Abstract:
This study aims to determine and analyze the legal consequences of
Testimonium de Auditu in Decision Number 1310/Pid.Sus/2021/PN.MKS and
to identify and analyze the strength of evidence and the tendency of judges in
determining the position of Testimonium de Auditu in Decision Number
1310/Pid. Sus/2021/PN.MKS. This research uses empirical normative
method.The results of the study indicate that law enforcement officers are
obliged to consider the expansion of meaning in accordance with the
Constitutional Court Decision Number 65/PUU-VIII/2010 in finding the
material truth of a criminal event as well as the strength of proof and the
position of Testimonium de Auditu in a criminal case is determined based on
the relevance of proving it to the case in question. currently receiving in this
case case number 1310/Pid.Sus/2021/PN.MKS. For law enforcement officers to
consider expanding the meaning of witnesses according to the Constitutional
Court Decision Number 65/PUU-VIII/2010 in identifying the material truth in
a case and identifying factors that determine the strength of evidence and the
tendency of judges in determining the position of Testimonium de Auditu in
criminal cases.
Keywords: Testimonium de Auditu; Constitutional Court Decision Number
65/PUU-VIII/2010.
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui dan menganalisa
bagaimana akibat hukum Testimonium de Auditu dalam Putusan Nomor
1310/Pid.Sus/2021/PN.MKS serta untuk mengetahui dan menganalisa
kekuatan pembuktian dan kecenderungan hakim dalam menentukan
kedudukan Testimonium de Auditu pada Putusan Nomor
1310/Pid.Sus/2021/PN.MKS. Penelitian ini menggunakan metode normatif-
empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aparat penegak hukum wajib
mempertimbangkan perluasan makna saksi sesuai Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 65/PUU-VIII/2010 dalam mencari kebenaran materiil suatu
peristiwa pidana serta kekuatan pembuktian dan kedudukan Testimonium de
Auditu pada perkara pidana ditentukan berdasarkan relevansi kesaksiannya
terhadap perkara yang sedang diproses dalam hal ini perkara nomor
1310/Pid.Sus/2021/PN.MKS. Kepada aparat penegak hukum agar
mempertimbangkan perluasan makna saksi sesuai Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 65/PUU-VIII/2010 dalam mengidentifikasi kebenaran
materiil pada suatu perkara sertamengidentifikasi faktor-faktor yang
menentukan kekuatan pembuktian dan kecenderungan hakim dalam
menentukan kedudukan Testimonium de Auditu pada perkara pidana.
Lisensi CC BY-4.0
1
Qawanin, Vol. 1, No. 1 (Agustus 2020)
PENDAHULUAN
Namun perlu diketahui bahwa tidak semua keterangan saksi memiliki nilai
sebagai alat bukti yang sah. Sebagaimana Pasal 1 angka 27 KUHAP menyebutkan
bahwa: “Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri.”.
Perihal saksi yang tidak mendengar sendiri, melihat sendiri, atau mengalami
sendiri kejadian tersebut, dalam hukum pidana dikenal seb agai saksi de auditu
dimana kesaksian yang disampaikan di muka persidangan oleh saksi diperoleh dari
informasi yang didapatkan dari orang lain.
Menurut Yahya Harahap, Keterangan saksi di luar apa yang didengarnya sendiri
dalam peristiwa pidana yang terjadi atau di luar yang dilihat atau dialaminya dalam
peristiwa pidana yang terjadi, keterangan yang diberikan di luar pendengaran,
penglihatan, atau pengalaman sendiri mengenai suatu peristiwa pidana yang terjadi,
“tidak dapat dijadikan dan dinilai sebagai alat bukti”.
2
Judul Jurnal 3 suku kata…
Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa “arti penting saksi bukan terletak pada
apakah dia melihat, mendengar atau mengalami sendiri suatu peristiwa pidana,
melainkan pada relevansi kesaksiannya dengan perkara pidana yang sedang diproses”
Berdasarkan hal tersebut, suatu pertanyaan besar terkait akibat hukum serta
kekuatan pembuktian dan kecenderungan hakim dalam menentukan kedudukan
Testimonium de Auditu pada perkara pidana dalam hal ini putusan nomor
1310/Pid.Sus/2021/PN.MKS.
METODE
3
Qawanin, Vol. 1, No. 1 (Agustus 2020)
VIII/2010 khususnya Testimonium de Auditu Pada Perkara Pidana yang ada kaitannya dengan
pembahasan penelitian ini serta penelitian lapangan yakni penelitian yang dilakukan
dengan mendatangi lokasi penelitian untuk mengumpulkan data melalui wawancara
dengan Ketua Majelis Hakim perkara nomor 1310/Pid.Sus/2021/PN.MKS pada
Pengadilan Negeri Makassar Kelas IA Khusus. Metode analisis data yang digunakan adalah
metode kualitatif dimana data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis selanjutnya
dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah.
