Anda di halaman 1dari 109

MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAHAN AJAR (HANJAR)


PENYELIDIKAN BIDANG POLITIK
BAGI BINTARA POLRI
FUNGSI TEKNIS INTELIJEN

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


NOMOR : KEP/ 284 /VI/DIK.1.3/2020 TANGGAL 29 JUNI 2020
KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SAMBUTAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Salam sejahtera bagi kita semua.

D engan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya bahan ajar Program
Pelatihan Penyelidikan Fungsi Teknis Intelijen di Bidang
Politik bagi Bintara Polri dapat diselesaikan sesuai dengan waktu
KOMJEN POL Drs. ARIEF SULISTYANTO, M.Si yang telah ditentukan.
KALEMDIKLAT POLRI

Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang


Dasar. Perwujudan kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui Pemilu sebagai sarana
bagi rakyat untuk memilih pemimpin melalui Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
dalam satu pasangan secara langsung. Demikian juga di wilayah Provinsi,
Kabupaten dan Kota, Gubernur, Bupati/Walikota sebagai Kepala Pemerintah Daerah
Provinsi, Kabupaten/Kota dipilih dengan mekanisme pemilihan secara demokratis.

Keberhasilan penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada di Indonesia tidak lepas dari tiga
unsur utama, yaitu penyelenggara, peserta dan pemilih itu sendiri. Salah satu
pemangku kepentingan kesuksesan penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada di
Indonesia adalah pemerintah, termasuk di dalamnya adalah pihak Kepolisian, dalam
hal ini fungsi Intelijen.

Dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kemampuan Bintara Polri


Penyelidikan Fungsi Teknis Intelijen di Bidang Politik, dilakukan pelatihan. Untuk
mendukung keberhasilan pelatihan, disusun Hanjar Pelatihan Penyelidikan Bidang
Politik bagi Bintara Fungsi Teknis Intelijen. Hanjar tersebut menjelaskan perundang-
undangan yang terkait di bidang politik, permasalahan bidang politik dalam Pilkada
dan Pemilu, teknik dan taktik penyelidikan, serta produk Intelijen (Laporan Informasi,
Infosus dan Telaah Intelijen).

Saya selaku Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri menyampaikan


apresiasi dan penghargaan serta ucapan terima kasih kepada narasumber dan tim

kelompok …..
ii
kelompok kerja yang telah menyelesaikan Hanjar pelatihan ini, semoga bermanfaat
bagi anggota Polri dengan harapan memiliki kompetensi yang ditetapkan, dan
selanjutnya kepada pengguna/praktisi diharapkan dapat memberikan saran serta
kritik yang membangun untuk perbaikan Hanjar pelatihan ini.

Sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat.


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 29 Juni 2020


KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Drs. ARIEF SULISTYANTO, M.Si.


KOMISARIS JENDERAL POLISI

Paraf:
1. Konseptor/Kbg Kurhanjarlat :.........
2. Kaurtu Biro Kurikulum : …….
3. Karo Kurikulum :.........
4. Kataud Lemdiklat Polri : …….
5. Waka Lemdiklat Polri :……..

iii
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


Nomor: Kep/ 284 /VI/DIK.1.3/2020
tentang

HANJAR
PENYELIDIKAN BIDANG POLITIK
BAGI BINTARA POLRI
FUNGSI TEKNIS INTELIJEN

KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Menimbang : bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelatihan Penyelidikan


Bidang Politik bagi Bintara Polri maka perlu ditetapkan keputusan
untuk dijadikan dasar dan pedoman pelaksanaan pelatihan fungsi.

Mengingat : 1. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor


19 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelatihan Kepolisian
Negara Republik Indonesia;

2. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia


Nomor 14 Tahun 2015 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian
Negara Republik Indonesia;

3. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia


Nomor: Kep/2502/XII/2019 tanggal 23 Desember 2019
tentang Program Pendidikan dan Pelatihan Polri T.A. 2020;

4. Surat Keputusan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan


Polri No. Pol. : Skep/461/XII/2007 tanggal 13 Desember 2007
tentang Standar Komponen Hanjar Pelatihan Polri;

5. Keputusan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri


Nomor: Kep/242/VI/DIK1.3/2020 tanggal 24 Juni 2020 tentang
Hanjar Pelatihan Penyelidikan Bidang Politik bagi Bintara
Polri.

Memperhatikan: hasil survei/penelitian program pelatihan Polri di kewilayahan pada


tahun 2019 saran serta masukan para pembina Fungsi Teknis
Operasional maupun Pembinaan dan para pelaksana pelatihan Polri.

MEMUTUSKAN.....
2 KEPUTUSAN KALEMDIKLAT POLRI
NOMOR : KEP/ 284 /VI/2020
TANGGAL : 29 JUNI 2020

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


POLRI TENTANG HANJAR PELATIHAN PENYELIDIKAN BIDANG
POLITIK BAGI BINTARA POLRI

1. mengesahkan Hanjar pelatihan Penyelidikan Bidang Politik


bagi Bintara Polri sebagaimana tersebut dalam lampiran
keputusan ini;

2. hal-hal lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan


Hanjar pelatihan Penyelidikan Bidang Politik bagi Bintara Polri
yang belum diatur dalam Hanjar pelatihan fungsi ini akan
diatur kemudian, dan sebelum ada ketentuan baru maka
ketentuan yang sudah ada selama ini serta tidak bertentangan
dengan keputusan ini dinyatakan tetap berlaku;

3. keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di: Jakarta


pada tanggal: 29 Juni 2020
KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kepada Yth.: Drs. ARIEF SULISTYANTO, M.Si.


KOMISARIS JENDERAL POLISI
Para Ka SPN Polda

Tembusan:

1. Kapolri.
2. Wakapolri.
3. Irwasum Polri.
Paraf :
4. Kabaintelkam Polri.
1. Konseptor/Kabag Kurhanjarlat : ..........
5. Para Kapolda.
6. Kapusdik Intelkam 2. Kaurtu Rokurikulum : ..........
Lemdiklat Polri.
3. Karo Kurikulum :............

4. Kataud Lemdiklat Polri : ..........


5. Waka Lemdiklat Polri : ..........
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

IDENTITAS BUKU

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK

Penyusun:

Tim Pokja Lemdiklat Polri

Editor :

1. Kombes Pol Drs.Syamsudin Lubis, S.H., M.H.


2. AKBP I Nyoman Tika, S.Ag. S.H.
3. AKBP Drs. Yayan Sopian, M.Si.
4. Kompol Willy Andrian, S.H., S.IK.
5. IPDA Varian Fauzan, S.Pd.
6. IPDA Achmad Subekti T, S.Pd.

Hanjar Pelatihan Polri


Penyelidikan di Bidang Politik

Diterbitkan oleh:

Bagian Kurikulum dan Hanjar Pelatihan


Biro Kurikulum
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri
Tahun 2020

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pelatihan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK iv


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................. i

Sambutan Kalemdiklat Polri ............................................................................... ii

Keputusan Kalemdiklat Polri............................................................................... iv

Lembar identitas buku ........................................................................................ vi

Daftar isi ............................................................................................................ vii

MODUL 1 PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG POLITIK ....................... 1

Pengantar....................................................................................... 1
Standar Kompetensi ...................................................................... 1
Kompetensi Dasar ......................................................................... 1
Materi Pelajaran ............................................................................. 2
Metoda Pembelajaran ................................................................... 3
Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ......................................... 4
Kegiatan Pembelajaran ................................................................. 4
Tagihan / Tugas ............................................................................ 5
Lembar Kegiatan ........................................................................... 5
Bahan Bacaan ............................................................................... 6
POKOK BAHASAN 1:
PARTAI POLITIK .......................................................................... 6
1. Pengertian-pengertian dalam UU Partai Politik .................... 6
2. Fungsi Partai Politik .............................................................. 6
3. Dasar Hukum Partai Politik ................................................... 8
4. Perkara Partai Politik ............................................................ 8
5. Larangan Partai Politik .......................................................... 8
6. Ormas ................................................................................... 8

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK v


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 2
PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA .............. 10
1. Pengertian-Pengertian Yang terkait Dengan Undang-
Undang Pemilihan Kepala Daerah....................................... 10
2. Kampanye Pemilihan Kepala Daerah .................................. 11
3. Jenis Tindak Pidana Pada Penyelenggaraan Pemilihan
Kepala Daerah..................................................................... 12
4. Jenis Pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah ..................... 13
5. Seluruh Tahapan Pemilihan Kepala Daerah ....................... 14
POKOK BAHASAN 3
PEMILIHAN UMUM ..................................................................... 17
1. Pengertian-pengertian Berkaitan dengan Pemilu ................ 17
2. Penyelenggaraan Pemilu ..................................................... 18
3. Pelaksanaan Pemilu ............................................................ 19
4. Pemungutan suara ............................................................... 20
5. Penetapan Hasil Pemilu ....................................................... 21
6. Penanganan Tindak Pidana Pemilu ..................................... 22
7. Ketentuan Pidana Pemilu .................................................... 24
POKOK BAHASAN 4
INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) ................. 26
1. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan ITE ............ 26
2. Asas dan tujuan ITE ............................................................. 27
3. Ujaran kebencian dan Hoaks ............................................... 28
Rangkuman ................................................................................... 29
Soal Latihan ................................................................................. 30

MODUL 2 PERMASALAHAN BIDANG POLITIK DALAM PEMILU DAN

PILKADA....................................................................................... 31

Pengantar...................................................................................... 31
Standar Kompetensi ..................................................................... 31
Kompetensi Dasar ........................................................................ 31
Materi Pelajaran ............................................................................ 32

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK vi


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Metoda Pembelajaran .................................................................. 33


Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ........................................ 33
Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 34
Tagihan / Tugas ........................................................................... 35
Lembar Kegiatan .......................................................................... 35
Bahan Bacaan .............................................................................. 36

POKOK BAHASAN 1:
PERMASALAHAN PENDAFTARAN, PENCOBLOSAN
PEMILU DAN PILKADA ............................................................... 36
1. Permasalahan yang terjadi dalam pendaftaran Pemilu dan
Pilkada ................................................................................. 37
2. Permasalahan yang terjadi dalam pencoblosan Pemilu dan
Pilkada ................................................................................. 38
POKOK BAHASAN 2
PERMASALAHAN PENGHITUNGAN, PENGUMUMAN,
PENYELENGGARA PEMILU DAN PILKADA ……………......... 39
1. Permasalahan yang terjadi dalam penghitungan Pemilu
dan Pilkada …………………………...................................... 39
2. Permasalahan yang terjadi dalam pengumuman Pemilu
dan Pilkada …………………………………………................. 39
3. Permasalahan penyelenggara dalam Pemilu dan Pilkada... 39
POKOK BAHASAN 3
PERMASALAHAN PESERTA, PEMILIH PEMILU DAN
PILKADA ..................................................................................... 41

1. Permasalahan peserta dalam Pemilu dan Pilkada .............. 42


2. Permasalahan pemilih dalam Pemilu dan Pilkada ............... 42
Rangkuman ................................................................................... 43
Soal Latihan .................................................................................. 45

MODUL 3 TEKNIK DAN TAKTIK PENYELIDIKAN DALAM PEMILU DAN

PILKADA .................................................................................... 46

Pengantar ..................................................................................... 46

Standar Kompetensi .................................................................... 46

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK vii


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kompetensi Dasar ....................................................................... 46

Materi Pelajaran............................................................................ 47

Metoda Pembelajaran .................................................................. 48

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ........................................ 48

Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 49

Tagihan / Tugas ........................................................................... 50

Lembar Kegiatan .......................................................................... 50

Bahan Bacaan ............................................................................. 51

POKOK BAHASAN 1:
TEKNIK LIDIK TERBUKA............................................................ 51

1. Teknik Penelitian .................................................................. 51


2. Teknik Wawancara .............................................................. 52
3. Teknik Interogasi .................................................................. 53
POKOK BAHASAN 3:
TEKNIK LIDIK TERTUTUP ......................................................... 55
1. Teknik Eliciting ..................................................................... 55
2. Teknik Pengamatan dan Penggambaran (Matbar) .............. 55
3. Teknik Penjejakan ................................................................ 61
4. Teknik Penyadapan ............................................................. 64
5. Teknik Penyusupan ............................................................. 67
6. Teknik Penyurupan .............................................................. 70
POKOK BAHASAN 3:
TAKTIK PENYELIDIKAN ............................................................ 72
1. Taktik Penyamaran (Cover) ................................................. 72
2. Taktik Desepsi ..................................................................... 72
Rangkuman ................................................................................... 73
Soal Latihan .................................................................................. 74

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK viii


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL 4 PRODUK INTELIJEN DALAM PENYELIDIKAN PEMILUKADA.. 75

Pengantar...................................................................................... 75
Standar Kompetensi ..................................................................... 75
Kompetensi Dasar ........................................................................ 75
Materi Pelajaran ............................................................................ 76
Metoda Pembelajaran .................................................................. 76
Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ........................................ 77
Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 77
Tagihan / Tugas ........................................................................... 80
Lembar Kegiatan .......................................................................... 81
Bahan Bacaan .............................................................................. 85
1. Pengertian, Maksud Dan Tujuan Produk Intelijen ................ 85
2. Pencatatan, Penilaian Dan Penafsiran Produk Intelijen ...... 85
3. Prinsip-Prinsip Produk Intelijen ............................................ 88
4. Jenis-Jenis Produk Intelijen ................................................. 88
5. Bentuk dan cara membuat produk Intelijen dalam
penyelidikan Pemilukada ..................................................... 89
Rangkuman .......................................................................... 97
Soal Latihan .......................................................................... 98

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK ix


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PERUNDANG-UNDANGAN DI
MODUL
01
BIDANG POLITIK
4 JP (180 menit)

Pengantar

Modul Perundang-Undangan di Bidang Politik membahas materi


tentang Undang-undang (UU) Partai Politik, Pemilu, Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota, serta Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE).
Tujuan diberikan modul ini agar peserta pelatihan memiliki wawasan
tentang Perundang-undangan di Bidang Politik.

Standar Kompetensi
Memahami Perundang-undangan di Bidang Politik.

Kompetensi Dasar

1. Memahami tentang UU Partai Politik.


Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan pengertian-pengertian yang berkaitan dengan
Partai Politik;
b. Menjelaskan fungsi partai politik;
c. Menjelaskan dasar hukum partai politik;
d. Menjelaskan perkara partai politik;
e. Menjelaskan larangan partai politik;
f. Menjelaskan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas).

2. Memahami tentang UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.


Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan pengertian-pengertian yang terkait dengan
undang-undang pemilihan kepala daerah.
b. Menjelaskan kampanye pemilihan kepala daerah;
c. Menjelaskan jenis tindak pidana pada penyelenggaraan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 1
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pemilihan kepala daerah;


d. Menjelaskan jenis pelanggaran pemilihan kepala daerah;
e. Menjelaskan seluruh tahapan pemilihan kepala daerah.

3. Memahami tentang UU Pemilihan Umum.


Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan pengertian-pengertian yang berkaitan dengan
pemilihan umum;
b. Menjelaskan penyelenggara Pemilu;
c. Menjelaskan pelaksanaan Pemilu;
d. Menjelaskan pemungutan suara;
e. Menjelaskan penetapan hasil Pemilu;
f. Menjelaskan penanganan tindak pidana Pemilu;
g. Menjelaskan ketentuan pidana Pemilu.

4. Memahami tentang UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).


Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan pengertian-pengertian yang berkaitan dengan
ITE;
b. Menjelaskan asas dan tujuan ITE;
c. Menjelaskan ujaran kebencian dan hoaks.

Materi Pelajaran
1. Pokok bahasan 1
UU Partai Politik.
Sub pokok bahasan 1:
a. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan Partai Politik;
b. Fungsi partai politik;
c. Dasar hukum partai politik;
d. Perkara partai politik;
e. Larangan partai politik;
f. Organisasi Kemasyarakatan (Ormas).

2. Pokok bahasan 2
UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
Sub pokok bahasan 2:
a. Pengertian-pengertian yang terkait dengan undang-undang
pemilihan kepala daerah;
b. Kampanye pemilihan kepala daerah;
c. Jenis tindak pidana pada penyelenggaraan pemilihan kepala
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 2
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

daerah;
d. Jenis Pelanggaran Pemilihan kepala daerah;
e. Seluruh tahapan pemilihan kepala daerah.

3. Pokok bahasan 3
UU Pemilihan Umum.
Sub pokok bahasan 3:
a. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan pemilihan
umum;
b. Penyelenggara Pemilu;
c. Pelaksanaan Pemilu;
d. Pemungutan suara;
e. Penetapan hasil Pemilu;
f. Penanganan tindak pidana Pemilu;
g. Ketentuan pidana Pemilu.

4. Pokok bahasan 4
UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Sub pokok bahasan 4:
a. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE);
b. Asas Dan Tujuan Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE);
c. Ujaran Kebencian dan Hoaks.

Metoda Pembelajaran

1. Metoda Ceramah
Metoda ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang
Undang-undang (UU) Partai Politik, Pemilu, Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota, serta Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE).
2. Metoda Brainstroming
Metoda ini digunakan untuk menggali pendapat/pemahaman
peserta tentang materi Undang-undang (UU) Partai Politik, Pemilu,
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, serta Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE).
3. Metoda Tanya Jawab
Metoda ini digunakan untuk memperdalam penguasaan materi
yang dilakukan melalui kegiatan tanya jawab.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 3


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4. Metode Penugasan
Metoda ini digunakan untuk memperdalam penguasaan materi,
metoda ini diterapkan dengan memberikan tugas membuat
resume materi tentang perundang-undangan di bidang politik.

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar


1. Alat/media:
a. White board;
b. Flipchart;
c. LCD;
d. Laptop;
e. Laser pointer.
2. Bahan:
a. Alat tulis
b. Kertas Flipchart.

3. Sumber belajar:
a. Hanjar Kapita Selekta Perundang-undangan;
b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik;
c. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang tentang
Penetapan Perpu No.01 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-undang;
d. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 Tentang Pemilihan
Umum;
e. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (ITE).

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit


a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada peserta
pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan;
c. Pelatih/instruktur menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator hasil belajar.
2. Tahap inti : 160 menit
a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi tentang Undang-

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 4


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

undang (UU) Partai Politik, Pemilu, Pemilihan Gubernur,


Bupati, dan Walikota, serta Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE);
b. Peserta pelatihan menyimak, mencatat hal-hal yang penting
dan menanggapi materi yang disampaikan Pelatih/instruktur;
c. Pelatih/instruktur menggali pendapat tentang materi yang
telah disampaikan;
d. Peserta pelatihan dan pelatih/instruktur secara intensif
melakukan tanya jawab membahas materi yang
disampaikan;
e. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta pelatihan
untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami;
f. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya tanya jawab
terhadap peserta pelatihan.
3. Tahap akhir : 10 menit
a. Pelatih/instruktur memberikan ulasan dan penguatan materi
secara umum.
b. Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi pelatihan
dengan cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
pelatihan.
c. Pelatih/instruktur merumuskan learning point, koreksi dan
kesimpulan dari materi pelatihan yang disampaikan kepada
peserta pelatihan.
d. Pelatih/instruktur memberikan penugasan kepada peserta
pelatihan dalam bentuk resume tentang materi yang telah
disampaikan.

Tagihan / Tugas
Peserta pelatihan mengumpulkan hasil resume tentang materi yang
telah disampaikan.

Lembar Kegiatan

Peserta pelatihan membuat resume tentang materi yang telah


disampaikan.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 5


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN 1
PARTAI POLITIK

1. Pengertian-pengertian dalam UU Partai Politik


a. Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
b. Anggaran dasar partai politik, selanjutnya disingkat AD,
adalah peraturan dasar Partai Politik.
c. Anggaran rumah tangga partai politik, selanjutnya disingkat
ART, adalah peraturan yang dibentuk sebagai penjabaran
AD.
d. Pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan
pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab
setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
e. Keuangan partai politik adalah semua hak dan kewajiban
Partai Politik yang dapat dinilai dengan uang, berupa uang,
atau barang serta segala bentuk kekayaan yang dimiliki dan
menjadi tanggung jawab Partai Politik.
f. Kementerian adalah kementerian yang membidangi urusan
hukum dan hak azasi manusia.

2. Fungsi Partai Politik


a. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik.
Dalam menjalankan fungsi ini, Partai politik menghimpun
berbagai masukan, ide dari berbagai lapisan masyarakat.
Aspirasi ini kemudian digabungkan. Proses penggabungan
ini sering disebut sebagai “penggabungan kepentingan”
(intres aggregation). Setelah berbagai gagasan, ide,
kepentingan tersebut digabungkan, selanjutnya berbagai
kepentingan tersebut disusun dan dirumuskan secara
sistematik dan teratur, proses ini sering disebut dengan

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 6


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

perumusan kepentingan (articulation intrest). Rumusan


tersebut kemudian dijadikan program partai yang akan di
perjuangkan dan disampaikan kepada pemerintah untuk
dijadikan suatu kebijakan umum. Selain komunikasi yang
demikian, partai politik juga berperan sebagai wadah untuk
menyebarluaskan kebijakan pemerintah dan
mendiskusikannya. Dengan demikian terjadi dialog baik dari
bawah ke atas maupun dari atas ke bawah. Peran yang
demikian, menempatkan partai politik sebagai perantara atau
penghubung antara masyarakat dengan pemerintah dalam
suatu ide-ide atau gagasan-gagasan.
b. Partai politik berfungsi sebagai sarana sosialisasi politik.
Dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan sebagai proses
dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap
fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat
dimana ia berada. Biasanya proses sosialisasi berjalan
secara berangsur-angsur dari masa kecil hingga ia dewasa.
Disamping itu sosialisasi politik juga mencakup proses
melalui dimana masyarakat menyampaikan norma-norma
dan nialai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutunya.
Dalam hubungan ini partai politik berfungsi sebagai salah
satu sarana sosialisasi politik. Dalam usaha menguasai
pemerintahan melalui kemenangan Pemilu, partai
memerlukan dukungan massa. Untuk itu partai menciptakan
“image” bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum.
Disamping menanamkan solidaritas dengan partai, partai
politik juga mendidik anggotanya menjadi manusia yang
sadar akan tanggung jawabnya sebagai warganegara dan
menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan
nasional. Di negara-negara baru, partai politik juga berperan
untuk memupuk identitas nasional dan integritas nasional.
Proses sosialisasi politik diselenggarakan melalui ceramah-
ceramah, penerangan, kursus kader dan lainnya.
c. Partai politik sebagai sarana recruitment politik
Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak
orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik
sebagai anggota partai. Dengan demikian partai turut
memperluas partisipasi politik. Caranya ialah melalui kontak
pribadi, persuasi dan lain-lain. Juga diusahakan untuk
menarik golongan muda untuk didik menjadi kader partai
yang di masa mendatang menggantikan pimpinan lama.
d. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik.
Dalam suasana demokratis, persaingan dan perbedaan
pendapat dalam masyarakat adalah masalah yang wajar,
jika terjadi konflik, partai politik berusaha mengatasinya.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 7


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Dasar Hukum Partai Politik


a. Undang-Undang No.2 Tahun 2011 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik.

