Anda di halaman 1dari 7

Lex Crimen Vol. VII/No.

4 /Jun/2018

HUBUNGAN ALAT BUKTI DAN BARANG BUKTI Salah satu ketentuan dalam sistem hukum
DALAM SISTEM KITAB UNDANG-UNDANG acara pidana di negara-negara modern
HUKUM ACARA PIDANA1 sekarang ini, termasuk juga di Indonesia, adalah
Oleh : Fernando Louis Pantow2 bahwa untuk menghukum seseorang haruslah
Dosen Pembimbing: didasarkan pada adanya alat-alat bukti.
Dr. Diana R. Pangemanan, SH, M.Hum Berdasarkan alat-alat bukti tersebut, pemutus
Frangkiano B. Randang, SH,MH perkara pidana dapat menyimpulkan tentang
kesalahan terdakwa dan menjatuhkan
ABSTRAK hukuman (pidana) terhadapnya. Di samping itu
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk dikenal pula istilah barang bukti.
mengetahui bagaimana pengaturan alat bukti Istilah alat bukti dan barang bukti sudah
dan barang bukti dalam KUHAP sehubungan dikenal sejak dari masa HIR. Mengenai alat
dengan Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP dan bukti, dalam Pasal 295 HIR, ditentukan bahwa,
bagaimana hubungan antara alat bukti dan Yang diaku sebagai alat bukti yang sah,
barang bukti dalam sistem KUHAP. Dengan hanya:
menggunakan metode penelitian yuridis 1. keterangan saksi (penyaksian);
normatif, disimpulkan: 1. Pengaturan alat bukti 2. surat-surat;
dan barang bukti dalam KUHAP dalam 3. pengakuan;
hubungannya dengan istilah “alat pembuktian” 4. tanda2 (penunjukan).3
dalam Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP yaitu Pasal 295 HIR merupakan salah satu pasal
baik alat bukti dan maupun barang bukti dalam HIR di mana ada disebutkan tentang
tercakup di bawah istilah “alat pembuktian”. 2. istilah alat bukti. Pasal 295 ini menentukan
Hubungan antara alat bukti dengan barang apa-apa saja yang merupakan alat bukti yang
dalam sistem KUHAP yaitu alat bukti dipandang sah yang dapat menjadi dasar bagi Hakim
merupakan bukti yang dapat berdiri sendiri dalam mengambil putusan.
sedangkan barang bukti merupakan bukti yang Istilah barang bukti antara lain disebut
tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dalam Pasal 281 äyat (1) HIR yang berbunyi,
diterangkan dengan alat alat bukti yang lain “Pada waktu saksi memberi keterangan atau
seperti diterangkan melalui keterangan saksi. sesudah itu, maka ketua memperlihatkan
Kata kunci: Hubungan Alat Bukti dan Barang kepada orang yang dituduh segala barang bukti
bukti, Sistem Kitab Undang-Undang Hukum dan menanyakan kepadanya, kenalkah ia akan
Acara Pidana. barang itu”,4 selanjutnya dalam ayat (2)
dikatakan bahwa, “Jika perlu, maka barang-
PENDAHULUAN barang itu diperlihatkan juga oleh ketua
A. Latar Belakang Penelitian kepada saksi”.5
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dalam KUHAP, alat bukti antara lain disebut
(KUHAP), merupakan kodifikasi hukum acara dalam Pasal 183 KUHAP yang menentukan
pidana nasional bagi bangsa Indonesia karena bahwa Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
KUHAP ini dibuat oleh pembentuk undang- kepada seorang kecuali apabila dengan
undang Indonesia sendiri. KUHAP yang sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia
diundangkan dalam Undang-Undang Nomor 8 memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana pidana benar-benar terjadi dan bahwa
menggantikan peraturan-peraturan acara terdakwalah yang bersalah melakukannya.6
pidana dalam Herziene Indonesis Reglement Dalam pasal ini telah ditentukan dua syarat
(HIR), Staatsblad 1941 Nomor 44, yang yang harus dipenuhi untuk dapat menyatakan
merupakan peraturan-peraturan acara pidana
peninggalan masa Pemerintahan Hindia 3
R. Tresna, Komentar H.I.R., cet.6, Pradnya Paramita,
Belanda. Jakarta, 1976, hlm. 258
4
Ibid., hlm. 251.
5
Ibid.
6
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
1
Artikel Skripsi Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik
13071101781 Indonesia Nomor 3209).

