Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. VII/No.

5 /Jul/2018

SISTEM PEMBUKTIAN DAN ALAT BUKTI pidana benar-benar terjadi dan bahwa
DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN terdakwalah yang bersalah melakukannya.3
2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN Jadi, harus ada sekurang-kurangnya 2 (dua) alat
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA bukti dan adanya keyakinan Hakim. Dua alat
PENCUCIAN UANG1 bukti ini, yang merupakan jumlah yang paling
Oleh : Moh. Fajry Mokodompit2 kurang/paling sedikit, harus datang dari pihak
Dosen Pembimbing: Jaksa Penuntut Umum. Dalam Pasal 66 KUHAP
Dr. Wempie Jh. Kumendong, SH., MH ditegaskan bahwa tersangka atau terdakwa
Robert N. Warong, SH., MH tidak dibebani kewajiban pembuktian.4
Tetapi dalam Pasal 77 Undang-Undang
ABSTRAK Nomor 8 Tahun 2010 ditentukan bahwa, untuk
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan,
mengetahui bagaimana pengaturan sistem terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta
pembuktian terhadap tindak pidana pencucian Kekayaannya bukan merupakan hasil tindak
uang menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun pidana. Ini merupakan ketentuan khusus
2010 dan bagaimana pengaturan alat bukti berkenaan dengan sistem pembuktian dalam
menurut Pasal 73 Undang-Undang Nomor 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 terhadap
Tahun 2010. Dengan menggunakan metode ketentuan umum dalam Pasal 183 juncto Pasal
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. 66 KUHAP.
Pengaturan sistem pembuktian terhadap tindak Demikian juga mengenai alat bukti, yang
pidana pencucian uang Undang-Undang Nomor dalam Pasal 184 ayat (1) dikatakan bahwa alat
8 Tahun 2010 yaitu undang-undang ini memiliki bukti yang sah ialah:
ketentuan khusus dalam Pasal 77 yang a. keterangan saksi;
menentukan terdakwa wajib membuktikan b. keterangan ahli;
bahwa harta kekayaannya bukan merupakan c. surat;
hasil tindak pidana, tetapi Undang-Undang d. petunjuk;
Nomor 8 Tahun 2010 tidak memiliki pasal yang e. keterangan terdakwa.
mengatur konsekuensi hukum dalam hal Dalam Pasal 73 Undang-Undang Nomor 8
terdakwa dapat atau tidak dapat Tahun 2010 dikatakan bahwa, alat bukti yang
membuktikannya. 2. Pengaturan alat bukti sah dalam pembuktian tindak pidana pencucian
menurut Pasal 73 Undang-Undang Nomor 8 uang ialah:
Tahun 2010 sudah lebih luas dari pada alat a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam
bukti menurut Pasal 183 ayat (1) KUHAP, di Hukum Acara Pidana; dan/atau
mana alat bukti dalam Pasal 73 sudah b. alat bukti lain berupa informasi yang
ditambahkan dengan informasi elektronik dan diucapkan, dikirimkan, diterima, atau
dokumen elektronik (Pasal 73 huruf b). disimpan secara elektronik dengan alat
Kata kunci: Sistem Pembuktian, Alat Bukti, optik atau alat yang serupa optik dan
Pencegahan dan Pemberantasan, Tindak Dokumen.
Pidana, Pencucian Uang. Rumusan tersebut menunjukkan ketentuan
Pasal 73 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
PENDAHULUAN mengenai alat-alat bukti merupakan ketentuan
A. Latar Belakang khusus terhadap Pasal 184 ayat (1) KUHAP yang
Sitem pembuktian dalam Kitab Undang- merupakan ketentuan umm tentang alat-alat
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) bertolak bukti dalam hukum acara pidana.
dari Pasal 183 yang menentukan bahwa, Hakim Dalam kenyataan, ketentuan-ketentuan
tidak boleh menjatuhkan pidana kepada khusus tersebut digunakan oleh Penyidik, Jaksa
seorang kecuali apabila dengan sekurang- Penuntut Umum, dan Hakim dalamrangka
kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia
1
Artikel Skripsi Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Republik Indonesia Nomor 3209).
4
110711477 Ibid.

