Anda di halaman 1dari 6

Nama :

NIM :

Matkul :

Group :

A. Identitas Jurnal
Judul : THE ROLE, POSITION, AND FUNCTIONS OF VERBAL
WITNESSES AS EVIDENCE IN PROVING CRIMINAL
CASES ASSOCIATED WITH THE CRIMINAL
PROCEDURE CODE (KUHAP)
Nama Jurnal : Jurnal Ilmu Hukum
Penulis : Tatang Tatang
Tahun Terbit Jurnal : 2021
Nama Reviewer : Agung Triyuanda
B. Poin Review
Latar Belakang
Tindak pidana adalah perbuatan seseorang yang melanggar keyentuan hukum pidana
materl yaitu baik yang tertuang dalam KUHP ataupu yang berada diluar KUHP,
tindak pidana dibagi menjadi dua jenis yaitu kejahatan dan pelanggaran. Tindak
pidana adalah perbuatan yang menggangu kepentingan orang lain atau kepentingan
umum yang harus dipertanggung jawabkan kepada pelaku. Pelaku tindak pidana tidak
handay dapat dilakukan oleh indiviud tetapi juga korporasi atau badan hukum.
Adapun proses peradilan dalam penegakan hukum pidana yaitu penyidikan oleh
kepolisian, penuntutan oleh kejaksaan, pemeriksaan di pengadilan oleh Hakim,
tahapan pelaksaan putusan dan eksekusi dari putusan tersebut. Pembuktian menjadi
hal penting sebagai perbuatan pembutian dalam memberikan atau memperlihatkan
bukti, melakukan sesuatu kebenaran, melaksanakan, menandakan menyaksikan dan
meyakinkan. Dalam pembuktian dibutuhkan alat bukti yang diatur dalam pasal 184
ayat 1 KUHAP, salah satu alat bukti yang menjadi pokok pembahasan yaitu
keterangan saksi yang pada umumnya alat bukti saks merupakan yang terpenting
dalam praktek pidana. Akan tetapi di Indonesia ketrengan sasi pada saat penyidikan
berbeda saat memberikan keterangan di Pengadilan dengan ketentuan keterangan di
Pengadilan harus diutamakan. Saksi dapat mengutarakan keterangan dengan lisan
akan teat[I ketentuan saksi lisan belum ada pengaturannya baik didalam KUHAP
ataupun di peraturan perudang-undangan lainnya. Saksi lisan disebut juga saksi
penyidik yang dituangkan di dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
Permasalahan
Banyak kejadian dalam praktik peradilan Indonesia pada saat pemeriksan saksi secara
lisan, keterangan yang diberikan berbeda saat diperiksa oleh penyidik dan saat di
pengadilan, apabila keterangan saksi di persidangan berbeda dengan keterangan yang
dimuat dalam berita acara, maka berdasarkan pasal 163 KUHAP hakim di
persidangan mengingatkan saksi tentang hal itu dan meminta keterangan mengenai
perbedaan-perbedaan yang ada dan dicatat dalam berita acara. Maka dengan demikian
ditemukan rumusan masalah penelitian mengenai bagaimana peran, kedudukan, dan
fungsi saksi lisan sebagai alat bukti dalam pembuktian perkara pidana.
Metode Penulisan
Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan jurnal adalah yuridis normatih
yaitu metode yang menitikberatkan penelitian pada data kepustakaan, atau disebut
data sekunder melalui asas hukum dan perbandingan hukum. Penelitian dilakukan
secara deskriptif analitis dan sumber data primer berupa u data yang diperoleh
langsung dari masyarakat atau melalui penelitian lapangan sebagai data pendukung
dan pelengkap dengan melakukan wawancara/wawancara dengan narasumber, sumber
data sekunder adalah bahan dari buku, jurnal dan literatur lainnya. Data dikumpulkan
dengan Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian Pustaka (library research)
Hasil dan Pembahasan
1. Saksi Lisan Sebagai Alat Bukti Dalam Pembuktian Perkara Pidana yang
Dikaitkan dengan Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Setiap orang yang melakukan tindak pidana akan dimintai pertanggungjwaban melalu
proses pemeriksaan di Pengadilan, kesalahan terdakwa harus dibuktikan. Maka dari
itu alat bukti memegang peranna penting dalam persidangan yang akan menentukan
nasib terdakwa nanti. Sakis yang menjadi salah satu alat bukti persidang, menjadi
yang paling penting dalam praktek pidana bahwakan dapat dikatakan tidak ada
perkara pidana yang luput dari pembuktian saksi.

