Anda di halaman 1dari 169

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 

MARKAS BESAR 
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 
FUNGSI TEKNIS RESKRIM 3 
1. Pengantar 
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat 
telah menciptakan berbagai perubahan dalam kehidupan manusia. Globalisasi 
yang saat ini melanda dunia, tidak saja memberikan pengaruh positif namun 
juga pengaruh negatif, diantaranya adalah pengaruh terhadap perkembangan 
kriminalitas yang merupakan konsekuensi logis dari setiap perubahan sosial 
yang terjadi. Kejahatan yang semula hanya bersifat konvensional berubah 
menjadi kejahatan yang bersifat kompleks dengan modus operandi yang rumit 
dan canggih. Selain itu, seiring berjalannya waktu muncul beberapa kejahatan 
yang menjadi atensi publik selain kejahatan konvensional, antara lain: 
kejahatan trans nasional, kejahatan kekayaan negara, dan kejahatan kontijensi. 
Dengan demikian akan semakin menambah berat tugas Polri di masa yang 
sekarang apalagi di masa yang akan datang, termasuk yang bertugas dalam 
fungsi reserse. 
Kejahatan tersebut di atas tentunya merupakan tantangan tugas bagi 
institusi Polri yang mempunyai tugas pokok menegakkan hukum, terutama 
fungsi reserse yang melaksanakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana 
sehingga diperoleh rasa keadilan secara hukum baik dari sisi korban maupun 
sisi pelaku tindak pidana. Dengan demikian fungsi reserse harus benar-benar 
menyiapkan kemampuan personelnya untuk dapat melaksanakan tugas 
menegakkan hukum sesuai dengan harapan masyarakat. 
Polri sebagai pelaksana fungsi teknis reserse kriminal tentunya selalu 
berbenah diri melengkapi kekurangan dalam hal teknis penyidikan dengan 
FT. RESKRIM 3 1 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
menyesuaikan situasi dan perkembangan dinamika pembangunan dan 
peningkatan kejahatan yang cenderung meningkat. Berbagai upaya dilakukan 
salah satunya dengan menyusun buku pedoman dalam pembelajaran tentang 
fungsi teknis reskrim yang diberikan kepada calon anggota Polri. 
Untuk mewujudkan kemampuan tersebut di atas maka dalam hanjar ini 
akan diuraikan secara garis besar mengenai penyidikan (upaya paksa), 
resume/surat sangkaan, penyusunan berkas perkara, penyelesaian berkas 
perkara, diskresi Kepolisian dalam fungsi teknis reskrim dan pelayanan prima. 
FT. RESKRIM 3 2 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 

