Anda di halaman 1dari 111

MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAHAN AJAR (HANJAR)


PELATIHAN PELAYANAN STNK
BAGI BINTARA POLRI
FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


NOMOR : KEP/ 486 /XI/2020 TANGGAL 17 NOVEMBER 2020
KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SAMBUTAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Salam sejahtera bagi kita semua.

D engan mengucapkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya Bahan Ajar
(Hanjar) Pelayanan STNK bagi Bintara Polri Fungsi
Teknis Lalu Lintas dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah
ditentukan.
KOMJEN POL Drs. AR IEF SULISTYANTO, M.Si
KALEMDIKLAT POLRI
Polri melalui Korlantas berupaya melaksanakan serta
mewujudkan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor (Regident Ranmor)
dalam pelayanan STNK dan TNKB demi tercapainya pelayanan lalu lintas yang baik
sesuai aturan yang berlaku.

Fungsi lalu lintas kepolisian adalah fungsi teknis professional kepolisian di bidang
lalu lintas merupakan penyelenggaraan tugas pokok Polri di bidang registrasi dan
identifikasi lalu lintas khususnya dalam penerbitan STNK dan TNKB, yang
dilaksanakan Subdit STNK.

Subdit STNK bertugas menjamin terselenggaranya unit layanan di kantor bersama


Samsat. Dalam peningkatan efektifitas kerjannya perlu menetapkan sasaran dan
arah kebijakan, membangun sistem dan data berbasis teknologi informasi,
melakukan kajian dan sinergitas penerbitan STNK dan TNKB, Selain itu perlu
dilakukan penetapan norma Ranmor, persyaratan administrasi pada unit layanan
STNK dan TNKB, serta penetapan standar dan spesifikasi teknis STNK dan TNKB
serta dokumen pendukungnya.

Guna mendukung terwujudnya layanan profesionali Korlantas, Polri membangun


sistem ERI (Electronic Registrasi dan Identifikasi) untuk membangun system data

II
secara terpusat, serta membangun sistem aplikasi SAMONAS (Samsat Online
Nasional), untuk mempermudah masyarakat melakukan pembayaran pajak melalui
channel perbankan. Selain itu Polri berupaya meningkatkan kompetensi anggota
polri melalui pelatihan, memastikan seluruh system dan ketentuan pelayanan
digunakan/dilaksanakan sesuai ketentuan. Agar pelatihan berjalan dan berhasil
dengan baik, disusun Hanjar pelatihan sebagai rujukan materi pelatihan.

Saya selaku Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri menyampaikan


apresiasi dan penghargaan serta ucapan terima kasih kepada narasumber dan tim
kelompok kerja yang telah menyelesaikan Hanjar pelatihan ini, semoga bermanfaat
bagi anggota Polri dengan harapan memiliki kompetensi dan selanjutnya kepada
pengguna/praktisi diharapkan dapat memberikan saran serta kritik yang membangun
untuk perbaikan bahan hanjar pelatihan ini.

Sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 17 November 2020

KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Drs. ARIEF SULISTYANTO, M.Si.


KOMISARIS JENDERAL POLISI

Paraf:
1. Konseptor/Kbg Kurhanjarlat :.........
2. Kaurtu Biro Kurikulum : …….
Paraf :
3. Karo Kurikulum :.........
1. Konseptor/Kabag Polri : ……. : …….
4. Kataud LemdiklatKurhanjarlat
2. 5. Waka
Kaurtu Lemdiklat Polri
Rokurlum :…….. : …….
3. Karo Kurikulum : ........
4. Kataud : ................

iii
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


Nomor: Kep/486/XI/2020
tentang

HANJAR
PELATIHAN PELAYANAN STNK
BAGI BINTARA POLRI
FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS

KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Menimbang : bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelatihan Pelayanan STNK


bagi Bintara Polri maka perlu ditetapkan keputusan untuk dijadikan
dasar dan pedoman pelaksanaan pelatihan fungsi.

Mengingat : 1. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor


19 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelatihan Kepolisian
Negara Republik Indonesia;

2. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia


Nomor 14 Tahun 2015 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian
Negara Republik Indonesia;

3. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia


Nomor: Kep/2502/XII/2019 tanggal 23 Desember 2019
tentang Program Pendidikan dan Pelatihan Polri T.A. 2020;

4. Surat Keputusan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan


Polri No. Pol. : Skep/461/XII/2007 tanggal 13 Desember
2007 tentang Standar Komponen Kurikulum Pelatihan Polri;

5. Keputusan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan


Polri Nomor: Kep/482/XI/2020 tanggal 17 November 2020
tentang Kurikulum Pelatihan Pelayanan STNK bagi Bintara
Polri.

Memperhatikan: hasil survei/penelitian program pelatihan Polri di kewilayahan pada


tahun 2019, saran serta masukan para pembina Fungsi Teknis
Operasional maupun Pembinaan dan para pelaksana pelatihan Polri.

MEMUTUSKAN.....
2 KEPUTUSAN KALEMDIKLAT POLRI
NOMOR : KEP/ 486 /XI/2020
TANGGAL : 17 NOVEMBER 2020

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


POLRI TENTANG HANJAR PELATIHAN PELAYANAN STNK BAGI
BINTARA POLRI

1. mengesahkan Hanjar pelatihan Pelayanan STNK bagi Bintara


Polri sebagaimana tersebut dalam lampiran keputusan ini;

2. hal-hal lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan


Hanjar pelatihan Pelayanan STNK bagi Bintara Polri yang
belum diatur dalam Hanjar pelatihan fungsi ini akan diatur
kemudian, dan sebelum ada ketentuan baru maka ketentuan
yang sudah ada selama ini serta tidak bertentangan dengan
keputusan ini dinyatakan tetap berlaku;

3. keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di: Jakarta


pada tanggal: 17 November 2020
KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kepada Yth.: Drs. ARIEF SULISTYANTO, M.Si.


KOMISARIS JENDERAL POLISI
Para Ka SPN Polda
Paraf :
Tembusan: 1. Konseptor/Kabag Kurhanjarlat : ..........
2. Kaurtu Rokurikulum : ..........
1. Kapolri.
2. Wakapolri. 3. Karo Kurikulum :............
3. Irwasum Polri.
4. Kakorlantas Polri. 4. Kataud Lemdiklat Polri : ..........
5. Para Kapolda. 5. Waka Lemdiklat Polri : ..........
6. Kapusdik Lantas
Lemdiklat Polri.
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

IDENTITAS BUKU

PELAYANAN STNK

Penyusun :

Tim Pokja Lemdiklat Polri

Editor :

1. Kombes Pol Drs.Syamsudin Lubis, S.H., M.H.


2. AKBP Tri Waluyani, S.Sos.
3. AKBP Drs Muhar Lamadi, M.M.
4. Penata Hafni Ratna Indah, S.Pd.
5. Iptu Sulaikah, S.H.
6. Penda Sutianingsih
7. Bripda Hidayah Puspita Wulandari

Hanjar Pelatihan Polri


Pelayanan STNK

Diterbitkan oleh:

Bagian Kurikulum dan Hanjar Pelatihan


Biro Kurikulum
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri
Tahun 2020

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pelatihan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri

PELAYANAN STNK iv
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

DAFTAR ISI

C over.................................................................................................................. i

Sambutan Kalemdiklat P o lri............................................................................... ii

Keputusan Kalemdiklat Polri .............................................................................. iv

Identitas Buku ..................................................................................................... vi

Daftar Isi ............................................................................................................. vii

MODUL 01 KONSEP REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI (REGIDENT)


PENGOPERASIAN KENDARAAN BERMOTOR
(RANMOR) .........................................................................

Pengantar........................................................................... 1

Standar kompetensi............................................................. 1

Kompetensi dasar............................................................... 1

Materi pelajaran.................................................................. 2

Metode pembelajaran ......................................................... 3

Alat/media bahan, dan sumber belajar.............................. 3

Kegiatan pembelajaran....................................................... 4

Tagihan/tugas..................................................................... 5

Lembar kegiatan................................................................. 5

Bahan bacaan .................................................................... 6

POKOK BAHASAN 1

JENIS DAN FUNGSI RANMOR ......................................... 6

1. Jenis Ranmor............................................................. 6

2. Fungsi Ranmor........................................................... 7

POKOK BAHASAN 2

SISTEM PENOMORAN RANMOR...................................... 8

1. Hal-hal terkait dengan Nomor Registrasi Kendaraan 8


Bermotor (NRKB)........................................................

PELAYANAN STNK vii


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Alokasi penomoran Ranmor....................................... 9

3. Nomor Registrasi Kendaraan Bermotor (NRKB) 10


pilihan.........................................................................

POKOK BAHASAN 3

REGIDENT PENGOPERASIAN RANMOR ....................... 12

1. Pengertian yang berkaitan dengan Regident 12


pengoperasian Ranmor..............................................

2. Tujuan Regident pengoperasian Ranmor.................. 15

3. Prinsip-prinsip Regident pengoperasian Ranmor...... 16

4. Pelaksanaan Regident pengoperasian Ranmor........ 17

Rangkuman........................................................................ 19

Soal Latihan........................................................................ 20

MODUL 02 PERUNDANG-UNDANGAN DAN PERATURAN


TERKAIT DENGAN PENERBITAN STNK..........................

Pengantar........................................................................... 21

Standar kompetensi............................................................. 21

Kompetensi dasar............................................................... 22

Materi pelajaran.................................................................. 23

Metode pembelajaran......................................................... 25

Alat/media bahan, dan sumber belajar.............................. 25

Kegiatan pembelajaran....................................................... 26

Tagihan/tugas..................................................................... 28

Lembar kegiatan................................................................. 28

Bahan bacaan .................................................................... 29

POKOK BAHASAN 1
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA............... 29

1. Pasal terkait pelayanan masyarakat......... ................. 29

2. Pasal terkait tugas dan wewenang Polri dalam

PELAYANAN STNK viii


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor........ 29

POKOK BAHASAN 2
UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN........................... 30

1. Pasal terkait pelaksana pembinaan lalu lintas dan


angkutan jalan............................................................ 30

2. Pasal terkait pembinaan lalu lintas dan angkutan


jalan terkait registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor..................................................................... 30

POKOK BAHASAN 3
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 55 TAHUN 2012
TENTANG KENDARAAN.................................................... 34

1. Pasal terkait jenis Ranmor.......................................... 34

2. Pasal terkait fungsi Ranmor........................................ 34

POKOK BAHASAN 4
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2016
TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) YANG
BERLAKU PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA......................................................................... 35

1. Pasal terkait jenis PNBP............................................. 35

2. Lampiran PP Nomor 60 Tahun 2016 terkait dengan


Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia...................... 35

POKOK BAHASAN 5
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM
ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT)
KENDARAAN BERMOTOR................................................. 37

1. Pasal terkait tujuan Samsat........................................ 37

2. Pasal terkait ruang lingkup pelayanan Samsat.......... 37

3. Pasal terkait persyaratan administratif umum............ 38

4. Pasal terkait prosedur pelayanan Samsat................. 39

PELAYANAN STNK IX
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 6
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012
TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI
KENDARAAN BERMOTOR................................................. 42

1. Pasal terkait Regident Ranmor secara rutin.............. 42

2. Pasal terkait permohonan Regident Ranmor............. 44

3. Pasal terkait penahapan Regident Ranmor............... 44

4. Pasal terkait penerbitan dan pemberian bukti


Regident Ranmor........................................................ 44

Rangkuman......................................................................... 46

Soal Latihan ....................................................................... 48

MODUL 03 PELAYANAN PRIMA PENERBITAN SURAT TANDA


NOMOR KENDARAAN (STNK)..........................................

Pengantar........................................................................... 49

Standar kompetensi............................................................. 49

Kompetensi dasar............................................................... 49

Materi pelajaran.................................................................. 50

Metoda pembelajaran......................................................... 50

Alat/media bahan, dan sumber belajar.............................. 51

Kegiatan pembelajaran....................................................... 51

Tagihan/tugas..................................................................... 53

Lembar kegiatan................................................................. 53

Bahan bacaan .................................................................... 54

POKOK BAHASAN 1
PELAYANAN PRIMA DALAM PENERBITAN STNK DAN
TNKB................................................................................... 54

1. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan


pelayanan prima......................................................... 54

2. Hakikat tujuan pelayanan................ ...................... 57

PELAYANAN STNK x
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Prinsip-prinsip pelayanan prima................................. 58

4. Titik kritis pelayanan................................................... 59

5. Hal-hal utama dalam pelayanan prima...................... 59

6. Etika petugas pelayanan STNK dan TNKB............... 64

POKOK BAHASAN 2
KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN PRIMA..... 65

1. Pengertian komunikasi efektif..................................... 65

2. Aspek-aspek komunikasi efektif................................. 65

3. Strategi membangun komunikasi efektif.................... 66

4. Pengaruh budaya dalam komunikasi......................... 68

5. Komunikasi yang empati............................................. 68

Rangkuman......................................................................... 71

Soal Latihan ....................................................................... 72

MODUL 04 MEKANISME PENERBITAN SURAT TANDA NOMOR


KENDARAAN (STNK)........................................................

Pengantar .......................................................................... 73

Standar kompetensi............................................................ 73

Kompetensi d a sa r.............................................................. 73

Materi pelajaran ................................................................. 74

Metoda pembelajaran ........................................................ 74

Alat/media bahan, dan sumber belajar............................... 75

Kegiatan pembelajaran ...................................................... 76

Tagihan/tugas .................................................................... 77

Lembar kegiatan ................................................................ 77

Bahan bacaan .................................................................... 78

POKOK BAHASAN
MEKANISME PENERBITAN STNK DAN TNKB................. 78

1. Penerbitan STNK dan TNKB...................................... 78

PELAYANAN STNK xi
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Pelaksanaan cek fisik kendaraan bermotor............. 87

3. Pendaftaran, pendataan dan verifikasi permohonan


STNK.......................................................................... 93

4. Penetapan dan pembayaran PNBP STNK dan TNKB 95

5. Pencetakan, pengesahan dan penyerahan STNK


dan TNKB................................................................... 95

6. Pengarsipan dokumen STNK..................................... 96

Rangkuman......................................................................... 98

Soal Latihan ....................................................................... 99

PELAYANAN STNK XII


HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KONSEP REGISTRASI DAN


IDENTIFIKASI (REGIDENT)
MODUL
PENGOPERASIAN KENDARAAN
01 BERMOTOR (RANMOR)
4 JP (180 menit)

P ENGANTAR

Modul konsep Regident pengoperasian Ranmor membahas materi


tentang: Jenis dan fungsi Ranmor, Sistem penomoran Ranmor serta
Regident pengoperasian Ranmor.

Tujuan diberikan materi ini agar peserta pelatihan memahami konsep


Regident pengoperasian Ranmor.

S TANDAR KOMPet ENSI

Memahami konsep Regident pengoperasian Ranmor.

KOMPet ENSI D ASAR

1. Memahami jenis dan fungsi Ranmor.


Indikator Hasil Belajar:
a. menjelaskan jenis Ranmor;
b. menjelaskan fungsi Ranmor.

2. Memahami sistem penomoran Ranmor.


Indikator Hasil Belajar:
a. menjelaskan hal-hal terkait dengan nomor registrasi
kendaraan bermotor (NRKB);
b. menjelaskan alokasi penomoran Ranmor;
c. menjelaskan nomor registrasi kendaraan bermotor

PELAYANAN STNK 1
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(NRKB) pilihan.

3. Memahami Regident pengoperasian Ranmor.


Indikator Hasil Belajar:
a. menjelaskan pengertian yang berkaitan dengan
Regident pengoperasian Ranmor;
b. menjelaskan tujuan Regident pengoperasian Ranmor;
c. menjelaskan prinsip-prinsip Regident pengoperasian
Ranmor;
d. menjelaskan pelaksanaan Regident pengoperasian
Ranmor.

M A te RI P ELAj ARAn
1. Pokok bahasan:
Jenis dan fungsi Ranmor.
Sub pokok bahasan:
a. jenis Ranmor;
b. fungsi Ranmor.

2. Pokok bahasan:
Sistem penomoran Ranmor.
Sub pokok bahasan:
a. hal-hal terkait dengan nomor registrasi kendaraan
bermotor (NRKB);
b. alokasi penomoran Ranmor;
c. nomor registrasi kendaraan bermotor (NRKB) pilihan.

3. Pokok bahasan:
Regident pengoperasian Ranmor.
Sub pokok bahasan:
a. pengertian yang berkaitan dengan Regident
pengoperasian Ranmor;
b. tujuan Regident pengoperasian Ranmor;
c. prinsip-prinsip Regident pengoperasian Ranmor;
d. pelaksanaan Regident pengoperasian Ranmor.

PELAYANAN STNK 2
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MetODe P EMb ELA jARAn


1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang konsep
Regident pengoperasian Ranmor.
2. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang
telah disampaikan.
3. Metode Diskusi
Metode ini digunakan peserta didik untuk mendiskusikan materi
tentang Jenis dan fungsi Ranmor, sistem penomoran Ranmor
serta Regident pengoperasian Ranmor.

A LAT/ MEDIA , B AHAn DAn SUMb ER B ELA jAR


1. Alat/media:
a. Flipchart;
b. Laptop;
c. LCD;
d. White board;
e. Laser point.
2. Bahan:
a. Kertas;
b. Alat tulis.
3. Sumber Belajar:
a. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
b. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan;
c. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan SAMSAT Ranmor;
d. Peraturan Kapolri No.5 Tahun 2012 tentang Regident
Ranmor;
e. Keputusan Kakorlantas Polri No. Kep/72/XII/2013 tentang
SOP Regident Ranmor;

PELAYANAN STNK 3
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KeGIATA n P EMb ELAj ARAn


1. Tahap awal: 10 menit
a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada para
peserta pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan;
c. Pelatih/instruktur menyampaikan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator hasil belajar.
2. Tahap Inti: 160 menit.
Tahap Inti 1 : Diskusi : 115 menit
a. Pelatih/Instruktur menggali pemahaman/pengalaman
peserta pelatihan tentang konsep Regident pengoperasian
Ranmor;
b. Pelatih/Instruktur mengomentari pemahaman/pengalaman
peserta pelatihan;
c. Pelatih/Instruktur membagi peserta menjadi 3 (tiga)
kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk
mendiskusikan konsep Regident pengoperasian Ranmor
dengan pembagian:
Kelompok 1: Jenis dan fungsi Ranmor;
Kelompok 2: Sistem penomoran Ranmor;
Kelompok 3: Regident pengoperasian Ranmor.
d. Masing-masing kelompok mendiskusikan materi sesuai
tugas yang diberikan;
e. Masing-masing kelompok secara bergantian memaparkan
hasil diskusi. Kelompok lain memperhatikan serta
memberikan tanggapan;
f. Pelatih/Instruktur menanggapi dan memberikan komentar
terhadap paparan yang disampaikan oleh masing-masing
kelompok;
g. Pelatih/Instruktur menyimpulkan hasil diskusi;
Tahap Inti 2 : Penguatan materi dan kesimpulan : 45 menit
a. Pelatih/Instruktur memberi penguatan materi tentang
konsep Regident pengoperasian Ranmor;
b. Peserta pelatihan bersama Pelatih/Instruktur secara
intensif melakukan tanya jawab membahas materi yang
belum dimengerti;
c. Pelatih/Instruktur menyimpulkan hasil materi.

PELAYANAN STNK 4
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Tahap akhir: 10 menit


a. Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi dengan
cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
pelatihan;
b. Pelatih/instruktur memberikan ulasan secara umum terkait
dengan proses pembelajaran dan merumuskan learning
point yang dikaitkan dengan pelaksanaan tugas;
c. Pelatih/instruktur melakukan evaluasi dan menutup
pembelajaran.

TAGIHA n / TUGAS
Peserta pelatihan secara kelompok mengumpulkan hasil diskusi
setelah pelaksanaan diskusi.

L EMb AR K EGIATA n

Peserta pelatihan secara kelompok mendiskusikan materi sesuai


tugasnya, dengan pembagian:
Kelompok 1: Jenis dan fungsi Ranmor;
Kelompok 2: Sistem penomoran Ranmor;
Kelompok 3: Regident pengoperasian Ranmor.