4. Perkara Partai Politik


a. Perkara Parpol diajukan melalui pengadilan negeri.
b. Putusan pengadilan negeri adalah putusan tingkat pertama
dan terakhir dan hanya dapat diajukan kasasi kepada MA.
c. Dalam hal ketidakadilan pada putusan pengadilan negeri,
perkara dapat didaftarkan ke MA minimal 30 hari.
d. Penyelesaian perkara Parpol yang sedang diproses di
Pengadilan tetapi belum diputus sebelum UU ini
diundangkan, diputus berdasarkan UU.NO.31/2002.

5. Larangan Partai Politik


a. Melakukan kegiatan yang bertentangan dengan UUD 1945
dan UU lainnya.
b. Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan dan
keselamatan NKRI.
c. Melakukan kegiatan yang bertentangan dengan kebijakan
Negara dalam memelihara persahabatan dengan negara
lain.
d. Menerima atau memberi sumbangan kepada pihak asing
yang bertentangan dengan UU.
e. Menerima sumbangan dari pihak manapun tanpa
mencantumkan identitas yang jelas.
f. Menerima sumbangan dari perseorangan atau badan usaha
yang melebihi batas.
g. Meminta atau menerima dana dari BUMN, BUMD, BUMDes
atau sebutan lainnya.

6. Organisasi Kemasyarakatan (Ormas)


Organisasi kemasyarakatan adalah yang didirikan dan dibentuk
oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi,
kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan dan tujuan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 8
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

negara kesatuan Republik Indonesia.


a. Azas-azas Organisasi Kemasyarakatan, antara lain:
1) Organisasi Kemasyarakatan berazaskan Pancasila;
2) Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam pasal ini pengertian azas meliputi juga kata ”dasar”,
”landasan”, ”pedoman” dan kata-kata lain yang mempunyai
pengertian yang sama dengan azas. Yang dimaksud dengan
Pancasila ialah yang rumusannya tercantum dalam pembukaan
UUD 1945. Pancasila sebagai satu-satunya azas bagi organisasi
kemasyarakatan harus dipegang teguh oleh setiap organisasi
kemasyarakatan dalam memperjuangkan tercapainya tujuan
dalam melaksanakan program masing-masing.
b. Tujuan Organisasi Kemasyarakatan.
Organisasi kemasyarakatan menetapkan tujuan masing-
masing sesuai dengan sifat kekhususannya dalam rangka
mencapai tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam
Pembukaan UUD 1945 dalam wadah negara Kesatuan RI.
Berdasarkan tujuan tersebut di atas Organisasi
Kemasyarakatan dapat menetapkan program kegiatan yang
dikehendaki dan ditetapkannya itu harus tetap berada dalam
rangka mencapai Tujuan Nasional.
Yang dimaksud dengan ”tujuan nasional sebagaimana
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 ialah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 9


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 2
PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
MENJADI UNDANG-UNDANG

1. Pengertian-Pengertian Yang terkait Dengan Undang-Undang


Pemilihan Kepala Daerah.
a. Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang selanjutnya
disebut Pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di
Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur,
Bupati, dan Walikota secara langsung dan demokratis.
b. Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur adalah peserta
Pemilihan yang diusulkan oleh partai politik, gabungan partai
politik, atau perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar
di Komisi Pemilihan Umum Provinsi.
c. Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, Calon Walikota dan
Calon Wakil Walikota adalah peserta Pemilihan yang
diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau
perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota.
d. Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
e. Pemilih adalah penduduk yang berusia paling rendah 17
(tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin yang terdaftar
dalam Pemilihan.
f. KPU adalah lembaga penyelenggara pemilihan umum
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang
mengatur mengenai penyelenggara pemilihan umum yang
diberikan tugas dan wewenang dalam penyelenggaraan
Pemilihan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang.
g. KPU Provinsi adalah lembaga penyelenggara pemilihan
umum sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang
mengatur mengenai penyelenggara pemilihan umum yang
diberikan tugas menyelenggarakan Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur.
h. KPU Kabupaten/Kota adalah lembaga penyelenggara
pemilihan umum sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang yang mengatur mengenai penyelenggara pemilihan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 10
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

umum yang diberikan tugas menyelenggarakan Pemilihan


Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota.
i. Bawaslu adalah lembaga penyelenggara pemilihan umum
yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilihan
umum di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
j. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum yang
selanjutnya disingkat DKPP adalah lembaga yang bertugas
menangani pelanggaran kode etik penyelenggara pemilihan
umum dan merupakan satu kesatuan fungsi
penyelenggaraan pemilihan umum.

2. Kampanye Pemilihan Kepala Daerah


Kampanye dilaksanakan 3 (tiga) hari setelah penetapan calon
peserta pemilihan sampai dengan dimulainya masa tenang.
Kampanye dapat dilaksanakan melalui:
a. Pertemuan terbatas.
b. Pertemuan tatap muka dan dialog.
c. Debat publik/debat terbuka antar calon.
d. Penyebaran bahan Kampanye kepada umum.
e. Pemasangan alat peraga.
f. Iklan media massa cetak dan media massa elektronik.
g. Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan.
h. Kampanye dan ketentuan peraturan perundangundangan.
Dalam Kampanye dilarang:
a. Mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
b. Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, Calon
Gubernur, Calon Bupati, Calon Walikota, dan/atau Partai
Politik.
c. Melakukan Kampanye berupa menghasut, memfitnah,
mengadu domba Partai Politik, perseorangan, dan/atau
kelompok masyarakat.
d. Menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau
menganjurkan penggunaan kekerasan kepada
perseorangan, kelompok masyarakat dan/atau Partai Politik.
e. Mengganggu keamanan, ketenteraman, dan ketertiban
umum.
f. Mengancam dan menganjurkan penggunaan kekerasan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 11
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

untuk mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan yang


sah.
g. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga Kampanye.
h. Menggunakan fasilitas dan anggaran Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
i. Menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan.
j. Melakukan pawai yang dilakukan dengan berjalan kaki
dan/atau dengan kendaraan di jalan raya. dan/atau
k. Melakukan kegiatan Kampanye di luar jadwal yang telah
ditetapkan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.
Dalam pelaksanaan Kampanye, calon dilarang melibatkan:
a. Pejabat badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah.
b. Aparatur sipil Negara, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dan anggota Tentara Nasional Indonesia.
c. Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah dan perangkat Desa
atau sebutan lain/perangkat Kelurahan.

3. Jenis Tindak Pidana Pada Penyelenggaraan Pemilihan Kepala


Daerah
Bahwa dalam setiap kegiatan penyelenggaraan, dapat
dikategorikan dalam 3 jenis tindak pidana:
a. Tindak Pidana Pemilihan
Di dalam Pasal 177 s.d. 198 A UU No. 10 tahun 2016
tentang Pemilihan.
Contoh:
1) Black Campaign;
2) Money Politics;
3) Kampanye ditempat ibadah, dll.
b. Tindak Pidana yang terjadi sebagai akibat penyelenggaraan
Pemilihan.
Contoh:
1) Pembakaran kantor KPU;
2) Pengrusakan rumah penyelenggara Pemilihan;
3) Perkelahian antara pendukung pasangan calon;
4) Ujaran Kebencian, dll.
c. Tindak Pidana lainnya yang terjadi saat Pemilihan
Tindak pidana ini tidak ada hubungannya dengan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 12
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Penyelenggaraan Pemilihan, hanya secara kebetulan


waktunya bersamaan dnegan penyelenggaraan Pemilihan.
Contoh:
1) Pencurian mobil milik Penyelenggara Pemilihan;
2) Penganiayaan;
3) Korupsi, dll.

4. Jenis Pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah


a. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilihan (Pasal 136
UU No. 10/2016)
Pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilihan adalah
pelanggaran terhadap etika penyelenggara Pemilihan yang
berpedoman pada sumpah dan/atau janji sebelum
menjalankan tugas sebagai penyelenggara Pemilihan.
b. Pelanggaran Administrasi (Pasal 138 UU No. 10/2016)
Pelanggaran administrasi Pemilihan adalah pelanggaran
yang meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang
berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilihan dalam
setiap tahapan penyelenggaraan Pemilihan di luar tindak
pidana Pemilihan dan pelanggaran kode etik penyelenggara
Pemilihan.
c. Sengketa (Pasal 142 UU No. 10/2016)
Sengketa Pemilihan terdiri atas:
1) Sengketa antarpeserta Pemilihan; dan
2) Sengketa antara Peserta Pemilihan dan
penyelenggara Pemilihan sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota.
d. Sengketa Tata Usaha Negara (Pasal 153 UU No. 10/2016)
1) Sengketa tata usaha negara Pemilihan merupakan
sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara
Pemilihan antara Calon Gubernur dan Calon Wakil
Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta
Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota dengan KPU
Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan KPU Provinsi dan/atau KPU
Kabupaten/Kota.
2) Peradilan Tata Usaha Negara dalam menerima,
memeriksa, mengadili, dan memutus sengketa Tata
Usaha Negara Pemilihan menggunakan Hukum Acara
Tata Usaha Negara, kecuali ditentukan lain dalam
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 13
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Undang-Undang ini.
e. Perselisihan Hasil Pemilihan Pasal 156 UU No. 10/2016)
1) Perselisihan hasil Pemilihan merupakan perselisihan
antara KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota
dan peserta Pemilihan mengenai penetapan perolehan
suara hasil Pemilihan.
2) Perselisihan penetapan perolehan suara hasil
Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
perselisihan penetapan perolehan suara yang
signifikan dan dapat mempengaruhi penetapan calon
terpilih.
f. Tindak Pidana Pemilihan (Pasal 145 UU No. 10/2016)
Undang-undang 10 tahun 2016 tidak memberikan pengertian
secara khusus tentang arti Tindak Pidana Pemilihan, namun
memberikan batasan Tindak pidana Pemilihan merupakan
pelanggaran atau kejahatan terhadap ketentuan Pemilihan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

5. Seluruh Tahapan Pemilihan Kepala Daerah


Pada potensi tindak pidana pemilihan lain-lain dimaksudkan
bahwa potensi tindak pidana ini dapat terjadi kapan saja
sepanjang tahapan pemilihan berlangsung.
a. Pasal 195
Setiap orang yang dengan sengaja merusak, mengganggu,
atau mendistorsi sistem informasi penghitungan suara hasil
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota.
b. Pasal 198
Ketua dan anggota KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
yang tidak melaksanakan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 150 ayat (2).
c. Pasal 188
Setiap pejabat negara, pejabat Aparatur Sipil Negara, dan
Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah yang dengan sengaja
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal
71.
d. Pasal 190
Pejabat yang melanggar ketentuan pasal 71 ayat (2) atau
pasal 162 ayat (3).

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 14


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e. Pasal 198 A
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindak
kekerasan atau menghalang-halangi penyelenggara
pemilihan dalam melaksanakan tugasnya.
f. Pasal 190 A
Penyelenggara pemilihan, atau perusahaan yang dengan
sengaja melakukan perbuatan melawan hukum merubah
jumlah surat suara yang dicetak sama dengan jumlah
pemilih tetap ditambah dengan 2,5% (dua setengah persen)
dari jumlah pemilih tetap sebagai cadangan, yang ditetapkan
dengan Keputusan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam pasal 80 ayat (1).
g. Pasal 191
(1) Calon Gubernur, calon Wakil Gubernur, calon Bupati,
calon Wakil Bupati, calon Walikota, dan calon Wakil
Walikota yang dengan sengaja mengundurkan diri
setelah penetapan pasangan calon sampai dengan
pelaksanaan pemungutan suara.
(2) Pimpinan Partai Politik atau gabungan pimpinan partai
politik yang dengan sengaja menarik pasangan
calonnya dan/atau pasangan calon perseorangan yang
dengan sengaja mengundurkan diri setelah ditetapkan
oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota sampai
dengan pelaksanaan pemungutan suara.
h. Pasal 193
(1) Dalam hal KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
tidak menetapkan pemungutan dan/atau penghitungan
suara ulang di TPS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 112 dan Pasal 113 berdasarkan putusan
Bawaslu Provinsi atau Panwas Kabupaten/Kota tanpa
alasan yang dibenarkan berdasarkan Undang-undang
ini, anggota KPU Provinsi dan anggota KPU
Kabupaten/Kota.
(2) Dalam hal KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
tidak menetapkan pemilihan lanjutan dan/atau
pemilihan susulan sebagaimana dimaksud dalam pasal
120 dan pasal 121 berdasarkan putusan Bawaslu
Provinsi atau Panwas Kabupaten/Kota tanpa alasan
yang dibenarkan berdasarkan Undang-undang ini,
anggota KPU Provinsi dan anggota KPU
Kabupaten/Kota.
(3) Ketua dan anggota KPPS, ketua dan anggota PPK,
ketua dan anggota KPU Kabupaten/Kota, atau ketua
dan anggota KPU Provinsi yang dengan sengaja
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 15
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

melakukan perbuatan melawan hukum tidak membuat


dan/atau menandatangani berita acara perolehan
pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur,
pasangan calon Bupati dan calon Wakil Bupati, serta
pasangan calon Walikota dan calon Wakil Walikota.
(4) Ketua dan anggota KPPS yang dengan sengaja tidak
melaksanakan ketetapan KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pemungutan
suara ulang di TPS.
(5) Setiap KPPS yang dengan sengaja tidak memberikan
salinan 1 (satu) eksemplar berita acara pemungutan
dan penghitungan suara dan/atau sertifikat hasil
penghitungan suara pada saksi calon Gubernur dan
calon Wakil Gubernur, calon Bupati dan calon Wakil
Bupati, serta calon Walikota dan calon Wakil Walikota,
PPL, PPS dan PPK melalui PPS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 98 ayat (12).
(6) Setiap KPPS yang tidak menjaga, mengamankan
keutuhan kotak suara, dan menyerahkan kotak suara
tersegel yang berisi surat suara, berita acara
pemungutan suara, dan sertifikat hasil penghitungan
suara kepada PPK pada Hari yang sama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf q.
(7) Setiap PPS yang tidak mengumumkan hasil
penghitungan suara dari seluruh TPS di wilayah
kerjanya sebagaimana dimaksud dalam pasal 99.
i. Pasal 193 A
(1) Ketua dan/atau anggota KPU Provinsi yang melanggar
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 12.
(2) Ketua dan/atau anggota KPU Kabupaten/Kota yang
melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14.
j. Pasal 193 B
(1) Ketua dan/atau anggota Bawaslu Provinsi yang
melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
pasal 29.
(2) Ketua dan/atau anggota Panwas Kabupaten/Kota yang
melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
pasal 32.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 16


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 3
PEMILIHAN UMUM

1. Pengertian-pengertian Berkaitan dengan Pemilu


a. Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
adalah Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
c. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah Pemilu untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
d. Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang
menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi
Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai satu
kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan
Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk
memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis.
e. Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat KPU, adalah
lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional,
tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu.
f. Komisi Pemilihan Umum Provinsi, selanjutnya disingkat KPU
Provinsi, adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas
melaksanakan Pemilu di provinsi.
g. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya
disingkat KPU Kabupaten/Kota, adalah Penyelenggara
Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di
kabupaten/kota.
h. Panitia Pemilihan Kecamatan, selanjutnya disingkat PPK,
adalah panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 17
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

untuk melaksanakan Pemilu di tingkat kecamatan atau nama


lain.
i. Panitia Pemungutan Suara, selanjutnya disingkat PPS,
adalah panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota
untuk melaksanakan Pemilu di tingkat desa atau nama
lain/kelurahan.
j. Panitia Pemilihan Luar Negeri, selanjutnya disingkat PPLN,
adalah panitia yang dibentuk oleh KPU untuk melaksanakan
Pemilu di luar negeri.
k. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, selanjutnya
disingkat KPPS, adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS
untuk melaksanakan pemungutan suara di tempat
pemungutan suara.
l. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri,
selanjutnya disingkat KPPSLN, adalah kelompok yang
dibentuk oleh PPLN untuk melaksanakan pemungutan suara
di tempat pemungutan suara luar negeri.
m. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disingkat TPS,
adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara.

2. Penyelenggaraan Pemilu
Pemilu dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil. Dalam menyelenggarakan Pemilu,
Penyelenggara Pemilu harus melaksanakan Pemilu berdasarkan
pada asas sebagaimana dimaksud dan penyelenggaraannya
harus memenuhi prinsip:
a. Mandiri;
b. Jujur;
c. Adil;
d. Kepastian hukum;
e. Tertib;
f. Terbuka;
g. Proporsionalitas;
h. Profesionalitas;
i. Akuntabilitas;
j. Efisien;
k. Efektif.
Pengaturan Penyelenggaraan Pemilu bertujuan untuk:
a. Memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis;
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 18
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Mewujudkan Pemilu yang adil dan berintegritas;


c. Menjamin konsistensi pengaturan sistem Pemilu;
d. Memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi
dalam pengaturan Pemilu;
e. Mewujudkan Pemilu yang efektif dan efisien.
KPU terdiri atas:
a. KPU;
b. KPU Provinsi;
c. KPU Kabupaten Kota;
d. PPK;
e. PPS;
f. PPLN;
g. KPPS;
h. KPPSLN.
Wilayah kerja KPU meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. KPU menjalankan tugasnya secara
berkesinambungan. Dalam menyelenggarakan Pemilu, KPU
bebas dari pengaruh pihak mana pun berkaitan dengan
pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

3. Pelaksanaan Pemilu
Pemilu dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali. Hari, tanggal,
dan waktu pemungutan suara Pemilu ditetapkan dengan
keputusan KPU. Pemungutan suara dilaksanakan secara
serentak pada hari libur atau hari yang diliburkan secara nasional.
Tahapan Pelaksanaan Pemilu meliputi:
a. Perencanaan program dan anggaran serta penyusunan
peraturan pelaksanaan Penyelenggaraan Pemilu;
b. Pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar Pemilih;
c. Pendaftaran dan verifikasi Peserta Pemilu;
d. Penetapan Peserta Pemilu;
e. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
f. Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota
DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten kota;
g. Masa Kampanye Pemilu;
h. Masa Tenang;
i. Pemungutan dan penghitungan suara;
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 19
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

j. Penetapan hasil Pemilu;


k. Pengucapan sumpah janji Presiden dan Wakil Presiden
serta anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota.
Pemungutan suara di luar negeri dapat dilaksanakan bersamaan
atau sebelum pemungutan suara pada hari libur atau hari yang
diliburkan secara nasional. Tahapan Penyelenggaraan Pemilu
dimulai paling lambat 20 (dua puluh) bulan sebelum hari
pemungutan suara. Penetapan Pasangan Calon terpilih paling
lambat 14 (empat belas) hari sebelum berakhirnya masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden. Ketentuan lebih lanjut mengenai
rincian tahapan Penyelenggaraan Pemilu diatur dengan Peraturan
KPU.
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu
kesatuan daerah pemilihan. Pemilu untuk memilih anggota DPR,
DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan
sistem proporsional terbuka. Pemilu untuk memilih anggota DPD
dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak.

4. Pemungutan suara
KPU bertanggung jawab dalam merencanakan dan menetapkan
standar serta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian
perlengkapan pemungutan suara. Sekretaris Jenderal KPU,
sekretaris KPU Provinsi, dan sekretaris KPU Kabupaten/Kota
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengadaan dan
pendistribusian perlengkapan pemungutan suara.
Pemungutan suara Pemilu diselenggarakan secara serentak.
Hari, tanggal, dan waktu pemungutan suara Pemilu ditetapkan
dengan keputusan KPU.
Perlengkapan pemungutan suara terdiri atas:
a. Kotak suara;
b. Surat suara;
c. Tinta;
d. Bilik pemungutan suara;
e. Segel;
f. Alat untuk mencoblos pilihan;
g. Tempat pemungutan suara.
Selain perlengkapan pemungutan suara, diperlukan dukungan
perlengkapan lainnya untuk menjaga keamanan, kerahasiaan,
dan kelancaran pelaksanaan pemungutan suara dan

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 20


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penghitungan suara. Bentuk, ukuran, spesifikasi teknis, dan


perlengkapan pemungutan suara lainnya diatur dengan Peraturan
KPU.
Pengadaan perlengkapan pemungutan suara dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. sedangkan
Pengadaan perlengkapan pemungutan suara pada tempat
pemungutan suara dilaksanakan oleh KPPS bekerja sama
dengan masyarakat.
Perlengkapan pemungutan suara kecuali pada perlengkapan
tempat pemungutan suara harus sudah diterima KPPS paling
lambat 1 (satu) hari sebelum hari pemungutan suara.
Pendistribusian perlengkapan pemungutan suara dilakukan oleh
Sekretariat Jenderal KPU, sekretariat KPU Provinsi, dan
sekretariat KPU Kabupaten/Kota. Dalam pendistribusian dan
pengamanan perlengkapan pemungutan suara, KPU dapat
bekerjasama dengan pemerintah, pemerintah daerah, Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Surat suara untuk Pasangan Calon memuat foto, nama, nomor
urut, dan tanda gambar partai politik dan/atau tanda gambar
gabungan partai politik pengusul Pasangan Calon. Sedangkan
untuk calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota memuat tanda gambar partai politik, nomor urut
partai politik, nomor urut dan nama calon anggota DPR, DPRD
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota untuk setiap daerah
pemilihan.
Surat suara untuk calon anggota DPD memuat pas foto diri
terbaru dan nama calon anggota DPD untuk setiap daerah
pemilihan. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, ukuran
warna, dan spesifikasi teknis lain surat suara ditetapkan dalam
Peraturan KPU.