40
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

seseorang bersalah dan menjatuhkan pidana, tentang bagaimana pengaturan alat bukti dan
yaitu: 1) Adanya sekurang-kurangnya dua alat barang bukti sehubungan dengan putusan
bukti yang sah; dan 2) Adanya keyakinan Hakim hakim, khususnya menyangkut istilah “alat
yang diperoleh berdasarkan alat-alat bukti yang pembuktian” dalam Pasal 197 ayat (1) huruf d
sah tersebut. KUHAP tersebut. Juga pertanyaan tentang
Sebagai alat-alat bukti yang sah, menurut bagaimana hubungan antara alat bukti dan
ketentuan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, adalah: barang bukti tersebut dalam sistem yang dianut
a. keterangan saksi; oleh KUHAP.
b. keterangan ahli; Pertanyaan-pertanyaan tersebut
c. surat; menunjukkan adanya urgensi untuk melakukan
d. petunjuk; pembahasasn terhadap pokok alat bukti,
e. keterangan terdakwa. barang bukti, dan hubungan antara alat bukti
Dalam KUHAP, selain istilah alat bukti, juga dan barang bukti. Oleh karenanya, dalam
dikenal istilah barang bukti. Tetapi dari daftar rangka kewajiban melakukan penulisan skripsi
alat-alat bukti yang sah di atas, tampak bahwa pokok ini telah dipilih untuk diteliti dan dibahas
barang bukti tidak disebutkan sebagai termasuk di bawah judul “Hubungan Alat Bukti dan
ke dalam alat bukti. Dengan kata lain, barang Barang bukti dalam Sistem Kitab Undang-
bukti bukanlah alat bukti. Undang Hukum Acara Pidana”.
Istilah barang bukti dalam KUHAP antara lain
dapat ditemukan dalam Pasal 181 KUHAp yang B. Rumusan Masalah
isinya mirip dengan Pasal 281 HIR. Menurut 1. Bagaimana pengaturan alat bukti dan
Pasal 181 ayat (1) KUHAP: Hakim ketua sidang barang bukti dalam KUHAP sehubungan
memperlihatkan kepada terdakwa segala dengan Pasal 197 ayat (1) huruf d
barang bukti dan menanyakan kepadanya KUHAP?
apakah ia mengenal benda itu dengan 2. Bagaimana hubungan antara alat bukti
memperhatikan ketentuan sebagaimana dan barang bukti dalam sistem KUHAP?
dimaksud dalam Pasal 45 undang-undang ini;
sedangkan ayat (2): Jika perlu benda itu C. Metode Penelitian
diperlihatkan juga oleh hakim ketua sidang Penelitian ini merupakan penelitian hukum
kepada saksi. normatif, yaitu merupakan jenis penelitian
Selanjutnya dalam Pasal 197 ayat (2) KUHAP yang menitik beratkan pada hukum sebagai
ditentukan bahwa tidak dipenuhinya ketentuan seperangkat norma/kadiah. Soerjono Soekanto
dalam ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, h, j, k dan l dan Sri Mamudji mengatakan bahwa,
pasal ini mengakibatkan putusan batal demi “Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
hukum. Dalam Pasal 197 ayat (1) KUHAP meneliti bahan pustaka atau data sekunder
tercantum pada huruf d bahwa sebagai salah belaka, dapat dinamakan penelitian hukum
satu hal yang harus dimuat dalam putusan normatif atau penelitian hukum kepustakaan”.7
pemidanaan adalah pertimbangan yang disusun Jadi, menurut Soekanto dan Mamudji,
secara ringkas mengenai: (1) fakta dan penelitian hukum normatif itu merupakan
keadaan, beserta, (2) alat pembuktian yang suatu jenis penelitian yang dilakukan dengan
diperoleh dari pemeriksaan di sidang, yang cara meneliti terhadap bahan pustaka (library
menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa. research).
Istilah yang digunakan dalam Pasal 197 ayat (1)
huruf d KUHAP tersebut adalah kata-kata “alat PEMBAHASAN
pembuktian”. Jadi, dalam pasal ini tidak hanya A. Pengaturan Alat Bukti Dalam KUHAP
disebut tentang “alat bukti” saja, melainkan Sehubungan dengan Pasal 197 ayat (1)
“alat pembuktian”. huruf d KUHAP
Kenyataan sehari-hari, anggota masyarakat 1. Alat bukti dalam KUHAP sehubungan
yang terlibat dalam suatu kasus perkara pidana, dengan Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP
pada umumnya akan dibingungkan dengan
istilah alat bukti dan istilah barang bukti. Dari 7
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
sini dapat muncul pertanyaan-pertanyaan Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.16, Rajawali Pers,
Jakarta, 2014, hlm. 13-14.