PELAYANAN STNK 5
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

B AHAn B ACAAn

POKOK BAHASAN 1
JENIS DAN FUNGSI RANMOR

1. Jenis Ranmor.
a. Kendaraan terdiri atas:
1) Kendaraan Bermotor;
2) Kendaraan Tidak Bermotor.
b. Kendaraan bermotor berdasarkan jenis dikelompokkan:
1) Sepeda Motor;
2) Mobil Penumpang;
3) Mobil Bus;
4) Mobil Barang;
5) Kendaraan Khusus.
c. Kendaraan tidak bermotor dikelompokkan:
1) Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga orang;
2) Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga hewan.
d. Sepeda motor meliputi:
1) Ranmor roda 2 (dua) dengan atau tanpa rumah-
rumah;
2) Ranmor roda 2 (dua) dengan atau kereta samping;
3) Ranmor roda 3 (tiga) tanpa rumah-rumah.
e. Mobil penumpang meliputi:
1) Mobil penumpang sedan;
2) Mobil penumpang bukan sedan, contoh station
wagon;
3) Mobil penumpang lainnya dirancang untuk keperluan
khusus, contoh mobil ambulance/jenazah.
f. Mobil bus meliputi:
1) Mobil bus kecil;
2) Mobil bus sedang;
3) Mobil bus besar;
4) Mobil bus maxi (JBB 16-24 ton, panjang 12-13,5 M,
PELAYANAN STNK 6
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

lebar 2,5 M, tinggi 4,2 M)


5) Mobil bus gandeng;
6) Mobil bus tempel;
7) Mobil bus tingkat.
g. Mobil barang meliputi:
1) Mobil bak muatan terbuka contoh truck, dump truck,
double cabin, pick up;
2) Mobil bak muatan tertutup contoh box;
3) Mobil tangki (mobil yang dirancang untuk mengangkut
benda cair atau gas);
4) Mobil penarik.
h. Kendaraan Khusus (kendaraan yang dirancang bangun
untuk fungsi tertentu) untuk :
1) Militer contoh tank, panser;
2) Polri (ketertiban dan keamanan masyarakat), contoh:
water canon, Anti Personel Carrier (APC);
3) Alat Produksi, contoh: bulldozer, traktor, mesin gilas,
forklift, loader, excavator, crane;
4) Mobilitas penyandang cacat.
i. Kendaraan bermotor jenis Mobil penumpang, Mobil bus dan
Mobil barang berdasarkan fungsi dikelompokkan ke dalam :
1) Kendaraan bermotor perseorangan;
2) Kendaraan bermotor umum.

2. Fungsi Ranmor.
Kendaraan bermotor berdasarkan fungsi dikelompokkan ke
dalam kendaraan bermotor perseorangan dan kendaraan
bermotor umum.
a. Kendaraan bermotor perseorangan
Adalah kendaraan bermotor yang tidak dipungut bayaran
baik sepeda motor maupun mobil.
b. Kendaraan bermotor umum
Adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan
barang dan atau orang dengan dipungut bayaran.

PELAYANAN STNK 7
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 2
SISTEM PENOMORAN RANMOR

1. Hal-hal terkait dengan Nomor Registrasi Kendaraan


Bermotor (NRKB)
a. NRKB terdiri dari:
1) kode wilayah; dan
2) nomor registrasi.
b. Kode wilayah terdiri dari 1 (satu) atau 2 (dua) huruf yang
ditempatkan pada bagian awal NRKB.
c. Satu kode wilayah dapat diberlakukan pada 1 (satu) atau
lebih wilayah Regident Ranmor.
d. Nomor registrasi, berupa:
1) kombinasi angka dengan seri huruf;
2) kombinasi angka dengan atau tanpa seri huruf pilihan;
atau
3) kombinasi huruf pilihan dengan seri angka.
e. Nomor registrasi, ditentukan sebagai berikut:
1) angka pada nomor registrasi berdasarkan jenis
kendaraan yang terdiri dari 1 (satu) sampai dengan 4
(empat) angka secara berurutan dan penempatannya
setelah kode wilayah; dan
2) seri huruf pada nomor registrasi terdiri dari 1 (satu)
huruf atau 2 (dua) huruf yang penempatannya setelah
angka pada nomor registrasi.
f. Nomor Registrasi berupa kombinasi angka tanpa seri huruf
yang dialokasikan untuk pejabat negara tingkat pusat,
Provinsi dan Kabupaten/Kota serta TNI/Polri yang diatur
dalam perkap ini, tidak dipungut biaya PNBP.
g. Penentuan seri huruf sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf b dan wilayah penggunaannya serta penambahan seri
huruf pada nomor registrasi menjadi lebih dari 2 (dua) huruf
ditetapkan oleh Kepala Kepolisian Daerah dengan
persetujuan Kakorlantas Polri berdasarkan kebutuhan
jumlah kendaraan dalam satu wilayah unit pelayanan
registrasi.

PELAYANAN STNK 8
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Alokasi penomoran Ranmor


a. angka-angka/Nomor Urut Registrasi dialokasikan sesuai
kelompok jenis kendaraan bermotor yaitu:

NO NO.URUT PENDAFT/ DIPERUNTUKKAN


NOREG

1. 1 s.d. 1999 Mobil Penumpang;

2. 2000 s.d. 6999 Sepeda Motor;

3. 7000 s.d. 7999 Mobil Bus;

4. 8000 s.d. 8999 Mobil Barang;

5. 9000 s.d. 9999 kendaraan khusus;

b. apabila nomor urut registrasi yang telah dialokasikan habis


digunakan, maka nomor urut registrasi berikutnya kembali
ke nomor awal yang telah dialokasikan sesuai kelompok
jenis kendaraan dengan diberi tanda pengenal huruf A
sampai dengan Z:
1) untuk mobil penumpang:

Urutan Registrasi Menjadi

1 s.d. 1999 Kode Wil. 1 s.d. 1999;

2000 s.d. 2999 Kode Wil. 1 A s.d. 1999 A;

3000 s.d. 3999 Kode Wil. 1 B s.d. 1999 B;

dan seterusnya

2) untuk sepeda motor:

Urutan Registrasi Menjadi

1 s.d. 4999 Kode Wil. 2000 s.d. 6999;

5000 s.d. 9999 Kode Wil. 2000 A s.d. 6999 A;

10000 s.d. 14999 Kode Wil. 2000 B s.d. 6999 B;

dan seterusnya

PELAYANAN STNK 9
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) untuk mobil bus:

Urutan Registrasi Menjadi

1 s.d. 999 Kode Wil. 7000 s.d. 7999;

1000 s.d. 1999 Kode Wil. 7000 A s.d. 7999 A;

2000 s.d. 2999 Kode Wil. 7000 B s.d. 7999 B;

dan seterusnya

4) untuk mobil barang:

Urutan Registrasi Menjadi

1 s.d. 1999 Kode Wil. 8000 s.d. 8999;

2000 s.d. 3999 Kode Wil. 8000 A s.d. 8999 A;

4000 s.d. 5999 Kode Wil. 8000 B s.d. 8999 B;

dan seterusnya

5) untuk kendaraan khusus:

Urutan Registrasi Menjadi

1 s.d. 1999 Kode Wil. 9000 s.d. 9999;

2000 s.d. 3999 Kode Wil. 9000 A s.d. 9999 A;

4000 s.d. 5999 Kode Wil. 9000 B s.d. 9999 B;

dan seterusnya

3. Nomor Registrasi Kendaraan Bermotor (NRKB) pilihan


a. Nomor Registrasi berupa kombinasi angka dan/atau tanpa
seri huruf pilihan pada nomor registrasi berdasarkan
permintaan dan ditempatkan setelah kode wilayah serta
membayar biaya PNBP sesuai peraturan perundang-
undangan.
b. Nomor Registrasi pilihan diberikan berdasarkan permintaan
dan dipungut biaya PNBP, dengan ketentuan:
PELAYANAN STNK 10
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) huruf pilihan terdiri dari 1 (satu) atau maksimal 7


(tujuh) huruf yang berupa nama orang sesuai kartu
identitas;
2) seri angka pada nomor registrasi terdiri dari 1 (satu)
sampai dengan 3 (tiga) angka yang penempatannya
setelah huruf pilihan;
3) kombinasi huruf pilihan dengan seri angka pada
nomor registrasi sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan b, ditempatkan setelah kode wilayah.
c. NRKB pilihan digunakan 1 (satu) kali kepemilikan untuk 1
(satu) Kendaraan Bermotor yang berlaku maksimal 5 (lima)
tahun.
d. Pemilik Ranmor yang menggunakan nomor pilihan, setiap 5
(lima) tahun mengajukan permohonan dan membayar biaya
PNBP, apabila pemohon tidak mengajukan permohonan
untuk menggunakan nomor pilihan lagi, diganti dengan
nomor NRKB sesuai urutan dan tidak dipungut biaya PNBP
nomor pilihan.
e. NRKB pilihan yang sudah tidak digunakan lagi karena
kendaraan bermotor diperjualbelikan / balik nama / mutasi
ke luar daerah, dapat digunakan untuk kendaraan bermotor
lain dengan membayar biaya PNBP sesuai peraturan
perundang-undangan.
f. Prosedur permintaan dan pemberian NRKB pilihan diatur
dengan peraturan Kakorlantas Polri.

PELAYANAN STNK 11
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 3
REGIDENT PENGOPERASIAN RANMOR

1. Pengertian yang berkaitan dengan Regident pengoperasian


Ranmor
a. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) adalah
serangkaian kegiatan dalam penyelenggaraan Regident
Ranmor, pembayaran pajak Ranmor, bea balik nama
Ranmor, dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan secara terintegrasi dan
terkoordinasi dalam Kantor Bersama Samsat.
b. Unit Pelaksana Regident Ranmor adalah satuan yang
memberikan pelayanan regident kepemilikan dan
pengoperasian Ranmor dalam lingkup kabupaten/kota
dalam bentuk kantor tetap dan/atau bergerak.
c. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) adalah
dokumen yang berfungsi sebagai bukti legitimasi
pengoperasian Ranmor yang berbentuk surat atau bentuk
lain yang diterbitkan Polri yang berisi identitas pemilik,
identitas Ranmor dan masa berlaku termasuk
pengesahannnya.
d. Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) adalah tanda
regident Ranmor yang berfungsi sebagai bukti legitimasi
pengoperasian Ranmor berupa pelat atau berbahan lain
dengan spesifikasi tertentu yang diterbitkan Polri dan
berisikan kode wilayah, nomor registrasi serta masa berlaku
dan dipasang pada Ranmor.
e. Nomor Registrasi Kendaraan Bermotor (NRKB) adalah
tanda atau simbol yang berupa huruf atau angka atau
kombinasi huruf dan angka yang memuat kode wilayah dan
nomor registrasi yang berfungsi sebagai idetintas ranmor.
f. Penghapusan Registrasi Kendaraan Bermotor adalah
bentuk sanksi administratif bagi pemilik Ranmor yang tidak
melakukan registrasi ulang atau memperpanjang masa
berlaku STNK sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sejak
masa berlaku STNK habis berdasarkan data Regident
Ranmor pada Polri.
g. Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor yang Sah adalah
bukti awal kepemilikan Ranmor berupa faktur Ranmor,
risalah lelang, surat keterangan waris, surat keterangan
hibah, surat pernyataan dari ahli waris dan/atau kwitansi

PELAYANAN STNK 12
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pembelian.
h. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang
digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain
kendaraan yang berjalan di atas rel.
i. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap kendaraan yang
digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan
dipungut bayaran.
j. Sepeda Motor adalah kendaraan bermotor beroda dua
dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa
kereta samping atau kendaraan beroda tiga tanpa rumah-
rumah.
k. Mobil Penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan
orang yang memiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan)
orang, termasuk untuk Pengemudi atau yang beratnya tidak
lebih dari 3.500 kg.
l. Mobil Bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang
memiliki tempat duduk lebih dari 8 (delapan) orang,
termasuk untuk Pengemudi atau yang beratnya lebih dari
3.500 kg.
m. Mobil Barang adalah kendaraan bermotor yang digunakan
untuk angkutan barang.
n. Blokir adalah tindakan kepolisian untuk memberikan tanda
pada data regident Ranmor tertentu yang merupakan
pembatasan sementara terhadap status kepemilikan
ataupun operasional Ranmor yang terkait perkara pidana
dan/atau perdata.
o. Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan adalah sekumpulan subsistem yang saling
berhubungan dengan melalui penggabungan, pemrosesan,
penyimpanan dan pendistribusian data yang terkait dengan
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
p. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh
penerimaan Pemerintah pusat yang tidak berasal dari
penerimaan perpajakan.
q. Sertifikat Uji Tipe adalah sertifikat yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian
Perhubungan sebagai bukti bahwa kendaraan bermotor
yang bersangkutan telah lulus uji tipe (KM. No. 9 Th 2004).
r. Sertifikat Registrasi Uji Tipe adalah sertifikat yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pehubungan Darat
Kementerian Perhubungan sebagai bukti bahwa setiap
kendaraan bermotor, landasan kendaraan bermotor, kereta
gandengan dan/atau kereta tempelan yang dibuat dan/atau
dirakit diimpor atau dimodifikasi memiliki spesifikasi teknik
sama/sesuai dengan tipe kendaraan yang telah disahkan
PELAYANAN STNK 13
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

atau rancang bangun dan rekayasa kendaraan yang telah


disahkan yang merupakan kelengkapan persyaratan
pendaftaran dan pengujian berkala kendaraan bermotor
(KM No. 9 Th. 2004).
s. Tanda Pendaftaran Tipe dan Varian (TPT) adalah surat
bukti yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian yang
isinya meliputi jenis, tipe kendaraan dan jumlah kuota yang
diizinkan untuk diproduksi dan di impor (TPT Produksi dan
TPT Impor).
t. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) adalah bukti dokumen
impor ranmor yang dikeluarkan oleh Ditjen Bea Cukai yang
berisikan jumlah kendaraan, jenis, merk, tipe, nomor rangka
dan nomor mesin.
u. Nomor Identifikasi Kendaraan Bermotor (NIK) adalah nomor
rangka yang dikeluarkan oleh produsen kendaraan bermotor
Indonesia yang berpedoman pada Peraturan Menteri
Perindustrian.
v. Vehicle Indentification Number (VIN) adalah nomor rangka
yang dikeluarkan oleh produsen ranmor luar negeri khusus
untuk ranmor impor CBU.
w. Faktur Ranmor adalah surat tanda bukti pembelian ranmor
yang memuat identitas pemilik dan kendaraan yang
dikeluarkan oleh APM atau Importir Ranmor.
x. Agen Pemegang Merk (APM) adalah badan usaha atau
produsen kendaraan bermotor merk tertentu dalam bentuk
CKD atau impor CBU.
y. Formulir A adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Ditjen
Bea Cukai untuk ranmor yang diimpor dalam keadaan utuh
(CBU) yang telah melunasi bea masuk dan pajak impor.
z. Formulir B adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Ditjen
Bea Cukai untuk ranmor yang diimpor dalam keadaan utuh
(CBU) yang memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk
dan/atau pajak dalam rangka impor bagi kedutaan,
badan/lembaga internasional dan badan usaha transportasi
sesuai persetujuan Menteri Keuangan.
aa. Formulir C adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Ditjen
Bea Cukai untuk ranmor impor yang menggunakan formulir
B yang dijual/ dipindahtangankan dengan persetujuan Ditjen
Bea Cukai dan telah dipenuhi kewajiban pabean dan pajak
impornya.
bb. Fiskal Antar Daerah (FAD) adalah surat keterangan yang
menyatakan pelunasan pajak dan/atau bea balik nama
rannmor sebagai akibat mutasi/pindah keluar wilayah asal
regident ranmor.
cc. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas
PELAYANAN STNK 14
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kepemilikan dan/atau penguasaan Ranmor.


dd. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) adalah
pajak atas penyerahan hak milik Ranmor sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan
yang terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan,
atau pemasukan ke dalam Badan Usaha.
ee. Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (SWDKLLAJ) adalah Sumbangan Wajib
Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan dan Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.
ff. Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
(SWDKLLJ) adalah sumbangan tahunan yang wajib dibayar
oleh pemilik Ranmor sebagai dana untuk pertanggungan
wajib kecelakaan lalu lintas jalan.
gg. Surat Permohonan Regident Ranmor (SPRKB) adalah surat
yang digunakan untuk permohonan pendaftaran dan
pendataan Regident Ranmor untuk mendapat STNK dan
TNKB sebagai dasar penetapan PNBP, PKB, BBN-KB, dan
SWDKLLJ.
hh. Surat Ketetapan Kewajiban Pembayaran (SKKP) adalah
surat yang digunakan untuk menetapkan besarnya biaya
administrasi STNK dan/atau TNKB, besarnya PKB, BBN-
KB, dan SWDKLLJ.
ii. Tanda Bukti Pelunasan Kewajiban Pembayaran (TBPKP)
adalah tanda bukti setoran pelunasan kewajiban
pembayaran biaya administrasi STNK dan/atau TNKB,
besarnya PKB, BBN-KB, dan SWDKLLJ yang telah
divalidasi.

2. Tujuan Regident pengoperasian Ranmor


Regident Ranmor bertujuan untuk:
a. Tertib administrasi, dalam rangka:
1) Terjaminnya keabsahan ranmor dan kepemilikannya
serta operasional ranmor dalam rangka mewujudkan
perlindungan dan kepastian hukum; dan
2) Terwujudnya sistem informasi dan komunikasi
regident ranmor sebagai bentuk tertib administrasi
sebagai landasan penyelenggaraan fungsi control dan
forensik kepolisian.
b. Pengendalian dan pengawasan ranmor, dalam rangka:
1) Pemberian dukungan pengendalian jumlah dan
operasional ranmor; dan

PELAYANAN STNK 15
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Pengawasan ranmor yang dioperasikan.


c. Mempermudah penyidikan pelanggaran dan/atau kejahatan
dalam bentuk:
1) Penyediaan data forensik kepolisian untuk
mendukung penyidikan kejahatan yang terkait
dengan ranmor; dan
2) Penyediaan data untuk dukungan proses penegakan
hukum terhadap pelanggaran lalu lintas.
d. Perencanaan, operasional manajemen dan rekayasa lalu
lintas dan angkutan jalan dalam rangka penyediaan data
untuk mendukung:
1) Perencanaan manajemen kapasitas dan kebutuhan
lalu lintas dan angkutan jalan;
2) Perencanaan manajemen dan rekayasa infrastruktur
lalu lintas dan angkutan jalan; dan
3) Operasional dan manajemen rekayasa serta
pendidikan lalu lintas dan angkutan jalan.
e. Perencanaan pembangunan nasional dalam rangka
penyediaan data untuk mendukung:
1) Pembangunan di bidang jalan;
2) Pembangunan sarana dan prasarana lalu lintas dan
angkutan jalan;
3) Pengembangan industri dan teknologi lalu lintas dan
angkutan jalan; dan
4) Pembangunan di bidang lain yang terkait dengan lalu
lintas dan angkutan jalan.

3. Prinsip-prinsip Regident pengoperasian Ranmor


Pelaksanaan Regident Ranmor berpedoman pada prinsip-prinsip
pelayanan:
a. Sederhana, yaitu prosedur pelayanan Regident Ranmor
yang mudah dipahami, dilaksanakan, dan diakses;
b. Cepat, yaitu kepastian waktu dalam penyelesaian
pelayanan Regident Ranmor;
c. Akurat, yaitu pelayanan Regident Ranmor dilaksanakan
secara teliti, cermat, tepat, dan berkualitas;
d. Aman, yaitu proses dan produk pelayanan Regident Ranmor
dapat memberikan perlindungan, rasa aman, dan kepastian
hukum;
e. Akuntabel, yaitu kualitas pejabat atau penyelenggara
pelayanan Regident Ranmor bertanggung jawab atas
PELAYANAN STNK 16
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penyelenggaraan pelayanan;
f. Informatif, yaitu tersedianya data dan informasi yang
dibutuhkan untuk kepentingan pelaksanaan Regident
Ranmor ataupun untuk mendukung pemangku kepentingan
lain; dan
g. Nyaman, yaitu terselenggaranya pelayanan Regident
Ranmor dalam suasana yang menyenangkan serta
didukung sarana dan prasarana pelayanan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

4. Pelaksanaan Regident pengoperasian Ranmor


Pelaksanaan Regident Ranmor dilaksanakan secara rutin dan
khusus.
a. Regident Ranmor secara rutin, meliputi:
1) Ranmor baru;
2) Perubahan identitas Ranmor dan pemilik;
3) Pemindahtanganan kepemilikan Ranmor;
4) Penggantian bukti Regident Ranmor;
5) Perpanjangan Ranmor; dan/atau
6) Pengesahan Ranmor.
Pelaksanaan Regident Ranmor secara rutin dilakukan
terhadap Ranmor yang dimiliki oleh:
1) Perseorangan Warga Negara Indonesia;
2) Perseorangan Warga Negara Asing yang memiliki
Keterangan Izin Tinggal Sementara (KITAS) atau
Keterangan Izin Tinggal Tetap (KITAP) di Indonesia;
3) Instansi Pemerintah selain Tentara Nasional
Indonesia atau Polri;
4) Badan hukum Indonesia atau badan hukum Asing
yang berkantor tetap diindonesia.
b. Regident Ranmor secara khusus
1) Regident Ranmor secara khusus dilakukan
berdasarkan pertimbangan kepemilikan, kepentingan,
atau keadaan tertentu.
2) Pertimbangan kepemilikan dilakukan terhadap
Ranmor dinas Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan
Polri.
3) Pertimbangan kepentingan dilakukan terhadap:
a) Ranmor yang digunakan pada kawasan

PELAYANAN STNK 17
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

perdagangan bebas;
b) Ranmor Asing yang digunakan untuk angkutan
antarnegara; dan/atau
c) Ranmor Asing yang digunakan untuk kegiatan
pertemuan antarnegara, misi kemanusiaan, olah
raga, dan pariwisata di Indonesia.
4) Pertimbangan keadaan tertentu dilakukan terhadap
Ranmor dalam keadaan kontingensi sebagai akibat:
a) Bencana alam;
b) konflik sosial; dan/atau
c) peristiwa tidak terduga lain.
5) Regident Ranmor secara khusus dilakukan dengan
persyaratan dan prosedur tersendiri yang meliputi:
a) Petugas pelaksana pelayanan;
b) sistem aplikasi komputer;
c) proses pelaksanaan regident;
d) loket pelayanan; dan
e) bukti registrasi.