5. Penetapan Hasil Pemilu


Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden terdiri atas perolehan
suara Pasangan Calon. Sedangkan Hasil Pemilu anggota DPR,
DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota terdiri atas
perolehan suara partai politik calon anggota DPR, DPRD provinsi,
dan DPRD kabupaten/kota serta perolehan suara calon anggota
DPD. KPU wajib menetapkan secara nasional hasil Pemilu
anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, dan hasil
Pemilu anggota DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
Perolehan suara Pasangan Calon ditetapkan oleh KPU dalam
sidang pleno terbuka. Perolehan suara partai politik untuk calon
anggota DPR dari perolehan suara untuk calon anggota DPD
ditetapkan oleh KPU dalam sidang pleno terbuka. Perolehan
suara partai politik untuk calon anggota DPRD provinsi ditetapkan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 21
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

oleh KPU Provinsi dalam sidang pleno terbuka. Perolehan suara


partai politik untuk calon anggota DPRD, kabupaten/kota
ditetapkan oleh KPU Kabupaten/Kota dalam sidang pleno terbuka.
KPU menetapkan hasil Pemilu secara nasional dan hasil
perolehan suara Pasangan Calon, perolehan suara partai politik
untuk calon anggota DPR, dan perolehan suara untuk calon
anggota DPD paling Iambat 35 (tiga puluh lima) hari setelah hari
pemungutan suara. Sedangkan KPU Provinsi menetapkan hasil
perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPRD provinsi
paling lambat 25 (dua puluh lima) hari setelah hari pemungutan
suara. Kemudian KPU Kabupaten/Kota menetapkan hasil
perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPRD
kabupaten/kota paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah hari
pemungutan suara.
Partai Politik Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas
perolehan suara paling sedikit 4% (empat persen) dari jumlah
suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan
perolehan kursi anggota DPR. Seluruh Partai Politik Peserta
Pemilu diikutkan dalam penentuan perolehan kursi anggota DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
Partai Politik Peserta Pemilu yang tidak memenuhi ambang batas
perolehan suara tidak disertakan pada penghitungan perolehan
kursi DPR di setiap daerah pemilihan. Dalam hal penghitungan
perolehan kursi DPR, suara sah setiap partai politik yang
memenuhi ambang batas perolehan suara dibagi dengan bilangan
pembagi 1 dan diikuti secara berurutan oleh bilangan ganjil 3; 5;
7; dan seterusnya. Dalam hal penghitungan perolehan kursi
DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota, suara sah setiap partai
politik dibagi dengan bilangan pembagi 1 dan diikuti secara
berurutan oleh bilangan ganjil 3; 5; 7; dan seterusnya.

6. Penanganan Tindak Pidana Pemilu


Tata cara penanganan tindak pidana Pemilu, antara lain:
a. Laporan dugaan tindak pidana Pemilu diteruskan oleh
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
dan/atau Panwaslu Kecamatan kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh
empat) jam sejak Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, dan/atau Panwaslu Kecamatan
menyatakan bahwa perbuatan atau tindakan yang diduga
merupakan tindak pidana Pemilu.
b. Perbuatan atau tindakan yang diduga merupakan tindak
pidana Pemilu dinyatakan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kabupaten/Kota, dan/atau Panwaslu Kecamatan
setelah berkoordinasi dengan Kepolisian Negara Republik
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 22
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia dalam


Gakkumdu.
c. Laporan dugaan tindak pidana Pemilu disampaikan secara
tertulis dan paling sedikit memuat:
1) Nama dan alamat pelapor;
2) Pihak terlapor;
3) Waktu dan tempat kejadian perkara;
4) Uraian kejadian.
Penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan tindak
pidana Pemilu dilakukan berdasarkan UndangUndang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, kecuali ditentukan lain
dalam Undang-Undang ini. Untuk dapat ditetapkan sebagai
penyelidik dan penyidik tindak pidana Pemilu harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Telah mengikuti pelatihan khusus mengenai penyelidikan
dan penyidikan tindak pidana Pemilu;
b. Cakap dan memiliki integritas moral yang tinggi selama
menjalankan tugasnya;
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin.
Penyelidik dalam melakukan penyelidikan menemukan bukti
permulaan yang cukup adanya dugaan tindak pidana Pemilu,
hasil penyelidikannya disertai berkas perkara disampaikan kepada
penyidik paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam.
Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia menyampaikan
hasil penyidikannya disertai berkas perkara kepada penuntut
umum paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya
laporan dan dapat dilakukan dengan tanpa kehadiran tersangka.
Dalam hal hasil penyidikan belum lengkap, dalam waktu paling
lama 3 (tiga) hari penuntut umum mengembalikan berkas perkara
kepada Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia disertai
petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi.
Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari sejak tanggal penerimaan berkas harus
sudah menyampaikan kembali berkas perkara tersebut kepada
penuntut umum.
Penuntut umum melimpahkan berkas perkara kepada pengadilan
negeri paling lama 5 (lima) hari sejak menerima berkas perkara
dan dapat dilakukan dengan tanpa kehadiran tersangka.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 23


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7. Ketentuan Pidana Pemilu


a. Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan
yang tidak benar mengenai diri sendiri atau diri orang lain
tentang suatu hal yang diperlukan untuk pengisian daftar
Pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 203, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta
rupiah).
b. Setiap kepala desa atau sebutan lain yang dengan sengaja
membuat keputusan dan/atau melakukan tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu Peserta Pemilu
dalam masa Kampanye, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (sam) tahun dan denda paling banyak
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
c. Setiap orang yang mengacaukan, menghalangi, atau
mengganggu jalannya Kampanye Pemilu dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
d. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan Kampanye
Pemilu di luar jadwal yang telah ditetapkan oleh KPU, KPU
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota untuk setiap Peserta
Pemilu, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua
belas juta rupiah).
e. Pelaksana kampanye dan/atau peserta kampanye yang
dengan sengaja mengakibatkan terganggunya pelaksanaan
Kampanye Pemilu di tingkat kelurahan/desa dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta
rupiah).
f. Seorang majikan/atasan yang tidak memberikan kesempatan
kepada seorang pekerja/karyawan untuk memberikan
suaranya pada hari pemungutan suara, kecuali dengan
alasan bahwa pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan,
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta
rupiah).
g. Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain
kehilangan hak pilihnya dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp24.000.000,00 (dua puluh empatjuta rupiah).
h. Setiap orang yang dengan kekerasan, dengan ancaman
kekerasan, atau dengan menggunakan kekuasaan yang ada
padanya pada saat pendaftaran Pemilih menghalangi
seseorang untuk terdaftar sebagai Pemilih dalam Pemilu
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 24
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menurut Undang-Undang ini dipidana dengan pidana


penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enamjuta rupiah).
i. Setiap orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan
suara menjanjikan atau memberikan uang atau materi
lainnya kepada Pemilih supaya tidak menggunakan hak
pilihnya atau memilih Peserta Pemilu tertentu atau
menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga
surat suaranya tidak sah, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
j. Setiap orang yang dengan sengaja menggagalkan
pemungutan suara, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
k. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan
curang untuk menyesatkan seseorang, dengan memaksa,
dengan menjanjikan atau dengan memberikan uang atau
materi lainnya untuk memperoleh dukungan bagi pencalonan
anggota DPD dalam Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 183 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah).
l. Setiap orang yang dengan sengaja membuat surat atau
dokumen palsu dengan maksud untuk memakai atau
menyuruh orang memakai, atau setiap orang yang dengan
sengaja memakai surat atau dokumen palsu untuk menjadi
bakal calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD
kabupaten/kota, untuk menjadi Pasangan Calon Presiden
dan Wakil Presiden dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak
Rp72.000.000,OO (tujuh puluh dua juta rupiah).

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 25


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 4
INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

1. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan ITE


a. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data
elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara,
gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange
(EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks,
telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses,
simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti
atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
b. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan
Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
c. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses,
mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan
informasi.
d. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang
dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam
bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau
sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau
didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode
akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
e. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan
prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,
menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik.
f. Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan
Sistem Elektronik oleh penyelenggara negara, Orang, Badan
Usaha, dan/atau masyarakat. Penyelenggara Sistem
Elektronik adalah setiap Orang, penyelenggara negara,
Badan Usaha, dan masyarakat yang menyediakan,
mengelola, dan/atau mengoperasikan Sistem Elektronik,
baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kepada
pengguna Sistem Elektronik untuk keperluan dirinyadan/atau

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 26


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

keperluan pihak lain.


g. Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua Sistem
Elektronik atau lebih, yang bersifat tertutup ataupun terbuka.
h. Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu Sistem
Elektronik yang dibuat untuk melakukan suatu tindakan
terhadap suatu Informasi Elektronik tertentu secara otomatis
yang diselenggarakan oleh Orang.
i. Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik
yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang
menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam
Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh Penyelenggara
Sertifikasi Elektronik.
j. Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum
yang berfungsi sebagai pihak yang layak dipercaya, yang
memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik.
k. Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah lembaga independen
yang dibentuk oleh profesional yang diakui, disahkan, dan
diawasi oleh Pemerintah dengan kewenangan mengaudit
dan mengeluarkan sertifikat keandalan dalam Transaksi
Elektronik.
l. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri
atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau
terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan
sebagai alat verifikasi dan autentikasi.
m. Penanda Tangan adalah subjek hukum yang terasosiasikan
atau terkait dengan Tanda Tangan Elektronik.
n. Komputer adalah alat untuk memproses data elektronik,
magnetik, optik, atau sistem yang melaksanakan fungsi
logika, aritmatika, dan penyimpanan.
o. Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem
Elektronik yang berdirisendiri atau dalam jaringan.
p. Kode Akses adalah angka, huruf, simbol, karakter lainnya
atau kombinasi di antaranya, yang merupakan kunci untuk
dapat mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik
lainnya.
q. Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yangdibuat
melalui Sistem Elektronik.

2. Asas dan tujuan ITE


Pemanfaatan teknologi ITE dilaksanakan berdasarkan asa
kepastian hukum, menfaat, kehati-hatian, iktikad baik dan
kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 27


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pemanfaatan Teknologi ITE dilaksanakan dengan tujuan untuk:


a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari
mesyarakat informasi dunia;
b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;
d. Membuka kesempatan seluas-seluasnya kepada setiap
orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di
bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi informasi
seoptimal mungkin dan bertanggungjawab;
e. Memberikan rasa aman, keadilan dan kepastian hukum bagi
pengguna dan penyelenggara teknologi informasi.

3. Ujaran kebencian dan Hoaks


Ujaran kebencian (Inggris: hate speech) adalah tindakan
komunikasi yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok
dalam bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan kepada individu
atau kelompok yang lain dalam hal berbagai aspek seperti ras,
warna kulit, etnis, gender, cacat, orientasi seksual,
kewarganegaraan, agama, dan lain-lain.
Dalam arti hukum, hate speech adalah perkataan, perilaku,
tulisan, ataupun pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu
terjadinya tindakan kekerasan dan sikap prasangka entah dari
pihak pelaku, pernyataan tersebut, atau korban dari tindakan
tersebut. Situs yang menggunakan atau menerapkan hate
speech ini disebut hate site. Kebanyakan dari situs ini
menggunakan forum internet dan berita untuk mempertegas sudut
pandang tertentu.
Hoaks adalah menggiring opini masyarakat dan kemudian
membentuk persepsi yang salah terhadap suatu informasi yang
sebenarnya. HOAX merupakan informasi yang direkayasa untuk
menutupi informasi sebenarnya, dengan kata lain HOAX diartikan
sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi
yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya,
dapat pula diartikan sebagai tindakan mengabutkan informasi
yang sebenarnya, dengan cara membanjiri suatu media dengan
pesan yang salah agar bisa menutupi informasi yang benar.
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sebagaimana yang telah
diubah oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU 19/2016) unsur dengan
sengaja dan tanpa hak selalu muncul dalam perumusan tindak
pidana siber. ‘Tanpa hak’ maksudnya tidak memiliki alas hukum
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 28
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang sah untuk melakukan perbuatan yang dimaksud. Alas hak


dapat lahir dari peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau
alas hukum yang lain. ‘Tanpa hak’ juga mengandung makna
menyalahgunakan atau melampaui wewenang yang diberikan.
Perbuatan yang dilarang dalam Pasal 28 ayat (2) UU ITE ialah
dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan
suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Ancaman pidana dari Pasal 28 ayat (2) UU ITE tersebut diatur
dalam Pasal 45A ayat (2) UU 19/2016, yakni:
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 1 miliar.

Rangkuman

1. Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan


dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Tindak Pidana Pemilihan (Pasal 145 UU No. 10/2016)
Undang-undang 10 tahun 2016 tidak memberikan pengertian
secara khusus tentang arti Tindak Pidana Pemilihan, namun
memberikan batasan Tindak pidana Pemilihan merupakan
pelanggaran atau kejahatan terhadap ketentuan Pemilihan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
3. Tahapan Pelaksanaan Pemilu meliputi:
a. Perencanaan program dan anggaran serta penyusunan
peraturan pelaksanaan Penyelenggaraan Pemilu;
b. Pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar Pemilih;
c. Pendaftaran dan verifikasi Peserta Pemilu;
d. Penetapan Peserta Pemilu;
e. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 29
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

f. Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota


DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupatenjkota;
g. Masa Kampanye Pemilu;
h. Masa Tenang;
i. Pemungutan dan penghitungan suara;
j. Penetapan hasil Pemilu;
k. Pengucapan sumpahjjanji Presiden dan Wakil Presiden serta
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota.
4. Ancaman pidana dari Pasal 28 ayat (2) UU ITE tersebut diatur
dalam Pasal 45A ayat (2) UU 19/2016, yakni:
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 1 miliar.

Soal Latihan
1. Jelaskan Pengertian, perkara, larangan dan Ormas menurut UU
Partai politik!
2. Jelaskan tahapan pemilihan kepala daerah!
3. Jelaskan penyelenggara dan pelaksanaan Pemilu!
4. Jelaskan ujaran Kebencian dan hoaks dalam UU ITE!

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 30


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PERMASALAHAN BIDANG
Modul POLITIK DALAM PEMILU DAN
02 PILKADA

8 JP (360 menit)

PENGANTAR

Modul permasalahan bidang politik dalam pemilu dan pilkada membahas


materi tentang permasalahan dalam pendaftaran, pencoblosan pemilu
dan pilkada, permasalahan dalam peghitungan, pengumuman,
penyelenggara pemilu dan pilkada, permasalahan dalam peserta dan
pemilih pemilu dan pilkada.

Tujuan diberikan modul ini agar peserta pelatihan memahami


permasalahan pemilu dan pilkada.

Standar Kompetensi
Memahami permasalahan Pemilu dan Pilkada.

KOMPETENSI DASAR

1. Memahami permasalahan dalam pendaftaran dan pencoblosan


Pemilu dan Pilkada
Indikator hasil belajar :
a. Menjelaskan permasalahan yang terjadi dalam pendaftaran
Pemilu dan Pilkada;
b. Menjelaskan permasalahan yang terjadi dalam pencoblosan
Pemilu dan Pilkada.

2. Memahami permasalahan dalam penghitungan, pengumuman dan


penyelenggara Pemilu dan Pilkada
Indikator hasil belajar :
a. Menjelaskan permasalahan yang terjadi dalam penghitungan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 31
HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pemilu dan Pilkada;


b. Menjelaskan permasalahan yang terjadi dalam pengumuman
Pemilu dan Pilkada;
c. Menjelaskan permasalahan penyelenggaran Pemilu dan
Pilkada;

3. Memahami permasalahan peserta, pemilih Pemilu dan Pilkada


Indikator hasil belajar :
a. Menjelaskan permasalahan peserta Pemilu dan Pilkada;
b. Menjelaskan permasalahan pemilih Pemilu dan Pilkada.

MATERI PELAJARAN

1. Pokok Bahasan

Permasalahan pendaftaran dan pencoblosan Pemilu dan Pilkada

Sub Pokok Bahasan:

a. Permasalahan yang terjadi pendaftaran Pemilu dan Pilkada;


b. Permasalahan yang terjadi pencoblosan Pemilu dan Pilkada.

2. Pokok Bahasan

Permasalahan penghitungan, pengumuman dan penyelenggara


Pemilu dan Pilkada
Sub Pokok Bahasan:
a. Permasalahan yang terjadi penghitungan Pemilu dan Pilkada;
b. Permasalahan yang terjadi pengumuman Pemilu dan Pilkada;
c. Permasalahan penyelenggara Pemilu dan Pilkada.

3. Pokok Bahasan

Permasalahan peserta, pemilih Pemilu dan Pilkada

Sub Pokok Bahasan :

a. Permasalahan peserta Pemilu dan Pilkada;


b. Permasalahan pemilih Pemilu dan Pilkada.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 32


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

METODA PEMBELAJARAN

1. Metoda Ceramah
Metoda ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang
permasalahn di bidang politik dalam pemilu dan pilkada yang terdiri
dari: Permasalahan Dalam Pendaftaran dan Pencoblosan Pemilu
dan Pilkada, Permasalahan Dalam Penghitungan, Pengumuman dan
Penyelenggara Pemilu dan Pilkada, Permasalahan Dalam Peserta
dan Pemilih Pemilu dan Pilkada.
2. MetodaTanya Jawab
Metoda ini digunakan untuk memperdalam penguasaan materi yang
dilakukan melalui kegiatan tanya jawab.
3. Metoda Diskusi
Metoda ini digunakan untuk mendiskusikan tentang :
a. Permasalahan pendaftaran, pencoblosan Pemilu dan Pilkada,
b. Permasalahan penghitungan, pengumuman serta
penyelenggara Pemilu dan Pilkada,
c. Permasalahan peserta, pemilih Pemilu dan Pilkada.
4. Metode Penugasan
Metoda ini digunakan untuk memperdalam penguasaan materi,
metode ini diterapkan dengan memberikan tugas membuat resume
materi tentang permasalahan bidang politik dalam pemilu dan
pilkada.

ALAT/MEDIA, BAHAN DAN SUMBER BELAJAR


1. Alat/Media :
a. Whiteboard.
b. Papan Flipchart.
c. Kertas Flipchart.
d. Komputer / Laptop.
e. LCD.
f. Laser Point
2. Bahan
a. Spidol
b. Kertas Flipchart
c. Alat Tulis

3. Sumber
a. Undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
b. Undang-undang nomor 30 tahun 2018 tentang MPR,
DRP, DPRD dan DPD.
c. Undang-undang nomor 17 tahun 2014 tentang Pemilu.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 33


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Undang-undang nomor 2 tahun 2018 tentang Partai


Politik.

KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Tahap Awal : 10 menit.


a. Pelatih/instruktur/fasilitator memperkenalkan diri kepada para
peserta pelatihan.
b. Para peserta pelatihan memperkenalkan diri secara singkat
kepada pelatih/instruktur/fasilitator.
c. Pelatih/instruktur/fasilitator melakukan pencairan suasana kelas
agar tercipta interaksi antara pelatih/instruktur/fasilitator dan
peserta.
d. Pelatih/instruktur/fasilitator melakukan apersepsi dengan
menanyakan kepada peserta pelatihan tentang materi yang
akan dipelajari.

2. Tahap Inti : 335 menit.


a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi tentang permasalahan
bidang politik dalam pemilu dan pilkada.
b. Peserta pelatihan menyimak, mencatat hal-hal yang penting
dan menanggapi materi yang disampaikan Pelatih/instruktur.
c. Pelatih/instruktur menggali pendapat tentang materi yang telah
disampaikan
d. Peserta pelatihan dan pelatih/instruktur secara intensif
melakukan tanya jawab membahas materi yang disampaikan.
e. Pelatih/intruktur membagikan kelas ke dalam 3 kelompok.
f. Masing-masing kelompok diskusi membahas tentang:
1) Permasalahan, pendaftaran, pencoblosan Pemilu dan
Pilkada;
2) Permasalahan penghitungan, pengumuman dan
penyelenggara Pemilu dan Pilkada;
3) Permasalahan peserta, pemilih Pemilu dan Pilkada.
g. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya diskusi.
h. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta pelatihan
untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.
i. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya tanya jawab terhadap
peserta pelatihan.

3. Tahap akhir : 15 menit


a. Penguatan materi
Pelatih / instuktur memberikan ulasan dan pengguatan materi
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 34
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

secara umum.
b. Cek penguasaan materi :
Pelatih / instruktur / fasilitator mengecek penguasaan materi
pelatihan dengan cara bertanya secara lisan dan acak kepada
peserta pelatihan.
c. Learning point :
Pelatih / instruktur / fasilitator dan peserta merumuskan learning
point dari materi pelatihan.

Tagihan/Tugas

1. Mengumpulkan hasil diskusi kelompok


2. Mengumpulkan resume tentang materi Teknik dan Taktik
Penyelidikan dalam Pemilu dan Polkada

Lembar Kegiatan
A. Diskusi
1. Pelatih/intsruktur membagi kelas menjadi 3 kelompok;
2. Pelatih/instruktur memberikan materi diskusi sebagai berikut:
a. Permasalahan pendaftaran, pencoblosan Pemilu dan
Pilkada
b. Permasalahan penghitungan, pengumuman dan
penyelenggara Pemilu dan Pilkada
c. Permasalahan peserta, pemilih Pemilu dan Pilkada;
3. Peserta pelatihan melaksanakan diskusi;
4. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya diskusi.

B. Penugasan
Peserta pelatihan membuat resume materi yang telah disampaikan.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 35


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

BAHAN BACAAN

POKOK BAHASAN I

PERMASALAHAN PENDAFTARAN, PENCOBLOSAN


PEMILU DAN PILKADA

Merujuk Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016


tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, diatur ketentuan jenis
pelanggaran dalam Pilkada baik bersifat pidana Pemilu yang ditangani
oleh Gakkumdu, yakni Polri, Kejaksaan Agung, dan Bawaslu,
pelanggaran administratif ditangani KPU, pelanggaran kode etik di
tangani DKPP dan sengketa hasil penghitungan suara diproses di MK.

potensi permasalahan dalam Pilkada meliputi politik uang, kampanye


hitam, intimidasi, penggunaan fasilitas negara, pelibatan anak-anak saat
kampanye terbuka, mobilisasi PNS, penggunaan sarana pendidikan dan
ibadah untuk kampanye, serta kampanye di luar jadwal.

Sejumlah indikasi yang muncul asalah aktualnya sebagai berikut:

Pertama, potensi manipulasi pemilih baik dalam hal penyusunan DPT


yang tidak akurat sehingga dapat menghilangkan hak pilih masyarakat,
mobilisasi pemilih tertentu, penggunaan hak pilih secara ilegal dan upaya
menghalang-halangi penggunaan hak pilih. Persoalan DPT ini pada
dasarnya karena belum tuntasnya e-KTP.
Kedua, money politic, penggunaan uang sebagai alat untuk membeli
dukungan, suara maupun suap baik pada pemilih maupun pada
penyelenggara pemilu yang dapat memberi keuntungan atau merugikan
kandidat tertentu (Pasal 187A, UU 10/2016). Uang digunakan oleh
kandidat untuk mempengaruhi pilihan masyarakat, sedangkan uang juga
digunakan untuk membeli penyelenggara pemilu agar memanipulasi
penghitungan atau setidaknya menutup mata terhadap potensi
pelanggaran yang dilakukan kandidat tertentu (Pasal 73 ayat 1 dan 2, UU
10/2016).

