MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
FUNGSI TEKNIS RESKRIM 3
1. Pengantar
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat
telah menciptakan berbagai perubahan dalam kehidupan manusia. Globalisasi
yang saat ini melanda dunia, tidak saja memberikan pengaruh positif namun
juga pengaruh negatif, diantaranya adalah pengaruh terhadap perkembangan
kriminalitas yang merupakan konsekuensi logis dari setiap perubahan sosial
yang terjadi. Kejahatan yang semula hanya bersifat konvensional berubah
menjadi kejahatan yang bersifat kompleks dengan modus operandi yang rumit
dan canggih. Selain itu, seiring berjalannya waktu muncul beberapa kejahatan
yang menjadi atensi publik selain kejahatan konvensional, antara lain:
kejahatan trans nasional, kejahatan kekayaan negara, dan kejahatan kontijensi.
Dengan demikian akan semakin menambah berat tugas Polri di masa yang
sekarang apalagi di masa yang akan datang, termasuk yang bertugas dalam
fungsi reserse.
Kejahatan tersebut di atas tentunya merupakan tantangan tugas bagi
institusi Polri yang mempunyai tugas pokok menegakkan hukum, terutama
fungsi reserse yang melaksanakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
sehingga diperoleh rasa keadilan secara hukum baik dari sisi korban maupun
sisi pelaku tindak pidana. Dengan demikian fungsi reserse harus benar-benar
menyiapkan kemampuan personelnya untuk dapat melaksanakan tugas
menegakkan hukum sesuai dengan harapan masyarakat.
Polri sebagai pelaksana fungsi teknis reserse kriminal tentunya selalu
berbenah diri melengkapi kekurangan dalam hal teknis penyidikan dengan
FT. RESKRIM 3 1 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
menyesuaikan situasi dan perkembangan dinamika pembangunan dan
peningkatan kejahatan yang cenderung meningkat. Berbagai upaya dilakukan
salah satunya dengan menyusun buku pedoman dalam pembelajaran tentang
fungsi teknis reskrim yang diberikan kepada calon anggota Polri.
Untuk mewujudkan kemampuan tersebut di atas maka dalam hanjar ini
akan diuraikan secara garis besar mengenai penyidikan (upaya paksa),
resume/surat sangkaan, penyusunan berkas perkara, penyelesaian berkas
perkara, diskresi Kepolisian dalam fungsi teknis reskrim dan pelayanan prima.
FT. RESKRIM 3 2 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
BAB I
PEMERIKSAAN
(HANJAR 2017)
Kompetensi Dasar:
Memahami teknik dan taktik dalam permeriksaan dalam proses penyidikan tindak
pidana.
Indikator hasil belajar:
1. Memahami dasar hukum pelaksanaan pemeriksaan dalam proses penyidikan
2. Memahami tata cara pelaksanaan pemeriksaan
3. Memahami syarat-syarat dalma pemeriksaan
4. Dapat membuat berita acara pemeriksaan
5. Memahami bebapa teknik dalam melakukan pemeriksaan
6. Memahami tindakan pemeriksaan saksi/ahli/tersangka
7. Mengetahui dan memahami pasal-pasa yang berkaitan dengan pemeriksaan
FT. RESKRIM 3 3 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan utamayang dilakukan oleh
Penyidikatau Penyidik pembantu untukmendapatkan keterangan saksi, keterangan
ahli dan tersangka yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan. Esensi Berita
Acara Pemeriksaan (BAP) dikaitkan dengan Hukum Pembuktian dimana BAP
dijadikan dasar oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam pembuatan Surat
Dakwaan, dan dasar membuktikan kesalahan terdakwa dalam proses pemeriksaan
di persidangan, karena itu “kebenaran” BAP selalu dipertahankan oleh JPU. BAP
yang memenuhi syarat pembuktian adalah BAP yang dapat memberikan jawaban
atas pertanyaan : What, When, Where, Who, Why, dan How, terhadap peristiwa
pidana yang disangkakan. Permasalahan yang timbul dan berimplikasi yuridis antara
lain apabila saksi mencabut keterangan yang ada di BAP pada waktu sidang di
pengadilan, sementara keterangan saksi merupakan hal paling utama dalam
membuktikan kasus pidana, dan dinyatakan di sidang pengadilan, disamping alat-
alat bukti lainnya.
Demikian juga terdakwa yang mencabut keterangannya dalam BAP walaupun
secara yuridis dibolehkan dengan alasan logis. BAP saksi dipenyidikan yang telah
dicabut dan diterima hakim, maka keterangan saksi bukan lagi merupakan alat bukti
keterangan saksi, tetapi sebagai alai bukti petunjuk setelah Hakim memeriksa
keterangan saksi dan alat bukti lannya dengan cermat, arif dan bijaksana.
Secara umum dalam persidangan keberadaan Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) dalam menunjang proses pembuktian di persidangan adalah :
1. Bahwa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) selalu dijadikan dasar dalam
pembuatan Surat Dakwaan oleh Penuntut Umum, sedangkan Surat Dakwaan
adalah mahkota Jaksa Penuntut Umum;
2. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dijadikan dasar dalam proses pemeriksaan
dipersidangan, baik oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU), Hakim maupun
Pengacara;
3. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dijadikan dasar oleh Jaksa Penuntut Umum
(JPU) dalam membuktikan kesalahan terdakwa dipersidangan;
4. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) mengikat Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam
membuktikan kesalahan terdakwa dipersidangan;
FT. RESKRIM 3 4 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
5. Bahwa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) selalu dipertahankan “kebenarannya”
oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam proses membuktikan kesalahan
terdakwa dipersidangan karena Surat Dakwaan intinya dari BAP.
Sementara itu, dalam aplikasinya hambatan yang dihadapi Jaksa Penuntut
Umum (JPU) dalam proses pembuktian di persidangan berdasarkan BAP, adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Yuridis, hal-hal yang paling sering terjadi terkait masalah ini adalah :
a. Ketidakcermatan terhadap kelengkapan syarat formal dan materiel dalam
BAP;
b. Hakim tidak secara obyektif menggali kebenaran materiel perkara yang
diajukan oleh JPU di persidangan sedangkan keyakinan hakim bersifat
relatif dan subjektif;
c. Adanya perbedaan penafsiran hukum antara Jaksa dengan Hakim.
2. Faktor Teknis, hal-hal yang paling sering terjadi terkait masalah ini adalah :
a. Pemeriksaan terhadap saksi-saksi antara lain :
1) Saksi tidak hadir;
2) Saksi mencabut pernyataannya di BAP;
3) Saksi memberikan keterangan yang berbeda dengan BAP;
4) Saksi ahli yang ternyata tidak kompeten.
b. Pemeriksaan terdakwa antara lain :
1) Terdakwa mencabut keterangannya di BAP;
2) Terdakwa tidak mengakui perbuatannya, sedangkan saksi-saksi sulit
dihadirkan
3) Apabila terdakwa orang asing, terkadang tidak ditemukan
penterjemah yang menguasai bahasa dari terdakwa, khususnya di
daerah.
c. Barang bukti, antara lain :
1) Barang bukti yang sudah tidak bisa dikenali;
2) Barang bukti yang jenis dan bentuknya tidak mudah dibawa ke
depan sidang
FT. RESKRIM 3 5 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
I. PENGERTIAN
1. Pemeriksaan adalah kegiatan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan
dan keidentikan dari tersangka,saksi, ahli barang bukti maupun unsur-unsur
tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan
sesorang maupun barang bukti di dalam tindak pidana tersebut menjadi
jelas, dituangkan di dalam berita acara pemeriksaan.
2. Pemeriksa adalah pejabat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan baik sebagai penyidik maupun penyidik pembantu.
3. Interogasi adalah salah satu teknik pemeriksaan tersangka/saksi dalam
rangka penyidikan tindak pidanadengan cara mengajukan pertanyaan baik
lisan maupun tertuliskepada tersangka, atau saksi, guna mendapatkan
keterangan, petunjuk-petunjuk dan alat bukti lainnya dan kebenaran
keterlibatan tersangka dalam rangka pembuatan berita acara pemeriksaan.
4. Konfrontasi adalah salah satu teknik pemeriksaan dalam rangka
penyidikandengan cara mempertemukan satu dengan lainnya (antara :
tersangka dengan saksi, saksi dengan saksi, tersangka dengan saksi) untuk
menguji kebenaran dan persesuaian keterangan masing-masing serta di
tuangkan dalam berita acara pemeriksaan konfrontasi.
5. Rekonstruksi adalah salah satu teknik dalam pemeriksaan dalam rangka
penyidikan, dengan jalan memperagakan kembali cara tersangkamelakukan
tindak pidanaatau pengetahuan saksi, dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang terjadinya tindak pidana tersebut dan untuk
menguji kebenaran keterangan tersangka atau saksi sehingga dengan
demikian dapat diketahui benar tidaknya tersangka sebagai pelaku
dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Rekonstruksi.
6. Tersangka adalah sesorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
7. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradian suatu perkara pidana yang didengar
dilihat dan dialami sendiri.
FT. RESKRIM 3 6 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
8. Ahli adalah orang yang dapat memberikan keterangan ahli guna
kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara
pidana yang ia ketahui berdasarkan keahlian khusus yang dimilikinya.
9. Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwapidana yang
didengar, dilihat dan dialami sendiridengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu.
10. Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang
memiliki keahlian khusus yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.
11. Berita acara pemeriksaan tersangka,saksi dan ahli adalah catatan atau
tulisan yang bersifat otentik, dibuat dalam bentuk tertentu oleh penyidik atau
penyidik pembantu atas kekuatan sumpah jabatan, diberi tanggal dan di
tanda tangani oleh penyidik atau penyidik pembantu dantersangka serta ahli
yang diperiksa, memuat uraian tindak pidana yang dipersangkakan
denganmenyebut waktu, tempat dan keadaan pada waktu pidana dilakukan,
identitas Penyidik/ Penyidik Pembantu dan yang diperiksa, keterangan yang
diperiksa
II. CARA PELAKSANAAN
1. Syarat-syarat Pemeriksaan
a) Pemeriksa
1) Mempunyai kewenangan melakukan pemeriksaan dan membuat
Berita Acara Pemeriksaan, baik sebagai Penyidik atau Penyidik
Pembantu.
2) Mengetahui pengetahuan yang cukup mengenai hukum Pidana,
Hukum Acara Pidana dan Peraturan Perundang-undangan / Hukum-
hukum lainnya.
3) Mengetahui pengetahuan yang cukup dan mahir melaksanakan
fungsi teknik profesional khas Kepolisian di bidang reskrim
khususnya kemahiran tentang taktik dan teknik pemeriksaan.
FT. RESKRIM 3 7 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
4) Mempunyai pengetahuan dan menguasai kasus tindak pidananya
denga baik, berdasarkan laporan polisi, laporan hasil penyelidikan,
berita acara pemeriksaan di tempat kejadian perkara, informasi dan
data lainnya.
5) Memiliki kepribadian :
a) Percaya pada diri sendiri
b) Mempunyai kemampuan menghadapi orang lain
c) Tidak lekas terpengaruh atau mempunyai perasaan syak
wasangka.
d) Sabar, dapat mengendalikan emosi dan mengekang diri
e) Kemampuan menilai dengan tepat dan bertindak cepat dan
obyektif, kususnya dalam meniali sikap dan gerakan tersangka
dan waktu menjawab.
f) Tekun, ulet dan mampu mengembangkan inisiatip.
6) Mampu mempersiapkan rencana pemeriksaan dengan baik
sehingga dapat tepat guna dan berhasil guna (efektif dan efisien).
b) Yang diperiksa
1) Saksi
a) Ketentuan Umum
➢ Saksi pada saat diperiksa sebaiknya dalamkeadaan sehatbaik
jasmani maupun rohani, apabila saksi dalam keadaan sakit namun
masih bisa berkomunikasi dengan baik makapemeriksaan tetap
dapat dilanjutkan, kalau perlu segeradisumpah
➢ Apabila saksi yang dipanggil memberi alasan yang patut dan wajar
bahwa ia tidak dapat datang kepada pemeriksa yg
melakukanpemeriksaan, pemeriksa itu datang
ketempatkediamannya,
➢ Diutamakan bagi mereka yg tidak ada hubungan keluarga dg
tersangka karena mereka yg ada hubungan keluarga sampai
derajat ketiga karena berdasarkan hubungandarah atau karena
akibat perkawinan
FT. RESKRIM 3 8 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
b) Berdasarkan statusnya dalam tindak pidana
(1) saksi korban / pelaporadalahMerekayang menyampaikan laporan
tetang suatu peristiwa pidana
(2) Yang Merasa Wajib memberikan Keterangan adalah mereka yang
merasa berkewajiban membeikan keterangan tentang suatu
peristiwa pidana
(3) Saksi yang sebenarnya Tersangka adalah mereka yang pada
awalnya ddiperiksa sebagai saksi, namun berdasarkanalat bukti
lain yang berhasil dikumpulkan ternyata sebagai tersangka
(4) Saksi yang sebenarnya Bukan Saksi adalah seseorang yang
merasa dirinya dapat menjadi saksi walau sebernarnya tidak
melihat atau mendengar atau mengalami sendiri peristiwa pidana
tersebut (TESTIMONIUM DE AIDITU),
(5) Saksi Yang menguntungkan Tersangka adalah saksi yang diminta
oleh tersangka untuk dihadirkan dalam pemeriksaan, karena
dianggap keterangannya dapat menguntungkan tersangka (
SAKSI A DECHARGE ).
(6) Saksi Mahkota adalah saksi yang sebetulnya juga tersangka
dalam tindak pidana yang sama, namun dalam BP yang
berbedaDLM TP YG SAMA ( BP YG DI-SPLITSING ).
c) Berdasarkan Bobot Keterangannya
(1) Saksi yang dapat dipercaya
Adalah mereka yang memiliki kepribadian yg stabil, kesaksiannya
didukung bukti
(2) Saksi yg meragukan.
Adalah mereka yang menyampaikan kesaksian yg terdapat
kejanggalan serta tidak sepenuhnya didukung dg bukti
(3) Saksi yang berbohong.
Adalah mereka yang menyampaikan keterangan yg tidak dpt
dipercaya krn keterangannya tidak logis & bertentangan dengan
yang lain.
(4) Saksi yg pandai meyakinkan
FT. RESKRIM 3 9 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
adalah seseorang yang dalam memberikan keterangannya mem-
pergunakan kata-kata tertentu yg dpt menyakinkan pemeriksa
2) Ahli
a) Ketentuan umum
(1) Ahli memiliki keahlian sehubungan dengan tindak pidana
(2) Yang sedaang dilakukan penyidikan sifat keterangan yang diberikan
berdasarkan pengetahuan yang dimiliknya
(3) Hasil pemeriksaan yang dibuat oleh ahli berdasarkan sumpah
jabatan, atas permintaan penyidik merupakan alat bukti surat
(4) Mendapat rekomendasi atau ditunjuk dari/oleh pimpinannya
b) Macam-macam Ahli
(1) Ahli karena keahliannya
Contoh : Ahli akuntan, Ahli Perbankan dll
(2) Ahli yang memiliki keahlian khusus untuk menangani benda mati (
yang diam) dapat memberikan informasi kepada penyidik
Contoh : Ahli kedokteran forensik, ahli laboraturium forensic dll
(3) Ahli yang merupakan Pakar terhadap suatu ilmu pengetahuan yang
diperlukan dalam pembuktian oleh penyidik, walaupun hal tersebut
sudah diketahui khalayak ramai
contoh : Ahli hokum pidana, Ahli bahasa dll.
3) Tersangka
a) Ketentuan Umum
(1) Tersangka diperiksa setelah ada bukti permulaan bahwa ia diduga
sebagai pelaku tindak pidana
(2) Tersangka pd saat diperiksa sebaiknya dalam keadaansehat baik
jasmani maupun rohani, apabila
Tersangkadalam keadaan sakit namun masih biasaberkomunikasi
dengan baik serta tidak keberatan untuk diperiksa,maka pemeriksaan
dpt dilakukan.
(3) Sebelum diperiksa diberitahukan terlebih dahulu hak-haknya,
terutama hak utk didampingi penasehat hukum.
FT. RESKRIM 3 10 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
(4) Tersangka dipanggil dengan panggilan yang sah, kecuali bila
tertangkap tangan
(5) Apabila tersangka yg dipanggil memberi alasan yg patut dan wajar
bahwa ia tidak dapat datang kepadapenyidik yg melakukan
pemeriksaan, penyidik itu datang ketempat kediamannya
b) Berdasarkan Perannya dalam Tindak Pidana
(1) Orang yg melakukan ( pleger )
adalah mereka yang melakukan TP secara sendirian
(2) Orang yg menyuruh melakukan ( doen pleger )
adalah mereka yang menyuruh orang lain utk melakukan TP
(3) Orang yg turut melakukan ( medepleger ).
adalah mereka yang ikut melakukan tindak pidana
orang yg sengaja membujuk untuk melakukan TP (uwit loker)
adalah orang yang dengan sengaja membujuk orang lain utk
melakukan tindak pidana, dg pemberian upah atau janji, salah
memakai kekuasaan atau pengaruh, kekerasan atau ancaman, tipu
daya
(4) orang yg membantu melakukan tp (megeplichtig)
adalah orang yang dengan sengaja memberi bantuan pd seseorang
yg akan atau sedang melakukan tindak pidana
c) Berdasarkan Barang bukti alau Alat bukti yang terkumpul
(1) Tersangka yang sudah dpt dipastikan kesalahannya
adalah mereka yg berdasarkan bb/alat bukti yang berhasil
dikumpulkan patut diduga bahwa mereka
pelaku tindak pidananya.