PELAYANAN STNK 18
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

R ANGKUMAn
1. Kendaraan terdiri atas:
a. Kendaraan Bermotor;
b. Kendaraan Tidak Bermotor.
2. Kendaraan bermotor berdasarkan jenis dikelompokkan:
a. Sepeda Motor;
b. Mobil Penumpang;
c. Mobil Bus;
d. Mobil Barang;
e. Kendaraan Khusus.
3. Kendaraan tidak bermotor dikelompokkan:
a. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga orang;
b. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga hewan.
4. Kendaraan bermotor berdasarkan fungsi dikelompokkan ke dalam
kendaraan bermotor perseorangan dan kendaraan bermotor
umum, yaitu:
a. Kendaraan bermotor perseorangan
Adalah kendaraan bermotor yang tidak dipungut bayaran
baik sepeda motor maupun mobil.
b. Kendaraan bermotor umum
Adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan
barang dan atau orang dengan dipungut bayaran.
5. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) adalah
dokumen yang berfungsi sebagai bukti legitimasi pengoperasian
Ranmor yang berbentuk surat atau bentuk lain yang diterbitkan
Polri yang berisi identitas pemilik, identitas Ranmor dan masa
berlaku termasuk pengesahannnya.
6. Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) adalah tanda regident
Ranmor yang berfungsi sebagai bukti legitimasi pengoperasian
Ranmor berupa pelat atau berbahan lain dengan spesifikasi
tertentu yang diterbitkan Polri dan berisikan kode wilayah, nomor
registrasi serta masa berlaku dan dipasang pada Ranmor.
7. Prinsip-prinsip Regident pengoperasian Ranmor, yaitu:
a. Sederhana, yaitu prosedur pelayanan Regident Ranmor

PELAYANAN STNK 19
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang mudah dipahami, dilaksanakan, dan diakses;


b. Cepat, yaitu kepastian waktu dalam penyelesaian
pelayanan Regident Ranmor;
c. Akurat, yaitu pelayanan Regident Ranmor dilaksanakan
secara teliti, cermat, tepat, dan berkualitas;
d. Aman, yaitu proses dan produk pelayanan Regident Ranmor
dapat memberikan perlindungan, rasa aman, dan kepastian
hukum;
e. Akuntabel, yaitu kualitas pejabat atau penyelenggara
pelayanan Regident Ranmor bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan;
f. Informatif, yaitu tersedianya data dan informasi yang
dibutuhkan untuk kepentingan pelaksanaan Regident
Ranmor ataupun untuk mendukung pemangku kepentingan
lain; dan
g. Nyaman, yaitu terselenggaranya pelayanan Regident
Ranmor dalam suasana yang menyenangkan serta
didukung sarana dan prasarana pelayanan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

S OA l L ATIHAn
1. Jelaskan jenis Ranmor!
2. Jelaskan fungsi Ranmor!
3. Jelaskan hal-hal terkait dengan nomor registrasi kendaraan
bermotor (NRKB)!
4. Jelaskan alokasi penomoran Ranmor!
5. Jelaskan nomor registrasi kendaraan bermotor (NRKB) pilihan!
6. Jelaskan pengertian yang berkaitan dengan Regident
pengoperasian Ranmor!
7. Jelaskan tujuan Regident pengoperasian Ranmor!
8. Jelaskan prinsip-prinsip Regident pengoperasian Ranmor!
9. Jelaskan pelaksanaan Regident pengoperasian Ranmor!

PELAYANAN STNK 20
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PERUNDANG-UNDANGAN DAN
MODUL PERATURAN TERKAIT DENGAN
02 PENERBITAN STNK
6 JP (270 menit)

P ENGANTAR
Modul peraturan terkait dengan penerbitan STNK membahas
perundang-undangan tentang penerbitan STNK dan TNKB yang
terdiri dari:
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2012 tentang Kendaraan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis dan
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku
Pada Kepolisian Negara Republik Indonesia;
5. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
(Samsat) Kendaraan Bermotor;
6. Perkap Nomor 5 Tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor.

Tujuan diberikan materi ini agar peserta pelatihan memahami


perundang-undangan dan peraturan terkait dengan penerbitan STNK
dan TNKB.

S TANDAR KOMPet ENSI

Memahami perundang-undangan terkait dengan penerbitan STNK


dan TNKB.

PELAYANAN STNK 21
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KOMPet ENSI D ASAR


1. Memahami Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Indikator Hasil Belajar:
a. menjelaskan pasal terkait pelayanan masyarakat;
b. menjelaskan pasal terkait tugas dan wewenang Polri
dalam registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.

2. Memahami Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang


Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Indikator Hasil Belajar:
a. menjelaskan pasal terkait pelaksana pembinaan lalu
lintas dan angkutan jalan;
b. menjelaskan pasal terkait pembinaan lalu lintas dan
angkutan jalan terkait registrasi dan identifikasi
kendaraan bermotor.

3. Memahami Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2012


tentang Kendaraan.
Indikator Hasil Belajar:
a. menjelaskan pasal terkait jenis Ranmor;
b. menjelaskan pasal terkait fungsi Ranmor.

4. Memahami Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016


tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) yang Berlaku Pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Indikator Hasil Belajar:
a. menjelaskan pasal terkait jenis PNBP;
b. lampiran PP Nomor 60 Tahun 2016 terkait dengan jenis
dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Kepolisian
Negara Republik Indonesia.

5. Memahami Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
(Samsat) Kendaraan Bermotor.
Indikator Hasil Belajar:
a. menjelaskan pasal terkait tujuan Samsat;

PELAYANAN STNK 22
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. menjelaskan pasal terkait ruang lingkup pelayanan


Samsat;
c. menjelaskan pasal terkait persyaratan administratif
umum;
d. menjelaskan pasal terkait prosedur pelayanan Samsat.

6. Memahami Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Registrasi dan
Identifikasi Kendaraan Bermotor.
Indikator Hasil Belajar:
a. menjelaskan pasal terkait Regident Ranmor secara rutin;
b. menjelaskan pasal terkait permohonan Regident
Ranmor;
c. menjelaskan pasal terkait penahapan Regident Ranmor;
d. menjelaskan pasal terkait penerbitan dan pemberian
bukti Regident Ranmor.

M A te RI P ELAj ARAn
1. Pokok bahasan:
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Sub pokok bahasan:
a. pasal terkait pelayanan masyarakat;
b. pasal terkait tugas dan wewenang Polri dalam registrasi
dan identifikasi kendaraan bermotor.

2. Pokok bahasan:
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Sub pokok bahasan:
a. pasal terkait pelaksana pembinaan lalu lintas dan
angkutan jalan;
b. pasal terkait pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan
terkait registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.

3. Pokok bahasan:
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang
PELAYANAN STNK 23
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kendaraan.
Sub pokok bahasan:
a. pasal terkait jenis Ranmor;
b. pasal terkait fungsi Ranmor.

4. Pokok bahasan:
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis dan
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang
berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Sub pokok bahasan:
a. pasal terkait jenis PNBP;
b. lampiran PP Nomor 60 Tahun 2016 terkait dengan jenis
dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Kepolisian
Negara Republik Indonesia.

5. Pokok bahasan:
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
(Samsat) Kendaraan Bermotor.
Sub pokok bahasan:
a. pasal terkait jenis kendaraan;
b. pasal terkait tujuan Samsat;
c. pasal terkait ruang lingkup pelayanan Samsat;
d. pasal terkait persyaratan administratif umum;
e. pasal terkait prosedur pelayanan Samsat.

6. Pokok bahasan:
Perkap Nomor 5 Tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor (Regident Ranmor).
Sub pokok bahasan:
a. pasal terkait Regident Ranmor secara rutin;
b. pasal terkait permohonan Regident Ranmor;
c. pasal terkait penahapan Regident Ranmor;
d. pasal terkait penerbitan dan pemberian bukti Regident
Ranmor.

PELAYANAN STNK 24
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MetODe P EMb ELA jARAn


1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang
perundang-undangan dan peraturan tekait dengan penerbitan
STNK dan TNKB.
2. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang
telah disampaikan.
3. Metode Diskusi
Metode ini digunakan peserta pelatihan untuk mendiskusikan
materi tentang
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2012 tentang
Kendaraan;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis
dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku Pada Kepolisian Negara Republik Indonesia;
e. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
(Samsat) Kendaraan Bermotor;
f. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor.

A LAT/ MEDIA , B AHAn DAn SUMb ER B ELA jAR


1. Alat/media:
a. Flipchart;
b. Laptop;
c. LCD;
d. White board;
e. Laser point.
2. Bahan:
a. Kertas;

PELAYANAN STNK 25
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Alat tulis.
3. Sumber Belajar:
a. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
b. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan;
c. Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2012 tentang
Kendaraan;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang
Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku Pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
e. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Samsat Ranmor;
f. Peraturan Kapolri Nomor 5 Tahun 2012 tentang Regident
Ranmor;
g. Keputusan Kakorlantas Polri No. Kep/72/XII/2013 Tentang
SOP Regident Ranmor.
h. Keputusan Kakorlantas Polri No. Kep/64/X/2014 Tentang
Standar Pelayanan di Lingkungan Korps Lalu Lintas Polri
Bidang Regident (SIM, BPKB, STNK, dan TNKB).
i. Keputusan Kakorlantas Polri No./75/XII/2014 tentang SOP
Cek Fisik Ranmor.

KeGIATA n P EMb ELAj ARAn


1. Tahap awal: 10 menit
a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada para
peserta pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan;
c. Pelatih/instruktur menyampaikan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator hasil belajar.
2. Tahap Inti: 250 menit.
Tahap Inti 1 : Diskusi : 205 menit
a. Pelatih/Instruktur menggali pemahaman/pengalaman
peserta pelatihan tentang perundang-undangan dan
peraturan terkait dengan penerbitan STNK;
b. Pelatih/Instruktur mengomentari pemahaman/pengalaman
peserta pelatihan;
c. Pelatih/Instruktur membagi peserta menjadi 6 (enam)
PELAYANAN STNK 26
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk


mendiskusikan perundang-undangan dan peraturan terkait
dengan penerbitan STNK dengan pembagian:
Kelompok 1: Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Kelompok 2: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
Kelompok 3: Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2012
tentang Kendaraan;
Kelompok 4: Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
Kelompok 5: Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2015
tentang penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal
Satu Atap (Samsat) kendaraan bermotor;
Kelompok 6: Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Registrasi dan
Identifikasi Kendaraan Bermotor.
d. Masing-masing kelompok mendiskusikan materi sesuai
tugas yang diberikan;
e. Masing-masing kelompok secara bergantian memaparkan
hasil diskusi. Kelompok lain memperhatikan serta
memberikan tanggapan;
f. Pelatih/Instruktur menanggapi dan memberikan komentar
terhadap paparan yang disampaikan oleh masing-masing
kelompok;
g. Pelatih/Instruktur menyimpulkan hasil diskusi.
Tahap Inti 2 : Penguatan materi dan kesimpulan : 45 menit
a. Pelatih/Instruktur memberi penguatan materi tentang
perundang-undangan dan peraturan terkait dengan
penerbitan STNK;
b. Peserta pelatihan bersama Pelatih/Instruktur secara
intensif melakukan tanya jawab membahas materi yang
belum dimengerti;
c. Pelatih/Instruktur menyimpulkan hasil materi.
3. Tahap akhir: 10 menit
a. Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi dengan
cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
pelatihan;
b. Pelatih/instruktur memberikan ulasan secara umum terkait
dengan proses pembelajaran dan merumuskan learning
PELAYANAN STNK 27
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

point yang dikaitkan dengan pelaksanaan tugas;


c. Pelatih/instruktur melakukan evaluasi dan menutup
pembelajaran.

TAGIHA n / TUGAS
Peserta pelatihan secara kelompok mengumpulkan hasil diskusi
setelah pelaksanaan diskusi.

L EMb AR K EGIATA n

Peserta pelatihan secara kelompok mendiskusikan materi sesuai


tugasnya, dengan pembagian:
Kelompok 1: Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Kelompok 2: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan;
Kelompok 3: Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2012 tentang
Kendaraan;
Kelompok 4: Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang
Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
yang berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Kelompok 5: Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang
penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
(Samsat) kendaraan bermotor;
Kelompok 6: Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan
Bermotor.

PELAYANAN STNK 28
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

B AHAn B ACAAn

POKOK BAHASAN 1
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Pasal terkait pelayanan masyarakat.


Pasal 5 ayat 1 menjelaskan bahwa:
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara
yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

2. Pasal terkait tugas dan wewenang Polri dalam Registrasi dan


Identifikasi Kendaraan Bermotor
Pasal 15 ayat 2 huruf b menjelaskan bahwa:
Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan lainnya berwenang menyelenggarakan
registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.

PELAYANAN STNK 29
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 2
UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

1. Pasal terkait pelaksana Pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan
Pasal 5 ayat 3 huruf e menjelaskan bahwa:
Pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dilaksanakan oleh
instansi pembina sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang
meliputi:
Urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum,
Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta
pendidikan berlalu lintas, oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

2. Pasal terkait Pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


terkait Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor
a. Pasal 64 menjelaskan bahwa:
1) Setiap Kendaraan Bermotor wajib diregistrasikan.
2) Registrasi meliputi:
a) registrasi Kendaraan Bermotor baru;
b) registrasi perubahan identitas Kendaraan
Bermotor dan pemilik;
c) registrasi perpanjangan Kendaraan Bermotor;
dan/atau
d) registrasi pengesahan Kendaraan Bermotor.
3) Registrasi Kendaraan Bermotor bertujuan untuk:
a) tertib administrasi;
b) pengendalian dan pengawasan Kendaraan
Bermotor yang dioperasikan di Indonesia;
c) mempermudah penyidikan pelanggaran dan/atau
kejahatan;
d) perencanaan, operasional Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
e) perencanaan pembangunan nasional.
4) Registrasi Kendaraan Bermotor dilaksanakan oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui sistem
PELAYANAN STNK 30
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

manajemen registrasi Kendaraan Bermotor.


5) Data registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor
merupakan bagian dari Sistem Informasi dan
Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan
digunakan untuk forensik kepolisian.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi diatur
dengan peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
b. Pasal 65 menjelaskan bahwa:
1) Registrasi Kendaraan Bermotor baru meliputi kegiatan:
a) registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor
dan pemiliknya;
b) penerbitan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor;
dan
c) penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor.
2) Sebagai bukti bahwa Kendaraan Bermotor telah
diregistrasi, pemilik diberi Buku Pemilik Kendaraan
Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor,
dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.
c. Pasal 66 menjelaskan bahwa:
Registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor untuk
pertama kali harus memenuhi persyaratan:
1) memiliki sertifikat registrasi uji tipe;
2) memiliki bukti kepemilikan Kendaraan Bermotor yang
sah; dan
3) memiliki hasil pemeriksaan cek fisik Kendaraan
Bermotor.
d. Pasal 67 menjelaskan bahwa:
1) Registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor,
pembayaran pajak Kendaraan Bermotor, dan
pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan secara
terintegrasi dan terkoordinasi dalam Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap.
2) Sarana dan prasarana penyelenggaraan Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap disediakan oleh
Pemerintah Daerah.
3) Mekanisme penyelenggaraan Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap dikoordinasikan oleh Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
PELAYANAN STNK 31
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan


prosedur serta pelaksanaan Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap diatur dengan peraturan
Presiden.
e. Pasal 68 menjelaskan bahwa:
1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan
wajib dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor.
2) Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor memuat data
Kendaraan Bermotor, identitas pemilik, nomor
registrasi Kendaraan Bermotor, dan masa berlaku.
3) Tanda Nomor Kendaraan Bermotor memuat kode
wilayah, nomor registrasi, dan masa berlaku.
4) Tanda Nomor Kendaraan Bermotor harus memenuhi
syarat bentuk, ukuran, bahan, warna, dan cara
pemasangan.
5) Selain Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dapat
dikeluarkan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor khusus
dan/atau Tanda Nomor Kendaraan Bermotor rahasia.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Surat Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor diatur dengan peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
f. Pasal 70 ayat 2 dan 3 menjelaskan bahwa:
1) Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor berlaku selama 5 (lima)
tahun, yang harus dimintakan pengesahan setiap
tahun.
2) Sebelum berakhirnya jangka waktu Surat Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor wajib diajukan permohonan
perpanjangan.
g. Pasal 71 menjelaskan bahwa:
1) Pemilik Kendaraan Bermotor wajib melaporkan kepada
Kepolisian Negara Republik Indonesia jika:
a) bukti registrasi hilang atau rusak;
b) spesifikasi teknis dan/atau fungsi Kendaraan
Bermotor diubah;
c) kepemilikan Kendaraan Bermotor beralih; atau
d) Kendaraan Bermotor digunakan secara terus-
menerus lebih dari 3 (tiga) bulan di luar wilayah

PELAYANAN STNK 32
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kendaraan diregistrasi.
2) Pelaporan Kendaraan Bermotor disampaikan kepada
Kepolisian Negara Republik Indonesia di tempat
Kendaraan Bermotor tersebut terakhir diregistrasi.
3) Pelaporan Kendaraan Bermotor disampaikan kepada
Kepolisian Negara Republik Indonesia di tempat
Kendaraan Bermotor tersebut dioperasikan.

PELAYANAN STNK 33
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 3
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 55 TAHUN 2012
TENTANG KENDARAAN

1. Pasal terkait jenis Ranmor


Pasal 3 ayat 1 menjelaskan bahwa:
Kendaraan Bermotor berdasarkan jenis dikelompokkan ke dalam:
a. Sepeda Motor;
b. Mobil Penumpang;
c. Mobil Bus;
d. Mobil Barang; dan
e. Kendaraan khusus.

2. Pasal terkait fungsi Ranmor


a. Pasal 3 ayat 2 menjelaskan bahwa:
Kendaraan Bermotor berdasarkan fungsi dikelompokan ke
dalam Kendaraan Bermotor perseorangan dan Kendaraan
Bermotor umum.
b. Pasal 5 ayat 6 menjelaskan bahwa:
Fungsi tertentu meliputi:
1) militer;
2) ketertiban dan keamanan masyarakat;
3) alat produksi; dan
4) mobilitas penyandang cacat.

PELAYANAN STNK 34
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 4
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2016
TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN
NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) YANG BERLAKU PADA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Pasal terkait Jenis PNBP


Pasal 1 ayat 1 huruf d dan g menjelaskan bahwa:
Jenis Penerimaan Negara Bukan pajak yang berlaku pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia meliputi penerimaan dari:
a. Penerbitan surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor;
b. Penerbitan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.

2. Lampiran PP Nomor 60 Tahun 2016 terkait dengan Jenis dan


Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia
Lampiran huruf d dan g menjelaskan bahwa:

NO. JENIS PENERIMAAN SATUAN TARIF


NEGARA BUKAN
PAJAK

D. Penerbitan Surat
Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor
(STNK)

1. Kendaraan
bermotor roda 2 atau
roda 3

a. Baru Per Rp 100.000,00


Penerbitan

b. Perpanjangan Per Rp 100.000,00


Penerbitan
per 5 tahun

2. Kendaraan
bermotor roda 4 atau

PELAYANAN STNK 35
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

lebih

a. Baru Per Rp 200.000,00


Penerbitan

b. Perpanjangan Per Rp 200.000,00


Penerbitan
per 5 tahun

G. Penerbitan Tanda
Nomor Kendaraan
Bermotor (TNKB)

1. Kendaraan Per pasang Rp 60.000,00


bermotor roda 2 atau
roda 3

2. Kendaraan Per pasang Rp 100.000,00


bermotor roda 4 atau
lebih

PELAYANAN STNK 36
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 5
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM
ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT)
KENDARAAN BERMOTOR

1. Pasal terkait tujuan Samsat


Pasal 2 menjelaskan bahwa:
Samsat bertujuan memberikan pelayanan Registrasi dan
Identifikasi Kendaraan Bermotor, pembayaran pajak atas
kendaraan bermotor, dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara terintegrasi dan
terkoordinasi dengan cepat, tepat, transparan, akuntabel, dan
informatif.

2. Pasal terkait ruang lingkup pelayanan Samsat


a. Pasal 3 menjelaskan bahwa:
Ruang lingkup pelayanan Samsat meliputi:
1) Regident Ranmor;
2) pembayaran pajak atas kendaraan bermotor; dan
3) pembayaran SWDKLLAJ.
b. Pasal 4 menjelaskan bahwa:
1) Regident Ranmor meliputi:
a) registrasi Ranmor baru;
b) registrasi perubahan identitas Ranmor dan
pemilik;
c) registrasi perpanjangan Ranmor; dan/atau
d) registrasi pengesahan Ranmor.
2) Pelayanan Regident Ranmor juga meliputi:
a) pemblokiran dokumen Regident Ranmor yang
terkait tindak pidana;
b) penggantian dokumen Regident Ranmor; dan
c) penghapusan nomor registrasi Ranmor.