BAB I 
PEMERIKSAAN 
(HANJAR 2017) 
Kompetensi Dasar: 
Memahami teknik dan taktik dalam permeriksaan dalam proses penyidikan tindak 
pidana. 
Indikator hasil belajar: 
1. Memahami dasar hukum pelaksanaan pemeriksaan dalam proses penyidikan 
2. Memahami tata cara pelaksanaan pemeriksaan 
3. Memahami syarat-syarat dalma pemeriksaan 
4. Dapat membuat berita acara pemeriksaan 
5. Memahami bebapa teknik dalam melakukan pemeriksaan 
6. Memahami tindakan pemeriksaan saksi/ahli/tersangka 
7. Mengetahui dan memahami pasal-pasa yang berkaitan dengan pemeriksaan 
FT. RESKRIM 3 3 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan utamayang dilakukan oleh 
Penyidikatau Penyidik pembantu untukmendapatkan keterangan saksi, keterangan 
ahli dan tersangka yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan. Esensi Berita 
Acara Pemeriksaan (BAP) dikaitkan dengan Hukum Pembuktian dimana BAP 
dijadikan dasar oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam pembuatan Surat 
Dakwaan, dan dasar membuktikan kesalahan terdakwa dalam proses pemeriksaan 
di persidangan, karena itu “kebenaran” BAP selalu dipertahankan oleh JPU. BAP 
yang memenuhi syarat pembuktian adalah BAP yang dapat memberikan jawaban 
atas pertanyaan : What, When, Where, Who, Why, dan How, terhadap peristiwa 
pidana yang disangkakan. Permasalahan yang timbul dan berimplikasi yuridis antara 
lain apabila saksi mencabut keterangan yang ada di BAP pada waktu sidang di 
pengadilan, sementara keterangan saksi merupakan hal paling utama dalam 
membuktikan kasus pidana, dan dinyatakan di sidang pengadilan, disamping alat- 
alat bukti lainnya. 
Demikian juga terdakwa yang mencabut keterangannya dalam BAP walaupun 
secara yuridis dibolehkan dengan alasan logis. BAP saksi dipenyidikan yang telah 
dicabut dan diterima hakim, maka keterangan saksi bukan lagi merupakan alat bukti 
keterangan saksi, tetapi sebagai alai bukti petunjuk setelah Hakim memeriksa 
keterangan saksi dan alat bukti lannya dengan cermat, arif dan bijaksana. 
Secara umum dalam persidangan keberadaan Berita Acara Pemeriksaan 
(BAP) dalam menunjang proses pembuktian di persidangan adalah : 
1. Bahwa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) selalu dijadikan dasar dalam 
pembuatan Surat Dakwaan oleh Penuntut Umum, sedangkan Surat Dakwaan 
adalah mahkota Jaksa Penuntut Umum; 
2. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dijadikan dasar dalam proses pemeriksaan 
dipersidangan, baik oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU), Hakim maupun 
Pengacara; 
3. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dijadikan dasar oleh Jaksa Penuntut Umum 
(JPU) dalam membuktikan kesalahan terdakwa dipersidangan; 
4. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) mengikat Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam 
membuktikan kesalahan terdakwa dipersidangan; 
FT. RESKRIM 3 4 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
5. Bahwa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) selalu dipertahankan “kebenarannya” 
oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam proses membuktikan kesalahan 
terdakwa dipersidangan karena Surat Dakwaan intinya dari BAP. 
Sementara itu, dalam aplikasinya hambatan yang dihadapi Jaksa Penuntut 
Umum (JPU) dalam proses pembuktian di persidangan berdasarkan BAP, adalah 
sebagai berikut: 
1. Faktor Yuridis, hal-hal yang paling sering terjadi terkait masalah ini adalah : 
a. Ketidakcermatan terhadap kelengkapan syarat formal dan materiel dalam 
BAP; 
b. Hakim tidak secara obyektif menggali kebenaran materiel perkara yang 
diajukan oleh JPU di persidangan sedangkan keyakinan hakim bersifat 
relatif dan subjektif; 
c. Adanya perbedaan penafsiran hukum antara Jaksa dengan Hakim. 
2. Faktor Teknis, hal-hal yang paling sering terjadi terkait masalah ini adalah : 
a. Pemeriksaan terhadap saksi-saksi antara lain : 
1) Saksi tidak hadir; 
2) Saksi mencabut pernyataannya di BAP; 
3) Saksi memberikan keterangan yang berbeda dengan BAP; 
4) Saksi ahli yang ternyata tidak kompeten. 
b. Pemeriksaan terdakwa antara lain : 
1) Terdakwa mencabut keterangannya di BAP; 
2) Terdakwa tidak mengakui perbuatannya, sedangkan saksi-saksi sulit 
dihadirkan 
3) Apabila terdakwa orang asing, terkadang tidak ditemukan 
penterjemah yang menguasai bahasa dari terdakwa, khususnya di 
daerah. 
c. Barang bukti, antara lain : 
1) Barang bukti yang sudah tidak bisa dikenali; 
2) Barang bukti yang jenis dan bentuknya tidak mudah dibawa ke 
depan sidang 
FT. RESKRIM 3 5 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
I. PENGERTIAN 
1. Pemeriksaan adalah kegiatan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan 
dan keidentikan dari tersangka,saksi, ahli barang bukti maupun unsur-unsur 
tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan 
sesorang maupun barang bukti di dalam tindak pidana tersebut menjadi 
jelas, dituangkan di dalam berita acara pemeriksaan. 
2. Pemeriksa adalah pejabat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan 
pemeriksaan baik sebagai penyidik maupun penyidik pembantu. 
3. Interogasi adalah salah satu teknik pemeriksaan tersangka/saksi dalam 
rangka penyidikan tindak pidanadengan cara mengajukan pertanyaan baik 
lisan maupun tertuliskepada tersangka, atau saksi, guna mendapatkan 
keterangan, petunjuk-petunjuk dan alat bukti lainnya dan kebenaran 
keterlibatan tersangka dalam rangka pembuatan berita acara pemeriksaan. 
4. Konfrontasi adalah salah satu teknik pemeriksaan dalam rangka 
penyidikandengan cara mempertemukan satu dengan lainnya (antara : 
tersangka dengan saksi, saksi dengan saksi, tersangka dengan saksi) untuk 
menguji kebenaran dan persesuaian keterangan masing-masing serta di 
tuangkan dalam berita acara pemeriksaan konfrontasi. 
5. Rekonstruksi adalah salah satu teknik dalam pemeriksaan dalam rangka 
penyidikan, dengan jalan memperagakan kembali cara tersangkamelakukan 
tindak pidanaatau pengetahuan saksi, dengan tujuan untuk mendapatkan 
gambaran yang jelas tentang terjadinya tindak pidana tersebut dan untuk 
menguji kebenaran keterangan tersangka atau saksi sehingga dengan 
demikian dapat diketahui benar tidaknya tersangka sebagai pelaku 
dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Rekonstruksi. 
6. Tersangka adalah sesorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, 
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. 
7. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan 
penyidikan, penuntutan dan peradian suatu perkara pidana yang didengar 
dilihat dan dialami sendiri. 
FT. RESKRIM 3 6 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
8. Ahli adalah orang yang dapat memberikan keterangan ahli guna 
kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara 
pidana yang ia ketahui berdasarkan keahlian khusus yang dimilikinya. 
9. Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang 
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwapidana yang 
didengar, dilihat dan dialami sendiridengan menyebut alasan dari 
pengetahuannya itu. 
10. Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang 
memiliki keahlian khusus yang diperlukan untuk membuat terang suatu 
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. 
11. Berita acara pemeriksaan tersangka,saksi dan ahli adalah catatan atau 
tulisan yang bersifat otentik, dibuat dalam bentuk tertentu oleh penyidik atau 
penyidik pembantu atas kekuatan sumpah jabatan, diberi tanggal dan di 
tanda tangani oleh penyidik atau penyidik pembantu dantersangka serta ahli 
yang diperiksa, memuat uraian tindak pidana yang dipersangkakan 
denganmenyebut waktu, tempat dan keadaan pada waktu pidana dilakukan, 
identitas Penyidik/ Penyidik Pembantu dan yang diperiksa, keterangan yang 
diperiksa 
II. CARA PELAKSANAAN 
1. Syarat-syarat Pemeriksaan 
a) Pemeriksa 
1) Mempunyai kewenangan melakukan pemeriksaan dan membuat 
Berita Acara Pemeriksaan, baik sebagai Penyidik atau Penyidik 
Pembantu. 
2) Mengetahui pengetahuan yang cukup mengenai hukum Pidana, 
Hukum Acara Pidana dan Peraturan Perundang-undangan / Hukum- 
hukum lainnya. 
3) Mengetahui pengetahuan yang cukup dan mahir melaksanakan 
fungsi teknik profesional khas Kepolisian di bidang reskrim 
khususnya kemahiran tentang taktik dan teknik pemeriksaan. 
FT. RESKRIM 3 7 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
4) Mempunyai pengetahuan dan menguasai kasus tindak pidananya 
denga baik, berdasarkan laporan polisi, laporan hasil penyelidikan, 
berita acara pemeriksaan di tempat kejadian perkara, informasi dan 
data lainnya. 
5) Memiliki kepribadian : 
a) Percaya pada diri sendiri 
b) Mempunyai kemampuan menghadapi orang lain 
c) Tidak lekas terpengaruh atau mempunyai perasaan syak 
wasangka. 
d) Sabar, dapat mengendalikan emosi dan mengekang diri 
e) Kemampuan menilai dengan tepat dan bertindak cepat dan 
obyektif, kususnya dalam meniali sikap dan gerakan tersangka 
dan waktu menjawab. 
f) Tekun, ulet dan mampu mengembangkan inisiatip. 
6) Mampu mempersiapkan rencana pemeriksaan dengan baik 
sehingga dapat tepat guna dan berhasil guna (efektif dan efisien). 
b) Yang diperiksa 
1) Saksi 
a) Ketentuan Umum 
➢ Saksi pada saat diperiksa sebaiknya dalamkeadaan sehatbaik 
jasmani maupun rohani, apabila saksi dalam keadaan sakit namun 
masih bisa berkomunikasi dengan baik makapemeriksaan tetap 
dapat dilanjutkan, kalau perlu segeradisumpah 
➢ Apabila saksi yang dipanggil memberi alasan yang patut dan wajar 
bahwa ia tidak dapat datang kepada pemeriksa yg 
melakukanpemeriksaan, pemeriksa itu datang 
ketempatkediamannya, 
➢ Diutamakan bagi mereka yg tidak ada hubungan keluarga dg 
tersangka karena mereka yg ada hubungan keluarga sampai 
derajat ketiga karena berdasarkan hubungandarah atau karena 
akibat perkawinan 
FT. RESKRIM 3 8 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
b) Berdasarkan statusnya dalam tindak pidana 
(1) saksi korban / pelaporadalahMerekayang menyampaikan laporan 
tetang suatu peristiwa pidana 
(2) Yang Merasa Wajib memberikan Keterangan adalah mereka yang 
merasa berkewajiban membeikan keterangan tentang suatu 
peristiwa pidana 
(3) Saksi yang sebenarnya Tersangka adalah mereka yang pada 
awalnya ddiperiksa sebagai saksi, namun berdasarkanalat bukti 
lain yang berhasil dikumpulkan ternyata sebagai tersangka 
(4) Saksi yang sebenarnya Bukan Saksi adalah seseorang yang 
merasa dirinya dapat menjadi saksi walau sebernarnya tidak 
melihat atau mendengar atau mengalami sendiri peristiwa pidana 
tersebut (TESTIMONIUM DE AIDITU), 
(5) Saksi Yang menguntungkan Tersangka adalah saksi yang diminta 
oleh tersangka untuk dihadirkan dalam pemeriksaan, karena 
dianggap keterangannya dapat menguntungkan tersangka ( 
SAKSI A DECHARGE ). 
(6) Saksi Mahkota adalah saksi yang sebetulnya juga tersangka 
dalam tindak pidana yang sama, namun dalam BP yang 
berbedaDLM TP YG SAMA ( BP YG DI-SPLITSING ). 
c) Berdasarkan Bobot Keterangannya 
(1) Saksi yang dapat dipercaya 
Adalah mereka yang memiliki kepribadian yg stabil, kesaksiannya 
didukung bukti 
(2) Saksi yg meragukan. 
Adalah mereka yang menyampaikan kesaksian yg terdapat 
kejanggalan serta tidak sepenuhnya didukung dg bukti 
(3) Saksi yang berbohong. 
Adalah mereka yang menyampaikan keterangan yg tidak dpt 
dipercaya krn keterangannya tidak logis & bertentangan dengan 
yang lain. 
(4) Saksi yg pandai meyakinkan 
FT. RESKRIM 3 9 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
adalah seseorang yang dalam memberikan keterangannya mem- 
pergunakan kata-kata tertentu yg dpt menyakinkan pemeriksa 
2) Ahli 
a) Ketentuan umum 
(1) Ahli memiliki keahlian sehubungan dengan tindak pidana 
(2) Yang sedaang dilakukan penyidikan sifat keterangan yang diberikan 
berdasarkan pengetahuan yang dimiliknya 
(3) Hasil pemeriksaan yang dibuat oleh ahli berdasarkan sumpah 
jabatan, atas permintaan penyidik merupakan alat bukti surat 
(4) Mendapat rekomendasi atau ditunjuk dari/oleh pimpinannya 
b) Macam-macam Ahli 
(1) Ahli karena keahliannya 
Contoh : Ahli akuntan, Ahli Perbankan dll 
(2) Ahli yang memiliki keahlian khusus untuk menangani benda mati ( 
yang diam) dapat memberikan informasi kepada penyidik 
Contoh : Ahli kedokteran forensik, ahli laboraturium forensic dll 
(3) Ahli yang merupakan Pakar terhadap suatu ilmu pengetahuan yang 
diperlukan dalam pembuktian oleh penyidik, walaupun hal tersebut 
sudah diketahui khalayak ramai 
contoh : Ahli hokum pidana, Ahli bahasa dll. 
3) Tersangka 
a) Ketentuan Umum 
(1) Tersangka diperiksa setelah ada bukti permulaan bahwa ia diduga 
sebagai pelaku tindak pidana 
(2) Tersangka pd saat diperiksa sebaiknya dalam keadaansehat baik 
jasmani maupun rohani, apabila 
Tersangkadalam keadaan sakit namun masih biasaberkomunikasi 
dengan baik serta tidak keberatan untuk diperiksa,maka pemeriksaan 
dpt dilakukan. 
(3) Sebelum diperiksa diberitahukan terlebih dahulu hak-haknya, 
terutama hak utk didampingi penasehat hukum. 
FT. RESKRIM 3 10 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
(4) Tersangka dipanggil dengan panggilan yang sah, kecuali bila 
tertangkap tangan 
(5) Apabila tersangka yg dipanggil memberi alasan yg patut dan wajar 
bahwa ia tidak dapat datang kepadapenyidik yg melakukan 
pemeriksaan, penyidik itu datang ketempat kediamannya 
b) Berdasarkan Perannya dalam Tindak Pidana 
(1) Orang yg melakukan ( pleger ) 
adalah mereka yang melakukan TP secara sendirian 
(2) Orang yg menyuruh melakukan ( doen pleger ) 
adalah mereka yang menyuruh orang lain utk melakukan TP 
(3) Orang yg turut melakukan ( medepleger ). 
adalah mereka yang ikut melakukan tindak pidana 
orang yg sengaja membujuk untuk melakukan TP (uwit loker) 
adalah orang yang dengan sengaja membujuk orang lain utk 
melakukan tindak pidana, dg pemberian upah atau janji, salah 
memakai kekuasaan atau pengaruh, kekerasan atau ancaman, tipu 
daya 
(4) orang yg membantu melakukan tp (megeplichtig) 
adalah orang yang dengan sengaja memberi bantuan pd seseorang 
yg akan atau sedang melakukan tindak pidana 
c) Berdasarkan Barang bukti alau Alat bukti yang terkumpul 
(1) Tersangka yang sudah dpt dipastikan kesalahannya 
adalah mereka yg berdasarkan bb/alat bukti yang berhasil 
dikumpulkan patut diduga bahwa mereka 
pelaku tindak pidananya. 
(2) Tersangka yang belum pasti kesalahannya 
adalah mereka yang hanya diduga sebagai pelaku tindak pidana, 
walaupun bb / alat bukti yg berhasil dikumpulkan belum cukup utk 
membuktikan bahwa ia sebagai pelaku tindak pidana 
(3) Berdasarkan kejiwaan pd saat melakukan Tindak Pidana (emitional 
offenders). 
FT. RESKRIM 3 11 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
adalah mereka yang melakukan kejahatan dengan dorongan emosi / 
nafsu, marah atau balas dendam 
(4) Non emotional offenders 
adalah mereka yg melakukan kejahatan tanpa dorongan emosi marah 
atau balas dendam 
d) Hak hak tersangka 
(1) Segera mendapat pemeriksaan 
(2) Untuk mempersiapkan pembelaan berhak tersangka diberitahukan 
dengan jelas dalam bahasa yg dimengerti olehnya tentang apa yang 
disangkakan kepadanya 
(3) Pada waktu pemeriksaan dimulaimemberikan keterangan secara 
bebas. 
(4) Untuk setiap waktu mendapat bantuan juru bahasa. 
(5) Mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebihpenasihat hukum 
selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, serta 
berhak memilihsendiri penasihat hukum, bagi mereka yang diancam 
hukuman besar dari 15 tahun, atau lebih besar dari 5 tahun bagi yang 
tidak mempunyai penasihat hukum sendiri 
(6) Bagi yang ditahan berhak menghubungi penasihat hukumnya, 
(7) Diberitahukan tentang penahanan terhadap dirinya kpd keluarganya / 
orang serumah, berhak menerima kunjungan keluarganya, berhak 
mengirim / menerima surat, berhak menghubungi/ menerima 
kunjungan rohaniawan. 
(8) Berhak mengajukan saksi dan atau ahli yang menguntungkan dirinya. 
(9) Tidak dibebani pembuktian. 
(10) Berhak menuntut ganti rugi & rehabilitasi. 
(11) Berhak mendapatkan turunan BAP. 
c) Tempat pemeriksaan 
1) Ditentukan/ditetapkan secara khusus sebagai tempat untuk 
melakukan pemeriksaan baik dikantor Penyidik / Penyidik Pembantu 
atau tempat-tempat yang lain yang layak sesuai dengan ketentuan 
FT. RESKRIM 3 12 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
undang-undang yang berlaku (misalnya dirumah / kediaman yang 
diperiksa, dirumah sakit). 
2) Dalam hal tersangka, saks/saksi ahli telah dua kali secara berturut- 
turut dengan surat panggilan yang sah, tetapi tidak wajar, maka 
pemeriksaan dapat dilakukan dirumah/kediaman atau tempat lain 
dimana suasannya tenang 
3) Tempat pemeriksaan harus sedemikian rupa sehingga tidak 
menimbulkan kesan menakutkan / menyeramkan dan dalam 
suasana tenang,usahakan diruangan khusus terpisah dari aktifitas 
rumah tangga. 
4) Tempat harus terang dan bersih, serta tidak ada hal-hal yang dapat 
mengalihkan perhatian yang diperiksa. 
5) Tempat pemeriksaan harus terjamin keamanannya 
6) Tersedia tempat bagi penasehat hukum. 
7) Bila memungkinkan di buat khusus ruang pemeriksaan tersangka / 
saksi dengan segala prasarana dan sarana yang diperlukan. 
d) Persiapan Pemeriksaan 
e) Saat mulai pemeriksaan 
1) Pemeriksaan agar di usahakan segera mungkin / tepat waktusesuai 
waktu panggilan. 
2) Setelah penangkapan dilaksanakan terhadap tersangka gara segera 
diadakan pemeriksaan. 
3) Dalam waktu satu hari (1x24 jam) setelah perintah penahanan 
dilaksanakan, tersangka harus memulai diperiksa (pasal 122 
KUHAP). 
4) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan 
situasi perdebatan yang tidak perlu maupun pembicaraan yang 
emosional. 
FT. RESKRIM 3 13 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
5) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan 
situasi perdebatan yang tidak perlu maupun pembicaraan yang 
emosional 
6) Hindari agar pemeriksaan jangan sampai dipengaruhi tersangka 
atau saksi/ahli. 
7) Hindarkan pertanyaan-pertanyaan kepada tersangka dan saksi ahli 
yang menunjuk pada tindak pidana yang terjadi. 
8) Agar memperhatikan norma-norma kesopanan dan kesusilaan, 
terutama apabila tersangka atau saksi seorang wanita. 
9) Dalam hal tersangka atau saksi agak sulit atau kurang lancar dalam 
mengemukakan keterangan, maka agar dibantu atau dibimbing 
sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang 
seseorang, keadaan dan jalannya tindak pidana secara lengkap, 
sistematis dan berurutan. 
10) Dalam hal tersangka atau saksi meberikan keterangan yang tidak 
benar, jangan dicela, melainkan supaya diingatkan agar memberikan 
keteranganyang benar. 
11) Pemeriksaan tersangka atau saksi pada prinsipnya tidak boleh 
dihindari orang yang tidak berkepentingan dengan kepentingan. 
12) Hendaknya dibangkitkan rasa simpati dan dicegah jangan sampai 
menimbulkan sikap yang bertentangan. 
13) Pertanyaan-pertanyaan harus singkat, padat dan jelas, sehingga 
mudah dimengerti oleh tersangka saksi dan ahli. 
14) Untuk memperoleh keterangan yang lebih meyakinkan, pemeriksa 
agar mengulang pertanyaan yang sama kepada tersangka, saksi 
dan ahli. 
15) Tidak memberikan kesempatan kepada tersangka, saksi dan ahli 
untuk membuat keterangan yang bersifat khayalan atau keterangan 
yang tidak benar. 
16) Agar bersikap sabar, tekun dan ulet dalam menghadapi tersangka, 
saksi dan ahli yang berbelit-belit. 
FT. RESKRIM 3 14 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
17) Kepada tersangka, saksi dan ahli supaya disuruh mengenali, 
diperlihatkan kembali barang bukti yang didapatkan dan 
keterangannya supaya dimuat dalam berita acara pemeriksaan atas 
dirinya. 
18) Keterangan tersangka atau saksi ahli wajib di tulis secara teliti dan 
lengkap da;am berita acara pemeriksaan sehingga memenuhi / 
menjelaskan tersangka ahli dan alat bukti lainnya ternyata : 
a) Tidak terdapat cukup bukti 
b) Peristiwa tersebut bukan tindak pidana 
c) Dihentikan demi hukum 
d) Maka penyidikan wajib segera dihentikan (pasal 109 ayat (2) 
KUHAP) 
f) Sarana pemeriksaan 
1) Meja dan kursi sesuia kebutuhan 
2) Mesin tulis/komputer 
3) Alat alat tulis 
4) Tape recorder dan alat-alat elektronika sebagai penolong 
pemeriksaan (bila dibutuhkan) 
5) Kelengkapan administrasi penyidikan 
g) Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan 
1) Persyaratan formal 
a) Pada halaman pertama disebelah sudut kiri atas disebutkan nama 
kesatuan dan wilayah. 
b) Dibawahnya nama kesatuan ditulis kata kata “PRO JUSTITIA” 
c) Pada tengah-tengah bagian atas halaman pertama ditulis kata kata 
“BERITA ACARA PEMERIKSAAN” dan dibawahnya antara tanda 