Ketiga, abuse of power pejabat negara, aparatur sipil negara (ASN) atau
penyelenggara pemilu. Penyalahgunaan kekuasaan ini terjadi dengan
pemanfaatan pengaruh yang dapat memberikan keuntungan atau
merugikan calon tertentu semisal melalui mobilisasi dukungan ASN,
program pemerintah yang didomplengi oleh kandidat tertentu,
pemanfaatan fasilitas negara, hingga penggunaan kewenangan secara
ilegal demi memberi keuntungan atau merugikan kandidat tertentu (Pasal
70 ayat (3) UU 10 tahun 2016).

Hal ini karenanya menekankan netralitas dan imparsialitas daripada


penyelenggara pemilu, baik KPUD maupun Panwaslu dalam
menjalankan aturan main secara objektif dan tidak memihak. Terkait
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 36
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

masalah ini, Komisi Aparatur Sipil Negara bersama Bawaslu/Panwaslu


untuk bersinergi mengoptimalkan pengawasan dan memberikan sanksi
terhadap ASN yang berpolitik praktis.

Keempat, black campaign dan hoax. Pilkada akan diwarnai dengan


kampanye terselubung dan informasi palsu, sesat dan negatif yang
memanfaatkan jaringan online seperti blog, web, maupun medsos yang
memiliki jangkauan luas, intens, dan anonimitas. Hal ini digunakan untuk
memanipulasi kesadaran massa sehingga memberi respon afeksi
tertentu pada kandidat.
Respon afeksi ini dapat berupa perasaan positif dukungan maupun
kebencian yang pada akhirnya berpengaruh terhadap orientasi pilihan.
Kampanye hitam dan hoax dapat menghasut, menyebarkan kebencian
dan memecah belah masyarakat dan potensial menimbulkan konflik
horizontal (lihat Pasal 69 (b), (c) dan pasal 187 (ayat 2), UU 10/2016).

Terkait hal ini, Kementerian Kominfo bersama komunitas Humas di


seluruh kementerian/lembaga termasuk Dewan Pers serta organisasi
pers yang ada (PWI, AJI, IJTI, ATVSI dll) perlu bekerjasama meliterasi
masyarakat agar tidak termakan hoax, sekaligus Kemenkominfo
melanjutkan blokir terhadap situs-situs penyebar hoax dll.

Kelima, logistik pemilu, surat suara, formulir-formulir, dan lainnya.


Kualitas logistik tidak sesuai dengan aturan, secara sengaja menghalangi
distribusi untuk mengganggu tahapan Pilkada dan merusak kredibilitas
penyelenggara Pilkada.
Surat suara secara sengaja atau tidak sengaja desainnya dapat
memberikan kesan menguntungkan atau merugikan kandidat tertentu,
kuantitas yang tidak sesuai serta distribusi formulir seperti C1 plano untuk
para saksi, formulir C6 undangan untuk pemilih yang secara sengaja
diatur sedemikian rupa untuk membatasi akses atau memperluas akses
bagi pendukung kandidat tertentu.
1. Permasalahan yang terjadi dalam pendaftaran Pemilu dan
Pilkada

Kurang akuratnya atau tidak sinkronnya data yang ada pada


tingkat kewilayahan terkecil sampai kepada pemerintah tertinggi
(RT, RW, Desa, Kecamatan, dan seterusnya) hal ini
mengakibatkan data pemilih yang ada tidak dipercaya dan
memungkinkan peserta pemilih tidak puas dan berpotensi
menggugat hasil pemilu dan pilkada. Contohnya adanya data
pemilih fiktif (orang yang meninggal masih didatakan, orang yang
sudah pindah alamat tapi masih di jadikan pemilih ditempat
tersebut). Idealnya permasalahan data tersebut harus diverifikasi
sehingga jumlah pemilih sesuai dengan data yang ada.
Pendaftaran bakal calon pemilu dan pilkada baik oleh partai politik
maupun perorangan sering kali menjadi keributan internal partai

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 37


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

politik atau dengan panitia pemilihan, hal itu bisa dikarenakan


kurangnya persyaratan dari bakal calon tersebut atau dari partai
pengusung.
2. Permasalahan yang terjadi dalam pencoblosan Pemilu dan
Pilkada.
Adanya ketidak siapan dari panitia pemilihan terutama ditingkat
Tempat Pemungutan Suara. Hal itu, disebabkan kurang sosialisasi
pelaksanaan pemilihan sehingga mengakibatkan sebagai berikut :
a. Terdapat pemilih yang tidak sesuai dengan data
b. Terdapat saksi yang menolak menandatangani hasil
pencoblosan
c. Adanya kecurangan dari pihak panitia yang mencoblos
sisa kertas suara yang tidak terpakai.
d. Waktu pencoblosan sudah habis namun pemilih masih
banyak yang akan mencoblos.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 38


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN II
PERMASALAHAN PENGHITUNGAN, PENGUMUMAN,
PENYELENGGARA PEMILU DAN PILKADA

1. Permasalahan yang terjadi dalam penghitungan Pemilu dan


Pilkada
a. Sah tidaknya surat suara dikarenakan rusaknya kertas
suara.
b. Adanya penggelembungan dan pengurangan hasil
hitung suara.
c. Tidak singkronnya hasil suara di TPS dengan panitia
pemungutan suara di tingkat atas.

2. Permasalahan yang terjadi dalam pengumuman Pemilu dan


Pilkada
a. Adanya ketidak puasan terhadap hasil penghitungan
suara diikuti aksi unjuk rasa yang diwarnai anarkis.
b. Partai politik yang tidak puas menempuh jalur hukum.
c. Bertemunya dua kubu yang menang dan yang kalah
berpotensi terjadinya konflik.
d. Adanya intimidasi kepada pihak penyelenggara Pemilu
dan Pilkada.
e. Adanya mobilisasi massa peserta pemilu terhadap
penyelenggara pemilu dan pilkada.

3. Permasalahan penyelenggara dalam Pemilu dan Pilkada


Secara umum permasalahan penyelenggara dalam pemilu dan
pilkada Issue Sistem Pemilu dan Pilkada:
a. Penyaringan balon parpol yang belum demokratis dan
transparan.
b. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terjerat kasus
korupsi.
c. Anggaran penyelenggaraan yang besar.
d. Politik uang.
e. Sistem perwakilan dianggap sebagai solusi kerumitan
Pemilu dan Pilkada .
f. Calon terpilih tidak berpengalaman di bidang birokrasi
dan cenderung menyalahgunakan wewenangnya untuk
kepentingan politik dan ekonomi dengan bongkar
pasang birokrasi tanpa mengindahkan regulasi.
g. Mahalnya biaya penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada
sebagai konsekuensi regulasi yang tidak efektif dan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 39
HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

efisien.
h. Proses pencalonan oleh Parpol sarat dengan politik
uang dibandingkan saat pemungutan suara.
i. Tidak ada standar regulasi dalam Pemilu dan Pilkada
sehingga penyelenggara mempunyai andil dalam
masalah ketidaklengkapan regulasi sehingga
menghancurkan kredibilitas KPU sebagai
penyelenggara Pemilu dan Pilkada.
j. Syarat dukungan calon perseorangan yang dikaitkan
dengan jumlah penduduk dibandingkan syarat
pencalonan untuk parpol yang berbasis kursi atau
perolehan suara sah.
k. Pencalonan perseorangan mendayagunakan KTP dan
Kartu Keluarga untuk memanipulasi dukungan.
l. Manajemen verifikasi dukungan calon perseorangan.
m. Perseorangan dijadikan sebagai pasangan boneka
oleh parpol untuk mengantisipasi kurangnya pasangan
calon yang mendaftar.

Sedangkan tudingan dari peserta Pemilu dan Pilkada


terhadap penyelenggara adalah hal-hal yang menyangkut
tentang:
a. Independensi dan Profesionalime Penyelenggara.
b. Validitas data dan daftar Pemilih.
c. Penyaringan balon oleh Parpol belum demokratis dan
transparan.
d. Dukungan minimal balon perseorangan dan
manajemen verifikasi.
e. Masa kampanye pendek dan belum maksimalnya
penegakkan hukum pelanggaran kampanye.
f. Perencanaan, pengelolaan dan distribusi Logistik.
g. Sengketa hukum dan penyelesaiannya.
h. Peranan Kepolisian dalam pengamanan Pemilu dan
Pilkada.
i. Netralitas birokrasi.
Pemahaman pemangku kepentingan terhadap paraturan
penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 40


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN III

PERMASALAHAN PESERTA, PEMILIH PEMILU DAN PILKADA

Pemilu dan Pilkada identik dengan kecurangan, adudomba dan


pembusukan karakter dimana para pendukung panatik dan tim sukses
akan mencari cara untuk mensosialisasikan jagoannya masing-masing.
Kerap kali didapatkan kampanye-kampanye yang tidak mendidik atau
orang sebut kampanye hitam (black campaign), menjelek-jelekkan pihak
lain atau calon lain adalah hal yang umum ditemukan dalam pilkada.
Mungkin ini salah satu cara mereka untuk mencapai kemenangan.
Teori ini banyak dipraktekkan oleh pemimpin fasis-otoriter dunia hingga
politisi lokal yang haus kekuasaan. Prinsip ini sangat tidak bermoral dan
mengabaikan nilai-nilai yang baik. Idealnya Pemilu dan pilkada
kekerasan politik dan praktek curang dapat diminimalisir.

Sebagai negara yang demokratis partisipasi masyarakat dalam segala


hal sangat dibutuhkan termasuk dalam penyelenggaraan pemilu,
sepanjang sejarah pemilhan umum di indonesia sejak tahun 1955-
sekarang rendahnya partisipasi pemilih selalu jadi masalah, hal rersebut
disebabkan beberapa faktor salah satunya adalah rendah tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap para kandidat, sehingga para pemilih
rasional lebih memilih abstain (golput).

Gerakan kampanye tidak memilih (golput) selalu ada, mereka


menganggap bahwa tidak ada calon pemimpin yang layak dan dianggap
mampu menyelesaikan krisis pada saat itu, serta menganggap pemilu
adalah metode lain untuk menciptakan koruptor-koruptor baru dan
penindasan yang sistematis.

Kualitas kandidat sangat mempengaruhi tingkat patrisipasi pemilih, karna


golongan pemilih rasional akan massif berpartisipasi ketika paslon yang
berkompetisi memiliki kualitas pengetahuan dan bertanggung jawab,
namun ketika yang tampil sebagai kompetitor adalah politisi karbitan dan
hanya mengandalkan materi maka kelompok pemilih pragmatis yang
akan bermunculan.

Sosialisasi dan ajakan menggunakan hak suara ditanggal 27/06/2018


cukup massif, KPU sebagai lembaga penyelenggara telah melakukannya
dengan maksimal. Yang perlu berhati-hati adalah calon pemilih jangan
smpai salah menjatuhkan pilihan karna itu akan menentukan nasib kita
lima tahun kedepan.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 41


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Salahsatu wujud dari kegiatan sosial politik khususnya dalam


penyelenggaraan Pemilu dan pilkada idealnya adalah usaha-usaha yang
ditempuh warga Negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan
bersama. Namun permasalahan yang muncul justru sebaliknya Pemilu
dan Pilkada dijadikan sebagai kendaraan untuk mewujudkan kekuasaan
sekelompok orang dan mengabaikan kepentingan banyak orang,
akibatnya banyak orang yang antipati atau masabodoh terhadap
penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada.
Selain itu penyelenggaraan pemilu dan Pilkada selalu dijadikan ajang
untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat.
Akibatnya, sering muncul para peserta pemilu dan pilkada melakukan
perbuatan yang menghalalkan segala cara untuk merebut suara rakyat
walaupun harus menipu, membohongi dan mengorbankan sumber-
sumber Negara yang dianggap penting (Masyarakat, kekayaan negara).
1. Permasalahan peserta dalam Pemilu dan Pilkada
a. Sistem informasi partai politik masih belum berjalan
menyebabkan kisruh pada awal pendaftaran
administrasi partai politik dan tidak jarang banyak
partai yang gugur atau tidak lolos dan menggugat KPU
walaupun ada diantara peserta pemilu yang dinyatakan
berhak mengikuti pemilu.
b. Terdapat kader partai yang terlibat perkara korupsi.
c. Terdapat perbedaan pendapat dalam partai, sehingga
menyebabkan tidak jelas pengurusnya.
2. Permasalahan pemilih dalam Pemilu dan Pilkada
Masih banyak pemilih yang mempunyai sifat budaya politik
parokial (parochial political culture), sempit kedaerahan, kesukuan,
golongan akibatnya pemilih mudah diprovokasi yang
memunculkan konflik sosial baik vertikal maupun horizontal.
budaya politik kaula juga sifatnya selalu berorientasi kepada
output, hamba, mengabdi pada yang diatas atau penguasa atau
orang-orang yang berpengaruh. Permasalahan yang muncul
adalah masyarakat pemilih selalu menjadi obyek dalam perebutan
kekuasaan dengan cara membodohi para pemilih dengan politik
uang. Permasalahan lain ada kecemburuan dari peserta pemilu
dan pemilukada yang beranggapan incumbent selalu diuntungkan
oleh pemilih kaula, dan pemilih kaula biasanya berada di daerah
terpencil dan jauh dari pemantauan pengawas pemilu dan pilkada.
Adanya Ikatan primordial kuat dan berakar, adanya sentimen
suku, agama. Permasalahan yang muncul adalah masyarakat
pemilih rentan konflik, dan sering memunculkan tuduhan
kecurangan dalam penyelenggaraan pemilihan.
Dilema interaksi modernisasi dan tradisional, adanya
pengelompokan masyarakat yang modernisasi dan tradisional
menyebabkan kerawanan dan penipuan suara.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 42


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman
1. Kurang akuratnya atau tidak sinkronnya data yang ada pada tingkat
kewilayahan terkecil sampai kepada pemerintah tertinggi (RT, RW,
Desa, Kecamatan, dan seterusnya) hal ini mengakibatkan data
pemilih yang ada tidak dipercaya dan memungkinkan peserta pemilih
tidak puas dan berpotensi menggugat hasil pemilu dan pilkada.

2. Adanya ketidak siapan dari panitia pemilihan terutama ditingkat


Tempat Pemungutan Suara. Hal itu, disebabkan kurang sosialisasi
pelaksanaan pemilihan sehingga mengakibatkan sebagai berikut :
a. Terdapat pemilih yang tidak sesuai dengan data
b. Terdapat saksi yang menolak menandatangani hasil
pencoblosan
c. Adanya kecurangan dari pihak panitia yang mencoblos
sisa kertas suara yang tidak terpakai.

3. Permasalahan yang terjadi dalam perhitungan pemilu dan pilkada


antara lain:
a. Sah tidaknya surat suara dikarenakan rusaknya kertas
suara.
b. Adanya penggelembungan dan pengurangan hasil hitung
suara.
c. Tidak singkronnya hasil suara di TPS dengan panitia
pemungutan suara di tingkat atas.

4. Permaslahan yang terjadi dalam pengumuman pemilu dan pilkada


antara lain:
a. Adanya ketidak puasan terhadap hasil penghitungan
suara diikuti aksi unjuk rasa yang diwarnai anarkis.
b. Partai politik yang tidak puas menempuh jalur hukum.
c. Bertemunya dua kubu yang menang dan yang kalah
berpotensi terjadinya konflik.
d. Adanya intimidasi kepada pihak penyelenggara Pemilu
dan Pilkada.
e. Adanya mobilisasi massa peserta pemilu terhadap
penyelenggara pemilu dan pilkada.

5. Secara umum permasalahan penyelenggara dalam pemilu dan


pilkada Issue Sistem Pemilu dan Pilkada:
a. Penyaringan balon parpol yang belum demokratis dan
transparan.
b. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terjerat kasus
korupsi.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 43


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Anggaran penyelenggaraan yang besar.


d. Politik uang.
e. Sistem perwakilan dianggap sebagai solusi kerumitan
Pemilu dan Pilkada .
f. Calon terpilih tidak berpengalaman di bidang birokrasi
dan cenderung menyalahgunakan wewenangnya untuk
kepentingan politik dan ekonomi dengan bongkar
pasang birokrasi tanpa mengindahkan regulasi.
g. Mahalnya biaya penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada
sebagai konsekuensi regulasi yang tidak efektif dan
efisien.
h. Proses pencalonan oleh Parpol sarat dengan politik
uang dibandingkan saat pemungutan suara.
i. Tidak ada standar regulasi dalam Pemilu dan Pilkada
sehingga penyelenggara mempunyai andil dalam
masalah ketidaklengkapan regulasi sehingga
menghancurkan kredibilitas KPU sebagai penyelenggara
Pemilu dan Pilkada.
j. Syarat dukungan calon perseorangan yang dikaitkan
dengan jumlah penduduk dibandingkan syarat
pencalonan untuk parpol yang berbasis kursi atau
perolehan suara sah.
k. Pencalonan perseorangan mendayagunakan KTP dan
Kartu Keluarga untuk memanipulasi dukungan.
l. Manajemen verifikasi dukungan calon perseorangan.
m. Perseorangan dijadikan sebagai pasangan boneka oleh
parpol untuk mengantisipasi kurangnya pasangan calon
yang mendaftar.

6. Permasalahan peserta dalam pemilu dan pilkada


a. Sistem informasi partai politik masih belum berjalan
menyebabkan kisruh pada awal pendaftaran administrasi
partai politik dan tidak jarang banyak partai yang gugur
atau tidak lolos dan menggugat KPU walaupun ada
diantara peserta pemilu yang dinyatakan berhak
mengikuti pemilu.
b. Terdapat kader partai yang terlibat perkara korupsi.
c. Terdapat perbedaan pendapat dalam partai, sehingga
menyebabkan tidak jelas pengurusnya.

7. Masih banyak pemilih yang mempunyai sifat budaya politik parokial


(parochial political culture), sempit kedaerahan, kesukuan, golongan
akibatnya pemilih mudah diprovokasi yang memunculkan konflik
sosial baik vertikal maupun horizontal. budaya politik kaula juga
sifatnya selalu berorientasi kepada output, hamba, mengabdi pada
yang diatas atau penguasa atau orang-orang yang berpengaruh.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 44


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Permasalahan yang muncul adalah masyarakat pemilih selalu


menjadi obyek dalam perebutan kekuasaan dengan cara membodohi
para pemilih dengan politik uang. Permasalahan lain ada
kecemburuan dari peserta pemilu dan pemilukada yang
beranggapan incumbent selalu diuntungkan oleh pemilih kaula, dan
pemilih kaula biasanya berada di daerah terpencil dan jauh dari
pemantauan pengawas pemilu dan pilkada.

Latihan

1. Jelaskan permasalahan yang terjadi dalam pendaftaran Pemilu dan


Pilkada !

2. Jelaskan permasalahan yang terjadi dalam pencoblosan Pemilu dan


Pilkada !

3. Jelaskan permasalahan yang terjadi dalam penghitungan Pemilu dan


Pilkada !

4. Jelaskan Permasalahan yang Terjadi Dalam Pengumuman Pemilu


dan Pilkada !

5. Jelaskan Permasalahan Penyelenggara Dalam Pemilu dan Pilkada !

6. Jelaskan Permasalahan Peserta dalam Pemilu dan Pilkada !

7. Jelaskan Permasalahan Pemilih dalam Pemilu dan Pilkada !

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 45


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

TEKNIK DAN TAKTIK


Modul PENYELIDIKAN DALAM PEMILU
03 DAN PILKADA

8 JP (270 menit)

PENGANTAR

Modul teknik dan taktik penyelidikan dalam Pemilu dan Pilkada ini
membahas materi tentang teknik penyelidikan terbuka, teknik
penyelidikan tertutup, dan taktik penyelidikan.
Tujuan diberikan modul ini agar peserta pelatihan memahami
penggunaan teknik dan taktik penyelidikan.

Standar Kompetensi

Memahami dan mampu melaksanakan teknik dan taktik penyelidikan


dalam Pemilu dan Pilkada

KOMPETENSI DASAR

1. Memahami teknik penyelidikan terbuka


Indikator hasil belajar :
a. Menjelaskan teknik Penelitian;
b. Menjelaskan teknik Wawancara;
c. Menjelaskan teknik Interogasi.

2. Memahami teknik penyelidikan tertutup


Indikator hasil belajar :
a. Menjelaskan teknik Eliciting;
b. Menjelaskan teknik Pengamatan dan Penggambaran (matbar);
c. Menjelaskan teknik Penjejakan;
d. Menjelaskan teknik Penyadapan;
e. Menjelaskan teknik Penyusupan;
f. Menjelaskan teknik Penyurupan.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 46


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Memahami taktik penyelidikan


Indikator hasil belajar :
d. Menjelaskan taktik Cover;
e. Menjelaskan taktik Desepsi.

MATERI PELAJARAN

1. Pokok Bahasan

Teknik penyelidikan terbuka

Sub Pokok Bahasan:

a. Teknik Penelitian
b. Teknik Wawancara
c. Teknik Interogasi

2. Pokok Bahasan

Teknik penyelidikan tertutup

Sub Pokok Bahasan:

a. Teknik Eliciting
b. Teknik Pengamatan dan Penggambaran (Matbar);
c. Teknik Penjejakan;
d. Teknik Penyadapan;
e. Teknik Penyusupan;
d. Teknik Penyurupan.

3. Pokok Bahasan

Taktik penyelidikan

Sub Pokok Bahasan:

a. Taktik Cover.
b. Taktik Desepsi

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 47


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

METODE PEMBELAJARAN

1. Metoda Ceramah.
Metoda ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang teknik dan
taktik penyelidikan dalam pemilu dan pilkada yang terdiri dari: teknik
penyelidikan terbuka, teknik penyelidikan tertutup, dan taktik
penyelidikan.

2. Metoda Tanya Jawab


Metoda ini digunakan untuk memperdalam penguasaan materi yang
dilakukan melalui kegiatan tanya jawab.

3. Metoda Diskusi
Metoda ini digunakan untuk mendiskusikan tentang:
a. Teknik penyelidikan terbuka;
b. Teknik penyelidikan tertutup;
c. Taktik penyelidikan.