PELAYANAN STNK 37
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Pasal terkait persyaratan administratif umum


a. Pasal 7 menjelaskan bahwa:
Ruang lingkup pelayanan Samsat meliputi:
1) Formulir SPRKB;
2) Identitas diri; dan
3) Bukti pembayaran.
a) PKB dan/atau BBN-KB;
b) SWDKLLJ;
c) Administrasi STNK dan/atau TNKB.
b. Pasal 8 menjelaskan bahwa:
1) Terhadap Registrasi Ranmor baru harus juga
memenuhi persyaratan paling sedikit:
a) faktur pembelian Ranmor;
b) sertifikat registrasi uji tipe; dan
c) bukti hasil pemeriksaan cek fisik Ranmor.
2) Persyaratan sertifikat uji tipe dikecualikan terhadap
registrasi ranmor khusus yang tidak dioperasionalkan
di jalan.
c. Pasal 9 menjelaskan bahwa:
Registrasi perubahan identitas Ranmor dan pemilik Ranmor
harus juga memenuhi persyaratan paling sedikit:
1) melampirkan STNK; dan
2) melampirkan BPKB.
d. Pasal 10 menjelaskan bahwa:
Registrasi perpanjangan Ranmor harus juga memenuhi
persyaratan paling sedikit:
1) melampirkan STNK;
2) melampirkan BPKB; dan
3) bukti hasil pemeriksaan cek fisik Ranmor.
e. Pasal 11 menjelaskan bahwa:
Registrasi pengesahan Ranmor harus memenuhi
persyaratan paling sedikit:
1) formulir SPRKB;
2) identitas diri; dan
3) STNK.

PELAYANAN STNK 38
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4. Pasal terkait prosedur pelayanan Samsat


a. Pasal 13 menjelaskan bahwa:
1) Untuk kelancaran penyelenggaraan Samsat, prosedur
pelayanan Samsat dilaksanakan secara terpadu.
2) Prosedur pelayanan Samsat secara terpadu dilakukan
melalui tahapan:
a) pendaftaran;
b) penerbitan SKKP;
c) penerimaan pembayaran;
d) pencetakan dan pengesahan;
e) penghimpunan dan penggabungan serta
penyerahan; dan
f) pengarsipan.
3) Prosedur pelayanan Samsat dilakukan melalui Loket
yang terdiri atas:
a) loket pendaftaran dan penetapan; dan
b) loket pembayaran dan pengesahan serta
penyerahan.
b. Pasal 14 menjelaskan bahwa:
1) Pelayanan pendaftaran melalui tahapan:
a) pemberian formulir SPRKB kepada pemilik
Ranmor;
b) penerimaan pendaftaran Regident Ranmor;
c) penelitian, verifikasi kelengkapan dan keabsahan
dokumen persyaratan Regident Ranmor; dan
d) pendataan Regident Ranmor.
2) Pelayanan pendaftaran dilakukan oleh petugas Polri
yang ditunjuk.
c. Pasal 15 menjelaskan bahwa:
1) Pelayanan penerbitan SKKP dilakukan setelah tahapan
pendaftaran.
2) SKKP memuat:
a) besaran PKB dan/atau BBN-KB;
b) besaran SWDKLLJ; dan
c) besaran biaya administrasi STNK dan/atau TNKB
sesuai PNBP Polri.
3) Besaran PKB dan/atau BBN-KB, SWDKLLJ, dan biaya
administrasi STNK dan/atau TNKB sebagaimana

PELAYANAN STNK 39
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
4) Penetapan besaran biaya yang tercantum dalam SKKP
dilakukan oleh petugas Polri, petugas Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah yang melaksanakan
pemungutan pajak provinsi, dan petugas Badan
Usaha.
5) SKKP yang terkait dengan PKB dan BBN-KB berfungsi
sebagai Surat Ketetapan Pajak Daerah.
d. Pasal 16 menjelaskan bahwa:
1) Pelayanan penerimaan pembayaran dilakukan melalui
petugas yang ditunjuk atau melalui transaksi elektronik.
2) Petugas yang ditunjuk melakukan kegiatan:
a) penerimaan pembayaran PKB dan/atau BBN-KB;
b) penerimaan pembayaran SWDKLLJ;
c) penerimaan pembayaran administrasi STNK
dan/atau TNKB; dan
d) pencetakan dan validasi TBPKP.
3) Pelayanan penerimaan pembayaran dari petugas yang
ditunjuk disalurkan kepada:
a) Bendahara Polri untuk penerimaan pembayaran
besaran biaya administrasi STNK dan/atau
TNKB;
b) Bendahara Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah yang melaksanakan pemungutan pajak
provinsi untuk besaran PKB dan BBN-KB;
c) Bendahara Badan Usaha untuk penerimaan
besaran SWDKLLJ.
4) TBPKP yang terkait dengan PKB dan BBN-KB
berfungsi sebagai Surat Setoran Pajak Daerah.
e. Pasal 17 menjelaskan bahwa:
1) Pelayanan pencetakan dan pengesahan terdiri dari:
a) Pencetakan STNK dan TNKB;
b) Pengesahan STNK.
2) Pelayanan pencetakan dan pengesahan dilakukan oleh
petugas Polri yang ditunjuk setelah dilakukan
pembayaran.
f. Pasal 18 menjelaskan bahwa:
1) Pelayanan penghimpunan, penggabungan dan
penyerahan terdiri atas:

PELAYANAN STNK 40
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) penghimpunan STNK, TBPKP, dan TNKB;


b) penggabungan STNK dan TBPKP;
c) penyerahan STNK, TBPKP dan TNKB kepada
pemilik Ranmor;
d) pencatatan data penyerahan pada buku register;
e) penandatanganan pada buku register
penyerahan oleh pemilik Ranmor; dan
f) pengarsipan.
2) Pelayanan penghimpunan, penggabungan, dan
penyerahan dilakukan oleh petugas Polri yang ditunjuk.
g. Pasal 19 menjelaskan bahwa:
1) Pelayanan pengarsipan meliputi kegiatan:
a) pemisahan dan penyimpanan arsip Regident
Ranmor;
b) pemisahan dan penyimpanan arsip PKB dan
BBN-KB; dan
c) pemisahan dan penyimpanan arsip SWDKLLJ.
2) Pelayanan pengarsipan dilakukan oleh petugas Polri
yang ditunjuk untuk mengelola arsip.
3) Pelayanan pengarsipan dilakukan oleh petugas Satuan
Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang
melaksanakan pemungutan pajak provinsi yang
ditunjuk untuk mengelola arsip.
4) Pelayanan pengarsipan dilakukan oleh petugas Badan
Usaha yang ditunjuk untuk mengelola arsip.
5) Kegiatan pengarsipan dapat dilaksanakan secara
elektronik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

PELAYANAN STNK 41
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 6
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG
REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN
BERMOTOR

1. Pasal terkait Regident Ranmor secara rutin


a. Pasal 10 menjelaskan bahwa:
1) Regident Ranmor secara rutin meliputi:
a) Ranmor baru;
b) perubahan identitas Ranmor dan pemilik;
c) pemindahtanganan kepemilikan Ranmor;
d) penggantian bukti Regident Ranmor;
e) perpanjangan Ranmor; dan/atau
f) pengesahan Ranmor.
2) Pelaksanaan Regident Ranmor secara rutin, dilakukan
terhadap Ranmor yang dimiliki oleh:
a) perseorangan Warga Negara Indonesia;
b) perseorangan Warga Negara Asing yang
memiliki Keterangan Izin Tinggal Sementara
(KITAS) atau Keterangan Izin Tinggal Tetap
(KITAP) di Indonesia;
c) instansi Pemerintah selain Tentara Nasional
Indonesia atau Polri; dan
d) badan hukum Indonesia atau badan hukum
Asing yang berkantor tetap di Indonesia.
b. Pasal 11 menjelaskan bahwa:
1) Regident Ranmor baru dilaksanakan untuk pertama
kali terhadap Ranmor:
a) produksi dan/atau Rakitan dalam Negeri
Completely Knock Down (CKD);
b) impor Completely Built Up (CBU);
c) hasil lelang Ranmor TNI atau Polri;
d) hasil lelang Ranmor Temuan Direktorat Bea dan
Cukai atau Polri;
e) hasil lelang putusan pengadilan dan lelang
penghapusan;
PELAYANAN STNK 42
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

f) kedutaan negara asing; dan


g) lembaga internasional.
2) Regident perubahan identitas Ranmor, meliputi
perubahan:
a) bentuk Ranmor;
b) fungsi Ranmor;
c) warna Ranmor;
d) mesin Ranmor; dan
e) nomor Regident Ranmor.
3) Regident perubahan identitas pemilik Ranmor, meliputi
perubahan:
a) nama pemilik Ranmor; dan
b) alamat pemilik Ranmor:
(1) dalam wilayah Regident Ranmor; atau
(2) ke luar wilayah Regident Ranmor.
4) Regident pemindahtanganan kepemilikan Ranmor,
meliputi:
a) jual beli;
b) hibah;
c) warisan;
d) lelang;
e) tukar-menukar; dan
f) penyertaan Ranmor sebagai modal pada badan
usaha berbadan hukum.
5) Regident penggantian bukti Regident, meliputi karena:
a) hilang; atau
b) rusak.
c. Pasal 12 menjelaskan bahwa:
1) Regident perpanjangan Ranmor, berupa penggantian
STNK, TNKB, dan masa berlakunya.
2) Regident perpanjangan Ranmor wajib diajukan
permohonan perpanjangan sebelum masa berlaku
STNK dan TNKB berakhir.
3) Regident Perpanjangan Ranmor berfungsi sebagai
pembaharuan legitimasi pengoperasian Ranmor.
d. Pasal 13 menjelaskan bahwa:
1) Regident Pengesahan Ranmor, berupa pengesahan

PELAYANAN STNK 43
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

STNK secara berkala setiap tahun.


2) Regident Pengesahan Ranmor wajib diajukan sebelum
masa pengesahan berakhir.
3) Regident Pengesahan Ranmor berfungsi sebagai
pengawasan terhadap legitimasi pengoperasian
Ranmor.

2. Pasal terkait permohonan Regident Ranmor


Pasal 24 menjelaskan bahwa:
a. Permohonan Regident Ranmor diajukan secara tertulis
kepada Unit Pelaksana Regident Ranmor.
b. Setelah permohonan Regident Ranmor diterima secara
lengkap, Unit Pelaksana Regident Ranmor harus segera
memberikan jawaban mengenai diterima atau ditolaknya
permohonan.
c. Apabila permohonan ditolak, Unit Pelaksana Regident
Ranmor wajib memberikan jawaban tertulis yang memuat
alasan penolakan.

3. Pasal terkait penahapan Regident Ranmor


Pasal 29 menjelaskan bahwa:
a. Regident Ranmor dilaksanakan melalui tahapan regident
kepemilikan dan regident pengoperasian Ranmor, kecuali
perpanjangan dan pengesahan.
b. Regident perpanjangan dan pengesahan Ranmor
dilaksanakan setelah pencocokan data dengan Regident
Kepemilikan Ranmor.

4. Pasal terkait penerbitan dan pemberian bukti Regident


Ranmor
a. Pasal 34 menjelaskan bahwa:
1) Penerbitan dan pemberian bukti Regident Ranmor
meliputi: penandatanganan, pencetakan dan
penyerahan:
a) BPKB;
b) STNK;
c) TNKB;
d) Surat Tanda Registrasi Pengoperasian (STRP);
dan
e) Tanda Nomor Registrasi Pengoperasian (TNRP).
PELAYANAN STNK 44
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Spesifikasi teknis belangko dan bentuk BPKB, STNK,


TNKB, STRP, dan TNRP ditetapkan dengan
Keputusan Kakorlantas Polri.
b. Pasal 37 menjelaskan bahwa:
1) STNK sekurang-kurangnya memuat data:
a) NRKB;
b) nama pemilik;
c) alamat pemilik;
d) merek;
e) tipe;
f) jenis;
g) model;
h) tahun pembuatan;
i) isi silinder;
j) warna;
k) nomor rangka (NIK/VIN);
l) nomor mesin;
m) nomor BPKB;
n) masa berlaku;
o) warna TNKB;
p) tahun registrasi;
q) bahan bakar;
r) kode lokasi; dan
s) nomor urut register.
2) STNK berfungsi sebagai bukti legitimasi pengoperasian
Ranmor.
3) STNK berlaku selama 5 (lima) tahun sejak tanggal
diterbitkan pertama kali, perpanjangan atau
pendaftaran mutasi dari luar wilayah regident dan
harus dimintakan pengesahan setiap tahun.

PELAYANAN STNK 45
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

R ANGKUMAn
1. Pasal terkait pelayanan masyarakat.
UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia Pasal 5 ayat 1.
2. Pasal terkait tugas dan wewenang Polri.
UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia Pasal 15 ayat 2 huruf b.
3. Pasal terkait pelaksana Pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan Pasal 5 ayat 3 huruf e.
4. Pasal terkait Pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terkait
Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor.
UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan:
a. Pasal 64;
b. Pasal 65;
c. Pasal 66;
d. Pasal 67;
e. Pasal 68;
f. Pasal 70 ayat 2 dan 3;
g. Pasal 71.
5. Pasal terkait jenis Ranmor.
PP Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan Pasal 3 ayat 1.
6. Pasal terkait fungsi Ranmor.
PP Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan:
a. Pasal 3 ayat 2;
b. Pasal 5 ayat 6.
7. Pasal terkait Jenis PNBP.
a. PP Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
PNBP yang berlaku pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia Pasal 1 ayat 1 huruf d dan g.
b. Lampiran PP Nomor 60 Tahun 2016 terkait dengan Jenis dan
Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia
8. Pasal terkait tujuan Samsat.
Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem

PELAYANAN STNK 46
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor Pasal 2.


9. Pasal terkait ruang lingkup pelayanan Samsat.
Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor:
c. Pasal 3;
d. Pasal 4.
10. Pasal terkait persyaratan administratif umum.
Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor:
a. Pasal 7;
b. Pasal 8;
c. Pasal 9;
d. Pasal 10;
e. Pasal 11.
11. Pasal terkait prosedur pelayanan Samsat.
Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor:
a. Pasal 13;
b. Pasal 14;
c. Pasal 15;
d. Pasal 16;
e. Pasal 17;
f. Pasal 18;
g. Pasal 19.
12. Pasal terkait Regident Ranmor secara rutin.
Perkap Nomor 5 Tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor:
a. Pasal 10;
b. Pasal 11;
c. Pasal 12;
d. Pasal 13.
13. Pasal terkait permohonan Regident Ranmor.
Perkap Nomor 5 Tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor Pasal 24.
14. Pasal terkait penahapan Regident Ranmor.
Perkap Nomor 5 Tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi

PELAYANAN STNK 47
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kendaraan Bermotor Pasal 29.


15. Pasal terkait penerbitan dan pemberian bukti Regident Ranmor.
Perkap Nomor 5 Tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor:
a. Pasal 34;
b. Pasal 37.

S OA l L ATIHAn

1. Jelaskan pasal terkait pelayanan masyarakat!


2. Jelaskan pasal terkait tugas dan wewenang Polri dalam registrasi
dan identifikasi kendaraan bermotor!
3. Jelaskan pasal terkait pelaksana pembinaan lalu lintas dan
angkutan jalan!
4. Jelaskan pasal terkait pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan
terkait registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor!
5. Jelaskan pasal terkait jenis Ranmor!
6. Jelaskan pasal terkait fungsi Ranmor!
7. Jelaskan pasal terkait Jenis PNBP!
8. Jelaskan lampiran PP Nomor 60 Tahun 2016 terkait dengan jenis
dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia!
9. Jelaskan pasal terkait tujuan Samsat!
10. Jelaskan pasal terkait ruang lingkup pelayanan Samsat!
11. Jelaskan pasal terkait persyaratan administratif umum!
12. Jelaskan pasal terkait prosedur pelayanan Samsat!
13. Jelaskan pasal terkait Regident Ranmor secara rutin!
14. Jelaskan pasal terkait permohonan Regident Ranmor!
15. Jelaskan pasal terkait penahapan Regident Ranmor!
16. Jelaskan pasal terkait penerbitan dan pemberian bukti Regident
Ranmor!

PELAYANAN STNK 48
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PELAYANAN PRIMA PENERBITAN


MODUL SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN
03 (STNK)
4 JP (180 menit)

P ENGANTAR
Modul pelayanan prima penerbitan STNK membahas materi tentang:
pelayanan prima di bidang STNK dan TNKB serta komunikasi efektif
dalam pelayanan prima.
Tujuannya adalah agar peserta pelatihan memahami pelayanan
prima penerbitan STNK.

S TANDAR KOMPet ENSI

Memahami konsep pelayanan prima dengan penggunaan komunikasi


efektif.

KOMPet ENSI D ASAR


1. Memahami pelayanan prima dalam penerbitan STNK dan
TNKB.
Indikator Hasil Belajar:
a. menjelaskan pengertian-pengertian yang berkaitan
dengan pelayanan prima;
b. menjelaskan hakikat tujuan pelayanan;
c. menjelaskan prinsip-prinsip pelayanan prima;
d. menjelaskan titik kritis pelayanan;
e. menjelaskan hal-hal utama dalam pelayanan prima;
f. menjelaskan etika petugas pelayanan STNK dan TNKB.

2. Memahami komunikasi efektif dalam pelayanan prima.


Indikator Hasil Belajar:
a. menjelaskan pengertian komunikasi efektif;
PELAYANAN STNK 49
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. menjelaskan aspek-aspek komunikasi efektif;


c. menjelaskan strategi membangun komunikasi efektif;
d. menjelaskan pengaruh budaya dalam komunikasi;
e. menjelaskan komunikasi yang empati.

M A te RI P ELAj ARAn
1. Pokok Bahasan:
Pelayanan prima dalam penerbitan STNK dan TNKB.
Sub Pokok Bahasan:
a. pengertian-pengertian yang berkaitan dengan pelayanan
prima;
b. hakikat tujuan pelayanan;
c. prinsip-prinsip pelayanan prima;
d. titik kritis pelayanan;
e. hal-hal utama dalam pelayanan prima;
f. etika petugas pelayanan STNK dan TNKB.

2. Pokok Bahasan:
Komunikasi efektif dalam pelayanan prima.
Sub Pokok Bahasan:
a. pengertian komunikasi efektif;
b. aspek-aspek komunikasi efektif;
c. strategi membangun komunikasi efektif;
d. pengaruh budaya dalam komunikasi;
e. komunikasi yang empati.

MetODe P EMb ELA jARAn


1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang
pelayanan prima penerbitan STNK.
2. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang
telah disampaikan.

PELAYANAN STNK 50
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Metode Diskusi
Metode ini digunakan peserta pelatihan untuk mendiskusikan
materi tentang pelayanan prima di bidang STNK dan TNKB serta
komunikasi efektif dalam pelayanan prima.

A LAT/ MEDIA , B AHAn DAn SUMb ER B ELA jAR


1. Alat/media:
a. Flipchart;
b. Laptop;
c. LCD;
d. White board;
e. Laser point.
2. Bahan:
a. Kertas;
b. Alat tulis.
3. Sumber Belajar:
a. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 81 tahun 1993 tentang Pedoman Tatalaksana
Pelayanan Umum;
b. Materi Bahan Ajar Pelayanan Prima bagi Pendidikan
Pembentukan Bintara Polri;
c. Materi Bahan Ajar Komunikasi Efektif bagi Pendidikan
Pembentukan Bintara Polri.

KeGIATA n P EMb ELAj ARAn


1. Tahap awal: 10 menit
a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada para
peserta pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan;
c. Pelatih/instruktur menyampaikan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator hasil belajar.
2. Tahap Inti: 160 menit.
Tahap Inti 1 : Diskusi : 115 menit
a. Pelatih/Instruktur menggali pemahaman/pengalaman
peserta pelatihan tentang pelayanan prima penerbitan

PELAYANAN STNK 51
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

STNK;
b. Pelatih/Instruktur mengomentari pemahaman/pengalaman
peserta pelatihan;
c. Pelatih/Instruktur membagi peserta menjadi 2 (dua)
kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk
mendiskusikan pelayanan prima penerbitan STNK dengan
pembagian:
Kelompok 1: Pelayanan prima dalam penerbitan STNK dan
TNKB;
Kelompok 2: Komunikasi efektif dalam pelayanan prima;
d. Masing-masing kelompok mendiskusikan materi sesuai
tugas yang diberikan;
e. Masing-masing kelompok secara bergantian memaparkan
hasil diskusi. Kelompok lain memperhatikan serta
memberikan tanggapan;
f. Pelatih/Instruktur menanggapi dan memberikan komentar
terhadap paparan yang disampaikan oleh masing-masing
kelompok;
g. Pelatih/Instruktur menyimpulkan hasil diskusi.
Tahap Inti II : Penguatan materi dan Kesimpulan : 45 menit
a. Pelatih/Instruktur memberi penguatan materi tentang
pelayanan prima penerbitan STNK;
b. Peserta pelatihan bersama Pelatih/Instruktur secara
intensif melakukan tanya jawab membahas materi yang
belum dimengerti;
c. Pelatih/Instruktur menyimpulkan hasil materi.
3. Tahap akhir: 10 menit
a. Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi dengan
cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
pelatihan;
b. Pelatih/instruktur memberikan ulasan secara umum terkait
dengan proses pembelajaran dan merumuskan learning
point yang dikaitkan dengan pelaksanaan tugas;
c. Pelatih/instruktur melakukan evaluasi dan menutup
pembelajaran.