kurung dituliskan TERSANGKA / SAKSI / AHLI isinya dimulai di 
bawahnya. 
d) Disebelah kiri di setiap lembaran Berita Acara Pemeriksaan 
dikosongkan selebar 1⁄4 halaman yang disebut marge yang 
FT. RESKRIM 3 15 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
maksudnya disediakan untuk tempat perbaikan apabila terjadi 
kekeliruan dalam penulisan materinya. 
e) Pada pendahuluan Berita Acara Pemeriksaan, dicantumkan: 
➢ Hari,tanggal,bulan tahun dan pukul pembuatan (huruf pertama 
diawali 7 ketikan). 
➢ Nama, pangkat, Nrp, jabatan dan kesatuan dari penyidik serta 
skep penyidik. 
➢ Nama (nama lengkap), termasuk nama kecil, alias dan nama 
panggilan, tempat dan tanggal lahir (umur), agama, 
kewarganegaraan, tempat tinggal atau kediaman dan pekerjaan 
dari tersangka / saksi / ahli, berdasarkan keterangannya dan di 
cocokan dengan identitas diri dalam Kartu Penduduk / Pasport / 
Kartu Pengenal lainnya (SIM,STNK, DLL) 
➢ Diperiksa selaku tersangka atau saksi/ahli. 
➢ Alasan pemeriksan (dalam hubungan dengan tindak pidana 
yang terjadi dengan menyebutkan pasal Undang-undang yang di 
langgar serta menyebutkan nomor dan tanggal laporan polisi). 
f) Pada akhir Berita Acara Pemeriksaan terdapat kolom tanda tangan 
yang diperiksa dan pihak-pihak lain yang terlibat, kemudia Berita 
Acara Pemeriksaan ditutup dan ditanda tangani oleh penyidik. 
g) Bila yang diperiksa tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf), 
maka kolom tanda tangan di bubuhkan cap jempol/tiga jari kanan 
(telunjuk, jari tengah, jari manis) kiri/kanan sesuai keadaan yang 
memungkinkan dari pada yang diperiksa tersebut. 
h) Apabila yang diperiksa tidak mengerti atau memahami bahasa 
Indonesia, maka yang diperiksa dapat didampingi oleh penerjemah. 
i) Bagi yang diperiksa dikarenakan cacat tubuh tidak memiliki kedua 
belah tangan, maka untuk yang menerangkan keadaan yang 
diperiksa dan diketahui oleh saksi lain. 
FT. RESKRIM 3 16 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
j) Setiap halaman kecuali halaman terakhir yang memuat tanda tangan 
yang diperiksa.harus diberi paraf yang diperiksa dipojok kanan 
bawah. 
k) Dalam hal pemeriksaan belum dapat diselesaikan, maka 
pemeriksaan maupun pembuatan Berita Acara Pemeriksaan dapat 
dihentikan sementara dengan penutup dan menandatangani BAP 
tersebut oleh yang diperiksa dan penyidik serta semua pihak yang 
terlibat. 
l) Untuk melanjutkan Berita Acara Pemeriksaan yang belum dapat 
diselesaikan, maka pembuatan BAP (lanjutan) dilaksanakan sebagai 
berikut : 
➢ Halaman berikut 
➢ Memakai nama kesatuan dan memakai kata kata PRO JUSTITIA. 
➢ Judul BAP adalah : Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan 
Tersangka/Saksi/Ahli. 
➢ Nomor pertanyaan melanjutkan nomor pertanyaan Berita Acara 
Pemeriksaan. 
➢ Pengantar pembuatan Berita Acara Pemeriksaan lanjutan dibuat 
sebagaimana Berita Acara sebelumnya. 
m) Bilamana tersangka/saksi/ahli tidak mau menandatangani Berita 
Acara Pemeriksaan, di buatkan Berita Acara penolakan dengan 
menuliskan alasan-alasannya. 
n) Apabila tersangka/saksi didampingi juru bahasa isyarat, maka agar 
disebutkan dalam uraian setelah kata-kata “Setelah Berita Acara 
Pemeriksaan ini selesai di buat, maka.... Dst”. Selajutnya juru 
bahasa / ahli isyarat ikut menandatangani Berita Acara Pemeriksaan 
dimaksud, didampingi tanda tngan yang diperiksa. 
o) Apabila tersangka didampingi penasehat hukum, maka dalam Berita 
Acara Pemeriksaan diikutkan untuk menandatangani BA tersebut 
sehingga memperkuat keabsahan hasil pemeriksaan terhadap 
tersangka yang bersangkutan. 
FT. RESKRIM 3 17 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
p) Harus diketik di atas kerta folio warna putih, dengan jarak antar baris 
kalimat sebesar 1 1⁄2 (satu setengah) spasi. 
q) Di antara baris awal tidak boleh dituliskan apapun, pada setiap awal 
kalimat dimulai 7 (tujuh) ketikan. 
r) Pada setiap awal dan akhir kalimat, apabila masih ada ruang kosong 
diisi dengan garis putus-putus. 
s) Bilamana ada tulisan-tulisan yang salah, jangan sekali-kali 
menghapus dengan alat-alat apapun dan menindih dengan huruf 
atau kata-kata lain. 
t) Bilamana da tulisan-tulisan yang salah dan perlu diperbaiki supaya 
yang salah tersebut dicoret dan diparaf pada ujung atau kiri dan 
kanan, perbaikannya ditulis pada marge dan diparaf pada ujung kiri 
dan kanan dengan didahului kata-kata “SAH DIGANTI”. 
u) Kata-kata harus ditulis dengan lengkap jangan menggunakan 
singkatan kecuali singkatan kata-kata yang resmi. 
v) Penulisan angka yang menyebutkan jumlah harus di ulangi dengan 
duruh dalam kurung. 
w) Nama orang harus ditulis dengan huruf besar (huruf balok) dan 
digaris bawahnya. 
2) Persyaratan Materiil 
Keseluruhan isi/materi BAP memenuhi jawaban atas pertanyaan 7 
(tujuh) KAH yaitu: 
a) Siapakah 
“Siapakah “ mengandung pengertian agar dapat menjawab tentang 
orang-orang yang diperlukan dengan mengajukan pertanyaan- 
pertanyaan antara lain sebagai berikut : 
➢ Siapa yang melaporkan / mengadukan 
➢ Siapa yang pertama-tama mengetahui 
➢ Siapa korban/yang dirugikan 
➢ Siapa pelakunya / tersangkanya 
➢ Siapa saksi-saksinya 
FT. RESKRIM 3 18 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
➢ Siapa yang terlibat lainnya 
b) Apakah 
“Apakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab tentang 
peristiwa alat, penyebab dan latar belakangnya dengan mengajukan 
pertanyaan antara lain sebagai berikut: 
➢ Apa yang telah terjadi (Peristiwanya) 
➢ Apa yang dilakukan tersangka dan saksi-saksi 
➢ Apa alat yang digunakan 
➢ Apa akibat yang ditimbulkan 
➢ Apa kerugian yang dialami 
➢ Apa penyebab timbulnya kejadian 
➢ Apa sebab tersangkat/saksi melakukan 
c) Dimanakah 
“Dimanakah" mengandung pengertian agar dapat menjawab tempat 
tempat tertentu dengan pertanyaan pertanyaan antara lain sebagai 
berikut: 
➢ Dimanakah peristiwa itu terjadi 
➢ Dimanakah korban berada sebelum kejadian pada saat kejadian 
dan saat ditemukan 
➢ Dimanakah benda-benda/barang-barang bukti itu ditemukan, dan 
dimana sebelum ditemukan 
➢ Dimanakah saksi-saksi ketika tindak pidana terjadi 
d) Dengan apakah 
“Dengan apakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab 
tentang alat yang dipergunakan dengan mengajukan pertanyaan, 
antara lain sebagai berkut: 
➢ Dengan apakah tersangka melakukan perbuatannya 
➢ Dengan apakah tersangka membawa korba/barang 
➢ Dengan apakah saksi dapat melakukan 
e) Mengapakah 
“Mengapakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab latar 
belakang pertanyaan-pertanyaan, antara lain sebagai berikut: 
FT. RESKRIM 3 19 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
➢ Mengapakah perbuatan itu dilakukan 
➢ Mengapa menggunakan alat/cara-cara itu 
f) Bagaimanakah 
“Bagaimanakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab 
tentang cara perbuatan itu dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- 
pertanyaan, antara lain sebagai berikut: 
➢ Bagaimanakah cara melakukan perbuatan itu 
➢ Bagaimana cara mendapatkan sesuatu (baik tersangka/saksi) 
g) Bilamanakah 
“Bilamanakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab tentang 
waktu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, antara lain 
sebagai berikut: 
➢ Bilamana perbuatan / tindak pidana dilakukan / terjadi 
➢ Bilamana kejadian tersebut dilaporkan 
➢ Bilamana korban ditemukan 
➢ Bilaman korban meninggal dunia dan lain-lain 
Selanjutnya, persyaratan materiil dalam BAP agar memuat uraian 
Mens rea dan Actus Reus pada tindak pidana yang dipersangkakan. 
3) Bentuk Berita Acara Pemeriksaan tersangka, saksi dan ahli 
Pada dasarnya Bentuk Berita Acara Pemeriksaan tersangka saksi dan 
ahli berisikan gambaran/kostruksi suatu tindak pidana, dapat 
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu bentuk cerita/pernyataan 
kronologis, tanya jawab dan gabungan antara bentuk cerita dengan 
tanya jawab. 
(a) Bentuk cerita/pertanyaan 
Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk cerita/pertanyaan adalah 
serangkaian jawabanatas pertanyaan lisan yang diajukan oleh 
pemeriksa kepada yang diperiksa disusundalam kalimat sehingga 
merupakan Acara pemeriksaan yang memenuhi jawaban-jawaban 
atas pertanyaan 7 KAH serta memenuhi unsur-unsur tindak 
FT. RESKRIM 3 20 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
pidananya yang biasanya digunakan dalam perkara-perkara/tindak 
pidana ringan. 
(b) Bentuk tanya jawab 
Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk Tanya jawab rstadisusun 
dalam bentuk Tanya jawab antara penyidik dengan yang diperiksa 
sehingga memberikan gambaran kejadiannya secara jelas dan 
memenuhi jawaban-jawaban atas 7 KAH serta unsur unsru tindak 
pidananya. 
(c) Bentuk gabungan ceritera dengan tanya jawab 
BAP dalam bentuk gabungan cerita dan tanya jawab pada 
hakekatnya disusun dalam bentuk tanya jawab dan dalam hal 
tertentu diselingi dengan bentuk cerita/ pertanyaan. 
2. Teknik Melakukan Pemeriksaan melalui Wawancara 
Ada 3 teknik wawancara yang bisa dilakukan, yaitu 
(a) Wawancara terstandar/terstruktur. 
Wawancara terstandar/terstruktur adalah wawancara dengan 
menggunakan sejumlah pertanyaan yang terstandar secara baku. 
Teknik pertanyaan ini digunakan bila penyidik telah mengetahui 
dengan pasti tentang informasi/fakta apa yang akan diperoleh. 
Dalam hal ini penyidik sudah mempersiapkan instrumen berupa 
pertanyaan-pertanyaan yang alternatif jawabannya pun telah 
disiapkan. Contoh pertanyaan ini adalah : apakah saudara pada hari 
minggu tanggal .... jam .... di jl. .... kota Semarang berada di 
tempat tersebut. selanjutnya pertanyaannya adalah : Apa yang 
saudara lakukan pada waktu, tempat dan lokasi tersebut ?. 
(b) Wawancara tidak terstandar/terstruktur. 
Wawancara yang dilakukan dengan bebas dimana penyidik tidak 
menggunakan pedoman yang telah tersusun secara sistematis dan 
lengkap. Pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada 
spontanitas dari saksi/tersangka. Umumnya saksi/tersangka yang 
diperiksa tidak merasa sedang diperiksa pada saat itu. Teknik juga 
FT. RESKRIM 3 21 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
dilakukan karena penyidik belum tahu jawaban apa yang akan 
diperoleh dari saksi/tersangka. Jawaban spontan tersebut akan 
menjadi titik pangkal dalam pengembangan pertanyaan selanjutnya. 
(c) Wawancara semi standar/terstruktur. 
Wawancara yang dilakukan oleh penyidik/pemeriksa dengan 
membuat garis besar pokok-pokok perkara pidana yang terjadi. 
Namun demikian, dalam pelaksanaannya penyidik mengajukan 
pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan yang 
dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan dan 
pemilihan kata-katanya tidak baku tetapi dimodifikasi sesuai dengan 
situasinya. Tujuan dari teknik adalah penyidik perlu mengengarkan 
secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh saksi/saksi 
ahli/tersangka. Contoh pertanyaan ini adalah : apa yang saudara 
lihat, dengar dan rasakan pada hari ... tanggal ... jam ... di .... ? 
Catatan : pertanyaan yang dihindari, yaitu : 
1) terlalu rumit dan panjang 
2) bernada ancaman 
3) dengan muatan tertentu, sehingga dapat menggiring opini pribadi 
yang diperiksa 
4) yang mengarahkan atau memaksakan kehendak 
5) pertanyaan berprasangka/menjebak 
3. Tindakan pemeriksaan saksi/ahli/tersangka 
a) Persiapan 
(1) Persiapan orangnya 
(a) Penunjukan pemeriksa 
(1) petugas diusahakan disesuaikan dg tingkat pendidikan/kecerdasan , 
kepangkatan, kemampuan & pengalamantersangka ( khususnya 
dlm white collar crime ) 
(2) sudah mempelajari kasus tindak pidananya scr lengkapdari berbagai 
aspeknya 
FT. RESKRIM 3 22 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
(3) dibentuk team pemeriksa ( ketua, anggota & notulen ),namun dlm 
mengajukan pertanyaan rationya 1 : 1 
(4) tdk ada hubungan keluarga dg tersangka maupun saksi baik karena 
hubungan darah atau perkawinan. 
(b) Penunjukkan Penasehat Hukum 
(1) guna kepentingan pembelaan tersangka berhak memilih / menunjuk 
sendiri satu atau lebih penasihat hokum 
(2) pemeriksa wajib menunjuk penasihat hukum bagi tersangka yang 
diancam hukuman 15 tahun, atau 5 tahun yang tidak mampu dan 
tidak memiliki penasihat hukum sendiri 
(3) penasihat hukum yg ditujuk oleh penyidik ( psl 56 kuhap) wajib 
memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma utk kepentingan 
tersubut diatas, penyidik dapat minta bantuankepada ketua 
pengadilan negeri setempat 
(c) Penentuan Urutan orang yang diperiksa Didasarkan pada faktor-faktor 
sbb : 
(1) kualitas & kuantitas informasi yg dimiliki 
(2) kemauan bekerjasama/keikhlasan dalam memberikanketerangan 
(3) pengaruh yang bersangkutan terhadap tersangka atau saksi lainnya 
(4) peran yang bersangkutan (tersangka ) dalam tindakpidana yang 
dilakukan 
(5) keteguhan yang bersangkutan dalam menyimpan rahasia 
(6) stabilitas kejiwaan, tidak mudah lupa atau terpengaruh oleh pihak 
lain. 
4. Persiapan Materi dan Sarana prasarana riksa 
a. Persiapan tempat pemeriksaan 
(1) dilaksanakan pd tempat khusus yg cukup luas, tidak tercampur dg 
kegiatan rutin kantor tersedia tempat khusus bg penasihat hukum ( 
apabila diperlukan ) 
(2) suasananya tenang, terang, bersih & tdk ada hal-halyg dpt 
mengalihkan perhatian pemeriksa atau pihak yg diperiksa 
FT. RESKRIM 3 23 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
(3) apabila pemeriksaan dikediaman yg diperiksa, usahakan 
dilaksanakan didlm ruangan khusus, yg terpisah darikegiatan rumah 
tangga, serta dilengkapi dg sprin memeriksa tersangka / saksi di 
kediaman 
b. Persiapan sarana dan prasarana 
(1) meja & kursi yg memenuhi syarat, yg dpt mendukung pelaksanaan 
pemeriksaan & dpt menghindari hal-hal yg tdk diinginkan 
(2) alat peralatan tulis menulis ( komputer ), alat tulis kantor ( atk ) & alat 
perekam 
c. Mempersiapkan barang bukti 
a. Mempersiapkan barang bukti yg ada kaitannya dg tindak pidana yg 
terjadi, guna mendukung alat bukti yang ada. 
d. Mempersiapkan daftar pertanyaan 
Sebelum melakukan pemeriksaan, agar disusun daftar pertanyaan yg 
akan diajukan, yg terdiri : 
➢ Pertanyaan Awal, adalah pertanyaan yg telahdibakukan dalam 
KUHAP, tentang : 
i. kesehatan yg diperiksa 
ii. penjelasan maksud pemeriksaan serta kesediaan saksi / tsk utk 
didengar keterangannya 
iii. penjelasan ttg hak / kewajiban utk didampingi olehpenasihat 
hukum ( khusus tersangka ) 
iv. apa pernah dihukum ( tersangka ) 
v. riwayat hidup/pekerjaan ( khusus ahli ) 
Contoh Pertanyaan Awal 
1. Apakah pada hari ini saudara dalam keadaan sehat baik jasmani 
maupun rohani ? 
2. Pada hari ini saudara akan diperiksa sehubungan dengan adanya 
pencurian barang-barang didalam ruang personalia bank mandiri 
FT. RESKRIM 3 24 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
pada tanggal 7 April 2016, apakah saudara bersedia memberikan 
keterangannya ? 
3. Apakah pernah dijatuhi sanksi oleh perusahaan ? 
4. Dapatkah saudara menceritakan riwayat hidup dan riwayat 
pekerjaan saudara ? ( bagi tersangka & ahli) 
➢ Pertanyaan Pokok adalah pertanyaan inti, yang merupakan pokok 
permasalahan yang harus digali dari terperiksa. Pertanyaan disusun 
berdasarkan penjabaran unsur-unsur tindak pidana yang 
dipersangkakan,dalam bentuk pertanyaan “ 7 kah “ atau “ 6 w 1 h 
”dalam bentuk “ si a di de men ba bi ”, baik thd tsk,saksi maupun ahli. 
Contoh Pertanyaan Pokok 
✓ Pada tindak pidana pencurian sebagaimana yang dimaksud pada 
pasal 363 ayat (1) angka 5 KUHP, dengan unsur-unsur sbb : 
- barang siapa mengambil barang, 
- yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain, 
- dengan maksud akan memiliki barang tersebut, 
- dengan melawan hak, 
- tersangka masuk ketempat untuk mengambilbarang itu 
dengan memakai kunci palsu atau perintah palsu. 
• pertanyaan sehubungan dgn unsur ”barangsiapamengambil 
barang ” 
a. contoh pertanyaan utk tersangka sbb: 
1) Apa tujuan saudara memasuki ruang personaliaPT Tower 
indonesia tersebut ? 
2) Apakah yang saudara lakukan diruangan tersebut ? 
3) Barang apa yang saudara ambil dari ruangan tersebut dan 
berapa jumlahnya ? 
4) Bagaimana cara saudara mengambil barang tersebut ? 
5) Dengan siapa saudara mengambil barang tersebut ? 
b. contoh pertanyaan utk saksi sbb : 
FT. RESKRIM 3 25 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
1) Apa benar pada hari rabu tanggal 7 mei 2014,ruang kabag 
personalia telah kehilangan barang-barang ? 
2) Barang apa saja yang hilang diruang kabag personalia 
tersebut ? 
3) Barang saudara tersebut sebelumnya disimpan dimana ? 
4) Kapan saudara mengetahui bahwa barang tersebut hilang ? 
• Pertanyaan sehubungan dgn unsur ”yang sama sekali atau 
sebagian milik orang lain ” 
a. contoh pertanyaan utk tersangka sbb : 
1) apa barang yang saudara ambil tersebut milik saudara ? 
2) kalau bukan milik saudara , siapa pemilik barang yang 
saudara ambil dari ruangan tersebut ? 
b. contoh pertanyaan untuk saksi sbb : 
1) Apa barang-barang ini milik saudara ? 
2) Kalau benar milik saudara , sejak kapan barang 
tersebutsaudara miliki, darimana barang tersebut saudara 
dapatkan ? 
3) Apakah bukti pembelian barang-barang tersebut msih 
saudara simpan ? 
• pertanyaan sehubungan dgn unsur ”dengan maksud akan untuk 
memiliki barang itu ” 
a. contoh pertanyaan utk tersangka sbb : 
✓ apa maksud saudara mengambil barang tersebut ? 
✓ apa yang akan saudara lakukan setelah mendapatkan barang 
tersebut ? 
✓ mengapa saudara mempunyai niat untuk mengambil barang 
tersebut ? 
✓ apakah ada pihak lain yang menyuruh atau membujuk saudara 
untuk mengambil barang tersebut ? 
b. contoh pertanyaan utk tersangka yang lain sbb : 
1) apa saudara pernah mendengar rencana tersangka “x” ( teman 
saudara ) untuk mengambil barang tersebut ? 
FT. RESKRIM 3 26 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
2) apabila mendengar rencana tersangka “x” mengambil barang 
tersebut, apakah saudara mengetahui maksud tersangka “x” 
mengambil barang tersebut ? 
• Pertanyaan sehubungan dgn unsur ”dengan melawan hak ” 
a. contoh pertanyaan utk tersangka sbb : 
1) apa saudara mempunyai hak untuk mengambil barang tersebut ? 
2) apakah pada waktu saudara mengambil barang tersebut 
sepengetahuan pemilik barang tersebut ? 
3) apakah pemilik barang tersebut mengijinkan saudara untuk 
mengambil barang tersebut ? 
b. contoh pertanyaan utk saksi sbb : 
1) apakah sebelum tersangka mengambil barang tersebut,telah 
minta ijin saudara ? 
2) apakah saudara mengijinkan barang tersebut diambil oleh 
trsangka ? 
• Pertanyaan sehubungan dgn unsur ”masuk ketempat melakukan 
kejahatan itu dg cara menggunakankunci palsu ” 
a. contoh pertanyaan utk tersangka sbb : 
1) bagaimana cara saudara memasuki ruang kerja kepala bidang 
personalia tersebut ? 
2) dengan menggunakan alat apakah saudara memasuki ruangan 
kerja kepala personalia tersebut ? 
3) mengapa saudara memasuki ruangan tersebut dengancara 
menggunakan kunci palsu ? 
b. contoh pertanyaan utk saksi sbb : 
1) apakah sebelum saudara meninggalkan ruangan tersebut, 
saudara sudah mengunci ruangan tersebut ? 
2) apakah saudara mengetahui ada kerusakan pada pintu 
tersebut ? 
➢ Pertanyaan Tambahan 
Adalah pertanyaan yg merupakan hasil pengembangan yg didasarkan 
pd jawaban pihak yang diperiksa,baik itu jawaban pd pertanyaan awal, 
FT. RESKRIM 3 27 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
pertanyaan pokok,pertanyaan tambahan, maupun pertanyaan penutup 
dalam bentuk “7 kah” ( si a di de men ba bi ), untuk : 
- memperjelas keterangan dr yg diperiksa 
- mempertajam jawaban sesuai dg unsur-unsur 
pasal tp 
- mengecek kebenaran keterangan yg diperiksa 
a. berdasarkan jawaban dari pertanyaan awal, 
contoh pertanyaan tentang kesehatan. 
✓ apakah pada hari ini saudara dalam keadaan sehat, baik jasmani 
maupun rohani ? 
tidak, pada hari ini saya sakit 
✓ sejak kapan saudara sakit, sakit apa, apakah walaupun saudara 
sakit sebagaimana keterangan saudara, apakah saudara dapat 
memberikan keterangan dalam pemeriksaan ini ? 
b. berdasarkan jawaban dari pertanyaan pokok, 
contoh pertanyaan ttg menggunakan kunci palsu. 
1) apa yang saudara gunakan untuk memasuki ruang kabag personalia pt. 
bank mandiri tersebut ? 
- menggunakan kunci 
2) apakah kunci tersebut, milik perusahaan ? 
3) kalau bukan milik perusahaan, dari mana saudara dapat ? 
4) dimana kunci tersebut saudara buat ? 
c. Berdasarkan jawaban dari pertanyaan penutup, 
d. contoh pertanyaan tentang adanya keterangan lain. 
• apakah masih ada keterangan lain yang ingin 
saudara sampaikan dalam pemeriksaan ini ? 
- ya, ada 
• keterangan apa saja yg akan saudara jelaskan dalam pemeriksaan ini 