119
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

pembuktian tindak pidana pencucian uang. dilakukan dengan cara meneliti terhadap bahan
Ketentuan-ketentuan khusus tersebut telah pustaka (library research).
menimbulkan pertanyaan tentang
efektivitasnya dalam praktek peradilan, yaitu PEMBAHASAN
apakah ketentuan-ketentuan khusus itu dapat A. Sistem Pembuktian menurut Undang-
diterapkan dengan tanpa permasalahan yuridis. Undang Nomor 8 Tahun 2010
Hal ini perlu mendapatkan pembahasan, sebab Hukum acara pidana merupakan “sarana
jika ketentuan-ketentuan tersebut secara untuk terwujudnya hukum pidana material”,6
yuridis sukar diterapkan maka ketentuan- atau yang menurut Lilik Mulyadi, dengan
ketentuan itu tidak ada manfaatnya diadakan, mengutip S.M. Amin, adalah “kumpulan
sehingga perlu dilakukan perubahan ketentuan-ketentuan dengan tujuan
terhadapnya sehingga pada akhirnya dapat memberikan pedoman dalam usaha mencari
diterapkan sesuai dengan tujuan pembuatan kebenaan dan keadilan bila terjadi perkosaan
ketentuan-ketentuan tersebut. atas sesuatu ketentuan hukum dalam hukum
Uraian sebelumnya menunjukkan adanya materiil, berarti memberikan kepada hukum
urgensi untuk dilakukannya penelitian dan acara ini, suatu hubungan yang meng’ábdi’
pembahasan terhadap sistem pembuktian dan terhadap hukum materiil”.7 Contohnya jika
alat bukti dalam Undang-Undang Nomor 8 ditemukan sesosok mayat yang diduga
Tahun 2010 sehingga karenanya dalam rangka merupakan korban pembunuhan, maka salah
kewajiban penulisan skripsi, pokok ini telah satu pasal hukum pidana material yang
dipilih untuk dibahas di bawah judul “Sistem mungkin diberlakukan yaitu Pasal 340 Kitab
Pembuktian Dan Alat Bukti dalam Undang- Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang
Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang menentukan barang siapa dengan sengaja dan
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana dengan rencana terlebih dahulu merampas
Pencucian Uang”. nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan rencana, dengan pidan
B. Rumusan Masalah amati atau pidanapenjara seumur hidup atau
1. Bagaimana pengaturan sistem selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun.8
pembuktian terhadap tindak pidana Tetapi untuk dapat menerapkan Pasal 340
pencucian uang menurut Undang- KUHP ini diperlukan sejumlah peraturan yang
Undang Nomor 8 Tahun 2010? lain lagi, yaitu peraturan-peraturan tentang
2. Bagaimana pengaturan alat bukti siapa yang berwenang untuk
menurut Pasal 73 Undang-Undang menyidik,menuntut, dan mengadili, bagaimana
Nomor 8 Tahun 2010? caranya untuk membuktikan ada orang
tertentu yang melakukan pembunuhan,
C. Metode Penelitian bagaimana tata caranya melakukan peradilan,
Penelitian yang dilakukan untuk penulisan dan sebagainya.
skripsi ini merupakan penelitian hukum Salah satu bagian yang penting dalam
normatif, yaitu merupakan jenis penelitian hukum acara pidana yaitu berkenaan dengan
yang menitik beratkan pada hukum sebagai pembuktian. Peraturan-peraturan tentang
seperangkat norma (kaidah). Soerjono pembuktian ini membentuk suatu sistem
Soekanto dan Sri Mamudji menjelaskan bahwa, pembuktian. KUHAP merupakan kodifikasi
“Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara hukum acara pidana nasional yang mengatur
meneliti bahan pustaka atau data sekunder
belaka, dapat dinamakan penelitian hukum
normatif atau penelitian hukum kepustakaan”.5 6
C. Djisman Samosir, Segenggam tentang Hukum Acara
Dengand emikian, menurut Soekanto dan Pidana, Nuansa Aulia, Bandung, 2013, hlm. 2
7
Mamudji, penelitian hukum normatif itu Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Indonesia. Susatu
merupakan suatu jenis penelitian yang Tinjauan Khusus terhadap: Surat Dakwaan, Eksepsi, dan
Putusan Peradilan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hlm.
6
5 8
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Naional
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.16, Rajawali Pers, (BPHN), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Sinar
Jakarta, 2014, hlm. 13-14. harapan, Jakarta, 1983, hlm. 135.