PELAYANAN STNK 52
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

TAGIHA n / TUGAS
Peserta pelatihan secara kelompok mengumpulkan hasil diskusi
setelah pelaksanaan diskusi.

L EMb AR K EGIATA n

Peserta pelatihan secara kelompok mendiskusikan materi sesuai


tugasnya, dengan pembagian:
Kelompok 1: Pelayanan prima dalam penerbitan STNK dan TNKB;
Kelompok 2: Komunikasi efektif dalam pelayanan prima.

PELAYANAN STNK 53
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

B AHAn B ACAAn

POKOK BAHASAN 1
PELAYANAN PRIMA DALAM PENERBITAN
STNK DAN TNKB

1. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan pelayanan


prima
a. Pengertian Pelayanan
Berkaitan dengan pelayanan, ada dua istilah yang perlu
diketahui, yaitu melayani dan pelayanan. Pengertian
melayani adalah "membantu menyiapkan (mengurus) apa
yang diperlukan seseorang". Sedangkan pengertian
pelayanan adalah "usaha melayani kebutuhan orang lain"
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995) Contoh: menerima
telepon dari pihak lain yang berhubungan dengan unit kerja
kita adalah bentuk pelayanan yang rutin dilakukan.
Adapun menurut Keputusan MENPAN Nomor 81 tahun 1993
yang dimaksud pelayanan umum (publik) adalah segala
bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah pusat dan daerah, dilingkungan BUMN/D dalam
bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian
pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah dapat berupa
flsik, non fisik maupun administrasi.
b. Pengertian Standar Pelayanan
Standar pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan
sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik. Dalam
standar pelayanan ini juga terdapat baku mutu pelayanan.
Adapun pengertian mutu menurut Goetsch dan Davis
(1994), merupakan kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pihak yang
menginginkannya.
c. Pengertian Pelayanan Prima
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah "Ex-
cellent Services" yang secara harfiah berarti pelayanan yang
sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik. Disebut
sangat baik atau terbaik, karena telah sesuai dengan standar
pelayanan yang dimiliki oleh instansi pemberi pelayanan.
PELAYANAN STNK 54
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Apabila instansi pelayanan tersebut belum memiliki standar


pelayanan, maka pelayanan yang dikatakan sangat baik
atau terbaik (menjadi prima) manakala mereka mampu
memuaskan pihak yang dilayani (pelanggan) sebagaimana
tujuan dari pelayanan prima yaitu memberikan pelayanan
yang dapat memenuhi dan memuaskan palanggan serta
memberikan fokus pelayanan kepada pelanggan dengan
tekad "pelayanan adalah pemberdayaan".
Dalam hal memberdayakan masyarakat ini, pelayanan yang
diberikan tidaklah bertujuan mencari untung atau
menjadikan masyarakat terbebani/terperdayakan atas
pelayanan yang diberikan. Sebagaimana dalam organisasi
Polri masih terdengar adanya keluhan masyarakat terhadap
pelayanan yang diberikan dengan menggunakan pungutan
biaya diluar ketentuan, atau berbelit-belitnya prosedur serta
lamanya pelayanan yang diberikan. Belum lagi ditambah
dengan petugas yang kurang ramah. Contoh : proses
pembuatan STNK yang bertele-tele, memakan waktu yang
lama dan biaya pembuatan yang tidak sesuai dengan
ketentuan.
Dari contoh kasus diatas sering kali munculnya sikap,
anggapan dan penilaian negatif terhadap Institusi Polri yang
pada akhirnya banyak muncul jargon-jargon negatif
terhadap pelayanan publik yang dieberikan oleh Polri
misalnya "kalau masih bisa dipersulit, kenapa dipermudah?"
Atau kalau kita berurusan dengan pelayanan kepolisian,
mungkin akan ada penawaran dari petugas pelayannya,
"mau lewat jalan tol atau biasa?". Kondisi tersebut telah
memberikan kesempatan berkembangnya praktek-praktek
percaloan di lingkungan organisasi Polri pada tingkat
pelayanan.
Dengan demikian, perbaikan pelayanan kepada masyarakat
merupakan kebutuhan yang mendesak terutama jika
dihubungkan dengan tuntutan masyarakat dalam rangka
reformasi Polri, perbaikan pelayanan publik merupakan kunci
dari keberhasilan pelaksanaan reformasi tersebut.
Dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan terhadap
publik, setiap anggota Polri yang bertugas seyogyanya
memiliki semboyan : “Good service is not smilling at the
customer only but getting the customer to smile at you“.
Apabila semboyan tersebut telah mengakar pada diri setiap
petugas pelayanan, maka dapat dipastikan akan terjadi suatu
proses pelayanan yang mengarah kepada pelayanan prima
karena para petugas pelayanan akan senantiasa berupaya
membuat pelanggannya tersenyum. Jika hal seperti itu dapat
terwujud, maka pelayanan yang diberikan oleh Polri tidak saja
telah membuat pelanggan puas tapi juga akan menumbuhkan
kepercayaan masyarakat terhadap organisasi Polri.
PELAYANAN STNK 55
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kepercayaan publik merupakan hal yang sangat penting


sebagai modal kolaborasi dan partisipasi masyarakat dalam
pemberhasilan Polri itu sendiri.
d. Pengertian Proses Pelayanan
Pelayanan merupakan suatu proses. Proses tersebut berarti
suatu rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan
yang menghasilkan suatu produk (Kamus Besar Bahasa
Indonesia; Balai Pustaka; 2005). Dengan demikian, yang
dimaksud dengan proses pelayanan adalah suatu
rangkaian, tindakan yang berurutan dari suatu pelayanan
yang berujung kepada terciptanya suatu produk.
Terdapat tiga kelompok pelayanan sebagaimana yang
dikemukakan Gonroos (1990) yaitu :
1) Core service
Adalah pelayanan yang ditawarkan kepada pelanggan,
yang merupakan produk utamanya. Misalnya untuk
pelayanan pembuatan STNK dan TNKB, maka
penyediaan STNK dan TNKB merupakan layanan
utamanya.
2) Facilitating service
Adalah fasilitas pelayanan tambahan kepada
pelanggan, misalnya terkait dengan pelayanan STNK
dan TNKB, maka disediakan fasilitas untuk mendaftar
secara online.
3) Supporting service
Seperti pada facilitating service, supporting service
merupakan pelayanan tambahan (pendukung) untuk
meningkatkan nilai pelayanan, Misalnya dalam
membuat pelanggan atau masyarakat merasa
nyaman, maka disediakan ruang tunggu yang memadai
bahkan bisa saja diberi AC. Demikian juga dengan
penyediaan tempat parkir kendaraan.
e. Pengertian Pelanggan
Customer (pelanggan) adalah siapa saja yang berkepentingan
dengan produk layanan yang diberikan oleh
institusi/organisasi pemberi layanan. Karena itu, pelanggan
dapat berupa individu (perorangan), kolektif (organisasi),
maupun masyarakat dalam arti luas. Pelanggan juga bisa
diartikan siapa saja yang terkena dampak dari produk atau
proses pelayanan tersebut.
f. Pengertian Pelanggan Internal
Pelanggan Internal adalah orang–orang/pegawai yang ada
di suatu institusi dari organisasi yang bersangkutan baik dari
tingkat bawahan sampai tingkat pimpinan. Pelanggan
PELAYANAN STNK 56
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

internal dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu :


1) Pelanggan internal organisasi
Pelanggan internal dapat dilihat dari dalam lingkungan
organisasi sehingga meskipun bagian/unit kerja kita
berbeda, namun masih dalam lingkungan organisasi,
maka pelanggan tersebut dapat dikategorikan sebagai
pelanggan internal.
2) Pelanggan internal pemerintah
adalah pelanggan yang walaupun instansi kita berbeda,
namun instansi pelanggan itu adalah instansi
pemerintah, pelanggan tersebut dapat dikategorikan
sebagai pelanggan internal pemerintah (pelanggan
internal dalam skala makro).
g. Pengertian Pelanggan Eksternal
Pelanggan Ekternal adalah orang-orang yang
menggunakan atau menerima jasa layanan tetapi bukan
anggota dari institusi/organisasi yang memberikan pelayanan
(pelanggan eksternal adalah masyarakat).

2. Hakikat tujuan pelayanan


Apapun bentuk kegiatan pelayanan yang diberikan kepada
seseorang atau pelanggan, tujuan akhirnya adalah agar orang
yang dilayani atau pelanggan merasa puas, senang, nyaman,
bahagia, dihormati dan dihargai serta yakin dan percaya.
Dimana perwujudan Pelayanan Prima Polri dapat diwujudkan
dengan memusatkan perhatian kepada pelanggan dengan terus
berpegang pada konsep dasar pelayanan Polri sebagai abdi
masyarakat (”senyum, sapa, salam”) dan sebagai pengayom dan
pelayan masyarakat.
Tindakan nyatanya adalah:
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang
dibicarakan atau disampaikan oleh pelanggan.
b. Bertindak secara tenang dan rileks saat melayani
pelanggan.
c. Senyum yang dapat menyejukkan hati orang yang
memandangnya.
d. Bersifat ekspresif sesuai konsep pribadi prima. Pribadi
prima antara lain, adalah:
1) Tampil rapi dalam melayani pelanggan.
2) Tampil sopan dalam menghadapi pelanggan.
3) Tampil ceria dalam menghadapi pelanggan.

PELAYANAN STNK 57
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Tampil meyakinkan bahwa dirinya dapat meyakinkan


dan diyakini oleh pelanggan, tampil dengan prinsip
senang belajar dalam memberikan pelayanan prima.
5) Senang bila menyenangkan orang lain.
e. Menghindari perilaku yang dapat mengecewakan
pelanggan.
f. Mengetahui siapa pelanggan dan apa keinginannya.

Sedangkan bentuk Pelayanan Prima Polri adalah konsep Polri


sebagai pelindung, sebagai pengayom dan sebagai pelayan
masyarakat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pelayanan:
a. Kejelasan
Kejelasan sistem dan prosedur pelayanan, mengerti tentang
hak dan kewajiban untuk mendapatkan pelayanan yang
prima dari aparatur birokrasi.
b. Konsisten
Kekonsistenan dalam menerapkan atau melaksanakan
sistem dan prosedur pelayanan.
c. Komunikasi
Katakan kepada pelanggan bahwa petugas memberikan
pelayanan sesuai dengan sistem dan prosedur yang
berlaku.
d. Komitmen
Komitmen dalam pelayanan harus dilaksanakan sejak
pengambilan keputusan sampai pelaksanaan keputusan.

3. Prinsip-prinsip pelayanan prima


Dalam memberikan pelayanan terhadap publik, setiap instansi
atau organisasi yang memberikan pelayanan harus mengacu
kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Standards: Setiap pelayanan harus ditetapkan,
dipublikasikan dan dimonitor pelaksanaan standar kinerja
pelayanannya sesuai dengan harapan pengguna pelayanan
(pelanggan).
b. Information and openess: harus disediakan informasi yang
lengkap, akurat dan mudah difahami tentang bagaimana
proses pelayanan yang akan dijalankan, berapa biayanya,
sejauh mana mutu kinerjanya, dan siapa yang bertugas
serta yang bertanggung jawab dalam proses pelayanan
tersebut.
c. Choice and Consultation: harus tersedia pilihan pelayanan

PELAYANAN STNK 58
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang cukup bagi para pelanggan dan peluang konsultasi


mengenai persepsi mereka tentang pelayanan yang ada,
mutu pelayanan, serta standar keberhasilan pelayanan.
d. Courtesy: kewajiban untuk memberikan pelayanan dengan
penuh kesopanan oleh petugas pelayanan secara adil dan
merata bagi siapa saja yang membutuhkan pelayanan
sesuai dengan keinginan mereka.
e. Putting things right: bila terjadi kesalahan dalam proses
pelayanan, petugas pelayanan tidak segan-segan meminta
maaf, memberikan penjelasan yang memuaskan, dan
mempublikasikan prosedur komplain yang mudah diikuti
oleh pelanggan.
f. Value for money: pemberian pelayanan yang efisien dan
ekonomis sesuai dengan sumber-sumber yang tersedia dan
peluang untuk melakukan validasi kinerja sesuai dengan
standar kinerja.

4. Titik kritis pelayanan


Dalam usaha memberikan pelayanan Prima, salah satu
persyaratan yang paling penting adalah kemampuan
penyelenggara pelayanan untuk bisa segera mengidentifikasi
‘titik kritis pelayanan”.
Titik Kritis Pelayanan adalah kontak yang terjadi antara
pelanggan dan segala aspek penyelenggara pelayanan yang
akan membentuk opini pelanggan tentang kualitas pelayanan
yang diberikan. Misalnya dalam pelayanan penerbitan STNK,
saat pelanggan menunggu, mencoba mencari informasi atau saat
pembayaran merupakan “titik kritis pelayanan”. Dari hal-hal
tersebut, pelanggan dapat menilai kualitas pelayanan yang
diberikan. Oleh karena itu, kesensitifan penyelenggara untuk
dapat mengidentifikasi ”titik kritis pelayanan” merupakan hal yang
sangat vital dalam usaha memberikan pelayanan prima.

5. Hal–hal utama dalam pelayanan prima


Untuk mewujudkan pelayanan prima, ada beberapa hal utama
yang harus diperhatikan oleh petugas pelayanan yaitu:
a. Konsep mendahulukan kepentingan pelanggan.
Pelayanan Prima adalah pelayanan yang memuaskan
pelanggan. Salah satu indikator adanya kepuasan
pelanggan adalah tidak adanya keluhan dari pelanggan.
Akan tetapi, di dalam praktek keluhan-keluhan pelanggan ini
akan selalu ada, oleh sebab itu organisasi pemberi
pelayanan wajib menanggapi dan menghadapi seluruh
keluhan pelanggan untuk kepentingan dan kepuasan
PELAYANAN STNK 59
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pelanggan. Dengan demikian, petugas pelayanan harus


mengetahui sumber-sumber keluhan pelanggan dan harus
mengetahui pula cara-cara mengatasi keluhan tersebut.
1) Kategori keluhan pelanggan :
Menurut Endar Sugiarto (1999), keluhan pelanggan
dapat dikategorikan/dikelompok-kan menjadi empat,
yaitu :
a) Mechanical Complaint.
Keluhan mekanikal adalah suatu keluhan yang
disampaikan oleh pelanggan sehubungan
dengan tidak berfungsinya peralatan yang dibeli/
disampaikan kepada pelanggan tersebut.
b) Attitudinal Complaint.
Diartikan sebagai keluhan akibat sikap petugas
pelayanan timbul karena sikap negatif petugas
pada saat melayani pelanggan. Hal ini dapat
dirasakan oleh pelanggan melalui sikap tidak
peduli dari petugas pelayanan terhadap
pelanggan.
c) Service Related Complaint.
adalah suatu keluhan pelanggan karena hal-hal
yang berhubungan dengan pelayanan itu sendiri.
Misalnya seseorang mendaftar untuk ikut suatu
diktat, temyata formulir pendaftaran belum siap
dan oleh petugas diminta untuk menunggu.
d) Unusual Complaint.
Diartikan sebagai keluhan aneh yaitu keluhan
pelanggan yang bagi petugas dianggap sebagai
hal yang tidak wajar/tidak umum. Pelanggan
yang mengeluh seperti ini sebenarnya secara
psikologis adalah orang-orang yang hidupnya
tidak bahagia atau kesepian.
2) Cara mengatasi keluhan pelanggan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menghadapi keluhan pelanggan, antara lain:
a) Pelanggan biasanya marah pada saat
menyampaikan keluhan. Oleh karena itu,
petugas pelayanan tidak boleh terpancing
untuk ikut marah.
b) Petugas pelayanan tidak boleh memberikan janji-
janji yang sebenarnya sulit dipenuhi serta tidak
menjanjikan sesuatu yang berada di luar
wewenangnya.

PELAYANAN STNK 60
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Jika permasalahan tidak dapat diselesaikan


sedangkan petugas sudah berbuat maksimal,
petugas harus berani menyatakan menyerah
dengan jujur.
d) Ada pelanggan yang selalu mengeluh. Untuk
menghadapi pelanggan seperti itu, petugas harus
sabar dan melakukan pendekatan secara
khusus.
b. Konsep pelayanan dengan sepenuh hati.
Pelayanan prima merupakan pelayanan yang diwujudkan
dalam segala bentuk kreasi dan manifestasinya. Untuk itu,
petugas pelayanan harus lebih banyak belajar tentang para
pelanggan, agar dapat memberikan pelayanan dengan
sepenuh hati dan dengan cara yang lebih baik dibandingkan
dengan pelayanan biasa.
Meskipun pemerintahan (termasuk Polri) merupakan
lembaga non profit dalam memberikan pelayanan, namun
tetap harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
pemberian pelayanan yang berbeda (lebih) dengan
pelayanan biasa, yaitu pelayanan yang bertujuan semata-
mata untuk membuat pelanggan tersenyum, karena jika
masyarakat selaku pelanggan tidak terlayani dengan
sepenuh hati, maka mereka akan berpaling kepada
lembaga–lembaga swasta yang menyediakan jasa
pelayanan serupa namum memberikan jaminan pelayanan
yang lebih baik dalam menghadapi para pelanggannya.
Contoh yang dapat dikemukakan berkaitan dengan
fenomena ini adalah kondisi dimana masyarakat lebih
memilih jasa pengamanan swasta dalam hal pengawalan
uang, pengamanan obyek vital dan lain-lain atau pelayanan
jasa penyelidikan/detektif swasta untuk pengungkapan
kasus pidana. Saat ini sudah terlihat gejala masyarakat
yang lebih memilih menggunakan jasa pengamanan swasta
dibanding harus meminta bantuan pelayanan kepada Polisi.
c. Konsep pelayanan prima sebagai budaya
Menganggap bahwa pelayanan prima sebagai suatu budaya
berarti melakukan kegiatan pelayanan sebagai suatu hal
yang membanggakan dengan nilai luhur yang dijunjung
tinggi. Budaya pelayanan prima adalah sebuah budaya
yang kuat yang mewarnai sifat hubungan antara
instansi/organisasi pemberi pelayanan dengan
pelanggannya dan dapat menjadi sarana yang sangat baik
untuk memperoleh perhatian pelanggan dari
instansi/organisasi pemberi pelayanan. Budaya pelayanan
prima dibentuk oleh sikap karyawan dan manajemen
instansi/organisasi pemberi pelayanan.

PELAYANAN STNK 61
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Konsep menunjukan sikap pelayanan prima.