➢ Pertanyaan Penutup 
adalah pertanyaan yang telah dibakukan dalam KUHAP, yaitu tentang : 
i. keterangan lain yang perlu disampaikan 
FT. RESKRIM 3 28 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
ii. menghadirkan saksi / ahli yg menguntungkan bg tsk 
iii. kebenaran semua keterangan yg diberikan oleh saksi, 
iv. kebenaran sesuai dgn keahlian / ilmu pengetahuan ygdimiliki ? ( 
khusus ahli ) 
v. kebenaran keterangan yg tertulis dlm bap, 
vi. tentang adanya tekanan dalam pelaksanaan riksa 
Contoh Pertanyaan Penutup 
1. Apakah masih ada keterangan lain yang ingin saudara smpaikan pada 
pemeriksaan hari ini ? 
2. Apakah pada pemeriksaan ini saudara akan mengajukan saksi atau ahli 
lain, yang saudara perlukan ? 
3. Apakah semua keterangan yang saudara sampaikan dalam pemeriksaan 
ini adalah yang sebenar-benarnya seperti saudara lihat dan atau saudara 
dengar dan atau saudara alami sendiri ? ( bagi saksi ) 
4. Apakah semua keterangan yang saudara sampaikan dalam pemeriksaan 
ini sudah sesuai dengan yang tertulis dalam berita acara pemeriksaan ini 
? ( bagi saksi, ahli maupun tersangka ) 
5. Apakah dalam pemeriksaan sekarang ini, saudara merasa mendapat 
tekanan ? 
1. Penentuan waktu pemeriksaan 
a. Sesegera mungkin setelah tindak pidana terjadi atau setelah ybs hadir 
dikantor pemeriksa, utk menghindari banyak materi yg dilupakan atau 
ada kesempatan tsk mempersiapkan / menyusun alibi. 
b. Hindari orang-orang yang diperiksa menunggu secara bersamaan pd 
satu tempat 
c. Tentukan waktu harus menghadap secara pasti dalam pemanggilan, 
siapkan segala sesuatu yg diperlukan dlm pemeriksaan secara 
terencana dan baik 
FT. RESKRIM 3 29 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
ii. Penelitian surat panggilan dan pengecekan identitasnya (antara lain KTP 
nya) atau surat perintah penangkapan dan surat perintah penahanan bagi 
tersangka yang ditahan. 
1) Dalam hal yang diperlukan, pemeriksa dapat mengadakan 
kosultasi/meminta bantuan ahli antara lain psikolog atau psikiater tentang 
kepribadian atau keadaan kejiwaan tersangka/saksi. 
2) Dalam hal tersangka/saksi belum bisa diambil keterangannya atas 
permintaan/ pemberitahuan tersangka/saksi tersebut karena alasan 
kesehatan, maka pemeriksa dapat meminta bantuan ahli (dokter) untuk 
melakukan pemeriksaan kesehatanterhadap tersangka/saksi yang 
bersangkutan, sehingga hasil pemeriksaan tsb dapat digunakan untuk 
pertanggungjawaban/alasan yang dapat dipertanggung jawabkan selama 
proses penyidikan. 
3) Melakukan pendekatan 
a) Untuk memudahkan/melancarkan jalannya pemeriksaan supaya 
diadakan pendekatan kepada yang diperiksa menyangkut sifat,watak 
dan tingkat kecerdasan. 
b) Bila perlu untuk pendekatan kepada yang diperiksa dapat meinta 
bantuan ahli antara lain psikolog, psikiater, juru bahasa termasuk juru 
bahasa isyarat. 
4) Penampilan pemeriksa 
a) Tampilkan diri sebagai hendak berusaha untuk menggali kebenaran 
dalam rangka menegakkan hukum agar yang diperiksa mempunyai 
kesan, bahwa dari padanya akan dipaksakan suatu pengakuan. 
b) Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap baik. 
c) Duduk dengan sikap yang baik pada waktu berhadapan dengan yang 
diperiksa. 
d) Perlakukan orang yang diperiksa secara wajar dan pandanglah dia 
sebagai manusia dengan sifat-sifat dan harkat manusia. 
5) Penelitian identitas orang yang diperiksa. 
a) Teliti terlebih dahulu identitas orang yang akan diperiksa agar tidak 
terjadi kekeliruan. 
FT. RESKRIM 3 30 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
b) Cara penelitian identitas dapat dilaksanakan melalui pengecekan tanda 
pengenal orang yang akan diperiksa (antara lain melalui : KTP, SIM, 
PASSPORT, atau tanda pengenal lainnya). 
b) Pemeriksaan saksi 
1) Saksi diperiksa dengan tidak disumpah, kecuali ada cukup alasan untuk 
diduga bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan di pengadilan, 
maka pemeriksaan terhadap saksi dilakukan di atas sumpah (pasal 116 
ayat (1) KUHAP). Dalam hal ini disaksikan/didampingi rohaniawan. 
2) Saksi diperiksa secara tersendiri, tetapi boleh dipertemukan satu dengan 
yang lain dan mereka wajib memberikan keterangan yang sebenarnya 
(pasal 116 ayat (2) KUHAP). 
3) Saksi yang dipanggil wajib datang ke penyidik dan jika ia tidak datang, 
penyidik memanggil sekali lagi, dengan perintah kepada petugas untuk 
membawa saksi kepadanya (pasal 112 ayat (2) KUHAP). 
4) Saksi dalam memberikan keterangan tidak boleh diperlakukan dengan 
melakukan tekanan atau kekerasan dalam bentuk apapun oleh siapapun 
(pasal 117 ayat (1) KUHAP). 
5) Saksi dapat menolak memberikan kesaksian karena ada hubungan 
keluarga dengan tersangka sampai derajat ketiga karena berdasarkan 
hubungan darah/keluarga atau karen akibat perkawinan maupun karena 
situasi tertentu, mereka itu adalah: 
a) Karena ada hubungan darah atau keluarga 
b) Karen akibat perkawinan 
c) Orang lain yang karen sebab tertentu berhak untuk menolak 
memberikan kesaksian. 
6) Khusus dalam pemeriksaan terhadap saksi,perlu dilakukan sebagai berikut: 
a) Penyidik menayakan kepada saksi apakah ada hubungan keluarga 
atau hubungan kerja dengan tersangka. 
b) Saksi diperiksa dengan tidak diambil sumpah, kecuali ada cukup 
alasan untuk diduga bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam 
FT. RESKRIM 3 31 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
pemeriksaan di pengadilan, maka pemeriksaan terhadap saksi 
dilakukan di atas sumpah/janji 
c) Saksi diperiksa secara sendiri-sendiri, tetapi boleh dipertemukan satu 
dengan yang lain dan agar mereka memberikan keterangan yang 
sebenarnya. 
7) Perlakuan khusus dalam pemeriksaan saksi dapat dilakukan kepada : 
a) Pemeriksaan terhadap saksi perempuan dan anak-anak diperlakukan 
khusus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 
b) Pemeriksaan terhadap saksi atau korban yang mendapatkan 
perlindungan, pemeriksaan dapat dilakukan ditempat khusus. 
c) Mendengar keterangan/pemeriksa ahli 
➢ Apabila dalam pemeriksaan suatu tindak pidana terhadap hal-hal tertentu 
atau barang barang (misal : emas, berlian) atau dalam menangani 
sesorang korban, yang hanya dapat diterangkan/dijelaskan oleh orang 
ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu, 
untuk kepentingan penyidikan, maka penyidik dapat minta pendapat 
kepada orang yang ahli yang dimaksud. 
➢ Permintaaan pendapat tersebut dapat dilakukan dengan mengajukan 
permintaan secara tertulis, keterangan keahlian atau memanggil orang 
yang ahli/yang memiliki keahlian khusus tersebut dengan surat panggilan 
yang sah, guna didengar keterangan keahliannya. 
➢ Keterangan keahlian oleh ahli tersebut diberikan dengan mengangkat 
sumpah/mengucapkan janji di hadapan penyidik bahwa ia akan 
memberikan keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya, 
kecuali disebabkan oleh harkat dan martabat, pekerjaan atau jabatannya 
yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk 
memberikan keterangan yang diminta. 
➢ Penyidik/Penyidik Pembantu menuangkan keterangan yang diberikan 
oleh ahli tersebut dalam Berita Aacara Pemeriksaan Ahli. 
➢ Dalam hal penyidik / penyidik pembantu meminta pendapat kepada orang 
yang ahli/yang memilik keahlian khusus, misalnya pemeriksaan 
FT. RESKRIM 3 32 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
tulisan/surat palsu/dipalsukan/diduga palsu atau pemeriksaan keahlian 
terhadap masalah luka/keracunan/mati, maka penyidik mengirimkan 
barang bukti atau korban kepada orang yang ahli bersangkutan, sesuai 
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, guna 
mendapatkan keterangan atau keterangan ahli atau berita acara hasil 
pemeriksaan oleh ahli. 
➢ Penyidik dapat meminta pendapat orang ahli/orang yang memiliki 
keahlian khusus (pasal 120 ayat (1) KUHAP). 
➢ Untuk memberikan keterangan itu ahli mengangkat sumpah atau 
mengucapkan janji di hadapan penyidik, kecuali bila disebabkan oleh 
harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya orang mewajibkan 
meyimpan rahasia, dapat menolak untuk memberikan keterangan yan 
diminta (pasal 120 ayat (2) KUHAP). 
d) Pemeriksaan tersangka 
Khusus dalam pemeriksaan terhadap tersangka, perlu dilakukan hal-hal 
sebagai berikut: 
➢ Setelah penangkapan terhadap tersangka, perlu dilakukan hal-hal 
sebagai berikut: 
✓ Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan langsung kepada 
masalah atau 
✓ Mengajukan pertanyaan-pertanyaan sambil membangkitkan emosi 
yang di introgasi (pendekatan emosional/emotional approach). 
✓ Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji kebenaran 
keterangan tersangka. Kemudian keterangan-keterangan yang 
diberikan atas dasar pertanyaan-pertanyaan dengan cara tersebut 
diatas agar diseleksi/dipilih dengan unsur-unsur tindak pidana yang 
bersangkutan dan disususn kembali serta di tuangkan dalam Berita 
Acara Pemeriksaan (Trickery appoach). 
✓ Dalam hal tersangka mungkir : 
❖ Perlihatkan fakta-fakta/bukti-bukti yang ada. 
FT. RESKRIM 3 33 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
❖ Tunjukkan kontradiksi dari setiap ketidakbenaran keterangannya 
tersebut. 
❖ Adakan konfrontasi dan rekonstruksi. 
➢ Dalam hal tersangka di tahan dalam waktu satu hari setelah perintah 
penahanan itu dijalankan, tersangka harus mulai diperiksa oleh 
penyidik/penyidik pembantu. 
➢ Penyidik/Penyidik Pembantu sebelum mulai memeriksa wajib 
memberitahukan kepada tersangka tentang haknya untuk mendapat 
bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi 
penasehat hukum. 
➢ Penyidik/Penyidik Pembantu menanyakan kepada tersangka apakah 
akan mengajukan saksi atau seseorang yang memiliki keahlian khusus 
yang dapat menguntungkan baginya. Bila dalam hal itu dicatat dalam 
Berita Acara Pemeriksaan dan selanjutnya penyidikpenyidik pembantu 
wajib memanggil dan memeriksa saksi tersebut. 
➢ Penyidik/Penyidik Pembantu supaya mengusahakan untuk mengetahui 
peranan tersangka dalam tindak pidana yang sedang diperiksa berkaitan 
dengan pasal 55 dan 56 KUHAP. 
➢ Dalam hal tersangka diam/tidak mau memberikan keterangan serta tidak 
mau menandatangani berita acara, maka dibuatkan Berita Acara 
Penolakan. 
➢ Dalam hal memeriksa tersangka agar diperhatikan hal hal sebagai 
berikut hal-hal sebagai berikut : 
a) Latar belakang kehidupan sehari hari 
b) Apakah ia seorang residivis 
c) Perhatikan faktor-faktor apa yang menyebabkan tidak mau 
memberikan keterangan. 
➢ Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik/penyidik 
pembantu dan selanjutnya dapat di ajukan kepada penuntut umum 
(Pasal 50 (a) KUHAP). 
FT. RESKRIM 3 34 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
➢ Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang 
dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada 
waktu pemeriksaan dimulai (Pasal 51 KUHAP). 
➢ Dalam pemeriksaan, tersangka berhak memberi keterangan secara 
bebas kepada penyidik/penyidik pembantu (Pasal 52 KUHAP). 
➢ Tersangka dapat diperiksa dirumah/ditempat kediamannya dalam hal 
tersangka setelah dua kali dipanggil secara berturut-turut dengan surat 
panggilan yang sah, tetap tidak dapat datang, karena alasan yang patut 
dan wajar (Pasal 113 KUHAP). 
➢ Atas permintaan tersangka atau penasehat hukumnya tersangka berhak 
menerima turunan berita acara pemeriksaan atas dirinya untuk 
kepentingan pembelanya (Pasal 27 KUHAP) 
➢ Tersangka berhak mengajukan saksi atau seseorang yang memiliki 
keahlian khusus yang dapat menguntungkan baginya dalam 
pemeriksaan (pasal 116 ayat (3) dan (4) dan Pasal 65 KUHAP). 
➢ Tersangka dalam memberikan keterangan tidak boleh diperlakukan 
dengan melakukan tekanan dan kekerasan dalam bentuk apapun oleh 
siapapun (Pasal 117 ayat (1) KUHAP) 
➢ Dalam hal tersangka ditahan, maka dalam waktu satu hari (1x24 jam) 
setelah perintah penahanan dijalankan, harus mulai diperiksa oleh 
penyidik/penyidik pembantu (Pasal 122 KUHAP) 
➢ Dalam hal tersangka melakukan kejahatan diancam hukuman pidana 
mati atau ancaman hukuman pidana 15 tahun atau lebih bagi tersangka 
yang tidak mampu (mendapat ancaman hukuman pidana 5 tahun atau 
lebih) tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, maka pejabat 
pemeriksa (penyidik/penyidik pembantu) wajib menunjuk penasehat 
hukum bagi mereka (Pasal 56 ayat 1 KUHAP). 
➢ Terhadap tersangka perempuan dan anak-anak diperlakukan secara 
khusus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 
FT. RESKRIM 3 35 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
e) Konfrontasi dan rekontruksi 
a) Apabila dalam pemeriksaan, antara tersangka yang satu dengan 
tersangka yang lain antara tersangka dengan saksi maupun antara 
saksi dengan saksi yang lain terdapat pertentangan atau ketidak 
cocokan keterangan yang diberikan kepada pemeriksa, maka bila 
dipandang perlu diadakan konfrontasi. 
b) Demikain pula halnya untuk perkara tertentu, apabila dipandang perlu 
dalam pembuktiannya dapat dilakukan rekonstruksi. 
c) Pelaksanaan Konfrontasi dan rekonstruksi : 
(1) Konfrontasi 
(1) Maksud diadakannya konfrontasi ialah untuk mencari persesuaian 
diantara beberapa keterangan yang berasal baik dari tersangka 
maupun saksi dengan tujuan untuk mendapatkan kepastian 
manakah diantara keterangan-keterangan tersebut yang benar 
atau paling mendekati kebenaran. 
(2) Cara melakukan konfrontasi : 
(a) Langsung 
Tersangka/para tersangka dan atau saksi/para saksi yang 
keterangannya saling tidak ada kecocokan atau tidak terdapat 
persesuaian satu sama lain, dipertemukan satu sama lain 
dihadapan pemeriksa guna diuji manakah diantar keterangan- 
keterangan tersebut yang benar atau paling mendekati 
kebenaran. 
(b) Tidak langsung 
Tersangka/orang yang dicari dicampur dengan beberapa 
orang (3 orang atau lebih) yang belum dikenal oleh saksi, 
berdiri atau duduk berjajar dan masing-masing diberi nomor, 
ditempatkan didalam suatu ruangan yang dapat dilihat saksi. 
Sedangkan saksi bersama pemeriksa berada diluar ruangan 
tersebut, dapat melihat orang-orang tersebut. Manakah yang 
dimaksudkan dalam keterannya tersebut, cara ini biasa disebut 
dengan lingkup. 
FT. RESKRIM 3 36 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
(c) Hasil konfrontasi supaya dituangkan dalam Berita Acara 
Konfrontasi. 
(2) Rekontruksi 
(1) Maksud diadakannya rekonstruksi ialah untuk memberikan 
gambaran tentang terjadinya suatu tindak pidana dengan jalan 
memperagakan kembali cara tersangka melakukan tindak 
pidana dengan tujuan untuk lebih menyakinkan kepada 
pemeriksa tentang kebenaran keterangan tersangka atau 
saksi. 
(2) Rekontruksi dapat dilakukan ditempat kejadian perkara (TKP) 
(3) Setiap peragaan perlu diambil foto-fotonya dan jalannya 
peragaan dituangkan dalam Berita Acara. 
(4) Hasil rekontruksi agar dianalisa terutama pada bagian-bagian 
yang sama dan berbeda dengan isi Berita Acara Pemeriksaan. 
f) Pengambilan Sumpah/Janji Saksi/Ahli 
1) Dalam hal penyidik berkesimpulan bahwa terhadap saksi/ahli perlu 
diambil sumpah/janjinya karena memenuhi persyaratan, maka perlu 
diperiksakan. 
a) Tenaga rokhaniawan dari agama yang sama dengan saksi/ahli 
yang akan disumpah antara lain terdiri dari : 
(1) Biro Binsajah As SDM Polri 
(2) Dinas Pembinaan Mental dari Instansi pemerintah 
(3) Kantor Departemen Agama setempat 
(4) Imam Masjid, Pendeta dari Gereja/Pura maupun Vihara 
(khusus daerah terpencil). 
b) Dalam Berita Acara Pengambilan sumpah/janji saksi/ahli, bagi 
yang menanda tangani Beita Acara tersebut dicantumkan 
identitasnya masing-masing. 
c) Naskah Agama Saksi/Ahli, anatar lain : 
(a) Untuk yang beragama Islam disediakan Kitab Suci Al-Qur’an. 
FT. RESKRIM 3 37 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
(b) Untuk yang beragam Katholik dan Protestan disediakan Kitab 
Suci Injil/Alkitab 
(c) Untuk yang beragama Hindu Dharma disediakan Kitab Suci 
Wedha 
(d) Untuk yang beragama Budhja disediakan Kitab Suci 
Pancaran Bahagia. 
d) Inti naskah Sumpah/Janji adalah pernyataan Saksi/Ahli, bahwa ia 
akan/telah memberi keterangan yang sebenarnya. 
e) Menyediakan orang yang dapat diangkat sebagai saksi dalam 
pengambilan Sumpah/Janji. 
f) Berita Acara pemeriksaab Saksi/Ahli yang ada/memuat 
pemberitahuan bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam 
pemeriksaan di pengadilan. 
2) Setelah Penyidik mengetahui bahwa Saksi tidak akan dapat hadir atau 
ternyata tidak dapat hadir dalam tahap peradilan, segera mengambil 
langkah-langkah sebagai berikut : 
a) Pelaksanaan pengambilan Sumpah/Janji dilaksanakan pada 
prinsipnya dikantor penyidik, kecuali dalam hal-hal tertentu dapat 
dilakukan ditempat lain 
b) Berdasarkan hasil pengamatan Penyidik timbul dugaan bahwa saksi 
tersebut tidak akan hadir dalam pemeriksaan di sidang pengadilan, 
maka pengembilan sumpah/jani dilakukan sebelum pemeriksaan 
ditingkat penyidikan dimulai. 
c) Dalam hal dugaan tersebut timbul atas pemberitahuan dari saksi, 
maka : 
(1) Penyidik meneliti kebanarannya, melalui surat-surat yang 
bersangkutan, bila ada. 
(2) Apabila pemberitahuan disampaikan sebleum pemeriksaan 
saksi, berlaku ketentuan tersebut Nomor 1 diatas. 
(3) Apabila pemberitahuan terjadi dalam pemerikaan saksi, 
dituangkan dalam berita acara Pemeriksaan dan pengambilan 
Sumpah/Janjinya segera dilakukan. 
FT. RESKRIM 3 38 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
d) Sebelum pengambilan Sumpah/Janji agar ditanyakan terlebih dahulu Agama 
saksi/ahli dan kesediaannya untuk diambil sumpahnya. 
e) Tata cara pengambilan sumpah yang bersifat keagamaan mengiktui ketentuan 
yang diberitahukan dan dilaksanakan dan Rohaniawan. 
f) Sesuai dengan Agama dan kepercayaan Saksi/Ahli, Penyidik membacakan 
naskah Sumpah atau Janji yang harus diikuti oleh yang diambil sumpah 
sebagai berikut : 
(1) Bagi yang beragama Islam : 
“ Demi Allah, Saya bersumpah, bahwa saya telah/akan memberikan 
keterangan yang sebenarnya dan apabila saya tidak memberikan 
keterangan yang sebenarnya saya mendapatkan kutukan dari Tuhan”. 
(2) Bagi yang beragama Katholik : 
“Demi Allah, Putra dan Roh Kudus, saya bersumpah, bahwa saya 
sebagai Saksi/Saksi Ahli telah/akan memberikan keterangan dengan 
sungguh-sungguh dan sebenarnya, jika saya berdusta, saya akan 
mendapat hukuman dari Tuhan”. 
(3) Bagi yang bergama Protestan : 
“Demi Allah, Bapa Putra dan Roh Kudus, saya bersumpah bahwa saya 
sebagai Saksi/Ahli telah/akan memberikan keterangan dengan 
sungguh-sungguh dan sebenarnya, jika saya berdusta, saya akan 
mendapat hukuman dari Tuhan, Semoga Allah menolong saya.” 
(4) Bagi yang beragama Hindu Dharma : 
“Demi Sang Hyang Widi Wasa, Saya bersumpah, bahwa saya sebagai 
Saksi/Ahli telah/akan memberi keterangan yang sebenarnya, apabila 
saya tidak memberikan keterangan yang sebenarnya, saya akan 
mendapat kutukan dari Tuhan”. 
(1) Bagi yang beragama Islam : 
“ Demi Allah, Saya bersumpah, bahwa saya telah/akan 
memberikan keterangan yang sebenarnya dan apabila saya 
tidak memberikan keterangan yang sebenarnya saya 
mendapatkan kutukan dari Tuhan”. 
(2) Bagi yang beragama Katholik : 
FT. RESKRIM 3 39 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
“Demi Allah, Putra dan Roh Kudus, saya bersumpah, bahwa 
saya sebagai Saksi/Saksi Ahli telah/akan memberikan 
keterangan dengan sungguh-sungguh dan sebenarnya, jika 
saya berdusta, saya akan mendapat hukuman dari Tuhan”. 
(3) Bagi yang bergama Protestan : 
“Demi Allah, Bapa Putra dan Roh Kudus, saya bersumpah 
bahwa saya sebagai Saksi/Ahli telah/akan memberikan 
keterangan dengan sungguh-sungguh dan sebenarnya, jika 
saya berdusta, saya akan mendapat hukuman dari Tuhan, 
Semoga Allah menolong saya.” 
(4) Bagi yang beragama Hindu Dharma : 
“Demi Sang Hyang Widi Wasa, Saya bersumpah, bahwa saya 
sebagai Saksi/Ahli telah/akan memberi keterangan yang 
sebenarnya, apabila saya tidak memberikan keterangan yang 
sebenarnya, saya akan mendapat kutukan dari Tuhan”. 
(5) Bagi yang beragama Hindu : 
“Demi Sang Hyang Adhi Budha, saya berjanji, bahwa saya 
sebagai Saksi/Ahli telah/akan memberikan keterangan yang 
sebenarnya, jika saya berdusta atau menyimpang dari pada 
yang telah saya ucapkan ini, maka saya bersedia menerima 
karma yang buruk”. 
(6) Bagi yang memeluk aliran kepercayaan Tuhan Yang Maha 
Esa : 
“Demi Tuhan Yang Maha Esa, Saya berjanji bahwa saya 
Saksi/Ahli telah/akan memberikan keterangan yang sebenarnya, 
jika saya tidak memberikan keterangan yang sebenarnya 
semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kutukan kepada 
saya”. 
3) Dalam hal keadaan yang perlu dan mendesak karena tenaga Rohaniawan 
maupun Kitab Suci tidak mungin didapat, maka pengambilan sumpah 
atau janji cukup dilakukan dengan disaksikan oleh dua orang dan hal ini 
dituangkan dalam Berita Acara. 
FT. RESKRIM 3 40 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
4) Dibuat Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji Saksi/Ahli, ditanda 
tangani oleh penyidikm yang disumpah dan para saksi pengambilan 
sumpah (Rohaniawan dan Saksi/Ahli). 
5) Hal-hal yang perlu diperhatikan : 
a) Pengambilan sumpah/Janji terhadap saksi ditingkat penyidikan 
adalah adanya dugaan atau atas keterangan / pemberitahuan dari 
saksi bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan 
pengadilan karena 
(1) Saksi sakit keras/parah yang sulit diperkirakan kesembuhannya 
(usahakan dikuatkan dengan Surat Keterangan Dokter). 
(2) Saksi akan berpindah tempat yang jauh atau pergi keluar Negeri : 
(3) Usia Saksi yang sudah sedemikian lanjut/dugaan tersebut diatas 
dapat diketahui melalui : 
(a) Pengamatan fisik secara langsung oleh Penyidik sendiri 
sebelum dimulai pemeriksaan. 
(b) Atas pemberitahuan saksi kepada Penyidik : 
> Sebelum dilakukan pemeriksaan 
> Selama dalam pemeriksaan 
> Setelah pemeriksaan dilakukan 
(4) Sebab lain yang berhubungan dengan kepentingan Negara 
(5) Orang asing yang segera akan kembali ke negaranya dan 
tidak mungkin untuk datang kembali memenuhi panggilan 
disidang pengadilan. 
b) Saksi dalam pemeriksaan tindak pidana ringan tidak menucapkan 
sumpah/janji kecuali hakim menganggap perlu. 
c) Guna menjamin perlindungan hak azazi seseorang dan memperhatikan 
azas praduga tak bersalah maka hasil pemeriksaan terhadap 
tersangka, saksi maupun Ahli tidak boleh dipublikasikan. 
6) Evaluasi Hasil Pemeriksaan 
a) Agar memperoleh keterangan, petunjuk-petunjuk, bukti-bukti, data yang 
cukup dan benar, maka hasil pemeriksaan Tersangka/Saksi/Ahli yang 
dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan baik secara sendiri-sendiri 
FT. RESKRIM 3 41 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
maupun secara keseluruhan dievaluasi guna mengembangkan dan 
mengarahkan pemeriksaan berikutnya ataupun untuk membuat suatu 
kesimpulan dari pemeriksaan sebagai salah satu kegiatan penyidikan yang 
dilakukan. 
Adapun proses dari evaluasi meliputi tahap-tahap sebagai berikut 
(1) Tahap Inventarisasi 
Penyidik/Penyidik pembantu berusaha menarik dan mengumpulkan 
semua keterangan-keterangan yang benar-benar yang mengarah 
kepada unsur-unsur Pasal tindak pidana sebanyak mungkin. 
(2) Tahap seleksi 
Dari keterangan-keterangan yang telah dikumpulkan tersebut 
kemudian diseleksi untuk mencari keterangan-keterangan yang ada 
relevansinya dengan peristiwa pidana yang terjadi dan mempunyai 
hubungan yang logis. 
(3) Tahap Pengkajian 
(a) Dari keterangan-keterangan yang telah diseleksi tersebut 
penyidik/penyidik pembantu mengkaji dan menguji kebenarannya 
dengan bukti-bukti serta petunjuk-petunjuk yang ada, sehingga dapat 
ditarik suatu kesimpulan apakah keterangan tersebut sudah dapat 
dipercaya, dengan cara : 
> Menilai adanya persesuaian untuk keterangan saksi 
> Menilai adanya persesuaian keterangan saksi dengan keterangan 
ahli dan bukti yang ada. 
> Adanya alasan yang logis dari setiap keterangan saksi. 
(b) Setelah diperoleh gambaran atau konstruksi perkara pidananya 
secara bulat, maka dapat diketahui : 
> Bahwa benar peristiwa tindak pidana telah terjadi 
Peranan dari masing-masing tersangka yang terlibat 
> Siapa-siapa saksinya, baik yang menguntungkan maupun yang 
merugikan 
> Barang/benda yang menjadi barang bukti. 
FT. RESKRIM 3 42 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
(c) Dari hasil-hasil evaluasi tersebut, penyidik/penyidik pembantu dapat 
menyusun resume. 
CATATAN : PASAL-PASAL KUHAP YANG HARUS DIKETAHUI OLEH 
PENYIDIK BERKAITAN DENGAN PEMERIKSAAN 
Pasal 50 : (1) Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh 
penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut 
umum. 
Pasal 51 : Untuk rnempersiapkan pembelaan: g. tersangka berhak 
untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang 
dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan 
kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai 
Pasal 52 : Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, 
tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan 
secara bebas kepada penyidik atau hakim. 
Pasal 53 : (1) Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan 
pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak untuk setiap 
waktu mendapat bantuan juru bahasa sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 177. (2) Dalam hal tersangka atau 
terdakwa bisu dan atau tuli diberlakukan ketentuan 
sebagainiana dimaksud dalam Pasal 178. 
Pasal 177 : (1) Jika terdakwa atau saksi tidak paham bahasa 
Indonesia, hakim ketua sidang menunjuk seorang juru 
bahasa yang bersumpah atau berjanji akan menterjemahkan 
dengan benar semua yang harus diterjemahkan. (2) Dalam 
hal seorang tidak boleh menjadi saksi dalam suatu perkara Ia 
tidak boleh pula menjadi juru bahasa dalam perkara itu. 
FT. RESKRIM 3 43 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Pasal 178 : (1) Jika terdakwa atau saksi bisu dan atau tuli serta 
tidak dapat menulis, hakim ketua sidang mengangkat 
sebagai penterjemah orang yang pandai bergaul dengan 
terdakwa atau saksi itu. (2) Jika terdakwa atau saksi bisu 
dan atau tuli tetapi dapat menulis, hakim ketua sidang 
menyampaikan semua pertanyaan atau teguran kepadanya 
secara tertulis dan kepada terdakwa atau saksi tersebut 
diperintahkan untuk menulis jawabannya dan selanjutnya 
semua pertanyaan serta jawaban harus dibacakan 
Pasal 54 : Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa 
berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih 
penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap 
tingkat pemeriksaan, menurut tatacara yang ditentukan 
dalam undang-undang ini. 
Pasal 55 : Untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam Pasal 
54, tersangka atau terdakwa berhak memiih sendiri 
penasihat hukumnya. 
Pasal 56 : (1) Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau 
didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan 
pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih 
atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan 
pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai 
penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada 
semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib 
menunjuk penasihat hukum bagi mereka. (2) Setiap 
penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak 
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), memberikan 
bantuannya dengan cuma-cuma. 
FT. RESKRIM 3 44 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Pasal 69 : Penasihat hukum berhak menghubungi tersangka sejak saat 
ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan 
menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undang ini. 
Pasal 70 : (1) Penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 
berhak menghubungi dan berbicara dengan tersangka pada 
setiap tingkat pemeriksaan dan setiap waktu untuk 
kepentingan pembelaan perkaranya. (2) Jika terdapat bukti 
bahwa penasihat hukum tersebut menyalahgunakan haknya 
dalam pembicaraan dengan tersangka maka sesuai dengan 
tingkat pemeriksaan, penyidik, penuntut umum atau petugas 
lembaga pemasyarakatan memberi peringatan kepada 
penasihat hukum. (3) Apabila peringatan tersebut tidak 
diindahkan, maka hubungan tersebut diawasi oleh pejabat 
yang tersebut pada ayat (2). (4) Apabila setelah diawasi, 
haknya masih disalahgunakan, maka hubungan tersebut 
disaksikan oleh pejabat tersebut pada ayat (2) dan apabila 
setelah itu tetap dilanggar maka hubungan selanjutnya 
dilarang. 
Pasal 71 : (1) Penasihat hukum, sesuai dengan tingkat pemeriksaan, 
dalam berhubungan dengan tersangka diawasi oleh penyidik, 
penuntut umum atau petugas lembaga pemasyarakatan 
tanpa mendengar isi pembicaraan. (2) Dalam hal kejahatan 
terhadap keamanan negara, pejabat tersebut pada ayat (1) 
dapat mendengar isi pembicaraan. 
Pasal 72 : Atas permintaan tersangka atau penasihat hukumnya pejabat 
yang bersangkutan memberikan turunan berita acara 
pemeriksaan untuk kepentingan pernbelaannya. 
Pasal 113 : Jika seorang tersangka atau saksi yang dipanggil 
memberi alasan yang patut dan wajar bahwa ia tidak dapat 
FT. RESKRIM 3 45 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
datang kepada penyidik yang melakukan pemeriksaan, 
penyidik itu datang ke tempat kediamannya. 
Pasal 114 : Dalam hal seorang disangka melakukan suatu tindak 
pidana sebelum dimulainya pemeriksaan oleh penyidik, 
penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya 
untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam 
perkaranya itu wajib didampingi oleh penasihat hukum 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56. 
Pasal 115 : (1) Dalam hal penyidik sedang melakukan pemeriksaan 
terhadap tersangka penasihat hukum dapat mengikuti 
jalannya pemeriksaan dengan cara melihat serta mendengar 
pemeriksaan. (2) Dalam hal kejahatan terhadap keamanan 
negara penasihat hukum dapat hadir dengan cara melihat 
tetapi tidak dapat mendengar pemeriksaan terhadap 
tersangka. 
Pasal 116 : (1) Saksi diperiksa dengan tidak disumpah kecuali 
apabila ada cukup alasan untuk diduga bahwa ia tidak akan 
dapat hadir dalam pemeriksaan di pengadilan. (2) Saksi 
diperiksa secara tersendiri, tetapi boleh dipertemukan yang 
satu dengan yang lain dan mereka wajib memberikan 
keterangan yang sebenarnya. (3) Dalam pemeriksaan 
tersangka ditanya apakah ia menghendaki didengarnya saksi 
yang dapat menguntungkan baginya dan bilamana ada maka 
hal itu dicatat dalam berita acara. (4) Dalam hal 
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) penyidik wajib 
memanggil dan memeriksa saksi tersebut. 
Pasal 117 : (1) Keterangan tersangka dan atau saksi kepada 
penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapa pun dan atau 
dalam bentuk apapun. (2) Dalam hal tersangka memberi 
keterangan tentang apa yang sebenarnya ia telah lakukan 
FT. RESKRIM 3 46 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
sehubungan dengan tindak pidana yang dipersangkakan 
kepadanya, penyidik mencatat dalam berita acara seteliti- 
telitinya sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh 
tersangka sendiri. 
Pasal 118 : (1) Keterangan tersangka dan atau saksi dicatat dalam 
berita acara yang ditandatangani oleh penyidik dan oleh yang 
memberi keterangan itu setelah mereka menyetujui isinya. 
(2) Dalam hal tersangka dan atau saksi tidak mau 
membubuhkan tanda tangannya, penyidik mencatat hal itu 
dalam berita acara dengan menyebut alasannya. 
Pasal 119 : Dalam hal tersangka dan atau saksi yang harus didengar 
keterangannya berdiam atau bertempat tinggal di luar daerah 
hukum penyidik yang menjalankan penyidikan, pemeriksaan 
terhadap tersangka dan atau saksi dapat dibebankan kepada 
penyidik di tempat kediaman atau tempat tinggal tersangka 
dan atau saksi tersebut. 
Pasal 120 : (1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat 
minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian 
khusus. (2) AhIi tersebut mengangkat sumpah atau 
mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan memberi 
keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya 
kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat, 
pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan 
rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang 
diminta. 
Pasal 121 : (1) Penyidik atas kekuatan sumpah jabatannya segera 
membuat berita acara yang diberi tanggal dan memuat 
tindak pidana yang dipersangkakan, dengan menyebut 
waktu, tempat dan keadaan pada waktu tindak pidana 
dilakukan, nama dan tempat tinggal dari tersangka dan atau 
FT. RESKRIM 3 47 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
saksi, keterangan mereka, catatan mengenai akta dan atau 
benda serta segala sesuatu yang dianggap perlu untuk 
kepentingan penyelesaian perkara. 
Pasal 136 : Semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan 
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Bagian Kedua 
Bab 14 ditanggung oleh negara. 
Referensi 
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP. 
2. Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik 
Indonesia. 
3. Perkap nomor 14 tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana. 
4. Skep Kabareskrim No. Pol : Skep/82/XII/2006/bareskrim tanggal 16 september 
2006 tentang Naskah Sementara Pedoman Penyidikan Tindak Pidana. 
FT. RESKRIM 3 48 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 

