa yang sedang menghadapi


perkara. Jaksa Esther Tanak dan Dara Veranita dua orang Jaksa yang
terlibat melakukan jual beli barang bukti berupa Ekstasi baru dita-
han oleh Penyidik Polda Metro Jaya setelah mendapat izin dari Jaksa
Agung.105 Hal ini tentu disesuaikan dengan ketentuan UNDANG–UN-
DANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAK-
SAAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 8 ayat (5). “Dalam hal melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), jaksa diduga melakukan
tindak pidana maka pemanggilan, pemeriksaan, penggeledahan, pe-
nangkapan, dan penahanan terhadap jaksa yang bersangkutan hanya
dapat dilakukan atas izin Jaksa Agung.” Bahkan dalam keterangan Pers-
nya sebagaimana dikutip dikatakan ”Jaksa Agung sudah mengeluarkan
izin kemarin,” kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Ke-
jagung Jasman Pandjaitan di Jakarta, Kamis (19/3).106

Akan tetapi perlakuan ini berbeda dengan pelakuan yang dilaku-


kan oleh Kejaksan Agung terhadap Antasari Azhar. Antasari Azhar me-
nurut Lampiran Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 46/
K Tahun 2008 adalah Jaksa pada Kejaksaan Agung dengan pangkat
Pembina Utama atau golongan IVe. Perbedaan perlakuan ini tentu dila-
tar belakangi oleh kepentingan tententu. Kepentingan itu apa hanya Ke-
jaksaan Agung yang mengetahuinya. Meskipun ada spekulasi inilah salah
satu cara dari Kejaksaan Agung untuk menunjukkan diri bahwa mereka
juga punya kekuasaan seperti kekuasaan yang dimiliki oleh KPK dalam
melakukan penyadapan. Atau paling tidak kita dapat mengatakan bah-
wa Jaksa Agung langsung dapat menyetujui pemanggilan, pemeriksaan,
penggeledahan, penangkapan terhadap Antasari Azhar. Jaksa Agung ti-
dak akan menggunakan haknya dalam pengusutan kasus Antasari Azhar.
Kasus ini mempunyai nilai berita untuk meningkatkan posisi Kejaksaan
Agung yang telah dipermalukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi,
karena menangkap Urip Tri Gunawan dalam kasus suap. Bahkan dengan
terpaksa dan berat hati Jaksa Agung harus melepas orang-orang terper-
caya dari kedudukan mereka di Kejaksaan Agung, gara-gara Urip ditang-
kap dan dipermalukan selama persidangan oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi yang dipimpin oleh Antasari Azhar.

105 INILAH.COM, 23/03/2009 - 19:06, 2 Jaksa Pengedar Narkoba Ditahan.


106 INILAH.COM, 19/03/2009 - 17:39, Jaksa Penjaja Ekstasi Boleh Diperiksa,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
72 ANTASARI AZHAR

Menurut Tempointeraktif,
“Rapat pimpinan Kejaksaan Agung pada Senin (17/3) lalu memu-
tuskan mengganti Jaksa Agung Muda Pidana Khusus atau Jampid-
sus yang dijabat Kemas Yahya Rahman dan Direktur Penyidikan
yang dipegang M. Salim. Menurut Jaksa Agung Hendarman Su-
pandji, salah satu penyebab penggantian itu adalah pemberitaan
media soal dugaan suap jaksa Urip Tri Gunawan...”107

Kalau cerita yang berhubungan dengan perkara Urip Tri Gunawan


ini benar, maka ada yang dilupakan, bahwa Urip Tri Gunawan itu bukan
Kejaksan Agung dan Antasari Azhar ini bukan Komisi Pemberantasan
Korupsi. Urip itu hanya bagian kecil dari satu institusi besar, yang berdiri
kokoh sama kokohnya dengan Negara. Tidak mungkin akan hancur repu-
tasinya, karena perkara Urip Tri GUnawan. Begitu juga halnya Antasari Az-
har, hanya seorang Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi yang baru men-
duduki jabatan sekitar 3 bulan. Orang yang dapat dikatakan belum me-
mahami secara baik apa yang terjadi di Komisi Pemberantasan Korupsi.
Bahkan dapat dikatakan dan dapat diyakini bahwa Antasari Azhar belum
tau secara persis apa yang ada dan apa yang terjadi di Komisi Pemberan-
tasan Korupsi. Artinya apa yang terjadi pada kasus Urip Tri Gunawan, cen-
derung untuk dikatakan bahwa Antasari Azhar adalah orang yang tidak
mengetahui duduk persoalannya. Bahkan tidak tertutup kemungkinan
bahwa hal tersebut terjadi, karena ada kesengajaan untuk menyembu-
nyikan kasusnya dari mata dan telinga Antasari Azhar.

Bagi para Penesehat Hukum Terdakwa yang sudah cukup sering


berhubungan dan terlibat dalam penanganan kasus-kasus unik serta
mendapat perhatian dari Pers, dapat merasakan bahwa ada terkandung
maksud untuk menggunakan pers yang haus berita, terutama berita
seru karena sedikit nyerempet politik dalam keterangan dan penjelasan
yang disampaikan oleh Pejabat Kejaksaan Agung.

15. Kepemimpinan Antasari Azhar di KPK yang tidak didukung


Jaksa Agung

Secara faktual Antasari Azhar adalah seorang kader dan seorang

107 http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2008/03/19/brk,20080319-
119532,id.html
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN 73

cukup lama menjadikan Kejaksaan sebagai tempatnya melakukan peng-


abdian. Bahkan sebagian besar masa kerjanya menjadi pegawai negeri
dia habiskan di Kejaksaan, karena Antasari Azhar mulai bekerja dilingkun-
gan Kejaksaan sejak tahun 1985. Banyak Jabatan yang pernah digeng-
gam Antasari Azhar. Pernah menjadi Kajari, pernah menjadi Asisten di
Kejaksaan Tinggi, Jaksa Tinggi hingga menjadi Direktur Penuntutan pada
pada Jampidum. Pencalonannya sebagai Ketua Komisi Pemberantas-
an Korupsi- pun didukung oleh Kejaksaan Agung, meskipun dia bukan
orang yang diharapkan terpilih menjadi Ketua Komisi Pemberantasan Ko-
rupsi, karena dia dianggap sebagai calon penggembira.

Sebagaimana dikutip oleh Surat Kabar, Jaksa Agung lebih cen-


derung agar Marwan Effendi yang terpilih menjadi Ketua Komisi Pem-
berantasan Korupsi. Tetapi apa mau dikata, ketika pemilihan dilakukan
oleh Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat, pilihan anggota Komisi III De-
wan Perwakilan Rakyat, berbeda dengan kehendak dari pimpinan Ke-
jaksaan. Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat lebih banyak me-
milih Antasari Azhar dibandingkan dengan Marwan Effendi.

Tentu fakta ini kemudian membuat sedikit perbedaan bagi insti-


tusi Kejaksan Agung. Bahkan timbul kesan bahwa Jaksa Agung tidak ber-
senang hati atas terpilihnya Antasari Azhar mewakili unsur kejaksaan di
Komisi Pemberantasan Korupsi, apalagi kemudian Antasari Azhar terpilih
menjadi Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. Kesan ini mendapat legi-
timasi dari pemberitaan surat kabar yang memberitakan bahwa Antasari
Azhar tidak mendapat dukungan yang memadai dari Jaksa Agung Repu-
blik Indonesia, bahkan Koran Jakarta edisi 3 Mei 2009, menulis,

“Terpilihnya Antasari sebagai Ketua KPK itu, tentu saja menga-


getkan terutama bagi Kejaksaan Agung. Apalagi nama Antasari
sebetulnya tidak direkomendasikan pihak Kejaksaan Agung. Ca-
lon yang disetujui oleh Kejaksaan Agung untuk maju sebagai Ke-
tua KPK adalah Marwan Efendi, yang kini menjabat sebagai Jaksa
Agung Muda Pidana Khusus. “Saya tak mau mengungkit-ungkit
masa lalu”, kata Marwan.

Bersama Antasari, Marwan waktu memang maju dalam seleksi


pencalonan Ketua KPK. Berbeda dengan Antasari yang berada di
urutan ke-10, posisi Marwan berada di urutan lebih atas. Di urut-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
74 ANTASARI AZHAR

an Sembilan ada Saut Situmorang yang kemudian mundur kare-


na karirnya di Badan Intelijen Negara dipersoalkan banyak pihak.
“Entah kenapa, Antasari kemudian masuk dalam lima besar,” kata
sumber Koran Jakarta, yang pernah ikut seleksi Ketua KPK”.

Kutipan ini bisa jadi benar dan bisa juga tidak. Akan tetapi ku-
tipan ini tidak pernah dibantah sebagai suatu analisa yang salah oleh
Kejaksan Agung, karena berita dan anlisa ini ditulis bukan pada media
besar berpengaruh seperti Kompas, Tempo, Media Indonesia dan Repub-
lika atau Rakyat Merdeka.

Kutipan di atas yang tidak pernah dibantah dapat dianggap me-


ngandung kebenaran, apalagi setelah terjadi penangkapan Jaksa Urip
Tri Gunawan. Sebagaimana dikutip oleh Tempo Interaktif Antasari, Ki-
sah Getir Seorang Jaksa Senin, 04 Mei 2009 | 13:10 WIB,

“Penangkapan Urip ini berimbas kepada sejumlah pucuk pimpin-


an Kejaksaan Agung, yang notabene kolega Antasari sendiri. Me-
reka yang terjungkal misalnya Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus Kemas Yahya Rachman dan Direktur Penyidikan M. Salim.
Menurut sumber Tempo, sejak kasus inilah hubungan beberapa
orang penting Kejaksaan Agung dengan Antasari merenggang.
”Masak dia menghancurkan temannya sendiri,” ujar sumber Tempo
di Kejaksaan Agung”.108

Apa akibat dari penghancuran pertemanan ini berpengaruh ter-


hadap Sikap Majelis hakim terhadap Antasari Azhar tidak begitu jelas.
Apakah juga ada kerusakan martabat dan kehormatan Jaksa Agung Ra-
publik Indonesia dengan mengemukakan “tidak senang hatinya” Jaksa
Agung atas terpilihnya Antasari Azhar menjadi Ketua Komisi Pembe-
rantasan Korupsi tidak pernah ada yang menjawabnya. Memang ada
kegeraman yang ditunjukkan oleh jajaran Kejaksaan dalam menangani
perkara Antasari Azhar.

❖❖❖

108 http://www.tempo.co/read/news/2009/05/04/063174273/Antasari-Kisah-Getir-
Seorang--Jaksa
75

Bab 3
SURAT DAKWAAN DAN
PEMBUNUHAN KARAKTER

1. Pengantar

B
agian ini akan mencoba mendiskusikan beberapa hal yang pen-
ting tentang Surat Dakwaan dan menilai Uraian Peristiwa dalam
Surat Dakwaan terhadap Antasari Azhar. Penilaian ini dianggap
penting, terutama untuk dalam melihat keadaan yang berhubungan
dengan perkara. Memberikan penilaian secara khusus terhadap Surat
Dakwaan terhadap Antasari ini, sangat penting artinya. Karena Surat
Dakwaan inilah yang akan memberikan arah pemeriksaan perkara. Se-
lain itu pentingnya mencermati Surat Dakwaan ini, karena ditengarai
bahwa Surat Dakwaan terhadap Antasari Azhar secara sengaja disusun
sedemikian rupa. Gunanya tidak lebih dan tidak kurang adalah meng-
hukum Antasari terlebih dahulu secara sosial, kemudian nanti baru dia-
dili menurut aturan hukum. Bahwa fakta dalam Surat Dakwaan terbukti
atau tidak akan menjadi urusan nanti dalam persidangan.

2. Surat Dakwaan

Secara umum dapat dikatakan bahwa Surat Dakwaan itu me-


rupakan landasan atau titik tolak dalam melakukan pemeriksaan per-
kara dihadapan sidang pengadilan. Surat Dakwaan merupakan dasar
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
76 ANTASARI AZHAR

sekaligus membatasi ruang lingkup pemeriksaan. Pemeriksaan perkara


dipersidangan semuanya harus bertumpu dan berujung untuk mem-
buktikan Surat Dakwaan.

Surat dakwaan harus memenuhi syarat formal dan materiil se-


bagaimana ditentukan Pasal 143 ayat (2) KUHAP. Penyusunan rumusan
surat dakwaan harus dibuat dalam bentuk rumusan spesifik sesuai de-
ngan ruang lingkup peristiwa pidana yang terjadi. Tujuan utama surat
dakwaan adalah menjelaskan alasan-alasan dan rangkaian peristiwa
yang menjadi dasar untuk memgadili seseorang. Dengan Surat Dakwa-
an inilah seorang Terdakwa didakwa telah melanggar suatu aturan hu-
kum pidana, pada suatu saat dan tempat tertentu serta dinyatakan pula
keadaan–keadaan sewaktu melakukan tindak pidana. Menyebutkan
waktu (tempus) dan tempat (locus delicti) perbuatan pidana dilakukan.

Dalam KUHAP ditentukan adanya syarat formal Surat Dakwaan


sebagaimana dinyatakan dalam pasal 143 (2) KUHAP :
a. Surat Dakwaan harus dibubuhi tanggal dan tanda tangan
Penuntut Umum pernbuat Surat Dakwaan;
b. Surat Dakwaan harus memuat secara lengkap identitas ter-
dakwa yang meliputi : nama lengkap, tempat lahir, umur/
tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,
agama dan pekerjaan.

Dalam perkara Antasari Azhar ini, dia didakwa dengan dakwaan


tunggal, melakukan pembunuhan. Mendakwa seseorang dengan dak-
waan tunggal ini sebenarnya sangat riskan, seorang terdakwa akan lolos.
Tetapi Jaksa Penuntut Umum yang dikomandoi Cirus Sinaga, dengan ga-
gah berani mendakwa Antasari dengan Dakwaan tunggal. Menurut yang
empunya cerita, keberanian membuat Dakwaan tunggal ini dilakukan ka-
rena sudah ada jaminan bahwa Antasari Azhar akan dihukum.

3. Keterangan Yang Menyudutkan Antasari

Salah seorang yang cukup aktif memojokkan Antasari Azhar dan


menuduhnya terlibat dalam perkara pembunuhan Direktur Putra Rajawa-
li Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen adalah Boyamin Saiman yang menyebut
dirinya sebagai Tim Advokasi Keluarga Nasrudin. Bahkan dalam keterang-
annya kepada pers pada tanggal 1 Mei 2009, Boyamin Saiman mengaku
S URAT D AKWAAN DAN
PEMBUNUHAN K ARAKTER 77

telah menyerahkan bukti foto dan rekaman pesan pendek kepada Kepo-
lisian. Bukti itu terkait dugaan keterlibatan Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi Antasari Azhar dalam kasus pembunuhan ini.109 Dikatakan oleh
Boyamin Saiman bahwa bukti yang diserahkan kepada polisi itu adalah
pesan singkat (SMS). Menurut Boyamin, pesan pendek yang diterima
Nasrudin itu tertulis dikirimkan oleh AA. Isinya kurang lebih, “Permasalah-
an di antara kita mari kita selesaikan baik-baik. Kalau perlu saya minta
maaf. Jangan di-blow up, kalau di-blow up, tahu sendiri risikonya.”110

Hal yang tidak pernah jelas adalah maksud dari Boyamin meng-
atas namakan keluarga begitu aktif dan sudah secara jelas menyebut
Antasari Azhar mempenyai peran penting dalam terbunuhnya almar-
hum Nasrudin Zulkarnaen. Fakta ini agak janggal, karena belum ada
bukti bahwa Antasari Azhar dianggap bersalah, tetapi ada pihak yang
mengatas namakan keluarga Nasrudin dengan kasar meminta Antasari
mengakui perbuatannya memerintahkan orang untuk melakukan pem-
bunuhan terhadap Nasrudin. Cukup sulit memahami para pengacara
ini tidak menyatakan bahwa mereka sepenuhnya percaya kepada pihak
penegak hukum untuk memproses dan mengungkap kasus pembu-
nuhan ini secara cepat dan tepat. Ucapan-ucapan dan keterangan me-
reka cukup sering secara sengaja melanggar azas praduga tak bersalah
sebagai sendi penting dari hakekat penegakan hukum.

Dari pemberitaan surat kabar maupun media online, ternyata yang


mengaku sebagai pengacara keluarga direktur PT Putra Rajawali Banjaran
(PRB), almarhum Nasrudin Zulkarnaen, bukan hanya Boyamin Saiman, te-
tapi masih ada yang lain yaitu Jeffry Lumampouw. Dalam keterangannya
kepada pers Jeffry Lumampouw meminta polisi membeberkan SMS ber-
isi ancaman yang diterima kliennya sebelum tewas ditembak. Diterang-
kan pula oleh Jeffry Lumampouw bahwa SMS itu dikirim oleh Ketua KPK
Antasari Azhar.111 Dikatakan oleh Jeffry “Nama Antasari ada dalam SMS
tersebut,”. “Saya (dulu) coba tanyakan ke almarhum apa ini benar Anta-

109 http://metro.vivanews.com/news/read/54092-bukti_dugaan_keterlibatan_anta-
sari_diserahkan
110 http://www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?view=article&id=3191%3A
antasari-ashar-diduga-terlibat-pembunuhan-direktur-prb&option=com_
content&Itemid=55
111 http://news.detik.com/read/2009/05/01/180758/1124881/10/pengacara-sms-an-
caman-nasrudin-dikirim-antasari-azhar?nd992203605
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
78 ANTASARI AZHAR

sari Ketua KPK? Almarhum bilang, ya, benar ini Antasari Azhar ketua KPK”.
Didalam keterangannya Jeffry layaknya psikolog mengakatakan, wajah
Nasrudin memancarkan muka seseorang yang tengah dilanda perma-
salahan. Selain itu dikatakan pula isi SMS yang tidak sempat di forward
kepada dia berbunyi ‘Maaf permasalahan ini hanya kita saja yang tahu.
Kalau sampai terbongkar, Anda tahu konsekuensinya.”

Ketika bersaksi dihadapan sidang Jeffry Lumempouw, menyata-


kan pengetahuannya ada SMS dari Antasari, karena membaca dari HP
almarhum Nasrudin Zulkarnaen dan tertulis nama Antasari.112 Menurut
keterangan Jeffry bahwa ketika melihat isi SMS itu di Musholla dia ber-
sama dengan Etza Imelda, seorang pengacara yang merupakan rekan
kerja dari Jeffry Lumempouw.113

Tidak pernah jelas, bagaimana Boyamin Saiman, sampai mempu-


nyai pengetahuan bahwa Antasari pernah meminta Nasrudin, agar me-
nyelesaikan permasalahan antara dia dan Nasrudin dapat dituntaskan
secara baik-baik. Kemudian dikatakan juga pembicaraan antara Nasrudin
dan Antasari juga terkait dengan foto yang diserahkan sebagai bukti.114

Lebih lanjut Bonyamin mengatakan, Nasrudin dan Antasari me-


mang memiliki hubungan dekat. “Mereka kawan dekat,”. Kedekatan ini
terjadi sehingga keduanya kerap bermain golf bersama. Selain itu, Nas-
rudin juga disebut sering melaporkan kasus dugaan korupsi induk per-
usahaan yakni PT RNI kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.

Ketika diperiksa penyidik Antasari Azhar menyatakan, bahwa


benar Nasrudin Zulkarnaen pernah memberikan informasi tentang Ko-
rupsi di PT. RNI.115

Setelah perkara Antasari sampai pada penyidikan dan penuntut-


an hanya Jeffry Lumampouw dan koleganya Etza Imelda yang bersaksi

112 Berita Acara Persidangan ke 11, hlm.9;


113 Dalam keteranganny dihadapn persidangan Jeffry Lumempouw ini, memliki kantor
Konsultan Hukum, JL Jakarta Law Firm Consultan, dibawah naungan pelindung Yan
Apur; Berita Acara Persidangan ke 11, hlm 10;
114 http://metro.vivanews.com/news/read/54092-bukti_dugaan_keterlibatan_anta-
sari_diserahkan
115 BAP tanggal 6 Mei 2009, hlm.3;
S URAT D AKWAAN DAN
PEMBUNUHAN K ARAKTER 79

di pengadilan sebagai saksi. Sementara Boyamin Saiman tidak pernah


kedengaran lagi suaranya yang menyebut diri sebagai Kuasa keluarga.

Sehingga ada spekulasi bahwa pertunjukan sikap dari Boyamin


Saiman ini karena adanya kehendak dari pihak ketiga dalam rangka
mempengaruhi pendapat publik bahwa Antasari terlibat dalam perkara
pembunuhan yang skenarionya sedang dipertunjukkan.

4. SURAT DAKWAAN VULGAR MELEBIHI KEPATUTAN

Ternyata untuk menghancurkan Antasari Azhar, bukan hanya


penyidik yang melakukannya, tetapi Kejaksaan sebagai kawah candra-
dimuka yang mendidik dan membesarkan Antasari-pun, tanpa tedeng
aling-aling mengumbar cerita asusila yang dilakukan oleh Antasari
Azhar terhadap Rani Juliani. Celakanya cerita ini hanya didukung oleh
cerita seorang Rani Juliani. Salah satu kalimat yang tercatat oleh tvOne-
News, dinyatakan,

“Namun terdakwa tetap menjamah tubuh, ...,”.116

Cerita ini disusun tanpa mempertimbangkan cerita dan pengakuan


Rani sendiri dalam Berita Acara Pemeriksaan yang menggambarkan hu-
bungan seksualnya dengan almarhum Nasrudin Zulkarnaen sebelum me-
reka melakukan pernikahan siri. Dengan mengabaikan pengakuan Rani
bahwa perkenalan Rani dan Zulkarnaen yang terjadi pada bulan April dan
pada pada bulan Juni ditahun yang sama Rani telah mengaku hamil se-
bagaimana diterangkan dalam pemeriksan tangal 19 Maret 2009.

Dalam BAP ketika menjawab pertanyaan No. 44, dinyatakan oleh


Rani Juliani,
Sekitar bulan Juni 2007, hubungan saya dengan Pak ZULKAR-
NAEN sudah sangat dekat, dan telah melakukan hubungan isteri
dan akhirnya saya hamil positif 2 minggu dan saya bersikeras ja-
nin yang saya kandung segera digugurkan (Aborsi) karena kami
belum resmi menikah tetapi pak ZULKARNAEN tidak setuju un-

116 http://hukum.tvonenews.tv/berita/view/24985/2009/10/08/dakwaan_soal_rani_
dibacakan_antasari_gelenggeleng.tvOne
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
80 ANTASARI AZHAR

tuk Aborsi dengan kata lain pada saat menikah pada juli 2007
saya dalam keadaan bersih tidak hamil.117

Dakwaan yang disusun dengan lebih mengedepankan dan


mengumbar cerita sepihak Rani Juliani di kamar Hotel Grand Mahakam
803, tentu mempunyai maksud. Paling tidak bisa diduga ada maksud
tersembunyi untuk meluluh-lantakkan dan menghancurkan nama baik
Antasari terlebih dahulu. Seandainya nanti dakwaan tersebut terbukti,
maka hal itu harus disyukuri karena memang dakwaan terbukti secara
sah dan meyakinkan terbukti menurut hukum. Akan tetapi kalau dak-
waan tidak terbukti, itu urusan pengadilan yang memeriksa perkara.
Yang penting Antasari tidak berharga lagi. Antasari sudah tidak mem-
punyai kehormatan lagi. Kehormatannya ditekuk dengan cerita Rani Ju-
liani seorang diri yang mengaku telah dicabuli oleh Ketua Komisi Pem-
berantasan Korupsi non aktif.

Susunan dakwaan yang dimulai dengan cerita hubungan seksual


ini tentu sebagai bungkus menentukan motif, bahwa pembunuhan
yang dilakukan terhadap almarhum Nasrudin Zulkarnaen, beralasan.
Alasannya karena Antasari panik telah dirongrong oleh almarhum yang
mengancam melapor kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden.
Selain itu juga karena kesal isterinyapun telah diterror dengan tilpon.
Alasan mencarikan motif pembunuhan ini agar supaya cerita tentang
sebab musabab pembunuhan ini menjadi logis. Dan tentu dengan ceri-
ta Rani yang runtut, akan semakin meyakinkan masyarakat bahwa An-
tasari itu bersalah sebelum dihukum oleh pengadilan.

Cerita hubungan sekusal yang “tidak kesampaian” Antasari dan


Rani Juliani yang digambarkan dalam surat dakwaan tentu dimaksud-
kan untuk menggambarkan betapa buruknya Antasari. Bahkan dengan
hubungan seksual yang tidak kesampaian saja digambarkan dia mem-
bayar Rani dengan bayaran sampai US $. 500. Tentu logika yang dike-
hendaki dari cerita ini, betapa mudahnya Antasari sebagai pejabat pu-
blik menghamburkan uang. Tentu saja diharapkan timbul asumsi uang
yang dihamburkan dengan mudah tersebut adalah fasilitas dari Negara
dan uang rakyat. Penggambaran cerita seperti inilah yang selalu kita
sebut sebagai penganiayaan.

117 Berita Acara Pemeriksaan Rani Juliani, tanggal 19 Maret 2009, sebagai saksi, hlm. 15
S URAT D AKWAAN DAN
PEMBUNUHAN K ARAKTER 81

Surat Dakwaan yang disusun oleh Tim Jaksa yang dipimpin oleh
Cirus Sinaga, ketika mendakwa Antasari Azhar sungguh luar biasa. Bu-
kan hanya sekedar menggunakan kata-kata kasar, tetapi juga dengan
menggunakan kata-kata yang vulgar. Surat dakwaan sengaja disusun
untuk mencari sensasi publik. Gambaran perbuatan asusila Antasari
dan saksi Rani Juliani di Hotel Grand Mahakam sekadar mencari sensasi
agar timbul kesan hebat kepada jaksa.

Sebagai contoh dari kata-kata vulgar itu bisa dibaca dalam Surat
Dakwaan yang disusun oleh Tim Jaksa.

Pada saat masuk Terdakwa sudah berada di kamar hotel dan


mempersilahkan duduk di sofa. Dalam pembicaraan saksi Rani
Juliani meminta Terdakwa untuk kembali menjadi anggota Mo-
dern Land Golf dan meminta Terdakwa untuk membantu sauda-
ranya yang sudah mempunyai SK sebagai Direktur di BUMN agar
bisa dilantik ;

Disela pembicaraan Terdakwa meminta saksi Rani Juliani untuk


memijat punggungnya, sambil berkata “katanya pertemuan se-
lanjutnya kamu mau” ;

Ajakan tersebut ditolaknya dengan mengatakan “jangan pak, ja-


ngan”,

karena takut terdengar korban saksi Rani Juliani mematikan tele-


pon selularnya.

Pada saat Terdakwa ke kamar mandi, korban menelpon saksi Rani


Juliani dan menanyakan “kenapa hp-nya dimatikan?” namun ia
hanya mengiyakan ;

Sebelum pulang Terdakwa memberinya uang sebesar US$ 500


(lima ratus US dolar) dan ketika akan keluar kamar tiba-tiba kor-
ban masuk dan marah sambil berkata kepada Terdakwa “Meng-
apa bapak bertemu dengan isteri saya di sini dan apa yang bapak
lakukan terhadap isteri saya?, saat ini saya bisa panggil wartawan
untuk menghancurkan karir bapak” kemudian menampar pipi
saksi Rani Juliani;”
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
82 ANTASARI AZHAR

Dakwaan vulgar dan berbau porno ini secara kebetulan disiarkan


secara langsung oleh TV One. Banyak protes dan penyesalan terhadap
penyiaran dakwaan vulgar ini. Ada yang menyatakan,

“...dalam waktu empat detik setelah on air, produser siaran di la-


pangan langsung bisa melakukan sensor jika ada materi siaran
langsung yang diduga melanggar kode etik. Jika menyangkut
bahasa audio, maka produser acara LIVE, menghapus sehingga
tidak keluar suara. Yang terlihat hanya gerak bibir orang. Hal se-
perti ini, biasa dilakukan beberapa lembaga siaran luar negeri
seperti CNN. Barangkali itulah kesalahan TV One yang tidak me-
lakukan mekanisme itu”.118

Protes lain datang dari pengamat media dari Universitas Dipone-


goro Semarang, Triyono Lukmantoro, sebagaimana dicatat oleh KOM-
PAS.com,119

“penyiaran hal-hal yang terlalu vulgar semacam itu tidak diper-


bolehkan dan stasiun televisi harus mampu selektif dalam me-
nyuguhkan tontonan. Ia mengakui, siaran langsung yang dilaku-
kan televisi tidak dapat disensor. “Apalagi, persidangan Antasari
ini menarik bagi masyarakat karena berkaitan dengan perbuatan
yang luar biasa,” katanya.

Namun, ia mengimbau agar stasiun televisi lebih berhati-hati dan


harus menyiapkan langkah antisipasi jika hal semacam ini terjadi.
Menurut dia, siaran langsung sidang Antasari yang isinya dinilai
terlalu vulgar tersebut baru pertama kali terjadi di Indonesia. Pa-
dahal, Komisi Penyiaran Indonesia sudah mengatur tentang pe-
nyiaran acara yang boleh dan tidak boleh disiarkan”.

Sebagai TV berita, TV One dan Metro TV tidak bisa disalahkan.


Mereka ingin memberitakan cerita persidangan Antasari Azhar yang
sangat menarik minat banyak orang. Kesalahannya terletak pada pe-
nyusunan Surat Dakwaan yang cenderung “tidak senonoh”, dibacakan
118 http://belajaretika.blogspot.com/2010/06/analisis-tayangkan-live-sidang-asusila.
html
119 http://www1.kompas.com/read/xml/2009/10/08/17365768/stop.siaran.langsung.
berbau.mesum
S URAT D AKWAAN DAN
PEMBUNUHAN K ARAKTER 83

dengan dramatisasi dan intonasi yang “luar biasa terang” oleh Jaksa Pe-
nuntut Umum Cirus Sinaga dkk lah sebenarnya yang menjadikan pem-
bacaan Surat Dakwaan menjadi hal yang aneh. Hal ini mengakibatkan
sejumlah tokoh politik meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) me-
negur TV One dan Metro TV dua stasiun televisi swasta, yang menyiar-
kan persidangan Antasari Azhar secara langsung yang mengemukakan
hal-hal yang dianggap melanggar kesusilaan tanpa sensor. Menurut
para tokoh ini, penayangan acara-acara yang berindikasi perbuatan
amoral dan tak layak ditonton semua usia, khususnya anak-anak di ba-
wah umur sepatutnya tidak dilakukan.120 Dikatakan tidak ada alasan
pembenar lembaga penyiar tidak melakukan sensor atas jalannya si-
aran persidangan tersebut. Sebagaimana dikatakan oleh anggota KPI
Bimo Nugroho Sekundatmo, “KPI akan segera memplenokannya, dan
memanggil TV yang bersangkutan untuk memberikan klarifikasi,”.121

Terhadap Surat Dakwaan yang vulgar ini Jaksa Agung Muda Pi-
dana Umum (Jampidum), Kemal Sofyan menyatakan ini berasal dari Ke-
polisian, dikatakan,

“Yang jelas itu, kita terima dari kepolisian dalam keadaan begi-
tu,”......
“Bahan itu diperoleh beberapa kali (dari penyidik), maka kita
rangkai,”.....

Saat ditanya mengenai saksi di Hotel Grand Mahakam itu hanya


Rani Juliani dan Antasari Azhar hingga tidak memenuhi unsur Urus
Testis Nulus Testis (satu saksi bukan saksi), ia menyebutkan ada pe-
tunjuk lainnya. “Ada lagi petunjuk lain. Ada rekaman juga,”.122

Cerita tentang dakwaan vulgar dan cenderung porno ini, sema-


kin menjadi pembicaraan, berhubungan dengan adanya komentar dari
banyak pihak termasuk Cirus Sinaga. Misalnya dia mengatakan,

120 ndex.php?option=com_content&view=article&id=1416%3Asiaran-vulgar-anta-
sari-kpi-diminta-tegur-2-stasiun-tv&catid=14%3Adalam-negeri-umum&lang=id
121 http://penulis165.esq-news.com/politik-hukum/2009/10/08/556/live-pembacaan-
surat-dakwaan-antasari-kpi-panggil-stasiun-tv.html
122 http://www.inilah.com/read/detail/165957/jampidum-dakwaan-vulgar-antasari-
dari-polisi
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
84 ANTASARI AZHAR

“Antasari kan laki-laki normal. Kalau laki-laki dan perempuan ada


di kamar hotel ngapain lagi mereka?”123

Keterangan Cirus Sinaga, yang pernah menjadi bahwan lang-


sung Antasari Azhar di Kejaksaan Agung ini, tentu ada maksudnya. Se-
cara tegas dapat dikatakan bahwa Cirus Sinaga meyakini adanya kontak
seksual antara Antasari Azhar dan Rani Juliani. Pernyataan Cirus ini, bisa
jadi adalah bentuk pengakuan dan pengalaman dari Cirus Sinaga. Mes-
kipun maknanya hanya Cirus Sinaga yang tahu secara persis.

Boleh saja orang tidak setuju dan tidak sependapat dengan bu-
nyi Surat Dakwaan yang dibacakan oleh Cirus Sinaga dan Tim Jaksa
yang menuntut Antasari Azhar. Pihak Kejaksaan tidak ambil peduli,
sebab bagi sebagian orang di Kejaksaan, ini adalah kesempatan untuk
mempermalukan Antasari Azhar. Ini adalah kesempatan menghancur-
kan harkat dan martabat Antasari Azhar. Sebab seperti dikatakan oleh
Cirus Sinaga, apa yang disampaikan dalam Surat Dakwaan adalah se-
suai dengan fakta dan bukan merupakan rekayasa atau karangan. Se-
mua sesuai dengan data yang diterima. Bahkan dikatakan oleh Cirus Si-
naga rumusan Surat Dakwaan sudah mendapat persetujuan dari Jaksa
Agung Hendarman Supandji. Kontan menulisnya,124
“Semua data yang disajikan dalam dakwaan memang begitu
adanya. “Karena fakta yang memulainya. Kami tidak mengarang,”
tegasnya.

Menurutnya, penggunaan bahasa dalam surat dakwaan sudah


sangat disederhanakan. Tapi, jaksa memutuskan tidak menggan-
ti gambaran itu dengan perbuatan asusila. Menurut Cirus, hal itu
justru akan mengaburkan motif dan fakta sebelum pembunuhan
itu terjadi. “Asusila itu apa, ngapain? Penjelasan asusila kan ba-
nyak,” jawabnya.

Cirus menegaskan, perumusan dakwaan itu sudah mendapatkan


persetujuan dari Jaksa Agung Hendarman Supandji. Sehingga,
dari sisi hukum, dakwaan itu sudah mendapatkan kajian yang

123 http://politikana.com/baca/2010/02/03/porno-lucu-imaginasi-mewarnai-sidang-
kasus-antasari.html
124 http://nasional.kontan.co.id/news/kontroversi-dakwaan-dari-kamar-803
S URAT D AKWAAN DAN
PEMBUNUHAN K ARAKTER 85

memadai. “Surat dakwaan sudah disetujui Jaksa Agung saat eks-


pos,” tegasnya.

Perumusan Surat Dakwaan yang vulgar ini tentu mempunyai


maksud. Paling kurang maksud yang hendak dicapai, seandainya Surat
Dakwaan pembunuhan tidak terbukti kredibilitas Antasari telah hancur
lebur karena akan timbul stigma sebagai “penjahat dan a susila”. Han-
curnya harkat dan martabat Antasari Azhar ini sudah terjadi seuasai
pembacaan Surat Dakwaan. Namun yang pasti dengan adanya Surat
Dakwaan yang vulgar ini, masyarakat terbelah pada dua posisi, yang
percaya dan tidak percaya dengan isi Surat Dakwaan.

Bagi yang percaya atas isi Surat Dakwaan, pasti akan dikatakan bah-
wa Antasari Azhar ini adalah penjahat, musang berbulu ayam. Sedangkan
bagi yang tidak percaya, maka akan dikatakan bahwa ada kesengajaan
untuk menghukum Antasari terlebih dahulu menjadi penjahat susila, se-
belum ada putusan pengadilan yang menghukum Antasari Azhar.

5. Isu Selingkuh dan Sesudah dakwaan

Upaya untuk merusak harkat dan martabat Antasari Azhar de-


ngan isu selingkuh ini cukup luar biasa dan menjadi santapan banyak
kalanganan. Bukan hanya cerita di koran “kuning” yang memberita-
kan perselingkuhan ini. Bahkan media online yang tidak secara khusus
memposisikan beritanya dengan berita selibritis dan perselingkuhan
mereka, ikut memberitakan ada perselingkuhan Antasari Azhar dengan
Rani Juliani. Bahkan berita ini cukup kasar dan sangat vulgar tanpa me-
nyebut sumber berita, diceritkan bahwa Rani dan Antasari dipergoki
oleh almahrum Nasrudin tanpa busana. Inilah kebohongan yang luar
biasa. Bahkan ditambah lagi bumbu cerita bahwa Ibu Mufidah priha-
tin dengan kasus perselingkuhan yang melibatkan Antasari Azhar dan
Caddy Golf Rani Juliani, seperti diberitakan bahwa Ibu Wapres Mufidah
Jusuf Kalla dikatakan prihatin, dengan judul berita “Ibu Wapres Prihatin
Caddy Rani”125 ditulis dalam berita tersebut,

“Rani disebut-sebut menjalin kasih dengan Antasari. Namun


karena Antasari yang telah beristri itu tidak mau menikahinya,

125 http://www.inilah.com/read/detail/110932/ibu-wapres-prihatin-caddy-rhani
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
86 ANTASARI AZHAR

akhirnya Rani menikah siri dengan Nasrudin, menjadi istri ketiga.


Tapi Rani masih terus meladeni Antasari.

Suatu ketika, Nasrudin memergoki Antasari dan Rani sedang ber-


mesraan tanpa busana. Adegan itu diabadikan Nasrudin, lalu di-
gunakan Nasrudin untuk memeras Antasari. Merasa sakit hati dan
tak tahan diperas, Antasari diduga menyewa pembunuh bayaran
untuk menghabisi nyawa Nasrudin. Nasrudin pun tewas setelah
2 butir peluru bersarang di kepalanya.

Hingga kini kasus Antasari masih terus bergulir. Antasari telah


membantah semua dugaan tersebut dan menyebutnya sebagai
isu murahan. Sementara Rani tidak pernah muncul di hadapan pu-
blik. Polisi beralasan menjamin keselamatan dan keamanan Rani”.

Upaya menghancurkan Antasari, tidak berhenti pada dakwaan


perselingkuhan126 yang telah digambarkan secara kasar dan vulgar da-
lam surat dakwaan cara perselingkuhan itu terjadi. Dihembuskan juga
berita baru, tentang kemelut rumah tangga Antasari. Kemelut yang
akan bermuara pada perceraian. Diberitakan dan diminta konfirmasi
kebenaran adanya berita bahwa isteri Antasari Azhar telah menggugat
dan meminta cerai melalui pengadilan agama. Memang cerita ini tidak
jelas sumbernya. Tetapi cerita ini disebarkan secara sengaja untuk me-
nambah gurih cerita seputar kehidupan Antasari Azhar dan keluarga-
nya. Cerita ini secara sengaja diungkap agar pekerjaan rumah Antasari
dan keluarganya memadamkan issue buruk yang menghimpit tidak per-
nah selesai. Cerita ini sengaja ditiupkan untuk menggambarkan bahwa
keluarga Antasari tidak bertanggungjawab dalam kehidupan sosial me-
reka. Kehidupan sosial yang buruk itu bukan hanya dalam masyarakat,
tetapi dalam keluarga inti juga hal itu terjadi. Inilah bentuk penghan-
curan yang dapat dikatakan dilakukan secara sistematis.

Bahkan baru sembilan hari Antasari menjalani penahanan, ke-


pada Ida Laksmiwati isteri Antasari Azhar diajukan pertanyaan,

126 http://hot.detik.com/read/2009/05/06/060636/1126876/230/kristina-hampir-se-
mua-pejabat-selingkuh
S URAT D AKWAAN DAN
PEMBUNUHAN K ARAKTER 87

Tanggapan Anda tentang kabar perselingkuhan Bapak


dengan salah seorang caddy di Modernland?

Saya hanya mampu bertanya-tanya, “Apa benar dia bermain as-


mara dengan perempuan itu?” Saya yang sangat mengenal su-
ami, menganggap kejadian ini tidak wajar. Saya percaya dia 100
persen. Tapi, semua (kebenaran ini), saya kembalikan lagi ke Ba-
pak (mata Ida menerawang jauh).127

Dimulai sebelum perkara berjalan dan akan diteruskan selama


perkara berjalan. Inilah bentuk penganiayaan yang dilakukan secara
hukum dengan menggunakan pers sebagai ujung tombak penyiksa.

6. Kasus Posisi Menurut Surat Dakwaan

Dalam Surat Dakwaan, digambarkan bahwa perkara pembunuhan


ini berawal dari pertemuan Antasari Azhar dan Rani Juliani di Hotel Ma-
hakam pada sekitar bulan Mei tahun 2008. Digambarkan pula secara ka-
sar dan vulgar “usaha” Antasari Azhar “melakukan kontak seksual” dengan
Rani Juliani. Menjelang kepulangan Rani Juliani, dikatakan bahwa almar-
hum Nasrudin Zulkarnaen secara tiba-tiba masuk kamar dan melakukan
pemukulan terhadap Rani Juliani dan marah kepada Antasari Azhar.

Pada bulan Desember 2008, dikatakan bahwa Antasari Azhar me-


nerima SMS dari almarhum Nasrudin Zulkarnaen yang berbunyi,
“ bahwa ternyata pada waktu Bapak berjumpa di Hotel Grand
Mahakam dengan isteri saya, ternyata melakukan pelecehan
seksual”. Yang dijawab, “Astagfirullah... Pak janganlah sekejam itu
menuduh saya”.

Dalam pertemuan dikantor Antasari Azhar, almarhum Nasrudin


Zulkarnaen, sekali lagi menuduh Antasari Azhar telah melakukan pe-
lecehan seksual terhadap Rani Juliani, kemudian menanyakan proses
perizinan PT. Ronggolawe, karena tidak mendapat tanggapan, almar-
hum mengancam akan mempublikasikan dan mengadukan perbuatan
pelecehan seksual Antasari Azhar kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

127 http://kesehatan.kompas.com/read/2009/05/13/12431058/istri.antasari.tangga-
pi.isu.selingkuh.suaminya
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
88 ANTASARI AZHAR

Diawal bulan Januari, Antasari Azhar bertemu dengan Sigid


Haryo Wibisono dan Kombes Pol. Drs. Chairul Anwar dirumah Sigid di
Jl. Pati Unus No.35, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Dalam pertemu-
an tersebut dibicarakan adanya teror yang dialami Antasari Azhar dan
keluarganya dan upaya meminta perlindungan hukum kepada Kapolri.
Sebagai tindak lanjut dari tindakan ini dibentuk Tim yang dipimpin oleh
Kombes Pol. Drs. Chairul Anwar untuk melakukan tugas penyelidikan.
Hasil penyelidikan ini berupa foto Nasrudin Zulkarnaen, foto mobil dan
alamat rumah serta alamat kantor dari almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Dengan adanya informasi dari Antasari Azhar, bahwa almarhum


Nasrudin Zulkarnaen sebagi pengguna narkoba, maka pada pertengah-
an bulan Januari 2009 dilakukan penggerebekan terhadap Nasrudin
Zulkarnaen dan Rani Juliani yang sedang menginap di satu Hotel di
Kendari. Oleh karena tidak ditemukan perbuatan pidana dari Almar-
hum Nasrudin Zulkarnaen, maka Tim mengusulkan agar Antasari Azhar
membuat laporan Polisi.

Selain meminta bantuan Kapolri, Antasari Azhar memerintahkan


Budi Ibrahim dan Ina Susanti melakukan pelacakan dan penyadapan
nomor tilpon yang masuk ke nomor tilpon isterinya. Ketika Budi Ibra-
him dan Ina Susanti menyerahkan laporan dan meminta Antasari Azhar
untuk menghentikan penyadapan karena menghabiskan waktu, biaya
dan tidak level, Antasari Azhar mengatakan, “saya apa dia yang mati”.

Oleh karena Tim tidak mampu menghentikan “ancaman dan te-


ror” yang dilakukan oleh almarhum Nasrudin Zulkarnaen, Antasari Az-
har panik dan takut, kemudian mengeluh kepada Sigid Haryo Wibisono
dan mencari cara mengamankan atau menghabisi almarhum Nasrudin
Zulkarnaen.

Sigid Haryo Wibisono bersedia membantu dengan menjadikan


almarhum Nasrudin Zulkarnaen sebagai korban perampokan oleh TKI.
Sigid Haryo Wibisono mengusahakan orang yang bisa menghabisi al-
marhum Nasrudin Zulkarnaen melalui Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar
dan apabila berhasil Antasari Azhar akan membicarakan promosi dan
kenaikan pengkat Wiliardi Wizar kepada Kapolri.

Dalam pertemuan dengan Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar, Anta-


S URAT D AKWAAN DAN
PEMBUNUHAN K ARAKTER 89

sari Azhar meminta bantuan menyelesaikan teror dan ancaman dengan


cara menghabisi almarhum Nasrudin Zulkarnaen. Sigid Haryo Wbisono
akan mempersiapkan dana operasional. Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar
meminta jasa Antasari Azhar untuk membicarakan kenaikan pangkat
dan jabatan kepada Kapolri. Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar menyatakan
siap mengamankan. Selain itu diserahkan pula foto almarhum Nasrudin
Zulkarnaen, foto mobil, alamat rumah dan kantor.

Selanjutnya Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar meminta bantuan


Jerry Hermawan Lo untuk mencari yang dapat menghabisi nyawa al-
marhum Nasrudin Zulkarnaen, karena berbahaya bagi negara dan misi
tersebut adalah tugas negara.

Pada tanggal 2 Februari 2009 Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar, Jerry
Hermawan Lo dan Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo bertemu di Are-
na Bowling Ancol. Dalam pertemuan tersebut Jerry Hermawan Lo memin-
ta bantuan Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo untuk mencari orang
guna menghabisi orang yang fotonya diserahkan, karena membahayakan
keamanan Negara. Setelah pertemuan tersebut Eduardus Noe Ndopo
Mbete alias Edo bertemu dengan Hendrikus Kia Wallen dan menyerahkan
amplop dan mengatakan ada tugas negara menghabisi orang yang ada
dalam foto dan akan disediakan sarana serta biaya operasional.

Antasari Azhar pada bulan Februari mengirim SMS ancaman ke-


pada almarhum Nasrudin Zulkarnaen yang isinya, “maaf mas masalah
ini yang tahu hanya kita berdua kalau sampai terblow up tahu konsek-
wensinya”. SMS diperlihatkan oleh almarhum Nasrudin Zulkarnaen ke-
pada Etza Imelda Fitri, S.H dan Jeffry Lumampouw, S.H.

Awal maret 2009 Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar menemui Sigid
Haryo Wbisono dan meminta dana operasional menghabisi almarhum
Nasrudin Zulkarnaen sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Ketika akan menyerahkan biaya operasional tersebut Sigid Haryo Wbi-
sono memberitahu Antasari Azhar yang dijawab “nanti akan dicarikan
gantinya”. Uang ini kemudian diserahkan oleh Kombes Pol Drs. Wiliardi
Wizar kepada Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo.

Setelah persiapan matang, pada hari Sabtu 14 Maret 2009, sekira


pukul 14.30 WIB bertempat di Jl. Hartono Raya Modern Land Tangerang,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
90 ANTASARI AZHAR

mobil BMW No.Pol B 191 E yang dikemudikan Suparmin dihalangi Toyota


Avanza No. Pol B 8870 NP yang dikemudikan Fransiskus Tadon Kerans ali-
as Amsi dan Sei Lela. Pada saat melewati Poilisi Tidur sepeda motor Yama-
ha Scorpio No. Pol B 6862 SNY yang dikemudikan Heri Santoso dengan
memboncengkan Daniel Daen Sabon alias Daniel mendekati mobil BMW.
Daniel Daen Sabon kemudian mengarahkan senjata api jenis revolver
0.38 kearah kaca samping kiri belakang mobil BMW lalu menembak atau
menarik pelatuk senjata sebanyak dua kali sehingga peluru menembus
kaca pintu mobil dan kena kepala almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Dalam Visum et Repertum dinyatakan,


“Pada mayat laki-laki yang berumur sekitar empat puluh tahun ini
didapatkan 2 (dua) buah luka tembak masuk pada sisi kepala se-
belah kiri, kerusakan jaringan otak serta pendarahan dalam rongga
tengkorak serta 2 (dua) butir anak peluru yang sudah tidak utuh”

“…..sebab matinya orang ini akibat tembakan senjata api yang


masuk dari sisi kepala sebelah kiri; berdasarkan sifat lukanya kedua
luka tembak tersebut merupakan luka tembak ”jarak jauh”; pe-
luru pertama masuk dari arah belakang sisi kepala sebelah kiri dan
peluru yang kedua masuk dari arah depan sisi kepala sebelah kiri
Diameter kedua anak peluru tersebut 9 (sembilan) milimeter
dengan ulir ke kanan; hal mana sesuai dengan peluru yang ditem-
bakan dari senjata api caliber 0,38 tipe S & W.

Perbuatan Antasari Azhar, S.H., MH tersebut diancam pidana dalam


Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP jo Pasal 340.

7. PEMERIKSAAN PENYIDIK YANG TIDAK LAZIM

Hal yang tidak lazim dalam perkara Antasari Azhar ini, yaitu Ha-
kim mengizinkan pemeriksaan penyidik dipersidangan, sebelum semua
saksi yang memberatkan selesai diperiksa. Hadiyatmoko diperiksa ber-
sama penyidik Polri pada tanggal 17 Nopember 2009.128 Dalam catatan
Okezone.com, dinyatakan,

128 http://news.okezone.com/read/2009/11/17/339/276374/hadiyatmoko-sangkal-
ubah-bap-wiliardi-wizar
S URAT D AKWAAN DAN
PEMBUNUHAN K ARAKTER 91

“Soal materi penyidikan saya tidak campuri, tanyakan saja ke pe-


nyidik,” terang Hadiyatmoko di depan majelis hakim PN Selatan,
Selasa (17/11/2009).

Dia menjelaskan, jabatannya sebagai pembina teknis reserse ha-


nya memastikan prosedur penyelidikan dan penyidikan dilaku-
kan dengan benar. “Saya hanya melakukan cross check supaya
tidak terjadi kesalahan, itu saja,” tandasnya.

Staf Ahli Kapolri ini tidak mengelak soal pertemuan dirinya de-
ngan istri Wiliardi, Novarina di Mabes Polri. Pertemuan itu, kata
dia, hanya membicarakan keinginan Nova untuk bertemu suami-
nya. “Dia ingin bertemu suaminya untuk bicarakan pembayaran
fee pengacara,” jelasnya”.

Hal ini terjadi dan dilakukan karena Wiliardi Wizar mencabut


pengakuan dihadapan persidangan tentang keterlibatan Antasari Az-
har dalam perkara pembunuhan almarhum Nasrudin Zulkarnaen. Da-
lam memberitakan masalah ini Detik.com menulis, 129

“Terdakwa kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, Williardi


Wizar membuat pengakuan mengejutkan dalam sidang dengan
terdakwa Antasari Azhar. Williardi menyeret Irjen Pol Hadiyat-
moko dan Brigjen Pol Iriawan Dahlan yang menekannya dalam
proses pemeriksaan.

“Jam 10.00 WIB pagi saya didatangi oleh Wakabareskrim Irjen Pol
Hadiyatmoko. Dia katakan sudah kamu ngomong saja, kamu di-
jamin oleh pimpinan Polri tidak ditahan, hanya dikenakan disi-
plin saja,” kata Wiliardi dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN)
Jakarta Selatan, Jl Ampera, Jakarta, Selasa (10/11/2009).

Kemudian, lanjut Wiliardi, pada pagi dini harinya sekitar pukul


00.30 WIB, dia dibangunkan oleh penyidik kepolisian. Di ruang
pemeriksaan, ada istri dan adik iparnya, serta Dirkrimum saat itu
Kombes Pol M Iriawan”.

129 http://us.detiknews.com/read/2009/11/10/164531/1239121/10/wiliardi-ditekan-
irjen-pol-hadiyatmoko-dalam-proses-bap
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
92 ANTASARI AZHAR

Pemeriksaan serta-merta kepada penyidik ini kalau dihubungkan


dengan konteks kepentingan penyidik beralasan, terutama untuk me-
mojokkan Antasari Azhar. Hal tersebut dapat dibaca dari pemberitaan,
terutama yang keterangannya berasal dari penyidik. Salah satu contoh
adalah berita detikkom yang mencatat,

“Kubu terdakwa Antasari Azhar mensinyalir adanya rekayasa da-


lam kasus pembunuhan berencana terhadap Nasrudin Zulkar-
naen yang melilitnya. Mantan Dirkrimum Polda Metro Jaya
Kombes M Iriawan menilai Antasari hanya mendompleng kisruh
dalam kasus Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto.

“Dia mendompleng kasus Bibit dan Chandra yang belum jelas,”


kata Iriawan usai menjadi saksi dalam sidang pembunuhan Nas-
rudin dengan terdakwa Antasari di Pengadilan Negeri Jakarta Se-
latan, Jl Ampera Raya, Selasa (17/11/2009).

Iriawan mengajak untuk tidak bertanya kenapa para saksi sidang


Antasari mencabut keterangan mereka di BAP, misalnya Wiliardi
Wizar. Melainkan untuk menganalisa siapa di balik pengingkaran
keterangan saksi antara saat di polisi dan persidangan”. 130

Akan tetapi dari fakta ini dapat diduga bahwa hakim sangat re-
aktif dalam memberikan kesempatan kepada penyidik untuk membela
diri, ketika proses dan cara penyidikan yang dilakukan dipersoalkan.
Berita yang ditulis oleh hukumonline, 131 bukan hanya menggambarkan
suasana persidangan yang memberikan kesempatan kepada penyidik
untuk membantah keterangan Wiliardi Wizar ketika memberikan alasan
mencabut BAP, tetapi secara kasat mata hakim memotong pernyataan
Wiliardi Wizar, yang ditulis,

“Saat dikonfirmasi majelis hakim ke Wiliardi perihal pesan pendek


kepada M Iriawan, mantan Kapolres Jakarta Selatan ini memban-
tah. “Bagaimana mungkin saya mengirim SMS, kami tidak punya
HP. Disita semua,” ujarnya. Sebenarnya, sambung Wiliardi, jika saksi
130 http://us.detiknews.com/read/2009/11/17/162229/1243479/10/kombes-iriawan-
antasari-bohongi-kapolri-dompleng-kasus-chandra-bibit
131 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b03ddde7bdb2/saksi-verbalisan-ti-
dak-mungkin-mengaku
S URAT D AKWAAN DAN
PEMBUNUHAN K ARAKTER 93

tersebut memberikan keterangan sebenarnya dan tidak melin-


dungi institusi. Belum juga selesai memberikan argumen, ketua
majelis hakim Heri Swantoro memotong. “Jangan membawa insti-
tusi,” ujar Heri. “Keterangan saya tetap pada tanggal 10,” ujarnya”.

Tidak pernah jelas maksud dari Ketua Majelis Hakim Herri Swan-
toro, yang acapkali memotong keterangan Wiliardi Wizar. Namun tentu
keadaan ini tidak berdiri sendiri. Ada kondisi tertentu yang terjadi dan
hanya Herri Swantoro sendiri yang bisa memberikan jawaban pasti yang
menyebabkan penyidik serta-merta diperiksa setelah Wiliardi Wizar
mencabut keterangan dalam Berita Acara Pemeriksaan. Dan kemudian
menyatakan bahwa dia menyebut Antasari Azhar sebagai orang mem-
punyai kepentingan untuk membunuh almarhum Nasrudin Zulkarnaen,
karena dikondisikan oleh pimpinan Polri, termasuk dengan janji hanya
akan mendapat hukuman disiplin.