Sikap pelayanan prima berarti pengabdian yang
tulusterhadap bidang kerja dan yang paling utama adalah
kebanggaan atas pekerjaan. Sikap kita dapat
menggambarkan instansi/organisasi dimana kita bekerja.
Kita adalah orang-orang yang menjadi perwakilan
instansi/organisasi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pelanggan akan menilai instansi/organisasi dari
kesan pertama mereka dalam berinteraksi dengan orang-
orang yang terlibat dalam instansi/organisasi tersebut.
Apabila kita adalah orang pertama yang berhubungan
dengan pelanggan, maka kita akan mewakili gambaran dari
instansi/organisasi kita.
e. Konsep memberikan sentuhan pribadi dalam pelayanan.
Pelayanan prima sangat memperhatikan individu sebagai
pribadi yang unik dan menarik. Sentuhan pribadi petugas
pelayanan sangat diperlukan karena setiap pelanggan
memiliki sifat yang berbeda-beda. Petugas pelayanan harus
berpikir bahwa memperlakukan orang lain sama halnya
memperlakukan diri sendiri yang selalu ingin diperhatikan
(sifat umum manusia).
Yang diutamakan dalam pelayanan prima, bukanlah slogan-
slogan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi
pelanggan, melainkan bentuk nyata pelayanan yang
sebelumnya sudah diberikan dalam pelatihan-pelatihan dan
dapat diterapkan pada saat praktek di lapangan, ketika
berhubungan langsung dengan pelanggan. Karena
pelayanan prima merupakan budaya, identitas dan sarana
kompetisi dari organisasi, maka bentuk–bentuk pelayanan
yang cepat, tepat, ramah, mengutamakan kepuasan
pelanggan, menepati janji, bahasa yang baik dalam
bertelepon, menunjukkan etika dan sopan santun, merasa
puas dan bangga akan pekerjaan kita, bekerja dengan
antusias, kepercayaan diri yang tinggi, menawarkan
bantuan, senyum yang tulus, humor yang menyenangkan,
mendengarkan dengan baik dan dengan konsep win-win
solution merupakan hal yang penting diterapkan dalam
memberikan pelayanan.
f. Konsep pribadi prima dalam pelayanan.
Konsep pribadi prima meliputi unsur-unsur kepribadian,
penampilan, perilaku dan komunikasi yang prima.
Seseorang dapat dikatakan memiliki pribadi prima apabila :
1) Tampil ramah.
2) Tampil sopan dan penuh hormat.
3) Tampil yakin.
PELAYANAN STNK 62
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Tampil rapi.
5) Tampil ceria.
6) Senang memaafkan.
7) Senang bergaul.
8) Senang belajar dari orang lain.
9) Senang pada kewajaran.
10) Senang menyenangkan orang lain.
g. Konsep menghindari dosa pelayanan terbesar.
Pelayanan prima akan terwujud manakala para petugas
pelayanan mampu menghindar dari beberapa perilaku yang
masuk dalam kategori “Dosa Pelayanan Terbesar”
sebagaimana yang diutarakan oleh Karl Albrecht sebagai
berikut :
1) Bersikap apatis.
Yaitu petugas pelayanan yang tidak mau tahu, masa
bodoh, tidak memahami kepentingan dan kebutuhan
pelanggan serta tidak peduli dengan lingkungan sekitar.
2) Berlaku kasar.
Yaitu tidak hanya sekedar tindakan kasar (fisik) namun
juga ucapan dan kata-kata yang sombong, menghardik
atau bahkan tidak mengucapkan kata-kata sama sekali
tetapi menunjukkan gerak-gerik tidak senang, benci
atau merasa terbebani.
3) Dingin (tidak respek).
Yaitu perilaku yang tidak menunjukkan ekspresi sama
sekali (tersenyum tidak, marah juga tidak) sehingga
menimbulkan perasaan tidak dihargai/dilayani bagi
pelanggan yang berinteraksi dengan petugas pelayanan
tersebut.
4) Merasa lebih dari orang lain.
Yaitu perilaku yang menunukkan kesombongan baikdari
penampilan yang berlebihan maupun tutur kata yang
menunjukkan/bertendensi menyepelekan orang lain
(memposisikan orang lain lebih rendah dari pada
dirinya).
5) Seperti robot.
Yaitu perilaku yang kaku, menjalankan perintah atasan
sebagaimana bunyinya tanpa analisa dan pejabaran
yang luwes dan fleksibel sehingga mengesampingkan
sisi-sisi sosial dalam dirinya.

PELAYANAN STNK 63
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

6) Berdalih menegakkan aturan.


Yaitu perilaku yang menunjukkan kearoganan dengan
motivasi adanya kewenangan yang dimilikinya dalam
menjalankan tugas berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku tanpa melihat sisi lainnya (sisi sosiologis, sisi
psikologis, sisi keadilan hukum, sisi antropologis dan
lain-lain) sehingga ketika petugas pelayanan
berhadapan dengan pelanggan yang kurang setuju
dengan apa yang dilakukan/dikerjakan oleh petugas
pelayanan, maka petugas pelayanan akan menjawab
”saya tidak tahu, saya hanya menjalankan tugas yang
telah diatur oleh undang-undang dan berdasarkan
kebijakan dari pimpinan”.
7) Selalu menghindar dengan tidak berada di tempat kerja.
Yaitu perilaku yang menghindari bentuk-bentuk interaksi
terhadap pelanggan dengan alasan-alasan tertentu
yang mengakibatkan akses antara pelanggan dan
pelayan menjadi terhambat dan bertele-tele.

6. Etika petugas pelayanan STNK dan TNKB


a. Wajib mengucapkan salam kepada masyarakat yang
datang ke ruang pelayanan dengan mengucapkan salam
sebagai berikut : ”Selamat pagi / siang / sore / malam, apa
yang kami bisa bantu kepada Bapak / Ibu / Saudara?”
b. Petugas wajib memahami tujuan pemohon mengajukan
permohonan STNK dan TNKB.
c. Petugas wajib memberitahukan mengenai tata cara
peromohonan, tahapan penerbitan dan persyaratan STNK
dan TNKB.
d. Tidak diperbolehkan berbicara terlalu keras (teriak) pada
saat berada di ruang pelayanan.
e. Wajib berpakaian rapi dan bersepatu pada saat bertugas.
f. Tidak diperbolehkan menyalakan pesawat televisi atau
radio terlalu keras.
g. Wajib menjaga kebersihan dan ruang kerja.
h. Tidak diperbolehkan merokok selama berada di ruang
pelayanan karena ruang pelayanan merupa-kan ruang
bebas rokok.
i. Wajib menggunakan Bahasa Indonesia yang benar, kecuali
terhadap orang asing harus segera menyiapkan
penerjemah apabila petugas pelayanan tidak bisa
berbahasa asing.

PELAYANAN STNK 64
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 2
KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN PRIMA

1. Pengertian komunikasi efektif


Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa
terlihat dalam proses komunikasi.

2. Aspek-aspek komunikasi efektif


Beberapa aspek yang perlu dipahami dalam membangun
komunikasi yang efektif:
a. Kejelasan (clarity)
Bahasa maupun informasi yang disampaikan harus jelas.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, seringkali kita mendengar
ucapan-ucapan seperti ini: ”Masalahnya ini nya belum
dianukan".
”Apa ini dan diapakan” ?
Akan lebih mudah dipahami maknanya apabila, misalnya,
kata ini diganti buku dan kata anu diganti bagi.
Jadi kalimat itu berbunyi: ”Masalahnya, bukunya. belum
dibagikan”.
b. Ketepatan (accuracy)
Bahasa dan informasi yang disampaikan harus betul-betul
akurat alias tepat. Bahasa yang digunakan harus sesuai dan
informasi yang disampaikan harus benar.
Benar ini artinya sesuai dengan apa yang sesungguhnya
ingin disampaikan. Bisa saja informasi yang ingin kita
sampaikan belum tentu kebenarannya, tetapi apa yang kita
sampaikan benar-benar apa yang memang kita ketahui.
Inilah yang dimaksud akurasi.
c. Konteks (contex)
Bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai
dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu
terjadi. Bisa saja kita menggunakan bahasa dan informasi
yang jelas dan tepat tetapi karena konteksnya tidak tepat,
reaksi yang kita peroleh tidak sesuai dengan yang
diharapkan.

PELAYANAN STNK 65
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Contohnya, sepulang kerja seorang suami berkata kepada


istrinya :
"Dindaku, tolong kanda berikan segelas air nan jernih, kanda
haus sekali."
Dari segi kejelasan dan keakuratan bahasa dan informasi
tidak ada masalah. Tetapi konteksnya tidak tepat, sehingga
mungkin sang istri tidak segera mengambil air, melainkan
bertanya tentang keadaan sang suami.
d. Alur (flow)
Keruntutan alur bahasa dan informasi akan sangat berarti
dalam menjalin komunikasi yang efektif. Sewaktu kita
meminjam uang, misalnya kita cenderung mengemukakan
kesulitan-kesulitan kita terlebih dahulu sebelum kita
menyampaikan maksud kita untuk meminjam uang.
Mungkin begitu juga pada saat kita pertama kali
menyampaikan perasaan jatuh cinta pada seseorang.
e. Budaya (culture)
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi
juga tata krama atau etika. Bersalaman dengan satu tangan
bagi orang Sunda mungkin terkesan rada kurang sopan,
tetapi bagi etnis lain mungkin suatu hal yang biasa.
Kata "juancu" bagi arek-arek Suroboyo merupakan kata yang
lumrah didengar dan dapat diterima. Tetapi bagi wong Solo
atau Jogja, mungkin risih mendengar kata itu.

3. Strategi membangun komunikasi efektif


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan
suatu komunikasi yang efektif, yaitu :
a. Ketahui mitra bicara (audience)
Kita harus sangat sadar dengan siapa kita bicara. Apakah
dengan orang tua, anak-anak, laki-laki atau perempuan.
Status sosialnya seperti apa, pangkat, jabatan dan
semacamnya. petani, penguasaha, guru, kiayi dan Iain-lain.
Berbicara dengan orang dewasa tentu akan sangat berbeda
dengan berbicara kepada anak-anak. Demikian pula
berbicara dengan atasan tentu akan berbeda dengan
berbicara pada bawahan atau teman sederajat.
Pengetahuan mitra bicara kita pun harus diperhatikan.
Informasi yang disampaikan mungkin saja bukan hal yang
baru bagi mitra kita, tetapi kalau penyampaiannya dengan
menggunakan istilah-istilah yang tidak dipahami oleh mitra
bicara, informasi atau gagasan yang kita sampaikan bisa saja
tidak dapat dipahami. Jadi, dengan memperhatikan mitra
PELAYANAN STNK 66
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bicara kita, kita akan dapat menyesuaikan diri dalam


berkomunikasi.
b. Ketahui tujuan
Tujuan kita berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita
menyampaikan informasi. Apabila kita bermaksud sekedar
menyampaikan informasi, tentu komunikasi kita bersifat
pengumuman. Tetapi bila kita bermaksud membeli atau
menjual barang, tentu komunikasi kita akan bersifat
negosiasi. Jadi, kejelasan tujuan dalam berkomunikasi harus
diketahui sebelum kita berkomunikasi.
c. Perhatikan konteks
Konteks bisa berarti keadaan atau lingkungan pada saat
berkomunikasi. Pada saat berkomunikasi, konteks sangat
berperan dalam memperjelas informasi yang disampaikan.
Dalam hal pemakaian kata, misalnya kata hemat.
Dalam kalimat, kita harus menghemat uang, waktu dan
tenaga kita, sangat berbeda dengan kata hemat dalam
kalimat "menurut hemat saya, kita harus lebih jujur dan
terbuka dalam berkomunikasi dengan sesama rekan kerja”.
Formalitas dalam konteks tertentu juga dapat mempengaruhi
cara berkomunikasi seseorang. Coba perhatikan gaya
komunikasi atasan dan bawahan di lingkungan dunia kerja,
bahkan komunikasi antar sesama atasan maupun sesama
bawahan pasti berbeda.
Apabila orang-orang bertemu di mall atau di undangan
(tempat resepsi), gaya komunikasi diantara mereka akan
sangat lain dengan gaya pada saat mereka berada di kantor.
Mengirim bunga kepada orang yang berulang tahun atau
kepada orang yang kita kasihi, akan berbeda maknanya bila
disampaikan kepada orang yang sedang berduka. Bahkan
jenis bunga yang disampaikan pun membawa pesan atau
kesan tersendiri.
Dengan ilustrasi singkat di atas, jelaslah bahwa konteks
sangat mempengaruhi makna apapun yang disampaikan.
d. Pelajari Kultur
Kultur atau budaya, habit atau kebiasaan orang atau
masyarakat juga perlu diperhatikan dalam berkomunikasi.
Pelaku komunikasi harus memahami kultur mitra bicaranya,
sehingga saling pengertian dan penyesuaian gaya
komunikasi dapat terjadi, Ingat peribahasa : "Dimana bumi
dipijak, di situ langit dijunjung" atau "When in Rome, do as
the Romans do”.
e. Pahami Bahasa
"Bahasa menunjukkan bangsa" artinya bahasa dapat
PELAYANAN STNK 67
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menjadi ciri atau identitas suatu bangsa. Berbicara identitas,


berarti berbicara harga diri atau kebanggaan.
Dengan memahami bahasa orang lain, berarti berusaha
menghargai orang lain. Tetapi memahami bahasa disini
tidak berarti harus memahami semua bahasa yang dipakai
oleh mitra kerja.
Untuk memperjelas pesan yang hendak disampaikan dalam
berkomunikasi, gunakanlah kalimat-kalimat sederhana yang
mudah dipahami.
Kalimat panjang dan kompleks seringkali mengaburkan
makna. Kepiawaian dalam menggunakan kalimat-kalimat
yang sederhana dan tepat dalam berbahasa akan sangat
mempengaruhi efektifitas komunikasi kita. Bagaimana
apabila kita berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
asing … ? Sama saja ! Memahami bahasa asing memang
prasyarat mutlak untuk dapat berkomunikasi secara global.

4. Pengaruh budaya dalam komunikasi


Perbedaan budaya akan mempengaruhi keefektifan dalam
berkomunikasi, sebab komunikasi akan efektif apabila ia dapat
menguraikan nilai-nilai dasar, motivasi, aspirasi dan asumsi-
asumsi yang didasarkan pada geografi atau letak suatu negara,
fungsi dan tingkat sosial.
Perbedaan bahasa dapat menyebabkan hambatan dalam
komunikasi, akan tetapi perbedaan budaya lebih menghambat
komunikasi dibandingkan dengan perbedaan bahasa.
Misalnya, pengaruh budaya mempunyai perbedaan dalam norma
berbicara. Untuk bangsa-bangsa Amerika Selatan, Eropa Selatan,
Eropa Barat dan Arab berbicara dengan suara yang keras-keras
adalah hal yang biasa, sedangkan bangsa-bangsa Asia, Eropa
Utara, dan Amerika Utara berbicara dengan suara yang lembut.
Demikian juga sering dikatakan bahwa suku Jawa berbicara
dengan suara yang lembut, sedangkan suku Batak berbicara
dengan suara yang keras-keras, suku Sunda berbicara dengan
mendayu-dayu dan lemah lembut. Bagaimana dengan suku lain
yang ada di Indonesia? Misalnya suku Minangkabau, Madura,
Papua, Maluku, Dayak, Timor dan lain-lain.

5. Komunikasi yang empati


Berempati adalah cara yang dilakukan polisi untuk membuat
anggota masyarakat menyadari bahwa polisi memahami
keadaannya. Dalam hal ini, polisi berusaha berpikir bersama dia,
kemudian memahami bahkan mengalami keadaannya.
Polisi mencoba membayangkan/menvisualisasikan pengamatan
PELAYANAN STNK 68
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dan pengalaman anggota masyarakat tersebut tanpa kehilangan


identitasnya sebagai polisi.
Agar dapat bereaksi secara efektif dan berempati, polisi harus
meninggalkan sudut pandangnya, supaya dapat merasakan
pengalaman anggota masyarakat yang dimaksud. Resiko empati
adalah bahwa polisi dapat saja kehilangan obyektifitasnya.
Namun demikian, kalau teknik di atas dipraktekkan secara teratur,
maka polisi akan mampu mengimbanginya.
Hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi berempati, adalah
sebagai berikut :
a. Tujuan komunikasi berempati.
1) Membina hubungan dengan anggota masyarakat.
Teknik ini menunjukkan bahwa polisi berkeinginan
untuk memahami dan menghargai emosi anggota
masyarakat. Menggunakan teknik ini berarti
menciptakan suasana di mana rasa curiga akan lenyap,
kepercayaan satu sama lain meningkat dan adanya
kesempatan untuk meningkatkan hubungan yang sudah
ada.
2) Tetap berhubungan dengan anggota masyarakat.
Komunikasi yang berempati menghilangkan perbedaan
budaya, karena komunikasi seperti itu berkonsentrasi
pada pengalaman-pengalaman anggota masyarakat
dalam situasi-situasi tertentu.
Ketakutan, ketidakpastian, agresi dan lain-lain terjadi di
semua budaya dan dengan menggunakan teknik tersebut
di atas polisi mampu untuk terus berhubungan dengan
anggota masyarakat dengan menghargai perbedaan
budaya yang ada, yang sering kali membawa pengaruh
negatif terhadap komunikasi.
3) Penentuan masalah-masalah masyarakat secara efektif.
Ketika suatu insiden diinvestigasi atau ketika polisi harus
bercakap-cakap dengan seseorang yang mengalami
trauma atau yang emosional, maka membaca persoalan
yang sebenarnya dari lawan bicara. Juga, dengan
menggunakan komunikasi berempati, polisi dapat
bekerjasama dan bukan memusuhi orang yang
diinvestigasi atau yang mengalami trauma tersebut.
Komunikasi seperti itu akan memperbaiki efektifitas dan
akhirnya efisiensi.
4) Menangani pengalaman emosional yang berat.
Suksesnya pemolisian masyarakat bergantung pada
hubungan baik, antar masyarakat dan polisi. Anggota
masyarakat akan mendapatkan pelayanan terbaik,
PELAYANAN STNK 69
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sehingga kebutuhan dan harapannya dapat diakomodir


apabila polisi menerapkan dengan benar kecakapan-
kecakapan komunikasi berempati.
Kecakapan-kecakapan itu juga akan melengkapi polisi
agar mampu bertindak dengan penuh perhitungan
dalam menghadapi situasi yang sangat emosional.
b. Dasar Komunikasi Berempati.
Komunikasi berempati tergantung pada kemampuan
komunikator/penyampai pesan agar peka merasakan
perasaan orang lain.
Ketika seorang komunikator tidak peka, komunikator tidak
dapat merasakan perasaan orang lain, komunikator tidak
akan mungkin berempati, sehingga sikapnya terhadap orang
lain kelihatan seperti tidak peka.
Hal di atas dapat merusak semua usaha untuk menciptakan
hubungan baik, dan kalau dikaitkan dengan masyarakat
Indonesia, maka hal-hal negatif tersebut dapat memperlebar
jurang antara polisi dengan masyarakat.
Semua anggota polisi harus memperhatikan dan menangani
masyarakat dengan penuh empati. Untuk menguasai
keterampilan ini, semua anggota polisi harus berusaha
mengembangkan sensitifitas mereka terhadap sisi emosional
komunikasi, sebagai berikut:
1) Inti lisan;
2) Pesan bahasa tubuh;
3) Komponen afektif (emosional).
Selama melakukan komunikasi berempati, komunikator harus
selalu mengingat semua komponen (inti lisan, bahasa tubuh
dan komponen afektif), sehingga dia mampu
menginterpretasikan dengan benar semua pesan
komunikasi.
Polisi harus menggunakan semua komponen tersebut,
menerimanya dan bereaksi sesuai dengan pernyataan atau
pertanyaan dari anggota masyarakat. Ketika seorang anggota
masyarakat mendapatkan jawaban dengan cara seperti di atas,
maka polisi telah menciptakan kesan bahwa dia
memahaminya.

PELAYANAN STNK 70
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

R ANGKUMAn
1. Pelayanan Prima adalah suatu program pelayanan dengan
Standar Mutu kepada pelanggan baik dalam bentuk barang atau
jasa yang mampu memuaskan pihak pelanggan.
2. Prinsip Pelayanan Prima, meliputi:
a. Standards;
b. Information and openess;
c. Choice and Consultation;
d. Courtesy;
e. Putting things right;
f. Value for money.
3. Hakikat tujuan pelayanan
Apapun bentuk kegiatan pelayanan yang diberikan kepada
seseorang atau pelanggan, tujuan akhirnya adalah agar orang
yang dilayani atau pelanggan merasa puas, senang, nyaman,
bahagia, dihormati dan dihargai serta yakin dan percaya.
4. Titik Kritis Pelayanan adalah kontak yang terjadi antara
pelanggan dan segala aspek penyelenggara pelayanan yang
akan membentuk opini pelanggan tentang kualitas pelayanan
yang diberikan.
5. Etika petugas pelayanan masyarakat, meliputi:
a. Wajib mengucapkan salam;
b. Wajib memahami tujuan pemohon;
c. Tidak diperbolehkan berbicara kerlalu keras;
d. Wajib berpakaian rapi dan bersepatu;
e. Tidak diperbolehkan menyalakan pesawat televisi atau radio
terlalu keras;
f. Wajib menjaga kebersihan ruang kerja;
g. Tidak diperbolehkan merokok;
h. Wajib menggunakan Bahasa Indonesia yang benar.
6. Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa
terlihat dalam proses komunikasi.
7. Aspek-Aspek Komunikasi Efektif, meliputi:
a. Kejelasan (clarity).
b. Ketepatan (accuracy);
c. Konteks (contex);

PELAYANAN STNK 71
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Alur (flow);
e. Budaya (culture).
8. Strategi Membangun Komunikasi Efektif, meliputi:
a. Ketahui mitra bicara (audience);
b. Ketahui tujuan;
c. Perhatikan konteks;
d. Pelajari Kultur;
e. Pahami Bahasa.

S OA l L ATIHAn

1. Jelaskan pengertian-pengertian yang berkaitan dengan


pelayanan prima!
2. Jelaskan hakikat tujuan pelayanan!
3. Jelaskan prinsip-prinsip pelayanan prima!
4. Jelaskan titik kritis pelayanan!
5. Jelaskan hal-hal utama dalam pelayanan prima!
6. Jelaskan etika petugas pelayanan STNK dan TNKB!
7. Jelaskan pengertian komunikasi efektif!
8. Jelaskan aspek-aspek komunikasi efektif!
9. Jelaskan strategi membangun komunikasi efektif!
10. Jelaskan pengaruh budaya dalam komunikasi!
11. Jelaskan komunikasi yang empati!

PELAYANAN STNK 72
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MEKANISME PENERBITAN SURAT


MODUL
TANDA NOMOR KENDARAAN (STNK)
04
44 JP (1.980 menit)

P ENGANTAR

Modul mekanisme penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)


membahas materi tentang: penerbitan STNK, pelaksanaan cek fisik
kendaraan bermotor; pendaftaran, pendataan dan verifikasi
permohonan STNK, penetapan dan pembayaran PNBP STNK dan
TNKB; pencetakan, pengesahan dan penyerahan STNK dan TNKB
serta pengarsipan dokumen STNK.