BAB II 
RESUME/SURAT SANGKAAN 
Kompetensi Dasar: 
Memahami dan menerapkan pembuatan Resume/Surat Sangkaan 
Indikator hasil belajar: 
1. Menjelaskan pengertian yang berkaitan dengan resume. 
2. Menjelaskan konsep resume sebagai persangkaan. 
3. Menjelaskan pembuatan resume/surat sangkaan. 
4. Menjelaskan penjelasan pembuatan resume/surat sangkaan. 
5. Menjelaskan kompetensi penyidik dalam pembuatan resume. 
6. Mempraktikkan pembuatan resume/surat sangkaan. 
FT. RESKRIM 3 49 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
1. Pengertian yang Berkaitan dengan Resume 
a. Resume adalah ikhtisar dan kesimpulan dari hasil penyidikan tindak 
pidana yang terjadi yang dituangkan dalam bentuk dan persyaratan 
penulisan tertentu. 
b. Berita Acara adalah catatan atau tulisan yang bersifat otentik yang 
memuat kegiatan tertentu dalam penyidikan dibuat dalam bentuk tertentu 
oleh Penyidik atau Penyidik Pembantu atas kekuatan sumpah jabatan, 
diberi tanggal dan ditandatangani oleh Penyidik atau Penyidik Pembantu 
dan orang yang diperiksa. 
c. Sangkaan Tunggal adalah sangkaan terhadap seseorang tersangka 
atau beberapa orang tersangka yang diduga telah melakukan satu 
jenis atau satu macam tindak pidana saja. 
d. Sangkaan komulatif adalah sangkaan terhadap tersangka yang diduga 
telah melakukan beberapa tindak pidana yang tidak ada hubungannya 
antara tindak pidana yang satu dengan tindak pidana yang lain 
(masing-masing pidana bendiri sendiri-sendiri). 
e. Sangkaan Alternatif adalah sangkaan terhadap tersangka yang diduga 
telah melakukan satu saja tindak pidana, tetapi Penyidik ragu tentang 
tindak pidana apa yang paling tidak disangkakan kepada tersangka. 
f. Sangkaan Subsider adalah sangkaan terhadap tersangka yang diduga 
telah melakukan satu tindak pidana yang dapat dilakukan kwalifikasi 
dan disusun menurut urutan pasal yang terberat ancaman 
hukumannya. 
g. Sangkaan Kombinasi adalah sangkaan terhadap tersangka yang 
diduga telah melakukan beberapa tindak pidana yang bersifat komulatif 
dan subsider atau sebaliknya. 
2. Konsep Resume Sebagai Persangkaan 
a. Kajian kata-kata Resume 
Salah satu proses yang penting dalam pembuatan berkas perkara 
adalah membuat resume. Resume dalam kamus bahasa Indonesia berarti 
ikhtisar dan ringkasan, dimana bila dimaknai dalam berkas perkara dapat 
FT. RESKRIM 3 50 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
dipahami sebagai ringkasan dari suatu perkara pidana yang terjadi. Jika 
demikian, pengertian resume yang dilaksanakan selama ini oleh penyidik 
berarti sebagai ikhtisar dan kesimpulan dari hasil penyidikan tindak 
pidana. Apakah hal ini sudah benar ? 
Catatan : nomenklatur “resume” dalam berkas perkara selalu digunakan 
oleh penyidik Polri sebagai kelengkapan dari berkas perkara. Ada 
beberapa kerancuan ketika nomenklatur “resume” digunakan, yaitu : 
1) Resume yang dipakai selama ini tidak menunjukkan kepada 
ringkasan dalam berkas perkara, tetapi lebih kepada hasil proses 
penyidikan (persangkaan pidana). 
2) Pasal 140 ayat (1) KUHAP menyatakan “dalam hal Penuntut Umum 
berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan 
penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan” 
dan pasal 143 ayat (1) KUHAP dinyatakan bahwa“Penuntut Umum 
melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri dengan permintaan agar 
segera mengadili perkara tersebut disertai dengansurat dakwaan”, 
artinya kedua pasal itu mensyaratkan seorang penuntut umum 
memiliki produk yang bernama “Surat Dakwaan”. Sesuai pasal 140 
ayat (1) di atas menyebuntukan bahwa surat dakwaan diperoleh dari 
“hasil penyidikan”. Oleh karena itu, hasil penyidikan yang diakui 
sebagai bahasa hukum untuk dijadikan dasar surat dakwaan. 
3) KUHAP tidak pernah mengenal kata resume sebagai hasil 
penyidikan dalam kelengkapan berkas perkara. 
Dari 3 alasan di atas, menunjukkan bahwa nomenklatur “resume” 
menjadi tidak tepat untuk melengkapi berkas perkara. Dosen Reserse 
Akpol berpendapat bahwa nomenklatur “resume” dapat diganti dengan 2 
pilihan kata, yaitu “Hasil Penyidikan” (sebagaimana dimaksud pasal 140 
ayat (1) KUHAP) atau “Surat Sangkaan” yang juga diartikan sebagai hasil 
dari penyidikan. Ada beberapa alasan “surat sangkaan” logis untuk 
menggantikan kata “resume”, yaitu : 
FT. RESKRIM 3 51 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
1) Hasil penyidikan sebagaimana dimaksud pasal 140 ayat (1) KUHAP 
menyatakan “dalam hal Penuntut Umum berpendapatbahwa dari 
hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalamwaktu 
secepatnya membuat surat dakwaan” dimaksudkan merupakan 
jabaran dari pasal 8 KUHAP ayat (2) yang berbunyi “Penyidik 
menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum”. Artinya, hasil 
penyidikan disebut juga dengan berkas perkara. 
2) Hasil penyidikan dalam bentuk berkas perkara yang diserahkan 
kepada penuntut umum sebagaimana tuntutan KUHAP dimaksudkan 
hasil dari kegiatan penyidik (mengumpulkan bukti) untuk membuat 
terang pidana dan menemukan siapa tersangkanya (pengertian 
penyidikan1 dalam pasal 1 angka 2). Hal ini dapat dimaksudkan hasil 
penyidikan melakukan 2 hal yaitu membuat terang pidana dan 
menemukan tersangkanya. Secara substansial, isi dari berkas 
perkara tersebut harus ada produk hasil penyidikan yaitu apa pidana 
yang dilakukan dan siapa tersangkanya. Oleh karena itu, salah satu 
produk dalam berkas perkara tersebut dapat disebut juga Surat 
Sangkaan. Surat sangkaan yang dimaksud adalah proses kegiatan 
penyidikan untuk menentukan pidana apa yang terjadi (pasal pidana 
yang dilanggar) dan siapa tersangkanya. 
3) KUHAP mengatur kata-kata tentang sangka, contohnya adalah 
tersangka (orangnya), seiring dengan sangkaan sebagai kata benda 
yang berarti dugaan. perkiraan (KBBI). Dengan demikian surat 
sangkaan sejalan dengan pemaknaan hukum dan tata bahasa 
Indonesia. 
4) Surat sangkaan akan sejalan dengan surat dakwaan sebagaimana 
dimaksud pasal 140 ayat (1) KUHAP menyatakan “dalam hal 
Penuntut Umum berpendapatbahwa dari hasil penyidikan dapat 
dilakukan penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat 
dakwaan”. Dengan mendasari surat sangkaan ini, maka akan 
memudahkan bagi penuntut umum untuk membuat surat dakwaan. 
FT. RESKRIM 3 52 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
5) Surat sangkaan juga sejalan dengan produk-produk criminal justice 
system lainnya, yaitu : penuntut umum produknya adalah surat 
dakwaan dan surat penuntutan, hakim produknya adalah surat 
putusan, dan advokat produknya adalah surat pembelaan. 
6) Surat sangkaan juga sejalan dengan naskah sementara dalam Surat 
Keputusan Kabareskrim nomor : Skep/82/XII/2006/Bareskrim tanggal 
16 Desember 2006 tentang Pedoman Penyidikan Tindak Pidana 
(Naskah Sementara) yang menyebuntukan isi tentang adanya 
sangkaan tunggal, alternatif, komulatif, subsider, dan kombinasi. 
Oleh karena itu, bila isi kesimpulan dalam resume adalah 
persangkaan, maka sebenarnya resume tersebut adalah “surat 
sangkaan”. 
Catatan: Meskipun Surat Sangkaan dapat menggantikan 
nomenklatur dari Resume, sistematika yang sudah ada dalam 
resume selama ini dapat dipertahankan namun ada beberapa 
perubahan, yaitu : sub judul “perkara” diganti menjadi dugaan 
sangkaan dan letak sub judul “analisis kasus” dan analisis yuridis” 
berubah tempat (analisis yuridis terlebih dahulu, selanjutnya analisis 
kasus). Untuk 2 perubahan di atas akan dibahas pada bagian 
selanjutnya. 
b. Fungsi Resume/Surat Sangkaan dalam Berkas Perkara 
Di tinjau dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan pemeriksaan 
perkara pidana maka fungsi resume dapat dikategorikan : 
1) Bagi penuntut umum, resume/surat sangkaan merupakan dasar dan 
sekaligus membatasi ruang lingkup pemeriksaan serta dasar 
pertimbangan dalam dakwaan. Meskipun dalam prakteknya ada juga 
penuntut umum yang tidak percaya akan resume yang dibuat oleh 
penyidik karena tidak mencerminkan dari fakta yang dibuat. 
Sehingga para penuntut umum lebih mengacu kepada hasil 
pemeriksaan dan kelengkapan administrasi penyidikan. Akan tetapi, 
bagi penyidik yang sudah profesional, resume menjadi berarti bagi 
FT. RESKRIM 3 53 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
seorang penuntut umum, karena membantu dirinya dalam 
pembuatan dakwaan untuk persidangan. 
2) Bagi penyidik, resume/surat sangkaan merupakan dasar pembuktian 
yuridis persangkaan pidana. Pembuatan resume akan memberikan 
implikasi sebagai berikut : 
a) Perkara pidana yang dipersangkakan apakah sudah memenuhi 
standar tuntutan pembuktian atau belum (minimal 2 alat bukti). 
Jika pembuktian belum optimal perlu adanya tindakan 
melakukan upaya penyidikan tambahan agar perkara pidana 
yang dipersangkakan dapat memenuhi ketentuan hukum yang 
berlaku. 
b) Perkara pidana yang dipersangkakan sudah memenuhi syarat 
formal (identitas tersangka) dan materil (perkara pidana yang 
terjadi) atau belum memenuhi. 
c) Adanya kekurangan atau cacat dari administrasi penyidikan 
(contoh : salah tanggal, tidak ada nomor, tidak ada tanda 
tangan, tidak ada surat penggeledahan dll). 
d) Bagi tersangka, resume/surat sangkaan merupakan dasar 
untuk mempersiapkan dasar untuk mempersiapkan pembelaan. 
Untuk tersangka yang terlebih dahulu menunjuk penasehat 
hukumnya (advokat), berkas perkara (resume) merupakan 
bagian penting yang bisa digunakan untuk pembelaan bagi 
kliennya, terutama pada saat di persidangan. 
3. Pembuatan Resume/Surat Sangkaan 
a. Syarat formal : 
1) Pada halaman pertama disebelah sudut kiri atas disebuntukan 
“NAMA DAN TEMPAT KESATUAN” 
2) Dibawah nama kesatuan ditulis kata-kata “PRO JUSTITIA” 
a) Pada tengah-tengah bagian atas halaman pertama ditulis 
perkataan “Berita Acara RESUME” dan isinya dimulai 
dibawahnya. 
FT. RESKRIM 3 54 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
b) Disebelah kiri dari setiap lembaran Resume dikosongkan 1⁄4 
(seperempat) halaman yang disebut marge yang maksudnya 
disediakan untuk tempat perbaikan apabila terjadi kekeliruan 
dalam penulisan materinya. 
c) Dibuat oleh penyidik/penyidik pembantu dengan membubuhkan 
tanggal, tempat pembuatan, tanda tangan dan nama terang 
penyidik/penyidik pembantu serta diketahui oleh atasan 
penyidik/penyidik pembantu. 
b. Syarat materiil 
1) Dasar 
2) Memuat gambaran konstruksi tindak pidananya. 
3) Fakta-fakta 
a) Memuat tindakan yang telah dilakukan 
b) Barang bukti yang disita 
c) Keterangan-keterangan saksi dan/atau Ahli 
4) Analisis Yuridis dan Kasus 
5) Kesimpulan. 
c. Syarat penulisan 
1) Diketik diatas kertas folio warna putih, dengan jarak 1 1⁄2 spasi 
2) Diantara spasi tidak boleh dituliskan apapun 
3) Kata-kata harus ditulis lengkap, jangan menggunakan singkatan 
kecuali singkatan kata-kata resmi dan dikenal umum. 
4) Penulisan angka yang menyebuntukan jumlah harus diulangi dengan 
huruf. 
5) Nama orang ditulis dengan huruf besar (huruf balok dan digaris 
bawah). 
FT. RESKRIM 3 55 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
4. Penjelasan Pembuatan Resume/Surat Sangkaan 
Isi dari resume selama ini yang dibuat oleh penyidik Polri adalah : 
a. Dasar. Dasar yang dimaksud adalah pijakan yang dilakukan oleh penyidik 
dalam melakukan penyidikan perkara pidana. Ada 3 jenis yang menjadi 
dasar dalam resume, yaitu : 
1) Laporan polisi. Laporan polisi dalam berkas perkara wajib ada 
karena menjadi dasar dilakukannya suatu penyidikan. Laporan polisi 
tersebut memberikan gambaran umum terhadap perkara pidana 
yang terjadi. 
2) Surat Perintah Penyidikan. Munculnya surat perintah penyidikan 
didasari oleh Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 
106, Pasal109 ayat (1), Pasal 110 ayat (1) KUHAP. Melalui surat 
perintah penyidikan, maka para penyidik (penyidik dan penyidik 
pembantu) dalam melakukan penyidikan perkara pidana secara 
hukum telah sah. 
3) Surat Perintah Tugas. Surat perintah tugas sebenarnya adalah 
turunan dari surat perintah penyidikan, dimana para penyidik 
(penyidik dan penyidik pembantu) dapat melakukan kegiatan- 
kegiatan penyidikan sebagaimana yang dimaksud dalam KUHAP. 
Adapun dasar dari pelaksanaan surat perintah tugas adalah Pasal 5 
ayat (2), Pasal 7 (1) huruf d, Pasal 11, Pasal 16 ayat (1), Pasal 18 
ayat (1), dan Pasal 186 KUHAP. 
4) Laporan Hasil Penyelidikan 
5) SPDP 
b. Perkara atau Dugaan Persangkaan. Perkara atau dugaan persangkaan 
yang dimaksud di sini adalah dugaan awal persangkaan telah terjadinya 
tindak pidana yang dilaporkan oleh terlapor terhadap seorang atau lebih 
tersangka dari pasal pidana yang dilanggarnya. Umumnya isi dari perkara 
atau dugaan persangkaan diperoleh dari laporan polisi. 
Membaca isi dari perkara atau dugaan persangkaan, maka para pihak 
yang ingin mengetahui berkas perkara tersebut telah mengetahui bahwa 
FT. RESKRIM 3 56 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
dugaan awal dari persangkaan adalah sebagaimana yang dilaporkan oleh 
terlapor. Dugaan persangkaan yang dimaksud mencakup 2 hal penting 
yang perlu diperhatikan dalam yaitu : 
1) Identitas tersangka (syarat formil) berisi: identitas tersangka, meliputi 
nama lengkap, tempat lahir, umur dan tanggal lahir, jenis kelamin, 
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan. 
2) Uraian singkat mengenai tindak pidana (syarat materil) berisi: 
uraian-uraian yang singkat tentang dugaan perbuatan pidana yang 
terjadi. 
3) Uraian mengenai tempat dan waktu dilakukannya perbuatan pidana. 
Pentingnya waktu dan tempat dimasukkan kedalam persangkaan 
untuk mengetahui Pengadilan Negeri mana yang berwenang 
mengadili dan untuk menjaga jangan sampai tersangka akan 
mengelak bahwa ia pada waktu kejadian berada ditempat lain (alibi), 
alibi ini jika dapat dibuktikan tersangka mengakibatkan penyidikan 
tidak dapat diterima. 
Catatan : selama ini isi resume yang berjudul “perkara” merupakan sistematika 
yang biasa dibuat oleh penyidik Polri. Akan tetapi, sesuai dengan 
Perkabareskrim Nomor 14 Tahun 2012, judul “perkara” tersebut tidak cocok 
karena “perkara” yang dimaksud lebih kepada dugaan awal dari persangkaan 
yang dilaporkan oleh terlapor. Penempatan judul “perkara” selama ini 
digunakan oleh penyidik adalah lebih menunjukkan pada kronologis perkara. 
Oleh karena itu, judul “perkara” sebaiknya diganti dengan judul “Dugaan 
Persangkaan”, dimana hal ini sesuai dengan tugas penyidik untuk 
membuktikan dugaan persangkaan tersebut terbukti atau tidak. Contoh perkara 
atau dugaan persangkaan pada tabel di bawah ini. 
FT. RESKRIM 3 57 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Contoh Perkara/Dugaan Persangkaan 
Tersangka H. THALIB BIN SAED BIN THALIB, adalah pemilik 
IDENTITAS 
usaha dengan nama CV. EBIN THALIB MANDIRI yang 
TERSANGKA SECARA JELAS DAN LENGKAP 
terletak  di  Dusun  Sebumi,  RT.01/RW.01,  Kel.  Polaman,  Kec.  Mijen,  Kota  Semarang  dan 
beralamat  sesuai  KTP  di  Genuk  Rt.  001  Rw.  002  Kel.  Tambangan  Kec.  Mijen,  Kota 
Semarang,  diduga  telah  dengan  sengaja melakukan kegiatan industri yaitu memproduksi 
Air  Minum  Dalam  Kemasan  (AMDK)  berupa  AIR  ZAMZAM  tanpa  dilengkapi  dengan 
Perijinan dan atau Memproduksi serta Memperdagangkan AIR ZAMZAM 
PERBUATAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN (ACTUS REUS DAN MENS REA) 
yang  tidak  sesuai  dengan  janji  yang  dinyatakan  dalam  label,  tidak  mencantumkan 
informasi  dan  atau  petunjuk  penggunaan  barang dalam bahasa indonesia sesuai dengan 
ketentuan  perundang-undangan  yang  berlaku  dan  atau  tidak  memiliki  izin  edar  terhadap 
AIR  ZAMZAM  untuk  diperdagangkan  dalam  kemasan  eceran, sehingga patut diduga kuat 
Tersangka  telah  melakukan  Tindak  Pidana  Perindustrian,  Perlindungan  Konsumen  dan 
Pangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (1) jo pasal 13 
PERUNDANG- UNDANGAN YANG DIDUGA DILANGGAR 
ayat  (1)  Undang–undang  RI  No.  5  tahun  1984  tentang  Perindustrian  dan/atau  pasal  62 
ayat  (1)  jo  pasal  8  huruf  a,  f,  j  Undang-undang  RI  No.  8 tahun 1999 tentang Perlindungan 
Konsumen dan/atau pasal 142 Undang-undang RI No. 18 tahun 2012 tentang Pangan. 
Sumber : Dit reskrimsus Polda Jateng, 2014. 
Catatan : kekurangan dari perkara/dugaan persangkaan di atas adalah tidak 
menguraikan waktu dan tempat kejadian perkara. Oleh karena itu, sebaiknya isi 
dari perkara/dugaan sangkaan ditambahkan sebagai berikut : Tambahan 
Waktu dan Tempat 
FT. RESKRIM 3 58 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Sumber : Dit reskrimsus Polda Jateng, 2014. 
c. Fakta-Fakta. Fakta-fakta dalam berkas perkara adalah bukti dari seluruh 
rangkaian kegiatan (proses penyidikan) yang dilakukan oleh penyidik. 
Fakta-fakta tentang kegiatan yang dimaksud adalah : 
1) Fakta tentang kegiatan penyidikan pemanggilan, penangkapan, 
penahanan, penyitaan, dan penggeledahan. 
Adapun contoh dari fakta-fakta dalam resume/surat persangkaan 
dapat dilihat dibawah ini. 
FT. RESKRIM 3 59 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Contoh Fakta-Fakta Kegiatan Penyidikan 
1. Pemanggilan/pemeriksaan saksi : 
a. Tanpa surat panggilan telah dilakukan pemeriksaan terhadap SRI NUR CAHYANTI ALIAS 
YANTI sesuai dengan berita acara pemeriksaan tanggal 15 Januari 2014 b. Tanpa surat 
panggilan telah dilakukan pemeriksaan terhadap saksi ROKHMAD bin DIONO sesuai dengan 
berita acara pemeriksaan tanggal 15 Januari 2014. c. Tanpa surat panggilan telah dilakukan 
pemeriksaan terhadap TUGINEM binti (alm.) IDRIS sesuai dengan berita acara pemeriksaan 
tanggal 15 Januari 2014. 
2. Penangkapan : 
Dengan  Surat  Perintah  Penangkapan  No.  Pol.  :  Sp.  Kap/  3  /I/2014/Reskrimsus,  tanggal  15 
januari  2014  telah  melakukan  penangkapan  terhadap  H.  THALIB  BIN  SAED  BIN  THALIB  dan 
telah dibuatkan Berita Acara Penangkapan tanggal 15 Januari 2014. 
3. Penahanan : 
Dengan Surat Perintah Penahanan No. Pol. : SP.Han/ 03 /I/2014/Reskrimsus tanggal 15 
Januari 2014 dan telah dibuatkan Berita Acara Penahanan tanggal 16Januari 2014. Tersangka 
dilakukan penahaan selama 20 (dua Puluh) hari dari 16 Januari 2014 sampai dengan tanggal 
04 Februari 2014. 
4. Penggeledahan : 
Dengan  Surat  Perintah  Penggeledahan  No  Pol.  :Sp.  Dah/5/I/2014/  Reskrimsus,  tanggal  15 
Januari  2014,  telah  dilakukan  Penggeledahan  sebuah  Gudang  /  tempat  usaha  di  Dusun 
Sebumi,  RT.01/RW.01,  Kel.  Polaman,  Kec.  Mijen,  Kota  Semarang  milik  H.  THALIB  BIN  SAED 
BIN  THALIB  dan  terhadapnya  telah  dibuatkan  Berita  Acara  Penggeledahan  tanggal  15 Januari 
2014. 
5. Penyitaan : 
Dengan Surat Perintah Penyitaan No. Pol. : SP.Sita/ 9 /I/2014/Reskrimsus tanggal 15 Januari 
2014, telah dilakukan penyitaan barang bukti dari H. THALIB BIN SAED BIN THALIB berupa : 
a. 600 ( enam ratus ) dus berisi air zam – zam dalam kemasan dirigen 
dan gallon siap edar. b. 400 ( empat ratus ) dirigen isi 10 liter air zam – zam yang sudah 
dikemas dalam plastik warna orange berlabel SW. c. 45 ( empat puluh lima ) gallon isi 10 
liter air zam – zam yang sudah 
dikemas dalam plastik warna orange berlabel SW. d. 10 ( sepuluh ) dus isi 20 dirigen air 
zam – zam @ 1 liter. e. 15 ( lima belas ) dus isi gallon kosong @ 40 pcs. Dan telah dibuatkan 
Berita Acara Penyitaan tanggal 15 Januari 2014. 
Sumber : Dit reskrimsus Polda Jateng, 2014. 
FT. RESKRIM 3 60 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
2) Fakta tentang kegiatan penyidikan berupa pemeriksaan, yaitu : 
a) Keterangan Saksi. Keterangan saksi yang dimaksud adalah 
bagian dari fakta-fakta yang diperoleh dari ringkasan 
keterangan yang diberikan oleh para saksi dari hasil 
pemeriksaan penyidik berkaitan dengan perkara pidana yang 
terjadi. Keterangan saksi tersebut bukan persepsi atau 
kesimpulan dari penyidik, tetapi ringkasan dari apa yang saksi 
alami, lihat, dan dengar. 
b) Keterangan Ahli (kalau ada). Keterangan ahli dalam resume 
adalah bagian dari fakta-fakta berupa ringkasan dari 
keterangan yang dinyatakan oleh ahli dari hasil pemeriksaan 
penyidik berkaitan dengan perkara pidana yang terjadi. Sama 
halnya dengan keterangan saksi, maka ringkasan keterangan 
ahli juga bukan persepsi atau kesimpulan dari penyidik. 
c) Keterangan Tersangka. Keterangan tersangka dalam resume 
adalah bagian dari fakta-fakta yang diperoleh dari hasil 
pemeriksaan tersangka yang dilakukan oleh penyidik. 
Adapun contoh dari isi fakta dari ketiga pemeriksaan tersebut, dapat 
dilihat dibawah ini. 
FT. RESKRIM 3 61 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Contoh Fakta-Fakta Pemeriksaan Saksi 
2. Saksi II 
Nama  :  ROCKMAD  Bin  DIONO  ,  Lahir  di  Kendal,  pada  tanggal  22  Oktober  1969  jenis  kelamin  laki-laki, 
agama  Islam,  kewarganegaraan  Indonesia,  pekerjaan  swasta,  pendidikan  terakhir  SMP,  alamat  tempat 
tinggal Dsn. Gentan Kidul Rt.03 Rw.04, Kel. Boja, Kec. Boja Kab. Kendal 
Menerangkan : 
a. Pada saat pemeriksaan saksi dalam keadaan sehat baik jasmani dan rohani, dan saksi 
bersedia dimintai keterangan b. Bahwa saksi bekerja di tersangka H. THALIB , jenis pekerjaannya 
adalah membuat atau memproduksi air zam zam , pengembang biakan sapid an kambing dengan alamat 
usaha di Dsn. Sebumi Rt. 01 Rw.01 Kel. Polaman Kec. Mijen Kota Semarang. c. Bahwa saksi bekerja 
ditempat usaha milik tersangka H. THALIB sejak baru 2 (dua) bulan 
dan saksi tidak mngetahui sejak kapan perusahaan tersebut mulai operasional. d. Bahw setahu saksi 
untuk proses produksi atau pembuatan air zam zam sebagai berikut : 
1) Awal mulanya air bahan baku diambil dari air bawah tanah menggunakan alat pompa air kemudian 
disalurkan pada alat filter air yang terdiri dari tabung sterilisasi , filter dan tabung air, gunanya untuk 
mengolah air supaya steril dan layak diminum. 2) Dari alat tersebut air selanjutnya dimasukan kedalam 
drum – drum penampung, kemudian dari drum penampung air yang sudah steril dimasukan kedalam 
jeligen dari ukuran 1 liter, 5 liter dan 10 liter. 3) Selanjutnya jeligen dan gallon yang sudah berisi air 
tersebut dikemas menggunakan plastic berlabel SNI warna orange SAFEWRAF ,warna kuning kemudian 
dimasukan dalam kardus untuk siap dijual atau diedarkan. e. Bahwa setahu saksi peredaran air zamzam 
tersebut di edarkan di wilayah Surabaya, Sem,arang dan Jakarta dengan cara dikirim kepada pemesan 
menggunakan alat transportasi yang disewa oleh tersangka dan yang melakkan penjualan dan 
pemasaran adalah tersangka sendiri, f. Bahwa saksi tidak mengetahui berapa kapasitas produksi 
perusahaan milik tersangka 
setiap bulannya karena semua transaksi ditangani sendiri oleh tersangka H. THALIB. g. Bahwa saksi 
bertugas sebagai pembantu umum yang khusus melayani tersangka H. THALIB , melayani sebagai sopir 
dan mengambil kebutuhan pakan ternak.15 ( lima belas ) dus isi gallon kosong @ 40 pcs. Dan telah 
dibuatkan Berita Acara Penyitaan tanggal 15 Januari 2014. 