(2) Tersangka yang belum pasti kesalahannya
adalah mereka yang hanya diduga sebagai pelaku tindak pidana,
walaupun bb / alat bukti yg berhasil dikumpulkan belum cukup utk
membuktikan bahwa ia sebagai pelaku tindak pidana
(3) Berdasarkan kejiwaan pd saat melakukan Tindak Pidana (emitional
offenders).
FT. RESKRIM 3 11 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
adalah mereka yang melakukan kejahatan dengan dorongan emosi /
nafsu, marah atau balas dendam
(4) Non emotional offenders
adalah mereka yg melakukan kejahatan tanpa dorongan emosi marah
atau balas dendam
d) Hak hak tersangka
(1) Segera mendapat pemeriksaan
(2) Untuk mempersiapkan pembelaan berhak tersangka diberitahukan
dengan jelas dalam bahasa yg dimengerti olehnya tentang apa yang
disangkakan kepadanya
(3) Pada waktu pemeriksaan dimulaimemberikan keterangan secara
bebas.
(4) Untuk setiap waktu mendapat bantuan juru bahasa.
(5) Mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebihpenasihat hukum
selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, serta
berhak memilihsendiri penasihat hukum, bagi mereka yang diancam
hukuman besar dari 15 tahun, atau lebih besar dari 5 tahun bagi yang
tidak mempunyai penasihat hukum sendiri
(6) Bagi yang ditahan berhak menghubungi penasihat hukumnya,
(7) Diberitahukan tentang penahanan terhadap dirinya kpd keluarganya /
orang serumah, berhak menerima kunjungan keluarganya, berhak
mengirim / menerima surat, berhak menghubungi/ menerima
kunjungan rohaniawan.
(8) Berhak mengajukan saksi dan atau ahli yang menguntungkan dirinya.
(9) Tidak dibebani pembuktian.
(10) Berhak menuntut ganti rugi & rehabilitasi.
(11) Berhak mendapatkan turunan BAP.
c) Tempat pemeriksaan
1) Ditentukan/ditetapkan secara khusus sebagai tempat untuk
melakukan pemeriksaan baik dikantor Penyidik / Penyidik Pembantu
atau tempat-tempat yang lain yang layak sesuai dengan ketentuan
FT. RESKRIM 3 12 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
undang-undang yang berlaku (misalnya dirumah / kediaman yang
diperiksa, dirumah sakit).
2) Dalam hal tersangka, saks/saksi ahli telah dua kali secara berturut-
turut dengan surat panggilan yang sah, tetapi tidak wajar, maka
pemeriksaan dapat dilakukan dirumah/kediaman atau tempat lain
dimana suasannya tenang
3) Tempat pemeriksaan harus sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan kesan menakutkan / menyeramkan dan dalam
suasana tenang,usahakan diruangan khusus terpisah dari aktifitas
rumah tangga.
4) Tempat harus terang dan bersih, serta tidak ada hal-hal yang dapat
mengalihkan perhatian yang diperiksa.
5) Tempat pemeriksaan harus terjamin keamanannya
6) Tersedia tempat bagi penasehat hukum.
7) Bila memungkinkan di buat khusus ruang pemeriksaan tersangka /
saksi dengan segala prasarana dan sarana yang diperlukan.
d) Persiapan Pemeriksaan
e) Saat mulai pemeriksaan
1) Pemeriksaan agar di usahakan segera mungkin / tepat waktusesuai
waktu panggilan.
2) Setelah penangkapan dilaksanakan terhadap tersangka gara segera
diadakan pemeriksaan.
3) Dalam waktu satu hari (1x24 jam) setelah perintah penahanan
dilaksanakan, tersangka harus memulai diperiksa (pasal 122
KUHAP).
4) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan
situasi perdebatan yang tidak perlu maupun pembicaraan yang
emosional.
FT. RESKRIM 3 13 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
5) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan
situasi perdebatan yang tidak perlu maupun pembicaraan yang
emosional
6) Hindari agar pemeriksaan jangan sampai dipengaruhi tersangka
atau saksi/ahli.
7) Hindarkan pertanyaan-pertanyaan kepada tersangka dan saksi ahli
yang menunjuk pada tindak pidana yang terjadi.
8) Agar memperhatikan norma-norma kesopanan dan kesusilaan,
terutama apabila tersangka atau saksi seorang wanita.
9) Dalam hal tersangka atau saksi agak sulit atau kurang lancar dalam
mengemukakan keterangan, maka agar dibantu atau dibimbing
sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
seseorang, keadaan dan jalannya tindak pidana secara lengkap,
sistematis dan berurutan.
10) Dalam hal tersangka atau saksi meberikan keterangan yang tidak
benar, jangan dicela, melainkan supaya diingatkan agar memberikan
keteranganyang benar.
11) Pemeriksaan tersangka atau saksi pada prinsipnya tidak boleh
dihindari orang yang tidak berkepentingan dengan kepentingan.
12) Hendaknya dibangkitkan rasa simpati dan dicegah jangan sampai
menimbulkan sikap yang bertentangan.
13) Pertanyaan-pertanyaan harus singkat, padat dan jelas, sehingga
mudah dimengerti oleh tersangka saksi dan ahli.
14) Untuk memperoleh keterangan yang lebih meyakinkan, pemeriksa
agar mengulang pertanyaan yang sama kepada tersangka, saksi
dan ahli.
15) Tidak memberikan kesempatan kepada tersangka, saksi dan ahli
untuk membuat keterangan yang bersifat khayalan atau keterangan
yang tidak benar.
16) Agar bersikap sabar, tekun dan ulet dalam menghadapi tersangka,
saksi dan ahli yang berbelit-belit.
FT. RESKRIM 3 14 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
17) Kepada tersangka, saksi dan ahli supaya disuruh mengenali,
diperlihatkan kembali barang bukti yang didapatkan dan
keterangannya supaya dimuat dalam berita acara pemeriksaan atas
dirinya.
18) Keterangan tersangka atau saksi ahli wajib di tulis secara teliti dan
lengkap da;am berita acara pemeriksaan sehingga memenuhi /
menjelaskan tersangka ahli dan alat bukti lainnya ternyata :
a) Tidak terdapat cukup bukti
b) Peristiwa tersebut bukan tindak pidana
c) Dihentikan demi hukum
d) Maka penyidikan wajib segera dihentikan (pasal 109 ayat (2)
KUHAP)
f) Sarana pemeriksaan
1) Meja dan kursi sesuia kebutuhan
2) Mesin tulis/komputer
3) Alat alat tulis
4) Tape recorder dan alat-alat elektronika sebagai penolong
pemeriksaan (bila dibutuhkan)
5) Kelengkapan administrasi penyidikan
g) Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan
1) Persyaratan formal
a) Pada halaman pertama disebelah sudut kiri atas disebutkan nama
kesatuan dan wilayah.
b) Dibawahnya nama kesatuan ditulis kata kata “PRO JUSTITIA”
c) Pada tengah-tengah bagian atas halaman pertama ditulis kata kata
“BERITA ACARA PEMERIKSAAN” dan dibawahnya antara tanda
kurung dituliskan TERSANGKA / SAKSI / AHLI isinya dimulai di
bawahnya.
d) Disebelah kiri di setiap lembaran Berita Acara Pemeriksaan
dikosongkan selebar 1⁄4 halaman yang disebut marge yang
FT. RESKRIM 3 15 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
maksudnya disediakan untuk tempat perbaikan apabila terjadi
kekeliruan dalam penulisan materinya.
e) Pada pendahuluan Berita Acara Pemeriksaan, dicantumkan:
➢ Hari,tanggal,bulan tahun dan pukul pembuatan (huruf pertama
diawali 7 ketikan).
➢ Nama, pangkat, Nrp, jabatan dan kesatuan dari penyidik serta
skep penyidik.
➢ Nama (nama lengkap), termasuk nama kecil, alias dan nama
panggilan, tempat dan tanggal lahir (umur), agama,
kewarganegaraan, tempat tinggal atau kediaman dan pekerjaan
dari tersangka / saksi / ahli, berdasarkan keterangannya dan di
cocokan dengan identitas diri dalam Kartu Penduduk / Pasport /
Kartu Pengenal lainnya (SIM,STNK, DLL)
➢ Diperiksa selaku tersangka atau saksi/ahli.
➢ Alasan pemeriksan (dalam hubungan dengan tindak pidana
yang terjadi dengan menyebutkan pasal Undang-undang yang di
langgar serta menyebutkan nomor dan tanggal laporan polisi).
f) Pada akhir Berita Acara Pemeriksaan terdapat kolom tanda tangan
yang diperiksa dan pihak-pihak lain yang terlibat, kemudia Berita
Acara Pemeriksaan ditutup dan ditanda tangani oleh penyidik.
g) Bila yang diperiksa tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf),
maka kolom tanda tangan di bubuhkan cap jempol/tiga jari kanan
(telunjuk, jari tengah, jari manis) kiri/kanan sesuai keadaan yang
memungkinkan dari pada yang diperiksa tersebut.
h) Apabila yang diperiksa tidak mengerti atau memahami bahasa
Indonesia, maka yang diperiksa dapat didampingi oleh penerjemah.
i) Bagi yang diperiksa dikarenakan cacat tubuh tidak memiliki kedua
belah tangan, maka untuk yang menerangkan keadaan yang
diperiksa dan diketahui oleh saksi lain.
FT. RESKRIM 3 16 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
j) Setiap halaman kecuali halaman terakhir yang memuat tanda tangan
yang diperiksa.harus diberi paraf yang diperiksa dipojok kanan
bawah.
k) Dalam hal pemeriksaan belum dapat diselesaikan, maka
pemeriksaan maupun pembuatan Berita Acara Pemeriksaan dapat
dihentikan sementara dengan penutup dan menandatangani BAP
tersebut oleh yang diperiksa dan penyidik serta semua pihak yang
terlibat.
l) Untuk melanjutkan Berita Acara Pemeriksaan yang belum dapat
diselesaikan, maka pembuatan BAP (lanjutan) dilaksanakan sebagai
berikut :
➢ Halaman berikut
➢ Memakai nama kesatuan dan memakai kata kata PRO JUSTITIA.
➢ Judul BAP adalah : Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan
Tersangka/Saksi/Ahli.
➢ Nomor pertanyaan melanjutkan nomor pertanyaan Berita Acara
Pemeriksaan.
➢ Pengantar pembuatan Berita Acara Pemeriksaan lanjutan dibuat
sebagaimana Berita Acara sebelumnya.
m) Bilamana tersangka/saksi/ahli tidak mau menandatangani Berita
Acara Pemeriksaan, di buatkan Berita Acara penolakan dengan
menuliskan alasan-alasannya.
n) Apabila tersangka/saksi didampingi juru bahasa isyarat, maka agar
disebutkan dalam uraian setelah kata-kata “Setelah Berita Acara
Pemeriksaan ini selesai di buat, maka.... Dst”. Selajutnya juru
bahasa / ahli isyarat ikut menandatangani Berita Acara Pemeriksaan
dimaksud, didampingi tanda tngan yang diperiksa.
o) Apabila tersangka didampingi penasehat hukum, maka dalam Berita
Acara Pemeriksaan diikutkan untuk menandatangani BA tersebut
sehingga memperkuat keabsahan hasil pemeriksaan terhadap
tersangka yang bersangkutan.
FT. RESKRIM 3 17 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
p) Harus diketik di atas kerta folio warna putih, dengan jarak antar baris
kalimat sebesar 1 1⁄2 (satu setengah) spasi.
q) Di antara baris awal tidak boleh dituliskan apapun, pada setiap awal
kalimat dimulai 7 (tujuh) ketikan.
r) Pada setiap awal dan akhir kalimat, apabila masih ada ruang kosong
diisi dengan garis putus-putus.
s) Bilamana ada tulisan-tulisan yang salah, jangan sekali-kali
menghapus dengan alat-alat apapun dan menindih dengan huruf
atau kata-kata lain.
t) Bilamana da tulisan-tulisan yang salah dan perlu diperbaiki supaya
yang salah tersebut dicoret dan diparaf pada ujung atau kiri dan
kanan, perbaikannya ditulis pada marge dan diparaf pada ujung kiri
dan kanan dengan didahului kata-kata “SAH DIGANTI”.
u) Kata-kata harus ditulis dengan lengkap jangan menggunakan
singkatan kecuali singkatan kata-kata yang resmi.
v) Penulisan angka yang menyebutkan jumlah harus di ulangi dengan
duruh dalam kurung.
w) Nama orang harus ditulis dengan huruf besar (huruf balok) dan
digaris bawahnya.
2) Persyaratan Materiil
Keseluruhan isi/materi BAP memenuhi jawaban atas pertanyaan 7
(tujuh) KAH yaitu:
a) Siapakah
“Siapakah “ mengandung pengertian agar dapat menjawab tentang
orang-orang yang diperlukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan antara lain sebagai berikut :
➢ Siapa yang melaporkan / mengadukan
➢ Siapa yang pertama-tama mengetahui
➢ Siapa korban/yang dirugikan
➢ Siapa pelakunya / tersangkanya
➢ Siapa saksi-saksinya
FT. RESKRIM 3 18 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
➢ Siapa yang terlibat lainnya
b) Apakah
“Apakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab tentang
peristiwa alat, penyebab dan latar belakangnya dengan mengajukan
pertanyaan antara lain sebagai berikut:
➢ Apa yang telah terjadi (Peristiwanya)
➢ Apa yang dilakukan tersangka dan saksi-saksi
➢ Apa alat yang digunakan
➢ Apa akibat yang ditimbulkan
➢ Apa kerugian yang dialami
➢ Apa penyebab timbulnya kejadian
➢ Apa sebab tersangkat/saksi melakukan
c) Dimanakah
“Dimanakah" mengandung pengertian agar dapat menjawab tempat
tempat tertentu dengan pertanyaan pertanyaan antara lain sebagai
berikut:
➢ Dimanakah peristiwa itu terjadi
➢ Dimanakah korban berada sebelum kejadian pada saat kejadian
dan saat ditemukan
➢ Dimanakah benda-benda/barang-barang bukti itu ditemukan, dan
dimana sebelum ditemukan
➢ Dimanakah saksi-saksi ketika tindak pidana terjadi
d) Dengan apakah
“Dengan apakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab
tentang alat yang dipergunakan dengan mengajukan pertanyaan,
antara lain sebagai berkut:
➢ Dengan apakah tersangka melakukan perbuatannya
➢ Dengan apakah tersangka membawa korba/barang
➢ Dengan apakah saksi dapat melakukan
e) Mengapakah
“Mengapakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab latar
belakang pertanyaan-pertanyaan, antara lain sebagai berikut:
FT. RESKRIM 3 19 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
➢ Mengapakah perbuatan itu dilakukan
➢ Mengapa menggunakan alat/cara-cara itu
f) Bagaimanakah
“Bagaimanakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab
tentang cara perbuatan itu dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, antara lain sebagai berikut:
➢ Bagaimanakah cara melakukan perbuatan itu
➢ Bagaimana cara mendapatkan sesuatu (baik tersangka/saksi)
g) Bilamanakah
“Bilamanakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab tentang
waktu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, antara lain
sebagai berikut:
➢ Bilamana perbuatan / tindak pidana dilakukan / terjadi
➢ Bilamana kejadian tersebut dilaporkan
➢ Bilamana korban ditemukan
➢ Bilaman korban meninggal dunia dan lain-lain
Selanjutnya, persyaratan materiil dalam BAP agar memuat uraian
Mens rea dan Actus Reus pada tindak pidana yang dipersangkakan.
3) Bentuk Berita Acara Pemeriksaan tersangka, saksi dan ahli
Pada dasarnya Bentuk Berita Acara Pemeriksaan tersangka saksi dan
ahli berisikan gambaran/kostruksi suatu tindak pidana, dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu bentuk cerita/pernyataan
kronologis, tanya jawab dan gabungan antara bentuk cerita dengan
tanya jawab.
(a) Bentuk cerita/pertanyaan
Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk cerita/pertanyaan adalah
serangkaian jawabanatas pertanyaan lisan yang diajukan oleh
pemeriksa kepada yang diperiksa disusundalam kalimat sehingga
merupakan Acara pemeriksaan yang memenuhi jawaban-jawaban
atas pertanyaan 7 KAH serta memenuhi unsur-unsur tindak
FT. RESKRIM 3 20 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
pidananya yang biasanya digunakan dalam perkara-perkara/tindak
pidana ringan.