4. Metoda Penugasan
Metoda ini digunakan untuk memperdalam penguasaan materi,
metode ini diterapkan dengan memberikan tugas membuat resume
materi tentang teknik dan taktik penyelidikan dalam pemilu dan
pilkada.

ALAT/MEDIA, BAHAN DAN SUMBER BELAJAR


1. Alat/Media :
a. Whiteboard.
b. Papan Flipchart.
c. Kertas Flipchart.
d. Komputer / Laptop.
e. LCD.
f. Laser Point
2. Bahan
a. Spidol
b. Kertas Flipchart
c. Alat Tulis
3. Sumber
a. Peraturan Kepala Badan Intelijen keamanan Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang Penyelidikan
Intelijen Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. Peraturan Kepala Badan Intelijen Keamanan Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan
Peraturan Kepala Badan Intelijen Keamanan Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012.
c. Hanjar Teknik dan Taktik Penyelidikan Intelijen.
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 48
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Tahap Awal : 10 menit.
a. Pelatih/instruktur/fasilitator memperkenalkan diri kepada para
peserta pelatihan.
b. Para peserta pelatihan memperkenalkan diri secara singkat
kepada pelatih/instruktur/fasilitator.
c. Pelatih/instruktur/fasilitator melakukan pencairan suasana kelas
agar tercipta interaksi antara pelatih/instruktur/fasilitator dan
peserta.
d. Pelatih/instruktur/fasilitator melakukan apersepsi dengan
menanyakan kepada peserta pelatihan tentang materi yang
akan dipelajari.

2. Tahap inti : 245 menit


a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi tentang teknik dan
taktik lidik dalam pemilu dan pilkada.
b. Peserta pelatihan menyimak, mencatat hal-hal yang penting
dan menanggapi materi yang disampaikan Pelatih/instruktur.
c. Pelatih/instruktur menggali pendapat tentang materi yang telah
disampaikan
d. Peserta pelatihan dan pelatih/instruktur secara intensif
melakukan tanya jawab membahas materi yang disampaikan.
e. Pelatih/intruktur membagikan kelas ke dalam 3 kelompok.
f. Masing-masing kelompok membahas tentang: lidik terbuka
(wawancara dan penelitian), lidik tertutup (matbar dan
eliciting), taktik lidik (cover dan desepsi).
g. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya diskusi.
h. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta pelatihan
untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.
i. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya tanya jawab terhadap
peserta pelatihan.

3. Tahap akhir : 15 menit


a. Pelatih/instruktur memberikan ulasan dan penguatan materi
secara umum.
b. Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi pelatihan
dengan cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
pelatihan.
c. Pelatih/instruktur merumuskan learning point, koreksi dan
kesimpulan dari materi pelatihan yang disampaikan kepada
peserta pelatihan.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 49


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tagihan/Tugas

1. Mengumpulkan hasil diskusi kelompok


2. Mengumpulkan resume tentang materi Teknik dan Taktik
Penyelidikan dalam Pemilu dan Polkada

Lembar Kegiatan
A. Diskusi
1. Pelatih/intsruktur membagi kelas menjadi 3 kelompok
2. Pelatih/instruktur memberikan materi diskusi sebagai berikut:
a. Lidik Terbuka (wawancara dan penelitian)
b. Lidik Tertutup (matbar dan eliciting)
c. Taktik Lidik (cover dan desepsi)
3. Peserta pelatihan melaksanakan diskusi
4. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya diskusi.

B. Penugasan
Peserta pelatihan membuat resume materi yang telah disampaikan.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 50


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

BAHAN BACAAN

POKOK BAHASAN I

TEKNIK LIDIK TERBUKA

1. Teknik Penelitian
a. Segala upaya yang bertujuan untuk menemukan sesuatu
yang baru, mencari jalan pemecahan masalah atau mencari
penjelasan tentang gejala-gejala dengan metode-metode
ilmiah.

b. Usaha dan kegiatan penyelidikan berdasarkan ilmu


pengetahuan untuk mencari dan menemukan kaidah-kaidah,
dalil-dalil, patokan-patokan serta hubungan-hubungan sebab
akibat atau fungsional secara teratur.
c. Perbedaan Fakta, Opini, Data Fakta dan Kliping.
1) Fakta merupakan satu realita-kenyataan memiliki
kebenaran yang tidak terbantah sesuai keadaan
objektif-aslinya.
Contoh: gambar yang sedang ditunjukan adalah
setangkai bunga mawar merah, siapapun yang
melihatnya mengatakan gambar tersebut adalah
setangkai bunga mawar merah.
2) Opini merupakan pendapat atau interpretasi siapapun
atas fakta sehingga fakta dapat subjektif/tidak seperti
aslinya.
Contoh : Gambar bunga mawar merah tersebut, ada
yang berpendapat bahwa bunga tersebut sepertinya
adalah bunga tulip merah yang mirip bunga mawar
merah.
3) Data fakta merupakan fakta yang telah ditulis,
dilaporkan, disiarkan oleh media massa cetak maupun
elektronik atau unsur-unsur peristiwa-kejadian yang
telah dituangkan dalam bentuk laporan dapat berbentuk
file, dokumen, catatan dan sejenisnya.
Contoh : Gambar bunga mawar, termasuk pendapat
tentang bunga mawar tersebut mirip dengan bunga tulip
merah diberitakan atau dilaporkan, kemudian berita dan
laporan tersebut dikutip sesuai aslinya. Jadi berita
tentang bunga mawar yang dikatakan mirip bunga tulip
merah menjadi data fakta

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 51


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Kliping merupakan potongan berita dapat berupa


tulisan/teks, suara maupun gambar yang berasal dari
media cetak dan elektronik secara utuh dalam konteks
satu berita atau laporan.
Contoh : Potongan berita yang terdapat pada media
cetak maupun laporan hasil kegiatan, potongan suara-
dapat berbentuk rekaman yang didapat dari media
elektronik (radio, rekaman, suara televisi) maupun
potongan gambar dan suara pada media elektronik
(televisi dan internet).

2. Teknik Wawancara
Teknik Wawancara merupakan kemampuan komunikasi dengan
menciptakan situasi atau kondisi secara sengaja oleh seorang
Interviewer (penyelidik/pewawancara) terhadap interviewee
(sumber baket), dalam prosesnya melalui tahapan antara lain:
a. Tahapan Kontak
Merupakan tahap pendekatan dalam proses memulai
kegiatan wawancara. Tahap ini membutuhkan kepiawaian
atau kemampuan seorang pewawancara didalam
berkomunikasi sehingga terciptalah situasi dan kondisi yang
menyenangkan dan saling memahami kondisi pertemuan.
Tujuan utama tahapan ini adalah menciptakan saling
pengertian, bahwa kegiatan tidak menjadi satu kendala atau
ganjalan seperti; pertemuan akan menyita waktu, sungkan,
pikiran negatif dll.
Sebelum pewawancara menentukan untuk melangkah pada
tahap eksploratif kondisi kontak harus diyakini telah mampu
mengarahkan ketertarikan sumber informasi terhadap topik,
maksud dan tujuan wawancara.
b. Tahap Eksploratif
Merupakan tahap perbincangan yang sengaja diciptakan
interwiewer seputar topik utama wawancara, bertujuan
mengukur secara awal akan, sikap, pengetahuan, semangat,
keseriusan sumber informasi terhadap persoalan yang akan
diwawancarai.
Tahap ini menjadi landasan penting untuk memastikan
bahwa proses wawancara akan menarik, dilandasi oleh
kesesuaian sumber infrmasi dengan informasi yang akan
dicari.
c. Tahap Produktif
Merupakan tahap yang menjadi tujuan pokok wawancara,
tahap yang merupakan hasil kesepakatan interviewer dan
interviewee yang isinya adalah tanya jawab seputar
kebutuhan informasi yang diwawancarai.

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan bahan keterangan


atau informasi yang telah direncarana sesuai arah, maksud
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 52
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dan tujuan wawancara.


Dalam proses teknik wawancara diterapkan 6 (enam) jenis
pertanyaan penting dan memiliki dampak informasi masing-
masing, pertanyann tersebut antara lain :
1) Pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan yang
disampaikan penyelidikan bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang bersifat umum dan luas,
dengan ciri pertanyaan : Bagaimana, Pendapat dan
Menurut saudara.
2) Pertanyaan hipotetik terbuka, yaitu pertanyaan yang
disampaikan penyelidik dengan cara terlebih dahulu
menyimpulkan hasil informasi dari pertanyaan terbuka,
kemudian kembali memberikan pertanyaan secara
terbuka.
3) Pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang
disampaikan oleh penyelidik dengan menyisipkan
pertanyaan alternatif/pilihan, untuk dijawab sesuai apa
yang diberikan oleh narasumber, dengan tidak menutup
kemungkinaan bahwa pilihan jawaban yang diberikan
penyelidik tidak dipihak sumber baket, akan tetapi
sumber baket memberikan jawaban menurut pilihannya
sendiri.
4) Pertanyaan terpimpin, yaitu pertanyaan yang
disapaikan oleh penyelidik, dengan disertai jawaban
yang telah disiapkan dan disampaikan dalam rangkaian
komunikasi pada saat pertanyaan disampaikan.
5) Pertanyaan orang ketiga, yaitu pertanyaan yang
disampaikan penyelidik dengan menggunakan
kekuatan dan keberadaan pihak lain sebagai pemilik
pertanyaan, padahal pihak yang dijadikan rujukan
tersebut tidak ada, bertujuan untuk memberikan kesan
kepada sumber baket, infomasi yang akan diberikan
bukan kepada penyelidik namun pihak lain.
6) Pertanyaan beban, yaitu pertanyaan yang
disampaikan oleh penyelidik, dengan memberikan
penekanan pada kelemahan sumber baket untuk
dipaksa memberikan informasi yang sebenarnya atau
tidak berkenan untuk diberikannya.

3. Teknik Interogasi
Teknik interogasi Intelijen digunakan dalam rangka menemukan
informasi yang disembunyikan secara terstruktur dan disengaja
oleh sumber baket dan dinilai tidak mudah untuk didapat hanya
dari teknik penyelidikan lain, sehingga Teknik Interogasi dipahami
sebagai teknik yang memerlukan kemampuan khusus dan kualitas
data pendukung yang bernilai inteljen tinggi ( A1 s/d A3).
Teknik Interogasi intelijen dipahami sebagai satu cara
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 53
HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menemukan informasi secara klandestin (tertutup dan rahasia)


melalui penerapan tekanan spikologis sumber baket untuk
memberikan jawaban sesuai jenis pertanyaan interogasi yang
diberikan dan mengintensifkan jawaban yang diharapkan
penyelidik.
Cara yang dapat digunakan dalam proses Interogasi antara lain :

a. Secara halus (Soft), konstruksi psikologis tertentu, dalam


rangka membangun kepercayaan penuh, sehingga mampu
menimbulkan penilaian pada jiwa sumber informasi dan
menggangap penyelidik adalah orang yang paling tepat
untuk mendengarkan hal-hal khusus atau rahasia.
(gabungan teknik wawancara dan eliciting).
b. Langsung (Direct), pertanyaan yang disampaikan penyelidik
fokus kepada pokok atau inti persoalan, yang disesuaikan
dengan pola proxemic (lokasi interogasi yang sengaja
disetting Unit Interogasi) yang mendukung.
c. Secara Keras dan tegas (Hard) tanpa sentuhan fisik, dengan
didukung penciptaan proxemic tertentu, dibutuhkan pola
kreatif dan variatif dalam materi pertanyaan disesuaikan
dengan kondisi lapangan (selama proses interogasi).
Alternatif bentuk pertanyaan yang dapat dilakukan antara
lain :
1) Tuduhan langsung
2) Transisi kedalam kebutuhan informasi atau pertanyaan
inti
3) Menekan bantahan
4) Keberatan berputar
5) Memelihara perhatian sumber atau membalikkan
protes.
6) Membuat perumpamaan/Anekdot.
7) Pertanyaan bermata dua.
8) Menjanjikan secara tersamar.
1) Membuat interval situasi diam tanpa pertanyaan
kemudian mempersiapkan maneuver tertentu, atau
dengan membuat bentakan suara atau dari benda
tertentu yang bertujuan menekan psikis tertentu,
dikombinasikan dengan jenis pertanyaan bertubi-tubi
atau berulang-ulang.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 54


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN II

TEKNIK LIDIK TERTUTUP

1. Teknik Eliciting
Teknik eliciting digunakan sebagai cara dalam rangka
menemukan informasi dengan mengedepankan kemampuan
komunikasi informal dalam bentuk percakapan terhadap informasi
yang dinilai sensitif dan dirahasiakan oleh sumber baket.
Percakapan dimaksud bukan pertanyaan seperti dalam kaedah
wawancara, namun lebih kepada banyaknya pernyataan dalam
bentuk pantulan cermin (percakapan tanpa sekali-kali
mewacanakan kalimat yang merupakan informasi yang sedang
dicari), pernyataan tersebut dapat menimbulkan kepekaan untuk
senantiasa mendapatkan tanggapan oleh sumber baket, sehingga
akan terjadi proses percakapan yang berkesinambungan.
Dalam proses Eliciting dilaksanakan melalui tahapan komunikasi
mencakup :
a. Tahapan kontak, adalah proses komunikasi antara
penyelidik dengan sumber baket yang bertujuan untuk
menemukan dan menguatkan hubungan emosional, materi
dan arah tujuan penyelidikan, sehingga tercipta situasi dan
kondisi keakraban
b. Tahapan eksploratif, adalah proses komunikasi antara
penyelidikan dengan sumber baket dan keberhasilannya
sangat tergantung hasil evaluasi proses tahapan kontak,
sehingga tahapan ini bertujuan untuk mengukur efektifitas
apakah sumber baket dinilai memiliki dan atau menguasai
informasi yang sedang diselidiki, sehingga tercipta situasi
dan kondisi saling percaya.
Tahapan produktif, adalah proses komunikasi antara penyelidik
dengan sumber baket, dengan menekankan kemampuan
penyelidikan untuk mendapatkan informasi utama/pokok.

2. Teknik Pengamatan dan Penggambaran (Matbar)


a. Pengamatan
Suatu cara mendapatkan bahan keterangan dan gambaran
terhadap objek tertentu secara langsung dengan
menggunakan panca indera dan dibantu dengan peralatan
khusus intelijen.
b. Penggambaran
Menuangkan kembali hasil pengamatan ke dalam bentuk

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 55


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

laporan dapat pula dilengkapi dengan foto-foto dan data


terperinci sehingga dapat mengenali kembali apa yang
diamati tersebut.
c. Jenis Pengamatan.
1) Pengamatan melayang (Flying Observation)
Pengamatan Melayang adalah pengamatan sepintas
lalu yang bersifat umum, sebagai upaya untuk
menggambarkan keadaan dan lingkungan secara
umum atau pengamatan sepintas ini ditujukan terhadap
sasaran dan lingkungannya dalam rangka
mendapatkan data tentang sasaran.
Misalnya pengamatan yang dilakukan ditempat-tempat
atau lingkungan kemungkinan sasaran berada atau di
daerah-daerah yang dilalui ketika munuju sasaran,
mulai berangkat ke kantor dan sebaliknya atau
pengamatan terhadap massa yang mengikuti rapat
besar.
2) Pengamatan teratur ( Organisatoris Observation )
Pengamatan teratur merupakan pengamatan yang
pelaksanaannya dilakukan oleh perorangan/unit secara
berkelanjutan terhadap sasaran :
a) Orang (dapat perorangan atau kelompok)
b) Benda tertentu (bergerak atau tidak bergerak)
c) Daerah/tempat (dapat berupa kawasan
pemukiman, pertokoan, pelabuhan dan lain-lain).
Pengamatan secara teratur ini dilaksanakan dengan
menitik beratkan pada tugas dan tanggung jawab yang
berdiri sendiri.
d. Sasaran Pengamatan.
1) Sasaran pengamatan adalah apa yang akan menjadi
bahan utama dalam penyusunan laporan hasil
pengamatan yang dilakukannya.

2) Sasaran orang yaitu orang atau perorangan yang


dicurigai sebagai lawan ataupun bakal lawan dengan
segala identitasnya yaitu karakteristik fisik yang
nampak dari luar dan ciri – ciri lain yang membedakan
seseorang dengan yang lain, antara lain : rambut,
muka, kepala, alis, hidung, mulut, bibir, gigi, dagu,
telinga, leher, perut, tangan, pinggul, kaki dan ciri – ciri
jasmani lainnya yang bersifat khusus.
3) Sasaran benda yaitu material, alat peralatan dimana
menyangkut nama barang, jenis, jumlah, cara bekerja,
kemampuannya dan cara penggunaannya.
4) Sasaran kegiatan merupakan aktivitas sasaran berupa
kumpulan kegiatan/ kejadian/ peristiwa yang

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 56


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

berlangsung secara terus menerus atau temporer di


daerah sasaran yang meliputi :
a) Kegiatan orang atau kelompok pada daerah
tertentu.
b) Kegiatan rutin/temporer.
c) Kegiatan yang menyimpang dari kebiasaan.
5) Sasaran daerah dan masyarakat.
a) Sasaran daerah yang perlu diketahui adalah
mengenai karakteristik sasaran, tempat objek
vital dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
b) Sasaran masyarakat yang perlu diketahui adalah
mengenai hal jumlah penduduk, kebiasaan,
pengaruh lingkungan, ketentuan-ketentuan
khusus atau adat istiadat, kebiasaan daerah,
norma-norma yang berlaku dan hal-hal lain yang
menonjol.
e. Tujuan pengamatan
1) Pengamatan orang.
a) Untuk mengetahui ciri-ciri pelaku atau orang-
orang yang dicurigai.
b) Untuk mengetahui alamat-alamat pelaku atau
orang- orang yang dicurigai.
c) Untuk mengetahui fakta-fakta dari kegiatan pelaku
atau orang yang dicurigai.
d) Hasil Pengamatan antara lain berupa:
(1) Ciri-ciri khusus dari seseorang yang
mencolok.
(2) Ciri-ciri umum (tubuh, muka, kepala, wajah,
rambut, dahi, mata, hidung, bibir, telinga,
tangan, kaki).

(3) Kelengkapan data perorangan (identitas,


kebiasaan, hoby, sikap/pembawaan,
pekerjaan, keahlian, suara/logat, dan lain-
lain)
(4) Perilaku kehidupan, kebiasan yang
dilakukan, kelemahan, teman bergaul, teman
dekatnya tempat yang biasa disinggahi.
2) Pengamatan Benda (Sasaran bergerak atau tidak
bergerak).
a) Untuk memperoleh data atau fakta mengenai
benda itu sendiri serta situasi dan kondisi yang

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 57


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

berhubungan atau menyangkut benda tersebut.


b) Rangkaian suatu operasi.
c) Hasil pengamatan dapat berupa:
(1) Harus dapat menggambarkan ukuran, tinggi,
panjang, lebar dan ciri-ciri khusus lainnya.
(2) Nama barang.
(3) Jumlah barang.
(4) Kegunaannya.
(5) Peranan.
(6) Cara menggunakannya.
(7) Spesifikasi khusus.
3) Pengamatan tempat/bangunan.
a) Untuk memperoleh data dan fakta keadaan/situasi
dan kondisi tempat/bangunan tersebut guna
kepentingan tugas tertentu, misalnya penyadapan
telekomunikasi (telepon/radio),
penyusupan/penetrasi atau rangkaian suatu
operasi.
b) Untuk mengetahui dan memperoleh kepastian
mengenai tempat-tempat pertemuan dan rumah
aman (Safe House), pelabuhan aman (Safe Port)
pihak lawan atau sasaran.
c) Hasil pengamatan berupa :
(1) Besarnya tempat atau bangunan.
(2) Kegiatan yang ada di tempat tersebut.
(3) Lokasi atau denah bangunan.
(4) Tanda pengenal kesatuan atau instansi.
(5) Perlengkapan yang digunakan.
d) Hasil Pengamatan dituangkan dalam sket A, B
dan C.
4) Pengamatan Daerah:
a) Untuk memperoleh data dan fakta situasi dan
kondisi daerah tersebut guna kepentingan
pembuatan ADO (Analisa Daerah Operasi).
b) Untuk memperolah data dan fakta keadaan/situasi
dan kondisi daerah tersebut guna kepentingan
suatu tugas tertentu misalnya: penyadapan
telekomunikasi, telepon/radio,
penyusupan/penetrasi atau rangkaian suatu
operasi.
c) Hasil pengamatan yang dicari:
(1) Bentuk daerah/geografi.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 58


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(2) Jumlah penduduk atau demografi.


(3) Kebiasaan atau budaya.
(4) Pengaruh kehidupan.
(5) Kelainan-kelainan/Peraturan khusus.
(6) Letak tempat-tempat vital.
f. Metode pengamatan.
1) Metode Tertutup.
Kehadiran dan keberadaan pengamat tidak diketahui
oleh sasaran maupun orang di sekitar sasaran.
2) Metode Tersamar.
Kehadiran dan keberadaan pengamat diketahui oleh
orang di sekitar sasaran tetapi tujuan dan misi
keberadaan pengamat tidak diketahui oleh sasaran dan
orang sekitarnya.
3) Metode Terbuka.
Sasaran maupun orang disekitar sasaran diketahui
kehadiran dan keberadaannya serta profesi pengamat,
tetapi tidak diketahui tujuan dan misi mengapa
pengamat berada disekitar sasaran.
g. Tahapan pelaksanaan pengamatan dan penggambaran.
Meliputi kegiatan- kegiatan sebagai berikut :
1) Menyusup ke daerah sasaran.
2) Kegiatan di daerah sasaran.
3) Meninggalkan daerah sasaran.
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan
1) Kesadaran.
Dimaksudkan agar dengan menggunakan kesadaran
maka pengamat akan dapat menyatukan perhatiannya
pada kenyataan yang dihadapi.

2) Pelatihan meliputi :
a) Melatih kewaspadaan.
b) Mengganti Pengamatan umum menjadi terinci.
c) Melatih pengamatan perkiraan tentang waktu,
ukuran jarak, kecepatan benda-benda bergerak.
d) Membiasakan dengan warna-warna, bau, suara-
suara.
e) Menafsir kejadian.
f) Mengamati benda dan peristiwa.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 59


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) Perbedaan kesaksian.
a) Adanya kemampuan indera yang tidak sama,
maka memungkinkan terjadi adanya perbedaan
kesaksian yang diperoleh dari sasaran
pengamatan.
b) Dengan adanya perbedaan kesaksian, maka
diharapkan tiap orang berbeda, maka untuk itu
diperlukan lebih dari 1 (satu) orang pengamat
agar bahan keterangan yang diperoleh adalah
bahan keterangan yang sebenarnya.
4) Pengamatan Fakta.
Hal ini dimaksudkan seorang pengamat hanya
dibenarkan melaporkan keterangan yang sebenarnya,
laporan yang dibuat tidak boleh didasari penafsiran
atau fantasi yang biasa terjadi, ini adalah kesalahan
yang amat besar.
5) Pendengaran.
Mendengarkan dengan teliti memerlukan latihan yang
baik dan diperlukan penyatuan perhatian pada hal-hal
yang harus di ingat untuk menghindari salah dengar.