Pemeriksaan penyidik yang serta-merta sesudah saksi mencabut


keterangan atau pengakuan dihadapan sidang, bukan hal yang biasa,
tetapi termasuk luar biasa. Umumnya kalau akan dilakukan pemerik-
saan terhadap penyidik, pemeriksaan tersebut baru dilakukan setelah
semua saksi yang memberatkan selesai diperiksa. Tidak seperti yang di-
lakukan seperti dalam perkara Antasari Azhar ini.

8. Surat Tuntutan

Surat Tuntutan terhadap Antasari ini bukan hanya tingginya hu-


kuman yang hendak dijatuhkan kepada Antasari yang mencengangkan.
Ada lagi yang luar biasa yaitu tulisan Tuntutan Mati dengan tulis tangan
menggunakan huruf besar setinggi dua centimeter untuk huruf M dan
setinggi satu setengan centimeter untuk huruf yang lainnya. Tidak je-
las apa alasan tuntutan dibuat dengan cara seperti ini. Mungkin saja ini
sesuai dengan petunjuk dukun. Tetapi yang pasti, ketika Cirus Sinaga
mengucapkan kalimat, “Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa An-
tasari Azhar, S.H.,M.H, dengan pidana MATI” diucapkan seperti seorang
aktor sedang memerankan peran seorang Jaksa menuntut seseorang.

Tuntutan hukuman mati ini sungguh luar biasa dan pasti ada niat
dikandung supaya sensasional. Apalagi dalam alasan yang memberat-
kan tuntutan, karena Antazari Azhar dinilai berbelit-belit dan membuat
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
94 ANTASARI AZHAR

gaduh. Sebenarnya cukup sulit memahami pada bagian mana atau si-
kap seperti apa yang ditunjukkan oleh Antasari Azhar yang dapat di-
nyatakan mempersulit persidangan dan membuat gaduh.

Kalau karena Antasari Azhar mampu membantah keterangan


saksi yang tidak masuk diakal dan karena adanya kemampuan Terdak-
wa menjelaskan dan memberikan tanggapan secara detil dan konsisten
yang disebut berbelit-belit? Maka sama artinya Jaksa Penuntut Umum
menghendaki agar Antasari Azhar ini tidak menggunakan akal budinya.
Tidak boleh menggunakan rahmat Tuhan berupa kecerdasan otak. Ini-
lah bentuk kesengajaan dan terencana yang dilakukan oleh Jaksa untuk
menghina orang berakal dan mempunyai kecerdasan. Menghina kema-
nusiaan, karena yang membedakan manusia dengan bukan manusia
itu adalah akalnya. Sikap ini adalah sikap yang buruk, sikap hanya mau
benar sendiri dan sikap sebagai pemilik kebenaran. Sikap yang baik dan
benar bagi seorang penegak hukum itu adalah menerima kebenaran
dan mau mendengar sisi lain dari satu cerita.

Surat Tuntutan terhadap Antasari Azhar ini tidak kalah ganasnya


dengan Surat Dakwaan dalam menceritakan kejadian di dalam kamar
Hotel Grand Mahakam, dan sumber ceritanya tetap hanya Rani Juliani
seorang diri. Kepercayaan para Jaksa di bawah pimpinan Cirus Sinaga
terhadap keterangan Rani Juliani ini sangat luar biasa. Meskipun tidak
bisa dibandingkan dengan kepercayaan ummat terhadap para Nabi
yang membawa amanat dari Tuhan, tetapi kepercayaan para Jaksa ini
tanpa reserve. Hal ini dapat dilihat, ketika menceritakan dan memberi-
kan pendapat kejadian di kamar 803 Hotel Grand Mahakam. Pada Surat
Tuntutan dinyatakan, 132

“ Banyak orang yang selama ini seolah tidak percaya dan selalu
mengatakan: “Ah masa iya Antasari yang Ketua KPK mau melaku-
kan perbuatan tidak senonoh kepada seorang Rani yang hanya
Caddy golf ??? Yahh tidak mungkinlah, bukankah untuk yang
lebih dari Ranipun Antasari mampu. Pendapat-pendapat yang
sedemikian adalah lumrah dan sangat logis, namun di sisi lain di
balik nama besar dan jabatan strategis sebagai Ketua KPK yang

132 Surat Tuntutan hlm., 2;


S URAT D AKWAAN DAN
PEMBUNUHAN K ARAKTER 95

sedang menanjak karirnya Terdakwa Antasari Azhar adalah tetap


manusia biasa, seorang laki-laki normal.........

Meskipun Terdakwa selalu membantah tuduhan bahwa dirinya ti-


dak ada melakukan perbuatan tercela (pelecehan seksual/asusila)
terhadap Rani Juliani di Kamar 803 Hotel Grand Mahakam, namun
fakta berkata lain, karena terdakwa tidak dapat membantah bahwa
benar pertemuan tersebut terjadi, bahwa benar dalam pertemuan
tersebut hanya ada Terdakwa dan Rani dalam kamar tersebut. Se-
kuat apapun Terdakwa membantahnya tentunya tidak akan berha-
sil karena ternyata keterangan Rani Juliani tersebut telah didukung
oleh rekaman suara Terdakwa dan Rani Juliani......”

Kemudian selanjutnya dinyatakan,


“.....ketika rekaman tersebut diperdengarkan dalam persidangan
ini bagaimana kita mendengarkan suara-suara Rani yang ter-
tawa-tawa manja dan juga disahuti oleh Terdakwa dan dari dia-
log-dialog yang ada terkesan suasana dalam pertemuan tersebut
sangat personal, kemudian ada terdengar suara Terdakwa yang
ingin melihat bibir Rani Juliani, dan juga kata-kata Rani Juliani
pada menit-menit akhir rekaman: “Ih... Bapak dibuka”.133

Pernyataan Jaksa Cirus Sinaga dan Penuntut Umum ini adalah satu
bentuk pelecehan terhadap Antasari Azhar, karena hanya mempercayai
Rani Juliani dan hilang kepercayaannya terhadap Terdakwa. Tidak dapat
disangkal bahwa terdakwa Antasari Azhar ini adalah seorang manusia bi-
asa dan laki-laki normal. Sebab selama ini dia hidup normal, mempunyai
isteri, mempunyai anak dan bekerja sebagaimana manusia normal. Bah-
kan dengan kehidupan normalnya dan sebagai manusia biasa itulah dia
terpilih menjadi Ketua KPK. Kalau dia Malaikat tentu tidak ada yang me-
milihnya menjadi Ketua KPK. Andaikan Antasari Azhar ini bukan manusia
biasa dan tidak normal, maka tidak mungkin dia akan terpilih menduduki
jabatan strategis sebagai Ketua KPK. Sebab, pemilihan Ketua KPK itu dila-
kukan oleh manusia biasa dan normal untuk memilih manusia biasa dan
normal pula. Tidak dilakukan oleh para malaikat.

Namun, satu hal yang dilupakan oleh Jaksa Penuntut Umum bah-

133 Ibid hlm. 3;


K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
96 ANTASARI AZHAR

wa keadaan Antasari Azhar sebagai manusia biasa dan laki-laki normal


itu tidak langsung akan menjadikan Antasari Azhar telah melakukan per-
buatan tercela seperti yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum. Jus-
tru, pernyataan Jaksa Penuntut Umum Cirus Sinaga dan Timnya seperti
mengukur baju orang dengan bajunya sendiri. Dalam hal ini membuat
kesimpulan atas sikap moral orang dengan dasar sikap moral dirinya sen-
diri. Menganggap orang berbuat buruk, karena dia berkelakuan buruk.

Dalam benak Jaksa Penuntut Umum sudah tertanam bahwa se-


mua keterangan Rani Juliani adalah benar belaka. Semua keterangan
Antasari Azhar adalah tidak benar dan keterangan itu adalah bohong
belaka. Pada situasi ini, Jaksa tidak pernah memberikan penilaian yang
jernih atas cara hidup dan sikap hidup Rani Juliani sebagai orang yang
menghalalkan segala cara untuk dapat menikmati hidup, mendapatkan
uang sekadar membasahi kerongkongan.

Tipikal yang nyata dari Rani Juliani ini, dia berani melepas masa
remajanya untuk menjadi isteri ketiga yang hanya dikawini secara siri
oleh seorang Direktur Perusahaan BUMN. Padahal, tak banyak orang
yang berani tutup mata dan telinga dari segala bentuk cemooh dan
umpatan untuk menjadi isteri ketiga yang dikawini secara siri. Akan te-
tapi, seperti itulah yang dilakukan oleh Rani Juliani.

Lebih lanjut dikatakan,


“Masih jelas dalam ingatan kitapada sekita bulan Nopember
2008 adalah masa-masa meroketnya prestasi Terdakwa sebagai
Ketua KPK, tentunya sangat tragis dan ironis apabila kesuksesan
tersebut harus segera hancur dan buyar oleh karena skandal di-
kamar 803 tersebut yang tentunya sangat memalukan bagi Ter-
dakwa. Oleh karena itu Terdakwa akan melakukan segala ikhtiar
agar skandal tersebut tidak mencuat, bagaimana cara supaya
tidak mencuat, tentu caranya adalah mencoba untuk membuat
orang yang mengetahui skandal tersebut tidak membuka aib ter-
sebut dan kalau tidak bisa maka cara lain harus dilakukan untuk
membungkam agar skandal tersebut tetap tersimpan dan tidak
terungkap untuk menjaga kepentingan Terdakwa sendiri”.134

134 Loc.cit;
S URAT D AKWAAN DAN
PEMBUNUHAN K ARAKTER 97

Pada bagian lain dinyatakan,


“ untuk mewujudkan maksud dan niatnya tersebut maka Terdak-
wa telah melakukan permufakatan jahat (Konspirasi) dengan Si-
gid Haryo Wibisono dan Kombes Wiliardi Wizard. Ketiga orang ini
sebagai orang yang berkonspirasi melakukan kejahatan tentulah
akan selalu saling menjaga dan melindungi konspirasinya dan ti-
dak akan mengungkapkan apapun berkaitan dengan apa yang
telah mereka mufakati, sudahlah pasti apabila masing-masing
akan selalu membantah telah bermufakat melakukan kejahatan,
itulah sebabnya dalam perkara Terdakwa ini tidak akan mungkin
terungkap kata-kata yang vulgar dari Terdakwa yang mengingin-
kan kematian korban”.135

Dalam memberikan analisa terhadap fakta pesidangan, terlihat


betul bahwa Jaksa di bawah pimpinan Cirus Sinaga ini mati-hati mereka
telah tertutup oleh nafsu untuk menghukum Antasari Azhar. Tidak ada
lagi objektivitas, tidak ada lagi penalaran rasional. Pada diri Antasari Az-
har itu tidak ada lagi kebenaran, apa yang dikemukakan oleh Antasari
Azhar semua dianggap dusta. Hal ini dapat dilihat dari kalimat,

“ Keterangan Terdakwa yang mengatakan bahwa dirinya tidak me-


rasa terganggu, tidak merasa terusik dan juga tidak merasa teran-
cam ketika korban Nasrudin Zulkarnaen Iskandar mengancam akan
mengadukan perbuatan pelecehan seksual (asusila) yang dilaku-
kan Terdakwa terhadap Rani Juliani isteri sisri korban dikamar 803
Hotel Grand Mahakam kepada DPR, Presiden dan akan diberitakan
di Media Massa tentunya adalah kebohongan, Terdakwa sudah ti-
dak punya pilihan lain, maka Terdakwa harus mengatakan hal ter-
sebut tidak mengganggu dirinya meskipun dia harus berbohong
tentunya untuk satu tujuan supaya tidak ada motif yang bisa dika-
itkan dengan dirinya. Adalah mustahil Terdakwa sebagai seorang
yang sangat terhormat mempunyai jabatan yang sangat prestisi-
us yaitu seorang Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
sepak terjangnya sedang dipuji-puji publik, namanya dielu-elukan
banyak orang dan saat itu sekitar Bulan Nopember 2008 karirnya
sebagai Ketua KPK sedang dalam puncak prestasinya. Bagaiaman
mungkin Terdakwa tidak menjadi panik dan ketakutan karena se-

135 Ibid hlm.4;


K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
98 ANTASARI AZHAR

tidak-tidaknya akan menanggung malu yang sangat besar, karena


nama besarnya yang sudah menggaung diseluruh nusantara tiba-
tiba terhempas issu bahwa seorang Ketua KPK adalah orang yang
bejad moral karena telah melakukan perbuatan pelecehan seksual
(asusila) terhadap seorang perempuan isteri orang lain”.136

Selanjutnya dinyatakan,
“ Fakta lain membuktiksn Terdakwa berbohong ketika mengata-
kan dirinya tidak takut dengan ancaman korban. Setelah adanya
ancaman dari korban dan teror SMS yang diterima isteri Terdakwa
ketika berada di Bali pada akhir Desember 2008, ketika Terdakwa
kembali ke Jakarta pada awal Januari 2009 Terdakwa langsung
menceritakan permasalahannya kepada saksi Sigid Haryo Wibi-
sono dan meminta bantuannya untuk mengatasi ancaman ter-
sebut, kemudian Terdakwa juga melaporkan permasalahannya
tersebut kepada Kapolri, meskipun utnuk menutupi subsatnsi
permasalahan yang sebenarnya terjadi antara Terdakwa dengan
korban, Terdakwa bercerita kepada Kapolri bahwa dirinya diteror
oleh seseorang tanpa memberitahukan ancaman apa yang sebe-
narnya diterimanya dan apa penyebab ancaman tersebut”.137

Inilah bentuk nyata dari pertunjukan Jaksa dalam perkaranya An-


tasari Azhar dalam memutar-balikkan fakta. Tidak ada saksi yang me-
nyatakan bahwa Antasari Azhar meminta bantuan Sigid Haryo Wibiso-
no dan meminta bantuannya untuk mengatasi ancaman teror terhadap
diri dan keluarganya. Justru Sigid Haryo Wibisono dalam faktanya lebih
dahulu mengetahui adanya Tim yang dipimpin oleh Komisaris Besar
Chairul Anwar, bahkan Sigid Haryo Wibisono pula yang mempertemu-
kan Antasari dengan Komisaris Besar Chairul Anwar dirumahnya Sigid.

❖❖❖

136 Ibid, h.133;


137 Loc.cit
99

Bab 4
PUTUSAN PENGADILAN

1. Pengantar

A
ntasari Azhar diadili di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Ketua
Majelis Hakim, adalah H. Herri Swantoro, S.H., MH dan secara ke-
betulan adalah Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Hakim
anggotanya adalah Prasetyo Ibnu Asmara, S.H dan Nugroho Setiadji,
S.H, yang dibantu oleh dua orang Panitera Supyantoro SH dan Anies
Sundarni SH.

Persidangan yang dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim H. Herri


Swantoro, S.H., MH, berjalan secara normal dan serius. Pihak Jaksa Pe-
nuntut Umum dan Penasehat Hukum diberi kesempatan yang cukup
untuk melakukan upaya terbaik sesuai dengan fungsinya masing-ma-
sing. Meskipun, ada hal yang aneh dan tidak lazim terjadi, ketika Ketua
Majelis Hakim H. Herri Swantoro, S.H., MH, serta merta memberikan ke-
sempatan kepada Penyidik dan Irjen Pol. Hadiyatmoko untuk memberi
keterangan setelah Wiliardi Wizar mencabut keterangan dalam BAP dan
memberikan alasannya.

Bagian ini akan mencoba menceritakan dan melukiskan isi dan


K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
100 ANTASARI AZHAR

bunyi dari Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Mahkamah


Agung Rapublik Indonesia.

2. Putusan Pengadilan Negeri

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam putusan perkara No-


mor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010 mengang-
gap terbukti semua unsur delik pada Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo Pa-
sal 55 ayat (1) ke-2 KUHP jo Pasal 340.

Dalam membuktikan unsur “Barang siapa”, pengadilan meng-


anggap telah terpenuhi, karena Antasari Azhar membenarkan identitas
dirinya sebagaimana termuat dalam Surat Dakwaan dan juga Antasari
Azhar sehat rohani dan jasmani.

Untuk membuktikan unsur “Melakukan Atau Turut Serta Me-


lakukan”, Majelis Hakim mempertimbangkannya adanya fakta persi-
dangan pokoknya:

Ada pertemuan antara Antasari Azhar, Sigid Haryo Wibisono dan


Chairul Anwar di rumah Sigid Haryo Wibisono138 berkenaan dengan pe-
nunjukan Chairul Anwar sebagai Ketua Tim139 untuk membantu meng-
amankan Antasari Azhar140 dengan tugas melakukan penyelidikan ter-
hadap pelaku “teror”;141
138 Menurut Berita Acara Persidangan ke 23, tanggal 12 januari 2010, perkara Antasari
Azhar, dalam keterangannya sebagai Terdakwa, yang memperkenalkan Antasari de-
ngan Chairul Anwar adalah Sigid Haryo Wbisono (hlm. 222)
139 Menurut Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, perkara Anta-
sari Azhar, dalam keterangannya sebagai saksi Chairul Anwar menyatakan,
“..saya diperintahkan oleh Kapolri untuk melakukan penyelidikan sehubungan de-
ngan laporan sdr Antasari bahwa beliau diteror dan diancam seseorang, pada tang-
gal 5 Januari 2009 saya dipanggil langsung oleh Bapak Kapolri beliau memberikan
arahan petunjuk untuk melaksanakan tugas penyelidikan, inti pengarahan beliau
agar tugas penyelidikan tersebut dilaksanakan dengan cara proporsional, profesio-
nal dan tidak keluar dari koridor hukum”; (hlm. 148)
140 Menurut Berita Acara Persidangan ke 23, tanggal 12 januari 2010, perkara Antasari
Azhar, dalam keterangannya sebagai Terdakwa Antasari Azhar menyatakan,
“ ...akhir Januari pernah ditilpon oleh Chairul Anwar bahwa mereka sudah selesai
dari kegiatannya .......waktu ketemu pak Kapolri di Golf dan ditanyakan bahwa tidak
ditemukan apa-apa, pak Antasari aman-aman saja...”; (hlm 223)
141 Menurut keterangan Cahairul Anwar, selama penyelidikan tidak ditemukan adanya
P UTUSAN PENGADILAN 101

Menurut keterangan Sigid Haryo Wibisono Antasari Azhar merasa


tidak puas atas hasil kerja tim dan kelihatan tegang serta stress;142

Ada pertemuan antara Antasari Azhar, Sigid Haryo Wibisono dan


Wiliardi Wizar di rumah Sigid Haryo Wibisono Jl. Pati Unus No. 35
Kebayoran Baru Jakarta Selatan.143 Dikatakan bahwa Antasari Az-
har meminta bantuan untuk mengatasi teror144 dan Wiliardi Wizar
menyatakan “siap mengamankan”.145 Dalam pertemuan tersebut
Wiliardi Wizar dikatakan menerima amplop dari Antasari Azhar146
berisi foto Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani, alamat rumah
dan kantor Nasrudin Zulkarnaen.147 Adapun biaya operasional di-

indikasi tindakan fisik yang dilakukan Nasrudin yang membahayakan Antasari Az-
har Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010
dengan Terdakwa Antasari Azhar, pada hlm. 42.
142 Menurut Berita Acara Persidangan ke 23, tanggal 12 januari 2010, perkara Antasari
Azhar, dalam keterangannya sebagai Terdakwa, dia merasa sangat nyaman dengan
adanya tim Chairul Anwar (hlm.251); Dikatakan pula bahwa dia tidak merasa takut
dan panik (hlm.256);
143 Menurut keterangan Williardi Wizar, kedatangannya ke rumah Sigid, karena ditilpon
oleh Sigid, karena ada Antasari Azhar dan dikenalkan oleh Sigid. Berita Acara Per-
sidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, h. 179. Pada hlm. 187 dinyatakan,
“ pak Sigid menilpon kami, katanya pak Wili b isa datang ke rumah tidak, kenapa
mas, saya bilang, katanya akan saya kenalkan dengan pak Antasari”.
144 Pada Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010
dengan Terdakwa Antasari Azhar, pada hlm. 163, yang meminta bantuan mengatasi
teror terhadap Antasari Azhar adalah Sigid Haryo Wibisono. Dalam Berita Acara Per-
sidangan, tanggal 12 januari 2010, dalam perkara Antasari Azhar, keterangannya
sebagai Terdakwa, Antasari Azhar menyatakan hanya kepada Chairul Anwar dia me-
nyatakan keinginannya mengakhiri teror, karena resmi dari Kapolri (hlm 242);
145 Menurut keterangan Antasari Azhar tidak ada ucapan dari Wiliardi Wizar siap meng-
amankan Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari
2010, h.153.
146 Menurut keterangan Wiliardi Wizar sebagai saksi dia menerima amplop dari Sigid
Haryo Wibisono, Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11
Februari 2010, h.49.
147 Menurut Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, dalam perkara
Antasari Azhar, ketika ditanya oleh Hakim Ketua Majelis, mengenai penyerahan foto,
identitas almarhum Nasrudin Zulkarnaen sebagai saksi Chairul Anwar menyatakan,
“ Seingat saya dua kali menyerahkan, sekali melalui email yang disampaikan waktu
itu diminta ditengah-tengah penyelidikan yang mengirimkan anggota tim AKP.
Pinora, kemudian langsung disampaikan data-data tersebut oleh AKP Joni kepada
Sdr. Sigid, karena menurut informasi tidak diterima Sigid langsung karena tidak di-
tempat, yang terima Sdr. YUDI”.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
102 ANTASARI AZHAR

siapkan Sigid Haryo Wibisono sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus


juta rupiah).148 Pada sisi yang lain Wiliardi Wizar meminta bantuan
agar dapat promosi jabatan149 dari Kapolri karena sudah sespati.

Dalam upaya mengatasi teror ini Wiliardi Wizar menghubungi


Jerry Hermawan Lo untuk meminta bantuan mencari informan150
dan Jerry Hermawan Lo mempertemukan Wiliardi Wizar dengan
Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo.151

148 Menurut keterangan Wiliardi Wizar sebagai saksi dia tidak mengetahui jumlah dana
operasional yang diterimanya dari Sigid Haryo Wibisono, Putusan perkara Nomor:
1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010, h.50. Dalam Berita Acara Per-
sidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, berkenaan dengan uang sebesar Rp.
500.000.000,- menurut keterangan Wiliardi Wizar, dinyatakan,
“ setelah Edo melaporkan bahwa tim sudah siap, Edo menilon kami, mas sudah siap
uang operasionalnya mana ?, kami datang ke rumah Sigid, saya bilang mas itu yang
ditugaskan informan itu sudah siap dan minta uang operasional, ya mas antarin saja
katanya, lalu kami tunggu waktu itu jam 8 malam, dan kami anterin ke Edo”; “ terima
langsung dari Sigid”; “uang diberikan dikantornya Sigid di Jl. Kerinci” (hlm 184-185).
Menurut Berita Acara Persidangan ke 8, tanggal 12 Nopember 2009, dalam perkara
Antasari Azhar, berkenaan dengan uang Rp. 500.000.000,- yang diterima oleh Wil-
iardi Wizar, saksi Setyo Wahyudi menyatakan, “ pinjaman uang Rp. 500 juta ke pak
Wiliardi dari pak Sigid Haryo Wibisono, saksi tahu dari pak Sigid Haryo Wibisono, tapi
tidak ada beliau katakan sangkut pautnya dengan terdakwa”; (hlm. 18);
149 Hanya Sigid Haryo Wibisono yang menyatakan adanya permintaan Wiliardi Wizar
untuk promosi jabatan kepada Antsarai Azhar, Putusan perkara Nomor: 1532/PID.
B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010, h.23. Menurut keterangan Antasari Az-
har, dalam perkenalannya dengan Wiliardi Wizar, justru Sigid Haryo Wibisono yang
menyatakan,
“ Mas ini sudah Kombes lho, sudah sespati, kalau mas ada akses, tolong dia”, Putusan
perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010, h.148. Da-
lam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, Wiliardi Wizar me-
nyatakan tidak ada janji dari Antasari Azhar (hlm.181)
150 Menurut keterangan Wiliardi Wizar sebagai saksi yang meminta bantuan mencari
informan adalah Sigid Haryo Wibisono, Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/
PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010, h.49; Dalam Berita Acara Persidangan ke 7,
tanggal 10 Nopember 2009, menurut keterangan Wiliardi Wizar, pembicaraan untuk
mencari informan ini dibicarakan oleh Wiliardi Wizar dan Sigid Haryo Wibisono di-
rumah Sigid (hlm. 182);
151 Dalam Pertemuan tersebut menurut pengakuan Jerry Hermawan Lo, dia mengata-
kan,
“ Edo ini pak Wiliardi Wizar, katanya ada tugas negara, Edo bantulah....., kemudian
Pak Wiliard Wizar bilang, “ Bantulah aku, ini tugas negara, teror orang ini, ikuti terus
menerus” Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari
P UTUSAN PENGADILAN 103

Wiliardi Wizar kemudian menyerahkan uang dari Sigid Haryo Wi-


bisono kepada Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo dan Edo
menyerahkan uang kepada Hendrikus Kia Walen.152

Dalam menyimpulkan bahwa unsur ini terbukti Majelis Hakim


menyatakan,

“.... Terdakwa Antasari Azhar kecewa dengan hasil kerja Tim yang
sudah dibentuk Kapolri, karena teror oleh korban tetap berlang-
sung, hal ini disampaikan kepada Sigid Haryo Wibisono, kemudian
Sigid Haryo Wibisono dan Terdakwa Antasari Azhar bertemu de-
ngan Wiliardi Wizar dan minta bantuan untuk mengamankan teror
dengan mencari orang yang bisa membantu, selanjutnya Wiliardi
Wizar melalui saksi Jerry Hermawan Lo bertemu dengan Edo dan
menyerahkan biaya operasional sejumlah Rp. 500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah) dari Sigid Haryo Wibisono kepada Edo yang se-
lanjutnya Edo menghubungi Hendrikus untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh Antasari Azhar, Sigid Haryo Wibisono dan
Wiliardi Wizar, dengan demikian maka terdapat rangkaian hubung-
an perbuatan dan kerjasama yang erat antara Terdakwa Antasari
Azhar, Sigid Haryo Wibisono dan Wiliardi Wizar, sehingga unsur
ke-2 turut serta melakukan telah terpenuhi”.153

Dalam melakukan pembuktian unsur “Menganjurkan” Majelis


Hakim mempertimbangkan dan menghubungkannya dengan fakta
persidangan:

Antasari Azhar mengeluh kepada Sigid Haryo Wibisono dan


Wiliardi Wizar, karena ada teror dan meminta bantuan mencari
2010, h.110. Dalam keasksian Edo dikatakan, “..pak Wiliardi meminta bantuan kami
untuk melakukan tugas negara yaitu mengikuti seseorang dalam hal ini aktivitasnya
apabila ada yang aneh-aneh supaya dilaporkan kepada pak Wiliardi Wizar.. ada tim
lain yang sudah jalan akan tetapi tim tersebut lambat dan waktunya terbatas, maka
dimintakan dari sipil supaya bisa mengikuti 1 x 24 jam terus menerus...”. Putusan
perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010, h.103.
152 Menurut Keterangan Edo uang tersebut diambil oleh Hendrikus hanya Rp. 100 juta,
untuk biaya operasional, Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL
tanggal 11 Februari 2010, h.105.
153 Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010,
h.167.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
104 ANTASARI AZHAR

orang mengamankan teror.154 Wiliardi Wizar bersedia membantu


dan menerima amplop coklat berisi foto almarhum Nasrudin
Zulkarnaen dan foto mobil;155

Wiliardi Wizar bertemu dengan Jerry Hermawan Lo156 dan Edo,


di mana Wiliardi Wizar meminta bantuan Edo157 untuk mencari
orang yang bisa mengikuti almarhum Nasrudin Zulkarnaen se-
lama 24 jam terus menerus;

Sebelum uang diserahkan oleh Sigid Haryo Wibisono kepada Wil-


iardi Wizar, menurut Sigid Haryo Wibisono, dia melapor kepada
Antasari Azhar yang menyatakan, “selesaikan dulu, nanti saya ca-
rikan gantinya”;158
154 Dalam Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009, menurut keterang-
an Sigid Haryo Wibisono, berkenaan dengan perkenalan Antsari Azhar dan Wiliardi
Wizar, dikatakan,
“ perkenalan biasa, beliau seperti biasa mengeluhkan sesuatu tentang teror terse-
but, tapi detilnya saya tidak tahu, soalnya saya keluar sebentar untuk mengambil
obat batuk dan setelah masuk beliau sudah minta sendiri untuk memecahkan teror
itu”.(hlm. 78). Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, ber-
kenaan dengan perkenalan dengan Antasari Azhar ini, menurut keterangan Wiliardi
Wizar, “...kami ditilpon, mas ada Pak Antasari disini bisa datang tidak ?”; “ saya da-
tang, dan bertemu dengan Pak Antasari diruang kerja pak Sigid”; (hlm. 171) “....saya
diminta bantuan oleh pak Sigid untuk mencarikan informan” (hlm. 181); Pada hlm.
187 dinyatakan, “ pak Sigid menilpon kami, katanya pak Wili bisa datang ke rumah
tidak, kenapa mas saya bilang, katanya akan saya kenalkan dengan pak Antasari”.
155 Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, menurut kete-
rangan Wiliardi Wizar, dia menyerahkan amplop coklat yang diterima dari Sigid ke-
pada Jerry, kemudian diserahkan Jerry kepada Edo, (hlm.184);
156 Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, menurut kete-
rangan Wiliardi Wizar, ketika ketemu Jerry Hermawan Lo, dia katakan ada tugas ne-
gara bisa gak cari informan(hlm.182);
157 Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, menurut kete-
rangan Wiliardi Wizar, ketika ketemu Jerry Hermawan Lo dan Edo,
“ ..perintah pak Sigid ada tugas negara untuk mengikiuti seseorang dalam rangka
mencari tindak pidananya, pokoknya apa gerak geriknya laporkan”. (hlm 183); Dalam
Berita Acara Persidangan ke 15, tanggal 8 Desember 2009, dalam Perkara Antasari
Azhar, saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete als EDO, menjawab pertanyaan penesehat
hukum, mengikuti orang itu, tidak berasal dari Antasari Azhar (hlm. 36);
158 Menurut Antasari Azhar, tidak pernah ada laporan atau pemberitahuan dari Sigid
Haryo Wibisono mengenai penggunaan uang untuk biaya operasional dan tidak
pernah mengatakan “selesaikan dulu, nanti saya carikan gantinya”. Menurut Berita
Acara Persidangan ke 23, tanggal 12 januari 2010, dalam perkara Antasari Azhar,
P UTUSAN PENGADILAN 105

Uang yang diterima oleh Wiliardi Wizar sebesar Rp. 500.000.000,-


(lima ratus juta rupiah) dari Sigid Haryo Wibisono diserahkan ke-
pada Edo. Kemudian uang tersebut diserahkan kepada Hendri-
kus dengan mengatakan ini uang operasional. Uang tersebut ada
yang dibawa oleh Edo untuk biaya pulang kampung.159

Dalam menyimpulkan bahwa unsur ini terbukti Majelis Hakim


menyatakan,

“.....Antasari Azhar dan Sigid Haryo Wibisono telah bertemu de-


ngan Wiliardi Wizar dan minta bantuan Wiliardi Wizar untuk men-
cari orang yang dapat mengakhiri teror yang terus berlanjut
terhadap Antasari Azhar, untuk itu telah menyarahkan amplop
coklat yang berisi foto korban Nasrudin Zulkarnaen dan mobil
BMW yang diteruskan kepada Edo melalui Jerry Hermawan Lo,
Terdakwa Antasari Azhar telah mengijinkan Sigid Haryo Wibisono
menyerahkan uang sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta ru-
piah) kepada Wiliardi Wizar dan selanjutnya diserahkan kepada
Edo sebagai dana operasional, dengan demikian Terdakwa Anta-
sari Azhar telah memberikan kesempatan, sarana atau keterang-
an, sehingga unsur ke-3 menganjurkan, telah terpenuhi”.

Dalam melakukan pembuktian unsur “Dengan Sengaja” Maje-


lis Hakim mempertimbangkan dan menghubungkannya dengan fakta
persidangan:

Budi Ibrahim meminta agar penugasan untuk penyadapan HP


Nasrudin Zulkarnaen dihentikan karena menghabiskan waktu,
biaya dan tidak level,160 mendengar perkataan ini setelah terdiam
dalam keterangannya sebagai Terdakwa, dia mengetahui adanya biaya operasional
sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) setelah dipersidangan (hlm. 255);
159 Menurut Keterangan Edo uang tersebut dia ambil Rp. 100 juta, untuk biaya pulang
ke Flores yang akan dipertanggungjawabkan kepada Wiliardi Wizar, karena uang
bukan biaya untuk membunuh, Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT.
SEL tanggal 11 Februari 2010, h.106.
160 Dalam Berita Acara Persidangan ke 11, tanggal 24 Nopember 2009, dalam Perkara
Antasari Azhar, saksi Ina Susanti, Tim leader Information Processing Analisis (IPA) di
KPK, menyatakan
“ pak Budi Ibrahim berbicara dengan pak Antasari, memohon, pak sudahlah ini di-
berhentikan saja, sampai ada kalimat-kalimat nanti dari pada capek, habis biaya,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
106 ANTASARI AZHAR

Antasari Azhar dengan nada kesal mengatakan “saya atau dia


yang mati”;161

Dalam pertemuan di Ancol antara Wiliardi Wizar, Jerry Herma-


wan Lo dan Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo, Wiliardi Wizar
menyatakan “bantulah aku, ini tugas negara,162 teror orang ini,163
ikuti terus menerus, kalau butuh dana operasional dengan ang-
gota akan disiapkan”, selain itu juga mengatakan, “ini ngga bisa
diikuti terus menerus 1x 24 jam oleh polisi, ini mesti sipil”;164

kami masih banyak tugas lainnya dan ada kalimat seingat saya, ‘nggak level begitu’;
Dilanjutkan, “saya tidak begitu faham apa yang dihentikan”(hlm.33)
161 Dalam Berita Acara Persidangan ke 11, tanggal 24 Nopember 2009, dalam Perkara
Antasari Azhar, saksi Ina Susanti, Tim leader Information Processing Analisis (IPA) di
KPK, menyatakan
“ saya hanya mendengar bahwa Pak Antasari mengucapkan, ‘saya apa dia yang mati’,
saya sendiri juga tidak faham”. Kermudian dilanjutkan, “Sikap terdakwa Pak Antasari
kelihatan kesal, Cuma kemana saya juga tidak begitu faham”, (hlm 33-34);
162 Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, Wiliardi Wizar me-
nerangkan,
“jadi untuk meyakinkan saya bahwa itu tugas negara, pertama didepan saya dit-
ilponlah Kakospri namanya pak Arif, bahwa Wiliardi membantu masalah tugas ini,
jadi kami berkesimpulan bahwa itu tugas negara karena begitu Sdr. Sigid menilpon
Kakospri Arif dan ngomong pada saya, ya sudah dibantu saja mas karena Sigid yang
menghubungi terlebih dahulu, jadi saya tergeraklah membantu ya katanya infor-
manlah”. (hlm. 195);
163 Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, Wiliardi Wizar se-
bagai saksi menerangkan,
“ ....sewaktu kami ngobrol-ngobrol ada setengah jam beliau dapat tilpon dari salah
seorang anggota Polri yang naman ya Helmy Santika, setelah dalam pembicaraan
tilpo tersebut kami mendengar bahwa beliau itu berbicara masalah sasaran dimana,
bagaimana sasaran kita dan bagaimana dimana tempatnya, kami dengar beliau di
Kuningan katanya, setelah seleasi tilpon, saya tanya ke mas Sigid sasaran apa mas,
ini kita ada tugas negara katanya, kita ada tugas untuk mengikuti orang, untuk pe-
nyelidikan seseorang, kalau begitu tugas apa itu mas saya tanya, dia bilang ini kita
membentuk tim dari Mabes Polri sudah membentuk tim yang dipimpin Chairul An-
war, tapi laporannya lamban sekali katanya” (hlm. 179);
164 Dalam Berita Acara Persidangan ke 15, tanggal 8 Desember 2009, dalam Perkara
Antasari Azhar, saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete als EDO, menyatakan,
“ pak Wiliardi bilang, Edo bantulah abang, ini tugas Negara.....carilah orang untuk
mengikuti orang ini......”, kemudian dilanjutkan, “....pak Jerry ada bicara, lho kok Will
kenapa harus adik-adik ini, kan ini tugas Negara, lalu pak Wiliardi bilang begini, kalau
petugas kita waktunya terbatas, jadi kita minta orang sipil yang bisa mengikuti 1 x
24 jam terus menerus, nanti kalau sudah kita bilang stop ya stop, jadi waktunya tidak
P UTUSAN PENGADILAN 107

Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo tidak langsung setuju,165


namun berselang dua hari menilpon Wiliardi Wizar melaporkan
tim sudah siap, lalu bertemu di Mabes Polri meminta penegasan
tugas yang harus dilaksanakan;166

Aneh dan tidak logis ucapan Wiliardi Wizar yang menyatakan bah-
wa Polisi tidak mampu mengikuti orang secara terus menerus 1 x
24 jam, karena polisi terdidik dan terlatih bertugas selama 1 x 24
jam.167 Menjadi pertanyaan target168 dan tujuan Wiliardi Wizar169
terhadap misi tersebut, karena Jerry Hermawan Lo tidak mau ter-

terbatas sampai dimana saja ikuti” (hlm..25);


165 Dalam Berita Acara Persidangan ke 15, tanggal 8 Desember 2009, dalam Perkara
Antasari Azhar, saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete als EDO, menyatakan, “... wah ini
tugas berat bang saya pikir-pikir dulu....” (hlm. 25);
166 Dalam Berita Acara Persidangan ke 15, tanggal 8 Desember 2009, dalam Perkara
Antasari Azhar, saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete als EDO, menyatakan,
“ saya tidak ingat pasti, setelah 5 hari atau seminggu daei Bowling Ancol, pak Wil-
iardi menghubungi saya lagi, bagaimana Edo sudah siap belum anak-anak itu ? saya
bilang saya bicara dengan mereka dulu, terus beliau minta ketemu saya disuruh
tunggu di Hotel Ambara” (hlm. 26);
167 Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, Wiliardi Wizar se-
bagai saksi menerangkan,
“ makanya saya tanyakan kepada pak Sigid waktu itu telpon dengan Helmy Santika
itu, katanya ada tugas negara mengikuti seseorang tidak ada cerita teror segala ma-
cam, tapi ini tugas negara kata pak Sigid itu dan diketahui oleh ini tugas KPK dan tu-
gas Kepolisian, tugas KPK-nya apa saya bilang, tugas KPKnya masalah korupsi, tugas
Kepolisian masalah narkoba, itu yang diceritakan Sigid kepada saya, oh begitu mas,
tetapi tim ini kerjanya agak lambat, bisa gak mas carikan informan mas biar meng-
ikuti 1 x 24 jam”. (hlm. 180);
168 Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, Wiliardi Wizar
sebagai saksi menerangkan “saya tidak tahu sasaran, siapa orangnya, kemarin juga
saya jelaskan di PN. Tangerang dan Edo juga mengakui bahwa saya tidak pernah
diperintahkan oleh SDr. Wiliardi Wizar untuk itu” (hlm. 201)
169 Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, Wiliardi Wizar se-
bagai saksi menerangkan, “ ......hanya mencarikan informan yang akan bergabung
dengan tim yang dipimpin oleh Sdr. Sigid Haryo Wibisono”, (hlm 182);
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
108 ANTASARI AZHAR

libat lagi,170 karena khawatir akibatnya. Tetapi Wiliardi Wizar tetap


meneruskan kehendaknya yang berakibat adanya korban.171

Dalam menyimpulkan bahwa unsur ini terbukti Majelis Hakim


menyatakan,

“ Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan kata teror dapat


diartikan menimbulkan rasa takut/khawatir atau pun dapat men-
celakakan orang lain bahkan sampai mengakibatkan orang mati;

Menimbang, bahwa dengan adanya laporan saksi Eduardus Noe


Ndopo Mbete alias Edo bahwa tim sudah siap yang disampaikan
oleh saksi Kombes Wiliardi Wizar merupakan wujud dari sengaja;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, unsur


ke-3172 dengan sengaja telah terpenuhi”.

Dalam melakukan pembuktian unsur “Direncakan Lebih Dulu”


mempertimbangkan dan menghubungkannya dengan fakta persidang-
an :

170 Dalam Berita Acara Persidangan ke 15, tanggal 8 Desember 2009, Jerry Hermawan
Lo sebagai saksi menerangkan,
“ ....lalu pak Wiliardi bilang bantulah aku ini tugas negara, ikuti orang ini, teror orang
ini”; dilanjutkan “ Saya karena pengusaha lalu saya bilang tidak ikut campur urus-
an teror, lalu saya ke kasir bayar makanan untuk bertiga”; kemdian dikatakan, “ Edo
bilang ini tugas berat, Edo gak langsung mau, saya pikir-pikir dulu, ya saya tidak
nyaman, karena bilang teror bagi saya aneh”; selanjutnya dikatakan, “ saya tidak me-
ngerti bentuk terornya, intinya saya tidak mau terlibat, ngapaqin saya ngurusin hal
kayak gitu”. (hlm. 42)
171 Dalam Berita Acara Persidangan ke 15, tanggal 8 Desember 2009, Eduardus Noe
Ndopo Mbete alias Edo, sebagai saksi menerangkan,
“ ....katanya carilah orang untuk mengikuti orang ini, aktivitasnya kalau ada yang
aneh atau kecurigaan laporkan pada saya, selain tim anda ada tim yang lain, sama-
sama anda juga, jadi ada dua tim yang satu sudah jalan”; selanjutnya diterangkan
oleh Edo, “.....kemudian pak Jerry ada bicara lho kok Will kenapa harus adik-adik ini,
kan ini tugas negara, lalu pak Wiliardi bilang kalau petugas kita waktunya terbatas,
jadi kita minta orang sipil yang bisa mengikuti 1 x 24 jam terus menerus, nanti kalau
sudah kita bilang stop ya sudah stop, jadi waktunya tidak terbatas sampai dimana
saja ikuti”, (hlm. 25);
172 Seharusnya ini disebut unsur keempat;
P UTUSAN PENGADILAN 109

Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo di Arena parkiran Bowl-


ing Ancol menyerahkan amplop berisi gambar orang, mobil
dan rumah yang diterima dari Jerry Hermawan Lo yang berasal
dari Kombes Wiliardi Wizar kepada Hendrikus, dengan mengata-
kan, “ada tugas negara dari pak Wiliardi Wizar untuk mengikuti
orang”;173

Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo 3 kali melapor kepada Wil-
iardi Wizar bahwa sasaran ada di Bandara dengan 4 (empat) Bri-
mob, sasaran ada di Alam Sutera di rumah seorang perempuan
pada malam hari, dan laporan ini dilaporkan kepada Sigid Haryo
Wibisono;174

Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo meminta biaya operasio-


nal kepada Wiliardi Wizar yang diteruskan kepada Sigid Haryo
Wibisono. Permintaan dana operasional ini dilaporkan oleh Sigid
Haryo Wibisono kepada Antasari Azhar, yang menyatakan “di-
selesaikan dulu, nanti saya carikan gantinya”. Uang sebesar Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) diserahkan oleh Setyo Wa-
hyudi kepada Wiliardi Wizar selanjutnya diserahkan kepada Edu-
ardus Noe Ndopo Mbete alias Edo;

Hendrikus mengikuti korban dalam waktu cukup lama,175 hingga


173 Dalam Berita Acara Persidangan ke 15, tanggal 8 Desember 2009, Eduardus Noe
Ndopo Mbete alias Edo, sebagai saksi menerangkan,
“ Kata Hendrik coba kamu cek dulu ini katanya tugas negara, masa melibatkan kita,
saya bilang katanya ada tim lain”; Setleah saya ke Mabes pak Wiliardi bilang tolong-
lah dibantu ini juga bukan anda sendiri ada tim lain juga, anda tugasnya memonitor
saja aktivitasnya, hal itu saya sampaikan ke Hendrik”; (hlm. 27);
174 Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, menurut kete-
rangan Wiliardi Wizar, “ Edo selalu tilpon kalau menemukan sasaran, dua kali di ban-
dara dan di Alam Sutra itu saja, lalu saya laporkan ke Sigid” (hlm. 186); Dalam Berita
Acara Persidangan ke 15, tanggal 8 Desember 2009, Eduardus Noe Ndopo Mbete
alias Edo membenarkan tiga kali melapor kepada Wiliardi Wizar (hlm. 28);
175 Dalam Berita Acara Persidangan ke 15, tanggal 8 Desember 2009, Eduardus Noe
Ndopo Mbete alias Edo, sebagai saksi menerangkan,
“ ... sebelum saya pulang ke Flores Hendrik ada lapor ke saya, gimana Edo setelah
saya turun ke lapangan sepertinya ada gerak gerik tim lain juga seperti petugas, ada
pakai baju safari, bawa beceng/ bawa pestol gitu”; dikatakan pula, “....pakai mobil
Panther merah, Terano, terus motor dan mobil Timor, mereka juga sama-sama ngi-
kuti, lalu saya bilang cobalah amati orang itu bagaimana, katanya petugas, mereka
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
110 ANTASARI AZHAR

pada tanggal 14 Maret 2009 kurang lebih pukul 14.00 WIB se-
bagaimana diterangkan Parmin mobil BMW B 191 E disalib dari
kiri oleh Avanza Silver, lalu terdengar dua tembakan,176 Nasrudin
roboh ke kanan dan kepalanya mengeluarkan darah. Parmin me-
lihat ada sepeda motor Scorpio dinaiki 2 (dua) orang dan tangan
pembonceng kebawah. Berdasarkan analsis Ahli Ruby Alamsyah
terhadap CDR mulai 1 maret sampai 17 April 2009, atas HP milik
Hendrikus, Herry Santosa, Fransiskus, disimpulkan HP Hendrikus
74 (tujuh puluh empat) kali call/SMS ke HP Fransiskus, 12 (dua
belas) kali call/sms ke HP Herry Santosa, 1 (satu) kali call/sms ke
HP Edo, sedangkan HP Fransiskus 76 (tujuh puluh enam) kali call/
sms ke HP Hendrikus, 30 (tiga puluh) kali call/sms ke HP Herry, HP
Herry 11 (sebelas) kali call/sms ke HP Hendrikus, 44 (empat puluh
empat) kali call/sms ke HP Fransiskus, hal ini dapat dijadikan pe-
tunjuk adanya perencanaan diantara mereka untuk melakukan
pembunuhan terhadap korban Nasrudin Zulkarnaen.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan


tersebut, unsur ke-5 Direncanakan Lebih Dulu Terpenuhi.

Dalam melakukan pembuktian unsur “Menghilangkan Nyawa


Orang lain” Majelis Hakim mempertimbangkan dan menghu-
bungkannya dengan fakta persidangan :

Berdasarkan keterangan Parmin pada tanggal 14 Maret 2009 ku-


rang lebih pukul 14.00 WIB sebagaimana diterangkan Parmin mo-
bil BMW B 191 E disalib dari kiri oleh Avanza Silver, lalu terdengar
dua tembakan, Nasrudin roboh ke kanan dan kepalanya mengelu-
arkan darah. Parmin melihat ada sepeda motor Scorpio dinaiki 2
(dua) orang dan tangan pembonceng kebawah, lalu Parmin ber-
teriak minta tolong. Kaca belakang kiri yang segitiga kena tembak
berlubang dua. Nasrudin Zulkarnaen dibawa ke RS Mayapada Ta-

sangat transparan, terlalu dekat ke orang tersebut, lalu saya bilang ke pak Wiliardi,
pak ini ada laporan dari orang lapangan katanya ada sekelompok orang katanya
petugas, beliau bilang itu tim kita juga yang menguntai sama-sama anda juga” (hlm.
28);
176 Dalam Berita Acara Persidangan ke 5, tanggal 3 Nopember 2009, Suparmin menya-
takan, “ yang ditembak kaca pintu kiri belakang yang segi tiga, kaca lobang dua”;
(hlm. 54);
P UTUSAN PENGADILAN 111

ngerang, lalu dipindahkan ke RS Gatot Subroto hingga meninggal


sesuai dengan Visum et Repertum nomor: 1030/SK.II/03/2-2009
tanggal 30 Maret 2009 ditanda tangani oleh Dr. Abdul Mun’im Id-
ries Sp.F, dengan kesimpulan pada mayat laki-laki berumur sekitar
40 tahun ini didapatkan 2 (dua) buah luka tembak masuk pada sisi
kepala sebelah kiri, kerusakan jaringan otak serta pendarahan da-
lam rongga tengkorak serta 2 (dua) butir anak peluru yang tidak
utuh, sebab matinya orang ini akibat tembakan senjata api yang
masuk dari sisi kepala sebelah kiri, berdasarkan sifat lukanya kedua
luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak jauh, diameter
kedua anak peluru 9 (sembilan) milimeter dengan ulir ke kanan,
hal mana sesuai dengan peluru yang ditembakkan dari senjata api
caliber 0,38 tipe S&W;

Menurut ahli Ruby Alamsyah, nomor-nomr HP milik antara lain,


Nasrudin Zulkarnaen 62811978245, Hendrikus 6281383799099,
Fransiskus 62812133979801, dan Herry Santosa 62818749176,
berada di sekitar loka penembakan sesuai hasil pengukuran ko-
ordinat bumi TKP ruang-ruang BTS.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan


tersebut unsur ke-6 menghilangkan nyawa orang lain terpe-
nuhi.

Dengan pertimbangan ini kemudian Hakim Pengadilan Negeri


Jakarta Selatan dalam Putusan Perkara Nomor: 1532/Pid.B/2009/PN. Jkt.
Sel. Tanggal 11 Februari 2010, menyatakan Antasari Azhar terbukti se-
cara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “TURUT
SERTA MENGANJURKAN PEMBUNUHAN BERENCANA” dan memida-
na Antasari Azhar dengan pidana penjara selama 18 (delapan be-
las) tahun penjara.

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ini, diperbaiki


oleh Pengadilan Tinggi Jakarta dalam Putusan Perkara Nomor: 71/
PID/20/2010/ PT.DKI tanggal 17 Juni 2010, sepanjang menyangkut
kwalifikasi tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa. Antasari Azhar
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“MENGANJURKAN PEMBUNUHAN BERENCANA”.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
112 ANTASARI AZHAR

3. Putusan Mahkamah Agung

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1429 K/


Pid/2010, tanggal 21 September 2010,

Memperbaiki amar putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor


71/PID/20/2010/PT.DKI tanggal 17 Juni 2010 yang mengubah
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor: 1532/PID.
B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010 sekedar mengenai
kualifikasi tindak pidana yang dilakukan oleh TERDAKWA sehing-
ga berbunyi sebagai berikut:

- Menyatakan terdakwa ANTASARI AZHAR, S.H., M.H. yang


identitas lengkapnya tersebut di muka, terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “TURUT
SERTA MENGANJURKAN PEMBUNUHAN BERENCANA” ;

- Memidana TERDAKWA tersebut, dengan pidana penjara se-


lama: 18 (delapan belas) tahun.

Dalam Putusan Mahkamah Agung ini terdapat perbedaan pen-


dapat yang dikemukakan oleh Anggota Majelis Hakim Agung Prof. Dr.
Surya Jaya, S.H. M.Hum, yang membebaskan Antasari Azahar, pada po-
koknya menyatakan:

Bahwa alasan Kasasi Terdakwa huruf C dibenarkan, karena Judex


Facti salah menerapkan ketentuan Pasal 184 ayat (1) huruf b KU-
HAP jo Pasal 186 KUHAP;

Keterangan ahli dapat dikesampingkan sepanjang tidak relevan,


tetapi menjadi imperatif manakala bersifat menentukan seperti
balistik atau forensik. Keterangan ahli dalam perkara Antasari ti-
dak dapat dikesampingkan karena urgen dan menentukan pe-
laku sesungguhnya;

Dengan tidak digunakannya keterangan ahli forensik dan balistik,


maka ini adalah kekeliruan Judex Facti sebab mengesampingkan
tujuan pemeriksaan perkara pidana mencari kebenaran materiil.
Tujuannya untuk menghindari peradilan sesat dan urgensinya
P UTUSAN PENGADILAN 113

adalah untuk menghilangkan keragu-raguan pelaku penembak-


an sesunggunya;

Judex Facti seharusnya mempertimbangkan senjata dan peluru


dengan barang bukti peluru yang ditubuh korban untuk mem-
buktikan ada perbedaan atau tidak ada perbedaan;

Keterangan ahli balistik dan forensik Dr. Abdul Mun’im Idries ti-
dak dapat dikesampingkan. Jika Judex Facti menggunakan alat
bukti keterangan ahli Dr. Abdul Mun’im Idries hasilnya akan lain
dari putusan perakara ini.

Selain itu Anggota Majelis Hakim Agung Prof. Dr. Surya Jaya, S.H.
M.Hum, menyatakan, keberatan kasasi huruf E tentang fakta hukum di-
persidangan dihubungkan dengan huruf I penganjuran pembunuhan
berencana Judex Facti salah menerapkan hukum sebagai berikut :

1. Tidak ada pertemuan dan pembicaraan atau kontak antara


Terdakwa dengan Terdakwa Edo dkk;
2. Pertemuan Terdakwa dengan Sigid dan Wiliardi membicara-
kan ancaman, intimidasi dan teror terhadap Terdakwa dan
permintaan pengamanan, tidak ada pembicaraan merenca-
nakan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen;
3. Terdakwa tidak pernah membujuk atau menganjurkan siapa-
pun untuk membunuh Nasrudin Zulkarnaen;
4. Terdakwa tidak memberikan uang atau barang serta iming-
iming kepada siapapun untuk melakukan pembunuhan;
5. Tidak ada niat dari terdakwa untuk menghilangkan nyawa
Nasrudin Zulkarnaen, tidak ada kata-kata yang keluar dari mu-
lut Terdakwa untuk membicarakan, menganjurkan atau me-
merintahkan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen;
6. Istilah “melaksanakan tugas negara” yang disampaikan Si-
gid kepada Wiliardi adalah untuk melakukan penyelidikan
atau mengikuti orang mengenai masalah narkoba dan tugas
mengamankan Terdakwa dan keluarganya, bukan melaku-
kan pembunuhan terhadap korban;
7. Permintaan mencegah teror atau pengamanan terdakwa
atas inisitif Sigid kepada Wiliardi, selanjutnya Wiliardi memin-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
114 ANTASARI AZHAR

ta Jerry Hermawan memperkenalkan dengan Edo, kemudian


menyampaikan permintaan Sigid;
8. Uang Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) berasal dari
Sigid, bukan berasal dari Terdakwa, yang digunakan untuk
pengamanan dari ancaman teror dan intimidasi, bukan seba-
gai alat melakukan pembujukan atau penganjuran kepada
Edo dan kawan-kawan;
9. Dapat disimpulkan :
a. Untuk menentukan apakah Edo dan kawan-kawan yang
melakukan penembakan terhadap korban harus mem-
pertimbangkan keterangan ahli balistik dan forensik
untuk menjelaskan apakah anak peluru yang ada sama
dengan yang bersarang pada tubuh korban;
b. Jika peluru sama dengan yang disita penyidik yang ber-
hubungan dengan Edo dan kawan-kawan, maka sesuai
fakta niat atau inisiatif membunuh bukan dari Terdakwa,
Sigid maupun Wiliardi, sebab tidak pernah ada kata ke-
luar dari mulut mereka untuk melakukan pembunuhan
terhadap korban;
10. Tidak ada satupun alat bukti yang dapat digunakan untuk
menyatakan bahwa Antasari Azhar telah melakukan “peng-
anjuran atau pembujukan” kepada Sigit maupun kepada Wil-
iardi terlabih lagi terhadap Edo dan kawan-kawan;
11. Judex Facti salah dalam menggunakan SMS sebagai dasar
pertimbangan yang menentukan (alat bukti) padahal dalam
perkara aquo SMS bukanlah alat bukti. SMS tersebut tidak
menunjukkan adanya petunjuk bahwa Terdakwa melakukan
penganjuran atau pembujukan untuk melakukan pembu-
nuhan;
12. Keterangan Sigid yang menyatakan, “Terdakwa bilang harus
ada tindakan kongkrit untuk menyelesaikan teror, ancaman”
tidak dapat dikatakan penganjuran. Untuk mempersalahkan
Terdakwa menganjurkan membunuh korban harus secara te-
gas dan jelas keluar dari mulut Terdakwa, ini penting karena
menyangkut niat dan pertanggungjawaban pidana. Syarat
penganjuran itu, penganjur harus mempunyai kesengajaan
terhadap subyek yang dimaksud;
13. Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melaku-
kan turut serta penganjuran pembunuhan berencana.
P UTUSAN PENGADILAN 115

4. PERTENTANGAN ANTARA PUTUSAN YANG SATU DENGAN


PUTUSAN YANG LAINNYA, YAKNI ANTARA PUTUSAN
ANTASARI AZHAR, SIGID HARYO WIBISONO, WILIARDI WIZAR
DAN EDUARDUS ALIAS EDO SERTA HENDRIKUS KIAWALEN
MENGENAI UNSUR “MENGANJURKAN (PENGANJUR PARA
PENGANJUR)”.

