HKBPNommensen
Medan
Edisi Pertama
Akuntansi Biaya
Mangasa Sinurat
Audrey M. Siahaan
Ardin Doloksaribu
Halomoan Sihombing
Fakultas Ekonomi
Universitas HKBP Nommensen
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
1
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun
strategis.
Akuntansi biaya pada umumnya mempunyai empat fungsi yang
berbeda yaitu:
a. Fungsi penentuan biaya (Cost Finding)
b. Fungsi pencatatan biaya (Cost Recording)
c. Fungsi penganalisaan biaya (Cost Analyzing)
d. Fungsi pelaporan biaya (Cost Rerportingi)
Suatu perusahaan dalam melakukan sistem akuntansi biaya biasanya
terlebih dahulu menentukan biaya dari suatu produk atau kegiatan tertentu.
Walaupun semua fungsi akuntansi biaya penting, namun penentuan biaya
dipandang paling kritis. Ini disebabkan karena fungsi-fungsi akuntansi biaya
lainnya bergantung pada penentuan biaya. Di dalam sistem akuntansi biaya
yang paling sering dibahas adalah mengenai prosedur-prosedur dan teknik-
teknik penentuan biaya.
Sebuah sistem akuntansi biaya merupakan bahagian yang menyatu
dari sistem akuntansi perusahaan dimana biaya-biaya dicatat pada buku jurnal.
Setelah dicatat dalam buku jurnal, kemudian dipindahbukukan (posting) ke
buku besar (general ledger).
Data biaya biasanya disiapkan oleh seorang akuntan. Akuntan yang
biasanya yang paling mampu untuk menganalisa informasi biaya dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan, merencanakan kegiatan-kegiatan
dan memberikan tanggapan kepada manajemen. Analisa biaya yang tepat
digunakan tergantung kepada pemahaman atas metode-metode yang
digunakan dalam akuntansi biaya.
Pada gambar 1.1 dapat kita lihat hubungan antara laporan akuntansi
keuangan, laporan akuntansi biaya,dan kegiatan perusahaan. Penentuan
umum tujuan perusahaan merupakan pembuatan keputusan tingkat yang paling
tinggi. Untuk mencapai tujuan manajer membuat perencanaan.
2
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
Gambar 1.1
Hubungan Antara Akuntansi Biaya Dengan Perencanaan Dan
Pengendalian
Tujuan Umum
Perusahaan
Tujuan Khusus
Perusahaan
Laporan Laporan
Akuntansi Akuntansi
Perencanaan Untuk Manajenen
Keuangan
Mencapai Tujuan
Operasi
Data Akuntansi
Hasil Biaya
Sesungguhnya
3
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
4
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
1. 2. Manajemen Produksi
Manajemen produksi adalah salah satu bagian dari bidang manajemen
yang mempunyai peran dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk
mencapai tujuan. Untuk mengatur kegiatan sangat diperlukan pembuatan
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha untuk mencapai tujuan
agar barang yang dihasilkan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Pengambilan keputusan yang diambil biasanya berhubungan dengan proses
produksi dimana nanti bertujuan dengan tujuan perusahaan.
Gambar 1.2
Skema Suatu Bisnis
Gambar 1.2
Skema Sistem Produksi
INPUT
Material OUTPUT
Proses Transformasi
Manusia Barang
Modal Produksi
Jasa
Energi
5
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
6
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
7
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
8
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
Tabel 1.1
Perbedaan Akuntansi Biaya Dan Akuntansi Keuangan
Akuntansi Biaya Akuntansi Keuangan
Menyiapkan informasi untuk pihak Menyiapkan informasi untuk pihak
internal eksternal
Laporan hasil kegiatan produksi Laporan hasil operasi, perubahan
ekuitas pemilik dan arus kas untuk
suatu periode akuntansi
Pengguna manajer Pengguna kreditur, pemilik, investor,
pegawai dan masyarakat
Gunanya untuk memantau setiap Gunanya untuk pengambilan
kegiatan produksi keputusan
9
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya
10
Bab 2 – Konsep Biaya
2. 1. Konsep Biaya
Biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan
memberikan keuntungan/ bermanfaat pada saat ini atau masa yang akan
datang. Biaya dapat dibedakan atas biaya (cost) dan beban (expense).
Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh
aktiva. Beban (expenses) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang ditujukan
untuk memperoleh pendapatan pada periode dimana beban itu terjadi. Beban
(expenses) merupakan bagian daripada cost yang digunakan untuk
memperoleh pendapatan.
Objek biaya adalah sesuatu yang kita inginkan untuk suatu biaya yang
diukur. Objek biaya itu dapat berupa produk, aktivitas, proyek, departemen, dan
lain-lain.
Manager menggunakan klasifikasi biaya yang berbeda untuk tujuan
yang berbeda, dan data dicatat serta diklasifikasikan untuk satu tujuan yang
mungkin tidak tepat untuk tujuan yang lain. Dengan mengetahui bagaimana
biaya diklasifikasikan untuk tujuan tertentu (tujuan khusus), kita akan lebih
11
Bab 2 – Konsep Biaya
Biaya
Beban
Biaya Yang Dikorbankan
Untuk Memperoleh
Pendapatan Pada Periode
AKuntansi
2. 1. Klasifikasi Biaya
Setiap perusahaan tanpa melihat sifat kegiatannya apakah perusahaan
atau non perusahaan selalu mempunyai keterkaitannya dengan biaya. Pada
umumnya jenis biaya-biaya yang timbul atau terjadi, serta pengklasifikasian
biaya-biaya ini bergantung pada tipe perusahaan yang bersangkutan. Akuntansi
biaya diperluan pada tipe perusahaan yang satu, sama seperti diperlukan pada
tipe perusahaan lainnya. Oleh karena itu perlu juga mengetahui ciri-ciri biaya
dari berbagai perusahaan industri, dagang dan jasa. Biaya-biaya secara umum
dapat diklasifikasikan menurut fungsinya, yaitu : biaya berdasarkan hubungan
dengan produk, biaya berdasarkan waktu, dan biaya berdasarkan volume
produksi, dan lain-lain.
12
Bab 2 – Konsep Biaya
13
Bab 2 – Konsep Biaya
Gambar 2.2
Penelusuran Biaya Ke Objek Biaya
a. Biaya Produksi
14
Bab 2 – Konsep Biaya
Gambar 2.3
Arus Fisik Manufaktur
Biaya bahan baku (Raw material) adalah biaya yang digunakan untuk
membeli bahan, dimana bahan tersebut digunakan untuk membuat barang jadi.
15
Bab 2 – Konsep Biaya
Biaya tenaga kerja (labor cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membayar gaji/ upah karyawan di bagian produksi. Biaya tenaga kerja dapat
dibedakan, yaitu:
Adalah gaji/ upah tenaga kerja yang diberikan kepada pekerja yang
menjadi barang jadi. Contoh baker untuk pembuat roti, koki untuk
Adalah gaji/ upah tenaga kerja yang diberikan kepada pekerja yang
lain.
Biaya overhead pabrik adalah biaya yang timbul dalam proses produksi
selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Yang
16
Bab 2 – Konsep Biaya
d. Biaya lain-lain pabrik, contoh biaya listrik dan air pabrik, PBB pabrik,
Gambar 2.4
Diagram Venn Biaya Produksi
Keterangan :
Bahan T Overhead
Baku K Pabrik : Biaya Utama
Langsung L
: Biaya Konversi
Contoh 1:
Data biaya suatu usaha kecil untuk bulan Juli 2015 per unit adalah
17
Bab 2 – Konsep Biaya
a. Biaya variabel
lain-lain.
b. Biaya tetap
c. Biaya semivariabel
lain-lain.
18
Bab 2 – Konsep Biaya
peralatan.
persediaan, yaitu:
Adalah bahan baku yang dibeli dimana nanti akan dipakai untuk
berhasil dijual.
19
Bab 2 – Konsep Biaya
Gambar 2.5
Arus Persediaan Di Neraca
Barang yang sudah siap dan ditransfer ke barang jadi itu adalah harga pokok
produksi.
Gambar 2.6
Arus Biaya Manufaktur
20
Bab 2 – Konsep Biaya
Gambar 2.6
Arus Biaya Ke Laporan Keuangan
21
Bab 2 – Konsep Biaya
Direct Materials:
22
Bab 2 – Konsep Biaya
Bahan Baku :
23
Bab 2 – Konsep Biaya
LATIHAN
1. Suatu perusahaan telah mengumpulkan biaya yang terjadi selama bulan
Januari 2015 sebagai berikut: biaya utama sejumlah Rp 165.000,- biaya
konversi sebanyak Rp 100.000 dan biaya bahan baku langsung sebesar Rp
90.000,-/ Hitunglah berapa rupiah biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik selama bulan Januari 2015 tersebut?
2. Berikut ini adalah daftar saldo buku besar yang berkaitan dengan persediaan
dan harga pokok penjualan di CV. Senantiasa Senang untuk bulan Maret
2015:
Saldo 1 Maret (Rp) Saldo 30 Maret (Rp)
Persediaan bahan baku 906.500 1.006.400
Persediaan barang dalam proses 1.195.100 1.073.000
Persediaan barang jadi 166.500 240.500
Bahan baku yang digunakan - 1.764.900
Harga pokok penjualan - 2.072.000
Buatlah laporan harga pokok produksi dan laporan harga pokok penjualan
serta carilah angka untuk data berikut ini:
a. Harga pokok produksi selama bulan Maret 2015!
b. Total biaya produksi yang terjadi selama bulan Maret 2015!
c. Bahan baku yang dibeli selama bulan Maret 2015!
24
Bab 2 – Konsep Biaya
25
Bab 2 – Konsep Biaya
Vanili Rp 25.000
Pelembut Rp 35.000
Coklat Bubuk Rp 80.000
Coklat Batang Rp 180.000
Rum Rp 150.000
Mentega Rp 290.000
Gula Halus Rp 180.000
Buah Chery Rp 200.000
Mentega Putih Rp 230.000
Upah Koki Kue Rp 3.500.000
Gaji Supervisi Rp 1.500.000
Bahan Pembantu Lainnya Rp 280.000
Gaji Satpam (50 % dipakai oleh pabrik) Rp 2.300.000
Gaji Pimpinan (35 % dipakai oleh Pabrik) Rp 8.500.000
Penyusutan Bangunan (45 % dipakai oleh Kantor) RP 6.000.000
Perlengkapan ( 30 % dipakai oleh pabrik) Rp 3.500.000
Gaji Bagian penjualan Rp 2.500.000
Sampel Barang Gratis Rp 350.000
Upah Operator Mesin Genset Rp 850.000
Diminta:
8. Informasi berikut ini diperoleh dari CV. Subur Subuh Tahun 2014 (dalam Rp):
Biaya Administrasi 154.300
Biaya Pemakaian Energi Listrik Di Pabrik 2.406.350
Biaya Tenaga Kerja Langsung 2.723.400
Komisi Penjualan 750.000
26
Bab 2 – Konsep Biaya
9. PT. Batak Top mempunyai informasi biaya sebagai berikut (dalam Rp):
Biaya administrasi selain karyawan 15.600.900
Biaya depresiasi (80% untuk pabrik) 4.800.000
Biaya gaji bagian administrasi 4.500.000
Biaya pemasaran 5.600.000
Biaya pengangkutan pembelian bahan baku 2.540.000
Tenaga kerja tidak langsung 12.850.000
Bahan baku tidak langsung 24.205.000
Tenaga kerja langsung 56.905.000
Biaya listrik (80 % untuk pabrik) 32.950.500
PBB (65% untuk pabrik) 1.206.000
Pembelian bahan baku 75.604.400
Penjualan 325.496.800
Persediaan awal bahan baku 5.672.000
Persediaan akhir bahan baku 3.978.500
Persediaan awal barang dalam proses 26.459.300
Persediaan akhir barang dalam proses 23.854.200
Persediaan awal barang jadi 35.461.000
Persediaan akhir barang jadi 37.269.100
Diminta:
a. Buatlah laporan harga pokok produksi,
b. Buatlah laporan harga pokok penjualan !
c. Buatlah laporan laba rugi!
27
Bab 3 – Perilaku Biaya
a. Biaya variabel
lain-lain.
28
Bab 3 – Perilaku Biaya
b. Biaya tetap
c. Biaya semivariabel
lain-lain.
29
Bab 3 – Perilaku Biaya
Gambar 3.1
Gambar Grafik Biaya Variabel
Contoh 1:
Berikut ini adalah data-data biaya bahan untuk bulan Januari 2015:
Maka, dapat kita liat gambar grafik biaya dari data-data biaya bahan
bulan Januari 2015 dibawah ini:
30
Bab 3 – Perilaku Biaya
31
Bab 3 – Perilaku Biaya
Gambar 3.2
Gambar Grafik Biaya Tetap
Contoh 2:
Maka, dapat kita liat gambar grafik biaya dari data-data biaya bahan
bulan Januari 2015 dibawah ini:
32
Bab 3 – Perilaku Biaya
33
Bab 3 – Perilaku Biaya
Gambar 3.3
Costs ($) Gambar Grafik Biaya Semi Variabel 1
Activity Level
Gambar 3.4
Gambar Grafik Biaya Semi Variabel 2
Dari segi total, biaya akan mengalami kenaikan ketika volume berubah
secara khusus. Biaya bertahap ini dapat kita jumpai untuk biaya variabel
34
Bab 3 – Perilaku Biaya
(disebut juga step variable cost) dan biaya tetap (disebut juga step fixed cost).
Perbedaan dari step fixed cost dengan step variable cost itu hanya pada
kedalaman rentang relevan saja. Step variable cost biasanya punya rentang
relevan yang lebih pendek (biasanya dibawah 1 tahun) dibandingkan dengan
step fixed cost (biasanya diatas 1 tahun). Contoh step variable cost adalah
seorang mahasiswa membayar uang makan ke rumah makan yang sama
selama 3 bulan berturut-turut, dan setelah 3 bulan, mahasiswa tersebut akan
pergi berlangganan rumah makan lain untuk bulan berikutnya. Contoh step
fixed cost adalah seorang mahasiswa mengontrak rumah untuk tempat tinggal
selama 1 tahun, pada tahun berikutnya sewa rumah tersebut naik.
Gambar 3.5
Gambar Grafik Biaya Variabel Yang Bertahap (Step Variable Cost)
Gambar 3.6
Gambar Grafik Biaya Tetap Yang Bertahap (Step Fixed Cost)
35
Bab 3 – Perilaku Biaya
36
Bab 3 – Perilaku Biaya
Contoh 2:
PT. Siantar Man mempunyai biaya tenaga kerja tidak langsung yang
sedang diteliti dan dipelajari. Data yang akan diteliti itu merupakan data bulan
Mei 2015. Data-data tersebut adalah sebagai berikut:
Aktivitas (Jam Tenaga Biaya (Rp)
Kerja Langsung
Januari 500 18.250.000
Februari 600 18.900.000
Maret 300 16.950.000
April 1.000 21.500.000
4.550.000
Tarif Biaya Variabel = = 6.500
700
Pada Aktivitas 1.000 Jam (Rp)
Jumlah Biaya 21.500.000
Biaya Variabel (1.000 x Rp 6.500) 6.500.000
Biaya Tetap 15.000.000
Metode scattergraph
Metode lain yang dapat digunakan untuk dapat memisahkan komponen
tetap dan komponen variabel dari suatu biaya semivariabel adalah metode
scattergraph. Metode ini memerlukan penggambaran suatu grafik dimana pada
sumbu vertikal (sumbu Y) diperlihatkan sebagai biaya, sedangkan pada sumbu
horizontal (sumbu X) diperlihatkan sebagai volume atau tingkat aktivitas. Titik
yang berkaitan dengan data mentah (tingkat aktivitas dan biaya yang berkaitan)
diterakan pada grafik dan kemudian berdasarkan pengamatan/ pandangan
mata ditariklah satu garis yang paling mendekati semua titik-titik tersebut.