Sumber : Dit reskrimsus Polda Jateng, 2014. 


FT. RESKRIM 3 62 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Contoh Fakta-Fakta Keterangan Ahli 
Nama  :  AMRI  PRIYONO.  SE  , Tempat tanggal lahir Kab. Semarang 18 Agustus 1962, jenis kelamin, laki-laki ,agama 
Islam,  Pekerjaan  PNS  (Kepala  Seksi  Industri  Agro  Dinas  Perindustrian  dan  Perdagangan  Provinsi  Jawa  Tengah), 
Pendidikan terahkir S 1, Kebangsaan Indonesia, Alamat kantor Jl. Pahlawan No. 4 Semarang 
Menerangkan : a. Bahwa Ahli sekarang ini dalam keadaan sehat jasmani rohkani , bersedia dimintai keterangan dan 
sanggup 
memberikan keterangan dengan sebenarnya. b. Bahwa riwayat pendidikan dan pekerjaan Ahli 
Pendidikan yang sudah pernah diikuti adalah : 
• SD Baran Ambarawa lulus tahun 1974. 
• SMP Pangudi Luhur Ambarawa lulus tahun1977 
• SMAN1 Salatiga lulus tahun 1981 
• Sarjana Ekonomi dari Universitas STIE Anindya Guna Semarang tahun 2005 . Riwayat Pekerjaan : 
• Masuk Pegawai Negeri tahun 1988 di Kanwil Departemen Perdagangan Provinsi Riau 
• Tahun 1994 PNS di Kanwil Departemen Perdagangan Provinsi Jawa Tengah.- 
• Tahun 2012 menjabat sebagai Kepala Seksi Industri Agro Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa 
Tengah. Sampai sekarang ini c. Bahwa Ahli bekerja di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa 
Tengah. Tahun 2012 sampai sekarang ini hli menjabat sebagai Kepala Seksi Industri Agro di Dinas Perindustrian dan 
Perdagangan Provinsi Jawa Tengah d. Tugas dan tanggung jawab yang Ahli melaksanakan pembinaan, 
pengembangan sarana industri, bimbingan teknik 
usaha dan peningkatan mutu hasil produksi penerapan standart pengawasan mutu produk e. Ruang lingkup 
yang menjadi kewenangan yaitu berkaitan dengan pembinaan teknis dan kegiatan yang bertalian 
dengan kegiatan industri di Provinsi Jawa Tengah f. Sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.5 tahun 1984 
tentang Perindustrian yang dimaksud dengan Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, 
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk 
penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri dilindungi oleh 
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Jenis Industri adalah bagian suatu cabang industri 
yang mempunyai ciri khusus yang sama dan atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi. Bidang Usaha 
Industri adalah lapangan kegiatan yang bersangkutan dengan cabang industri atau jenis industri. Bahan Baku 
Industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam 
industri.Barang Jadi adalah barang hasil industri yang sudah siap pakai untuk konsumsi akhir ataupun siap pakai 
sebagai alat produksi g. Dapat Ahli jelaskan setiap pendirian perusahaan industri wajib memperoleh ijin usaha 
industri, sedangkan kalau ada perluasan, ijinnya ijin perluasan. Setiap perusahaan industri wajib melaporkan 
kegiatan usahanya secara berkala, semesteran ataupun tahunan. h. Bahwa setiap perorangan maupun badan 
hukum melakukan usaha indutri wajib mengajukan dan melengkapi persayaratan untuk persyaratan Tanda daftar 
Industri (TDI) aset < 200 juta :dan diatas 200 Juta harus Ijin Usha Industri (IUI) dengan kelengkapan administrasi : 1) 
FC KTP Penanggung jawab /Pimpinan Perusahaan. 2) FC. Ijin Gangguan / HO (bila perlu). 3) Dokumen UKL dan 
UPL/ SPPL (bila perlu). Berlaku sepanjang perusahaan masih aktif. i. Bahwa sesuai pasal 13 ayat (1) 
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984, menjelaskan setiap pendirian industri baru maupun setiap perluasannya wajib 
memperoleh izin usaha industri.Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian No.41/M-IND/PER/6/2008 tentang 
Ketentuan dan tata cara pemberian izin usaha industri, izin perluasan dan tanda daftar industri : - Industri Kecil 
dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) tidak termasuk tanah 
dan bangunan tempat usaha, tidak wajib memiliki Tanda Daftar Industri, kecuali perusahaan yang bersangkutan 
menghendaki Tanda Daftar Industri. - Industri Kecil dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya diatas 
Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan 
bangunan tempat usaha, wajib memiliki Tanda Daftar Industri. - Jenis industri dengan nilai investasi perusahaan 
seluruhnya diatas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak 
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memiliki Izin Usaha Industri. Perijinan yang harus dipenuhi 
antara lain : - HO - IMB. - TDI (Tanda Daftar Industri) ataupun IUI (Izin Usaha Industri j. menjadi barang dengan nilai 
yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan 
perekayasaan industri. 

Sumber : Dit reskrimsus Polda Jateng, 2014. 


FT. RESKRIM 3 63 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Contoh Fakta-Fakta Keterangan Tersangka 
VI. KETERANGAN TERSANGKA 
Nama  :  H  THALIB  BIN  SAED  BIN  THALIB,  Tempat  tanggal  lahir  Semarang  27  September  1956,  jenis  kelamin 
Laki-laki  ,agama  Islam  ,Pekerjaan  Wiraswasta  (pemilik  perusahaan  CV.  EBIN  THALIB  MANDIRI  Mijen), Pendidikan 
terahkir  SMP  lulus,  Kebangsaan  Indonesia,  Alamat  tempat  tinggal Genuk Rt.001 RW.002 Kel.Timbangan Kec. Mijen 
Kota Semarang. No. HP.081390900629. 
Menerangkan : 
a. Pada saat dilakukan pemeriksaan, Tersangka dalam keadaan sehat jasmani rohkani , bersedia dimintai 
keterangan 
dan sanggup memberikan keterangan dengan sebenarnya. b. Tersangka mengertibahwa diperiksa dan dimintai 
keterangannya sebagai Tersangka dalam dugaan perkara tindak pidana Industri tanpa ijin dan atau memproduksi 
atau memperdagangkan barang/jasa tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan 
ketentuan perundang-undangan atau tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label , tidak mencantumkan 
informasi dan atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa indonesia sesuai dengan ketentuan perundang- 
undangan yang berlaku dan atau pelaku usaha pangan yang dengan sengaja tidak memiliki izin edar terhadap setiap 
pangan olahan yang dibuat didalam negeri. c. Riwayat hidup singkat Tersangka : 
➢ Tersangka lahir di Semarang tanggal 27 September 1956 Ayah bernama SAED (Alm) dan Ibu bernama AYSAH 
(Alm) Tersangka anak nomor 2 (dua) dari 8 (delapan) bersaudara. ➢ Pada tahun 1969 Tersangka lulus dari SD 
Nahdatul Ulama Ponorogo, SMP Pondok Ngabar Ponorogo tahun 
1972, dan langsung diajak saudara tinggal di Arab Saudi sampai tahun 1997 bekerja membantu saudara. ➢ 
Sekitar awal tahun 1983 Tersangka menikah dengan perempuan bernama NURDIANA berasal dari Kalimantan dan 
dari pernikahan tersebut Tersangka dikaruniahi 1 (satu) orang anak yaitu :bernama SAID BIN THALIB, 26 tahun , 
sudah meninggal pada tahun 2011. ➢ Bahwa pada tahun 1997 Tersangka bercerai dengan istri Tersangka yang 
bernama NURDIANA, selanjutnya pada tahun 1997 tersebut Tersangka menikah lagi dengan perempuan bernama 
SUPARTI NURLAELA dan Tersangka belum dikaruniahi anak untuk perkawinan yang kedua tersebut, kemudian 
Tersangka membuka usaha produksi Air Minum Dalam Kemasan dengan menggunakan nama perusahaan CV. 
EBIN THALIB MANDIRI yang berlokasi di Genuk Rt.001 RW.002 Kel. Tambangan Kec. Mijen Kota Semarang. d. 
Dalam pemeriksaan Tersangka didampingi oleh penasehat hukum / Advokat EDY RIYANTO S.H & MANSYUR DONI 
KARA S.H dari Kantor Pengacara dan Konsultan Hukum EDY RIYANTO S.H & REKAN ALAMAT Kantor Semarang 
Indah Blok D 19/3 Telp/Fax (024) 76633072 Semarang. e. Tersangka mengaku belum saudara pernah dihukum atau 
tersangkut urusan pidana dengan pihak Kepolisian. f. Tersangka mengaku memiliki perusahaan bernama CV. EBIN 
THALIB MANDIRI, sudah berbadan hukum yang 
bergerak dalam bidang produksi Air Minum Dalam Kemasan. g. Alamat perusahaan CV. EBIN THALIB MANDIRI 
di Dusun Sebumi RT.01 RW.01 Kel. Polaman Kec. Mijen Kota Semarang dan untuk produksi tersebut CV. EBIN 
THALIB MANDIRI tidak memiliki Ijin Usha Industri , tetapi perijinan yang dimiliki adalah: 1) Tanda Daftar Perusahaan 
EBIN THALIB MANDIRI, CV nomor TDP 11.01.3.52.16791 berlaku sampai dengan tanggal 10 Juni 2011, dikeluarkan 
tanggal 16 Juni 2011 oleh Kepala Badan Pelayaan Perijinan Terpadu Kota Semarang. 2) Tanda Bukti Pendaftaran 
No. Pendaftaran 11062013310821 pemohon EBIN THALIB MANDIRI yang 
dikeluarkan tanggal 11 Juni 2013 oleh Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang h. Jumlah 
karyawan CV. EBIN THALIB MANDIRI ada 9 (Sembilan) orang dan sebagai pemilik dan penaggung jawab 
yaitu Tersangka sendiri (H. THALIB). i. CV. EBIN THALIB MANDIRI memproduksi Air Minum Dalam Kemasan 
ZAMZAM WATER untuk ukuran 1 (satu) Liter, 5 (lima) Liter dan 10 (sepuluh) Liter dan tidak menggunakan merek 
dagang tetapi menggunakan tulisan sebagai berikut : 1) Tulisan SW dipakai untuk Air Minum Dalam Kemasan 
ZAMZAM WATER untuk ukuran 5 (lima) Liter dan 10 
(sepuluh) Liter. 2) Tulisan SAFEWRAP untuk Air Minum DalamKemasan ZAMZAM WATER ukuran 1 (satu) Liter 
dan ukuran 5 
(lima) Liter j. Bahwa tersangka menyebutkan tidak ada saksi yang meringankan k. Bahwa tersangka dalam 
pemeriksaan memberi keterangan tidak merasa ditekan, dipengaruhi, dipaksa atau adanya 
kekerasan. 

Sumber : Dit reskrimsus Polda Jateng, 2014. 


FT. RESKRIM 3 64 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
3) Fakta tentang temuan barang bukti dari proses penyidikan. Barang 
bukti dalam sangkaan adalah segala jenis barang bukti yang 
diperoleh oleh penyidik dari proses penyidikan terkait suatu perkara 
pidana yang terjadi. Pembuatan fakta tentang barang bukti 
sebaiknya didasarkan sebagaimana dicontohkan dalam kolom di 
bawah ini. 
Contoh kolom fakta barang bukti dalam Surat Sangkaan 
Jenis 
No 
Barang 
Bukti 
FT. RESKRIM 3 65 AKADEMI KEPOLISIAN Nomor 
Penyitaan 
Disita Dari 
Penyidik Menyita 
Yang 
Dengan Keterkaitan 
Pidana 
Perkara 


Dst 
Melalui tabel di atas, segala kegiatan penyitaan yang dilakukan penyidik 
dapat dipertanggung jawabkan dan memudahkan penyidik untuk 
menguraikan fakta tentang penyitaan yang dilakukan. 
d. Pembahasan. Pembahasan dalam suatu resume merupakan kajian atau 
penelahaan suatu perkara pidana yang dipersangkakan terhadap 
tersangka yang berisi tentang uraian identitas tersangka, perbuatan 
pidana yang dilakukan, serta waktu dan tempat perbuatan pidana tersebut 
dilakukan. Dengan demikian, pembahasan meliputi 3 hal, yaitu : 
1) Uraian tentang Identitas tersangka. 
2) Uraian tentang perbuatan pidana, terdiri dari : 
a) actus reus adalah merupakan elemen luar (external element) 
untuk menguraikan unsur tindak pidana yang dilakukan 
(perbuatan yang melawan hukum). 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
b) mens rea adalah unsur mental (mental element) untuk 
menguraikan motif atau sikap batin dari perbuatan pidana yang 
dilakukan. Misalnya : pasal 44, 48 s/d 55 KUHP, perbuatan 
disengaja, dan kelalaian/alpa. 
3) Uraian tentang waktu dan tempat perbuatan pidana tersebut. 
Pembahasan dalam resume/surat sangkaan terdiri dari 2 bentuk 
analisis, yaitu : 
a) Analisis Kasus. Analisis kasus dalam resume dibuat untuk 
menguraikan perkara pidana yang dipersangkakan tanpa 
menguraikan unsur-unsur pasal pidana yang dipersangkakan. 
Analisis kasus ini berisi kajian atau penelahaan tentang uraian 
perbuatan tersangka dengan kata-kata yang mudah di 
mengerti. Analisis kasus ini sebaiknya berisi sebagai berikut : 
(1) Uraian rinci dan lengkap tentang awal perkara pidana 
terjadi dikaitkan dengan fakta yang diperoleh. 
(2) Uraian rinci dan lengkap tentang identitas 
tersangkadikaitkan dengan fakta yang diperoleh. 
(3) Uraian rinci dan lengkap tentang perbuatan pidana (actus 
reus dan mens rea) dikaitkan dengan fakta yang 
diperoleh. 
(4) Uraian rinci dan lengkap tentang fakta waktu dan tempat 
terjadi perkara pidana. 
b) Analisis Yuridis. Analisis yuridis dalam resume dibuat untuk 
menguraikan perkara pidana yang dipersangkakan dikaitkan 
dengan unsur-unsur pasal pidana yang dipersangkakan. 
Analisis yuridis dalam resume merupakan kajian atau 
penelahaan pasal pidana yang disangkakan dalam suatu 
perkara pidana dikaitkan dengan alat bukti yang diperoleh dari 
hasil penyidikan. Dengan kata lain analisis yuridis merupakan 
uraian dari aturan-aturan atau pasal-pasal yang dilanggar 
tersangka dikaitkan dengan alat bukti yang diperoleh. 
FT. RESKRIM 3 66 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Catatan : Dalam praktek pembuatan resume yang dilakukan selama ini 
oleh penyidik Polri, pembahasan berisi analisis kasus (pertama) dan 
analisis yuridis (kedua). Akan tetapi, secara logikanya pembahasan kasus 
diperoleh ketika pembahasan yuridis telah ditelaah oleh penyidik. Oleh 
karena itu, pembuatan resume sebaiknya, analisis yuridis dibuat terlebih 
dahulu, kemudian setelah itu baru dibuatkan analisi kasus. 
e. Kesimpulan. Kesimpulan adalah suatu pernyataan yang diambil dalam 
suatu perkara pidana dari hasil penyidikan dikaitkan dengan hukum 
pidana yang berlaku. Kesimpulan dalam resume ini merupakan 
kesimpulan persangkaan tindak pidana dari hasil penyidikan dalam suatu 
perkara pidana yang dilaporkan. Kesimpulan persangkaan berisi 2 hal 
pokok, yaitu : 
1) Pasal pidana yang dipersangkakan 
2) Identitas jelas dari tersangka 
Kesimpulan persangkaan yang diperoleh dari dugaan tindak pidana yang 
dilaporkan pada saat laporan polisi dibuat dapat berimplikasi sebagai 
berikut : 
1) Tersangka yang disidik adalah sama dengan yang dilaporkan pada 
laporan polisi (dugaan pasal dan jumlah tersangka). 
2) Tersangka yang disidik tidak memenuhi dugaan unsur pidana yang 
disangkakan. 
3) Tersangka yang disidik dikenakan pasal yang berbeda atau 
bertambah dari dugaan awal dilaporkan. 
4) Tersangka yang disidik tidak hanya seorang diri sebagai pelaku 
pidana sebagaimana yang diduga pada awalnya. 
FT. RESKRIM 3 67 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Jabaran dari pasal pidana yang dipersangkakan dan identitas jelas dari 
tersangka dalam membuat kesimpulan yang perlu diperhatikan, yaitu : 
1) Identitas tersangka yang melakukan tindak pidana. 
2) Mengapa atau motif pelaku melakukan tindak pidana tersebut. 
3) Apa modus yang digunakan dalam melakukan tindak pidana 
tersebut. 
4) Apa saja alat-alat (barang bukti) yang digunakan dalam melakukan 
perkara pidana tersebut. 
5) Apa kerugian yang ditimbulkan dari tindakan dari perkara pidana. 
6) Apa pasal yang dipersangkan dalam perkara pidana tersebut. 
Catatan tambahan dalam membuat kesimpulan persangkaan, adalah : 
1) Isi dalam kesimpulan harus didasarkan pada pembahasan (analisis 
dari pasal-pasal yang digunakan dalam persangkaan dan juga 
interpretasi dari perkara yang terjadi dimana bentukannya dapat 
berupa implikasi (kesimpulan berdasar fakta-fakta)) dan dapat juga 
berupa inferensi (kesimpulan berdasar yuridis). 
2) Isi dalam kesimpulan sebaiknya mengandung saran-saran yang 
ditujukan kepada penuntut umum. Contohnya adalah adanya 
tersangka baru, adanya pemberatan, dan adanya hal-hal yang 
meringankan. 
3) Kesimpulan persangkaan sebaiknya dibuat singkat. 
4) Dalam membuat kesimpulan dalam surat sangkaan, hindari 
menyimpulkan materi yang tidak dibahas dalam pembahasan 
perkara. 
FT. RESKRIM 3 68 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Contoh Kesimpulan Dalam Resume yang dibuat 
Krimsus Polda Jateng 
Catatan koreksi : 
KESIMPULAN 1. Kesimpulan tidak secara lengkap memuat identitas dari tersangka 
2. Belum memuat 
Berdasarkan pembahasan terhadap fakta-fakta/bukti dalam analisis kasus dan analisis yuridis tersebut diatas, maka 
penyidik berkesimpulan bahwa terhadap TERSANGKA H.THALIB BIN SAED BIN THALIB TERBUKTI TELAH 
MELAKUKAN TINDAK PIDANA tempat dan kejadian tindak pidana yang terjadi. 3. Belum memuat 
pendapat penyidik baik yang 
pelaku usaha dengan sengaja melakukan industri tanpa ijin dan atau memproduksi atau memperdagangkan barang 
jasa tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan perundangan atau tidak 
sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, tidak mencantumkan informasi dan atau petunjuk penggunaan 
barang dalam bahasa indonesia sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku dan atau pelaku 
usaha pangan yang dengan sengaja tidak memiliki izin edar terhadap setiap pangan olahan yang dibuat didalam 
negeri memberatkan 
sebagaimana dimaksud dalam rumusan pasal 24 ayat (1) jo pasal 13 ayat (1) maupun 
yang 
Undang-undang RI No. 5 tahun 1984 tentang Perindustrian dan/atau pasal 62 ayat 
meringankan 
(1) jo pasal 8 huruf a, f, j Undang – undang RI No. 8 tahun 1999 tentang tersangka 
Perlindungan Konsumen dan/atau pasal 142 Undang – undang RI No. 18 tahun 2012 tentang Pangan. 