Dalam pertimbangan hukum Putusan Judex Facti Tingkat Perta-


ma dalam perkara Antasari Azhar, Perkara No. 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.
Sel, (hlm. 167), telah memuat pertentangan antara putusan yang satu
dengan putusan yang lainnya, yakni antara putusan Antasari Azhar,
Sigid Haryo Wibisono, Wiliardi Wizar dan Eduardus Alias Edo serta
Hendrikus Kiawalen mengenai unsur “menganjurkan (penganjur para
penganjur)” karena pertimbangan hukum putusan Judex Facti Tingkat
Pertama perkara Sigid Haryo Wibisono (No. 1529/Pid.B/ 2009/PN.Jkt.
Sel.) dan pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama perkara
Drs. Wiliardi Wizar (No. 1530/ Pid.B/2009/PN.Jkt.SEL.) bertentangan
dengan pertimbangan hukum putusan Judex Facti Tingkat Pertama
perkara Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo No. 1807/Pid.B/ 2009/
PN.TNG dan pertimbangan hukum putusan Judex Facti Tingkat Pertama
perkara Hendrikus Kia Walen/Hendrik (No. 1808/Pid.B/2009/PN.TNG),
mengenai unsur menganjurkan.

Pertimbangan hukum Putusan Judex Facti, perkara Antasari Az-


har, Perkara No.1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, halaman 170, menyatakan,

“ Menimbang, bahwa dari uraian fakta-fakta hukum tersebut di


atas, ternyata terdakwa Antasari Azhar dan Sigid Haryo Wibiso-
no telah bertemu dengan Wiliardi Wizar dan minta bantuan Wil-
iardi Wizar untuk mencari orang yang dapat mengakhiri teror yang
terus berlanjut terhadap terdakwa Antasari Azhar, untuk itu telah
menyarahkan amplop coklat yang bersisi foto korban Nasrudin
Zulkarnaen dan mobil BMW yang diteruskan kepada Edo melalui
Jerry Hermawan Lo, terdakwa Antasari Azhar telah mengijinkan
Sigid Haryo Wibisono menyerahkan uang kepada Wiliardi Wizar
dan selanjutnya diserakan kepada Edo sebagi dana operasional,
dengan demikian terdakwa Antasari Azhar telah memberikan ke-
sempatan, sarana atau keterangan, sehingga unsur ke-3 mengan-
jurkan, telah terpenuhi. ”
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
116 ANTASARI AZHAR

Dalam pertimbangan hukum Putusan Judex Facti perkara Sigid


Haryo Wibisono, Perkara No.1529/Pid.B/2009/ PN.Jkt.Sel, halaman 141,
dinyatakan,

“ Menimbang, bahwa dari uraian fakta-fakta hukum tersebut di


atas, ternyata terdakwa dan Antasari Azhar telah bertemu dengan
Wiliardi Wizar dan minta bantuan Wiliardi Wizar untuk mencari
orang yang dapat mengakhiri teror yang terus berlanjut terhadap
terdakwa Antasari Azhar, untuk itu telah menyerahkan amplop
coklat yang bersisi foto korban dan mobil korban yang diteruskan
kepada Edo melalui Jerry Hermawan Lo, terdakwa juga telah
memberikan uang sejumlah Rp.500.000.000,- kepada Wiliardi Wiz-
ar dan diserakan kepada Edo sebagai uang operasional, dengan
demikian terdakwa telah memberikan sarana, sehingga unsur ke-3
menganjurkan, telah terpenuhi. ”

Sedangkan dalam pertimbangan hukum Putusan Judex Facti per-


kara Drs. Wiliardi Wizar, Perkara No.1530/Pid.B/2009/ PN. Jkt.SEL., hala-
man 106 dinyatakan,

“ Menimbang, bahwa berdasarkan uraian fakta-fakta dan pertim-


bangan tersebut di atas, Majelis berkesimpulan bahwa perbuatan
terdakwa yang atas permintaaan saksi Antasari Azhar mencari
saksi Edo melalui saksi Jerry Hermawan Lo untuk menghentikan
teror kepada saksi Antasari Azhar tersebut, kemudian menyerah-
kan amplop berwarna coklat yang bersisi foto orang yang harus
diikuti dan mobil kepada Jerry Hermawan Lo, untuk diberikan ke-
pada saksi Edo dan menyerahkan uang sejumlah Rp. 500.000.000,-
dari Sigid Haryo Wibisono kepada Edo untuk biaya operasional,
adalah telah memenuhi daya upaya penganjuran dalam hal mem-
berikan kesempatan dan sarana.”

Dalam pada itu pertimbangan hukum Putusan Judex Facti Peng-


adilan Negeri Tangerang Perkara No. 1807/Pid.B/2009/ PN.TNG, atas
nama Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo yang diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum, 23 Desember 2009, pada halaman 61-62,
dinyatakan,

“ Menimbang, bahwa dari fakta hukum di atas Majelis Hakim ber-


P UTUSAN PENGADILAN 117

pendapat serta meyakini bahwa terdakwa dan Hendrikus menerima


tawaran pekerjaan tersebut telah menyadari sejak semula bahwa
tugas tersebut bukan hanya sebatas mengikuti dan meneror saja,
akan tetapi untuk menghabisi korban Nasrudin Zulkarnaen terse-
but, apalagi jika hal itu dihubungkan pula dengan dana operasional
sejumlah Rp. 500.000.000,- tersebut jelas merupakan suatu petunjuk
bahwa terdakwa telah menyadari untuk mengehabisi atau membu-
nuh korban, kemudian dengan adanya niat tersebut lalu membujuk
Hendrikus Kiawalen untuk melakukan pembunuhan tersebut, dan
oleh Hendrikus Kiawalen pun telah menyadari hal itu sehingga ke-
mudian mau melaksanakan tugas tersebut dengan membujuk lagi
Fransiskus Todan Kerans alias Amsi, Daniel Daen Sabon dan Heri
Santosa untuk melakukan pembunuhan terhadap korban Nasrudin
Zulkarnaen, jika oleh terdakwa dan Saksi Hendrikus Kiawalen me-
ngatakan tidak bermaksud atau berniat untuk membunuh korban
Nasrudin Zulkarnaen tersebut dan hanya sebatas mengikuti terus
menerus dengan maksud untuk meneror, maka tentu saja terdakwa
dan Hendrikus Kiawalen tidak perlu pikir-pikir dan mencari tahu le-
bih jauh apakah tugas ini benar adalah tugas negara, demikian pula
ternyata setelah Hendrikus menerima uang Rp. 100.000.000; dari
terdakwa lalu menyuruh Fransiskus Tadon Kerans untuk membeli
senjata api dan kenyataannya korban meninggal dunia karena telah
ditembak oleh Daniel dengan menggunakan senjata api tersebut,
dengan demikian maka dapatlah dibuktikan peranan terdakwa ada-
lah sebagai pembujuk atau penganjur, karena itu unsur sebagai pem-
bujuk/ penganjur telah dapat dipenuhi. ”

Pertimbangan hukum Putusan Judex Facti Pengadilan Negeri Ta-


ngerang Perkara No. 1808/Pid.B/2009/ PN.TNG, atas nama Hendrikus
Kiawalen yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, 23 De-
sember 2009, pada halaman 150-151, dinyatakan,

“Bahwa setelah bertemu dengan Heri dan Amsi dan mengeta-


hui pembunuhan telah dilakukan, maka Hendrikus mengambil
uang yang dititipkan Edo pada Videlis Bhia Goa sebanyak Rp.
400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) dan diberikan Hendrikus
kepada Heri dan Daniel, masing-masing sebesar Rp. 10.000.000,-
(sepuluh juta rupiah); ” --
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
118 ANTASARI AZHAR

“Bahwa sebagai imbalan dari perbuatan yang dilakukan Hendrikus


menyerahkan uang masing-masing kepada Heri Santosa bin Ras-
dja alias Bagol sebesar Rp.70.000.000,- (tujuh puluh juta rupiah),
Daniel Daen Sabon alias Daniel Rp.35.000.000,- (tiga puluh lima
juta rupiah) dari Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) yang
dijanjikan Fransiskus Tadon Keran alias Amsi Rp.20.000.000,- (dua
puluh juta rupiah); ”

Kemudian dalam pertimbangan hukumnya halaman 151, dinya-


takan:

“ Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut Majelis berpen-


dapat Unsur dengan pemberian, perjanjian, salah memakai kekua-
saan atau pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu daya atau de-
ngan memberi kesempatan, daya upaya, atau keterangan, sengaja
membujuk untuk melakukan suatu perbuatan telah terpenuhi. ”

“ Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur tindak pidana yang


terdapat dalam Pasal 55 ayat (1) ke-2 jo Pasal 340 KUHP sebagai-
mana dakwaan kesatu telah terpenuhi, maka Majelis berpendapat
terdakwa Hendrikus Kiawalen alias Hendrik telah terbukti secara
sah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana, “dengan se-
ngaja membujuk orang lain melakukan pembunuhan berencana .”

Dalam pertimbangan hukum Putusan Judex Facti, Perkara No.


1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, atas nama Antasari Azhar tersebut, be-
nar ada pertemuan dengan Wiliardi Wizar tetapi tidak ada perminta-
an kepada Wiliardi Wizar untuk mencari orang yang dapat mengakhiri
teror yang terus berlanjut. Pertemuan tersebut tidak membuktikan
bahwa Antasari Azhar “telah menganjurkan secara langsung atau ti-
dak langsung” kepada Sigid Haryo Wibisono ataupun Wiliardi Wizar
untuk menyerahkan amplop coklat yang berisi foto korban kepada Edo
melalui Jerry Hermawan Lo. Tidak juga dapat dibuktikan bahwa Anta-
sari Azhar telah menyetujui penyerahan uang sebesar Rp.500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) dari Sigid Haryo Wibisono kepada Edo untuk
biaya operasional. Dengan demikian, maka tidak dapat dibuktikan bah-
wa Antasari Azhar telah menganjurkan Edo untuk menghabisi korban
Nasrudin Zulkarnaen tersebut. Tidak juga dapat dibuktikan bahwa An-
tasari Azhar telah membujuk Hendrikus Kiawalen untuk melakukan
P UTUSAN PENGADILAN 119

pembunuhan tersebut atau membujuk lagi Fransiskus Todan Kerans


alias Amsi, Daniel Daen Sabon dan Heri Santosa untuk melakukan
pembunuhan terhadap korban Nasrudin Zulkarnaen.

Bahwa benar ada pertemuan antara saksi Sigid Haryo Wibiso-


no dan Antasari Azhar dengan Wiliardi Wizar tetapi dalam pertemu-
an tersebut tidak ada permintaan bantuan kepada Wiliardi Wizar un-
tuk mencari orang yang dapat mengakhiri teror yang terus berlanjut
terhadap Antasari Azhar. Dalam pada itu tidak ada penyerahan am-
plop coklat dari Antasari Azhar kepada Wiliardi Wizar yang berisi foto
korban dan mobil korban yang diteruskan kepada Edo melalui Jerry
Hermawan Lo, sebagai bentuk pembujukan untuk melakukan pembu-
nuhan. Sigid Haryo Wibisono juga telah memberikan uang sejumlah
Rp.500.000.000,- kepada Wiliardi Wizar dan diserakan kepada Edo se-
bagai uang operasional, bukan juga sebagai bentuk pembujukan un-
tuk melakukan pembunuhan. Semua ini tidak dapat membuktikan ada
saling bujuk satu sama lain atau pembujukan yang berantai dilakukan
oleh Sigid Haryo Wibisono sebagai kelanjutan atau melanjutkan bu-
jukan dari Antasari Azhar menganjurkan Edo untuk menghabisi kor-
ban Nasrudin Zulkarnaen atau membujuk Hendrikus Kiawalen untuk
melakukan pembunuhan tersebut atau membujuk lagi Fransiskus Ta-
don Kerans alias Amsi, Daniel Daen Sabon dan Heri Santosa untuk
melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen.

Dengan demikian sesungguhnya tidak ada bukti yang menun-


jukkan Wiliardi Wizar atas permintaaan Antasari Azhar, mencari saksi
Edo melalui saksi Jerry Hermawan Lo untuk menghentikan teror ke-
pada Antasari Azhar tersebut. Tidak ada bukti penyerahan amplop
berwarna coklat yang bersisi foto orang yang harus diikuti dan mobil
kepada Jerry Hermawan Lo, untuk diberikan kepada saksi Edo dan me-
nyerahkan uang sejumlah Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dari
Sigid Haryo Wibisono kepada Edo untuk biaya operasional, sebagai
kelanjutan dari bujukan yang dilakukan oleh Antasari Azhar atau oleh
Sigid Haryo Wibisono untuk melakukan pembunuhan. Hal ini juga bu-
kan merupakan bukti bahwa Wiliardi Wizar menganjurkan Edo untuk
menghabisi korban Nasrudin Zulkarnaen atau membujuk Hendrikus
Kiawalen untuk melakukan pembunuhan atau membujuk lagi Fransis-
kus Tadon Kerans alias Amsi, Daniel Daen Sabon dan Heri Santosa
untuk melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
120 ANTASARI AZHAR

Kemudian dalam pertimbangan hukum Putusan Judex Fac-


ti Pengadilan Negeri Tangerang Perkara No. 1807/Pid.B/2009/ PN.TNG
perkara Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo dan Hendrikus me-
nerima tawaran pekerjaan yang disampaikan oleh Wiliardi Wizar ter-
sebut hanya sebatas mengikuti dan meneror saja. Dana operasional
yang diterima adalah dana yang digunakan untuk mengikuti saja. Hal
tersebut terbukti dari adanya fakta bahwa Edo tidak pernah mengeta-
hui apalagi memberikan uang untuk membeli senjata. Bahwa kematian
korban almarhum Nasrudin Zulkarnaen, karena diduga telah “ditem-
bak” oleh Daniel dengan menggunakan senjata api tidak serta merta
dapat dianggap karena dibujuk oleh Eduardus alias Edo, sebab yang
diminta oleh Eduardus alias Edo, terbatas hanya mengikuti korban se-
cara terus-menerus. Dalam pada itu, sebagaimana terbukti pada fakta
persidangan bahwa Eduardus alias Edo, selama proses mengikuti al-
marhum Nasrudin Zulkarnaen tidak berada di Jakarta dan juga tidak
melakukan monitoring terhadap perkembangan dalam mengikuti kor-
ban almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Dari bunyi Putusan Judex Facti Pengadilan Negeri Tangerang Per-


kara No. 1808/Pid.B/2009/PN.TNG, yang diucapkan dalam sidang terbu-
ka untuk umum, 23 Desember 2009, atas nama Hendrikus Kiawalen,
tidak dikatakan bahwa Antasari Azhar telah dengan sengaja membujuk
orang lain melakukan pembunuhan berencana terhadap alm. Nasrud-
din Zulkarnaen. Bahwa penyerahan uang kepada Heri Santosa bin
Rasdja alias Bagol, Daniel Daen Sabon alias Daniel dan Fransiskus
Tadon Kerans alias Amsi adalah sepenuhnya biaya yang digunakan
untuk operasional mengikuti almarhum Nasrudin Zulkarnaen seperti
diterangkan dalam keterangan Hendrikus Kiawalen halaman 119 Pu-
tusan Judex Facti Tangerang Perkara No. 1808/Pid.B/2009/PN.TNG, yang
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum 23 Desember 2009.

Berdasarkan bunyi pertimbangan hukum dalam perkara Anta-


sari Azhar, perkara Sigid Haryo Wibisono, perkara Wiliardi Wizar, per-
kara Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo dan perkara Hendrikus
Kiawalen, semua ini tidak dapat membuktikan ada saling bujuk satu
sama lain atau pembujukan yang berantai dilakukan oleh Antasari Az-
har, Sigid Haryo Wibisono, Wiliardi Wizar, Eduardus alias Edo dan
Hendrikus Kiawalen untuk menghabisi atau melakukan pembunuhan
terhadap Nasrudin Zulkarnaen, dengan cara membujuk lagi Fransis-
P UTUSAN PENGADILAN 121

kus Tadon alias Amsi, Daniel Daen Sabon dan Heri Santosa untuk
melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen.

Oleh karena itu sesungguhnya tidak ada bukti atau keterangan


saksi yang menunjukkan Antasari Azhar menganjurkan untuk melaku-
kan pembunuhan. Apalagi mengingat bahwa dalam perbuatan peng-
anjuran, pelaku hanya bertanggung jawab terhadap perbuatan pidana
yang sengaja dianjurkan saja beserta akibat-akibatnya. Jika para pelaku
materiil/ pelaksana/eksekutor melakukan perbuatan pidana yang me-
lebihi dari yang “dianjurkan”, maka perbuatan pidana tersebut menjadi
tanggung jawab sendiri pelaku materiil/ pelaksana/eksekutor. Dengan
demikian, maka menjadi salah besar jika Antasari Azhar dimintai per-
tanggungjawaban yang dilakukan oleh pelaku materiil/ pelaksana/ek-
sekutor. Sedangkan dia tidak pernah menganjurkan apapun kepada
eksekutor tersebut. Jangankan menganjurkan untuk melakukan pem-
bunuhan, bertemu muka saja baru terjadi setelah sama-sama ditahan
di Polda Metro Jaya.

5. Pertimbangan tentang SMS Ancaman

Salah satu masalah yang menjadi perdebatan yang panjang dalam


perkara Antasari Azhar ini adalah mengenai adanya SMS ancaman dari
Antasari Azhar terhadap Almarhum Nasrudin Zulkarnaen. Dengan ada-
nya pengetahuan bahwa pernah ditunjukkan oleh almarhum tentang
adanta SMS ancaman ini, maka Jeffrey Lumampouw, SH, Etza Imelda Fi-
tri, SH bersaksi dipenyidikan dan pengadilan, selain tentu adanya kete-
rangan dari Rani Juliani. Untuk membuktikan bahwa SMS ancaman ini
tidak pernah ada dan hanya rekayasa yang dikuatkan dengan keterangan
saksi, maka pihak Antasari Azhar meminta Ahli IT dari ITB Dr. Ir. Agung
Harsoyo,DEA untuk memberi keterangan di hadapan persidangan

No Nama Isi SMS Pengirim SMS


1. Rani Juliani “mas permasalahan ini hanya kita Antasari
yang tahu, kalau sampai ter blouw
up tahu konsekwensinya”,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
122 ANTASARI AZHAR

2. Jeffrey Lumam- “MAAF MAS, MASALAH INI CU- nama Antasari


pouw, SH KUP KITA BERDUA SAJA YANG di atas
TAHU, KALAU SAMPAI TERBLOUW
UP, TAHU KONSEKKUENSINYA”.
3. Etza Imelda “Maaf Mas, masalah ini yang tahu Antasari tanpa
Fitri, SH hanya kita berdua, kalau sampai nomor
terblouw up, tahu konsekwensi-
nya”
4. Dr. Ir. Agung BAHWA AHLI TIDAK MENEMUKAN Tidak ada
Harsoyo,DEA SMS YANG BERASAL DARI NO- SMS dari Ter-
MOR ANTASARI DI HP NASRUDIN dakwa kepada
YANG BERNADA ANCAMAN. Almarhum
HP Nasrudin barang bukti sudah
sengaja dirusak Cipnya sudah dia-
cak-acak

Rani Juliani, dalam Putusan Judex Facti Perkara No.1532/Pid.


B/2009/PN.Jkt.Sel, atas nama Antasari Azhar, halaman 33

“Bahwa pada bulan Februari 2009, sepulang dari Kendari, suami


saksi pernah memperlihatkan sms di HP nya kepada saksi, dan ka-
tanya dari Terdakwa, isinya antara lain “mas permasalahan ini hanya
kita yang tahu, kalau sampai ter blouw up tahu konsekwensinya”,
ketika saksi lihat phone booknya pengirimnya Antasari;

Bahwa antara tanggal 15 atau 16 Januari 2009, suami saksi per-


nah mengatakan kepada saksi di depan ibu dan bapak saksi, bah-
wa kalau suami saksi mati karena perbuatan terdakwa, dan suami
mengatakan demikian itu karena merasa terancam dari pak An-
tasari (Terdakwa)”.

Jeffrey Lumampouw, SH, dalam Putusan Judex Facti Perkara


No.1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, atas nama Antasari Azhar halaman 77 -78

“Bahwa pada hari Jumat tanggal 20 Februari 2009, saksi bermain


P UTUSAN PENGADILAN 123

Golf bersama Nasrudin di Pondok Indah, pada waktu mau shalat


Maghrib, saksi kebetulan dibelakangnya, lalu saksi bilang “ Pak
Nas, anda yang menjadi imam atau makmum”, kata beliau “saya
saja yang imamnya”

Bahwa setelah selesai Shalat, saksi bertanya “bos kok anda begitu
khusyuk, kelihatannya ada masalah ya ? dijawab Nasrudin, “gima-
na saya tidak khususk, ini lho” lalu memperlihatkan handphone
E-90 kepada saksi, kemudian saksi baca SMS ada nama Antasari
di atas, isinya “MAAF MAS, MASALAH INI CUKUP KITA BERDUA
SAJA YANG TAHU, KALAU SAMPAI TERBLOUW UP, TAHU KONSEK-
KUENSINYA”.

Bahwa saksi bertanya “ Antasari siapa ? dijawab Nasrudin, “siapa


lagi kalau bukan Ketua KPK”.

Bahwa selain saksi, saat di restoran itu, staf saksi bernama Etza
Imelda Fitri juga diperlihatkan SMS tersebut oleh Nasrudin”;

Etza Imelda Fitri, SH, Putusan Judex Facti Perkara No.1532/Pid.


B/2009/PN.Jkt.Sel, atas nama Antasari Azhar halaman 78 -79

“Bahwa saksi pada hari minggu ketiga bulan Februari 2009, saat
menjemput Pak Jeffry di Golf Pondok Indah, tiba pukul 18.30, se-
belum saksi ke toilet, melihat Pak Jeffry dan Pak Nasrudin jalan
menuju resepsionis, lalu saksi balik ke arah lobi, saksi naik keatas,
antara restoran dan lobi, bertemu dengan mereka ;

Bahwa pak Jeffry bilang, “ini lo ca, Pak Zul lagi ada masalah”, lalu
Pak Zul bilang, “ ini lho mbak, saya punya masalah”, langsung
membuka telepon Nokia E-90, memperlihatkan SMS, yang isinya
tidak saksi ingat keseluruhan, tapi yang saksi ingat “Maaf Mas,
masalah ini yang tahu hanya kita berdua, kalau sampai terblouw
up, tahu konsekwensinya”, ada nama Antasari tanpa nomor, saksi
baca dalam keadaan layar terbuka;

Bahwa saksi sempet bergumam Antasari, lalu Pak Zul bilang An-
tasari Ketua KPK, kalau Antasari tukang becak, saya tidak akan
bilang pada kalian berdua”;
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
124 ANTASARI AZHAR

Keterangan Ahli di bidang IT Dr. Ir. Agung Harsoyo,DEA, Putusan


Judex Facti Perkara No.1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, atas nama Antasari
Azhar halaman 128-129 Putusan Judex Facti, menyatakan,

“Bahwa sebelum dihapus dari log telepon akan dapat dilihat


nomor HP berhubungan dengan siapa saja SMS yang ada di HP
maasih bisa dibaca, berdasarkan penelitian yang dilakukan dari
bukti transkrip yang terdiri dari 13 eksemplar berbentuk buku-
buku, ahli tidak menemukan SMS di bulan Februari, dan adalam
hal ini menurut ahli tidak mungkin SMS terhapus sendiri, pasti
ada yang menghapusnya;

Bahwa Ahli menjelaskan SMS ataupun rekaman pasti akan masuk


dalam satu memory, kalau dihapus hanya ditandai saja, tetapi
masih tersimpan di memory;

Bahwa dengan demikian halnya, sekali lagi saksi mengatakan


BAHWA AHLI TIDAK MENEMUKAN SMS YANG BERASAL DARI NO-
MOR ANTASARI DI HP NASRUDIN YANG BERNADA ANCAMAN”;

Keterangan Ahli halaman 130, Putusan Judex Facti, menyatakan,

Bahwa ketika akhirnya Jaksa Penuntut Umum mengajukan ba-


rang bukti berupa HP Nasrudin, ternyata Ahli tidak dapat mem-
bukanya kembali pembicaraan Antasai-Rani yang ada di HP Nas-
rudin karena barang bukti sudah sengaja dirusak Cipnya sudah
diacak-acak, namun ahlu mengatakan jika mau terang perkara
ini khususnya berkenaan dengan benar tidaknya SMS ancaman
dimaksud, rekaman yang sudah rusak ini harus dibuka, dan itu
hanya bisa dilakukan dengan menggunakan alat bantu untuk
merecover data yang rusak.

Bahwa pertimbangan Judex Facti pada tingkat Banding, halaman


27, menyatakan,

“ Menimbang bahwa mengenai isi SMS dari Terdakwa kepada kor-


ban yang menyatakan, “Maaf Mas, masalah ini yang tahu hanya
kita berdua, kalau sampai terblouw up, tahu konsekwensinya”, di-
dasarkan dari keterangan saksi-sakai: Jeffrey Lumampouw, SH, Etza
P UTUSAN PENGADILAN 125

Imelda Fitri, SH yang dibawah sumpah sumpah menerangkan telah


memperlihat isi SMS tersebut oleh korban, dikuatkan pula dengan
kesaksian dibawah sumpah Rani Juliani yang menerangkan pernah
melihat dan disampaikan oleh korban akan isi SMS tersebut. De-
ngan demikian tidaklah berdasar keberatan Terdakwa?penasihat
Hukumnya yang menyatakan bahwa isi SMS dimaksud adala reka-
yasa kasus sebagai konspirasi untuk menjatuhkan”.

Ternyata Judex Facti tingkat banding, dalam perkara ini sama


sekali tidak mempertimbangkan kelayakan asal pengetahuan dan ke-
pentingan dari keterangan saksi Jeffrey Lumampouw, SH, Etza Imelda
Fitri, SH. Sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (5) KUHAP pendapat
maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran bukan merupakan
keterangan saksi. Selain itu Judex Facti tidak mempertimbangkan cara
hidup dan kesusilaan saksi serta hal-hal yang dapat mempengaruhi ke-
terangan saksi itu dapat dipercaya atau tidak, sesuai dengan 185 ayat
(5) huruf d KUHAP. Bahwa kehadiran dan keberadaan kedua saksi serta
kelayakan pengetahuan saksi-saksi tersebut tidak jelas kepentingan dan
hubungannya dengan perkara aquo. Hal ini dapat dilhat dari keterang-
an Saksi Jeffrey Lumampouw, SH pada halaman 78 Putusan Judex Facti,
yang menyatakan,

“Bahwa saksi pernah minta pada penyidik untuk diperlihatkan


SMS itu, tapi belum boleh, karena untuk penyidikan;

Bahwa saat saksi muncul di TV One, setelah Nasrudin meninggal


dunia, saksi bilang ada nama Antasari diduga terlibat”.

Dan keterangan saksi Etza Imelda Fitri, SH, pada Putusan Judex
Facti halaman 79, yang menyatakan,

“Bahwa saksi sempat bergumam Antasari, lalu Pak Zul bilang An-
tasari Ketua KPK, kalau Antasari tukang becak, saya tidak akan
bilang pada kalian berdua;

Bahwa saksi melihat Pak Zul merasa geram, ia mengatakan, “isteri


saya dilecehkan”, sambil tangannya menggenggam”.

Sehingga dengan demikian, maka nilai pembuktian keterangan


K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
126 ANTASARI AZHAR

kedua orang saksi tersebut tidak ada, meskipun bersesuaian dengan ke-
terangan Rani Juliani. Namun Judex Facti tingkat banding tidak mem-
pertimbangkan keterangan ahli Dr. Ir. Agung Harsoyo,DEA. Keterangan
ahli Agung Harsoyo pada hakekatnya bukan pendapat, tetapi adalah
fakta setelah membaca dan menelaah Call Detail Record (CDR) yang ada
pada Jaksa Penuntut Umum. Hasil telaah dari Dr. Ir. Agung Harsoyo,DEA
inilah sebenarnya yang merupakan fakta. Fakta yang diperoleh dengan
ilmu, bukan berdasarkan sangkaan atau pemikiran saja.

Dalam keterangan tertulis (Lampiran dua Pleidooi), tanggal 4 Ja-


nuari 2010, Hasil Analisis Call Detail Record Saksi Ahli Pada Persidangan
Antasari Azhar, SH,MH, yang ditanda tangani oleh Dr. Ir. Agung Harsoyo,
DEA dan Aldo Agusdian, ST,MT antara lain dinyatakan:

1. Selama bulan Februari dan Maret 2009 tidak tercatat SMS


yang dikirim dari ke-enam nomor HP milik Sdr. Antasari
Azhar,SH,MH kepada nomor HP milik Sdr. Nasrudin Zulkar-
naen (Almarhum);

2. Pada bulan Februari 2009 nomor HP Sdr. Antasari Azhar,


SH,MH, 08121050455 mencatat 4 SMS Incoming dari nomor
HP Sdr. Nasrudin Zulkarnaen (Almarhum) 0811978245, tetapi
tidak ada catatan adanya SMS balasan dari Sdr. Antasari Az-
har, S.H,MH;

3. Pada bulan Februari 2009 nomor HP Sdr. Antasari Azhar,


SH,MH 08889908899 tercatat digunakan untuk menerima
panggilan percakapan dari Sdr. Nasrudin Zulkarnaen (Almar-
hum) dengan durasi percakapan selama 9 menit;

4. Nomor HP Sdr. Nasrudin Zulkarnaen (Almarhum) mencatat


205 SMS Incoming yang tidak tercatat nomor pengirimnya.
Upaya yang dilakukan oleh Saksi Ahli untuk mendapatkan
konfirmasi dari Petugas Operator mendapatkan jawaban
yang tidak cukup untuk menjelaskan hal tersebut. Menurut
Petugas Operator data yang diberikan kepada Penyidik ada-
lah merupakan Raw CDR;

5. Tercatat sebanyak 35 SMS Incoming ke nomor HP Sdr. An-


P UTUSAN PENGADILAN 127

tasari Azhar, SH,MH, 08121050455 yang dikirim dari nomor


pengirim yang tidak teridentifikasi. Seluruh SMS tersebut di-
perkirakan dikirim melalui web server.

6. Selama bulan Februari dan Maret 2009 tercatat beberapa kali


pengirim SMS dari dan ke pemilik yang sama, yaitu milik Sdr.
Antasari Azhar, SH,MH (1 kali) dan HP milik Sdr. Sigid Haryo
Wibisono (5kali).

Sebagaimana diterangkan secara tertulis oleh Dr. Ir. Agung Har-


soyo, DEA dan Aldo Agusdian, ST,MT, tentang Call Detail Record (CDR),
bahwa selama bulan Februari dan Maret, tidak pernah ada pengiriman
SMS yang berasal dari HP milik Terdakwa Antasari Azhar, kepada HP mi-
lik Nasrudin Zulkarnaen. Justru yang terjadi pada bulan Februari 2009
nomor HP Sdr. Antasari Azhar, SH,MH 08889908899 tercatat digunakan
untuk menerima panggilan percakapan dari Sdr. Nasrudin Zulkarnaen
(Almarhum) dengan durasi percakapan selama 9 menit. Keterangan
Ahli ini artinya membantah bahwa ada pengiriman SMS dari HP Antasa-
ri Azhar, SH,MH kepada HP Nasrudin Zulkarnaen (Almarhum), yang ada
justru Almarhum Nasrudin Zulkarnaen yang menghubungi terdakwa.

Bahwa Judex Facti, tingkat banding, sepatutnya mempertim-


bangkan keterangan tertulis Ahli Dr. Ir. Agung Harsoyo, DEA dan Aldo
Agusdian, ST,MT, tentang Call Detail Record (CDR), yang mencatat bah-
wa Nomor HP Nasrudin Zulkarnaen (Almarhum) mencatat 205 SMS In-
coming yang tidak tercatat nomor pengirimnya dan sebanyak 35 SMS
Incoming ke nomor HP Sdr. Antasari Azhar, SH,MH, 08121050455 yang
dikirim dari nomor pengirim yang tidak teridentifikasi. Seluruh SMS ter-
sebut diperkirakan dikirim melalui web server.

Dihubungkan dengan keterangan saksi Jeffrey Lumampouw,


SH, Etza Imelda Fitri, SH, dan Rani Juliani, andai kata benar – quod non
– bahwa mereka membaca adanya SMS yang ditulis seolah-olah ber-
asal dari Antasari Azhar, maka dapat diduga bahwa SMS yang berbunyi
“Maaf Mas, masalah ini yang tahu hanya kita berdua, kalau sampai ter-
blouw up, tahu konsekwensinya” tersebut dikirim dari nomor pengirim
yang tidak teridentifikasi, karena SMS tersebut diperkirakan dikirim me-
lalui web server.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
128 ANTASARI AZHAR

Selain daripada itu, Judex Facti lalai dalam mempertimbangkan


kepentingan saksi Jeffrey Lumampouw, SH, Etza Imelda Fitri, SH (Dibekali
BAP oleh Jaksa Dedi Sukarno. Fakta Sidang ke 10 lihat rekaman sidang),
ketika memberikan keterangan sebagai saksi, sambil memegang Berita
Acara Pemeriksaan yang diserahkan oleh Jaksa Dedy Sukarno. Selain itu
kehadiran kedua saksi dan keterangan kedua saksi ini hanya mempunyai
“kesamaan” dengan keterangan Rani Juliani, yang menyebut dirinya se-
bagai isteri siri almarhum Nasruddin Zulkarnaen. Dari keterangan kedua
saksi sebagaimana dicatat oleh Judex Facti, tidak jelas sebab kehadiran
saksi sehingga diminta oleh penyidik untuk menjadi saksi.

Meskipun saksi Jeffrey Lumampouw, SH , menyatakan,

“ Bahwa saksi hanya satu kali diperiksa di Polda Metro Jaya dipe-
riksa oleh Kompol Arif Setiawan;

....

Bahwa saksi pada saat diperiksa oleh penyidik bersamaan de-


ngan Etza Imelda, duduk bersebelahan;

.....

Bahwa saksi sewaktu diperiksa belum diberitahu siapa tersang-


kanya, hanya diberitahu diperiksa sebagai teman dari korban al-
marhum Zulkarnaen;

Bahwa saksi bertemu dengan almarhum terakhir main golf di


Dago Bandung sekitar bulan Maret 2009 pertemuan itu tidak
membahas lagi masalah SMS;

Bahwa saksi pada saat diperiksa di Polda, penyidik tidak mem-


perlihatkan isi SMS HP pak Nasrudin yang sudah disita oleh Pihak
Kepolisian;

Bahwa saksi pada saat di rumah sakit saksi yang bicara dengan
polisi minta diperiksa HP nya Almarhum siapa tahu disitu ada pe-
tunjuk kejadian ini;
P UTUSAN PENGADILAN 129

.....

Bahwa saksi pernah berbicara di Media (TV One) mengenai keter-


libatan pak Antasari Azhar dalam penembakan Almarhum;177

Bahwa saksi Etza Imelda Fitri, SH, menyatakan,

“ Bahwa saksi pada saat diperiksa di Polda bersama-sama dengan


Pak Jeffrey, duduk bersebelahan tetapi penyidik berbeda;

...

Bahwa saksi di Polda diperiksa oleh Kompol Arif bergantian de-


ngan Zulhelmi;

Bahwa saksi pada saat melihat SMS yang ditunjukkan oleh Almar-
hum hanya nama Antasari saja yang muncul tidak ada nomor;

Bahwa saksi tidak pernah menyimpulkan SMS itu dari Pak Anta-
sari tetapi keterangan itu langsung dari almarhum:

...

Bahwa saksi selama proses penyidikan, penyidik tidak pernah


menunjukkan atau mencocokkan SMS yang pernah ditunjukkan
almarhum pada kami;

Bahwa saksi pada saat almarhum memperlihatkan SMS nya HP


dibuka, membaca dari layar.178

Dengan demikian maka dapat dikatakan keterangan kedua saksi


ini sengaja diadakan dan direncanakan sejak awal. Hal ini dapat dilihat
dari adanya “tuduhan” saksi Jeffrey Lumampouw, SH, sewaktu berbicara
kepada media, sebagaimana diakuinya dihadapan persidangan. Tidak
jelas maksud dan kepentingan saksi Jeffrey Lumampouw, SH, ketika me-
nerangkan di Media (TV One) keterlibatan Antasari Azhar dalam penem-

177 Pleidooi Penasehat Hukum Antasari Azhar, hlm. 206, 2007-2008


178 Pleidooi Penasehat Hukum Antasari Azhar hlm. 209, 210 – 211,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
130 ANTASARI AZHAR

bakan Almarhum. Tidak pula jelas asal muasal pengetahuan saksi Jeffrey
Lumampouw, SH, mengenai keterlibatan Antasari Azhar “terhadap pem-
bunuhan” almarhum Nasrudin Zulkarnaen. Apalagi secara pasti terhadap
saksi ini tidak pernah ditunjukkan adanya SMS yang selalu dikatakan se-
bagai SMS ancaman kepada Almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Tidak jelas apa kepentingan dan maksud dari saksi Jeffrey Lu-
mampouw, SH, ketika berbicara dengan polisi di Rumah Sakit, kemudi-
an meminta agar HP Almarhum diperiksa, kerana mungkin dari HP itu
bisa didapatkan petunjuk pelaku pembunuhan atau petunjuk penye-
bab terjadinya pembunuhan.

Dengan keadaan ini, maka dapat ditegaskan bahwa kehadiran


saksi dihadapan penyidik sebagai saksi tidak jelas hubungannya de-
ngan perkaraAntasari Azhar, selain itu pemeriksaan para saksi ini oleh
penyidik tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 116 ayat (2) KUHAP, bah-
wa para saksi diperiksa secara tersendiri, mekipun boleh dipertemukan
satu sama lain. Namun dengan adanya fakta bahwa mereka diperiksa
secara bergantian ditempat yang sama oleh penyidik yang sama yaitu
Kompol Arif Setiawan, tentu maksudnya adalah untuk mencocokkan
keterangan kedua orang saksi ini.

6. Tentang anak peluru dan senjata bukti

Keterangan ahli, tentang anak asal peluru dan kaliber peluru ter-
dapat perbedaan penafsiran. Sebagaimana diterangkan oleh Dr. Abdul
Mun’im Idries, ukuran peluru setelah diukur dengan alat khusus adalah
sebesar 9 mm, dan berasal dari senjata S & W caliber 0,38. Sedangkan
Ahli Drs. Maruli Simanjuntak, menyatakan bahwa dari S&W kaliber 0,38
kalau dikonversi menjadi 9 VNM koma sekian dan tidak bisa mengguna-
kan peluru 9 mm. Keterangan Ahli Drs. Maruli Simanjuntak ini bersesuai-
an dengan pendapat Ahli Roy Haryanto yang menyatakan senjata barang
bukti yang diperlihatkan menurut ahli adalah senjata revolver special 38.
Keterangan Ahli Roy Haryanto ini bahwa barang bukti senjata yang di-
tunjukan dihadapan persidangan adalah revolver special 38 bersesuaian
dengan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik No.Lab:290/
BSF/2009, tanggal 14 Mei 2009 yang ditandatangani oleh Amri Kamil,
BSc, SH, Pangkat Komisaris Besar Polisi Nrp 5410033, jabatan Kepala De-
partemen Balistik Metalurgi Forensik, Pusat Laboratorium Forensik.
P UTUSAN PENGADILAN 131

Selain itu sebagaimana diterangkan dan dipraktikan oleh Ahli Roy


Haryanto dihadapan persidangan bahwa senjata api barang bukti yang
diperlihatkan kepada ahli trigernya sudah sangat keras dan macet, ber-
akibat akurasinya tidak bisa dan goyangannya pasti lebih banyak serta
banyak tidak kenanya apabila trigernya seperti itu. Hal ini membuktikan
bahwa senjata yang dijadikan barang bukti bukanlah senjata dengan
kondisi baik sebagaimana diterangkan oleh Ahli Dr. Abdul Mun’im Idries.

Bahwa dengan tidak dipertimbangkannya secara baik dan diabai-


kannya keterangan ahli mengenai kecocokan 2 (dua) butir anak peluru
dalam rongga tengkorak almarhum Nasrudin Zulkarnaen yang sudah
tidak utuh, yang tidak sesuai dengan jenis senjata api yang dijadikan
sebagai barang bukti, maka terbukti bahwa Judex Facti tidak menerap-
kan hukum dengan benar.

Bahwa Judex Facti juga tidak mempertimbangkan secara baik me-


ngenai kecocokan barang bukti yang disita berdasarkan Surat Perintah
Penyitaan No. Pol: S.sit/169/III/2009/Reskrim, yang ditanda tangani oleh
Budhi Herdi Susanto,SH,SIK,MSI, Komisaris Polisi NRP.74120620, yaitu 2
(dua) butir anak peluru dengan barang bukti peluru yang ditemukan di
tubuh korban Almarhum Nasrudin Zulkarnaen, terutama berhubungan
persamaan dan perbedaan mendasar antara anak peluru tersebut. Se-
hingga dengan tidak adanya pertimbangan tersebut, maka Judex Facti
telah melakukan kesalahan dalam menerapkan hukum pembuktian da-
lam perkara aquo.

Perbedaan keterangan ahli tentang peluru

No Nama Jenis senjata kaliber Hasil pengukuran


1 Dr. Abdul S&W caliber 0,38 9 mm
Mun’im Idries (nol koma tiga
delapan)”.
2 Drs. Maruli Si- S&W peluru caliber
manjuntak point 38
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
132 ANTASARI AZHAR

3 Roy Haryanto revolver spe- ukuran proyektil-


cial 38 nya point three
five six sama
0,356 inci;

Ahli Dr. Abdul Mun’im Idries, Putusan Judex Facti Perkara No.1532/
Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, atas nama Antasari Azhar (hal 111-112) pada ha-
laman 112 menyatakan,

“Bahwa 2 (dua) butir anak peluru yang terdapat dikepala korban


tidak utuh lagi seperti aslinya, karena peluru itu dari timah hitam,
bila membentur sesuatu pasti membentuk deformitas;

Bahwa peluru tersebut setelah ahli ukur dengan alat khusus,


ukurannya 9 mm (sembilan milimiter) dengan ulir kekanan, ini
sesuai dengan peluru, ditembakkan dari senjata api jenis S&W

Ahli Drs. Maruli Simanjuntak, Putusan Judex Facti Perkara


No.1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, atas nama Antasari Azhar (hal 113- 118)
pada halaman 116 menyatakan,

“Bahwa anak peluru yang digunakan uji balistik dalam kasus ini
peluru caliber point 38;

Bahwa senjata dari caliber S&W tidak bisa menggunakan peluru


9 mm;

Bahwa kaliber 0,38 kalau dikonversi menjadi 9 VNM koma seki-


an”;

Pada halaman 118 dikatakan,

“Bahwa menurut ahli kalau yang 0,38 kemudian ditembakkan


pada korban sehingga meninggal, ditubuh korban tidak boleh
terjadi didapati anak peluru 9 mm, kita tidak boleh lari apa yang
kita temukan dalam anak peluru, tidak mungkin 9mm dari kali-
ber 38;
P UTUSAN PENGADILAN 133

Ahli Roy Haryanto, Putusan Judex Facti Perkara No.1532/Pid.


B/2009/PN.Jkt.Sel, atas nama Antasari Azhar (hal 136-138), pada hala-
man 138 menyatakan,

“Bahwa dari senjata barang bukti yang diperlihatkan menurut


ahli adalah senjata revolver special 38, kalau 0,38 istilahnya point
three five six bukan 38, 38 itu kebesaran dan kalau untuk special
38 ukuran proyektilnya point three five six sama 0,356 inci;

Bahwa untuk 9 mm itu beda lagi, itu untuk digunakan semi oto-
matis sebutan umumnya disini FN;

Bahwa untuk 9 mm direvolver tidak bisa karena nggak masuk di


silindernya;

Bahwa senjata api barang bukti yang diperlihatkan kepada ahli


trigernya sudah sangat keras, berakibat akurasinya tidak bisa dan
goyangannya pasti lebih banyak serta banyak tidak kenanya apa-
bila trigernya seperti itu”.

Dalam Pleidooi, hal 264 Dr. Abdul Mun’im Idries dicatat menyata-
kan,

Bahwa ahli pada saat menuliskan anak peluru 9mm ahli ditilpon
oleh Puslabpor pak Kamal yang mengatakan terlalu berani me-
nulis berita acara 9 mm;

Bahwa ahli diminta MENGHILANGKAN TULISAN oleh Kasat Re-


serse Polda Metro Jaya tentang tulisan 9 mm;

Bahwa ahli mengatakan senjata jarang digunakan karena melihat


dari putaran peluru masih bagus;

Dalam Pleidooi halaman, 304 Ahli Roy Haryanto dicacat menya-


takan,

Bahwa ahli mengatakan alat bukti senjata tersebut tidak dalam


keadaan baik, karena ada salah satu silendernya macet;
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
134 ANTASARI AZHAR

Bahwa ahli menerangkan revolver 38 spesial yang proyektilnya


0,356 harus menggunaka peluru 38 spesial juga;

Bahwa ahli menerangkan peluru 9 mili adalah dari senjata oto-


matis tidak meungkin digunakan untuk revolver 38 spesial;

Keterangan TEGUH MINARTO dinyatakan dalam pemeriksaan se-


bagai tersangka, perkara menyimpan, memiliki, menguasai dan mem-
perjual belikan senjata api tanpa hak sebagaimana dimaksud dalam
rumusan Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No.12 Tahun 1951, sehubungan
dengan Laporan Polisi No. Pol.: LP/352/K/V/2009/SPK Unit III, tanggal 25
Mei 2009.

Dalam keterangan TEGUH MINARTO sebagai tersangka, pada pe-


meriksaan tanggal 26 Mei 2009, pertanyaan dan jawabannya dinyata-
kan sebagai berikut:

Pertanyaan Nomor 8.

Siapakah pemilik 1 (satu) pucuk senjata api jenis Revolver Cal.38


yang diperjual belikan tersebut dan dimana senjata api dapat di-
perolehnya ?

Jawaban Nomor 8.

Pemilik senjata api jenis Revolver Cal.38 yang diperjual belikan


tersebut adalah milik saya sendiri.

Saya memperoleh senjata api tersebut yaitu saat Saya sedang di-
nas Operasi Daurat Militer II Aceh, Saya menemukan senjata api
di bawah PLTN Terapung di dekat Asrama Polri Ulele Aceh pada
sekitar bulan Desember 2004, tepatnya setelah kejadian bencana
Tsunami di Aceh.

Keterangan Tersangka TEGUH MINARTO ini bersesuaian dengan


keterangan FRANSISKUS TADON KERANS atau AMSI dalam pemeriksaan
sebagai saksi, perkara menyimpan, memiliki, menguasai dan memperjual
belikan senjata api tanpa hak sebagaimana dimaksud dalam rumusan Pa-
P UTUSAN PENGADILAN 135

sal 1 ayat (1) UU Darurat No.12 Tahun 1951, sehubungan dengan Laporan
Polisi No. Pol.: LP/352/K/V/2009/SPK Unit III, tanggal 25 Mei 2009.

Dalam pemeriksaan oleh penyidik pada tanggal 25 Mei 2009,


menjawab pertanyaan nomor 8 FRANSISKUS TADON KERAN als AMSI
menyatakan,

Pertanyaan Nomor 8.

Disini Penyidik/Pemeriksa memperlihatkan kepada yng diperiksa


berupa 1 (satu) pucuk senjata api jenis Revolver S & W Cal. 38,
peluru sebanyak 27 butir, 2 (dua) butir selongsong peluru dan
satu unit mobil AVANZA warna silver No.Pol B 8870 NP-----

Apakah Sdr masih mengenali dan mengetahui barang-barang


tersebut di atas ?

Jawaban Pertanyaan Nomor 8

Setelah Penyidik/Pemeriksa memperlihatkan kepada saya beru-


pa 1 (satu) pucuk senjata api jenis Revolver S & W Cal. 38, peluru
sebanyak 27 butir, 2 (dua) butir selongsong peluru dan satu unit
mobil AVANZA warna silver No.Pol B 8870 NP, maka saya masih
mengenali dan mengetahui dengan barang-barang tersebut dan
dapat saya jelaskan bahwa:

- Senjata api berikut peluru tersebut adalah senjata api


berikut peluru yang saya beli dari Heriday dengan harga
11.000.000,- (sebelas juta rupiah) dilokasi tersebut di atas.

- .....

Hal ini bersesuaian dengan keterangan ANDREAS BALTHAZAR


atau ANDREAS dalam pemeriksaan sebagai saksi, perkara menyimpan,
memiliki, menguasai dan memperjual belikan senjata api tanpa hak se-
bagaimana dimaksud dalam rumusan Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No.12
Tahun 1951, sehubungan dengan Laporan Polisi No. Pol.: LP/352/K/
V/2009/SPK Unit III, tanggal 25 Mei 2009.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
136 ANTASARI AZHAR

Dalam pemeriksaan oleh penyidik pada tanggal 29 Mei 2009,


menjawab pertanyaan nomor 13, ANDREAS BALTHAZAR atau ANDREAS
menyatakan,

Pertanyaan nomor 13

Sehubungan dengan keterangan Sdr tersebut pada No. 08 di atas


bahwa masalah senjata api ada yang punya, tapi yang punya ka-
wan Sdr di BRIMOB Kelapa Dua.

Pertanyaan :

Darimana hingga Sdr dapat mengetahui kawan Sdr di Brimob


Kelapa Dua (dalam hal ini HERIDAY) memiliki senjata api yang te-
lah dibeli oleh FRANSISKUS TADON KERANS atau AMSI tersebut
di atas?

Jawaban Pertanyaan Nomor 13

Saya dapat mengetahui perihal tersebut di atas yaitu sekitar ta-


hun 2008 saat saya dan HERIDAY sama-sama bertugas jaga di
proyek pembangunan Plaza Indonesia, Jl. MH. Thamrin Jakarta
Pusat, HERIDAY pernah memberitahukan bahwa ada temannya
yang mempunyai senjata api yang berasal saat sedang tugas di
Aceh dan saat itu sedang Tsunami.

Kemudian dilanjutkan oleh Penyidik dengan pertanyaan nomor


18

Penyidik/Pemeriksa memperlihatkan kepada Sdr barang bukti


berupa 1 (satu) pucuk senjata api jenis Revolver Cal. 38, laras pen-
dek warna hitam dan 1 (satu) kotak peluru Cal. 38 Spc sebanyak
23 butir peluru. -----

Apakah Sdr masih mengenali dan mengetahui barang-barang


tersebut di atas ?

Jawaban pertanyaan nomor 18


P UTUSAN PENGADILAN 137

Saya masih mengenali dan mengetahui dengan barang bukti


tersebut di atas, setelah diperlihatkan oleh Penyidik/Pemeriksa,
karena barang bukti tersebut adalah senjata api berikut peluru
yang telah dibeli FRANSISKUS TADON KERANS atau AMSI dari
HERIDAY dan kawannya melalui saya.

Hal ini bersesuaian pula dengan keterangan saksi HENDRIKUS


KIA WALEN atau HENDRIK dalam pemeriksaan sebagai saksi, perkara
menyimpan, memiliki, menguasai dan memperjual belikan senjata api
tanpa hak sebagaimana dimaksud dalam rumusan Pasal 1 ayat (1) UU
Darurat No.12 Tahun 1951, sehubungan dengan Laporan Polisi No. Pol.:
LP/352/K/V/2009/SPK Unit III, tanggal 25 Mei 2009.

Dalam pemeriksaan oleh penyidik pada tanggal 28 Juni 2009,


menjawab pertanyaan nomor 8 HENDRIKUS KIA WALEN als HENDRIK
menyatakan,

Pertanyaan Nomor 8.

Disini Penyidik/Pemeriksa memperlihatkan kepada yang diperik-


sa berupa 1 (satu) pucuk senjata api jenis Revolver S & W Cal. 38,
peluru sebanyak 27 butir, 2 (dua) butir selongsong peluru dan
satu unit mobil AVANZA warna silver No.Pol B 8870 NP-----

Apakah Sdr masih mengenali dan mengetahui barang-barang


tersebut di atas ?

Jawaban Pertanyaan Nomor 8

Setelah Penyidik/Pemeriksa memperlihatkan kepada saya beru-


pa 1 (satu) pucuk senjata api jenis Revolver S & W Cal. 38, peluru
sebanyak 27 butir, 2 (dua) butir selongsong peluru dan satu unit
mobil AVANZA warna silver No.Pol B 8870 NP, maka saya masih
mengenali dan mengetahui dengan barang-barang tersebut dan
dapat saya jelaskan bahwa:

- Senjata api berikut peluru tersebut adalah senjata api


berikut peluru yang saya beli dari Heriday dengan harga
11.000.000,- (sebelas juta rupiah) dilokasi tersebut di atas.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
138 ANTASARI AZHAR

- .....

Bahwa keterangan ketiga ahli, tentang asal anak peluru dan ka-
liber peluru terdapat perbedaan penafsiran. Sebagaimana diterangkan
oleh Dr. Abdul Mun’im Idries, ukuran peluru setelah diukur dengan alat
khusus adalah sebesar 9 mm, dan berasal dari senjata S & W caliber 0,38.
Sedangkan Ahli Drs. Maruli Simanjuntak, menyatakan bahwa dari S&W
kaliber 0,38 kalau dikonversi menjadi 9 VNM koma sekian dan tidak bisa
menggunakan peluru 9 mm. Keterangan Ahli Drs. Maruli Simanjuntak
ini bersesuaian dengan pendapat Ahli Roy Haryanto yang menyatakan
senjata barang bukti yang diperlihatkan menurut ahli adalah senjata
revolver special 38. Keterangan Ahli Roy Haryanto bahwa barang buk-
ti adalah revolver special 38 ini bersesuai dengan pertanyaan penyidik
dan jawaban saksi ANDREAS BALTHAZAR atau ANDREAS pada pemerik-
saan sebagai saksi, tanggal 29 Mei 2009, pertanyaan nomor 18 perkara
menyimpan, memiliki, menguasai dan memperjual belikan senjata api
tanpa hak sebagaimana dimaksud dalam rumusan Pasal 1 ayat (1) UU
Darurat No.12 Tahun 1951, sehubungan dengan Laporan Polisi No. Pol.:
LP/352/K/V/2009/SPK Unit III, tanggal 25 Mei 2009, yang pada pokok-
nya menyatakan bahwa senjata yang ditunjukkan dikenali saksi sebagai
“Revolver Cal. 38, laras pendek warna hitam dan 1 (satu) kotak peluru
Cal. 38 Spc sebanyak 23 butir peluru”, adalah senjata api berikut peluru
yang telah dibeli FRANSISKUS TADON KERANS atau AMSI dari HERIDAY
dan kawannya melalui ANDREAS BALTHAZAR atau ANDREAS.