120
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

acara pidana yang berlakusecara umum di hasil tindak pidana”,10 Selanjutnya, dalam
Indonesia. bagian Penjelasan Pasalnya diberikan
Pasal pokok sistem pembuktian dalam keterangan bahwa, “Pasal ini berisi ketentuan
KUHAP yaitu Pasal 183 KUHAP, di mana bahwa terdakwa diberi kesempatan untuk
ditentukan bahwa Hakim tidak boleh membuktikan Harta Kekayaannya bukan
menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali berasal dari tindak pidana. Ketentuan ini
apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat dikenal sebagai asas pembuktian terbalik”.11
bukti yang sah ia memperoleh keyakinan Hubungan antara Pasal 183 juncto Pasal 66
bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi KUHAP dengan Pasal 77 Undang-Undang
dan bahwa terdakwalah yang bersalah Nomor 8 Tahun 2010 merupakan hubungan
melakukannya.9 Sedangkan dalam bagian antara ketentuan umum (lex generalis) dan
bagian Penjelasan Pasal diberikan keterangan ketentuan khusus (lex specialis). Pasal 183
bahwa Ketentuan ini adalah untuk menjamin juncto Pasal 66 KUHAP merupakan ketentuan
tegaknya kebenaran, keadilan dan kepastian umum (lex generalis) sedangkan Pasal 77
hukum bagi seorang. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
Pasal 183 KUHAP ini, sebagaimana telah merupakan ketentuan khusus (lex specialis).
dikemukakan sebelumnya, sebenarnya Dalam pemeriksaan tindak pidana pencucian
hanyalah merupakan pasal pokok mengenai uang berlaku suatu asas hukum dalam bidang
sistem pembuktian. Di samping pasal pokok ini peraturan perundang-undangan, asas “lex
masih terdapat sejumlah pasal lainnya dalam specialis derogate legi generali, yaitu
KUHAP yang terkait erat dan bersama-sama ketentuan khusus mengesampingkan
12
membentuk suatu sistem pembuktian. Salah ketentuan umum”. Jadi, dalam pemeriksaan
satu pasal di antaranya adalah Pasal 66 KUHAP tindak pidana pencucian uang, ketentuan
yang menentukan bahwa tersangka atau khusus dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor
terdakwa tidak dibebani kewajiban 8 Tahun 2010 yang akan berlaku, sedangkan
pembuktian. Dalam bagian Penjelasan untuk hal-hal yang tidak dikecualikan oleh Pasal
Pasalnya dikatakan bahwa ketentuan ini adalah 77 ini tetap berlaku ketentuan umum dalam
penjelmaan dari asas "praduga tak bersalah". KUHAP.
Pasal 77 Undang-Undang Nomor 8 Tahun Berkenaa dengan Pasal 77 Undang-Undang
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Nomor 8 Tahun 2010, setidak-tidaknya ada tiga
Tindak Pidana Pencucian Uang memberikan hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
ketentuan bahwa untuk kepentingan 1. Kewajiban membuktikan oleh terdakwa
pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor 8
wajib membuktikan bahwa Harta Kekayaannya Tahun 2010, hanya pembuktian bahwa harta
bukan merupakan hasil tindak pidana. Pada kekayaan terdakwa bukan berasal dari
bagian penjelasan pasal hanya dikatakan tindak pidana.
“cukup jelas”. Pasal 77 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Ketentuan seperti Pasal 77 Undang-Undang 2010 secara tegas menyatakan bahwa
Nomor 8 Tahun 2010 ini sudah juga dikenal kepada terdakwa dibebani kewajiban
dalam Undang-Undang Tindak Pidana pembuktian. Tetapi, penjelasan pasalnya
Pencucian Uang yang berlaku sebelumnya, hanya mengatakan “cukup jelas”, tidak lagi
yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 mengatakan bahwa di sini dianut asas
yang dalam Pasal 35 menentukan bahwa, pembuktian terbalik.
“Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang Menurut rumusan Pasal 77, kewajiban
pengadilan, terdakwa wajib membuktikan pembuktian yang dibebankan kepada
bahwa Harta Kekayaannya bukan merupakan terdakwa bukanlah tidak terbatas sehingga
10
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 30, Tambahan Lembaran
9
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum NegaraRepublik Indonesia Nomor 4191).
11
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Ibid.
12
Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Donald A. Rumokoy dan Frans Maramis, Pengantar Ilmu
Republik Indonesia Nomor 3209). Hukum, cet.3, Rajawali Pers, Jakarta, 2016, hlm. 147.