(b) Bentuk tanya jawab
Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk Tanya jawab rstadisusun
dalam bentuk Tanya jawab antara penyidik dengan yang diperiksa
sehingga memberikan gambaran kejadiannya secara jelas dan
memenuhi jawaban-jawaban atas 7 KAH serta unsur unsru tindak
pidananya.
(c) Bentuk gabungan ceritera dengan tanya jawab
BAP dalam bentuk gabungan cerita dan tanya jawab pada
hakekatnya disusun dalam bentuk tanya jawab dan dalam hal
tertentu diselingi dengan bentuk cerita/ pertanyaan.
2. Teknik Melakukan Pemeriksaan melalui Wawancara
Ada 3 teknik wawancara yang bisa dilakukan, yaitu
(a) Wawancara terstandar/terstruktur.
Wawancara terstandar/terstruktur adalah wawancara dengan
menggunakan sejumlah pertanyaan yang terstandar secara baku.
Teknik pertanyaan ini digunakan bila penyidik telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi/fakta apa yang akan diperoleh.
Dalam hal ini penyidik sudah mempersiapkan instrumen berupa
pertanyaan-pertanyaan yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan. Contoh pertanyaan ini adalah : apakah saudara pada hari
minggu tanggal .... jam .... di jl. .... kota Semarang berada di
tempat tersebut. selanjutnya pertanyaannya adalah : Apa yang
saudara lakukan pada waktu, tempat dan lokasi tersebut ?.
(b) Wawancara tidak terstandar/terstruktur.
Wawancara yang dilakukan dengan bebas dimana penyidik tidak
menggunakan pedoman yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap. Pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada
spontanitas dari saksi/tersangka. Umumnya saksi/tersangka yang
diperiksa tidak merasa sedang diperiksa pada saat itu. Teknik juga
FT. RESKRIM 3 21 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
dilakukan karena penyidik belum tahu jawaban apa yang akan
diperoleh dari saksi/tersangka. Jawaban spontan tersebut akan
menjadi titik pangkal dalam pengembangan pertanyaan selanjutnya.
(c) Wawancara semi standar/terstruktur.
Wawancara yang dilakukan oleh penyidik/pemeriksa dengan
membuat garis besar pokok-pokok perkara pidana yang terjadi.
Namun demikian, dalam pelaksanaannya penyidik mengajukan
pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan yang
dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan dan
pemilihan kata-katanya tidak baku tetapi dimodifikasi sesuai dengan
situasinya. Tujuan dari teknik adalah penyidik perlu mengengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh saksi/saksi
ahli/tersangka. Contoh pertanyaan ini adalah : apa yang saudara
lihat, dengar dan rasakan pada hari ... tanggal ... jam ... di .... ?
Catatan : pertanyaan yang dihindari, yaitu :
1) terlalu rumit dan panjang
2) bernada ancaman
3) dengan muatan tertentu, sehingga dapat menggiring opini pribadi
yang diperiksa
4) yang mengarahkan atau memaksakan kehendak
5) pertanyaan berprasangka/menjebak
3. Tindakan pemeriksaan saksi/ahli/tersangka
a) Persiapan
(1) Persiapan orangnya
(a) Penunjukan pemeriksa
(1) petugas diusahakan disesuaikan dg tingkat pendidikan/kecerdasan ,
kepangkatan, kemampuan & pengalamantersangka ( khususnya
dlm white collar crime )
(2) sudah mempelajari kasus tindak pidananya scr lengkapdari berbagai
aspeknya
FT. RESKRIM 3 22 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
(3) dibentuk team pemeriksa ( ketua, anggota & notulen ),namun dlm
mengajukan pertanyaan rationya 1 : 1
(4) tdk ada hubungan keluarga dg tersangka maupun saksi baik karena
hubungan darah atau perkawinan.
(b) Penunjukkan Penasehat Hukum
(1) guna kepentingan pembelaan tersangka berhak memilih / menunjuk
sendiri satu atau lebih penasihat hokum
(2) pemeriksa wajib menunjuk penasihat hukum bagi tersangka yang
diancam hukuman 15 tahun, atau 5 tahun yang tidak mampu dan
tidak memiliki penasihat hukum sendiri
(3) penasihat hukum yg ditujuk oleh penyidik ( psl 56 kuhap) wajib
memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma utk kepentingan
tersubut diatas, penyidik dapat minta bantuankepada ketua
pengadilan negeri setempat
(c) Penentuan Urutan orang yang diperiksa Didasarkan pada faktor-faktor
sbb :
(1) kualitas & kuantitas informasi yg dimiliki
(2) kemauan bekerjasama/keikhlasan dalam memberikanketerangan
(3) pengaruh yang bersangkutan terhadap tersangka atau saksi lainnya
(4) peran yang bersangkutan (tersangka ) dalam tindakpidana yang
dilakukan
(5) keteguhan yang bersangkutan dalam menyimpan rahasia
(6) stabilitas kejiwaan, tidak mudah lupa atau terpengaruh oleh pihak
lain.
4. Persiapan Materi dan Sarana prasarana riksa
a. Persiapan tempat pemeriksaan
(1) dilaksanakan pd tempat khusus yg cukup luas, tidak tercampur dg
kegiatan rutin kantor tersedia tempat khusus bg penasihat hukum (
apabila diperlukan )
(2) suasananya tenang, terang, bersih & tdk ada hal-halyg dpt
mengalihkan perhatian pemeriksa atau pihak yg diperiksa
FT. RESKRIM 3 23 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
(3) apabila pemeriksaan dikediaman yg diperiksa, usahakan
dilaksanakan didlm ruangan khusus, yg terpisah darikegiatan rumah
tangga, serta dilengkapi dg sprin memeriksa tersangka / saksi di
kediaman
b. Persiapan sarana dan prasarana
(1) meja & kursi yg memenuhi syarat, yg dpt mendukung pelaksanaan
pemeriksaan & dpt menghindari hal-hal yg tdk diinginkan
(2) alat peralatan tulis menulis ( komputer ), alat tulis kantor ( atk ) & alat
perekam
c. Mempersiapkan barang bukti
a. Mempersiapkan barang bukti yg ada kaitannya dg tindak pidana yg
terjadi, guna mendukung alat bukti yang ada.
d. Mempersiapkan daftar pertanyaan
Sebelum melakukan pemeriksaan, agar disusun daftar pertanyaan yg
akan diajukan, yg terdiri :
➢ Pertanyaan Awal, adalah pertanyaan yg telahdibakukan dalam
KUHAP, tentang :
i. kesehatan yg diperiksa
ii. penjelasan maksud pemeriksaan serta kesediaan saksi / tsk utk
didengar keterangannya
iii. penjelasan ttg hak / kewajiban utk didampingi olehpenasihat
hukum ( khusus tersangka )
iv. apa pernah dihukum ( tersangka )
v. riwayat hidup/pekerjaan ( khusus ahli )
Contoh Pertanyaan Awal
1. Apakah pada hari ini saudara dalam keadaan sehat baik jasmani
maupun rohani ?
2. Pada hari ini saudara akan diperiksa sehubungan dengan adanya
pencurian barang-barang didalam ruang personalia bank mandiri
FT. RESKRIM 3 24 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
pada tanggal 7 April 2016, apakah saudara bersedia memberikan
keterangannya ?
3. Apakah pernah dijatuhi sanksi oleh perusahaan ?
4. Dapatkah saudara menceritakan riwayat hidup dan riwayat
pekerjaan saudara ? ( bagi tersangka & ahli)
➢ Pertanyaan Pokok adalah pertanyaan inti, yang merupakan pokok
permasalahan yang harus digali dari terperiksa. Pertanyaan disusun
berdasarkan penjabaran unsur-unsur tindak pidana yang
dipersangkakan,dalam bentuk pertanyaan “ 7 kah “ atau “ 6 w 1 h
”dalam bentuk “ si a di de men ba bi ”, baik thd tsk,saksi maupun ahli.
Contoh Pertanyaan Pokok
✓ Pada tindak pidana pencurian sebagaimana yang dimaksud pada
pasal 363 ayat (1) angka 5 KUHP, dengan unsur-unsur sbb :
- barang siapa mengambil barang,
- yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain,
- dengan maksud akan memiliki barang tersebut,
- dengan melawan hak,
- tersangka masuk ketempat untuk mengambilbarang itu
dengan memakai kunci palsu atau perintah palsu.
• pertanyaan sehubungan dgn unsur ”barangsiapamengambil
barang ”
a. contoh pertanyaan utk tersangka sbb:
1) Apa tujuan saudara memasuki ruang personaliaPT Tower
indonesia tersebut ?
2) Apakah yang saudara lakukan diruangan tersebut ?
3) Barang apa yang saudara ambil dari ruangan tersebut dan
berapa jumlahnya ?
4) Bagaimana cara saudara mengambil barang tersebut ?
5) Dengan siapa saudara mengambil barang tersebut ?
b. contoh pertanyaan utk saksi sbb :
FT. RESKRIM 3 25 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
1) Apa benar pada hari rabu tanggal 7 mei 2014,ruang kabag
personalia telah kehilangan barang-barang ?
2) Barang apa saja yang hilang diruang kabag personalia
tersebut ?
3) Barang saudara tersebut sebelumnya disimpan dimana ?
4) Kapan saudara mengetahui bahwa barang tersebut hilang ?
• Pertanyaan sehubungan dgn unsur ”yang sama sekali atau
sebagian milik orang lain ”
a. contoh pertanyaan utk tersangka sbb :
1) apa barang yang saudara ambil tersebut milik saudara ?
2) kalau bukan milik saudara , siapa pemilik barang yang
saudara ambil dari ruangan tersebut ?
b. contoh pertanyaan untuk saksi sbb :
1) Apa barang-barang ini milik saudara ?
2) Kalau benar milik saudara , sejak kapan barang
tersebutsaudara miliki, darimana barang tersebut saudara
dapatkan ?
3) Apakah bukti pembelian barang-barang tersebut msih
saudara simpan ?
• pertanyaan sehubungan dgn unsur ”dengan maksud akan untuk
memiliki barang itu ”
a. contoh pertanyaan utk tersangka sbb :
✓ apa maksud saudara mengambil barang tersebut ?
✓ apa yang akan saudara lakukan setelah mendapatkan barang
tersebut ?
✓ mengapa saudara mempunyai niat untuk mengambil barang
tersebut ?
✓ apakah ada pihak lain yang menyuruh atau membujuk saudara
untuk mengambil barang tersebut ?
b. contoh pertanyaan utk tersangka yang lain sbb :
1) apa saudara pernah mendengar rencana tersangka “x” ( teman
saudara ) untuk mengambil barang tersebut ?
FT. RESKRIM 3 26 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
2) apabila mendengar rencana tersangka “x” mengambil barang
tersebut, apakah saudara mengetahui maksud tersangka “x”
mengambil barang tersebut ?
• Pertanyaan sehubungan dgn unsur ”dengan melawan hak ”
a. contoh pertanyaan utk tersangka sbb :
1) apa saudara mempunyai hak untuk mengambil barang tersebut ?
2) apakah pada waktu saudara mengambil barang tersebut
sepengetahuan pemilik barang tersebut ?
3) apakah pemilik barang tersebut mengijinkan saudara untuk
mengambil barang tersebut ?
b. contoh pertanyaan utk saksi sbb :
1) apakah sebelum tersangka mengambil barang tersebut,telah
minta ijin saudara ?
2) apakah saudara mengijinkan barang tersebut diambil oleh
trsangka ?
• Pertanyaan sehubungan dgn unsur ”masuk ketempat melakukan
kejahatan itu dg cara menggunakankunci palsu ”
a. contoh pertanyaan utk tersangka sbb :
1) bagaimana cara saudara memasuki ruang kerja kepala bidang
personalia tersebut ?
2) dengan menggunakan alat apakah saudara memasuki ruangan
kerja kepala personalia tersebut ?
3) mengapa saudara memasuki ruangan tersebut dengancara
menggunakan kunci palsu ?
b. contoh pertanyaan utk saksi sbb :
1) apakah sebelum saudara meninggalkan ruangan tersebut,
saudara sudah mengunci ruangan tersebut ?
2) apakah saudara mengetahui ada kerusakan pada pintu
tersebut ?
➢ Pertanyaan Tambahan
Adalah pertanyaan yg merupakan hasil pengembangan yg didasarkan
pd jawaban pihak yang diperiksa,baik itu jawaban pd pertanyaan awal,
FT. RESKRIM 3 27 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
pertanyaan pokok,pertanyaan tambahan, maupun pertanyaan penutup
dalam bentuk “7 kah” ( si a di de men ba bi ), untuk :
- memperjelas keterangan dr yg diperiksa
- mempertajam jawaban sesuai dg unsur-unsur
pasal tp
- mengecek kebenaran keterangan yg diperiksa
a. berdasarkan jawaban dari pertanyaan awal,
contoh pertanyaan tentang kesehatan.
✓ apakah pada hari ini saudara dalam keadaan sehat, baik jasmani
maupun rohani ?
tidak, pada hari ini saya sakit
✓ sejak kapan saudara sakit, sakit apa, apakah walaupun saudara
sakit sebagaimana keterangan saudara, apakah saudara dapat
memberikan keterangan dalam pemeriksaan ini ?
b. berdasarkan jawaban dari pertanyaan pokok,
contoh pertanyaan ttg menggunakan kunci palsu.
1) apa yang saudara gunakan untuk memasuki ruang kabag personalia pt.
bank mandiri tersebut ?
- menggunakan kunci
2) apakah kunci tersebut, milik perusahaan ?
3) kalau bukan milik perusahaan, dari mana saudara dapat ?
4) dimana kunci tersebut saudara buat ?
c. Berdasarkan jawaban dari pertanyaan penutup,
d. contoh pertanyaan tentang adanya keterangan lain.
• apakah masih ada keterangan lain yang ingin
saudara sampaikan dalam pemeriksaan ini ?
- ya, ada
• keterangan apa saja yg akan saudara jelaskan dalam pemeriksaan ini
?
➢ Pertanyaan Penutup
adalah pertanyaan yang telah dibakukan dalam KUHAP, yaitu tentang :
i. keterangan lain yang perlu disampaikan
FT. RESKRIM 3 28 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
ii. menghadirkan saksi / ahli yg menguntungkan bg tsk
iii. kebenaran semua keterangan yg diberikan oleh saksi,
iv. kebenaran sesuai dgn keahlian / ilmu pengetahuan ygdimiliki ? (
khusus ahli )
v. kebenaran keterangan yg tertulis dlm bap,
vi. tentang adanya tekanan dalam pelaksanaan riksa
Contoh Pertanyaan Penutup
1. Apakah masih ada keterangan lain yang ingin saudara smpaikan pada
pemeriksaan hari ini ?
2. Apakah pada pemeriksaan ini saudara akan mengajukan saksi atau ahli
lain, yang saudara perlukan ?
3. Apakah semua keterangan yang saudara sampaikan dalam pemeriksaan
ini adalah yang sebenar-benarnya seperti saudara lihat dan atau saudara
dengar dan atau saudara alami sendiri ? ( bagi saksi )
4. Apakah semua keterangan yang saudara sampaikan dalam pemeriksaan
ini sudah sesuai dengan yang tertulis dalam berita acara pemeriksaan ini
? ( bagi saksi, ahli maupun tersangka )
5. Apakah dalam pemeriksaan sekarang ini, saudara merasa mendapat
tekanan ?
1. Penentuan waktu pemeriksaan
a. Sesegera mungkin setelah tindak pidana terjadi atau setelah ybs hadir
dikantor pemeriksa, utk menghindari banyak materi yg dilupakan atau
ada kesempatan tsk mempersiapkan / menyusun alibi.
b. Hindari orang-orang yang diperiksa menunggu secara bersamaan pd
satu tempat
c. Tentukan waktu harus menghadap secara pasti dalam pemanggilan,
siapkan segala sesuatu yg diperlukan dlm pemeriksaan secara
terencana dan baik
FT. RESKRIM 3 29 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
ii. Penelitian surat panggilan dan pengecekan identitasnya (antara lain KTP
nya) atau surat perintah penangkapan dan surat perintah penahanan bagi
tersangka yang ditahan.
1) Dalam hal yang diperlukan, pemeriksa dapat mengadakan
kosultasi/meminta bantuan ahli antara lain psikolog atau psikiater tentang
kepribadian atau keadaan kejiwaan tersangka/saksi.
2) Dalam hal tersangka/saksi belum bisa diambil keterangannya atas
permintaan/ pemberitahuan tersangka/saksi tersebut karena alasan
kesehatan, maka pemeriksa dapat meminta bantuan ahli (dokter) untuk
melakukan pemeriksaan kesehatanterhadap tersangka/saksi yang
bersangkutan, sehingga hasil pemeriksaan tsb dapat digunakan untuk
pertanggungjawaban/alasan yang dapat dipertanggung jawabkan selama
proses penyidikan.