Ini berarti bahwa peluru yang ada pada kepala almarhum Nasru-
din Zulkarnaen Iskandar bukan berasal dari senjata yang dijadikan se-
bagai barang bukti, karena senjata yang ditunjukkan dan barang bukti
yang disita adalah revolver special 38.

Bahwa dalam keterangannya sebagai Ahli Roy Haryanto menga-


takan alat bukti senjata tersebut tidak dalam keadaan baik, karena ada
salah satu silendernya macet. Macetnya salah satu silender tersebut di-
buktikan oleh ahli dengan menaraik pemicu senjata. Macetnya senjata
ini karena senjata tersebut tidak terpelihara bahkan ditemukan didae-
rah yang terkena bencana Tsunami. Keterangan ahli ini mengandung
kebenaran kalau dihubungkan dengan keterangan Tersangka TEGUH
MINARTO, sebagai pemilik awal senjata, yang menyatakan, “Saya me-
nemukan senjata api di bawah PLTN Terapung di dekat Asrama Polri
P UTUSAN PENGADILAN 139

Ulele Aceh pada sekitar bulan Desember 2004, tepatnya setelah kejadi-
an bencana Tsunami di Aceh”.

1. Jarak Tembak yang diperdebatkan

Satu permintaan dari Penasehat Hukum Antasari Azhar, kepada


Jaksa Penuntut Umum Cirus Sinaga, yang dijawab dengan sungguh-
sungguh, tetapi tidak dilaksanakan adalah ketika diminta menghadir-
kan baju almarhum Nasrudin Zulkarnaen di hadapan persidangan. Se-
mula dijanjikan akan dihadirkan pada sidang berikutnya, tetapi faktanya
tidak dihadirkan. Ini adalah kelalaian dan kesengajaan yang dilakukan
oleh Majelis Hakim yang dipimpin oleh H. Herri Swantoro, S.H, M.H.,.
Pengadilan tidak memaksa Jaksa Penuntut Umum menghadirkan baju
korban yang digunakan ketika terjadi penembakan terhadap almarhum
Nasrudin Zulkarnaen. Alasan Jaksa Penuntut Umum, karena tidak ada
pada penyidik dan sudah hilang.

Pentingnya baju korban sebagaimana diterangkan oleh ahli Dr.


Abdul Mun’im Idries maupun ahli Maruli Simanjuntak adalah untuk me-
ngetahui jarak tembak, jarak dekat atau jarak jauh. Jarak dekat meng-
gunakan penghalang yang dapat menyerap bubuk mesiu dari senjata
yang ditembakkan. Dengan tidak dihadirkannya bukti baju korban Al-
marhum Nasrudin Zulkarnaen ini, maka pembuktian tentang jarak tem-
bak tidak dapat dilakukan secara sempurna. Penghilangan baju korban
ini adalah penghilangan bukti secara sengaja dalam perkara ini.

Sesuai dengan Surat Perintah Penyitaan No. Pol: S.sit/169/III/2009/


Reskrim, yang ditanda tangani oleh Budhi Herdi Susanto,SH,SIK,MSI, Ko-
misaris Polisi NRP.74120620, hanyalah Satu Celana panjang Jean (milik
korban Nasrudin Zulkarnaen) dan 2 (dua) butir anak peluru. Tidak ada
alasan yang ditegaskan sebagai penyebab tidak dilakukan penyitaan ter-
hadap baju korban Almarhum Nasrudin Zulkarnaen. Tidak juga ada pen-
jelasan hubungan kedua anak peluru yang disita tersebut dengan per-
kara pembunuhan terhadap korban Almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Dalam berkas perkara baju korban almarhum Nasrudin Zulkar-


naen tidak pernah dinyatakan disita sebagai bukti. Kelalaian merlaku-
kan penyitaan terhadap baju korban ini, dapat dikatakan sebagai ben-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
140 ANTASARI AZHAR

tuk kesengajaan untuk menghilangkan bukti penting terkait dengan


kematian almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

2. Luka tembak Horizontal dan kaca mobil vertikal

Salah satu foto yang dijadikan sebagai bukti dalam Peninjauan


Kembali memperlihatkan adanya luka bekas tembakan pada kepala al-
marhum Nasrudin Zulkarnaen dengan posisi HORIZONTAL ( in casu :
conform dengan uraian Visum et Repertum Dr. Mun’im Idries tanggal 30
Maret 2009 pada bagian angka VII huruf a, b dan f ).

Dalam Visum et Repertum Dr. Abdul Mun’im Idries, SpF, ahli


Forensik tanggal 30 Maret 2009 pada angka VII huruf a, b dan f yang
menjelaskan ada 3 buah luka bekas tembakan peluru pada kepala Alm.
Nasrudin Zulkarnaen, yaitu:

Pada sisi kepala sebelah kiri (pelipis kiri) bagian depan, di atas
alis terdapat luka terbuka yang sudah dijahit, berbentuk segitiga,
dengan ukuran seluruhnya lima belas milimeter kali lima belas
milimeter, dan disekitarnya terdapat memar;

Pada sisi kepala sebelah kiri bagian belakang terdapat luka yang
telah dijahit berbentuk garis dengan tepi tidak rata sepanjang
dua sentimeter dan disekitarnya terdapat memar;

Sementara itu pada pihak lain, pada kaca belakang sebelah kiri
dari mobil BMW No. Pol. B. 191 E yang tampak ada 2 (dua) lobang be-
kas tembakan pada posisi VERTIKAL antara lubang yang diberi tanda
”A” dan ”B”, di mana Mobil BMW No. Pol. 191 E dijadikan barang bukti di
persidangan.

Bekas tembakan pada kepala almarhum Nasrudin Zulkarnaen,


jika disimulasikan menjadi satu dengan bekas tembakan pada Mo-
bil BMW No. Pol. 191 E akan terbukti bahwa bekas tembakan ini tidak
nyambung dan tidak masuk di akal.

Kalau betul seperti yang dicoba diterangkan dengan penunjuk-


an gambar bekas tembakan pada kaca mobil, bahwa bekas tembakan
dikaca mobil tersebut yang menyebabkan luka tembak pada diri almar-
P UTUSAN PENGADILAN 141

hum Nasrudin Zulkarnaen, maka dapat dipastikan bahwa bekas tem-


bakan tersebut tidak melalui kaca mobil. Apalagi faktanya salah satu
anak peluru yang ditemukan pada kepala almarhum hampir utuh (sem-
purna) tidak melalui benda yang keras seperti kaca mobil.

Keadaan ini menimbulkan spekulasi bahwa almarhum tidak ter-


kena tembakan melalui kaca mobil, tetapi ditembak secara langsung
dari jarak dekat. Hilangnya baju almarhum adalah sebagai upaya untuk
menghilangkan bukti penembakan terhadap almarhum dilakukan de-
ngan tembak tempel dan menggunakan media yang tidak terlalu keras.
Sebab ada dugaan hilangnya baju, karena untuk menghilangkan bukti
bahwa pada baju almarhum ada jelaga mesiu.

Jika situasi seperti ini yang terjadi, maka bukan Daniel Daen Sab-
on alias Danil yang menjadi penembak almarhum. Ada orang lain yang
menembak. Sehingga kambing hitam penembakan almarhum Nasru-
din Zulkarnaen dilakukan untuk kepentingan atau atas atas anjuran An-
tasari Azhar tidak akan ada dan terbukti.

❖❖❖
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
142 ANTASARI AZHAR
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR
143

Bab 5
PENINJAUAN KEMBALI

1. Pengantar

P
eninjauan kembali menurut hukum adalah upaya hukum
luar biasa. Dalam perkara Antasari Azhar, Peninjauan Kem-
bali dilakukan berhubungan adanya bukti baru atau novum
dan karena adanya kehilafan hakim.

Bukti baru yang disampaikan dipersidangan, berupa foto-foto


pada pelaksanaan otopsi yang dilakukan oleh Dokter Abdul Mun’im Id-
ries terhadap almarhum Anasrudin Zulkarnaen. Selain itu ada juga hasil
penyadapan KPK terhadap nomor tilpon Antasari Azhar dan tilpon al-
marhum Nasrudin Zulkarnaen.

Dalam persidangan Peninjauan Kembali, bukan hanya novum


dan kekhilafan hakim yang dijadikan alasan, tetapi dihadirkan juga ahli
Dokter Abdul Mun’im Idries, Widodo Harjoprawito, Dr. Mudzakir
dan Andi Syamsudin, sebagai saksi.

Untuk memudahkan membaca Penijauan Kembali ini, maka ar-


gumen dan alasan Peninjauan Kembali akan dibuat secara ringkas,
meskipun bisa menyesatkan.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
144 ANTASARI AZHAR

2. Alasan dan argumen Peninjauan Kembali

I. Novum

Dalam mengajukan Peninjauan Kembali Perkara Antasari Azahar


ini, setelah berdiskusi selama hampir delapan bulan, maka diputuskan
argumen yang dijadikan sebagai alasannya dibagi menjadi dua kelom-
pok alasan. Kelompok pertama adalah kelompok berdasarkan novum,
sedangkan kelompok kedua berdasarkan kekhilafan hakim. Novum dan
kekhilafan hakim ini kalau disingkat maka akan menjadi sebagaimana
disampaikan dibawah ini.

Novum dalam Perkara ini berhubungan dengan :

1. Korban Almarhum Nasrudin Zulkarnaen


Adalah berupa 28 lembar foto sebelum dan sesudah dilakukan
otopsi oleh Dr. Abdul Mun’im Idries, SpF. Bukti P-1, P-2 dan Bukti P-3,
menunjukkan adanya 3 luka tembak pada tubuh korban. Bukti-bukti
ini juga menunjukkan bahwa mayat almarhum sudah dimanipulasi
seperti diterangkan oleh Dr. Abdul Mun’im Idries, SpF. Dari foto-foto
tersebut dapat dilihat adanya luka tembak pada pelipis sebelah kiri
dan bagian belakang kepala sebelah kiri yang hampir paralel.
a. Bukti P-1 adalah luka pada pelipis sebelah kanan berukuran
30 mm X 20 mm bentuk corong yang membuka kedalam,
yang diteruskan dengan retakan tulang yang menuju kearah
lubang pada bagian belakang sepanjang 12 cm sesuai de-
ngan butir VII huruf g visum et repertum;
b. Bukti P-2 adalah luka tembak pada pelipis sebelah kiri dan
berdasarkan sifat lukanya berasal dari tembakan jarang de-
kat dengan penghalang yang dapat menyerap mesiu;
c. Bukti P-3 adalah luka tembak pada belakang kepala sebelah
kiri dan berbentuk bintang atau segitiga, dimana umumnya
luka tembak seperti ini adalah luka tembak dari jarak dekat
atau tempel.

2. Mobil almarhum Nasrudin Zulkarnaen


Bukti P-13 adalah foto mobil almarhum yang menunjukkan bahwa
bekas tembakan pada kaca mobil secara vertikal.
PENINJAUAN K EMBALI 145

3. Anak peluru yang ditemukan pada tubuh almarhum Nasrudin


Zulkarnaen tidak berasal dari senjata yang sama. Hal ini secara
jelas dan terang dikemukan oleh ahli Widodo Harjoprawito de-
ngan cara membandingkan anak peluru 1 (APB 1) dan anak pe-
luru pembanding, dikatakan bahwa ada perbedaan antara anak
peluru pembanding dengan APB 1, sedangkan anak peluru 2 (APB
2) sama dengan anak peluru pembanding.179 Dengan demikian
menurut ahli Widodo Harjoprawito, kedua anak peluru yang ber-
sarang pada kepala almarhum Nasrudin Zulkarnaen berasal dari
dua senjata yang sejenis.180 Perbandingannya dari dilihat dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh Puslabfor Mabes Polri dan per-
bandingan tersebut dapat dilihat dari perbandingan dibawah ini:

179 Wartawan JPNN.com mencatat keterangan ahli Widodo sebagai berikut,


“Melihat kondisi peluru yang masih utuh, peluru tersebut tidak melalui media yang
keras sebelum menembus kepala korban. Bisa jadi peluru itu langsung ditembakkan
ke kepala,” kata saksi ahli Widodo Harjoprawito dalam sidang kemarin.
Padahal, selama ini dakwaan Antasari menyebutkan bahwa dua peluru tersebut di-
tembakkan dari luar mobil Nasruddin. Vesi dakwaan menyebutkan bahwa sebelum
sampai ke kepala Nasruddin, peluru kaliber 0,38 inci itu menembus kaca mobil ter-
lebih dahulu.
Tapi alur peluru versi dakwaan itu dibantah Widodo. Salah satu peluru, menurut dia,
terlihat masih utuh. Dia yakin bahwa satu peluru tersebut ditembakkan tanpa mele-
wati media keras seperti kaca mobil. “Entah itu ditembakkan dalam jarak dekat atau
jarak jauh, peluru ini tidak mengalami pelambatan kecepatan saat mencapai kepala
korban,” katanya.
Dasar pernyataan Widodo adalah dari berita acara pemeriksaan laboratoris kriminal-
istik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Satu peluru memiliki berat 9,605
gram dan satunya 5.855 gram. Peluru yang belum ditembakkan memiliki berat 10.1
gram.
“Peluru pertama menunjukkan bahwa dia sangat mendekati utuh. Sedangkan pe-
luru kedua seperti berupa serpihan karena melalui medium keras sebelum sampai
ke korban,” katanya”
http://www.jpnn.com/read/2011/09/23/103650/Nasruddin-Tewas-Ditembak-Dua-
Pistol-
180 Menurut catatan Wartawan JPNN.com, dinyatakan,
“Meski ukuran peluru sama, Widodo juga menyebutkan bahwa dua peluru terse-
but berasal dari dua senjata yang berbeda. Bahkan kendati merek dan jenis senjata
sama, dua peluru itu berasal dari dua senjata berbeda. Sebab, masing-masing sen-
jata sudah meninggalkan bekas “sidik jari” pada masing-masing peluru. “Sidik jari”
itu, kata Widodo, muncul karena laras masing-masing senjata berbeda”.
http://www.jpnn.com/read/2011/09/23/103650/Nasruddin-Tewas-Ditembak-Dua-
Pistol-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
146 ANTASARI AZHAR

APB 1 Lebar land (2,423 – 2,661) mm atau (2,414 – 2,610) mm atau


Impression/ ga- (0,0953 – 0,1047) inci (0,0959 – 0,1027) inci
langan
APB 2 Lebar (2,464 – 2,567) mm atau (2,437 – 2,567) mm atau
groove impres- (0.0970–0,1010) inci (0.0959–0,1010) inci
sion/ dataran
APP Lebar groove (2,464 – 2,567) mm atau (2,437 – 2,567) mm atau
impression/ da- (0.0970–0,1010) inci (0.0959–0,1010) inci
taran

4. Tentang hasil penyadapan KPK


Bukti P-12 adalah bukti hasil penyadapan KPK terhadap nomor til-
pon yang digunakan oleh almarhum Nasrudin Zulkarnaen dan An-
tasari Azhar mulai dari tanggal 6 Januari hingga 4 Februari 2009,
membuktikan bahwa tidak ada SMS berupa ancaman yang berbu-
nyi “MAAF MAS, MASALAH INI CUKUP KITA BERDUA SAJA YANG TAHU,
KALAU SAMPAI TERBLOUW UP, TAHU KONSEKKUENSINYA” dikirim dari
nomor tilpon yang digunakan oleh Antasari Azhar kepada nomor
tilpon yang digunakan oleh almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

II. Kekhilafan Hakim

Kekhilafan hakim yang dikemukan ini adalah ringkasan argumen


kekhilafan yang secara luas diuraikan dalam permohonan Peninjauan
Kembali. Alasannya kekhilafan hakim ini tidak diuraikan atau dimuat se-
mua seperti yang termaktub dalam memori Peninjauan Kembali, sema-
ta-mata alasan teknis. Sebab kalau semuanya dicatat secara utuh, maka
akan terlalu tebal dan membuat orang bosan, karena lebih banyak ber-
bicara tentang teknis hukum, yang tidak menarik.

1. PERTIMBANGAN HUKUM JUDEX FACTI TINGKAT PERTAMA


MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN NYATA ATAU KEKELI-
RUAN YANG NYATA DALAM MEMPERTIMBANGKAN ISI VISUM
ET REPERTUM KARENA TIDAK MEMPERTIMBANGKAN LUKA
TEMBAK YANG MASUK DARI PELIPIS KANAN.
PENINJAUAN K EMBALI 147

Bahwa dalam pertimbangan Judex Facti dan diangap benar oleh


Judex Juris tersebut, sama sekali tidak pernah menyebut dan mem-
pertimbangkan adanya luka pada “...pelipis kanan bagian luar (tabu-
la eksterna) berlubang dengan tepi tidak rata seluas duapuluh lima
milimiter kali dua puluh milimeter; sedangkan pada bagian dalamnya
(tabula interna), lubangnya berukuran tiga puluh milimeter (berben-
tuk corong yang membuka ke dalam);”

2. PUTUSAN JUDEX FACTI NYATA-NYATA MELANGGAR ASAS LAG-


ALITAS.

Bahwa Putusan Pengadilan Negeri yang disetujui oleh Mahkamah


Agung aquo, membuat kualifikasi baru dalam penyertaan yaitu
“ TURUT SERTA MENGANJURKAN PEMBUNUHAN BERENCANA”.
Kualifikasi ini tidak dikenal dalam penyertaan yang disebut dalam
KUHP yang masih berlaku.

3. PUTUSAN JUDEX JURIS YANG MENGUATKAN PUTUSAN JUDEX


FACTI TINGKAT BANDING YANG MENGUATKAN PUTUSAN JU-
DEX FACTI TINGKAT PERTAMA TELAH SALAH MENAFSIRKAN
UNSUR “MELAKUKAN ATAU TURUT SERTA MELAKUKAN”.

Sesuai dengan pertimbangan Judex Facti, sama sekali tidak pernah


dipertimbangkan adanya satu penjelasan atau pertimbangan dari
keterangan para saksi yang membuktikan bahwa ada kesengajaan
dari Antasari Azhar untuk turut serta menganjurkan pembunuhan
yang direncanakan terlebih dahulu;

4. PUTUSAN JUDEX JURIS YANG MENGUATKAN PUTUSAN JUDEX


FACTI TINGKAT BANDING YANG MENGUATKAN PUTUSAN JU-
DEX FACTI TINGKAT PERTAMA TELAH SALAH/KELIRU MENGU-
TIP ISI KAEDAH HUKUM DARI JURISPRUDENSI HR TANGGAL 17
MEI 1943.

Isi putusan HR tanggal 17 Mei 1943 yang dikutip oleh Judex


Facti PN Jakarta Selatan yang kemudian diperkuat oleh Judex Ju-
ris dalam perkara a quo, adalah sangat jauh berbeda. ” Dalam
Putusan HR tidak ada kualifikasi “tindak pidana Turut Serta
Menganjurkan untuk melakukan pembunuhan berencana ”;
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
148 ANTASARI AZHAR

melainkan “Turut Serta Melakukan Kejahatan Yang Direncanakan


Terlebih Dahulu”;

5. Putusan Judex Juris yang menguatkan putusan Judex Facti (di


tingkat Pengadilan Tinggi Jakarta yang menguatkan Putusan
PN Jakarta Selatan) yang menyatakan : ”ada hubungan kausal
antara perbuatan Pemohon PK (Terdakwa) dengan meninggal-
nya korban Nasrudin Zulkarnaen”, adalah merupakan suatu
kekilafan/kekeliruan yang nyata dalam menerapkan hukum
pembuktian.

Bahwa Judex Facti maupun Judex Juris dalam pertimbangannya


telah mempercayai keterangan saksi Rani dengan mengabaikan
Ketentuan Pasal 185 ayat (6) huruf d KUHAP , yaitu : ” Dalam meni-
lai kebenaran keterangan seorang saksi, Hakim harus dengan sung-
guh sungguh memperhatikan cara hdup dan kesusilaan saksi
serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi
dapat tidaknya keterangan itu dipercaya”. Dalam pada itu tidak ada
bukti hubungan kausal antara perbuatan Antasari Azhar dengan
kematian almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

6. Putusan Judex Juris yang menguatkan putusan Judex Facti (di


tingkat Pengadilan Tinggi Jakarta yang menguatkan Putusan
PN. Jakarta Selatan) yang menyatakan : ”ada hubungan kausal
antara perbuatan Pemohon PK ( Terpidana) dengan mening-
galnya korban Nasrudin Zulkarnaen”, adalah merupakan suatu
kekhilafan/kekeliruan yang nyata dalam menerapkan hukum
pembuktian;

Bahwa kesimpulan dari keterangan saksi Sigit Haryo Wibisono un-


tuk mengatasi Teror yang dialami terdakwa Antasari Azhar telah
meminta bantuan Wiliardi Wizar ternyata bertentangan dengan
keterangan Saksi Wiliardi Wizar pada halaman 53 butir ke-4 dan 5
Putusan PN Jakarta Selatan. Sehingga pertimbangan Judex Facti
yang dibenarkan judex juris yang membenarkan keterangan saksi
Sigit Haryo Wibisono adalah bertentangan dengan hukum pem-
buktian sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 185 ayat (2)
dan Pasal 185 ayat (4) KUHAP.
PENINJAUAN K EMBALI 149

7. Bahwa putusan Judex Juris yang menguatkan putusan Judex


Facti (di tingkat Pengadilan Tinggi Jakarta yang menguatkan
Putusan PN Jakarta Selatan) telah salah/keliru dalam menerap-
kan hukum pembuktian dalam membuktikan unsur ” Melaku-
kan atau turut serta melakukan ”

Bahwa pertimbangan/pernyataan Judex Facti/Judex Juris tersebut


di atas pada halaman 163 alinea ke- 4 Putusan PN. Jakarta Sela-
tan yang menyatakan bahwa pada pertemuan tersebut ”....., saksi
Wiliardi Wizar menerima amplop coklat dari terdakwa yang ber-
isi photo korban Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani, Photo
Mobil BMW, dan alamat rumah serta kantor korban Nasrudin,
adalah hanya didasarkan atas keterangan 1 (satu) orang saksi saja
yaitu saksi Sigit Haryo Wibisono, hal ini ditolak oleh Terdakwa, ka-
rena keterangan saksi Sigit Haryo Wibisono adalah bertentangan
dengan keterangan Saksi Wiliardi Wizar.

8. Putusan Judex Juris yang menguatkan putusan Judex Facti (di


tingkat Pengadilan Tinggi Jakarta yang menguatkan Putusan
PN. Jakarta Selatan) telah salah/keliru dalam membuktikan
unsur “Melakukan atau Turut Serta Melakukan”.

Bahwa kesimpulan JudexFacti yang menyatakan adanya pertemu-


an dirumah Sigid Haryo Wibisono dilakukan oleh Antasari Azhar,
Sigid Haryo Wibisono dan Wiliardi Wizar untuk hanya berdasarkan
keterangan Sigit Haryo Wibisono, karenanya keterangan saksi Si-
git tersebut adalah bersifat ”Unus Testis Nullus Testis”. Sehingga
dengan demikian maka unsur melakukan atau turut serta me-
lakukan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

9. Putusan JudexJuris yang menguatkan pertimbangan Putusan


Pengadilan Negeri Jakarta Selatan halam 166 alinea ketiga yang
menyebutkan, “.....sebelum menyerahkan uang tersebut, Sigid
menerangkan di persidangan sudah memberi tahu dan melapor
kepada Terdakwa dan Terdakwa mengatakan, “ sudah selesaikan
dulu, nanti saya carikan gantinya”, adalah suatu kekhilafan/kekeli-
ruan yang nyata dalam menrapkan hukum pembultian, karena ha-
nya didasarkan keterangan satu orang saksi Sigid Haryo Wibisono,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
150 ANTASARI AZHAR

karenanya keterangan saksi Sigit tersebut adalah bersifat “Unus


Testis Nullus Testis”.

10. Putusan Judex Juris yang menguatkan putusan Judex Facti (di
tingkat Pengadilan Tinggi Jakarta yang menguatkan Putusan
PN Jakarta Selatan) telah salah/keliru dalam membuktikan un-
sur ” Melakukan atau Turut Serta Melakukan”.

Bahwa kesimpulan Judex Facti Antasari Azhar merasa tidak puas


atas hasil kerja tim Chairul Anwar dan terdakwa kelihatan stress,
hanya berdasarkan keterangan Sigit Haryo Wibisono, karenanya
keterangan saksi Sigit tersebut adalah bersifat ”Unus Testis Nul-
lus Testis

11. Putusan Judex Juris yang menguatkan putusan Judex Facti (di
tingkat Pengadilan Tinggi Jakarta yang menguatkan Putusan
PN. Jakarta Selatan) telah salah/keliru dalam membuktikan
unsur “Melakukan atau Turut Serta Melakukan”.

Bahwa dengan demikian, maka Pertimbangan/ pernyataan Judex


Facti PN. Jakarta Selatan saksi Sigit Haryo Wibisono yang menyata-
kan pada akhir bulan Januari 2009 mengenalkan Kombes Wiliardi
Wizar kepada Terdakwa Antasari Azhar adalah sangat bertentang-
an dengan keterangan saksi Sigit Haryo Wibisono pada halaman
23 alinea ke- 8 dan keterangan saksi Wiliardi Wizar pada halaman
47 alinea ke- 6 yang pada pokoknya menyatakan bahwa Sigit Haryo
Wibisono memperkenalkan Wiliardi Wizar kepada Terpidana : pada
sekira bulan Februari 2009.

12. Putusan Judex Juris yang menguatkan Judex Facti telah salah
dan keliru dalam menerapkan hukum pembuktian dalam hal
membuktikan perbuatan terdakwa memenuhi unsur “Dengan
Sengaja”.

Bahwa pertimbangan Judex Juris yang menguatkan kesimpulan


Judex Facti PN Jakarta Selatan pada Halaman 172 alinea ke-2 yang
menyatakan : ” bahwa dengan kata kata terdakwa tersebut (in casu:
saya atau dia yang mati) dapat disimpulkan ada kehendak dari
Terdakwa akan matinya korban Nasrudin Zulkarnaen, ini merupa-
PENINJAUAN K EMBALI 151

kan wujud dari sengaja, adalah tidak tepat, karena tidak ada mo-
tif atau kesengajaan dari Antasari Azhar untuk “turut serta meng-
anjurkan pembunuhan berencana” terhadap almarhum Nasrudin
Zulkarnaen.

13. JUDEX JURIS DAN JUDEX FACTI TINGKAT SALAH DALAM MEM-
BUKTIKAN PERBUATAN TEDAKWA MEMENUHI “DIRENCANA-
KAN TERLEBIH DAHULU”.

Bahwa pertimbangan judex Facti dan judex juris tentang perminta-


an dana operasional yang didasarkan keterangan dari Sigid Haryo
Wibisono yang telah meminta izin/lapor kepada Antasari Azhar
atas penggunaan dana sebesar Rp. 500.000.000; (lima ratus juta ru-
piah) yang diserahkan kepada Wiliardi Wizar, dan disetujui dengan
menyatakan “sudah selesaikan dulu, nanti saya cari gantinya”, tidak
sesuai dengan keterangan Setyo Wahyudi, karena uang yang dise-
rahkan kepada Wiliardi Wizar adalah pinjaman dengan jaminan cek
BRI KCP Menteng. Selain itu penggunaan uang oleh Antasari Azhar
disangkal dan tidak pernah memberikan persetujuan.

14. SALAH DALAM MEMBUKTIKAN PERBUATAN TERDAKWA MEME-


NUHI UNSUR “MEGHILANGKAN NYAWA ORANG LAIN”.

Bahwa dalam pertimbangan putusan Judex Facti halaman 176-178,


tidak ada pertimbangan yang membuktikan adanya perbuatan An-
tasari Azhar yang memenuhi unsur menghilangkan nyawa orang
lain. Bahkan dalam pertemuan bertiga antara Antasari Azhar, Sigid
Haryo Wibisono dan Wiliardi Wizar, dinyatakan Antasari Azhar tidak
pernah mengatakan nyawa dan juga tidak ada membujuk untuk
melakukan pembunuhan (Putusan halaman 25).

15. Judex Juris telah keliru atau khilaf dalam menerapkan Hukum
Pembuktian.

Bahwa pertimbangan Judex Juris butir 5 halaman 57 Putusan MA


No. 1429 K/Pid/2010, tidak salah dalam menerapkan hukum, ka-
rena adanya keterangan Sigid Haryo Wibisono dipersidangan yang
menyatakan, “Mas ini kok jadi runyam, nanti berbahaya harus se-
gera dikoordinasikan” dan dijawab oleh Terdakwa, “sudah dikoordi-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
152 ANTASARI AZHAR

nasikan dengan TB I dan TB II”. Adalah pertimbangan yaqng keliru,


karena keterangan Sigid Haryo Wibisono tidak didukung oleh alat
bukti lainnya, sehingga keterangan tertsebut adalah bersifat “Unus
Testis Nulus Testis”.

16. JUDEX JURIS YANG MEMPERKUAT PUTUSAN JUDEX Facti TING-


KAT BANDING TELAH KELIRU ATAU KHILAF DALAM MENERAP-
KAN HUKUM PEMBUKTIAN, KARENA SAKSI MUHAMMAD NUH
AL AZHAR, SE, BUKAN SEBAGAI AHLI DI BIDANG TATA BAHASA,
MELAINKAN AHLI BIDANG IT, KARENANYA AHLI IT TIDAK BER-
KAPASITAS UNTUK MENERJEMAHKAN MAKSUD DARI SUATU
PERCAKAPAN SESORANG, MELAINKAN IA BERKAPASITAS UN-
TUK MENENTUKAN APAKAH SUARA TERSEBUT IDENTIK DE-
NGAN SUARA PEMOHON PK ATAU BUKAN.

Ahli ini juga tidak mampu menunjukkan dan menjelaskan kalimat


dari rekaman isi pembicaraan yang dinilainya sebagai obrolan yang
“sepertinya” ada rencena pembunuhan.

17. PERTIMBANGAN HULUM PUTUSAN JUDEX FACTI TINGKAT PER-


TAMA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHUILAFAN ATAU KEKELI-
RUAN YANG NYATA MENGENAI UNSUR “MELAKUKAN ATAU TU-
RUT SERTA MELAKUKAN” DALAM “HUBUNGANNYA DENGAN
PUTUSAN PELAKU PEMBUNUHAN (EKSEKUTOR)”.

Bahwa tidak ada fakta Antasari Azhar menjanjikan memberikan atau


menyerahkan uang sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
kepada Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo dan kawan-kawan
sebagi upah melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkar-
naen Iskandar. Tidak ada fakta bahwa Antasari Azhar menghendaki
agar ada informan yang akan mengikuti Nasrudin Zulkarnaen secara
terus menerus selama 24 jam, karena orang ini membehayakan ne-
gara.

18. PERTIMBANGAN HUKUM PUTUSAN JUDEX FACTI TINGKAT PER-


TAMA MEMUAT PERTENTANGAN ANTARA PUTUSAN YANG SATU
DENGAN YANG LAIN, YAKNI ANTARA PUTUSAN ANTASARTI
AZHAR, SIGID HARYO WIBISONO, WILIARDI WIZAR DAN EDU-
ARDUS NOE NDOPO MBETE ALIAS EDO SERTA HENDRIKUS KI-
PENINJAUAN K EMBALI 153

AWALEN MENGENAI UNSUR MENGANJURKAN” (PENGANJUR


PARA PENGANJUR)”.

Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum dalam perakara AN-


TASARTI AZHAR, SIGID HARYO WIBISONO, WILIARDI WIZAR
DAN EDOARDUS NOE NDOPO MBETE ALIAS EDO SERTA HEN-
DRIKUS KIAWALEN tidak dapat dibuktikan adanya saling bujuk
atau pembujukan berantai dengan cara membujuk Fransiskus Ta-
don alias Amsi, Daniel Daen Sabon dan Heri Santosa untuk me-
lakukan pembunuhan terhadap almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

19. PERTIMBANGAN HUKUM PUTUSAN JUDEX FACTI TINGKAT


PERTAMA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU KE-
KELIRUAN YANG NYATA DALAM MEMPERTIMBANGKAN UNSUR
“MENGANJURKAN” TERHADAP TERPIDANA.

Tidak ada fakta Antasari Azhar pernah menganjurkan Wiliardi Wizar,


Eduardus Noe Ndopo Mbete terlebih lagi pelaku materiil penem-
bakan terhadap almarhum Nasrudin Zulkarnaen, untuk mencari in-
forman yang dapat mengikuti almarhum secara terus menerus dan
kemudian melakukan pembunuhan terhadap korban almarhum
Nasrudin Zulkarnaen.

20. PERTIMBANGAN HUKUM PUTUSAN JUDEX FACTI TINGKAT PER-


TAMA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU KEKELIRU-
AN YANG NYATA DALAM MEMPERTIMBANGKAN UNSUR “KESE-
NGAJAAN” TERHADAP TERPIDANA.

Pertimbangan Putusan pengadilan negeri yang berasal dari ke-


terangan pegawai KPK Ina Susanti dan BAP Budi Ibrahim, yang
mengatakan, “... namun tiba-tiba dengan nada kesal terdakwa
mengatakan “saya atau dia yang mati”, yang dianggap menjadi
dasar adanya “wujud dari sengaja”, adalah pertimbangan yang
tidak tepat karena pertimbangan tersebut merupakan opini atau
rekaan saja.

21. PERTIMBANGAN HUKUM PUTUSAN JUDEX FACTI TINGKAT PER-


TAMA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU KEKELIRU-
AN YANG NYATA DALAM MENENTUKAN “KEBENARAN ORANG
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
154 ANTASARI AZHAR

YANG MENGIRIM SMS KEPADA NASRUDIN ZULKARNAEN, KA-


RENA TIDAK MEMPERTIMBANGKAN KETERANGAN AHLI Dr. Ir.
AGUNG HARSOYO, DEA”.

Bahwa Judex Facti tidak mempertimbangkan kelayakan asal pe-


ngetahuan dan kepentingan keterangan saksi Jeffrey Lumampow,
SH, dan Etza Imelda Fitri, SH, yang menerangkan pernah membaca
SMS dari Antasari Azhar kepada almarhum Nasrudin Zulkarnaen,
yang berbunyi “ MAAF MAS, MASALAH INI YANG TAHU HANYA KITA
BERDUA, KALAU SAMPAI TERBLOUWUP, TAHU KONSEKWENSINYA”.
Padahal secara tegas AHLI Dr. Ir. AGUNG HARSOYO, DEA menya-
takan, selama bulan Februari dan Maret, tidak pernah ada pengi-
riman SMS yang berasal dari HP milik Antasari Azhar, kepada HP
milik Nasrudin Zulkarnaen.

Dikatakanpula oleh AHLI Dr. Ir. AGUNG HARSOYO, DEA, Nomor


HP Sdr. Nasrudin Zulkarnaen mencatat 205 SMS Incoming yang
tidak tercatat nomor pengirimnya dan 35 SMS Incoming ke nomor
HP Antasari Azhar, SH, MH, yang dikirim dari nomor pengirim
yang tidak teridentifikasi. Seluruh SMS diperkirakan dikirim melalui
web server. Selama bulan Februari dan Maret 2009 tercatat bebe-
rapa kali pengirim SMS dari dan ke pemilik yang sama, yaitu milik
Sdr. Antasari Azhar, SH,MH, (1 kali) dan HP milik Sdr. Sigid Haryo
Wibisono (5 kali).

22. PERTIMBANGAN HUKUM PUTUSAN JUDEX FACTI TINGKAT PER-


TAMA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU KEKELI-
RUAN YANG NYATA DALAM MEMPERTIMBANGKAN “BARANG
BUKTI PELURU YANG ADA PADA KEPALA KORBAN”.

Dr. Abdul Mun’im Idries menerangkan ukuran peluru setelah diu-


kur dengan alat khusus adalah sebesar 9 mm, dan berasal dari sen-
jata S & W kaliber 0,38. Sedangkan Ahli Drs. Maruli Simanjuntak,
menerangkan peluru berasal dari S & W kaliber 0,38 kalau dikon-
versi menjadi 9 VNM koma sekian dan tidak dapat menggunakan
peluru 9 mm. Keterangan Ahli Drs. Maruli Simanjuntak ini ber-
sesuaian dengan pendapat Ahli Roy Haryanto yang menyatakan
senjata barang bukti yang diperlihatkan menurut Ahli adalah sen-
jata revolver special 38. Keterangan ini sesuai dengan keterangan
PENINJAUAN K EMBALI 155

TEGUH MINARTO dan ANDREAS BALTHAZAR alias ANDREAS seba-


gai penjual senjata di Pengadilan Negeri Depok, bahwa mrk men-
jual senjata revolver special 38. Hal ini berarti peluru yang ada pada
kepala almarhum Nasrudin Zulkarnaen Iskandar bukan berasal
dari senjata yang dijadikan sebagai barang bukti.

23. PERTIMBANGAN HUKUM PUTUSAN JUDEX FACTI TINGKAT PER-


TAMA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU KEKELIRU-
AN YANG NYATA KARENA LALAI DALAM “MEMANGGIL DAN ME-
MERIKSA ORANG/DOKTER YANG MELAKUKAN TINDAKAN ME-
DIS PERTAMA KORBAN DAN PEMOTONGAN RAMBUT KORBAN
SEBAGAI BUKTI YANG PENTING DAN MENENTUKAN SEBAB-SE-
BAB KEMATIAN KORBAN DAN MENENTUKAN JARAK TEMBAK”.

Bahwa Judex Facti Tingkat Pertama nyata-nyata telah lalai, karena


tidak memaksa Penuntut Umum untuk menghadirkan Dokter yang
melakukan pemeriksaan dan melakukan pertolongan pertama ter-
hadap korban setelah terjadi penembakan alm. Nasrudin Zulkar-
naen. Sebab dengan kelalaian ini berakibat tidak dapat dipastikan
saat kematian korban dan tidak dapat dipastikan keaslian kondisi
korban, sebagaimana diterangkan Ahli Dr. Abdul Mun’im Idries,
Spf

24. PERTIMBANGAN HUKUM PUTUSAN JUDEX FACTI TINGKAT PER-


TAMA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU KEKELIRU-
AN YANG NYATA KARENA LALAI DALAM “MEMERIKSA BARANG
BUKTI BAJU KORBAN GUNA MENENTUKAN JARAK TEMBAK”.

Bahwa Judex Facti Tingkat Pertama nyata-nyata telah lalai dan khilaf
karena tidak memaksa Penuntut Umum untuk menghadirkan baju
yang digunakan korban ketika terjadi penembakan terhadap alm.
Nasrudin Zulkarnaen. Meskipun Penuntut Umum selalu menjanji-
kan untuk menghadirkan bukti baju korban, namun pada kenya-
taannya (faktanya) “baju korban tidak pernah dihadirkan sebagai
bukti”, dengan alasan baju tersebut tidak ada pada penyidik dan
baju tersebut telah hilang. Pentingnya baju korban sebagaimana
diterangkan oleh ahli Dr. Abdul Mun’im Idries dan Ahli Maruli Si-
manjuntak, yakni untuk mengetahui jarak tembak, apakah jarak
tembak dilakukan dari jarak dekat atau jarak jauh.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
156 ANTASARI AZHAR

25. PERTIMBANGAN HUKUM PUTUSAN JUDEX FACTI TINGKAT PER-


TAMA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU KEKELIRU-
AN YANG NYATA KARENA LALAI DALAM “MEMINTA HASIL PE-
NYIDIKAN TERHADAP MOBIL KORBAN ALMARHUM NASRUDIN
ZULKARNAEN”.

Bahwa Judex Facti Tingkat Pertama telah memperlihatkan suatu ke-


khilafan atau kekeliruan yang nyata, karena dalam memeriksa ber-
kas perkara, tidak ditemukan adanya hasil pemeriksaan terhadap
Mobil korban Alm. Nasrudin Zulkarnaen. Padahal mobil korban
sangat penting untuk diperiksa oleh petugas Laboratoris Kriminal-
istik, karena pada “mobil tersebut terdapat bukti-bukti yang ber-
hubungan dengan penembakan yang berakibat matinya korban”
almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

26. PERTIMBANGAN HUKUM PUTUSAN JUDEX FACTI TINGKAT PER-


TAMA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU KEKELIRU-
AN YANG NYATA DALAM MEMPERTIMBANGKAN “KEBERADAAN
HERRY SANTOSA DAN FRANSISKUS DENGAN MENGABAIKAN
KETERANGAN AHLI DR. IR. AGUNG HARSOYO, DEA”.

Bahwa Judex Facti Tingkat Pertama telah memperlihatkan suatu


kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam mempertimbang-
kan keberadaan saksi Herry Santosa dan saksi Fransiskus dengan
mengabaikan keterangan ahli Dr. Ir. Agung Harsoyo, DEA. Sebab
seperti diterangkan oleh ahli Dr. Ir. Agung Harsoyo, DEA, untuk
menentukan posisi menurut BTS saja tidak tepat, karena BTS ter-
bagi menjadi 3 sektor, yang namanya coverage seperti payung ma-
sing-masing 120º yang dapat diketahui hanya posisi kira-kira saja,
dan itupun masih terdapat banyak kemungkinan.

27. PERTIMBANGAN HUKUM PUTUSAN JUDEX FACTI TINGKAT PER-


TAMA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU KEKELIRU-
AN YANG NYATA, KARENA TELAH MEMPERTIMBANGKAN FAKTA
YANG TIDAK TERUNGKAP DIPERSIDANGAN.

Tidak ada saksi atau keterangan dari Berita Acara Pemeriksaan saksi
yang dibacakan dihadapan persidangan yang membuktikan bah-
wa ada saksi yang menerangkan ada orang bernama Hendrikus
PENINJAUAN K EMBALI 157

mengikuti korban dalam waktu cukup lama mengikuti korban.


Tidak ada keterangan Parmin yang menyatakan, dia mengetahui
orang yang mengikuti mobil yang dikemudikanya adalah Hendri-
kus. Tidak juga ada fakta yang menerangkan bahwa Edo mengeta-
hui adanya kegiatan dari Hendrikus mengikuti mobil korban pada
waktu penembakan dilakukan. Yang diterangkan oleh Eduardus
Noe alias Edo, menurut Hendrik “setelah ia turun ke lapangan se-
pertinya ada gerak gerik tim lain, sepertinya mereka petugas,
karena ada yang pakai baju safari bawa beceng (pistol) segala”
dan “mereka naik kendaraan mobil Panther merah dan Timor, dan
ada juga yang naik motor, semua sama-sama mengikuti, kayaknya
mereka petugas...”

28. PERTIMBANGAN HUKUM PUTUSAN JUDEX FACTI TINGKAT PER-


TAMA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU KEKELIRU-
AN YANG NYATA, KARENA LALAI DALAM MEMPERTIMBANG-
KAN PENYITAAN BARANG-BARANG YANG TIDAK BERHUBUNG-
AN DENGAN PERKARA A QUO.

a. Penyitaan barang bukti 1 (satu) Amplop Cokelat dari Sigid


Haryo Wibisono kepada Antasari Azhar berisi: satu ben-
del Hasil Pemeriksaan Penyelesaian Kewajiban Peme-
gang Saham (PKPS) dari BPK dan satu surat berjudul The
Untouchable: Salim Bersaudara.

b. Penyitaan barang bukti berupa “1 (satu) amplop coklat dari


Mega Simarmata Wartawati inilah.com kepada Antasari
Azhar private and confidential diserahkan via Ibu Ida (Se-
kretaris) berisi Print Out Email dari Microsoft Outlook In-
box dan Exhibit S-GSM off-air intercept ”.

c. Penyitaan barang bukti berupa “1(satu) buah map ber-


warna biru berisi copy Surat Nota Kesepahaman antara
PT. Graha Artha Citra Mandiri dan PT. Rajawali Nusantara
Indonesia Nomor: 78/ Spj.PNRNI/X/2002 dan copy Surat
Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Nomor: KEP-/MBU/2007 dan copy Surat PT. Rajawali Nu-
santara Indonesia Nomor: S-20/RNI.00/ VI/2004 tanggal 2
Juni 2005, Hal Tanggapan Komisaris Atas Laporan Tahun
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
158 ANTASARI AZHAR

Buku 2004 dan Copy Surat Daftar Riwayat Hidup Nasru-


din Zulkarnaen”.

d. Penyitaan barang bukti berupa “1 (satu) buah Harddisk


Merk Western Digital, model WD 800ZD Serial Number
WMAM9 X647149 datanya memiliki nilai MD5HASH6D42
AE68F9DE4C B2C0CC60f7B488ZC4 Kapasitas 80 Gb”.

Bahwa Penyitaan yang dilakukan oleh Penyidik dan diberikan izin


oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sesuai Penetapan Nomor: 1511/
Pen.Per.Sit/PN.Jkt-Sel, tanggal 22 Juni 2009 adalah penyitaaan yang ti-
dak sesuai dengan ketentuan Pasal 39 ayat (1) KUHAP dan barang bukti
yang disita tersebut di atas tidak jelas hubungannya dengan perkara
pembunuhan yang didakwakan kepada Antasari Azhar.

3. Peninjauan Kembali ditolak

Penolakan terhadap Permohonan Peninjauan Kembali yang dia-


jukan Antasari Azhar sudah dilakukan oleh Mahkamah Agung. Dengan
demikian mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tetap
menjalani hukuman selama 18 tahun penjara.181

Putusan penolakan ini disampaikan oleh Hakim Agung Suhadi


pada jumpa pers di Gedung MA. Dikatakan oleh Suhadi,

“Membaca surat-surat yang bersangkutan, mempertimbangkan


Pasal 340 KUHP juncto 55 ayat 1 ke-1, mengadili, menolak per-
mohonan peninjauan kembali dari pemohon peninjauan kem-
bali atau terpidana Antasari Azhar”.182

Dalam keterangannya Suhadi mengatakan, tak ada dissenting


opinion (perbedaan pendapat) antara anggota majelis hakim yang terdiri
dari, Harifin Andi Tumpa, Djoko Sarwoko, Komariah E Sapardjaya, Imron
Anwari, Hatta Ali. Kemudian disampaikan pula oleh Suhadi yang memin-

181 http://www.tribunnews.com/2012/02/13/ma-tolak-pk-antasari-azhar-tidak-ada-
disenting-opinion
182 http://nasional.kompas.com/read/2012/02/13/17403953/MA.Tolak.PK.Antasari.
Azhar
PENINJAUAN K EMBALI 159

ta publik untuk menunggu selama dua hingga tiga hari, karena argumen
putusannya, akan segera dipublikasikan di laman resmi MA.183

Jurnal Nasional184 menulis sebagai berikut,

“Putusan ini tidak Ada dissenting opinion, semua bulat,” kata Su-
hadi.

Meski mengumumkan hasil putusan PK tersebut, Suhadi tidak


merinci pertimbangan hukum yang diambil majelis. Suhadi me-
ngatakan MA akan menyusun putusan secara lengkap dua hing-
ga tiga hari ke depan.

Meskipun tidak jelas alasannya Djoko Sarwoko185 menyatakan

“Pertama bahwa alasan PK tersebut terdiri dua kelompok yaitu


kelopok novum (bukti baru) dan kelompok alasan kesalahan
nyata,”

....“Dari lima orang hakim agung itu pendapatnya masing-masing


sampai pada kesimpulan tolak PK,”.

Masing-masing hakim agung membahas alasan PK yang diaju-


kan oleh tim penasihat hukum. MA menjamin bahwa putusan
tersebut dibuat secara profesional dan tidak ada intervensi apa
pun.

“Pendapat masing-masing majelis hakim membahas semua alas-


an PK yang terdiri dari dua kelompok itu,”.

“Mereka independen karena tanpa arahan dari siapa pun. Hakim


agung yang memutus perkara senior semua. Jadi mereka ber-
pendapat sesuai pengetahuan dan pengalamannya dan selama
ini integritasnya dapat dipercaya dan dijamin. Putusan itu murni
tanpa ada intervensi dari siapa pun,”.
183 Kantor kami sebagai Kuasa Hukum Antasari Azhar menerima putusan, tanggal 21
Maret 2012;
184 http://www.jurnas.com/hlm./4/2012-02-14/198968
185 http://news.detik.com/read/2012/02/14/173503/1842296/10/?992204topnews
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
160 ANTASARI AZHAR

Keterangan Hakim Agung Djoko Sarwoko ini tidak menjelaskan


alasan dari para Hakim Agung dalam menolak Permohonan Peninjau-
an Kembali yang dilakukan oleh Antasari Azhar. Bahkan keterangan ini
dapat dikatakan sebagai bentuk pembelaan diri yang berlebihan dan
tidak perlu atau justru jawaban ini untuk menunjukkan bahwa Majelis
Hakim Peninjauan Kembali mendapat intervensi ketika memutuskan
permohonan Antasari Azhar.

Dalam catatan Majalah Tempo186 dinyatakan,

“ Salah seorang majelis hakim agung Djoko Sarwoko, mengang-


gap santai cecaran Maqdir yang dilansir media cetak dan televisi
itu. Ia dengan tenang menanggapi tuduhan rekayasa dibalik pe-
nolakan PK ini. Majelis Hakim yang terdiri atas lima orang, ujar
Djoko, secara bulat memutuskan Antasari bersalah. Ini, katanya,
membuktikan tidak ada yang ganjil dari putusan itu. Suasana
sebelum sidang pun, katanya, tak ada tanda-tanda ketegangan
para hakim. “ Semua berlangsung seperti biasa,” katanya.

Menurut Djoko, majelis tidak menemukan novum yang menjadi-


kan alasan pengajuan PK. Pendapat ahli peluru yang disorongkan
pengacara tak ada hubungannya dengan terbunuhnya Nasrudin.
Fakta yang paling sulit dibantah, kata dia, adalah pembunuhan
terhadap Nasrudin sudah terjadi. “ Ada orang yang mati dalam
kasus in,” katanya”.

Memang tidak ada fakta yang dapat mengubah bahwa Nasrudin


meninggal dunia karena dua luka tembak dikepalanya. Yang dipersoalkan
dalam Peninjauan Kembali perkara Antasari Azhar, bahwa pembunuhan
terhadap almarhum Nasrudin Zulkarnaen, tidak dilakukan dengan sen-
jata yang dijadikan barang bukti yaitu Revolver S&W special 0.38. Antasari
tidak pernah menganjurkan orang untuk membunuh almarhum. Antasari
tidak pernah memberikan izin kepada Sigid Haryo Wibisono untuk me-
nyerahkan uang kepada Wiliardi Wizar. Kemudian tidak pernah ada SMS
ancaman dari Antasari Azhar kepada almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Kalau saja para Hakim Agung ini mau cermat membaca argumen

186 Tempo 26 Februari 2012, hlm.120


PENINJAUAN K EMBALI 161

Peninjauan Kembali, tentunya tidak akan semudah itu mereka menolak


Peninjauan Kembali. Salah satu contoh seperti dikemukakan dibagian
awal bahwa Andi Syamsudin ditemui oleh tiga orang Kompol yang ber-
tanya apakah almarhum mempunyai anak angkat. Yang dijawab sepe-
ngetahuannya “almarhum sepanjang hidupnya tidak punya anak angkat”.
Ketika Andi Syamsudin bertanya tentang anak angkat tersebut salah se-
orang Komisari Polisi menjawab “Anak angkat itu namanya Rani”. Kemu-
dian ketika Andi Syamsudin bertanya tentang motif pem bunuhan terha-
dap kakanya ini, salah seorang dari Komisaris Polisi itu menjawab, karena
ada cinta segitiga. Pada saat dialog ini terjadi belum ada pemeriksaan
terhadap saksi, termasuk Rani Juliani yang selalu dihubungkan sebagai
pembawa masalah. Pengetahuan salah seorang dari ketiga Komisarsi Po-
lisi ini pasti bukan untuk mengalihkan issu. Dan tentu saja Andi Syamsu-
din tidak mempunyai kepentingan untuk mengalihkan issu agar Antasari
Azhar dibebaskan. Bahkan dengan bebasnya Antasari Azhar sudah pasti
saudara kandungnya ini tidak mungkin bisa hidup kembali.

Cerita lain yang patut disimak dari Andi Syamsudin ketika ditanya
oleh Ketua Majelis Pemeriksa Peninjauan Kembali di Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan. Dikatakan oleh saksi dihadapan persidangan sebagai-
mana tercatat dalam transkrip yang disampaikan kepada Mahkamah
Agung, dia menyatakan,

“ada saya rasa ada banyak petugas dan perlu saya samapaikan
yang mulia saat itu a...... tepatnya posisi jam 06.00 pagi, itu banyak
petugas yang sudah ada disitu sudah ada yang, baik petugas yang
pada saat dari, pokoknya aparat penegak hukum banyak pada po-
sisi jam 06.00 pagi dan pada saat itu ada satu orang yang tiba-tiba
datang mau nyelonong mau masuk kedalam ICU tempat almar-
hum, pada saat itu saya tahan, anda dari mana, pada saat itu dia
katakan, saya dari Intel, Intel mana, Intel kodam, apa kepentingan-
nya anda masuk melihat almarhum, lalu saya katakan anda tidak
bisa masuk, karena pada saat itu saya ada dipintu, dan saya sudah
sampaikan kepada perawat pada saat itu yang mulia”

Pernyataan dari Andi Syamsudin ini jelas menunjukkan adanya


upaya menukangi kasus terbunuhnya almarhum Nasrudin Zulkarnaen.
Apa kepentingan intel ini, darimana pun asal instansinya untuk menge-
tahui kematian almarhum Nasrudin Zulkarnaen.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
162 ANTASARI AZHAR

Belum lagi masalah ini kalau dihubungkan dengan peluru yang di-
jadikan barang bukti. Perbedaan pendapat tentang anak peluru ini terjadi
antara keterangan Dr. Abdul Mun’im Idries, yang mengatakan anak peluru
yang ditemukan dikepala almarhum diameternya 9 mm. Keterangan Roy
Harianto dan Drs. Maruli Simanjuntak menyatakan bahwa Revolver 0,38
Special anak pelurunya lebih besar dari 9 mm. Bahkan Widodo Harjo-
prawito dengan cara membandingkan anak peluru 1 (APB 1) dan anak
peluru pembanding, dikatakan bahwa ada perbedaan antara anak peluru
pembanding dengan APB 1, sedangkan anak peluru 2 (APB 2) sama de-
ngan anak peluru pembanding. Perbandingannya dari dilihat dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh Puslabfor Mabes Polri dan perbanding-
an tersebut dapat dilihat dari perbandingan dibawah ini:

APB 1 Lebar land (2,423 – 2,661) mm atau (2,414 – 2,610) mm atau


Impression/ ga- (0,0953 – 0,1047) inci (0,0959 – 0,1027) inci
langan
APB 2 Lebar (2,464 – 2,567) mm atau (2,437 – 2,567) mm atau
groove impres- (0.0970–0,1010) inci (0.0959–0,1010) inci
sion/ dataran
APP Lebar groove (2,464 – 2,567) mm atau (2,437 – 2,567) mm atau
impression/ da- (0.0970–0,1010) inci (0.0959–0,1010) inci
taran

Pendapat Majelis Hakim terhadap masalah ukuran anak peluru


ini tidak jelas. Begitu juga hal kalau dibandingkan bekas luka tembak
pada kepala almarhum Nasrudin Zulkarnaen yang paralel, sementara
bekas tembakan pada mobil yang diambil fotonya oleh penyidik adal
bersifat vertikal. Selain itu juga bekas luka tembak pada almarhum juga
satu dipelipis kiri dan satu lagi dibelakang telinga sebelah kiri, sedang-
kan bekas tembakan pada mobil tidak ada dari kaca belakang mobil.