Tujuan diberikan materi ini agar peserta pelatihan mampu


melaksanakan tugas dalam penerbitan Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK).

S TANDAR KOMPet ENSI

Mampu melaksanakan tugas dalam penerbitan STNK sesuai


prosedur yang ditetapkan.

KOMPet ENSI D ASAR

1. Memahami mekanisme penerbitan STNK dan TNKB.


Indikator Hasil Belajar:
a. menjelaskan penerbitan STNK dan TNKB;
b. menjelaskan pelaksanaan cek fisik kendaraan bermotor;
c. menjelaskan pendaftaran, pendataan dan verifikasi
permohonan STNK;
d. menjelaskan penetapan dan pembayaran PNBP STNK
dan TNKB;
e. menjelaskan pencetakan, pengesahan dan penyerahan
STNK dan TNKB;
f. menjelaskan pengarsipan dokumen STNK.

PELAYANAN STNK 73
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Mempraktikkan penerbitan STNK dan TNKB sesuai prosedur


dengan pelayanan prima.
Indikator Hasil Belajar:
a. menyimulasikan pelayanan cek fisik kendaraan bermotor
sesuai prosedur dengan pelayanan prima;
b. menyimulasikan pelayanan pendaftaran, pendataan dan
verifikasi permohonan STNK sesuai prosedur dengan
pelayanan prima;
c. menyimulasikan pelayanan penetapan dan pembayaran
PNBP STNK dan TNKB sesuai prosedur dengan
pelayanan prima;
d. menyimulasikan pelayanan pencetakan, pengesahan
dan penyerahan STNK dan TNKB sesuai prosedur
dengan pelayanan prima;
e. mempraktikkan pengarsipan dokumen STNK sesuai
prosedur dengan pelayanan prima.

M A te RI P ELAj ARAn
Pokok bahasan:
Mekanisme penerbitan STNK dan TNKB.
Sub pokok bahasan:
1. penerbitan STNK dan TNKB;
2. pelaksanaan cek fisik kendaraan bermotor;
3. pendaftaran, pendataan dan verifikasi permohonan STNK;
4. penetapan dan pembayaran PNBP STNK dan TNKB;
5. pencetakan, pengesahan dan penyerahan STNK dan TNKB;
6. pengarsipan dokumen STNK.

MetODe P EMb ELA jARAn


1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang
mekanisme penerbitan STNK.
2. Metode Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang
telah disampaikan.

PELAYANAN STNK 74
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Metode Simulasi
Metode ini digunakan peserta pelatihan untuk menyimulasikan
mekanisme penerbitan STNK dan TNKB.
4. Metode Praktik
Metode ini digunakan peserta pelatihan untuk mempraktikkan
pengarsipan dokumen STNK sesuai prosedur.

A LAT/ MEDIA , B AHAn DAn SUMb ER B ELA jAR


1. Alat/media:
a. Flipchart;
b. Laptop;
c. LCD;
d. White board;
e. Laser point.
2. Bahan:
a. Kertas;
b. Alat tulis.
3. Sumber Belajar:
a. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
b. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan;
c. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan SAMSAT Ranmor;
d. Peraturan Kapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident
Ranmor;
e. Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2012 tentang
Kendaraan;
f. Keputusan Kakorlantas Polri No. Kep/72/XII/2013
Tentang SOP Regident Ranmor.
g. Keputusan Kakorlantas Polri No./75/XII/2014 tentang SOP
Cek Fisik ranmor.

PELAYANAN STNK 75
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KeGIATA n P EMb ELAj ARAn


1. Tahap awal: 10 menit
a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada para
peserta pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan;
c. Pelatih/instruktur menyampaikan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator hasil belajar.
2. Tahap Inti: 1.960 menit.
Tahap Inti 1 : penyampaian materi mekanisme penerbitan
STNK : 180 menit
a. Pelatih/Instruktur menggali pemahaman/pengalaman
peserta tentang mekanisme penerbitan STNK;
b. Pelatih/Instruktur mengomentari hasil
pemahaman/pengalaman peserta pelatihan;
c. Pelatih/Instruktur menyampaikan materi tentang
mekanisme penerbitan STNK;
d. Peserta pelatihan bersama Pelatih/Instruktur secara
intensif melakukan tanya jawab membahas materi yang
disampaikan.
Tahap Inti 2 : simulasi dan praktik mekanisme penerbitan
STNK : 1.780 menit
a. Pelatih/Instruktur dan peserta pelatihan menyiapkan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan
simulasi dan praktik;
b. Pelatih/Instruktur membagi peserta ke dalam kelompok
yang terdiri dari 5 orang untuk menyimulasikan dan
mempraktikkan mekanisme penerbitan STNK;
c. Pelatih/Instruktur menjelaskan tata cara simulasi dan
praktik serta menugaskan kelompok untuk melaksanakan
simulasi dan praktik;
d. Masing-masing kelompok secara bergantian
menyimulasikan dan mempraktikkan mekanisme
penerbitan STNK dengan urutan kegiatan sebagai
petugas:
1) pelaksana cek fisik kendaraan bermotor;
2) pendaftaran, pendataan dan verifikasi
permohonan STNK;
3) penetapan dan pembayaran PNBP STNK dan TNKB;
4) pencetakan, pengesahan dan penyerahan STNK dan
TNKB;
PELAYANAN STNK 76
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5) pengarsipan dokumen STNK.


e. Pelatih/Instruktur memberikan koreksi jika ada kesalahan
dalam pelaksanaan simulasi dan praktik;
f. Pelatih/Instruktur mengulas serta menyimpulkan hasil
simulasi dan praktik.
3. Tahap akhir: 10 menit
a. Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi dengan
cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
pelatihan;
b. Pelatih/instruktur memberikan ulasan secara umum terkait
dengan proses pembelajaran dan merumuskan learning
point yang dikaitkan dengan pelaksanaan tugas;
c. Pelatih/instruktur melakukan evaluasi dan menutup
pembelajaran.

TAGIHA n / TUGAS
Peserta pelatihan secara kelompok mengumpulkan produk hasil
simulasi dan praktik.

L EMb AR K EGIATA n
-----------------------

PELAYANAN STNK 77
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

B AHAn B ACAAn

POKOK BAHASAN
MEKANISME PENERBITAN STNK DAN TNKB

1. Penerbitan STNK dan TNKB


Pelayanan Regident Ranmor meliputi kegiatan verifikasi,
pencatatan dan pendataan, pendaftaran, penomoran, penerbitan
dan pemberian bukti Regident Ranmor serta pengarsipan.
Penerbitan STNK dan TNKB dilaksanakan di Samsat, melalui
kelompok kerja:
- Pendaftaran, pendataan dan verifikasi;
- Penetapan dan pembayaran;
- Pencetakan dan pengesahan;
- Penyerahan;
- Pengarsipan.

a. Kesiapan Sarana Dan Prasarana Pelayanan Penerbitan


STNK
Sarana dan prasarana pelayanan penerbitan STNK,
meliputi:

PELAYANAN STNK 78
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Loket pendaftaran, pembayaran PNBP, ruang


pengarsipan, ruang identifikasi dan verifikasi;
2) Komputer dan aplikasi STNK;
3) Scanner barcode;
4) Alat komunikasi data (modem);
5) Server;
6) Router;
7) UPS;
8) Meja;
9) Kursi;
10) Printer;
11) Cap Kesatuan;
12) Material utama dan pendukung STNK;
13) Kaca pembesar;
14) Sinar ultra violet;
15) WhorkshopTNKB;
16) Lemari arsip;
17) AC;
18) APAR.
b. Persyaratan penerbitan STNK baru ranmor CBU, CKD:
1) Mengisi formulir permohonan;
2) Melampirkan tanda bukti identitas:
a) Untuk perorangan, terdiri atas KTP dan surat
kuasa bermaterai cukup bagi yang diwakilkan
oleh orang lain;
b) Untuk badan hukum, terdiri atas:
(1) Surat kuasa bermeterai cukup,
menggunakan kop surat badan hukum dan
ditandatangani oleh pimpinan serta stempel
cap badan hukum yang bersangkutan;
(2) Fotokopi KTP yang diberi kuasa;
(3) Surat keterangan domisili;
(4) SIUP dan NPWP yang dilegalisasi.

c) Untuk instansi pemerintah, terdiri atas:


(1) Surat kuasa bermaterai cukup,
menggunakan kop surat instansi
PELAYANAN STNK 79
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pemerintah dan ditandatangani oleh


pimpinan serta stempel/cap instansi
yang bersangkutan.
(2) Melampirkan fotokopi KTP yang diberi
kuasa.
3) Faktur STNK;
4) Tanda bukti pendaftaran BPKB.
c. Prosedur Penerbitan STNK Baru:
Pemilik/pemohon/yang dikuasakan mengisi formulir
permohonan pendaftaran dan melampirkan syarat-syarat
kelengkapan yang telah ditetapkan termasuk BPKB atau
tanda bukti pendaftaran BPKB selanjutnya menyerahkan
kepada petugas pendaftaran
1) Petugas Pendaftaran melakukan kegiatan:
Bagian pelayanan formulir:
a) Pemberian nomor antrian daftar (FIFO) kepada
pemohon
b) Penyediaan dan pemberian formulir serta
informasi yang diperlukan kepada pemohon.
c) Pembukuan semua formulir yang diterima,
dikeluarkan dan sisanya setiap hari.

Petugas pendaftaran setelah menerima berkas


permohonan:
a) Melakukan penelitian kelengkapan dan
keabsahan berkas yang dipersyaratkan secara
manual atau elektronik;
b) Pencocokan dan penelitian BPKB atau tanda
bukti pendaftaran BPKB dengan berkas;
c) Pengembalian BPKB atau tanda bukti
pendaftaran BPKB kepada pemohon setelah di
stempel/cap dan diparaf.
d) Memberikan tanda bukti penerimaan
pendaftaran STNK kepada pemohon;
e) Menyerahkan berkas permohonan kepada
petugas pendataan.
2) Petugas Pendataan, melakukan kegiatan:
a) Menjalankan aplikasi ERI;
b) Masukan data dengan cara Login aplikasi - User
STNK 1 - password 1234 – buka menu transaksi
– pilih STNK – formulir – masukan NRKB – enter
PELAYANAN STNK 80
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

– klik simpan – klik keluar (untuk formulir dan


verifikasi data STNK klik menu transaksi – STNK
– verifikasi STNK – masukan NRKB – enter
setelah data keluar periksa data – isi PNBP
STNK dan TNKB – klik tombol simpan maka
keluar aplikasi ERI);
c) Mencatat data pemilik dan ranmor pada buku
register;
d) Menyerahkan berkas kepada petugas Bapenda
untuk ditetapkan BBNKB&PKB, SWDKLLJ,
PNBP STNK dan TNKB kemudian dicetak
SSPD/SKKP, selanjutnya dikoreksi oleh petugas
korektor (Polri, Bapenda dan PT. Jasa Raharja);
e) Hasil koreksi apabila tidak ada kesalahan,
petugas korektor membubuhkan paraf pada
SKKP jika ada kesalahan diadakan pembetulan
dan dicetak ulang;
f) SKKP diserahkan oleh petugas Bapenda kepada
pemohon sebagai perintah membayar di
bank/kasir, lembar kesatu untuk pemohon
membayar BBN&PKB, SWDKLLJ dan PNBP
sedangkan lembar kedua diserahkan ke
Kasir/Bank sebagai bahan pengecekan silang.
3) Petugas Kasir/Bank/Penerima PNBP :
a) Menerima SKKP dari pemohon;
b) Mencocokan data di SKKP dengan data di
komputer;
c) Menerima pembayaran dari pemohon;
d) Pencetakan TBPKP/SKPD, STNK dan order
cetak TNKB ke Workshop TNKB (jika masih
manual petugas Polri mengirim data yang sudah
melunasi pembayaran ke workshop TNKB);
e) Mengembalikan tindasan SKKP yang sudah di
stempel lunas kepada pemohon untuk digunakan
mengambil STNK, TNKB dan TBPKP;
f) Menyerahkan berkas kepada petugas
pencetakan;
g) Mengelola dan menyetorkan dana PNBP ke kas
negara sesuai ketentuan.
4) Petugas Pencetakan STNK, TBPKP dan TNKB:
a) Mencetak STNK oleh petugas Polri:
(1) Masuk aplikasi ERI – login aplikasi – User
STNK 2 – password 1234
PELAYANAN STNK 81
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(2) Klik menu transaksi – STNK – cetak STNK


(pastikan kursor sudah di kolom barcode
lakukan scan barcode register pendaftaran
(isi NRKB), tunggu sampai data muncul,
periksa dan klik tombol print);
b) Mencetak TBPKP oleh petugas Bapenda;
c) Mencetak TNKB oleh petugas Polri (whorkshop
TNKB) Cara cetak order TNKB:
User TNKB – password 1234 – cetak order
TNKB;
d) Menyerahkan berkas kepada petugas
penyerahan.
5) Petugas Penyerahan STNK:
a) Menerima berkas yang sudah berisi STNK dan
TBPKP dari petugas pembayaran dan menerima
TNKB dari petugas workshop TNKB;
b) Memisahkan berkas dengan STNK dan TBPKP;
c) Menggabungkan STNK, TBPKP dan TNKB;
d) Menyerahkan STNK, TBPKP dan TNKB kepada
pemohon dan penerima STNK menandatangani
buku register penyerahan STNK;
e) Menyerahkan berkas arsip kepada petugas
arsip.
6) Petugas Pengarsipan:
a) Menerima berkas arsip STNK dari petugas
penyerahan;
b) Mengecek kelengkapan berkas dalam map
berkas dengan ceklist;
c) Memilah dan mengelompokan berkas
berdasarkan jenis ranmor atau NRKB dan diikat;
d) Menyimpan dan menata arsip pada rak-rak
lemari arsip berdasarkan jenis ranmor atau
NRKB;
e) Membuat kode rak-rak lemari arsip;
f) Menyajikan arsip bila ranmor dimutasikan ke luar
daerah atau dipinjam untuk proses regident atau
untuk keperluan penyidikan;
g) Memelihara keamanan arsip agar tidak rusak
atau hilang;
h) Menyusutkan arsip dengan cara memindahkan
arsip inaktif ke tempat lain, mengalihbentukan

PELAYANAN STNK 82
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

arsip manual menjadi arsip digital dan


memusnahkan arsip yang tidak ada nilai guna.
d. Prosedur Penerbitan STNK Perubahan Identitas Ranmor
atau Pemilik :
1) Petugas Pendaftaran melakukan kegiatan:
a) Melakukan penelitian kelengkapan dan
keabsahan dokumen persyaratan;
b) Meminjam arsip ke bagian arsip untuk
pengecekan silang dengan berkas pemohon;
c) Verifikasi hasil cek fisik ranmor;
d) Pemberian tanda bukti pendaftaran STNK
kepada pemohon;
e) Menyerahkan berkas kepada petugas
pendataan.
2) Petugas Pendataan :
a) Memasukan data identitias pemilik dan ranmor
ke dalam sistem komputerisasi, apabila antara
BPKB dan STNK sudah on line (sistem ERI)
cukup memasukan NRKB atau nomor rangka
ranmor;
b) Memasukan data PNBP STNK dan TNKB;
c) Melakukan perubahan data sesuai permohonan
pemilik;
d) Menyerahkan berkas kepada petugas Bapenda
untuk ditetapkan PKB, SWDKLLJ, PNBP STNK
dan TNKB untuk diterbitkan SKKP, dikoreksi
oleh petugas korektor (Polri, Pemda dan PT.
Jasa Raharja).
3) Petugas Korektor:
a) Menerima berkas dan SKKP dari petugas
Bapenda;
b) Mengoreksi hasil cetak SKKP, apabila tidak ada
kesalahan membubuhkan paraf dan jika ada
kesalahan diadakan pembetulan dan pencetakan
ulang;
c) SKKP diserahkan kepada pemohon petugas
Bapenda, lembar kesatu untuk pemohon
membayar di bank/kasir sedangkan lembar
kedua diserahkan ke Kasir/Bank sebagai bahan
pengecekan silang.

PELAYANAN STNK 83
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Petugas Penerima PNBP/Kasir/Bank;


a) Menerima SKKP dari pemohon;
b) Mencocokan data di SKKP dengan data di
komputer;
c) Menerima pembayaran dari pemohon;
d) Mengembalikan tindasan SKKP yang sudah di
stempel lunas kepada pemohon untuk digunakan
mengambil STNK di loket penyerahan;
e) Mengelola dan menyetorkan dana PNBP ke kas
negara sesuai ketentuan.
5) Petugas Pencetakan:
a) Mencetak STNK oleh petugas Polri;
b) Mencetak TBPKP oleh petugas Bapenda;
c) Mencetak TNKB oleh petugas Polri;
d) Menyerahkan berkas yang berisi STNK, TBPKP
termasuk TNKB kepada petugas penyerahan.
6) Petugas Penyerahan:
a) Menerima berkas STNK, STNK, SKPD dari
petugas pembayaran dan menerima TNKB dari
petugas workshop TNKB;
b) Memisahkan berkas dengan STNK dan TBPKP;
c) Menggabungkan STNK, TNKB dan SKPD
kemudian menyerahkannya kepada pemohon
dengan menandatangani buku register
penyerahan;
d) Menyerahkan berkas arsip kepada petugas
arsip.
7) Petugas Pengarsipan:
a) Menerima Menerima berkas arsip STNK dari
petugas penyerahan;
b) Mengecek kelengkapan berkas dalam map
berkas dengan ceklist;
c) Memilah dan mengelompokan berkas
berdasarkan jenis ranmor atau NRKB dan diikat;
d) Menyimpan dan menata arsip pada rak-rak
lemari arsip berdasarkan jenis ranmor atau
NRKB;
e) Membuat kode rak-rak lemari arsip;
f) Menyajikan arsip bila ranmor dimutasikan ke luar
daerah atau dipinjam untuk proses regident atau
PELAYANAN STNK 84
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

untuk keperluan penyidikan;


g) Memelihara keamanan arsip agar tidak rusak
atau hilang;
h) Menyusutkan arsip dengan cara memindahkan
arsip inaktif ke tempat lain, mengalihbentukan
arsip manual menjadi arsip digital dan
memusnahkan arsip yang tidak ada nilai guna.
e. Prosedur Perpanjangan dan Pengesahan STNK :
1) Petugas Pendaftaran melakukan kegiatan:
a) Melakukan penelitian kelengkapan dan
keabsahan persyaratan;
b) Peminjaman arsip ke bagian arsip untuk
pengecekan silang dengan berkas pemohon;
c) Pencocokan hasil cek fisik ranmor;
d) Pemberian tanda bukti pendaftaran
perpanjangan/pengesahan STNK kepada
pemohon;
e) Menyerahkan berkas kepada petugas
pendataan.
2) Petugas Pendataan:
a) Memasukan data identitias pemilik dan ranmor
ke dalam sistem komputerisasi, apabila antara
BPKB dan STNK sudah on line cukup
memasukan nomor registrasi dan/atau nomor
rangka ranmor;
b) Memasukan data PNBP STNK dan TNKB
apabila perpanjangan;
c) Menyerahkan berkas kepada petugas Pemda
dan PT. Jasa Raharja untuk ditetapkan
BBN&PKB dan SWDKLLJ untuk diterbitkan
SSPD, selanjutnya menyerahkan berkas kepada
petugas korektor (Polri, Pemda dan PT. Jasa
Raharja).
3) Petugas Korektor:
a) Menerima berkas dan SSPD dari petugas
Pemda;
b) Mengoreksi hasil cetak SSPD, apabila tidak ada
kesalahan membubuhkan paraf pada SSPD dan
jika ada kesalahan diadakan pembetulan dan
pencetakan ulang;
c) SSPD diserahkan kepada petugas Pemda,
lembar kesatu untuk pemohon membayar
PELAYANAN STNK 85
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

BBN&PKB, SWDKLLJ dan PNBP sedangkan


lembar kedua diserahkan ke Kasir/Bank sebagai
bahan pengecekan silang.
4) Kanit Regident/Petugas Polri:
Melakukan pengesahan STNK dengan membubuhkan
paraf dan stempel pada kolom pengesahan STNK
yang tersedia dan/atau embos dengan sistem
komputerisasi.
5) Petugas Penerima PNBP/Kasir/Bank:
a) Menerima SSPD dari pemohon;
b) Mencocokan data di SSPD dengan data di
komputer;
c) Menerima pembayaran dari pemohon bagi
perpanjangan STNK;
d) Pencetakan SKPD, STNK dan order cetak TNKB
ke Workshop TNKB (jika masih manual mengirim
data yang sudah melunasi BBN&PKB,
SWDKLLJ dan PNBP ke bagian pencetakan
STNK dan workshop TNKB);
e) Mengembalikan tindasan SSPD yang sudah di
stempel lunas kepada pemohon untuk digunakan
mengambil STNK, TNKB dan SKPD;
f) Mengelola dan menyetorkan dana PNBP ke kas
negara sesuai ketentuan.
6) Petugas Penyerahan:
a) Menerima berkas STNK, STNK, SKPD dari
petugas pembayaran dan menerima TNKB dari
petugas workshop TNKB bagi perpanjangan dan
hanya menrima STNK yang sudah diparaf dan di
stempel pengesahan bagi pengesahan;
b) Memisahkan STNK perpanjangan dengan
tindasannya;
c) Pemisahan STNK yang telah disahkan dengan
berkas;
d) Menggabungkan tindasan STNK dengan berkas
untuk diarsipkan bagi perpanjangan kemudian
memanggil pemohon melalui pengeras suara
dan/atau layar monitor;
e) Menyerahkan STNK, TNKB dan SKPD dengan
buku tanda bukti penyerahan;
f) Menyerahkan berkas arsip kepada petugas
arsip.