3) Melakukan pendekatan
a) Untuk memudahkan/melancarkan jalannya pemeriksaan supaya
diadakan pendekatan kepada yang diperiksa menyangkut sifat,watak
dan tingkat kecerdasan.
b) Bila perlu untuk pendekatan kepada yang diperiksa dapat meinta
bantuan ahli antara lain psikolog, psikiater, juru bahasa termasuk juru
bahasa isyarat.
4) Penampilan pemeriksa
a) Tampilkan diri sebagai hendak berusaha untuk menggali kebenaran
dalam rangka menegakkan hukum agar yang diperiksa mempunyai
kesan, bahwa dari padanya akan dipaksakan suatu pengakuan.
b) Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap baik.
c) Duduk dengan sikap yang baik pada waktu berhadapan dengan yang
diperiksa.
d) Perlakukan orang yang diperiksa secara wajar dan pandanglah dia
sebagai manusia dengan sifat-sifat dan harkat manusia.
5) Penelitian identitas orang yang diperiksa.
a) Teliti terlebih dahulu identitas orang yang akan diperiksa agar tidak
terjadi kekeliruan.
FT. RESKRIM 3 30 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
b) Cara penelitian identitas dapat dilaksanakan melalui pengecekan tanda
pengenal orang yang akan diperiksa (antara lain melalui : KTP, SIM,
PASSPORT, atau tanda pengenal lainnya).
b) Pemeriksaan saksi
1) Saksi diperiksa dengan tidak disumpah, kecuali ada cukup alasan untuk
diduga bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan di pengadilan,
maka pemeriksaan terhadap saksi dilakukan di atas sumpah (pasal 116
ayat (1) KUHAP). Dalam hal ini disaksikan/didampingi rohaniawan.
2) Saksi diperiksa secara tersendiri, tetapi boleh dipertemukan satu dengan
yang lain dan mereka wajib memberikan keterangan yang sebenarnya
(pasal 116 ayat (2) KUHAP).
3) Saksi yang dipanggil wajib datang ke penyidik dan jika ia tidak datang,
penyidik memanggil sekali lagi, dengan perintah kepada petugas untuk
membawa saksi kepadanya (pasal 112 ayat (2) KUHAP).
4) Saksi dalam memberikan keterangan tidak boleh diperlakukan dengan
melakukan tekanan atau kekerasan dalam bentuk apapun oleh siapapun
(pasal 117 ayat (1) KUHAP).
5) Saksi dapat menolak memberikan kesaksian karena ada hubungan
keluarga dengan tersangka sampai derajat ketiga karena berdasarkan
hubungan darah/keluarga atau karen akibat perkawinan maupun karena
situasi tertentu, mereka itu adalah:
a) Karena ada hubungan darah atau keluarga
b) Karen akibat perkawinan
c) Orang lain yang karen sebab tertentu berhak untuk menolak
memberikan kesaksian.
6) Khusus dalam pemeriksaan terhadap saksi,perlu dilakukan sebagai berikut:
a) Penyidik menayakan kepada saksi apakah ada hubungan keluarga
atau hubungan kerja dengan tersangka.
b) Saksi diperiksa dengan tidak diambil sumpah, kecuali ada cukup
alasan untuk diduga bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam
FT. RESKRIM 3 31 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
pemeriksaan di pengadilan, maka pemeriksaan terhadap saksi
dilakukan di atas sumpah/janji
c) Saksi diperiksa secara sendiri-sendiri, tetapi boleh dipertemukan satu
dengan yang lain dan agar mereka memberikan keterangan yang
sebenarnya.
7) Perlakuan khusus dalam pemeriksaan saksi dapat dilakukan kepada :
a) Pemeriksaan terhadap saksi perempuan dan anak-anak diperlakukan
khusus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Pemeriksaan terhadap saksi atau korban yang mendapatkan
perlindungan, pemeriksaan dapat dilakukan ditempat khusus.
c) Mendengar keterangan/pemeriksa ahli
➢ Apabila dalam pemeriksaan suatu tindak pidana terhadap hal-hal tertentu
atau barang barang (misal : emas, berlian) atau dalam menangani
sesorang korban, yang hanya dapat diterangkan/dijelaskan oleh orang
ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu,
untuk kepentingan penyidikan, maka penyidik dapat minta pendapat
kepada orang yang ahli yang dimaksud.
➢ Permintaaan pendapat tersebut dapat dilakukan dengan mengajukan
permintaan secara tertulis, keterangan keahlian atau memanggil orang
yang ahli/yang memiliki keahlian khusus tersebut dengan surat panggilan
yang sah, guna didengar keterangan keahliannya.
➢ Keterangan keahlian oleh ahli tersebut diberikan dengan mengangkat
sumpah/mengucapkan janji di hadapan penyidik bahwa ia akan
memberikan keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya,
kecuali disebabkan oleh harkat dan martabat, pekerjaan atau jabatannya
yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk
memberikan keterangan yang diminta.
➢ Penyidik/Penyidik Pembantu menuangkan keterangan yang diberikan
oleh ahli tersebut dalam Berita Aacara Pemeriksaan Ahli.
➢ Dalam hal penyidik / penyidik pembantu meminta pendapat kepada orang
yang ahli/yang memilik keahlian khusus, misalnya pemeriksaan
FT. RESKRIM 3 32 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
tulisan/surat palsu/dipalsukan/diduga palsu atau pemeriksaan keahlian
terhadap masalah luka/keracunan/mati, maka penyidik mengirimkan
barang bukti atau korban kepada orang yang ahli bersangkutan, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, guna
mendapatkan keterangan atau keterangan ahli atau berita acara hasil
pemeriksaan oleh ahli.
➢ Penyidik dapat meminta pendapat orang ahli/orang yang memiliki
keahlian khusus (pasal 120 ayat (1) KUHAP).
➢ Untuk memberikan keterangan itu ahli mengangkat sumpah atau
mengucapkan janji di hadapan penyidik, kecuali bila disebabkan oleh
harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya orang mewajibkan
meyimpan rahasia, dapat menolak untuk memberikan keterangan yan
diminta (pasal 120 ayat (2) KUHAP).
d) Pemeriksaan tersangka
Khusus dalam pemeriksaan terhadap tersangka, perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
➢ Setelah penangkapan terhadap tersangka, perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
✓ Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan langsung kepada
masalah atau
✓ Mengajukan pertanyaan-pertanyaan sambil membangkitkan emosi
yang di introgasi (pendekatan emosional/emotional approach).
✓ Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji kebenaran
keterangan tersangka. Kemudian keterangan-keterangan yang
diberikan atas dasar pertanyaan-pertanyaan dengan cara tersebut
diatas agar diseleksi/dipilih dengan unsur-unsur tindak pidana yang
bersangkutan dan disususn kembali serta di tuangkan dalam Berita
Acara Pemeriksaan (Trickery appoach).
✓ Dalam hal tersangka mungkir :
❖ Perlihatkan fakta-fakta/bukti-bukti yang ada.
FT. RESKRIM 3 33 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
❖ Tunjukkan kontradiksi dari setiap ketidakbenaran keterangannya
tersebut.
❖ Adakan konfrontasi dan rekonstruksi.
➢ Dalam hal tersangka di tahan dalam waktu satu hari setelah perintah
penahanan itu dijalankan, tersangka harus mulai diperiksa oleh
penyidik/penyidik pembantu.
➢ Penyidik/Penyidik Pembantu sebelum mulai memeriksa wajib
memberitahukan kepada tersangka tentang haknya untuk mendapat
bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi
penasehat hukum.
➢ Penyidik/Penyidik Pembantu menanyakan kepada tersangka apakah
akan mengajukan saksi atau seseorang yang memiliki keahlian khusus
yang dapat menguntungkan baginya. Bila dalam hal itu dicatat dalam
Berita Acara Pemeriksaan dan selanjutnya penyidikpenyidik pembantu
wajib memanggil dan memeriksa saksi tersebut.
➢ Penyidik/Penyidik Pembantu supaya mengusahakan untuk mengetahui
peranan tersangka dalam tindak pidana yang sedang diperiksa berkaitan
dengan pasal 55 dan 56 KUHAP.
➢ Dalam hal tersangka diam/tidak mau memberikan keterangan serta tidak
mau menandatangani berita acara, maka dibuatkan Berita Acara
Penolakan.
➢ Dalam hal memeriksa tersangka agar diperhatikan hal hal sebagai
berikut hal-hal sebagai berikut :
a) Latar belakang kehidupan sehari hari
b) Apakah ia seorang residivis
c) Perhatikan faktor-faktor apa yang menyebabkan tidak mau
memberikan keterangan.
➢ Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik/penyidik
pembantu dan selanjutnya dapat di ajukan kepada penuntut umum
(Pasal 50 (a) KUHAP).
FT. RESKRIM 3 34 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
➢ Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang
dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada
waktu pemeriksaan dimulai (Pasal 51 KUHAP).
➢ Dalam pemeriksaan, tersangka berhak memberi keterangan secara
bebas kepada penyidik/penyidik pembantu (Pasal 52 KUHAP).
➢ Tersangka dapat diperiksa dirumah/ditempat kediamannya dalam hal
tersangka setelah dua kali dipanggil secara berturut-turut dengan surat
panggilan yang sah, tetap tidak dapat datang, karena alasan yang patut
dan wajar (Pasal 113 KUHAP).
➢ Atas permintaan tersangka atau penasehat hukumnya tersangka berhak
menerima turunan berita acara pemeriksaan atas dirinya untuk
kepentingan pembelanya (Pasal 27 KUHAP)
➢ Tersangka berhak mengajukan saksi atau seseorang yang memiliki
keahlian khusus yang dapat menguntungkan baginya dalam
pemeriksaan (pasal 116 ayat (3) dan (4) dan Pasal 65 KUHAP).
➢ Tersangka dalam memberikan keterangan tidak boleh diperlakukan
dengan melakukan tekanan dan kekerasan dalam bentuk apapun oleh
siapapun (Pasal 117 ayat (1) KUHAP)
➢ Dalam hal tersangka ditahan, maka dalam waktu satu hari (1x24 jam)
setelah perintah penahanan dijalankan, harus mulai diperiksa oleh
penyidik/penyidik pembantu (Pasal 122 KUHAP)
➢ Dalam hal tersangka melakukan kejahatan diancam hukuman pidana
mati atau ancaman hukuman pidana 15 tahun atau lebih bagi tersangka
yang tidak mampu (mendapat ancaman hukuman pidana 5 tahun atau
lebih) tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, maka pejabat
pemeriksa (penyidik/penyidik pembantu) wajib menunjuk penasehat
hukum bagi mereka (Pasal 56 ayat 1 KUHAP).
➢ Terhadap tersangka perempuan dan anak-anak diperlakukan secara
khusus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
FT. RESKRIM 3 35 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
e) Konfrontasi dan rekontruksi
a) Apabila dalam pemeriksaan, antara tersangka yang satu dengan
tersangka yang lain antara tersangka dengan saksi maupun antara
saksi dengan saksi yang lain terdapat pertentangan atau ketidak
cocokan keterangan yang diberikan kepada pemeriksa, maka bila
dipandang perlu diadakan konfrontasi.
b) Demikain pula halnya untuk perkara tertentu, apabila dipandang perlu
dalam pembuktiannya dapat dilakukan rekonstruksi.
c) Pelaksanaan Konfrontasi dan rekonstruksi :
(1) Konfrontasi
(1) Maksud diadakannya konfrontasi ialah untuk mencari persesuaian
diantara beberapa keterangan yang berasal baik dari tersangka
maupun saksi dengan tujuan untuk mendapatkan kepastian
manakah diantara keterangan-keterangan tersebut yang benar
atau paling mendekati kebenaran.
(2) Cara melakukan konfrontasi :
(a) Langsung
Tersangka/para tersangka dan atau saksi/para saksi yang
keterangannya saling tidak ada kecocokan atau tidak terdapat
persesuaian satu sama lain, dipertemukan satu sama lain
dihadapan pemeriksa guna diuji manakah diantar keterangan-
keterangan tersebut yang benar atau paling mendekati
kebenaran.
(b) Tidak langsung
Tersangka/orang yang dicari dicampur dengan beberapa
orang (3 orang atau lebih) yang belum dikenal oleh saksi,
berdiri atau duduk berjajar dan masing-masing diberi nomor,
ditempatkan didalam suatu ruangan yang dapat dilihat saksi.
Sedangkan saksi bersama pemeriksa berada diluar ruangan
tersebut, dapat melihat orang-orang tersebut. Manakah yang
dimaksudkan dalam keterannya tersebut, cara ini biasa disebut
dengan lingkup.
FT. RESKRIM 3 36 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
(c) Hasil konfrontasi supaya dituangkan dalam Berita Acara
Konfrontasi.
(2) Rekontruksi
(1) Maksud diadakannya rekonstruksi ialah untuk memberikan
gambaran tentang terjadinya suatu tindak pidana dengan jalan
memperagakan kembali cara tersangka melakukan tindak
pidana dengan tujuan untuk lebih menyakinkan kepada
pemeriksa tentang kebenaran keterangan tersangka atau
saksi.
(2) Rekontruksi dapat dilakukan ditempat kejadian perkara (TKP)
(3) Setiap peragaan perlu diambil foto-fotonya dan jalannya
peragaan dituangkan dalam Berita Acara.
(4) Hasil rekontruksi agar dianalisa terutama pada bagian-bagian
yang sama dan berbeda dengan isi Berita Acara Pemeriksaan.
f) Pengambilan Sumpah/Janji Saksi/Ahli
1) Dalam hal penyidik berkesimpulan bahwa terhadap saksi/ahli perlu
diambil sumpah/janjinya karena memenuhi persyaratan, maka perlu
diperiksakan.
a) Tenaga rokhaniawan dari agama yang sama dengan saksi/ahli
yang akan disumpah antara lain terdiri dari :
(1) Biro Binsajah As SDM Polri
(2) Dinas Pembinaan Mental dari Instansi pemerintah
(3) Kantor Departemen Agama setempat
(4) Imam Masjid, Pendeta dari Gereja/Pura maupun Vihara
(khusus daerah terpencil).
b) Dalam Berita Acara Pengambilan sumpah/janji saksi/ahli, bagi
yang menanda tangani Beita Acara tersebut dicantumkan
identitasnya masing-masing.
c) Naskah Agama Saksi/Ahli, anatar lain :
(a) Untuk yang beragama Islam disediakan Kitab Suci Al-Qur’an.
FT. RESKRIM 3 37 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
(b) Untuk yang beragam Katholik dan Protestan disediakan Kitab
Suci Injil/Alkitab
(c) Untuk yang beragama Hindu Dharma disediakan Kitab Suci
Wedha
(d) Untuk yang beragama Budhja disediakan Kitab Suci
Pancaran Bahagia.
d) Inti naskah Sumpah/Janji adalah pernyataan Saksi/Ahli, bahwa ia
akan/telah memberi keterangan yang sebenarnya.
e) Menyediakan orang yang dapat diangkat sebagai saksi dalam
pengambilan Sumpah/Janji.
f) Berita Acara pemeriksaab Saksi/Ahli yang ada/memuat
pemberitahuan bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam
pemeriksaan di pengadilan.
2) Setelah Penyidik mengetahui bahwa Saksi tidak akan dapat hadir atau
ternyata tidak dapat hadir dalam tahap peradilan, segera mengambil
langkah-langkah sebagai berikut :
a) Pelaksanaan pengambilan Sumpah/Janji dilaksanakan pada
prinsipnya dikantor penyidik, kecuali dalam hal-hal tertentu dapat
dilakukan ditempat lain
b) Berdasarkan hasil pengamatan Penyidik timbul dugaan bahwa saksi
tersebut tidak akan hadir dalam pemeriksaan di sidang pengadilan,
maka pengembilan sumpah/jani dilakukan sebelum pemeriksaan
ditingkat penyidikan dimulai.
c) Dalam hal dugaan tersebut timbul atas pemberitahuan dari saksi,
maka :
(1) Penyidik meneliti kebanarannya, melalui surat-surat yang
bersangkutan, bila ada.
(2) Apabila pemberitahuan disampaikan sebleum pemeriksaan
saksi, berlaku ketentuan tersebut Nomor 1 diatas.
(3) Apabila pemberitahuan terjadi dalam pemerikaan saksi,
dituangkan dalam berita acara Pemeriksaan dan pengambilan
Sumpah/Janjinya segera dilakukan.