Mantan anggota DPR RI, Permadi187 dalam pernyataannya yang


dikutip oleh pers menduga bahwa penolakan terhadap upaya Penin-

187 http://news.okezone.com/read/2012/02/14/339/575107/3-hal-yang-membuat-
pk-antasari-tetap-ditolak
PENINJAUAN K EMBALI 163

jauan Kembali yang dilakukan oleh Antasari Azhar, adalah sebuah ben-
tuk permainan. Pengabaian bukti tersebut jelas merupakan permainan.
Bahkan dalam keterangannya Permadi menyatakan sejak awal sudah
menduga bahwa PK tersebut pasti akan mendapat penolakan oleh
Mahkamah Agung. Permadi dikatakan,

Dalam kalimatnya

“Pada saat pendahuluan pengajuan PK, Antasari mengatakan


bahwa dirinya dihukum berat atas dasar tiga hal, yaitu akan
membuka kasus IT pemilu, kasus Bank Century dan menahan Au-
lia Pohan. Itu dikemukakan Antasari. Jadi, dari situ saya melihat
berapapun kuatnya bukti yang diajukan, pasti akan ditolak,”.

Semantara itu mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Jimly As-


shidiqie188 menyatakan bahwa kasus Antasari merupakan salah satu con-
toh peradilan sesat. Dikatakan oleh Jimly, hal tersebut sudah terlihat sejak
awal sehingga sulit untuk diperbaiki pada proses selanjutnya. Sehingga
sulit untuk mengharapkan Peninjauan Kembali dikabulkan. “Oleh karena
itu, lebih baik terima saja putusan tersebut dan tawakal pada Allah sambil
berharap ada perkembangan lain di kemudian hari,” jelas Jimly.

Komentar Prof. Jimly Asshidiqie dan Permadi ini tentu dapat di-
katakan sebagai wakil pendapat mesyarakat bahwa proses peradilan
Antasari Azhar ini hanya sekedar formalitas belaka. Putusan tidak akan
pernah berubah karena Antasari Azhar harus dihukum dengan hukum-
an yang tinggi.

4. Pertimbangan Menolak Peninjauan Kembali

Majelis Hakim Peninjauan Kembali yang dipimpin oleh Dr. Hari-


fin A. Tumpa, SH.MH. Ketua Mahkamah Agung yang ditetapkan sebagai
Ketua Majelis, Djoko Sarwoko, SH.MH., Prof. Dr. Komariah E. Sapardjaja,
SH., H.M. lmron Anwari, S.H., Sp.N., M.H., dan Dr. H. M. Hatta Ali, S.H.,
M.H., memutuskan menolak permohonan Antasari Azhar. Dengan di-

188 http://nasional.kompas.com/read/2012/02/14/06465918/Jimly.Kasus.Antasari.
Contoh.Peradilan.Sesat
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
164 ANTASARI AZHAR

tolaknya permohonan ini, maka berakhir sudah perjuangan Antasari


Azhar secara hukum.

Inilah alasan-alasan yang dikemukakan oleh para Hakim Agung


yang menolak permohonan Antasari Azhar. Agar alasan tersebut dapat
dibaca secara utuh, maka alasan-alasan itu dikutip secara lengkap.

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena pu-


tusan Judex Juris yang menguatkan putusan Judex Facti tidak terdapat
kekeliruan nyata, dengan pertimbangan sebagai berikut:

Tentang Novum:

− Bahwa bukti yang dimajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali


berupa foto-foto bagian kepala korban Nasrudin, yang bertanda
Bukti PK-1 sampai dengan PK-11 serta bukti PK-14, yang merupa-
kan perbedaan hasil Visum Et Repertum Nomor : 1030/SK-ll/03/2-
2009 tanggal 30 Maret 2009 yang berbeda dengan hasil foto Bukti
PK-1 sampai dengan Bukti PK-3, yang kedua Visum itu ditandata-
ngani oleh Dr. Abdul Mun'in ldries, Sp.F., tentang uraian hasil yang
menerangkan tentang adanya jumlah luka tembak yang berbeda
dalam kepala korban Nasrudin ;

− Dalam Visum Nomor : 1030/SK-ll/03/2-2009 disebutkan kematian


korban disebabkan luka tembak, dan ada dua lubang bekas peluru
yang masuk ke dalam kepala korban, sedang dalam foto Bukti PK-
1 sampai dengan Bukti PK-3, kematian korban disebabkan karena
luka tembak dan ada tiga lubang bekas peluru dalam kepala kor-
ban;

− Bahwa adanya perbedaan jumlah lubang dalam kepala korban bu-


kanlah merupakan bukti baru yang relevan sebagaimana di mak-
sud dalam Pasal 263 ayat (2) hurup A KUHAP, karena jumlah luka
tembak tidaklah mempengaruhi pembuktian, yang diperlukan da-
lam pembuktian perkara ini adalah adanya akibat yang ditimbul-
kan oleh pelaku yang menerima perintah dari Pemohon Peninjau-
an Kembali, adanya perintah dan akibat perintah itu ada korban
yang meninggal dunia sudah menunjukkan akibat yang dikehen-
daki telah tercapai, karena adanya perbedaan jumlah luka tembak
PENINJAUAN K EMBALI 165

tidaklah dapat menunjukkan terputusnya rangkaian fakta hukum


yang menggambarkan hubungan perintah antara yang disuruh
dan yang menyuruh ;

− Sehingga walaupun adanya perbedaan itu juga sudah diketahui


dari awal persidangan juga tidak akan mengakibatkan pembebas-
an pada diri Terpidana, karena telah timbul adanya akibat berupa
meninggalnya korban, dan antara pelaku lapangan dengan Ter-
pidana ada hubungan causal atas akibat itu dan hal ini bukanlah
kekeliruan nyata karena fakta hukumnya korban meninggal akibat
luka tembak, dengan demikian bukti baru tentang ini tidak relevan
dan harus dikesampingkan ;

− Bahwa yang perlu ditegaskan dalam pemeriksaan dan pembukti-


an perkara a quo adalah apakah ada hubungan hukum antara me-
ninggalnya korban Nasrudin dengan anjuran sebagaimana yang
didakwakan kepada Terpidana, bukan mengenai bagaimana cara-
nya pembunuhan dilakukan atau dengan apa dilakukan atau dima-
na dilakukan dan di mana keberadaan Terpidana, yang terpenting
dalam perkara a quo adalah rangkaian perbuatan dan fakta hukum
yang terjadi telah menunjukkan adanya korelasi dan adanya tujuan
yang tercapai berupa terbunuhnya korban Nasrudin ;

− Bahwa tentang bukti baru berupa foto mobil BMW No. Pol. B 191 E
milik korban Nasrudin, hal inipun bukanlah hal baru atau novum se-
bagaimana dimaksud Pasal 263 ayat (2) huruf A KUHAP, yang dapat
membatalkan putusan Judex Juris yang telah menguatkan putusan
Judex Facti Tingkat banding maupun Tingkat Pertama, karena apa
yang diuraikan yang dibahas hanyalah mengurai dari jarak berapa
peluru dan sudut berapa serta akibat dari hasil tembakan peluru. Hal
yang demikian tidaklah relevan, karena yang utama dalam perkara a
quo adalah adanya korban yang meninggal dan adanya hubungan
causal dengan Terpidana, bukan membuktikan bagaimana caranya
korban mati, hal ini dikarenakan Tenpidana bukanlah pelaku lang-
sung atas meninggalnya korban, fakta di lapangan korban mening-
gal akibat tembakan, yang bila dikaitkan keterangan saksi-saksi dan
Para Terdakwa yang lain telah menunjukkan adanya korelasi perse-
suaian hubungan antara Terpidana dengan korban ;
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
166 ANTASARI AZHAR

− Perbedaan jarak tembak dan sudut tembak hanyalah menerang-


kan bagaimana pelaku lapangan menjalankan perintah itu, dan
bagaimana pelaksanaan di lapangan pemberi perintah tidak harus
menjelaskan secara rinci, dan yang pokok bagaimana perintah itu
berhasil dilaksanakan, hal inilah yang menjadi korelasi persesuai-
an hubungan antara Terpidana dengan para pelaku lapangan atau
penganjur yang lain ;

− Terhadap Bukti PK-12 berupa hasil penyadapan oleh KPK, tentang


tidak adanya SMS dari Terpidana kepada korban bukanlah merupa-
kan bukti baru, karena ketiadaan SMS itu bukanlah menunjukkan
ketidak ada hubungannya antara Terpidana dan korban, sedang
dari penyadapan yang dilakukan oleh KAPOLRI malah tidak me-
nunjukkan adanya ancaman atas diri Terpidana, namun Terpidana
menggunakan kewenangan yang ada tetap memerintahkan pe-
nyadapan melalui stafnya analis informasi KPK bernama lna Susanti
atas adanya ancaman diri Terpidana, hal inipun tidak memberikan
hasil dan tetap diperintahkan untuk menyadap, bahkan Terpidana
keluar kata-kata kepada Ina Susanti dengan kalimat, “SAYA ATAU
DIA YANG MATI,” keinginan Terpidana yang tetap melakukan penya-
dapan atas nomor nomor tertentu milik korban justru memberikan
titik terang atas keterlibatan Terpidana dalam kematian korban, ka-
renanya bukti inipun harus dikesampingkan ;

Tentang Kekeliruan Nyata :

− Bahwa tentang ketidaksesuaian antara keterangan ahli dengan


kesimpulan Majelis Hakim bukanlah merupakan kesalahan nyata,
karena keterangan ahli tidaklah mengikat Majelis Hakim dan ke-
terangannya hanyalah sebagai acuan dalam hal keterangannya re-
levan, Majelis lebih terikat dengan alat-alat bukti yang diajukan di
persidangan dan rangkaian fakta yang mengemukakan dalam per-
sidangan, apalagi keterangan ahli yang dimajukan hanyalah me-
nyangkut tidak adanya SMS dari Terpidana kepada korban, bahkan
ahli tidak menyebutkan dari nomor berapa SMS yang dikatakan itu
Vide Pasal 185 ayat (6) jo. Pasal 187 huruf d KUHAP ;

− Bahwa Judex Juris telah mempertimbangkan secara tepat dan be-


nar atas putusannya yang menguatkan putusan Judex Facti dalam
PENINJAUAN K EMBALI 167

perkara a quo karena tidak menemukan adanya kesalahan dalam


penerapan undang-undang maupun kekeliruan yang nyata dari Ju-
dex Facti dalam mengadili perkara tersebut ;

− Bahwa dakwaan atas diri Terpidana adalah mengenai turut serta


melakukan suatu tindak pidana, karenanya pertimbangan Judex
Juris yang telah menguatkan putusan Judex Facti tidak mengan-
dung kekeliruan karena telah dipertimbangkan dengan tepat ba-
gaimana hubungan causal antara Terpidana dengan para pelaku
lain, dan dalam perkara ini Terpidana dikenakan dakwaan pasal
penganjuran sehingga tidak perlu dipermasalahkan bagaimana
pelaksanaan anjuran itu dan yang utama anjuran itu telah tercapai
dan terlaksana, karena bagaimana pelaksanaan merupakan tang-
gung jawab pelaku lapangan dan sebagai penganjur tidak harus
berada di lapangan pada saat pelaksanaannya ;

− Bahwa dalam proses penganjuran tidak dapat dipisahkan sendiri


sendiri hubungan antara satu rangkaian kegiatan dengan kegiatan
lain yang menghubungkan adanya anjuran atas perbuatan yang
terjadi, Terpidana pernah mengadakan pertemuan dengan Williardi
dan Sigit, kemudian adanya penyerahan foto-foto korban maupun
mobil yang dikendarai korban kepada Williardi dan adanya pem-
beritahuan dari Sigit tentang kebutuhan uang untuk pelaksanaan
itu serta penyerahan uang dari Sigit kepada Wiliardi sebanyak Rp.
500.000.000,-, bahwa rangkaian ini telah menunjukkan adanya hu-
bungan korelasi persesuaian hubungan diantara mereka bertiga
yang membawa akibat meninggalnya Nasrudin;

− Hubungan korelasi Terpidana dengan kematian korban juga di-


tunjukkan adanya hubungan antara Williardi dengan para pe-
laku lapangan yang mengakibatkan matinya korban Nasrudin dan
juga laporan Williardi kepada Terpidana tentang biaya sebesar Rp.
500.000.000,- dalam pelaksanaannya, oleh Terpidana dijawab: “su-
dah selesaikan dulu nanti saya carikan gantinya,” hal ini diperkuat
juga adanya permintaan perlindungan hukum Terpidana kepada
KAPOLRI karena merasa terancam dan diteror korban, walaupun
pada kenyataannya tidak diketemukan adanya ancaman teror atas
diri Terpidana, sehingga kemudian dihentikan, namun Terpidana
tidak bisa menerima penghentian itu serta menyuruh bagian ana-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
168 ANTASARI AZHAR

lisis informasi untuk tetap melakukan penyadapan bahkan keluar


kata-kata “saya atau dia yang mati” ;

− Bahwa saksi Sigit ketika membaca berita dan mengetahui korban


Nasrudin mati karena luka tembak sangat terkejut dan sempat
menghubungi Terpidana dengan mengatakan “Mas ini kok jadi ru-
nyam, nanti berbahaya harus dikordinasikan” dan dijawab oleh Ter-
pidana “sudah koordinasi dengan TB I dan TB II ;

− Bahwa dengan rangkaian fakta hukum yang diperoleh dalam persi-


dangan serta bukti-bukti yang dimajukan telah ternyata tidak ada-
nya kekeliruan dan kesalahan nyata baik dari Judex Facti (Pengadil-
an Negeri dan Pengadilan Tinggi) maupun dari Judex Juris dalam
memutus perkara tersebut, yang telah menguatkan putusan Judex
Facti Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri, sehingga putusan
itu telah tepat dan benar, karenanya harus tetap dipertahankan ;

− Bahwa alasan-alasan selebihnya tidak dapat dibenarkan, karena


antara putusan yang satu dengan yang lain tidak saling berten-
tangan lagi pula pertimbangan dan putusan Judex Juris dan Ju-
dex Facti tidak terdapat kekeliruan nyata karena telah didasari oteh
pertimbangan hukum dengan merujuk pada fakta yang ditemukan
di persidangan dan di analisis sesuai dengan proses hukum acara
yang benar ;

Menimbang, bahwa dengan demikian berdasarkan Pasal 266


ayat (2) a KUHAP permohonan peninjauan kembali harus ditolak dan
putusan yang dimohonkan peninjauan kembali tersebut dinyatakan te-
tap berlaku ;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan peninjauan kem-


bali dari Pemohon Peniniauan Kembali/Terpidana ditolak, maka biaya
perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali dibebankan kepada
Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana ;

Memperhatikan Pasal 340 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP,
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009, Undang.Undang No. 8 Tatrun
1981, Undang-undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah
dan ditambah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubah-
PENINJAUAN K EMBALI 169

an kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 serta peraturan


perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

MENGADILI

Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Penin-


jauan Kembali/Terpidana : ANTASARI AZHAR, S.H., M.H. tersebut ;

Menetapkan bahwa putusan yang dimohonkan peninjauan kem-


bali tersebut tetap berlaku ;

Membebankan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana terse-


but untuk membayar biaya perkara dalam tingkat peninjuauan kembali
ini sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah) ;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahka-


mah Agung pada hari Senin tanggal 13 Februari 2012 oleh Dr. Harifin
A. Tumpa, SH.MH. Ketua Mahkamah Agung yang ditetapkan sebagai
Ketua Majelis, Djoko Sarwoko, SH.MH., Prof. Dr. Komariah E. Sapardjaja,
SH., H.M. Imron Anwari, S.H., Sp.N., M.H., dan Dr. H. M. Hatta Ali, S.H.,
M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam si-
dang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beser-
ta Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan dibantu oleh Mulyadi, SH. MH.
Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh Pemohon Peninjauan
Kembali/Terpidana dan Jaksa/Penuntut Umum ;

5. Catatan atas pertimbangan Majelis Hakim PK

a. Tentang Novum

Sungguh sulit memahi jalan pikiran Majelis Hakim Peninjauan


Kembali, ketika dinyatakan,

“...jumlah luka tembak tidaklah mempengaruhi pembuktian, yang


diperlukan dalam pembuktian perkara ini adalah adanya akibat
yang ditimbulkan oleh pelaku yang menerima perintah dari Pe-
mohon Peninjauan Kembali, adanya perintah dan akibat perintah
itu ada korban yang meninggal dunia sudah menunjukkan aki-
bat yang dikehendaki telah tercapai, karena adanya perbedaan
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
170 ANTASARI AZHAR

jumlah luka tembak tidaklah dapat menunjukkan terputusnya


rangkaian fakta hukum yang menggambarkan hubungan perin-
tah antara yang disuruh dan yang menyuruh”.

Kalau jumlah luka tembak dianggap tidak mempengaruhi pem-


buktian dalam perkara ini, pikiran seperti ini dapat dikatakan sungguh
sangat naif. Sebab dalam fakta persidangan sesuai dengan visum yang
dijadikan bukti untuk menyatakan bahwa almarhum Nasrudin Zulkar-
naen meninggal dunia, karena adanya luka tembak dikepala. Perbeda-
an jumlah luka tembak itu sangat penting. Karena luka tembak inilah
yang menyebabkan kematian almarhum Nasrudin Zulkarnaen. Bahkan
dalam Putusan Judex Facti Halaman 177, dinyatakan: “…..sebab ma-
tinya orang ini akibat tembakan senjata api yang masuk dari sisi kepala
sebelah kiri.... kedua luka tembak tersebut merupakan luka tembak ”jarak
jauh”;....”.

Kalau ada tiga luka tembak, sedangkan menurut keterangan sak-


si hanya ada dua kali letusan, seperti dinyatakan dalam putusan Judex
Facti Halaman 176, menyatakan: “…tiba-tiba terdengar suara letusan
2 (dua) kali, “dor-dor” saksi langsung reflek nengok ke kiri belakang, pak
Nasrudin roboh kekanan dan disekitar kepalanya berdarah…”. Pertanya-
annya luka tembak ketiga itu berasal darimana ? apakah sebelum saksi
mendengar dua tembakan itu, almarhum telah ditembak lebih dahulu
dan tidak diceritakan oleh saksi.

Fakta seperti inilah yang disebutkan oleh Pasal 263 ayat (2) huruf
b KUHAP bahwa sesuatu telah terbukti, akan tetapi alasan putusan yang
dianggap terbukti itu ternyata bertentangan satu dengan yang lain.

Meninggalnya almarhum Nasrudin Zulkaranen, memang tidak


bisa disangkal adalah akibat luka tembak. Yang disangkal adalah pe-
nyebab kematiannya bukan karena adanya perintah dari Antasari Az-
har. Dan yang dipersoalkan dalam Peninjauan Kembali perkara Antasari
Azhar, bahwa pembunuhan terhadap almarhum Nasrudin Zulkarnaen,
tidak dilakukan dengan senjata yang dijadikan barang bukti yaitu Re-
volver S&W special 0.38. Antasari tidak pernah menganjurkan orang
untuk membunuh almarhum. Dan kematiannya bukan karena adanya
kehendak dari Antasari Azhar, tetapi ada orang lain yang menyebabkan
PENINJAUAN K EMBALI 171

kematian itu dan Antasari Azhar menjadi kambing hitam penyebab ke-
matian.

Selain itu yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah


adanya perbedaan pendapat tentang anak peluru. Dalam keterangan-
nya sebagai ahli sesuai dengan isi visum et repertum, Dr. Abdul Mun’im
Idries, menerangkan anak peluru yang ditemukan dikepala almarhum
diameternya 9 mm. Ukuran ini dilakukan sesuai dengan standar peralat-
an yang digunakan oleh dokter forensik. Keterangan Roy Harianto dan
Drs. Maruli Simanjuntak menyatakan bahwa Revolver 0,38 Special anak
pelurunya lebih besar dari 9 mm. Bahkan menurut keterangan Widodo
Harjoprawito dengan cara membandingkan dalam persidangan pe-
ninjauan kembali, anak peluru 1 (APB 1) dan anak peluru pembanding,
dikatakan bahwa ada perbedaan antara anak peluru pembanding de-
ngan APB 1, sedangkan anak peluru 2 (APB 2) sama dengan anak peluru
pembanding. Perbandingannya dari dilihat dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh Puslabfor Mabes Polri dan perbandingan tersebut dapat
dilihat dari perbandingan dibawah ini:

APB 1 Lebar land (2,423 – 2,661) mm atau (2,414 – 2,610) mm atau


Impression/ ga- (0,0953 – 0,1047) inci (0,0959 – 0,1027) inci
langan
APB 2 Lebar (2,464 – 2,567) mm atau (2,437 – 2,567) mm atau
groove impres- (0.0970–0,1010) inci (0.0959–0,1010) inci
sion/ dataran
APP Lebar groove (2,464 – 2,567) mm atau (2,437 – 2,567) mm atau
impression/ da- (0.0970–0,1010) inci (0.0959–0,1010) inci
taran

Pendapat Majelis Hakim terhadap masalah ukuran anak peluru


ini tidak ada. Bahkan dalam putusan Peninjauan Kembali ini, Maje-
lis Hakim, sama sekali mengabaikan adanya fakta tentang perbedaan
pendapat para ahli mengenai anak peluru. Nampaknya Majelis Hakim
peninjauan kembali secara sengaja mengabaikan masalah anak peluru
ini, karena menyadari bahwa ada perbedaan antara anak peluru yang
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
172 ANTASARI AZHAR

ditemukan pada tubuh korban dan anak peluru yang dapat keluar dari
barang bukti senjata yang digunakan untuk menembak.

Hal yang penting tentang senjata yang tidak dipertimbangkan


dalam putusan pengadilan, bahwa dalam visum et repertum, Dr. Abdul
Mun’im Indries, menyatakan bahwa kedua anak peluru yang ditemukan
dikepala almarhum Nasrudin Zulkarnaen berasal dari senjata yang baik.
Tetapi dalam fakta persidangan sebagaimana ditunjukkan oleh ahli Roy
Hariyanto, bahwa senajat barang bukti, salah satu silendernya macet.

Kalau saja Majelis Hakim peninjauan kembali mau membuka


mata hati dan berpikir secara jernih dalam mengkaji kesesuaian anak
peluru yang ditemukan pada kepala almarhum Nasrudin Zulkarnaen
dengan bukti senjata yang ditunjukkan tentu mereka tidak akan de-
ngan gegabah menyatakan “...jumlah luka tembak tidaklah mempenga-
ruhi pembuktian, yang diperlukan dalam pembuktian perkara ini adalah
adanya akibat yang ditimbulkan oleh pelaku yang menerima perintah
dari Pemohon Peninjauan Kembali...”.

Jumlah luka tembak dan anak peluru ini sangat penting, kalau
dihubungkan senjata bukti “yang digunakan untuk melakukan pembu-
nuhan”. Sebab kalau anak peluru yang ditemukan ditubuh korban, tidak
sama dengan anak peluru pada senjata yang disita dari Daniel Daen Sa-
bon, yang dipidana karena menembak almarhum Nasrudin Zulkarnaen,
maka artinya bukan Daniel Daen Sabon yang melakukan penembakan.
Ada orang lain yang melakukan pembunuhan. Atau paling kurang, bu-
kan senjata yang disita dari Daniel Daen Sabon dan dijadikan bukti da-
lam seluruh rangkaian perkara Antasari Azhar ini yang digunakan untuk
membunuh almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Kalau seperti ini yang diputuskan dan dipertimbangkan oleh Ma-


jelis Hakim peninjauan kembali, maka kewajiban hukum mereka adalah
membebaskan semua orang yang telah dihukum sebagai pembunuh
atau menganjurkan pembunuhan terhadap almarhum Nasrudin Zulkar-
naen. Jika pertimbangan seperti ini yang dilakukan Majelis Hakim pe-
ninjauan kembali, maka akan terbukti bahwa perkara Antasari Azhar ini
adalah perkara rekaya yang secara sengaja disusun untuk menghancur-
kan harkat dan martabat Antasari Azhar yang secara gigih memberan-
tas korupsi tingkat tinggi.
PENINJAUAN K EMBALI 173

Pertimbangan lain dari Majelis Hakim yang menyatakan,

“Sehingga walaupun adanya perbedaan itu juga sudah diketahui


dari awal persidangan juga tidak akan mengakibatkan pembe-
basan pada diri Terpidana, karena telah timbul adanya akibat be-
rupa meninggalnya korban, dan antara pelaku lapangan dengan
Terpidana ada hubungan causal atas akibat itu dan hal ini bukan-
lah kekeliruan nyata karena fakta hukumnya korban meninggal
akibat luka tembak, dengan demikian bukti baru tentang ini ti-
dak relevan dan harus dikesampingkan”;

Pertimbangan ini betul-betul menyederhakan dan menghina akal


sehat orang waras. Sebab kalau dari awal terbukti dihadapan persidang-
an diketahui bahwa ada perbedaan mengenai jumlah luka tembak, se-
mentara menurut keterangan saksi hanya mendengar dua kali letusan
dan dalam visumpun hanya dinyatakan dua luka tembak, tetapi faktanya
ada luka tembak ketiga, pasti terpidana itu tidak akan dihukum dengan
bukti bahwa korban meninggal dunia karena adanya dua luka tembak
dikepala. Artinya hubungan kausal antara kematian almarhum dengan
penyebab kematiannya sangat relevan untuk dikaji dan dilihat apakah
sesuai dengan fakta atau tidak. Inilah pentingnya bukti baru yang disam-
paikan dalam memori peninjauan kembali. Sebab kalau penyebab kema-
tian, bukan karena tembakan dari orang-orang yang “dianggap sebagai
pelaku lapangan”, tetapi karena ada tembakan dari orang lain, maka ten-
tu “pelaku lapangan tersebut” tidak dapat dipidana atas perbuatan orang
lain. Dengan tidak dihukumnya orang-orang yang “dianggap sebagai
pelaku lapangan” akibat adanya perintah dari Antasari Azhar, meskipun
ada korban yang meninggal dunia, maka sudah pasti pembunuhan yang
terjadi terhadap almarhum Nasrudin Zulkarnaen, bukan karena adanya
keinginan atau adanya perintah dari Antasari Azhar.

Dalam keputusan ini Majelis Hakim Agung menyatakan,

− Perbedaan jarak tembak dan sudut tembak hanyalah me-


nerangkan bagaimana pelaku lapangan menjalankan perin-
tah itu, dan bagaimana pelaksanaan di lapangan pemberi
perintah tidak harus menjelaskan secara rinci, dan yang po-
kok bagaimana perintah itu berhasil dilaksanakan, hal inilah
yang menjadi korelasi persesuaian hubungan antara Terpi-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
174 ANTASARI AZHAR

dana dengan para pelaku lapangan atau penganjur yang


lain ;

− Bahwa yang perlu ditegaskan dalam pemeriksaan dan pem-


buktian perkara a quo adalah apakah ada hubungan hukum
antara meninggalnya korban Nasrudin dengan anjuran se-
bagaimana yang didakwakan kepada Terpidana, bukan me-
ngenai bagaimana caranya pembunuhan dilakukan atau
dengan apa dilakukan atau dimana dilakukan dan di mana
keberadaan Terpidana, yang terpenting dalam perkara a
quo adalah rangkaian perbuatan dan fakta hukum yang ter-
jadi telah menunjukkan adanya korelasi dan adanya tujuan
yang tercapai berupa terbunuhnya korban Nasrudin ;

Jarak tembak itu sangat pentingnya artinya. Karena dengan jarak


tembak yang dekat atau luka tembak tempel, akan meninggalkan be-
kas bubuk mesiu pada tubuh korban. Kecurigaan terhadap fakta bah-
wa baju korban tidak pernah ditunjukkan bahkan sengaja dihilangkan
sejak penyidikan, menimbulkan dugaan bahwa almarhum itu ditembak
dari jarak dekat.

Bukti P.3 (FOTO KETIGA DAN KEEMPAT) membenarkan fakta, luka


tembak pada kepala almarhum Nasrudin Zulkarnaen Iskandar, adalah
luka tembak berasal dari jarak “sangat dekat atau luka tembak tem-
pel, dimana antara pelipis dengan moncong senjata terdapat peng-
halang yang menghalangi atau menyerap butir-butir mesiu”, seperti
dinyatakan dalam Bukti P.2

Dan penembakan dari jarak dekat itu diketahui oleh Suparmin


supir almarhum, bahkan Suparmin mengetahui pelaku penembakan-
nya. Agar supaya penembakan ini tidak diketahui sebagai penembakan
jarak dekat atau luka tembak tempel, maka bukti yang dapat menun-
jukkan atau mendukung dugaan bahwa luka tembak jarak dekat atau
tempel itu harus dihilangkan.

Cara pembunuhan ini sangat penting untuk dijelaskan dengan


penjelasan yang masuk diakal dan dapat diterima nalar orang waras.
Pentingnya jarak tembak dan fakta hukum yang terjadi harus membuk-
tikan adanya korelasi dengan perbuatan yang dilakukan oleh Daniel
PENINJAUAN K EMBALI 175

Daen Sabon dkk. Sebab jika penyebab kematian almarhum Nasrudin


Zulkarnaen, bukan berasal dari tembakan senjata yang digunakan oleh
Daniel Daen Sabon, maka secara pasti bahwa Daniel Daen Sabon atau
juga Amsi dan Edo tidak dapat diminta pertanggungjawaban pidana
atas kematian almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Hal ini tentu sangat terkait dengan kepentingan Antasari Azhar.


Sebab sebagaimana diterangkan oleh Wiliardi Wizar, Antasari Azhar ti-
dak pernah menungkan keinginannya untuk menghilangkan nyawa al-
marhum Nasrudin Zulkarnaen. Keterlibatan Antasari Azhar kata Wiliardi
Wizar, karena dia dikondisikan untuk mengakui bahwa Antasari Azhar-
lah yang menghendaki kematian almarhum nasrudin Zulkarnaen.

Dalam pertimbangan selanjutnya dikatakan,

− Bahwa tentang bukti baru berupa foto mobil BMW No. Pol.
B 191 E milik korban Nasrudin, hal inipun bukanlah hal baru
atau novum sebagaimana dimaksud Pasal 263 ayat (2) hu-
ruf A KUHAP, yang dapat membatalkan putusan Judex Juris
yang telah menguatkan putusan Judex Facti Tingkat band-
ing maupun Tingkat Pertama, karena apa yang diuraikan
yang dibahas hanyalah mengurai dari jarak berapa peluru
dan sudut berapa serta akibat dari hasil tembakan peluru.
Hal yang demikian tidaklah relevan, karena yang utama
dalam perkara a quo adalah adanya korban yang mening-
gal dan adanya hubungan causal dengan Terpidana, bukan
membuktikan bagaimana caranya korban mati, hal ini dika-
renakan Tenpidana bukanlah pelaku langsung atas mening-
galnya korban, fakta di lapangan korban meninggal akibat
tembakan, yang bila dikaitkan keterangan saksi-saksi dan
Para Terdakwa yang lain telah menunjukkan adanya korelasi
persesuaian hubungan antara Terpidana dengan korban ;

− Perbedaan jarak tembak dan sudut tembak hanyalah mene-


rangkan bagaimana pelaku lapangan menjalankan perintah
itu, dan bagaimana pelaksanaan di lapangan pemberi pe-
rintah tidak harus menjelaskan secara rinci, dan yang pokok
bagaimana perintah itu berhasil dilaksanakan, hal inilah yang
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
176 ANTASARI AZHAR

menjadi korelasi persesuaian hubungan antara Terpidana de-


ngan para pelaku lapangan atau penganjur yang lain ;

Sekali lagi di sini terlihat bahwa lima orang Majelis Hakim yang
terdiri dari 3 (tiga) orang Doktor dan salah satunya adalah Guru Besar
Hukum Pidana pada satu Universitas ternama, sangat menyederhana-
kan persoalan. Dan tentu saja ini terjadi karena adanya ketidak ingin
membaca berkas secara cermat. Foto bekas tembakan pada mobil BMW
No. Pol. B 191 E milik korban Nasrudin dengan bukti bekas luka tembak
pada tempurung kepala almarhum Nasrudin Zulkarnaen membuktikan
ketidak singkronan bekas tembakan. Dalam memori Peninjauan Kem-
bali yang dipersoalkan adalah perbedaan bekas peluru pada kaca mobil
dengan fakta yang terlihat pada kepala almarhum.

Kalau dilihat secara selintas saja, nyata dan terang benderang bah-
wa bekas luka tembak pada kepala bagian kiri almarhum Nasrudin Zulkar-
naen terlihat paralel. Satu bekas tembakan terlihat di pelipis sebelah kiri
dan satu luka lagi terlihat dibelakang telinga sebelah kiri. Sesuai dengan
keterangan saksi Suparmin bahwa almarhum Nasrudin Zulkarnaen du-
duk dijok belakang sebelah kiri mobil. Sementara bekas tembakan pada
kaca mobil sebelah kiri yang diambil fotonya oleh penyidik adal bersifat
vertikal. Fakta ini harusnya difahami oleh Majelis Hakim Agung tersebut,
sebagai fakta yang sulit diterima akal sehat akan terjadi. Sulit untuk me-
mahami untuk masuk diakal bahwa almarhum yang duduk dijok bela-
kang mobil terkena dua tembakan secara paralel setelah melewati kaca
mobil yang terlihat vertikal. Dapat dipastikan tidak ada bekas tembakan
dari belakang mobil, yang dapat menjelaskan bahwa bekas luka tembak
dibelakang telinga itu tidak berasal dari arah belakang mobil.

Bukti P-8 dalam peninjauan kembali membuktikan luka tembak


pertama, dimulai dari luka tembak pada sisi kiri tempurung kepala bagian
depan dan berakhir pada tulang dasar tengkorak bagian tengah, arah da-
tangnya peluru dari kiri atas ke kanan bawah, sedangkan luka tembak ke-
dua yang dialami oleh almarhum Nasrudin Zulkarnaen, berasal dari luka
tembak pada sisi kiri tempurung kepala bagian belakang dan mengenai tu-
lang dasar tengkorak bagian depan, arah datangnya peluru dari kiri atas be-
lakang kekiri bawah depan, sedang semua fakta dan termasuk keterangan
saksi Suparmin menyatakan bahwa korban ditembak dari arah samping
PENINJAUAN K EMBALI 177

seperti yang dibuktikan dan terlihat pada mobil korban yang kena tem-
bak adalah pintu kiri belakang yang segi tiga, bukan kaca belakang.

Adanya fakta bahwa luka korban yaitu “..luka tembak pada sisi kiri
tempurung kepala bagian belakang dan mengenai tulang dasar tengko-
rak bagian depan, arah datangnya peluru dari kiri atas belakang kekiri ba-
wah depan” menunjukkan ketidak cocokan fakta ini dengan keterangan
saksi Suparmin dan fakta tentang tembakan pada pintu kiri belakang
yang segi tiga, bukan kaca belakang.

Selanjutnya dalam putusan peninjauan kembali dikatakan oleh


Majelis Hakim,

− Terhadap Bukti PK-12 berupa hasil penyadapan oleh KPK,


tentang tidak adanya SMS dari Terpidana kepada korban
bukanlah merupakan bukti baru, karena ketiadaan SMS
itu bukanlah menunjukkan ketidak ada hubungannya an-
tara Terpidana dan korban, sedang dari penyadapan yang
dilakukan oleh KAPOLRI malah tidak menunjukkan adanya
ancaman atas diri Terpidana, namun Terpidana mengguna-
kan kewenangan yang ada tetap memerintahkan penya-
dapan melalui stafnya analis informasi KPK bernama lna
Susanti atas adanya ancaman diri Terpidana, hal inipun ti-
dak memberikan hasil dan tetap diperintahkan untuk me-
nyadap, bahkan Terpidana keluar kata-kata kepada Ina Sus-
anti dengan kalimat, “SAYA ATAU DIA YANG MATI,” keinginan
Terpidana yang tetap melakukan penyadapan atas nomor
nomor tertentu milik korban justru memberikan titik terang
atas keterlibatan Terpidana dalam kematian korban, karena-
nya bukti inipun harus dikesampingkan ;

Bukti P 12 yang merupakan hasil penyadapan Komisi Pemberan-


tasan Korupsi 6 Januari 2009 sampai dengan 4 Februari 2009 terhadap
nomor tilpon milik dan atau yang digunakan oleh almarhum Nasrudin
Zulkarnaen dan menilik hubungan tilpon-tilpon tersebut dengan milik
atau yang digunakan Antasari Azhar. Bukti ini adalah untuk membukti-
kan bahwa keterangan saksi Rani Juliani, Jeffrey Lumampouw, SH, dan
Etza Imelda Fitri, SH, bahwa ada SMS yang dikirim dari nomor tilpon mi-
lik Antasari Azhar kepada tilpon milik almarhum Nasrudin Zulkarnaen
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
178 ANTASARI AZHAR

berupa ancamaan menjadi terbantahkan, karena memang tidak pernah


ada Antasari Azhar mengirim SMS kepada Almarhum Nasrudin Zulkar-
naen. Jadi bukti ini bukan untuk mebantah ketidaan hubungan antara
Terpidana Antasari Azhar dan korban Nasrudin Zulkarnaen.

Bukti P 12 dalam perkara peninjauan kembali ini adalah un-


tuk menunjukkan kebenaran keterangan Ahli dibidang IT Dr. Ir. Agung
Harsoyo,DEA berdasarkan penelitian yang dilakukan dari bukti transkrip
yang terdiri dari 13 eksemplar berbentuk buku-buku, ahli tidak menemu-
kan adanya SMS dari Terpidana Antasari Azhar kepada almarhum Nasru-
din Zulkarnaen dari bulan Januari hingga Maret 2009, sebagaimana di-
nyatakan oleh Rani Juliani, Jeffrey Lumampouw, SH, dan Etza Imelda Fitri,
SH, sebab menurut ahli tidak mungkin SMS terhapus sendiri;

Adapun keterangan para saksi dan ahli mengenai SMS ini dapat
dapat dilihat sebagai berikut:

No Nama Isi SMS Pengirim SMS


1. Rani Juliani “mas permasalahan ini hanya kita Antasari
yang tahu, kalau sampai ter blouw
up tahu konsekwen sinya”,
2. Jeffrey Lu- “MAAF MAS, MASALAH INI CUKUP Nama Anta-
mampouw, SH KITA BERDUA SAJA YANG TAHU, sari di atas
KALAU SAMPAI TERBLOUW UP,
TAHU KONSEKUENSINYA”.
3. Etza Imelda “Maaf Mas, masalah ini yang tahu Antasari tanpa
Fitri, SH hanya kita berdua, kalau sampai nomor
terblouw up, tahu konsekwensinya”
PENINJAUAN K EMBALI 179

4. Dr. Ir. Agung BAHWA AHLI TIDAK MENEMU KAN Tidak ada
Harsoyo,DEA SMS YANG BERASAL DARI NO- SMS dari
MOR ANTASARI DI HP NASRUDIN TERPIDANA
YANG BERNADA ANCAMAN. kepada Almar-
HP Nasrudin barang bukti sudah hum
sengaja dirusak Cipnya sudah dia-
cak-acak

Pertimbangan Majelis Hakim PK mengenai penyadapan ini ada-


lah pertimbangan yang tidak berdasar dan cenderung ngawur, kalau
tidak mau dikatakan manipulatif dan penuh kebohongan. Sebab tidak
ada dalam berkas perkara atau keterangan dari saksi yang menyatakan
adanya “penyadapan yang dilakukan oleh KAPOLRI”. Pertimbangan ini
menunjukkan bahwa Majelis Hakim secara sahih dapat dikatakan tidak
membaca berkas perkara. Juga tidak masuk di akal kalau KAPOLRI ME-
LAKUKAN PENYADAPAN.

Darimana datangnya kesimpulan lima orang Majelis Hakim Agung


yang terdiri dari 3 (tiga) orang Doktor dan salah satunya adalah Guru
Besar Hukum Pidana pada satu Universitas ternama serta dua orang
magister hukum yang sudah cukup lama makan asam garam peradilan
dan keilmuan ini mendapatkan fakta bahwa KAPOLRI MELAKUKAN PE-
NYADAPAN. Atau frasa yang digunakan dalam putusan “penyadapan
yang dilakukan oleh KAPOLRI”. Kesimpulan ini bukan hanya meng-
hina KAPOLRI, tetapi juga menghina institusi Polri, sebab tidak mungkin
KAPOLRI melakukan penyadapan. Pekerjaan KAPOLRI itu sangat banyak
dan institusi ini mempunyai aparat yang luar biasa lengkap, termasuk
untuk melakukan penyadapan. Jadi tidak mungkin KAPOLRI MELAKU-
KAN PENYADAPAN.

Fakta dalam pertimbangan ini yang menyatakan adanya frasa


“penyadapan yang dilakukan oleh KAPOLRI”, membuktikan bahwa
pertimbangan ini bukan hanya tidak logis, namun juga membuktikan
Majelis Hakim Agung tidak membaca berkas perkara secara akurat. Ini
adalah pernyataan yang membabi buta untuk menyalahkan orang, da-
lam hal ini Antasari Azhar. Meskipun bisa jadi mereka mengelak, bah-
wa ini kesalahan ketik dan manusiawi. Tetapi dapat dipastikan bahwa
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
180 ANTASARI AZHAR

frasa “penyadapan yang dilakukan oleh KAPOLRI” ini adalah bukti


bahwa Majelis Hakim Agung yang terdiri Dr. Harifin A. Tumpa, SH.MH.
Ketua Mahkamah Agung yang ditetapkan sebagai Ketua Majelis, Djoko
Sarrwoko, SH.MH., Prof. Dr. Komariah E. Sapardjaja, SH., H.M. Imron An-
wari, S.H., Sp.N., M.H., dan Dr. H. M. Hatta Ali, S.H., M.H., telah berbuat
tidak cermat dan tidak professional.

Sehubungan dengan keterangan Ina Susanti dihadapan persi-


dangan, yang menyatakn Antasari Azhar pernah menyatakan me-
nyatakan “SAYA ATAU DIA YANG MATI,” adalah keterangan yang
berdiri sendiri, sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat
(2) KUHAP keterangan Ina Susanti yang berdiri sendiri tersebut
tidak cukup untuk membuktikan adanya ucapaan Antasari Azhar
“SAYA ATAU DIA YANG MATI,”. Bahwa andaikatapun benar – quod
non- eterangan tersebut didukung oleh keterangan Budi Ibrahim
yang dibacakan, maka keterangan Budi Ibrahim tersebut tidak se-
suai dengan ketentuan KUHAP Pasal 185 ayat (1) KUHAP.

Dalam pada itu keterangan Ina Susanti, yang menyatakan “Bah-


wa kemudian Pak Antasari kelihatan kesal .......”, dihadapan persidangan
ini selain berdiri sendiri, keterangan tersebut hanya merupakan penda-
pat (opini) dan rekaan saja, yang diperoleh berdasarkan hasil penafsiran
terhadap situasi. Keterangan seperti ini menurut Ketentuan Pasal 185
ayat (5) KUHAP bukan merupakan keterangan saksi. Oleh karena itu ke-
simpulan Judex Facti yang hanya berdasarkan keterangan seorang saksi
Ina Susanti yang menyatakan bahwa “saya atau dia yang mati” disim-
pulkan sebagai adanya kehendak Antasari Azhar akan matinya korban
Nasrudin Zulkarnaen, sebagai wujud dari sengaja, adalah tidak tepat
dan karenanya haruslah ditolak.

Dari fakta persidangan yang ada hanya ada keinginan dari Anta-
sari Azhar untuk mendeteksi beberapa nomor tilpon. Bukan melakukan
penyadapan. Justru perintah untuk melakukan penyadapan datang dari
Chandra M. Hamzah, bukan dari Antasari Azhar.

b. Tentang kekeliruan nyata

Lebih lanjut Majelis Hakim, mempertimbangkan,


PENINJAUAN K EMBALI 181

− Bahwa tentang ketidaksesuaian antara keterangan ahli de-


ngan kesimpulan Majelis Hakim bukanlah merupakan kesa-
lahan nyata, karena keterangan ahli tidaklah mengikat Ma-
jelis Hakim dan keterangannya hanyalah sebagai acuan da-
lam hal keterangannya relevan, Majelis lebih terikat dengan
alat-alat bukti yang diajukan di persidangan dan rangkaian
fakta yang mengemukakan dalam persidangan, apalagi ke-
terangan ahli yang dimajukan hanyalah menyangkut tidak
adanya SMS dari Terpidana kepada korban, bahkan ahli ti-
dak menyebutkan dari nomor berapa SMS yang dikatakan
itu Vide Pasal 185 ayat (6) jo. Pasal 187 huruf d KUHAP ;

Inilah kekeliruan yang dari Majelis Hakim, karena tidak memper-


timbangkan keterangan ahli Dr. Ir. Agung Harsoyo,DEA. Keterangan
ahli Dr. Ir. Agung Harsoyo,DEA. pada hakekatnya bukan pendapat, dan
tidak bisa disamakan dengan pendapat. Keterangan Ahli yang disampai-
kan oleh Dr. Ir. Agung Harsoyo,DEA adalah merupakan fakta yang di-
peroleh setelah membaca dan menelaah Call Detail Record (CDR) yang
ada pada Penuntut Umum. Hasil telaah dari Dr. Ir. Agung Harsoyo,DEA
inilah sebenarnya yang merupakan fakta. Fakta yang diperoleh dengan
ilmu, bukan berdasarkan sangkaan atau pemikiran saja.

Bahwa sebagaimana diterangkan secara tertulis oleh ahli Dr. Ir.


Agung Harsoyo, DEA dan ahli Aldo Agusdian, ST,MT, tentang Call De-
tail Record (CDR), selama bulan Februari dan Maret, tidak pernah ada
pengiriman SMS yang berasal dari HP milik Antasari Azhar, kepada
HP milik Nasrudin Zulkarnaen. Justru yang terjadi pada bulan Februa-
ri 2009 nomor HP Sdr. Antasari Azhar, SH,MH 08889908899 tercatat
digunakan untuk menerima panggilan percakapan dari Sdr. Nasrudin
Zulkarnaen (Almarhum) dengan durasi percakapan selama 9 menit. De-
ngan demikian, keterangan Ahli ini sesungguhnya membantah adanya
pengiriman SMS dari HP Antasari Azhar, SH,MH kepada HP Nasrudin
Zulkarnaen (Almarhum), yang ada justru sebaliknya, almarhum Nasru-
din Zulkarnaen yang aktip menghubungi Antasari Azhar, SH,MH.

Keterangan tertulis ahli Dr. Ir. Agung Harsoyo, DEA dan ahli
Aldo Agusdian, ST,MT, tentang Call Detail Record (CDR), yang menca-
tat bahwa Nomor HP Nasrudin Zulkarnaen (almarhum) mencatat 205
SMS Incoming yang tidak tercatat nomor pengirimnya dan sebanyak 35
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
182 ANTASARI AZHAR

SMS Incoming ke nomor HP Sdr. Antasari Azhar, SH,MH, 08121050455


yang dikirim dari nomor pengirim yang tidak teridentifikasi. Ini mem-
buktikan ada yang bermain api dalam urusan SMS antara Antasari Az-
har dan almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Pertimbangan Majelis Hakim, yang mengesampingkan ahli Dr. Ir.


Agung Harsoyo,DEA, ini adalah bentuk kejumudan Hakim, dalam me-
nerima perkembangan ilmu, meskipun kehidupan mereka setiap detik
berhubungan dan tersambung dengan kegiatan yang menggunakan
ilmu pengetahuan khususnya peralatan komunikasi. Pendapat Majelis
Hakim, yang mengesampikan keterangan ahli seperti ini masih melihat
dan berpikir bahwa keterangan ahli ini adalah pendapat seperti dalam
buku-buku yang diterbitkan pada abad 19-an. Keterangan ahli yang di-
sampaikan oleh Dr. Ir. Agung Harsoyo,DEA, bukanlah pendapat teta-
pi fakta. Sehingga keterangan ahli seperti ini tidak bisa hanya dijadikan
acuan dan tidak juga bisa dinilai oleh hakim relevan atau tidak relevan.
Keterangan ahli seperti Dr. Ir. Agung Harsoyo,DEA, adalah fakta yang
harus diterima secara utuh.

Selanjutnya pertimbangan Majelis Hakim peinjauan kembali ini,


juga menyatakan sebagai berikut:

− Bahwa Judex Juris telah mempertimbangkan secara tepat


dan benar atas putusannya yang menguatkan putusan Ju-
dex Facti dalam perkara a quo karena tidak menemukan
adanya kesalahan dalam penerapan undang-undang mau-
pun kekeliruan yang nyata dari Judex Facti dalam mengadili
perkara tersebut ;

− Bahwa dakwaan atas diri Terpidana adalah mengenai turut


serta melakukan suatu tindak pidana, karenanya pertim-
bangan Judex Juris yang telah menguatkan putusan Judex
Facti tidak mengandung kekeliruan karena telah dipertim-
bangkan dengan tepat bagaimana hubungan causal antara
Terpidana dengan para pelaku lain, dan dalam perkara ini
Terpidana dikenakan dakwaan pasal penganjuran sehingga
tidak perlu dipermasalahkan bagaimana pelaksanaan anjur-
an itu dan yang utama anjuran itu telah tercapai dan terlak-
sana, karena bagaimana pelaksanaan merupakan tanggung
PENINJAUAN K EMBALI 183

jawab pelaku lapangan dan sebagai penganjur tidak harus


berada di lapangan pada saat pelaksanaannya ;

Pertimbangan ini menunjukkan dan membuktikan bahwa Maje-


lis Hakim Peninjauan Kembali, menutup mata dan telinga bahwa dalam
rangkaian perkara yang behubungan dengan Antasari Azhar ini me-
ngandung banyak ketidak jelasan. Mari kita bandingkan pertimbang-
an Putusan Judex Facti, perkara Antasari Azhar, Perkara No. 1532/Pid.
B/2009/PN.Jkt.Sel, pertimbangan hukum Putusan Judex Facti, perkara
Sigid Haryo Wibisono, Perkara No. 1529/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel dan per-
timbangan hukum Putusan Judex Facti, perkara Drs. Wiliardi Wizar, Per-
kara No.1530/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel secara tegas dikatakan bahwa ketiga
TERPIDANA dianggap terbukti sebagai orang yang “turut serta” me-
lakukan perbuatan pidana. Akan tetapi dalam pertimbangan hukum
Putusan Judex Facti No. 1807/Pid.B/2009/PN.TNG atas nama Eduardus
Noe Ndopo Mbete alias Edo dan perkara No. 1808/Pid.B/2009 /PN.TNG
atas nama Hendrikus Kia Walen alias Hendrik, pada kedua perkara ini
tidak dibuktikan dan tidak ada pertimbangan bahwa kedua TERPIDA-
NA tersebut “turut serta” melakukan perbuatan pidana.

Adanya perbedaan pertimbangan Judex Facti dalam perkara An-


tasari Azhar, No.1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, pertimbangan Putusan Ju-
dex Facti perkara Sigid Haryo Wibisono, Perkara No.1529/Pid.B/ 2009/
PN.Jkt.Sel, pertimbangan Putusan Judex Facti perkara Drs. Wiliardi
Wizar, Perkara No.1530/ Pid.B/2009/ PN.Jkt.Sel, dengan Putusan Judex
Facti No. 1807/Pid.B/ 2009/PN.TNG atas nama Eduardus Noe Ndopo
Mbete alias Edo dan perkara No. 1808/Pid.B/ 2009/PN.TNG atas nama
Hendrikus Kia Walenalias Hendrik membuktikan adanya inkonsis-
tensi pertimbangan dari Judex Facti. Padahal perkara-perkara tersebut
dinyatakan sebagai rangkaian perkara pembunuhan terhadap korban
almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Salah satu contoh dalam pertimbangan hukum Putusan Judex


Facti, Perkara No. 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, atas nama Antasari Azhar
tersebut, andaikata benar -quod non – Antasari Azhar telah bertemu
dengan Wiliardi Wizar dan minta bantuan Wiliardi Wizar untuk men-
cari orang yang dapat mengakhiri teror yang terus berlanjut, pertemu-
an tersebut tidak membuktikan bahwa Antasari Azhar “telah mengan-
jurkan secara langsung atau tidak langsung” kepada Sigid Haryo Wibi-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
184 ANTASARI AZHAR

sono ataupun Wiliardi Wizar untuk menyerahkan amplop coklat yang


berisi foto korban kepada Edo melalui Jerry Hermawan Lo. Tidak juga
dapat dibuktikan bahwa Antasari Azhar telah menyetujui penyerahan
uang sebesar Rp. 500.000.000,- dari Sigid Haryo Wibisono kepada Edo
untuk biaya operasional. Dengan demikian, maka tidak dapat dibukti-
kan bahwa Antasari Azhar telah menganjurkan Edo untuk menghabisi
korban Nasrudin Zulkarnaen tersebut. Tidak juga dapat dibuktikan
bahwa Antasari Azhar telah membujuk Hendrikus Kiawalen untuk
melakukan pembunuhan tersebut atau membujuk lagi Fransiskus To-
dan Kerans alias Amsi, Daniel Daen Sabon dan Heri Santosa untuk
melakukan pembunuhan terhadap korban Nasrudin Zulkarnaen.

Bahwa andaikata benar – quod non - saksi Sigid Haryo Wibi-


sono dan Antasari Azhar telah bertemu dengan Wiliardi Wizar dan
minta bantuan Wiliardi Wizar untuk mencari orang yang dapat meng-
akhiri teror yang terus berlanjut terhadap Antasari Azhar, dan kemudian
menyarahkan amplop coklat yang berisi foto korban dan mobil korban
yang diteruskan kepada Edo melalui Jerry Hermawan Lo, sebagai ben-
tuk pembujukan untuk melakukan pembunuhan. Sigid Haryo Wibisono
juga telah memberikan uang sejumlah Rp. 500.000.000,- kepada Wiliardi
Wizar dan diserahkan kepada Edo sebagai uang operasional, bukan juga
sebagai bentuk pembujukan untuk melakukan pembunuhan.

Semua ini tidak dapat membuktikan ada saling bujuk satu sama
lain atau pembujukan yang berantai dilakukan oleh Sigid Haryo Wibi-
sono sebagai kelanjutan atau melanjutkan bujukan dari Antasari Azhar
menganjurkan Edo untuk menghabisi korban Nasrudin Zulkarnaen
atau membujuk Hendrikus Kiawalen untuk melakukan pembunuh-
an tersebut atau membujuk lagi Fransiskus Tadon Kerans alias Amsi,
Daniel Daen Sabon dan Heri Santosa untuk melakukan pembunuhan
terhadap korban Nasrudin Zulkarnaen.