121
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

menyangkut semua hal. Kewajiban Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,


pembuktian yang dibebankan kepada sebagaimana yang telah dirubah dengan
terdakwa hanya dibatasi pada pembuktian Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001.
bahwa harta kekayaannya bukan berasal Dalam undang-undang pemberantasan
dari tindak pidana. tindak pidana korupsi ini diatur secara cukup
Jadi, Jaksa Penuntut Umum tetap dibebani rinci mengenai konsekuensi dari pasal yang
kewajiban pembuktiantentang perbuatan meletakkan beban pembuktian kepada
yang dilakukan oleh terdakwa. Contohnya terdakwa.
berkenaan dengan unsur-unsur tindak Pada Pasal 37 Undang-Undang Nomor 31
pidana pencucian uang Pasal 3, yaitu: Tahun 1999 sebelum dirubah dengan
1) Setiap Orang yang menempatkan, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
mentransfer, mengalihkan, ditentukan bahwa,
membelanjakan, membayarkan, (1) Terdakwa mempunyai hak untuk
menghibahkan, menitipkan, membawa membuktikan bahwa ia tidak
ke luar negeri, mengubah bentuk, melakukan tindak pidana korupsi.
menukarkan dengan mata uang atau (2) Dalam hal terdakwa dapat dibuktikan
surat berharga atau perbuatan lain bahwa ia tidak melakukan tindak
2) atas Harta Kekayaan yang diketahuinya pidana korupsi, maka keterangan
atau patut diduganya merupakan hasil tersebut dipergunakan sebagai hal yang
tindak pidana sebagaimana dimaksud menguntungkan baginya.
dalam Pasal 2 ayat (1) (3) Terdakwa wajib memberikan
3) dengan tujuan menyembunyikan atau keterangan tentang Seluruh harta
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan. bendanya dan harta benda istri atau
Di antara 3 (tiga) unsur tersebut kewajiban suami, anak, dan harta benda setiap
pembuktian oleh terdakwa hanya terletak orang atau korporasi yang diduga
berkenaan dengan unsur ke-2), yaitu unsur mempunyai hubungan dengan perkara
“atas Harta Kekayaan yang diketahuinya yang bersangkutan.
atau patut diduganya merupakan hasil (4) Dalam hal terdakwa tidak dapat
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam membuktikan tentang kekayaan yang
Pasal 2 ayat (1)”. Terdakwa wajib tidak seimbang dengan penghasilannya
membuktikan bahwa Harta Kekayaannya, atau sumber penambahan
yaitu Harta Kekayaan yang disebutkan Jaksa kekayaannya, maka keterangan
penuntut Umum dalam surat dakwaannya, tersebut dapat digunakan untuk
bukan merupakan hasil tindak pidana. memperkuat alat buktu yang sudah ada
2. Pasal 77 Undang-Undang Nomor 8 Tahun bahwa terdakwa telah melakukan
2010 tidak menentukan konsekuensi dari tindak pidana korupsi.
tidak dipenuhinya kewajiban dalam Pasal 77 (5) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud
tersebut. dalam ayat (1), ayat 92), dan 93) dan
Hal lainnya yang perlu mendapatkan ayat (4), penuntut umum tetap
perhatian, yaitu dalam Undang-Undang berkewajiban untuk membuktikan
Nomor 8 Tahun 2010 tidak ditentukan dakwaannya.13
konsekuensi lebih lanjut dari ketentuan Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
Pasal 77. Tidak ditentukan apakah 2001, Pasal 37 dipecah menjadi dua, yaitu
konsekuensinya jika terdakwa dapat menjadi Pasal 37 dan Pasal 37A. Pasal 37
membuktikan bahwa Harta Kekayaannya dirubah sehingga selengkapnya berbunyi,
bukan berasal dari tindak pidana dan (1) Terdakwa mempunyai hak untuk
sebaliknya juga apa konsekuensinya jika membuktikan bahwa ia tidak
terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa melakukan tindak pidana korupsi.
Harta Kekayaannya bukan berasal dari
tindak pidana. 13
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Berbeda halnya dengan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Republik Indoensia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874).