37
Bab 3 – Perilaku Biaya
Contoh 3:
CV. Lolipop mempunyai biaya tenaga kerja tidak langsung untuk
periode tahun 204 adalah sebagai berikut:
Total Biaya Tenaga Kerja
Bulan Jam Langsung (Rp)
Januari 20 64.000
Februari 18 60.000
Maret 28 78.000
April 32 84.000
Mei 40 100.000
Juni 38 96.000
Juli 53 138.000
Agustus 48 120.000
September 50 130.000
Oktober 45 110.000
November 30 80.000
Desember 42 104.000
100,000
0
0 2 4 6 8 10 12 14
38
Bab 3 – Perilaku Biaya
a : biaya tetap
b : biaya variabel
n : jumlah pengamatan atau observasi
x : satuan aktivitas/ kegiatan
y : biaya semivariabel yang diamati
444
Rata-rata Jam = = 37
12
1.164.000
Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung = = 97.000
12
39
Bab 3 – Perilaku Biaya
3.104.000
Biaya Variabel = = 2.140,69
1.450
Rumus Biaya:
Y = Rp 17.794,47 + Rp 2.140,69 X
40
Bab 3 – Perilaku Biaya
LATIHAN
1. Berikut ini adaah data mengenai biaya pemeliharaan PT. Nommensen Jaya:
Biaya
Penjualan
Bulan Pemeliharaan
(Rp 000.000)
(Rp 000.000)
Januari 53 600
Februari 55 700
Maret 47 550
April 51 650
Mei 45 500
Juni 49 610
Dengan memakai metode tinggi rendah, hitunglah komponen variabel dan
komponen tetap dari biaya pemeliharaan PT. Nommensen Jaya. Coba
gambarkan scattergraph.
2. Biaya sewa sebagai fungsi dari pemakaian jam mesin selama 4 (empat)
buan adalah sebagai berikut:
Biaya Sewa
Bulan Jam Mesin
(Rp)
Januari 20 300.000
Februari 15 250.000
Maret 25 350.000
April 20 300.000
Diminta:
Tentukanlah dengan metode least squares formula biaya untuk menentukan
besarnya komponen tetap dan komponen variabel!
41
Bab 3 – Perilaku Biaya
Jam
Bulan Biaya Pemeliharaan (Rp)
Pemeliharaan
Januari 480 4.200.000
Februari 320 3.000.000
Maret 400 3.600.000
April 300 2.820.000
Mei 500 4.350.000
Juni 310 2.960.000
Juli 320 3.030.000
Agustus 520 4.470.000
September 490 4.260.000
Oktober 470 4.050.000
November 350 3.300.000
Desember 340 3.160.000
Total 4.800 43.200.000
Rata-rata 400 3.600.000
Diminta:
a. Dengan menggunakan metode tinggi rendah, hitunglah komponen tetap
dan komponen variabel!
b. Tentukan rumus biaya!
c. Hitunglah berapa biaya pemeliharaan menurut prediksi seandainya
terdapat 600 jam pemeliharaan!
d. Hitunglah biaya pemeliharaan variabel per jam dan biaya pemeliharaan
tetap per jam pada volume 600 jam pemeliharaan!
42
Bab 3 – Perilaku Biaya
5. PT. Deedee perlu membuat perkiraan anggaran yang cepat untuk biaya
overhead yang terkait dengan mesin. Untuk itu ia mengumpulkan informasi
tentang aktvitas overhead yang terkait dengan tiga mesin pada tahun 2014,
yaitu penyusutan, penggunaan listrik dan pemeliharaan. Dalam informasi
tersebut termasuk biaya penggunaan jam mesin pada bulan-bulan dengan
penggunaan tinggi rendah. Biaya total tiga aktivitas untuk tingkat jam mesin
tinggi rendah adalah sebagai berikut:
Biaya Total (Rp)
Aktivitas
24.000 jam mesin 48.000 jam mesin
Penyusutan 158.000.000 170.000.000
Penggunaan Listrik 8.160.000 16.320.000
Pemeliharaan 101.000.000 149.000.000
Diminta:
a. Gunakanlah metode tinggi rendah untuk menghitung komponen variabel
dan biaya tetap tiap aktivitas!
b. Berapakah prediksi biaya tiap aktivitas untuk 32.000 jam mesin?
c. Buatlah rumus biaya yang dapat digunakan untuk memprediksi tiga
aktivitas!
43
Bab 3 – Perilaku Biaya
Jam Jumlah
Bulan Biaya Penyetelan (Rp)
Penyetelan Penyetelan
Februari 2.000 7.600.000 180
Maret 2.100 7.850.000 205
April 3.000 11.200.000 540
Mei 2.700 9.350.000 355
Juni 3.000 9.000.000 320
Diminta:
a. Hitunglah rumus biaya dengan jam penyetelan sebagai penggerak dan
satu-satunya variabel bebas! Jika pabrik di Sumatera memperkirakan
2.600 jam penyetelan pada bulan berikutnya, berapakah biaya
penyetelan yang akan diprediksikan?
b. Hitunglah rumus biaya dengan jumlah penyetelan sebagai penggerak dan
satu-satunya variabel bebas! Jika pabrik di Sumatera memperkirakan
jumlah penyetelan sebanyak 280 pada bulan berikutnya, berapakah biaya
penyetelan yang akan diprediksikan?
44
Bab 3 – Perilaku Biaya
45
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
46
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Gambar 4.1
Hubungan Database Akuntansi Biaya Dengan Akuntansi Keuangan
Dan Akuntansi Manajemen
Akuntansi
Akuntansi
Keuangan
Manajemen
47
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Gambar 4.2
Lini Bisnis Manufaktur
48
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
49
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
50
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Gambar 4.3
Arus Biaya Manufaktur
Contoh 1:
CV. Loe To Ye yang merupakan perusahaan manufaktur mempunyai informasi
data-data untuk tahun 2014 sebagai berikut:
Persediaan Awal Saldo (Rp)
Bahan Baku Langsung 30.000.000
Barang Dalam Proses 50.000.000
Barang Jadi 120.000.000
Jurnal:
Persediaan Bahan Baku Langsung 210.000.000
Biaya Overhead Pabrik 15.000.000
Utang Dagang 225.000.000
51
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
a) 15
Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses 390.000.000
Biaya Overhead Pabrik 320.000.000
Upah 70.000.000
52
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
a) 15
c) 70
53
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Jurnal:
Biaya Overhead Pabrik 120.000.000
Ragam Kredit 120.000.000
e) 120 a) 15
c) 70
d) 40
e) 120
Rp225.000.000
Tarif Pembebanan Overhead = = Rp1.500
170.000 jam
54
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Jurnal:
Persediaan Barang Jadi 770.000.000
Persediaan Barang Dalam Proses 770.000.000
Persediaan Barang Dalam Proses (Rp Juta) Persediaan Barang Jadi (Rp juta)
Jurnal:
Harga Pokok Penjualan 767.000.000
Persediaan Barang Jadi 767.000.000
55
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
56
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
CV Loe To Ye
Laporan Harga Pokok Penjualan
Untuk Tahun Yang Berakhir 2014
Penjualan Rp 1.900.000.000
Dikurang: Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal Barang Jadi Rp 120.000.000
Harga Pokok Produksi 770.000.000
Barang Yang Tersedia Untuk Dijual Rp 890.000.000
Persediaan Akhir Barang Jadi (123.000.000)
Harga Pokok Penjualan Normal Rp 767.000.000
Ditambah: Biaya Overhead Pabrik Yang Dibebankan
Kurang 5.000.000
Contoh 2:
CV. Kera Sakti merupakan perusahaan yang bergerak di aksesoris.
Perusahaan menetapkan bahwa menggunakan satu rekening untuk bahan
baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Berikut ini data-data biaya yang
ada di perusahaan untuk tahun 2014 (dalam Rp):
Penjualan 65.000.000
Pembelian Bahan Baku 18.000.000
Ongkos Angkut Pembelian 200.000
Retur Dan Potongan Pembelian 1.000.000
Bahan Penolong 500.000
Tenaga Kerja Langsung 8.300.000
Tenaga Kerja Tidak Langsung 2.000.000
Listrik Pabrik 450.000
Penyusutan Mesin Pabrik 650.000
PBB Pabrik 530.000
57
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
58
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Penjualan Rp 65.000.000
Harga Pokok Penjualan (32.460.000)
Laba Kotor Rp 32.540.000
Beban Operasional:
Beban Pemasaran Rp 9.000.000
Beban Administrasi 5.000.000 (14.000.000)
Laba Operasional Rp 18.540.000
Pendapatan Lain-lain:
Pendapatan Piutang 1.300.000
Rp 19.840.000
Beban Lain-lain:
Beban Bunga (1.000.000)
Laba Bersih Sebelum Pajak Rp 18.840.000
Pajak 30 %
Laba Setelah Pajak Rp 18.840.000
59
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
LATIHAN
1. Berdasarkan informasi berikut ini (dalam Rp):
Persediaan awal bahan baku 45.000.000
Persediaan akhir bahan baku 60.000.000
Persediaan awal barang dalam proses 135.000.000
Persediaan akhir barang dalam proses 127.500.000
Persediaan awal barang jadi 105.000.000
Persediaan akhir barang jadi 120.000.000
Pembelian bahan baku selama periode 142.500.000
Total biaya produksi aktual 225.000.000
Diminta:
a. Hitunglah pemakaian bahan baku!
b. Hitunglah harga pokok produksi!
c. Hitunglah harga pokok penjualan!
d. Hitunglah biaya konversi!
2. Berikut ini saldo yang disajikan oleh PT. Andai-andai selama bulan berjalan:
Keterangan Awal (Rp) Akhir (Rp)
Persediaan Bahan Baku Langsung 423.000,- 153.600
Persediaan Produk Dalam Proses 1.652.000,- 4.509.400
Persediaan Produk Selesai 8.257.200 1.644.500
Bahan Baku Yang Digunakan 0 7.519.400
Harga Pokok Penjualan 0 23.615.250
Diminta:
a. Hitunglah biaya produksi!
b. Hitunglah harga pokok produksi!
3. Data berikut sebagian dari data operasi PT. Sepadan untuk tahun 2012:
60
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Diminta:
a. Hitunglah biaya bahan yang dibeli!
b. Hitunglah overhead pabrik yang dibebankan!
61
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
62
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
Penjualan Rp 315.000.000
Dikurang: Biaya Usaha:
Biaya Asuransi Rp 4.000.000
Biaya Serbaguna 10.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 60.000.000
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 12.000.000
Penyusutan Atas Perlatan Pabrik 16.000.000
Pembelian Bahan Baku Langsung 120.000.000
Biaya Sewa 40.000.000
Gaji Bagian Penjualan Dan Administrasi 32.000.000 (294.000.000)
Laba Bersih Rp 21.000.000
63
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
8. CV Salah Asuh memiliki data biaya dari kegiatan proses produksi pada
bulan April 2015 sebagai berikut:
a. Saldo perkiraan:
Persediaan 1 April 2015 30 April 2015
Bahan Baku 3.100.000 2.450.000
Barang Dalam Proses 2.300.000 3.400.000
Barang Jadi 1.250.000 ?
b. Pembelian bahan baku selama bulan April 2015 sebesar 10.000 unit
dengan harga faktur Rp 10.000,- per unit. Biaya angkut bahan baku
sebesar Rp 2.000.000,- sedangkan retur pembelian bahan baku sebesar
Rp 500.000,-.
c. Jam Kerja langsung (JKL) digunakan sebanyak 4.000 JKL dengan tarif
upah langsung Rp 1.600 per jam.
d. Transaksi selama bulan April 2015 sebagai berikut:
ß Bahan Tidak langsung yang digunakan sebesar Rp 1.750.000,-
ß Biaya listrik sebesar Rp 6.300.000 (70% digunakan bagian pabik).
ß Biaya pemeliharan pabrik sebesar Rp 1.440.000,-
ß Biaya penyusutan ( 40.% dibagian mesin dan gedung pabrik.)
sebesar Rp 13.500.000
ß Biaya PBB (30% dipakai bagian pabrik.) sebesar Rp 5.000.000
ß Biaya perlengkapan (30% untuk pabrik) sebesar Rp 5.500.000
ß Gaji akuntan sebesar Rp 6.400.000 ( 30% dipakai bagian pabrik).
ß BOP atau overhead lain-lain sebesar Rp 1.470.000
64
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
9. Berikut ini adalah data yang disajikan oleh CV. XYZ selama tahun 2010:
Penjualan Rp 78.250.000
Retur dan potongan penjualan 3.250.000
Pembelian bahan 23.000.000
Retur potongan pembelian 2.300.000
Potongan pembelian 200.000
Biaya angkut pembelian 500.000
Pemakaian bahan baku tidak langsung 200.000
Tenaga kerja langsung 7.500.000
Tenaga kerja tidak langsung 1.000.000
Biaya listrik dan telepon (50% untuk pabrik) 15.000.000
Biaya pemeliharaan mesin dan gudang pabrik 600.000
Penyusutan (30% untuk Kantor) 12.000.000
PBB (30% untuk pabrik) 5.000.000
Perlengkapan pabrik 400.000
Komisi penjualan 2.000.000
Beban administrasi dan umum 2.100.000
65
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya
66
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Kalau kita berbicara harga pokok pesanan, maka kita akan berbicara
mengenai pesanan itu sendiri, perusahaan yang bergerak di bidang pesanan
dan buku pembantu pesanan. Pesanan adalah jumlah unit produk yang sangat
mudah untuk kita lakukan identifikasi dibandingkan dengan unit yang lain.
Perusahaan yang bergerak di bidang pesanan biasanya akan melakukan
kegiatan operasional kalau ada pelanggan yang melakukan pemesanan. Buku
pembantu pesanan adalah tempat untuk mencatatkan biaya yang terjadi untuk
membuat pesanan tersebut di dalam sistem akuntansi.
Pada sistem ini, yang menjadi objek biaya adalah unit produk individual,
batch atau kelompok produk dalam satu pesanan. Umumnya manajer akan
menghendaki adanya informasi mengenai berapa harga pokok produk untuk
setiap jenis produk/ batch/ kelompok atau setiap kelompok pesanan, karena
setiap pesanan/ kelompok pesanan tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda.
Metode ini biasanya digunakan untuk produk yang pesanannya tinggi dan
dalam jumlah banyak, yang bentuknya adalah unit, dan biaya masing-masing
akan tinggi. Contohnya adalah Laundry, kontruksi bangunan, rumah sakit, dan
lain-lain.
67
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Gambar 5.1
Contoh Kartu Biaya Pesanan
68
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Tabel 5.1
Perbedaan Metode Pesanan Dengan Metode Proses
Metode Pesanan Metode Proses
1. Variasi perbedaan produk luas 1. Produk homogen
2. Biaya diakumulasi berdasarkan 2. Biaya diakumulasi berdasarkan
pekerjaan proses atau departemen
3. Biaya per unit dihitung melalui 3. Biaya per unit dihitung melalui
pembagian total biaya pekerjaan pembagian biaya proses satu periode
dengan unit yang diproduksi. dengan unit yang diproduksi selama
periode tersebut.