41
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

Mengenai putusan pemidanaan, dalam Pasal Dalam Pasal 197 ayat (1) KUHAP tercantum
197 ayat (1) KUHAP ditentukan bahwa surat pada huruf d bahwa sebagai salah satu hal yang
putusan pemidanaan memuat: harus dimuat dalam putusan pemidanaan
a. kepala putusan yang dituliskan berbunyi : adalah pertimbangan yang disusun secara
"DEMI KEADILAN BERDASARKAN ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta
KETUHANAN YANG MAHA ESA"; alat pembuktian yang diperoleh dari
b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar
tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, penentuan kesalahan terdakwa. Di dalamnya
tempat tinggal, agama dan pekerjaan ditegaskan bahwa harus dimuat dalam putusan
terdakwa; antara lain “alat pembuktian yang diperoleh
c. dakwaan, sebagaimana terdapat dalam dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar
surat dakwaan; penentuan kesalahan terdakwa”. Tidak
d. pertimbangan yang disusun secara dimuatnya “alat pembuktian” dalam
ringkas mengenai fakta dan keadaan putussanakan membawa akibat hukum putusan
beserta alat pembuktian yang diperoleh batal demi hukum sebagaimana ditentukan
dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dalam Pasal 197 ayat (2) KUHAP.
dasar penentuan kesalahan terdakwa, Istilah yang digunakan dalam Pasal 197 ayat
e. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat (1) huruf d KUHAP yaitu “alat pembuktian”.
dalam surat tuntutan; Jadi, dalam pasal ini tidak hanya disebut
f. pasal peraturan perundang-undangan tentang “alat bukti” saja, melainkan “alat
yang menjadi dasar pemidanaan atau pembuktian”. Dengan demikian dapat menjadi
tindakan dan pasal peraturan perundang- pertanyaan mengenai hubungan antara alat
undangan yang menjadi dasar hukum bukti yang disebutkan dalam Pasal 184 ayat (1)
dari putusan, disertai keadaan yang KUHAP dengan istilah “alat pembuktian” dalam
memberatkan dan yang meringankan putusan pemidanaan pada Pasal 197 ayat (1)
terdakwa; KUHAP.
g. hari dan tanggal diadakannya Berkenaan dengan alat bukti, perlu dilihat
musyawarah majelis hakim kecuali kembali bagaimana ketentuan-ketentuan
perkara diperiksa oleh hakim tunggal; mengenai alat bukti tersebut dalam Pasal 183
h. pernyataan kesalahan terdakwa, dan 184 ayat (1) KUHAP. Dalam Pasal 183
pernyataan telah terpenuhi semua unsur KUHAP ditentukan bahwa Hakim tidak boleh
dalam rumusan tindak pidana disertai menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali
dengan kualifikasinya dan pemidanaan apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat
atau tindakan yang dijatuhkan; bukti yang sah ia memperoleh keyakinan
i. ketentuan kepada siapa biaya perkara bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi
dibebankan dengan menyebutkan dan bahwa terdakwalah yang bersalah
jumlahnya yang pasti dan ketentuan melakukannya.
mengenai barang bukti; Dari ketentuan pasal di atas, maka untuk
j. keterangan bahwa seluruh surat ternyata dapat menjatuhkan pidana terhadap seorang
palsu atau keterangan di mana Ietaknya terdakwa harus dipenuhi dua syarat, yaitu: 1)
kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik Adanya dua alat bukti yang sah; dan, 2) Adanya
dianggap palsu; keyakinan Hakim tentang kesalahan terdakwa
k. perintah supaya terdakwa ditahan atau berdasarkan sekurang-kurangnya dua alat bukti
tetap dalam tahanan atau dibebaskan; tersebut.
l. hari dan tanggal putusan, nama penuntut Mengenai alat-alat bukti yang sah, menurut
umum, nama hakim yang memutus dan ketentuan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, yaitu:
nama panitera; a. keterangan saksi;
Selanjutnya dalam Pasal 197 ayat (2) KUHAP b. keterangan ahli;
ditentukan bahwa tidak dipenuhinya ketentuan c. surat;
dalam ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, h, j, k dan l d. petunjuk;
pasal ini mengakibatkan putusan batal demi e. keterangan terdakwa.
hukum.

