5 /Jul/2018
SISTEM PEMBUKTIAN DAN ALAT BUKTI pidana benar-benar terjadi dan bahwa
DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN terdakwalah yang bersalah melakukannya.3
2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN Jadi, harus ada sekurang-kurangnya 2 (dua) alat
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA bukti dan adanya keyakinan Hakim. Dua alat
PENCUCIAN UANG1 bukti ini, yang merupakan jumlah yang paling
Oleh : Moh. Fajry Mokodompit2 kurang/paling sedikit, harus datang dari pihak
Dosen Pembimbing: Jaksa Penuntut Umum. Dalam Pasal 66 KUHAP
Dr. Wempie Jh. Kumendong, SH., MH ditegaskan bahwa tersangka atau terdakwa
Robert N. Warong, SH., MH tidak dibebani kewajiban pembuktian.4
Tetapi dalam Pasal 77 Undang-Undang
ABSTRAK Nomor 8 Tahun 2010 ditentukan bahwa, untuk
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan,
mengetahui bagaimana pengaturan sistem terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta
pembuktian terhadap tindak pidana pencucian Kekayaannya bukan merupakan hasil tindak
uang menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun pidana. Ini merupakan ketentuan khusus
2010 dan bagaimana pengaturan alat bukti berkenaan dengan sistem pembuktian dalam
menurut Pasal 73 Undang-Undang Nomor 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 terhadap
Tahun 2010. Dengan menggunakan metode ketentuan umum dalam Pasal 183 juncto Pasal
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. 66 KUHAP.
Pengaturan sistem pembuktian terhadap tindak Demikian juga mengenai alat bukti, yang
pidana pencucian uang Undang-Undang Nomor dalam Pasal 184 ayat (1) dikatakan bahwa alat
8 Tahun 2010 yaitu undang-undang ini memiliki bukti yang sah ialah:
ketentuan khusus dalam Pasal 77 yang a. keterangan saksi;
menentukan terdakwa wajib membuktikan b. keterangan ahli;
bahwa harta kekayaannya bukan merupakan c. surat;
hasil tindak pidana, tetapi Undang-Undang d. petunjuk;
Nomor 8 Tahun 2010 tidak memiliki pasal yang e. keterangan terdakwa.
mengatur konsekuensi hukum dalam hal Dalam Pasal 73 Undang-Undang Nomor 8
terdakwa dapat atau tidak dapat Tahun 2010 dikatakan bahwa, alat bukti yang
membuktikannya. 2. Pengaturan alat bukti sah dalam pembuktian tindak pidana pencucian
menurut Pasal 73 Undang-Undang Nomor 8 uang ialah:
Tahun 2010 sudah lebih luas dari pada alat a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam
bukti menurut Pasal 183 ayat (1) KUHAP, di Hukum Acara Pidana; dan/atau
mana alat bukti dalam Pasal 73 sudah b. alat bukti lain berupa informasi yang
ditambahkan dengan informasi elektronik dan diucapkan, dikirimkan, diterima, atau
dokumen elektronik (Pasal 73 huruf b). disimpan secara elektronik dengan alat
Kata kunci: Sistem Pembuktian, Alat Bukti, optik atau alat yang serupa optik dan
Pencegahan dan Pemberantasan, Tindak Dokumen.
Pidana, Pencucian Uang. Rumusan tersebut menunjukkan ketentuan
Pasal 73 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
PENDAHULUAN mengenai alat-alat bukti merupakan ketentuan
A. Latar Belakang khusus terhadap Pasal 184 ayat (1) KUHAP yang
Sitem pembuktian dalam Kitab Undang- merupakan ketentuan umm tentang alat-alat
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) bertolak bukti dalam hukum acara pidana.
dari Pasal 183 yang menentukan bahwa, Hakim Dalam kenyataan, ketentuan-ketentuan
tidak boleh menjatuhkan pidana kepada khusus tersebut digunakan oleh Penyidik, Jaksa
seorang kecuali apabila dengan sekurang- Penuntut Umum, dan Hakim dalamrangka
kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia
1
Artikel Skripsi Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Republik Indonesia Nomor 3209).