Gambar 5.2
Aliran Dokumen Pada Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Kartu Reakuisisi
Bahan Baku
Tarif
Overhead
69
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
pencatatan pemakaian biaya tenaga kerja langsung itu dapat kita peroleh dari
daftar distribusi pemakaian tenaga kerja langsung.
Sebagaimana kebanyakan formulir-formulir yang dipergunakan dalam
akuntansi, bentuk atau desain dari kartu reakusisi bahan baku dan daftar
distribusi pemakaian tenaga kerja langsung tidaklah serupa antara satu
perusahaan dengan perusahaan yang lain. Tetapi secara umum, jenis
keterangan yang dicatat pada masing-masing formulir itu hampir sama.
Biaya-biaya overhead produksi biasanya akan dibebankan kepada
setiap pesanan berdasarkan tarif overhead yang diaplikasikan menurut
pemakaian jam atau biaya tenaga kerja langsung atau menurut basis lain yang
lebih rasional.
Contoh 1:
Nona Angel mempunyai usaha membuat tas dari kulit. Usaha Nona Angel ini
baru saja berdiri. Nona Angel dalam memproduksikan tas tidaklah dalam jumlah
massal. Nona Angel dalam melakukan operasionalnya menggunakan pesanan,
Nona Angel menerima pesanan pembuatan tas dari bahan kulit. Nona Angel
dalam memulai bisnisnya menyewa gedung kecil untuk dijadikan tempat
workshop dan memberi beberapa peralatan produksi yang diperlukan. Pada
bulan Maret 2015, Nona Angel menerima 2 (dua) pesanan, yaitu 20 ransel kulit
untuk pesanan pertama dan 10 tas kulit untuk pesanan kedua. Nona Angel
menerima pesanan itu pada awal Maret 2015 dan berjanji akan
menyelesaikannya pada akhir Maret 2015. Kedua pesanan itu akan dijual ke
toko dengan harga biaya ditambah 50 persen untuk keuntungan. Nona Angel
menyediakan dua kartu pesanan untuk kedua pesanan tersebut. Satu kartu
pesanan untuk tas, satu pesanan untuk ransel.
a. Usaha Nona Angel baru berdiri sehingga tidak terdapat persediaan. Nona
Angel membeli secara kredit bahan baku sebesar Rp 2.500.000
70
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Jurnal:
Persediaan Bahan Baku Langsung 2.500.000
Utang Dagang 2.500.000
71
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
c. Nona Angel menentukan jumlah jam tenaga kerja langsung yang akan
digunakan. Ransel membutuhkan 120 jam dan tas membutuhkan 50 jam,
dengan upah Rp 9.000 per jam.
Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses 1.530.000
Utang Gaji 1.530.000
d. Pada saat membuat ransel dan tas, Nona Angel mengeluarkan biaya-biaya
72
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Utilitas 50.000
Jurnal:
Biaya Overhead Pabrik 415.000
Akun Kredit 415.000
d) 415 d) 415
e. Nona Angel memperkirakan biaya overhead yang akan dipakai untuk 1 tahun
Untuk membuat ransel diperlukan 120 jam tenaga kerja langsung dan untuk
9.600.000
Tarif Pembebanan Overhead = = Rp2.000
4800 jam
Pembebanan Biaya Overhead untuk :
73
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses 340.000
Biaya Overhead Pabrik 340. 000
f) Pada akhir bulan Maret 2015, pesanan yang berhasil diselesaikan adalah
April 2015.
Untuk sistem akuntansi biaya pesanan, setiap pesanan tersebut telah 100 %
rampung dikerjakan, maka pesanan yang rampung tersebut akan dikirimkan
ke gudang dan dicatatkan sebagai persediaan barang jadi. Pesanan yang
belum rampung dikerjakan maka pesanan itu akan tetap ada dan dicatat
sebagai persediaan akhir barang dalam proses. Untuk contoh soal ini, yang
akan dicatat sebagai persediaan barang jadi adalah pesanan ransel, dan
yang akan dicatat sebagai persediaan akhir barang dalam proses adalah
pesanan tas.
74
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Jurnal:
Persediaan Barang Jadi 2.320.000
Persediaan Barang Dalam Proses 2.320.000
Persediaan Barang Dalam Proses (Rp 000) Persediaan Barang Jadi (Rp 000)
barang jadi yang sudah siap dan akan dijual, biasanya sesuai dengan
permintaan dari pelanggan tersebut. Ini membuat biaya barang jadi akan
75
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Lanjutan Soal 1:
Jurnal:
sebagai berikut:
Iklan Rp 75.000
76
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Nona Angel
Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk Bulan Yang Berakhir Maret 2015
Nona Angel
Laporan Harga Pokok Penjualan
Untuk Bulan Yang Berakhir Maret 2015
77
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Nona Angel
Laporan Laba Rugi
Untuk Bulan Yang Berakhir Maret 2015
Penjualan Rp 3.480.000
Harga Pokok Penjualan (2.395.000)
Laba Kotor Rp 1.085.000
Beban Operasional:
Iklan Rp 75.000
Komisi Penjualan 125.000
Gaji Pegawai Kantor 500.000
Penyusutan Peralatan Kantor 50.000 (750.000)
Laba Bersih Rp 335.000
78
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
LATIHAN
1. PT. Patgulipat menetapkan pembebanan biaya overhead pada pesanan
pesanan no S-01 !
dua pekerjaan yang diproses, yaitu pesanan no 114 denngan saldo awal
per jam tenaga kerja langsung. Tenaga kerja langsung dibayar rata-rata Rp
10.000 per jam tenaga kerja langsung. Selama bulan Mei 2015, pesanan no
116 dan pesanan no 117 dimulai. Data biaya pada bulan Mei 2015 untuk
Pesanan
No 114 No 115 No 116 No 117
Bahan Baku Langsung 22.000 90.000 15.000 34.500
Tenaga Kerja Langsung 18.000 40.000 1.500 8.000
Pesanan no 114 telah diselesaikan pada 22 Mei 2015 dan pelanggan telah
menerima tagihan semua biaya dengan tambahan laba 30% dari semua
79
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Diminta:
3. PT. Sentosa Jaya berproduksi atas pesanan, oleh karena itu perusahaan
003 mulai dikerjakan bulan Februari 2015. Data berikut ini adalah selama
80
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Februari 2015.
g. Pesanan Y-007 yang sudah rampung pada bulan Januari 2015 dengan
Diminta:
dan sistem home theatre. Tuan Billy baru saja menyelesaikan instalasi
81
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
berdasarkan jam tenaga kerja langsung dengan tarif Rp 40.000 per jam.
Diminta:
b. Jika Tuan Billy membebankan harga satu setengah kali dari biaya,
Informasi lain:
a. Tarif tenaga kerja langsung dibayar untuk pekerja sebesar Rp 20.000,-
per JKL yang berlaku selama tahun 2014.
82
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
September 2010:
a) Dibeli Bahan baku dgn hrg Rp 20 jt, dan dipakai oleh pesanan Y sebesar
Rp 13 jt dan pesanan Z sbsr Rp 7 jt. Tidak terdapat persediaan awal dan
persediaan akhir bahan baku.
83
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Diminta:
a. Susunlah Laporan Harga Pokok Produksi!
b. Susunlah Laporan Harga Pokok Penjualan!
c. Dari data-data diatas, apakah percetakan “Murni” laba atau rugi? (Buat
memakai cara)
d. Hitunglah over/underapplied overhead!
tarif yang ditentukan dimuka sebesar 150 % dari biaya tenaga kerja
penjualan setiap akhir bulan. Informasi lain yang tersedia adalah sebagai
berikut:
a. Pesanan dalam proses yang masih ada pada bulan Juni 2015 pesanan
84
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
Total Rp 9.000
f. Pada akhir bulan Juni 2015, pesanan yang masih dalam proses
biaya pesanan, dan mengerjakan 3 (tiga) pesanan selama bulan Juli 2015.
85
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan
terjual. Pesanan 78 masih dalam proses. Pada awal Juli 2015, saldo
Diminta:
86
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
biaya proses ialah bahwa kenyataan bahwa biasanya proses produksi tidaklah
selesai pada akhir periode akuntansi. Biaya produksi suatu departemen dapat
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
mungkin dibutuhkan. Saat proses penyelesaian tertentu, barang yang setengah
jadi dipindahkan ke departemen berikutnya. Setelah melewati departemen
terakhir, barang selesai diproduksikan dan dipindahkan ke gudang.
Gambar 6.1
Perbedaan Perhitungan Biaya Pesanan Dan Perhitungan Biaya Proses
88
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
setiap periode.
f. Biaya total dan biaya per unit untuk setiap departemen secara
berkelanjutan, terdapat unit produksi yang tidak siap diproses, maka nilai
dikerjakan selesasi dlm periode tersebut pada unit fisik, yang dianggap sama
dengan unit produk yg selesai (rampung). Dari gambar 6.2, kita dapat melihat
bahwa 2 gelas air yang berisi masing-masing ½ gelas maka nilainya itu akan
Tingkat kerampungan produk tidak sama dari segi tiap unsur biaya
produksi. Biasanya produk lebih cepat rampung dari segi biaya bahan baku
ketimbang dari segi biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead
pabrik. Jadi sejumlah produk dapat saja sudah rampung dari segi biaya bahan
baku tapi belum rampung dari segi biaya tenaga kerja langsung dan dari segi
89
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
kerampungan produk akan sama dari segi biaya tenaga kerja langsung dan dari
Gambar 6.2
Ekuivalen Unit
dibuat setiap akhir periode. Isi laporan harga pokok produksi untuk perhitungan
tersebut.
90
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
proses, yaitu:
Contoh 1
Bahan baku yang dimasukkan untuk proses produksi sebesar 120 unit.
Produk jadi ditransfer ke gudang barang jadi sebesar 90.000 unit. Pada
91
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Gambar 6.3
Arus Fisik Produk Untuk Satu Departemen
Bahan Baku Bahan Baku
Rp 35.700 Rp 33.600
120.000 Unit
Kerampungan)
92
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
93
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 32.400 120.000 Rp 0,27
TKL Rp 35.700 105.000 Rp 0,34
OH Rp 33.600 105.000 Rp 0,32
Total Rp 101.700 Rp 0,93
Rp 101.700
barang yang telah selesai diproses di departemen awal akan terus ditransfer
ditransfer ke gudang barang jadi. Dengan demikian harga pokok produk jadi di
94
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Gambar 6.4
Arus Fisik Untuk Dua Departemen
Contoh 2
PT. Sumber Rejeki mengolah produk melalui dua departemen produksi yaitu
gudang barang jadi. Berikut adalah data yang berkaitan dengan produksi pada
Departemen I Departemen II
Unit Produk:
Produk Masuk Proses 420.000 unit
Diterima Dari Departemen I 322.000 unit
Ditransfer Ke Departemen II 322.000 unit
Ditransfer Ke Gudang 280.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya
Konversi 98.000 unit
100 % Bahan, 1/3 Biaya Konversi 42.000 unit
Biaya-Biaya:
Bahan Baku Langsung Rp 218.400 Rp
Tenaga Kerja Langsung Rp 252.840 Rp 249.900
Biaya Overhead Pabrik Rp 242.004 Rp 223.440
95
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
DEPARTEMEN I
Sumber Rejeki
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan Februari 2015
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 218.400 420.000 Rp 0,52
TKL Rp 252.840 361.200 Rp 0,70
OH Rp 242.004 361.200 Rp 0,67
Total Rp 713.244 Rp 1,89
Rp 713.244
DEPARTEMEN II
96
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Sumber Rejeki
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan Februari 2015
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 608.580 322.000 Rp 1,89
TKL Rp 249.900 294.000 Rp 0,85
OH Rp 223.440 294.000 Rp 0,76
Total Rp 1.081.920 Rp 3,50
Rp 1.081.920
akan tetapi pemakaian bahan sering pula dilakukan di departemen pertama dan
97
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
jumlahnya lebih banyak dari pada unit produk saat masuk proses.
jumlah unit yang lebih banyak. Berarti harga pokol per unit yang
disesuaikan.
Contoh 3:
Berikut ini adalah data produksi yang terjadi di departemen II CV. Ande ande:
unit.
98
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Total Rp 312.000
DEPARTEMEN II
Ekuivalen unit Bahan Baku = 8 Unit +(4 unit x 100 %) = 8 unit + 4 unit
= 12 unit
= 10 unit
Catatan:
99
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 360.000 10 Rp 36.000
Penye 2 -
Set Penye Rp 360.000 12 Rp 30.000
BB Rp 72.000 12 Rp 6.000
TKL Rp 120.000 10 Rp 12.000
OH Rp 120.000 10 Rp 12.000
Total Rp 672.000 Rp 60.000
Rp 672.000
Contoh 4:
produksi untuk produk akan melewati 2 (dua) departemen. Produk yang telah
100
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
departemen II
Departemen I Departemen II
Produk Masuk Proses 350.000 liter
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 280.000 liter
Unit Bahan Yang Tambah 70.000 liter
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 315.000 liter
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 20 % Biaya Konversi 70.000 liter
101 % BB, 70 % Biaya Konversi 35.000 liter
DEPARTEMEN I
= 350.000 unit
= 294.000 unit
101
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Tuan Sinurat
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 1.050.000 350.000 Rp 3
TKL Rp 588.000 294.000 Rp 2
OH Rp 294.000 294.000 Rp 1
Total Rp 713.244 Rp 6
Rp 1.932.000
DEPARTEMEN II
= 350.000 unit
= 339.500 unit
102
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Tuan Sinurat
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 1.680.000 280.000 Rp 6
Penye 70.000 -
Set Penye Rp 1.680.000 350.000 Rp 4,8
BB Rp 420.000 350.000 Rp 1,2
TKL Rp 339.500 339.500 Rp 1,0
OH Rp 169.750 339.500 Rp 0,5
Total Rp 2.609.250 Rp 7,5
Rp 2.609.250
Bahan baku dapat di tambah pada awal proses maupun pada akhir
dapat dilakukan pada awal saja atau pada akhir proses saja, ataupun pada
103
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
awal dan akhir proses. Untuk memudahkan penyusunan laporan harga pokok
produksi maka untuk bahan baku yang ditambahkan pada awal proses,
ditambahkan pada akhir proses. Bahan baku yang ditambahkan pada akhir
periode pada saat perhitungan ekuivalen unit tidak memasukkan nilai dari
persediaan akhir barang dalam proses. Sehingga, pada saat kita akan menilai
persediaan akhir barang dalam proses tidak akan ada nilai dari bahan baku
langsung dan biaya overhead pabrik umumnya dilakukan secara merata dari
awal hingga akhir proses selama proses produksi. Jadi tidak ada anggapan
tenaga kerja atau biaya overhead pabrik hanya terlibat diawal atau diakhir
Contoh 5:
departemen, yaitu departemen I dan departemen II. Setiap 1 liter produk yang
baku X ditambahkan pada awal proses dan kemudian pada akhir proses
ditambahkan 0,5 liter bahan baku Y, dimana bahan baku Y ditambahkan pada
proses mencapai 95 %. Pada awal bulan April 2015, produk yang ditransfer dari
departemen I sebanyak 25 liter dengan harga pokok per liter Rp 170. Harga per
liter bahan baku yang ditambahkan adalah Rp 1.000 untuk bahan baku X, dan
Rp 100 untuk bahan baku Y. Pada akhir bulan April terdapat 1/5 bahan baku
dari departemen I yang masuk proses masih belum selesai (baru menyerap
104
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
50% biaya konversi). Selama bulan April 2015, biaya tenaga kerja langsung
= 2 x 25 liter = 50 liter.
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses = 1/5 x Produk Masuk Proses Dari
Departemen I
= 70 liter + 15 liter
= 85 liter
= 77,5 unit
105
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 4.250 25 Rp 170
Penye 60 -
Set Penye Rp 4.250 85 Rp 50
BB X Rp 85.000 85 Rp 1.000
BB Y Rp 7.000 70 Rp 100
TKL Rp 7.750 77,5 Rp 100
OH Rp 7.750 77,5 Rp 100
Total Rp 111.750 Rp 1.350
Rp 111.750
dihasilkan, baik yang sudah jadi maupun yang masih dalam proses, jumlahnya
tidak sama dengan unit yang masuk proses. Hal tersebut terjadi karena adanya
produk yang hilang dalam proses produksi. Produk yang hilang dalam proses
106
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
dapat bersifat normal maupun abnormal. Produk hilang karena sifat bahan yang
bersifat normal.
awal proses, sepanjang proses atau pun pada akhir proses. Produk hilang
sering diketahui pada saat inspeksi. Inspeksi itu dilakukan pada tengah proses
Produk yang hilang pada awal proses, dianggap belum menyerap biaya
produksi. Oleh karena itu, unit produk hilang yang masuk dalam proses tidak
departemen I akan menaikkan harga pokok per satuan. Apabila produk hilang
awal proses terjadi di departemen II, maka harga pokok produksi per unit
produk yang ditransfer dari departemen I akan meningkat. Produk hilang pada
Harga pokok dari departemen I dan departemen II per unit akan disesuaikan
Contoh 6:
Berikut adalah data produksi dan biaya yang terjadi dari kedua departemen:
107
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Departemen I Departemen II
Produk Masuk Proses 100 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 90 kg
Unit Yang Hilang (Normal) 10 kg 10 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 80 kg
Departemen I Departemen II
Bahan Baku Rp 10.800 Rp -
Tenaga Kerja Langsung Rp 4.050 Rp 6.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 3.150 Rp 2.960
Catatan: Pada contoh 6 ini, tidak ada persediaan akhir barang dalam proses,
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 10.800 90 Rp 120
TKL Rp 4.050 90 Rp 45
OH Rp 3.150 90 Rp 35
Total Rp 18.000 Rp 200
108
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 18.000 80 Rp 225
TKL Rp 6.000 80 Rp 75
OH Rp 2.960 80 Rp 37
Total Rp 26.960 Rp 337
Rp 26.960
produksi. Oleh karena itu, produk hilang akhir proses ikut diperhitungkan dalam
gudang barang jadi yang dihtitung berdasarkan ekuivalen unit diatas, pada
kenyataan jumlah unit yang ditransfer tidak termasuk unit yang hilang. Harga
pokok per unit yang ditrasfer ke departemen berikutnya atau ke gudang barang
jadi harus disesuaikan dengan produk yang hilang. Adanya produk yang hilang
penyesuaian. Adanya produk yang hilang normal baik yang hilang awal maupun
109
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Contoh 7:
Dengan memakai data-data dari contoh 6, tetapi produk yang siap diproses
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 10.800 100 Rp 108
TKL Rp 4.050 100 Rp 40,5
OH Rp 3.150 100 Rp 31,5
Total Rp 18.000 Rp 180
Peny:
Hilang - (10) -
Rp 18.000 90 Rp 200
Rp 18.000
110
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 18.000 90 Rp 200
TKL Rp 6.000 90 Rp 66,7
OH Rp 2.960 90 Rp 32,9
Total Rp 26.960 Rp 299,6
Peny:
Hilang - (10) -
Rp 26.960 80 Rp 337
Rp 26.960
Contoh 8:
PT. Cat Sejati memproduksikan cat yang diproses memakai dua departemen.
untuk diproses lebih lanjut. Berikut ini data yang berkaitan dengan produksi
111
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Departemen I Departemen II
Produk Masuk Proses 750 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 500 kg
Unit Yang Hilang 150 kg 50 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 350 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 40 % Biaya Konversi 100 kg
, 50 % Biaya Konversi 100 kg
Departemen I:
= 500 kg + 100 kg
= 600 Kg
= 500 kg + 40 kg
= 540 kg
Departemen II:
= 350 kg + 50 kg
= 400 kg
112
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 45.000 600 Rp 75
TKL Rp 70.200 540 Rp 130
OH Rp 64.800 540 Rp 120
Total Rp 180.000 Rp 325
Rp 180.000
113
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 162.500 500 Rp 325
Penye 50 -
Set Penye Rp 162.500 450 Rp 361,1
TKL Rp 85.000 400 Rp 212,5
OH Rp 90.000 400 Rp 225
Total Rp 337.500 Rp 798,6
Rp 337.500
Departemen I:
= 750 Kg
114
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
= 500 kg + 40 kg + 150 kg
= 690 kg
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 45.000 750 Rp 60
TKL Rp 70.200 690 Rp 101,74
OH Rp 64.800 690 Rp 93,91
Total Rp 180.000 Rp 255,65
Rp 180.000
Departemen II:
= 350 kg + 50 kg + 50 kg = 450 kg
115
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 166.174 500 Rp 332,345
TKL Rp 85.000 450 Rp 188,889
OH Rp 90.000 450 Rp 200
Total Rp 341.174 Rp 721,234
Rp 341.174
116
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Contoh 9:
CV. Minyak Angin Sehat sewaktu melakukan proses produksi melewati dua
departemen produksi. Berikut data-data bulan Februari 2015 yang dapat
diperoleh dari CV. Minyak Angin Sehat:
Departemen I Departemen II
Unit Produk:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya Konversi 68.000 unit
100 % Bahan, 20% Biaya Konversi 102.000 unit
Produk Masuk Proses 680.000 unit
Ditransfer Ke Departemen II 595.000 unit
Unit Bahan Yang Tambah 85.000 unit
Ditransfer Ke Gudang 748.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 60% Biaya Konversi 153.000 unit
100 % Bahan, 30% Biaya Konversi 34.000 unit
117
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Biaya-Biaya:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
Dept 1 Rp - Rp 680.000
Bahan Baku Langsung Rp 238.000 Rp 204.000
Tenaga Kerja Langsung Rp 111.520 Rp 174.760
Biaya Overhead Pabrik Rp 187.000 Rp 78.200
Total Rp 536.520 Rp 1.136.960
Periode Sekarang:
Bahan Baku Langsung Rp 2.380.000 Rp 1.360.000
Tenaga Kerja Langsung Rp 850.000 Rp 1.190.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.530.000 Rp 680.000
Total Rp 4.760.000 Rp 3.230.000
Departemen I:
= 748.000 unit
= 686.800 unit
Departemen II:
= 782.000 unit
= 758.200 unit
118
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
DAFTAR KUANTITAS
FISIK
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya Konversi 68.00
Produk Masuk Proses 680.00
PEMBEBANAN BIAYA
Pers Awal Sekarang Jumlah Biaya EU Harga Per E
BB Rp 238.000 Rp 2.380.000 Rp 2.618.000 748.000 Rp
TKL Rp 111.520 Rp 850.000 Rp 961.520 686.800 Rp
OH Rp 187.000 Rp 1.530.000 Rp 1.717.000 686.800 Rp
Total Rp 536.520 Rp 4.760.000 Rp 5.296.520 Rp
HARGA POKOK
PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(595.000 unit x Rp 7,4)
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 153.000 unit x 100%x Rp 3,5 Rp 535.500
TKL : 153.000 unit x 40% x Rp1,4 Rp 128.520
OH : 153.000 unit x 40% x Rp 2,5 Rp 229.500
119
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PEMBEBANAN BIAYA
Pers Awal Sekarang Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept
I Rp 680.000 Rp 4.403.000 Rp 5.083.000 782.000 Rp 6,50
BB Rp 204.000 Rp 1.360.000 Rp 1.564.000 782.000 Rp 2,00
TKL Rp 174.760 Rp 1.190.000 Rp 1.364.760 758.200 Rp 1,80
OH Rp 78.200 Rp 680.000 Rp 758.200 758.200 Rp 1,00
Total Rp 1.136.960 Rp 7.633.000 Rp 8.769.960 Rp 11,30
120
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Departemen I:
= 680.000 unit
= 659.600 unit
Departemen II:
= 680.000 unit
= 737.800 unit
121
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PEMBEBANAN BIAYA
Sekarang EU Harga Per EU
BB Rp 2.380.000 680.000 Rp 3,50
TKL Rp 850.000 659.600 Rp 1,29
OH Rp 1.530.000 659.600 Rp 2,32
Pers Awal Rp 536.520
Total Rp 5.296.520 Rp 7,11
122
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
PEMBEBANAN BIAYA
Sekarang EU Harga Per EU
Dept I Rp 4.430.778 595.000 Rp 7,11
Penye 85.000 -
Set Penye Rp 4.430.778 680.000 Rp 6,52
BB Rp 1.360.000 680.000 Rp 2,00
TKL Rp 1.190.000 737.800 Rp 1,61
OH Rp 680.000 737.800 Rp 0,92
Pers Awal Rp 1.136.960
Total Rp 8.797.738 Rp 11,05
123
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
LATIHAN
1. CV. Lukis Sejati memproduksikan wallpaper. Berikut ini adalah data yang
Data Fisik:
Data Biaya:
Total Rp38.604.000
Diminta:
124
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Departemen 1 Departemen 2
Produk Masuk Proses 420.000 unit
Produk Selesai Diterima Dari Departemen I 360.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 20 % Biaya Konversi 60.000 unit
70 % Biaya Konversi 72.000 unit
Departemen 1 Departemen 2
Bahan Baku Rp 378.000 Rp -
Tenaga Kerja Langsung Rp 260.400 Rp 169.200
Biaya Overhead Pabrik Rp 223.200 Rp 135.360
departemen 2!
Departemen A Departemen B
Produk Masuk Proses 35.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen B 30.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 21.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 20 % Biaya Konversi ??? unit
40 % Biaya Konversi ??? unit
Biaya-biaya selama periode tersebut:
Departemen A Departemen B
Bahan Baku Rp 430.000 Rp -
Tenaga Kerja Langsung Rp 620.000 Rp 861.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 620.000 Rp 738.000
Tidak ada produk yang hilang dalam proses produksi.
produksi tersebut!
125
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Departemen X Departemen Y
Produk Masuk Proses 1.040.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen Y 988.000 unit
Unit Yang Ditambahkan 12.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 900.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 30 % Biaya Konversi 52.000 unit
100 % BB, 65 % Biaya Konversi 100.000 unit
Departemen X Departemen Y
Bahan Baku Rp 2.600.000 Rp 2.000.000
Tenaga Kerja Langsung Rp 3.763.500 Rp 3.088.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.254.500 Rp 2.306.350
produksi tersebut!
5. Berikut ini adalah data yang tersedia di departemen C pada CV. Sentosa
Jaya:
126
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
BB Rp 151.200
TKL Rp 450.072
6. Minuman ringan cap Segar menggunakan bahan baku sirup, air dan cairan
awal proses dan zat asam ditambahkan pada akhir proses. Setiap liter sirup
asam untuk menghasilkan produk jadi. Selam proses produksi tidak ada
produk hilang. Selama bulan Agustus 2015, 100.000 liter telah ditransfer ke
127
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Diminta:
2?
departemen 2?
Departemen X Departemen Y
Produk Masuk Proses 1.750 kg 1.250 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen Y 1.250 kg
Unit Yang Hilang Akhir Proses 200 kg
Unit Yang Hilang Awal Proses 150 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 900 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 50 % Biaya Konversi 300 kg
100 % BB, 75 % Biaya Konversi 200 kg
Departemen X Departemen Y
Bahan Baku Rp 1.050.000 Rp -
Tenaga Kerja Langsung Rp 880.000 Rp 2.047.500
Biaya Overhead Pabrik Rp 800.000 Rp 1.968.750
departemen!
8. Berikut ini adalah data-data unit produksi yang terjadi di suatu departemen
Diminta:
rata!
Diminta:
rata-rata!
FIFO!
10. CV. Aroma Sejahtera memiliki data untuk bulan Januari 2015 sebagai
berikut: persediaan awal barang dalam proses sejumlah 3.600 unit dengan
129
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
biaya bahan pada tingkat penyelesaian 10% senilai Rp 756.000 dan biaya
unit yang dimasukkan ke dalam proses produksi selama bulan Januari 2015
penyelesaian bahan 40% dan biaya konversi 80%. Dalam proses produksi
Diminta:
metode rata-rata!
metode FIFO!
11. Berikut ini data-data produksi dari CV. Indah Jaya untuk bulan November
2014:
130
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
bahan baku dan 20 % biaya konversi. Tidak ada produk yang hilang dalam
proses produksi.
Diminta:
12. PT. Kuku Indah adalah perusahaan manufaktur yang memproduksikan cat
kuku. Cat kuku yang yang diproduksikan oleh perusahaan ini diproduksi di
Departemen Departemen
I II
Unit Produk:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya
Konversi 35.000 unit
100 % Bahan, 50% Biaya
Konversi 56.000 unit
Produk Masuk Proses 175.000 unit
Ditransfer Ke Departemen II 196.000 unit
Ditransfer Ke Gudang 231.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 80% Biaya
Konversi ?
100 % Bahan, 50% Biaya
Konversi ?
131
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses
Biaya-Biaya:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
Dept 1 Rp - Rp 317.240
Bahan Baku Langsung Rp 70.000 Rp -
Biaya Konversi Rp 48.300 Rp 117.600
Total Rp 118.300 Rp 434.840
Periode Sekarang:
Bahan Baku Langsung Rp 404.600 Rp 265.650
Biaya Konversi Rp 666.540 Rp 896.700
Total Rp 1.071.140 Rp 1.162.350
Diminta:
132
Bab 7 – Biaya Bersama
Joint cost berbeda dengan common cost . Common cost berkaitan dengan
pemakaian fasilitas secara bersama oleh dua pemakai atau lebih. Joint cost tidak
dapat dipisah-pisahkan dan harus dibebankan ke produk. Contoh common cost
adalah biaya yang terjadi di departemen jasa yang kemudian dialokasikan ke
departemen produksi.
133
Bab 7 – Biaya Bersama
Gambar 7.2
Common Cost
Tabel 7.1
Perbedaan Joint Cost Dan Common Cost
Produk yang dihasilkan secara simultan dalam suatu proses produksi akan
menghasilkan produk bersama (joint product) dan produk sampingan (by product),
dimana itu akan terjadi apabila produk-produk tersebut mencapai titik pisah (splitt off
134
Bab 7 – Biaya Bersama
point). Biaya-biaya yang terjadi selama proses produksi sampai batas titik pisah,
itulah yang dikatakan sebagai biaya bersama (joint cost).
Gambar 7.3
Hubungan Antara Biaya Bersama Dan Titik Pisah
Produk Utama B
Biaya Bersama
Produk Sampingan
Gambar 7.4
Beda Nilai Jual Produk Utama Dan Produk Sampingan
135
Bab 7 – Biaya Bersama
Contoh 1
Tuan Sihombing mempunyai pabrik yang memproduksikan suatu produk. Produk
yang dihasilkan oleh pabrik tersebut ada 4 macam produk, yaitu produk A, B, C dan
D. Biaya bahan baku yang terjadi merupakan biaya bersama. Selain biaya bahan
baku, semua biaya yang terjadi sudah dapat dihitung menurut jenis produk. Biaya
bahan baku yang digunakan untuk proses produksi pada bulan Juni 2015 sebesar
Rp 500.000. jumlah produksi dan harga jual masing-masing produk adalah sebagai
berikut:
Produk Harga Jual/ Unit (Rp) Unit Biaya Konversi (Rp)
A 10 19.500 47.550
B 12 15.000 30.800
C 15 10.000 10.650
D 15 15.000 16.000
136
Bab 7 – Biaya Bersama
195.000
Biaya Bersama BB Untuk Produk A = X 500.000 = Rp 130.000
750.000
Biaya Konversi Rp 47.550
Total Harga Pokok Produksi Rp 177.550
Unit Yang Diproduksikan 19.500 Unit
Harga Pokok Produksi Produk A Per Unit Rp 9,11
180.000
Biaya Bersama BB Untuk Produk B = X 500.000 = Rp 120.000
750.000
Biaya Konversi Rp 30.800
Total Harga Pokok Produksi Rp 150.800
Unit Yang Diproduksikan 15.000 Unit
Harga Pokok Produksi Produk B Per Unit Rp 10,05
150.000
Biaya Bersama BB Untuk Produk C = X 500.000 = Rp 100.000
750.000
Biaya Konversi Rp 10.650
Total Harga Pokok Produksi Rp 110.650
Unit Yang Diproduksikan 10.000 Unit
Harga Pokok Produksi Produk C Per Unit Rp 11,07
225.000
Biaya Bersama BB Untuk Produk D = X 500.000 = Rp 150.000
750.000
Biaya Konversi Rp 16.000
Total Harga Pokok Produksi Rp 166.000
Unit Yang Diproduksikan 15.000 Unit
Harga Pokok Produksi Produk D Per Unit Rp 11,07
Contoh 2
Di sebuah pabrik pengolahan kayu terdapat biaya bersama untuk memproduksikan
papan broti dan serbuk gergaji. Biaya bersama yang dikeluarkan untuk
memproduksikan papan broti dan serbuk gergaji sebesar Rp 150.000.000 untuk
bahan baku dan Rp 75.000.000 untuk biaya konversi. Nilai jual daripada papan broti
adalah Rp 385.000.000 dan nilai jual daripada serbuk gergaji sebesar Rp
265.000.000.
137
Bab 7 – Biaya Bersama
385.000.000
Biaya Bersama Untuk Papan Broti = X 225.000.000 = Rp 133.269.000
650.000 .000
265.000.000
Biaya Bersama Untuk Serbuk Gergaji = X 225.000.000 = Rp 91.731.000
650.000 .000
Contoh 3
Pabrik keripik di tanjung morawa memproduksikan 3 rasa kripik dari satu jenis bahan
baku. Setelah diolah pada tahap pertama, kripik dapat dikenali menurut
rasanya.Rasa kripik yang dihasilkan adalah kripik asin, kripik manis dan kripik
pedas. Setelah pengolahan tahap pertama selesai, kripik itu diolah lebih lanjut
dengan biaya masing-masing per bungkus Rp 5,- untuk rasa manis dan Rp 7,5
untuk rasa pedas. Yang diproduksikan selama Maret 2015 adalah 250.000 bungkus
untuk rasa manis, 187.500 bungkus untuk rasa asin dan 187.500 bungkus untuk
rasa pedas. Untuk dapat menghasilkan ketiga rasa kripik tersebut telah
dipergunakan biaya bahan baku dan pengolahan pada tahap pertama sebesar Rp
10.000.000. setelah pengolahan tahap pertama selesai, 3 rasa kripik tersebut baru
dapat diidentifikasi. Harga jual masing-masing kripik adalah Rp 10 per bungkus
untuk rasa asin, Rp 12 per bungkus untuk rasa manis, dan Rp 15,5 per bungkus
untuk rasa pedas.
138
Bab 7 – Biaya Bersama
2.250.000
Kripik Rasa Asin = X 10.000.000 = Rp 4.500.000
5.000 .000
1.500.000
Kripik Rasa Manis = X 10.000.000 = Rp 3.000.000
5.000 .000
Satuan Fisik
Pada metode ini, biaya bersama akan dialokasikan ke setiap jenis produk
memakai output per jenis produk.
139
Bab 7 – Biaya Bersama
Contoh 4
Pabrik minuman ringan mempunyai 3 jenis minuman, yaitu rasa jeruk manis, jeruk
asli dan jeruk sangat manis. Ketiga jenis produk tersebut merupakan produk utama
yang diolah dari satu jenis bahan baku. Data-data yang diperoleh dari pabrik
minuman ringan yaitu biaya bahan baku dan biaya pengolan sebesar
Rp 95.405.000. Produksi yang dihasilkan untuk masing-masing minuman adalah 558
kaleng untuk rasa jeruk manis, 465 kaleng untuk rasa jeruk asli dan 837 kaleng
untuk rasa jeruk sangat manis.
465
Rasa Jeruk Asli = X 95.405.000 = Rp 23.851.250
1.860
837
Rasa Jeruk Sangat Manis = X 95.405.000 = Rp 42.932.250
1.860
Rata-Rata Biaya
Biaya rata-rata satuan ditentukan dengan jumlah biaya bersama akan dibagi
dengan total unit produk bersama yang dihasilkan. Setiap jenis produk bersama
akan mendapatkan alokasi biaya bersama sebesar biaya rata-rata per unit yang
dikaitkan dengan besarnya unit pada jenis tersebut.
Contoh 5
Sebuah industri rumah tangga memproduksikan 3 produk, yaitu produk A, produk B
dan produk C. Ketiga produk tersbeut diolah secara bersama dari satu jenis bahan
140
Bab 7 – Biaya Bersama
baku yang sama. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat ketiga produk tersebut
adalah Rp 500.000. Produk A yang dihasilkan sebanyak 30.000 unit, produk B yang
dihasilkan sebanyak 28.000 unit dan produk C yang dihasilkan sebanyak 22.000
unit.
Rata-Rata Tertimbang
Metode ini mirip dengan metode nilai jual, dimana metode nilai jual setiap produk
diberi bobot dengan harga jualnya. Pada metode rata-rata tertimbang, tiap produk
diberi bobot sesuai dengan keinginan kita. Tentu dengan mempertimbangkan
berbagai faktor dalam menentukan besarnya bobot untuk setiap produk.
Contoh 6
CV. Cantika Indah memproduksikan 4 jenis produk yang dihasilkan dari satu proses
produksi. Selama periode Juni 2015 terjadi biaya bersama sebesar Rp 50.000.000.
Produk Q diproduksi sebanyak 20 unit dan diberi bobot 3, produksi X diproduksi
sebanyak 15 unit dan diberi bobot 2, produksi Y diproduksi sebanyak 10 unit dan
diberi bobot 4, produksi Z diproduksi sebanyak 15 unit dan diberi bobot 1.
Produk Q = 24 unit x 3 = 72
Produk X = 18 unit x 2 = 36
Produk Y = 9 unit x 4 = 36
Produk Z = 36 unit x 1 = 36
Total 180
141
Bab 7 – Biaya Bersama
72
Produk Q = X Rp 50.000.000 = Rp 20.000.000
180
36
Produk X = X Rp 50.000.000 = Rp 10.000.000
180
36
Produk Y = X Rp 50.000.000 = Rp 10.000.000
180
36
ProdukZ = X Rp 50.000.000 = Rp 10.000.000
180
Produk Sampingan
Dijual Saat Proses Lanjutan Jual
142
Bab 7 – Biaya Bersama
Produk sampingan yang dihasilkan dapat kita jual kembali dengan dua cara,
yaitu dijual pada saat titik pisah (splitt off point) tanpa proses lanjutan, dan dijual
setelah diproses lebih lanjut.
Apabila kita membandingkan antara produk sampingan dengan produk
utama, produk sampingan nilainya relatif lebih rendah. Oleh karena itu, alokasi biaya
bersama ke produk sampingan tidak perlu dilakukan. Ada beberapa metode yang
diperkenankan untuk menetapkan harga pokok produk sampingan, yaitu:
1. Metode Pengakuan Pendapatan Kotor
Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan
diberlakukan sebagai:
a. Pendapatan lain-lain.
b. Hasil penjualan tambahan
c. Pengurang total biaya produksi utama
2. Metode Pengakuan Pendapatan Bersih
Hasil penjualan produk sampingan setelah dikurangi dengan biaya
pemasaran dan administrasi serta biaya pemrosesan lanjutan, dalam
perhitungan laba rugi akan diberlakukan sebagai:
a. Pendapatan lain-lain.
b. Hasil penjualan tambahan
c. Pengurang total biaya produksi utama
3. Metode Sebagian Biaya Gabungan Dialokasikan Ke Produk Sampingan
Metode ini akan dapat dibedakan dengan dua metode, yaitu
a. Metode biaya pengganti (replacement cost)
b. Metode nilai pasar (reversal cost)
Contoh 7
Unit Yang diproduksikan sama dengan unit yang dijual yaitu 10.000 unit. Harga Jual
per unit adalah Rp 10.000 dan biaya produksi per unit sebesar Rp 5.500. Penjualan
produk sampingan sebesar Rp 5.000.000. Biaya penjualan dan administrasi produk
utama sebesar Rp 6.000.000.
143
Bab 7 – Biaya Bersama
144
Bab 7 – Biaya Bersama
Contoh 8
Unit Yang diproduksikan sama dengan unit yang dijual yaitu 10.000 unit. Harga Jual
per unit adalah Rp 10.000 dan biaya produksi per unit sebesar Rp 5.500. Penjualan
produk sampingan sebesar Rp 5.000.000 dan membutuhkan biaya proses lanjutan
sebesar Rp 500.000. Biaya penjualan dan administrasi produk utama sebesar Rp
6.000.000 dan produk sampingan sebesar Rp 200.000.
145
Bab 7 – Biaya Bersama
Pada metode ini, biasanya produk sampingan tersebut digunakan lagi untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, yang mungkin saja dipakai menjadi bahan untuk
membuat produk yang lain dalam satu perusahaan. Pada metode ini, produk
sampingan tidak dijual ke pasar. Nilai produk sampingan ini sebesar berapa nilai
pasar yang berlaku.
Contoh 9
Pabrik XYZ menghasilkan produk X sebagai produk utama dan menghasilkan
produk Q sebagai produk sampingan. Pada bulan Maret 2015 dihasilkanlah produk
X sebesar 20.000 unit dan produk sampingan Q sebesar 100 kg. Biaya produksi
yang dikeluarkan untuk memproduksikan X adalah bahan baku sebesar Rp
20.000.000, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 15.000.000 dan biaya
overhead sebesar Rp 10.000.000. Produk Q digunakan oleh pabrik tersebut untuk
membuat produk Y. Harga pokok Q dipasaran adalah Rp 3000,- per kg.
146
Bab 7 – Biaya Bersama
Pada metode ini, produk sampingan mendapat alokasi harga pokok produksi
sebelum dipisahkan dari produk utama. Alokasi harga pokok produksi yang diterima
produk sampingan adalah sebesar taksiran dari nilai jual semua produk sampingan
setelah dikurangi denga taksiran laba kotor produk sampingan, biaya proses lanjutan
produk sampingan dan biaya penjualan dan administrasi dari produk sampingan.
Contoh 10
CV. Laris memproduksikan satu jenis produk yaitu produk S dan menghasilkan satu
produk sampingan yaitu produk A. Untuk menghasilkan kedua produk itu
memerlukan biaya bersama sebesar Rp 15.000.000. CV. Laris menetapkan taksiran
laba kotor dari produk sampingan adalah 20%. Data-data yang berhubungan dengan
produksi kedua produk tersebut adalah sebagai berikut:
Produk Utama S Produk Utama A
Unit Yang Dihasilkan 50.000 unit 6.850 unit
Penjualan Rp 40.000.000 Rp 2.000.000
Biaya Proses Lanjutan Rp 11.170.000 Rp 200.000
Biaya Penjualan Dan Administrasi Rp 3.700.000 Rp 230.000
147
Bab 7 – Biaya Bersama
CV. Laris
Laporan Laba Rugi
Contoh 11
PT. Xiyi memproduksi dua produk utama (yaitu : produk X dan produk Y) dan dua
produk sampingan (yaitu: produk Xi dan produk Yi). Biaya bersama yang dikeluarkan
dalam menghasilkan keempat produk tersebut sebesar Rp 180.975.000,-. Data-data
lain yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk tersebut adalah:
Unit Pers Akhir Harga Jual Biaya Proses
Produk
Produksi (Unit) (Rp) Lanjutan (Rp)
X 30.000 3.000 8.000 30.000.000
Y 25.000 1.500 6.400 20.000.000
Xi 600 150 1.300 180.000
Yi 500 100 1.000 150.000
Informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan produk tersebut adalah:
Produk
Jenis Beban
X Y Xi Yi
Penjualan (Rp) 25.000.000 23.200.000 114.000 50.000
Administrasi Dan Umum (Rp) 17.500.000 15.400.000 30.000 25.000
Taksiran laba masing-masing produk sebesar 20 %
148
Bab 7 – Biaya Bersama
Produk Sampingan Xi
Penjualan Produk sampingan (600 unit x Rp 1.300) Rp 780.000
Taksiran Laba Kotor (20%) (156.000)
Taksiran Harga Pokok Rp 624.000
Taksiran Biaya Proses Lanjutan Rp 180.000
Taksiran Biaya Penjualan 114.000
Taksiran Biaya Administrasi Dan Umum 30.000 (324.000)
Taksiran Biaya Produk Sampingan Produk Xi Rp 300.000
Produk Sampingan Yi
Penjualan Produk sampingan (500 unit x Rp 1.000) Rp 500.000
Taksiran Laba Kotor (20%) (100.000)
Taksiran Harga Pokok Rp 400.000
Taksiran Biaya Proses Lanjutan Rp 150.000
Taksiran Biaya Penjualan 50.000
Taksiran Biaya Administrasi Dan Umum 25.000 (225.000)
Taksiran Biaya Produk Sampingan Produk Yi Rp 175.000
Rp 210.000.000
Produk Utama X = X Rp 180.975.000 = Rp 108.585.000
Rp 350.000.000
Rp 140.000.000
Produk Utama Y = X Rp 180.975.000 = Rp 72.390.000
Rp 350.000.000
149
Bab 7 – Biaya Bersama
Produk Utama X
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X Rp 108.585.000
Biaya Proses Lanjutan 30.000.000
Total Biaya Produksi Produk Utama X Rp 138.585.000
Unit Yang Diproduksikan 30.000 unit
..
Harga Pokok Produksi Per Unit ( .
) Rp 4.619,5
Produk Utama Y
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X Rp 72.390.000
Biaya Proses Lanjutan 20.000.000
Total Biaya Produksi Produk Utama X Rp 92.390.000
Unit Yang Diproduksikan 25.000 unit
..
Harga Pokok Produksi Per Unit ( .
) Rp 3.695,6
Produk Sampingan Xi
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X Rp 300.000
Biaya Proses Lanjutan 180.000
Total Biaya Produksi Produk Utama X Rp 480.000
Unit Yang Diproduksikan 600 unit
.
Harga Pokok Produksi Per Unit (
) Rp 800
Produk Sampingan Yi
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X Rp 175.000
Biaya Proses Lanjutan 150.000
Total Biaya Produksi Produk Utama X Rp 325.000
Unit Yang Diproduksikan 500 unit
.
Harga Pokok Produksi Per Unit (
) Rp 650
150
Bab 7 – Biaya Bersama
PT. XiYi
Laporan Laba Rugi
151
Bab 7 – Biaya Bersama
LATIHAN
1. Strada, Inc memproduksi empat jenis produk secara bersama yang terdiri dari
produk A, B, C, dam D. Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan ke empat
jenis produk tersebut sebesar Rp 135.000.000,-. Perusahaan dalam
mengalokasikan biaya bersama perusahaan menggunakan metode unit fisik.
Berikut data yang berhubungan dengan keempat produk tersebut:
Produk Unit Biaya Proses
Lanjutan
A 28.000 Rp 16.000.000,-
B 10.500 Rp 11.250.000,-
C 21.000 Rp 18.300.000,-
D 10.500 Rp 13.350.000,-
Diminta:
a. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode unit fisik!
b. Hitunglah biaya produksi dan harga pokok produksi masing-masing produk!
2. PT. Muara memproduksi tiga jenis produk yang terdiri dari produk X, Y, dan Z.
Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan ketiga produk tersebut sebesar Rp
59.500.000. Data yang berhubungan dengan ketiga jenis produk tersebut
adalah:
Keterangan Produk X Produk Y Produk Z
Unit Produksi 3.600 7.200 13.200
Harga Jual Rp 7.200.000 Rp 14.400.000 Rp 14.400.000
Diminta:
a. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode unit fisik!
b. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode nilai jual!
152
Bab 7 – Biaya Bersama
5. PT. Indrapura memproduksi tiga jenis produk secara bersama yaitu produk X, Y,
Z. Untuk menghasilkan ke tiga jenis produk tersebut dibutuhkan biaya sebesar
Rp 312.000.000,-. Data lain yang berhubungan dengan ketiga produk tersebut
adalah:
Keterangan Produk X Produk Y Produk Z
Unit Produksi 30.000 70.000 20.000
Harga Jual Setelah Proses Lanjutan Rp 2.500 Rp 2.000 Rp 950
Biaya Proses Lanjutan Rp 24.000.000 Rp 38.000.000 Rp 2.000.000
Diminta:
c. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode nilai rata-rata
satuan!
d. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode harga jual
hipotesis!
e. Hitunglah biaya produksi dan biaya produksi per unit masing-masing produk
dengan menggunakan alokasi biaya bersama metode harga jual hipotesis!
153
Bab 7 – Biaya Bersama
7. PT. Exe memproduksi 1 jenis produk utama yaitu produk C dan menghasilkan 1
produk sampingan yaitu produk Cx. Untuk menghasilkan ke tdua produk
tersebut dibutuhkan biaya bersama sebesar Rp 64.800.000,-. Hasil penjualan
dan biaya lain yang berhubungan dengan proses produksi tersebut adalah:
Produk Utama Produk Sampingan
(C) (Cx)
Unit yang dihasilkan 16.000 unit 6.000 unit
Hasil Penjualan Rp 150.700.000
Taksiran Penjualan Rp 38.700.000
Biaya Proses Setelah Titik Pisah Rp 10.900.000 Rp 10.900.000
Beban Penjualan Rp 38.000.000 Rp 12.250.000
Beban Administrasi Rp 20.000.000 Rp 2.150.000
Perusahaan mengestimasi laba sebesar 15 %
Diminta:
a. Pisahkan biaya bersama untuk produk utama dan produk sampingan
dengan menggunakan metode reversal!
b. Hitunglah biaya produksi per unit masing-masing produk!
c. Susunlah laporan laba rugi untuk masing-masing produk!
154
Bab 7 – Biaya Bersama
9. PT. Kendal memproduksi dua produk utama yang terdiri atas produk X dan
produk Y, dan dua produk sampingan yaitu produk X1 dan produk Y1. Semua
produk semulanya diproduksi secara bersama yang kemudian diproses lebih
lanjut untuk menghasilkan produk yang disesuaikan dengan kriteria produk yang
diinginkan. Biaya yang dikeluarkan dalam proses bersama sebesar Rp
65.575.000,-. Dalam mengalokasikan biaya bersama perusahaan menggunakan
metode harga jual hipotesis. Berikut ini data yang dimiliki perusahaan dalam
menghasilkan produk adalah:
Produk Unit Harga Jual Biaya Proses Biaya Biaya
produksi Per Unit Lanjutan Penjualan Administrasi
Umum
X 40.000 Rp 2.200,- Rp 16.000.000,- Rp6.500.000,- Rp 5.000.000,-
Y 25.000 Rp 2.000,- Rp 14.000.000,- Rp 5.000.000,- Rp 2.500.000,-
X1 15.000 Rp 1.500,- Rp 5.220.000,- Rp 3.305.000,- Rp 2.500.000,-
Y1 20.000 Rp 1.600,- Rp 7.500.000,- Rp 4.250.000,- Rp 3.250.000,-
Taksiran laba untuk masing-masing produk sampingan adalah 20 %.
155
Bab 7 – Biaya Bersama
Diminta:
a. Alokasikan Joint cost produk utama dan produk sampingan dengan metode
reversal!
b. Hitunglah alokasi joint cost untuk produk utama!
c. Hitunglah biaya produksi dan harga pokok per unit masing-masing produk
utama!
d. Hitunglah biaya produksi dan harga pokok per unit masing-masing produk
sampingan!
10. CV senantiasa memproduksi dua produk utama dan dua produk sampingan.
Biaya bersama yang dikeluarkan sebesar Rp 90.000.000,-. Berikut ini data-data
dari setiap produk tersebut:
Produk Unit Produksi Pers Akhir (Unit) Harga Jual By Proses Lanjutan
X 15.000 1.800 Rp 8.500 Rp 40.000.500
Y 7.500 1.200 Rp 7.800 Rp 10.350.000
Xi 10.500 750 Rp 5.700 Rp 6.525.000
Yi 5.000 500 Rp 6.000 Rp 5.200.000
Informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan tersebut adalah:
Diminta:
156
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
157
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
produksi, jumlah pemakaian biaya tenaga kerja langsung, dan jam tenaga kerja
langsung.
8.2 Kapasitas
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk berdasarkan tarif ditentukan
dimuka. Tarif yang dipergunakan harus ditentukan secara tepat agar pembebanan
biaya overhead pabrik juga tepat. Penentuan tarif biaya overhead pabrik dihitung
berdasarkan taksiran atau anggaran biaya overhead pabrik pada kapasitas tertentu
dibagi dengan estimasi volume aktivitas pada kapasitas tersebut. Kapasitas yang
dipilih tergantung pada apakah dipandang sebagai kepentingan jangka pendek atau
jangka panjang.
Ada beberapa kapasistas, yaitu:
a. Kapasitas Teoritis (Theoretical Capacity)
Kapasitas teoritis disebut juga sebagai kapasitas maksimum atau ideal
capacity. Yaitu: output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak
dengan anggapan semuanya beroperasi secara sempurna. Kapasitas
teoritis menganggap semua tenaga kerja dan mesin-mesin yang
beroperasi pada puncak efisiensi dengan 100 % dari rencana kapasitas.
Kapasitas teoritis tidaklah realistis, karena kapasitas ini mengabaikan
adanya penghentian secara normal seperti adanya kerusakan mesin
atau penghentian mesin akibat perawatan rutinitas. Kapasitas teoritis
tidak dapat digunakan dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik.
Gambar 8.1
Kapasitas
Kapasitas Praktis
Kapasitas Normal
Kapasitas Direncanakan
Waktu
159
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
pabrik tidak akan berkurang maupun bertambah apabila ada pengalokasian biaya
overhead pabrik. Jumlah biaya overhead pabrik yang dialokasikan ke sub unit akan
mempengaruhi harga penawaran, tingkat laba setiap produk dan perilaku manajer.
Di dalam suatu perusahaan, objek biaya merupakan departemen. Terdapat
dua jenis departemen, yaitu departemen produksi dan departemen pendukung.
Departemen produksi adalah departemen yang secara langsung akan
bertanggungjawab terhadap pembuatan sebuah produk. Departemen pendukung
adalah departemen yang menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh
departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan
suatu produk. Contohnya adalah departemen pemeliharaan, departemen personalia,
departemen penyimpanan, dan lain-lain. Ketika departemen produksi dan
departemen pendukung telah diidentifikasi, biaya overhead yang muncul di setiap
departemen dapat ditentukan.
Setelah perusahaan dibagi-bagi ke dalam departemen produksi dan
departemen pendukung, dan semua biaya overhead sudah ditelusuri ke setiap
departemen produksi dan departemen pendukung, maka biaya yang ada di
departemen pendukung akan dibebankan ke departemen produksi. Pembebanan
biaya dari departemen pendukung ke departemen produksi akan menggunakan tarif
biaya overhead pabrik yang dibuata untuk menentukan biaya produk. Ini membuat
biaya overhead pabrik yang diperoleh pada departemen produksi terdiri dari dua
bagian, yaitu biaya overhead yang secara langsung ditelusuri ke departemen
produksi, dan biaya overhead yang diperoleh dari pembebanan biaya overhead dari
departemen pendukung.
Menurut Institute Of Management Accounting (IMA) dalam Hansen dan
Mowen, terdapat beberapa tujuan dari alokasi biaya overhead pabrik, yaitu:
a. Memperoleh harga yang wajar dan saling menguntungkan
b. Menghitung tingkat laba lini produk
c. Memperkirakan pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian
d. Menilai persediaan
e. Memotivasi para manajer.
160
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Gambar 8.2
Alokasi Biaya Overhead Pabrik Dari Departemen Pendukung Ke
Departemen Produksi
Langkah 1: Langkah 2:
Biaya Departemen Biaya Departemen
Pendukung Dialokasikan Produksi, Ditambah
Ke Dpeartemen Produksi Alokasi Biaya Departemen
Pendukung, Dibebankan
Departemen Ke Produk Memakai Tarif
Pendukung Overhead Departemen
Departemen
Produksi
Departemen
Pendukung Produk
Departemen
Produksi
Departemen
Pendukung
161
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Metode Langsung
Metode langsung merupakan metode sederhana. Semua biaya yang terjadi
di departemen pendukung secara langsung dialokasikan ke departemen produksi.
Metode ini mengabaikan pemakaian jasa oleh departemen pendukung lainnya.
Meskipun terjadi suatu departemen pendukung menikmati jasa departemen
pendukung lainnya, namun terhadap departemen tersebut tidak dibebani biaya
pemakaian jasa.
Gambar 8.3
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Langsung
Dept
Pendukung 1
Dept Dept Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B
Dept
Dept Pendukung 2
Pendukung 1 Dept Dept
Produksi A Produksi B
Kosong
Setelah Dialokasikan
Kosong
Setelah Dialokasikan Kosong
Setelah Dialokasikan
162
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Contoh 1
PT. Mentari Indonesia memproses produknya melalui dua departemen produksi
yaitu departemen produksi 1 dan departemen produksi 2. Untuk kelancaran proses
produksi deparemen produksi terdapat 3 departemen pendukung, yaitu departemen
listrik, departemen bengkel dan departemen perawatan. PT. Mentari Indonesia
melakukan pengalokasian biaya overhead pabrik dengan metode langsung. Biaya
yang terjadi di departemen bengkel dialokasikan ke departemen produksi sesuai
dengan jam kerja langsung (JKL) yang dikonsumsi oleh departemen produksi.
Sedangkan biaya yang terjadi di departemen perawatan dialokasikan ke departemen
produksi sesuai dengan perbandingan luas lantai (LL). Biaya yang terjadi di
departemen listrik dialokasikan ke departemen produksi memakai kwh listrik. Berikut
adalah data-data yang ada di PT. Mentari Indonesia:
Departemen Listrik (kwh) Bengkel (JKL) Perawatan (LL)
Listrik - 200.000 128.000
Bengkel 700.000 - 72.000
Perawatan 800.000 120.000 -
Produksi 1 1.200.000 300.000 560.000
Produksi 2 1.300.000 180.000 840.000
Total 4.000.000 800.000 1.600.000
Biaya overhead pabrik yang terpakai selama 31 Maret 2015:
Departemen Listrik Rp 8.500.000
Departemen Bengkel Rp 6.825.000
Departemen Perawatan Rp 4.850.000
Departemen Produksi 1 Rp 952.000
Departemen Produksi 2 Rp 456.000
Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk untuk departemen produksi 1
berdasarkan tarif per jam tenaga kerja langsung, sedangkan departemen produksi 2
berdasarkan tarif per jam mesin. Kapasitas normal di departemen produksi 1
sebesar 15.000 JKL dan departemen produksi 2 sebesar 12.600 jam mesin.
163
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
1.300.000 kwh
Departemen Produksi 2 = X Rp8.500.000 = Rp 4.420.000
2.500.000 kwh
180.000
Departemen Produksi 2 = X Rp6.825.000 = Rp 2.559.375
480.000
840.000
Departemen Produksi 2 = X Rp 4.850.000 = Rp 2.910.000
1.400.000
164
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Contoh 2
Memakai contoh 1, tetapi memakai metode bertahap tanpa timbal balik.
165
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Gambar 8.4
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik
Dept
Pendukung 1
Dept Dept Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B
Dept
Dept Pendukung 2
Pendukung 1 Dept Dept
Produksi A Produksi B
Kosong
Setelah Dialokasikan
Dept
Dept Dept
Pendukung 1 Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B
Kosong
Setelah Dialokasikan Kosong
Setelah Dialokasikan
166
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
800.000 kwh
Departemen Perawatan = X Rp8.500.000 = Rp 1.700.000
4.000.000 kwh
1.200.000 kwh
Departemen Produksi 1 = X Rp8.500.000 = Rp 2.550.000
4.000.000 kwh
1.300.000 kwh
Departemen Produksi 2 = X Rp8.500.000 = Rp 2.762.500
4.000.000 kwh
300.000
Departemen Produksi 1 = X Rp8.312.500 = Rp 4.156.250
600.000
180.000
Departemen Produksi 2 = X Rp8.312.500 = Rp 2.351.009
600.000
167
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
840.000
Departemen Produksi 2 = X Rp 6.833.254 = Rp 4.099.952,4
1.400.000
168
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Gambar 8.5
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)
Dept
Pendukung 1
Dept Dept Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B
Contoh 3
Sebuah perusahaan pabrik pupuk memproduksikan pupuk yang melalui 3
departemen produksi, yaitu departemen X, departemen Y dan departemen Z. Untuk
kelancaran proses produksi didukung oleh 2 departemen pendukung m yaitu
departemen P dan departemen Q. Berikut ini data-data yang diperoleh dari
perusahaan tersebut:
Departemen Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal
X 7.595.000 50.000 JKL
Y 8.300.000 30.000 JM
Z 3.865.000 25.000 JKL
P 20.000.000
Q 17.600.000
Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke departemen
produksi dengan mempertimbangkan jasa timbal balik antar departemen pendukung.