42
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

Dengan melihat hubungan antara Pasal 183 “barang bukti”, tetapi KUHAP tidak
dengan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, maska alat- memberikan definisi tentang apa yang
alat bukti yang disebutkan dalam Pasal 184 ayat dimaksudkan dengan istilah “barang bukti”.
(1) KUHAP merupakan dasar untuk dapat Pasal-pasal di mana disebutkan tentang
menyatakan terdakwa bersalah dan “barang bukti” antara lain adalah:
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa yang 1. Salah satu wewenang Penyelidik adalah
bersangkutan. mencari barang bukti (Pasal 5 ayat (1)
Jadi, terdapat kemiripan antara Pasal 183 huruf a butir 2);
KUHAP dengan Pasal 197 ayat (1) huruf d 2. Dalam hal penyidikan sudah dianggap
KUHAP sebagai berikut: selesai, penyidik menyerahkan tanggung
Pasal 183 alat bukti yang jawab atas tersangka dan barang bukti
sah dari mana kepada penuntut umum (Pasal 8 ayat (3)
Hakim huruf b);
memperoleh 3. Dalam hal tertangkap tangan
keyakinan penangkapan dulakukan tanpa surat
bahwa perintah, dengan ketentuan bahwa
terdakwa penangkap harus segera menyerahkan
bersalah tertangkap beserta barang bukti yang
Pasal 197 ayat (1) huruf d alat ada kepada penyidik atau penyidik
pembuktian peinbantu yang terdekat (Pasal 18 ayat
yang menjadi 2);
dasar 4. Salah satu alasan perlunya penahanan
penentuan adalah dalam hal adanya keadaan yang
kesalahan menimbulkan kekhawatiran bahwa
terdakwa tersangka atau terdakwa akan merusak
atau menghilangkan barang bukti (Pasal
Dengan melihat kemiripan antara rumusan 21 ayat 1);
Pasal 183 KUHAP (yang menyebut tentang “alat 5. Hakim ketua sidang memperlihatkan
bukti”) dan Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP kepada terdakwa segala barang bukti
(yang menyebut tentang “alat pembuktian”), dan menanyakan kepadañya apakah Ia
maka dapat dikatakan bahwa istilah dan mengenal benda itu (Pasal 181 ayat 1).
pengertian “alat bukti” setidak-tidaknya Jika perlu benda itu diperlihatkan juga
tercakup di bawah istilah dan pengertian “alat oleh hakim ketua sidang kepada saksi
pembuktian”. Dengan perkataan lain istilah (Pasal 181 ayat 2).
“alat pembuktian” dalam Pasal 197 ayat (1) 6. Dalam hal putusan pemidanaan atau
huruf d KUHAP mencakup “alat bukti” yang bebas atau lepas dari segala tuntutan
disebutkan dalam Pasal 183 KUHAP. hukum, pengadilan menetapkan supaya
barang bukti yang disita diserahkan
2. Pengaturan barang bukti dalam KUHAP kepada pihak yang paling berhak
sehubungan dengan Pasal 197 ayat (2) menerima kembali yang namanya
huruf d KUHAP tercantum dalam putusan tersebut
Barang bukti, yang dalam bahasa Latin kecuali jika menurut ketentuan undang-
disebut corpus delicti, adalah “objek suatu undang barang bukti itu harus dirampas
tindak pidana, benda pada atau dengan mana untuk kepentingan negara atau
suatu tindak pidan adilakukan dan sangat dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak
diperlukan sebagai alat bukti dalam dapat dipergunakan lagi (Pasal 194 ayat
pemeriksaan perkara pidana di muka 1);
pengadilan”.8 7. Dalam Acara Pemeriksaan Singkat,
Sekalipun dalam KUHAP cukup sering dapat penuntut umum menghadapkan
ditemukan istilah dan pengaturan tentang terdakwa beserta saksi, ahli, juru bahasa
dan barang bukti yang diperlukan (Pasal
8
R. Subekti dan Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, cet.15, 203 ayat 2).
Pradnya Paramita, Jakarta, 2003, hlm. 30.

43
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

Hal yang pasti yaitu barang bukti merupakan putusan dicantumkan bahwa benda tersebut
suatu “benda”. Hal ini terlihat dari Pasal 181 harus segera dikembalikan kepada tersangka
KUHAP yang dalam ayat (1) menyatakan Hakim atau dan siapa benda itu disita. Di sini jelas juga
ketua sidang memperlihatkan kepada terdakwa digunakan istilah “alat pembuktian” dan alat
segala barang bukti dan menanyakan pembuktian itu mencakup juga benda yang
kepadanya apakah ia mengenal benda itu disita.
dengan memperhatikan ketentuan Dari rumusan pasal ini jelas bahwa selain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 undang- benda yang disita tetapi yang tidak termasuk
undang ini; selanjutnya dalam ayat (2) alat pembuktian, ada juga benda yang disita
dikatakan bahwa jika perlu benda itu yang termasuk alat pembuktian. Jadi, alat
diperlihatkan juga oleh hakim ketua sidang pembuktian mencakup juga benda yang disita.
kepada saksi. Jadi, barang bukti merupakan Sekalipun dalam pasal ini digunakan istilah
suatu benda. “benda yang disita” dan bukannya istilah
Dengan demikian, suatu benda yang “barang bukti” tetapi jelas bahwa “benda yang
merupakan barang bukti memiliki kedudukan disita” tersebut merupakan “barang bukti”
yang penting dalam pemeriksaan suatu perkara karena barang bukti adalah suatu benda
pidana. Contoh-contoh barang bukti, yaitu: 1. sebagaimana yang terlihat dari hubungan
Narkotika yang digunakan dalam jual beli antara Pasal 181 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP.
narkotika; 2. Benda-benda yang digunakan Praktiknya, setiap putusan pengadilan akan
untuk melakukan tindak pidana, seperti sebilah memuat pertimbangan fakta dan keadaan
parang atau pisau untuk melukai korban. beserta alat-pembuktian (alat bukti dan barang
Dengan demikian, sebenarnya barang bukti bukti) yang diperoleh dari pemeriksaan di
merupakan bukti tentang bersalahnya seorang sidang yang menjadi dasar penentuan
terdakwa. Misalnya narkotika yang digunakan kesalahan terdakwa.
dalam jual beli narkotika, merupakan bukti
tentang bersalahnya terdakwa melakukan B. Hubungan antara Alat Bukti dengan Barang
tindak pidana narkotika. Demikian pula pisau Bukti
yang digunakan untuk meluikai korban, Sesudah dilakukan pembahasan mengenai
merupakan bukti kesalahan terdakwa telah alat bukti dan barang bukti sehubungan dengan
melukai korban dengan benda tajam tersebut. hal-hal yang harus dimuat dalam suatu putusan
Penggunaan istilah “alat pembuktian”dalam pemidanaan (Pasal 197 ayat (2) huruf d
Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP seharusnya KUHAP), menjadi pertanyaan, bagaimana
dilihat sebagai sesuatu yang disengaja oleh hubungan antara alat bukti dan barang bukti
pembentuk KUHAP. Hal ini karena dalam dalam KUHAP?
pemeriksaan suatu perkara pidana, yang Dalam sistem KUHAP, barang bukti bukanlah
diajukan ke depan pengadilan bukan hanya alat bukti. Alat bukti yang sah, oleh Pasal 184
alat-alat bukti saja, melainkan juga apa yang ayat (1) KUHAP, hanya dibatasi pada:
dalam pasal-pasal KUHAP disebut sebagai a. keterangan saksi;
barang bukti. Penggunaan istilah “alat b. keterangan ahli;
pembuktian” dalam Pasal 197 ayat (1) huruf d c. surat;
KUHAP tersebut seharusnya dimaksudkan d. petunjuk;
untuk juga mencakup alat bukti dan barang e. keterangan terdakwa.
bukti. Dalam jenis-jenis alat bukti yang sah
Pasal lainnya yang memperkuat pandangan tersebut tidak disebutkan tentang barang bukti.
bahwa “barang bukti” termasuk cakupan istilah Bagaimanapun juga, barang bukti terkait
“alat pembuktian” dalam Pasal 197 ayat (1) erat dengan pembuktian. Dari sub bab
huruf d KUHAP adalah Pasal 82 ayat (3) huruf d sebelumnya sudah dikemukakan bahwa istilah
yang mengatur mengenai Praperadilan. alat pembuktian, yang digunakan dalam Pasal
Pada Pasal 82 ayat (3) huruf b KUHAP 82 ayat (3) huruf d dan Pasal 197 ayat (1) huruf
tersebut ditentukan bahwa, dalam hal putusan d KUHAP, mencakup alat bukti dan barang
menetapkan bahwa benda yang disita ada yang bukti. Jadi, baik alat bukti maupun barang bukti
tidak termasuk alat pembuktian, maka dalam merupakan alat pembuktian.