4
110711477 Ibid.
119
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
pembuktian tindak pidana pencucian uang. dilakukan dengan cara meneliti terhadap bahan
Ketentuan-ketentuan khusus tersebut telah pustaka (library research).
menimbulkan pertanyaan tentang
efektivitasnya dalam praktek peradilan, yaitu PEMBAHASAN
apakah ketentuan-ketentuan khusus itu dapat A. Sistem Pembuktian menurut Undang-
diterapkan dengan tanpa permasalahan yuridis. Undang Nomor 8 Tahun 2010
Hal ini perlu mendapatkan pembahasan, sebab Hukum acara pidana merupakan “sarana
jika ketentuan-ketentuan tersebut secara untuk terwujudnya hukum pidana material”,6
yuridis sukar diterapkan maka ketentuan- atau yang menurut Lilik Mulyadi, dengan
ketentuan itu tidak ada manfaatnya diadakan, mengutip S.M. Amin, adalah “kumpulan
sehingga perlu dilakukan perubahan ketentuan-ketentuan dengan tujuan
terhadapnya sehingga pada akhirnya dapat memberikan pedoman dalam usaha mencari
diterapkan sesuai dengan tujuan pembuatan kebenaan dan keadilan bila terjadi perkosaan
ketentuan-ketentuan tersebut. atas sesuatu ketentuan hukum dalam hukum
Uraian sebelumnya menunjukkan adanya materiil, berarti memberikan kepada hukum
urgensi untuk dilakukannya penelitian dan acara ini, suatu hubungan yang meng’ábdi’
pembahasan terhadap sistem pembuktian dan terhadap hukum materiil”.7 Contohnya jika
alat bukti dalam Undang-Undang Nomor 8 ditemukan sesosok mayat yang diduga
Tahun 2010 sehingga karenanya dalam rangka merupakan korban pembunuhan, maka salah
kewajiban penulisan skripsi, pokok ini telah satu pasal hukum pidana material yang
dipilih untuk dibahas di bawah judul “Sistem mungkin diberlakukan yaitu Pasal 340 Kitab
Pembuktian Dan Alat Bukti dalam Undang- Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang
Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang menentukan barang siapa dengan sengaja dan
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana dengan rencana terlebih dahulu merampas
Pencucian Uang”. nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan rencana, dengan pidan
B. Rumusan Masalah amati atau pidanapenjara seumur hidup atau
1. Bagaimana pengaturan sistem selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun.8
pembuktian terhadap tindak pidana Tetapi untuk dapat menerapkan Pasal 340
pencucian uang menurut Undang- KUHP ini diperlukan sejumlah peraturan yang
Undang Nomor 8 Tahun 2010? lain lagi, yaitu peraturan-peraturan tentang
2. Bagaimana pengaturan alat bukti siapa yang berwenang untuk
menurut Pasal 73 Undang-Undang menyidik,menuntut, dan mengadili, bagaimana
Nomor 8 Tahun 2010? caranya untuk membuktikan ada orang
tertentu yang melakukan pembunuhan,
C. Metode Penelitian bagaimana tata caranya melakukan peradilan,
Penelitian yang dilakukan untuk penulisan dan sebagainya.
skripsi ini merupakan penelitian hukum Salah satu bagian yang penting dalam
normatif, yaitu merupakan jenis penelitian hukum acara pidana yaitu berkenaan dengan
yang menitik beratkan pada hukum sebagai pembuktian. Peraturan-peraturan tentang
seperangkat norma (kaidah). Soerjono pembuktian ini membentuk suatu sistem
Soekanto dan Sri Mamudji menjelaskan bahwa, pembuktian. KUHAP merupakan kodifikasi
“Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara hukum acara pidana nasional yang mengatur
meneliti bahan pustaka atau data sekunder
belaka, dapat dinamakan penelitian hukum
normatif atau penelitian hukum kepustakaan”.5 6
C. Djisman Samosir, Segenggam tentang Hukum Acara
Dengand emikian, menurut Soekanto dan Pidana, Nuansa Aulia, Bandung, 2013, hlm. 2
7
Mamudji, penelitian hukum normatif itu Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Indonesia. Susatu
merupakan suatu jenis penelitian yang Tinjauan Khusus terhadap: Surat Dakwaan, Eksepsi, dan
Putusan Peradilan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hlm.
6
5 8
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Naional
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.16, Rajawali Pers, (BPHN), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Sinar
Jakarta, 2014, hlm. 13-14. harapan, Jakarta, 1983, hlm. 135.