Pengalokasian biaya departemen pendukung ke departemen lain, didasarkan pada
169
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
P = Rp 20.000.000 + 20% Q
P = Rp 20.000.000 + 0,2 (Rp 17.600.000 + 0,1 P)
P = Rp 20.000.000 + Rp 3.520.000 + 0,02 P
0,98 P = Rp 23.520.000
P = Rp 24.000.000
170
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
171
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
LATIHAN
1. CV. Sentosa mempunyai 3 departemen pendukung dan 2 departemen produksi.
Departemen jasa terdiri dari departemen bangunan, departemen administrasi dan
departemen listrik, sedangkan departemen produksi terdiri dari departemen
pemotongan dan departemen penampungan. Masing-masing departemen
bertanggungjawab atas masing-masing fungsi. Berikut ini adalah anggaran biaya
overhead pabrik tahunan
Departemen Biaya (Rp) Luas Jumlah Jam Tenaga
Lantai Pegawai Listrik
Pemotongan 138.000.000 250 30 180
Perampungan 48.000.000 150 20 120
Bangunan 120.000.000 75 15 30
Administrasi 80.000.000 125 20 50
Listrik 65.000.000 30 5 25
Dasar alokasi bangunan berdasarkan luas lantai, departemen administrasi
berdasarkan jumlah pegawai, dan departemen listrik berdasarkan jam tenaga
listrik. Ditetapkan bahwa departemen pemotongan memakai 3.000 jam mesin
dan departemen perampungan memakai 2.000 jam mesin. Departemen
pemotongan dan departemen perampungan pembebananya berdasarkan jam
mesin.
Diminta:
a. Alokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan
menggunakan metode langsung !
b. Hitunglah tarif departemen pemotongan dan departemen perampungan !
172
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
173
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Diminta:
a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik departemen jasa ke departemen
produksi!
b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap masing-masing
departemen produksi
5. PT. Seroja berproduksi melalui empat departemen yang terdiri dari dua
departemen produksi dan dua departemen jasa. Departemen produksi terdiri dari
departemen produksi I dan departemen produksi II. Sedangkan departemen jasa
terdiri dari departemen X dan departemen Y. Adapun jumlah biaya dan dasar
174
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Proporsi biaya overhead variabel dan tetap pada departemen produksi sebagai
berikut:
175
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Diminta: Dengan memakai metode langsung, ,metode bertahap tidak timbal balik
dan metode aljabar, maka:
7. Sebuah pabrik di daerah KIM, melakukan proses produksi dengan melalui empat
departemen, dimana terdiri dari dua departemen produksi (departemen produksi
A dan departemen produksi B) dan dua departemen jasa (departemen jasa X
dan departemen jasa Y). Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif
ditentukan dimuka. Tarif overhead departemen produksi A berdasarkan jam
kerja langsung dan tarif overhead departemen produksi B berdasarkan jam
mesin. Dasar pengalokasian biaya overhead untuk departemen jasa X
berdasarkan jumlah karyawan, dan departemen jasa Y berdasarkan jam tenaga
listrik. Berikut ini merupakan informasi data-data yang berhubungan dengan
alokasi dan perhitungan tarif overhead pabrik untuk masing-masing departemen:
Jam Jam Biaya
Jumlah Jam
Departemen Tenaga Tenaga Overhead
Karyawan Mesin
Listrik Kerja (Rp)
Produksi A 3.000 90 2.500 3.500 112.500.000
Produksi B 1.800 90 2.100 5.000 322.500.000
Jasa X 1.200 15 - - 500.000.000
Jasa Y 1.000 20 - - 195.000.000
Diminta : Dengan memakai metode langsung, maka :
176
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
177
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
157
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
produksi, jumlah pemakaian biaya tenaga kerja langsung, dan jam tenaga kerja
langsung.
8.2 Kapasitas
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk berdasarkan tarif ditentukan
dimuka. Tarif yang dipergunakan harus ditentukan secara tepat agar pembebanan
biaya overhead pabrik juga tepat. Penentuan tarif biaya overhead pabrik dihitung
berdasarkan taksiran atau anggaran biaya overhead pabrik pada kapasitas tertentu
dibagi dengan estimasi volume aktivitas pada kapasitas tersebut. Kapasitas yang
dipilih tergantung pada apakah dipandang sebagai kepentingan jangka pendek atau
jangka panjang.
Ada beberapa kapasistas, yaitu:
a. Kapasitas Teoritis (Theoretical Capacity)
Kapasitas teoritis disebut juga sebagai kapasitas maksimum atau ideal
capacity. Yaitu: output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak
dengan anggapan semuanya beroperasi secara sempurna. Kapasitas
teoritis menganggap semua tenaga kerja dan mesin-mesin yang
beroperasi pada puncak efisiensi dengan 100 % dari rencana kapasitas.
Kapasitas teoritis tidaklah realistis, karena kapasitas ini mengabaikan
adanya penghentian secara normal seperti adanya kerusakan mesin
atau penghentian mesin akibat perawatan rutinitas. Kapasitas teoritis
tidak dapat digunakan dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik.
Gambar 8.1
Kapasitas
Kapasitas Praktis
Kapasitas Normal
Kapasitas Direncanakan
Waktu
159
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
pabrik tidak akan berkurang maupun bertambah apabila ada pengalokasian biaya
overhead pabrik. Jumlah biaya overhead pabrik yang dialokasikan ke sub unit akan
mempengaruhi harga penawaran, tingkat laba setiap produk dan perilaku manajer.
Di dalam suatu perusahaan, objek biaya merupakan departemen. Terdapat
dua jenis departemen, yaitu departemen produksi dan departemen pendukung.
Departemen produksi adalah departemen yang secara langsung akan
bertanggungjawab terhadap pembuatan sebuah produk. Departemen pendukung
adalah departemen yang menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh
departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan
suatu produk. Contohnya adalah departemen pemeliharaan, departemen personalia,
departemen penyimpanan, dan lain-lain. Ketika departemen produksi dan
departemen pendukung telah diidentifikasi, biaya overhead yang muncul di setiap
departemen dapat ditentukan.
Setelah perusahaan dibagi-bagi ke dalam departemen produksi dan
departemen pendukung, dan semua biaya overhead sudah ditelusuri ke setiap
departemen produksi dan departemen pendukung, maka biaya yang ada di
departemen pendukung akan dibebankan ke departemen produksi. Pembebanan
biaya dari departemen pendukung ke departemen produksi akan menggunakan tarif
biaya overhead pabrik yang dibuata untuk menentukan biaya produk. Ini membuat
biaya overhead pabrik yang diperoleh pada departemen produksi terdiri dari dua
bagian, yaitu biaya overhead yang secara langsung ditelusuri ke departemen
produksi, dan biaya overhead yang diperoleh dari pembebanan biaya overhead dari
departemen pendukung.
Menurut Institute Of Management Accounting (IMA) dalam Hansen dan
Mowen, terdapat beberapa tujuan dari alokasi biaya overhead pabrik, yaitu:
a. Memperoleh harga yang wajar dan saling menguntungkan
b. Menghitung tingkat laba lini produk
c. Memperkirakan pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian
d. Menilai persediaan
e. Memotivasi para manajer.
160
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Gambar 8.2
Alokasi Biaya Overhead Pabrik Dari Departemen Pendukung Ke
Departemen Produksi
Langkah 1: Langkah 2:
Biaya Departemen Biaya Departemen
Pendukung Dialokasikan Produksi, Ditambah
Ke Dpeartemen Produksi Alokasi Biaya Departemen
Pendukung, Dibebankan
Departemen Ke Produk Memakai Tarif
Pendukung Overhead Departemen
Departemen
Produksi
Departemen
Pendukung Produk
Departemen
Produksi
Departemen
Pendukung
161
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Metode Langsung
Metode langsung merupakan metode sederhana. Semua biaya yang terjadi
di departemen pendukung secara langsung dialokasikan ke departemen produksi.
Metode ini mengabaikan pemakaian jasa oleh departemen pendukung lainnya.
Meskipun terjadi suatu departemen pendukung menikmati jasa departemen
pendukung lainnya, namun terhadap departemen tersebut tidak dibebani biaya
pemakaian jasa.
Gambar 8.3
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Langsung
Dept
Pendukung 1
Dept Dept Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B
Dept
Dept Pendukung 2
Pendukung 1 Dept Dept
Produksi A Produksi B
Kosong
Setelah Dialokasikan
Kosong
Setelah Dialokasikan Kosong
Setelah Dialokasikan
162
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Contoh 1
PT. Mentari Indonesia memproses produknya melalui dua departemen produksi
yaitu departemen produksi 1 dan departemen produksi 2. Untuk kelancaran proses
produksi deparemen produksi terdapat 3 departemen pendukung, yaitu departemen
listrik, departemen bengkel dan departemen perawatan. PT. Mentari Indonesia
melakukan pengalokasian biaya overhead pabrik dengan metode langsung. Biaya
yang terjadi di departemen bengkel dialokasikan ke departemen produksi sesuai
dengan jam kerja langsung (JKL) yang dikonsumsi oleh departemen produksi.
Sedangkan biaya yang terjadi di departemen perawatan dialokasikan ke departemen
produksi sesuai dengan perbandingan luas lantai (LL). Biaya yang terjadi di
departemen listrik dialokasikan ke departemen produksi memakai kwh listrik. Berikut
adalah data-data yang ada di PT. Mentari Indonesia:
Departemen Listrik (kwh) Bengkel (JKL) Perawatan (LL)
Listrik - 200.000 128.000
Bengkel 700.000 - 72.000
Perawatan 800.000 120.000 -
Produksi 1 1.200.000 300.000 560.000
Produksi 2 1.300.000 180.000 840.000
Total 4.000.000 800.000 1.600.000
Biaya overhead pabrik yang terpakai selama 31 Maret 2015:
Departemen Listrik Rp 8.500.000
Departemen Bengkel Rp 6.825.000
Departemen Perawatan Rp 4.850.000
Departemen Produksi 1 Rp 952.000
Departemen Produksi 2 Rp 456.000
Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk untuk departemen produksi 1
berdasarkan tarif per jam tenaga kerja langsung, sedangkan departemen produksi 2
berdasarkan tarif per jam mesin. Kapasitas normal di departemen produksi 1
sebesar 15.000 JKL dan departemen produksi 2 sebesar 12.600 jam mesin.
163
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
1.300.000 kwh
Departemen Produksi 2 = X Rp8.500.000 = Rp 4.420.000
2.500.000 kwh
180.000
Departemen Produksi 2 = X Rp6.825.000 = Rp 2.559.375
480.000
840.000
Departemen Produksi 2 = X Rp 4.850.000 = Rp 2.910.000
1.400.000
164
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Contoh 2
Memakai contoh 1, tetapi memakai metode bertahap tanpa timbal balik.
165
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Gambar 8.4
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik
Dept
Pendukung 1
Dept Dept Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B
Dept
Dept Pendukung 2
Pendukung 1 Dept Dept
Produksi A Produksi B
Kosong
Setelah Dialokasikan
Dept
Dept Dept
Pendukung 1 Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B
Kosong
Setelah Dialokasikan Kosong
Setelah Dialokasikan
166
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
800.000 kwh
Departemen Perawatan = X Rp8.500.000 = Rp 1.700.000
4.000.000 kwh
1.200.000 kwh
Departemen Produksi 1 = X Rp8.500.000 = Rp 2.550.000
4.000.000 kwh
1.300.000 kwh
Departemen Produksi 2 = X Rp8.500.000 = Rp 2.762.500
4.000.000 kwh
300.000
Departemen Produksi 1 = X Rp8.312.500 = Rp 4.156.250
600.000
180.000
Departemen Produksi 2 = X Rp8.312.500 = Rp 2.351.009
600.000
167
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
840.000
Departemen Produksi 2 = X Rp 6.833.254 = Rp 4.099.952,4
1.400.000
168
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Gambar 8.5
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)
Dept
Pendukung 1
Dept Dept Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B
Contoh 3
Sebuah perusahaan pabrik pupuk memproduksikan pupuk yang melalui 3
departemen produksi, yaitu departemen X, departemen Y dan departemen Z. Untuk
kelancaran proses produksi didukung oleh 2 departemen pendukung m yaitu
departemen P dan departemen Q. Berikut ini data-data yang diperoleh dari
perusahaan tersebut:
Departemen Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal
X 7.595.000 50.000 JKL
Y 8.300.000 30.000 JM
Z 3.865.000 25.000 JKL
P 20.000.000
Q 17.600.000
Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke departemen
produksi dengan mempertimbangkan jasa timbal balik antar departemen pendukung.
Pengalokasian biaya departemen pendukung ke departemen lain, didasarkan pada
169
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
P = Rp 20.000.000 + 20% Q
P = Rp 20.000.000 + 0,2 (Rp 17.600.000 + 0,1 P)
P = Rp 20.000.000 + Rp 3.520.000 + 0,02 P
0,98 P = Rp 23.520.000
P = Rp 24.000.000
170
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
171
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
LATIHAN
1. CV. Sentosa mempunyai 3 departemen pendukung dan 2 departemen produksi.
Departemen jasa terdiri dari departemen bangunan, departemen administrasi dan
departemen listrik, sedangkan departemen produksi terdiri dari departemen
pemotongan dan departemen penampungan. Masing-masing departemen
bertanggungjawab atas masing-masing fungsi. Berikut ini adalah anggaran biaya
overhead pabrik tahunan
Departemen Biaya (Rp) Luas Jumlah Jam Tenaga
Lantai Pegawai Listrik
Pemotongan 138.000.000 250 30 180
Perampungan 48.000.000 150 20 120
Bangunan 120.000.000 75 15 30
Administrasi 80.000.000 125 20 50
Listrik 65.000.000 30 5 25
Dasar alokasi bangunan berdasarkan luas lantai, departemen administrasi
berdasarkan jumlah pegawai, dan departemen listrik berdasarkan jam tenaga
listrik. Ditetapkan bahwa departemen pemotongan memakai 3.000 jam mesin
dan departemen perampungan memakai 2.000 jam mesin. Departemen
pemotongan dan departemen perampungan pembebananya berdasarkan jam
mesin.
Diminta:
a. Alokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan
menggunakan metode langsung !
b. Hitunglah tarif departemen pemotongan dan departemen perampungan !
172
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
173
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Diminta:
a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik departemen jasa ke departemen
produksi!
b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap masing-masing
departemen produksi
5. PT. Seroja berproduksi melalui empat departemen yang terdiri dari dua
departemen produksi dan dua departemen jasa. Departemen produksi terdiri dari
departemen produksi I dan departemen produksi II. Sedangkan departemen jasa
terdiri dari departemen X dan departemen Y. Adapun jumlah biaya dan dasar
174
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Proporsi biaya overhead variabel dan tetap pada departemen produksi sebagai
berikut:
175
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
Diminta: Dengan memakai metode langsung, ,metode bertahap tidak timbal balik
dan metode aljabar, maka:
7. Sebuah pabrik di daerah KIM, melakukan proses produksi dengan melalui empat
departemen, dimana terdiri dari dua departemen produksi (departemen produksi
A dan departemen produksi B) dan dua departemen jasa (departemen jasa X
dan departemen jasa Y). Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif
ditentukan dimuka. Tarif overhead departemen produksi A berdasarkan jam
kerja langsung dan tarif overhead departemen produksi B berdasarkan jam
mesin. Dasar pengalokasian biaya overhead untuk departemen jasa X
berdasarkan jumlah karyawan, dan departemen jasa Y berdasarkan jam tenaga
listrik. Berikut ini merupakan informasi data-data yang berhubungan dengan
alokasi dan perhitungan tarif overhead pabrik untuk masing-masing departemen:
Jam Jam Biaya
Jumlah Jam
Departemen Tenaga Tenaga Overhead
Karyawan Mesin
Listrik Kerja (Rp)
Produksi A 3.000 90 2.500 3.500 112.500.000
Produksi B 1.800 90 2.100 5.000 322.500.000
Jasa X 1.200 15 - - 500.000.000
Jasa Y 1.000 20 - - 195.000.000
Diminta : Dengan memakai metode langsung, maka :
176
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik
177
Bab 9 – Biaya Standar
178
Bab 9 – Biaya Standar
Standar ini dapat dicapai dalam kondisi operasi secara efisien dan telah
mempertimbangkan adanya kemacetan secara normal, adanya
kemungkinan tenaga kerja yang kurang terampil, dan lain-lain.