44
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

Dapat menjadi pertanyaan, mengapa barang kedudukan yang tersendiri dan lebih tepat
bukti tidak diklasifikasikan saja sebagai alat untuk ditempatkan sebagai alat bukti daripada
bukti? Dalam KUHAP tidak diberikan alat bukti petunjuk.
penjelasan mengenai hal ini. Andi Hamzah mengatakan bahwa, alat-alat
Menurut Andi Hamzah hal ini karena adanya bukti Negara-negara Common Law seperti
pandangan bahwa barang bukti berupa objek Amerika Serikat, lain dari pada yang tercantum
materiil jika tidak diidentifikasi oleh saksi (dan dalam KUHAP kita. Alat-alat bukti menurut
terdakwa). Misalnya saksi mengatakan peluru Criminal Procedure Law Ameruka Serikat yang
ini saya rampas dari tangan terdakwa, barulah disebut forms of evidence (bentuk-bentuk
bernilai untuk memperkuat keyakinan hakim bukti) terdiri dari:
yang timbul dari alat bukti yang ada.9 1. Real evidence (bukti sungguhan);
Jadi, ada pandangan bahwa barang bukti itu 2. Documentary evidence (bukti
tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus documenter);
diberikan keterangan oleh saksi. Contoh lainnya 3. Testimonial evidence (bukti kesaksian);
yaitu barang bukti berupa narkotika atau 4. Judicial evidence (pengamatan hakim).11
parang dan pisau yang diajukansebagai barang Real evidence, yang dalam KUHAP disebut
bukti. Berkenaan dengan barang-barang bukti barang bukti, di Negara-negara common law
ini diperlukan keterangan saksi bahwa merupakan evidence (alat bukti). Real evidence
narkotika tersebut ditemukan dalam tangan ini berupa objek materiil (materiil object) yang
atau di saku baju terdakwa pada saat meliputi tetapi tidak terbatas atas peluru,
penggerebekan, atau keterangan saksi bahwa pisau, senjata api, perhiasan intan permata,
parang/pisau tersebut dipegang oleh terdakwa televise, dan lain-lain. Benda-bemnda itu
dan digunakan untuk melukai korban. Dengan berwujud. Real evidence ini bisa disebut bukti
demikian, hubungan antara alat bukti dengan yang berbicara untuk diri sendiri (speaks for
barang bukti adalah bahwa alat bukti itself). Bukti bentuk ini dipandang paling
merupakan alat untuk menerangkan bernilai dibanding bukti yang lain.12
keterkaitan suatu barang bukti dalam perkara Dari sudut kepentingan praktis sebenarnya
pidana. jika barang bukti dipandang sebagai alat bukti
Andi Hamzah tidak menyetujui pendapat ini akan lebih mempermudah pembuktian, yaitu
karena alat bukti petunjuk juga bukan alat bukti bertambahnya satu jenis alat bukti berupa
yang berdiri sendiri, melainkan disimpulkan barang bukti.
oleh hakim dari alat bukti lain yaitu keterangan
saksi, surat atau keterangan terdakwa (Pasal PENUTUP
188 ayat (2) KUHAP). A. Kesimpulan
Menurut Wirjono Prodjodikoro, 1. Pengaturan alat bukti dan barang bukti
memebrikan komentar terhadap alat bukti dalam KUHAP dalam hubungannya
petunjuk ini bahwa, “sebetulnya yang disebut dengan istilah “alat pembuktian” dalam
penunjukan itu, bukan alat bukti, melainkan Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP yaitu
kesimpulan belaka yang diambil dengan baik alat bukti dan maupun barang bukti
mempergunakan alat-alat bukti yang tercakup di bawah istilah “alat
sebenarnya, …”.10 pembuktian”.
Jadi, petunjuk juga tidak akan ada jika tidak 2. Hubungan antara alat bukti dengan
ada alat-alat bukti lainnya. Untuk adanya alat barang dalam sistem KUHAP yaitu alat
bukti petunjuk harus terlebih dahulu ada alat bukti dipandang merupakan bukti yang
bukti keterangan saksi, alat bukti surat atau alat dapat berdiri sendiri sedangkan barang
bukti keterangan terdakwa. Jadi, alat bukti bukti merupakan bukti yang tidak dapat
petunjuk ini pada hakekatnya bukan alat bukti berdiri sendiri melainkan harus
yang dapat berdiri sendiri. diterangkan dengan alat alat bukti yang
Dibandingkan dengan alat bukti petunjuk, lain seperti diterangkan melalui
maka barang bukti justru yang memiliki keterangan saksi.