122
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

(2) Dalam hal terdakwa dapat Ketentuan-ketentuan dalam pasal Undang-


membuktikan bahwa ia tidak Undang Pemberantasan Tindak Pidana
melakukan tindak pidana korupsi, maka Korupsi tersebut tidak dapat diterapkan
pembuktian tersebut dipergunakan terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun
oleh pengadilan sebagai dasar untuk 2010 karena Undang-Undang
menyatakan bahwa dakwaan tidak Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
terbukti.14 merupakan hukum tindak pidana khusus
demikian juga Undang Nomor 8 Tahun 2010.
Sedangkan Pasal 37A menjadi berbunyi Dengan demikian, adalah perlu jika dalam
sebagai berikut ini, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
(1) Terdakwa wajib memberikan dimasukkan ketentuan-ketentuan yang
keterangan tentang seluruh harta merupakan konsekuensi hukum dari dapat
bendanya dan harta benda istri atau atau tidak dapatnya terdakwa membuktikan
suami, anak, dan harta benda setiap bahwa harta kekayaannya bukanmerupakan
orang atau korporasi yang diduga hasil tindak pidana.
mempunyai hubungan dengan perkara 3. Pasal 77 77 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
yang didakwakan. 2010 menunjukkan kecenderungan kepada
(2) Dalam hal terdakwa tidak dapat sistem inquisitoir atau model crime control
membuktikan tentang kekayaan yang model.
tidak seimbang dengan penghasilannya Walaupun demikian, kecenderungan pada
atau sumber penambahan sistem inquisitoir atau crime control model
kekayaannya, maka keterangan ini masih dapat diterima dalam sistem
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hukum pidana Indonesia sebab,
digunakan untuk memperkuat alat sebagaimana yang dikemukakan dalam
bukti yang sudah ada bahwa terdakwa bagian menimbang huruf a, tindak pidana
telah melakukan tindak pidana korupsi. Pencucian Uang tidak hanya mengancam
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud stabilitas perekonomian dan integritas
dalam ayat (1) dan ayat (2) merupakan sistem keuangan, tetapi juga dapat
tindak pidana atau perkara pokok membahayakan sendi-sendi kehidupan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Nomor 31 Tahun 1999 tentang 1945.
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dan Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 B. Alat Bukti Menurut Pasal 73 Undang-
Undang-undang ini, sehingga penuntut Undang Nomor 8 Tahun 2010
umum tetap berkewajiban untuk Pasal 73 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
membuktikan dakwaannya. 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang mengandung
Berbeda halnya dengan Undang-Undang ketentuan khusus berkenaan dengan alat bukti.
Nomor 8 Tahun 2010 yang tidak Pada pasal ini dutentukan bahwa alat bukti
memberikan ketentuan tentang konsekuensi yang sah dalam pembuktian tindak pidana
hukum dari dapat atau tidak dapatnya pencucian uang ialah:
terdakwa membuktikan bahwa harta a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam
kekayaannya bukan merupakan hasil tindak Hukum Acara Pidana; dan/atau
pidana. b. alat bukti lain berupa informasi yang
diucapkan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan secara elektronik dengan alat
14
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang optik atau alat yang serupa optik dan
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 19991
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
Dokumen.
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134,
TambahanLembaran Negara Republik Indoensia Nomor
4150).