Sesungguhnya tidak ada bukti yang menunjukkan Wiliardi Wiz-


ar atas permintaaan Antasari Azhar, mencari saksi Edo melalui saksi
Jerry Hermawan Lo untuk menghentikan teror kepada Antasari Az-
har tersebut, kemudian menyerahkan amplop berwarna coklat yang
bersisi foto orang yang harus diikuti dan mobil kepada Jerry Herma-
wan Lo, untuk diberikan kepada saksi Edo dan menyerahkan uang se-
jumlah Rp. 500.000.000,- dari Sigid Haryo Wibisono kepada Edo untuk
PENINJAUAN K EMBALI 185

biaya operasional, sebagai kelanjutan dari bujukan yang dilakukan oleh


Antasari Azhar maupun oleh Sigid Haryo Wibisono untuk melakukan
pembunuhan. Hal ini juga bukan merupakan bukti bahwa Wiliardi Wiz-
ar menganjurkan Edo untuk menghabisi korban Nasrudin Zulkarnaen
atau membujuk Hendrikus Kiawalen untuk melakukan pembunuhan
tersebut atau membujuk lagi Fransiskus Tadon Kerans alias Amsi,
Daniel Daen Sabon dan Heri Santosa untuk melakukan pembunuhan
terhadap korban Nasrudin Zulkarnaen.

Dalam pertimbangan hukum Putusan Judex Facti Pengadilan


Negeri Tangerang Perkara No. 1807/Pid.B/ 2009/PN.TNG perkara Edu-
ardus Noe Ndopo Mbete alias Edo dan Hendrikus menerima tawaran
pekerjaan yang disampaikan oleh Wiliardi Wizar tersebut hanya seba-
tas mengikuti dan meneror saja. Dana operasional yang diterima ada-
lah dana yang digunakan untuk mengikuti saja. Hal tersebut terbukti
dari adanya fakta bahwa Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo tidak
pernah mengetahui apalagi memberikan uang untuk membeli senjata.
Bahwa kematian korban Almarhum Nasrudin Zulkarnaen – quod non-
karena diduga telah “ditembak” oleh Daniel dengan menggunakan sen-
jata api tidak serta merta dapat dianggap karena dibujuk oleh Eduar-
dus Noe Ndopo Mbete alias Edo, sebab yang diminta oleh Eduardus
Noe Ndopo Mbete alias Edo, terbatas hanya mengikuti korban secara
terus menerus. Dalam pada itu sebagaimana terbukti sebagai fakta per-
sidangan bahwa Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo, selama pero-
ses mengikuti Almarhum Nasrudin Zulkarnaen tidak berada di Jakarta
dan juga tidak melakukan monitoring terhadap perkembangan dalam
mengikuti korban Almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Dari bunyi Putusan Judex Facti Pengadilan Negeri Tangerang


Perkara No. 1808/Pid.B/2009/PN.TNG, yang diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum, 23 Desember 2009, atas nama Hendrikus Ki-
awalen, tidak ada fakta bahwa Antasari Azhar telah dengan sengaja
membujuk orang lain melakukan pembunuhan berencana terhadap
korban almarhum Nasrudin Zulkarnaen. Bahwa penyerahan uang ke-
pada Heri Santosa bin Rasdja alias Bagol, Daniel Daen Sabon alias
Daniel dan Fransiskus Tadon Kerans alias Amsi adalah sepenuhnya
biaya yang digunakan untuk operasional mengikuti korban Almarhum
Nasrudin Zulkarnaen seperti diterangkan dalam keterangan Hendri-
kus Kiawalen halaman 119 Putusan Judex Facti Tangerang Perkara No.
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
186 ANTASARI AZHAR

1808/Pid.B/2009/ PN.TNG, yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk


umum tanggal 23 Desember 2009.

Berdasarkan bunyi pertimbangan hukum dalam perkara Anta-


sari Azhar, perkara Sigid Haryo Wibisono, perkara Wiliardi Wizar,
perkara Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo dan perkara Hendri-
kus Kiawalen, semua ini tidak dapat membuktikan ada saling bujuk
satu sama lain atau pembujukan yang berantai dilakukan oleh Antasari
Azhar, Sigid Haryo Wibisono, Wiliardi Wizar, Eduardus Noe Ndopo
Mbete alias Edo dan Hendrikus Kiawalen untuk menghabisi atau
melakukan pembunuhan terhadap korban Nasrudin Zulkarnaen, de-
ngan cara membujuk lagi Fransiskus Tadon Kerans alias Amsi, Daniel
Daen Sabon dan Heri Santosa untuk melakukan pembunuhan terha-
dap korban Nasrudin Zulkarnaen.

Sesungguhnya tidak ada bukti atau saksi yang menunjukkan bah-


wa Antasari Azhar menganjurkan untuk melakukan pembunuhan. Oleh
karena itu, dalam perbuatan penganjuran, pelaku hanya bertanggung
jawab terhadap perbuatan pidana yang sengaja dianjurkan saja beserta
akibat-akibatnya. Jika para pelaku materiil/pelaksana/eksekutor melaku-
kan perbuatan pidana yang melebihi dari yang “dianjurkan”, maka perbu-
atan pidana tersebut menjadi tanggung jawab sendiri pelaku materiil/pe-
laksana/eksekutor. Dengan demikian, Antasari Azhar tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pelaku materril/ pelaksana/
eksekutor. Apalagi dapat dibuktikan bahwa bahwa tidak ada pembujuk-
an berantai yang dilakukan oleh Antasari Azhar sampai pada Fransiskus
Tadon Kerans alias Amsi, Daniel Daen Sabon dan Heri Santosa untuk
melakukan pembunuhan terhadap korban Nasrudin Zulkarnaen.

Selanjutnya Majelis Hakim peninjauan kembali memepertim-


bangkan sebagai berikut:

− Bahwa dalam proses penganjuran tidak dapat dipisahkan


sendiri sendiri hubungan antara satu rangkaian kegiatan
dengan kegiatan lain yang menghubungkan adanya anjur-
an atas perbuatan yang terjadi, Terpidana pernah mengada-
kan pertemuan dengan Williardi dan Sigit, kemudian adanya
penyerahan foto-foto korban maupun mobil yang dikenda-
rai korban kepada Williardi dan adanya pemberitahuan dari
PENINJAUAN K EMBALI 187

Sigit tentang kebutuhan uang untuk pelaksanaan itu serta


penyerahan uang dari Sigit kepada Wiliardi sebanyak Rp.
500.000.000,-, bahwa rangkaian ini telah menunjukkan ada-
nya hubungan korelasi persesuaian hubungan diantara me-
reka bertiga yang membawa akibat meninggalnya Nasrudin;

− Hubungan korelasi Terpidana dengan kematian korban juga


ditunjukkan adanya hubungan antara Williardi dengan para
pelaku lapangan yang mengakibatkan matinya korban Nas-
rudin dan juga laporan Williardi kepada Terpidana tentang
biaya sebesar Rp. 500.000.000,- dalam pelaksanaannya, oleh
Terpidana dijawab: “sudah selesaikan dulu nanti saya carikan
gantinya,” hal ini diperkuat juga adanya permintaan perlin-
dungan hukum Terpidana kepada KAPOLRI karena merasa
terancam dan diteror korban, walaupun pada kenyataan-
nya tidak diketemukan adanya ancaman teror atas diri Ter-
pidana, sehingga kemudian dihentikan, namun Terpidana
tidak bisa menerima penghentian itu serta menyuruh ba-
gian analisis informasi untuk tetap melakukan penyadapan
bahkan keluar kata-kata “saya atau dia yang mati”;

Mengenai fakta Wiliardi Wizar menerima dana operasional sebe-


sar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kemudian diserahkan kepada
Edo, (Putusan Judex Facti hal 169) hal tersebut diluar pengetahuan Anta-
sari Azhar. Juga tidak ada fakta yang membuktikan sebelum Sigid Haryo
Wibisono menyerahkan uang sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) sudah memberitahu dan melapor kepada Antasari Azhar. Ucap-
an Antasari Azhar yang menyatakan “sudah selesaikan dulu, nanti saya cari
gantinya” sebagaimana pertimbangan hukum Putusan Judex Facti hala-
man 166), hanya berdasarkan keterangan Sigid Haryo Wibisono. Kete-
rangan Sigid Haryo Wibisono ini adalah tidak benar dan keterangan dari
Sigid Haryo Wibisono tersebut adalah keterangan yang berdiri sendiri.

Selain itu yang patut juga dipertimbangkan, namun diabaikan


oleh Majelis Hakim bahwa uang tersebut bukan upah atau biaya yang
hendak digunakan untuk kepentingan melakukan pembunuhan, sebab
dalam keterangannya sebagai saksi perkara Antasari (hlm 24), Sigid
Haryo Wibisono menyatakan,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
188 ANTASARI AZHAR

“....Pak Wiliardi Wizar pinjam uang/dana operasional untuk


orang-orangnya, karena belum punya jabatan sedangkan ibu-
nya masuk RS dan anaknya mau ke Australia, lalu sekalian minta
bantuan dengan jaminan cek tunai, kemudian saksi memberi Rp.
500.000.000. (lima ratus juta rupiah); ”

Bahwa sesungguhnya uang yang diterima oleh Edo sebesar


Rp.500.000.000; (lima ratus juta rupiah) kemudian digunakan oleh Edo
sebesar Rp. 100.000.000; (seratus juta rupiah) untuk pulang kampung
dan sisanya sebesar Rp. 400.000.000. (empat ratus juta rupiah) dititip-
kan kepada Fidelis (Putusan Judex Facti halaman 169-170) adalah diluar
pengetahuan dan tidak berhubungan dengan Antasari Azhar.

Selain itu Antasari Azhar tidak pernah meminta bantuan Wil-


iardi Wizar untuk mencari orang yang dapat mengakhiri teror yang
terus berlanjut terhadap Antasari Azhar. Demikian pula tidak terbukti
adanya penyerahan amplop coklat yang bersisi foto korban Nasrudin
Zulkarnaen dan mobil BMW oleh Antasari Azhar kepada Wiliardi Wiz-
ar serta tidak terbukti Antasari Azhar telah mengijinkan Sigid Haryo
Wibisono menyerahkan uang sebesar Rp. 500.000.000; (lima ratus juta
rupiah) kepada Wiliardi Wizar dan selanjutnya diserakan kepada Edu-
ardus Noe Ndopo Mbete alias Edo sebagi dana operasional.

Bahwa berdasarkan fakta dan alasan-alasan Yuridis tersebut di atas,


maka Pertimbangan Judex Facti (halaman 170) yang menyatakan Anta-
sari Azhar “telah memberikan kesempatan, sarana atau keterangan, se-
hingga unsur ke-3 menganjurkan, telah terpenuhi”, adalah tidak tepat dan
harus ditolak dan dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.
Sebab pada kenyataannya tidak ada fakta yang membuktikan Antasari
Azhar secara terang mengungkapkan dengan kata-kata menganjurkan
untuk melakukan pembunuhan terhadap korban almarhum Nasrudin
Zulkarnaen. Bahkan Antasari Azhar tidak pernah meminta bantuan
kepada Wiliardi Wizar untuk mencari informan atau orang yang dapat
mengikuti korban almarhum Nasrudin Zulkarnaen secara terus mene-
rus selama dua puluh empat jam. Artinya, Antasari Azhar tidak dapat
diminta pertanggung jawaban dengan meninggalnya korban almarhum
Nasrudin Zulkarnaen, karena Antasari Azhar tidak pernah menganjur-
kan apapun terhadap Wiliardi Wizar atau terhadap Eduardus Noe Ndo-
po Mbete alias Edo, apalagi terhadap pelaku materiil penembakan.
PENINJAUAN K EMBALI 189

Bahwa sesuai dengan fakta persidangan, Antasari Azhar tidak per-


nah mengetahui dan tidak pernah memberikan persetujuan dan mem-
berikan uang sebesar Rp. 500.000.000; (lima ratus juta rupiah) yang dibe-
rikan oleh Sigid Haryo Wibisono kepada Wiliardi Wizar dan kemudian
diserahkan kepada Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo sebagai bia-
ya operasi mengikuti secara terus menerus selama 24 Jam terus menerus,
korban almarhum Nasrudin Zulkarnaen Iskandar. Antasari Azhar tidak
pernah mengetahui Edo meminta biaya operasional kepada Wiliardi
Wizar dan kemudian Wiliardi meminta biaya operasional kepada Sigid
Haryo Wibisono yang diserahkan dan diambil di Jl. Kerinci dalam paper
bag. Selanjutnya uang yang diterima oleh Edo sebesar Rp.500.000.000;
(lima ratus juta rupiah) kemudian digunakan oleh Edo sebesar Rp.
100.000.000; (seratus juta rupiah) untuk pulang kampung dan sisanya se-
besar Rp. 400.000.000. (empat ratus juta rupiah) dititipkan kepada Fidelis
adalah diluar pengetahuan dan tidak berhubungan dengan TERPIDANA
(Pemohon PK). Dengan demikian, maka tidak terbukti bahwa uang yang
diserahkan oleh Sigid Haryo Wibisono kepada Wiliardi Wizar, kemudi-
an diserahkan kepada Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo bukan
merupakan alat atau sarana melakukan “pembujukan atau penganjuran”
terhadap Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo, Hendrikus, Fransis-
kus, Herry Santosa dan Daniel Daen Sabon alias Danil.

Majelis Hakim peninjauan kembali ini, memang hanya berniat


untuk menghukum Antasari Azhar, hal ini dapat dilihat dari kepercaya-
an yang luar biasa terhadap semua keterangan dari Sigid Haryo Wibi-
sono, seperti dibawah ini,

− Bahwa saksi Sigit ketika membaca berita dan mengetahui


korban Nasrudin mati karena luka tembak sangat terkejut
dan sempat menghubungi Terpidana dengan mengatakan
“Mas ini kok jadi runyam, nanti berbahaya harus dikordinasi-
kan” dan dijawab oleh Terpidana “sudah koordinasi dengan
TB I dan TB II;

Keterangan atau apa yang diucapkan oleh Sigid Haryo Wibisono,


selalu dianggap sebagai kebenaran oleh Hakim. Pernyataan Sigid ini su-
dah secara tegas dibantah oleh Antasari Azhar. Kalau saja Majelis Hakim
peninjauan kembali mau mempercayai bahwa Sigid Haryo Wibisono,
beriktikad buruk dan secara sengaja untuk merusak harkat dan marta-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
190 ANTASARI AZHAR

bat Antasari Azhar, tentunya mereka akan mengabaikan keterangan Si-


gid Haryo Wibisono. Contohnya bahwa Sigid Haryo Wibisono beriktikad
buruk, adalah direkaman pembicaraannya dengan Antasari Azhar dan
kemudian diserahkan kepada penyidik. Dalam pembicaraan yang ber-
sifat monolog, karena Sigid Haryo Wibisono lebih banyak bicara dalam
upaya menyulitkan almarhum Nasrudin Zulkarnaen, seperti melakukan
penganiayaan dengan menggunakan tenaga kerja yang bekerja diluar
negeri bahkan hingga menabrak dengan mobil, semua diucapkan oleh
Sigid Haryo Wibisono. Akan tetapi karena Majelis Hakim pengadilan
tingkat pertama hingga peninjauan kembali sangat percaya kepada
Sigid Haryo Wibisono dan hanya dengan keterangan Sigid Haryo Wibi-
sono-lah Antasari Azhar bisa dihukum menganjurkan melakukan pem-
bunuhan terhadap almarhum Nasrudin Zulkarnaen. Maka apapun yang
diucapkan oleh Sigid Haryo Wibisono dianggap hal yang benar.

Ada bukti dalam pertimbangan hukum perkara Antasari Azhar


dinyatakan yang berinisiatif meminta bantuan untuk mengakhiri terror
adalah Sigid Haryo Wibisono (Putusan halaman 163). Pertimbangan
hukum Judex Facti ini sesuai dengan keterangan saksi Wiliardi Wizar
dalam pertimbangan hukum perkara Sigid Haryo Wibisono, bahwa
inisiatif yang meminta bantuan kepada Wiliardi Wizar untuk menga-
khiri teror adalah Sigid Haryo Wibisono, meskipun keterangan saksi ini
dikesampingkan oleh Judex Facti (hlm 134).

Dengan fakta ini, bagaimana Majelis Hakim peninjauan kembali


mempercayai bahwa Antasari Azhar berniat membunuh almarhum
Nasrudin Zulkarnaen. Apa dasarnya mereka percaya bahwa ada dialog
antara Antasari Azhar dan Sigid Haryo Wibisono sebagaimana dukutip
oleh Majelis Hakim peninjauan kembali, ““Mas ini kok jadi runyam, nanti
berbahaya harus dikordinasikan” dan dijawab oleh Terpidana “sudah ko-
ordinasi dengan TB I dan TB II.

Bukan ini saja cara Sigid Haryo Wibisono, menjadikan Antasari


Azhar bertanggung jawab dengan pembunuhan terhadap almarhum
Nasrudin Zulkarnaen. Sigid Haryo Wibisono seorang dirilah yang me-
nyatakan bahwa Antasari Azhar kecewa dan merasa tidak puas terha-
dap kerja Tim Chairul Anwar, yang dibentuk oleh Kapolri, sehingga
mengakibatkan Antasari Azhar stres dan tegang. Sigid Haryo Wibiso-
no satu-satunya saksi yang memberikan keterangan kondisi ini seba-
PENINJAUAN K EMBALI 191

gaimana dinyatakan dalam pertimbangan hukum Putusan Judex Facti


Tingkat Pertama (hlm. 164).

Sekali lagi harus ditegaskan kepercayaan Majelis Hakim peninjau-


an kembali kepada Sigid Haryo Wibisono diberikan, karena untuk meng-
hukum Antasari Azhar harus bersandar kepada keterangan Sigid Haryo
Wibisono. Tidak ada saksi lain, yang keterangannya dapat dijadikan an-
dalan untuk menghukum Antasari Azhar. Dan kalau Antasari Azhar tidak
dihukum, maka akan mencelakakan banyak pihak, terutama pihak yang
merekayasa kasus pembunuh almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Inilah bentuk dari kepongahan lain dari Majelis Hakim Agung da-
lam menilai permohoan peninjauan kembali yang dilakukan oleh Anta-
sari Azhar, ketika dinayatakan,

− Bahwa dengan rangkaian fakta hukum yang diperoleh da-


lam persidangan serta bukti-bukti yang dimajukan telah
ternyata tidak adanya kekeliruan dan kesalahan nyata baik
dari Judex Facti (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi)
maupun dari Judex Juris dalam memutus perkara tersebut,
yang telah menguatkan putusan Judex Facti Pengadilan
Tinggi dan Pengadilan Negeri, sehingga putusan itu telah
tepat dan benar, karenanya harus tetap dipertahankan ;

Pertimbangan ini adalah bentuk kepongahan, kalau bukan kare-


na tidak membaca berkas secara akurat. Fakta yang dapat membenar-
kan bahwa ada kegiatan Hendrikus dkk mengikuti almarhum Nasrudin
Zulkarnaen secara terus menerus hanya dari perkara Wiliardi Wizar. Se-
bab hanya dalam perkawa Wiliardi Wizarlah keterangan Hendrikus dkk
dibacakan. Sedangkan dalam perkaranya Antasari Azhar tidak dibaca-
kan. Sehingga pertimbangan Majelis Hakim tingkat pertama adalah ti-
dak benar, seperti yang termuat pada halaman 175, menyatakan:

“ Menimbang bahwa Hendrikus mengikuti korban dalam waktu


cukup lama, sampai akhirnya, sebagaimana keterangan saksi Par-
min dipersidangan….tiba-tiba ada mobil Avanza Silver menyalib
dari kiri dan setelah lewat undakan memotong kekanan, lalu ter-
dengar suara letusan 2 (dua) kali, “dor-dor”, saksi Parmin lang-
sung menengok ke belakang melihat Nasrudin roboh kekanan
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
192 ANTASARI AZHAR

dan darah keluar disekitar kepalanya, lalu nengok kiri melihat se-
peda motor Scorpio nyalip dengan kecepatan tinggi, lalu mobil
diberhentikan, lalu mobil diberhentikan, saksi Parmin melihat 2
(dua) orang di Mobil Avanza, dan sepeda motor Scorpio tersebut
dinaiki 2 (dua) orang berboncengan, pemboncengnya tangan-
nya kebawah…..”

Hal ini dikemukakan bahwa pertimbangan Majelis Hakim tingkat


pertama adalah tidak benar, karena dalam Berita Acara Persidangan ke
16 Perkara No.1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, tanggal 8 Desember 2009,
halaman 49, Hendrikus Kia Walen, menyatakan, “ tidak bersedia seba-
gai saksi, saya tidak memberi keterangan”. Ditulis pula, “ Jaksa PU, kami
ingin ditanyakan kepada saksi apakah pernah diperiksa sebagai saksi
dalam perkara Antasari”. Mengenai hal ini, dicatat, “ Hakim Ketua Maje-
lis, saya rasa tidak perlu karena yang bersangkutan sudah menyatakan
keberatan”. Pada halaman 50 dicatat, “ Ketua Majelis, jadi begini, karena
sudah diprotes dan menjadi kewenangan dari Majelis, dan Majelis juga
punya hak dan menyeleksi kondisi dan situasinya, tidak perlu dibacakan
lagi, jadi nanti silahkan apakah BAP itu akan dituangkan dalam penun-
tutan akan dikutip silahkan, karena alasan rasional Penasehat Hukum
bisa diterima, saksi ada tapi itu sudah dijadikan satu dan menolak, jadi
nanti akan kontardiktif kalau dibacakan”.

Dengan demikian pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Per-


tama di atas, memperlihatkan kekhilafan dan kekeliruan yang nyata da-
lam mempertimbangkan fakta yang terungkap dipersidangan, karena
tidak ada saksi atau keterangan dari Berita Acara Pemeriksaan saksi yang
dibacakan dihadapan persidangan yang membuktikan bahwa ada saksi
yang menerangkan ada orang bernama Hendrikus mengikuti korban
dalam waktu cukup lama mengikuti korban.

Tidak ada keterangan Parmin yang menyatakan, dia mengetahui


orang yang mengikuti mobil yang dikemudikanya adalah Hendrikus.
Tidak juga ada fakta yang menerangkan bahwa Edo mengetahui ada-
nya kegiatan dari Hendrikus mengikuti mobil korban pada waktu pe-
nembakan dilakukan. Tidak juga ada pengetahuan dari saksi-saksi lain
yang mengetahui adanya kegiatan Hendrikus mengikuti korban dalam
waktu yang cukup lama sebagaimana dipertimbangkan oleh Judex Fac-
ti tersebut.
PENINJAUAN K EMBALI 193

Bahwa andaikata benar - quod non -, pertimbangan hukum Judex


Facti tersebut berasal dari keterangan Eduardus Noe Ndopo Mbete ali-
as Edo, karena satu-satunya saksi atau orang yang berhubungan de-
ngan Hendrikus adalah Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo, maka
secara pasti dapat dikatakan bahwa tidak ada keterangan Eduardus Noe
Ndopo Mbete alias Edo, yang menyatakan “Hendrikus mengikuti kor-
ban dalam waktu cukup lama”. Yang diterangkan oleh Eduardus Noe
Ndopo Mbete alias Edo, menurut Hendrik “setelah ia turun ke lapangan
sepertinya ada gerak gerik tim lain, sepertinya mereka petugas, karena
ada yang pakai baju safari bawa beceng (pestol) segala” dan “mereka naik
kendaraan mobil Panther merah dan Timor, dan ada juga yang naik mo-
tor, semua sama-sama mengikuti, kayaknya mereka petugas..”. Dengan
demikian, maka pertimbangan hukum Putusan Judex Facti ini tidak ber-
sumber dari keterangan Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo dan ti-
dak berasal dari keterangan saksi lain yang terungkap dalam persidang-
an, tetapi di ambil alih dari perkara Wiliardi Wizar.

Dengan kondisi seperti ini sulit dipercaya bahwa Majelis Hakim


Agung dalam perkara peninjauan kembali dapat menyimpulkan “..tidak
terdapat kekeliruan nyata karena telah didasari oleh pertimbangan hu-
kum dengan merujuk pada fakta yang ditemukan di persidangan dan
di analisis sesuai dengan proses hukum acara yang benar”. Memper-
timbangkan satu perkara, dari fakta perkara lain, bukan kesalahan kecil,
tetapi kesengajaan merusak hukum, keadilan dan kebenaran. Inilah ke-
salahan yang secara sengaja dilakukan oleh Herri Swantoro sebagai Ke-
tua Majelis Hakim yang mengadili dan menghukum Antasari Azhar. Na-
mun Majelis Hakim Agung yang terdiri dari Dr. Harifin A. Tumpa, SH.MH.
Ketua Mahkamah Agung yang ditetapkan sebagai Ketua Majelis, Djoko
Sarrwoko, SH.MH., Prof. Dr. Komariah E. Sapardjaja, SH., H.M. Imron An-
wari, S.H., Sp.N., M.H., dan Dr. H. M. Hatta Ali, S.H., M.H., menganggap
tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh Majelis Hakim yang dipimpin
oleh Herri Swantoro.

Pertimbangan Majelis Hakim Agung dalam perkara peninjauan


kembali Antasari Azhar dan Putusan Pengadilan Negari Jakarta Sela-
tan ini, begitu banyak menimbulkan pertanyaan. Tentu masing-masing
orang akan mempunyai pendapat sendiri. Termasuk pendapat bahwa
putusan menghukuman Antasari Azhar ini adalah sesuai dengan pesan-
an dan balas dendam serta untuk mencegah Antasari Azhar menghu-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
194 ANTASARI AZHAR

kum orang-orang tertentu terkait beberap kasus yang sedang dibidik


oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Pertimbangan dalam Putusan yang tidak singkron antara satu


putusan dengan putusan lain, sedangkan perkaranya terkait inilah yang
dapat dikatakan sebagai Keputusan sesat. Tentu saja tidak adanya per-
timbangan terhadap perbedaan anak peluru dan senjata yang rusak,
oleh putusan pengadilan adalah bentuk kesesatan yang nyata.

❖❖❖
195

Bab 6
PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI

1. Pengantar

K
etika diberhentikan sementara atau juga diberhentikan secara
tetap Antasari Azhar tidak berniat mengajukan pengujian terha-
dap UU KPK. Bahkan ketika Tim Penasehat Hukum Bibit S. Rianto -
Chandra M. Hamzah sudah mengajukan pengujian Antasari tetap tidak
merasa perlu untuk mempersoalkan pemberhentiannya.

Antasari Azhar, mulai agak tersentak dan merasa perlu untuk


“nimbrung” dalam pengujian terhadap Pasal 32 ayat (1) huruf c UU
30/2002, setelah Wiliardi Wizar secara tegas menerangkan dihadapan
persidangan bahwa dia mencabut keterangannya dalam Berita Acara
Pemeriksaan yang menerangkan bahwa Antasari Azhar berkehendak
untuk menghilangkan nyawa orang lain bernama Nasrudin Zulkarnaen
adalah tidak benar.

Permohonan atas nama Antasari Azhar ini kemudian didaftar di


Mahkamah Konstitusi. Meskipun isinya tidak sama persis dengan yang
disusun oleh Tim Penasehat Hukum Bibit S. Rianto - Chandra M. Ham-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
196 ANTASARI AZHAR

zah, tetapi dasar pemikiran dan alur pikirnya mengikuti yang sudah di-
susun oleh Tim Penasehat Hukum Bibit S. Rianto - Chandra M. Hamzah.

Namun permohonan ini tidak sampai diperiksa oleh Mahkamah


Konstitusi, meskipun sudah terdaftar di Kepaniteraan. Alasannya ketika
permohonan tersebut didaftar, Permohonan Bibit S. Rianto - Chandra
M. Hamzah sudah menjelang putusan. Sudah ada Rapat Permusyawa-
ratan Hakim.

2. Mahkamah Konstitusi mengabaikan permohonan Antasari


Azhar

Upaya Antasari Azhar dan Kuasanya untuk mendapatkan keadil-


an, tidak hanya dilakukan di hadapan penyidik Polri dan membela diri
di Pengadilan Negeri. Ketika persidangan di pengadilan negeri sedang
berlangsung dan dalam salah satu persidangan saksi Wiliardi Wizar me-
nyatakan bahwa keterangan yang di sampaikan dalam BAP tanggal
2 Mei 2009,189 pada pokoknya menyatakan bahwa dalam pertemuan
antara Sigid Haryo Wibisono, Wiliardi Wizar dan Antasari Azhar untuk
menghilangkan nyawa orang lain bernama Nasrudin Zulkarnaen adalah
tidak benar.190 Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopem-
ber 2009, Wiliardi Wizar sebagai saksi menerangkan,
“..... jam 10 pagi kami didatangi oleh Wakabareskrim Irjen Pol. Hadi-
yatmoko, datang kepada kami, saya minta kamu ngomong saja,
saya tidak terlibat masalah ini pak saya bilang, kamu dijamin oleh
pimpinan Polri bahwa kamu tidak akan ditahan, dan kamu akan
di disiplinkan saja, saya salam dan saya sujud oke, akhirnya jam
12.00 malam kami dibangunkan oleh penyidik, saksinya isteri saya,
adik saya dan ipar saya, pertama Direktur ngomong kepada isteri
saya dulu, kasih tau suami kamu akan dibantu semuanya, baik pak
kebetulan tadi pagi kami juga diomongin siap, sekarang akhirnya
sekitar jam setengah satu kami dibangunkan, kami diberi penje-
lasan, silahkan saja anda buat bagaimana yang terbaik untuk bisa
menjerat pak Antasari, itu demi Allah saya ngomong begitu, lalu

189 Dalam BAP Wiliardi Wizar sebagai saksi (tidak ada nama tersangkanya) tanggal 2 Mei
2009, menjawab pertanyaan nomor 13 (tiga belas) menyatakan,
“yang memerintahkan untuk menghilangkan nyawa orang tersebut adalah Sdr. An-
tasari Azhar dengan alasan bahwa Nasrudin adalah orang yang membahayakan”:
190 Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, hlm. 194;
P UTUSAN M AHKAMAH K ONSTITUSI 197

dibuat Berita Acara itu pak tanpa kami baca-baca bismaillah saya
tanda tangani, tapi dengan syarat kami besok pulang, ya dijamin
oulang katanya, setelah itu, besoknya keluar di TV, orang tua saya
masuk rumah sakit, anak saya sudah tidak mau sekolah, saya lang-
sung SMS. Kalau yang mulia izinkan bisa disita itu Hand Phone Di-
rektur Reserse Polda Metro yang namanya Kombes Pol. Mohamad
Irawan, apa yang saya katakan, janjimu mana, tolong klarifikasi
saya tidak sebejat itu yang dibilang saya mencari eksekutor lah
........ langsung pada hari itu juga kami ditahan, begitu kami kasih
statement itu. Lho kok kami ditahan katanya mau dupulangkan, ya
itu perintah pimpinan, makanya setelah dua hari kemudian kami
protes, kami cabut semuanya BAP itu, kenapa itu makanya saya bi-
lang kebohongan-kebohongan, kami cabut semuanya kami bera-
nikan diri, lalu kami dibilang pengkhianat dan sebagainya......BAP-
BAP itulah yang dibuat sebagai dasar yang dibuat pada jam satu
malam tersebut, dasarnya bukan BAP yang tanggal 29 April 2009,
dasarnya yang sudah dibuat oleh penyidik kami tandatangani.....
dasarnya kesana lagi bukan BAP yang pertama, kalau begini BAP
kamu tidak bisa menjerat Antasari, akhirnya kami ikuti semuanya
sampai dengan rekonstruksi kami masih ikuti, kami terima amplop
dari pak Antasari padahal itu tidak benar”.

Keterangan Wiliardi Wizar ini diberikan karena “dikondisikan” oleh


Direktur Reserse Polda Metro Jaya,191 sebab ada perintah atasan untuk
menjadikan Antasari Azhar sebagai sasaran dan kemudian setelah di-
perlihatkan dan dibacakan BAP dari Sigid Haryo Wibisono. Dalam Berita
Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, menurut keterang-
an Wiliardi Wizar, menyatakan,

191 Menurut catatan Mega Putra Ratya – detikNews, menulis,


“ Setelah menerima laporan pengaduan dari pihak pengacara Antasari Azhar, Kom-
nas HAM mengangkat 3 isu. 3 Isu itu yakni adanya peradilan sesat, penahanan ilegal,
dan profesionalisme polisi dipertanyakan dalam kasus Antasari.
“ Ada 3 isu yang diangkat Komnas HAM. Pertama peradilan sesat, kedua penahan-
an ilegal, ketiga profesionalitas penegak hukum. Kita akan mendesak supaya ada
langkah-langkah konkret agar masalah ini cepat terselesaikan,” kata komisioner
Komnas HAM Jhonny Nelson Simanjuntak di Komnas HAM, Jl Latuharhari, Menteng,
Jakarta Pusat, Rabu (11/11/2009)”. http://www.detiknews.com/read/2009/11/11/12
1959/1239625/10/terima-laporan-antasari-komnas-ham-angkat-isu-penahanan-
ilegal?nd992203605
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
198 ANTASARI AZHAR

“...jadi pada jam 12 malam, kami diperiksa didatangi Direktur Re-


serse Polda Matro Jaya yang mengatakan, bahwa perintah atasan
kau biikin saja begini, sasaran kita hanya Antasari Azhar, ini demi
Allah saya bersumpah, jadi waktu itu dikondisikan Direktur, Wa-
dir, Kabag, Kasat, Kasat 3 orang, sasaran kita hanya Antasari kau
bantu saja, diperlihatkanlah BAP Sigid, dibacakanlah kepada saya,
kita samakan saja, kalau itu memang perintah pimpinan silahkan
saja, saya bilang, setelah kami membuat itu besok keluar di TV.....
saya SMS Direktur, kalau bapak bisa buka SMS terakhir saya tolong
diklarifikasi masalah ini, saya tidak pernah melakukan ini”; 192

Dalam BAP Sigid Haryo Wibisono tanggal 29 April 2009, dikata-


kan bahwa yang berkepentingan untuk menghilangkan nyawa Nasru-
din Zulkarnaen adalah Antasari Azhar sebagaimana dibicarakan di ru-
mah Sigid Haryo Wibisono. Dalam BAP Sigid Haryo Wibisono, tanggal
29 April 2009, yang diperiksa pukul 05.00, menjawab pertanyaan nomor
25, dikatakan,

“ maksud dari mengamankan tersebut adalah untuk menghilang-


kan nyawa dari Nasrudin”; dalam menjawab pertanyaan nomor
27, Sigid Haryo Wibisono, menyatakan, “seingat saya untuk pem-
bicaraan tersebut sebanyak 2 (dua) kali yang dilakukan dirumah
saya dan yang hadir pada saat itu adalah saya, Wiliardi Wizar dan
Antasari Azhar”; kemudian dalam menjawab pertanyaan nomor
30, dikatakan, “ Pak Chairul Anwar dan Suhardi Alius tidak me-
ngetahui rencana menghilangkan nyawa Nasrudin; 193

Dalam pandangan kami Penasehat Hukum dan Antasari Azhar,


keterangan Wiliradi Wizar dan Sigid Haryo Wibisono di BAP, yang kemu-
dian dicabut dihadapan persidangan adalah satu bentuk rekayasa ke-
saksian, yang menyebabkan Antasari menjadi tersangka dan kemudian
menjadi Terdakwa. Aprizal Rahmatullah – detikNews, menulis,

“Ketua Tim 8 Adnan Buyung Nasution salut atas keberanian


Wiliardi Wizar yang mengungkapkan fakta petinggi Polri meng-

192 Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009;


193 Dalam BAP Sigid Haryo Wibisono, tanggal 29 April 2009, yang diperiksa pukul 05.00,
menjawab pertanyaan nomor 25;
P UTUSAN M AHKAMAH K ONSTITUSI 199

kondisikan penahanan Antasari Azhar. Kesaksian Wiliardi bahkan


membuat Buyung tidak bisa tidur nyenyak.
“Ini makin runyam, kentara bahwa ada sesuatu yang tidak be-
res di negara ini. Ada fakta yang kembali terungkap dan terkuak
bahwa BAP itu direkayasa.
Mau dibawa ke mana ini. Karena ini, saya tidak bisa tidur sema-
lam,” kata Buyung.
........
Jika kesaksian itu benar, menurut Buyung, skenario untuk meng-
kerdilkan KPK benar ada. “Apa betul Antasari melakukan pembu-
nuhan? Apakah memang skenario dengan sasaran pertama adalah
Antasari, dan sasaran berikutnya Bibit dan Chandra?” papar dia”. 194

Keterangan yang dicabut oleh Wiliardi Wizar ini dijadikan sebagai


alasan untuk membatalkan Pasal 32 ayat (1) huruf c UU 30/2002, sebab
pemberhentian sementara dan pemberhentian tetap Antasari Azhar
adalah berdasarkan keterangan yang tidak benar, sehingga pasal ini
berpotensi melanggar hak-hak konstitusional warga negara yang men-
jadi pimpinan KPK dan sudah terjadi pada Antasari Azhar.

Dengan asumsi, bahwa akan ada pemeriksaan yang layak terha-


dap permohonan ini, maka pada tanggal 17 Nopember 2009, tujuh hari
setelah Wiliardi Wizar mencabut keterangannya di BAP atas keterlibatan
Antasari Azhar dalam pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen didaftarkanlah
ke Mahkamah Konstitusi permohonan pengujian Pasal 32 ayat 1 c UU No.
30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
mengingat perkara pengujian terhadap pasal tersebut telah dilakukan
oleh Bibit S. Rianto - Chandra M. Hamzah dan perkara tersebut telah dipe-
riksa oleh Mahkamah Konstitusi. 195 Namun permohonan Antasari Azhar
ini tidak mendapat perhatian dari Majelis Hakim Konstitusi.196 Jangankan

194 http://www.detiknews.com/read/2009/11/11/122510/1239628/10/buyung-tidak-
bisa-tidur-pikirkan-kesaksian-wiliardi?nd992203605
195 Permohonan Bibit S. Rianto - Chandra M. Hamzah diterima dan terdaftar di Kepanite-
raan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 13 Oktober 2009 dengan registrasi Nomor
133/PUU-VII/2009 dan diputus pada tanggal 25 Nopember 2009;
196 Tanda Terima atas permohonan ini oleh Widi Atmoko, S.H, di Kepaniteraan Mahka-
mah Konstitusi dengan no: 18131/PAN.MK/XI/2009, tanggal 17 Nopember 2009;
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
200 ANTASARI AZHAR

dipertimbangkan, disinggungpun tidak dalam putusan perkara Nomor


133/PUU-VII/2009 yang diputus pada tanggal 25 Nopember 2009.197

Alasan tim Penasehat Hukum Antasari Azhar, mengajukan permo-


honan kepada Mahkamah Konstitusi, meskipun sudah ada persidangan
perkara Bibit S. Rianto - Chandra M. Hamzah, karena ada perbedaan
pokok dan mencolok dalam kedua perkara tersebut. Dalam perkara Bi-
bit S. Rianto - Chandra M. Hamzah, mereka berdua masih diberhentikan
sementara berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 74/P Tahun 2009,198
sedangkan Antasari Azhar telah diberhentikan secara tetap berdasar-
kan Keputusan Presiden No. 78/P Tahun 2009, tanggal 11 Oktober 2009,
karena sudah menjadi Terdakwa.199

Dalam permohonan pengujian terhadap Pasal 32 ayat 1 c UU No.


30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
yang dijadikan dasar adalah bahwa “ pemberhentian secara tetap Pim-
pinan KPK dapat dilihat sebagai “hukuman” tanpa proses peradilan dan
tanpa putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap (in
kracht van gewijsde) dan permanen, sehingga kelak dikemudian hari
Pimpinan KPK yang diadili dinyatakan tidak bersalah oleh Pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap, Pimpinan KPK tersebut tetap
diberhentikan dari jabatannya”.200

Tentu bisa diperdebatkan bahwa tidak dipertimbangkan dan tidak


diputusnya permohonan Antasari Azhar, dengan alasan terlambat dan
Mahkamah sudah siap dengan putusan dapat dikatakan sebagai perlaku-
an yang tidak fair terhadap Antasari Azhar. Faktanya Antasari Azhar belum
pernah didengar, bahkan tidak pernah mendapat pemberitahuan secara
resmi dari Mahkamah Konstitusi mengenai permohonan yang disampai-

197 Ketika kami Kuasa Hukum Antasari Azhar (Denny Kailimang dan Maqdir Ismail) me-
nemui Ketua mahkamah Konstitusi Prof. Moh. Mahfud MD, di Mahkamah Konstitusi
untuk meminta informasi dan keterangan alasan tidak disinggung dan dipertim-
bangkannya permohonan Antasari Azhar dalam memutus perkara Bibit S. Rianto
- Chandra M. Hamzah, beliau menjawab, karena sudah sangat terlambat didaftar
dan Majelis sudah menyusun Putusan.
198 Putusan Perkara Nomor 133/PUU-VII/2009, hlm. 5;
199 Permohonan Antasari Azhar yang diterima Mahkamah Konstitusi dengan no: 18131/
PAN.MK/XI/2009, tanggal 17 Nopember 2009, hlm. 5;
200 Ibid hlm.9;
P UTUSAN M AHKAMAH K ONSTITUSI 201

kan untuk kepentingannya. Tidak pernah ada penolakan untuk memerik-


sa permohonan atas nama Antasari Azhar ini. Permohonan Antasari Az-
har ini, seperti tidak pernah ada. Ini adalah sikap ambigu dari Mahkamah
Konstitusi. Penyebab sikap Mahkamah Konstitusi ini tidak jelas, terutama
kalau dilihat pertimbangan dalam permohonan Bibit S. Rianto - Chandra
M. Hamzah. Sebab seperti dikatakan dalam oleh Mahkamah Konstitusi,
“.... semua proses hukum harus fair (jujur) dimana orang harus diberitahu
tentang adanya proses hukum terhadapnya dan diberikan hak baginya
untuk didengar sebelum diambil satu keputusan....”.201

Secara faktual memang Mahkamah Konstitusi dalam Putusannya


membatalkan ketentuan Pasal 32 ayat (1) huruf c UU 30/2002, bahkan
dalam pertimbangannya Mahakmah menyatakan,
“Oleh sebab itu menurut Mahkamah, Pasal 32 ayat (1) huruf c UU
30/2002. memang berpotensi menimbulkan pelanggaran hak
konstitusional, bukan hanya bagi para Pemohon tetapi juga bagi
siapa pun yang sedang atau menjadi pimpinan KPK. Seumpama
pun pengadilan memutuskan yang bersangkutan bersalah, maka
terlepas dari putusan pengadilan tersebut, menurut Mahkamah
Pasal 32 ayat (1) huruf c UU 30/2002 berpotensi melanggar hak-
hak konstitusional warga negara yang menjadi pimpinan KPK.
Dengan demikian, dalil para Pemohon bahwa Pasal a quo dapat
dijadikan alat rekayasa beralasan menurut hukum”;202

Kemudian Mahkamah menyatakan bahwa, Pasal 32 Ayat 1 huruf


c tentang KPK adalah inkonstitusional kecuali dimaknai pimpinan KPK
berhenti setelah dijatuhi pidana berdasarkan putusan pengadilan dan
berkekuatan hukum tetap, bahkan dalam pertimbangan dinyatakan,

“Oleh karena itu, menurut Mahkamah Pasal 32 ayat (1) huruf c


UU 30/2002 yang berbunyi, “Pimpinan Komisi Pemberantasan Ko-
rupsi berhenti atau diberhentikan karena: … c. menjadi terdakwa
karena melakukan tindak pidana kejahatan;” harus dinyatakan in-
konstitusional kecuali dimaknai “pimpinan KPK berhenti atau
diberhentikan secara tetap setelah dijatuhi pidana berdasar-

201 Putusan Perkara Nomor 133/PUU-VII/2009, hlm. 68;


202 Ibid hlm. 74;
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
202 ANTASARI AZHAR

kan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan


hukum tetap”.203

Putusan Mahkamah Konstitusi ini tidak berdampak apapun ter-


hadap Antasari Azhar, bahkan Ketua Mahkamah Konstitusi sebagaima-
na dikutip oleh VIVAnews.com menyatakan,

“Nggak bisa, karena pemberhentian Antasari didasarkan pada


UU yang sah ketika ia diberhentikan,” kata Ketua MK, Mahfud MD
di ruang kerjanya, Jakarta, Rabu 25 November 2009. “Sedangkan
isi UU itu menjadi batal baru hari ini, jam 3 sore.”
Menurut Mahfud pemberhentian Antasari telah dilakukan lama
sebelum UU ini dibatalkan. “Jadi (Antasari) tidak bisa menuntut
hak apapun dari keputusan apapun,” kata dia. Dengan demikian,
putusan ini tidak berlaku surut”.204

Dalam hubungannya dengan Putusan Mahkamah Konstitusi ini,


bukan hanya Mahkamah Konstitusi yang menyatakan bahwa hak An-
tasari Azhar tidak bisa dipulihkan dengan pembatalan Pasal 32 ayat (1)
huruf c UU No. 30 Tahun 2002 ini, tetapi Menteri Kehakiman Patrialis
Akbar sebagaimana dicatat oleh Modus Aceh,

“Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini menambahkan putusan


MK itu tidak bersifat rektroaktif alias tidak berlaku surut. “Pem-
berhentian Antasari (sebagai Ketua KPK) sudah final. Pak Antasari
selesai, selamat tinggal,” kata dia. Saat ini, Antasari merupakan
terdakwa kasus pembunuhan

Sebaliknya, bagaimana dengan Bibit dan Chandra? “Tidak mung-


kin Bibit dan Chandra diberhentikan karena statusnya belum
terdakwa,” tegas Patrialis. Dalam putusannya, MK mengabulkan
permohonan dua pimpinan KPK Chandra M Hamzah dan Bibit
Samad Rianto. MK menilai Pasal 32 Ayat 1 huruf c Undang-Un-
dang Nomor 30 tahun 2002 tentang KPK konstitusional bersya-
rat. Pasal 32 Ayat 1 huruf c tentang KPK adalah inkonstitusional

203 Loc.cit;
204 http://korupsi.vivanews.com/news/read/108900putusan_mk_tidak_berlaku_un-
tuk_antasari_azhar
P UTUSAN M AHKAMAH K ONSTITUSI 203

kecuali dimaknai pimpinan KPK berhenti setelah dijatuhi pidana


berdasarkan putusan pengadilan dan berkekuatan hukum tetap.
Sedangkan Bibit dan Chandra, Patrialis nilai, belum final karena
masih diproses hukum. “Tidak mungkin Bibit dan Chandra diber-
hentikan karena statusnya belum terdakwa,” jelasnya”.205

Ternyata bukan hanya Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Moh


Mahfud MD dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar
yang berpendapat bahwa hak-hak Antasari tidak mungkin dipulihkan
dengan Putusan Mahkamah Konstitusi, tetapi Denny Indrayana,206 staf
khusus Presiden juga menyatakan,

“Putusan MK ini tidak berlaku surut, sehingga Antasari Azhar


tidak bisa aktif lagi,” kata staf khusus Presiden bidang Hukum,
HAM, dan Pemberantasan KKN Denny Indrayana melalui pesan
singkat, Rabu (25/11/2009).
Menurut Denny, pihaknya sangat menghormati putusan MK. De-
ngan ini, ke depan tidak ada lagi pimpinan KPK yang berstatus
terdakwa yang diberhentikan tetap sebelum dinyatakan bersalah
oleh pengadilan.
Namun, lanjut Denny, putusan ini tidak otomatis membawa Bi-
bit-Chandra aktif kembali sebagai pimpinan KPK. Keduanya ha-
rus mendapat keputusan resmi bahwa kasusnya telah dihentikan
dari kepolisian atau kejaksaan”.

Sudah barang tentu nasib Antasari Azhar akan berbeda, seandai-


nya Mahkamah Konstitusi, secara adil memeriksa dan memutus permo-
honan Antasari Azhar yang menguji keabsahan pemberhentiannya se-
cara tetap sebagai Ketua KPK Keputusan Presiden No. 78/P Tahun 2009,
tanggal 11 Oktober 2009. Pada situasi ini, tidak ada penjelasan yang
dapat memuaskan alasan riil dan alasan hukum yang dapat diterima
“tidak adanya pemeriksaan atas permohonan Antasari Azhar”. Bisa jadi
benar pernyataan Juniver Girsang bahwa telah terjadi diskriminasi oleh
Mahkamah Konstitusi terhadap Antasari Azhar, sebagaimana dikutip,207

205 http://www.modusaceh.com/weekly/nasional/2124-antasari-tamat-bibit-chan-
dra dipersimpangan.html
206 http://www.detiknews.com/read/2009/11/25/220900/1248950/10/denny-putus-
an-mk-tidak-berlaku-untuk-kasus-antasari
207 http://korupsi.vivanews.com/news/read/109150-antasari_azhar_merasa_didis-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
204 ANTASARI AZHAR

“Menurut Juniver, tim pengacara Antasari juga sudah mengaju-


kan permohonan yang sama ke Mahkamah Konstitusi. Antasari
juga menggugat ketentuan dalam Pasal 32 ayat (1)c UU tentang
KPK.
“Tapi kenapa ketua MK menyatakan tidak terkecuali dan tidak
ada sangkut pautnya dengan Pak Antasari, apa ini artinya Pak
Antasari tidak diberi hak atas keputusan tersebut,” ujarnya.
Juniver menegaskan, permohonan uji materiil itu bukan semata-
mata Antasari ingin kembali ke KPK. “Tapi dia minta agar kepu-
tusan ini tidak membedakan HAM,” ujarnya”.

Fakta adanya pengabaian pemeriksaan permohonan Antasari Az-


har oleh Mahkamah Konstitusi ini, tentu dapat ditafsirkan tidak adanya
penerapan prinsip-prinsip hukum yang berlaku umum untuk menda-
patkan keadilan. Dan tentu hal ini juga dapat dimaknai telah mence-
derai rasa keadilan Antasari Azhar, karena prinsip daya laku hukum dan
prinsip kesamaan di hadapan hukum sudah dibuktikan tidak berlaku.
Tentu fakta ini dapat dikatakan bahwa kaidah hukum yang diberlaku-
kan yaitu kesamaan di hadapan hukum dan setiap orang berkedudukan
sama di hadapan hakim sebagai yang menerapkan hukum dan mem-
peroleh kesempatan yang sama dihadapan hukum tidak berlaku untuk
Antasari Azhar. Kebenaran dari pernyataan dan pendapat ini tentu ha-
rus diperdebatkan.

❖❖❖

kriminasi_mk
205

Bab 7
REKOMENDASI
KOMISI YUDISIAL

1. Pengantar

L
aporan Tim Penasehat Hukum Antasari Azhar kepada Komisi
Yudisial, akan adanya dugaan pelanggaran Kode Etik oleh
Majelis Hakim, memang mendapat respons yang cukup
baik. Meskipun memang laporan tersebut hanya terbatas pada pene-
rimaan saja oleh Komisi Yudisial di bawah pimpinan M. Busyro Muqod-
das. Tindak lanjut atas laporan tersebut baru ditangani ketika Komisi
Yudisial di bawah pimpinan Prof. Eman Suparman.

Dengan penanganan oleh Komisi Yudisial ini pula perhatian ma-


syarakat bahwa ada yang salah dalam perkaranya Antasari Azhar mulai
terbuka secara lebar. Luasnya pemberitaan oleh pers terhadap peme-
riksaan oleh Komisi Yudisial tentu menambah banyak diskusi dan pem-
bicaraan tentang penanganan kasus yang melibatkan Antasari Azhar.

2. Pelanggaran Kode Etik oleh Hakim

Setelah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, membacakan Putus-


an Perkara No. 1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, tanggal 11 Februari 2010,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
206 ANTASARI AZHAR

atas nama Terdakwa Antasari Azhar, Tim Penasehat Hukum Antasari Az-
har, pada tanggal 22 Februari 2010, melaporkan Hakim yang mengadili
Antasari Azhar kepada Komisi Yudisial. Laporan berhubungan dengan
Prilaku Majelis Hakim.

Secara ringkas laporan tersebut mengenai tiga hal, pertama ada-


nya pelanggaran terhadap Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP, kedua, pe-
langgaran terhadap Pasal 28 ayat (1), Pasal 32 dan Pasal 33 UU No.4
Tahun 2004, dan ketiga pelanggaran terhadap Pedoman Perilaku Ha-
kim, karena dianggap tidak berlaku adil, tidak berprilaku jujur dan tidak
bersikap mandiri.208

Dalam laporan tersebut yang dianggap sebagai tidak adanya ke-


mandirian hakim dalam memutus perakara, karena adanya pertemuan
di rumah Dinas Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Ketua Ma-
jelis Hakim perkara Antasari Azhar Herri Swantoro di Kompleks Keha-
kiman, Jalan Ampera, Jakarta Selatan sebagaimana dicatat oleh Majalah
Tempo209, sebagai berikut:

“Vonis yang akan dijatuhkan, kata Artha, sebelumnya sudah di-


sepakati dalam rapat internal masing-masing majelis hakim. Dari
sini kesepakatan vonis itu lantas dibahas dengan Herri Swantoro.
Herri, ujarnya, tak keberatan saat mengetahui vonis yang diputus
para hakim berlainan antara satu majelis dan majelis lainnya. “Ke-
tua juga tidak keberatan ada dissenting opinion (perbedaan pen-
dapat),” ujarnya. Artha menunjuk hakim Albertina Ho yang me-
miliki perbedaan pendapat dalam soal konstruksi hukum perkara
Sigit. Perbedaan itu, ujar Artha, diterima dan dicatat. “Jadi, Anda
lihat, bagaimana dinamisnya hakim ini,” ujarnya.

Dari rapat final di rumah Herri pada Rabu malam itulah, putusan
disepakati: keempat terdakwa terbukti turut serta dan mengan-
jurkan pembunuhan berencana terhadap Direktur PT Putra Ra-
jawali Banjaran itu. Hukumannya ditetapkan: Antasari dihukum
18 tahun penjara, Sigit 15 tahun, Wiliardi 12 tahun, dan Jerry 5

208 Laporan ini ditandatangani oleh Juniver Girsang, Ari Yusuf Amir, M. Assegaf dan
Maqdir Ismail;
209 Majalah Tempo 52/XXXVIII, tanggal 15 Februari 2010, hlm 44
R EKOMENDASI K OMISI YUDISIAL 207

tahun. Vonis ini lebih ringan ketimbang tuntutan jaksa. Kecuali


Jerry yang dituntut 15 tahun penjara, ketiga terdakwa lainnya se-
belumnya dituntut hukuman mati”.

Tim Kuasa Hukum Antasari Azhar yang datang ke Komisi Yudisial


terdiri Juniver Girsang, Ari Yusuf Amir, Muhammad Assegaf dan Maqdir
Ismail diterima oleh Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas, serta ko-
misioner KY Soekotjo Soeprapto, Zainal Arifin, dan Mustafa Abdullah.210

Hal-hal yang disampaikan kepada Komisi Yudisial secara lisan ter-


masuk dugaan bahwa hasil pemeriksaan dipersidangan diabaikan oleh
hakim dalam pertimbangan putusan, namun lebih banyak fakta yang
bersumber dari Berita Acara Pemeriksaan penyidik digunakan untuk
memutus perkara, bahkan pembelaan tidak dipertimbangkan oleh Ma-
jelis Hakim.

Dalam menyikapi laporan ini, Komisi Yudisial akan mengundang


pengacara Antasari Azhar211 untuk tindak lanjuti atas laporan mengenai
dugaan pelanggaran kode etik oleh majelis hakim perkara Antasari dan
kemudian diakatakan setelah pertemuan dengan tim Kuasa Hukum
Antasari Azhar akan segera dipelajari berkas-berkas yang diberikan tim
kuasa hukum Antasari Azhar.212 Dikatakan oleh Ketua Komisi Yudisial,213

“Kami butuh waktu untuk tadarus berkas setebal ini. Mudah-mu-


dahan tidak terlalu lama,” tutur Busyro.