FT. RESKRIM 3 38 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
d) Sebelum pengambilan Sumpah/Janji agar ditanyakan terlebih dahulu Agama
saksi/ahli dan kesediaannya untuk diambil sumpahnya.
e) Tata cara pengambilan sumpah yang bersifat keagamaan mengiktui ketentuan
yang diberitahukan dan dilaksanakan dan Rohaniawan.
f) Sesuai dengan Agama dan kepercayaan Saksi/Ahli, Penyidik membacakan
naskah Sumpah atau Janji yang harus diikuti oleh yang diambil sumpah
sebagai berikut :
(1) Bagi yang beragama Islam :
“ Demi Allah, Saya bersumpah, bahwa saya telah/akan memberikan
keterangan yang sebenarnya dan apabila saya tidak memberikan
keterangan yang sebenarnya saya mendapatkan kutukan dari Tuhan”.
(2) Bagi yang beragama Katholik :
“Demi Allah, Putra dan Roh Kudus, saya bersumpah, bahwa saya
sebagai Saksi/Saksi Ahli telah/akan memberikan keterangan dengan
sungguh-sungguh dan sebenarnya, jika saya berdusta, saya akan
mendapat hukuman dari Tuhan”.
(3) Bagi yang bergama Protestan :
“Demi Allah, Bapa Putra dan Roh Kudus, saya bersumpah bahwa saya
sebagai Saksi/Ahli telah/akan memberikan keterangan dengan
sungguh-sungguh dan sebenarnya, jika saya berdusta, saya akan
mendapat hukuman dari Tuhan, Semoga Allah menolong saya.”
(4) Bagi yang beragama Hindu Dharma :
“Demi Sang Hyang Widi Wasa, Saya bersumpah, bahwa saya sebagai
Saksi/Ahli telah/akan memberi keterangan yang sebenarnya, apabila
saya tidak memberikan keterangan yang sebenarnya, saya akan
mendapat kutukan dari Tuhan”.
(1) Bagi yang beragama Islam :
“ Demi Allah, Saya bersumpah, bahwa saya telah/akan
memberikan keterangan yang sebenarnya dan apabila saya
tidak memberikan keterangan yang sebenarnya saya
mendapatkan kutukan dari Tuhan”.
(2) Bagi yang beragama Katholik :
FT. RESKRIM 3 39 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
“Demi Allah, Putra dan Roh Kudus, saya bersumpah, bahwa
saya sebagai Saksi/Saksi Ahli telah/akan memberikan
keterangan dengan sungguh-sungguh dan sebenarnya, jika
saya berdusta, saya akan mendapat hukuman dari Tuhan”.
(3) Bagi yang bergama Protestan :
“Demi Allah, Bapa Putra dan Roh Kudus, saya bersumpah
bahwa saya sebagai Saksi/Ahli telah/akan memberikan
keterangan dengan sungguh-sungguh dan sebenarnya, jika
saya berdusta, saya akan mendapat hukuman dari Tuhan,
Semoga Allah menolong saya.”
(4) Bagi yang beragama Hindu Dharma :
“Demi Sang Hyang Widi Wasa, Saya bersumpah, bahwa saya
sebagai Saksi/Ahli telah/akan memberi keterangan yang
sebenarnya, apabila saya tidak memberikan keterangan yang
sebenarnya, saya akan mendapat kutukan dari Tuhan”.
(5) Bagi yang beragama Hindu :
“Demi Sang Hyang Adhi Budha, saya berjanji, bahwa saya
sebagai Saksi/Ahli telah/akan memberikan keterangan yang
sebenarnya, jika saya berdusta atau menyimpang dari pada
yang telah saya ucapkan ini, maka saya bersedia menerima
karma yang buruk”.
(6) Bagi yang memeluk aliran kepercayaan Tuhan Yang Maha
Esa :
“Demi Tuhan Yang Maha Esa, Saya berjanji bahwa saya
Saksi/Ahli telah/akan memberikan keterangan yang sebenarnya,
jika saya tidak memberikan keterangan yang sebenarnya
semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kutukan kepada
saya”.
3) Dalam hal keadaan yang perlu dan mendesak karena tenaga Rohaniawan
maupun Kitab Suci tidak mungin didapat, maka pengambilan sumpah
atau janji cukup dilakukan dengan disaksikan oleh dua orang dan hal ini
dituangkan dalam Berita Acara.
FT. RESKRIM 3 40 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
4) Dibuat Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji Saksi/Ahli, ditanda
tangani oleh penyidikm yang disumpah dan para saksi pengambilan
sumpah (Rohaniawan dan Saksi/Ahli).
5) Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a) Pengambilan sumpah/Janji terhadap saksi ditingkat penyidikan
adalah adanya dugaan atau atas keterangan / pemberitahuan dari
saksi bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan
pengadilan karena
(1) Saksi sakit keras/parah yang sulit diperkirakan kesembuhannya
(usahakan dikuatkan dengan Surat Keterangan Dokter).
(2) Saksi akan berpindah tempat yang jauh atau pergi keluar Negeri :
(3) Usia Saksi yang sudah sedemikian lanjut/dugaan tersebut diatas
dapat diketahui melalui :
(a) Pengamatan fisik secara langsung oleh Penyidik sendiri
sebelum dimulai pemeriksaan.
(b) Atas pemberitahuan saksi kepada Penyidik :
> Sebelum dilakukan pemeriksaan
> Selama dalam pemeriksaan
> Setelah pemeriksaan dilakukan
(4) Sebab lain yang berhubungan dengan kepentingan Negara
(5) Orang asing yang segera akan kembali ke negaranya dan
tidak mungkin untuk datang kembali memenuhi panggilan
disidang pengadilan.
b) Saksi dalam pemeriksaan tindak pidana ringan tidak menucapkan
sumpah/janji kecuali hakim menganggap perlu.
c) Guna menjamin perlindungan hak azazi seseorang dan memperhatikan
azas praduga tak bersalah maka hasil pemeriksaan terhadap
tersangka, saksi maupun Ahli tidak boleh dipublikasikan.
6) Evaluasi Hasil Pemeriksaan
a) Agar memperoleh keterangan, petunjuk-petunjuk, bukti-bukti, data yang
cukup dan benar, maka hasil pemeriksaan Tersangka/Saksi/Ahli yang
dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan baik secara sendiri-sendiri
FT. RESKRIM 3 41 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
maupun secara keseluruhan dievaluasi guna mengembangkan dan
mengarahkan pemeriksaan berikutnya ataupun untuk membuat suatu
kesimpulan dari pemeriksaan sebagai salah satu kegiatan penyidikan yang
dilakukan.
Adapun proses dari evaluasi meliputi tahap-tahap sebagai berikut
(1) Tahap Inventarisasi
Penyidik/Penyidik pembantu berusaha menarik dan mengumpulkan
semua keterangan-keterangan yang benar-benar yang mengarah
kepada unsur-unsur Pasal tindak pidana sebanyak mungkin.
(2) Tahap seleksi
Dari keterangan-keterangan yang telah dikumpulkan tersebut
kemudian diseleksi untuk mencari keterangan-keterangan yang ada
relevansinya dengan peristiwa pidana yang terjadi dan mempunyai
hubungan yang logis.
(3) Tahap Pengkajian
(a) Dari keterangan-keterangan yang telah diseleksi tersebut
penyidik/penyidik pembantu mengkaji dan menguji kebenarannya
dengan bukti-bukti serta petunjuk-petunjuk yang ada, sehingga dapat
ditarik suatu kesimpulan apakah keterangan tersebut sudah dapat
dipercaya, dengan cara :
> Menilai adanya persesuaian untuk keterangan saksi
> Menilai adanya persesuaian keterangan saksi dengan keterangan
ahli dan bukti yang ada.
> Adanya alasan yang logis dari setiap keterangan saksi.
(b) Setelah diperoleh gambaran atau konstruksi perkara pidananya
secara bulat, maka dapat diketahui :
> Bahwa benar peristiwa tindak pidana telah terjadi
Peranan dari masing-masing tersangka yang terlibat
> Siapa-siapa saksinya, baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan
> Barang/benda yang menjadi barang bukti.
FT. RESKRIM 3 42 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
(c) Dari hasil-hasil evaluasi tersebut, penyidik/penyidik pembantu dapat
menyusun resume.
CATATAN : PASAL-PASAL KUHAP YANG HARUS DIKETAHUI OLEH
PENYIDIK BERKAITAN DENGAN PEMERIKSAAN
Pasal 50 : (1) Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh
penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut
umum.
Pasal 51 : Untuk rnempersiapkan pembelaan: g. tersangka berhak
untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang
dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan
kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai
Pasal 52 : Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan,
tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan
secara bebas kepada penyidik atau hakim.
Pasal 53 : (1) Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan
pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak untuk setiap
waktu mendapat bantuan juru bahasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 177. (2) Dalam hal tersangka atau
terdakwa bisu dan atau tuli diberlakukan ketentuan
sebagainiana dimaksud dalam Pasal 178.
Pasal 177 : (1) Jika terdakwa atau saksi tidak paham bahasa
Indonesia, hakim ketua sidang menunjuk seorang juru
bahasa yang bersumpah atau berjanji akan menterjemahkan
dengan benar semua yang harus diterjemahkan. (2) Dalam
hal seorang tidak boleh menjadi saksi dalam suatu perkara Ia
tidak boleh pula menjadi juru bahasa dalam perkara itu.
FT. RESKRIM 3 43 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Pasal 178 : (1) Jika terdakwa atau saksi bisu dan atau tuli serta
tidak dapat menulis, hakim ketua sidang mengangkat
sebagai penterjemah orang yang pandai bergaul dengan
terdakwa atau saksi itu. (2) Jika terdakwa atau saksi bisu
dan atau tuli tetapi dapat menulis, hakim ketua sidang
menyampaikan semua pertanyaan atau teguran kepadanya
secara tertulis dan kepada terdakwa atau saksi tersebut
diperintahkan untuk menulis jawabannya dan selanjutnya
semua pertanyaan serta jawaban harus dibacakan
Pasal 54 : Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa
berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih
penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap
tingkat pemeriksaan, menurut tatacara yang ditentukan
dalam undang-undang ini.
Pasal 55 : Untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam Pasal
54, tersangka atau terdakwa berhak memiih sendiri
penasihat hukumnya.
Pasal 56 : (1) Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau
didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih
atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan
pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai
penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada
semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjuk penasihat hukum bagi mereka. (2) Setiap
penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), memberikan
bantuannya dengan cuma-cuma.
FT. RESKRIM 3 44 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Pasal 69 : Penasihat hukum berhak menghubungi tersangka sejak saat
ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan
menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undang ini.
Pasal 70 : (1) Penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
berhak menghubungi dan berbicara dengan tersangka pada
setiap tingkat pemeriksaan dan setiap waktu untuk
kepentingan pembelaan perkaranya. (2) Jika terdapat bukti
bahwa penasihat hukum tersebut menyalahgunakan haknya
dalam pembicaraan dengan tersangka maka sesuai dengan
tingkat pemeriksaan, penyidik, penuntut umum atau petugas
lembaga pemasyarakatan memberi peringatan kepada
penasihat hukum. (3) Apabila peringatan tersebut tidak
diindahkan, maka hubungan tersebut diawasi oleh pejabat
yang tersebut pada ayat (2). (4) Apabila setelah diawasi,
haknya masih disalahgunakan, maka hubungan tersebut
disaksikan oleh pejabat tersebut pada ayat (2) dan apabila
setelah itu tetap dilanggar maka hubungan selanjutnya
dilarang.
Pasal 71 : (1) Penasihat hukum, sesuai dengan tingkat pemeriksaan,
dalam berhubungan dengan tersangka diawasi oleh penyidik,
penuntut umum atau petugas lembaga pemasyarakatan
tanpa mendengar isi pembicaraan. (2) Dalam hal kejahatan
terhadap keamanan negara, pejabat tersebut pada ayat (1)
dapat mendengar isi pembicaraan.
Pasal 72 : Atas permintaan tersangka atau penasihat hukumnya pejabat
yang bersangkutan memberikan turunan berita acara
pemeriksaan untuk kepentingan pernbelaannya.
Pasal 113 : Jika seorang tersangka atau saksi yang dipanggil
memberi alasan yang patut dan wajar bahwa ia tidak dapat
FT. RESKRIM 3 45 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
datang kepada penyidik yang melakukan pemeriksaan,
penyidik itu datang ke tempat kediamannya.
Pasal 114 : Dalam hal seorang disangka melakukan suatu tindak
pidana sebelum dimulainya pemeriksaan oleh penyidik,
penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya
untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam
perkaranya itu wajib didampingi oleh penasihat hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56.
Pasal 115 : (1) Dalam hal penyidik sedang melakukan pemeriksaan
terhadap tersangka penasihat hukum dapat mengikuti
jalannya pemeriksaan dengan cara melihat serta mendengar
pemeriksaan. (2) Dalam hal kejahatan terhadap keamanan
negara penasihat hukum dapat hadir dengan cara melihat
tetapi tidak dapat mendengar pemeriksaan terhadap
tersangka.
Pasal 116 : (1) Saksi diperiksa dengan tidak disumpah kecuali
apabila ada cukup alasan untuk diduga bahwa ia tidak akan
dapat hadir dalam pemeriksaan di pengadilan. (2) Saksi
diperiksa secara tersendiri, tetapi boleh dipertemukan yang
satu dengan yang lain dan mereka wajib memberikan
keterangan yang sebenarnya. (3) Dalam pemeriksaan
tersangka ditanya apakah ia menghendaki didengarnya saksi
yang dapat menguntungkan baginya dan bilamana ada maka
hal itu dicatat dalam berita acara. (4) Dalam hal
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) penyidik wajib
memanggil dan memeriksa saksi tersebut.
Pasal 117 : (1) Keterangan tersangka dan atau saksi kepada
penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapa pun dan atau
dalam bentuk apapun. (2) Dalam hal tersangka memberi
keterangan tentang apa yang sebenarnya ia telah lakukan
FT. RESKRIM 3 46 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
sehubungan dengan tindak pidana yang dipersangkakan
kepadanya, penyidik mencatat dalam berita acara seteliti-
telitinya sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh
tersangka sendiri.
Pasal 118 : (1) Keterangan tersangka dan atau saksi dicatat dalam
berita acara yang ditandatangani oleh penyidik dan oleh yang
memberi keterangan itu setelah mereka menyetujui isinya.
(2) Dalam hal tersangka dan atau saksi tidak mau
membubuhkan tanda tangannya, penyidik mencatat hal itu
dalam berita acara dengan menyebut alasannya.
Pasal 119 : Dalam hal tersangka dan atau saksi yang harus didengar
keterangannya berdiam atau bertempat tinggal di luar daerah
hukum penyidik yang menjalankan penyidikan, pemeriksaan
terhadap tersangka dan atau saksi dapat dibebankan kepada
penyidik di tempat kediaman atau tempat tinggal tersangka
dan atau saksi tersebut.
Pasal 120 : (1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat
minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian
khusus. (2) AhIi tersebut mengangkat sumpah atau
mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan memberi
keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya
kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat,
pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan
rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang
diminta.
Pasal 121 : (1) Penyidik atas kekuatan sumpah jabatannya segera
membuat berita acara yang diberi tanggal dan memuat
tindak pidana yang dipersangkakan, dengan menyebut
waktu, tempat dan keadaan pada waktu tindak pidana
dilakukan, nama dan tempat tinggal dari tersangka dan atau
FT. RESKRIM 3 47 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
saksi, keterangan mereka, catatan mengenai akta dan atau
benda serta segala sesuatu yang dianggap perlu untuk
kepentingan penyelesaian perkara.
Pasal 136 : Semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Bagian Kedua
Bab 14 ditanggung oleh negara.
Referensi
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
2. Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
3. Perkap nomor 14 tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana.
4. Skep Kabareskrim No. Pol : Skep/82/XII/2006/bareskrim tanggal 16 september
2006 tentang Naskah Sementara Pedoman Penyidikan Tindak Pidana.
FT. RESKRIM 3 48 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
BAB II
RESUME/SURAT SANGKAAN
Kompetensi Dasar:
Memahami dan menerapkan pembuatan Resume/Surat Sangkaan
Indikator hasil belajar:
1. Menjelaskan pengertian yang berkaitan dengan resume.
2. Menjelaskan konsep resume sebagai persangkaan.
3. Menjelaskan pembuatan resume/surat sangkaan.
4. Menjelaskan penjelasan pembuatan resume/surat sangkaan.
5. Menjelaskan kompetensi penyidik dalam pembuatan resume.
6. Mempraktikkan pembuatan resume/surat sangkaan.
FT. RESKRIM 3 49 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
1. Pengertian yang Berkaitan dengan Resume
a. Resume adalah ikhtisar dan kesimpulan dari hasil penyidikan tindak
pidana yang terjadi yang dituangkan dalam bentuk dan persyaratan
penulisan tertentu.
b. Berita Acara adalah catatan atau tulisan yang bersifat otentik yang
memuat kegiatan tertentu dalam penyidikan dibuat dalam bentuk tertentu
oleh Penyidik atau Penyidik Pembantu atas kekuatan sumpah jabatan,
diberi tanggal dan ditandatangani oleh Penyidik atau Penyidik Pembantu
dan orang yang diperiksa.
c. Sangkaan Tunggal adalah sangkaan terhadap seseorang tersangka
atau beberapa orang tersangka yang diduga telah melakukan satu
jenis atau satu macam tindak pidana saja.
d. Sangkaan komulatif adalah sangkaan terhadap tersangka yang diduga
telah melakukan beberapa tindak pidana yang tidak ada hubungannya
antara tindak pidana yang satu dengan tindak pidana yang lain
(masing-masing pidana bendiri sendiri-sendiri).
e. Sangkaan Alternatif adalah sangkaan terhadap tersangka yang diduga
telah melakukan satu saja tindak pidana, tetapi Penyidik ragu tentang
tindak pidana apa yang paling tidak disangkakan kepada tersangka.
f. Sangkaan Subsider adalah sangkaan terhadap tersangka yang diduga
telah melakukan satu tindak pidana yang dapat dilakukan kwalifikasi
dan disusun menurut urutan pasal yang terberat ancaman
hukumannya.
g. Sangkaan Kombinasi adalah sangkaan terhadap tersangka yang
diduga telah melakukan beberapa tindak pidana yang bersifat komulatif
dan subsider atau sebaliknya.