Sumber : Dit reskrimsus Polda Jateng, 2014. 


5. Kompetensi Penyidik dalam Pembuatan Resume 
Mencermati dari isi dari perkara maka secara substansial, resume akan 
memberikan cerminan kualitas dari proses penyidikan yang terjadi, apakah 
suatu perkara pidana tersebut dapat dibuktikan (lengkap) atau belum. Resume 
tidak dibuat berdasarkan persepsi dari penyidik, tetapi didasarkan dari fakta- 
fakta yang diperoleh dalam proses penyidikan. Oleh karena itu, kompetensi 
yang sangat diperlukan bagi seorang penyidik dalam membuat resume/surat 
sangkaan adalah : 
a. Memahami tentang asas pembuktian suatu perkara pidana yang terjadi 
(KUHAP). 
b. Memahami unsur-unsur tindak pidana (KUHP). 
c. Memahami asas-asas dan teori hukum pidana. 
d. Memahami hak asasi manusia. 
e. Memahami undang-undang hukum pidana selain KUHP. 
f. Memahami hukum acara pidana selain dari KUHAP. 
FT. RESKRIM 3 69 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 

BAB III 
PENYUSUNAN BERKAS PERKARA 
Kompetensi Dasar 
Memahami dan menerapkan penyusunan berkas perkara 
Indikator hasil belajar: 
1. Menjelaskan Pengertian-pengertian yang Berkaitan dengan Penyusunan 
Berkas Perkara 
2. Menjelaskan Gambaran Umum Berkas Perkara 
3. Menjelaskan Cara Pelaksanaan penyusunan berkas perkara 
4. Mempraktikkan cara pelaksanaan penyusunan berkas perkara 
FT. RESKRIM 3 70 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
1. Pengertian-pengertian yang Berkaitan dengan Penyusunan Berkas 
Perkara 
a. Penyusunan isi berkas perkara adalah kegiatan penempatan urutan 
lembar kelengkapan administrasi penyidikan yang merupakan isi berkas 
perkara yang disusun dalam satu berkas perkara. 
b. Pemberkasan adalah kegiatan memberkas isi berkas perkara dengan 
susunan, syarat penyampulan, pengikatan dan penyegelan yang telah 
ditentukan serta pemberian nomor berkas perkara. 
2. Gambaran Umum Berkas Perkara 
Pengertian berkas perkara dalam literatur hukum tidak didefinisikan 
secara khusus. Akan tetapi, secara umum undang-undang (KUHAP) 
menyatakan bahwa hasil bentuk pertanggunggjawaban dari penyidik dalam 
mengungkap perbuatan orang yang melakukan pidana adalah berkas perkara. 
Sebagaimana pasal 8 ayat (2) KUHAP menyebuntukan “Penyidik menyerahkan 
berkas perkara kepada penuntut umum”, dimana berkas perkara yang 
dimaksud sebagai bentuk pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh penyidik 
(hal ini dijelaskan pada ayat (1) yang berbunyi “Penyidik membuat berita acara 
tentang pelaksanaan tindakan sebagaimana dimaksud dalam PasaI 75 dengan 
tidak mengurangi ketentuan lain dalam undang-undang ini”). 
Berkas perkara merupakan tindakan penyidik dalam menjalankan 
prosedural penyidikan yang berisi administrasi penyidikan untuk diserahkan 
kepada penuntut umum. Sementara itu, administrasi penyidikan merupakan 
penatausahaan dan segala kelengkapan yang disyaratkan undang-undang 
dalam proses penyidikan meliputi pencatatan, pelaporan, pendataan, dan 
pengarsipan atau dokumentasi untuk menjamin ketertiban, kelancaran, dan 
keseragaman administrasi baik untuk kepentingan peradilan, operasional 
maupun pengawasan Penyidikan. 
Berkas perkara dalam penyidikan merupakan syarat yang harus dipenuhi 
penyidik sesuai dengan Pasal 8 angka 2 dan 3 KUHAP. Secara umum berkas 
perkara yang berisi administrasi penyidikan terdiri dari : 
FT. RESKRIM 3 71 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
a. Sampul Berkas Perkara. 
b. Foto Tersangka. 
c. Foto copy KTP Tersangka. 
d. Daftar Isi Berkas. 
e. Laporan Polisi. 
f. Surat Perintah Penyidikan. 
g. SPDP. 
h. Resume. 
i. Keterangan Saksi-Saksi. 
j. Keterangan Tersangka. 
k. Berita Acara Sumpah. 
l. Seluruh Surat-surat dan Berita Acara yang dilakukan penyidik. 
m. Daftar saksi. 
n. Daftar barangbukti. 
o. Daftar tersangka. 
p. Lampiran-lampiran. 
Contoh dari kelengkapan isi berkas perkara dapat dilihat pada tabel di 
bawah ini. 
NO MACAM SURAT BANYAKNYA KETERANGAN 
1 2 3 4 
1. 
2. 
3. 
4. 
5. 
6. 
7. 
8. 
9. 
10. 
FT. RESKRIM 3 72 AKADEMI KEPOLISIAN Sampul Berkas Perkara 
Foto Tersangka 
Foto copy KTP Tersangka 
Daftar Isi Berkas 
Laporan Polisi 
Surat Perintah Penyidikan 
Surat Perintah Tugas 
SPDP 
Resume 
Keterangan Saksi : 
a. FINDISHA YUDA 
LAKSANA BIN 
1 lembar 
1 lembar 
1 lembar 
2 lembar 
2 lembar 
2 lembar 
2 lembar 
2 lembar 
41 lembar 
7 lembar 
KASUBDIT I 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
-- 
BRIGADIR WIDI BUDI,S.H. 
KA SPKT POLDA JATENG 
DIRRESKRIMSUS 
DIRRESKRIMSUS 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
 
11. 
12. 
13. 
14. 
SOEHARFIN, S.H. 
b. GALIH JATI LAKSONO 
BIN TANYONO SUHARDI. 
c. WINOTO BIN ALM. 
MULYONO KUSUMO. 
d. ARBI BAYU CAHYADI BIN 
TAN TIAUW TJONG. 
e. DHIMAS SURYONO ADI 
BIN WISNUGROHO . 
f. AARON EDO SUTANTO 
BIN YULIANI PRANOTO. 
g. DAVID RAHARJO BIN 
MADYANTO RAHARJO. 
h. PRADANA ADITYA, N. 
i. TRI MUKHAMAD, SH. 
Keterangan Ahli : 
a. DIREKTORAT 
PERLINDUNGAN 
KONSUMEN DITJEN 
PERDAGANGAN DALAM 
NEGERI DEPARTEMEN 
PERDAGANGAN RI, 
BERITA ACARA SUMPAH 
AHLISDR. AMAN 
SINAGA,SH 
b. KEPALA SEKSI DATA DAN 
INFORMASI STANDARD 
POS DAN 
TELEKOMUNIKASI, 
BERITA ACARA SUMPAH 
AHLISDR. HERU YUNI 
PRASETYO, S.T. 
Keterangan Tersangka TJAHJO 
MULJADI alias DIDIK bin ALI 
WAKAB. 
Keterangan 
TambahanTersangka TJAHJO 
MULJADI alias DIDIK bin ALI 
WAKAB. 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
8 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
3 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
5 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
5 lembar 
AKP EDI PURNOMO, S.H. 
6 lembar 
AKP EDI PURNOMO, S.H. 
7 lembar 
AKP EDI PURNOMO, S.H. 
6 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
6 lembar 
AKP EDI PURNOMO, S.H. 
8 lembar 
AKP EDI PURNOMO, S.H. 
1 lembar 
AKP EDI PURNOMO, S.H. 
6 lembar 
KOMPOL ISWANTO, S.E. 
1 lembar 
KOMPOL ISWANTO, S.E. 
6 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
FT. RESKRIM 3 73 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
15. 
16. 
17. 
18. 
19. 
20. 
21. 
22. 
23. 
24. 
25. 
26. 
27. 
28. 
29. 
30. 
31. 
32. 
33. 
34. 
35. 
36. 
37. 
38. 
39. 
40. 
41. 
42. 
43. 
44. 
45. 
46. 
47. 
48. 
Surat PenunjukanPenasehat 
Hukum / Pengacara 
Surat Pernyataan 
TersangkaTolak PH 
Berita Acara Penolakan / tidak 
didampingi PH 
Surat Perintah Penggeledahan 
Berita Acara Penggeledahan 
Surat Perintah Penyitaan 
Berita Acara Penyitaan 
Surat Tanda Penerimaan 
Surat Perintah Penggeledahan 
Berita Acara Penggeledahan 
Surat Perintah Penyitaan 
Berita Acara Penyitaan 
Surat Tanda Penerimaan 
Surat Perintah Penggeledahan 
Berita Acara Penggeledahan 
Surat Perintah Penyitaan 
Berita Acara Penyitaan 
Surat Tanda Penerimaan 
Surat Perintah Penggeledahan 
Berita Acara Penggeledahan 
Surat Perintah Penyitaan 
Berita Acara Penyitaan 
Surat Tanda Penerimaan 
Surat Permohonan Ijin 
Penetapan Penggeledahan 
Ijin Penetapan Penggeledahan 
Surat Permohonan ijin 
Penetapan Penyitaan 
Ijin Penetapan Penyitaan 
Surat Perintah Penyisihan 
Barang Bukti 
Berita Acara 
PenyisihanBarangBukti 
Surat Perintah Penangkapan 
Berita Acara Penangkapan 
Surat Perintah Penahanan 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
7 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
1 lembar 
KASUBDIT I 
1 lembar 
Tersangka TJAHJO MULJADI 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
1 lembar 
KASUBDIT I 
1 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
1 lembar 
KASUBDIT I 
1 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
2 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
2 lembar 
KASUBDIT I 
1 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
2 lembar 
KASUBDIT I 
1 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
2 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
1 lembar 
KASUBDIT I 
1 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
2 lembar 
KASUBDIT I 
1 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
2 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
1 lembar 
KASUBDIT I 
1 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
2 lembar 
KASUBDIT I 
1 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
2 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
2 lembar 
DIRRESKRIMSUS 
2 lembar 
KETUA PN SURAKARTA 
2 lembar 
DIRRESKRIMSUS 
1 lembar 
KETUA PN SURAKARTA 
2 lembar 
KASUBDIT I 
2 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
2 lembar 
KASUBDIT I 
1 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
2 lembar 
DIR RESKRIMSUS 
KOMPOL N. GARJITA, S.H 
1 lembar 
DIRRESKRIMSUS 
2 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
1 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
FT. RESKRIM 3 74 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
49. 
Berita Acara Penahanan 
1 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
50. 
Surat Permintaan Perpanjangan 
1 lembar 
Penahanan 
KAJATI JATENG CQ. ASPIDUM 
51. 
Surat Perpanjangan Penahanan 
1 lembar 
Berita Acara Perpanjangan 
Penahanan 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
52. 
Surat permohonan keterangan 
1 lembar 
ahli keKemendag RI. 
DIRRESKRIMSUS 
53. 
Surat permohonan keterangan 
1 lembar 
ahli keKemenkominfo RI 
DIRRESKRIMSUS 
54. 
Surat permohonan keterangan 
1 lembar 
saksi keperwakilan Samsung 
Elektronik Indonesia 
KASUBDIT I 
55. 
Surat permohonan keterangan 
2 lembar 
saksi ke PT. TAM. 
KASUBDIT I 
56. 
Daftarsaksi 
3 lembar 
BRIG WIDI BUDIARKO, S.H. 
57. 
Daftarbarangbukti 
1 lembar 
AIPTU IDB. SANTOSA, S.H. 
58 
Daftartersangka 
1 lembar 
KOMPOL N. GARJITA, S.H. 
59 
Lampiran-lampiran 
10 lembar 

Sumber : Dit. Krimsus Polda Jawa Tengah. 


Berdasarkan tabel di atas, daftar isi dari berkas perkara memuat seluruh 
administrasi penyidikan dari seluruh tindakan penyidik. Daftar isi ini 
mencerminkan setidaknya adalah : 
a. Apa yang penyidik lakukan dari perkara pidana yang terjadi. Misalnya 
melakukan penangkapan, pemanggilan, pemeriksaan, penyitaan, 
penahanan, dll. 
b. Siapa penyidik yang melakukan tindakan penyidikan. Dalam hal ini 
penyidik-penyidik di kesatuan yang ditunjuk untuk melakukan penyidikan. 
c. Siapa pihak-pihak lain yang berkaitan dari suatu perkara pidana yang 
terjadi. 
d. Legalitas dari penanganan perkara pidana yang dilakukan oleh penyidik. 
Contohnya : ada surat perintah, upaya paksa yang dilakukan diperoleh 
dari keabsahan PN, proses pemanggilan saksi (kesadaran atau melalui 
surat panggilan), dll. 
FT. RESKRIM 3 75 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
e. Kelengkapan dari proses penyidikan. 
f. Sistem peradilan tindak pidana terbentuk. 
g. Proses penyidikan dilakukan secara objektif. 
3. Cara Pelaksanaan Penyusunan Isi Berkas Perkara 
a. Persiapan 
1) Melakukan pengecekan terhadap semua lembaran kelengkapan 
administrasi penyidikan yang merupakan isi berkas perkara, 
meliputi: 
a) Tanggal pembuatan setiap berita acara 
b) Penandatanganan setiap surat dan berita acara 
c) Paraf setiap lembar pada berita acara pemeriksaan tersangka, 
saksi/ahli. 
d) Paraf tersangka, saksi/ahli bila terdapat pembetulan isi berita 
acara 
e) Tanggal, nomor dan cap dinas setiap surat dan Surat Perintah 
yang dijadikan isi berkas perkara. 
2) Meneliti apakah semua lembar kelengkapan administrasi penyidikan 
yang merupakan isi berkas perkara sudah lengkap dan benar. 
3) Melakukan penelitian terhadap alat-alat yang diperlukan untuk 
pemberkasan telah tersedia, tediri dari : 
a) Tali/benang. 
b) Jarum. 
c) Lak. 
d) Cap (stempel) Kesatuan Polri setempat yang terbuat dari 
logam/kuningan dengan ukuran tertentu (contoh terlampir). 
e) Lilin. 
f) Korek api. 
g) Perfurator (alat yang melobang kertas). 
h) Kertas sampul (cover). 
4) Melakukan penelitian terhadap barang bukti yang disebut dalam 
berita acara penyitaan telah sesuai dengan yang disimpan di 
FT. RESKRIM 3 76 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Rumah/Tempat Penyimpanan Barang Bukti guna pembuatan daftar 
barang bukti. 
b. Pelaksanaan penyusunan isi berkas perkara 
Penyusunan Isi berkas perkara (pasal 10 Perkap nomor 14 tahun 2012 
tentang MPTP). 
1) Setiap lembaran kelengkapan administrasi penyidikan yang 
merupakan isi berkas perkara disusun sesuai dengan urutan sebagai 
berikut : 
a) sampul berkas perkara. 
b) isi berkas perkara, meliputi. 
(1) Daftar isi. 
(2) Resume. 
(3) Laporan polisi. 
(4) Surat perintah tugas. 
(5) Surat perintah Penyidikan. 
(6) SPDP. 
(7) Berita acara pemeriksaan TKP. 
(8) Surat panggilan saksi/ahli. 
(9) Surat perintah membawa saksi. 
(10) Berita acara membawa dan menghadapkan saksi. 
(11) Berita acara penyumpahan saksi/ahli. 
(12) Berita acara pemeriksaan saksi/ahli. 
(13) Surat panggilan tersangka. 
(14) Surat perintah penangkapan. 
(15) Berita acara penangkapan. 
(16) Berita acara pemeriksaan angka. 
(17) Berita acara konfrontasi. 
(18) Berita acara rekonstruksi. 
(19) Surat permintaan bantuan penangkapan. 
(20) Berita acara penyerahan tersangka. 
(21) Surat perintah pelepasan tersangka. 
FT. RESKRIM 3 77 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
(22) Berita acara pelepasan tersangka. 
(23) Surat perintah penahanan. 
(24) Berita acara penahanan. 
(25) Surat permintaan perpanjangan penahanan kepada jaksa 
penuntut umum (JPU) dan hakim. 
(26) Surat penetapan perpanjangan penahanan. 
(27) Berita acara perpanjangan penahanan. 
(28) Surat pemberitahuan perpanjangan penahanan kepada 
keluarga tersangka. 
(29) Surat perintah pengeluaran tahanan. 
(30) Berita acara pengeluaran tahanan. 
(31) Surat perintah pembantaran penahanan. 
(32) Berita acara pembantaran penahanan. 
(33) Surat perintah pencabutan pembantaran penahanan. 
(34) Berita acara pencabutan pembantaran penahanan. 
(35) Surat perintah penahanan lanjutan. 
(36) Berita acara penahanan lanjutan. 
(37) Surat permintaan izin/izin khusus penggeledahan kepada 
ketua pengadilan. 
(38) Surat perintah penggeledahan. 
(39) Surat permintaan persetujuan penggeledahan kepada 
ketua pengadilan. 
(40) Berita acara penggeledahan rumah tinggal/tempat tertutup 
lainnya. 
(41) Surat permintaan izin/izin khusus penyitaan kepada ketua 
pengadilan. 
(42) Surat permintaan persetujuan penyitaan kepada ketua 
pengadilan. 
(43) Surat perintah penyitaan. 
(44) Berita acara penyitaan. 
(45) Surat permintaan persetujuan Presiden, Mendagri, Jaksa 
Agung, Gubernur, Majelis Pengawas Daerah (Notaris) 
FT. RESKRIM 3 78 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
untuk melakukan pemanggilan/pemeriksaan terhadap 
pejabat tertentu. 
(46) Surat perintah pembungkusan, penyegelan dan pelabelan 
barang bukti. 
(47) Berita acara pembungkusan, penyegelan dan pelabelan 
barang bukti. 
(48) Surat perintah pengembalian barang bukti. 
(49) Berita acara pengembalian barang bukti. 
(50) Surat permintaan bantuan pemeriksaan laboratorium 
forensik (labfor). 
(51) Surat hasil pemeriksaan labfor. 
(52) Surat permintaan bantuan pemeriksaan identifikasi. 
(53) Surat hasil pemeriksaan identifikasi. 
(54) Surat pengiriman berkas perkara. 
(55) Tanda terima berkas perkara. 
(56) Surat pengiriman tersangka dan barang bukti. 
(57) Berita acara serah terima tersangka dan barang bukti. 
(58) Surat bantuan penyelidikan. 
(59) Daftar saksi. 
(60) Daftar tersangka. 
(61) Daftar barang bukti. 
(62) Surat permintaan blokir rekening bank. 
(63) Berita acara blokir rekening bank. 
(64) Surat permintaan pembukaan blokir rekening bank. 
(65) Berita acara pembukaan blokir rekening bank. 
(66) Surat permintaan penangkapan tersangka yang masuk 
Daftar Pencarian Orang (DPO) . 
(67) Surat pencabutan permintaan penangkapan tersangka 
yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO). 
(68) Surat permintaan pencarian barang sesuai Daftar 
Pencarian Barang (DPB). 
FT. RESKRIM 3 79 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
(69) Surat pencabutan permintaan pencarian barang sesuai 
Daftar Pencarian Barang (DPB). 
(70) Surat permintaan cegah dan tangkal (cekal). 
(71) Surat pencabutan cekal. 
(72) Surat penitipan barang bukti. 
(73) Surat perintah penyisihan barang bukti. 
(74) Berita acara penyisihan barang bukti. 
(75) Surat perintah pelelangan barang bukti. 
(76) Berita acara pelelangan barang bukti. 
(77) Surat perintah pemusnahan barang bukti. 
(78) Berita acara pemusnahan barang bukti. 
(79) Surat perintah penitipan barang bukti. Dan 
(80) Berita acara penitipan barang bukti. 
2) Dalam hal suatu perkara tidak terdapat kelengkapan administrasi 
penyidikan yang merupakan isi berkas perkara secara lengkap maka 
isi berkas perkara disusun sedemikian rupa sesuai lembaran- 
lembaran yang ada (sesuai dengan pelaksanaan penanganan 
perkara yang terjadi). Beberapa kelengkapan administrasi penyidikan 
antara satu kasus dengan kasus lain memungkinkan ada perbedaan, 
karena beberapa hal, yaitu : 
a) upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik antara satu kasus 
dengan kasus lain berbeda. Contoh, satu kasus dilakukan 
penggeledahan rumah, sementara kasus lain tidak dilakukan. 
b) Pengumpulan alat bukti yang dilakukan oleh penyidik antara 
satu kasus dengan kasus lain berbeda. Contoh, satu kasus 
dilakukan pemeriksaan dari saksi ahli, sementara kasus lain 
tidak dilakukan. 
c) Tindakan terhadap hak-hak tersangka yang berbeda. Contoh, 
satu kasus dilakukan pembantaran penahanan, permohonan 
pemeriksaan kepada presiden, dll, sementara kasus lain tidak 
dilakukan. 
FT. RESKRIM 3 80 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
d) Proses identifikasi barang bukti yang berbeda. Contoh, satu 
kasus dilakukan uji laboratorium, sementara kasus lain tidak 
dilakukan. 
c. Pemberkasan 
Setelah semua lembaran kelengkapan administrasi penyidikan yang 
merupakan isi berkas perkara tersusun, maka dilakukan pemberkasan 
sebagai berikut : 
1) Setiap lembaran kertas berkas perkara disusun rapi dan pada bagian 
kirinya (pada marge) dilubangi dengan perforator (alat pembuat 
lubang pada kertas) pada tiga tempat yaitu ditengah, atas dan 
bawah. 
2) Dengan jarum dan tali / benang tanpa sambungan, kertas jilid 
sedemikian rupa sehingga benang tidak akan mudah putus/lepas 
dan simpul dibuat pada/diatas lubang tengah. 
3) Kedua ujung dihimpun satu dan dipotong sepanjang 10 cm dari 
simpul, kemudian ditaris kebawah kanan. 
4) Sepanjang 5 cm dari kedua ujung benang/tali dilak, dan sebelum lak 
tersebut kering ditekan dengan cap Kesatuan Polri setempat yang 
terbuat dari logam kuningan. 
5) Tidak dibenarkan membubuhkan lak diatas simpul 
6) Lak dan cap jangan sampai menghalang-halangi/menutupi tulisan- 
tulisan yang terdapat pada sampul 
7) Penomoran pada sampul berkas perkara diambil dari nomor urut 
Bukti Register berkas perkara dan cara penomorannya sebagai 
berikut : 
a) Kode/singkatan berkas perkara (BP) 
b) Nomor urut 
c) Angka bulan (angka romawi) 
d) Angka tahun 
e) Nama Kesatuan Polri yang bersangkutan 
FT. RESKRIM 3 81 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
8) Sampul berkas perkara ditandatangani oleh Penyidik/Penyidik 
Pembantu dan diketahui oleh Kepala Kesatuan atau Pejabat yang 
ditunjuk. 
9) Jumlah Berkas Perkara 
Mengingat sifat dan kepentingannya, maka berkas perkara dibuat 
dalam rangkap 4 (empat) dengan perincian : 
a) 2 (dua) berkas untuk Penuntut Umum 
b) 1 (Satu) berkas untuk arsip kesatuan yang bersangkutan 
c) 1 (satu) berkas untuk arsip kesatuan atasan 
FT. RESKRIM 3 82 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 