PELAYANAN STNK 86
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7) Petugas Arsip:
a) Menerima berkas arsip STNK perpanjangan dari
petugas korektor dan menggabungkan dengan
arsip lama sedangkan arsip persyaratan lainnya
dimusnahkan;
b) Pengelolaan arsip dapat dilakukan secara
manual dan/atau elektronik;
c) Mengelola arsip sesuai ketentuan.

2. Pelaksanaan cek fisik kendaraan bermotor


a. Cek fisik kendaraan bermotor
1) Registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor untuk
pertama kali harus memenuhi persyaratan:
a) Memiliki sertifikat registrasi uji tipe;
b) Memiliki bukti kepemilikan kendaraan bermotor
yang sah;
c) Memiliki hasil pemeriksaan cek fisik kendaraan
bermotor.
2) Pemeriksaan cek fisik ranmor wajib dilakukan untuk:
a) Regident Ranmor baru;
b) Regident perubahan identitas Ranmor dan
Pemilik;
c) Regident Pemindahtanganan kepemilikan
Ranmor;
d) Penggantian bukti Regident Ranmor;
e) Perpanjangan Regident Ranmor;
f) Regident Ranmor berdasarkan kondisi kontijensi.
3) Pemeriksaan cek fisik ranmor, meliputi:
a) Aspek kelengkapan dan fungsi keselamatan
yang sesuai dengan standar keselamatan
ranmor Indonesia paling sedikit terdiri atas:
(1) Karoseri/rancang bangun sesuai
peruntukan ranmor;
(2) Lampu-lampu;
(3) Kaca spion;
(4) Kondisi ban;
(5) Dimensi ranmor untuk mengetahui
kesesuaian tinggi, lebar dan panjang;

PELAYANAN STNK 87
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(6) Panel control;


(7) Sabuk keselamatan dan segitiga
pengaman untuk ranmor roda 4 atau lebih.
b) Aspek identitas ranmor, yang paling rendah
meliputi :
(1) Kesesuaian antara dokumen dan fisik
ranmor;
(2) Menggesek nomor rangka dan nomor
mesin.
4) Selain untuk regident ranmor kewajiban pemeriksaan
cek fisik ranmor dapat dilakukan untuk kepentingan
hukum atau berdasarkan permintaan pemilik ranmor.
5) Hasil pemeriksaan aspek persyaratan teknis dan
perlengkapan serta identitas ranmor dituangkan dalam
formulir Berita Acara Hasil Pemeriksaan Ranmor.
6) Penggesekan nomor rangka dan nomor mesin
dilakukan di atas blangko cek fisik.
7) Berita Acara Hasil pemeriksaan Ranmor dan
blangko cek fisik disatukan dan berfungsi sebagai
dokumen hasil pemeriksaan cek fisik Ranmor.
8) Berita Acara Hasil Pemeriksaan Ranmor berisi data
Ranmor, pemilik, hasil pemeriksaan dan kesimpulan
dapat dilakukan atau ditolaknya Regident Ranmor.
9) Spesifikasi teknis dan persyaratan formulir Berita
Acara Hasil Pemeriksaan Ranmor dan blanko cek fisik
ditetapkan dengan keputusan Kakorlantas Polri.
10) Pengadaan formulir Berita Acara Hasil Pemeriksaan
Ranmor dan blangko cek fisik dilakukan oleh
Korlantas Polri.
11) Rangka landasan ranmor harus dibubuhkan nomor
rangka landasan (pasal 9 PP No. 55 tahun 2012),
nomor rangka landasan harus:
a) Ditempatkan secara permanen pada bagian
tertentu rangka landasan;
b) Ditulis dalam bentuk embos ke dalam atau
keluar;
c) Mudah dilihat dan dibaca.
12) Setiap motor penggerak (motor bakar, motor listrik
atau kombinasi motor bakar dan motor listrik) harus
dibubuhkan nomor motor penggerak (pasal 13 PP No.
55 tahun 2012), nomor motor penggerak harus:
a) Ditempatkan secara permanen pada bagian
PELAYANAN STNK 88
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tertentu pada motor penggerak;


b) Ditulis dalam bentuk embos ke dalam atau
keluar atau dalam bentuk lain;
c) Mudah dilihat dan dibaca.
b. Prosedur pelaksanaan cek fisik ranmor:
1) Penerimaan Permohonan Pendaftaran Cek Fisik
Ranmor
a) Menyiapkan sarana dan prasarana cek fisik
ranmor
Sebelum menerima permohonan pendaftaran
cek fisik ranmor dari pemohon, harus disiapkan
sarana dan prasarana sebagai berikut:
(1) Lokasi cek fisik ranmor;
(2) Tanjakan permanen/portable;
(3) Loket pendaftaran dan ruang verifikasi;
(4) Ruang tunggu;
(5) Komputer;
(6) Printer;
(7) Buku Register;
(8) Alat komunikasi data (modem);
(9) Router;
(10) UPS;
(11) Aplikasi sistem informasi cek fisik;
(12) Meja;
(13) Kursi;
(14) Kaca pembesar;
(15) Sarung tangan;
(16) Helm pelindung;
(17) Pakaian (wearpack);
(18) Pensil gesek;
(19) Sikat kawat;
(20) Kain lap;
(21) Lampu senter;
(22) Kamera digital;
(23) ATK;
(24) Formulir berita acara dan belangko hasil

PELAYANAN STNK 89
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pemeriksaan cek fisik kendaraan bermotor;


(25) Cairan pembersih landasan nomor rangka
dan nomor mesin (tinner);
(26) Kertas/stiker cek fisik;
(27) AC atau kipas angin;
(28) Papan mekanisme pelayanan.
b) Standar pelayanan cek fisik ranmor
(1) Standar waktu pelayanan cek fisik ranmor:
(a) Standar waktu penyelesaian
pelayanan dibatasi dengan waktu
terhitung dimulainya pemeriksaan
sampai dengan penyerahan hasil cek
fisik ranmor yang telah disahkan
kepada pemohon maksimum 30 (tiga
puluh) menit;
(b) Waktu pelayanan:
- Senin s.d Kamis : Pukul 08.00 s.d
15.00 WIB
Waktu Istirahat : Pukul 12.00
s.d 13.00 WIB
- Jum ’at : Pukul 08.00
s.d 15.00 WIB
Waktu Istirahat : Pukul 11.30
s.d 13.30 WIB
- Sabtu : Pukul 08.00
s.d.12.00 WIB
- Minggu dan hari libur Nasional
tidak dilaksanakan pelayanan.
(2) Standar biaya:
Pemeriksaan cek fisik ranmor tidak
dipungut biaya PNPB
(3) Standar kemampuan personel:
(a) Memiliki integritas, disiplin, jujur,
ramah, sopan dan mampu
berkomunikasi dengan baik;
(b) Menguasai hukum dan perundang-
undangan yang berkaitan dengan cek
fisik ranmor;
(c) Mampu mengoperasionalkan
komputer;

PELAYANAN STNK 90
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(d) Mampu melakukan


penggesekan/perekaman dengan
sempurna nomor mesin dan nomor
rangka masing-masing merk ranmor;
(e) Mengerti dan memahami posisi/letak
nomor mesin dan nomor rangka
masing-masing merk dan tipe ranmor;
(f) Mampu melakukan verifikasi karakter
huruf dan angka nomor mesin serta
nomor rangka masing-masing merk
ranmor;
(g) Mengerti dan memahami ketentuan
VIN (Vihecle Identification Number)
dan NIK (Nomor Identifikasi
Kendaraan) masing-masing merk
ranmor.
c) Menerima dokumen persyaratan permohonan
cek fisik ranmor
(1) Menyiapkan SOP cek fisik ranmor;
(2) Menerima dokumen persyaratan
pendaftaran cek fisik ranmor;
(3) Meneliti kelengkapan persyaratan sesuai
permohonan yang diajukan ( pendaftaran
baru, perubahan identitas ranmor dan
pemilik; pemindahtanganan kepemilikan
ranmor, penggantian bukti regident karena
hilang atau rusak dan perpanjangan
regident);
(4) Mencocokan identitas ranmor dengan fisik
ranmor.
2) Pemeriksaan Aspek Perlengkapan Dan Fungsi
Keselamatan
a) Pemeriksaan aspek perlengkapan ranmor
sekurang-kurangnya meliputi :
(1) Ban cadangan;
(2) Segitiga pengaman;
(3) Dongkrak;
(4) Pembuka roda;
(5) Helm dan rompi pemantul cahaya untuk
sepeda motor dan mobil tanpa dilengkapi
rumah-rumah;
(6) Perlengkapan P3K.

PELAYANAN STNK 91
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Pemeriksaan fungsi keselamatan ranmor


sekurang-kurangnya meliputi:
(1) Kondisi rem;
(2) Lampu-lampu;
(3) Sabuk pengaman;
(4) Kondisi ban;
(5) Kaca spion;
(6) Panel kontrol;
(7) Penghapus kaca (wiper);
(8) Sistim kemudi;
(9) Klakson;
(10) Speedometer;
(11) Transmisi.
c. Penggesekkan Nomor Rangka Dan Nomor Mesin
1) Kesiapan peralatan penggesekan nomor rangka dan
nomor mesin
a) Menyiapkan peralatan penggesekan nomor
rangka dan nomor mesin ranmor meliputi stiker
cek fisik, pensil gesek, kain lap, lampu senter,
sikat kawat, sarung tangan, wearpack, kaca
pembesar, kamera digital, helm pelindung,
tinner, blanko pemeriksaan cek fisik;
b) Menjelaskan nama tiap-tiap alat dan
kegunaannya.
2) Pemeriksaan nomor rangka dan nomor mesin
Mencari letak/posisi nomor rangka dan nomor mesin
dan dibersihkan dari kotoran menggunakan peralatan.
*Sikat kawat tidak boleh digunakan untuk
membersihkan nomor rangka dan nomor mesin yang
dot matrix.
3) Penggesekan nomor rangka dan nomor mesin
ranmor:
a) Menempelkan dan meratakan stiker cek fisik
diatas nomor rangka dan nomor mesin;
b) Mengarsir stiker cek fisik dengan pensil gesek;
c) Memotret nomor rangka dan nomor mesin serta
fisik ranmor dari 4 posisi untuk dokumentasi.

PELAYANAN STNK 92
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Melaksanakan Pembuatan Berita Acara Hasil Cek Fisik


Ranmor
1) Pengecekan identitas ranmor
Mengecek identitas ranmor pada dokumen ranmor
(faktur, sertifikat NIK, SRUT, Formulir A/B/C dan
BPKB, STNK)
2) Penulisan identitas pemilik dan ranmor pada lembar
berita acara cek fisik
Menulis/mencatat identitas pemilik dan ranmor sesuai
format pada lembar berita acara cek fisik.
3) Pencocokan kestandaran nomor rangka dan nomor
mesin.
a) Menyiapkan buku pembanding cek fisik ranmor
dari APM dan/atau dokumentasi nomor rangka
dan nomor mesin;
b) Melakukan verifikasi kestandaran nomor rangka
dan nomor mesin ranmor (termasuk cek fisik
bantuan) sesuai standar Agen Pemegang Merk
(APM) dengan cara pencocokan dengan buku
panduan/dokumentasi nomor rangka dan nomor
mesin yang ada pada arsip atau panduan nomor
rangka dan nomor mesin yang dibuat sendiri.
4) Melakukan cek blokir
a) Cek blokir jika diragukan kestandaran nomor
rangka dan nomor mesin pada pangkalan data
sistem informasi dan komunikasi regident
ranmor;
b) Meminjam berkas arsip pada bagian
pengarsipan untuk pencocokan silang dengan
hasil cek fisik yang pernah dilakukan
sebelumnya.
5) Pengesahan berita acara hasil cek fisik ranmor
a) Menulis tempat, tanggal, bulan dan tahun
pembuatan berita acara;
b) Melakukan paraf;
c) Cap/stempel kesatuan.

3. Pendaftaran, pendataan dan verifikasi permohonan STNK


a. Melaksanakan penelitian kelengkapan dokumen
persyaratan penerbitan STNK dan TNKB:
1) Mencocokan kelengkapan dokumen persyaratan

PELAYANAN STNK 93
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penerbitan STNK baru;


2) Mencocokan kelengkapan dokumen persyaratan
perpanjangan STNK;
3) Mencocokan kelengkapan dokumen persyaratan
pengesahan;
4) Mencocokan kelengkapan dokumen persyaratan
penerbitan STNK dan atau TNKB perubahan identitas
ranmor dan pemilik;
5) Mencocokan kelengkapan dokumen persyaratan
penerbitan STNK pemindahtanganan kepemilikan;
6) Mencocokan kelengkapan dokumen persyaratan
penerbitan STNK hilang atau rusak.
b. Melaksanakan penelitian keabsahan dokumen persyaratan:
1) Meneliti keabsahan dokumen persyaratan penerbitan
STNK dan TNKB baru;
2) Meneliti keabsahan dokumen persyaratan penerbitan
STNK perubahan identitas ranmor dan pemilik;
3) Meneliti keabsahan dokumen persyaratan penerbitan
STNK pemindahtanganan kepemilikan;
4) Meneliti keabsahan dokumen persyaratan penerbitan
perpanjangan STNK dan TNKB (habis masa
berlakunya);
5) Meneliti keabsahan dokumen persyaratan
pengesahan STNK tahunan;
6) Meneliti keabsahan dokumen persyaratan penerbitan
STNK hilang/rusak.
c. Mendatakan identitas ranmor dan pemilik:
1) Menetapkan NRKB;
2) Identitas pemilik dan NRKB dibuka atau didatakan
kedalam pangkalan data komputer/sistem informasi
dan komunikasi regident ranmor sesuai dengan
format.
3) Mencatat pada buku register penomoran ranmor.
d. Pengecekan silang data identitas pemilik dan ranmor:
1) Pengecekan silang antara data identitas pemilik
dengan data regident kepemilikan ranmor secara
online;
2) Pengecekan silang antara data identitas ranmor
dengan data regident kepemilikan ranmor secara
online.

PELAYANAN STNK 94
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4. Penetapan dan pembayaran PNBP STNK dan TNKB


a. Melaksanakan penetapan PNBP
1) Data dan berkas STNK diverifikasi dan di identifikasi;
2) Hasil cetak kuitansi pembayaran PNBP diverifikasi;
3) Lembar kuitansi pembayaran PNBP diserahkan
kepada pemohon.
b. Melaksanakan penerimaan pembayaran PNBP:
1) Pembayaran PNBP diterima;
2) Hasil penerimaan PNBP diverifikasi.
c. Biaya penerbitan STNK dan TNKB:
Biaya penerbitan STNK, TNKB, yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang
PNBP pada Polri :
1) STNK Mobil Rp. 200.000.-
2) TNKB Mobil Rp. 100.000.-
3) STNK Sepeda Motor/Angkutan Umum Rp.100.000.-
4) TNKB Sepeda Motor Rp. 60.000.-

5. Pencetakan, pengesahan dan penyerahan STNK dan TNKB


a. Melaksanakan pencetakan STNK :
1) Mengisi/mencetak data identitas ranmor dan pemilik
pada blanko STNK;
2) Mencetak tanda tangan pejabat yang berwenang
secara elektronik dan cap keatuan;
3) Menyerahkan STNK kepada petugas loket
penyerahan.
b. Melaksanakan pencetakan TNKB :
1) Menerima dan memverifikasi order cetak TNKB;
2) Mencetak TNKB;
3) Mencatat TNKB yang telah dicetak pada buku register;
4) Menyerahkan TNKB kepada petugas loket
penyerahan.
c. Melaksanakan pengesahan STNK :
1) Membubuhkan paraf dan cap pada kolom pengesahan
STNK atau pengesahan dengan cara lain dengan
tetap memperhatikan aspek keamanan;
2) Memisahkan STNK yang telah disahkan dari berkas;

PELAYANAN STNK 95
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) Menggabungkan STNK, TBPKP dan TNKB;


4) Menyerahkan STNK, TBPKP dan TNKB kepada
petugas loket penyerahan.
d. Melaksanakan penyerahan STNK dan TNKB:
1) Menerima STNK dan TNKB dari petugas pengesahan
atau pencetakan;
2) Memisahkan STNK, TNKB dan TBPKP dengan berkas
yang akan diarsipkan;
3) Memanggil pemilik ranmor untuk menerima STNK,
TNKB dan TBPKP dan menandatangani bukti tanda
terima penyerahan pada buku register.

6. Pengarsipan dokumen STNK


a. Melaksanakan pencatatan dan pendataan arsip:
1) Mengumpulkan dan memverifikasi berkas/arsip;
2) Mencatat berkas/arsip pada buku register;
3) Mendata berkas/arsip pada komputer.
b. Melaksanakan penataan dan penyimpanan arsip:
1) Mengklasifikasikan dan mengelompokkan
berkas/arsip berdasarkan jenis ranmor dan NRKB;
2) Pemberian kode pada berkas/arsip;
3) Menyimpan berkas/arsip sesuai klasifikasi/ kode;
4) Menyimpan arsip cetak dan elektronik.
c. Melaksanakan penyajian arsip:
1) Mencatat arsip yang disajikan (dipinjam, mutasi) pada
buku register dan komputer;
2) Mencatat data pemohon/peminjam arsip pada buku
register dan komputer.
d. Melaksanakan pemeliharaan arsip:
1) Menjaga dan memelihara keamanan arsip,
cegah dari kerusakan dan kehilangan;
2) Menjaga dan memelihara keamanan arsip digital dari
kerusakan dan kehilangan.
e. Melaksanakan penyusutan arsip :
1) Mengalihbentukan arsip cetak/manual menjadi arsip
digital;
2) Memindahkan arsip dari Unit Kearsipan STNK ke Unit
Kearsipan Polda;

PELAYANAN STNK 96
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) Memusnahkan arsip yang telah habis masa


berlakunya.

PELAYANAN STNK 97
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

R ANGKUMAn
1. Pelayanan Regident Ranmor meliputi kegiatan verifikasi,
pencatatan dan pendataan, pendaftaran, penomoran, penerbitan
dan pemberian bukti Regident Ranmor serta pengarsipan.
2. Penerbitan STNK dan TNKB dilaksanakan di Samsat, melalui
kelompok kerja:
- Pendaftaran, pendataan dan verifikasi;
- Penetapan dan pembayaran;
- Pencetakan dan pengesahan;
- Penyerahan;
- Pengarsipan.
3. Registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor untuk pertama kali
harus memenuhi persyaratan:
a) Memiliki sertifikat registrasi uji tipe;
b) Memiliki bukti kepemilikan kendaraan bermotor yang sah;
c) Memiliki hasil pemeriksaan cek fisik kendaraan bermotor.
4. Persyaratan penerbitan STNK baru ranmor CBU, CKD:
a) Mengisi formulir permohonan;
b) Melampirkan tanda bukti identitas;
c) Faktur STNK;
d) Tanda bukti pendaftaran BPKB.
5. Pemeriksaan cek fisik ranmor wajib dilakukan untuk:
a) Regident Ranmor baru;
b) Regident perubahan identitas Ranmor dan Pemilik;
c) Regident Pemindahtanganan kepemilikan Ranmor;
d) Penggantian bukti Regident Ranmor;
e) Perpanjangan Regident Ranmor;
f) Regident Ranmor berdasarkan kondisi kontijensi.
6. Biaya penerbitan STNK dan TNKB:
Biaya penerbitan STNK, TNKB, yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang PNBP pada Polri :
a) STNK Mobil Rp. 200.000.-
b) TNKB Mobil Rp. 100.000.-
c) STNK Sepeda Motor/Angkutan Umum Rp.100.000.-
d) TNKB Sepeda Motor Rp. 60.000.-

PELAYANAN STNK 98
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

S OA l L ATIHAn
1. Jelaskan penerbitan STNK!
2. Jelaskan pelaksanaan cek fisik kendaraan bermotor!
3. Jelaskan pendaftaran, pendataan dan verifikasi permohonan
STNK!
4. Jelaskan penetapan dan pembayaran PNBP STNK dan TNKB!
5. Jelaskan pencetakan, pengesahan dan penyerahan STNK dan
TNKB!
6. Jelaskan pengarsipan dokumen STNK!

PELAYANAN STNK 99
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS

Anda mungkin juga menyukai