2. Konsep Resume Sebagai Persangkaan
a. Kajian kata-kata Resume
Salah satu proses yang penting dalam pembuatan berkas perkara
adalah membuat resume. Resume dalam kamus bahasa Indonesia berarti
ikhtisar dan ringkasan, dimana bila dimaknai dalam berkas perkara dapat
FT. RESKRIM 3 50 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
dipahami sebagai ringkasan dari suatu perkara pidana yang terjadi. Jika
demikian, pengertian resume yang dilaksanakan selama ini oleh penyidik
berarti sebagai ikhtisar dan kesimpulan dari hasil penyidikan tindak
pidana. Apakah hal ini sudah benar ?
Catatan : nomenklatur “resume” dalam berkas perkara selalu digunakan
oleh penyidik Polri sebagai kelengkapan dari berkas perkara. Ada
beberapa kerancuan ketika nomenklatur “resume” digunakan, yaitu :
1) Resume yang dipakai selama ini tidak menunjukkan kepada
ringkasan dalam berkas perkara, tetapi lebih kepada hasil proses
penyidikan (persangkaan pidana).
2) Pasal 140 ayat (1) KUHAP menyatakan “dalam hal Penuntut Umum
berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan
penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan”
dan pasal 143 ayat (1) KUHAP dinyatakan bahwa“Penuntut Umum
melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri dengan permintaan agar
segera mengadili perkara tersebut disertai dengansurat dakwaan”,
artinya kedua pasal itu mensyaratkan seorang penuntut umum
memiliki produk yang bernama “Surat Dakwaan”. Sesuai pasal 140
ayat (1) di atas menyebuntukan bahwa surat dakwaan diperoleh dari
“hasil penyidikan”. Oleh karena itu, hasil penyidikan yang diakui
sebagai bahasa hukum untuk dijadikan dasar surat dakwaan.
3) KUHAP tidak pernah mengenal kata resume sebagai hasil
penyidikan dalam kelengkapan berkas perkara.
Dari 3 alasan di atas, menunjukkan bahwa nomenklatur “resume”
menjadi tidak tepat untuk melengkapi berkas perkara. Dosen Reserse
Akpol berpendapat bahwa nomenklatur “resume” dapat diganti dengan 2
pilihan kata, yaitu “Hasil Penyidikan” (sebagaimana dimaksud pasal 140
ayat (1) KUHAP) atau “Surat Sangkaan” yang juga diartikan sebagai hasil
dari penyidikan. Ada beberapa alasan “surat sangkaan” logis untuk
menggantikan kata “resume”, yaitu :
FT. RESKRIM 3 51 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
1) Hasil penyidikan sebagaimana dimaksud pasal 140 ayat (1) KUHAP
menyatakan “dalam hal Penuntut Umum berpendapatbahwa dari
hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalamwaktu
secepatnya membuat surat dakwaan” dimaksudkan merupakan
jabaran dari pasal 8 KUHAP ayat (2) yang berbunyi “Penyidik
menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum”. Artinya, hasil
penyidikan disebut juga dengan berkas perkara.
2) Hasil penyidikan dalam bentuk berkas perkara yang diserahkan
kepada penuntut umum sebagaimana tuntutan KUHAP dimaksudkan
hasil dari kegiatan penyidik (mengumpulkan bukti) untuk membuat
terang pidana dan menemukan siapa tersangkanya (pengertian
penyidikan1 dalam pasal 1 angka 2). Hal ini dapat dimaksudkan hasil
penyidikan melakukan 2 hal yaitu membuat terang pidana dan
menemukan tersangkanya. Secara substansial, isi dari berkas
perkara tersebut harus ada produk hasil penyidikan yaitu apa pidana
yang dilakukan dan siapa tersangkanya. Oleh karena itu, salah satu
produk dalam berkas perkara tersebut dapat disebut juga Surat
Sangkaan. Surat sangkaan yang dimaksud adalah proses kegiatan
penyidikan untuk menentukan pidana apa yang terjadi (pasal pidana
yang dilanggar) dan siapa tersangkanya.
3) KUHAP mengatur kata-kata tentang sangka, contohnya adalah
tersangka (orangnya), seiring dengan sangkaan sebagai kata benda
yang berarti dugaan. perkiraan (KBBI). Dengan demikian surat
sangkaan sejalan dengan pemaknaan hukum dan tata bahasa
Indonesia.
4) Surat sangkaan akan sejalan dengan surat dakwaan sebagaimana
dimaksud pasal 140 ayat (1) KUHAP menyatakan “dalam hal
Penuntut Umum berpendapatbahwa dari hasil penyidikan dapat
dilakukan penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat
dakwaan”. Dengan mendasari surat sangkaan ini, maka akan
memudahkan bagi penuntut umum untuk membuat surat dakwaan.
FT. RESKRIM 3 52 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
5) Surat sangkaan juga sejalan dengan produk-produk criminal justice
system lainnya, yaitu : penuntut umum produknya adalah surat
dakwaan dan surat penuntutan, hakim produknya adalah surat
putusan, dan advokat produknya adalah surat pembelaan.
6) Surat sangkaan juga sejalan dengan naskah sementara dalam Surat
Keputusan Kabareskrim nomor : Skep/82/XII/2006/Bareskrim tanggal
16 Desember 2006 tentang Pedoman Penyidikan Tindak Pidana
(Naskah Sementara) yang menyebuntukan isi tentang adanya
sangkaan tunggal, alternatif, komulatif, subsider, dan kombinasi.
Oleh karena itu, bila isi kesimpulan dalam resume adalah
persangkaan, maka sebenarnya resume tersebut adalah “surat
sangkaan”.
Catatan: Meskipun Surat Sangkaan dapat menggantikan
nomenklatur dari Resume, sistematika yang sudah ada dalam
resume selama ini dapat dipertahankan namun ada beberapa
perubahan, yaitu : sub judul “perkara” diganti menjadi dugaan
sangkaan dan letak sub judul “analisis kasus” dan analisis yuridis”
berubah tempat (analisis yuridis terlebih dahulu, selanjutnya analisis
kasus). Untuk 2 perubahan di atas akan dibahas pada bagian
selanjutnya.
b. Fungsi Resume/Surat Sangkaan dalam Berkas Perkara
Di tinjau dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan pemeriksaan
perkara pidana maka fungsi resume dapat dikategorikan :
1) Bagi penuntut umum, resume/surat sangkaan merupakan dasar dan
sekaligus membatasi ruang lingkup pemeriksaan serta dasar
pertimbangan dalam dakwaan. Meskipun dalam prakteknya ada juga
penuntut umum yang tidak percaya akan resume yang dibuat oleh
penyidik karena tidak mencerminkan dari fakta yang dibuat.
Sehingga para penuntut umum lebih mengacu kepada hasil
pemeriksaan dan kelengkapan administrasi penyidikan. Akan tetapi,
bagi penyidik yang sudah profesional, resume menjadi berarti bagi
FT. RESKRIM 3 53 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
seorang penuntut umum, karena membantu dirinya dalam
pembuatan dakwaan untuk persidangan.
2) Bagi penyidik, resume/surat sangkaan merupakan dasar pembuktian
yuridis persangkaan pidana. Pembuatan resume akan memberikan
implikasi sebagai berikut :
a) Perkara pidana yang dipersangkakan apakah sudah memenuhi
standar tuntutan pembuktian atau belum (minimal 2 alat bukti).
Jika pembuktian belum optimal perlu adanya tindakan
melakukan upaya penyidikan tambahan agar perkara pidana
yang dipersangkakan dapat memenuhi ketentuan hukum yang
berlaku.
b) Perkara pidana yang dipersangkakan sudah memenuhi syarat
formal (identitas tersangka) dan materil (perkara pidana yang
terjadi) atau belum memenuhi.
c) Adanya kekurangan atau cacat dari administrasi penyidikan
(contoh : salah tanggal, tidak ada nomor, tidak ada tanda
tangan, tidak ada surat penggeledahan dll).
d) Bagi tersangka, resume/surat sangkaan merupakan dasar
untuk mempersiapkan dasar untuk mempersiapkan pembelaan.
Untuk tersangka yang terlebih dahulu menunjuk penasehat
hukumnya (advokat), berkas perkara (resume) merupakan
bagian penting yang bisa digunakan untuk pembelaan bagi
kliennya, terutama pada saat di persidangan.
3. Pembuatan Resume/Surat Sangkaan
a. Syarat formal :
1) Pada halaman pertama disebelah sudut kiri atas disebuntukan
“NAMA DAN TEMPAT KESATUAN”
2) Dibawah nama kesatuan ditulis kata-kata “PRO JUSTITIA”
a) Pada tengah-tengah bagian atas halaman pertama ditulis
perkataan “Berita Acara RESUME” dan isinya dimulai
dibawahnya.
FT. RESKRIM 3 54 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
b) Disebelah kiri dari setiap lembaran Resume dikosongkan 1⁄4
(seperempat) halaman yang disebut marge yang maksudnya
disediakan untuk tempat perbaikan apabila terjadi kekeliruan
dalam penulisan materinya.
c) Dibuat oleh penyidik/penyidik pembantu dengan membubuhkan
tanggal, tempat pembuatan, tanda tangan dan nama terang
penyidik/penyidik pembantu serta diketahui oleh atasan
penyidik/penyidik pembantu.
b. Syarat materiil
1) Dasar
2) Memuat gambaran konstruksi tindak pidananya.
3) Fakta-fakta
a) Memuat tindakan yang telah dilakukan
b) Barang bukti yang disita
c) Keterangan-keterangan saksi dan/atau Ahli
4) Analisis Yuridis dan Kasus
5) Kesimpulan.
c. Syarat penulisan
1) Diketik diatas kertas folio warna putih, dengan jarak 1 1⁄2 spasi
2) Diantara spasi tidak boleh dituliskan apapun
3) Kata-kata harus ditulis lengkap, jangan menggunakan singkatan
kecuali singkatan kata-kata resmi dan dikenal umum.
4) Penulisan angka yang menyebuntukan jumlah harus diulangi dengan
huruf.
5) Nama orang ditulis dengan huruf besar (huruf balok dan digaris
bawah).
FT. RESKRIM 3 55 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
4. Penjelasan Pembuatan Resume/Surat Sangkaan
Isi dari resume selama ini yang dibuat oleh penyidik Polri adalah :
a. Dasar. Dasar yang dimaksud adalah pijakan yang dilakukan oleh penyidik
dalam melakukan penyidikan perkara pidana. Ada 3 jenis yang menjadi
dasar dalam resume, yaitu :
1) Laporan polisi. Laporan polisi dalam berkas perkara wajib ada
karena menjadi dasar dilakukannya suatu penyidikan. Laporan polisi
tersebut memberikan gambaran umum terhadap perkara pidana
yang terjadi.
2) Surat Perintah Penyidikan. Munculnya surat perintah penyidikan
didasari oleh Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 12, Pasal
106, Pasal109 ayat (1), Pasal 110 ayat (1) KUHAP. Melalui surat
perintah penyidikan, maka para penyidik (penyidik dan penyidik
pembantu) dalam melakukan penyidikan perkara pidana secara
hukum telah sah.
3) Surat Perintah Tugas. Surat perintah tugas sebenarnya adalah
turunan dari surat perintah penyidikan, dimana para penyidik
(penyidik dan penyidik pembantu) dapat melakukan kegiatan-
kegiatan penyidikan sebagaimana yang dimaksud dalam KUHAP.
Adapun dasar dari pelaksanaan surat perintah tugas adalah Pasal 5
ayat (2), Pasal 7 (1) huruf d, Pasal 11, Pasal 16 ayat (1), Pasal 18
ayat (1), dan Pasal 186 KUHAP.
4) Laporan Hasil Penyelidikan
5) SPDP
b. Perkara atau Dugaan Persangkaan. Perkara atau dugaan persangkaan
yang dimaksud di sini adalah dugaan awal persangkaan telah terjadinya
tindak pidana yang dilaporkan oleh terlapor terhadap seorang atau lebih
tersangka dari pasal pidana yang dilanggarnya. Umumnya isi dari perkara
atau dugaan persangkaan diperoleh dari laporan polisi.
Membaca isi dari perkara atau dugaan persangkaan, maka para pihak
yang ingin mengetahui berkas perkara tersebut telah mengetahui bahwa
FT. RESKRIM 3 56 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
dugaan awal dari persangkaan adalah sebagaimana yang dilaporkan oleh
terlapor. Dugaan persangkaan yang dimaksud mencakup 2 hal penting
yang perlu diperhatikan dalam yaitu :
1) Identitas tersangka (syarat formil) berisi: identitas tersangka, meliputi
nama lengkap, tempat lahir, umur dan tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan.
2) Uraian singkat mengenai tindak pidana (syarat materil) berisi:
uraian-uraian yang singkat tentang dugaan perbuatan pidana yang
terjadi.
3) Uraian mengenai tempat dan waktu dilakukannya perbuatan pidana.
Pentingnya waktu dan tempat dimasukkan kedalam persangkaan
untuk mengetahui Pengadilan Negeri mana yang berwenang
mengadili dan untuk menjaga jangan sampai tersangka akan
mengelak bahwa ia pada waktu kejadian berada ditempat lain (alibi),
alibi ini jika dapat dibuktikan tersangka mengakibatkan penyidikan
tidak dapat diterima.
Catatan : selama ini isi resume yang berjudul “perkara” merupakan sistematika
yang biasa dibuat oleh penyidik Polri. Akan tetapi, sesuai dengan
Perkabareskrim Nomor 14 Tahun 2012, judul “perkara” tersebut tidak cocok
karena “perkara” yang dimaksud lebih kepada dugaan awal dari persangkaan
yang dilaporkan oleh terlapor. Penempatan judul “perkara” selama ini
digunakan oleh penyidik adalah lebih menunjukkan pada kronologis perkara.
Oleh karena itu, judul “perkara” sebaiknya diganti dengan judul “Dugaan
Persangkaan”, dimana hal ini sesuai dengan tugas penyidik untuk
membuktikan dugaan persangkaan tersebut terbukti atau tidak. Contoh perkara
atau dugaan persangkaan pada tabel di bawah ini.
FT. RESKRIM 3 57 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Contoh Perkara/Dugaan Persangkaan
Tersangka H. THALIB BIN SAED BIN THALIB, adalah pemilik
IDENTITAS
usaha dengan nama CV. EBIN THALIB MANDIRI yang
TERSANGKA SECARA JELAS DAN LENGKAP
terletak di Dusun Sebumi, RT.01/RW.01, Kel. Polaman, Kec. Mijen, Kota Semarang dan
beralamat sesuai KTP di Genuk Rt. 001 Rw. 002 Kel. Tambangan Kec. Mijen, Kota
Semarang, diduga telah dengan sengaja melakukan kegiatan industri yaitu memproduksi
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) berupa AIR ZAMZAM tanpa dilengkapi dengan
Perijinan dan atau Memproduksi serta Memperdagangkan AIR ZAMZAM
PERBUATAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN (ACTUS REUS DAN MENS REA)
yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, tidak mencantumkan
informasi dan atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa indonesia sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan atau tidak memiliki izin edar terhadap
AIR ZAMZAM untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran, sehingga patut diduga kuat
Tersangka telah melakukan Tindak Pidana Perindustrian, Perlindungan Konsumen dan
Pangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (1) jo pasal 13
PERUNDANG- UNDANGAN YANG DIDUGA DILANGGAR
ayat (1) Undang–undang RI No. 5 tahun 1984 tentang Perindustrian dan/atau pasal 62
ayat (1) jo pasal 8 huruf a, f, j Undang-undang RI No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan/atau pasal 142 Undang-undang RI No. 18 tahun 2012 tentang Pangan.
Sumber : Dit reskrimsus Polda Jateng, 2014.