123
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

Dua macam alat bukti Pasal 73 Undang- undang-undang tentang penggunaan


Undang Nomor 8 Tahun 2010 tersebut akan informasi elektronik yang berlaku umum di
dibahas satu persatu berikut ini. Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 11
1. Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Hukum Acara Pidana. Elektronik sebagaimana telah diubah
Alat bukti yang dimaksudkan dalam Pasal 73 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 (UU ITE).
2010, yaitu alat bukti sebagaimana Pengertian informasi elektronik, menurut
dimaksud dalam Hukum Acara Pidana, Pasal 1 angka 1 UU ITE, yaitu “Informasi
adalah alat-alat bukti menurut Pasal 184 Elektronik adalah satu atau sekumpulan
ayat (1) KUHAP. Dalam Pasal 184 ayat (1) data elektronik, termasuk tetapi tidak
KUHAP diberikan ketentuan bahwa alat terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
bukti yang sah ialah: rancangan, foto, electronic data interchange
a. keterangan saksi; (EDI), surat elektronik (electronic maill,
b. keterangan ahli; telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya,
c. surat; huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol,
d. petunjuk; atau perforasi yang telah diolah yang
e. keterangan terdakwa. memiliki arti atau dapat dipahami oleh
Pembuktian semua tindak pidana di orang yang mampu memahaminya”.15
Indonesia, memang seharusnya tunduk pada Untuk istilah “dokumen” yang digunakan
ketentuan alat-alat bukti dalam Pasal 184 dalam Pasal 73 huruf b Undang-Undang
ayat (1) KUHAP tersebut. Jadi, sekalipun Nomor 8 Tahun 2010 ada diberikan
misalnya tidak disebutkan dalam Undang- definisinya dalam Pasal 1 Undang-Undang
Undang Nomor 8 Tahun 2010, ketentuan Nomor 8 Tahun 2010. Menurut Pasal 1
umum tentang macam-macam alat bukti angka 16, Dokumen adalah data, rekaman,
yang sah dalam Pasal 184 ayat (1) ini akan atau informasi yang dapat dilihat, dibaca,
tetap berlaku untuk dakwaan tindak pidana dan/atau didengar, yang dapat dikeluarkan
pencucian uang. dengan atau tanpa bantuan suatu sarana,
2. Alat bukti lain berupa informasi yang baik yang tertuang di atas kertas atau benda
diucapkan, dikirimkan, diterima, atau fisik apa pun selain kertas maupun yang
disimpan secara elektronik dengan alat optik terekam secara elektronik, termasuk tetapi
atau alat yang serupa optik dan Dokumen. tidak terbatas pada:
Alat bukti berikutnya, menurut Pasal 73 a. tulisan, suara, atau gambar;
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, yaitu b. peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;
alat bukti lain berupa informasi yang c. huruf, tanda, angka, simbol, atau
diucapkan, dikirimkan, diterima, atau perforasi yang memiliki makna atau
disimpan secara elektronik dengan alat optik dapat dipahami oleh orang yang mampu
atau alat yang serupa optik dan Dokumen. membaca atau memahaminya.
Tidak ada penjelasan dalam penjelasan pasal Perluasan alat bukti berupa alat bukti
mengenai apa yang merupakan cakupan dari menurut Pasal 73 huruf b Undang-Undang
alat bukti ini. Pada bagian penjelasan pasal Nomor 8 Tahun 2010, dapat dikatakan
hanya dikatakan “cukup jelas” saja. didorong oleh perkembangan teknologi
Alat bukti berupa informasi elektronik ini informasi dan komunikasi sehingga sering
belum dimasukkan ke dalam KUHAP dimanfaatkan dalam modus operansi
karenanya tidak dapat mendasarkan pencucian uang yang banyak kali
pengertian informasi elektronik ini pada menggunakan cara transfer dana.
ketentuan-ketentuan dalam KUHAP. Tetapi,
untuk pengertian “informasi yang
15
diucapkan, dikirimkan, diterima, atau Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
disimpan secara elektronik dengan alat optik tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran
atau alat yang serupa optic” dapat negaNegaraublik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251,
digunakan pengertian-pengertian dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5952).