BAB IV 
PENYELESAIAN BERKAS PERKARA 
Kompetensi Dasar 
Memahami dan menerapkan penyelesaian berkas perkara 
Indikator hasil belajar: 
1. Menjelaskan persiapan penyelesaian berkas perkara. 
2. Menjelaskan pelaksanaan penyerahan berkas perkara. 
3. Menjelaskan penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barangbukti. 
4. Mempraktikkan penyelesaian berkas perkara. 
FT. RESKRIM 3 83 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
1. Persiapan Penyelesaian Berkas Perkara 
a. Melakukan pengecekan/penelitian terhadap : 
1) Berkas Perkara 
Meneliti apakah berkas sudah lengkap dan memenuhi persyaratan 
formal maupun materialnya. 
2) Tersangka 
Meneliti kembali dan mempersiapkan tersangka yang akan 
Diserahkan tanggung jawabnya kepada penuntut umum, meliputi 
pengecekan kondisi kesehatannya, keberadaannya dan lainlain. 
3) Barang bukti 
Meneliti kembali dan mempersiapkan barang bukti yang akan 
Diserahkan tanggung jawabnya kepada penuntut umum. 
b. Berkas Perkara 
1) Surat pengantar ditujukan kepada: 
a) Kepala Kejaksaan Negeri, untuk Perkara acara pemeriksaan 
biasa. 
b) Ketua Pengadilan negeri/Tinggi, untuk Perkara acara 
pemeriksaan cepat 
c) Kepala Kejaksaan Negeri/Tinggi, untuk Perkara yang ditangani 
Oleh Penyidik Pegawai Negeri sipil. 
2) Surat Pengantar memuat: 
a) Nomor dan tanggal berkas perkara. 
b) Jumlah berkas yang dikirim (rangkap dua). 
c) Nama, umur, pekerjaan dan alamat tersangka. 
d) Status tersangka (ditahan atau tidak). 
e) Jumlah dan jenis barang bukti. 
f) Tindak pidana dan pasal yang dipersangkakan. 
g) Hal-hal lain yang dianggap perlu. 
3) Surat Pengantar Penyerahan berkasPerkara ditanda tangani oleh 
Atasan penyidik selaku penyidik. 
4) Tembusan surat Pengantar disampaikankepada Kesatuan atasan 
Dan KetuaPengadilan Negeri. (tanpa lampiran). 
FT. RESKRIM 3 84 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
c. Menyiapkan transportasi dan pengamanan. 
Mempersiapkan petugas dan alat angkutan yang diperlukan 
untuk menyerahkan berkas perkara dan atau penyerahan 
tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti. 
2. Pelaksanaan Penyerahan Berkas Perkara. 
a. Atasan penyidik selaku penyidik, segera menyerahkan berkas perkara 
tersebut dalam rangkap dua kepada penuntut umum. 
b. Berkas Perkara yang akan dikirim dibungkus rapi dengan kertas sampul 
dan ditulis nomor dantanggal berkas perkara. 
c. Pengiriman berkas perkara dicatat dalam buku ekspedisi pengiriman 
berkas perkara yang telahdisiapkan oleh penyidik/penyidik pembantu,dan 
setelah berkas perkara diterima dimintakan tanda tangan dan stempel/cap 
dinas kepada petugas kejaksaan yang diserahi tugas menerima berkas 
perkara. Hal ini penting dalam memperhitungkan jangka waktu 14 hari 
sejak tanggal penerimaan yang dipergunakan bagipenuntut umum untuk 
meneliti dan mengembalikan berkas perkara. 
d. Apabila sebelum batas waktu 14 hari berakhir berkas perkara 
dikembalikan dan disertai petunjuk Jaksa Penuntut Umum (P.19) maka 
Kepala Kesatuan atau pejabat yang ditunjuk selaku penyidik atau penyidik 
pembantu segera melakukan penyidikan tambahan,guna melengkapi 
berkas perkara sesuai petunjuk tertulis yang diberikan oleh Penuntut 
Umum dalam waktu maksimal 14 hari,dan segera mengirimkan kembali 
berkas perkaranya kepadaKepala Kejaksaan. 
e. Dalam hal acara pemeriksaan singkat apabilaKepala Kesatuan atau 
pejabat yang ditunjuk menerima pemberitahuan dari Kepala Kejaksaan 
atas permintaan Hakim perlu adanya pemeriksaan tambahan,maka Ia 
atau pejabat yang ditunjuk selaku penyidik atau penyidik pembantu segera 
melakukannya dan dalamwaktu 14 hari harus sudah diserahkan kembali 
kepada Kepala Kejaksaan yang bersangkutan. 
f. Penyerahan berkas perkara dalam hal acara pemeriksaan cepat yaitu 
pemeriksaan dalam perkara tindak pidana ringan dan perkara 
FT. RESKRIM 3 85 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
pelanggaran lalu lintas jalan,ditunjuk langsung ke pengadilan atas kuasa 
Penuntut Umum. 
1) Perkara tindak pidana ringan 
a) Penyidik/Penyidik Pembantu dalam waktu tiga hari sejak berita 
Acara pemeriksaan selesai dibuatnya, menghadapkan 
terdakwa beserta barang bukti, ahli dan atau juru bahasa ke 
Sidang Pengadilan. 
b) Penyidik/Penyidik Pembantu segera memberitahukan secara 
Tertulis kepada terdakwa tentang hari, tanggal,jam dan tempat 
harus menghadap sidang pengadilan. 
c) Penyidik/Penyidik Pembantu yang ditunjuk menyerahkan 
berkas perkara atau catatan ke pengadilan atas Kuasa 
Penuntut Umum. Walaupun Penuntut Umum hadirdalam 
pemeriksaan didepan sidang pengadilan, maka kehadirannya 
tidak mengurangi nilai atas kuasa Penuntut Umum tersebut. 
2) Perkara pelanggaran lalu- lintas jalan 
a) Dalam perkara pelanggaran lalu lintas jalan, Penyidik/Penyidik 
Pembantu yang ditunjuk tidak perlu membuat Berita Acara 
Pemeriksaan, 
b) Penyidik/Penyidik Pembantu membuat catatan tentang 
pemberitahuan kepada terdakwa mengenai hari, tanggal, jam 
dan tempat dimana Ia menghadap sidang pengadilan dan 
langsung dikirim ke Pengadilan. 
3. Penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barangbukti. 
a. Apabila berkas perkara yang dikirim kepada Kepala Kejaksaan dalam 
waktu 14(empat belas)hari sejak tanggal penerimaan tidak dikembalikan 
atau sebelum batas waktu tersebut berakhir telahada pemberitahuan 
bahwa hasil penyidikan telahlengkap (P21), maka pada Hari berikutnya 
Kepala Kesatuan atau Pejabat yang ditunjuk selaku penyidik segera 
menyerahkan tanggungjawab atas tersangka dan barang bukti kepada 
FT. RESKRIM 3 86 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
Kepala Kejaksaan dan memberikan tembusannya kepada Kepala 
Kesatuan Atas dan Ketua Pengadilan Negeri. 
b. Dibuatkan Surat Pengantar dari Kepala Kesatuan untuk pengiriman 
tersangka dan barang bukti dan dicatat dalam ekspedisi yang harus 
ditandatangani oleh Pejabat Kejaksaan yang diberi tugas menerima 
penyerahan tersangka serta barang bukti dengan mencantumkan nama 
terang, tanggal serta stempel dinas,serta dibuat Berita Acara Serah 
Terima tersangka dan barangbukti yang ditandatangani oleh penyidik dan 
pejabat Kejaksaan yang diberi tugas menerima penyerahan tersangka dan 
barang bukti. 
c. Surat Pengantar dan Berita Acara serah terima tersangka dan barang 
bukti harus mencantumkan: 
1) rujukan yang berkaitan dengan pengiriman berkas perkara. 
2) nama dan identitas tersangka secaralengkap. 
3) keterangan tersangka ditahan atau tidak dengan mencantumkan 
tanggal dan waktu penahanannya. 
4) jenis,jumlah/berat barang bukti. 
5) permintaan Petikan Putusan (vonis) Hakim Pengadilan bila 
tersangka telah divonis. 
d. Berita Acara Serah Terima tersangka dan Barang Bukti ditandatangani 
oleh Penyidik/Penyidik Pembantu yang menyerahkan dan petugas 
Kejaksaan yang menerima serta2(dua) orang saksi. 
e. Untuk keamanan dan keselamatan, maka pengiriman tersangka 
menggunakan mobil tahanan dengan pengawalan yang cukup serta 
memperhatikan petunjuk teknis tentang pengawalan tahanan. 
FT. RESKRIM 3 87 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 

RANGKUMAN 
1. Administrasi penyidikkan adalah penataan kelengkapan adminstrasi yang 
diperlukan untuk kepentingan penyidik yang mliputi Pencatatan, pelaporan dan 
pendataan untuk menjamin Ketertiban, kelancaran dan keseragaman 
pelaksanaan Administrasi Penyidikan baik untuk kepentingan peradilan, 
operasional maupun untuk kepentingan pengawasan 
2. Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Pejabat 
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang 
Undang menjadi dasar hukumnya untuk melakukan penyidikan 
3. Pusat Informasi Kriminal Nasional Polri yang selanjutnya disebut Pusiknas 
Bareskrim Polri adalah unsur pelaksana teknis bidang informasi kriminal 
nasional yang berada di bawah Kabareskrim Polri yang bertugas 
menyelenggarakan sistem informasi kriminal nasional secara on line dan 
analisis laporan yang berkaitan dengan kejahatan transnasional. 
4. Tugas dan Fungsi PIKNAS 
a. Membina dan menyelenggarakan sistem informasi kriminal nasional yang 
meliputi kegiatan pendokumentasian administrasi penyidikan yang 
memuat data kejahatan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas 
kendaraan bermotor untuk mendukung manajemen penanggulangan 
kejahatan dan kegiatan Bareskrim Polri maupun unsur-unsur terkait 
lainnya. 
b. Membina dan menyelenggarakan pengelolaan dan analisa kejahatan 
transnasional. 
5. Maksud dari pada gelar perkara ini adalah untuk memberikan pedoman dan 
petunjuk mengenai upaya-upaya gelar perkara sehingga diperoleh 
keseragaman tentang kegiatan-kegiatan pokok yang harus dilaksanakan 
6. Tujuan dari gelar perkara adalah untuk mewujudkan keterpaduan intern (Polri) 
dan ekstern (Instansi terkait) serta untuk menuntaskan penanganan perkara 
yang terjadi. 
FT. RESKRIM 3 88 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
7. Gelar perkara adalah suatu upaya berupa kegiatan penggelaran proses perkara 
yang dilakukan oleh penyidik dalam rangka menangani tindak pidana tertentu 
secara tuntas sebelum diajukan kepada penuntut umum 
8. Pra Peradilan pada hakekatnya merupakan salah satu bentuk pengawasan 
terhadap pelaksanaan tindakan di bidang penyidikan dan atau penuntutan, 
sebagai sarana kontrol, maka Lembaga Pra Peradilan melaksanakan 
pemeriksaan dan menuntut tuntutan Pra Peradilan menurut cara yang diatur 
dalam Undang Undang Hukum Acara Pidana tentang sah tidaknya suatu 
penangkapan dan atau penahanan, sah tidaknya penghentian Sidik atau 
penghentian penuntutan dan permintaan ganti kerugian/rehabilitasi 
FT. RESKRIM 3 89 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 

LATIHAN 
1. Jelaskan Dasar-dasar Hukum Administrasi Penyidikan ! 
2. Jelaskan Pengertian Administrasi Penyidikan ! 
3. Jelaskan Persyaratan Administrasi Penyidikan ! 
4. Jelaskan Kelengkapan Mindik Sebagai Isi Berkas Perkara ! 
5. Jelaskan Kelengkapan Mindik yang bukan isi Berkas Perkara ! 
6. Jelaskan Penyusunan Isi Berkas Perkara dan Pemberkasan ! 
7. Jelaskan Penyerahan Tanggung Jawab Atas Tersangka Dan Barang Bukti ! 
8. Jelaskan Administrasi Penghentian Penyidikan ! 
9. Jelaskan Dasar Hukum PPNS ! 
10. Jelaskan pengertian pengertian yang berkaitan dengan PPNS ! 
11. Jelaskan persyaratan pengangkatan bagi PPNS ! 
12. Jelaskan hubungan antara penyidik Polri dengan PPNS ! 
13. Jelaskan persyaratan Penyidik Polri yang ditunjuk untuk mengadakan 
hubungan kerja dengan penyidik Pegawai Negeri Sipil ! 
14. Jelaskan bentuk / pola koordinasi, pengawasan, pemberian petunjuk dan 
bantuan penyidikan ! 
15. Jelaskan pelaksanaan hubungan antara Penyidik Polri dengan PPNS ! 
16. Jelaskan pengertian berkaitan dengan Piknas. 
17. Jelaskan tugas dan wewenang penyelenggaraan Piknas. 
18. Jelaskan pengenalan dan pemahaman aplikasi input data LP dan input data 
perkembangan penanganan perkara. 
19. Jelaskan pengenalan CMIS (Case Mangement Intelligent System). 
20. Jelaskan gelar perkara dalam proses penyidikan tindak pidana 
21. Jelaskan pelaksanaan gelar perkara 
22. Jelaskan tata cara pelaksanaan gelar perkara 
23. Jelaskan dasar hukum dan pengertian Pra Peradilan. 
24. Jelaskan persyaratan Pra Peradilan. 
25. Jelaskan persiapan dan sasaran menghadapi pra peradilan. 
26. Jelaskan alasan dilaksanakan Pra Peradilan. 
27. Jelaskan upaya mengantisipasi tuntutan Pra Peradilan 
FT. RESKRIM 3 90 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
28. Jelaskan pengertian diskresi. 
29. Sebuntukan contoh-contoh diskresi kepolisian fungsi teknis reskrim 
DAFTAR PUSTAKA 
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). 
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik 
Indonesia. 
Peraturan Pemerintah Nomor : 27 Tahun 1983 dirubah dengan peratuan pemerintah 
nomor 58 tahun 2010 tentang Pelaksanaan KUHAP. 
Peraturan Kapolri nomor 14 Tahun 2012 tentang manajemen penyidikan tindak 
pidana. 
Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri nomor 1 tahun 2014 tentang Standar 
Operasional Prosedur Perencanaan Penyidikan Tindak Pidana. 
Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri nomor 2 tahun 2014 tentang Standar 
Operasional Prosedur Pengorganisasian Penyidikan Tindak Pidana. 
Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri nomor 3 tahun 2014 tentang Standar 
Operasional Prosedur Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana. 
Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri nomor 4 tahun 2014 tentang Standar 
Operasional Prosedur Pengawasan Penyidikan Tindak Pidana 
FT. RESKRIM 3 91 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 

LAMPIRAN PRAKTEK 
1. Penyidikan (Upaya Paksa) 
Taruna dibagi menjadi 4 (empat) kelompok kemudian masing masing kelompok 
di berikan tugas untuk melaksanakan rangkaian penyidikan. Tiap-tiap kelompok 
diarahkan oleh satu tim instruktur yang akan memberikan skenario dan simulasi 
kejadian tindak pidana. Dalam setiap kelompok taruna, ketua kelompok 
berperan sebagai Kanit Reskrim, dan anggota lainnya sebagai Penyidik 
Pembantu. Kanit Reskrim bertanggungjawab membagi tugas agar penyidikan 
dapat terlaksana dengan baik. Anggota lainnya bertugas untuk mendukung 
agar penyidikan dapat diselesaikan. 
a. Kelompok pertama melaksanakan penyidikan kasus pembunuhan. 
b. Kelompok dua melaksanakan penyidikan kasus pencurian dengan 
pemberatan. 
c. Kelompok tiga melaksanakan penyidikan kasus narkoba. 
d. Kelompok empat melaksanakan penyidikan kasus pemerkosaan. 
Taruna mengerjakan tugas secara perorangan namun dilaksanakan secara 
berkelompok. (hasilnya dikumpulkan) 
2. Resume 
Dari Kelompok yang terdahulu (praktik penyidikan) taruna (masing-masing 
perorangan) diperintahkan membuat resume sesuai dengan hasil penyidikan 
yang sudah dilakukan dalam praktik sebelumnya. 
3. Penyusunan Berkas Perkara 
Dari Kelompok yang terdahulu (praktik penyidikan) taruna (per kelompok) 
diperintahkan untuk menyusun berkas perkara sesuai dengan hasil penyidikan 
yang sudah dilakukan dalam praktik sebelumnya. 
4. Penyelesaian dan penyerahan Berkas Perkara 
Dari Kelompok yang terdahulu (praktik penyidikan) sesuai dengan hasil 
penyidikan yang sudah dilakukan dalam praktik sebelumnya, taruna (per 
FT. RESKRIM 3 92 AKADEMI KEPOLISIAN 
 
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 
kelompok) diperintahkan untuk membuat administrasi kelengkapan dalam 
rangka penyerahan berkas perkara ke JPU. (jika memungkinkan ditambah 
dengan administrasi penyerahan tersangka dan barang bukti). 
FT. RESKRIM 3 93 AKADEMI KEPOLISIAN 

Anda mungkin juga menyukai