Catatan : kekurangan dari perkara/dugaan persangkaan di atas adalah tidak
menguraikan waktu dan tempat kejadian perkara. Oleh karena itu, sebaiknya isi
dari perkara/dugaan sangkaan ditambahkan sebagai berikut : Tambahan
Waktu dan Tempat
FT. RESKRIM 3 58 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Sumber : Dit reskrimsus Polda Jateng, 2014.
c. Fakta-Fakta. Fakta-fakta dalam berkas perkara adalah bukti dari seluruh
rangkaian kegiatan (proses penyidikan) yang dilakukan oleh penyidik.
Fakta-fakta tentang kegiatan yang dimaksud adalah :
1) Fakta tentang kegiatan penyidikan pemanggilan, penangkapan,
penahanan, penyitaan, dan penggeledahan.
Adapun contoh dari fakta-fakta dalam resume/surat persangkaan
dapat dilihat dibawah ini.
FT. RESKRIM 3 59 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Contoh Fakta-Fakta Kegiatan Penyidikan
1. Pemanggilan/pemeriksaan saksi :
a. Tanpa surat panggilan telah dilakukan pemeriksaan terhadap SRI NUR CAHYANTI ALIAS
YANTI sesuai dengan berita acara pemeriksaan tanggal 15 Januari 2014 b. Tanpa surat
panggilan telah dilakukan pemeriksaan terhadap saksi ROKHMAD bin DIONO sesuai dengan
berita acara pemeriksaan tanggal 15 Januari 2014. c. Tanpa surat panggilan telah dilakukan
pemeriksaan terhadap TUGINEM binti (alm.) IDRIS sesuai dengan berita acara pemeriksaan
tanggal 15 Januari 2014.
2. Penangkapan :
Dengan Surat Perintah Penangkapan No. Pol. : Sp. Kap/ 3 /I/2014/Reskrimsus, tanggal 15
januari 2014 telah melakukan penangkapan terhadap H. THALIB BIN SAED BIN THALIB dan
telah dibuatkan Berita Acara Penangkapan tanggal 15 Januari 2014.
3. Penahanan :
Dengan Surat Perintah Penahanan No. Pol. : SP.Han/ 03 /I/2014/Reskrimsus tanggal 15
Januari 2014 dan telah dibuatkan Berita Acara Penahanan tanggal 16Januari 2014. Tersangka
dilakukan penahaan selama 20 (dua Puluh) hari dari 16 Januari 2014 sampai dengan tanggal
04 Februari 2014.
4. Penggeledahan :
Dengan Surat Perintah Penggeledahan No Pol. :Sp. Dah/5/I/2014/ Reskrimsus, tanggal 15
Januari 2014, telah dilakukan Penggeledahan sebuah Gudang / tempat usaha di Dusun
Sebumi, RT.01/RW.01, Kel. Polaman, Kec. Mijen, Kota Semarang milik H. THALIB BIN SAED
BIN THALIB dan terhadapnya telah dibuatkan Berita Acara Penggeledahan tanggal 15 Januari
2014.
5. Penyitaan :
Dengan Surat Perintah Penyitaan No. Pol. : SP.Sita/ 9 /I/2014/Reskrimsus tanggal 15 Januari
2014, telah dilakukan penyitaan barang bukti dari H. THALIB BIN SAED BIN THALIB berupa :
a. 600 ( enam ratus ) dus berisi air zam – zam dalam kemasan dirigen
dan gallon siap edar. b. 400 ( empat ratus ) dirigen isi 10 liter air zam – zam yang sudah
dikemas dalam plastik warna orange berlabel SW. c. 45 ( empat puluh lima ) gallon isi 10
liter air zam – zam yang sudah
dikemas dalam plastik warna orange berlabel SW. d. 10 ( sepuluh ) dus isi 20 dirigen air
zam – zam @ 1 liter. e. 15 ( lima belas ) dus isi gallon kosong @ 40 pcs. Dan telah dibuatkan
Berita Acara Penyitaan tanggal 15 Januari 2014.
Sumber : Dit reskrimsus Polda Jateng, 2014.
FT. RESKRIM 3 60 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
2) Fakta tentang kegiatan penyidikan berupa pemeriksaan, yaitu :
a) Keterangan Saksi. Keterangan saksi yang dimaksud adalah
bagian dari fakta-fakta yang diperoleh dari ringkasan
keterangan yang diberikan oleh para saksi dari hasil
pemeriksaan penyidik berkaitan dengan perkara pidana yang
terjadi. Keterangan saksi tersebut bukan persepsi atau
kesimpulan dari penyidik, tetapi ringkasan dari apa yang saksi
alami, lihat, dan dengar.
b) Keterangan Ahli (kalau ada). Keterangan ahli dalam resume
adalah bagian dari fakta-fakta berupa ringkasan dari
keterangan yang dinyatakan oleh ahli dari hasil pemeriksaan
penyidik berkaitan dengan perkara pidana yang terjadi. Sama
halnya dengan keterangan saksi, maka ringkasan keterangan
ahli juga bukan persepsi atau kesimpulan dari penyidik.
c) Keterangan Tersangka. Keterangan tersangka dalam resume
adalah bagian dari fakta-fakta yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan tersangka yang dilakukan oleh penyidik.
Adapun contoh dari isi fakta dari ketiga pemeriksaan tersebut, dapat
dilihat dibawah ini.
FT. RESKRIM 3 61 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Contoh Fakta-Fakta Pemeriksaan Saksi
2. Saksi II
Nama : ROCKMAD Bin DIONO , Lahir di Kendal, pada tanggal 22 Oktober 1969 jenis kelamin laki-laki,
agama Islam, kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan swasta, pendidikan terakhir SMP, alamat tempat
tinggal Dsn. Gentan Kidul Rt.03 Rw.04, Kel. Boja, Kec. Boja Kab. Kendal
Menerangkan :
a. Pada saat pemeriksaan saksi dalam keadaan sehat baik jasmani dan rohani, dan saksi
bersedia dimintai keterangan b. Bahwa saksi bekerja di tersangka H. THALIB , jenis pekerjaannya
adalah membuat atau memproduksi air zam zam , pengembang biakan sapid an kambing dengan alamat
usaha di Dsn. Sebumi Rt. 01 Rw.01 Kel. Polaman Kec. Mijen Kota Semarang. c. Bahwa saksi bekerja
ditempat usaha milik tersangka H. THALIB sejak baru 2 (dua) bulan
dan saksi tidak mngetahui sejak kapan perusahaan tersebut mulai operasional. d. Bahw setahu saksi
untuk proses produksi atau pembuatan air zam zam sebagai berikut :
1) Awal mulanya air bahan baku diambil dari air bawah tanah menggunakan alat pompa air kemudian
disalurkan pada alat filter air yang terdiri dari tabung sterilisasi , filter dan tabung air, gunanya untuk
mengolah air supaya steril dan layak diminum. 2) Dari alat tersebut air selanjutnya dimasukan kedalam
drum – drum penampung, kemudian dari drum penampung air yang sudah steril dimasukan kedalam
jeligen dari ukuran 1 liter, 5 liter dan 10 liter. 3) Selanjutnya jeligen dan gallon yang sudah berisi air
tersebut dikemas menggunakan plastic berlabel SNI warna orange SAFEWRAF ,warna kuning kemudian
dimasukan dalam kardus untuk siap dijual atau diedarkan. e. Bahwa setahu saksi peredaran air zamzam
tersebut di edarkan di wilayah Surabaya, Sem,arang dan Jakarta dengan cara dikirim kepada pemesan
menggunakan alat transportasi yang disewa oleh tersangka dan yang melakkan penjualan dan
pemasaran adalah tersangka sendiri, f. Bahwa saksi tidak mengetahui berapa kapasitas produksi
perusahaan milik tersangka
setiap bulannya karena semua transaksi ditangani sendiri oleh tersangka H. THALIB. g. Bahwa saksi
bertugas sebagai pembantu umum yang khusus melayani tersangka H. THALIB , melayani sebagai sopir
dan mengambil kebutuhan pakan ternak.15 ( lima belas ) dus isi gallon kosong @ 40 pcs. Dan telah
dibuatkan Berita Acara Penyitaan tanggal 15 Januari 2014.
BAB III
PENYUSUNAN BERKAS PERKARA
Kompetensi Dasar
Memahami dan menerapkan penyusunan berkas perkara
Indikator hasil belajar:
1. Menjelaskan Pengertian-pengertian yang Berkaitan dengan Penyusunan
Berkas Perkara
2. Menjelaskan Gambaran Umum Berkas Perkara
3. Menjelaskan Cara Pelaksanaan penyusunan berkas perkara
4. Mempraktikkan cara pelaksanaan penyusunan berkas perkara
FT. RESKRIM 3 70 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
1. Pengertian-pengertian yang Berkaitan dengan Penyusunan Berkas
Perkara
a. Penyusunan isi berkas perkara adalah kegiatan penempatan urutan
lembar kelengkapan administrasi penyidikan yang merupakan isi berkas
perkara yang disusun dalam satu berkas perkara.
b. Pemberkasan adalah kegiatan memberkas isi berkas perkara dengan
susunan, syarat penyampulan, pengikatan dan penyegelan yang telah
ditentukan serta pemberian nomor berkas perkara.
2. Gambaran Umum Berkas Perkara
Pengertian berkas perkara dalam literatur hukum tidak didefinisikan
secara khusus. Akan tetapi, secara umum undang-undang (KUHAP)
menyatakan bahwa hasil bentuk pertanggunggjawaban dari penyidik dalam
mengungkap perbuatan orang yang melakukan pidana adalah berkas perkara.
Sebagaimana pasal 8 ayat (2) KUHAP menyebuntukan “Penyidik menyerahkan
berkas perkara kepada penuntut umum”, dimana berkas perkara yang
dimaksud sebagai bentuk pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh penyidik
(hal ini dijelaskan pada ayat (1) yang berbunyi “Penyidik membuat berita acara
tentang pelaksanaan tindakan sebagaimana dimaksud dalam PasaI 75 dengan
tidak mengurangi ketentuan lain dalam undang-undang ini”).
Berkas perkara merupakan tindakan penyidik dalam menjalankan
prosedural penyidikan yang berisi administrasi penyidikan untuk diserahkan
kepada penuntut umum. Sementara itu, administrasi penyidikan merupakan
penatausahaan dan segala kelengkapan yang disyaratkan undang-undang
dalam proses penyidikan meliputi pencatatan, pelaporan, pendataan, dan
pengarsipan atau dokumentasi untuk menjamin ketertiban, kelancaran, dan
keseragaman administrasi baik untuk kepentingan peradilan, operasional
maupun pengawasan Penyidikan.
Berkas perkara dalam penyidikan merupakan syarat yang harus dipenuhi
penyidik sesuai dengan Pasal 8 angka 2 dan 3 KUHAP. Secara umum berkas
perkara yang berisi administrasi penyidikan terdiri dari :
FT. RESKRIM 3 71 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
a. Sampul Berkas Perkara.
b. Foto Tersangka.
c. Foto copy KTP Tersangka.
d. Daftar Isi Berkas.
e. Laporan Polisi.
f. Surat Perintah Penyidikan.
g. SPDP.
h. Resume.
i. Keterangan Saksi-Saksi.
j. Keterangan Tersangka.
k. Berita Acara Sumpah.
l. Seluruh Surat-surat dan Berita Acara yang dilakukan penyidik.
m. Daftar saksi.
n. Daftar barangbukti.
o. Daftar tersangka.
p. Lampiran-lampiran.
Contoh dari kelengkapan isi berkas perkara dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
NO MACAM SURAT BANYAKNYA KETERANGAN
1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
FT. RESKRIM 3 72 AKADEMI KEPOLISIAN Sampul Berkas Perkara
Foto Tersangka
Foto copy KTP Tersangka
Daftar Isi Berkas
Laporan Polisi
Surat Perintah Penyidikan
Surat Perintah Tugas
SPDP
Resume
Keterangan Saksi :
a. FINDISHA YUDA
LAKSANA BIN
1 lembar
1 lembar
1 lembar
2 lembar
2 lembar
2 lembar
2 lembar
2 lembar
41 lembar
7 lembar
KASUBDIT I
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
--
BRIGADIR WIDI BUDI,S.H.
KA SPKT POLDA JATENG
DIRRESKRIMSUS
DIRRESKRIMSUS
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
11.
12.
13.
14.
SOEHARFIN, S.H.
b. GALIH JATI LAKSONO
BIN TANYONO SUHARDI.
c. WINOTO BIN ALM.
MULYONO KUSUMO.
d. ARBI BAYU CAHYADI BIN
TAN TIAUW TJONG.
e. DHIMAS SURYONO ADI
BIN WISNUGROHO .
f. AARON EDO SUTANTO
BIN YULIANI PRANOTO.
g. DAVID RAHARJO BIN
MADYANTO RAHARJO.
h. PRADANA ADITYA, N.
i. TRI MUKHAMAD, SH.
Keterangan Ahli :
a. DIREKTORAT
PERLINDUNGAN
KONSUMEN DITJEN
PERDAGANGAN DALAM
NEGERI DEPARTEMEN
PERDAGANGAN RI,
BERITA ACARA SUMPAH
AHLISDR. AMAN
SINAGA,SH
b. KEPALA SEKSI DATA DAN
INFORMASI STANDARD
POS DAN
TELEKOMUNIKASI,
BERITA ACARA SUMPAH
AHLISDR. HERU YUNI
PRASETYO, S.T.
Keterangan Tersangka TJAHJO
MULJADI alias DIDIK bin ALI
WAKAB.
Keterangan
TambahanTersangka TJAHJO
MULJADI alias DIDIK bin ALI
WAKAB.
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
8 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
3 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
5 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
5 lembar
AKP EDI PURNOMO, S.H.
6 lembar
AKP EDI PURNOMO, S.H.
7 lembar
AKP EDI PURNOMO, S.H.
6 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
6 lembar
AKP EDI PURNOMO, S.H.
8 lembar
AKP EDI PURNOMO, S.H.
1 lembar
AKP EDI PURNOMO, S.H.
6 lembar
KOMPOL ISWANTO, S.E.
1 lembar
KOMPOL ISWANTO, S.E.
6 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
FT. RESKRIM 3 73 AKADEMI KEPOLISIAN
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
Surat PenunjukanPenasehat
Hukum / Pengacara
Surat Pernyataan
TersangkaTolak PH
Berita Acara Penolakan / tidak
didampingi PH
Surat Perintah Penggeledahan
Berita Acara Penggeledahan
Surat Perintah Penyitaan
Berita Acara Penyitaan
Surat Tanda Penerimaan
Surat Perintah Penggeledahan
Berita Acara Penggeledahan
Surat Perintah Penyitaan
Berita Acara Penyitaan
Surat Tanda Penerimaan
Surat Perintah Penggeledahan
Berita Acara Penggeledahan
Surat Perintah Penyitaan
Berita Acara Penyitaan
Surat Tanda Penerimaan
Surat Perintah Penggeledahan
Berita Acara Penggeledahan
Surat Perintah Penyitaan
Berita Acara Penyitaan
Surat Tanda Penerimaan
Surat Permohonan Ijin
Penetapan Penggeledahan
Ijin Penetapan Penggeledahan
Surat Permohonan ijin
Penetapan Penyitaan
Ijin Penetapan Penyitaan
Surat Perintah Penyisihan
Barang Bukti
Berita Acara
PenyisihanBarangBukti
Surat Perintah Penangkapan
Berita Acara Penangkapan
Surat Perintah Penahanan
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
7 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
1 lembar
KASUBDIT I
1 lembar
Tersangka TJAHJO MULJADI
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
1 lembar
KASUBDIT I
1 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
1 lembar
KASUBDIT I
1 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
2 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
2 lembar
KASUBDIT I
1 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
2 lembar
KASUBDIT I
1 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
2 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
1 lembar
KASUBDIT I
1 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
2 lembar
KASUBDIT I
1 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
2 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
1 lembar
KASUBDIT I
1 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
2 lembar
KASUBDIT I
1 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
2 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
2 lembar
DIRRESKRIMSUS
2 lembar
KETUA PN SURAKARTA
2 lembar
DIRRESKRIMSUS
1 lembar
KETUA PN SURAKARTA
2 lembar
KASUBDIT I
2 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
2 lembar
KASUBDIT I
1 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
2 lembar
DIR RESKRIMSUS
KOMPOL N. GARJITA, S.H
1 lembar
DIRRESKRIMSUS
2 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
1 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
FT. RESKRIM 3 74 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
49.
Berita Acara Penahanan
1 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
50.
Surat Permintaan Perpanjangan
1 lembar
Penahanan
KAJATI JATENG CQ. ASPIDUM
51.
Surat Perpanjangan Penahanan
1 lembar
Berita Acara Perpanjangan
Penahanan
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
52.
Surat permohonan keterangan
1 lembar
ahli keKemendag RI.
DIRRESKRIMSUS
53.
Surat permohonan keterangan
1 lembar
ahli keKemenkominfo RI
DIRRESKRIMSUS
54.