124
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

Dengan demikian, Undang-Undang Nomor 8 2. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun


Tahun 2010 tentang Pencegahan dan 2010 masih eprlu ditambahkan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian keterangan-keterangan lebih lanjut
Uang telah memberikan dasar yang cukup tentang teknis memperoleh dan
kuat dengan menerima adanya alat bukti mempergunakan alat bukti elektronik
berupa dokumen elektronik untuk oleh para penegak hukum dan
mencegah dan memberantas tindak pidana masyarakat untuk lebih efektifnya
yang sering memanfaatkan teknologi penegahandan pemberantasan tinak
informasi dan komunikasi. Tetapi berkenaan pidana pencucian uang.
dengan penggunaan alat bukti informasi
elektronik dan dokumen elektronik perlu DAFTAR PUSTAKA
ditambahkan keterangan-keterangan lebih Gokkel, H.R.W. dan N. van der Wal, Istilah
lanjut dalam Undang-Undang Nomor 8 Hukum Latin Indonesia terjemahan S.
Tahun 2010 tentang teknis memperoleh dan Adiwinata dari Juridisch Latijn, Intermasa,
mempergunakan alat bukti elektronik oleh Jakarta, 1977.
para penegak hukum dan masyarakat. Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia,
ed.2 cet.8. Sinar Grafika, Jakarta, 2014.
PENUTUP Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan
A. Kesimpulan dan Penerapan KUHAP, jilid II, Pustaka
1. Pengaturan sistem pembuktian terhadap Kartini, Jakarta, 1985.
tindak pidana pencucian uang Undang- Mulyadi, Lilik, Hukum Acara Pidana Indonesia.
Undang Nomor 8 Tahun 2010 yaitu Susatu Tinjauan Khusus terhadap: Surat
undang-undang ini memiliki ketentuan Dakwaan, Eksepsi, dan Putusan
khusus dalam Pasal 77 yang menentukan Peradilan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
terdakwa wajib membuktikan bahwa 2012.
harta kekayaannya bukan merupakan Nusantara, Abdul Hakim G et al, KUHAP dan
hasil tindak pidana, tetapi Undang- Peraturan-peraturan Pelaksana,
Undang Nomor 8 Tahun 2010 tidak Djambatan, Jakarta, 1986.
memiliki pasal yang mengatur Pangaribuan, Luhut M.P., Hukum Acara Pidana.
konsekuensi hukum dalam hal terdakwa Surat Resmi Advokat di Pengadilan,
dapat atau tidak dapat membuktikannya. Papas Sinar Sinanti, Jakarta, 2013.
2. Pengaturan alat bukti menurut Pasal 73 Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Acara Pidana di
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Indonesia, cet.10, Sumur Bandung,
sudah lebih luas dari pada alat bukti Bandung, 1981.
menurut Pasal 183 ayat (1) KUHAP, di Rodliyah dan Salim HS, Hukum Pidana Khusus.
mana alat bukti dalam Pasal 73 sudah Unsur dan Sanksi Pidananya, Rajawali
ditambahkan dengan informasi Pers, Jakarta, 2017.
elektronik dan dokumen elektronik (Pasal Rumokoy, Donald A. dan Frans Maramis,
73 huruf b). Pengantar Ilmu Hukum, cet.3, Rajawali
Pers, Jakarta, 2016.
B. Saran Samosir, C. Djisman, Segenggam tentang
1. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun Hukum Acara Pidana, Nuansa Aulia,
2010 perlu ditambahkan pasal yang Bandung, 2013.
mengatur konsekuensi hukum dari Pasal Soekanto, S. dan Sri Mamudji, Penelitian
77, yaitu konsekuensi dalam hal Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
terdakwa dapat atau tidak dapat cet.16, Rajawali Pers, Jakarta, 2014.
membuktikan bahwa harta kekayaannya Tim Penerjemah BPHN, Kitab Undang-undang
bukan merupakan hasil tindak pidana Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta,
dengan mengikuti contoh dalam Undang- 1983.
Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

125
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018

Sumber Internet:
Mahkamah Konstitusi RI, “Putusan Nomor
20/PUU-XIV/2016”,
www.mahkamahkonstitusi.go.id, diakses
tanggal 06/03/2018.

Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indoensia
Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3874).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
31 Tahun 19991 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
134, TambahanLembaran Negara
Republik Indoensia Nomor 4150).
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 30, Tambahan Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Nomor 4191).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian uang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5164).
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (Lembaran
negaNegaraublik Indonesia Tahun 2016
Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5952)

126

Anda mungkin juga menyukai