6) Pengamatan Visual.
Pada dasarnya seorang pengamat/pengusut harus
memperhatikan secara keseluruhan dari kenyataan
yang dihadapi.
i. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggambaran.
Setelah dilakukan pengamatan kemudian masuk pada tahap
penggambaran, dimana pada tahap ini petugas mereproduksi
hasil yang didapat dari pengamatan sehingga akan
menghasilkan bentuk laporan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi penggambaran antara lain:
1) Pengetahuan tentang sasaran.
2) Penggunaan Istilah (bahasa).
3) Daya ingat.
4) Batas Waktu.
5) Kejujuran.

j. Pelaporan
Laporan hasil pengamatan dituangkan dalam bentuk format
dimana laporan tersebut harus memenuhi prinsip 5 W + 1 H
(Who, Where, When, Why, What, How).
Penggambaran hasil pengamatan dapat dituangkan dalam
Laporan Informasi apabila bersifat sepintas lalu (Flying
Observation) atau Laporan Informasi/Laporan Penugasan
dilampiri dengan laporan hasil penggambaran secara
terperinci apabila pengamatan secara teratur.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 60


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Teknik Penjejakan
a. Usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk mengadakan
pengamatan secara sistematik terhadap orang, tempat
tinggal, benda, kendaraan, dan bentuk-bentuk sasaran
lainnya, bertujuan untuk memperoleh bahan keterangan
mengenai identitas dan kegiatan serta kepentingan lainnya
dari sasaran.
b. Sasaran penjejakan meliputi,
1) Identitas
2) Pola kegiatan dan mobilitas orang
3) Sarana transportasi
4) Siskom (Alkom, bahasa dan lain-lain)
5) Sispam (SH, SP, MP dan lain-lain)
6) Tempat-tempat sementara dan stasioner
7) Orang-orang yang terkait
8) Benda-benda yang menyertainya
c. Syarat Penjejak antara lain,
1) Menguasai maksud dan tujuan penjejakan
2) Menyiapkan Alut dan Alsus yang sesuai
3) Menyiapkan alternatif sistim pengaman an terkini
4) Menentukan kemungkinan cover/samaran yang tepat
dan sesuai dengan kondisi lingkungan umum atau
khusus .
5) Menyadari serta mengutamakan escape atau
pentingnya keselamatan.
6) Menyiapkan identitas alternatif
7) Mengenali kondisi sasaran apakah dalam keadaan
sendiri, berteman atau dikawal, dalam rangka
menyesuaikan kemampuan penjejak
8) Mengenali lingkungan dengan cepat dari segala
kemungkinan perubahan arah atau tujuan sasaran
yang terjadi secara tiba-tiba.
d. Jenis kegiatan penjejakan antara lain,
1) Penjejakan pasif
a) Penjejakan yang dilakukan berdasarkan data awal
atau bukti-bukti permulaan, berupa informasi,
tanda-tanda dan ciri-ciri, yang dibuat dan
ditinggalkan atau dibuat oleh orang atau benda
yang ditemukan, ditinggalkan dalam sebuah
peristiwa sebelumnya, setelah melalui tindakan

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 61


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

identifikasi dan analisa, dalam rangka


menemukan serta memperkuat arah dugaan
terhadap sasaran dilanjutkan dalam rangkaian
tindakan penjejak aktif
b) Dapat dilaksanakan dengan menggunakan sistim
kendali elektronik atau teknologi pada suatu
tempat tertentu, dengan mengaktifkan jaringan
yang telah terbentuk secara solid melalui pola
komunikasi elektronik.
2) Penjejakan Aktif
a) Penjejakan dengan mengikuti secara hidup, terus
menerus mobilitas atau pergerakan orang, benda,
fungsi tempat-tempat staregis, melalui pola MTO
yang berhubungan dengan sebuah gejala,
peristiwa, perkembangan kasus.
b) Memaksimalkan pemanfaatan teknologi canggih
ataupun manual melalui sistim dead dop atau life
drop, dengan cara berhadapan dengan segala
persoalan langsung, yang memerlukan bakat dan
kecerdasan akal. Dalam hal ini yang menjadi
pertimbangan penting adalah kondisi menjebak
atau terjebak.
c) Hal yang sangat penting bagi para penjejak aktif
adalah faktor keamanan, dengan cara senantiasa
berpikir bahwa setiap sasaran juga menggunakan
atau memiliki sistem pengamanan dalam bentuk
pengawalan terselubung.
e. Metoda penjejakan :
1) Perorangan
2) Sub unit
3) Unit MTO
f. Teknik dan Taktik penjejakan :
1) Zig-zag perorangan
2) ABC dijalan lurus atau berderet (berjalan
kaki/berkendaraan) dilaksana kan oleh sub unit
3) ABC dijalan membelok atau membelah gang
dilaksanakan oleh sub unit atau unit
4) ABC dipersimpangan (tiga atau empat) dilaksanakan
oleh Unit MTO
5) Memutar
6) Menjepit
7) Melambung
g. Persiapan Teknik :
1) Kemampuan “ perorangan “
a) Memiliki potensi diri (seni atau pengalaman dan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 62
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pengetahuan terlatih), menyadari keberadaan


lingkungan
b) Menguasai bentuk dari kebutuhan samaran.
c) Mengenali benar sistim komunikasi, sarana umum
dan kelengkapannya serta menyiapkan kontra
sistim pengamanan yang dimiliki sasaran
d) Menghindari situasi dari ke mungkinan orang yang
dikenal dan mengenal
e) Menghindari situasi dari segala kemungkinan
beradu pandang dengan sasaran.
f) Mampu Menguasai panca indera dengan
kepekaan tinggi dari kemungkinan mobilisasi atau
pergerakan yang mengarah pada upaya
menyesatan
g) Hindari identitas sebenarnya dengan menyiapkan
identitas alternatif
h) Menguasai jarak pandang dengan senantiasa
tetap memperhatikan segala tindakan dan tingkah
laku sasaran
i) Menguasai kemungkinan panjangnya jalan lurus,
persimpangan serta arah lalu lintas umum.
j) Menyiapkan kemungkinan terjadinya perubahan
cuaca, situasi, keadaan, tantangan atau kendala
seperti; sepi, ramai, terang, gelap, jalan besar,
gang, terowongan maupun karakteristik daerah
atau lingkungan yang dilalui.
k) Waspada dari kemungkinan menjadi objek
penjejakan lawan
l) Menguasai ciri-ciri dasar sasaran dari
kemungkinan perubahan penampilan ketika
memasuki tempat tertentu atau tertutup, kemudian
keluar melalui jalan alternatif
m) Apabila terjadi badar atau gagal atau situasi tidak
memungkinkan penjejakan diteruskan, segera
berhenti dan membuat peta blok/sket skala
dengan menentukan alternatif tindakan lanjutan.
2) Kemampuan “Sub unit”
a) Secara umum, kemampuan perorangan adalah
kunci sukses sebuah ikatan kerja (sub unit atau
unit)
b) Menyadari tanggung jawab bidang tugas masing-
masing, memiliki sifat toleransi dan komitmen
yang kuat sehingga mampu menjalankan setiap
instruksi penanggung jawab secara timbal balik
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 63
HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dan dinamis.
c) Saling menyadari pentingnya keterikatan dalam
menjabarkan makna keselamatan atau saling
melindungi dalam kegiatan, dengan
mengusahakan tetap dalam jarak yang terjangkau
dan aman
3) Kemampuan “Unit MTO”
a) Mempersiapkan pelaksanaan tugas melalui
penerapan manajemen pola 7 (tujuh) langkah unit.
b) Saling menyadari perbedaan, kekurangan
maupun kelebihan kemampuan masing-masing
unit, dalam menghadapi situasi yang berbeda,
sehingga konsentrasi unit adalah suksesnya
tujuan akhir
c) Kanit berkewajiban menentukan anggota unit
yang solid baik dalam pola analisa dan tindakan
yang profesional serta terlatih
d) Kanit membagi tanggungjawab dilapangan
dengan kasubnit secara flexibel serta memegang
kendali sistem komunikasi terhadap kemungkinan
terjadinya perubahan diluar rencana

4. Teknik Penyadapan
a. Pengertian
1) Cara mendapatkan bahan keterangan dengan
menggunakan peralatan khusus Intelijen.
2) Upaya, kegiatan dan tindakan yang dilakukan secara
rahasia untuk mengetahui atau mendapatkan bahan
keterangan atau informasi dari sasaran penyadapan.
Penyadapan dapat juga dilaksanakan terhadap surat,
hasil pemotretan, pembicaraan telepon dan alat
komunikasi lainnya.
3) Menyadap komunikasi/pembicaraan untuk mengetahui
berita dan jaring komunikasi tanpa
mengganggu/menggagalkan komunikasi/pembicaraan
itu dan tanpa diketahui oleh pihak yang saling
berhubungan.
b. Perencanaan penyadapan
a. Analisa Tugas
Analisa Tugas meliputi :
a) Tugas pokok yang harus dilaksanakan.

b) Personil yang akan digunakan.


c) Sarana-saran komunikasi dan transportasi yang
diperlukan.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 64


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Alat-alat bantuan teknis yang diperlukan.


e) Sarana-sarana samaran dan desepsi.
f) Waktu yang diperlukan.
g) Logistik

2) Analisa Sasaran
Analisa sasaran meliputi :

a) Macam dan bentuk benda, pembicaraan yang


menjadi sasaran atau yang akan disadap.
b) Lokasi benda atau pembicaraan yang akan
disadap.
c) Sistem pengamanan terhadap penyimpanan atau
sifat khusus atau kerahasiaan dari benda,
pembicaraan yang akan disadap.
d) Kemungkinan hambatan yang akan dihadapi serta
adanya fasilitas yang dapat dimanfaatkan dilokasi
sasaran.
3) Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang relevan, dalam persiapan
memasuki sasaran, yaitu :
a) Mendekati dalam jarak tertentu.
b) Menyentuh dan atau menguasai benda,
pembicaraan yang akan disadap.

4) Sistem Pengamanan
Personil secara perorangan atau ikatan unit perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Memahami taktik maupun teknik (mendekati,
memasuki, atau meninggalkan, melarikan diri dari
daerah sasaran).
b) Menguasai seluk beluk sasaran dengan baik,
sehingga mampu mendekati sasaran dan
mengendalikan sasaran tanpa hambatan.
c) Mempersiapkan cara atau teknik escape dengan
baik apabila dalam keadaan tertangkap dan
diperiksa oleh pihak lawan.

5) Materiil
Persiapan-persiapan yang harus diperhatikan didalam
perencanaan penyadapan, meliputi :
a) Persiapan cara-cara penggunaan perlengkapan
samaran yang sesuai dengan kondisi daerah
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 65
HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sasaran.
b) Persiapan cara-cara menyembunyikan atau
menghapus segala peralatan apabila situasi
membahayakan.
c) Persiapan peralatan alsus (alat khusus)
pendukung kegiatan penyadapan baik langsung
maupun tak langsung.
d) Persiapan sarana penyimpanan baket, berupa:
kaset, CD, dan Memory Card.
e) Persiapan sumber energi yang diperlukan Alsus
(alat khusus) pendukung kegiatan penyadapan.
c. Pelaksanaan penyadapan
1) Surat menyurat
Dokumen/surat bahan keterangan di dalam suatu
ruangan/rumah/kantor/bangunan, dengan cara
penyusupan dan penggeledahan (Search) selanjutnya
dilakukan penyadapan.
2) Penyadapan sobekan surat
Seyogyanya dilakukan melalui bak sampah, resiko pidana
tidak ada, kecuali intelligence and security risk.
Penyadapan tersebut terutama dilakukan dalam hubungan
dengan penyidikan terhadap sumber atau konseptor
selebaran/pamflet gelap. Untuk menemukan tulisan-
tulisan dan/atau huruf-huruf yang terdapat pada
selebaran/pamflet gelap. Dalam pelaksanaan penyadapan
harus dipersiapkan pula antara lain foto, gambar, lukisan
dan Blue Print.
3) Penyadapan telepon
a) Penyadapan telepon langsung
b) Penyadapan tak langsung
4) Penyadapan Baket dengan perantara pemisah
a) Penyadapan melalui perantara dead drop, lakukan
terlebih dahulu pengamatan macam dead drop yang
digunakan, percakapan dilakukan dengan alsus.
b) Penyadapan melalui file drop/kurir digalang atau
dirampok.
5) Pelaporan
Bentuk laporan dalam kegiatan penyadapan adalah:
a) Laporan Informasi.
b) File/data yang ditemukan.
c) Hasil rekaman berupa pita kaset, CD, VCD atau
sejenisnya.
d) Kemungkinan data dan temuan lainnya yang
berhubungan dengan sasaran.
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 66
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5. Teknik Penyusupan
a. Pengertian
Penyusupan adalah proses memasuki wilayah sasaran
dengan menempatkan agen dan atau jaringan kedalam
wilayah sasaran dalam rangka menguasai oposisi wilayah
sasaran yang mencakup wilayah pengaruh, binaan dan
aktivitas, dalam rangka melaksanakan kegiatan/operasi:
1) Penyelidikan;
2) Pegamanan refresif (Kontra Intelijen dengan Taktik
Garis Dalam);
3) Penggalangan dan atau;
4) Pembentukan jaringan.
Penyusupan Strategis adalah rangkaian kegiatan agen
penyusup yang dilakukan melalui proses (penetrasi,
beradaptasi, membentuk jaringan, berkarier, pulbaket,
melaporkan informasi, serta menguasai kemampuan negasi)
dan tahapan kegiatan secara klandestin dan sangat alami
disesuikan dengan tujuan penyusupan jangka panjang
dengan menggunakan teknik hitam (melalui daerah
pengaruh, binaan dan aktivitas dengan memaksimalkan
cover), dengan target utama mampu menempatkan diri pada
posisi karier dan mengendalikan sasaran sesuai struktur
sasaran, membentuk jaringan intelijen strategis. Baket yang
dihasilkan merupakan data strategis dan bernilai absolut A1.
Penyusupan Taktis adalah rangkaian kegiatan agen
penyusup yang dilakukan berdasarkan upaya membuat
terang peristiwa/ungkap kasus yang berhubungan dengan
tindak pidana, proses kegiatan disesuikan dengan teknik
penyusupan (teknik putih, teknik abu-abu), menemukan
informan yang memiliki informasi yang berhubungan dengan
peristiwa yang akan diungkap, kegiatannya bersifat operasi
khusus dan jangka tertentu, penyusup tidak menetap
dilingkungan sasaran, setelah tujuan tercapai penyusup
harus keluar dari wilayah sasaran.
b. Syarat seorang penyusup (Penetrant).
1) Memiliki komitmen yang kuat terhadap misi yang
diemban dan dapat di pertanggung jawabkan
2) Menguasai intelijen dasar sasaran dengan baik
3) Mengetahui penyusunan konsep seperti; tema pokok,
maksud dan tujuan kegiatan pada tingkat perencanaan,
pelaksanaan, dan produk sasaran .
4) Memahami karakteristik sasaran dikaitkan dengan
posisi tanggungjawab dalam struktur jaringan yang
menjadi tugasnya.
5) Terlatih dalam pola tingkah laku yang berubah dengan
menguasai taktik penyelidikan (cover dan desepsi)
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 67
HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sesuai kebutuhan.
6) Memahami siskom tradisional serta sandi jaringan
sendiri dan yang dimiliki
7) Memiliki kemampuan menentukan dan menyiapkan
identitas palsu atau ganda yang telah dikondisikan
secara jaringan.
8) Memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, mampu
bergaul dalam berbagai aspek kehidupan khusus dan
umum.
9) Menguasai sepenuhnya teknik penyelidikan serta
memiliki karakteristik sebagai seorang penyelidik/agent
Intelijen.
c. Jenis teknik penyusupan
Teknik berhubungan dengan tatacara yang sistematis baik
pemahaman, penggunaan dengan mempertimbangkan
segala resiko keberhasilan maupun kegagalannya antara
lain:
1) Teknik putih (White Technical) secara Terbuka
a) Penyelidik secara umum tidak berusaha
menyembunyikan identitas dan kepribadian atau
tanpa samaran
b) Penyelidik umumnya sebagai pendatang yang sah
dan sesuai peraturan serta mempunyai hak untuk
tercatat menjadi warga dilingkungan sasaran
c) Karena sifatnya terbuka, biasanya penyelidik
justru menjadi sasaran penjejakan lawan dan
agent hanya dapat digunakan sebagai kurir.
2) Teknik Abu-abu (Grey Technical) secara Tersamar
a) Penyelidik memasuki daerah sasaran secara
terbuka atau resmi sesuai peraturan yang berlaku
di lingkungan sasaran, namun dokumen awal
yang dimiliki sebagai dasar membuat dokumen di
daerah sasaran merupakan dokumen palsu, atau
dalam kondisi kualitas sasaran tertentu
dipersiapkan otoritas organisasi pengguna.
b) Teknik ini membutuhkan penyelidik yang agresif,
intelijen dan berani karena teknik ini mempunyai
resiko yang tinggi
c) Keberhasilan teknik ini, sangat tergantung pada
derajat keabsahan dokumen yang dimiliki dan
tidak pernah terekspose, diimbangi oleh
kemampuan agent memilih taktik dalam
penyusupan pisik (samaran dan kepercayaan
yang dapat dibangun).
3) Teknik Hitam-alami (Black-natural Technical) secara
Tertutup

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 68


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Penyelidik memasuki daerah sasaran secara


tertutup tanpa identitas yang jelas. Dukumen yang
dimiliki merupakan hasil pemalsuan sendiri, yang
telah disesuaikan dengan casing sasaran.
b) Teknik ini dilaksanakan atas pertimbangan
kebutuhan informasi dan bahan keterangan yang
bersifat strategis (jangka panjang) dan
berhadapan dengan kondisi sasaran yang tidak
mungkin ditembus oleh teknik putih maupun
kelabu.
d. Taktik penyusupan
1) Cover (samaran) personil mencakup;
a) Fisik (perform) mencakup: penampilan badan
secara keseluruhan, disesuaikan dengan kondisi
strata sosial yang diperankan, marginal, Middle
(menengah) atau High (tinggi).
b) Name mencakup ; identitas-KTP,
c) Job mencakup ; status dan jenis pekerjaan yang
diperankan disesuaikan dengan cover fisik dan
cover name. Dengan tujuan utama melindungi
organisasi sesungguhnya (asal Agent)
d) Story mencakup ; kemampuan menjelaskan latar
belakang kondisi sendiri (dalam samaran) yang
disesuaikan dan berhubung an dengan cover fisik,
nama-identitas dan cover job sebelumnya.
2) Deseption/desepsi (penyesatan) mencakup :
a) Gerak mencakup : tingkah laku-prilaku, sikap,
menghilangkan ciri-ciri yang mudah
dibaca/ditandai oleh lawan, bertujuan
menyempunakan cover (samaran).
b) Kata mencakup kemampuan menjelaskan cover,
dan bertujuan menyempurnakan cover job,
pengamanan misi biasanya terangkum dalam
cover store sebagai upaya disinformasi
(penyesatan informasi dengan kata-kata)
e. Prinsip cover atau samaran
1) Harmonis dengan kondisi sasaran serta tuntutan tujuan
atau misi
2) Alami dan efektif
3) Tepat dan berdaya guna
4) Tidak menggangu kebebasan bergerak

f. Sifat taktik (cover/samaran dan desepsi/penyesatan) dalam


penyusupan
1) Alami (sesuai dengan realita dan memiliki daya tahan
terhadap tekanan pengusutan)
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 69
HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Sintetis (memerlukan kemampuan actoritariant atau


memiliki kemampuan bermain watak yang kuat)
3) Memiliki kegunaan jangka panjang.
4) Pengganti (memiliki nilai alternatif, apabila cover yang
telah disiapkan tiba-tiba berubah tidak sesuai kondisi
sasaran yang dipersiapkan)
g. Daerah atau wilayah penyusupan :
Daerah atau Wilayah penyusupan dimaksud adalah wilayah
atau daerah dalam batas tertentu dalam lingkungan sasaran
penyusupan yang memiliki kuantitas dan kualitas oposisi dan
informasi tertentu.
Didalam kegiatan penyusupan pada dasarnya penyusup
akan senantiasa melalui 3 (tiga) daerah atau wilayah penting
dalam rangka menguasai sasaran. Wilayah tersebut antara
lain :
1) Daerah atau wilayah pengaruh/pengawasan sasaran
2) Daerah atau wilayah binaan/kekuasaan sasaran
3) Daerah atau wilayah aktivitas/kegiatan utama sasaran.

6. Teknik Penyurupan
a. Kemampuan Perorangan :
1) Menguasai potensi diri sendiri dan menyadari
keberadaan lingkungan
2) Menguasai bentuk dari kebutuhan samaran.
3) Mengenali benar sistem komunikasi dan siapkan kontra
Sispam terhadap sasaran.
4) Waspada dari kemungkinan orang yang dikenal dan
mengenal.
5) Menghilangkan identitas sebenarnya dan siapkan
identitas alternatif.
b. Kemampuan perorangan dalam ikatan Sub unit :
1) Secara umum kemampuan perorangan adalah kunci
sukses dari ikatan kerja unit / sub unit.
2) Menyadari tanggungjawab bidang tugasnya, memiliki
sifat toleransi, dan komitmen yang kuat sehingga
mampu menjalankan setiap instruksi penanggung
jawab secara dinamis.
3) Saling menyadari pentingnya kebersamaan dalam
menjaga keselamatan dan saling melindungi dalam
kegiatan.
c. Kemampuan perorangan dalam ikatan unit meliputi :
1) Penerapan managemen Pola 7 Langkah unit.
2) Menyadari perbedaan, kekurangan dan kelebihan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 70
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kemampuan anggota unit, dalam menghadapi situasi


yang berbeda.
3) Kanit berkewajiban menentukan anggota unit yang solid
dalam pola analisa dan tindakan yang profesional dan
terlatih.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 71


HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN III


TAKTIK PENYELIDIKAN
1. Taktik Penyamaran (Cover)
a. Petugas Intelijen bertugas melaksanakan kegiatan intelijen
secara tertutup atau klandestin dibutuhkan suatu
kemampuan untuk menyembunyikan identitasnya melalui
kegiatan penyamaran/cover dalam rangka untuk
menghindari deteksi dan pengusutan dari pihak sasaran
dalam rangka mencapai tujuan tugas yang diharapkan.
b. Penyamaran dilakukan oleh personel Intelijen guna
melindungi atau menyembunyikan keadaan yang
sebenarnya terhadap kegiatan sasaran dan guna menjaga
kerahasian kegiatan yang dilakukan serta memudahkan
sebagai akses masuk kedaerah sasaran.
c. Suatu upaya, pekerjaan dan kegiatan untuk menghilangkan
identitas diri, kebiasaan, pola tingkah laku, sehingga berubah
sama sekali dari kondisi sebenarnya/aslinya dan benar-
benar mampu menyatu dengan lingkungan sasaran/sasaran
itu sendiri.