Berdasar teori hukum, kata dia, setiap fakta dan pembelaan yang
terungkap dalam persidangan harus dimuat dalam pertimbang-
an putusan majelis hakim. Setelah itu, baru dilakukan penilaian
yuridis oleh majelis terhadap pokok perkara. “Jika salah satu bu-
tir dalam kode etik dan pedoman perilaku hakim dilanggar, kami
akan meminta klarifikasi hakim yang bersangkutan,” terangnya”.

210 http://www.hariansumutpos.com/arsip/?p=33834
211 http://nasional.vivanews.com/news/read/133454-ky_undang_pengacara_anta-
sari_azhar
212 http://nasional.vivanews.com/news/read/133673-ky_butuh_waktu_pelajari_la-
poran_antasari\
213 Loc.cit
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
208 ANTASARI AZHAR

Pemeriksaan laporan pelanggaran kode etiki oleh hakim ini, fak-


tanya tidak dapat diselesaikan pada periode Komisi Yudisial di bawah
pimpinan M. Busyro Muqoddas, tetapi baru diperiksa Komisi Yudisial
periode 2010 – 2015 dibawah pimpinan Prof. Eman Suparman,214 de-
ngan pemeriksa aktif Ketua Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi
Komisi Yudisial Suparman Marzuki serta Komisioner Taufiqurrahman
Syahuri.215

Sebagaimana diberitakan oleh Kompas.com216 Ketua Bidang


Pengawasan Hakim dan Investigasi Komisi Yudisial Suparman Marzuki
menyatakan Komisi Yudisial menengarai adanya indikasi pelanggaran
kode etik dan perilaku hakim dalam penanganan perkara Antasari. Ko-
misi Yudisial menilai, ada pengabaian bukti-bukti penting yang dilaku-
kan oleh hakim baik di tingkat pertama, banding, maupun kasasi. Bukti
yang diabaikan itu keterangan ahli balistik dan forensik Abdul Munim
Idries. Bukti lain adalah baju korban (almarhum Nasrudin Zulkarnaen,
Direktur PT Rajawali Putra Banjaran) yang tak dihadirkan di persidang-
an. Padahal, baju korban adalah bukti yang sangat penting, berdasar-
kan hasil telisikan Komisi Yudisial, hakim dianggap telah lalai hingga
tidak menghadirkan bukti-bukti penting. Pengabaian bukti itu, merupa-
kan pelanggaran kode etik dan perilaku hakim, khususnya prinsip pro-
fesionalitas serta kehati-hatian. Dikatakan bahwa Komisi Yudisial akan
memanggil sejumlah pihak, seperti ahli balistik dan forensik, pengacara
Antasari sebagai pihak pelapor, serta para hakim yang menangani per-
kara tersebut.

Pemanggilan para hakim sendiri merupakan hasil keputusan ra-


pat pleno Komisi Yudisial. Rapat pleno itu yang dikatakan oleh Ketua
Komisi Yudisial Eman Suparman dihadiri semua Komisioner Komisi Yu-
disial. Sementara itu Asep Rahmat, Juru bicara Komisi Yudisial mengata-
kan, pemanggilan akan mengagendakan pemeriksaan terhadap temu-

214 http://komisiyudisial.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=404
9%3Aky-masih-dalami-laporan-kuasa-hukum-antasari&catid=1%3ABerita+Tera
khir&Itemid=295&lang=en
215 http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/06/16/brk,20110616-341181,id.
html
216 http://nasional.kompas.com/read/2011/04/13/17163275/KY.Akan.Periksa.Kasus.
Antasari
R EKOMENDASI K OMISI YUDISIAL 209

an pelanggaran profesionalitas para hakim. “Sementara ini yang akan


dilakukan adalah baru mau minta keterangan itu,”. 217

Dalam faktanya Komisi Yudisial, memanggil tim pengacara An-


tasari Azhar, bahkan dinyatakan Komisi Yudisial akan memanggil saksi
lain, antara lain ahli forensik dan balistik, yang menurut pihak Antasari
keterangannya diabaikan hakim. Setelah itu, Komisi Yudisial akan me-
meriksa hakim yang mengadili dan memutus perkara Antasari Azhar.218

Komisis Yudisial, pada tanggal 16 Juni 2011, menemui Antasari


Azhar, di Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 A Kota Tangerang, Banten
tempat dia menjalani masa hukuman penjara 18 tahun dalam perkara
pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasruddin Zulkarnain.
Dua utusan Komisi yang hadir adalah Ketua Bidang Pengawasan Hakim
dan Investigasi Komisi Yudisial Suparman Marzuki serta Komisioner Tau-
fiqurrahman Syahuri. Perwakilan Komisi Yudisial ini datang untuk me-
minta keterangan Antasari berkaitan dengan perilaku dan pelanggaran
kode etik yang diduga dilakukan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan yang memutus perkara Antasari.

Pertemuan antara Komisioner Komisi Yudisial dan Antasari Azhar,


bersama Tim penasehat hukumnya berlangsung sekitar 1 jam 30 menit,
dalam pertemuan tersebut dilakukan pemeriksaan tertutup terhadap
Antasari Azhar. Hasilnya, kata Suparman Marzuki, masih dirahasiakan.
Namun, Komisi merasa yakin ada pelanggaran kode etik. “Ada keyakin-
an pelanggaran kode etik,” kata Suparman yang ditemui usai pemerik-
saan Antasari.219

Dalam keterangan sesudah melakukan pemeriksaan secara ter-


tutup terhadap Antasari Azhar, Suparman Marzuki dan Taufiqurrah-
man Sahuri mengatakan, bila terbukti bersalah ada pelanggaran kode
etik, ada tiga jenis sanksi yang dikenakan kepada majelis hakim, mulai
sanksi ringan, sedang, dan berat. “Pemberian sanksi ringan bentuknya
teguran, sanksi sedang menonpalukan hakim (dilarang menyidangkan
217 http://www.komhukum.com/kriminal-feed-2391
218 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/04/25/HK/mbm.20110425.
HK136565.id.html
219 http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/06/16/brk,20110616-341181,id.
html
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
210 ANTASARI AZHAR

perkara), dan terberat memberhentikan dengan tidak hormat,” ujar Tau-


fiqurrahman. Sebaliknya, jika tidak ada pelanggaran perilaku dan kode
etik dalam menyidangkan dan memutus perkara Antasari, nama baik
tiga orang majelis hakim ini juga harus direhabilitasi”.220

3. Dugaan Hakim Tidak bersikap profesional

Dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh majelis hakim tingkat


pertama itu karena para hakim dinilai mengabaikan bukti dan keterang-
an ahli yang menentukan dalam perkara Antasari. Dalam memproses
dugaan pelanggaran hakim Komisi Yudisial telah meminta keterangan
beberapa pihak, termasuk tiga hakim yang menangani perkara Antasari
di PN Jaksel. Komisi Yudisial juga meminta keterangan para hakim ting-
kat pertama dan kasasi dan para saksi ahli kasus ini.221

Secara umum dan sederhana pelanggaran oleh Majelis Hakim


yang memeriksa perkara Antasari Azhar, karena telah mengabaikan
bukti elektronik yang dikemukan oleh ahli Agung Harsoyo, bahwa tidak
ada SMS dari Antasari Azhar kepada almarhum Nasrudin Zulkarnaen.222
Seusai persidangan Agung Harsoyo menyatakan,

“Hasil pemeriksaan Call Detail Records (CDR) di empat operator


seluler disimpulkan bahwa tidak ditemukan pesan singkat (SMS)
ancaman yang dikirimkan dari terdakwa mantan Ketua KPK, An-
tasari Azhar ke almarhum Nasrudin Zulkarnaen, seperti yang
yang tertulis dalam berita acara pemeriksaan (BAP.223

Dalam keterangannya kepada pers setelah diminta keterangan


oleh Komisi Yudisial Agung Harsoyo menyatakan,

“Saya telah memberikan keterangan yang subtansinya sudah se-

220 http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/06/16/brk,20110616-341181,id.
html
221 http://www.detiknews.com/read/2011/04/20/220222/1622355/10/ketua-kpk-du-
kung-langkah-ky-pelajari-laporan-antasari
222 http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/01/05/pakar-it-tak-afda-ancaman-
sms-dari-antasari-azhar
223 http://palembang.tribunnews.com/05/01/2010/hasil-cdr-tak-ada-sms-ancaman-
dari-antasari-ke-nasrudin
R EKOMENDASI K OMISI YUDISIAL 211

suai dengan di sidang pengadilan saat itu mengenai aliran data.


Ada aliran dari nomor NZ (Nasrudin) ke AA (Antasari) selama 4
kali dan tidak ada balikannya atau balasan SMS dari AA,”224

Meskipun faktanya pada pihak lain Majelis Hakim mempercayai


kebenaran keterangan ahli IT Ruby Zukri Alamsyah yang menerangkan
adanya hubungan sms atau tilipon ketika melakukan analisis terhadap
CDR mengenai hubungan tilpon Hendrikus, Herry Santosa, Fransis-
kus.225

Hal lain yang diabaikan oleh Majelis Hakim yang memeriksa


perkara Antasari Azhar, adalah pengabaian keterangan ahli mengenai
perbedaan anak peluru yang ditemukan oleh Dr. Abdul Mun’im Idries,
SpF dengan keterangan ahli balistik Drs. Maruli Simanjuntak dan ahli
Roy Haryanto. Menurut Dr. Abdul Mun’im Idries, SpF, anak peluru yang
ditemukan pada kepala almarhum Nasrudin Zulkarnaen berukuran
9 mm dan berasal dari senjata S&W 0.38. Sedangkan keterangan ahli
Drs. Maruli Simanjuntak anak peluru dari S&W 0.38 special tidak bisa
menggunakan peluru 9 mm. Keterangan ahli Drs. Maruli Simanjuntak
ini bersesuain dengan pendapat ahli Roy Haryanto bahwa senjata yang
ditunjukkan sebagai barang bukti adalah S&W 0.38 special. Bahkan
dalam keterangannya sebagai ahli Roy Haryanto menyatakan bahwa
anak peluru dengan diameter 9 mm tidak bisa karena tidak masuk si-
lendernya.226 Sebab menurut keterangan Roy Haryanto, “ Kalau 0,38 itu
istilahnya point tree five six bukan 38, 38 itu kebesaran, kalau untuk 38
special itu ukuran proyektilnya point tree five six sampai 0,356 inici”......
“99 mm digunakan untuk semi otomatic ......”; “ di revolver tidak bisa,
nggak masuk ke silendernya”.227

Dalam pemeriksaan oleh Komisi Yudisial, Antasari Azhar dan Ku-


asa Hukum, menyampaikan sikap berlebihan dari Majelis Hakim yang

224 http://www.politikindonesia.com/m/index.php?ctn=1&k=hukum&i=21683
225 Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010,
hlm. 176;
226 Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010,
hlm. 138;
227 Berita Acara Persidangan ke 20, tanggal 29 Desember 2010, dengan terdakwa Anta-
sari Azhar hlm. 185;
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
212 ANTASARI AZHAR

memeriksa perkara. Bahkan terkesan ada upaya untuk melindungi228


Rani Juliani secara berlebihan,229 hal tersebut dapat dilihat dari pemerik-
saan yang dilakukan secara tertutup.230 Disampaikan juga adanya sikap
Hakim yang sangat dominan dan aktif dalam memberikan pertanyaan.
Dikemukakan pula bahwa secara khusus dalam memeriksa Rani Juliani
ini, Hakim mencoba mengambil peran dari Jaksa Penuntut Umum da-
lam membuktikan kebenaran dari Surat Dakwaan. Perlakuan berlebih-
an terhadap Rani Juliani ini bukan hanya dilakukan oleh Hakim, tetapi
sejak awal diberikan perlakuan istimewa oleh penyidik.231

Pemeriksaan secara tertutup terhadap Rani Juliani ini tentu mem-


punyai maksud tertentu, paling kurang untuk menunjukkan dalam per-
kara ini adalah masalah yang berhubungan masalah kesusilaan232 dan
masalah kesusilaan itu sangat serius, meskipun dalam faktanya cerita
tentang masalah kesusialaan yang sangat vulgar ini, hanya bersumber
dari Rani Juliani sebagaimana dinyatakan dalam Surat Dakwaan. Tentu
cerita vulgar ini sudah merusak harkat dan martabat Antasari Azhar dan
daya rusak luar biasa itu terjadi secara prematur. Selain itu pemeriksaan

228 Sebagaimana dikatakan oleh Kompas.com,


“ Menurut sumber, Rani dan keluarganya diamankan di sebuah apartemen di kawa-
san Semanggi, Jakarta Selatan, tidak jauh dari Polda Metro Jaya. Ia mendapat peng-
awalan ketat polisi.
http://nasional.kompas.com/read/2009/05/04/06361529/Rani.dan.Keluarga.Sem-
bunyi.di.Apartemen
229 Perlindungan ini terjadi sejak pemeriksaan Rani oleh Penyidik, hal ini dapat dilihat
dari keterangan Kapolda Metro Jaya sebagaimana dicatat oleh Kompas.com yang
menyatakan,
“ Yang bersangkutan memang meminta perlindungan sebagai saksi,” ujar Kapolda
Metro Jaya Irjen Wahyono kepada wartawan, Jakarta, Senin (4/5).
Namun, Wahyono tak mau menjelaskan apakah alasan Rani meminta perlindungan
sebagai saksi terkait kasus pembunuhan Nasrudin. “Memang ada keterangan yang
mengaitkan ke sana, maka diminta keterangannya,” ujar Wahyono.
http://nasional.kompas.com/read/2009/05/04/18445082/Pemeriksaan.Antasari.
Tak.Menyinggung.Rani.Juliani
230 Dalam Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2010, dengan terdakwa
Antasari Azhar, hlm. 98;
231 Dalam Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2010, dengan terdakwa
Antasari Azhar, hlm. 129, Rani Juliani mengaku selama 6 (enam bulan) dilindungi
Polisi di apartremen Mediterania Kemayoran;
232 Menurut Pasal 153 ayat (3) KUHAP, Hakim harus menyatakan bahwa sidang terbuka
untuk umum, kecuali perkara kesusilaan dan terdakwanya anak-anak.
R EKOMENDASI K OMISI YUDISIAL 213

secara tertutup ini semakin mendatangkan kesan dramatisasi kisah ce-


rita tentang “affair” yang terjadi antara Antasari Azhar dan Rani Juliani.
Menurut AC Manulang,

”Kasus yang menimpa Antasari tipis kemungkinannya karena cin-


ta segitiga. Antasari sudah masuk perangkap karena sudah lama
direncanakan pihak tertentu untuk merusak citra KPK yang di-
pimpinnya,” kata Manullang ketika dihubungi Warta Kota di Ja-
karta, Minggu (3/5) petang. 233

Pemeriksaan secara tertutup ini,234 untuk memberi kesan seolah-


olah ada “perselingkuhan”235 yang luar biasa antara Antasari Azhar dan
Rani Juliani. Cerita tentang perselingkuhan ini dalam pemberitaan di-
bangun sejak awal, bahkan beberapa hari sebelum Antasari Azhar dipe-
riksa oleh penyidik. Salah satu contoh adalah pernyataan dari Boyamin
Saiman,

“Sementara itu, keluarga Nasrudin meminta Polri untuk menang-


kap Antasari Azhar. Desakan itu dikemukakan Boyamin Saiman,
selaku tim advokasi keluarga Nasrudin, saat jumpa pers di Solo,
kemarin.

Menurutnya, Antasari diduga sebagai aktor intelektual kasus


pembunuhan terhadap Nasrudin, sebab korban ingin membong-
kar kasus perselingkuhan Antasari Azhar dengan istri Nasrudin
yang bernama Tika.

Dua hari sebelum ditembak, Nasrudin seperti dikemukakan Boy-


amin, berniat membentuk tim advokasi dengan tujuan membe-
berkan kasus perselingkuhan Antasari Azhar dengan Tika.

Apa yang dikemukakan Boyamin bukan tanpa bukti. Menurut-


nya, ada pesan singkat dari Antasari yang masuk ke ponsel kor-

233 http://nasional.kompas.com/read/2009/05/04/06430727/Pakar.Intelijen.Antasari.
Masuk.Perangkap
234 http://international.okezone.com/read/2009/11/05/339/272610/hadirkan-rani-ju-
liani-sidang-antasari-tertutup
235 http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.
detailberitacetak&id_beritacetak=62017
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
214 ANTASARI AZHAR

ban. Isi sms yang terkirim sekitar dua minggu sebelum Dirut PRB
itu ditembak, kata Boyamin, pada intinya persoalan yang terjadi
di antara keduanya dapat diselesaikan secara baik-baik. Antasari
mau minta maaf dan meminta tolong kepada korban agar per-
soalan itu jangan di-blow-up. Bukan hanya itu saja bukti yang te-
lah diserahkan ke polisi, namun ada foto bergambar Antasari dan
Tika saat bermesraan”.

Bahkan hal tersebut tegas dikatakan oleh Ketua Majelis Hakim


Herri Swantoro. Pernyataan Ketua Majelis Hakim Herri Swantoro yang
dicatat menyatakan,

“Persidangan akan digelar secara tertutup karena berkasnya me-


nyangkut kesusilaan. Majelis melihat kepentingan masyarakat
karena diliput media, karena saat Rani bersaksi, yang tidak ber-
kepentingan tidak diperbolehkan hadir dan mendengarkan si-
dang,”. 236

Perselingkuhan ini tidak patut didengar dalam persidangan yang


terbuka untuk umum,237 karena tidak ada toleransi dan sikap permisif
terhadap perselingkuhan yang dianggap merusak kehidupan suci satu
perkawinan. Akibat langsung dari pemeriksaan sidang secara tertutup
ini adalah merusak reputasi Antasari Azhar, dan juga berakibat hilang-
nya empati dan simpati pada dirinya, bahkan berimbas pula hingga
musnahnya apresiasi dan atensi masyarakat terhadap “rekayasa” kasus
yang membelitnya. Yang lebih berat lagi akibat dari persidangan secara
tertutup ini adalah terjadinya pembunuhan karakter terhadap Antasari
Azhar. Salah satu cara pembunuhan karakter yang dilakukan adalah de-
ngan cara menyebarkan berita bohong, seperti diberitakan oleh Detik-
com, tanggal 4 Mei 2009, menyatakan,

“Informasi yang didapatkan detikcom, Senin (4/5/2009), kisah


perselingkuhan ini terjadi pada bulan Mei 2008. Saat itu, Antasari

236 http://international.okezone.com/read/2009/11/03/339/271612/menyangkut-ke-
susilaan-sidang-kesaksian-rani-tertutup
237 “Kalau Rani datang pemeriksaan akan tertutup, karena berkas menyangkut kesusila-
an,” kata Herri Suwantoro, Ketua Majelis Hakim dalam sidang di PN Jakarta Selatan,
Selasa (3/11).
http://nasional.kompas.com/read/2009/11/03/09545427
R EKOMENDASI K OMISI YUDISIAL 215

Azhar yang baru beberapa bulan menjabat Ketua KPK, tepergok


tengah berduaan dengan perempuan bernama Rani Juliani di ka-
mar 808.

Rani adalah istri ketiga Nasrudin. Nasrudin menikahi Rani secara


siri sekitar tahun 2007. Rani adalah mantan caddy di Padang Golf
Modern Land Tangerang. Dia yang berparas cantik itu disebut-se-
but bertarif mahal. Rani menjadi langganan Nasrudin. Rani juga
pernah menjadi caddy untuk Antasari.

Singkat cerita, pada Mei 2008, Antasari janjian bertemu Rani. Na-
mun, yang jadi masalah, saat itu, Rani sudah menjadi istri Nasru-
din. Keduanya lantas bertemu dan menginap di kamar 808 Hotel
Grand Mahakam”. 238

Dengan adanya persidangan tertutup ini mengukuhkan ada yang


tidak beres secara etik dan secara hukum telah dilakukan oleh Antasari
Azhar. Hal tersebut dapat dilihat dari keterangan Rahardjo, Jaksa pada
perkara Sigid Haryo Wibisono, menyatakan,

“Persidangan itu berlangsung secara tertutup karena menying-


gung persoalan asusila.

.....

Rahardjo mengatakan, secara garis besar JPU sudah menyimpul-


kan dari hasil keterangan Rani bahwa memang benar telah ter-
jadi tindakan pelecehan seksual di hotel tersebut. Keterangan
yang diberikan Rani tersebut, kata Rahardjo, akan menjadi bahan
untuk mencari tahu tindakan-tindakan teror yang selama ini di-
tuding Antasari”. 239

Situasi ini berujung kepada hilangnya kepercayaan masyarakat


terhadap Antasari Azhar. Salah satu contoh hilangnya kepercayaan ter-
hadap Antasari Azhar ini direpresentasikan oleh ICW yang melaporkan
238 http://us.detiknews.com/read/2009/05/04/121857/1125828/10/pembunuhan-
nasrudin-berawal-dari-perselingkuhan-di-kamar-808-grand-mahakam
239 http://kesehatan.kompas.com/read/2009/11/12/15245070/nasrudin.astaghfirul-
lah.istri.saya.tidak.serendah.itu
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
216 ANTASARI AZHAR

Antasari kepada penasehat dan pengawas Internal KPK, sebagai beri-


kut, 240

“Sebanyak 17 dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan An-


tasari Azhar, adalah: 1. Pertemuan dengan Anggoro Widjaya di Si-
ngapura. 2. Membiarkan dan tidak melakukan penangkapan ter-
hadap Anggoro sebagai pemberi suap. 3. Memberi imbalan Rp
2 juta kepada (Alm) Nasruddin Zulkarnaen atas informasi yang
diberikan terkait PT. RNI. 4. Memberikan keterangan yang diragu-
kan kebenarannya dengan menyatakan tidak kenal Rani Juliani.
5. Memberikan keterangan yang diragukan kebenarannya de-
ngan menyatakan kepada publik bahwa Nasruddin Zulkarnaen
adalah pelapor kasus korupsi yang sedang dilindungi oleh KPK.
6. Pemberian uang 10.000 dollar Singgapura pada pimpinan KPK,
M. Jasin di sebuah Rumah Sakit di Malang. 7. Mengusulkan untuk
menarik dua perwira kepolisian yang diperbantukan KPK. 8. Me-
lakukan hubungan langsung/komunikasi dengan mantan men-
teri inisial TA yang menjadi tersangka kasus korupsi penagihan
piutang PT Bank Bali yang ditangani Antasari Azhar saat di Ke-
jaksaan. 9. Menerima (Alm) Nasruddin Zulkarnaen sebagai tamu
di KPK, padahal di luar pelaksanaan tugas di KPK. 10. Bertemu
dengan Nasruddin Zulkarnaen di kantor KPK sebanyak 5 kali se-
belum bertemu dengan Rani Juliani di hotel dan membicarakan
terkait dengan tertundanya Nasruddin dilantik sebagai Direktur
PT RNI, informasi korupsui di PT RNI, penawaran nasabah asu-
ransi, minta bantuan percepatan izin PT Aneka Tambang, konfir-
masi tentang tindak lanjut PT Ronggolawe. 11. Bertemu berdua
dengan Rani Juliani di salah satu kamar hotel di Gran Mahakam.
12. Meminta dilakukan penyadapan terhadap HP Nasruddin
Zulkarnaen dan Rani Juliani. 13. Menjanjikan suatu bantuan ke-
pada WW. 14. Beberapa kali bertemu SHW dan WW tanpa mem-
beritahukan pada pimpinan KPK lainnya. 15. Pada 27 Mei 2008
bertemu dengan dua pengusaha di Batam yang terkait kasus
korupsi, inisial H dan J. 16. Tidak melaporkan pertemuan dengan
dua pengusaha tersebut pada pimpinan KPK. 17. Tidak melapor-
kan kepemilikkan peralatan golf dalam LHKPN”.

240 http://www1.kompas.com/lipsus102009/sbyjilid2read/2009/08/11/14335147/icw.
laporkan.17.pelanggaran.kode.etik.antasari.
R EKOMENDASI K OMISI YUDISIAL 217

Meskipun sebenarnya pelan-pelan tapi pasti bahwa kejanggalan


dalam kasus ini mulai tersingkap, terutama bagi mereka yang membuka
mata hati dan telinganya. Pernyataan dari keluarga Almarhum Nasrudin
Zulkarnaen, yang diwakili oleh Andi Syamsudin, adalah salah satu con-
toh yang paling nyata adanya dugaan rekayasa dalam kasus Antasari,
yang menyatakan,

“Ada rekayasa dalam kasus pembunuhan Nasruddin Zulkarnain


yang menjerat mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Antasari Azhar.

Hal tersebut disampaikan adik Kandung Nasruddin, Andi Syam-


suddin, di Makassar, Kamis (14/4).

Menurut Syamsuddin, bukti adanya rekayasa tersebut adalah de-


ngan melihat hasil putusan sidang Antasari, pembelaan penga-
cara Antasari serta rencana pemanggilan hakim-hakim yang me-
nangani kasus Antasari oleh Komisi Yudisial (KY).

“Kalau tidak ada rekayasa, mengapa harus ada pemanggilan dan


ada pihak yang tidak puas?” ungkapnya”.241

Ketika Hakim mengambil alih peran Jaksa Penuntut Umum da-


lam membuktikan dakwaan ini, tentu bukan hanya tidak patut, tetapi
hakim mengambil dua peran dalam satu posisi yaitu mengambil peran
Jaksa Penuntut Umum membuktikan Surat Dakwaan dan akan meng-
hukum Terdakwa sebagai hakim.

Dalam Putusannya Majelis Hakim menganggap Antasari Azhar


terbukti turut serta melakukan perbuatan pidana, hal ini secara tegas
dapat dilihat dari bunyi putusan yan menyatakan,

“....dengan demikian maka terdapat rangkaian hubungan per-


buatan dan kerjasama yang erat antara Terdakwa Antasari Azhar,

241 http://www.mediaindonesia.com/read/2011/04/14/217994/284/1/-Keluarga-Nas-
ruddin-Duga-Ada-Rekayasa-Kasus-Antasari
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
218 ANTASARI AZHAR

Sigid Haryo Wibisono dan Wiliardi Wizar, sehingga unsur ke-2


turut serta melakukan telah terpenuhi”.242

Namun dalam pembuktiannya Majelis Hakim tidak membuktikan


adanya kerjasama yang erat dan disadari oleh para peserta tentang ke-
sengajaan menimbulkan akibat dari perbuatan pidana dan kerjasama
yang timbul dari kesepakatan bersama. Sebab secara fakta tidak ada
satu saksipun yang menyaksikan bahwa ada pernyataan yang keluar
dari mulut Terdakwa Antasari Azhar untuk merencanakan atau untuk
melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen. Bantahan An-
tasari pernah memerintahkan atau meminta tolong untuk melakukan
pembunuh, bukan hanya dilakukan ketika pemeriksaaan oleh penyidik,
tetapi ditegaskan lagi dalam persidangan, sebagaimana dikutip, Kom-
pas.com,

“Antasari mengatakan tidak sekalipun ia pernah meminta kepa-


da Sigid Haryo Wibisono (SHW) dan Wiliardi Wizard (WW) untuk
membunuh suami dari Rani Juliani itu. “Saya tidak pernah me-
nyuruh itu (memerintahkan SHW membunuh Nasrudin),” kata An-
tasari saat ditanya apakah pernah memberi perintah pada SHW.

Ia juga membantah telah memerintahkan Wiliardi Wizard untuk


menghabisi Nasrudin. Ia mengatakan juga tidak pernah mem-
berikan gambar berupa foto Nasrudin, mobil, dan rumah milik
Nasrudin kepada mantan Kapolres Jaksel itu. “Tidak pernah sama
sekali,” tegasnya.

Terhadap kelima eksekutor Nasrudin, yakni Eduardus, Hendrikus


Kia Walen, Eduardus Ndopo Mbete, Fansiskus Tadon Kerans, dan
Heri Santoso, Antasari pun mengaku tidak pernah mengenal me-
reka sebelumnya. Kelima eksekutor yang telah divonis itu, kata-
nya, baru dikenalnya di dalam tahanan Polda Metro Jaya” 243

Tidak pula ada bukti yang sahih adanya kesepakatan antara Ter-

242 Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010,


h.167.
243 http://megapolitan.kompas.com/read/2010/01/12/18494941/Antasari.Bantah.
Perintahkan.Bunuh.Nasrudin
R EKOMENDASI K OMISI YUDISIAL 219

dakwa Antasari Azhar, Sigid Haryo Wibisono244 dan Wiliardi Wizar dalam
bentuk rencana bersama melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin
Zulkarnaen. Wiliardi Wizar, mencabut keterangan yang mengakui ada-
nya rencana membunuh Nasrudin Zulkarnaen, sebagaimana dicatat
oleh Tempointeraktif, sebagai berikut,

“ Tersangka kasus pembunuhan Nasrudin, Direktur PT Putra Raja-


wali Banjaran, Williardi Wizar mencabut keterangan dalam berita
acara pemeriksaan (BAP). “Saat ini ada tiga versi BAP,” ujar sumber
Tempo di Jakarta, Jumat (15/5).

Sumber Tempo menyebut perubahan itu dilakukan pada Rabu


petang lalu oleh Williardi di Markas Brimob, Kelapa Dua. Hal itu
dilakukan lantaran kesaksian yang diberikan Williardi dalam BAP
terakhir dibuat diduga di bawah tekanan penyidik.

BAP tersebut, kata dia, merupakan BAP kedua yang dibuat pihak
kepolisian setelah memperoleh kesaksian dari tersangka Sigid.
“Mungkin untuk menyesuaikan dengan kesaksian Sigid, maka
dibuatlah BAP kedua,” kata sumber tersebut”. 245

Dalam mempertimbangkan unsur menganjurkan, Majelis Hakim


menyatakan adanya fakta,

“Bahwa Antasari Azhar mengeluh kepada Sigid Haryo Wibisono


dan Wiliardi Wizar, kalau dirinya mendapatkan teror dan Ter-
dakwa meminta bantuan kepada Wiliardi Wizar untuk mencari
mencari orang yang dapat membantu mengamankan teror, dan

244 Pengacara Sigid Haryo Wibisono, menyatakan,


“ Kordinator tim hukum Sigit Haryo Wibisono, M Sholeh Amin SH, membantah uang
Rp 500 juta yang diberikan kliennya kepada Komisaris Besar Wiliardi Wizar untuk
mengamankan atau menghabisi Direktur Utama PT Rajawali Banjaran Nasrudin
Zulkarnaen.
Sholeh mengatakan uang Rp 500 juta yang diberikan Sigit pada Wiliardi itu adalah
pinjaman yang disertai jaminan pembayaran. “Berupa cek yang diberikan pada Wil-
iardi Wizar,” ujarnya”.
http://www.tempointeraktif.com/hg/kriminal/2009/10/08/brk,20091008-
201571,id.html
245 http://www.tempointeraktif.com/hg/kriminal/2009/05/15/brk,20090515-
176577,id.html
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
220 ANTASARI AZHAR

Wiliardi Wizar bersedia membantu mencarikan orang dan untuk


itu Wiliardi Wizar menerima amplop coklat yang berisi foto seo-
rang laki-laki (korban Nasrudin Zulkarnaen) dan foto mobil BMW
berwarna Silver”;246

Dalam Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009,


menurut keterangan Sigid Haryo Wibisono, berkenaan dengan perke-
nalan Antsari Azhar dan Wiliardi Wizar, dikatakan,

“ perkenalan biasa, beliau seperti biasa mengeluhkan sesuatu


tentang teror tersebut, tapi detilnya saya tidak tahu, soalnya saya
keluar sebentar untuk mengambil obat batuk dan setelah masuk
beliau sudah minta sendiri untuk memecahkan teror itu”.(halaman
78). Dalam Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember
2009, berkenaan dengan perkenalan dengan Antasari Azhar ini,
menurut keterangan Wiliardi Wizar, “...kami ditilpon, mas ada Pak
Antasari disini bisa datang tidak ?”; “ saya datang, dan bertemu
dengan Pak Antasari diruang kerja pak Sigid”; (halaman 171) “....
saya diminta bantuan oleh pak Sigid untuk mencarikan informan”
(hal. 181); Pada halaman 187 dinyatakan, “ pak Sigid menilpon
kami, katanya pak Wili bisa datang ke rumah tidak, kenapa mas
saya bilang, katanya akan saya kenalkan dengan pak Antasari”.
247

Fakta yang dinyatakan dalam putusan ini, tidak menunjukkan


adanya upaya mencari pembunuh bayaran, bahkan dalam fakta ini ti-
dak ada permintaan dari Antasari Azhar untuk menghilangkan nyawa
almarhum Nasrudin Zulkarnaen, meskipun menurut pertimbangan Ma-
jelis Hakim adanya fakta untuk menghilangkan teror,248 mencari infor-
man dalam rangka melaksanakan tugas negara,249 mengikuti seseorang

246 Berita Acara Persidangan ke 7, tanggal 10 Nopember 2009, menurut keterangan Wil-
iardi Wizar, dia menyerahkan amplop coklat yang diterima dari Sigid kepada Jerry,
kemudian diserahkan Jerry kepada Edo, (hlm.184);
247 Berita Acara Persidangan ke 6, tanggal 5 Nopember 2009,
248 Putusan perkara Nomor: 1532/PID.B/2009/PN.JKT. SEL tanggal 11 Februari 2010,
h.163;
249 Ibid, h. 165;
R EKOMENDASI K OMISI YUDISIAL 221

selama 24 jam terus menerus karena membahayakan negara dan biaya


operasional akan dibantu.250

Tidak ada fakta bahwa bahwa keluar kata-kata dari Terdakwa An-
tasari Azhar meminta Wiliardi Wizar untuk mencari orang yang dapat
mengakhiri teror yang terus berlanjut terhadap Antasari Azhar251 dan
keluarganya. Dalam pada itu menghilangkan teror, mencari informan,
mengikuti seseorang selama 24 jam terus menerus tidak dapat dimak-
nai melakukan pembunuhan.

Dari fakta persidangan yang menyatakan bahwa ada tembakan


dan tembakan tersebut mengenai kaca belakang mobil yang berbentuk
segi tiga hanya berdasarkan keterangan Parmin, tidak ada satu saksi-
pun yang dapat memberikan konfirmasi atas keterangan saksi Parmin
yang menyatakan telah mendengar letusan sebanyak 2 (dua) kali “dor
– dor”.252 Sebagaimana dinyatakan dalam Surat Dakwaan bahwa pelaku
penembakan adalah Daniel Daen Sabon. Kesimpulan Majelis Hakim,
tentang adanya 2 (dua) kali suara tembakan semata-mata berdasarkan
keterangan Parmin, tidak ada saksi yang dapat memberikan konfirmasi
mengenai jumlah suara tembakan dan pelaku penembakan.

Pertimbangan Majelis Hakim, yang sangat kontroversial seolah-


olah ada fakta bahwa ada saksi atau keterangan dari Berita Acara Pe-
meriksaan saksi yang dibacakan dihadapan persidangan yang mem-
buktikan bahwa ada saksi yang menerangkan ada orang bernama
Hendrikus mengikuti korban dalam waktu cukup lama mengikuti
korban. Tidak ada keterangan Parmin yang menyatakan, dia menge-
tahui orang yang mengikuti mobil yang dikemudikanya adalah Hendri-
kus. Tidak juga ada fakta yang menerangkan bahwa Edo mengetahui
adanya kegiatan dari Hendrikus mengikuti mobil korban pada waktu
penembakan dilakukan. Dengan demikian maka pertimbangan Majelis
Hakim yang menyatakan,

“Menimbang bahwa Hendrikus mengikuti korban dalam waktu


yang cukup lama sampai akhirnya, sebagaimana keterangan saksi

250 Ibid, h.166;


251 Ibid, h. 170
252 Ibid, h. 176;
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
222 ANTASARI AZHAR

Parmin di persidangan, pada tanggal 14 Maret 2009 kurang lebih


pukul 14.00 Wib, saat ia mengemudikan mobil BMW B-191-E kor-
ban Nasrudin Zulkarnaen duduk dibelakang samping kiri, di Ja-
lan Hartono Raya Modernland Tangerang mau meliwati undakan
(polisi tidur) hingga kecepatannya hanya kurang lebih 5 Km/Jam,
tiba-tiba ada mobil Avanza yang menyalip dari kiri dan setelah
lewat undakan memotong kekanan, lalu terdengar suara letusan
2 (dua) kali, dor-dor’, sakasi Parmin langsung nengok ke belakang
melihat Nasrudin roboh kekanan dan darah keluar di sekitar ke-
palanya, lalu nengok kekiri melihat sepeda motor Scorpio nyalip
dengan kecepatan tinggi, lalu mobil diberhentikan, saksi Parmin
melihat 2 (dua) orang di mobil Avanza, dan sepeda motor Scor-
pio tersebut dinaiki 2 (dua) orang berboncengan, pembonceng-
nya tangannya ke bawah....”253

Dengan demikian, maka pertimbangan hukum Putusan Judex


Facti ini tidak bersumber dari keterangan Eduardus Noe Ndopo Mbete
alias Edo dan tidak berasal dari keterangan saksi lain yang terungkap
dalam persidangan. Sebab sebagaimana diterangkan oleh Eduardus
Noe alias Edo, menurut Hendrik “setelah ia turun ke lapangan seperti-
nya ada gerak gerik tim lain, sepertinya mereka petugas, karena
ada yang pakai baju safari bawa beceng (pistol) segala” dan “mereka
naik kendaraan mobil Panther merah dan Timor, dan ada juga yang naik
motor, semua sama-sama mengikuti, kayaknya mereka petugas...”.254 Se-
hingga dengan demikian maka pertimbangan Majelis hakim tersebut
adalah pertimbangan yang tidak benar, terlebih lagi pertimbangan ini
tidak berdasarkan keterangan saksi di hadapan persidangan.

Dalam kesimpulanya sebagaimana banyak diberitakan, Komisi


Yudisial menengarai bahwa ada dugaan pelanggaran kode etik yang di-
lakukan oleh tiga orang hakim PN Jaksel yang menyidangkan perkara
mantan Ketua KPK Antasari Azhar. Dalam keterangannya kepada Pers,
Wakil Ketua Komisi Yudisial Imam Anshori Saleh, menyatakan,

“Komisi Yudisial telah memutuskan kasus dugaan pelanggaran

253 Ibid, h.175;


254 Berita Acara Persidangan ke 15, tanggal 8 Desember 2009, Eduardus Noe Ndopo
Mbete alias Edo, hlm. 28;
R EKOMENDASI K OMISI YUDISIAL 223

kode etik hakim yang menangani terpidana pembunuhan Direk-


tur PT Rajawali Putra Banjaran Nasrudin Zulkarnaen. Wakil Ketua
KY Imam Anshori mengatakan, putusan yang dijatuhkan dalam
rapat pleno pada Selasa (9/8/2011) itu memutuskan tiga hakim
yang memimpin sidang Antasari telah melanggar kode etik ha-
kim. Ketiga hakim itu adalah Ketua Majelis Herri Swantoro, Ibnu
Prasetyo, dan Nugroho Setiadji.

“Ya, kami sudah berikan rekomendasi ke MA, hanya rekomenda-


sinya, bukan yang berat, tapi sedang. Istilahnya nonpalu, jadi me-
reka tetap menjadi hakim, tapi tak menjalankan tugas bersidang,
maksimal enam bulan,” ujar Imam saat dikonfirmasi wartawan di
kantornya, Rabu (10/8/2011).

Namun, Imam tidak bersedia merinci lebih lanjut bentuk temuan


pelanggaran kode etik ketiga hakim tersebut. Ia hanya menga-
takan, rekomendasi tersebut akan diserahkan kepada MA untuk
ditindaklanjuti di Majelis Kehormatan Hakim oleh Mahkamah
Agung dalam waktu seminggu ke depan”. 255

Rekomendasi yang disampaikan oleh Komisi Yudisial menyata-


kan agar Mahkamah Agung menjatuhkan sanksi tidak boleh menangani
perkara selama enam bulan kepada ketiga hakim. Komisi Yudisial me-
minta supaya dibentuk Majelis Kehormatan Hakim (MKH) menjatuhkan
sanksi kepada tiga hakim tersebut agar.256 Ketiga hakim tersebut yakni
ketua majelis Herri Swantoro, Ibnu Prasetyo dan Nugroho Setiadji257

Dalam menyikapi rekomendasi Komisi Yudisial ini Herri Swantoro


sebagai Ketua Majelis yang menyidangkan perkaranyanya Antasari Az-
har meminta agar semua pihak mempelajari UU Komisi Yudisial dan UU
Kekuasan Kehakiman. “Ya kita kooperatif aja. Temen-teman wartawan

255 http://nasional.kompas.com/read/2011/08/10/19452681
256 http://portalkriminal.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1
4643:1417-soal-sanksi-hakim-kasus-antasari-ky-rekomendasi-ke-mk&catid=13:
meja-hijau&Itemid=9
257 http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=website.Berita.
Berita&id=5821
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
224 ANTASARI AZHAR

tolong pelajari ya pasal 22 Undang Undang KY, pasal 40 Undang Un-


dang Kekuasaan Kehakiman. Tolong pelajari aja itu,” terangnya.258

4. Rekomendasi Komis Yudisial yang diabaikan

Setelah melakukan kajian dengan cermat dan memakan waktu


yang cukup panjang, Komisi Yudisial menengarai dan menilai adanya
pelanggaran kode etik dan perilaku hakim. Ada juga pengabaian bukti
penting yang dilakukan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara
Antasari Azhar. Bukti yang diabaikan itu antara lain, keterangan ahli fo-
rensik, keterangan ahli balistik, dan ahli teknologi informasi.

Mahkamah Agung menolak rekomendasi Komisi Yudisial (KY)


terhadap majelis kasus Antasari Azhar agar untuk diberi sanksi skors-
ing enam bulan tidak boleh memegang perkara. Menurut Ketua Mah-
kamah Agung Harifin Tumpa “Sudah diputus kemarin (Senin 5/9) lewat
Rapim (Rapat Pimpinan), kami tolak rekomendasi KY”.259

Rekomendasi Komisi Yudisial terhadap hakim yang menangani


perkara Antasari Azhar, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi
dihasilkan atas pemilihan suara terbanyak. Sebab para komisioner Ko-
misi Yudisial itu berbeda pendapat soal hasil akhir pandangannya ter-
hadap kasus itu. Seperti dikatakan Wakil Ketua Komisi Yudisial, Imam
Anshori Saleh,260

“Biasalah kalau itu. Tidak hanya dalam kasus itu, banyak kasus
yang agak kompleks, agak lama dan masing-masing komisioner
mengajukan pandangannya seperti apa. Kalau bisa kesepakatan
mufakat, kalau tidak bisa ya, diputuskan secara suara terbanyak,”

Suparman Marzuki Komisioner KY Bidang Pengawasan Hakim


dan Investigasi menganggap bahwa penolakan terhadap hasil peneliti-

258 http://portalkriminal.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1
4643:1417-soal-sanksi-hakim-kasus-antasari-ky-rekomendasi-ke-mk&catid=13:
meja-hijau&Itemid=9
259 http://antaramataram.com/berita/index.php?rubrik=2&id=19135
260 http://iix.skalanews.com/baca/news/4/10/95746/kriminal/rekomendasi-ky-terha-
dap-hakim-antasari--didasarkan-voting.html
R EKOMENDASI K OMISI YUDISIAL 225

an Komisi Yudisial, akan menimbulkan persepsi bahwa hakim tidak bisa


dihukum sekalipun memanipulasi putusan. Bahkan dikatakan,261

“Satu-satunya pejabat negara yang tidak bisa dikenakan hukum


adalah hakim. Padahal, hakim itu memanipulasi hukum. Seharus-
nya diberikan sanksi,”

Dikatakan oleh Suparman Marzuki bahwa independensi hakim


itu pada saat hakim melaksanakan sidang perkara dan menjatuhkan
putusan. Tetapi bukan berarti putusan dan perilakunya tidak boleh di-
periksa oleh Komisi Yudisial,

“Rekomendasi KY ditujukan kepada hakimnya bukan bertujuan


untuk memperbaiki putusan. Kalau rekomendasi ditolak artinya
kebal hukum hakim itu,”.262

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Jimly Asshidiqie 263


juga mengkritik Mahmakah Agung yang mengabaikan rekomendari
dari Komisi Yudisial. Menurut pendapat Guru Besar Hukum Tata ne-
gara ini, seharusnya sesama pejabat negara saling menghormati
rekomendasi yang dibuat Komisi Yudisial atas ditemukannya pe-
langgaran kode etik yang dilakukan hakim yang mengadili perkara
Antasari Azhar. “Seharusnya Mahkamah Agung menghormati reko-
mendasi yang dibuat Komisi Yudisial suka ataupun tidak suka,”.

Bisa jadi ada perbedaan pesepsi antara Mahkamah Agung de-


ngan Komisi Yudisial dalam rekomendasi tersebut seperti dikatakan
oleh Prof. Jimly Asshidiqie, karena Mahkamah Agung berpandang-
an bahwa Komisi Yudisial ikut campur dalam proses peradilan Anta-
sari Azhar. Sementara pada pihak lain, Komisi Yudisial melihat per-
adilan yang berjalan hakim tidak obyektif dalam mepertimbangkan
keterangan saksi yang memberatkan atau saksi-saksi yang meng-
untungkan. Mengenai hal ini sesama lembaga negara harus saling
menghormati tugas dan fungsi masing-masing.

261 http://www.komhukum.com/kriminal-feed-10689
262 Loc.cit
263 http://beritahukum.com/detail_berita.php?judul=Kasus+Antasari+Cermin+Bobro
knya+Peradilan
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
226 ANTASARI AZHAR

Pengabaian rekomendasi Komisi Yudisial ini dilakukan berda-


sarkan keputusan Rapat Pimpinan, bukan berdasarkan hasil peme-
riksaan. Ini menunjukkan bahwa pimpinan Mahkamah Agung secara
sengaja mengabaikan akal sehat. Kalaulah memang ada iktikad baik
dan ada penghormatan terhadap tugas dan fungsinya, maka sangat
layak, kalau Mahkamah Agung memutus menolak rekomendasi dari
Komisi Yudisial dengan cara membentuk Majelis Kehormatan Hakim
dan memeriksa laporan pengaduan Antasari Azhar.

Setelah ada pemeriksaan yang layak dan kalau memang di-


anggap tidak terbukti, baru dilakukan penolakan terhadap reko-
mendasi Komisi Yudisial. Bukan cara dan menggunakan ilmu pokok-
nya, kami tolak.

Ada yang harus diingat oleh para pejabat dan pimpinan Mah-
kamah Agung, bahwa negara ini adalah milik bangsa Indonesia. Te-
gaknya hukum untuk kepentingan bangsa Indonesia, bukan untuk
memperkokoh jabatan.

❖❖❖
227

Bab 8
PENUTUP

Perkara Antasari Azhar ini, kalau dilihat sebagai perkara tidak


ada yang istimewa. Perkara Antasari Azhar ini menjadi istimewa, karena
melibatkan seorang Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi yang sedang
giat melakukan pemberantasan terhadap korupsi yang sedang marak.
Selain itu juga, karena ada anggapan dan spekulasi bahwa perkara An-
tasari Azhar ini berimpit dengan politik, terutama dengan Pemilu Legis-
latif dan Pemilu Presiden.

Kebenaran spekulasi ini tentu tidak mudah membuktikannya. Ke-


benaran terhadap spekulasi ini tentu tergantung dengan banyak fak-
tor, termasuk faktor keinginan pemerintah, terutama Presiden untuk
membuktikan bahwa perkara Antasari Azhar ini bukan perkara politik,
tetapi murni perkara kriminal, meskipun terlalu sulit untuk memperca-
yai asumsi itu.

Salah satu faktor yang menguntungkan bagi Antasari Azhar ada-


lah penemuan Komisi Yudisial yang mengindikasikan bahwa Majelis Ha-
kim yang mengadili Antasari Azhar dianggap terbukti melakukan pe-
langgaran terhadap kode etik. Butki adanya pelanggaran kode etik ini,
semakin menguatkan asumsi bahwa ada proses yang tidak beres dalam
proses perkara Antasari Azhar. Ketidak beresan ini sebenarnya dapat di-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
228 ANTASARI AZHAR

lihat dari kealpaan dalam menyita baju almarhum, pencekalan sebelum


ada penetapan sebagai tersangka, penetapan sebagai tersangka dan
penahanan pada hari pemeriksaan sebagai saksi dan pemeriksaan ver-
balisan di pengadilan sebelum semua saksi memberatkan diperiksa.

Arus balik dukungan keluarga almarhum Nasrudin Zulkarnaen,


masyarakat dan ketidak percayaan publik bahwa Antasari Azhar me-
merintahkan dan atau menganjurkan untuk melakukan pembunuhan
terhadap almarhum Nasrudin Zulkarnaen, bukan hanya menjadi berita
baik bagi Antasari Azhar. Namun akan meluruskan posisi keluarga An-
tasari Azhar dan Nasrudin Zulkarnaen, yang telah dipojokkan dengan
berita perseteruan almarhum Nasrudin Zulkarnaen dan Antasari Azhar
karena “memperebutkan” dan atau pelecehan seksual terhadap Rani Ju-
liani sebagai isteri siri almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Pada sisi yang lain arus balik dukungan masyarakat melalui me-
dia massa, maupun media sosial menunjukkan bukti bahwa manipulasi
dan rekayasa kasus itu tidak akan pernah bertahan lama. Cepat atau
lambat, bau amis rekayasa kasus itu akan terbuka, meskipun tetap ba-
nyak banyak orang yang menutup mata dengan jari terbuka.

Dugaan rekayasa dalam kasus pembunuhan Direktur Rajawali


Putra Banjaran yang melibatkan mantan Ketua KPK, Antasari Azhar
menunjukan bahwa ada pihak yang berkepentingan menghentikan se-
pak terjang Antasari Azhar dalam melakukan pemberantasan korupsi.
Dalam keterangannya kepada Pers anggota Dewan Pembina Partai Ger-
indra, Permadi selepas sidang PK Antasari Azhar di PN Jaksel, Jalan Am-
pera Raya, menyatakan,

“Penguasa sangat berkepentingan (untuk merekayasa kasus ini


dan membuat Antasari dipenjara). Ini karena pak Antasari buka
kasus IT KPU 2009 dan yang membuka kasus Bank Century,”

.........

“Saya kira sulit untuk bebas. Seperti yang saya katakan, banyak
PENUTUP 229

orang berkepentingan termasuk pak SBY. Kalau SBY tidak berke-


pentingan, dia sudah bebas sejak dulu,”264

Penolakan Permohonan Keninjauan Kembali perkara Antasari


Azhar ini ternyata tidak mengejutkan bagi Imam Anshori Sholeh, Wakil
Ketua Komisi Yudisial,265

“Putusan kasus Antasari Azhar, kata dia, Senin 13 Februari 2012,


pasti linier dengan penolakan Mahkamah Agung terhadap reko-
mendasi non palu kepada hakim yang menangani perkara Anta-
sari Azhar. Rekomendasi ini diusulkan Komisi Yudisial.

“Karena yang menandatangani waktu itu Pak Tumpa. Sekarang


majelis PK-nya juga diketuai oleh Pak Tumpa juga. Klop kan?”

Bukan itu saja yang terjadi, Mahkamah Agung juga mengabul-


kan permohonan dari advokat Henry Panggabean, Humala Simanjun-
tak, Lintong Siahaan dan Sarmanto Tambunan, yang menggugat kode
etik hakim. Mahkamah Agung-pun memutuskan untuk menghapus 8
kode etik hakim. Kode Etik yang digunakan oleh Komisi Yudisial untuk
memberikan rekomendasri bahwa para hakim yang menangani perkara
Antasari itu telah bersalah karena mengabaikan sejumlah fakta dalam
persidangan. Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang terdiri dari
Herri Swantoro, Prasetyo Ibnu Asmara, dan Nugroho Setiaji dinilai me-
langgar kode etik hakim point 10.4 yakni mengabaikan fakta pengadil-
an.

Kode etik hakim yang dicabut itu yakni266

8.1 Hakim berkewajiban mengetahui dan mendalami serta


melaksanakan tugas pokok sesuai dengan peraturan per-
undangan-undangan yang berlaku, khususnya hukum aca-

264 http://www.rakyatmerdekaonline.com/read/2011/09/06/38408/Permadi-Pesimis-
Antasari-Bisa-Bebas-
265 http://nasional.vivanews.com/news/read/287914-ky-sudah-prediksi-pk-antasari-
azhar-ditolak
266 http://nasional.vivanews.com/news/read/287721-kasus-antasari--ma-cabut-8-
kode-etik-ha
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
230 ANTASARI AZHAR

ra, agar dapat menerapkan hukum secara benar dan dapat


memenuhi rasa keadilan bagi setiap pencari keadilan.

8.2 Hakim harus menghormati hak-hak para pihak dalam proses


peradilan dan berusaha mewujudkan pemeriksaan perkara
secara sederhana, cepat dan biaya ringan.

8.3 Hakim harus membantu para pihak dan berusaha meng-


atasi segala hambatan dan rintangan untuk mewujudkan
peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8.4 Ketua Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk, harus men-


distribusikan perkara kepada Majelis Hakim secara adil dan
merata, serta menghindari pendistribusian perkara kepada
Hakim yang memiliki konflik kepentingan.

10.1 Hakim harus mengambil langkah-langkah untuk memeli-


hara dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kualitas pribadi untuk dapat melaksanakan tugas-tugas per-
adilan secara baik.

10.2 Hakim harus secara tekun melaksanakan tanggung jawab


administratif dan bekerja sama dengan para Hakim dan pe-
jabat pengadilan lain dalam menjalankan administrasi per-
adilan.

10.3 Hakim wajib mengutamakan tugas yudisialnya di atas ke-


giatan yang lain secara profesional.

10.4 Hakim wajib menghindari terjadinya kekeliruan dalam


membuat keputusan, atau mengabaikan fakta yang dapat
menjerat terdakwa atau para pihak atau dengan sengaja
membuat pertimbangan yang menguntungkan terdakwa
atau para pihak dalam mengadili suatu perkara yang dita-
nganinya.

Meskipun arus balik sangat kuat menduga bahwa perkara Antasa-


ri Azhar ini adalah perkara rekayasa tetapi ada lima orang Hakim Agung
PENUTUP 231

menolak Permohonan PK Antasari Azhar. Hakim Angung yang menolak


Permohonan PK Antasari Azhar ini adalah Harifin Andi Tumpa dengan
anggota Djoko Sarwoko, Komariah Emong Sapardjaja, Imron Anwari,
dan Hatta Ali. Sekedar informasi usia kelima Hakim Agung ini tahun ini
Harifin Andi Tumpa (70) dengan Jabatan Struktural Ketua Mahkamah
Agung; Djoko Sarwoko (70) Jabatan Struktural Ketua Muda Pidana; Ko-
mariah Emong Sapardjaja(69); Imron Anwari (67) Jabatan Struktural Ke-
tua Muda Peradilan Militer; dan Hatta Ali (62) Jabatan Struktural Ketua
Muda Pengawasan.

Tidak ada keraguan sedikitpun terhadap kepintaran dan peng-


alaman para Hakim Agung ini. Selain Hakim Agung, mereka adalah pe-
nyandang gelar Doktor dan Guru Besar di Fakultas Hukum seperti Ko-
mariah Emong Sapardjaja. Namun yang dipersoalkan adalah kecermat-
an mereka dalam membaca berkas perakara, mengingat berkas perkara
ini sangat tebal dan dokumennya tidak sedikit. Perkara ini berhubungan
dengan perkara orang-orang yang dianggap sebagai “penganjur” Sigid
Haryo Wibisono yang telah dihukum 15 tahun penjara, Wiliardi Wizar
12 tahun penjara, Jerry Hermawan Lo 5 tahun penjara, Eduardus Noe
Ndopo Mbete 17 tahun penjara, Hendrikus Kia Walen 17 tahun penjara.
Sedangkan yang dianggap terbukti sebagai pelaku pembunuhan ada-
lah Heri Santoso dengan hukuman 17 tahun penjara, Fransiskus Tadon
Kerans 17 tahun dan Daniel Daen Sabon 18 tahun penjara. Adapun
yang juga dihukum karena dianggap terbukti menjual senjata adalah
Teguh Minarno, Heriday Charles Yan dan Agus Santoso yang masing-
masing dihukum 1 (satu) tahun penjara.