Surat permohonan keterangan
1 lembar
saksi keperwakilan Samsung
Elektronik Indonesia
KASUBDIT I
55.
Surat permohonan keterangan
2 lembar
saksi ke PT. TAM.
KASUBDIT I
56.
Daftarsaksi
3 lembar
BRIG WIDI BUDIARKO, S.H.
57.
Daftarbarangbukti
1 lembar
AIPTU IDB. SANTOSA, S.H.
58
Daftartersangka
1 lembar
KOMPOL N. GARJITA, S.H.
59
Lampiran-lampiran
10 lembar
BAB IV
PENYELESAIAN BERKAS PERKARA
Kompetensi Dasar
Memahami dan menerapkan penyelesaian berkas perkara
Indikator hasil belajar:
1. Menjelaskan persiapan penyelesaian berkas perkara.
2. Menjelaskan pelaksanaan penyerahan berkas perkara.
3. Menjelaskan penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barangbukti.
4. Mempraktikkan penyelesaian berkas perkara.
FT. RESKRIM 3 83 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
1. Persiapan Penyelesaian Berkas Perkara
a. Melakukan pengecekan/penelitian terhadap :
1) Berkas Perkara
Meneliti apakah berkas sudah lengkap dan memenuhi persyaratan
formal maupun materialnya.
2) Tersangka
Meneliti kembali dan mempersiapkan tersangka yang akan
Diserahkan tanggung jawabnya kepada penuntut umum, meliputi
pengecekan kondisi kesehatannya, keberadaannya dan lainlain.
3) Barang bukti
Meneliti kembali dan mempersiapkan barang bukti yang akan
Diserahkan tanggung jawabnya kepada penuntut umum.
b. Berkas Perkara
1) Surat pengantar ditujukan kepada:
a) Kepala Kejaksaan Negeri, untuk Perkara acara pemeriksaan
biasa.
b) Ketua Pengadilan negeri/Tinggi, untuk Perkara acara
pemeriksaan cepat
c) Kepala Kejaksaan Negeri/Tinggi, untuk Perkara yang ditangani
Oleh Penyidik Pegawai Negeri sipil.
2) Surat Pengantar memuat:
a) Nomor dan tanggal berkas perkara.
b) Jumlah berkas yang dikirim (rangkap dua).
c) Nama, umur, pekerjaan dan alamat tersangka.
d) Status tersangka (ditahan atau tidak).
e) Jumlah dan jenis barang bukti.
f) Tindak pidana dan pasal yang dipersangkakan.
g) Hal-hal lain yang dianggap perlu.
3) Surat Pengantar Penyerahan berkasPerkara ditanda tangani oleh
Atasan penyidik selaku penyidik.
4) Tembusan surat Pengantar disampaikankepada Kesatuan atasan
Dan KetuaPengadilan Negeri. (tanpa lampiran).
FT. RESKRIM 3 84 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
c. Menyiapkan transportasi dan pengamanan.
Mempersiapkan petugas dan alat angkutan yang diperlukan
untuk menyerahkan berkas perkara dan atau penyerahan
tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti.
2. Pelaksanaan Penyerahan Berkas Perkara.
a. Atasan penyidik selaku penyidik, segera menyerahkan berkas perkara
tersebut dalam rangkap dua kepada penuntut umum.
b. Berkas Perkara yang akan dikirim dibungkus rapi dengan kertas sampul
dan ditulis nomor dantanggal berkas perkara.
c. Pengiriman berkas perkara dicatat dalam buku ekspedisi pengiriman
berkas perkara yang telahdisiapkan oleh penyidik/penyidik pembantu,dan
setelah berkas perkara diterima dimintakan tanda tangan dan stempel/cap
dinas kepada petugas kejaksaan yang diserahi tugas menerima berkas
perkara. Hal ini penting dalam memperhitungkan jangka waktu 14 hari
sejak tanggal penerimaan yang dipergunakan bagipenuntut umum untuk
meneliti dan mengembalikan berkas perkara.
d. Apabila sebelum batas waktu 14 hari berakhir berkas perkara
dikembalikan dan disertai petunjuk Jaksa Penuntut Umum (P.19) maka
Kepala Kesatuan atau pejabat yang ditunjuk selaku penyidik atau penyidik
pembantu segera melakukan penyidikan tambahan,guna melengkapi
berkas perkara sesuai petunjuk tertulis yang diberikan oleh Penuntut
Umum dalam waktu maksimal 14 hari,dan segera mengirimkan kembali
berkas perkaranya kepadaKepala Kejaksaan.
e. Dalam hal acara pemeriksaan singkat apabilaKepala Kesatuan atau
pejabat yang ditunjuk menerima pemberitahuan dari Kepala Kejaksaan
atas permintaan Hakim perlu adanya pemeriksaan tambahan,maka Ia
atau pejabat yang ditunjuk selaku penyidik atau penyidik pembantu segera
melakukannya dan dalamwaktu 14 hari harus sudah diserahkan kembali
kepada Kepala Kejaksaan yang bersangkutan.
f. Penyerahan berkas perkara dalam hal acara pemeriksaan cepat yaitu
pemeriksaan dalam perkara tindak pidana ringan dan perkara
FT. RESKRIM 3 85 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
pelanggaran lalu lintas jalan,ditunjuk langsung ke pengadilan atas kuasa
Penuntut Umum.
1) Perkara tindak pidana ringan
a) Penyidik/Penyidik Pembantu dalam waktu tiga hari sejak berita
Acara pemeriksaan selesai dibuatnya, menghadapkan
terdakwa beserta barang bukti, ahli dan atau juru bahasa ke
Sidang Pengadilan.
b) Penyidik/Penyidik Pembantu segera memberitahukan secara
Tertulis kepada terdakwa tentang hari, tanggal,jam dan tempat
harus menghadap sidang pengadilan.
c) Penyidik/Penyidik Pembantu yang ditunjuk menyerahkan
berkas perkara atau catatan ke pengadilan atas Kuasa
Penuntut Umum. Walaupun Penuntut Umum hadirdalam
pemeriksaan didepan sidang pengadilan, maka kehadirannya
tidak mengurangi nilai atas kuasa Penuntut Umum tersebut.
2) Perkara pelanggaran lalu- lintas jalan
a) Dalam perkara pelanggaran lalu lintas jalan, Penyidik/Penyidik
Pembantu yang ditunjuk tidak perlu membuat Berita Acara
Pemeriksaan,
b) Penyidik/Penyidik Pembantu membuat catatan tentang
pemberitahuan kepada terdakwa mengenai hari, tanggal, jam
dan tempat dimana Ia menghadap sidang pengadilan dan
langsung dikirim ke Pengadilan.
3. Penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barangbukti.
a. Apabila berkas perkara yang dikirim kepada Kepala Kejaksaan dalam
waktu 14(empat belas)hari sejak tanggal penerimaan tidak dikembalikan
atau sebelum batas waktu tersebut berakhir telahada pemberitahuan
bahwa hasil penyidikan telahlengkap (P21), maka pada Hari berikutnya
Kepala Kesatuan atau Pejabat yang ditunjuk selaku penyidik segera
menyerahkan tanggungjawab atas tersangka dan barang bukti kepada
FT. RESKRIM 3 86 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Kepala Kejaksaan dan memberikan tembusannya kepada Kepala
Kesatuan Atas dan Ketua Pengadilan Negeri.
b. Dibuatkan Surat Pengantar dari Kepala Kesatuan untuk pengiriman
tersangka dan barang bukti dan dicatat dalam ekspedisi yang harus
ditandatangani oleh Pejabat Kejaksaan yang diberi tugas menerima
penyerahan tersangka serta barang bukti dengan mencantumkan nama
terang, tanggal serta stempel dinas,serta dibuat Berita Acara Serah
Terima tersangka dan barangbukti yang ditandatangani oleh penyidik dan
pejabat Kejaksaan yang diberi tugas menerima penyerahan tersangka dan
barang bukti.
c. Surat Pengantar dan Berita Acara serah terima tersangka dan barang
bukti harus mencantumkan:
1) rujukan yang berkaitan dengan pengiriman berkas perkara.
2) nama dan identitas tersangka secaralengkap.
3) keterangan tersangka ditahan atau tidak dengan mencantumkan
tanggal dan waktu penahanannya.
4) jenis,jumlah/berat barang bukti.
5) permintaan Petikan Putusan (vonis) Hakim Pengadilan bila
tersangka telah divonis.
d. Berita Acara Serah Terima tersangka dan Barang Bukti ditandatangani
oleh Penyidik/Penyidik Pembantu yang menyerahkan dan petugas
Kejaksaan yang menerima serta2(dua) orang saksi.
e. Untuk keamanan dan keselamatan, maka pengiriman tersangka
menggunakan mobil tahanan dengan pengawalan yang cukup serta
memperhatikan petunjuk teknis tentang pengawalan tahanan.
FT. RESKRIM 3 87 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
RANGKUMAN
1. Administrasi penyidikkan adalah penataan kelengkapan adminstrasi yang
diperlukan untuk kepentingan penyidik yang mliputi Pencatatan, pelaporan dan
pendataan untuk menjamin Ketertiban, kelancaran dan keseragaman
pelaksanaan Administrasi Penyidikan baik untuk kepentingan peradilan,
operasional maupun untuk kepentingan pengawasan
2. Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang
Undang menjadi dasar hukumnya untuk melakukan penyidikan
3. Pusat Informasi Kriminal Nasional Polri yang selanjutnya disebut Pusiknas
Bareskrim Polri adalah unsur pelaksana teknis bidang informasi kriminal
nasional yang berada di bawah Kabareskrim Polri yang bertugas
menyelenggarakan sistem informasi kriminal nasional secara on line dan
analisis laporan yang berkaitan dengan kejahatan transnasional.
4. Tugas dan Fungsi PIKNAS
a. Membina dan menyelenggarakan sistem informasi kriminal nasional yang
meliputi kegiatan pendokumentasian administrasi penyidikan yang
memuat data kejahatan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas
kendaraan bermotor untuk mendukung manajemen penanggulangan
kejahatan dan kegiatan Bareskrim Polri maupun unsur-unsur terkait
lainnya.
b. Membina dan menyelenggarakan pengelolaan dan analisa kejahatan
transnasional.
5. Maksud dari pada gelar perkara ini adalah untuk memberikan pedoman dan
petunjuk mengenai upaya-upaya gelar perkara sehingga diperoleh
keseragaman tentang kegiatan-kegiatan pokok yang harus dilaksanakan
6. Tujuan dari gelar perkara adalah untuk mewujudkan keterpaduan intern (Polri)
dan ekstern (Instansi terkait) serta untuk menuntaskan penanganan perkara
yang terjadi.
FT. RESKRIM 3 88 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
7. Gelar perkara adalah suatu upaya berupa kegiatan penggelaran proses perkara
yang dilakukan oleh penyidik dalam rangka menangani tindak pidana tertentu
secara tuntas sebelum diajukan kepada penuntut umum
8. Pra Peradilan pada hakekatnya merupakan salah satu bentuk pengawasan
terhadap pelaksanaan tindakan di bidang penyidikan dan atau penuntutan,
sebagai sarana kontrol, maka Lembaga Pra Peradilan melaksanakan
pemeriksaan dan menuntut tuntutan Pra Peradilan menurut cara yang diatur
dalam Undang Undang Hukum Acara Pidana tentang sah tidaknya suatu
penangkapan dan atau penahanan, sah tidaknya penghentian Sidik atau
penghentian penuntutan dan permintaan ganti kerugian/rehabilitasi
FT. RESKRIM 3 89 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
LATIHAN
1. Jelaskan Dasar-dasar Hukum Administrasi Penyidikan !
2. Jelaskan Pengertian Administrasi Penyidikan !
3. Jelaskan Persyaratan Administrasi Penyidikan !
4. Jelaskan Kelengkapan Mindik Sebagai Isi Berkas Perkara !
5. Jelaskan Kelengkapan Mindik yang bukan isi Berkas Perkara !
6. Jelaskan Penyusunan Isi Berkas Perkara dan Pemberkasan !
7. Jelaskan Penyerahan Tanggung Jawab Atas Tersangka Dan Barang Bukti !
8. Jelaskan Administrasi Penghentian Penyidikan !
9. Jelaskan Dasar Hukum PPNS !
10. Jelaskan pengertian pengertian yang berkaitan dengan PPNS !
11. Jelaskan persyaratan pengangkatan bagi PPNS !
12. Jelaskan hubungan antara penyidik Polri dengan PPNS !
13. Jelaskan persyaratan Penyidik Polri yang ditunjuk untuk mengadakan
hubungan kerja dengan penyidik Pegawai Negeri Sipil !
14. Jelaskan bentuk / pola koordinasi, pengawasan, pemberian petunjuk dan
bantuan penyidikan !
15. Jelaskan pelaksanaan hubungan antara Penyidik Polri dengan PPNS !
16. Jelaskan pengertian berkaitan dengan Piknas.
17. Jelaskan tugas dan wewenang penyelenggaraan Piknas.
18. Jelaskan pengenalan dan pemahaman aplikasi input data LP dan input data
perkembangan penanganan perkara.
19. Jelaskan pengenalan CMIS (Case Mangement Intelligent System).
20. Jelaskan gelar perkara dalam proses penyidikan tindak pidana
21. Jelaskan pelaksanaan gelar perkara
22. Jelaskan tata cara pelaksanaan gelar perkara
23. Jelaskan dasar hukum dan pengertian Pra Peradilan.
24. Jelaskan persyaratan Pra Peradilan.
25. Jelaskan persiapan dan sasaran menghadapi pra peradilan.
26. Jelaskan alasan dilaksanakan Pra Peradilan.
27. Jelaskan upaya mengantisipasi tuntutan Pra Peradilan
FT. RESKRIM 3 90 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
28. Jelaskan pengertian diskresi.
29. Sebuntukan contoh-contoh diskresi kepolisian fungsi teknis reskrim
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor : 27 Tahun 1983 dirubah dengan peratuan pemerintah
nomor 58 tahun 2010 tentang Pelaksanaan KUHAP.
Peraturan Kapolri nomor 14 Tahun 2012 tentang manajemen penyidikan tindak
pidana.
Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri nomor 1 tahun 2014 tentang Standar
Operasional Prosedur Perencanaan Penyidikan Tindak Pidana.
Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri nomor 2 tahun 2014 tentang Standar
Operasional Prosedur Pengorganisasian Penyidikan Tindak Pidana.
Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri nomor 3 tahun 2014 tentang Standar
Operasional Prosedur Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana.
Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri nomor 4 tahun 2014 tentang Standar
Operasional Prosedur Pengawasan Penyidikan Tindak Pidana
FT. RESKRIM 3 91 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
LAMPIRAN PRAKTEK
1. Penyidikan (Upaya Paksa)
Taruna dibagi menjadi 4 (empat) kelompok kemudian masing masing kelompok
di berikan tugas untuk melaksanakan rangkaian penyidikan. Tiap-tiap kelompok
diarahkan oleh satu tim instruktur yang akan memberikan skenario dan simulasi
kejadian tindak pidana. Dalam setiap kelompok taruna, ketua kelompok
berperan sebagai Kanit Reskrim, dan anggota lainnya sebagai Penyidik
Pembantu. Kanit Reskrim bertanggungjawab membagi tugas agar penyidikan
dapat terlaksana dengan baik. Anggota lainnya bertugas untuk mendukung
agar penyidikan dapat diselesaikan.
a. Kelompok pertama melaksanakan penyidikan kasus pembunuhan.
b. Kelompok dua melaksanakan penyidikan kasus pencurian dengan
pemberatan.
c. Kelompok tiga melaksanakan penyidikan kasus narkoba.
d. Kelompok empat melaksanakan penyidikan kasus pemerkosaan.
Taruna mengerjakan tugas secara perorangan namun dilaksanakan secara
berkelompok. (hasilnya dikumpulkan)
2. Resume
Dari Kelompok yang terdahulu (praktik penyidikan) taruna (masing-masing
perorangan) diperintahkan membuat resume sesuai dengan hasil penyidikan
yang sudah dilakukan dalam praktik sebelumnya.
3. Penyusunan Berkas Perkara
Dari Kelompok yang terdahulu (praktik penyidikan) taruna (per kelompok)
diperintahkan untuk menyusun berkas perkara sesuai dengan hasil penyidikan
yang sudah dilakukan dalam praktik sebelumnya.
4. Penyelesaian dan penyerahan Berkas Perkara
Dari Kelompok yang terdahulu (praktik penyidikan) sesuai dengan hasil
penyidikan yang sudah dilakukan dalam praktik sebelumnya, taruna (per
FT. RESKRIM 3 92 AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
kelompok) diperintahkan untuk membuat administrasi kelengkapan dalam
rangka penyerahan berkas perkara ke JPU. (jika memungkinkan ditambah
dengan administrasi penyerahan tersangka dan barang bukti).
FT. RESKRIM 3 93 AKADEMI KEPOLISIAN