120
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
acara pidana yang berlakusecara umum di hasil tindak pidana”,10 Selanjutnya, dalam
Indonesia. bagian Penjelasan Pasalnya diberikan
Pasal pokok sistem pembuktian dalam keterangan bahwa, “Pasal ini berisi ketentuan
KUHAP yaitu Pasal 183 KUHAP, di mana bahwa terdakwa diberi kesempatan untuk
ditentukan bahwa Hakim tidak boleh membuktikan Harta Kekayaannya bukan
menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali berasal dari tindak pidana. Ketentuan ini
apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat dikenal sebagai asas pembuktian terbalik”.11
bukti yang sah ia memperoleh keyakinan Hubungan antara Pasal 183 juncto Pasal 66
bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi KUHAP dengan Pasal 77 Undang-Undang
dan bahwa terdakwalah yang bersalah Nomor 8 Tahun 2010 merupakan hubungan
melakukannya.9 Sedangkan dalam bagian antara ketentuan umum (lex generalis) dan
bagian Penjelasan Pasal diberikan keterangan ketentuan khusus (lex specialis). Pasal 183
bahwa Ketentuan ini adalah untuk menjamin juncto Pasal 66 KUHAP merupakan ketentuan
tegaknya kebenaran, keadilan dan kepastian umum (lex generalis) sedangkan Pasal 77
hukum bagi seorang. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
Pasal 183 KUHAP ini, sebagaimana telah merupakan ketentuan khusus (lex specialis).
dikemukakan sebelumnya, sebenarnya Dalam pemeriksaan tindak pidana pencucian
hanyalah merupakan pasal pokok mengenai uang berlaku suatu asas hukum dalam bidang
sistem pembuktian. Di samping pasal pokok ini peraturan perundang-undangan, asas “lex
masih terdapat sejumlah pasal lainnya dalam specialis derogate legi generali, yaitu
KUHAP yang terkait erat dan bersama-sama ketentuan khusus mengesampingkan
12
membentuk suatu sistem pembuktian. Salah ketentuan umum”. Jadi, dalam pemeriksaan
satu pasal di antaranya adalah Pasal 66 KUHAP tindak pidana pencucian uang, ketentuan
yang menentukan bahwa tersangka atau khusus dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor
terdakwa tidak dibebani kewajiban 8 Tahun 2010 yang akan berlaku, sedangkan
pembuktian. Dalam bagian Penjelasan untuk hal-hal yang tidak dikecualikan oleh Pasal
Pasalnya dikatakan bahwa ketentuan ini adalah 77 ini tetap berlaku ketentuan umum dalam
penjelmaan dari asas "praduga tak bersalah". KUHAP.
Pasal 77 Undang-Undang Nomor 8 Tahun Berkenaa dengan Pasal 77 Undang-Undang
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Nomor 8 Tahun 2010, setidak-tidaknya ada tiga
Tindak Pidana Pencucian Uang memberikan hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
ketentuan bahwa untuk kepentingan 1. Kewajiban membuktikan oleh terdakwa
pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor 8
wajib membuktikan bahwa Harta Kekayaannya Tahun 2010, hanya pembuktian bahwa harta
bukan merupakan hasil tindak pidana. Pada kekayaan terdakwa bukan berasal dari
bagian penjelasan pasal hanya dikatakan tindak pidana.
“cukup jelas”. Pasal 77 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Ketentuan seperti Pasal 77 Undang-Undang 2010 secara tegas menyatakan bahwa
Nomor 8 Tahun 2010 ini sudah juga dikenal kepada terdakwa dibebani kewajiban
dalam Undang-Undang Tindak Pidana pembuktian. Tetapi, penjelasan pasalnya
Pencucian Uang yang berlaku sebelumnya, hanya mengatakan “cukup jelas”, tidak lagi
yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 mengatakan bahwa di sini dianut asas
yang dalam Pasal 35 menentukan bahwa, pembuktian terbalik.
“Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang Menurut rumusan Pasal 77, kewajiban
pengadilan, terdakwa wajib membuktikan pembuktian yang dibebankan kepada
bahwa Harta Kekayaannya bukan merupakan terdakwa bukanlah tidak terbatas sehingga
10
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 30, Tambahan Lembaran
9
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum NegaraRepublik Indonesia Nomor 4191).
11
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Ibid.
12
Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Donald A. Rumokoy dan Frans Maramis, Pengantar Ilmu
Republik Indonesia Nomor 3209). Hukum, cet.3, Rajawali Pers, Jakarta, 2016, hlm. 147.
121
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
122
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
123
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
124
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
125
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
Sumber Internet:
Mahkamah Konstitusi RI, “Putusan Nomor
20/PUU-XIV/2016”,
www.mahkamahkonstitusi.go.id, diakses
tanggal 06/03/2018.
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indoensia
Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3874).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
31 Tahun 19991 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
134, TambahanLembaran Negara
Republik Indoensia Nomor 4150).
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 30, Tambahan Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Nomor 4191).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian uang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5164).
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (Lembaran
negaNegaraublik Indonesia Tahun 2016
Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5952)
126