Kedua jenis standar diatas mempunyai dampak perilaku terhadap pekerja
dan kinerja. Jika standar dilakukan dengan ketat dan sulit untuk dicapai, maka
tenaga kerja akan frustrasi dan berkinerja buruk dan menurun. Jika standar
dilakukan dengan cara memberi tantangan dan adanya kemungkinan untuk dapat
dicapai, maka tenaga kerja akan lebih semangat dalam bekerja dan berkinerja baik.
Perusahaan manufaktur akan mengembangkan biaya standar untuk bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dengan
menggunakan biaya ini, biaya standar dapat dihitung.
179
Bab 9 – Biaya Standar
harus dibayar untuk bahan baku dan berapa yang secara aktual dibayar. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:
Penyimpangan
Harga
Penyimpangan
Penggunaan
180
Bab 9 – Biaya Standar
Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Standar Pada Harga
Aktual Standar Standar
Harga Aktual x Kuantitas Aktual Harga Standar x Kuantitas Harga Standar x Kuantitas
Aktual Standar
Penyimpangan Penyimpangan
Harga Penggunaan
Total Penyimpangan
Contoh 1
Berikut ini adalah data biaya bahan baku langsung untuk memproduksikan satu unit
produk jadi. Bahan baku A digunakan untuk memproduksikan produk jadi tersebut.
Perusahaan menetapkan standar bahwa untuk 1 unit produk jadi diperlukan 10 kg
bahan baku A dengan harga standar sebesar Rp 5. Pada kenyataannya, untuk
membuat 1 unit produk jadi terpakailah sebesar 12 kg bahan baku A dengan harga
sebesar Rp 7.
181
Bab 9 – Biaya Standar
Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Standar Pada Harga
Aktual Standar Standar
Rp 7 x 12 kg = Rp 84 Rp 5 x 12 kg = Rp 60 Rp 5 x 10 kg = Rp 50
Total Penyimpangan
Rp 34 (UF)
182
Bab 9 – Biaya Standar
Jam Aktual Pada Tarif Aktual Jam Aktual Pada Tarif Standar
Tarif Aktual x Jam Aktual Tarif Standar x Jam Aktual
Penyimpangan
Tarif
Jam Aktual Pada Tarif Standar Jam Standar Pada Tarif Standar
Tarif Standar x Jam Aktual Tarif Standar x Jam Standar
Penyimpangan
Efisiensi
183
Bab 9 – Biaya Standar
Jam Aktual Pada Tarif Aktual Jam Aktual Pada Tarif Standar Jam Standar Pada Tarif Standar
Tarif Aktual x Jam Aktual Tarif Standar x Jam Aktual Tarif Standar x Jam Standar
Penyimpangan Penyimpangan
Tarif Efisiensi
Total Penyimpangan
Contoh 2
Melanjutkan contoh 1, berikut ini adalah data biaya tenaga kerja langsung untuk
memproduksikan satu unit produk jadi. Tenaga Kerja Ahli digunakan untuk
memproduksikan produk jadi tersebut. Perusahaan menetapkan standar bahwa
untuk 1 unit produk jadi diperlukan 3 jam tenaga kerja ahli dengan tarif standar
sebesar Rp 5.000. Pada kenyataannya, untuk membuat 1 unit produk jadi
terpakailah sebesar 2 jam tenaga kerja ahli dengan upah sebesar Rp 4.500.
184
Bab 9 – Biaya Standar
Jam Aktual Pada Tarif Aktual Jam Aktual Pada Tarif Standar Jam Standar Pada Tarif Standar
Rp 4.500 x 2 jam = Rp 9.000 Rp 5.000 x 2 jam = Rp 10.000 Rp 5.000 x 3 jam = Rp 15.000
Penyimpangan Penyimpangan
Tarif Efisiensi
Rp 1.000 (F) Rp 5.000 (F)
Total Penyimpangan
Rp 6.000 (F)
185
Bab 9 – Biaya Standar
Atau
Realisasi Biaya Overhead Pabrik Anggaran Biaya Overhead Pabrik Jam Standar Pada Tarif Overhead
Pada Jam Standar
Penyimpangan Penyimpangan
Terkendali Terkendali
Total Penyimpangan
186
Bab 9 – Biaya Standar
Contoh 3
Data-data kegiatan yang dipunyai oleh Tuan Sihombing untuk dianalisis adalah
sebagai berikut:
Jam tenaga kerja langsung aktual 5.000 jam
Jam tenaga kerja langsung menurut standar 5.200 jam
Kapasitas normal 6.000 jam
Biaya overhead pabrik aktual Rp 29.500.000
Biaya overhead pabrik yang direncanakan:
Overhead variabel Rp 12.000.000
Overhead tetap Rp 18.000.000
Rp12.000.000
Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan = = Rp 2000 / jam
6.000 jam
Rp18.000.000
Tarif Overhead Tetap Yang Dianggarkan = = Rp 3000 / jam
6.000 jam
Total Tarif Overhead Yang Dianggarkan Rp 5.000 / jam
Overhead Variabel
187
Bab 9 – Biaya Standar
Realisasi Biaya Overhead Pabrik Anggaran Biaya Overhead Pabrik Jam Standar Pada Tarif Overhead
Rp 29.500.000 Pada Jam Standar Rp 5.000 x 5.200 jam =
Rp 18.000.000 + (5.200 jam x Rp Rp 26.000.000
2.000/jam = Rp 28.400.000
Penyimpangan Penyimpangan
Terkendali Terkendali
Rp 1.100.000 (U) Rp 2.400.000 (U)
Total Penyimpangan
Rp 3.500.000 (U)
188
Bab 9 – Biaya Standar
189
Bab 9 – Biaya Standar
Contoh 4
Memakai soal no 3, kita akan mengerjakannya dengan metode 3 selisih.
Overhead Variabel
= Rp 3.000.000 (U)
190
Bab 9 – Biaya Standar
Penyimpangan Kapasitas
Menganggur
= Rp 3.500.000 (U)
191
Bab 9 – Biaya Standar
192
Bab 9 – Biaya Standar
Contoh 5
Memakai soal no 4, kita akan mengerjakannya dengan metode 3 selisih.
Overhead Variabel
193
Bab 9 – Biaya Standar
= Rp 3.000.000 (U)
= Rp 3.500.000 (U)
194
Bab 9 – Biaya Standar
dan penyimpangan hasil dalam hal menghasilkan produk yang lebih menguntungan
dan untuk penghematan biaya.
Selain penyimpangan campuran dan penyimpangan hasil bahan baku dan
biaya tenaga kerja maka penyimpangan hasil biaya overhead juga dihitung untuk
biaya overhead pabrik. Ini dikarenakan ada kaitannya dengan biaya produksi.
195
Bab 9 – Biaya Standar
Contoh 6
Suatu perusahaan memproduksikan barang dengan memakai dua bahan baku, yaitu
bahan baku X dan bahan baku Y dengan biaya dan jumlah standar per unit XY
adalah sebagai berikut:
Bahan Harga Standar Per Kg Jumlah Bahan Baku
Baku (Rp) Per Unit Produk
X 4.000 5 kg
Y 8.000 5 kg
Selama bulan Maret 2015 data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Unit Yang Diproduksikan 1.000 unit
Pemakaian Bahan Baku X 4.400 kg x Rp 5.000
Pemakaian Bahan Baku Y 5.800 kg x Rp 8.000
10.200 kg
196
Bab 9 – Biaya Standar
Rp60.000.000 Rp60.000.000
Rata-rata Harga Standar Masukan = = = Rp 6.000
5.000 kg + 5.000 kg 10.000 kg
Rp60.000.000
Rata-rata Harga Standar Keluaran = = Rp 60.000
1.000 unit
Campuran Standar
(10.200 kg x Rp 6.000) 61.200.000 -
Penyimpangan Campuran Bahan Baku Rp 2.800.000 (U)
Hasil Aktual
(1.000 unit x Rp 60.000) 60.000.000
Penyimpangan Hasil Bahan Baku Rp 1.200.000 (U)
197
Bab 9 – Biaya Standar
Contoh 7
Melanjutkan contoh soal no 6, biaya untuk mengolah 12.000 kg bahan baku menjadi
1.000 unit produk memerlukan 50 jam tenaga kerja langsung dengan tarif upah
Rp 3.000 per jam. Realisasi jumlah jam tenaga kerja langsung pada bulan Maret
2015 adalah 40 jam dengan tarif tenaga kerja langsung yang dibayarkan Rp 3.200
per jam. Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja langsung
dengan tarif overhead pabrik sebesar Rp 4.000 per jam. Biaya overhead pabrik pada
volume aktivitas normal sebesar 40 jam per minggu adalah Rp 200.000.
198
Bab 9 – Biaya Standar
Rp150.000
= = Rp 15
10.000 kg
Rp 150.000
Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Keluaran = = Rp 150
1.000 unit
Hasil Aktual
(1.000 unit x Rp 150) 150.000 -
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 3.000 (U)
Rp200.000
= = Rp 20
10.000 kg
Rp 200.000
Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Keluaran = = Rp 200
1.000 unit
199
Bab 9 – Biaya Standar
Hasil Aktual
(1.000 unit x Rp 200) 200.000 -
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 4.000 (U)
Contoh 8
Data berikut ini menunjukkan campuran dan biaya standar bahan baku untuk
menghasilkan 10.000 liter cat kuku:
Bahan Harga Standar Per liter Jumlah Bahan Baku
Baku (Rp) Yang Dipakai
A 1.200 4.000 liter
B 900 8.000 liter
Biaya untuk mengolah 12.000 liter bahan baku menjadi 10.000 liter cat kuku
memerlukan 50 jam tenaga kerja langsung dengan tarif upah tenaga kerja langsung
Rp 3.840 per jam. Realisasi jumlah jam tenaga kerja langsung pada minggu ini
adalah 40 jam dengan tarif upah yang dibayarkan Rp 4.500 per jam.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja
langsung dengan tarif overhead tetap Rp 1.500 dan tarif overhead variabel Rp
3.000. Biaya overhead pabrik tetap Aktual Rp 68.000 dan biaya overhead pabrik
variabel Aktual Rp 76.000.
Realisasi produksi adalah 9.500 liter dari 14.000 liter bahan baku (5.700 liter
bahan baku A dan 8.300 liter bahan baku B). Harga beli bahan baku A sebesar
Rp 1.500 per liter dan harga beli bahan baku B sebesar Rp 800 per liter.
200
Bab 9 – Biaya Standar
Kuantitas Aktual
Penyimpangan Harga Bahan Baku A = (Rp 1.500 – Rp 1.200) x 5.700 liter
= Rp 300 x 5.700 liter
= Rp 1.710.000 (U)
= Rp 100 x 5.800 kg
= Rp 580.000 (F)
Rp12.000.000 Rp12.000.000
Rata-rata Harga Standar Masukan = = = Rp 1.000
4.000 liter + 8.000 liter 12.000 liter
Rp12.000.000
Rata-rata Harga Standar Keluaran = = Rp 1.200
10.000 liter
201
Bab 9 – Biaya Standar
Hasil Aktual
(9.500 liter x Rp 1.200) 11.400.000
Penyimpangan Hasil Bahan Baku Rp 2.600.000
202
Bab 9 – Biaya Standar
Rp 192.000
= = Rp 16
12.000 liter
Rp192.000
Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Keluaran = = Rp 19,2
10.000 liter
203
Bab 9 – Biaya Standar
Overhead Variabel
= Rp 1.500 x 10 Jam
= Rp 15.000 (U)
204
Bab 9 – Biaya Standar
Rp225.000
= = Rp 18,75
12.000 liter
Rp 225.000
Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Keluaran = = Rp 22,5
10.000 liter
Hasil Aktual
(9.500 liter x Rp 22,5) 213.750 -
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 48.750 U)
205
Bab 9 – Biaya Standar
LATIHAN
1. Berikut ini adalah data-data biaya overhead pabrik standar per unit, dengan
aktivitas produksi normal 2.000 unit :
Biaya Overhead Variabel Standar : 1,5 jam mesin @ Rp 5.500,- Rp 8.250
Biaya Overhead Tetap Standar : 1,5 jam mesin @ Rp 10.000,- Rp 15.000
Biaya Overhead Tetap Yang Dianggarkan Rp 30.000.000,-
Hasil produksi aktual 1.500 unit
Volume yang dianggarkan pada aktivitas normal 3.000 jam mesin
Jam mesin aktual 2.850 jam mesin
Jam mesin standar 2.250 jam mesin
Diminta: Hitunglah varian overhead dengan memakai metode dua selisih, metode
tiga selisih (model A dan model B) dan metode tiga selisih!
206
Bab 9 – Biaya Standar
b. Hitunglah varians bahan (varians harga saat dibeli, dan varians kuantitas
pemakaian), varians tenaga kerja (varians tarif dan varians efisiensi) dan
varians overhead (varians terkendali dan varians volume)!
3. CV. Uenak memproduksi 1 cup jus lidah buaya. 1 cup mempunyai isi 250 ml.
Untuk membuat jus lidah buaya, diperlukan air (150 ml @ Rp 460/ liter), lidah
buaya (120 ml @ Rp 1.100/ liter), dan gula (10 ml @ Rp 5.300/ liter). Untuk
menghasilkan 1 cup jus lidah buaya diperlukan waktu pengerjaan selama 30
menit dengan tariff tenaga kerja langsung sebesar Rp 750,- per jam, tarif
overhead variabel sebesar Rp 900,- per jam dan tarif overhead tetap sebesar Rp
1.000,- per jam. Perusahaan tersebut menerapkan kapasitas normal sebesar
4.000 jam kerja langsung dengan 8.000 cup jus lidah buaya yang dihasilkan.
Berikut ini data-data biaya pada bulan September 2011:
Persediaan Pembelian
Jenis Bahan
Awal (Liter) Akhir (Liter) Kuantitas Biaya/ Unit
Air 205 30 1.050 Rp 430,-
Lidah Buaya 250 150 950 Rp 1.250,
Gula 30 36 80 Rp 6.000,
Pada bulan September 2011 dihasilkanlah sebanyak 7.500 cup jus lidah buaya
dengan lama pengerjaan selama 4.000 jam kerja langsung. Biaya tenaga kerja
langsung aktual sebesar Rp 8.000.000,-
Diminta:
a. Hitunglah varians bauran bahan!
b. Hitunglah varians hasil bahan!
c. Hitunglah varians hasil tenaga kerja!
d. Hitunglah varians hasil biaya overhead pabrik!
207
Bab 9 – Biaya Standar
Diminta: Hitunglah:
a. Penyimpangan Bahan !
b. Penyimpangan Tenaga Kerja (Penyimpangan tarif tenaga kerja,
penyimpangan efisiensi tenaga kerja, penyimpangan hasil tenaga
kerja)
c. Penyimpangan Biaya Overhead (penyimpangan pengeluaran,
penyimpangan kapasits menganggur, penyimpangan efisiensi
overhead dan penyimpangan hasil overhead).
208
Bab 9 – Biaya Standar
209