Apalagi mengingat jabatan struktural yang mereka pegang, bah-


kan cukup sering kita baca di Surat Kabar, mengenai perjalanan mereka
keluar kota. Sungguh sangat tidak patut, kalau perkara seperti ini ha-
nya dipercayakan kepada para asisten untuk membacanya, kemudian
membuat resume perkara. Mekipun para asisten itu adalah hakim-ha-
kim yang telah memutus banyak perkara. Sebab dengan cara seperti
ini roh dari perkara itu tidak akan pernah ditangkap oleh Hakim Agung
yang memutus perkara.

Melihat runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap penegak-


an hukum, termasuk banyaknya tokoh masyarakat yang tidak percaya
bahwa Antasari Azhar bersalah, mungkin harus ada sumpah pemutus
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
232 ANTASARI AZHAR

seperti dalam perkara Perdata. Hakim dengan keyakinannya harus ber-


sumpah, bahwa putusan yang diputus adalah benar berdasarkan keya-
kinan setelah membaca perkara secara cermat. Jika hakim berbohong,
maka dia akan mendapat azab seketika dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dan jika orang dihukum bersalah yang berdusta, maka pada saat yang
sama Tuhan Yang Maha Kuasa akan menjatuhkan azabnya. Atau dalam
kepustakaan Islam yang lazim disebut mubahalah dilakukan di antara
dua pihak yang berselisih dan berbeda pendapat untuk mempertahan-
kan keyakinannya tentang satu masalah yang tidak memungkinkan
adanya saksi, pihak yang bertentangan pendapat tak akan menerima
karena tak sepaham dan masing-masingnya berdoa serta kepada Allah
SWT dengan sungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan laknat kepada
pihak yang zhalim atau berdusta diantara mereka.

❖❖❖
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR 233

INDEKS

AA sebagai aktor intelektual 58 AKBP Nico Afinta 28, 64


Abas Azhari 69 AKBP Nico Afinta, SIK, SH 64
Aboebakar Al Habsyi 63 AKP. Pinora 101
Abu Bakar Nataprawira 9, 66 AKP Joni 29, 101
Aceh 134, 136, 139, 202 AKP Supriyanto S.H 46
AC Manulang 62, 63, 213 aktor intelektual 16, 17, 57, 58,
Adnan Buyung Nasution 198 213
Agung Harsoyo 121, 122, 124, Alam Sutera 109
126, 127, 156, 178, 179, 181, alasan mencabut BAP 92
182, 210 alasan pengajuan PK 160
Agus Santoso 2, 231 Albertina Ho 206
ahli balistik dan forensik 113, 114, Aldo Agusdian, ST,MT 126, 127,
208 181
AHLI BIDANG IT 152 Alexandre Dumas 17
AHLI DI BIDANG TATA BAHASA Almahhum Nasrudin Zulkarnaen
152 Iskandar 23
Ahli IT dari ITB Dr. Ir. Agung almahrum Nasrudin 85
Harsoyo,DEA 121 Almarhum Nasrudin Zulkarnaen
Ahli Ruby Alamsyah 110 43, 45, 46, 88, 121, 127, 130,
Aiptu Sugianto, S.H 46 131, 139, 144, 178, 185, 217
AKBP Helmi Santika 29 almarhum Nasrudin Zulkarnaen
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
234 ANTASARI AZHAR

14, 21, 25, 30, 41, 43, 44, 48, 77, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92,
78, 79, 80, 87, 88, 89, 90, 91, 93, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100,
101, 104, 120, 130, 131, 138, 45, 100, 87, 32, 101, 100, 101,
139, 140, 141, 143, 144, 145, 102, 103, 104, 105, 106, 107,
146, 148, 151, 153, 154, 155, 109, 111, 114, 115, 116, 118,
156, 160, 161, 162, 170, 172, 119, 120, 121, 122, 123, 124,
173, 174, 175, 176, 177, 178, 126, 127, 129, 130, 132, 133,
181, 182, 183, 185, 188, 189, 139, 143, 146, 147, 148, 149,
190, 191, 208, 210, 211, 220, 150, 151, 152, 153, 154, 157,
228 158, 159, 160, 161, 163, 164,
almarhum Nasrudin Zulkarnaen 170, 171, 172, 173, 175, 177,
Iskandar 138, 155, 174, 189 178, 179, 180, 181, 182, 183,
Amri Kamil, BSc, SH 130 184, 185, 186, 187, 188, 189,
Amsi 117 190, 191, 193, 194, 195, 196,
analis politik Yudi Latief 11 197, 198, 199, 200, 201, 202,
ancaman dan teror 88 203, 204, 205, 206, 207, 209,
Ancol 19, 61, 89, 106, 107, 109 210, 211, 212, 213, 214, 215,
Andi Nurpati 11 216, 217, 218, 219, 220, 221,
Andi Syamsudin 18, 143, 161, 217 222, 223, 224, 225, 226, 227,
Andi Syamsudin Iskandar 18 228, 229, 230, 231, 232
ANDREAS BALTHAZAR 135, 136, apartremen Mediterania Kemayo-
138, 155 ran 212
Anggodo Widjojo 7 Apolos Djarabonga, S.H. 36
anggota DPRD 8 Arena Bowling Ancol 89
Anggota Komisi Pemberantasan Ari Yusuf Amir 206, 207
Korupsi (KPK) 44 Artha 206
Anggota Majelis Hakim Agung Asrama Polri Ulele Aceh 134, 138
Prof. Dr. Surya Jaya, S.H. Aulia Pohan 32, 63, 163
M.Hum 112, 113 Australia 29, 188, 255
Anies Sundarni SH 99 Avanza Silver 110, 191
Antasari Azhar 1, 2, 3, 4, 6, 10, 11,
12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, B
22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31,
32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, Badan Intelijen Negara 74
42, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 51, 52, Bali 50, 98, 216, 255
53, 54, 56, 57, 58, 59, 62, 63, 64, Bambang Hendarso Danuri 26
65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, Bambang Soesatyo 63
74, 75, 76, 77, 78, 79, 81, 82, 83, bangsa Indonesia 226
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR 235

Bank Century 5, 163, 228 KASUS 64


Bank Indonesia 12, 63, 255 Berita Acara Pengungkapan Kasus
Banten 42, 209 64
banyak orang berkepentingan Berita Acara Pengungkapan kasus
termasuk pak SBY 228 64
BAP 12, 16, 19, 20, 24, 25, 26, 33, Berita Acara Persidangan ke 11
35, 36, 39, 43, 44, 45, 46, 48, 49, 78, 105, 106
51, 52, 54, 55, 56, 78, 79, 92, 99, Berita Acara Persidangan ke 15
128, 153, 192, 196, 197, 198, 104, 106, 107, 108, 109, 222
199, 210, 219 Berita Acara Persidangan ke 20
BAP Antasari Azhar 26, 45 211
BAP Budi Ibrahim 153 Berita Acara persidangan ke 22 15
BAP Rani Juliani 12, 24, 43, 44, 46 Berita Acara Persidangan ke 23
BAP Sigid 19, 49, 54, 56, 198 100, 101, 104
BAP Sigid Haryo Wibisono 19, 49, Berita Acara Persidangan ke 6 13,
198 14, 19, 29, 104, 212, 220
BAP tertulis di kantor polisi 19 Berita Acara Persidangan ke 7 27,
BAP Wiliardi Wizar 20, 35, 36, 52, 28, 29, 54, 55, 100, 101, 102,
196 104, 106, 107, 109, 196, 197,
Batam 216 198, 220
Batu Ceper Kali Deres 60 Berita Acara Persidangan ke 8 30,
bencana Tsunami di Aceh. 134 102
berbau porno 82 Berita Acara Sidang 54
Berita Acara Pemeriksaan 12, 26, besan Presiden 12, 32, 63
33, 40, 42, 43, 44, 46, 79, 80, 93, besan Presiden Susilo Bambang
128, 130, 156, 192, 195, 207, Yudhoyono 63
221 Bibit. S Riyanto 32
Berita Acara Pemeriksaan (“BAP”) Bibit Samad Rianto 6, 7, 92, 202
12 BKO 28
berita acara pemeriksaan (BAP) BMW B 191 E warna silver 60
219 BMW No.Pol B 191 E 90
Berita Acara Pemeriksaan Rani Boyamin Saiman 76, 77, 78, 79,
Juliani 80 213
Berita Acara Pemeriksaan saksi BPK 157
156 Brigjen Bachtiar Tambunan 59
Berita Acara Pemeriksan Ter- Brigjen Pol Iriawan Dahlan 91
sangka 33 BRI KCP Menteng. 151
BERITA ACARA PENGUNGKAPAN Brimob Kelapa Dua 136
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
236 ANTASARI AZHAR

Briptu Suryaningrat 46 D
Budhi Herdi Susanto,SH,SIK,MSI
131 Dago Bandung 128
Budi Ibrahim 4, 38, 88, 105, 153, dakwaan perselingkuhan 86
180 Dakwaan vulgar 82
Bumi Serpong Damai 50 Dananya unlimited 15
Busyro Muqoddas 207 Daniel (penembak/eksekutor) 61
Daniel Daen Sabon 2, 90, 117,
C 118, 119, 120, 121, 141, 153,
172, 174, 175, 184, 185, 186,
‘Cicak kok melawan buaya’ 5 189, 221, 231
Call Detail Record (CDR) 126, 127, Daruono 19
181 Denny Indrayana 203
cara pembunuhan karakter 214 Denny Kailimang 200
Catatan atas pertimbangan Maje- Depkeu 8
lis Hakim PK 169 Detikcom 214
Catatan Kompas.com 58 Dewan Pembina Partai Gerindra
CDR 110 228
cerita James Bond 50 Dewan Perwakilan Rakyat 3, 26,
Chairul Anwar 25, 27, 28, 29, 30, 73, 80, 87
31, 50, 51, 88, 98, 100, 101, 106, Diameter kedua anak peluru terse-
150, 190, 198 but 9 (sembilan) milimeter 90
Chandra M. Hamzah 4, 6, 7, 32, 38, Dinas Ketua Pengadilan Negeri
180, 195, 196, 199, 200, 201 Jakarta Selatan 206
Chandra M Hamzah 92, 202 dinas Operasi Daurat Militer II
Chandra Tirta, S.H. 36 Aceh 134
cherchez La femme 17 Direktorat Reserse Kriminal Umum
Chesna F. Anwar 4 Polda Metro Jaya 33, 34
Cicak melawan Buaya 5, 6 Direktur di BUMN 81
Cilandak Town Square 61 Direktur Penindakan dan Penyi-
Cirus Sinaga 76, 81, 83, 84, 93, 94, dikan Ditjen Keimigrasian 66
95, 96, 97, 139 Direktur Penuntutan 73
cita-cita negara hukum Indonesia Direktur Penyidikan 72, 74
38 Direktur Perusahaan BUMN 96
copy Surat Nota Kesepahaman Direktur PT PRB Nasrudin Zulkar-
157 naen Iskandar 57
Direktur PT Putra Rajawali Banja-
ran 206, 209, 219
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR 237

Direktur PT Putra Rajawali Banja- Dr. Harifin A. Tumpa, SH.MH 163,


ran Nasrudin Zulkarnaen 65, 169, 180, 193
68 Dr. Ir. AGUNG HARSOYO, DEA 154
Direktur PT Rajawali Putra Banja- Dr. Ir. Agung Harsoyo,DEA 121,
ran 208 122, 124, 126, 127, 156, 178,
Direktur Putra Rajawali Banjaran 179, 181, 182
(PRB) Nasrudin Zulkarnaen 53 Dr. Mudzakir 143
Direktur Putra Rajawali Banjaran Dr. Yohannes Jacob PhD 36
Nasrudin Zulkarnaen 58 Dr AC Manulang 62
Direktur Reserse Kriminal Umum Drs. Chairul Anwar 27, 88
41 Drs. Maruli Simanjuntak 130, 131,
Direktur Reserse Polda Metro 54, 132, 138, 154, 162, 171, 211
55, 197 Drs. Wiliardi Wizar 88, 89, 115,
Direktur Reserse Polda Metro Jaya 116, 183
54, 197 due process of law 34
Direktur Sosial Politik Kejagung Dugaan Hakim Tidak bersikap
68 profesional 210
Dir I Keamanan Trans Nasional Dugaan pelanggaran 210
Bareskrim Mabes Polri 59 dugaan pelanggaran hakim Ko-
Dir Reskrimum Polda Metro Jaya misi Yudisial 210
59 dugaan pelanggaran kode etik
Dirut PRB 214 216
dissenting opinion (perbedaan
pendapat) 158, 206 E
Djoko Sarwoko 158, 159, 160, 163,
169, 231 Edo 21, 38, 42, 58, 60, 61, 62, 89,
Djoko Sarwoko, SH.MH 163, 169 102, 103, 104, 105, 106, 107,
Dokter Abdul Mun’im Idries 143 108, 109, 110, 113, 114, 115,
DPP Partai Demokrat 11 116, 117, 118, 119, 120, 152,
DPR 15, 24, 25, 44, 97, 162 157, 175, 183, 184, 185, 186,
Dr. Abdul Mun’in ldries, Sp.F. 164 187, 188, 189, 192, 193, 220,
Dr. Abdul Mun’im Idries 111, 113, 221, 222
130, 131, 132, 133, 138, 139, Eduardus Ndopo Mbete 21, 42,
144, 154, 155, 162, 171 61, 218
Dr. Abdul Mun’im Idries Sp.F 111 Eduardus Noe Ndopo Mbete 2,
Dr. Abdul Mun’im Indries 172 89, 102, 103, 104, 106, 107,
Dr. H. M. Hatta Ali, S.H., M.H. 163, 108, 109, 115, 116, 120, 152,
169, 180, 193 153, 183, 185, 186, 188, 189,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
238 ANTASARI AZHAR

193, 222, 231 G


eksekutor Nasrudin 218
eksekutor pembunuh almarhum Gamawan Fauzi 9
Nasrudin 42 Gedung MA 158
Eman Suparman 208 Golf bersama Nasrudin 123
Endang Muhamad Hasan 25 Golf Modern Land 45, 60, 215
Etza Imelda 78, 89, 121, 122, 123, Golf Pondok Indah 123
124, 125, 127, 128, 129, 154, Grand Mahakam 27, 47, 50, 62, 80,
177, 178 81, 83, 87, 94, 95, 97, 215
Etza Imelda Fitri, S.H 89 Guru Besar Hukum Pidana 176
Exhibit S-GSM off-air intercept Guru Besar Hukum Tata negara
157 225

F H

Fahmi Badoh 10 H. Herri Swantoro, S.H, M.H. 139


Fakta Sidang ke 10 128 H. Herri Swantoro, S.H. 99
fakta untuk menghilangkan teror H.M. Imron Anwari, S.H., Sp.N.
220 169, 180, 193
Fidelis 189 H.M. Imron Anwari, S.H., Sp.N.,
Flores 61, 105, 109 M.H. 169, 180, 193
Formalitas penyidikan yang tidak H.M. lmron Anwari, S.H., Sp.N.,
biasa 32 M.H. 163
foto bergambar Antasari dan Tika hakekat penegakan hukum 77
214 Hakim Agung 160
foto Nasrudin Zulkarnaen 88, 101 Hakim Agung Djoko Sarwoko 160
Fransiskus 62812133979801 111 Hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Fransiskus alias Amsi 60 Selatan 111, 229
Fransiskus Alias Ansidan 60 Halai Bowling Ancol 61
FRANSISKUS TADON KERANS 134, Hand Phone Direktur Reserse
136 Polda Metro 197
Fransiskus Tadon Kerans 2, 90, Harian Seputar Indonesia 8
117, 119, 231 Harifin Andi Tumpa 158, 231
Fransiskus Tadon Kerans alias Amsi Hasil Analisis Call Detail Record
90, 119, 120 126
Fransiskus Todan Kerans 117, 119, hasil penyadapan KPK 143, 146
184, 185, 186 hasil tabulasi nasional Pemilu 11
Hatta Ali 158, 163, 169, 180, 193,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR 239

231 Hotma Sitompul 64


Hatta Ali. 158 HP Almarhum diperiksa 130
Hedrikus 60 HP almarhum Nasrudin Zulkar-
Helmy Santika 28, 50, 106, 107 naen 78
Hendarman Supandji 69, 72, 84 hubungan sms 211
Hendrikus 157 Hukumonline 66
Hendrikus 6281383799099 111 Humala Simanjuntak 229
HENDRIKUS KIA WALEN 137
Hendrikus Kia Walen 2, 60, 103, I
115, 183, 192, 218, 231
Hendrikus Kiawalen 21, 42, 115, Ibnu Prasetyo 223
117, 118, 119, 120, 184, 185, Ibu Mufidah 85
186 Ibu Wapres Mufidah Jusuf Kalla 85
Henry Panggabean 229 ICR (Identity Character Recogna-
Heriday 2, 135, 137, 231 tion) 63
Heriday Charles Yan 2, 231 ICW 10, 215
Heri Santosa 57, 59, 60, 61, 117, Ida Laksmiwati isteri Antasari
118, 119, 120, 121, 153, 184, Azhar 86
185, 186 Imam Anshori Saleh 222, 224
Heri Santosa bin Rasdja alias Bagol Imam Anshori Sholeh 229
118, 120, 185 Imron Anwari 158, 169, 180, 193,
Heri Santoso 2, 58, 60, 90, 218, 231
231 Imron Anwari, S.H., Sp.N., M.H.
Herri Swantoro 93, 99, 139, 193, 169, 180, 193
206, 214, 223, 229 Ina Susanti 88, 105, 106, 153, 166,
HERRY SANTOSA 156 177, 180
Herry Santosa 62818749176 111 Indikasi korupsi 10
hilangnya empati dan simpati 214 Indonesia 1, 2, 8, 12, 37, 38, 39, 48,
Hotel BI Ancol 19 57, 62, 63, 65, 69, 71, 73, 74, 82,
Hotel di Kendari 23, 27, 88 83, 100, 112, 136, 157, 226, 255
Hotel Grand Mahakam 27, 50, 62, informasi KPK 177
80, 81, 83, 87, 94, 95, 215 information technology (IT) KPU
Hotel Gran Mahakam 14, 15 10
hotel Gran Mahakam 13 Inspektur Jenderal Abubakar
Hotel Kendari 24 Nataprawira 68
Hotel Mahakam 24, 26, 44, 45, 46, Inspektur Jenderal Polisi Abu Ba-
87 kar Nataprawira 9
Hotel Manhattan 28, 50, 51 Inspektur Jendral Drs. Hadiyat-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
240 ANTASARI AZHAR

moko, SH. 69 69, 72, 84


institusi Kejaksan Agung 73 Jaksa Agung Muda Intelijen 66, 68
Intelligent Character Recognition Jaksa Agung Muda Intelijen (Ja-
(ICR) 10 mintel) 66, 68
Irjen Hadiyatmoko 20 Jaksa Agung Muda Pidana Khusus
Irjen Pol. Hadiyatmoko 15, 16, 20, 6, 72, 73
99, 196 Jaksa Agung Muda Pidana Umum
Irjen Pol Abubakar Nataprawira (Jampidum) 69, 83
59 Jaksa Agung Rapublik Indonesia
Irjen Pol Hadiyatmoko 16, 53, 55, 74
91 Jaksa Agung Republik Indonesia
Irjen Pol Wahyono 57, 58, 67 69, 73
Isi sms 214 Jaksa Cirus Sinaga 95
isi SMS 78, 124, 125, 128 Jaksa Dedy Sukarno 128
isi SMS HP pak Nasrudin 128 Jaksa Pengedar Narkoba Ditahan
Istilah “melaksanakan tugas ne- 71
gara” 113 Jaksa Penuntut Umum 2, 33, 65,
istri ketiga Nasrudin 215 76, 83, 94, 95, 96, 99, 124, 126,
istri Nasrudin 213, 215 139, 212, 217
istri siri Nasrudin 62 Jaksa Penuntut Umum Antasari
IT (Information Technology) KPU Azhar 2
63 Jaksa Penuntut Umum Cirus
IT KPU 1, 10, 11, 12, 21, 63, 228 Sinaga 83, 96, 139
IWAN KURNIAWAN 25 jaksa Urip Tri Gunawan 72
izin Jaksa Agung 71 Jalan Ampera Raya 228
Jalan Hartono Raya Kompleks
J Modern Land 60
Jalan Hartono Raya Modernland
Jairus Saragih 46 Tangerang 222
Jakarta iii, iv, 8, 9, 12, 15, 24, 25, Jalan Jati Asih Bekasi 61
41, 44, 48, 49, 50, 51, 57, 59, 60, Jalan Pati Unus 35 Kebayoran Baru
61, 62, 65, 66, 68, 69, 70, 71, 73, 62
74, 78, 88, 91, 92, 98, 99, 100, jaminan cek 30, 151, 188
101, 111, 112, 120, 136, 147, Jamintel Wisnu Subroto 7
148, 149, 150, 158, 161, 185, Jasman Panjaitan 65, 66, 68, 69,
193, 197, 202, 205, 206, 209, 70
212, 213, 214, 219, 229, 255 Jeffrey Lumampouw, SH 121, 122,
Jaksa Agung Hendarman Supandji 124, 125, 127, 128, 129, 130,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR 241

177, 178 JURISMAN 44


Jeffrey Lumampow, SH 154 juru bicara Depdagri Saut Situmo-
Jeffry Lumampouw 77, 78, 89 rang 8
Jeffry Lumampouw, S.H. 89
Jerry 2, 38, 58, 61, 89, 102, 103, K
104, 105, 106, 107, 108, 109,
114, 115, 116, 118, 119, 184, Kabareskrim 5, 6, 16, 53
207, 220, 231 Kabareskrim Polri Komjen Pol
Jerry Hermawan Lo 2, 89, 102, Susno Duaji 5
103, 104, 105, 106, 108, 109, kabar perselingkuhan 87
115, 116, 118, 119, 184, 231 Kadiv Humas Mabes Polri 59
Jl. Casablanca 28, 50 Kadiv Propam Mabes Polri 59
Jl. Hartono Raya Modern Land 89 kamar 803 13, 14, 15, 94
Jl. MH. Thamrin Jakarta Pusat 136 kamar 808 215
Jl. Pati Umus No.35 49 kamar 808 Hotel Grand Mahakam
Jl. Pati Unus No.35 88 215
Jl. Pati Unus No. 35 Kebayoran Kantor Polisi Kendari 24
Baru 101 kapal laut Silimau 61
Jl Ampera 91, 92 Kapolda 57, 58, 59, 67, 212
Jl Latuharhari, Menteng, Jakarta Kapolda Metro Jaya 57, 58, 67,
Pusat 197 212
Jl Sultan Hasanudin 69 Kapolres Jakarta Selatan 51, 92
John iv Kapolri 3, 4, 5, 16, 26, 27, 28, 29,
Johni Sembiring dkk 42 31, 50, 51, 56, 88, 89, 91, 98,
JUDEX FACTI 155, 156 100, 101, 102, 103, 190
Judex Facti 112, 113, 114, 115, KAPOLRI MELAKUKAN PENYADAP-
116, 117, 118, 120, 122, 123, AN 179
124, 125, 126, 127, 128, 131, Kapuspen Kejagung RI 65, 70
132, 133, 147, 148, 149, 150, Kapuspenkum Kejaksaan Agung
151, 154, 155, 156, 164, 165, 39
166, 167, 168, 170, 175, 180, Kasat Serse Jakarta Selatan 25
182, 183, 185, 187, 188, 190, kasus Antasari 86
191, 192, 193, 222 kasus Antasari Azhar 2, 15, 19, 21,
Judex Facti PN Jakarta Selatan 70, 71, 224, 229
147 Kasus Antasari terkait politik 62
Judex Juris 147, 148, 149, 150, kasus Bank Century 163, 228
151, 164, 165, 166, 167, 168, kasus IT KPU 2009 228
175, 182, 191 kasus IT pemilu 163
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
242 ANTASARI AZHAR

Kasus pembunuhan 2, 17 Kepaniteraan Mahkamah Konsti-


kasus pembunuhan Direktur Raja- tusi 199
wali Putra Banjaran 228 Kepemimpinan Antasari Azhar di
kasus pembunuhan Nasrudin 21, KPK 72
42, 57, 67, 68, 91, 212, 219 Kepolisian Republik Indonesia 39
kasus Urip Tri Gunawan 72 keputusan rapat pleno Komisi
kata-kata yang vulgar 81 Yudisial 208
kawasan Semanggi 212 kesan seolah-olah ada “perseling-
keberadaan Fransiskus 60 kuhan” 213
Kejagung 65, 69, 70, 71 kesimpulan Majelis Hakim 166,
Kejaksaan 6, 39, 40, 65, 66, 67, 68, 181
69, 70, 71, 72, 73, 74, 79, 84, kesimpulan tolak PK 159
216 KETERANGAN RANI JULIANI 43
Kekhilafan Hakim 146 KETERANGAN SIGID HARYO WIBI-
Kelapa Dua 219 SONO 48
keluarga Nasrudin 77, 213 keterlibatan Antasari Azhar 53,
Kemal Sofyan 83 91, 129, 130, 199
kemarahan Nasrudin 23 Ketua Komisi Pemberantasan Ko-
Kemas Yahya Rachman 74 rupsi 1, 2, 32, 38, 62, 66, 69, 72,
Kemas Yahya Rahman 72 73, 74, 77, 80, 97, 217, 224, 227
kemelut rumah tangga Antasari Ketua Komisi Pemberantasan
86 Korupsi (“KPK”) 1
kendaraan Avanza B 8870 NP 60 Ketua KPK 2, 8, 12, 15, 17, 31, 46,
Kendari 23, 24, 25, 26, 27, 88, 122 48, 50, 51, 63, 65, 68, 70, 73, 74,
Kepala Departemen Balistik Meta- 77, 78, 94, 95, 96, 97, 98, 123,
lurgi Forensik, Pusat Laborato- 125, 202, 203, 210, 215, 228
rium Forensik. 130 Ketua Mahkamah Konstitusi Prof.
Kepala Divisi Hubungan Masyara- Jimly Asshidiqie 163
kat Markas Besar Polri 9 ketua majelis hakim Heri Swan-
Kepala Divisi Humas Mabes Polri toro 93
66, 68 Ketua Majelis Hakim Herri Swan-
Kepala Pusat Penerangan dan toro 214
Hukum Kejaksaan Agung 65, Ketua Majelis Hakim perkara Anta-
66, 68, 70 sari Azhar 206
Kepala Pusat Penerangan Hukum Ketua Pengadilan Negeri Jakarta
(Kapuspenkum) 71 Selatan 99, 206
Kepala Pusat Penerangan Hukum Ketua Tim “penyelidik” 31
Kejaksaan Agung 69 kinerja KPK 2
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR 243

kisah perselingkuhan 214 224, 227


Kitab Undang-undang Hukum Komisi Pemberantasan Korupsi
Acara Pidana 39 (KPK) 9, 11, 44, 66, 69, 97, 158,
Komariah Emong Sapardjaja 231 217
Komariah E Sapardjaya 158 Komisi Pemberantasan Tindak
Kombes Chairil Anwar 51 Pidana Korupsi 199, 200
Kombes Chairul Anwar 50, 51 Komisi Penyiaran Indonesia 82, 83
Kombes Drs. Mochamad Iriawan, Komisi Yudisial 205, 206, 207, 208,
SH.MM,MH. 69 209, 210, 211, 217, 222, 223,
Kombes M Iriawan 92 224, 225, 226, 227, 229
Kombes Oegroseno 59 Komisi Yudisial (KY) 217
Kombes Pol. Drs. Chairul Anwar Komjen Susno Duadji 5, 16
88 Komnas HAM 197
Kombes Pol. Mohamad Irawan Kompas 56, 58, 62, 63, 65, 66, 67,
197 70, 74, 208, 212, 218
Kombes Pol. Mohamad Iriawan 55 Kompleks Kehakiman 206
Kombes Pol Drs. Wiliardi Wizar 88, Kompol Arif Setiawan 128, 130
89 Kompol Helmy Santika 28, 50
Kombes Pol M Iriawan 91 Kompol Irwan Kurniawan 29
Kombes Wiliardi Wizar 16, 20, 21, Kompol Pinota 29
108, 109, 150 Koordinator staf pribadi Kapolri
Komisaris Besar Chairul Anwar 98 31
Komisaris Besar M Iriawan 41, 59 korban Nasrudin Zulkarnaen 148
Komisaris Besar Polisi Wiliardi Korupsi di PT. RNI 78
Wizar 16 KPI Bimo Nugroho Sekundatmo
Komisaris PT Pers Indonesia Mer- 83
deka (PIM) Sigid Haryo Wibis- KPK 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12,
nono 57 15, 17, 21, 22, 31, 32, 44, 46, 48,
Komisi III Dewan Perwakilan 50, 51, 62, 63, 64, 65, 66, 68, 69,
Rakyat 73 70, 71, 72, 73, 74, 77, 78, 94, 95,
Komisioner Komisi Yudisial 209 96, 97, 98, 105, 106, 107, 123,
komisioner Komisi Yudisial 224 125, 143, 146, 153, 158, 166,
komisioner Komnas HAM Jhonny 177, 195, 199, 200, 201, 202,
Nelson Simanjuntak 197 203, 204, 210, 213, 215, 216,
Komisi Pemberantasan Korupsi 1, 217, 222, 228
2, 5, 9, 11, 32, 37, 38, 44, 62, 63, KPUD Kota/Kabupaten 10
66, 69, 71, 72, 73, 74, 77, 78, Kredibilitas Antasri 67
80, 97, 158, 177, 194, 201, 217, KTP 19
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
244 ANTASARI AZHAR

Kuasa Hukum Antasari Azhar 200 193, 223, 224, 225, 226, 229,
KUHAP 33, 34, 35, 37, 70, 76, 112, 231
125, 130, 148, 158, 164, 165, Mahkamah Konstitusi 7, 163, 195,
166, 168, 170, 175, 180, 181, 196, 199, 200, 201, 202, 203,
206, 212 204, 225
KY Soekotjo Soeprapto 207 Mahkamah Konstitusi mengabai-
kan permohonan Antasari
L Azhar 196
Majalah Tempo 5, 160, 206
Lampiran Keputusan Presiden Majelis Hakim Agung 112, 113,
Republik Indonesia 71 173, 176, 179, 180, 191, 193
lapangan parkir Citos 61 Majelis Hakim Peninjauan Kembali
laporan Polisi 88 160, 163, 169, 183
Lembaga Pemasyarakatan 209 Majelis Hakim peninjauan kembali
Les Mohicans De Paris, Michel 171, 172, 186, 189, 190, 191
Levy Freres 17 majelis hakim PN Selatan 91
LHKPN 216 Majelis Kehormatan Hakim 223
Lintong Siahaan 229 Majelis Kehormatan Hakim (MKH)
luka tembak ”jarak jauh” 90 223
Makassar 23, 217
M Malinkundang 67
mantan caddy 215
“menangkap basah” 2 Mantan Dirkrimum Polda Metro
“MENGANJURKAN (PENGANJUR Jaya 92
PARA PENGANJUR)” 115 mantan Gubernur DKI Jakarta
“MENGANJURKAN PEMBUNUHAN Sutiyoso 9
BERENCANA” 111 mantan Kapolres Jaksel 218
M. Agus 30 Mantan Ketua Mahkamah Konsti-
M. Assegaf 206 tusi Prof. Jimly Asshidiqie 225
M. Busyro Muqoddas 205, 208 Mapolda Metro Jaya 57
M. Jasin 8, 216 Maqdir Ismail iii, iv, v, 200, 206,
M. Jasman Panjaitan 65, 66, 68, 69 207, 255
M. Salim 72, 74 Mardiyanto 8
Mabes Polri 4, 6, 53, 59, 60, 65, 66, Markas Besar Polri 5, 9
68, 69, 70, 91, 106, 107, 145, Markas Brimob 219
162, 171 Markas Kepolisian Daerah Metro
Mahkamah Agung 21, 100, 112, Jaya 41
147, 158, 161, 163, 169, 180, martabat Antasari Azhar 84, 85,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR 245

172, 189, 212 menghilangkan nyawa Nasrudin


Marwan Efendi 73 198
Marwan Effendy 6 menghilangkan nyawa orang lain
masalah IT KPU 11 terpenuhi. 111
masalah narkoba 107, 113 Menjebak Antasari 12
masalah SMS 128 menolak Permohonan PK Antasari
Masaro 6 Azhar 231
Masaro Radiokom Anggoro Wid- Menteng Atas 57, 59
jojo 6 Menteri Dalam Negeri 8, 9
Max Diaz Riberu iv Menteri Hukum dan Hak Asasi
mayat almarhum sudah dima- Manusia 203
nipulasi 144 Menteri Kehakiman Patrialis Akbar
Media Massa 97 202
media online 38, 57, 77, 85 menyimpulkan SMS 129
Mediterania Bulevard Kemayoran merekayasa kasus 228
19 merusak citra KPK 213
Mega Putra Ratya 197 Microsoft Outlook Inbox 157
Mega Simarmata 4, 157 Mina 17
Melakukan atau Turut Serta Me- M Iriawan 92
lakukan 149, 150 mobil BMW B-191-E 222
melakukan JEBAKAN 14 mobil BMW B 191 E 110
melakukan pelanggaran terhadap mobil BMW No. Pol. B 191 E 165
kode etik 227 mobil Nasruddin 145
melakukan perbuatan pelecehan mobil Nasrudin 59
seksual (asusila) 98 Modernland 87
melanggar kode etik hakim 229 Mohammad Jafar Hafsah 10
melihat SMS 129 Monsieur Jackal 17
membaca Penijauan Kembali 143 motivasi pembunuhan Nasrudin
memori Peninjauan Kembali 176 16
menahan Aulia Pohan 163 motor Yamaha Scorpio 57, 59, 60,
menarik dua perwira kepolisian 90
216 Muchdor 66
mencocokkan SMS 129 MUHAMMAD AGUS 49
Mendagri 8, 9 Muhammad Agus 49
MENGADILI 169 Muhammad Assegaf 207
menggugat kode etik hakim 229 musnahnya apresiasi dan atensi
menghapus 8 kode etik hakim masyarakat 214
229 Mustafa Abdullah 207
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
246 ANTASARI AZHAR

N O

Nasruddin Zulkarnain 32, 33, 209, oleh Kasat Reserse Polda Metro
217 Jaya tentang tulisan 133
Nasrudin roboh 110, 170, 191
Nasrudin Zulkarnaen 12, 13, 14, P
16, 17, 18, 20, 21, 23, 25, 30, 38,
39, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 49, P16 70
53, 57, 58, 60, 63, 65, 67, 68, 70, Padang Golf Modern Land Tange-
76, 77, 78, 79, 80, 87, 88, 89, 90, rang 215
91, 92, 93, 97, 101, 104, 105, Pak Dibyo 46, 48
110, 111, 113, 115, 117, 118, Pak Francis 48
119, 120, 121, 126, 127, 130, Pak Sidik 46
131, 138, 139, 140, 141, 143, Panitera Supyantoro SH 99
144, 145, 146, 148, 149, 150, Panther merah 157
151, 152, 153, 154, 155, 156, Parmin 110, 157, 191, 192, 221,
158, 160, 161, 162, 170, 172, 222
173, 174, 175, 176, 177, 178, Partai Demokrat 10, 11
180, 181, 182, 183, 184, 185, Pasal 116 ayat (2) KUHAP 130
186, 188, 189, 190, 191, 195, Patrialis Akbar 202, 203
196, 198, 199, 208, 210, 211, Pedoman Perilaku Hakim 206
217, 218, 219, 220, 222, 223, pegawai KPK Ina Susanti 153
228 pejabat DKI Jakarta 9
Nasrudin Zulkarnaen Pejabat Kejaksaan Agung 66, 72
62811978245 111 pejabat Polri 9
Nasrudin Zulkarnen 21, 42 Pelabuhan Tanjung Priok 61
Novarina 16, 20, 91 pelaku utama pembunuhan Nas-
Novum 144, 164, 169 rudin 56
novum 143, 144, 159, 160, 165, pelanggaran kode etik 37, 207,
175 208, 209, 216, 222, 223, 224,
Nugroho Setiadji 99, 223 225, 227
Nugroho Setiadji, S.H 99 Pelanggaran Kode Etik oleh Hakim
Nugroho Setiaji 229 205
Ny. Novarina 16 pelanggaran perilaku dan kode
nyawa Nasrudin Zulkarnaen 20, etik 210
113, 198 pelanggaran profesionalitas 209
peluru caliber point 38 131, 132
pemberian insentif pemungutan
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR 247

pajak 9 Penesehat Hukum Terdakwa 72


pemberitaan Surat Kabar 57 Pengabaian rekomendasi Komisi
pembuktian perkara a quo 165 Yudisial 226
pembunuhan almarhum Nasrudin pengacara Antasari Azhar 207
Zulkarnaen 41, 48, 91 Pengadilan Negeri (PN) Jakarta
PEMBUNUHAN KARAKTER 75 Selatan 91
Pembunuhan karakter Antasari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Azhar 45 12, 41, 92, 99, 100, 111, 112,
pembunuhan Nasrudin Zulkar- 149, 158, 161, 205, 206, 209,
naen 17, 39, 42, 48, 60, 67, 91, 229
199 Pengadilan Negeri Tangerang 41,
pemeriksaan Call Detail Records 42, 116, 117, 120, 185
(CDR) 210 pengajuan PK 160, 163
pemeriksaan Heri Santosa 61 pengakuan Hendrikus 60, 61
Pemeriksaan Penyelesaian Kewa- Pengakuan Wiliardi 52
jiban Pemegang Saham (PKPS) pengamat intelijen 62
157 pengawas Internal KPK 216
Pemilihan Umum 10, 63 pengemudi Yamaha Scorpio 57
Pemilu Legislatif 227 pengiriman SMS 127
Pemilu Presiden 227 pengujian Antasari 195
Pemohon Peninjauan Kembali Pengungkapan Kasus Pembunuh-
164 an Nasrudin 57
Pemohon Peninjauan Kembali/ pengusaha di Batam 216
Terpidana 169 pengusutan kasus Antasari Azhar
Pemohon PK (Terdakwa) 148 71
Pemprov DKI Jakarta 9 PENINJAUAN KEMBALI 143
Penasehat Hukum 16, 20, 21, 33, Peninjauan Kembali 3, 18, 140,
34, 35, 37, 39, 42, 43, 99, 129, 143, 144, 146, 158, 160, 146,
139, 192, 195, 196, 198, 200, 161, 162, 163, 164, 168, 169,
205, 206 170, 171, 172, 176, 183
Penasehat Hukum Antasari 16, 20, Peninjauan Kembali (“PK”) 18
21, 33, 42, 129, 139, 200, 205, Peninjauan Kembali Perkara Anta-
206 sari Azahar 144
pencalonan Ketua KPK 73 penolakan Mahkamah Agung 229
PENCEKALAN ANTASARI AZHAR Penolakan Permohonan Kenin-
65 jauan Kembali 229
Pendapat Majelis Hakim 162, 171 penolakan PK 160
penemuan Komisi Yudisial 227 penyadapan pejabat tinggi Polri 8
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
248 ANTASARI AZHAR

Penyadapan petinggi Polri 3 perkara korupsi 21


penyadapan yang dilakukan oleh perkara Urip Tri Gunawan 72
KAPOLRI 179 Permadi 162, 163, 228, 229
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN Permohonan Antasari Azhar 200,
23 201
Penyidik Ajun Komisarsi Polisi permohonan Antasari Azhar 160
Tahan Marpaung 64 Permohonan Bibit S. Rianto -
Penyidik Polda Metro Jaya 3, 71 Chandra M. Hamzah 199
penyusunan Surat Dakwaan 82 permohonan Peninjauan Kembali
peran Jaksa Penuntut Umum 217 146
Perbuatan Antasari Azhar, S.H., persoalan itu jangan di-blow-up
MH 90 214
perbuatan Pemohon PK ( Terpi- pers sebagai ujung tombak pe-
dana) 148 nyiksa 87
perilaku hakim 208 Pertamina 8
Perintah Kapolri 27 pertemuan Wiliardi dengan Edo
perintah lisan Kapolri 51 61
perkara Antasari 1, 4, 10, 11, 16, Pertimbangan Majelis Hakim 221
17, 19, 20, 21, 29, 32, 33, 34, 37, pertimbangan Majelis hakim 222
40, 50, 51, 52, 63, 74, 76, 78, Pertimbangan Majelis Hakim PK
90, 93, 100, 101, 102, 104, 112, 179
115, 120, 121, 143, 160, 170, Perumahan Bumi Serpong Damai
172, 183, 186, 187, 190, 192, 49
206, 207, 208, 209, 210, 211, Perumahan Permata Buana 61
224, 225, 227, 229, 230 Perumusan Surat Dakwaan 85
Perkara Antasari Azhar 15, 28, 35, pesan singkat (SMS) 210
36, 104, 105, 106, 107, 227 petinggi polisi marah 3
perkara Antasari Azhar 1, 4, 10, petinggi Polri 3, 4, 198
11, 16, 17, 19, 20, 29, 33, 34, 37, petugas Metro 18
40, 50, 51, 52, 63, 74, 76, 90, 93, Pihak Kepolisian 128
100, 101, 102, 104, 115, 120, pimpinan KPK 216
121, 143, 160, 170, 172, 183, pimpinan Mahkamah Agung 226
186, 190, 206, 209, 210, 211, PINORA 25
224, 225, 227, 229, 230 Pleidooi Penasehat Hukum Anta-
perkara a quo 147, 165, 167, 174, sari Azhar 16, 21, 129
175, 182 PLTN Terapung 134, 138
perkara aquo SMS 114 PN Tangerang 21, 42
Perkara Bibit dan Chandra 38 Polda 1, 3, 18, 19, 21, 33, 34, 41,
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR 249

42, 54, 55, 59, 67, 69, 71, 92, PROSES PENYIDIKAN 32
121, 128, 129, 133, 197, 198, proses peradilan Antasari Azhar
212, 218 225
Polda Metro Jaya 1, 3, 18, 21, 33, proses perkara Antasari Azhar 227
34, 41, 42, 54, 59, 67, 69, 71, 92, proses presumption of innocence
121, 128, 133, 197, 212, 218 41
Polisi 7, 9, 16, 19, 24, 37, 41, 46, 51, proyek pembangunan Plaza Indo-
57, 58, 60, 61, 64, 86, 88, 107, nesia 136
130, 131, 134, 135, 137, 138, PT. Graha Artha Citra Mandiri 157
139, 161, 212 PT. Rajawali Nusantara Indonesia
Polisi Kendari 24 157
Polisi Mabes 24 PT. RNI 78, 216
Politikus Partai Golkar 63 PT. Ronggolawe 87
Politisi PKS 63 PT Aneka Tambang 216
Polri 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 37, 49, 51, 53, PT Bank Bali 216
55, 59, 60, 65, 66, 68, 69, 70, 90, PT RNI 78, 216
91, 93, 106, 107, 134, 138, 145, PT Ronggolawe 216
162, 171, 179, 196, 198, 213 pucuk pimpinan Kejaksaan Agung
Pondok Indah 123 74
Prasetyo Ibnu Asmara 99, 229 pusat tabulasi KPU 10
Prasetyo Ibnu Asmara, S.H 99 Puslabfor Mabes Polri 145, 162,
Presiden 7, 12, 15, 24, 25, 26, 32, 171
44, 62, 63, 71, 80, 97, 200, 203, PUTUSAN JUDEX FACTI 152, 153,
227 154
Presiden Susilo Bambang Yudho- Putusan Judex Facti 115, 116, 117,
yono 62, 63 118, 120, 122, 123, 124, 125,
prinsip profesionalitas 208 132, 133, 170, 183, 185, 187,
Print Out Email 157 188, 191, 193, 222
Prof. Dr. Komariah E. Sapardjaja, Putusan Judex Juris 150
SH., H.M 163, 169, 180, 193 Putusan Mahkamah Agung 112
Prof. Dr. Surya Jaya, S.H. M.Hum putusan Mahkamah Agung 21
112, 113 Putusan Mahkamah Agung
Prof. Eman Suparman 205, 208 Republik Indonesia No. 1429
Prof. Jimly Asshidiqie 163, 225 K/Pid/2010, tanggal 21 Sep-
Prof. Moh. Mahfud MD 200 tember 2010 112
Prof. Moh Mahfud MD 203 PUTUSAN MAHKAMAH KONSTI-
profesionalitas penegak hukum TUSI 195
197 putusan majelis hakim 207
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
250 ANTASARI AZHAR

putusan MK itu tidak bersifat rekomendasi Komisi Yudisial 224


rektroaktif 202 Rekomendasi Komis Yudisial yang
PUTUSAN PELAKU PEMBUNUHAN diabaikan 224
(EKSEKUTOR) 152 Rekomendasi KY 225
PUTUSAN PENGADILAN 99 rekomendasi non palu 229
Putusan Pengadilan Negeri 100, Republika Online 69
111, 147, 149 retribusi daerah 9
Putusan Pengadilan Negeri Ja- Revolver S&W special 0.38 160,
karta Selatan 100, 111, 149 170
putusan Pengadilan Negeri Jakar- Roy Harianto 162, 171
ta Selatan Nomor: 1532/PID. Roy Hariyanto 172
B/2009/PN.JKT. SEL 112 Roy Haryanto 130, 131, 132, 133,
putusan Peninjauan Kembali 171 138, 154, 211
putusan PK 159 RS Gatot Subroto 111
Putusan PN Jakarta Selatan 148, RS Harapan Kita 47
149, 150 RS Mayapada Tangerang 110
Putusan PN Jakarta Selatan. 148 Ruby Alamsyah 110, 111
Ruby Zukri Alamsyah 211
R Rumah Makan Sari Kuring 19
Rumah Sakit Cipto Mangunku-
“rekayasa” kasus 214 sumo (RSCM) 145
Rahardjo 215 Rusdi Mathari 15
Rani Juliani 12, 13, 14, 15, 18, 19,
23, 24, 25, 26, 38, 39, 41, 43, 44, S
45, 87, 46, 48, 79, 80, 81, 83, 84,
85, 87, 88, 94, 95, 96, 97, 101, “SIAP MENGAMANKAN” 49
121, 122, 125, 126, 127, 128, S&W 0.38 special 211
149, 161, 177, 178, 212, 213, saksi ahli IT dan forensik 64
215, 216, 218, 228 saksi baca SMS 123
Rapat pimpinan Kejaksaan Agung SAKSI MUHAMMAD NUH AL AZ-
72 HAR 152
Raw CDR 126 Saksi Perkara Antasari Azhar 35,
reformasi institusional 7 36
rekayasa dalam kasus pembunuh- saksi Sarwin 59
an Nasruddin Zulkarnain 217 Saksi Wiliardi Wizar 148
rekomendasi ke MA 223 Sarmanto Tambunan 229
REKOMENDASI KOMISI YUDISIAL satu unit mobil AVANZA 135
205 satu unit mobil AVANZA warna sil-
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR 251

ver No.Pol B 8870 NP 135, 137 skenario untuk mengkerdilkan


Saut Situmorang 8, 74 KPK 199
SBY 63, 229 SMS 13, 54, 55, 77, 78, 87, 89, 92,
SEI 60 98, 110, 114, 121, 122, 123,
Sei Lela 90 124, 125, 126, 127, 128, 129,
Semarang 48, 82 130, 146, 154, 160, 166, 177,
senjata api caliber 0,38 tipe S & 178, 179, 181, 182, 197, 198,
W. 90 210, 211
senjata api jenis Revolver Cal.38 SMS Ancaman 121
134 SMS Incoming 126, 127, 154, 181,
senjata api jenis Revolver S & W 182
Cal. 38 135, 137 Solo 213
senjata revolver special 38 130, sosialisasi pemilu 10
133, 138, 154, 155 Staf Ahli Kapolri 91
senjata S & W caliber 0,38 130, status Antasari 58, 67, 68
138 Steven Adam 42
seorang Caddie 45 Suhadi 158, 159
seorang caddy 87 Suhardi Alius 4, 31, 198
sepeda motor Scorpio 110, 192, Suhardi Alius Korspri Kapolri 4
222 Suparman Marzuki 208, 209, 224,
sepeda motor Yamaha Scorpio No. 225
Pol B 6862 SNY 90 Suparman Marzuki Komisioner
SESPATI Polri 51 KY Bidang Pengawasan Hakim
Setiabudi 57, 59 dan Investigasi 224
Setyo Wahyudi 30, 102, 109, 151 Suparmin 90, 110, 174, 176, 177
Sigid Harto Wibisono 59 SURAT DAKWAAN 75
Sigid Haryo Wibisono 1, 16, 19, 23, Surat Dakwaan 32, 48, 75, 76, 81,
25, 26, 28, 29, 30, 35, 36, 37, 39, 82, 83, 84, 85, 87, 94, 100, 212,
42, 48, 49, 50, 52, 62, 64, 67, 88, 217, 221
97, 98, 100, 101, 102, 103, 104, SURAT DAKWAAN VULGAR 79
105, 107, 109, 115, 116, 118, Surat Dakwaan yang paling vulgar
119, 120, 127, 149, 151, 152, 48
154, 157, 160, 183, 184, 185, Surat Kabar 38, 42, 57, 65, 73, 231,
186, 187, 188, 189, 190, 191, 255
196, 197, 198, 215, 218, 219, Surat Perintah Dimulainya Penyi-
220, 231 dikan (SPDP) 6, 69
Singapura 216 Surat Perintah Penahanan 67
SK di BUMN 13 Surat Perintah Penyelidikan 9
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
252 ANTASARI AZHAR

Surat Perintah Penyitaan 131, 139 jaran, Nasrudin Zulkarnain 69


Surat Tuntutan 93, 94 Tersangka kasus pembunuhan
Suryadi 19 Nasrudin 219
Susno Duadji 4, 5, 15, 16, 53 Tersangka TEGUH MINARTO 138
syarat formal dan materiil 76 The Mohicans of Paris 17
The Untouchable: Salim Bersau-
T dara. 157
tidak ada catatan adanya SMS
“tuduhan” saksi 129 balasan 126
“TURUT SERTA MENGANJURKAN tidak menemukan SMS 124
PEMBUNUHAN BERENCANA” tidak tercatat SMS 126
111, 112 Tika 213, 214
Tabulasi Nasional KPU 11 Tim Advokasi Keluarga Nasrudin
tahanan Polda Metro Jaya 218 76
Tahun Baru 2009 50 TIM CHAIRUL ANWAR 26
Taman Ubud Lippo Karawaci 61 Tim Chairul Anwar 29, 30, 190
Tangerang 21, 24, 41, 42, 43, 48, Tim Labfor Mabes Polri 59
49, 60, 61, 65, 70, 89, 107, 110, Tim Motivasi Mencari Kesalahan
116, 117, 120, 185, 209, 215, Antasari 15
222 Timor 109, 157, 193, 222
Taufiqurrahman Syahuri 208, 209 Tim Penasehat Hukum Antasari
Tebet 60 Azhar 33, 42, 205, 206
Teguh Minarno 2, 231 Tim Penyidik 33
TEGUH MINARTO 134, 138, 155 Toyota Avanza No. Pol B 8870 NP
teknologi informasi tabulasi nasio- 90
nal 10 Triyono Lukmantoro 82
telepon Nokia E-90 123 Trunojoyo 5
Tempo 4, 5, 74, 160, 206, 219 Tsunami 134, 136, 138, 139
Terdakwa Antasari Azhar 93, 95, tubuh Nasrudin 60
100, 101, 103, 105, 127, 206, tugas negara menghabisi orang
217, 218, 221 89
Terdakwa Antasari Azhar, S.H.,M. Tuntutan hukuman mati 93
H, 93 Tuti 47
Terdakwa Edo dkk 113
teror SMS 98 U
tersangka Antasari Azhar 67
tersangka kasus pembunuhan uang sebesar Rp 400 juta 60
Direktur PT Putra Rajawali Ban- uji balistik Labfor Mabes Polri 60
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR 253

Undang-Undang KPK 6 moko 15, 20, 196


Undang-undang Lalulintas 3 Wakabareskrim Irjen Pol Hadiyat-
UNDANG–UNDANG REPUBLIK moko 16, 53, 55, 91
INDONESIA NOMOR 16 TAHUN Wakil Ketua KPK Bidang Pence-
2004 TENTANG KEJAKSAAN gahan M Jasin 8
REPUBLIK INDONESIA 71 Wakil Koordinator Badan Pekerja
Undang Undang Kekuasaan Ke- ICW Fahmi Badoh 10
hakiman 224 Wartawan JPNN.com 145
Universitas Diponegoro Semarang wartawan Koran Jakarta 15
82 web server 127, 154
unsur “Melakukan Atau Turut Widi Atmoko, S.H 199
Serta Melakukan” 100 Widodo Harjoprawito 143, 145,
unsur “Menghilangkan Nyawa 162, 171
Orang lain” 110 WILIARDI MENARIK PENGAKUAN
Unus Testis Nullus Testis 149, 150 DI BAP 51
Urip Tri GUnawan 72 Wiliardi Wizar 2, 16, 20, 21, 23, 29,
Urip Tri Gunawan 71, 72, 74 30, 31, 32, 35, 36, 37, 49, 51, 52,
Urus Testis Nulus Testis 83 53, 54, 55, 56, 57, 61, 88, 89, 91,
UU Kejaksaan 70 92, 93, 99, 101, 102, 103, 104,
UU Kekuasan Kehakiman 223 105, 106, 107, 108, 109, 115,
UU Komisi Pemberantasan Ko- 116, 118, 119, 120, 148, 149,
rupsi 32 150, 151, 153, 160, 175, 183,
UU Komisi Yudisial 223 184, 185, 186, 187, 188, 189,
UU KPK 195 190, 191, 193, 195, 196, 197,
198, 199, 218, 219, 220, 221,
V 231
Williardi Wizar 35, 36, 37, 52, 91,
Visum Et Repertum 164 101, 219
Visum et Repertum 90, 111, 140 Wisnu Subroto 7, 66, 68
visum et repertum 172
Visum et Repertum Dr. Mun’im Y
Idries 140
YUDI 49, 101
W
Z
Wakabareskrim 15, 16, 20, 21, 53,
55, 91, 196 Zainal Arifin 207
Wakabareskrim Irjen Pol. Hadiyat- Zulhelmi 129
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
254 ANTASARI AZHAR
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
ANTASARI AZHAR 255

Riwayat Hidup
Penulis

Maqdir Ismail, Lahir di Baturaja, 18 Agustus 1954.


Mendapat gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Uni-
versitas Islam Indonesia (1979). LL.M dari School of Law the
University of Western Australia (1999). Memperoleh gelar
Doktor Ilmu Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indo-
nesia (2005). Memulai karir sebagai praktisi hukum ketika
bergabung sebagai Pembela Umum Lembaga Bantuan
Hukum Jakarta (1980). Menjadi staf pengajar pada Fakul-
tas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia di Jakarta sejak
tahun 2001. Menulis Buku, Bank Indonesia dalam Perde-
batan Politik dan Hukum (2009); Bank Indonesia : Indepen-
densi, Akuntabilitas dan Transparansi (2007/; Pengantar
Praktik Arbitrase (2007), Bank Bali, Perkara Hukum atau
Politik? (1999) dan menulis artikel di Surat Kabar, Majalah
dan Jurnal.

Email : maqdir@gmail.com
K EPUTUSAN S ESAT PERKARA
256 ANTASARI AZHAR

Anda mungkin juga menyukai