9 11
Andi Hamzah, Op.cit., hlm. 259. Andi Hamzah, Op.cit., hlm. 258.
10 12
Wirjono Prodjodikoro, Op.cit., hlm.106. Ibid.

45
Lex Crimen Vol. VII/No. 4 /Jun/2018

Tresna, R., Komentar H.I.R., cet.6, Pradnya


B. Saran Paramita, Jakarta, 1976.
1. Rumusan Pasal 197 ayat (1) huruf d
KUHAP perlu diperbaiki, di mana kata Peraturan Perundang-undangan:
“alat pembuktian” perlu dipertegas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
sebagai mencakup alat bukti dan barang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
bukti. Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor
2. Perlu dipertimbangkan oleh pembentuk 76, Tambahan Lembaran Negara
Kitab Hukum Acara Pidana mendatang Republik Indonesia Nomor 3209).
untuk mencantumkan barang bukti
sebagai salah satu alat bukti yang sah.

DAFTAR PUSTAKA
Daliyo, J.B. et al, Pengantar Hukum Indonesia.
Buku Panduan Mahasiswa, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
Enschede, Ch.J.,Mr., dan Heijder, A.,Mr., Asas-
asas Hukum Pidana, terjemahan R.
Achmad Soema Di Pradja, Alumni,
Bandung, 1982.
Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia,
ed.2 cet.8, Sinar Grafika, Jakarta, 2014
Harahap, M. Yahya, SH, Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
jilid II, Pustaka Kartini, Jakarta, 1985.
Mulyadi, Lilik, Hukum Acara Pidana Indonesia.
Suatu Tinjauan Khusus Terhadap: Surat
Dakwaan, Eksepsi, dan Putusan
Peradilan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2012.
Pangaribuan, Luhut M.P., Hukum Acara Pidna.
Surat Resmi Advokat di Pengadilan,
Papas Sinar Sinanti, Jakarta, 2014.
Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Acara Pidana di
Indonesia, cet.10, Sumur Bandung,
Bandung, 1981.
Rosjadi, H. Imron dan H. Zain Badjeber, R.U.U.
Hukum Acara Pidana, Bumi Restu,
Jakarta, 1979.
Samosir, C. Djisman, Segenggam tentang
Hukum Acara Pidana, Nuansa Aulia,
Bandung, 2013
Soekanto, S. dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
cet.16, Rajawali Pers, Jakarta, 2014.
Subekti, R. dan Tjitrosoedibio, Kamus Hukum,
cet.15, Pradnya Paramita, Jakarta, 2003.
Sumbu, Telly, Pengantar Hukum Indonesia,
Rajawali Pers, Jakarta, 2016.
Tim Penerjemah BPHN, Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta,
1983.

46

Anda mungkin juga menyukai