2. Taktik Desepsi
Segala usaha, pekerjaan dan tindakan yang dilakukan sedemikian
rupa, sehingga dapat mengelabui/menyesatkan/mengalihkan
lawan/sasaran dengan maksud agar lawan/sasaran tidak
tahu/sadar bahwa perhatiannya sedang dialihkan.
a. Desepsi Kata
1) Mengalihkan cerita dari keadaan yang sebenarnya
untuk memindahkan perhatian dari sasaran terutama
bila mulai muncul kecurigaan tentang apa yang
dilakukan oleh petugas.
2) Memberikan kata-kata sandi yang telah disepakati
sesama petugas pada saat berada dengan masyarakat
di lingkungan sasaran.
b. Desepsi Gerak
1) Melakukan penyesatan gerakan untuk mengalihkan
perhatian sasaran/masyarakat di lingkungan sasaran
yang menaruh curiga terhadap kegiatan yang sedang
dilaksanakan.
2) Melakukan gerakan tertentu yang telah disepakati
sesama petugas untuk menyampaikan informasi, maka
kala berada di lingkungan sasaran/masyarakat di
daerah/lokasi sasaran. Suatu perilaku/tingkah laku, sikap
untuk menghilangkan ciri-ciri yang mudah dibaca/ditandai
oleh pihak lawan yang bertujuan guna penyempurnaan
samaran.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 72


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman
1. Teknik penelitian merupakan Usaha dan kegiatan penyelidikan
berdasarkan ilmu pengetahuan untuk mencari dan menemukan
kaidah-kaidah, dalil-dalil, patokan-patokan serta hubungan-hubungan
sebab akibat atau fungsional secara teratur.
2. Teknik Wawancara merupakan kemampuan komunikasi dengan
menciptakan situasi atau kondisi secara sengaja oleh seorang
Interviewer (penyelidik/pewawancara) terhadap interviewee (sumber
baket).
3. Tahapan kegiatan wawancara antara lain:
a. Tahap kontak
b. Tahap eksploratif
c. Tahap produktif
4. Teknik interogasi Intelijen digunakan dalam rangka menemukan
informasi yang disembunyikan secara terstruktur dan disengaja oleh
sumber baket dan dinilai tidak mudah untuk didapat hanya dari teknik
penyelidikan lain, sehingga Teknik Interogasi dipahami sebagai
teknik yang memerlukan kemampuan khusus dan kualitas data
pendukung yang bernilai inteljen tinggi ( A1 s/d A3).
5. Teknik eliciting digunakan sebagai cara dalam rangka menemukan
informasi dengan mengedepankan kemampuan komunikasi informal
dalam bentuk percakapan terhadap informasi yang dinilai sensitif dan
dirahasiakan oleh sumber baket.
6. Pengamatan merupakan suatu cara mendapatkan bahan keterangan
dan gambaran terhadap objek tertentu secara langsung dengan
menggunakan panca indera dan dibantu dengan peralatan khusus
intelijen.
7. Penggambaran adalah menuangkan kembali hasil pengamatan ke
dalam bentuk laporan dapat pula dilengkapi dengan foto-foto dan
data terperinci sehingga dapat mengenali kembali apa yang diamati
tersebut.
8. Teknik Penjejakan Usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk
mengadakan pengamatan secara sistematik terhadap orang, tempat
tinggal, benda, kendaraan, dan bentuk-bentuk sasaran lainnya,
bertujuan untuk memperoleh bahan keterangan mengenai identitas
dan kegiatan serta kepentingan lainnya dari sasaran.
9. Penyadapan adalah Menyadap komunikasi/pembicaraan untuk
mengetahui berita dan jaring komunikasi tanpa
mengganggu/menggagalkan komunikasi/pembicaraan itu dan tanpa
diketahui oleh pihak yang saling berhubungan.
10. Penyusupan adalah proses memasuki wilayah sasaran dengan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 73
HPP LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menempatkan agen dan atau jaringan kedalam wilayah sasaran


dalam rangka menguasai oposisi wilayah sasaran yang mencakup
wilayah pengaruh, binaan dan aktivitas.
11. Teknik penyurupan adalah kemampuan perorangan:
1) Menguasai potensi diri sendiri dan menyadari keberadaan
lingkungan
2) Menguasai bentuk dari kebutuhan samaran.
3) Mengenali benar sistem komunikasi dan siapkan kontra Sispam
terhadap sasaran.
4) Waspada dari kemungkinan orang yang dikenal dan mengenal.
5) Menghilangkan identitas sebenarnya dan siapkan identitas
alternatif.
12. Taktik penyamaran (cover) adalah suatu upaya, pekerjaan dan
kegiatan untuk menghilangkan identitas diri, kebiasaan, pola tingkah
laku, sehingga berubah sama sekali dari kondisi sebenarnya/aslinya
dan benar-benar mampu menyatu dengan lingkungan
sasaran/sasaran itu sendiri.
13. Taktik desepsi adalah segala usaha, pekerjaan dan tindakan yang
dilakukan sedemikian rupa, sehingga dapat
mengelabui/menyesatkan/mengalihkan lawan/sasaran dengan
maksud agar lawan/sasaran tidak tahu/sadar bahwa perhatiannya
sedang dialihkan.

Latihan

1. Jelaskan teknik penelitian!


2. Jelaskan teknik wawancara!
3. Jelaskan teknik interogasi!
4. Jelaskan teknik eliciting !
5. Jelaskan teknik Pengamatan dan penggambaran (matbar)!
6. Jelaskan teknik penjejakan!
7. Jelaskan teknik penyadapan!
8. Jelaskan teknik penyusupan!
9. Jelaskan teknik penyurupan!
10. Jelaskan taktik cover!
11. Jelaskan taktik desepsi!

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 74


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PRODUK INTELIJEN DALAM


MODUL PENYELIDIKAN PEMILU DAN
04 PILKADA (PEMILUKADA)
38 JP (1.710 menit)

Pengantar

Modul produk intelijen dalam penyelidikan Pemilukada membahas


materi tentang pengertian, maksud, tujuan, pencatatan, penilaian,
penafsiran, prinsip-prinsip, jenis-jenis produk intelijen serta bentuk dan
cara membuat produk Intelijen dalam penyelidikan Pemilukada.
Tujuan diberikan modul ini agar peserta pelatihan memahami dan
terampil dalam pembuatan produk intelijen penyelidikan Pemilukada.

Standar Kompetensi
Memahami dan terampil membuat produk intelijen dalam penyelidikan
Pemilukada.

Kompetensi Dasar

1. Memahami Produk Intelijen.


Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan pengertian, maksud dan tujuan produk intelijen;
b. Menjelaskan pencatatan, penilaian dan penafsiran produk
intelijen;
c. Menjelaskan prinsip-prinsip produk intelijen;
d. Menjelaskan jenis-jenis produk intelijen;
e. Menjelaskan bentuk dan cara membuat produk Intelijen
dalam penyelidikan Pemilukada.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 75


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Terampil membuat produk intelijen dalam penyelidikan


Pemilukada.
Indikator hasil belajar:
a. Menyimulasikan teknik dan taktik penyelidikan dalam
Pemilukada;
b. Membuat produk intelijen dalam penyelidikan Pemilukada.

Materi Pelajaran
Pokok bahasan:
Konsep Produk Intelijen.
Sub pokok bahasan:
1. Pengertian, maksud dan tujuan produk intelijen
2. Pencatatan, penilaian dan penafsiran produk intelijen
3. Prinsip-prinsip produk intelijen
4. Jenis-jenis produk intelijen;
5. Bentuk dan cara membuat produk Intelijen dalam penyelidikan
Pemilukada.

Metoda Pembelajaran

1. Metoda Ceramah
Metoda ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang
pengertian, maksud, tujuan, pencatatan, penilaian, penafsiran,
prinsip-prinsip, jenis-jenis produk intelijen serta bentuk dan cara
membuat produk Intelijen dalam penyelidikan Pemilukada.
2. Metoda Brainstroming
Metoda ini digunakan untuk menggali pendapat/pemahaman
peserta tentang materi pengertian, maksud, tujuan, pencatatan,
penilaian, penafsiran, prinsip-prinsip, jenis-jenis produk intelijen
serta bentuk dan cara membuat produk Intelijen dalam
penyelidikan Pemilukada.
3. Metoda Tanya Jawab
Metoda ini digunakan untuk memperdalam penguasaan materi
yang dilakukan melalui kegiatan tanya jawab.
4. Metoda Simulasi
Metoda ini digunakan untuk menyimulasikan teknik dan taktik
penyelidikan dalam Pemilukada.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 76


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5. Metode Praktik
Metoda ini digunakan untuk mempraktikkan membuat produk
intelijen dalam penyelidikan Pemilukada.

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar


1. Alat/media:
a. White board;
b. Flipchart;
c. LCD;
d. Laptop;
e. Laser pointer.
2. Bahan:
a. Alat tulis
b. Kertas Flipchart.

3. Sumber belajar:
a. Peraturan Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri Nomor 2
tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Produk Intelijen di
Lingkungan Intelijen Keamanan Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
b. Peraturan Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri Nomor 4
tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Kepala Badan
Intelijen Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Produk
Intelijen di Lingkungan Intelijen Keamanan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 15 menit


a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada peserta
pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan;
c. Pelatih/instruktur menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator hasil belajar.
2. Tahap inti : 1.680 menit
Tahap inti I : 270 menit
a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi tentang pengertian,
maksud, tujuan, pencatatan, penilaian, penafsiran, prinsip-
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 77
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

prinsip, jenis-jenis produk intelijen serta bentuk dan cara


membuat produk Intelijen dalam penyelidikan Pemilukada;
b. Peserta pelatihan menyimak, mencatat hal-hal yang penting
dan menanggapi materi yang disampaikan Pelatih/instruktur;
c. Pelatih/instruktur menggali pendapat tentang materi yang
telah disampaikan;
d. Peserta pelatihan dan pelatih/instruktur secara intensif
melakukan tanya jawab membahas materi yang
disampaikan;
e. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta pelatihan
untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami;
f. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya tanya jawab
terhadap peserta pelatihan.
Tahap inti II : 315 menit
a. Pelatih/instruktur memberikan gambaran peristiwa 1 tentang
politik uang dengan membagi kelas menjadi 5 Kelompok;
b. Pelatih/instruktur memberikan dan menjelaskan gambaran
peristiwa 1 dalam melaksanakan simulasi Lidik dan praktik
membuat produk intelijen;
c. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya simulasi
penyelidikan;
d. Peserta pelatihan melaksanakan simulasi penyelidikan;
e. Peserta pelatihan membuat produk intelijen;
f. Peserta pelatihan mengumpulkan hasil simulasi Lidik dan
produk intelijen;
Tahap inti III : 315 menit
a. Pelatih/instruktur memberikan gambaran peristiwa 2 tentang
Hate speech (menjelekan Paslon lain) dengan membagi
kelas menjadi 5 kelompok;
b. Pelatih/instruktur memberikan selembaran print out dari
media sosial berupa Whats App ke masing-masing
kelompok;
c. Pelatih/instruktur memberikan dan menjelaskan gambaran
peristiwa 2 dalam melaksanakan simulasi Lidik dan praktik
membuat produk intelijen;
d. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya simulasi
penyelidikan;
e. Peserta pelatihan melaksanakan simulasi penyelidikan;
f. Peserta pelatihan membuat produk intelijen;
g. Peserta pelatihan mengumpulkan hasil simulasi Lidik dan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 78
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

produk intelijen;
Tahap inti IV : 315 menit
a. Pelatih/instruktur memberikan gambaran peristiwa 3 tentang
Issue Hoax (mendiskriditkan pemuka agama) dengan
membagi kelas menjadi 5 kelompok;
b. Pelatih/instruktur memberikan selembaran print out dari
media sosial berupa Whats App ke masing-masing
kelompok;
c. Pelatih/instruktur memberikan dan menjelaskan gambaran
peristiwa 3 dalam melaksanakan simulasi Lidik dan praktik
membuat produk intelijen;
d. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya simulasi
penyelidikan;
e. Peserta pelatihan melaksanakan simulasi penyelidikan;
f. Peserta pelatihan membuat produk intelijen;
g. Peserta pelatihan mengumpulkan hasil simulasi Lidik dan
produk intelijen
Tahap inti V : 465 menit
a. Pelatih/instruktur memberikan gambaran peristiwa 4 tentang
Unjuk rasa tidak puas penetapan hasil pilkada dengan
membagi kelas menjadi 5 Kelompok;
b. Pelatih/instruktur memberikan dan menjelaskan gambaran
peristiwa 4 dalam melaksanakan simulasi Lidik dan praktik
membuat produk intelijen;
c. Pelatih/instruktur memberikan contoh cara simulasi Lidik dan
membuat produk intelijen;
d. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya simulasi
penyelidikan;
e. Peserta pelatihan melaksanakan simulasi penyelidikan;
f. Peserta pelatihan membuat produk intelijen;
g. Peserta pelatihan mengumpulkan hasil simulasi Lidik dan
produk intelijen
h. Pelatih/instruktur menyimpulkan materi yang telah
disampaikan.
3. Tahap akhir : 15 menit
a. Pelatih/instruktur memberikan ulasan dan penguatan materi
secara umum.
b. Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi pelatihan
dengan cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 79


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pelatihan.
c. Pelatih/instruktur merumuskan learning point, koreksi dan
kesimpulan dari materi pelatihan yang disampaikan kepada
peserta pelatihan.
d. Pelatih/instruktur memberikan penugasan kepada peserta
pelatihan dalam bentuk resume tentang materi yang telah
disampaikan.

Tagihan / Tugas
Peserta pelatihan mengumpulkan porduk intelijen dengan rincian
sebagai berikut:
1. Gambaran peristiwa 1 (Politik Uang):
a. Mengumpulkan hasil penelitian intelijen;
b. Mengumpulkan LI wawancara/eliciting;
c. Mengumpulkan LI pengamatan penggambaran;
d. Mengumpulkan informasi khusus;
e. Mengumpulkan telaahan intelijen.
2. Gambaran peristiwa 2 (Hate Speech):
a. Mengumpulkan hasil penelitian intelijen;
b. Mengumpulkan LI wawancara/eliciting;
c. Mengumpulkan informasi khusus;
d. Mengumpulkan telaahan intelijen
3. Gambaran peristiwa 3 (Issue Hoax):
a. Mengumpulkan hasil penelitian intelijen;
b. Mengumpulkan LI wawancara/eliciting;
c. Mengumpulkan informasi khusus;
d. Mengumpulkan telaahan intelijen.
4. Gambaran peristiwa 4 (Unjuk Rasa)
a. Mengumpulkan LI wawancara/eliciting;
b. Mengumpulkan LI pengamatan penggambaran;
c. Mengumpulkan informasi khusus;
d. Mengumpulkan telaahan intelijen.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 80


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Lembar Kegiatan
Simulasi dan Praktik Produk Intelijen dalam penyelidikan Pemilukada

Gambaran Peristiwa 1
Politik Uang
Penyelenggaraan Pemilihan Bupati di Kabupaten B memasuki tahap
minggu tenang, dalam aturannya Selama masa tenang, semua
pasangan calon, tim kampanye dan relawan pendukung tidak
melakukan aktivitas apapun yang dikonotasikan kegiatan kampanye.
masa tenang kampanye berlangsung selama tiga hari sebelum hari dan
tanggal pemungutan suara. Selain itu atribut kampanye seperti baliho
harus dicabut oleh tim pasangan calon selama masa tenang hingga
ketika pelaksanaan Pilkada sudah bersih.
Namun pada masa tenang tersebut aparat Polres mengamankan satu
mobil yang membawa uang senilai Rp 1,075 miliar dan sejumlah atribut
salah satu partai peserta Pemilu di kecamatan X. Polisi mengamankan
Lima orang dalam mobil bernopol XX 1976 ZZ, satu orang diantarnya
seorang calon anggota legislatif DPRD dari Partai Kuncung berinisial
DRG DRG diduga melakukan politik uang menjelang masa tenang
bersama Empat rekannya. Jutaan lembar uang beredar liar menjelang
pencoblosan pada Pemilihan bupati Kabupaten B.
Dari informasi tersebut Kasat Intelkam Polres B mengeluarkan UUK
untuk melaksanakan Penyelidikan terhadap kasus diatas yang
diindikasikan adanya kegiatan politik uang yang melibatkan calon
anggota legislaif bernama DRG dari partai Kuncung.
Kegiatan Pelatih
Pelatih membagi peserta pelatihan ke dalam 5 kelompok. Setiap
kelompok menyimulasikan teknik dan taktik Lidik serta membuat produk
intelijen, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kelompok pelaku disediakan oleh Pelatih/instruktur;
b. Peserta melaksanakan:
1) Kegiatan penelitian intelijen;
2) Pengamatan penggambaran;
3) Kegiatan wawancara/eliciting;
4) Pembuatan produk intel (Laporan informasi, informasi
khusus dan Telaahan Intelijen);
5) Paparan hasil kegiatan.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 81


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambaran Peristiwa 2
Hate speech
Menjelekan Paslon lain
Penyelenggaraan Pemilihan Bupati di Kabupaten B yang akan
berlangsung bulan Maret 2020 telah ditetapkan oleh KPUD diikuti oleh
Tiga pasang calon, yaitu Pasangan Calon A dan B, D dan E, P dan Q.
namun pada akhir akhir ini beredar dalam media social Whats App,
Face book, Instagram dan Twitter bahwa pasangan calon P dan Q
adalah berhaluan PKI, program-program kampanyenya mengarah
kepada politik sosialis, tokoh tokoh dibelakang calon bupati P dan Q
adalah pro PKI, karena orang tuanya adalah bekas tahanan politik PKI,
jadi mereka akan membangkitkan partai PKI.
Dari informasi tersebut Kasat Intelkam Polres B mengeluarkan UUK
untuk melaksanakan Penyelidikan terhadap kasus hate speech yang
berisikan menjelekan salah satu Paslon
Kegiatan Pelatih
Pelatih membagi kelas menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok
menyimulasikan teknik dan taktik Lidik serta membuat produk intelijen,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pelatih memberikan selembaran print out dari media sosial Whats
App;
b. Peserta melaksanakan:
1) Melaksanakan kegiatan penelitian;
2) Melaksanakan kegiatan wawancara/eliciting;
3) Melaksanakan pembuatan produk intel (Laporan informasi,
informasi khusus dan Telaahan Intelijen);
4) Melaksanakan paparan hasil kegiatan.

Gambaran Peristiwa 3
Issue hoax
Mendiskriditkan pemuka agama
Penyelenggaraan Pemilihan Bupati di Kabupaten B yang akan
berlangsung bulan Maret 2020 telah ditetapkan oleh KPUD diikuti oleh
Tiga pasang calon, yaitu Pasangan Calon A dan B, D dan E, P dan Q.
namun pada akhir akhir ini beredar dalam media social Whats App,
Face book, Instagram dan Twitter tentang salah satu pemuka agama
dalam melaksanakan kegiatan ibadahnya disetiap tempat selalu
menggiring agar masyarakat di kabupaten B untuk memilih calon bupati
A dan B. hukumnya wajib kalau tidak memilih berarti bukan umat yang
baik.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 82


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Dari informasi tersebut Kasat Intelkam Polres B mengeluarkan UUK


untuk melaksanakan Penyelidikan terhadap pendiskriditkan pemuka
agama.
Kegiatan Pelatih
Pelatih membagi kelas menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok
menyimulasikan teknik dan taktik Lidik serta membuat produk intelijen,
dengan ketentuan sebagai berikut:
c. Pelatih memberikan selembaran print out dari media sosial Whats
App;
d. Peserta melaksanakan:
1) Melaksanakan kegiatan penelitian;
2) Melaksanakan kegiatan wawancara/eliciting;
3) Melaksanakan pembuatan produk intel (Laporan informasi,
informasi khusus dan Telaahan Intelijen);
4) Melaksanakan paparan hasil kegiatan.

Gambaran Peristiwa 4
Unjuk rasa tidak puas penetapan hasil pilkada
Penyelenggaraan Pemilihan Bupati di Kabupaten B yang telah
berlangsung pada bulan Maret 2020 telah ditetapkan oleh KPUD
pemenangnya, yaitu sebagai berikut:
a. Pasangan Calon A dan B sebagai pemenang pertama dengan
jumlah suara 50 %
b. Pasangan calon D dan E sebagai pemenang kedua dengan
jumlah suara 30 %
c. Pasangan calon P dan Q sebagai pemenang ke tiga dengan
jumlah suara 20 %
2 hari sebelum penetapan calon terpilih oleh KPUD ada kumpulan
orang bergerombolan sekitar 200 orang didepan kantor KPUD yang
melakukan unjuk rasa memprotes hasil penetapan pemenang calon
bupati di kabupaten B.
Dari informasi tersebut Kasat Intelkam Polres B mengeluarkan UUK
untuk melaksanakan Penyelidikan terhadap unjuk rasa terhadap
penetapan pemenang calon bupati kabupaten B.
Kegiatan Pelatih
Pelatih membagi peserta pelatihan ke dalam 5 kelompok. Setiap
kelompok menyimulasikan teknik dan taktik Lidik serta membuat produk
intelijen, dengan ketentuan sebagai berikut:

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 83


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a. Kelompok pelaku unjuk rasa disediakan oleh Pelatih/instruktur;


b. Peserta melaksanakan:
1) Melaksanakan pengamatan penggambaran;
2) Melaksanakan kegiatan wawancara/eliciting;
3) Melaksanakan pembuatan produk intel (Laporan informasi,
informasi khusus dan Telaahan Intelijen);
4) Melaksanakan paparan hasil kegiatan.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 84


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

PRODUK INTELIJEN

1. Pengertian, Maksud Dan Tujuan Produk Intelijen


a. Pengertian
Produk Intelijen adalah suatu perwujudan akhir dari kegiatan
operasional Intelijen, setelah melalui suatu proses
pengolahan yang meliputi Pencatatan, Penilaian dan
Penafsiran atau merupakan tulisan dinas yang dibuat dan
dikeluarkan oleh Badan Intelijen sebagai hasil kegiatan
operasional Intelijen denganmelalui proses pengolahan
Administrasi yang disusun sesuai dengan bentuk-bentuk
yang telah ditentukan dan erat hubungannya dengan tugas-
tugas keamanan dan ketertiban masyarakat.
Konsep dasar penyelenggaraan Produk ini merupakan
bentuk pertanggung jawaban dari:
1) Perwujudan akhir dari kegiatan operasional Intelijen;
2) Proses pengolahan yang meliputi:
a) Pencatatan;
b) Penilaian;
c) Penafsiran.
3) Tulisan dinas yang dibuat dan dikeluarkan oleh Badan
Intelijen.
b. Maksud
Sebagai dasar dalam pembuatan produk Intelijen dalam
menentukan kebijakan yang bersifat taktis dan strategis
secara berkelanjutan dan berkala.
c. Tujuan
Untuk kepentingan kegiatan dan operasional kepolisian
maupun operasional intelijen bersifat taktis dan strategis
secara berkelanjutan dan berkala yang akan berpengaruh
pada situasi dan kondisi kehidupan masyarakat.