Mahkamah Konstitusi melalui Putusan Nomor 64/PUU-VIII/2010 berpendapat bahwa


pentingnya seorang saksi bukan terletak pada apakah ia melihat, mendengar, atau
mengalami sendiri suatu peristiwa pidana, melainkan pada relevansi kesaksiannya
dengan perkara pidana yang sedang diproses dan merupakan tugas penyidik, penuntut
umum, dan hakim untuk memanggil dan memeriksa saksi-saksi yang menguntungkan
tersangka

Penggunaan saksi lisan (saksi penyidik) dalam proses pemeriksaan perkara pidana
belum diatur atau belum memiliki aturan normative yang jelas, tetapi penggunaannya
diperbolehkan dan harus dihadirkan jika saksi lisan hadir dalam pemeriksaan di
pengadilan. Saksi banyak mendapat tekanan saat dimintai keterangan oleh penyididik
yang dituangkan dalam berita acara yang pada saat proses persidangan memberikan
keterangan berbeda ksehingga fakta-fakta hukum menjadi kabur.

Saksi lisan diperbolehkan menjadi alat bukti dalam perkara pidana yag berkiatan
dengan KUHAP karena memiliki kegunaan sebagai upaya pencabutan Berita Acara
Pemeriksaan yang mengaku disika dan ditekan, penuntut umum menghadirkan saksi
lisan untuk mencari jawaban atau sanggahan apa yang dikemukakan terdakwa. Dalam
memberikan pertimbangan hukum hakim harus berpedoman pada Pasal 183 juncto
pasal 193 ayat 1 KUHAP

2. Fungsi Saksi Lisan Sebagai Alat Bukti Dalam Pembuktian Perkara Pidana
yang Dikaitkan dengan Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Alat bukti dalam proses pembuktian suatu perkara pidana pada tingkat pemeriksaan di
Pengadilan Negeri berdasarkan KUHAP sangat penting bagi hakim untuk mencari
dan menemukan bahan kebenaran perkara pidana yang ditanganinya atau ia
memeriksa dan memperoleh keyakinan bahwa orang yang diajukan ke sidang
pengadilan untuk pemeriksaan perkara pidana itu bersalah atau tidak bersalah atas
perbuatan yang didakwakan terhadap orang itu (terdakwa). Keterangan saksi lisan
dalam pengadilan berfungsi untuk menghadapi bantahan terdakwa dalam persidangan,
menjaga isi berita acara pemeriksaan yang telah termuat pengakuan tersangka,
menjaga fakta-fakta hukum agar jelas, mejadi bahan pertimbangan mengenai
kecocokan saksi lisan dengan alat bukti lain
Penutup
1. Kesimpulan

Kedudukan keterangan saksi merupakan salah satu alat bukti yang sah dalam proses
pidana, salah satu bentuk penyampaiannya adalah dengan cara lisan yang termuat
dalam Berita Acara Pemeriksaan. Keberadaan saksi lisan selain untuk membuktikan
perkara pidan ajuga berguna untuk mencari jawaban terkait terdakwa pencabut Berita
Acara Pemeriksaan (BAP) yang mengaku dirinya disiksa, dipaksa atau merasa dijebak
oleh polisi dalam proses penyidikan, Hakim atau Jaksa Penuntut Umum
menghadirkan Saksi Verbalisan untuk mencari jawaban atau sanggahan atas apa yang
dikemukakan oleh terdakwa. Akan tetapi ketika saksi lisan dihadirakan untuk
menyaksikan aakan terjadinya suratu perkada pidana maka saksi dianggap tidak
objektif.

2. Saran

Belum ada pengaturan yang jelas mengenai saksi lisan, maka dengan ini perlu
dibuatkan regulasi khusus selain itu juga apabila diteketahui penyidik melakukan
kekerasan atau menekan saksi pada saat pembuatan berita acara hendaknya diberikan
saksi tegas agar tidak terus-menerus terjadi perbedaan antara keterangan saksi di
Berita Acara Pemeriksaan dan saat persidangan dimana hal tersebut akan
memperlambat proses persidangan