HASIL
Putusan bersifat final dan mengikat menurut penjelasan Pasal 10 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi dijelaskan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi
langsung memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada upaya
hukum yang dapat ditempuh. Sifat final dalam putusan Mahkamah Konstitusi dalam
undang-undang ini mencakup pula kekuatan hukum mengikat.
1
Steven Suprantio, (2014) Daya Ikat Putusan Mahkamah Konstitusi tentang “testimonium de auditu”
dalam Peradilan Pidana, Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 1, hlm 40
4
Judul Jurnal 3 suku kata…
Perluasan makna alat bukti keterangan saksi yang dijabarkan pada Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor: 65/PUU-VIII/2010 dilakukan setelah adanya permohonan
pengujian Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang
diajukan oleh Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra pada tahun 2010 atas kasus tindak pidana
korupsi “Biaya Akses Fee dan Biaya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Sistem
Administrasi Badan Hukum Departemen Hukum dan HAM RI”.2
Aparat penegak hukum dalam memeriksa, menuntut dan mengadili suatu perkara
pidana selalu berdasarkan hukum yang belaku, sehingga implikasi yuridisnya adalah
aparat penegak hukum wajib mempertimbangkan perluasan makna saksi sesuai Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-VIII/2010 dalam mencari kebenaran materiil
suatu peristiwa pidana.
2
Namira Delima, (2019), Analisis Yuridis Kekuatan Pembuktian Keterangan Saksi Testimonium de
Auditu Pasca Lahirnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-VIII/2010, Jurnal Fakultas Hukum
Universtitas Riau Vol. 6 No. 1, hlm 10.
5
Qawanin, Vol. 1, No. 1 (Agustus 2020)
Dalam tindak pidana asusila sangat sulit menemukan saksi sesuai kriteria Pasal 1
angka 26 dan 27 KUHAP yakni saksi yang melihat, mendengarkan dan mengalami
langsung peristiwa pidana tersebut, sehingga Testimonium de Auditu dapat digunakan
sebagai alat bukti
saksi karena sudah memiliki landasan yuridis yang jelas yakni Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 65/PUU-VIII/2010.4
3
Nurmala Gita Sari, Panitera Pengganti, Pengadilan Negeri Makassar, tanggal 14 Maret 2022.
4
Faisal A. Taqwa, Hakim, Pengadilan Negeri Makassar, tanggal 9 Februari 2022.
5
Vhivy Arida Bayangkara, Penasihat Hukum, Pengadilan Negeri Makassar, tanggal 11 Maret 2022.
6
Judul Jurnal 3 suku kata…
sebagai saksi ialah karena keterangan-keterangan para saksi de Auditu dapat membentuk
suatu rangkaian kesaksian yang relevan satu sama lain.6 Hal ini selaras dengan
pernyataan Mahkamah Konstitusi pada Putusan Mahkamah Konstitusi a quo bahwa arti
penting saksi bukan terletak apakah dia melihat, mendengar, atau mengalami sendiri
suatu peristiwa tindak pidana, melainkan pada relevansi kesaksiannya dengan perkara
pidana yang sedang diproses.
Apabila merujuk pada Pasal 184 KUHAP derajat kekuatan pembuktian tiap-tiap
alat bukti telah disusun secara sistematis, di mana alat bukti saksi berada di urutan
pertama. Karena Testimonium de Auditu dalam perkara nomor
1310/Pid.Sus/2021/PN.MKS memiliki kedudukan yang setara dengan saksi, sehingga
kekuatan pembuktiannya lebih tinggi daripada bukti petunjuk.7
UNGKAPAN TERIMAKASIH
Bersyukur kepada Allah SWT atas ridha yang diberikan kepada saya untuk
menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih kepada Mama, Emme, Fira dan Almarhum
Bapak yang telah memberi dukungan dan kasih sayang hingga saya mampu
menyelesaikan penelitian ini. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Bapak
Hasbuddin Khalid dan Bapak Muhammad Ilyas atas kritik dan saran yang diberikan
terhadap penelitian ini. Terimakasi pula kepada teman-teman yang penulis tidak bisa
6
Faisal A. Taqwa, Hakim, Pengadilan Negeri Makassar, tanggal 9 Februari 2022.
7
Faisal A. Taqwa, Hakim, Pengadilan Negeri Makassar, tanggal 9 Februari 2022.
7
Qawanin, Vol. 1, No. 1 (Agustus 2020)
REFERENSI
Suprantio, Steven. 2014. ‘Daya Ikat Putusan Mahkamah Konstitusi tentang “testimonium
de auditu” dalam Peradilan Pidana’ dalam Jurnal Yudisial, 7(1), hlm 34-52)