2. Pencatatan, Penilaian Dan Penafsiran Produk Intelijen


a. Pencatatan
Pencatatan dilakukan guna mempermudah analisis dan
menyiapkan penyusunan laporan intelijen menjadi suatu
persoalan tertentu dalam bentuk yang teratur.
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 85
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Penilaian
Penilaian dilakukan untuk menentukan hubungan tingkat
kepentingan atau urgensi, tingkat kepercayaan terhadap
sumber atau badan pengumpul dan tingkat kebenaran suatu
bahan keterangan, yaitu:
1) Penentuan hubungan tingkat kepentingan atau urgensi
dilakukan dengan penilaian sebagai berikut:
a) Apakah bahan keterangan itu berhubungan
dengan sasaran, bidang tugas atau masalah yang
dihadapi;
b) Apakah bahan keterangan itu segera dibutuhkan,
dan dari siapa diperoleh; dan
c) Apakah bahan keterangan itu berharga untuk
waktu sekarang atau nanti dan untuk siapa
diajukan
2) Penentuan tingkat kepercayaan terhadap sumber atau
badan pengumpul dilakukan dengan penilaian sebagai
berikut:
a) Nilai A yang berarti dapat dipercaya sepenuhnya;
b) Nilai B yang berarti biasanya dapat dipercaya;
c) Nilai C yang berarti agak dapat dipercaya; dan
d) Nilai D yang berarti tidak dapat dipercaya.
3) Penentuan tingkat kebenaran suatu bahan keterangan
dilakukan dengan penilaian sebagai berikut:
a) Nilai 1 yang berarti dibenarkan sumber lain;
b) Nilai 2 yang berarti sangat mungkin benar;
c) Nilai 3 yang berarti mungkin benar; dan
d) Nilai 4 yang berarti tidak dibenarkan oleh sumber
lain.
Penilaian tingkat kepercayaan dan tingkat kebenaran
dilakukan oleh pimpinan petugas pengumpul informasi,
Penentuan penilaian menghasilkan bahan berupa
keterangan, fakta, atau data yang digunakan dalam proses
pengolahan dan penyusunan Produk Intelijen.
c. Penafsiran
penafsiran dilakukan untuk mengolah bahan keterangan
melalui pendekatan: berpikir secara intuitif, berpikir secara
ilmiah, dan berpikir secara logis.
1) Berpikir secara intuitif merupakan penafsiran terhadap
bahan keterangan berdasarkan pada feelling yang
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 86
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dipengaruhi oleh pengalaman, melalui proses:


a) Akumulasi, yaitu menggunakan fakta-fakta yang
tersimpan di dalam otak sendiri sebagai asumsi
untuk menafsirkan informasi yang diterima yang
ditentukan berdasarkan pengalaman;
b) Inkubasi, yaitu melakukan penelaahan lebih lanjut
terhadap fakta-fakta asumsi untuk menentukan
fakta yang dapat digunakan untuk penafsiran dan
mendapatkan gambaran yang logis;
c) Iluminasi, yaitu berpikir seolah-olah otak menjadi
semakin terang sehingga mampu menemukan arti
dalam bahan keterangan untuk menemukan
jawaban sementara yang diinginkan atau berupa
hipotesa-hipotesa; dan
d) Verifikasi, yaitu hipotesa yang telah diperoleh
pada tahap sebelumnya (iluminasi) diuji
kebenarannya dengan mencari fakta-fakta
tambahan ataupun membandingkan dengan
pengalaman yang dimiliki yang kemudian dapat
ditarik suatu kesimpulan.
2) Berpikir secara ilmiah merupakan penafsiran yang
didasarkan pada data yang sudah pasti kebenarannya
dengan menggunakan data statistik, dan waktu yang
diperlukan relatif sama dengan pendekatan berpikir
secara intuitif.
3) Pendekatan melalui berpikir secara logis merupakan
penafsiran terhadap bahan keterangan yang dilakukan
dan diolah dengan pendekatan logika, melalui proses:
a) Analisis, yaitu pemilihan dan penyaringan bahan-
bahan keterangan yang telah dinilai dan
memisahkan dari bahan-bahan keterangan yang
lain sesuai dengan kepentingan persoalan yang
dihadapi ataupun operasi dan tugas yang akan
dilaksanakan;
b) Integrasi, yaitu penggabungan (komplikasi) bahan
keterangan yang telah dipecah-pecah hasil
kegiatan analisis dan dihimpun kembali dengan
bahan keterangan yang sudah diketahui sehingga
terbentuk suatu gambaran yang logis dan hasilnya
merupakan suatu hipotesa tentang suatu
persoalan yang dihadapi;
c) Kesimpulan, yaitu merumuskan bahan keterangan
atas dasar hipotesa yang dikembangkan,
dianalisis, dan diuji serta dianggap yang berlaku

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 87


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bagi hasil integrasi; dan


d) Peramalan (forecasting), yaitu penafsiran bahan
keterangan yang didapat dari pelaksanaan
kegiatan operasional Intelijen, guna mengetahui
apa yang sebenarnya telah terjadi termasuk yang
melatar belakanginya.

3. Prinsip-Prinsip Produk Intelijen


a. Kerahasiaan, yaitu penyelenggaraan Produk Intelijen
dilakukan oleh personel yang kompeten dengan akses yang
terbatas hanya kepada pejabat tertentu guna menghindari
kebocoran dan penyalahgunaan;
b. Prosedural, yaitu penyelenggaraan Produk Intelijen
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme, arahan dan
ketentuan yang telah ditetapkan;
c. Akuntabilitas, yaitu penyelenggaraan Produk Intelijen dapat
dipertanggungjawabkan oleh personel yang ditunjuk mulai
dari proses penyusunan, pengadiministrasian, dan
pendistribusian.

4. Jenis-Jenis Produk Intelijen


Jenis produk Intelijen di lingkungan Intelkam Polri terdiri dari:
a. Strategis
Digunakan sebagai dasar bagi pembuatan kebijakan yang
bersifat strategis, yang dibuat secara berkelanjutan dan
berkala, yaitu:
1) Intelijen Dasar;
2) Perkiraan Intelijen Keamanan.
b. Taktis
digunakan untuk kepentingan operasional kepolisian
maupun operasional intelijen, yang bersifat taktis atau sesuai
dengan kondisi tertentu yang akan berpengaruh pada situasi
dan kondisi kehidupan masyarakat, yaitu:
1) Laporan harian;
2) Laporan harian khusus;
3) Laporan Informasi;
4) Informasi Khusus;
5) Laporan Atensia;
6) Laporan Khusus Intel;
7) Telaahan Intelijen;
8) Perkiraan Intelijen Singkat;
9) Perkiraan Intelijen Kontijensi;
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 88
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

10) Perkiraan Intelijen Khusus;


11) Perkiraan Intelijen Cepat;
12) Laporan Intelijen;
13) Nota Intelijen;
14) Memo Intelijen.

5. Bentuk dan cara membuat produk Intelijen dalam


penyelidikan Pemilukada
a. Laporan Informasi
Laporan dari petugas Intelijen yang hanya meliputi satu
bidang dan satu masalah, fakta dipisahkan dari pendapat
pelapor, disusun secara kronologis sistematis, sumber dan
cara mendapatkan harus jelas dan dibuatkan juga nilai
kebenaran bahan keterangan. Laporan Informasi dapat
dikatan juga suatu fakta penting yang masih berdiri sendiri
dan belum dikaitkan dengan fakta lainnya, sehingga masih
merupakan bahan mentah (raw material).
Dalam suatu kegiatan penyelidikan Intelijen. Laporan
Informasi merupakan pencatatan bahan keterangan yang
didapat dan merupakan bukti kegiatan penyelidikan sudah
dilaksanakan ke dalam suatu laporan yang ringkas dan jelas
yang memuat bahan keterangan yang diperoleh dari sumber
tertutup maupun terbuka.
Adapun syarat-syarat pembuatan Laporan Informasi adalah
sebagai berikut:
1) Hanya meliputi satu bidang dan satu masalah;
2) Fakta dipisahkan dari pendapat pelapor;
3) Disusun secara kronologis sistematika;
4) Sumber, waktu dan cara mendapatkan harus jelas;
5) Dibuat juga nilai kebenaran Informasi.
Tujuan pembuatan Laporan Informasi adalah untuk
membantu pimpinan memperoleh informasi sebanyak
mungkin dan sedini mungkin secara cepat dan akurat,
sehingga pimpinan dapat mengambil tindakan segera guna
mencegah gangguan kamtibmas yang lebih besar.
Adapun kegunaannya Laporan Informsi adalah :
1) Sebagai bahan informasi dan peringatan kepada
kesatuan.
2) Sebagai bahan arahan bagi pelaksanaan tindakan
lanjut.
Materi penyusunan produk laporan informasi terdiri dari:

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 89


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) Bab I, memuat pendahuluan yang berisi tentang:


a) sumber informasi;
b) hubungan pelapor dengan sumber;
c) cara mendapatkan informasi;
d) waktu mendapatkan informasi; dan
e) nilai/bobot informasi;
4) Bab II, memuat fakta-fakta yang berisi tentang:
a) Semua informasi yang meliputi Ipoleksosbudkam,
baik peristiwa/kejadian atau suatu gejala yang
dapat mengarah kepada gangguan kamtibmas,
baik yang diperoleh dari sumber intelijen atau
diketahui sendiri;
b) Berisi uraian fakta-fakta secara sistematis dan
mendetail tentang semua yang berhubungan
dengan informasi;
c) Mencakup/memenuhi Apa, Bilamana, Dimana,
Siapa, Bagaimana dan Mengapa (ABIDISIBAME)
atau yang disebut 5 W + 1 H;
5) Bab III, memuat pendapat pelapor yang berisi tentang:
a) Analisa;
b) Prediksi yang akan terjadi;
c) Langkah-langkah intelijen, fungsi Kepolisian dan
instansi terkait yang telah dilakukan; dan
d) Rekomendasi.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 90


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Format Laporan Informasi adalah sebagai berkiut :

RAHASIA

-----------Kop Kesatuan-------
-------------------------------------

LAPORAN INFORMASI
Nomor: R/LI- / / /
_______________________________________________________________

Bidang : Bidang Ipoleksosbudkam


Perihal : -

I. PENDAHULUAN
1. Sumber Informasi :-
2. Hubungan dengan sumber :-
3. Cara mendapatkan informasi :-
4. Waktu mendapatkan informasi :-
5. Nilai Informasi :-

II. FAKTA-FAKTA
1. Semua informasi yang meliputi Ipoleksosbudkam, baik
peristiwa/kejadian atau suatu gejala yang dapat mengarah kepada
gangguan Kamtibmas, baik yang diperoleh dari sumber intelijen atau
diketahui sendiri.

2. Berisi uraian fakta-fakta secara sistematis dan mendetail tentang semua


yang berhubungan dengan informasi.

3. Mencakup/memenuhi Apa, Bilamana, Dimana, Siapa, Bagaimana dan


Mengapa (ABIDISIBAME).

III. PENDAPAT PELAPOR


1. Analisa.
2. Prediksi yang akan terjadi.
3. Langkah-langkah intelijen, fungsi Kepolisian dan instansi terkait yang
telah dilakukan.
4. Rekomendasi.

Jakarta………………….…

Pelapor
Distribusi:

RAHASIA

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 91


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Informasi Khusus
Informasi Khusus adalah tulisan atau keterangan yang berisi
masalah atau kasus yang perlu diketahui satuan atas,
samping atau bawah yang bersifat informatif dan juga dapat
dijadikan sebagai bahan keterangan dan diperkirakan akan
berkembang pada daerah lain, sehingga perlu diketahui dan
diwaspadai oleh satuan atas, samping maupun bawah.
Syarat-syarat Informasi Khusus adalah sebagai berikut:
1) Informasi berkaitan dengan satu atau beberapa kasus/
masalah (fakta aktual) yang biasanya berasal dari
satuan atas, satuan samping atau satuan bawah dan
perlu untuk diketahui oleh Satuan atas, samping dan
bawah.
2) Materi informasi menunjukkan kerawanan-kerawanan
yang bakal timbul dan berpengaruh dengan memuat
fakta-fakta lain yang bersifat melengkapi atau
memperkuat masalah yang dikemukakan yaitu sumber
dari dokumentasi Intel atau Intelijen Dasar.
Tujuan dari Informasi Khusus adalah untuk memberikan
informasi yang bersifat khusus untuk segera diketahui oleh
satuan atas, samping dan bawah tentang masalah atau
kasus yang terjadi, sebagai bahan pengambilan langkah
antisipatif terutama bagi satuan yang menerima informasi.
Adapun kegunaan dari Informasi Khusus adalah:
1) Sebagai warning dan informatif peringatan bagi satuan
atas, samping atau bawah;
2) Sebagai bahan arahan bagi pelaksanaan tindakan
lanjut.
Materi penyusunan produk Informasi Khusus terdiri dari:
1) Bab I, memuat perihal yang berisi hal-hal bersifat
khusus tentang permasalahan yang akan disampaikan;
2) Bab II, memuat fakta-fakta berisi tentang fakta-fakta
yang tersusun secara sistematis, singkat, jelas dari
suatu masalah atau kasus yang terjadi dan
berkembang, hindari sikap untuk memasukkan
pandangan atau pendapat sendiri dari fakta-fakta yang
dilaporkan; dan
3) Bab III, memuat catatan berisi tentang:
a) Analisa;
b) Prediksi yang akan terjadi;
c) Langkah-langkah intelijen, fungsi Kepolisian dan
instansi terkait yang telah dilakukan; dan
PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 92
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Rekomendasi.
Format Informasi Khusus adalah sebagai berikut :

RAHASIA
………Kop Kesatuan……
…………...........…… ……….

Nomor:
INFORMASI KHUSUS
Tanggal ……………..

BIDANG:
I. PERIHAL
------Memuat informasi-informasi yang bersifat khusus tentang suatu
permasalahan yang akan disampaikan.

II. FAKTA-FAKTA
------Memuat fakta-fakta yang tersusun secara sistematis, singkat, jelas dari
suatu masalah atau kasus yang terjadi dan berkembang.

------Hindari sikap untuk memasukkan pandangan atau pendapat sendiri dari


fakta-fakta yang dilaporkan.

III. CATATAN

1. Analisa.

2. Prediksi yang akan terjadi.

3. Langkah-langkah intelijen, fungsi Kepolisian dan intansi terkait yang telah


dilakukan.

4. Rekomendasi.
Jakarta,
……………….…..

Pelapor

AUTENTIKASI: .......

Distribusi:

RAHASIA

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 93


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Telaahan Intelijen
Telaahan intelijen dapat digunakan sebagai dokumen yang
memberikan Troop Info kepada eselon samping dan
bawahan. Telaahan intelijen bersifat telaahan dan
berklasifikasi rahasia. Telaahan intelijen dibuat secara
berkala dalam bentuk telaahan mingguan, telaahan bulanan,
atau khusus (insidentil).
Telaahan intelijen berisikan:
1) Pengkajian singkat dan jelas tentang perkembangan
masalah-masalah ipoleksosbudkam yang dinilai sangat
penting, dikaitkan dengan faktafakta yang lampau;
2) Tinjauan dan penelaahan masalah untuk menemukan
akar masalah sebagai sumber ancaman, serta faktor
lainnya yang ikut mempengaruhi, sehingga dapat
memprediksi bentuk ancaman yang mungkin terjadi;
3) Rekomendasi yang sifatnya umum dengan tujuan
merespons/mengantisipasi perkembangan dari
kasus/masalah yang terjadi.
Telaahan intelijen digunakan untuk:
1) Memberikan gambaran tentang perkembangan kondisi
dan permasalahan pada suatu daerah tertentu atau
untuk mengetahui arti dari suatu keadaan yang sedang
berlaku sebagai akibat dari keadaan yang lampau; dan
2) Memberikan informasi lengkap kepada pimpinan
tentang keadaan atau peristiwa yang sedang berjalan,
sehingga pimpinan memperoleh gambaran yang jelas
dan akurat tentang masalah yang disampaikan dan
dapat mengambil keputusan terutama dalam
menghadapi masalah yang diperkirakan akan timbul di
kemudian hari.
Materi penyusunan produk telaahan intelijen terdiri dari:
1) Bab I, memuat pendahuluan yang berisi gambaran
umum tentang perkembangan situasi yang meliputi
ipoleksosbudkam dalam periode telaahan;
2) Bab II, memuat fakta-fakta yang berisi tentang
perubahan dan peristiwa yang terjadi di bidang
ipoleksosbudkam;
3) Bab III, memuat analisis yang berisi tentang
pembahasan dari fakta-fakta yang diuraikan
sebelumnya;
4) Bab IV, memuat prediksi dan perkembangan masalah
yang akan terjadi;

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 94


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5) Bab V, memuat rekomendasi yang berisi saran tindak


yang perlu dilakukan oleh Polri.
Produk laporan telaahan intelijen disusun dengan format
sebagai berikut:
1) Judul dan isi bab;
2) Tulisan ”RAHASIA” di bagian atas dan bawah pada
setiap halaman;
3) Memuat waktu dan tanggal pembuatan;
4) Tanda tangan pejabat intelijen;
5) Mencantumkan alamat distribusi yang telah ditentukan;
6) Sampul berwarna merah dengan logo tribrata yang
memuat kepala surat, nama produk, tulisan ”RAHASIA”
pada bagian atas dan bawah, serta registrasi;
7) Menggunakan kertas A4 atau folio.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 95


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Format Telaahan Intelijen adalah sebagai berikut :

RAHASIA
………………
………………
Nomor. :
TELAAHAN INTELIJEN
Tentang
………………………………..….
I. PENDAHULUAN
1. Pada Bab ini dikemukakan trend perkembangan situsi/kondisi
kamtibmas yang menjadi dasar pembuatan analisa ini.
2. Atau gambaran dari dampak suatu kasus terhadap situasi
kamtibmas pada umumnya.

II. FAKTA-FAKTA
1. Pada Bab ini semua fakta-fakta yang ada hubungannya dengan
pokok masalah, baik pada masa lalu maupun yang terjadi saat
ini dikemukakan secara detail dan lengkap.
2. Bila Telaahan berupa telahaan bulanan, fakta-fakta yang
dikemukakan meliputi aspek Panca Gatra.
3. Bisa berbentuk Kegiatan, data, skenario dll

III. ANALISA
1. Pada Bab ini dijelaskan hubungan antara satu fakta dengan
fakta lain yang mungkin saling mempengaruhi.
2. Termasuk gambaran dari ekses yang mungkin berpengaruh
terhadap berbagai aspek penyelenggaraan keamanan.
3. Memuat prakiraan dari mulai yang tidak mungkin terjadi sampai
kepada yang paling mungkin terjadi.

IV. PREDIKSI
Pada Bab ini memuat kesimpulan dari hasil analisa dan prediksi
kedepan.

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 96


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

V. REKOMENDASI
Memuat rekomendasi yang mungkin dilakukan oleh satuan Polri
atau yang berkepentingan.

Jakarta,…………………………..
Pejabat Intelkam
Distribusi :

RAHASIA

Rangkuman

1. Produk Intelijen adalah suatu perwujudan akhir dari kegiatan


operasional Intelijen, setelah melalui suatu proses pengolahan
yang meliputi Pencatatan, Penilaian dan Penafsiran atau
merupakan tulisan dinas yang dibuat dan dikeluarkan oleh Badan
Intelijen sebagai hasil kegiatan operasional Intelijen
denganmelalui proses pengolahan Administrasi yang disusun
sesuai dengan bentuk-bentuk yang telah ditentukan dan erat
hubungannya dengan tugas-tugas keamanan dan ketertiban
masyarakat.
2. Penilaian dilakukan untuk menentukan hubungan tingkat
kepentingan atau urgensi, tingkat kepercayaan terhadap sumber
atau badan pengumpul dan tingkat kebenaran suatu bahan
keterangan.
3. Kerahasiaan, yaitu penyelenggaraan Produk Intelijen dilakukan
oleh personel yang kompeten dengan akses yang terbatas hanya
kepada pejabat tertentu guna menghindari kebocoran dan
penyalahgunaan.
4. Jenis produk Intelijen di lingkungan Intelkam Polri terdiri dari
a. Strategis;
b. Taktis.
5. Telaahan intelijen dapat digunakan sebagai dokumen yang
memberikan Troop Info kepada eselon samping dan bawahan.
Telaahan intelijen bersifat telaahan dan berklasifikasi rahasia.
Telaahan intelijen dibuat secara berkala dalam bentuk telaahan
mingguan, telaahan bulanan, atau khusus (insidentil).

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 97


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Soal latihan
1. Jelaskan Pengertian, maksud dan tujuan produk intelijen!
2. Jelaskan Pencatatan, penilaian dan penafsiran produk intelijen!
3. Jelaskan Prinsip-prinsip produk intelijen!
4. Jelaskan Jenis-jenis produk intelijen!
5. Jelaskan Bentuk dan cara membuat produk Intelijen dalam
penyelidikan Pemilukada!

PENYELIDIKAN DI BIDANG POLITIK 98


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS INTELIJEN

Anda mungkin juga menyukai