C. Daftar Pustaka
1. Achmad, W. (2021). Citizen and Netizen Society: The Meaning of Social Change
From a Technology Point of View. Jurnal Mantik, 5(3), 1564-1570.
2. Alfandi, A., & Natsif, F. A. (2022). Kekuatan Keterangan Saksi Verbalisan
Ditinjau Dari Segi Pembuktian. Alauddin Law Development Journal, 4(1), 133-
146.
3. Basri, N. H. (2021). PERANAN ALAT BUKTI KETERANGAN TERDAKWA
DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KELALAIAN MENYEBABKAN
MATINYA ORANG (Studi Kasus Putusan Nomor 98/Pid. B/2018/PN. Blk)=
THE ROLE OF THE DEFENDANT'S EVIDENCE IN EVIDENCE OF THE
CRIMINAL ACT OF NEGLIGENCE CAUSED THE DEATH OF PEOPLE
(Case Study of Decision Number 98/Pid. B/2018/PN. Blk) (Doctoral dissertation,
Universitas Hasanuddin).
4. Chrisnanto, R., Renggong, R., & Hasan, Y. A. (2021). KEDUDUKAN SAKSI
VERBALISAN DALAM SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT KUHAP.
Indonesian Journal of Legality of Law, 4(1), 58-63.
5. Dewi, W. (2016). Kedudukan Saksi Verbalisan Sebagai Alat Bukti Dalam
Pemeriksaan Di Pengadilan (Kajian Terhadap Pasal 184 Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana) (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
6. Elvandari, H., Pranawa, B., & Mardiyanto, J. (2020). Kedudukan Saksi Verbalisan
Dalam Proses Pemeriksaan Di Persidangan. Jurnal Bedah Hukum, 4(2), 10-19.
7. Ferrel, D. T. (2017). Penggunaan Hukum Saksi Verbalisan Sebagai Alat Bukti
Perkara Narkotika (Doctoral dissertation).
8. Haworth, K. (2020). Police interviews in the judicial process: Police interviews as
evidence. In The Routledge handbook of forensic linguistics (pp. 144-158).
Routledge.
9. Jonaedi Efendi, S. H. I., Johnny Ibrahim, S. H., & Se, M. M. (2018). Metode
Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris. Prenada Media.
10. Murniasih, S. (2019). Pembuktian Berdasar Keterangan Saksi Verbalisan Akibat
Pencabutan Keterangan Terdakwa Di Persidangan Dalam Perkara Persetubuhan
Terhadap Anak. Verstek, 7(2).
11. Naibaho, J. A. M. E. S. (2015). KEKUATAN SAKSI VERBALISAN DALAM
PEMBUKTIAN TERJADINYA TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG
DILAKUKAN SECARA BERSAMASAMA DISERTAI DENGAN
KEKERASAN (Study Putusan Nomor: 2730/Pid. B/2012/PNMdn).
12. Nazir, M. (1988). MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
13. NIKMAH, L. R. (2020). KEKUATAN HUKUM SAKSI VERBALISAN (SAKSI
PENYIDIK) DALAM PROSES PEMBUKTIAN PERSIDANGAN (Doctoral
dissertation, Skripsi, Universitas Muhammadiyaj Magelang).
14. Poluakan, M. V., Dikayuana, D., Wibowo, H., & Raharjo, S. T. (2019). Potret
Generasi Milenial pada Era Revolusi Industri 4.0. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial,
2(2), 187-197.
15. RAHARJA, D. W. K. (2010). KEDUDUKAN SAKSI VERBALISAN (SAKSI
PENYIDIK) SEBAGAI ALAT BUKTI DI PERSIDANGAN DALAM
PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri
Boyolali) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
16. Rozi, F. (2018). Sistem Pembuktian Dalam Proses Persidangan Pada Perkara
Tindak Pidana. Jurnal Yuridis Unaja, 1(2).
17. Setyaningrat, E. (2019). Implikasi Yuridis Pencabutan Keterangan Terdakwa
dalam Persidangan Terhadap Kekuatan Pembuktian Tindak Pidana. JURNAL
SPEKTRUM HUKUM, 13(2), 206- 220.
18. Sidiq, R., Sofro, S., Jalil, A., & Achmad W, R. W. (2021). Virtual World
Solidarity: How Social Solidarity is Built on the Crowdfunding Platform Kitabisa.
com. Webology, 18(1).
19. Yonea, G. M., Saragih, D. P., Siburian, I. P., & Rumapea, M. S. (2021).
TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN SAKSI VERBALISAN DALAM
PERKARA PIDANA. Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, 10(2), 190-197.
20. Zahrie, M. K. P. (2021). Verbalisan Witness Position as Evidence of a Criminal
Case. Ius Poenale, 2(2), 75-86.
21. Zaini, Z. D. (2011). Implementasi pendekatan yuridis normatif dan pendekatan
normatif sosiologis dalam penelitian ilmu hukum. Pranata Hukum, 6(2).
D. Sisetematika Penulisan
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai