Anda di halaman 1dari 232

U-niversitas

HKBPNommensen
Medan
Edisi Pertama

Akuntansi Biaya

Mangasa Sinurat
Audrey M. Siahaan
Ardin Doloksaribu
Halomoan Sihombing

Fakultas Ekonomi
Universitas HKBP Nommensen
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya

BAB 1 Ruang Lingkup Sistem


Akuntansi Biaya

Seorang manajer mempunyai tugas dan tanggungjawab manajemen


sebagai seorang perencana dan pengawas perusahaan. Perencanaan
mencakup penentuan serta penggarisan cara-cara bagaimana tujuan supaya
dapat tercapai. Pengawasan mencakup langkah-langkah maupun metode-
metode yang digunakan untuk menjamin pencapaian tujuan yang dimaksud.
Agar perencanaan dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik,
manajemen memerlukan informasi-informasi mengenai kegiatan organisasi.

1. 1. Konsep Manajemen Dan Tujuan Akuntansi Biaya


Manajemen puncak terdiri dari orang-orang yang bertugas mengambil
keputusan, memberikan perintah, membentuk kebijaksanaan, dan
mengarahkan agar semua orang mendukung kebijaksanaan perusahaan.
Secara menyeluruh, fungsi manajemen meliputi fungsi perencanaan,
pengorganisasian dan pengendalian. Fungsi-fungsi tersebut terbentuk karena
dalam suatu perusahaan akan terlibat orang-orang yang mendukung
berjalannya sebuah perusahaan.
Dalam rangka pengendalian operasi perusahaan manajemen ingin
memperoleh umpan balik sampai sejauh mana wewenang yang telah
didelegasikan kepada bawahan telah digunakan dengan sebaik-baiknya.
Umpan balik itu berupa informasi yang dapat memberikan gambaran
pelaksanaan tugas para bawahan sudah terpenuhi dan sejauh mana operasi
tersebut telah menyerap dana perusahaan. Hal ini berarti umpan balik yang
diharapkan akan berupa berapa biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam satu
periode dan berapa kuantitas yang dihasilkannya.
Menurut Carter dan Usry, akuntansi biaya adalah perhitungan biaya
dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikan

1
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya

kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun
strategis.
Akuntansi biaya pada umumnya mempunyai empat fungsi yang
berbeda yaitu:
a. Fungsi penentuan biaya (Cost Finding)
b. Fungsi pencatatan biaya (Cost Recording)
c. Fungsi penganalisaan biaya (Cost Analyzing)
d. Fungsi pelaporan biaya (Cost Rerportingi)
Suatu perusahaan dalam melakukan sistem akuntansi biaya biasanya
terlebih dahulu menentukan biaya dari suatu produk atau kegiatan tertentu.
Walaupun semua fungsi akuntansi biaya penting, namun penentuan biaya
dipandang paling kritis. Ini disebabkan karena fungsi-fungsi akuntansi biaya
lainnya bergantung pada penentuan biaya. Di dalam sistem akuntansi biaya
yang paling sering dibahas adalah mengenai prosedur-prosedur dan teknik-
teknik penentuan biaya.
Sebuah sistem akuntansi biaya merupakan bahagian yang menyatu
dari sistem akuntansi perusahaan dimana biaya-biaya dicatat pada buku jurnal.
Setelah dicatat dalam buku jurnal, kemudian dipindahbukukan (posting) ke
buku besar (general ledger).
Data biaya biasanya disiapkan oleh seorang akuntan. Akuntan yang
biasanya yang paling mampu untuk menganalisa informasi biaya dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan, merencanakan kegiatan-kegiatan
dan memberikan tanggapan kepada manajemen. Analisa biaya yang tepat
digunakan tergantung kepada pemahaman atas metode-metode yang
digunakan dalam akuntansi biaya.
Pada gambar 1.1 dapat kita lihat hubungan antara laporan akuntansi
keuangan, laporan akuntansi biaya,dan kegiatan perusahaan. Penentuan
umum tujuan perusahaan merupakan pembuatan keputusan tingkat yang paling
tinggi. Untuk mencapai tujuan manajer membuat perencanaan.

2
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya

Gambar 1.1
Hubungan Antara Akuntansi Biaya Dengan Perencanaan Dan
Pengendalian

Tujuan Umum
Perusahaan

Tujuan Khusus
Perusahaan
Laporan Laporan
Akuntansi Akuntansi
Perencanaan Untuk Manajenen
Keuangan
Mencapai Tujuan

Operasi

Data Akuntansi
Hasil Biaya
Sesungguhnya

Pembuatan perencanaan yang terinci membutuhkan informasi


akuntansi. Misalnya pembuatan anggaran, penentuan harga jual dan strategi
pemasaran produk. Manager akan mengawasi dna mengarahkan aktivitas
operasi perusahaan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Kegiatan operasi perusahaan akan menghasilkan output yang sesungguhnya.
Hasil tersebut akan dicatat dalam sistem akuntansi perusahaan. Data tersebut
akan diproses dalam akuntansi biaya yang kemudian akan digunakan untuk
penyusunan laporan akuntansi manajemen dan laporan akuntansi keuangan.
Hasil laporan akuntansi tersebut akan dipergunakan untuk mengevaluasi
perencanaan. Jika terjadi penyimpangan terhadap perencanaan, maka manajer
akan mengambil tindakan untuk melakukan penyesuaian operasi perusahaan.
Pengendalian seperti ini akan dilakukan oleh manajer secara periodik atau
sesering mungkin.
Sistem akuntansi biaya mengalami perubahan sesuai dengan
perubahan proses produksi. Beberapa tahun terakhir ini perusahaan sudah
memakai sistem komputer sehingga hampir menghapus pembukuan manual.

3
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya

Sistem akuntansi biaya sangat dibutuhkan dalam dunia nyata suatu


perusahaan seperti bank, pemerintah, dan lain-lain. Metode pabrikasi suatu
produk, perdagangan suatu produk ataupun pemberian jasa suatu perusahaan
dilakukan dengan bantuan komputer, sehingga sangat berdampak pada sistem
akuntansi biaya. Manfaat sistem akuntansi biaya adalah menyediakan salah
satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola
perusahaannya.
Biaya-biaya biasanya dilaporkan secara rinci pada kebanyakan
laporan-laporan akuntansi untuk kebutuhan inter/ manajemen, dan dilaporkan
secara menyeluruh pada laporan-laporan akuntansi untuk kebutuhan ekstern.
Laporan-laporan biaya biasanya yang paling banyak dan ini digunakan untuk
keperluan intern manajemen.
Informasi yang diperoleh dari sistem informasi akuntansi biaya akan
berbeda-beda. Oleh karena itu, informasi biaya ini harus dapat dibandingkan
dengan pendapatan dari berbagai tindakan alternatif yang akan dipilih oleh
manajemen. Informasi biaya yang diperoleh tersebut dapat dipakai oleh
manajemen untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan
perencanaan, terutama yang menyangkut masalah-masalah khusus seperti
membuat produk baru, menghentikan atau meneruskan suatu produk tertentu,
menerima atau menolak pesanan khusus, membeli atau membuat sendiri
bahan baku, dan, menjual langsung atau diproses lebih lanjut untuk produk
bersama.
Tujuan daripada sistem akuntansi biaya adalah:
a. Memberikan data biaya untuk penentuan laba dan penilaian
persediaan.
b. Memberikan informasi yang diperlukan bagi pelaksanaan
pengawasan kegiatan dan biaya perusahaan oleh manajemen.
c. Memberikan informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan
pembuatan keputusan oleh manajemen.

4
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya

1. 2. Manajemen Produksi
Manajemen produksi adalah salah satu bagian dari bidang manajemen
yang mempunyai peran dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk
mencapai tujuan. Untuk mengatur kegiatan sangat diperlukan pembuatan
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha untuk mencapai tujuan
agar barang yang dihasilkan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Pengambilan keputusan yang diambil biasanya berhubungan dengan proses
produksi dimana nanti bertujuan dengan tujuan perusahaan.
Gambar 1.2
Skema Suatu Bisnis

Gambar 1.2
Skema Sistem Produksi

INPUT
Material OUTPUT
Proses Transformasi
Manusia Barang
Modal Produksi
Jasa
Energi

5
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya

Proses produksi pada umumnya dapat dipisahkan menurut berbagai


segi. Pemilihan sudut pandang yang akan digunakan untuk pemisahan proses
produksi dalam perusahaan ini akan tergantung untuk apa pemisahan tersebut
dilaksanakan serta penentuan tipe produksi didasarkan faktor volume jumlah
produk yang akan dihasilkan, kualitas produk yang diisyaratkan dan peralatan
yang tersedia untuk melaksanakan proses.
Jenis proses produksi ditinjau dari segi wujud proses produksi:
a. Proses produksi Kimiawi
Proses produksi kimiawi merupakan suatu proses produksi yang
menitikberatkan kepada adanya proses analisa atau sintesa serta
senyawa kimia. Contoh perusahaan obat-obatan, perusahaan
pertambangan minyak, dan lain-lain.
b. Proses produksi perubahan bentuk
Proses perubahan bentuk adalah proses produksi dimana yang
dalam pelaksanaan produksinya lebih mengutamakan pada proses
perubahan input menjadi output sehingga didapatkan penambahan
manfaat atau faedah dari barang tersbeut. Contoh perusahaan
mebel, perusahaan garmen, dan lain-lain.
c. Proses produksi assembling
Proses produksi assembling merupakan suatu proses produksi
yang dalam pelaksanaan produksinya lebih mengutamakan pada
proses penggabungan dari komponen-komponen produk dalam
perusahaan yang bersangkutan atau membeli komponen produk
yang dibeli dan perusahaan lain. Contoh perusahaan yang
memproduksi peralatan elektronika, perakitan mobil, dan lain-lain.
d. Proses produksi transportasi
Proses produksi transportasi merupakan suatu proses produksi
dengan jalan menciptakan jasa pemindahan tempat dari barang
ataupun manusia. Dengan adanya pemindahan tempat tersebut
maka barang atau manusia yang bersangkutan ini akan mempunyai
kegunaan atau merasakan adanya tambahan manfaat. Contoh
perusahaan kereta api, perusahaan angkutan umum, dan lain-lain.

6
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya

e. Proses produksi penciptaan jasa administrasi


Proses produksi penciptaan jasa administrasi adalah suatu proses
produksi yang memberikan jasa administrasi kepada perusahaan-
perusahaan yang lain atau lembaga-lembaga yang
memerlukannya. Pemberian metode penyusunan, penyimpanan
dan penyajian data serta informasi yang diperlukan oleh masing-
masing perusahaan yang memerlukannya merupakan jasa yang
diproduksi oleh perusahaan-perusahaan semacam ini. Contoh
lembaha konsultan manajemen atau akuntansi, biro konsultasi, dan
lain-lain.
Jenis produksi ditinjau dari segi arus proses produksi:
a. Proses produksi terus menerus (continous processes)
Merupakan proses produksi yang mempunyai pola atau urutan
yang selalu sama dalam pelaksanaan proses produksi di dalam
perusahaan.
b. Proses produksi terputus-putus (intermitten processes)
Merupakan suatu proses produksi dimana arus proses yang ada
dalam perusahaan tidak selalu sama.
c. Proses produksi campuran
Merupakan penggabungan dari proses terus menerus dan terputus-
putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan bahwa
setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara
utuh.

1. 3. Akuntansi Biaya Vs Akuntansi Keuangan


Akuntansi merupakan bahasa bisnis yang menyediakan informasi
penting. Bahasa akuntansi didasari atas 2 (dua) variasi, yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen; dan, akuntansi biaya merupakan yang
menjembatani akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Informasi
akuntansi dibedakan atas 3 (tiga) fungsi, yaitu:
a. Menyediakan informasi untuk pihak eksternal (seperti: pemegang
saham, kreditur, dan pihak-pihak yang berkepentingan).

7
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya

b. Estimasi biaya produk yang diproduksikan dan pelayanan yang


disediakan oleh perusahaan.
c. Menyediakan informasi yang berguna untuk manajer internal
dimana bertanggungjawab untuk perencanaan, pengendalian,
pengambilan keputusan dan evaluasi kinerja.
Definisi akuntansi biaya menurut institute of management accounting
dalam Jesse T. Barfield, et. al., bahwa: “... a technique or method for
determining the cost of a project, process, or thing ... This cost is
determining by direct measurement, arbitrary assignment, or systematic
and rational allocation” Sistem akuntansi biaya adalah proses untuk
menelusuri berbagai biaya masukan (input) ke pengeluaran (output)
perusahaan seperti produk atau jasa. Proses ini digunakan oleh bentuk
akuntansi tradisional melalui pencatatan buku – mulai dari jurnal, dan akun
buku besar. Akun- akun yang mengandung sistem akuntansi biaya dan
manajemen adalah penjualan, pembelian (bahan baku dan aset tanaman),
produksi dan persediaan, perorangan, gaji, pengiriman, keuangan dan
manajemen dana. Tidak semua informasi biaya dimasukkan ke laporan
keuangan. Sejalan dengan itu, tidak semua informasi akuntansi keuangan
berguna bagi manajer dalam melakukan fungsi pekerjaan sehari-hari. Akuntansi
biaya dibuat tumpang tindih antara akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen. Akuntansi biaya berhubungan dengan akuntansi keuangan dalam
hal penyediaan informasi biaya produk untuk akuntansi keuangan, dan untuk
akuntansi manajemen menyediakan beberapa kuantitatif, manajer sistem
berdasarkan biaya memerlukannya untuk melakukan tugas-tugasnya.
Akuntansi biaya bisa tumpang tindih disebabkan sistem akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen harus mampu berbicara dan bergabung
dengan bentuk jaringan informasi. Ada 2 (dua) sistem artikulasi, akuntan harus
mampu mengerti bagaimana akuntansi biaya untuk laporan keuangan dan
mendukung informasi manajemen yang diperlukan. Perusahaan yang tidak
berbentuk manufaktur tidak perlu menguraikan sistem akuntansi biaya. Untuk
perusahaan jasa perlu untuk mengerti berapa besar biaya jasa sehingga dapat
membedakan biaya yang efektif yang dipakai pada aktivitas bisnis.

8
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya

Tabel 1.1
Perbedaan Akuntansi Biaya Dan Akuntansi Keuangan
Akuntansi Biaya Akuntansi Keuangan
Menyiapkan informasi untuk pihak Menyiapkan informasi untuk pihak
internal eksternal
Laporan hasil kegiatan produksi Laporan hasil operasi, perubahan
ekuitas pemilik dan arus kas untuk
suatu periode akuntansi
Pengguna manajer Pengguna kreditur, pemilik, investor,
pegawai dan masyarakat
Gunanya untuk memantau setiap Gunanya untuk pengambilan
kegiatan produksi keputusan

1. 3. Lingkungan Bisnis Global

Pada jaman bisnis global sekarang, diperlukan 3 (tiga) tantangan dasar,


yaitu: (1) Seorang manajer harus mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
pada pasar bisnis internasional sehingga manajer dapat mengidentifikasikan
lokasi dimana perusahaan itu merasa kuat dan berkeinginan bersaing; (2)
manajer harus merancang rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan
perusahaan; (3) perusahaan harus merancang sistem informasi yang akan
konsisten dipegang perusahaan sesuai dengan rencana-rencana dan tujuan-
tujuan. Berbicara mengenai lingkungan bisnis global, berarti kita berbicara
mengenai struktur pasar internasional, perjanjian perdagangan, e commerce,
peraturan dan pertimbangan etika. Oleh karena itu, sangat penting
perencanaan strategi dan hubungan strategi yang diciptakan dan
diimplementasikan pada sistem informasi akuntansi.
Lingkungan bisnis yang selalu berubah akan menuntut setiap
perusahaan untuk selalu melakukan evaluasi terhadap kinerja. Oleh karena itu,
perusahaan harus dapat mengeliminasi pemborosan dan melakukan perbaikan
secara berkelanjutan. Pengaruh daripada ekonomi internasional, persaingan
global, tuntutan on time peformance mengakibatkan peningkatan seluruh
aktivitas dari bisnis.
Hampir semua bisnis berpartisipasi pada ekonomi global, dimana
meliputi perdagang internasional barang dan jasa, perpindahan tenaga kerja,
dan arus dana dan informasi. Dunia sangat penting menjadi lebih kecil dengan

9
Bab 1 – Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Biaya

menggunakan perubahan teknologi dan kemampuan berkomunikasi baik itu


perjanjian perdagangan dimana mendorong perpindahan internasional barang
dan jasa ke beberapa negara.

10
Bab 2 – Konsep Biaya

BAB 2 Konsep Biaya


Pekerjaan manajemen biasanya terpusat terlebih dahulu kepada
perencanaan dimana didalamnya terdapat penetapan tujuan serta perincian
biaya. Setelah perencanaan, manajemen akan melihat pengawasan atau
pengendalian. Manajemen didalam perencanaan, dan pengawasan
memerlukan informasi. Informasi biaya diperoleh oleh manajemen dari akuntan.
Biaya tidak dapat diartikan secara sederhana. Bagi akuntansi
keuangan, biaya merupakan pengorbanan untuk dapat memperoleh sebuah
barang atau jasa. Bagi akuntansi biaya, biaya itu mempunyai banyak maksud
dan arti, tergantung dengan cara ataupun penggunaannya.Oleh karena itu,
biaya itu harus mampu kita klasifikasikan berdasarkan keperluan daripada
manajemen perusahaan.

2. 1. Konsep Biaya
Biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan
memberikan keuntungan/ bermanfaat pada saat ini atau masa yang akan
datang. Biaya dapat dibedakan atas biaya (cost) dan beban (expense).
Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh
aktiva. Beban (expenses) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang ditujukan
untuk memperoleh pendapatan pada periode dimana beban itu terjadi. Beban
(expenses) merupakan bagian daripada cost yang digunakan untuk
memperoleh pendapatan.
Objek biaya adalah sesuatu yang kita inginkan untuk suatu biaya yang
diukur. Objek biaya itu dapat berupa produk, aktivitas, proyek, departemen, dan
lain-lain.
Manager menggunakan klasifikasi biaya yang berbeda untuk tujuan
yang berbeda, dan data dicatat serta diklasifikasikan untuk satu tujuan yang
mungkin tidak tepat untuk tujuan yang lain. Dengan mengetahui bagaimana
biaya diklasifikasikan untuk tujuan tertentu (tujuan khusus), kita akan lebih

11
Bab 2 – Konsep Biaya

mudah untuk mengklasifikasikan kembali biaya tersebut untuk kepentingan


tujuan yang lain.
Gambar 2.1
Dasar Konsep Biaya

Biaya

Pengeluaran Biaya Biaya Kesempatan


Masa Lalu, Sekarang Keuntungan Yang Tidak
Atau Masa Datang Diambil Dari Pilihan
Kas Yang Keluar Alternatif Terbaik

Beban
Biaya Yang Dikorbankan
Untuk Memperoleh
Pendapatan Pada Periode
AKuntansi

2. 1. Klasifikasi Biaya
Setiap perusahaan tanpa melihat sifat kegiatannya apakah perusahaan
atau non perusahaan selalu mempunyai keterkaitannya dengan biaya. Pada
umumnya jenis biaya-biaya yang timbul atau terjadi, serta pengklasifikasian
biaya-biaya ini bergantung pada tipe perusahaan yang bersangkutan. Akuntansi
biaya diperluan pada tipe perusahaan yang satu, sama seperti diperlukan pada
tipe perusahaan lainnya. Oleh karena itu perlu juga mengetahui ciri-ciri biaya
dari berbagai perusahaan industri, dagang dan jasa. Biaya-biaya secara umum
dapat diklasifikasikan menurut fungsinya, yaitu : biaya berdasarkan hubungan
dengan produk, biaya berdasarkan waktu, dan biaya berdasarkan volume
produksi, dan lain-lain.

12
Bab 2 – Konsep Biaya

Klasifikasi biaya menurut waktu pengakuan (timing recognition), yaitu:


a. Biaya Produk (Product Cost)
Adalah biaya yang terjadi dalam rangka membuat produk. Biaya
tersebut sifatnya melekat pada produk. Biaya produk akan
dipertemukan dengan pendapatan pada periode dimana produk
tersebut dijual. Selama produk belum dijual, biaya produk tetap
akan melekat pada produk (persediaan). Karena melekat pada
produk (selama produk menjadi persediaan), biaya produk disebut
sebagai biaya persediaan.
b. Biaya Periode (Period Cost)
Adalah biaya yang terjadi dalam satu periode yang tidak ada
kaitannya dengan pembuatan produk. Biaya periode sifatnya tidak
melekat pada produk dan akan dipertemukan dengan pendapatan
untuk menghitung laba rugi pada periode yang bersangkutan.

Klasifikasi biaya berdasarkan penelusuran biaya, yaitu:


a. Biaya Langsung (Direct Cost)
Adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke sasaran
biaya atau objek biaya.
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke
sasaran biaya atau objek biaya.
Contoh cara penelusuran biaya adalah Nona Nina ingin pergi nonton
dan makan di malam hari. Cara menelusuri biaya tersebut, maka kita terlebih
dahulu mengidentifikasi objek biaya apa saja yang ada selama Nona Nina pergi
di malam hari. Hasil penelusuran bahwa, biaya langsungnya adalah tiket
bioskop dan biaya makan malam. Sedangkan, biaya tidak langsungnya adalah
biaya pakaian, sepatu, tas dan mobil yang dipakai Nona Nina untuk pergi
nonton dan makan di malam hari.

13
Bab 2 – Konsep Biaya

Gambar 2.2
Penelusuran Biaya Ke Objek Biaya

Ditelusuri Secara Ditelusuri Secara Ditelusuri Secara


Langsung Tidak Langsung Langsung

Biaya Langsung Biaya Tidak


Langsung

Klasifikasi biaya berdasarkan hubungan dengan produk, yaitu:

a. Biaya Produksi

Adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang

terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan

biaya overhead pabrik.

b. Biaya Non Produksi

Adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi,

yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya administrasi umum.

Biaya penjualan adalah biaya yang diperlukan untuk menjual

suatu barang/ jasa. Contoh biaya penjualan adalah biaya iklan,

komisi penjualan, biaya pengiriman barang, biaya pelayanan

pelanggan, dan lain-lain. Biaya administrasi umum adalah

biaya yang diperlukan selama operasi bisnis. Contoh gaji

eksekutif, biaya proses data, gaji satpam kantor, gaji akuntan,

PBB kantor, biaya penyusutan gedung kantor, biaya

penyusutan komputer kantor, dan lain-lain.

14
Bab 2 – Konsep Biaya

Gambar 2.3
Arus Fisik Manufaktur

Biaya bahan baku (Raw material) adalah biaya yang digunakan untuk

membeli bahan, dimana bahan tersebut digunakan untuk membuat barang jadi.

Biaya bahan baku dapat dibedakan, yaitu :

a. Bahan baku langsung (Direct Material)

Yaitu bahan baku yang dipakai secara langsung untuk proses

langsung. Contoh kayu yang dipakai untuk membuat mebel, kain

untuk membuat pakaian, karet yang dipakai untuk membuat ban,

tepung untuk membuat kue, dan lain-lain.

b. Bahan baku tidak langsung (Indirect Material)

Bahan baku tidak langsung sering juga disebut bahan penolong.

Yang termasuk bahan penolong adalah bahan-bahan yang

15
Bab 2 – Konsep Biaya

digunakan untuk menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya

relatif kecil, atau pemakainnya sangat rumit untuk dikenali di produk

jadi. Contoh paku, lem kayu dalam pembuatan mebel, benang

dalam pembuatan pakaian, kertas pola dan manik-manik yang ada

dipakaian, cherry, coklat penghias kue, dan lain-lain.

Biaya tenaga kerja (labor cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk

membayar gaji/ upah karyawan di bagian produksi. Biaya tenaga kerja dapat

dibedakan, yaitu:

a. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)

Adalah gaji/ upah tenaga kerja yang diberikan kepada pekerja yang

secara langsung berhubungan untuk memproses bahan baku

menjadi barang jadi. Contoh baker untuk pembuat roti, koki untuk

membuat makanan di rumah makan, tukang jahit yang menjahit

pakaian, dan lain-lain.

b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung (Indirect Labor Cost)

Adalah gaji/ upah tenaga kerja yang diberikan kepada pekerja yang

tidak terlibat langsung dalam proses produksi, tetapi bekerja di

bagian produksi. Contoh satpam pabrik, mandor pabrik, dan lain-

lain.

Biaya overhead pabrik adalah biaya yang timbul dalam proses produksi

selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Yang

termasuk biaya overhead pabrik adalah:

a. Biaya bahan baku tidak langsung

b. Biaya tenaga kerja tidak langsung

16
Bab 2 – Konsep Biaya

c. Biaya penyusutan pabrik, contoh biaya penyusutan mesin pabrik,

biaya penyusutan gedung pabrik, dan lain-lain.

d. Biaya lain-lain pabrik, contoh biaya listrik dan air pabrik, PBB pabrik,

gaji akuntan pabrik, biaya pemakaian peralatan pabrik, biaya

asuransi pabrik, biaya pemakaian minyak pabrik, dan lain-lain.

Klasifikasi biaya berdasarkan terminologi biaya, yaitu:

a. Biaya Utama (Prime Cost)

Adalah biaya yang merupakan penggabungan dari bahan baku

langsung dan tenaga kerja langsung.

b. Biaya Konversi (Conversation Cost)

Adalah biaya yang merupakan penggabungan dari tenaga kerja

langsung dan biaya overhead pabrik.

Gambar 2.4
Diagram Venn Biaya Produksi

Keterangan :
Bahan T Overhead
Baku K Pabrik : Biaya Utama
Langsung L
: Biaya Konversi

Contoh 1:

Data biaya suatu usaha kecil untuk bulan Juli 2015 per unit adalah

sebagai berikut: biaya bahan baku langsung yang berhasil dihimpun

adalah Rp 8.500,-, biaya tenaga kerja langsung adalah Rp 5.000,- dan

biaya overhead pabrik adalah Rp 10.000.

17
Bab 2 – Konsep Biaya

Biaya Utama = Bahan Baku Langsung + Tenaga Kerja


Langsung

Biaya Utama = Rp 8.500 + Rp 5.000

Biaya Utama = Rp 13.500,-

Biaya Konversi = Tenaga Kerja Langsung + Biaya


Overhead Pabrik

Biaya Utama = Rp 5.000 + Rp 10.000

Biaya Utama = Rp 15.000,-

Klasifikasi biaya berdasarkan volume produksi, yaitu:

a. Biaya variabel

Adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume

produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per unit tetap.

Contoh: bahan baku langsung, perlengkapan, biaya penjualan, dan

lain-lain.

b. Biaya tetap

Adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang

relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah. Contoh : gaji

bagian produksi, pajak properti, dan lain-lain.

c. Biaya semivariabel

Adalah biaya didalamnya mengandung unsur tetap dan

mengandung unsur variabel. Contoh: biaya listrik, biaya air, dan

lain-lain.

18
Bab 2 – Konsep Biaya

Klasifikasi biaya berdasarkan periode waktu, yaitu:

a. Biaya pengeluaran modal

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan manfaat di masa

depan dan dalam rangka waktu yang panjang dan dilaporkan

sebagai aktiva. Contoh pembelian mesin dan peralatan

b. Biaya pengeluaran pendapatan

Adalah biaya yang memberikan manfaat untuk periode sekarang

dan dilaporkan sebagai beban. Contoh penyusutan mesin dan

peralatan.

2. 3. Arus Biaya Produksi


Apabila biaya produksi muncul, maka biaya tersebut akan di catat

sebagai persediaan. Pada perusahaan manufaktur, ada terdapat 3 jenis

persediaan, yaitu:

a. Persediaan bahan baku (Raw Material Inventory)

Adalah bahan baku yang dibeli dimana nanti akan dipakai untuk

membuat suatu produk.

b. Persediaan barang dalam proses (Work In Process Inventory)

Adalah produk yang sudah ada dibagian proses produksi, tetapi

produk tersebut belum selesai.

c. Persediaan barang jadi (Finished Goods Inventory)

Adalah barang jadi yang sudah siap diproses tetapi belum

berhasil dijual.

19
Bab 2 – Konsep Biaya

Gambar 2.5
Arus Persediaan Di Neraca

Barang yang sudah siap dan ditransfer ke barang jadi itu adalah harga pokok

produksi.

Gambar 2.6
Arus Biaya Manufaktur

20
Bab 2 – Konsep Biaya

Gambar 2.6
Arus Biaya Ke Laporan Keuangan

21
Bab 2 – Konsep Biaya

PT. Senda Gurau


Cost of Goods Manufactured Statement
For the Year Ending December 31, 200X

Beginning WIP Inventory, January 1 Rp 270,000


Manufacturing Cost During the Year:

Direct Materials:

Beginning Raw Materials Inventory, Jan. 1 Rp 95,000


Add: Purchases 5,627,000
Direct Materials Available Rp 5,722,000
Less: Ending RM Inventory, Dec. 31 72,000

Direct Materials put into Production Rp5,650,000


Direct Labor 1,220,000
Manufacturing Overhead 6,780,000
Total Manufacturing Costs Incurred 13,650,000

Total Work-in-Process During the Year Rp13,920,000


Less: Ending Work-in-Process Inv, Dec. 31 310,000

Cost of Goods Manufactured Rp 13,610,000


==========

PT. Senda Gurau


Cost of Goods Sold Statement
For the Year Ending December 31, 200X

Beginning Finished Goods Inventory, Jan. 1 Rp 420,000

Cost of Goods Manufactured 13,610,000

Finished Goods Available for Sale Rp 14,030,000


Less: Ending Finished Goods Inventory, Dec. 31 930,000

Cost of Goods Sold Rp 13,100,000


=========

22
Bab 2 – Konsep Biaya

PT. Senda Gurau


Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk Tahun Yang Berakhir, 31 Desember 200X

Persediaan Awal Barang Dalam Proses, 1 Januari Rp 270,000


Biaya Produksi Selama Tahun Tersebut :

Bahan Baku :

Persediaan Awal Bahan Baku, 1 Januari Rp 95,000


Ditambah: Pembelian 5,627,000
Bahan Baku Yang Tersedia Rp 5,722,000
Dikurag: Persediaan Akhir Bahan Baku, 31 Des 72,000

Bahan Baku Yang Terpakai Selama Produksi Rp5,650,000


Tenaga Kerja Langsung 1,220,000
Overhead Pabrik 6,780,000
Total Biaya Produksi 13,650,000

Total Barang Dalam Proses Selama Tahun Tersebut Rp13,920,000


Dikurang: Persediaan Akhir Barang Dalam Proses, 31 Desember 310,000
Harga Pokok Produksi Rp 13,610,000
==========

PT. Senda Gurau


Laporan Harga Pokok Penjualan
Untuk Tahun Yang Berakhir, 31 Desember 200X

Persediaan Awal Barang Jadi, 1 Januari Rp 420,000

Harga Pokok Produksi 13,610,000

Barang Yang Tersedia Untuk Dijual Rp 14,030,000


Dikurang: Persediaan Akhir Barang Jadi, 31 Desember 930,000

Harga Pokok Penjualan Rp 13,100,000


=========

23
Bab 2 – Konsep Biaya

LATIHAN
1. Suatu perusahaan telah mengumpulkan biaya yang terjadi selama bulan
Januari 2015 sebagai berikut: biaya utama sejumlah Rp 165.000,- biaya
konversi sebanyak Rp 100.000 dan biaya bahan baku langsung sebesar Rp
90.000,-/ Hitunglah berapa rupiah biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik selama bulan Januari 2015 tersebut?

2. Berikut ini adalah daftar saldo buku besar yang berkaitan dengan persediaan
dan harga pokok penjualan di CV. Senantiasa Senang untuk bulan Maret
2015:
Saldo 1 Maret (Rp) Saldo 30 Maret (Rp)
Persediaan bahan baku 906.500 1.006.400
Persediaan barang dalam proses 1.195.100 1.073.000
Persediaan barang jadi 166.500 240.500
Bahan baku yang digunakan - 1.764.900
Harga pokok penjualan - 2.072.000

Buatlah laporan harga pokok produksi dan laporan harga pokok penjualan
serta carilah angka untuk data berikut ini:
a. Harga pokok produksi selama bulan Maret 2015!
b. Total biaya produksi yang terjadi selama bulan Maret 2015!
c. Bahan baku yang dibeli selama bulan Maret 2015!

3. Identifikasi keempat jenis perusahaan dibawah ini, manakah yang termasuk


bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung:
a. Perusahaan penerbitan memakai bahan baku kertas, tinta, lem, alat press
cetak, bingkai/ frame, pelumas, paku, cat.
b. Pabrik mobil memakai bahan baku bor, oli, alat pemadam kebakaran,
baja, besi, alumunium, biaya merk, kaca, listrik dan mesin mobil.
c. Pabrik komputer memakai bahan baku chipset, obeng, monitor,
konduktor, power supply dan pembersih debu.
d. Pabrik konveksi pakaian memakai bahan baku kain, benang, kancing,
pola, jarum, kapur, manik-manik, dan obras.

24
Bab 2 – Konsep Biaya

4. Berikut ini adalah data-data biaya:


Kain Pegawai Pabrik Tukang Potong Kayu
Upah Koki Tepung Minyak Mentah
Amplas Kayu Tukang Linting Rokok
Gaji Satpam Pabrik Vanili Pola Kertas
PBB Pabrik Garam Paku
Tukang Jahit Oli Mandor Pabrik
Tukang Bordir Listrik Pabrik Penyusutan Pabrik
Sekrup Reparasi Mesin Pabrik Reparasi Mesin Pabrik
Diminta: Klasifikasikan biaya-biaya diatas menjadi biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik!

5. Klasifikasikan biaya-biaya dibawah ini sebagai biaya penjualan dan biaya


administrasi umum:
Beban Iklan Penyusutan Kantor
Sampel Barang Gratis Biaya Piutang Tidak Tertagih
Gaji Administrasi Kantor Hiburan
Sewa Kantor Promosi
Biaya Alat Tulis Kantor Gaji Bagian Penjualan

6. Klasifikasikan biaya-biaya dibawah ini sebagai biaya variabel, biaya tetap


dan biaya semivariabel:
Gaji Eksekutif Produksi Upah Lembur Telepon
Perlengkapan Asuransi Properti Biaya Komunikasi
Royalti Biaya Perjalanan Dinas Sewa
Pemeliharaan Gedung PPh Pasal 21 Hiburan
Amortisasi Paten Kerusakan Bahan Gaji Penyelia

7. Toko roti “Rotiku” akan memproduksikan sebuah cake. Direncanakan akan


memproduksi 50 cake. Berikut ini adalah biaya-biaya untuk membuat cake:
Telur Rp 2.500.000
Gula Rp 1.800.000
Tepung Rp 1.750.000

25
Bab 2 – Konsep Biaya

Vanili Rp 25.000
Pelembut Rp 35.000
Coklat Bubuk Rp 80.000
Coklat Batang Rp 180.000
Rum Rp 150.000
Mentega Rp 290.000
Gula Halus Rp 180.000
Buah Chery Rp 200.000
Mentega Putih Rp 230.000
Upah Koki Kue Rp 3.500.000
Gaji Supervisi Rp 1.500.000
Bahan Pembantu Lainnya Rp 280.000
Gaji Satpam (50 % dipakai oleh pabrik) Rp 2.300.000
Gaji Pimpinan (35 % dipakai oleh Pabrik) Rp 8.500.000
Penyusutan Bangunan (45 % dipakai oleh Kantor) RP 6.000.000
Perlengkapan ( 30 % dipakai oleh pabrik) Rp 3.500.000
Gaji Bagian penjualan Rp 2.500.000
Sampel Barang Gratis Rp 350.000
Upah Operator Mesin Genset Rp 850.000

Diminta:

a. Hitunglah Bahan Baku Langsung!

b. Hitunglah Tenaga Kerja Langsung!

c. Hitunglah Biaya Overhead Pabrik!

d. Hitunglah total biaya produksi untuk cake tersebut!

e. Hitunglah Biaya Produksi Variabel!

f. Hitunglah Biaya Produksi Tetap!

g. Hitunglah Biaya Periode Variabel!

h. Hitunglah Biaya Periode Tetap!

i. Hitunglah Biaya utama dan biaya konversi!

8. Informasi berikut ini diperoleh dari CV. Subur Subuh Tahun 2014 (dalam Rp):
Biaya Administrasi 154.300
Biaya Pemakaian Energi Listrik Di Pabrik 2.406.350
Biaya Tenaga Kerja Langsung 2.723.400
Komisi Penjualan 750.000

26
Bab 2 – Konsep Biaya

PBB Pabrik 225.000


Pemakaian Bahan Habis Pakai Pabrik 75.500
Pemakaian Bahan Pembantu 345.750
Pembelian Bahan Baku 6.495.000
Penjualan 26.986.500
Tenaga Kerja Tidak Langsung 551.500
Penyusutan Bangunan Pabrik 225.200
Persediaan Awal Bahan Baku 126.500
Persediaan Akhir Bahan Baku 198.000
Persediaan Awal Barang Dalam Proses 958.463
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 1.202.000
Persediaan Awal Barang Jadi 1.963.100
Persediaan Akhir Barang Jadi 2.250.000
Diminta:
a. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi!
b. Buatlah Laporan Harga Pokok Penjualan!
c. Buatlah Laporan Laba Rugi!

9. PT. Batak Top mempunyai informasi biaya sebagai berikut (dalam Rp):
Biaya administrasi selain karyawan 15.600.900
Biaya depresiasi (80% untuk pabrik) 4.800.000
Biaya gaji bagian administrasi 4.500.000
Biaya pemasaran 5.600.000
Biaya pengangkutan pembelian bahan baku 2.540.000
Tenaga kerja tidak langsung 12.850.000
Bahan baku tidak langsung 24.205.000
Tenaga kerja langsung 56.905.000
Biaya listrik (80 % untuk pabrik) 32.950.500
PBB (65% untuk pabrik) 1.206.000
Pembelian bahan baku 75.604.400
Penjualan 325.496.800
Persediaan awal bahan baku 5.672.000
Persediaan akhir bahan baku 3.978.500
Persediaan awal barang dalam proses 26.459.300
Persediaan akhir barang dalam proses 23.854.200
Persediaan awal barang jadi 35.461.000
Persediaan akhir barang jadi 37.269.100
Diminta:
a. Buatlah laporan harga pokok produksi,
b. Buatlah laporan harga pokok penjualan !
c. Buatlah laporan laba rugi!

27
Bab 3 – Perilaku Biaya

BAB 3 Perilaku Biaya


Para manajer dihampir semua perusahaan ingin mengetahui
bagaimana biaya dipengaruhi oleh perubahan pada volume kegiatan atau
aktivitas perusahaan. Hubungan antara biaya dan volume aktivitas sangat
relevan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan manajemen.
Untuk tujuan pembuatan keputusan, klasifikasi biaya berdasarkan volume
produksi merupakan salah satu klasifikasi biaya yang paling bermanfaat.
Penentuan harga dan tingkat produksi merupakan contoh keputusan-keputusan
sebagian yang didasarkan atas informasi mengenai perilaku biaya.
Kemampuan mengawasi biaya juga tergantung pada pengetahuan bagaimana
biaya bereaksi terhadap perubahan volume atau tingkat produksi maupun
tingkat kegiatan usaha.

3.1 Definisi Perilaku Biaya


Pengetahuan akan perilaku biaya akan membuat manajer terbantu
membuat prediksi biaya yang diperlukan. Prediksi biaya merupakan peramalan
atau taksiran biaya untuk tingkat atau volume aktivitas tertentu. Perilaku biaya
dapat kita artikan sebagai bagaimana sebuah biaya dapat merespon sebuah
perubahan pada level aktivitas tertentu dalam satu rentang relevan yang sama.
Rentang relevan adalah suatu level aktivitas tertentu dimana total biaya tetap
dan total biaya variabel tidak akan berubah.
Klasifikasi biaya berdasarkan volume produksi, yaitu:

a. Biaya variabel

Adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume

produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per unit tetap.

Contoh: bahan baku langsung, perlengkapan, biaya penjualan, dan

lain-lain.

28
Bab 3 – Perilaku Biaya

b. Biaya tetap

Adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang

relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah. Contoh : gaji

bagian produksi, pajak properti, dan lain-lain.

c. Biaya semivariabel

Adalah biaya didalamnya mengandung unsur tetap dan

mengandung unsur variabel. Contoh: biaya listrik, biaya air, dan

lain-lain.

3.2 Biaya Variabel (Variable Cost)


Biaya variabel akan berubah secara proporsional terhadap volume
dalam satu rentang relevan. Biaya variabel akan “berubah-ubah” di total biaya
variabel walaupun aktivitas akan berubah. Biaya variabel per unit akan
kelihatan konstan ketika aktivitas berubah dalam suatu rentang relevan. Semua
biaya langsung adalah biaya variabel. Contoh dari biaya variabel adalah biaya
bahan bakar, biaya lembur, dan lain-lain.
Ciri-ciri biaya variabel adalah:
a. Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan
perubahan volume.
b. Biaya per unit relatif konstan meskipun volume berubah dalam
rentang yang relevan.
c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi dengan cukup
mudah dan tepat.
d. Dapat dikendalikan oleh seorang kepada departemen tertentu.

29
Bab 3 – Perilaku Biaya

Gambar 3.1
Gambar Grafik Biaya Variabel

Contoh 1:
Berikut ini adalah data-data biaya bahan untuk bulan Januari 2015:

Maka, dapat kita liat gambar grafik biaya dari data-data biaya bahan
bulan Januari 2015 dibawah ini:

30
Bab 3 – Perilaku Biaya

3.3 Biaya Tetap (fixed Cost)


Biaya tetap akan tetap terhadap perubahan volume dalam satu rentang
relevan. Biaya tetap per unit akan berbeda ketika aktivitas berubah dalam suatu
rentang relevan. Biaya tetap secara total akan “tetap” walaupun terdapat
perubahan aktivitas.
Ciri-ciri dari biaya tetap:
a. Jumlah keseluruhan yang tetap dalam rentang output yang relevan.
b. Penurunan biaya per unit bila volume bertambah dalam rentang
yang relevan.
c. Dapat dibebankan kepada departemen berdasarkan keputusan
manajemen atau menurut metode alokasi biaya.
d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak ditanggug oleh
manajemen eksekutif daripada manajer operasi.

31
Bab 3 – Perilaku Biaya

Gambar 3.2
Gambar Grafik Biaya Tetap

Contoh 2:

Maka, dapat kita liat gambar grafik biaya dari data-data biaya bahan
bulan Januari 2015 dibawah ini:

32
Bab 3 – Perilaku Biaya

Tipe biaya tetap ada 2 (dua), yaitu:


a. Biaya Tetap Yang Dilakukan (Committed Fixed Cost)
Biaya ini biasanya akan muncul untuk waktu yang lama (jangka
panjang), dan tidak dapat diubah pada waktu sekarang (jangka
pendek). Contoh: depresiasi mesin, PBB, dan lain-lain.
b. Biaya Tetap Yang Berdasarkan Kebijakan (Discretionary Fixed
Cost)
Biaya tetap ini biasanya dapat diubah pada waktu sekarang (jangka
pendek) sesuai dengan keputusan manajemen yang dianggap
tepat. Contoh: biaya iklan, biaya riset dan pengembangan.

3.4 Biaya Semi Variabel (semivariable Cost)

Di dalam biaya semivariabel, terdapat komponen biaya tetap dan biaya


variabel. Biaya semivariabel ini sering disebut juga sebagai biaya campuran.
Ciri- ciri daripada biaya semivariabel adalah:
a. Meskipun tidak ada aktivitas maka biaya ini tetap ada.
b. Total biaya semivariabel akan berubah jika aktivitasnya berubah.

33
Bab 3 – Perilaku Biaya

Gambar 3.3
Costs ($) Gambar Grafik Biaya Semi Variabel 1

Biaya Semi Variabel

Activity Level

Gambar 3.4
Gambar Grafik Biaya Semi Variabel 2

3.5 Biaya Bertahap (Step Cost)

Dari segi total, biaya akan mengalami kenaikan ketika volume berubah
secara khusus. Biaya bertahap ini dapat kita jumpai untuk biaya variabel

34
Bab 3 – Perilaku Biaya

(disebut juga step variable cost) dan biaya tetap (disebut juga step fixed cost).
Perbedaan dari step fixed cost dengan step variable cost itu hanya pada
kedalaman rentang relevan saja. Step variable cost biasanya punya rentang
relevan yang lebih pendek (biasanya dibawah 1 tahun) dibandingkan dengan
step fixed cost (biasanya diatas 1 tahun). Contoh step variable cost adalah
seorang mahasiswa membayar uang makan ke rumah makan yang sama
selama 3 bulan berturut-turut, dan setelah 3 bulan, mahasiswa tersebut akan
pergi berlangganan rumah makan lain untuk bulan berikutnya. Contoh step
fixed cost adalah seorang mahasiswa mengontrak rumah untuk tempat tinggal
selama 1 tahun, pada tahun berikutnya sewa rumah tersebut naik.

Gambar 3.5
Gambar Grafik Biaya Variabel Yang Bertahap (Step Variable Cost)

Gambar 3.6
Gambar Grafik Biaya Tetap Yang Bertahap (Step Fixed Cost)

35
Bab 3 – Perilaku Biaya

3.6 Metode Pemisahan Biaya Semivariabel

Biaya semivariabel mempunyai unsur komponen biaya tetap dan biaya


variabel. Oleh karena itu, biaya semivariabel harus dapat dipisahkan berapakah
sebenarnya komponen biaya tetap dan berapakah komponen biaya variabel.
Ada 3 (tiga) metode pemisahan biaya semivariabel, yaitu:
a. Metode tinggi rendah (high low method)
b. Metode scattergraph
c. Metode least Squares

Metode tinggi rendah (high low method)


Satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk memisahkan
komponen tetap dan variabel dari suatu biaya semivariabel adalah metode
tinggi rendah (high low method). Dari sekumpulan data untuk suatu periode,
dipilih satu tingkatan aktivitas tertinggi beserta jumlah biaya yang berkaitan, dan
satu tingkat biaya terendah juga beserta jumlah biaya yang berkaitan.
Perubahan biaya dari tingkat aktivitas terendah ke tingkat aktivitas tertinggi
dibagi dengan perubahan tingkatan aktivitas dari tingkat aktivitas terendah ke
tingkatan aktivitas tertinggi akan menghasilkan perubahan biaya (tarif variabel).
Apabila tingkat perubahan biaya telah diketahui maka jumlah biaya variabel
pada tingkat aktivitas tertinggi maupun pada tingkat aktivitas terendah dapat
dihitung.
Jika jumlah biaya variabel pada tingkat aktivitas yang dipilih
dikurangkan dari jumlah biaya pada tingkat aktivitas tersebut, maka sisanya
adalah unsur tetap dari biaya variabel yang dianalisa.
Metode tinggi rendah memiliki kelemahan dalam beberapa hal dan oleh
karena itu, komponen tetap dan komponen variabel yang diperoleh dengan
menggunakan metode ini harus di cek ulang kembali terhadap data mentahnya
untuk melihat kebenaran ataupun kewajarannya. Tidak ada solusi kuantitatif
yang lebih baik dari data masukan dan metode yang digunakan untuk
mengolah data tersebut. Metode tinggi rendah memberikan solusi yang layak
tetapi tidak sempurna.

36
Bab 3 – Perilaku Biaya

Contoh 2:
PT. Siantar Man mempunyai biaya tenaga kerja tidak langsung yang
sedang diteliti dan dipelajari. Data yang akan diteliti itu merupakan data bulan
Mei 2015. Data-data tersebut adalah sebagai berikut:
Aktivitas (Jam Tenaga Biaya (Rp)
Kerja Langsung
Januari 500 18.250.000
Februari 600 18.900.000
Maret 300 16.950.000
April 1.000 21.500.000

Dengan memakai metode tinggi rendah, maka kita dapat menghitung


komponen tetap dan variabel, seperti yang dibawah ini:
Aktivitas (Jam Tenaga Biaya (Rp)
Kerja Langsung
Tertinggi (April) 1.000 21.500.000
Terendah (Maret) 300 16.950.000
Selisih 700 4.550.000

4.550.000
Tarif Biaya Variabel = = 6.500
700
Pada Aktivitas 1.000 Jam (Rp)
Jumlah Biaya 21.500.000
Biaya Variabel (1.000 x Rp 6.500) 6.500.000
Biaya Tetap 15.000.000

Rumus Biaya : Y = Rp 15.000.000 + Rp 6.500 X

Metode scattergraph
Metode lain yang dapat digunakan untuk dapat memisahkan komponen
tetap dan komponen variabel dari suatu biaya semivariabel adalah metode
scattergraph. Metode ini memerlukan penggambaran suatu grafik dimana pada
sumbu vertikal (sumbu Y) diperlihatkan sebagai biaya, sedangkan pada sumbu
horizontal (sumbu X) diperlihatkan sebagai volume atau tingkat aktivitas. Titik
yang berkaitan dengan data mentah (tingkat aktivitas dan biaya yang berkaitan)
diterakan pada grafik dan kemudian berdasarkan pengamatan/ pandangan
mata ditariklah satu garis yang paling mendekati semua titik-titik tersebut.

37
Bab 3 – Perilaku Biaya

Titik – titik yang digambarkan pada sistem sumbu X dan sumbu Y


disebut scattergraph dan satu garis yang ditarik paling mendekati semua titik –
titik – titik tersebut adalah merupakan garis regresi (regression line). Garis
regresi pada hakekatnya merupakan garis rata-rata dimana rata-rata biaya
variabel per unit ditunjukkan oleh tingkat kemiringan garis regresi tersebut dan
unsur tetap, rata-rata totalnya ditunjukkan oleh titik dimana sumbu vertikal
(sumbu Y) dipotong oleh garis regresi itu.

Contoh 3:
CV. Lolipop mempunyai biaya tenaga kerja tidak langsung untuk
periode tahun 204 adalah sebagai berikut:
Total Biaya Tenaga Kerja
Bulan Jam Langsung (Rp)
Januari 20 64.000
Februari 18 60.000
Maret 28 78.000
April 32 84.000
Mei 40 100.000
Juni 38 96.000
Juli 53 138.000
Agustus 48 120.000
September 50 130.000
Oktober 45 110.000
November 30 80.000
Desember 42 104.000

Maka, berdasarkan data-data biaya tenaga kerja tidak langsung maka


dapat digambarkan scarttergraph adalah sebagai berikut:
150,000

100,000

50,000 Garis Biaya Tetap

0
0 2 4 6 8 10 12 14

Total Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp)

38
Bab 3 – Perilaku Biaya

Metode scattergraph memungkinkan penganalisaan sejumlah besar


titik-titik pengamatan, namun kecermatan dalam menarik garis total biaya atau
garis regresi sangat diperlukan, karena perubahan kecil pada kemiringan garis
tersebut akan berdampak besar terhadap tingkat perubahan biaya (variable
cost) yang dihitung berdasarkan metode ini.

Metode least Squares

Suatu garis regresi yang akurat yang dapat ditemukan dan


digambarkan setelah terlebih dahulu dihitung persamaan garis regresi itu
dengan memakai metode statistik least squares. Metode ini merupakan cara
yang paling akurat untuk mengestimasi komponen tetap dan komponen
variabel dari suatu biaya semivariabel.
Metode least squares didasarkan pada penentuan atau perhitungan
suatu persamaan garis lurus (straight line equation). Suatu garis lurus dapat
dinyatakan dengan bentuk persamaan:
Y = a + bx
∑XY = a∑X + b∑X2
∑Y = na + b∑X

a : biaya tetap
b : biaya variabel
n : jumlah pengamatan atau observasi
x : satuan aktivitas/ kegiatan
y : biaya semivariabel yang diamati

Memakai data dari contoh 2 memakai least squares , maka:

444
Rata-rata Jam = = 37
12

1.164.000
Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung = = 97.000
12

39
Bab 3 – Perilaku Biaya

Total Selisih Selisih Dari


Biaya Rata- Rata-rata By
Tenaga rata Kolom (3) Tenaga
Jam (3) x (5)
Kerja Jam dikuadratkan Kerja Tidak
Bulan Langsung (37 Langsung =
(Rp) jam) 97.000
(1) - 37 (2) - 97.000
(1) (2) (3)2 = (4) (6)
=(3) = (5)
Januari 20 64.000 (17) 289 (33.000) 561.000
Februari 18 60.000 (19) 361 (37.000) 703.000
Maret 28 78.000 (9) 81 (19.000) 171.000
April 32 84.000 (5) 25 (13.000) 65.000
Mei 40 100.000 3 9 3.000 9.000
Juni 38 96.000 1 1 (1.000) (1.000)
Juli 53 138.000 16 256 41.000 656.000
Agustus 48 120.000 11 121 23.000 253.000
September 50 130.000 13 169 33.000 429.000
Oktober 45 110.000 8 64 13.000 104.000
November 30 80.000 (7) 49 (17.000) 119.000
Desember 42 104.000 5 25 7.000 35.000
Total 444 1.164.000 0 1.450 0 3.104.000

3.104.000
Biaya Variabel = = 2.140,69
1.450

Biaya Tetap = 97.000 – (37) (2.140,69)


Biaya Tetap = 97.000 – 79.205,53
Biaya Tetap = 17.794,47

Rumus Biaya:

Y = Rp 17.794,47 + Rp 2.140,69 X

40
Bab 3 – Perilaku Biaya

LATIHAN
1. Berikut ini adaah data mengenai biaya pemeliharaan PT. Nommensen Jaya:
Biaya
Penjualan
Bulan Pemeliharaan
(Rp 000.000)
(Rp 000.000)
Januari 53 600
Februari 55 700
Maret 47 550
April 51 650
Mei 45 500
Juni 49 610
Dengan memakai metode tinggi rendah, hitunglah komponen variabel dan
komponen tetap dari biaya pemeliharaan PT. Nommensen Jaya. Coba
gambarkan scattergraph.

2. Biaya sewa sebagai fungsi dari pemakaian jam mesin selama 4 (empat)
buan adalah sebagai berikut:
Biaya Sewa
Bulan Jam Mesin
(Rp)
Januari 20 300.000
Februari 15 250.000
Maret 25 350.000
April 20 300.000
Diminta:
Tentukanlah dengan metode least squares formula biaya untuk menentukan
besarnya komponen tetap dan komponen variabel!

3. Toni merupakan seorang akuntan yang diberi tugas untuk menyusun


rencana pengembangan perusahaan tempat dia bekerja. Untuk mendukung
tugas Toni, maka diambil data-data biaya pemeliharaan tahun 2014.

41
Bab 3 – Perilaku Biaya

Jam
Bulan Biaya Pemeliharaan (Rp)
Pemeliharaan
Januari 480 4.200.000
Februari 320 3.000.000
Maret 400 3.600.000
April 300 2.820.000
Mei 500 4.350.000
Juni 310 2.960.000
Juli 320 3.030.000
Agustus 520 4.470.000
September 490 4.260.000
Oktober 470 4.050.000
November 350 3.300.000
Desember 340 3.160.000
Total 4.800 43.200.000
Rata-rata 400 3.600.000

Diminta:
a. Dengan menggunakan metode tinggi rendah, hitunglah komponen tetap
dan komponen variabel!
b. Tentukan rumus biaya!
c. Hitunglah berapa biaya pemeliharaan menurut prediksi seandainya
terdapat 600 jam pemeliharaan!
d. Hitunglah biaya pemeliharaan variabel per jam dan biaya pemeliharaan
tetap per jam pada volume 600 jam pemeliharaan!

4. PT. Mula Senang mengakumulasi data biaya pemeriksaan dan jumlah


pemeriksaan yang dilakukan sebagai berikut:
Biaya Pemeriksaan (Rp) Jumlah Pemeriksaan
6.200.000 100
7.120.000 200
8.820.000 300
9.140.000 400
10.000.000 500
Diminta:
a. Tentukanlah titik tertinggi dan titik terendah!

42
Bab 3 – Perilaku Biaya

b. Dengan menggunakan metode tinggi rendah, siapkanlah rumus biaya


pemeriksaan! Berapakah perkiraan biaya pemeriksaan seandainya yang
dipakai jumlah pemeriksaan sebesar 280?
c. Dengan menggunakan metode least squares, siapkanlah rumus biaya
pemeriksaan! Berapakah perkiraan biaya pemeriksaan seandainya yang
dipakai jumlah pemeriksaan sebesar 280?

5. PT. Deedee perlu membuat perkiraan anggaran yang cepat untuk biaya
overhead yang terkait dengan mesin. Untuk itu ia mengumpulkan informasi
tentang aktvitas overhead yang terkait dengan tiga mesin pada tahun 2014,
yaitu penyusutan, penggunaan listrik dan pemeliharaan. Dalam informasi
tersebut termasuk biaya penggunaan jam mesin pada bulan-bulan dengan
penggunaan tinggi rendah. Biaya total tiga aktivitas untuk tingkat jam mesin
tinggi rendah adalah sebagai berikut:
Biaya Total (Rp)
Aktivitas
24.000 jam mesin 48.000 jam mesin
Penyusutan 158.000.000 170.000.000
Penggunaan Listrik 8.160.000 16.320.000
Pemeliharaan 101.000.000 149.000.000

Diminta:
a. Gunakanlah metode tinggi rendah untuk menghitung komponen variabel
dan biaya tetap tiap aktivitas!
b. Berapakah prediksi biaya tiap aktivitas untuk 32.000 jam mesin?
c. Buatlah rumus biaya yang dapat digunakan untuk memprediksi tiga
aktivitas!

6. CV. Marsha Boneka sedang berusaha menentukan perilaku biaya dari


kegiatan overhead untuk pabriknya di Sumatera. Salah satu aktivitas
utamanya adalah aktivitas penyetelan. Dua kemungkinan penggerak telah
disebutkan yakni jam penyetelan dan jumlah penyetelan. Akuntan pabrik
dalam melihat perilaku biaya memakai metode least square. Akuntan pabrik
telah berhasil mengakumulasikan data mengenai aktivitas penyetelan, yaitu:

43
Bab 3 – Perilaku Biaya

Jam Jumlah
Bulan Biaya Penyetelan (Rp)
Penyetelan Penyetelan
Februari 2.000 7.600.000 180
Maret 2.100 7.850.000 205
April 3.000 11.200.000 540
Mei 2.700 9.350.000 355
Juni 3.000 9.000.000 320

Diminta:
a. Hitunglah rumus biaya dengan jam penyetelan sebagai penggerak dan
satu-satunya variabel bebas! Jika pabrik di Sumatera memperkirakan
2.600 jam penyetelan pada bulan berikutnya, berapakah biaya
penyetelan yang akan diprediksikan?
b. Hitunglah rumus biaya dengan jumlah penyetelan sebagai penggerak dan
satu-satunya variabel bebas! Jika pabrik di Sumatera memperkirakan
jumlah penyetelan sebanyak 280 pada bulan berikutnya, berapakah biaya
penyetelan yang akan diprediksikan?

7. PT. Sejahtera memproduksikan beberapa jenis produk. Perusahaan ini


sedang berencana memperkenalkan suatu produk baru yang akan dijual
dengan harga Rp 8.000 per unit. Taksiran berikut ini telah dibuat untu biaya
produksi sebanyak 100.000 units yang akan diproduksikan pada tahun
pertama:

Biaya bahan baku Rp 50.000.000


Biaya Tenaga Kerja Langsung
(Tarif Upah : Rp 16.000 per jam) Rp 40.000.000
Biaya-biaya overhead produksi belum ditaksir untuk produk baru tersebut,
tetapi data jumlah produksi dan biaya overhead untuk 24 bulan terakhir telah
dianalisa dengan menggunakan metode least squares. Rumusan berikut ini
adalah sebagai hasil analisa garis regresi yang akan dipakai sebagai dasar
menaksir besarnya overhead untuk produk baru:
Hasil analisa regresi : Y = a + bx

44
Bab 3 – Perilaku Biaya

Y : biaya overhead pabrik


X : jam kerja langsung
Nilai perhitungan:
Titik perpotongan dengan sumbu Y = Rp 40.000.000
Koefisien variabel bebas = Rp 2.100
Diminta:
a. Tuliskan persamaan garis regresi untuk taksiran diatas!
b. Hitunglah prediksi biaya overhad pada volume aktivitas sebesar 20.000
jam tenaga kerja langsung!

45
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

BAB 4 Sistem Akuntansi Biaya

Suatu perusahaan dagang hanya memperjualbelikan barang tanpa


melakukan perubahan mendasar pada bentuk dan isi barang tersebut. Pada
perusahaan industri diperlukan beberapa perkiraan atau rekening biaya yang
tidak diperlukan pada perusahaan dagang, karena pada perusahaan industri,
manajemen tidak saja memerlukan informasi mengenai harga barang yang
dibeli dan dijual, tetapi juga perlu mengetahui nilai dari bahan baku, barang
dalam proses dan barang jadi yang tidak hanya dipengaruhi oleh harga bahan
baku tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai biaya yang berhubungan dengan
proses produksi.

4.1 Sistem Informasi Akuntansi


Manajemen memerlukan informasi yang relevan dan baik (berkualitas)
untuk mengelola suatu perusahaan. Informasi yang dibutuhkan oleh
manajemen tersebut dihasilkan oleh sebuah sistem yaitu sistem informasi
manajemen. Informasi akuntansi termasuk juga dalam informasi yang
dibutuhkan oleh manajemen. Agar manajemen dapat menerima informasi
akuntansi sesuai dengan kebutuhannya, maka perusahaan menerapkan sistem
informasi akuntansi. Dengan diterapkannya sistem informasi akuntansi,
perusahaan dapat menyimpan data operasi perusahaan dan mengolahnya
menjadi informasi yang baik.
Manajemen memerlukan informasi yang dihasilkan dari suatu sistem
informasi yang disebut sistem informasi manajemen. Untuk perusahaan
pabrikasi, di dalam sistem informasi manajemen terdapat sistem informasi
akuntansi, dan di dalam sistem informasi akuntansi terdapat sistem akuntansi
biaya. Pada sistem informasi akuntansi terdapat akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen.

46
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

Gambar 4.1
Hubungan Database Akuntansi Biaya Dengan Akuntansi Keuangan
Dan Akuntansi Manajemen

Akuntansi
Akuntansi
Keuangan
Manajemen

Data Base Akuntansi Biaya

4.2 Sistem Informasi Akuntansi Biaya


Sistem informasi akuntansi biaya merupakan suatu deretan prosedur
dimulai dari formulir, catatan dan laporan biaya suatu perusahaan manufaktur
yang dibuat secara terkoordinasi dimana bertujuan untuk melaksanakan
kegiatan yang merupakan infromasi biaya bagi manajemen. Kalau kita
berbicara mengenai sistem informasi akuntansi biaya, maka kita akan berbicara
mengenai akumulasi biaya. Akumulasi biaya merupakan suatu cara untuk
mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk suatu produk dan jasa
atau menyangkut suatu hal.
Untuk melihat sistem sebuah alur bahan yang hendak diproses akan
diubah menjadi barang jadi dapat dilihat di gambar 4.2. Informasi yang
dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi biaya berupa dasar untuk
membedakan biaya produk dan harga jual, dan menolong manajemen untuk
rencana dan pengendalian operasional.
Di dalam sistem informasi akuntansi biaya, biasanya kita akan
berbicara mengenai biaya-biaya produksi. Biaya-biaya produksi tersebut akan
diakumulasi sesuai dengan cara perusahaan itu melakukan kegiatan
perusahaannya. Ada perusahaan akan melakukan kegiatan perusahaan
apabila ada pesanan dari pelanggan. Ada perusahaan akan melakukan

47
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

kegiatan perusahaan secara terus-menerus walaupun tidak ada yang


melakukan pesanan.

Sistem informasi akuntansi biaya ini akan membantu manajemen dalam


mendapatkan informasi yang paling akurat mengenai biaya produksi.
Manajemen memerlukan informasi biaya yang sangat akurat karena:

a. Manajemen memerlukan rencana masa depan.


b. Manajemen memerlukan pengendalian operasional perusahaan.
c. Manajemen perlu mengevaluasi kinerja masa lampau.
d. Manajemen memerlukan mengirimkan kualitas tertinggi ke
pelanggan dengan harga yang rendah.
Manajemen akan selalu mengerjakan informasi yang akurat karena itu
akan dapat menetapkan ketepatan level untuk bekerja, untuk menaksir
keuntungan jangka panjang dari produk yang berbeda. Selain itu karena
disebabkan oleh supaya dapat mengatur biaya masing-masing aktivitas
produksi.

Gambar 4.2
Lini Bisnis Manufaktur

Akuntan supaya menghasilkan biaya produk yang akurat, maka:


a. Membedakan biaya yang berhubungan dengan manufaktur dan
biaya yang berhubungan dengan administrasi dan penjualan

48
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

b. Akurat dlm identifikasi dan mengukur semua biaya yg berhubungan


dengan manufaktur
c. Membedakan ketepatan arah untuk menempatkan biaya pada
manufaktur produk-produk

4.3 Metode Biaya


Metode yang dipakai untuk membedakan biaya itu biasanya adalah
sesuai dengan kepentingan daripada bisnis tersebut. Tetapi prinsip dasar
membedakan biaya tersebut akan sama untuk setiap metode. Pilihan metode
biaya yang dipakai biaya harus sesuai dengan tujuan bisnis. Ada 2 (dua)
pendekatan dasar metode biaya, yaitu:
a. Metode biaya pesanan (Job Costing/ Specific Order)
b. Metode biaya proses (Process Costing/ Continous Operation)
Kedua metode biaya ini digunakan untuk mengumpulkan data biaya
dan untuk alokasi biaya-biaya ke harga pokok produksi. Ada beberapa
perusahaan menggunakan kedua metode biaya tersebut.

4.4 Siklus Akuntansi Biaya


Siklus akuntansi biaya akan diawali dengan pencatatan transaksi
akuntansi. Pertama-tama biaya dicatat pada perkiraan-perkiraan yang
menunjukkan dengan jelas sifat biaya yang bersangkutan. Oleh karena itu,
sistem akuntansi biaya akan kita jumpai perkiraan biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, biaya bahan baku tidak langsung, biaya penyusutan
pabrik, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik dan lain-lain yang
berhubungan dengan pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung itu dikategorikan sebagai biaya produksi langsung, dan biaya yang
lain dikategorikan sebagai biaya produksi tidak langsung.
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dapat ditransfer
secara langsung dari masing-masing perkiraan persediaan bahan baku dan
perkiraan upah ke perkiraan persediaan barang dalam proses. Sedang semua
unsur-unsur biaya produksi tidak langsung pertama-tama ditransfer dahulu ke
overhead pabrik baru kemudian dari perkiraan ini ditransfer ke perkiraan

49
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

persediaan barang dalam proses. Pemindahan atau transfer terakhir sering


juga disebut penyerapan biaya-biaya overhead pabrik atau biaya produksi tidak
langsung oleh produk yang dikerjakan dalam proses produksi. Penyerapan ini
dilakukan dengan menggunakan suatu tarif biaya overhead yang telah
ditentukan dan diaplikasikan kepada produk menurut ukuran kegiatan tertentu
(misalnya jam tenaga kerja langsung). Pendebetan perkiraan persediaan
barang dalam proses tentu akan diikuti perkreditan biaya overhead pabrik untuk
jumlah biaya overhead yang ditransfer/ dibebankan.
Biaya produksi tidak langsung ditransfer ke perkiraan persediaan
barang dalam proses berdasarkan tarif pembebanan biaya produksi tidak
langsung, dalam hal ini adalah biaya overhead pabrik. Biaya tenaga kerja
langsung ditransfer ke perkiraan persediaan barang dalam proses berdasarkan
informasi yang terdapat pada laporan pemakaian jam kerja langsung. Transfer
biaya bahan baku ke perkiraan persediaan barang dalam proses dilakukan
berdasarkan daftar reakuisisi bahan baku yang dipakai.
Begitu barang rampung dikerjakan dan keluar dari proses produksi
segera dihitung secara mekanis atau fisik dan jumlahnya merupakan jumlah
barang atau produk yang telah dirampungkan hari itu. Setiap hari informasi
mengenai jumlah barang yang dirampungkan hari itu dilaporkan ke bagian
akuntansi dan menjadi dasar bagi pemindahanbukuan (transfer) dari perkiraan
persediaan barang dalam proses ke perkiraan persediaan barang jadi.
Pencatatan akuntansi akan mengikuti gerak fisik dari bahan baku dan biaya-
biaya lainnya dalam proses produksi.
Apabila barang dikirimkan kepada langganan maka bagian akuntansi
melakukan transfer dari perkiraan persediaan barang jadi ke perkiraan harga
pokok penjualan. Dasar transfer adalah laporan pengiriman barang yang
disusun oleh bagian pengiriman barang yang telah laku dijual kepada
langganan atau pembeli.

50
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

Gambar 4.3
Arus Biaya Manufaktur

Contoh 1:
CV. Loe To Ye yang merupakan perusahaan manufaktur mempunyai informasi
data-data untuk tahun 2014 sebagai berikut:
Persediaan Awal Saldo (Rp)
Bahan Baku Langsung 30.000.000
Barang Dalam Proses 50.000.000
Barang Jadi 120.000.000

a. Pembelian bahan secara kredit:


Bahan baku langsung Rp 210.000.000
Bahan baku tidak langsung 15.000.000
Total Rp 225.000.000

Jurnal:
Persediaan Bahan Baku Langsung 210.000.000
Biaya Overhead Pabrik 15.000.000
Utang Dagang 225.000.000

51
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

Persediaan Bahan Baku Langsung (Rp


Utang Dagang (Rpjuta)
juta)
Saldo Awal 180 Saldo Awal 30
a) 225 a) 210

Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta)

a) 15

b. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi sebanyak Rp


195.000.000,-
Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses 195.000.000
Persediaan Bahan Baku Langsung 195.000.000

Persediaan Barang Dalam Proses


Persediaan Bahan Baku (Rp Juta)
(Rp Juta)
Saldo Awal 30 b) 195 Saldo Awal 50
a) 210 Saldo Akhir 45 b) 195

c. Upah untuk tenaga kerja di pabrik:


Tenaga Kerja Langsung (16.000 Jam) Rp 320.000.000
Tenaga Kerja Tidak Langsung 70.000.000
Total Rp 390.000.000

Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses 390.000.000
Biaya Overhead Pabrik 320.000.000
Upah 70.000.000

52
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

Persediaan Barang Dalam Proses


Daftar Upah (Rpjuta)
(Rp juta)
c) 390 Saldo Awal 50
b) 195
c) 320

Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta)

a) 15
c) 70

d. Penyusutan untuk tahun 2014:


Pabrik Rp 40.000.000
Bahagian Penjualan 12.000.000
Bahagian Umum 8.000.000
Total Rp 60.000.000
Pada tahun 2013 dapat dibukukan akumulasi penyusutan sebesar
Rp 450.000.000.
Jurnal:
Biaya Overhead Pabrik 40.000.000
Biaya Penjualan 12.000.000
Biaya Umum 8.000.000
Akumulasi Penyusutan 60.000.000

Akumulasi Penyusutan (Rp Juta) Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta)

Saldo Awal 450 a) 15


d) 60 c) 70
d) 40

Biaya Penjualan (Rp Juta) Biaya Umum (Rp Juta)


d) 12 d) 8

53
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

e. Biaya-biaya overhead pabrik lainnya sebesar Rp 120.000.000 belum dibayar.

Jurnal:
Biaya Overhead Pabrik 120.000.000
Ragam Kredit 120.000.000

Ragam Kredit (Rp Juta) Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta)

e) 120 a) 15
c) 70
d) 40
e) 120

f. Perusahaan mengganggarkan taksiran biaya overhead pabrik sebesar


Rp 225.000.000. Dasar pembebanan biaya overhead adalah berdasarkan
jam tenaga kerja langsung. Perusahaan menaksir jumlah jam tenaga kerja
langsung untuk tahun 2014 adalah 170.000 jam.

Rp225.000.000
Tarif Pembebanan Overhead = = Rp1.500
170.000 jam

Pembebanan Biaya Overhead = 160.000 jam x Rp 1.500


= Rp 240.000.000
Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses 240.000.000
Biaya Overhead Pabrik 240.000.000

Biaya Overhead Pabrik Persediaan Barang Dalam Proses


(Rp Juta) (Rp Juta)
a) 15 f) 240 Saldo Awal 50
c) 70 b) 195
d) 40 c) 320
e) 120 f) 240

54
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

g. Biaya produksi yang berhasil rampung dikerjakan selama tahun 2014


sebesar Rp 770.000.000

Setiap barang yang telah rampung dikerjakan dan ditransfer ke persediaan


barang jadi maka itulah yang disebut sebagai harga pokok produksi.

Jurnal:
Persediaan Barang Jadi 770.000.000
Persediaan Barang Dalam Proses 770.000.000

Persediaan Barang Dalam Proses (Rp Juta) Persediaan Barang Jadi (Rp juta)

Saldo Awal 50 g) 770 Saldo Awal 120


b) 195 g) 770
c) 320
f) 240 Saldo Akhir 35

h. Penjualan dilakukan dengan kredit sebesar Rp 1.900.000.000 dengan harga


pokok penjualan Rp 767.000.000

Jurnal:
Harga Pokok Penjualan 767.000.000
Persediaan Barang Jadi 767.000.000

Piutang Dagang 1.900.000.000


Penjualan 1.900.000.000

Persediaan Barang Jadi (Rp juta) Harga Pokok Penjualan

Saldo Awal 120 h) 767 h) 767


g) 770 Saldo Akhir 123

55
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

i. Biaya-biaya penjualan dan umum lainnya dibayar tunai sebesar


Rp 840.000.000 dimana Rp 500.000.000 untuk biaya penjualan dan
Rp 340.000.000 untuk biaya umum.
CV Loe To Ye
Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk Tahun Yang Berakhir 2014

Biaya Bahan Baku Rp 195.000.000


Biaya Tenaga Kerja Langsung 320.000.000
Biaya Overhead Pabrik 240.000.000
Total Biaya Produksi Rp 755.000.000
Ditambah: Persediaan Awal Barang Dalam Proses 50.000.000
Total Barang Dalam Proses Pada Tahun 2014 Rp 805.000.000
Dikurang: Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (35.000.000)
Harga Pokok Produksi Rp 770.000.000

Biaya Overhead Pabrik Aktual:


Bahan Baku Tidak Langsung Rp 15.000.000
Tenaga Kerja Tidak Langsung 70.000.000
Biaya Penyusutan Pabrik 40.000.000
Biaya Overhead Pabrik Lainnya 120.000.000
Total Biaya Aktual Rp 245.000.000
Biaya Overhead Pabrik Yang Dibebankan 240.000.000
Biaya Overhead Pabrik Yang Dibebankan Kurang Rp 5.000.000

56
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

CV Loe To Ye
Laporan Harga Pokok Penjualan
Untuk Tahun Yang Berakhir 2014

Penjualan Rp 1.900.000.000
Dikurang: Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal Barang Jadi Rp 120.000.000
Harga Pokok Produksi 770.000.000
Barang Yang Tersedia Untuk Dijual Rp 890.000.000
Persediaan Akhir Barang Jadi (123.000.000)
Harga Pokok Penjualan Normal Rp 767.000.000
Ditambah: Biaya Overhead Pabrik Yang Dibebankan
Kurang 5.000.000

Harga Pokok Penjualan Aktual (772.000.000)


Laba Bruto Rp 1.128.000
Dikurang: Biaya Usaha
Biaya Umum ( Rp 340.000.000 + Rp 8.000.000) Rp 348.000.000
Biaya Penjualan (Rp 500.000.000 + Rp 12.000.000) 512.000.000 (860.000.000)
Laba Bersih Rp 268.000.000

Contoh 2:
CV. Kera Sakti merupakan perusahaan yang bergerak di aksesoris.
Perusahaan menetapkan bahwa menggunakan satu rekening untuk bahan
baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Berikut ini data-data biaya yang
ada di perusahaan untuk tahun 2014 (dalam Rp):
Penjualan 65.000.000
Pembelian Bahan Baku 18.000.000
Ongkos Angkut Pembelian 200.000
Retur Dan Potongan Pembelian 1.000.000
Bahan Penolong 500.000
Tenaga Kerja Langsung 8.300.000
Tenaga Kerja Tidak Langsung 2.000.000
Listrik Pabrik 450.000
Penyusutan Mesin Pabrik 650.000
PBB Pabrik 530.000

57
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

Asuransi Pabrik 500.000


Biaya Overhead Pabrik Lainnya 1.600.000
Pendapatan Piutang 1.300.000
Beban Bunga 1.000.000
Biaya Pemasaran 9.000.000
Biaya Administrasi Dan Umum 5.000.000
Persediaan (dalam Rp)
Keterangan
Awal Akhir
Bahan Baku 750.000 350.000
Barang Dalam Proses 1.000.000 520.000
Barang Jadi 230.000 580.000

CV. Kera Sakti


Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk Tahun Yang Berakhir 2014

Persediaan Awal Bahan Baku Rp 750.000


Pembelian Bahan Rp 18.000.000
Biaya Angkut Pembelian 200.000
Retur Dan Potongan Pembelian (1.000.000)
Pembelian Bersih 17.200.000
Bahan Yang Tersedian Untuk Dipakai Rp 17.950.000
Dikurangi:
Bahan Penolong Rp 500.000
Persediaan Akhir Bahan Baku 350.000 (850.000)
Pemakaian Bahan Baku Rp 17.100.000
Tenaga Kerja Langsung 8.300.000
Biaya Overhead:
Bahan Penolong Rp 500.000
Tenaga Kerja Tidak Langsung 2.000.000
Listrik Pabrik 450.000
Penyusutan Mesin Pabrik 650.000

PBB Pabrik 530.000


Asuransi Pabrik 500.000
Biaya Overhead Lainnya 1.600.000 6.230.000
Total Biaya Produksi Rp 31.630.000
Persediaan Awal Barang Dalam Proses 1.000.000
Total Barang Dalam Proses Tahun Tersebut Rp 32.630.000
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (520.000)
Harga Pokok Produksi Rp 32.110.000

58
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

CV. Kera Sakti


Laporan Laba Harga Pokok Penjualan
Untuk Tahun Yang Berakhir 2014

Persediaan Awal Barang Jadi Rp (32.110.000)


Harga Pokok Produksi 230.000
Barang Yang Tersedia Dijual Rp (31.880.000)
Persediaan Akhir Barang Jadi (580.000)
Harga Pokok Penjualan Rp (32.460.000)

CV. Kera Sakti


Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 2014

Penjualan Rp 65.000.000
Harga Pokok Penjualan (32.460.000)
Laba Kotor Rp 32.540.000
Beban Operasional:
Beban Pemasaran Rp 9.000.000
Beban Administrasi 5.000.000 (14.000.000)
Laba Operasional Rp 18.540.000
Pendapatan Lain-lain:
Pendapatan Piutang 1.300.000
Rp 19.840.000
Beban Lain-lain:
Beban Bunga (1.000.000)
Laba Bersih Sebelum Pajak Rp 18.840.000
Pajak 30 %
Laba Setelah Pajak Rp 18.840.000

59
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

LATIHAN
1. Berdasarkan informasi berikut ini (dalam Rp):
Persediaan awal bahan baku 45.000.000
Persediaan akhir bahan baku 60.000.000
Persediaan awal barang dalam proses 135.000.000
Persediaan akhir barang dalam proses 127.500.000
Persediaan awal barang jadi 105.000.000
Persediaan akhir barang jadi 120.000.000
Pembelian bahan baku selama periode 142.500.000
Total biaya produksi aktual 225.000.000
Diminta:
a. Hitunglah pemakaian bahan baku!
b. Hitunglah harga pokok produksi!
c. Hitunglah harga pokok penjualan!
d. Hitunglah biaya konversi!

2. Berikut ini saldo yang disajikan oleh PT. Andai-andai selama bulan berjalan:
Keterangan Awal (Rp) Akhir (Rp)
Persediaan Bahan Baku Langsung 423.000,- 153.600
Persediaan Produk Dalam Proses 1.652.000,- 4.509.400
Persediaan Produk Selesai 8.257.200 1.644.500
Bahan Baku Yang Digunakan 0 7.519.400
Harga Pokok Penjualan 0 23.615.250
Diminta:
a. Hitunglah biaya produksi!
b. Hitunglah harga pokok produksi!

3. Data berikut sebagian dari data operasi PT. Sepadan untuk tahun 2012:

Keterangan Awal Akhir


Barang Jadi Rp 565.000 Rp 875.000
Barang Dalam Proses Rp 1.235.000 Rp 995.000
Bahan Baku Rp 1.250.000 Rp 1.280.000
Informasi lain:
a. Bahan baku yang digunakan untuk produksi: Rp 1.820.000

60
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

b. Total biaya pabrikasi Rp 6.320.000


c. Biaya overhead pabrik dibebankan 50 % dari biaya tenaga kerja
langsung
d. Harga pokok penjualan: Rp 6.250.000,-

Diminta:
a. Hitunglah biaya bahan yang dibeli!
b. Hitunglah overhead pabrik yang dibebankan!

4. PT. Cahaya Cemerlang mempunyai data-data akuntansi untuk bulan


Februari 2015 adalah sebagai berikut (dalam Rp):
Persediaan awal barang jadi 40.000.000
Persediaan akhir barang jadi 28.000.000
Persediaan awal barang dalam proses 14.000.000
Persediaan akhir barang dalam proses 18.000.000
Biaya tenaga kerja langsung 24.000.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung 16.000.000
Biaya pemeliharaan pabrik 4000.000
Asuransi peralatan pabrik 1.000.000
Asuransi peralatan kantor 600.000
Sewa atas fasilitas pabrik 10.000.000
Penyusutan peralatan kantor 1.000.000
Biaya bahan baku langsung 20.000.000
Biaya bahan penolong 2.000.000
Penyusutan peralatan pabrik 3.000.000
Diminta:
a. Susunlah laporan harga pokok produksi!
b. Susunlah laporan harga pokok penjualan!

5. Berikut ini merupakan perkiraan biaya PT. Sambu Baru :


Biaya bahan baku 12.000.000
Biaya tenaga kerja langsung 33.000.000
Biaya overhead pabrik 66.000.000

61
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

Data tersebut diatas merupakan data bulan September 2014. Data


tambahan lainnya adalah persediaan awal barang dalam proses sebesar
Rp 3.000.000, persediaan akhir barang dalam proses sebesar Rp
5.000.000, persediaan awal barang jadi sebesar Rp 6.000.000, dan
persediaan akhir barang jadi sebesar Rp 8.000.000.
Diminta:
a. Hitunglah biaya produksi !
b. Hitunglah harga pokok produksi!
c. Hitunglah harga pokok penjualan!

6. Tuan Siahaan mempunyai suatu usaha manufaktur yang memiliki data-data


untuk bulan Maret 2015 sebagai berikut (dalam Rp):
Biaya bahan baku langsung 9.900.000
Biaya bahan baku tidak langsung 1.800.000
Biaya tenaga kerja langsung 9.000.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung 2.500.000
Gaji bagian produksi 3.600.000
Gaji bagian administrasi 7.500.000
Gaji bagian penjualan 4.800.000
Biaya sewa bangunan (bagian produksi memakai 50%) 2.100.000
Biaya sewa mesin pabrik Rp 800.000 per bulan ditambah Rp 750 per unit
produksi.
Royalti untuk pemakaian paten sebesar Rp 500 per unit produksi.
Biaya produksi lainnya 4.000.000
Biaya penjualan dan administrasi lainnya 2.700.000
Persediaan awal barang dalam proses sebesar Rp 7.500.000, persediaan
akhir barang dalam proses sebesar Rp 4.500.000. Pada bulan Maret 2015
diproduksikan sebesar 1.000 unit produk yang sudah rampung dan
ditransfer ke persediaan barang jadi.
Diminta:
a. Susunlah laporan harga pokok produksi pada bulan Maret 2015!
b. Hitunglah biaya per unit!

62
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

c. Susunlah laporan laba rugi, seandainya harga jual Rp 75.000/ unit!

7. Dian ditawarkan bekerja sebagai akuntan di CV. Nommensen Jaya. Tugas


Dian adalah menyusun laporan laba rugi perusahaan tersebut. CV.
Nommensen jaya memang sudah menyusun laporan laba rugi
perusahaannya seperti dibawah ini:
CV. Nommensen Jaya
Laporan Laba/ Rugi
Untuk Bulan Januari 2015

Penjualan Rp 315.000.000
Dikurang: Biaya Usaha:
Biaya Asuransi Rp 4.000.000
Biaya Serbaguna 10.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 60.000.000
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 12.000.000
Penyusutan Atas Perlatan Pabrik 16.000.000
Pembelian Bahan Baku Langsung 120.000.000
Biaya Sewa 40.000.000
Gaji Bagian Penjualan Dan Administrasi 32.000.000 (294.000.000)
Laba Bersih Rp 21.000.000

Informasi tambahan lainnya adalah sebagai berikut:


a. CV. Nommensen Jaya merupakan salah satu perusahaan manufaktur
yang memproduksikan suatu produk untuk dipasarkan.
b. 80 % dari sewa yang dibayarkan dialokasikan ke pabrik, sisanya akan
dialokasikan ke bagian penjualan dan administrasi.
c. Tidak ada persediaan awal bahan baku, dan sebanyak Rp 15.000.000
dari bahan baku yang dibeli masih tersimpan di gudang pada akhir
bulan Januari 2015.
d. 70 % dari biaya asuransi terpakai dan 90 % dari biaya serbaguna
dialokasikan ke pabrik, selebihnya dialokasikan ke bagian penjualan dan
administrasi.
e. Persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi adalah
sebagai berikut:

63
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

1 Januari 2015 31 Januari 2015


Barang Dalam Proses Rp 42.000.000 Rp 48.000.000
Barang Jadi Rp 54.000.000 Rp 40.000.000

Diminta: Seandainya anda membantu Dian sebagai akuntan, maka:


a. Susunlah laporan harga pokok penjualan!
b. Susunlah laporan laba rugi!

8. CV Salah Asuh memiliki data biaya dari kegiatan proses produksi pada
bulan April 2015 sebagai berikut:
a. Saldo perkiraan:
Persediaan 1 April 2015 30 April 2015
Bahan Baku 3.100.000 2.450.000
Barang Dalam Proses 2.300.000 3.400.000
Barang Jadi 1.250.000 ?

b. Pembelian bahan baku selama bulan April 2015 sebesar 10.000 unit
dengan harga faktur Rp 10.000,- per unit. Biaya angkut bahan baku
sebesar Rp 2.000.000,- sedangkan retur pembelian bahan baku sebesar
Rp 500.000,-.
c. Jam Kerja langsung (JKL) digunakan sebanyak 4.000 JKL dengan tarif
upah langsung Rp 1.600 per jam.
d. Transaksi selama bulan April 2015 sebagai berikut:
ß Bahan Tidak langsung yang digunakan sebesar Rp 1.750.000,-
ß Biaya listrik sebesar Rp 6.300.000 (70% digunakan bagian pabik).
ß Biaya pemeliharan pabrik sebesar Rp 1.440.000,-
ß Biaya penyusutan ( 40.% dibagian mesin dan gedung pabrik.)
sebesar Rp 13.500.000
ß Biaya PBB (30% dipakai bagian pabrik.) sebesar Rp 5.000.000
ß Biaya perlengkapan (30% untuk pabrik) sebesar Rp 5.500.000
ß Gaji akuntan sebesar Rp 6.400.000 ( 30% dipakai bagian pabrik).
ß BOP atau overhead lain-lain sebesar Rp 1.470.000

64
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

e. Penjualan kotor selama bulan April 2015 sebesar Rp 250.000.000


dengan retur penjualan 1 % dari penjualan kotor, dan laba kotor sebesar
Rp 215.200.000
f. Beban penjualan dan distribusi sebesar 20 % dengan retur penjualan
bersih. Sedangkan beban administrasi sebesar 20% dari penjualan
kotor.
g. Pemakaian bahan baku langsung dan bahan tidak langsung ,
menggunakan satu rekening yaitu rekening bahan.
Diminta:

a. Hitung jumlah biaya utama dan biaya konversi


b. Hitung harga pokok penjualan dan persediaan akhir barang jadi.
c. Susunlah laporan harga pokok produksi selama bulan April 2015
d. Susun Laporan Laba Rugi selama bulan April 2015

9. Berikut ini adalah data yang disajikan oleh CV. XYZ selama tahun 2010:

Penjualan Rp 78.250.000
Retur dan potongan penjualan 3.250.000
Pembelian bahan 23.000.000
Retur potongan pembelian 2.300.000
Potongan pembelian 200.000
Biaya angkut pembelian 500.000
Pemakaian bahan baku tidak langsung 200.000
Tenaga kerja langsung 7.500.000
Tenaga kerja tidak langsung 1.000.000
Biaya listrik dan telepon (50% untuk pabrik) 15.000.000
Biaya pemeliharaan mesin dan gudang pabrik 600.000
Penyusutan (30% untuk Kantor) 12.000.000
PBB (30% untuk pabrik) 5.000.000
Perlengkapan pabrik 400.000
Komisi penjualan 2.000.000
Beban administrasi dan umum 2.100.000

65
Bab 4 – Sistem Akuntansi Biaya

Gaji bagian penjualan 7.300.000


Akuntan mencatat persediaan perusahaan sebagai berikut:
Keterangan Awal Akhir
Barang Jadi Rp 2.400.000 Rp 3.100.000
Barang Dalam Proses Rp 2.100.000 Rp 1.700.000
Bahan Baku Rp 2.100.000 Rp 3.100.000
Perusahaan tersebut menggunakan perkiraan bahan baku untuk
pemakaian bahan langsung dan bahan tidak langsung.
Diminta:
a. Susunlah laporan harga pokok penjualan CV. XYZ untuk tahun 2010!
b. Susunlah laporan laba rugi CV. XYZ untuk tahun 2010!

66
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

BAB 5 Sistem Akuntansi Biaya


Pesanan

Manajer perusahaan manufaktur sangat berkepentingan dengan


informasi mengenai jumlah biaya yang dipergunakan untuk memproduksi
produknya. Manajer memerlukan informasi mengenai berapa biaya produksi
yang dipergunakan untuk membuat suatu pesanan, berapa biaya produksi yang
telah dipergunakan untuk memenuhi pesanan pelanggan, dan lain-lain. Tujuan
manajer memerlukan informasi tersebut bertujuan untuk merumuskan strategi
yang harus ia ambil, untuk membuat keputusan tentang harga jual dan
pengendalian biaya, serta untuk menyusun laporan keuangan.

5.1 Sistem Penentuan Harga Pokok Pesanan

Kalau kita berbicara harga pokok pesanan, maka kita akan berbicara
mengenai pesanan itu sendiri, perusahaan yang bergerak di bidang pesanan
dan buku pembantu pesanan. Pesanan adalah jumlah unit produk yang sangat
mudah untuk kita lakukan identifikasi dibandingkan dengan unit yang lain.
Perusahaan yang bergerak di bidang pesanan biasanya akan melakukan
kegiatan operasional kalau ada pelanggan yang melakukan pemesanan. Buku
pembantu pesanan adalah tempat untuk mencatatkan biaya yang terjadi untuk
membuat pesanan tersebut di dalam sistem akuntansi.
Pada sistem ini, yang menjadi objek biaya adalah unit produk individual,
batch atau kelompok produk dalam satu pesanan. Umumnya manajer akan
menghendaki adanya informasi mengenai berapa harga pokok produk untuk
setiap jenis produk/ batch/ kelompok atau setiap kelompok pesanan, karena
setiap pesanan/ kelompok pesanan tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda.
Metode ini biasanya digunakan untuk produk yang pesanannya tinggi dan
dalam jumlah banyak, yang bentuknya adalah unit, dan biaya masing-masing
akan tinggi. Contohnya adalah Laundry, kontruksi bangunan, rumah sakit, dan
lain-lain.

67
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Gambar 5.1
Contoh Kartu Biaya Pesanan

Apabila manajer sudah mengetahui harga pokok produk setiap


pesanan, maka ini akan mempermudah manajer dalam membuat berbagai
keputusan manajemen lain seperti:
a. Menentukan harga jual
b. Mempertimbangkan menolak atau menerima pesanan.

c. Memantau realisasi biaya

d. Menghitung laba rugi setiap pesanan

e. Menentukan harga pokok persediaan barang jadi dan persediaan

barang dalam proses yang akan disajikan di neraca.

68
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Tabel 5.1
Perbedaan Metode Pesanan Dengan Metode Proses
Metode Pesanan Metode Proses
1. Variasi perbedaan produk luas 1. Produk homogen
2. Biaya diakumulasi berdasarkan 2. Biaya diakumulasi berdasarkan
pekerjaan proses atau departemen
3. Biaya per unit dihitung melalui 3. Biaya per unit dihitung melalui
pembagian total biaya pekerjaan pembagian biaya proses satu periode
dengan unit yang diproduksi. dengan unit yang diproduksi selama
periode tersebut.

5.2 Pencatatan Pemakaian Biaya-biaya Produksi

Sistem akuntansi biaya pesanan akan melakukan pencatatan biaya-


biaya pesanan pada perkiraan-perkiraan biaya di buku besar dan pada kartu
pesanan di buku tambahan. Dapat kita lihat aliran dokumen pada gambar 4.4 .

Gambar 5.2
Aliran Dokumen Pada Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Kartu Reakuisisi
Bahan Baku

Order Perintah Daftar Distribusi


Pesanan Produksi Pemakaian Kartu
Tenaga Kerja Pesanan
Langsung

Tarif
Overhead

Setiap pencatatan pemakaian biaya oleh pesanan dalam buku besar,


maka akan diikuti oleh pencatatan pemakaian biaya yang sama pada buku
tambahan. Dalam buku besar, pencatatan biaya dilakukan pada perkiraan
persediaan barang dalam proses dan dalam buku tambahan pencatatan yang
dilakukan pada kartu pesanan. Masukan untuk pencatatan pemakaian biaya
bahan baku diperoleh dari kartu reakuisisi bahan baku. Sedangkan, untuk

69
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

pencatatan pemakaian biaya tenaga kerja langsung itu dapat kita peroleh dari
daftar distribusi pemakaian tenaga kerja langsung.
Sebagaimana kebanyakan formulir-formulir yang dipergunakan dalam
akuntansi, bentuk atau desain dari kartu reakusisi bahan baku dan daftar
distribusi pemakaian tenaga kerja langsung tidaklah serupa antara satu
perusahaan dengan perusahaan yang lain. Tetapi secara umum, jenis
keterangan yang dicatat pada masing-masing formulir itu hampir sama.
Biaya-biaya overhead produksi biasanya akan dibebankan kepada
setiap pesanan berdasarkan tarif overhead yang diaplikasikan menurut
pemakaian jam atau biaya tenaga kerja langsung atau menurut basis lain yang
lebih rasional.

Contoh 1:

Nona Angel mempunyai usaha membuat tas dari kulit. Usaha Nona Angel ini
baru saja berdiri. Nona Angel dalam memproduksikan tas tidaklah dalam jumlah
massal. Nona Angel dalam melakukan operasionalnya menggunakan pesanan,
Nona Angel menerima pesanan pembuatan tas dari bahan kulit. Nona Angel
dalam memulai bisnisnya menyewa gedung kecil untuk dijadikan tempat
workshop dan memberi beberapa peralatan produksi yang diperlukan. Pada
bulan Maret 2015, Nona Angel menerima 2 (dua) pesanan, yaitu 20 ransel kulit
untuk pesanan pertama dan 10 tas kulit untuk pesanan kedua. Nona Angel
menerima pesanan itu pada awal Maret 2015 dan berjanji akan
menyelesaikannya pada akhir Maret 2015. Kedua pesanan itu akan dijual ke
toko dengan harga biaya ditambah 50 persen untuk keuntungan. Nona Angel
menyediakan dua kartu pesanan untuk kedua pesanan tersebut. Satu kartu
pesanan untuk tas, satu pesanan untuk ransel.

Akuntansi Untuk Bahan Baku

a. Usaha Nona Angel baru berdiri sehingga tidak terdapat persediaan. Nona
Angel membeli secara kredit bahan baku sebesar Rp 2.500.000

70
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Jurnal:
Persediaan Bahan Baku Langsung 2.500.000
Utang Dagang 2.500.000

Persediaan Bahan Baku Langsung


Utang Dagang (Rp000)
(Rp 000)
a) 2.500 Saldo Awal 0
a) 2.500

b. Nona Angel membutuhkan Rp 1.000.000 bahan baku langsung untuk ransel


dan Rp 500.000 untuk tas.
Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses 1.500.000
Persediaan Bahan Baku Langsung 1.500.000

Persediaan Barang Dalam Proses


Persediaan Bahan Baku (Rp 000)
(Rp 000)
Saldo Awal 0 b) 1.500 Saldo Awal 50
a) 2.500 Saldo Akhir 1.000 b) 1.500

Kartu Pesanan 20 Unit Ransel Kartu Pesanan 10 Unit Tas

Bahan Baku Langsung Rp 1.000.000 Bahan Baku Langsung Rp 500.000


Tenaga Kerja Langsung Tenaga Kerja Langsung
Overhead Yang Overhead Yang
Dibebankan Dibebankan
Total Biaya Rp Total Biaya Rp
Biaya Per Unit Biaya Per Unit

71
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Akuntansi Untuk Tenaga Kerja Langsung

c. Nona Angel menentukan jumlah jam tenaga kerja langsung yang akan
digunakan. Ransel membutuhkan 120 jam dan tas membutuhkan 50 jam,
dengan upah Rp 9.000 per jam.

Biaya Tenaga Kerja Langsung Untuk:


Ransel = 120 jam x Rp 9.000 = Rp 1.080.000
Tas = 50 jam x Rp 9.000 = Rp 450.000
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 1.530.000

Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses 1.530.000
Utang Gaji 1.530.000

Persediaan Barang Dalam Proses


Daftar Upah (Rp000)
(Rp 000)
c) 1.350 Saldo Awal 50
b) 1.500
c) 1.350

Kartu Pesanan 20 Unit Ransel Kartu Pesanan 10 Unit Tas

Bahan Baku Langsung Rp 1.000.000 Bahan Baku Langsung Rp 500.000


Tenaga Kerja Langsung 1.080.000 Tenaga Kerja Langsung 450.000
Overhead Yang Overhead Yang
Dibebankan Dibebankan
Total Biaya Rp Total Biaya Rp
Biaya Per Unit Biaya Per Unit

Akuntansi Untuk Biaya Overhead

d. Pada saat membuat ransel dan tas, Nona Angel mengeluarkan biaya-biaya

tidak langsung sebagai berikut:

72
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Pembayaran Sewa Rp 200.000

Utilitas 50.000

Penyusutan Peralatan 100.000

Tenaga Kerja Tidak Langsung 65.000

Total Biaya Overhead Rp 415.000

Jurnal:
Biaya Overhead Pabrik 415.000
Akun Kredit 415.000

Akun Kredit (Rp 000) Biaya Overhead Pabrik (Rp 000)

d) 415 d) 415

e. Nona Angel memperkirakan biaya overhead yang akan dipakai untuk 1 tahun

sebesar Rp 9.600.000 dengan pemakaian 4.800 jam tenaga kerja langsung.

Untuk membuat ransel diperlukan 120 jam tenaga kerja langsung dan untuk

membuata tas diperlukan 50 jam tenaga kerja langsung.

9.600.000
Tarif Pembebanan Overhead = = Rp2.000
4800 jam
Pembebanan Biaya Overhead untuk :

Ransel = 120 jam x Rp 2.000 = Rp 240.000

Tas = 50 jam x Rp 2.000 = Rp 100.000

Total Pembebanan Biaya Overhead Rp 340.000

Biaya Overhead Aktual Rp 415.000

Pembebanan Biaya Overhead Rp 340.000

Pembebanan Overhead Kurang Rp 75.000

73
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Jurnal:
Persediaan Barang Dalam Proses 340.000
Biaya Overhead Pabrik 340. 000

Biaya Overhead Pabrik Persediaan Barang Dalam Proses


(Rp 000) (Rp 000)
d) 415 e) 340 Saldo Awal 50
b) 1.500
c) 850
e) 340

Kartu Pesanan 20 Unit Ransel Kartu Pesanan 10 Unit Tas

Bahan Baku Langsung Rp 1.000.000 Bahan Baku Langsung Rp 500.000


Tenaga Kerja Langsung 1.080.000 Tenaga Kerja Langsung 450.000
Overhead Yang Overhead Yang
Dibebankan 240.000 Dibebankan 100.000
Total Biaya Rp 2.320.000 Total Biaya Rp 1.050.000
Biaya Per Unit Biaya Per Unit

Akuntansi Untuk Barang Jadi

f) Pada akhir bulan Maret 2015, pesanan yang berhasil diselesaikan adalah

ransel, sedangkan tas masih akan dilanjutkan penyelesaiannya pada bulan

April 2015.

Untuk sistem akuntansi biaya pesanan, setiap pesanan tersebut telah 100 %
rampung dikerjakan, maka pesanan yang rampung tersebut akan dikirimkan
ke gudang dan dicatatkan sebagai persediaan barang jadi. Pesanan yang
belum rampung dikerjakan maka pesanan itu akan tetap ada dan dicatat
sebagai persediaan akhir barang dalam proses. Untuk contoh soal ini, yang
akan dicatat sebagai persediaan barang jadi adalah pesanan ransel, dan
yang akan dicatat sebagai persediaan akhir barang dalam proses adalah
pesanan tas.

74
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Jurnal:
Persediaan Barang Jadi 2.320.000
Persediaan Barang Dalam Proses 2.320.000

Persediaan Barang Dalam Proses (Rp 000) Persediaan Barang Jadi (Rp 000)

Saldo Awal 50 f) 2.320 Saldo Awal 0


b) 1.500 f) 2.320
c) 850
e) 340 Saldo Akhir 1.050

Kartu Pesanan 20 Unit Ransel Kartu Pesanan 10 Unit Tas

Bahan Baku Langsung Rp 1.000.000 Bahan Baku Langsung Rp 500.000


Tenaga Kerja Langsung 1.080.000 Tenaga Kerja Langsung 450.000
Overhead Yang Overhead Yang
Dibebankan 240.000 Dibebankan 100.000
Total Biaya Rp 2.320.000 Total Biaya Rp 1.050.000
Biaya Per Unit Biaya Per Unit

Rampung Pada Bulan Maret 2015

Akuntansi Untuk Harga Pokok Penjualan

Dalam perusahaan yang bergerak di bidang pesanan, apabila ada

barang jadi yang sudah siap dan akan dijual, biasanya sesuai dengan

permintaan dari pelanggan tersebut. Ini membuat biaya barang jadi akan

menjadi harga pokok penjualan. Laporan harga pokok penjualan disiapkan

pada tiap akhir periode yang disepakati di perusahaan tersebut.

75
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Lanjutan Soal 1:

g) Ransel yang dipesan oleh pelanggan ke Nona Angel sudah diambil

seluruhnya pada bulan Maret 2015.Harga jual per ransel adalah Rp

174.000. Nona Angel menjual ransel tersebut dengan tunai.

Jurnal:

Harga Pokok Penjualan 2.320.000


Persediaan Barang Jadi 2.320.000

Penjualan = Rp 174.000 x 20 ransel = Rp 3.480.000

Piutang Dagang 3.480.000


Penjualan 3.480.000

Harga Pokok Penjualan


Persediaan Barang Jadi (Rp 000)
(Rp 000)
Saldo Awal 0 g) 2.320 g) 2.320
f) 2.320 Saldo Akhir 0

h) Informasi yang berhubungan dengan kegiatan usaha Nona Angel adalah

sebagai berikut:

Iklan Rp 75.000

Komisi Penjualan 125.000

Gaji Pegawai Kantor 500.000

Penyusutan Peralatan Kantor 50.000

76
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Nona Angel
Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk Bulan Yang Berakhir Maret 2015

Persediaan Awal Bahan Baku Rp 0


Pembelian Bahan Baku 2.500.000
Barang Yang Tersedia Di Gudang 2.500.000
Persediaan Akhir Bahan Baku (1.000.000)
Pemakaian Bahan Baku 1.500.000
Tenaga Kerja Langsung 1.530.000
Biaya Overhead Aktual:
Sewa Rp 200.000
Utilitas 50.000
Penyusutan 100.000
Tenaga Kerja Tidak Langsung 65.000
Total Biaya Produksi Normal Rp 415.000
Overhead Yang Dibebankan Kurang (75.000) 340.000
Total Biaya Produksi Berdasarkan Pembebanan Rp 3.370.000
Persediaan Awal Barang Dalam Proses 0
Total Barang Dalam Proses Maret 2015 Rp 3.370.000
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (Pesanan Tas) (1.050.000)
Harga Pokok Produksi (Pesanan Ransel) Rp 2.320.000

Nona Angel
Laporan Harga Pokok Penjualan
Untuk Bulan Yang Berakhir Maret 2015

Persediaan Awal Barang Jadi Rp 0


Harga Pokok Produksi (Pesanan Ransel) 2.320.000
Barang Yang Tersedia Dijual Rp 2.320.000
Persediaan Akhir Barang Jadi 0
Harga Pokok Penjuaan Normal Rp 2.320.000
Overhead Yang Dibebankan Kurang 75.000
Harga Pokok Penjuaan Setelah Disesuaikan Rp 2.395.000

77
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Nona Angel
Laporan Laba Rugi
Untuk Bulan Yang Berakhir Maret 2015

Penjualan Rp 3.480.000
Harga Pokok Penjualan (2.395.000)
Laba Kotor Rp 1.085.000
Beban Operasional:
Iklan Rp 75.000
Komisi Penjualan 125.000
Gaji Pegawai Kantor 500.000
Penyusutan Peralatan Kantor 50.000 (750.000)
Laba Bersih Rp 335.000

78
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

LATIHAN
1. PT. Patgulipat menetapkan pembebanan biaya overhead pada pesanan

sebesar 80 % dari biaya tenaga kerja langsung. Seandainya pesanan no S-

01 menunjukkan jumlah biaya overhead yang dibebankan sebesar Rp

15.000.000, maka hitunglah jumlah biaya tenaga kerja langsung dari

pesanan no S-01 !

2. Sebuah konsultan sipil merancang dan membangun gudang serta

bangunan tambahan untuk beberapa pelanggan. Pada Mei 2015, terdapat

dua pekerjaan yang diproses, yaitu pesanan no 114 denngan saldo awal

Rp 134.000.000 dan pesanan no 115 dengan saldo awal Rp 96.700.000.

Konsultan ini menerapkan pembebanan tarif overhead pada tarif Rp 16.000

per jam tenaga kerja langsung. Tenaga kerja langsung dibayar rata-rata Rp

10.000 per jam tenaga kerja langsung. Selama bulan Mei 2015, pesanan no

116 dan pesanan no 117 dimulai. Data biaya pada bulan Mei 2015 untuk

semua pesanan adalah sebagai berikut (dalam Rp 000):

Pesanan
No 114 No 115 No 116 No 117
Bahan Baku Langsung 22.000 90.000 15.000 34.500
Tenaga Kerja Langsung 18.000 40.000 1.500 8.000

Pesanan no 114 telah diselesaikan pada 22 Mei 2015 dan pelanggan telah

menerima tagihan semua biaya dengan tambahan laba 30% dari semua

biaya pesanan no 114. Pesanan yang lain masih dalam proses.

79
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Diminta:

a. Hitunglah biaya overhead yang dibebankan pada tiap pesanan selama

bulan Mei 2015!

b. Buatlah laporan pemakaian seluruh biaya masing-masing pesanan pada

akhir Mei 2015!

c. Hitunglah saldo akhir persediaan barang dalam proses !

d. Berapakah penjualan yang diperoleh dari pesanan no 114?

3. PT. Sentosa Jaya berproduksi atas pesanan, oleh karena itu perusahaan

tersebut memakai sistem akuntansi biaya pesanan. Pada bulan Februari

2015 perusahaan ini mengerjakan 3 (tiga) pesanan, yaitu pesanan X-001,

pesanan X – 002, pesanan X-003. Pesanan X-001 mulai dikerjakan dari

bulan Januari 2015 dengan memakai biaya bahan baku sebesar Rp

5.000.000, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 4.000.000 dan biaya

overhead pabrik sebesar Rp 3.000.000. Pesanan X-002 dan pesanan X-

003 mulai dikerjakan bulan Februari 2015. Data berikut ini adalah selama

bulan Februari 2015:

a. Jumlah pembelian bahan baku pada bulan Februari 2015 sebesar Rp

25.000.000. Ongkos angkut Rp 2.000.000. tidak ada saldo perkiraan

bahan baku pada tanggal 1 Februari 2015.

b. Pemakaian bahan baku selama Februari 2015 adalah:

Pesanan X-001 Rp 1.000.000

Pesanan X-002 Rp 5.000.000

Pesanan X-003 Rp 8.000.000

80
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

c. Pemakaian tenaga kerja langsung selama Februari 2015:

Pesanan X-001 (2.000 jam) Rp 4.000.000

Pesanan X-002 (2.500 jam) Rp 5.000.000

Pesanan X-003 (3.000 jam) Rp 6.000.000

Biaya tenaga kerja tidak langsung berjumlah Rp 2.000.000

d. Biaya-biaya berikut ini juga terpakai selama Februari 2015:

Bahan Baku Tidak Langsung Rp 1.000.000

Penyusutan Mesin Rp 2.000.000

Sewa Ats Bangunan Pabrik Rp 3.000.000

e. Tarif overhead adalah Rp 800 per jam tenaga kerja langsung.

f. Pesanan X-001 dan pesanan X-002 rampung dikerjakan pada bulan

Februari 2015.

g. Pesanan Y-007 yang sudah rampung pada bulan Januari 2015 dengan

biaya Rp 16.000.000 terjual dengan harga Rp 20.000.000

h. Seperempat dari jumlah pesanan Y-007 dikembalikan oleh pelanggan

pada bulan Februari 2015.

Diminta:

a. Bukukanlah data-data biaya diatas untuk bulan Februari 2015 ke buku

besar dan kartu-kartu pesanan!

b. Susunlah laporan harga pokok produksi untuk bulan Februari 2015!

4. Tuan Billy mempunyai keahlian memasang komponen-komponen audio

dan sistem home theatre. Tuan Billy baru saja menyelesaikan instalasi

pengeras suara dan pengkabelan audio untuk 10 rumah yang dibangun

81
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

oleh Perumahan Bestari Indah. Pesanan tersebut menimbulkan biaya

bahan baku sebesar Rp 34.000.000, dan terdapat 50 jam tenaga kerja

langsung dengan biaya Rp 10.000 per jam. Overhead dibebankan

berdasarkan jam tenaga kerja langsung dengan tarif Rp 40.000 per jam.

Diminta:

a. Berapakah total biaya pesanan tersebut? Berapakah biaya per unit?

b. Jika Tuan Billy membebankan harga satu setengah kali dari biaya,

berapakah harga yang ditagihkan untuk setiap rumah?

5. CV. Adonan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pesanan,


pembebanan biaya untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung
menggunakan biaya aktual sedangkan untuk biaya overhead pabrik
berdasarkan tarif ditentukan dimuka dengan dasar alokasi jam kerja
langsung (JKL). Pada awal Agustus 2014 terdapat pesanan sebagai
berikut:

Pesanan X 1 Pesanan X 2 Pesanan X3


Bahan Baku Langsung Rp Rp7.000.000 Rp 7.000.000
10.000.000
Tenaga Kerja Langsung Rp 400.000 Rp 200.000 Rp 1.200.000
Overhead Yang Dibebankan Rp 300.000 Rp 150.000 Rp 900.000
Total Rp10.700.000 Rp 7.350.000 Rp 9.100.000
Status Pekerjaan Dalam Proses Dalam Proses Selesai

Pada tanggal 31 Agustus 2014 pada catatan perusahaan diketahui terdapat


tiga pesanan yang sudah selesai dengan tambahan biaya produksi dan jam
sebagai berikut:

Pesanan X 1 Pesanan X 2 Pesanan X 4 Pesanan X 5 Pesanan X 6


Bahan Baku Rp 5.000.000 Rp 3.000.000 Rp 5.000.000 Rp 9.200.000 Rp 3.000.000
JKL 50 JKL 40 JKL 55 JKL 70 JKL 10 JKL

Informasi lain:
a. Tarif tenaga kerja langsung dibayar untuk pekerja sebesar Rp 20.000,-
per JKL yang berlaku selama tahun 2014.

82
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

b. Pada akhir Agustus yang belum selesai adalah pesanan X 6.


c. Untuk bahan baku perusahaan menggunakan satu rekening yaitu
rekening bahan baku yang menampung bahan baku langsung dan
bahan baku tidak langsung, dengan saldo awal sebesar Rp 2.100.000,- .
Pembelian yang dilakukan selama bulan Agustus 2014 sebesar Rp
29.000.000,- dengan biaya angkut sebesar Rp 500.000,-
d. Selisih lebih/ kurang (over/underapplied) langsung dibebankan ke harga
pokok penjualan pada akhir bulan.
e. Penjualan dilakukan secara tunai sebesar Rp 57.000.000,-.
f. Biaya selama bulan Agustus 2014:
Biaya Penyusutan Mesin Rp 700.000,-
Biaya Asuransi Pabrik Rp 1.075.000,-
Pemakaian Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp 750.000,-
Pemakaian Bahan Baku Tidak Langsung Rp 1.000.000,-
Beban Pemasaran Rp 3.000.000,-
Beban Administrasi Rp 5.000.000,-
Diminta:
1. Hitunglah biaya produksi masing-masing pesanan!
2. Hitunglah selisih (over/under applied)!
3. Susunlah laporan harga pokok penjualan bulan Agustus 2014!
4. Susunlah laporan laba rugi bulan Agustus 2014!

6. Percetakan “Murni” menerima segala jenis cetakan, dimana setiap pesanan

dibuat kartu pesanan. Kartu pesanan dibuat untuk membedakan setiap

pelanggan. Berikut ini merupakan data-data yang terjadi selama bulan

September 2010:

a) Dibeli Bahan baku dgn hrg Rp 20 jt, dan dipakai oleh pesanan Y sebesar
Rp 13 jt dan pesanan Z sbsr Rp 7 jt. Tidak terdapat persediaan awal dan
persediaan akhir bahan baku.

83
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

b) Pd periode lalu sudah selesai dikerjakan pesanan X dengan nilai Rp 40


Jt, dan pesanan Y sudah dikerjakan bln lalu tetapi belum selesai dengan
nilai Rp 3 jt
c) Jam tenaga kerja yang digunakan adalah 60 jam untuk pesanan Y dan
10 jam untuk pesanan Z. Tarif tenaga kerja langsung sebesar Rp
200.000 per jam, dan tarif OH yang dibebankan sebesar Rp 125.000 per
jam TKL.
d) Biaya OH aktual pada periode tersebut sebesar Rp 8,7 Jt
e) Pada periode sekarang, pesanan Y selesai diproses tetapi belum
diambil yang memesan, sedangkan pesanan X diambil oleh pemesan
dengan penjualan sebesar Rp 52 Jt.

Diminta:
a. Susunlah Laporan Harga Pokok Produksi!
b. Susunlah Laporan Harga Pokok Penjualan!
c. Dari data-data diatas, apakah percetakan “Murni” laba atau rugi? (Buat
memakai cara)
d. Hitunglah over/underapplied overhead!

7. PT. Karya Sentosa menggunakan perhitungan harga pokok menurut

metode pesanan. Biaya overhead yang dibebankan ke produk memakai

tarif yang ditentukan dimuka sebesar 150 % dari biaya tenaga kerja

langsung. Selisih biaya overhead ditutup ke rekening harga pokok

penjualan setiap akhir bulan. Informasi lain yang tersedia adalah sebagai

berikut:

a. Pesanan dalam proses yang masih ada pada bulan Juni 2015 pesanan

no 061 dengan biaya sebagai berikut:

84
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Biaya bahan baku langsung Rp 4.000

Biaya Tenaga kerja langsung Rp 2.000

Biaya overhead yang dibebankan Rp 3.000

Total Rp 9.000

b. Pesanan 62, 63, 64 mulai dikerjakan Juni 2015.

c. Permintaan bahan baku langsung untuk proses produksi selama Juni

2015 sejumlah Rp 26.000

d. Biaya tenaga kerja langsung yang terjadi adalah Rp 20.000

e. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya yang terjadi selama bulan

Juni 2015 adalah Rp 32.000

f. Pada akhir bulan Juni 2015, pesanan yang masih dalam proses

pengerjaan adalah pesanan 64. Pesanan 64 tersebut telah

menghabiskan biaya RP 2.800 untuk bahan baku langsung dan Rp

1.800 untuk biaya tenaga kerja langsung.

Diminta: Hitunglah harga pokok produksi selama bulan Juni 2015!

8. PT. Polo Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang menggunakan

biaya pesanan, dan mengerjakan 3 (tiga) pesanan selama bulan Juli 2015.

Data-datanya adalah sebagai berikut:

Keterangan Pesanan 77 Pesanan 78 Pesanan 79


Saldo Awal (Rp) 224.500.000 0 0
Bahan Baku Langsung 129.000.000 99.000.000 353.500.000
Tenaga Kerja Langsung 200.000.000 65.000.000 130.000.000
Jam Mesin 250 200 1.200
Perpindahan Bahan 50 10 200
Pesanan Pembelian 10 40 10

85
Bab 5 – Sistem Akuntansi Biaya Pesanan

Sistem ABC (activity based costing) digunakan untuk membebankan

overhead pabrik. Tarif listrik adalah Rp 30.000, tarif penanganan bahan Rp

300.000 per pemindahan dan Rp 250.000 per pesanan pembelian. Pada

akhir Juli 2015, pesanan 77 dan 79 telah diselesaikan. Pesanan 77 telah

terjual. Pesanan 78 masih dalam proses. Pada awal Juli 2015, saldo

barang jadi adalah nol.

Diminta:

a. Siapkanlah kartu pesanan untuk masing-masing pesanan untuk

menunjukkan semua biaya hingga akhir Juli 2015!

b. Hitunglah saldo barang dalam proses pada akhir Juli 2015!

c. Hitunglah saldo akhir barang jadi!

d. Hitunglah harga pokok penjualan pada bulan Juli 2015!

86
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

BAB 6 Sistem Akuntansi Biaya


Proses
Sistem akuntansi biaya proses biasanya digunakan apabila perusahaan

memproduksibarang yang identik atau serupa secara banyak di dalam suatu

proses produksi yang bersifat terus menerus. Permasalahan dalam akuntansi

biaya proses ialah bahwa kenyataan bahwa biasanya proses produksi tidaklah

selesai pada akhir periode akuntansi. Biaya produksi suatu departemen dapat

berubah dari periode satu dengan periode yang lain

6.1 Karateristik Manufaktur Proses

Perhitungan biaya proses berfungsi dengan baik apabila produk-produk


yang relatif sejenis melalui proses berurutan dan menerima biaya produksi yang
hampir sama. Berbeda dengan perhitungan biaya pesanan dimana metode
tersebut dapat bermanfaat untuk diterapkan pada perusahaan yang produknya
dapat diidentifikasikan menurut pesanan. Perhitungan biaya pesanan juga akan
menjadi tidak praktis penerapannya apabila suatu perusahaan hanya
memproduksi satu jenis produk homogen.
Perhitungan harga pokok proses merupakan sistem pengumpulan
biaya produksi menurut departemen atay pusat biaya selama satu periode.
Perhitungan harga pokok proses merupakan cara menentukan besarnya biaya
produksi yang terjadi setiap periode yang akan dialokasikan ke produk baik
produk jadi maupun produk yang belum jadi dalam suatu departemen yang
bersangkutan. Metode harga pokok proses digunakan oleh perusahaan-
perusahaan yang produknya bersifat masal seperti pabrik kimia, produk semen,
produk gula dan lain-lain.
Dalam suatu perusahaan dengan sistem perhitungan harga pokok
proses, unit-unit produksi umumnya melalui rangkaian departemen produksi,
dimana di setiap departemen , suatu proses operasi akan membawa suatu
produk satu langkah lebih dekat ke penyelesaian. Dalam tiap departemen,
87
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
mungkin dibutuhkan. Saat proses penyelesaian tertentu, barang yang setengah
jadi dipindahkan ke departemen berikutnya. Setelah melewati departemen
terakhir, barang selesai diproduksikan dan dipindahkan ke gudang.

Gambar 6.1
Perbedaan Perhitungan Biaya Pesanan Dan Perhitungan Biaya Proses

Karateristik perhitungan biaya proses adalah sebagai berikut:

a. Biaya diakumulasikan menurut departemen.

b. Setiap departemen memiliki rekening persediaan barang dalam

proses. Rekening ini di debit dengan biaya pemrosesan yang terjadi

di departemen yang bersangkutan dan dikreditkan dengan harga

pokok barang jadi yang ditransfer ke departemen lain atau ditransfer

ke gudang barang jadi.

c. Unit ekuivalen digunakan untuk menyatakan kembali persediaan

barang dalam proses pada akhir periode.

88
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

d. Biaya per unit ditentukan atau dihitung menurut departemen untuk

setiap periode.

e. Unit barang yang telah selesai diproses di salah satu departemen

dan biaya yang berhubungan dengannya, ditransfer ke departemen

berikutnya atau ke persediaan barang jadi.

f. Biaya total dan biaya per unit untuk setiap departemen secara

periodik dijumlah, dianalisa dan dihitung dengan menggunakan

laporan biaya produksi departemen.

6.2 Ekuivalen Unit

Ekuivalen unit adalah ketika akan memproduksikan suatu produk

dengan menggunakan proses yang berkelanjutan, perusahaan akan

mengasumsikan semua unit yang diproduksikan akan sama. Akibat proses

berkelanjutan, terdapat unit produksi yang tidak siap diproses, maka nilai

tersebut disamakan dengan ekuivalen unit. Ekuivalen unit produksi yang

dikerjakan selesasi dlm periode tersebut pada unit fisik, yang dianggap sama

dengan unit produk yg selesai (rampung). Dari gambar 6.2, kita dapat melihat

bahwa 2 gelas air yang berisi masing-masing ½ gelas maka nilainya itu akan

ekuivalen unit dengan 1 gelas air yang berisi penuh.

Tingkat kerampungan produk tidak sama dari segi tiap unsur biaya

produksi. Biasanya produk lebih cepat rampung dari segi biaya bahan baku

ketimbang dari segi biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead

pabrik. Jadi sejumlah produk dapat saja sudah rampung dari segi biaya bahan

baku tapi belum rampung dari segi biaya tenaga kerja langsung dan dari segi

biaya overhead pabrik. Apabila biaya overhead produksi dibebankan

89
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

berdasarkan biaya tenaga kerja langsung maka tingkat kesiapan atau

kerampungan produk akan sama dari segi biaya tenaga kerja langsung dan dari

segi biaya overhead pabrik.

Gambar 6.2
Ekuivalen Unit

6.3 Laporan Harga Pokok Produksi

Laporan harga pokok produksi merupakan laporan aktivitas suatu

departemen produksi selama satu periode. Laporan harga pokok produksi

dibuat setiap akhir periode. Isi laporan harga pokok produksi untuk perhitungan

biaya proses sebagai berikut:

a. Laporan produksi secara fisik

b. Laporan tentang biaya yang dibebankan dan harus

dipertanggungjawabkan oleh departemen tersebut.

c. Pertanggungjawaban biaya yang dibebankan pada departemen

tersebut.

90
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

5 tahapan untuk menghitung biaya sebuah produk di perhitungan biaya

proses, yaitu:

a. Ukur Arus fisik

b. Hitung ekuivalen unit produk

c. Identifikasi biaya produk sesuai dengan ekuivalen unit

d. Hitung biaya per ekuivalen unit

e. Pertanggungjawabkan biaya produk yang dipakai

Contoh 1

Merek sabun mandi “Wangi” yang diproduksikan sebuah perusahaan

manufaktur. Produk yang sudah selesai langsung ditransfer ke gudang barang

jadi. Data berikut berhubungan dengan produksi bulan Mei 2015:

Bahan baku yang dimasukkan untuk proses produksi sebesar 120 unit.

Produk jadi ditransfer ke gudang barang jadi sebesar 90.000 unit. Pada

akhir periode terdapat produk yang belum selesai diproses sejumlah

30.000 unit dengan tingkat kerampungan 100 % bahan dan 50%

tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Biaya yang terjadi selama bulan Mei 2015:

Bahan Baku Langsung Rp 32.400

Tenaga Kerja Langsung 35.700

Biaya Overhead Pabrik 33.600

Biaya Produksi Rp 101.700

91
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Gambar 6.3
Arus Fisik Produk Untuk Satu Departemen
Bahan Baku Bahan Baku
Rp 35.700 Rp 33.600

Bahan Baku Barang Jadi


Proses
120.000 Unit 90.000 Unit
Rp 32.400
Barang Dalam Proses
30.000 Unit
BB: 100 %
TKL & Overhead: 50 %

Langkah 1: Ukur Arus Fisik

Produk Masuk Proses 120.000 Unit

Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 90.000 unit

Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 30.000 Unit

120.000 Unit

Langkah 2 : Hitung Ekuivalen Unit Produk

Ekuivalen Unit Produk = Jumlah Barang Jadi + (Persediaan Akhir

Barang Dalam Proses x % Tingkat

Kerampungan)

Ekuivalen unit Bahan Baku = 90.000 Unit +(30.000 unit x 100 %)

= 90.000 unit + 30.000 unit = 120.000 Unit

Ekuivalen unit Tenaga Kerja = 90.000 Unit + (30.000 unit x 50%)

= 90.000 unit + 15.000 unit = 105.000 unit

Ekuivalen unit Overhead Pabrik = 90.000 Unit + (30.000 unit x 50%)

= 90.000 unit + 15.000 unit =105.000 unit

92
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Langkah 3: Identifikasi biaya produk sesuai dengan ekuivalen unit

Dari data-data diatas maka :

Bahan Baku Langsung Rp 32.400

Tenaga Kerja Langsung 35.700

Biaya Overhead Pabrik 33.600

Total Biaya Yang Dipertanggungjawabkan Rp 101.700

Langkah 4: Hitung biaya per ekuivalen unit

Unsur Jumlah Ekuivalen Harga Per EU

Biaya Biaya (Rp) Unit (EU) (Rp)

BB 32.400 120.000 0,27

TKL 35.700 105.000 0,34

OH 33.600 105.000 0,32

Total 101.700 0,93

Langkah 5: Pertanggungjawabkan biaya produk yang dipakai

Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang

(90.000 unit x Rp 0,93) Rp 83.700

Persediaan Akhir Barang Dalam Proses :

BB (30.000 unit x 100% x Rp 0,27) Rp 8.100

TKL (30.000 unit x 50% x Rp 0,34) 5.100

OH (30.000 unit x 50% x Rp 0,32) 4.800 18.000

Total Pertanggungjawaban Biaya Rp101.700

93
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Merek Sabun Mandi Wangi


Laporan Harga Pokok Produksi
Bulan Mei 2015

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 120.000 Unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 90.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 50% TKL dan OH) 30.000 unit 120.000 Unit

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 32.400 120.000 Rp 0,27
TKL Rp 35.700 105.000 Rp 0,34
OH Rp 33.600 105.000 Rp 0,32
Total Rp 101.700 Rp 0,93

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Rp 83.700
(90.000 unit x Rp 0,27)
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 30.000 unit x 100%x Rp 0,27 Rp 8.100
TKL : 30.000 unit x 50% x Rp 0,34 Rp 5.100
OH : 30.000 unit x 50% x Rp 0,32 Rp 4.800 18.000

Rp 101.700

6.3 Produk Diolah Lebih Dari Satu Departemen

Apabila produk diolah melalui beberapa departemen produksi, maka

barang yang telah selesai diproses di departemen awal akan terus ditransfer

ke departemen berikutnya sampai ke departemen terakhir dan akhirnya

ditransfer ke gudang barang jadi. Dengan demikian harga pokok produk jadi di

departemen I akan ditransfer menjadi seolah-olah bagi departemen II.

94
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Gambar 6.4
Arus Fisik Untuk Dua Departemen

Contoh 2

PT. Sumber Rejeki mengolah produk melalui dua departemen produksi yaitu

departemen I dan departemen II. Produk yang telah selesai dikerjakan di

departemen I langsung ditransfer ke departemen II untuk diproses lebih lanjut,

sedangkan produk yang telah selesai diproses di departemen II ditransfer ke

gudang barang jadi. Berikut adalah data yang berkaitan dengan produksi pada

bulan Februari 2015:

Departemen I Departemen II
Unit Produk:
Produk Masuk Proses 420.000 unit
Diterima Dari Departemen I 322.000 unit
Ditransfer Ke Departemen II 322.000 unit
Ditransfer Ke Gudang 280.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya
Konversi 98.000 unit
100 % Bahan, 1/3 Biaya Konversi 42.000 unit

Biaya-Biaya:
Bahan Baku Langsung Rp 218.400 Rp
Tenaga Kerja Langsung Rp 252.840 Rp 249.900
Biaya Overhead Pabrik Rp 242.004 Rp 223.440

95
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

DEPARTEMEN I

Ekuivalen unit Bahan Baku = 322.000 Unit +(98.000 unit x 100 %)

= 322.000 unit + 98.000 unit = 420.000 Unit

Ekuivalen unit biaya konversi = 322.000 Unit +(98.000 unit x 40 %)

= 322.000 unit + 39.200 unit = 361.200 unit

Sumber Rejeki
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan Februari 2015

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 420.000 Unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 322.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 40% Biaya Konversi) 98.000 unit 420.000 Unit

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 218.400 420.000 Rp 0,52
TKL Rp 252.840 361.200 Rp 0,70
OH Rp 242.004 361.200 Rp 0,67
Total Rp 713.244 Rp 1,89

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
(322.000 unit x Rp 1,89) Rp 608.580
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 98.000 unit x 100%x Rp 0,52 Rp 50.960
TKL : 98.000 unit x 40% x Rp 0,70 Rp 27.440
OH : 98.000 unit x 40% x Rp 0,67 Rp 26.264 104.664

Rp 713.244

DEPARTEMEN II

Ekuivalen unit biaya konversi = 280.000 Unit +(42.000 unit x 1/3)

= 280.000 unit + 14.000 unit = 294.000 unit

96
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Sumber Rejeki
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan Februari 2015

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 322.000 Unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 280.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(40% Biaya Konversi) 42.000 unit 32.000 Unit

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 608.580 322.000 Rp 1,89
TKL Rp 249.900 294.000 Rp 0,85
OH Rp 223.440 294.000 Rp 0,76
Total Rp 1.081.920 Rp 3,50

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(280. 000 unit x Rp 3,5)) Rp 980.000
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 42.000 unit x Rp 1,89 Rp 79.380
TKL : 42.000 unit x 40% x Rp 0,85 Rp 11.900
OH : 98.000 unit x 40% x Rp 0,76 Rp 10.640 101.920

Rp 1.081.920

6.4 Penambahan Bahan Di Departemen Lanjutan

Pemakaian bahan sering tidak hanya terjadi di departemen pertama,

akan tetapi pemakaian bahan sering pula dilakukan di departemen pertama dan

di departemen berikutnya (departemen setelah departemen pertama).

Penambahan pemakaian bahan akan berakibat sebagai berikut:

a. Tidak menambah unit yang dihasilkan

Pemakaian bahan di departemen setelah departemen pertama yang

sifatnya hanya pelengkap, tidak akan mempengaruhi jumlah unit

97
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

produk yang dihasilkan. Jumlah unit keluar dari proses jumlahnya

tetap sama dengan unit masuk proses, meskipun ada pemakaian

bahan tambahan. Dalam hal tidak terjadi perubahan jumlah unit,

maka penghitungan harga pokok per unit dari departemen

sebelumnya tidak mengalami perubahan.

b. Unit yang dihasilkan bertambah

Pemakaian bahan dapat berakibat unit produk yang dihasilkan

jumlahnya lebih banyak dari pada unit produk saat masuk proses.

Total harga pokok yang diterima dari departemen sebelumnya tidak

berubah. Karena terjadi perubahan jumlah unit maka harga pokok

yang diterima dari departemen sebelumnya akan ditanggung oleh

jumlah unit yang lebih banyak. Berarti harga pokol per unit yang

diterima dari departemen sebelumnya menjadi lebih rendah. Oleh

karena itu, harga pokok dari departemen sebelumnya harus

disesuaikan.

Contoh 3:

Berikut ini adalah data produksi yang terjadi di departemen II CV. Ande ande:

a. Unit diterima dari departemen I 10 unit senilai Rp 360.000, dimana terdiri

dari biaya bahan baku Rp 100.000, biaya tenaga kerja langsung Rp

200.000 dan biaya overhead pabrik Rp 60.000.

b. Unit tambahan karena penambahan bahan di departemen II sebesar 2

unit.

c. Unit ditransfer ke gudang barang jadi sebesar 8 unit.

98
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

d. Persediaan akhir barang dalam proses periode tersebut sebesar 4 unit

(100% BB, 50%TKL)

e. Biaya tambahan yang terjadi di departemen II:

Bahan Baku Rp 72.000

Tenaga Kerja Langsung 120.000

Biaya Overhead Pabrik 120.000

Total Rp 312.000

DEPARTEMEN II

Ekuivalen unit Bahan Baku = 8 Unit +(4 unit x 100 %) = 8 unit + 4 unit

= 12 unit

Ekuivalen unit biaya konversi = 8 Unit +(4 unit x 50 %) = 8 unit + 2 unit

= 10 unit

Catatan:

a) Meskipun terjadi perhitungan penyesuaian terhadap harga pokok produksi


yang diterima dari departemen I di departemen II, pada saat pencatatan
akuntansi tidak diperlukan pencatatan jurnal penyesuaian.
b) Laporan harga pokok produksi di departemen II dapat disusun dengan
harga pokok produksi dari departemen I dimana akan terlebih dahulu
disesuaikan. Atau dapat juga kita lakukan, harga pokok produksi dari
departemen I tidak diperlukan lagi penyesuaian tetapi langsung dibagi
dengan ukuivalen unit 12.

99
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

CV. Ande Ande


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 10 Unit
Unit Bahan Yang Tambah 2 Unit 12 Unit

Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 8 unit


Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 50% Biaya Konversi) 4 unit 12 Unit

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 360.000 10 Rp 36.000
Penye 2 -
Set Penye Rp 360.000 12 Rp 30.000
BB Rp 72.000 12 Rp 6.000
TKL Rp 120.000 10 Rp 12.000
OH Rp 120.000 10 Rp 12.000
Total Rp 672.000 Rp 60.000

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(8 unit x Rp 60.000) Rp 480.000
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 4 unit x Rp 30.000 Rp 120.000
BB : 4 Unit x 100 % x Rp 6.000 RP 24.000
TKL : 4 unit x 50 % x Rp 12.000 Rp 24.000
OH : 4unit x 50% x Rp 12.000 Rp 24.000 192.000

Rp 672.000

Contoh 4:

Tuan Sinurat mempunyai usaha manufaktur. Pada saat melakukan proses

produksi untuk produk akan melewati 2 (dua) departemen. Produk yang telah

selesai dikerjakan di departemen I langsung ditransfer ke departemen II untuk

100
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

diproses lebih lanjut. Pemakaian bahan dilakukan di departemen I dan

departemen II

Departemen I Departemen II
Produk Masuk Proses 350.000 liter
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 280.000 liter
Unit Bahan Yang Tambah 70.000 liter
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 315.000 liter
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 20 % Biaya Konversi 70.000 liter
101 % BB, 70 % Biaya Konversi 35.000 liter

Biaya-biaya selama periode tersebut:

Jumlah Departemen I Departemen II


Bahan Baku Rp 1.470.000 Rp 1.050.000 Rp 420.000
Tenaga Kerja Langsung Rp 927.500 Rp 588.000 Rp 339.500
Biaya Overhead Pabrik Rp 463.750 Rp 294.000 Rp 169.750

DEPARTEMEN I

Ekuivalen unit Bahan Baku = 280.000 Unit +(70.000 unit x 100 %)

= 280.000 unit + 70.000 unit

= 350.000 unit

Ekuivalen unit biaya konversi = 280.000 Unit +(70.000 unit x 20 %)

= 280.000 unit + 14.000 unit

= 294.000 unit

101
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Tuan Sinurat
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 350.000 Unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 280.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 20% Biaya Konversi) 70.000 unit 350.000 Unit

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 1.050.000 350.000 Rp 3
TKL Rp 588.000 294.000 Rp 2
OH Rp 294.000 294.000 Rp 1
Total Rp 713.244 Rp 6

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(280.000 unit x Rp 6) Rp 1.680.000
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 70.000 unit x 100%x Rp 3 Rp 210.000
TKL : 70.000 unit x 20% x Rp 2 Rp 28.000
OH : 70.000 unit x 20% x Rp 1 Rp 14.000 252.000

Rp 1.932.000

DEPARTEMEN II

Ekuivalen unit Bahan Baku = 315.000 Unit +(35.000 unit x 100 %)

= 315.000 unit + 35.000 unit

= 350.000 unit

Ekuivalen unit biaya konversi = 315.000 Unit +(35.000 unit x 70 %)

= 315.000 unit + 24.500 unit

= 339.500 unit

102
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Tuan Sinurat
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 280.000 Unit
Unit Bahan Yang Tambah 70.000 Unit 350.000 Unit

Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 315.000 unit


Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 50% Biaya Konversi) 35.000 unit 350.000 Unit

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 1.680.000 280.000 Rp 6
Penye 70.000 -
Set Penye Rp 1.680.000 350.000 Rp 4,8
BB Rp 420.000 350.000 Rp 1,2
TKL Rp 339.500 339.500 Rp 1,0
OH Rp 169.750 339.500 Rp 0,5
Total Rp 2.609.250 Rp 7,5

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(315.000 unit x Rp 7,5) Rp 2.362.500
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 35.000 unit x Rp 4,8 Rp 168.000
BB : 35.000 Unit x 100 % x Rp 1,2 RP 42.000
TKL : 35.000 unit x 70 % x Rp 1 Rp 24.500
OH : 35.000unit x 70% x Rp 0,5 Rp 12.250 246.750

Rp 2.609.250

6.5 Penambahan Bahan Di Akhir Proses

Bahan baku dapat di tambah pada awal proses maupun pada akhir

proses. Di departemen I, bahan baku umumnya masuk proses pada awal

proses saja. Sedangkan pada departemen lanjutan, penambahan bahan baku

dapat dilakukan pada awal saja atau pada akhir proses saja, ataupun pada

103
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

awal dan akhir proses. Untuk memudahkan penyusunan laporan harga pokok

produksi maka untuk bahan baku yang ditambahkan pada awal proses,

perhitungan ekuivalen unit akan dipisahkan dengan bahan baku yang

ditambahkan pada akhir proses. Bahan baku yang ditambahkan pada akhir

periode pada saat perhitungan ekuivalen unit tidak memasukkan nilai dari

persediaan akhir barang dalam proses. Sehingga, pada saat kita akan menilai

persediaan akhir barang dalam proses tidak akan ada nilai dari bahan baku

yang ditambahkan pada akhir proses.

Berbeda dengan pemakaian bahan baku, pemakaian tenaga kerja

langsung dan biaya overhead pabrik umumnya dilakukan secara merata dari

awal hingga akhir proses selama proses produksi. Jadi tidak ada anggapan

tenaga kerja atau biaya overhead pabrik hanya terlibat diawal atau diakhir

proses produksi saja.

Contoh 5:

CV. Harum Wangi memproduksikan pengharum ruangan. Produk diproses di 2

departemen, yaitu departemen I dan departemen II. Setiap 1 liter produk yang

ditransfer dari departemen I, ditambahkan 2 liter bahan baku X, dimana bahan

baku X ditambahkan pada awal proses dan kemudian pada akhir proses

ditambahkan 0,5 liter bahan baku Y, dimana bahan baku Y ditambahkan pada

proses mencapai 95 %. Pada awal bulan April 2015, produk yang ditransfer dari

departemen I sebanyak 25 liter dengan harga pokok per liter Rp 170. Harga per

liter bahan baku yang ditambahkan adalah Rp 1.000 untuk bahan baku X, dan

Rp 100 untuk bahan baku Y. Pada akhir bulan April terdapat 1/5 bahan baku

dari departemen I yang masuk proses masih belum selesai (baru menyerap
104
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

50% biaya konversi). Selama bulan April 2015, biaya tenaga kerja langsung

sebesar Rp 7.750 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 7.750.

Bahan Baku X yang terpakai = 2 x Produk Masuk Proses Dari Departemen I

= 2 x 25 liter = 50 liter.

Persediaan Akhir Barang Dalam Proses = 1/5 x Produk Masuk Proses Dari

Departemen I

= 1/5 x 25 liter = 5 liter

Bahan Baku Y yang terpakai = (Produk Masuk Proses Dari Departemen I –

Persediaan Akhir Barang Dalam Proses) x

Penambahan Bahan Baku Y

= (25 liter – 5 liter) x 0,5 liter = 10 liter.

Bahan Baku X yang terpakai 50 liter

Bahan Baku Y yang terpakai 10 liter

Unit Bahan Yang Tambah 60 liter

Ekuivalen unit Bahan Baku X = 70 liter +(15 liter x 100 %)

= 70 liter + 15 liter

= 85 liter

Ekuivalen unit biaya konversi = 70 liter +(15 liter x 50 %)

= 70 liter + 7,5 liter

= 77,5 unit

105
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

CV. Harum Wangi


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 25 liter
Unit Bahan Yang Tambah 60 liter 85 liter

Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 70 liter


Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 50% Biaya Konversi) 15 liter 85 liter

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 4.250 25 Rp 170
Penye 60 -
Set Penye Rp 4.250 85 Rp 50
BB X Rp 85.000 85 Rp 1.000
BB Y Rp 7.000 70 Rp 100
TKL Rp 7.750 77,5 Rp 100
OH Rp 7.750 77,5 Rp 100
Total Rp 111.750 Rp 1.350

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(70 liter x Rp 1.350) Rp 94.500
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 15 liter x Rp 50 Rp 750
BB X : 15 liter x 100 % x Rp 1.000 RP 15.000
TKL : 15 liter x 50 % x Rp 100 Rp 750
OH : 15 liter x 50% x Rp 100 Rp 750 17.250

Rp 111.750

6.6 Produk Hilang Awal Proses

Dalam pelaksanaan proses produksi sering terjadi produk yang

dihasilkan, baik yang sudah jadi maupun yang masih dalam proses, jumlahnya

tidak sama dengan unit yang masuk proses. Hal tersebut terjadi karena adanya

produk yang hilang dalam proses produksi. Produk yang hilang dalam proses
106
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

dapat bersifat normal maupun abnormal. Produk hilang karena sifat bahan yang

gampang menguap, ini dapat dikategorikan bersifat normal. Produk hilang

diakibatkan kelalaian atau kejadian tidak terduga, ini dapat dikategorikan

bersifat abnormal. Manajemen biasanya menentukan meskipun barang jadi

hilang akibat abnormal tetapi dibawah persentase tertentu (misalkan

perusahaan menentukan 2 % dari barang jadi) maka ini dapat dikategorikan

bersifat normal.

Dalam pelaksanaan proses produksi, produk hilang dapat terjadi pada

awal proses, sepanjang proses atau pun pada akhir proses. Produk hilang

sering diketahui pada saat inspeksi. Inspeksi itu dilakukan pada tengah proses

atau pada akhir proses.

Produk yang hilang pada awal proses, dianggap belum menyerap biaya

produksi. Oleh karena itu, unit produk hilang yang masuk dalam proses tidak

ikut diperhitungkan dalam perhitungan ekuivalen unit. Adanya produk hilang di

departemen I akan menaikkan harga pokok per satuan. Apabila produk hilang

awal proses terjadi di departemen II, maka harga pokok produksi per unit

produk yang ditransfer dari departemen I akan meningkat. Produk hilang pada

awal proses di departemen II tidak diikutkan dalam perhitungan ekuivalen unit.

Harga pokok dari departemen I dan departemen II per unit akan disesuaikan

dalam penyusunan laporan harga pokok produksi.

Contoh 6:

Tuan Doloksaribu mempunyai usaha manufaktur, dimana produk yang

diproses melewati dua departemen yaitu departemen I dan departemen II.

Berikut adalah data produksi dan biaya yang terjadi dari kedua departemen:

107
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Departemen I Departemen II
Produk Masuk Proses 100 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 90 kg
Unit Yang Hilang (Normal) 10 kg 10 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 80 kg

Biaya-biaya selama periode tersebut:

Departemen I Departemen II
Bahan Baku Rp 10.800 Rp -
Tenaga Kerja Langsung Rp 4.050 Rp 6.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 3.150 Rp 2.960

Catatan: Pada contoh 6 ini, tidak ada persediaan akhir barang dalam proses,

sehingga ekuivalen unit akan sama dengan unit yang sebenarnya.

Sehingga, untuk departemen I dan departemen II, baik itu biaya

bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead memakai unit yang sebenarnya.

Tuan Dolok Saribu


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 100 Kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 90 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 0
Unit Yang Hilang 10 kg 100 kg

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 10.800 90 Rp 120
TKL Rp 4.050 90 Rp 45
OH Rp 3.150 90 Rp 35
Total Rp 18.000 Rp 200

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(90 kg x Rp 200) Rp 18.000
Rp 18.000

108
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Tuan Dolok Saribu


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 90 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 80 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 0
Unit Yang Hilang 10 kg 90 kg

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 18.000 80 Rp 225
TKL Rp 6.000 80 Rp 75
OH Rp 2.960 80 Rp 37
Total Rp 26.960 Rp 337

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(80 kg x Rp 337) Rp 26.960

Rp 26.960

6.7 Produk Hilang Akhir Proses

Produk yang hilang akhir proses dianggap telah menikmati biaya

produksi. Oleh karena itu, produk hilang akhir proses ikut diperhitungkan dalam

ekuivalen unit. Harga pokok yang di transfer ke departemen berikutnya atau ke

gudang barang jadi yang dihtitung berdasarkan ekuivalen unit diatas, pada

kenyataan jumlah unit yang ditransfer tidak termasuk unit yang hilang. Harga

pokok per unit yang ditrasfer ke departemen berikutnya atau ke gudang barang

jadi harus disesuaikan dengan produk yang hilang. Adanya produk yang hilang

akhir proses mengakibatkan harga pokok per unit meningkat.

Terhadap produk yang ditransfer masuk tidak perlu dilakukan

penyesuaian. Adanya produk yang hilang normal baik yang hilang awal maupun

109
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

hilang akhir tidak memerlukan jurnal penyesuaian. Penyesuaian hanyalah di

dalam laporan harga pokok produksi.

Contoh 7:

Dengan memakai data-data dari contoh 6, tetapi produk yang siap diproses

hilang pada akhir proses.

Tuan Dolok Saribu


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 100 Kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 90 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 0
Unit Yang Hilang 10 kg 100 kg

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 10.800 100 Rp 108
TKL Rp 4.050 100 Rp 40,5
OH Rp 3.150 100 Rp 31,5
Total Rp 18.000 Rp 180
Peny:
Hilang - (10) -
Rp 18.000 90 Rp 200

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(90 kg x Rp 200) Rp 18.000

Rp 18.000

110
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Tuan Dolok Saribu


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 90 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 80 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 0
Unit Yang Hilang 10 kg 90 kg

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 18.000 90 Rp 200
TKL Rp 6.000 90 Rp 66,7
OH Rp 2.960 90 Rp 32,9
Total Rp 26.960 Rp 299,6
Peny:
Hilang - (10) -
Rp 26.960 80 Rp 337

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(80 kg x Rp 337) Rp 26.960

Rp 26.960

Contoh 8:

PT. Cat Sejati memproduksikan cat yang diproses memakai dua departemen.

Produk yang sudah selesai dari departemen I akan ditransfer ke departemen II

untuk diproses lebih lanjut. Berikut ini data yang berkaitan dengan produksi

bulan Mei 2015:

111
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Departemen I Departemen II
Produk Masuk Proses 750 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 500 kg
Unit Yang Hilang 150 kg 50 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 350 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 40 % Biaya Konversi 100 kg
, 50 % Biaya Konversi 100 kg

Biaya-biaya selama periode tersebut:

Jumlah Departemen I Departemen II


Bahan Baku Rp 45.000 Rp 45.000 Rp -
Tenaga Kerja Langsung Rp 155.200 Rp 70.200 Rp 85.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 154.800 Rp 64.800 Rp 90.000

Apabila Hilang Awal Proses

Departemen I:

Ekuivalen unit Bahan Baku = 500 kg +(100kg x 100 %)

= 500 kg + 100 kg

= 600 Kg

Ekuivalen unit biaya konversi = = 500 kg +(100kg x 40 %)

= 500 kg + 40 kg

= 540 kg

Departemen II:

Ekuivalen unit biaya konversi = = 350 kg +(100kg x 50 %)

= 350 kg + 50 kg

= 400 kg

112
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

PT. Cat Sejati


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 750 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 500 Kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 40% Biaya Konversi) 100 Kg
Produk Hilang Awal Proses 150 kg 750 kg

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 45.000 600 Rp 75
TKL Rp 70.200 540 Rp 130
OH Rp 64.800 540 Rp 120
Total Rp 180.000 Rp 325

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(500 kg x Rp 325) Rp 162.500
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 100 kgx 100%x Rp 75 Rp 7.500
TKL : 100 kg x 40% x Rp 130 Rp 5.200
OH : 100 kg x 40% x Rp 120 Rp 4.800 17.500

Rp 180.000

113
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

PT. Cat Sejati


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 500 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 350 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(50% Biaya Konversi) 100 kg
Produk Hilang Awa Proses 50 kg 500 kg

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 162.500 500 Rp 325
Penye 50 -
Set Penye Rp 162.500 450 Rp 361,1
TKL Rp 85.000 400 Rp 212,5
OH Rp 90.000 400 Rp 225
Total Rp 337.500 Rp 798,6

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(350 kg x Rp 798,6) Rp 279.510
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 100 kg x Rp 361,1 Rp 36.100
TKL : 100 kg x 50 % x Rp 212,5 Rp 10.625
OH : 100 kg x 50% x Rp 225 Rp 11.250 57.975

Rp 337.500

Apabila Hilang Akhir Proses

Departemen I:

Ekuivalen unit Bahan Baku = 500 kg +(100kg x 100 %) +150 kg

= 500 kg + 100 kg +150 kg

= 750 Kg

114
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Ekuivalen unit biaya konversi = = 500 kg +(100kg x 40 %) +150 kg

= 500 kg + 40 kg + 150 kg

= 690 kg

PT. Cat Sejati


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 750 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 500 Kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 40% Biaya Konversi) 100 Kg
Produk Hilang Akhir Proses 150 kg 750 kg

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
BB Rp 45.000 750 Rp 60
TKL Rp 70.200 690 Rp 101,74
OH Rp 64.800 690 Rp 93,91
Total Rp 180.000 Rp 255,65

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(500 kg x Rp 255,65) Rp 162.500
Produk Hilang (150 kg x Rp 255,65) 28.347,5
Setelah Disesuaikan Rp 166,174
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 100 kgx 100%x Rp 60 Rp 6.000
TKL : 100 kg x 40% x Rp 101,74 Rp 4.069
OH : 100 kg x 40% x Rp 93,91 Rp 3.756,4 13.826

Rp 180.000

Departemen II:

Ekuivalen unit biaya konversi = 350 kg +(100kg x 50 %) + 50 kg

= 350 kg + 50 kg + 50 kg = 450 kg

115
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

PT. Cat Sejati


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Produk Masuk Proses 500 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 350 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(50% Biaya Konversi) 100 kg
Produk Hilang Akhir Proses 50 kg 500 kg

PEMBEBANAN BIAYA
Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept I Rp 166.174 500 Rp 332,345
TKL Rp 85.000 450 Rp 188,889
OH Rp 90.000 450 Rp 200
Total Rp 341.174 Rp 721,234

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(350 kg x Rp 721,234) Rp 252.431,9
Produk Hilang (50 kg x Rp 721,234) 36.061,70
Setelah Disesuaikan Rp 288.493,6
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 100 kg x Rp 332,345 Rp 33.234,5
TKL : 100 kg x 50 % x Rp 188,889 Rp 9.444,45
OH : 350 kg x 50% x Rp 200 Rp 10.000 52.678,95

Rp 341.174

6.8 Pengaruh Persediaan Barang Dalam Proses Apabila Ada Persediaan


Awal
Perusahaan yang memproduksikan barangnya secara terus menerus
jarang sekali tidak mempunyai persediaan awal. Apabila perusahaan tersebut
tidak mempunyai persediaan awal, kemungkinan perusahaan itu baru berdiri.
Perusahaan yang sifat produksinya terus menerus pasti akan mempunyai
persediaan awal dan persediaan akhir . Persediaan awal pada periode
sekarang itu diperoleh dari persediaan akhir dari periode sebelumnya. Adanya
persediaan awal akan menimbulkan persoalan di periode tersebut. Perhitungan

116
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

persediaan awal periode tersebut itu tergantung dari bagaimana pemberlakuan


dalam menghitung harga pokok produksi, metode perhitungan harga pokok
produksi mana yang dipakai. Metode yang umum dipakai yaitu metode rata-rata
tertimbang (weighted average cost) dan metode FIFO (first in first out).

6.9 Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost)

Metode ini memakai bahwa persediaan awal barang dalam proses


akan diproses menjadi barang jadi bersamaan dengan bahan yang masuk
proses periode tersebut. Tidak ada perbedaan antara produk selesai yang
berasal dari persediaan awal barang dalam proses dengan produk selesai yang
berasal dari produk baru. Hanya ada satu macam harga pokok untuk seluruh
produk selesai, yaitu harga pokok rata-rata tertimbang. Maka, perhitungan
harga pokok produksi dilakukan dengan menambahkan biaya yang melekat
pada persediaan awal barang dalam proses dengan biaya yang terjadi selama
periode ini kemudian dibagi dengan ekuivalen unit.

Contoh 9:
CV. Minyak Angin Sehat sewaktu melakukan proses produksi melewati dua
departemen produksi. Berikut data-data bulan Februari 2015 yang dapat
diperoleh dari CV. Minyak Angin Sehat:
Departemen I Departemen II
Unit Produk:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya Konversi 68.000 unit
100 % Bahan, 20% Biaya Konversi 102.000 unit
Produk Masuk Proses 680.000 unit
Ditransfer Ke Departemen II 595.000 unit
Unit Bahan Yang Tambah 85.000 unit
Ditransfer Ke Gudang 748.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 60% Biaya Konversi 153.000 unit
100 % Bahan, 30% Biaya Konversi 34.000 unit

117
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Biaya-Biaya:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
Dept 1 Rp - Rp 680.000
Bahan Baku Langsung Rp 238.000 Rp 204.000
Tenaga Kerja Langsung Rp 111.520 Rp 174.760
Biaya Overhead Pabrik Rp 187.000 Rp 78.200
Total Rp 536.520 Rp 1.136.960
Periode Sekarang:
Bahan Baku Langsung Rp 2.380.000 Rp 1.360.000
Tenaga Kerja Langsung Rp 850.000 Rp 1.190.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.530.000 Rp 680.000
Total Rp 4.760.000 Rp 3.230.000

Departemen I:

Ekuivalen unit Bahan Baku = 595.000 unit +(153.000 x 100 %)

= 595.000 unit + 153.000 unit

= 748.000 unit

Ekuivalen unit biaya konversi = 595.000 unit +(153.000 x 60 %)

= 595.000 unit + 91.800 unit

= 686.800 unit

Departemen II:

Ekuivalen unit Bahan Baku = 748.000 unit +(34.000 x 100 %)

= 748.000 unit + 34.000 unit

= 782.000 unit

Ekuivalen unit biaya konversi = 748.000 unit +(34.000 x 30 %)

= 748.000 unit + 10.200 unit

= 758.200 unit

118
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

CV. Minyak Angin Sehat


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan Februari 2015

DAFTAR KUANTITAS
FISIK
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya Konversi 68.00
Produk Masuk Proses 680.00

Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 595.00


Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 60% Biaya Konversi) 153.00

PEMBEBANAN BIAYA
Pers Awal Sekarang Jumlah Biaya EU Harga Per E
BB Rp 238.000 Rp 2.380.000 Rp 2.618.000 748.000 Rp
TKL Rp 111.520 Rp 850.000 Rp 961.520 686.800 Rp
OH Rp 187.000 Rp 1.530.000 Rp 1.717.000 686.800 Rp
Total Rp 536.520 Rp 4.760.000 Rp 5.296.520 Rp

HARGA POKOK
PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(595.000 unit x Rp 7,4)
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 153.000 unit x 100%x Rp 3,5 Rp 535.500
TKL : 153.000 unit x 40% x Rp1,4 Rp 128.520
OH : 153.000 unit x 40% x Rp 2,5 Rp 229.500

119
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

CV. Minyak Angin Sehat


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan Februari 2015

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 20% Biaya Konversi 102.000 unit
Produk Masuk Proses 595.000 Unit
Unit Bahan Yang Tambah 85.000 unit

Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 748.000 unit


Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 30% Biaya Konversi) 34.000 unit

PEMBEBANAN BIAYA
Pers Awal Sekarang Jumlah Biaya EU Harga Per EU
Dept
I Rp 680.000 Rp 4.403.000 Rp 5.083.000 782.000 Rp 6,50
BB Rp 204.000 Rp 1.360.000 Rp 1.564.000 782.000 Rp 2,00
TKL Rp 174.760 Rp 1.190.000 Rp 1.364.760 758.200 Rp 1,80
OH Rp 78.200 Rp 680.000 Rp 758.200 758.200 Rp 1,00
Total Rp 1.136.960 Rp 7.633.000 Rp 8.769.960 Rp 11,30

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(748.000 unit x Rp 11,3)
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept 1: 34.000 unit x Rp 6,5 Rp 221.000
BB : 34.000 unit x 100%x Rp 2 Rp 68000
TKL : 34.000 unit x 30% x Rp1,8 Rp 18.360
OH : 34.000 unit x 30% x Rp 1 Rp 10.200

120
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

6.10 Metode FIFO


Metode FIFO menganggap bahwa persediaan awal akan terlebih
dahulu diproses sampai menjadi barang jadi, baru kemudian memproses
produk yang baru masuk proses. Unit persediaan awal akan terpisah dilaporkan
dibandingkan dengan unit produk yang baru masuk proses. Biaya yang
berhubungan dengan persediaan awal dibedakan dengan biaya produk jadi
yang berasal dari unit masuk proses pada periode yang bersangkutan. Adanya
pemisahan tersebut sehingga perhitungan ekuivalen unit juga harus dipisahkan.
Contoh untuk metode FIFO, kita memakai contoh 9.

Departemen I:

Ekuivalen unit BB = 595.000 unit - (68.000 x 100 %) + (153.000 unit x 100%)

= 595.000 unit – 68.000 unit + 153.000 unit

= 680.000 unit

Ekuivalen unit BK = 595.000 unit - (68.000 x 40 %) + (153.000 unit x 60%)

= 595.000 unit – 27.200 unit + 91.800 unit

= 659.600 unit

Departemen II:

Ekuivalen unit BB = 748.000 unit - (102.000 x 100 %) + (34.000 unit x 100%)

= 748.000 unit – 102.000 unit + 34.000 unit

= 680.000 unit

Ekuivalen unit BK = 748.000 unit - (102.000 x 20 %) + (34.000 unit x 30%)

= 748.000 unit – 20.400 unit + 10.200 unit

= 737.800 unit

121
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

CV. Minyak Angin Sehat


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan Februari 2015

DAFTAR KUANTITAS FISIK


Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya Konversi 68.000 unit
Produk Masuk Proses 680.000 Unit 748.000 unit

Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II 595.000 unit


Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 60% Biaya Konversi) 153.000 unit 748.000 Unit

PEMBEBANAN BIAYA
Sekarang EU Harga Per EU
BB Rp 2.380.000 680.000 Rp 3,50
TKL Rp 850.000 659.600 Rp 1,29
OH Rp 1.530.000 659.600 Rp 2,32
Pers Awal Rp 536.520
Total Rp 5.296.520 Rp 7,11

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
Persediaan Awal
BB Rp 238.000
TKL Rp 111.520
OH Rp 187.000 Rp 536.520
Penyelesaian Persediaan Awal
BB: (100% - 100%) x 68.000 unit x Rp 3,5 Rp 0
TKL: (100% - 40%) x 68.000 unit x Rp 1,29 Rp 52.632
OH: (100% - 40%) x68.000 unit x Rp 2,32 Rp 94.656
Rp 683.808
Produksi Yang Dikerjakan Sekarang:
(595.000 unit- 68.000 unit) x Rp 7,11) Rp 3.746.970
Harga Pokok Produksi Yang Ditransfer Ke Departemen II Rp 4.430.778
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 153.000 unit x 100%x Rp 3,5 Rp 535.500
TKL : 153.000 unit x 60% x Rp1,29 Rp 118.422
OH : 153.000 unit x 60% x Rp 2,32 Rp 212.976
Rp 866.898
Rp 5.297.676

122
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

CV. Minyak Angin Sehat


Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 20% Biaya Konversi 102.000 unit
Produk Masuk Proses 595.000 Unit
Unit Bahan Yang Tambah 85.000 unit 782.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 748.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
(100% BB, 30% Biaya Konversi) 34.000 unit 782.000 unit

PEMBEBANAN BIAYA
Sekarang EU Harga Per EU
Dept I Rp 4.430.778 595.000 Rp 7,11
Penye 85.000 -
Set Penye Rp 4.430.778 680.000 Rp 6,52
BB Rp 1.360.000 680.000 Rp 2,00
TKL Rp 1.190.000 737.800 Rp 1,61
OH Rp 680.000 737.800 Rp 0,92
Pers Awal Rp 1.136.960
Total Rp 8.797.738 Rp 11,05

HARGA POKOK PRODUKSI


Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
Persediaan Awal
Dept 1 Rp 680.000
BB Rp 204.000
TKL Rp 174.760
OH Rp 78.200 Rp 1.136.960
Penyelesaian Persediaan Awal
BB: (100% - 100%) x 102.000 unit x Rp 2 Rp 0
TKL: (100% - 20%) x 102.000 unit x Rp 1,61 Rp 131.376
OH: (100% - 20%) x 102.000 unit x Rp 0,92 Rp 75.072 Rp 1.343.408
Produksi Yang Dikerjakan Sekarang:
(748.000 unit-102.000) x Rp 11,05) Rp 7.138.300
Harga Pokok Produksi Yang Ditransfer Ke Departemen II Rp 8.481.708
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept I : 34.000 unit x Rp 6,52 Rp 221.680
BB : 34.000 unit x 100%x Rp 2 Rp 68.000
TKL : 34.000 unit x 30% x Rp1,61 Rp 16.422
OH : 34.000 unit x 30% x Rp 0,92 Rp 9.384
Rp 315.486
Rp 8.797.194

123
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

LATIHAN
1. CV. Lukis Sejati memproduksikan wallpaper. Berikut ini adalah data yang

terjadi selama bulan Februari 2015:

Data Fisik:

Persediaan Awal Barang Dalam Proses -

Produk Yang Masuk Proses 185.000 unit

Barang Yang Selesai Diproduksi 175.000 unit

Persediaan Akhir Barang Dalam Proses

(100 % BB dan 80 % biaya Konversi) 10.000 unit

Data Biaya:

Biaya Bahan Baku Rp16.095.000

Tenaga Kerja Langsung 6.771.000

Biaya Overhead Pabrik 15.738.000

Total Rp38.604.000

Diminta:

a. Hitunglah ekuivalen unit produk untuk bahan baku, tenaga kerja

langsung dan overhead pabrik!

b. Buatlah laporan harga pokok produksi!

2. CV. Kudapan Manis memproses produk makanan melewati 2 departemen,

yaitu departemen 1 dan departemen 2. Catatan yang diperoleh dari bagian

akuntansi adalah sebagai berikut:

124
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Departemen 1 Departemen 2
Produk Masuk Proses 420.000 unit
Produk Selesai Diterima Dari Departemen I 360.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 20 % Biaya Konversi 60.000 unit
70 % Biaya Konversi 72.000 unit

Biaya-biaya selama periode tersebut:

Departemen 1 Departemen 2
Bahan Baku Rp 378.000 Rp -
Tenaga Kerja Langsung Rp 260.400 Rp 169.200
Biaya Overhead Pabrik Rp 223.200 Rp 135.360

Diminta: Buatlah harga pokok produksi untuk departemen 1 dan

departemen 2!

3. PT. Medan sukses merupakan perusahaan manufaktur, dimana pada saat

operasional perusahaannya melewati 2 departemen produksi, departemen

A dan departemen B. Bagian akuntansi perusahaan tersebut mencatat

data-data sebagai berikut:

Departemen A Departemen B
Produk Masuk Proses 35.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen B 30.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 21.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 20 % Biaya Konversi ??? unit
40 % Biaya Konversi ??? unit
Biaya-biaya selama periode tersebut:

Departemen A Departemen B
Bahan Baku Rp 430.000 Rp -
Tenaga Kerja Langsung Rp 620.000 Rp 861.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 620.000 Rp 738.000
Tidak ada produk yang hilang dalam proses produksi.

Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen

produksi tersebut!

125
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

4. Tuan Simon pemilik CV. Sinar Tunggal menggunakan 2 departemen

produksi. Proses dimulai dari departemen X. Produk yang telah selesai

diproses departemen X, kemudian diproses di departemen Y. Di

departemen Y, bahan lain ditambahkan pada awal proses produksi.

Pemakaian bahan di departemen Y mengakibatkan unit yang diproduksi

ikut bertambah sebanyak unit yang ditambahkan. Berikut data-data yang

dimiliki oleh Tuan Simon pada bulan Maret 2015:

Departemen X Departemen Y
Produk Masuk Proses 1.040.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen Y 988.000 unit
Unit Yang Ditambahkan 12.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 900.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 30 % Biaya Konversi 52.000 unit
100 % BB, 65 % Biaya Konversi 100.000 unit

Biaya-biaya yang dikeluarkan selama bulan Maret 2015 sebagai berikut:

Departemen X Departemen Y
Bahan Baku Rp 2.600.000 Rp 2.000.000
Tenaga Kerja Langsung Rp 3.763.500 Rp 3.088.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.254.500 Rp 2.306.350

Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen

produksi tersebut!

5. Berikut ini adalah data yang tersedia di departemen C pada CV. Sentosa

Jaya:

Unit yang ditransfer ke departemen C 1.155.000 unit

Unit yang ditambahkan 105.000 unit

Unit yang ditransfer ke departemen D 1.008.000 unit

126
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Persediaan akhir barang dalam proses departemen C

(100 % BB dan 70% biaya konversi) 252.000 unit

Harga pokok produksi dari departemen C Rp 529.200

Biaya Tambahan di departemen C:

BB Rp 151.200

TKL Rp 450.072

Overhead Pabrik Rp 675.108

Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk departemen C !

6. Minuman ringan cap Segar menggunakan bahan baku sirup, air dan cairan

zat asam. Sirup dimasukkan dalam proses produksi di departemen 1. Sirup

yang telah diproses dari departemen 1 kemudian ditransfer ke departemen

2. Di departemen 2 akan ditambahkan air (harga air per liter Rp 0) pada

awal proses dan zat asam ditambahkan pada akhir proses. Setiap liter sirup

yang ditransfer ke departemen 2 membutuhkan 2 liter air dab 1 liter zat

asam untuk menghasilkan produk jadi. Selam proses produksi tidak ada

produk hilang. Selama bulan Agustus 2015, 100.000 liter telah ditransfer ke

departemen 2 senilai Rp 45 per liter. Dari produk yang ditransfer tersebut,

75 % telah selesai menjadi produk jadi. Persediaan akhir bulan Agustus

2015, terdapat 45 % biaya konversi selesai.

Biaya yang terjadi selama bulan Agustus 2015 di departemen 2:

Biaya Bahan Air Per liter Rp 0

Biaya Bahan Zat Asam Rp 100 per liter

Biaya tenaga kerja langsung Rp 6.007.500

Biaya overhead pabrik Rp 7.008.750

127
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Diminta:

a. Berapa liter air yang ditambahkan untuk proses produksi di departemen

2?

b. Berapa liter zat asam yang ditambahkan untuk proses produksi di

departemen 2?

c. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk departemen 2 !

7. CV. Sejati Jaya memproses produksi melalui dua departemen produksi,

yaitu departemen X dan departemen Y. Dalam bulan Juni 2015, laporan

produksi dan biaya menunjukkan data sebagai berikut:

Departemen X Departemen Y
Produk Masuk Proses 1.750 kg 1.250 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen Y 1.250 kg
Unit Yang Hilang Akhir Proses 200 kg
Unit Yang Hilang Awal Proses 150 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 900 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % BB, 50 % Biaya Konversi 300 kg
100 % BB, 75 % Biaya Konversi 200 kg

Biaya-biaya yang dikeluarkan selama bulan Juni 2015 sebagai berikut:

Departemen X Departemen Y
Bahan Baku Rp 1.050.000 Rp -
Tenaga Kerja Langsung Rp 880.000 Rp 2.047.500
Biaya Overhead Pabrik Rp 800.000 Rp 1.968.750

Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk masing-masing

departemen!

8. Berikut ini adalah data-data unit produksi yang terjadi di suatu departemen

produksi untuk 4 bulan pada tahun 2015:


128
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Januari Februari Maret April


Pers Awal BDP 9.000 12.000 - 15.000
Tingkat Penyelesaian 30% 25% - 40%
Unit Masuk Proses 51.000 50.000 55.000 60.000
Unit Selesai Proses 48.000 62.000 40.000 50.000
Pers Akhir BDP 12.000 - 15.000 25.000
Tingkat Penyelesaian 25% - 40% 25%

Diminta:

a. Hitunglah ekuivalen unit tiap bulan dengan menggunakan metode rata-

rata!

b. Hitunglah ekuivalen unit tiap bulan dengan menggunakan metode FIFO!

9. Ada data-data dari suatu departemen:

Departemen I Departemen II Departemen III


Pers Awal BDP - 25.000 25.000
Tingkat Penyelesaian - 50% 20%
Unit Masuk Proses 100.000 80.000 75.000
Unit Hilang Normal:
Awal Proses 5.000 - -
Akhir Proses - 10.000 5.000
Unit Selesai Proses 80.000 75.000 95.000
Pers Akhir BDP 15.000 20.000 -
Tingkat Penyesuaian 40% 30% -

Diminta:

a. Hitunglah ekuivalen unit masing-masing departemen memakai metode

rata-rata!

b. Hitunglah ekuivalen unit masing-masing departemen memakai metode

FIFO!

10. CV. Aroma Sejahtera memiliki data untuk bulan Januari 2015 sebagai

berikut: persediaan awal barang dalam proses sejumlah 3.600 unit dengan

129
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

biaya bahan pada tingkat penyelesaian 10% senilai Rp 756.000 dan biaya

konversi dengan tingkat penyelesaian 50% senilai Rp 5.220.000. Jumlah

unit yang dimasukkan ke dalam proses produksi selama bulan Januari 2015

adalah biaya bahan baku sejumlah Rp32.080.000, dan biaya konversi

sejumlah Rp 46.200.000. Pada akhir bulan Januari 2015 terdapat

persediaan barang dalam proses sebanyak 2.000 unit dengan tingkat

penyelesaian bahan 40% dan biaya konversi 80%. Dalam proses produksi

ini tidak terdapat unit yang hilang selama proses produksi.

Diminta:

a. Buatlah laporan harga pokok produksi jika perusahaan menggunakan

metode rata-rata!

b. Buatlah laporan harga pokok produksi jika perusahaan menggunakan

metode FIFO!

11. Berikut ini data-data produksi dari CV. Indah Jaya untuk bulan November

2014:

Produk Masuk Proses 85.000 unit

Persediaan Awal Barang Dalam Proses

(100 % BB, 83,33% Biaya Konversi) 15.300 unit

Barang Jadi Yang Ditransfer Ke Departemen Berikutnya 76.500 unit

Biaya Persediaan Awal Barang Dalam Proses:

Bahan Baku Rp 113.900

Biaya Konversi Rp 52.275

Biaya Yang Terjadi Selama Bulan November 2014:

Bahan Baku Rp 545.700

130
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Biaya Konversi Rp 272.765

Tingkat penyelesaian persediaan awal barang dalam proses adalah 25 %

bahan baku dan 20 % biaya konversi. Tidak ada produk yang hilang dalam

proses produksi.

Diminta:

a. Hitunglah ekuivalen unit dengan menggunakan metode rata-rata!

b. Buatlah laporan harga pokok produksi dengan metode rata-rata!

12. PT. Kuku Indah adalah perusahaan manufaktur yang memproduksikan cat

kuku. Cat kuku yang yang diproduksikan oleh perusahaan ini diproduksi di

tiga departemen. Bahan dasar cat diproduksikan di departemen 1. Di

departemen 2 akan ditambahkan bahan lain dengn tujuan untuk

meningkatkan kualitas. Produk yang sudah selesai akan dikirim ke gudang.

Berikut ini adalah data-data untuk departemen 1 dan departemen 2 pada

bulan Agustus 2015:

Departemen Departemen
I II
Unit Produk:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya
Konversi 35.000 unit
100 % Bahan, 50% Biaya
Konversi 56.000 unit
Produk Masuk Proses 175.000 unit
Ditransfer Ke Departemen II 196.000 unit
Ditransfer Ke Gudang 231.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 80% Biaya
Konversi ?
100 % Bahan, 50% Biaya
Konversi ?

131
Bab 6 – Sistem Akuntansi Biaya Proses

Biaya-Biaya:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses
Dept 1 Rp - Rp 317.240
Bahan Baku Langsung Rp 70.000 Rp -
Biaya Konversi Rp 48.300 Rp 117.600
Total Rp 118.300 Rp 434.840
Periode Sekarang:
Bahan Baku Langsung Rp 404.600 Rp 265.650
Biaya Konversi Rp 666.540 Rp 896.700
Total Rp 1.071.140 Rp 1.162.350
Diminta:

a. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk masing-masing

departemen dengan menggunakan metode rata-rata!

b. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk masing-masing

departemen dengan menggunakan metode FIFO!

132
Bab 7 – Biaya Bersama

BAB 7 Biaya Bersama


Banyak perusahaan yang dalam memproses produksinya akan
menghasilkan tidak hanya satu macam produk, akan tetapi menghasilkan
bermacam-macam produk. Produk yang bermacam-macam tersebut dihasilkan
dengan proses produksi yang bersamaan. Beberapa jenis produk yang dihasilkan
akan dapat memiliki nilai yang relatif lebih besar atau malah sebagian relatif lebih
kecil. Di dalam bab ini akan kita kenal yang namanya produk sampingan (by
product), produk utama (main product) dan produk gabungan (joint product).

7.1 Biaya Produk Bersama


Jika beberapa jenis produk gabungan atau produk sampingan yang berbeda
dihasilkan dari faktor biaya yang sama, maka akan menimbulkan biaya gabungan.
Biaya gabungan terjadi sebelum titik pemisahan. Atau, dapat juga kita katakan
bahwa biaya bersama akan timbul apabila dua atau lebih produk akan dihasilkan
oleh proses produksi yang sama.
Gambar 7.1
Produk Bersama (Joint Cost)

Joint cost berbeda dengan common cost . Common cost berkaitan dengan
pemakaian fasilitas secara bersama oleh dua pemakai atau lebih. Joint cost tidak
dapat dipisah-pisahkan dan harus dibebankan ke produk. Contoh common cost
adalah biaya yang terjadi di departemen jasa yang kemudian dialokasikan ke
departemen produksi.

133
Bab 7 – Biaya Bersama

Gambar 7.2
Common Cost

Tabel 7.1
Perbedaan Joint Cost Dan Common Cost

Joint Cost Common Cost


1. Merupakan produk-produk utama 1. Dihasilkan bersama dengan produk
yang dihasilkan dengan sengaja utama dalam suatu proses atau
sesuai dengan tujuan produksi serangkaian proses tanpa
melalui suatu proses atau dimaksudkan untuk membuat
serangkaian proses dan dilakukan produk-produk ini.
secara simultan
2. Nilai penjualan adalah relatif besar 2. Nilai penjualan adalah relatif ecil
bula dibandingkan dengan atau tidak berarti, bila
produk-produk sampingan yang dibandingkan dengan produk-
dihasilkan dan relatif sana produk utama.
diantara produk utama.
3. Biasanya dihasilkan dalam jumlah 3. Dihasilkan dalam jumlah unit yang
unit atau kualitas yang besar. lebih sedikit.
4. Sering kali memerlukan 4. Kadang memerlukan pengolahan
pengolahan lebih lanjut. lebih lanjut dan pembungkusan.
5. Salah satu produk tidak dapat 5. produk ini tidak akan dapat
dihasilkan tanpa memproduksi dihasilkan tanpa memproduksi
yang lain. produk utama.
Sumber: Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah, Akuntansi Biaya, Edisi Kedua:
Salemba Empat, 2009

Produk yang dihasilkan secara simultan dalam suatu proses produksi akan
menghasilkan produk bersama (joint product) dan produk sampingan (by product),
dimana itu akan terjadi apabila produk-produk tersebut mencapai titik pisah (splitt off

134
Bab 7 – Biaya Bersama

point). Biaya-biaya yang terjadi selama proses produksi sampai batas titik pisah,
itulah yang dikatakan sebagai biaya bersama (joint cost).

Gambar 7.3
Hubungan Antara Biaya Bersama Dan Titik Pisah

Titik Pisah Produk Utama A

Produk Utama B

Biaya Bersama
Produk Sampingan

Gambar 7.4
Beda Nilai Jual Produk Utama Dan Produk Sampingan

7.2 Alokasi Biaya Persama


Biaya bersama harus dialokasikan ke masing-masing jenis produk supaya
dapat menentukan nilai persediaan akhir barang dalam proses, persediaan barang
jadi, harga pokok produksi dan laporan laba kotor per segmen produk. Biaya
bersama dapat dialokasikan dengan menggunakan salah satu metode yang ada.
Pemilihan metode alokasi mana yang baik digunakan lebih baik melihat hubungan
yang bisa diterima akal. Metode alokasi biaya bersama adalah sebagai berikut:

135
Bab 7 – Biaya Bersama

a. Nilai jual relatif


b. Satuan fisik
c. Rata-rata biaya
d. Rata-rata tertimbang

Nilai Jual Relatif


Biaya bersama dialokasikan ke setiap jenis produk bersama berdasarkan
proporsi nilai jualnya. Metode ini dipakai dengan asumsi bahwa produk yang
memiliki nilai jual yang lebih tinggi, tentu memerlukan biaya yang tinggi juga. Produk
yang memiliki nilai jual yang tinggi mendapat alokasi biaya bersama yang tinggi juga.
Pada metode niai jual relatif, terdapat dua metode, yaitu metode nilai pasar saat split
off dan metode nilai jual hipotesis.
Biaya bersamaa dialokasikan ke produk sesuai dengan perbandigan setiap
nilai jualnya. Dalam metode ini biasanya besarnya nilai jual merupakan cerminan
dari besarnya harga pokok produk yang bersangkutan.

Contoh 1
Tuan Sihombing mempunyai pabrik yang memproduksikan suatu produk. Produk
yang dihasilkan oleh pabrik tersebut ada 4 macam produk, yaitu produk A, B, C dan
D. Biaya bahan baku yang terjadi merupakan biaya bersama. Selain biaya bahan
baku, semua biaya yang terjadi sudah dapat dihitung menurut jenis produk. Biaya
bahan baku yang digunakan untuk proses produksi pada bulan Juni 2015 sebesar
Rp 500.000. jumlah produksi dan harga jual masing-masing produk adalah sebagai
berikut:
Produk Harga Jual/ Unit (Rp) Unit Biaya Konversi (Rp)
A 10 19.500 47.550
B 12 15.000 30.800
C 15 10.000 10.650
D 15 15.000 16.000

Nilai Jual Produk A = 19.500 unit x Rp 10 per unit = Rp 195.000


Nilai Jual Produk B = 15.000 unit x Rp 12 per unit = Rp 180.000
Nilai Jual Produk C = 10.000 unit x Rp 15 per unit = Rp 150.000
Nilai Jual Produk D = 15.000 unit x Rp 15 per unit = Rp 225.000
Total Nilai Jual Rp 750.000

136
Bab 7 – Biaya Bersama

195.000
Biaya Bersama BB Untuk Produk A = X 500.000 = Rp 130.000
750.000
Biaya Konversi Rp 47.550
Total Harga Pokok Produksi Rp 177.550
Unit Yang Diproduksikan 19.500 Unit
Harga Pokok Produksi Produk A Per Unit Rp 9,11

180.000
Biaya Bersama BB Untuk Produk B = X 500.000 = Rp 120.000
750.000
Biaya Konversi Rp 30.800
Total Harga Pokok Produksi Rp 150.800
Unit Yang Diproduksikan 15.000 Unit
Harga Pokok Produksi Produk B Per Unit Rp 10,05

150.000
Biaya Bersama BB Untuk Produk C = X 500.000 = Rp 100.000
750.000
Biaya Konversi Rp 10.650
Total Harga Pokok Produksi Rp 110.650
Unit Yang Diproduksikan 10.000 Unit
Harga Pokok Produksi Produk C Per Unit Rp 11,07

225.000
Biaya Bersama BB Untuk Produk D = X 500.000 = Rp 150.000
750.000
Biaya Konversi Rp 16.000
Total Harga Pokok Produksi Rp 166.000
Unit Yang Diproduksikan 15.000 Unit
Harga Pokok Produksi Produk D Per Unit Rp 11,07

Contoh 2
Di sebuah pabrik pengolahan kayu terdapat biaya bersama untuk memproduksikan
papan broti dan serbuk gergaji. Biaya bersama yang dikeluarkan untuk
memproduksikan papan broti dan serbuk gergaji sebesar Rp 150.000.000 untuk
bahan baku dan Rp 75.000.000 untuk biaya konversi. Nilai jual daripada papan broti
adalah Rp 385.000.000 dan nilai jual daripada serbuk gergaji sebesar Rp
265.000.000.

137
Bab 7 – Biaya Bersama

Biaya Bahan Baku Rp 150.000.000


Biaya Konversi Rp 75.000.000
Total Biaya Bersama Rp 225.000.000

Nilai Jual Papan Broti Rp 385.000.000


Nilai Jual Serbuk Gergaji Rp 265.000.000
Total Nilai Jual Rp 650.000.000

385.000.000
Biaya Bersama Untuk Papan Broti = X 225.000.000 = Rp 133.269.000
650.000 .000

265.000.000
Biaya Bersama Untuk Serbuk Gergaji = X 225.000.000 = Rp 91.731.000
650.000 .000

Papan Broti Serbuk Gergaji Total


Penjualan Rp 385.000.000 Rp 265.000.000 Rp 650.000.000
Alokasi Biaya
Bersama 133.269.000 91.731.000 225.000.000
Laba Kotor Rp 251.731.000 Rp 173.269.000 Rp 425.000.000

Contoh 3
Pabrik keripik di tanjung morawa memproduksikan 3 rasa kripik dari satu jenis bahan
baku. Setelah diolah pada tahap pertama, kripik dapat dikenali menurut
rasanya.Rasa kripik yang dihasilkan adalah kripik asin, kripik manis dan kripik
pedas. Setelah pengolahan tahap pertama selesai, kripik itu diolah lebih lanjut
dengan biaya masing-masing per bungkus Rp 5,- untuk rasa manis dan Rp 7,5
untuk rasa pedas. Yang diproduksikan selama Maret 2015 adalah 250.000 bungkus
untuk rasa manis, 187.500 bungkus untuk rasa asin dan 187.500 bungkus untuk
rasa pedas. Untuk dapat menghasilkan ketiga rasa kripik tersebut telah
dipergunakan biaya bahan baku dan pengolahan pada tahap pertama sebesar Rp
10.000.000. setelah pengolahan tahap pertama selesai, 3 rasa kripik tersebut baru
dapat diidentifikasi. Harga jual masing-masing kripik adalah Rp 10 per bungkus
untuk rasa asin, Rp 12 per bungkus untuk rasa manis, dan Rp 15,5 per bungkus
untuk rasa pedas.

138
Bab 7 – Biaya Bersama

Harga jual per bungkus kripik rasa manis Rp 10


Biaya tambahan per bungkus (Rp 5)
Harga jual hipotesis per bungkus kripik rasa manis Rp 5
Bungkus yang diproduksikan untuk kripik rasa manis 250.000
Total nilai jual kripik rasa manis Rp 1.250.000

Harga jual per bungkus kripik rasa asin Rp 12


Biaya tambahan per bungkus (Rp 0)
Harga jual hipotesis per bungkus kripik rasa asin Rp 12
Bungkus yang diproduksikan untuk kripik rasa asin 187.500
Total nilai jual kripik rasa asin Rp 2.250.000

Harga jual per bungkus kripik rasa pedas Rp15,5


Biaya tambahan per bungkus (Rp7,5)
Harga jual hipotesis per bungkus kripik rasa pedas Rp 8
Bungkus yang diproduksikan untuk kripik rasa pedas 187.500
Total nilai jual kripik rasa pedas Rp 1.500.000
Total Nilai Jual Keseluruhan Rp 5.000.000

Alokasi Biaya Bersama Untuk Masing-Masing Produk:


1.250.000
Kripik Rasa Manis = X 10.000.000 = Rp 2.500.000
5.000 .000

2.250.000
Kripik Rasa Asin = X 10.000.000 = Rp 4.500.000
5.000 .000

1.500.000
Kripik Rasa Manis = X 10.000.000 = Rp 3.000.000
5.000 .000

Satuan Fisik
Pada metode ini, biaya bersama akan dialokasikan ke setiap jenis produk
memakai output per jenis produk.

139
Bab 7 – Biaya Bersama

Contoh 4
Pabrik minuman ringan mempunyai 3 jenis minuman, yaitu rasa jeruk manis, jeruk
asli dan jeruk sangat manis. Ketiga jenis produk tersebut merupakan produk utama
yang diolah dari satu jenis bahan baku. Data-data yang diperoleh dari pabrik
minuman ringan yaitu biaya bahan baku dan biaya pengolan sebesar
Rp 95.405.000. Produksi yang dihasilkan untuk masing-masing minuman adalah 558
kaleng untuk rasa jeruk manis, 465 kaleng untuk rasa jeruk asli dan 837 kaleng
untuk rasa jeruk sangat manis.

Produk Yang Dihasilkan Rasa Jeruk Manis 558 kaleng


Produk Yang Dihasilkan Rasa Jeruk Asli 465 kaleng
Produk Yang Dihasilkan Rasa Jeruk Sangat Manis 837 kaleng
Total Produk Yang Dihasilkan 1.860 kaleng

Alokasi Biaya Bersama Untuk Masing-Masing Produk:


558
Rasa Jeruk Manis = X 95.405.000 = Rp 28.621.500
1.860

465
Rasa Jeruk Asli = X 95.405.000 = Rp 23.851.250
1.860

837
Rasa Jeruk Sangat Manis = X 95.405.000 = Rp 42.932.250
1.860

Rata-Rata Biaya
Biaya rata-rata satuan ditentukan dengan jumlah biaya bersama akan dibagi
dengan total unit produk bersama yang dihasilkan. Setiap jenis produk bersama
akan mendapatkan alokasi biaya bersama sebesar biaya rata-rata per unit yang
dikaitkan dengan besarnya unit pada jenis tersebut.

Contoh 5
Sebuah industri rumah tangga memproduksikan 3 produk, yaitu produk A, produk B
dan produk C. Ketiga produk tersbeut diolah secara bersama dari satu jenis bahan

140
Bab 7 – Biaya Bersama

baku yang sama. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat ketiga produk tersebut
adalah Rp 500.000. Produk A yang dihasilkan sebanyak 30.000 unit, produk B yang
dihasilkan sebanyak 28.000 unit dan produk C yang dihasilkan sebanyak 22.000
unit.

Produk A yang dihasilkan 30.000 unit


Produk B yang dihasilkan 28.000 unit
Produk C yang dihasilkan 22.000 unit
Total Produk Yang Dihasilkan 80.000 unit
Rp 500.000
Biaya Bersama Per Unit = = Rp 6,25
80.000 unit

Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk A = 30.000 unit x Rp 6,25 = Rp 187.500


Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk B = 28.000 unit x Rp 6,25 = Rp 175.000
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk C = 22.000 unit x Rp 6,25 = Rp 137.500

Rata-Rata Tertimbang
Metode ini mirip dengan metode nilai jual, dimana metode nilai jual setiap produk
diberi bobot dengan harga jualnya. Pada metode rata-rata tertimbang, tiap produk
diberi bobot sesuai dengan keinginan kita. Tentu dengan mempertimbangkan
berbagai faktor dalam menentukan besarnya bobot untuk setiap produk.

Contoh 6
CV. Cantika Indah memproduksikan 4 jenis produk yang dihasilkan dari satu proses
produksi. Selama periode Juni 2015 terjadi biaya bersama sebesar Rp 50.000.000.
Produk Q diproduksi sebanyak 20 unit dan diberi bobot 3, produksi X diproduksi
sebanyak 15 unit dan diberi bobot 2, produksi Y diproduksi sebanyak 10 unit dan
diberi bobot 4, produksi Z diproduksi sebanyak 15 unit dan diberi bobot 1.

Produk Q = 24 unit x 3 = 72
Produk X = 18 unit x 2 = 36
Produk Y = 9 unit x 4 = 36
Produk Z = 36 unit x 1 = 36
Total 180

141
Bab 7 – Biaya Bersama

Alokasi Biaya Bersama Untuk Masing-Masing Produk:

72
Produk Q = X Rp 50.000.000 = Rp 20.000.000
180

36
Produk X = X Rp 50.000.000 = Rp 10.000.000
180

36
Produk Y = X Rp 50.000.000 = Rp 10.000.000
180

36
ProdukZ = X Rp 50.000.000 = Rp 10.000.000
180

6.3 Produk Sampingan (By Product)


Produk sampingan (by product) merupakan produk yang relatif lebih kecil
apabila dibandingkan dengan nilai produk utama (main product). Produk sampingan
tidak dapat dihindarkan. Apabila kita akan melakukan proses produksi dimana akan
menghasilkan produk utama pasti akan menghasilkan juga produk sampingan.
Produk sampingan dapat terjadi akibat beberapa hal, seperti:
a. Timbul karena seleksi dalam proses produksi, seperti dedak sewaktu
menggiling padi.
b. Limbah, seperti serbuk gergaji pada perusahaan pengolahan kayu.
c. Timbul akibat daripada proses penyempurnaan bahan baku, seperti
pemisahan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dari cangkang
tandan buah segar.
Gambar 7.5
Penjualan Produk Sampingan

Dijual Saat Splitt Off Point

Produk Sampingan
Dijual Saat Proses Lanjutan Jual

142
Bab 7 – Biaya Bersama

Produk sampingan yang dihasilkan dapat kita jual kembali dengan dua cara,
yaitu dijual pada saat titik pisah (splitt off point) tanpa proses lanjutan, dan dijual
setelah diproses lebih lanjut.
Apabila kita membandingkan antara produk sampingan dengan produk
utama, produk sampingan nilainya relatif lebih rendah. Oleh karena itu, alokasi biaya
bersama ke produk sampingan tidak perlu dilakukan. Ada beberapa metode yang
diperkenankan untuk menetapkan harga pokok produk sampingan, yaitu:
1. Metode Pengakuan Pendapatan Kotor
Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan
diberlakukan sebagai:
a. Pendapatan lain-lain.
b. Hasil penjualan tambahan
c. Pengurang total biaya produksi utama
2. Metode Pengakuan Pendapatan Bersih
Hasil penjualan produk sampingan setelah dikurangi dengan biaya
pemasaran dan administrasi serta biaya pemrosesan lanjutan, dalam
perhitungan laba rugi akan diberlakukan sebagai:
a. Pendapatan lain-lain.
b. Hasil penjualan tambahan
c. Pengurang total biaya produksi utama
3. Metode Sebagian Biaya Gabungan Dialokasikan Ke Produk Sampingan
Metode ini akan dapat dibedakan dengan dua metode, yaitu
a. Metode biaya pengganti (replacement cost)
b. Metode nilai pasar (reversal cost)

Contoh 7
Unit Yang diproduksikan sama dengan unit yang dijual yaitu 10.000 unit. Harga Jual
per unit adalah Rp 10.000 dan biaya produksi per unit sebesar Rp 5.500. Penjualan
produk sampingan sebesar Rp 5.000.000. Biaya penjualan dan administrasi produk
utama sebesar Rp 6.000.000.

143
Bab 7 – Biaya Bersama

Metode Pengakuan Pendapatan Kotor

a. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan


diberlakukan sebagai: pendapatan lain-lain.

Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) Rp 100.000.000


Harga Pokok Penjualan (10.000 unit x Rp 5.500) (55.000.000)
Laba Kotor Rp 45.000.000
Biaya Penjualan Dan Administrasi (6.000.000)
Laba Bersih Sebelum Pendapatan Lain-lain Rp 39.000.000
Pendapatan Lain-lain 5.000.000
Laba Bersih Setelah Pendapatan Lain-lain Rp 44.000.000

b. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan


diberlakukan sebagai: hasil penjualan tambahan.

Penjualan Produk Utama (10.000 unit x Rp 10.000) Rp 100.000.000


Penjualan Produk Sampingan 5.000.000
Total Penjualan Rp 105.000.000
Harga Pokok Penjualan (10.000 unit x Rp 5.500) (55.000.000)
Laba Kotor Rp 50.000.000
Biaya Penjualan Dan Administrasi (6.000.000)
Laba Bersih Rp 44.000.000

c. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan


diberlakukan sebagai: pengurang total biaya produksi utama

Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) Rp 100.000.000


Harga Pokok Penjualan
Biaya Produksi (10.000 unit x Rp 5.500) Rp 55.000.000
Penjualan Produk Sampingan (5.000.000) (50.000.000)
Laba Kotor Rp 50.000.000
Biaya Penjualan Dan Administrasi (6.000.000)
Laba Bersih Rp 44.000.000

144
Bab 7 – Biaya Bersama

Contoh 8
Unit Yang diproduksikan sama dengan unit yang dijual yaitu 10.000 unit. Harga Jual
per unit adalah Rp 10.000 dan biaya produksi per unit sebesar Rp 5.500. Penjualan
produk sampingan sebesar Rp 5.000.000 dan membutuhkan biaya proses lanjutan
sebesar Rp 500.000. Biaya penjualan dan administrasi produk utama sebesar Rp
6.000.000 dan produk sampingan sebesar Rp 200.000.

Penjualan Produk Sampingan Rp 5.000.000


Biaya Proses Lanjutan Rp 500.000
Biaya Penjualan Dan Administrasi 200.000 (700.000)
Penjualan Produk Sampingan Bersih Rp 4.300.000

Metode Pengakuan Pendapatan Bersih

a. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan


diberlakukan sebagai: pendapatan lain-lain.

Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) Rp 100.000.000


Harga Pokok Penjualan (10.000 unit x Rp 5.500) (55.000.000)
Laba Kotor Rp 45.000.000
Biaya Penjualan Dan Administrasi (6.000.000)
Laba Bersih Sebelum Pendapatan Lain-lain Rp 39.000.000
Pendapatan Lain-lain 4.300.000
Laba Bersih Setelah Pendapatan Lain-lain Rp 43.300.000

b. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan


diberlakukan sebagai: hasil penjualan tambahan.

Penjualan Produk Utama (10.000 unit x Rp 10.000) Rp 100.000.000


Penjualan Produk Sampingan 4.300.000
Total Penjualan Rp 104.300.000
Harga Pokok Penjualan (10.000 unit x Rp 5.500) (55.000.000)
Laba Kotor Rp 49.300.000
Biaya Penjualan Dan Administrasi (6.000.000)
Laba Bersih Rp 43.300.000

145
Bab 7 – Biaya Bersama

c. Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan


diberlakukan sebagai: pengurang total biaya produksi utama

Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) Rp 100.000.000


Harga Pokok Penjualan
Biaya Produksi (10.000 unit x Rp 5.500) Rp 55.000.000
Penjualan Produk Sampingan 4.300.000 (59.300.000)
Laba Kotor Rp 40.700.000
Biaya Penjualan Dan Administrasi (6.000.000)
Laba Bersih Rp 34.700.000

Metode biaya pengganti (replacement cost)

Pada metode ini, biasanya produk sampingan tersebut digunakan lagi untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, yang mungkin saja dipakai menjadi bahan untuk
membuat produk yang lain dalam satu perusahaan. Pada metode ini, produk
sampingan tidak dijual ke pasar. Nilai produk sampingan ini sebesar berapa nilai
pasar yang berlaku.

Contoh 9
Pabrik XYZ menghasilkan produk X sebagai produk utama dan menghasilkan
produk Q sebagai produk sampingan. Pada bulan Maret 2015 dihasilkanlah produk
X sebesar 20.000 unit dan produk sampingan Q sebesar 100 kg. Biaya produksi
yang dikeluarkan untuk memproduksikan X adalah bahan baku sebesar Rp
20.000.000, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 15.000.000 dan biaya
overhead sebesar Rp 10.000.000. Produk Q digunakan oleh pabrik tersebut untuk
membuat produk Y. Harga pokok Q dipasaran adalah Rp 3000,- per kg.

Harga Pokok Produk Sampingan = 100 kg x Rp 3000 per kg = Rp 300.000

146
Bab 7 – Biaya Bersama

Bahan Baku Rp 20.000.000


Tenaga Kerja Langsung 15.000.000
Biaya Overhead Pabrik 10.000.000
Biaya Produksi Rp 45.000.000
Harga Pokok Pengganti 300.000
Harga Pokok Produksi Produk Utama Rp 44.700.000

Metode Nilai Pasar (reversal cost)

Pada metode ini, produk sampingan mendapat alokasi harga pokok produksi
sebelum dipisahkan dari produk utama. Alokasi harga pokok produksi yang diterima
produk sampingan adalah sebesar taksiran dari nilai jual semua produk sampingan
setelah dikurangi denga taksiran laba kotor produk sampingan, biaya proses lanjutan
produk sampingan dan biaya penjualan dan administrasi dari produk sampingan.

Contoh 10
CV. Laris memproduksikan satu jenis produk yaitu produk S dan menghasilkan satu
produk sampingan yaitu produk A. Untuk menghasilkan kedua produk itu
memerlukan biaya bersama sebesar Rp 15.000.000. CV. Laris menetapkan taksiran
laba kotor dari produk sampingan adalah 20%. Data-data yang berhubungan dengan
produksi kedua produk tersebut adalah sebagai berikut:
Produk Utama S Produk Utama A
Unit Yang Dihasilkan 50.000 unit 6.850 unit
Penjualan Rp 40.000.000 Rp 2.000.000
Biaya Proses Lanjutan Rp 11.170.000 Rp 200.000
Biaya Penjualan Dan Administrasi Rp 3.700.000 Rp 230.000

Penjualan Produk sampingan Rp 2.000.000


Taksiran Laba Kotor (20%) (400.000)
Taksiran Harga Pokok Rp 1.600.000
Taksiran Biaya Proses Lanjutan Rp 200.000
Taksiran Biaya Penjualan Dan Administrasi 230.000 (430.000)
Taksiran Biaya Produk Sampingan Rp 1.170.000

Biaya Bersama Rp 15.000.000


Taksiran Biaya Produk Sampingan (1.170.000)
Biaya Bersama Produk Utama Rp 13.830.000

147
Bab 7 – Biaya Bersama

Rp 13.830.000 + Rp 11.170.000 Rp 25.000.000


Produk Utama S = = = Rp 500
50.000 unit 50.000 unit

Rp 1.170.000 + Rp 200.000 Rp 1.370.000


Produk Utama A = = = Rp 200
6.850 unit 6.850 unit

CV. Laris
Laporan Laba Rugi

Produk Utama S Produk Sampingan A


Penjualan Rp 40.000.000 Rp 2.000.000
Harga Pokok Penjualan:
Alokasi Biaya Bersama Rp 13.830.000 Rp 1.170.000
Biaya Proses Lanjutan 11.170.000 (25.000.000) 200.000 (1.370.000)
Laba Kotor Rp 15.000.000 Rp 630.000
Biaya Penjualan Dan Administrasi (3.700.000) (230.000)
Laba Bersih Rp 11.300.000 Rp 400.000

Contoh 11
PT. Xiyi memproduksi dua produk utama (yaitu : produk X dan produk Y) dan dua
produk sampingan (yaitu: produk Xi dan produk Yi). Biaya bersama yang dikeluarkan
dalam menghasilkan keempat produk tersebut sebesar Rp 180.975.000,-. Data-data
lain yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk tersebut adalah:
Unit Pers Akhir Harga Jual Biaya Proses
Produk
Produksi (Unit) (Rp) Lanjutan (Rp)
X 30.000 3.000 8.000 30.000.000
Y 25.000 1.500 6.400 20.000.000
Xi 600 150 1.300 180.000
Yi 500 100 1.000 150.000
Informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan produk tersebut adalah:
Produk
Jenis Beban
X Y Xi Yi
Penjualan (Rp) 25.000.000 23.200.000 114.000 50.000
Administrasi Dan Umum (Rp) 17.500.000 15.400.000 30.000 25.000
Taksiran laba masing-masing produk sebesar 20 %

148
Bab 7 – Biaya Bersama

Produk Sampingan Xi
Penjualan Produk sampingan (600 unit x Rp 1.300) Rp 780.000
Taksiran Laba Kotor (20%) (156.000)
Taksiran Harga Pokok Rp 624.000
Taksiran Biaya Proses Lanjutan Rp 180.000
Taksiran Biaya Penjualan 114.000
Taksiran Biaya Administrasi Dan Umum 30.000 (324.000)
Taksiran Biaya Produk Sampingan Produk Xi Rp 300.000

Produk Sampingan Yi
Penjualan Produk sampingan (500 unit x Rp 1.000) Rp 500.000
Taksiran Laba Kotor (20%) (100.000)
Taksiran Harga Pokok Rp 400.000
Taksiran Biaya Proses Lanjutan Rp 150.000
Taksiran Biaya Penjualan 50.000
Taksiran Biaya Administrasi Dan Umum 25.000 (225.000)
Taksiran Biaya Produk Sampingan Produk Yi Rp 175.000

Biaya Bersama Rp 180.975.000


Taksiran Biaya Produk Sampingan Xi Rp 300.000
Taksiran Biaya Produk Sampingan Yi 175.000 (475.000)
Biaya Bersama Produk Utama Rp 180.500.000

Penjualan X (30.000 unit x Rp 8.000) Rp 240.000.000


Biaya Proses Lanjutan (30.000.000)
Nilai Jual Hipotesis Produk X Rp 210.000.000

Penjualan Y (25.000 unit x Rp6.400) Rp 160.000.000


Biaya Proses Lanjutan (20.000.000)
Nilai Jual Hipotesis Produk Y Rp 140.000.000
Total Rp 350.000.000

Alokasi Biaya Bersama Ke Produk Utama

Rp 210.000.000
Produk Utama X = X Rp 180.975.000 = Rp 108.585.000
Rp 350.000.000

Rp 140.000.000
Produk Utama Y = X Rp 180.975.000 = Rp 72.390.000
Rp 350.000.000

149
Bab 7 – Biaya Bersama

Produk Utama X
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X Rp 108.585.000
Biaya Proses Lanjutan 30.000.000
Total Biaya Produksi Produk Utama X Rp 138.585.000
Unit Yang Diproduksikan 30.000 unit
..
Harga Pokok Produksi Per Unit ( . 
) Rp 4.619,5

Produk Utama Y
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X Rp 72.390.000
Biaya Proses Lanjutan 20.000.000
Total Biaya Produksi Produk Utama X Rp 92.390.000
Unit Yang Diproduksikan 25.000 unit
 ..
Harga Pokok Produksi Per Unit ( . 
) Rp 3.695,6

Produk Sampingan Xi
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X Rp 300.000
Biaya Proses Lanjutan 180.000
Total Biaya Produksi Produk Utama X Rp 480.000
Unit Yang Diproduksikan 600 unit
 .
Harga Pokok Produksi Per Unit (  
) Rp 800

Produk Sampingan Yi
Alokasi Biaya Bersama Untuk Produk X Rp 175.000
Biaya Proses Lanjutan 150.000
Total Biaya Produksi Produk Utama X Rp 325.000
Unit Yang Diproduksikan 500 unit
 .
Harga Pokok Produksi Per Unit (  
) Rp 650

150
Bab 7 – Biaya Bersama

PT. XiYi
Laporan Laba Rugi

Penjualan Produk Utama:


Produk Utama X ((30.000 unit- 3.000 unit) x Rp 8.000) Rp 216.000.000
Produk Utama Y ((25.000 unit - 1.500 unit) x Rp6.400) 150.400.000 Rp 366.400.000

Penjualan Produk Sampingan:


Produk Utama Xi ((600 unit - 150 unit)x Rp 1.300) Rp 585.000
Produk Utama Yi ((500 unit - 100 unit)x Rp 1.000) 400.000 985.000
Total Penjualan Rp 367.385.000
Harga Pokok Penjualan:
Produk Utama X ((30.000 unit- 3.000 unit) x Rp 4.619,5) Rp 124.726.500
Produk Utama Y ((25.000 unit - 1.500 unit) x Rp 3.695,6) 86.846.600
Produk Utama Xi ((600 unit - 150 unit)x Rp 800) 360.000
Produk Utama Yi ((500 unit - 100 unit)x Rp 650) 260.000 (212.193.100)
Laba Kotor Rp 155.191.900
Biaya Penjualan :
Produk Utama (Rp 25.000.000 +Rp 23.200.000) Rp 48.200.000
Produk Sampingan (Rp 114.000 + Rp 50.000) 164.000
Biaya Administrasi Dan Umum :
Produk Utama (Rp17.500.000 +Rp 15.400.000) 32.900.000
Produk Sampingan (Rp 30.000 + Rp 25.000) 55.000 (81.319.000)
Laba Bersih Rp 73.872.900

151
Bab 7 – Biaya Bersama

LATIHAN
1. Strada, Inc memproduksi empat jenis produk secara bersama yang terdiri dari
produk A, B, C, dam D. Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan ke empat
jenis produk tersebut sebesar Rp 135.000.000,-. Perusahaan dalam
mengalokasikan biaya bersama perusahaan menggunakan metode unit fisik.
Berikut data yang berhubungan dengan keempat produk tersebut:
Produk Unit Biaya Proses
Lanjutan
A 28.000 Rp 16.000.000,-
B 10.500 Rp 11.250.000,-
C 21.000 Rp 18.300.000,-
D 10.500 Rp 13.350.000,-
Diminta:
a. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode unit fisik!
b. Hitunglah biaya produksi dan harga pokok produksi masing-masing produk!

2. PT. Muara memproduksi tiga jenis produk yang terdiri dari produk X, Y, dan Z.
Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan ketiga produk tersebut sebesar Rp
59.500.000. Data yang berhubungan dengan ketiga jenis produk tersebut
adalah:
Keterangan Produk X Produk Y Produk Z
Unit Produksi 3.600 7.200 13.200
Harga Jual Rp 7.200.000 Rp 14.400.000 Rp 14.400.000
Diminta:
a. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode unit fisik!
b. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode nilai jual!

3. CV. Bersama Sonang memproduksikan 4 (empat) jenis produk dalam suatu


proses dengan biaya produksi bersama sebesar Rp 30.000.000. Data penting
yang berhubungan dengan keempat produk tersebut adalah:
Produk Unit Produksi Nilai Pasar Per Unit (Rp) Bobot
A 2.000 4.000 10
B 8.000 1.000 4
C 6.000 2.000 8
D 4.000 3.000 6

152
Bab 7 – Biaya Bersama

Diminta: Alokasikan biaya bersama dengan menggunakan metode:


a. Rata-rata
b. Rata-rata tertimbang

4. Suatu industri manufaktur yang menghasilkan 3 produk utama , dimana ketiga


produk utama tersebut diproduksikan secara bersama-sama. Biaya produksi
bersama sebesar Rp 84.000.000. Data-data yang diperoleh dari perusahaan
tersebut adalah sebagai berikut:
Biaya
Nilai Pasar Per Proses
Produk Unit Produksi Bobot
Unit (Rp) Lanjutan
(Rp)
A 3.000 20.000 6 6.500.000
B 5.000 15.000 4 6.000.000
C 4.000 12.000 3 4.500.000
Diminta: Alokasikan biaya bersama dengan menggunakan metode:
a. Unit Fisik
b. Harga Jual Hipotesis
c. Rata-rata
d. Rata-rata tertimbang

5. PT. Indrapura memproduksi tiga jenis produk secara bersama yaitu produk X, Y,
Z. Untuk menghasilkan ke tiga jenis produk tersebut dibutuhkan biaya sebesar
Rp 312.000.000,-. Data lain yang berhubungan dengan ketiga produk tersebut
adalah:
Keterangan Produk X Produk Y Produk Z
Unit Produksi 30.000 70.000 20.000
Harga Jual Setelah Proses Lanjutan Rp 2.500 Rp 2.000 Rp 950
Biaya Proses Lanjutan Rp 24.000.000 Rp 38.000.000 Rp 2.000.000
Diminta:
c. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode nilai rata-rata
satuan!
d. Hitunglah alokasi biaya bersama dengan menggunakan metode harga jual
hipotesis!
e. Hitunglah biaya produksi dan biaya produksi per unit masing-masing produk
dengan menggunakan alokasi biaya bersama metode harga jual hipotesis!

153
Bab 7 – Biaya Bersama

6. PT. Chocoku merupakan pabrik permen coklat yang memproduksi permen


coklat mint dan permen coklat original. Apabila 2.700 kg coklat akan dapat
menghasilkan 2.000 kg permen coklat mint dan 500 kg permen coklat origin.
Harga coklat per kg sebesar Rp 50.000/ Kg. Ampas coklat tidak menerima biaya
produksi dari produk bersama karena dianggap by product. Untuk mengolah
coklat, diperlukan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 75.000.000 dan
biaya overhead sebesar Rp 100.000.000,-. Harga jual permen coklat mint per kg
sebesar Rp 190.000,- dan harga jual permen coklat origin per kg sebesar Rp
175.000,- setelah titik pisah.
Diminta:
a. Alokasikan biaya bersama untuk produk utama (yaitu permen coklat mint dan
permen coklat origin) dengan menggunakan metode harga jual hipotesis,
dengan asumsi biaya proses lanjutan untuk permen coklat mint sebesar Rp
20.000,-/ kg dan untuk permen coklat origin sebesar Rp 5.000,- / per Kg.
b. Misalkan ampas coklat dapat dijual dengan harga Rp 10.000,- / kg, dan PT.
Chocoku beramsumsi bahwa penjualan ampas coklat dianggap sebagai
pengurang biaya produksi, maka buatlah laporan laba rugi PT. Chocoku.

7. PT. Exe memproduksi 1 jenis produk utama yaitu produk C dan menghasilkan 1
produk sampingan yaitu produk Cx. Untuk menghasilkan ke tdua produk
tersebut dibutuhkan biaya bersama sebesar Rp 64.800.000,-. Hasil penjualan
dan biaya lain yang berhubungan dengan proses produksi tersebut adalah:
Produk Utama Produk Sampingan
(C) (Cx)
Unit yang dihasilkan 16.000 unit 6.000 unit
Hasil Penjualan Rp 150.700.000
Taksiran Penjualan Rp 38.700.000
Biaya Proses Setelah Titik Pisah Rp 10.900.000 Rp 10.900.000
Beban Penjualan Rp 38.000.000 Rp 12.250.000
Beban Administrasi Rp 20.000.000 Rp 2.150.000
Perusahaan mengestimasi laba sebesar 15 %
Diminta:
a. Pisahkan biaya bersama untuk produk utama dan produk sampingan
dengan menggunakan metode reversal!
b. Hitunglah biaya produksi per unit masing-masing produk!
c. Susunlah laporan laba rugi untuk masing-masing produk!

154
Bab 7 – Biaya Bersama

8. CV. Dikidu merupakan perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk Y.


Selain produk Y sebagai produk utama, terdapat juga produk Y1 yang
merupakan produk sampingan dari produk Y. Untuk menghasilkan produk
tersebut, dibutuhkan biaya bersama, yaitu Bahan baku sebesar Rp 93.500.000,-
biaya tenaga kerja sebesar Rp 31.390.000,- dan biaya overhead pabrik sebesar
Rp 27.060.000,-. Hasil penjualan dan biaya lain yang berhubungan dengan
proses produksi tersebut adalah:
Keterangan Produk Utama (Y) Produk Sampingan (Y1)
Unit yang dihasilkan 30.000 Unit 1.000 Unit
Hasil Penjualan Rp 300.000.000,-
Taksiran Penjualan Rp 2.500.000,-
Biaya proses setelah titik pisah Rp 50.250.000,- Rp 300.000,-
Beban penjualan Rp 25.000.000,- Rp 100.000,-
Beban administrasi Rp 12.500.000,- Rp 275.000,-
Perusahaan mengestimasikan laba sebesar 25 %.
Diminta:
a. Pisahkan biaya bersama untuk produk utama dan produk sampingan
dengan menggunakan metode reversal!
b. Hitunglah biaya produksi per unit masing-masing produk!
c. Susunlah Laporan laba Rugi CV Dikidu!

9. PT. Kendal memproduksi dua produk utama yang terdiri atas produk X dan
produk Y, dan dua produk sampingan yaitu produk X1 dan produk Y1. Semua
produk semulanya diproduksi secara bersama yang kemudian diproses lebih
lanjut untuk menghasilkan produk yang disesuaikan dengan kriteria produk yang
diinginkan. Biaya yang dikeluarkan dalam proses bersama sebesar Rp
65.575.000,-. Dalam mengalokasikan biaya bersama perusahaan menggunakan
metode harga jual hipotesis. Berikut ini data yang dimiliki perusahaan dalam
menghasilkan produk adalah:
Produk Unit Harga Jual Biaya Proses Biaya Biaya
produksi Per Unit Lanjutan Penjualan Administrasi
Umum
X 40.000 Rp 2.200,- Rp 16.000.000,- Rp6.500.000,- Rp 5.000.000,-
Y 25.000 Rp 2.000,- Rp 14.000.000,- Rp 5.000.000,- Rp 2.500.000,-
X1 15.000 Rp 1.500,- Rp 5.220.000,- Rp 3.305.000,- Rp 2.500.000,-
Y1 20.000 Rp 1.600,- Rp 7.500.000,- Rp 4.250.000,- Rp 3.250.000,-
Taksiran laba untuk masing-masing produk sampingan adalah 20 %.

155
Bab 7 – Biaya Bersama

Diminta:
a. Alokasikan Joint cost produk utama dan produk sampingan dengan metode
reversal!
b. Hitunglah alokasi joint cost untuk produk utama!
c. Hitunglah biaya produksi dan harga pokok per unit masing-masing produk
utama!
d. Hitunglah biaya produksi dan harga pokok per unit masing-masing produk
sampingan!

10. CV senantiasa memproduksi dua produk utama dan dua produk sampingan.
Biaya bersama yang dikeluarkan sebesar Rp 90.000.000,-. Berikut ini data-data
dari setiap produk tersebut:
Produk Unit Produksi Pers Akhir (Unit) Harga Jual By Proses Lanjutan
X 15.000 1.800 Rp 8.500 Rp 40.000.500
Y 7.500 1.200 Rp 7.800 Rp 10.350.000
Xi 10.500 750 Rp 5.700 Rp 6.525.000
Yi 5.000 500 Rp 6.000 Rp 5.200.000
Informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan tersebut adalah:

a) Biaya Penjualan untuk X sebesar Rp 15.600.000,-, Y sebesar Rp


13.400.000,-, Xi sebesar Rp 7.530.000,- dan Yi sebesar Rp 10.650.000,-
b) Biaya administrasi umum untuk X sebesar Rp 13.430.000,-, Y sebesar Rp
23.400.000,-, Xi sebesar Rp 5.630.000,- dan Yi sebesar Rp 8.450.000,-
Taksiran laba masing-masing produk tersebut adalah 20 %.

Diminta:

a. Hitunglah alokasi biaya bersama produk utama dan produk sampingan!


b. Hitunglah alokasi biaya bersama, biaya produksi dan harga pokok per unit!
c. Hitung biaya produksi dan harga pokok per unit produk sampingan!
d. Hitunglah nilai persediaan akhir masing-masing produk!
e. Susunlah laporan laba rugi dengan asumsi bahwa pendapatan penjualan
produk sampingan sebagai penambah penjualan!

156
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

BAB 8 Biaya Overhead Pabrik

Pembebanan biaya-biaya overhead pabrik kepada produk dapat dilakukan


dengan lebih wajar dan akurat dan pengawasan atas biaya overhead pabrik itu
dapat dilakukan dengan cermat. Di dalam biaya overhead, ada terkandung biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel tersebut tidak dapat kita
hubungkan secara langsung terhadap produk yang dihasilkan.

8.1 Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi yang tidak langsung
terhadap produk. Contoh biaya overhead pabrik adalah pemakaian bahan penolong,
pengawas mesin produksi, mandor , sewa, pajak,asuransi, depresiasi, listrik dan
lain-lain yang digunakan untuk fasilitas produksi.
Biaya overhead pabrik yang dicatat dalam persediaan barang dalam proses
adalah berdasarkan pembebanan, bukan berdasarkan pemakaian, seperti
pemakaian bahan baku langsung dan pemakaian tenaga kerja langsung. Dalam hal
pembebanan biaya overhead pabrik, perusahaan biasanya melakukan estimasi
jumlah biaya overhead pabrik yang akan dipakai selama proses produksi. Estimasi
itu berdasarkan tarif ditentukan dimuka.
Pembebanan biaya overhead pabrik akan mengakibatkan harga pokok
produksi per unit akan berubah-ubah setiap periode. Perubahan itu diakibatkan dari:
a. Perubahan tingkat produksi setiap periode
b. Perubahan tingkat efisiensi produksi, misalnya pemakaian bahan
penolong yang boros.
c. Biaya overhead pabrik yang terjadi secara sporadik, menyebar tidak
merata selama satu tahun
d. Biaya overhead pabrik terjadi pada waktu-waktu tertentu, misalnya
pembayaran PBB pabrik.
Pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan berdasarkan penggerak
biaya (cost driver), yaitu aktivitas volume atau berdasarkan aktivitas non volume.
Yang termasuk aktivitas volume adalah jam mesin, jumlah biaya bahan bakur, unit

157
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

produksi, jumlah pemakaian biaya tenaga kerja langsung, dan jam tenaga kerja
langsung.

8.2 Kapasitas
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk berdasarkan tarif ditentukan
dimuka. Tarif yang dipergunakan harus ditentukan secara tepat agar pembebanan
biaya overhead pabrik juga tepat. Penentuan tarif biaya overhead pabrik dihitung
berdasarkan taksiran atau anggaran biaya overhead pabrik pada kapasitas tertentu
dibagi dengan estimasi volume aktivitas pada kapasitas tersebut. Kapasitas yang
dipilih tergantung pada apakah dipandang sebagai kepentingan jangka pendek atau
jangka panjang.
Ada beberapa kapasistas, yaitu:
a. Kapasitas Teoritis (Theoretical Capacity)
Kapasitas teoritis disebut juga sebagai kapasitas maksimum atau ideal
capacity. Yaitu: output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak
dengan anggapan semuanya beroperasi secara sempurna. Kapasitas
teoritis menganggap semua tenaga kerja dan mesin-mesin yang
beroperasi pada puncak efisiensi dengan 100 % dari rencana kapasitas.
Kapasitas teoritis tidaklah realistis, karena kapasitas ini mengabaikan
adanya penghentian secara normal seperti adanya kerusakan mesin
atau penghentian mesin akibat perawatan rutinitas. Kapasitas teoritis
tidak dapat digunakan dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik.

b. Kapasitas Praktis (Practical Capacity)


Kapasitas ini memperhitungkan penghentian secara normal, tetapi tidak
mempertimbangkan adanya waktu luang karena tidak digunakan untuk
menangani permintaan penjualan. Kapasitas praktis merupakan output
maksimum pada departemen yang beroperasi secara efisien. Dengan
demikian biaya kapasitas yang tidak digunakan tidak dibebankan ke
produk. Manajer perusahaan biasanya memperkirakan kapasitas praktis
sebesar 80% - 90% dari kapasitas teoritis. Kapasista praktis lebih
realistis daripada kapasitas teoritis. Kapasitas praktis telah
memperhitungkan adanya hari libur/ penundaan yang tidak dapat
dihindarkan, contohnya : cuti.
158
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

c. Kapasitas Normal (Normal Capacity


Kapasitas normal biasanya telah memperhitungkan waktu luang karena
pesanan produk yang terbatas dan ketidakefisienan tenaga kerja dan
mesin pabrik. Dalam kapasitas normal telah mempertimbangkan rata-
rata pesanan produksi dalam jangka panjang dan telah
mempertimbangkan perubahan musim dan perubahan tahunan.
Kapasitas normal merupakan dasar yang tepat dalam memperhitungkan
besarnya biaya overhead pabrik.

d. Kapasitas Direncanakan Secara Nyata (expected actual capacity)


Kapasitas ini merupakan rencana produksi yang penting yang memenuhi
kebutuhan penjualan pada tahun yang akan datang. Kapasitas ini
biasnaya digunakan untuk jangka pendek, dimana tidak
mempertimbangkan perubahan permintaan produk dimasa yang akan
datang.

Gambar 8.1
Kapasitas

Unit Kapasitas Teoritis

Kapasitas Praktis

Kapasitas Normal

Kapasitas Direncanakan

Waktu

6.3 Alokasi Biaya Overhead Pabrik


Alokasi biaya overhead pabrik hanyalah suatu cara untuk membagi
sekelompok biaya dan membebankannya ke berbagai sub unit. Alokasi biaya
overhead pabrik tidak mempengaruhi total biaya overhead. Total biaya overhead

159
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

pabrik tidak akan berkurang maupun bertambah apabila ada pengalokasian biaya
overhead pabrik. Jumlah biaya overhead pabrik yang dialokasikan ke sub unit akan
mempengaruhi harga penawaran, tingkat laba setiap produk dan perilaku manajer.
Di dalam suatu perusahaan, objek biaya merupakan departemen. Terdapat
dua jenis departemen, yaitu departemen produksi dan departemen pendukung.
Departemen produksi adalah departemen yang secara langsung akan
bertanggungjawab terhadap pembuatan sebuah produk. Departemen pendukung
adalah departemen yang menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh
departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan
suatu produk. Contohnya adalah departemen pemeliharaan, departemen personalia,
departemen penyimpanan, dan lain-lain. Ketika departemen produksi dan
departemen pendukung telah diidentifikasi, biaya overhead yang muncul di setiap
departemen dapat ditentukan.
Setelah perusahaan dibagi-bagi ke dalam departemen produksi dan
departemen pendukung, dan semua biaya overhead sudah ditelusuri ke setiap
departemen produksi dan departemen pendukung, maka biaya yang ada di
departemen pendukung akan dibebankan ke departemen produksi. Pembebanan
biaya dari departemen pendukung ke departemen produksi akan menggunakan tarif
biaya overhead pabrik yang dibuata untuk menentukan biaya produk. Ini membuat
biaya overhead pabrik yang diperoleh pada departemen produksi terdiri dari dua
bagian, yaitu biaya overhead yang secara langsung ditelusuri ke departemen
produksi, dan biaya overhead yang diperoleh dari pembebanan biaya overhead dari
departemen pendukung.
Menurut Institute Of Management Accounting (IMA) dalam Hansen dan
Mowen, terdapat beberapa tujuan dari alokasi biaya overhead pabrik, yaitu:
a. Memperoleh harga yang wajar dan saling menguntungkan
b. Menghitung tingkat laba lini produk
c. Memperkirakan pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian
d. Menilai persediaan
e. Memotivasi para manajer.

Metode alokasi biaya dari departemen dan aktivitas ke produk dikenal


sebagai alokasi biaya, cost assignment, distribusi biaya ataupun pembagian biaya.

160
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Gambar 8.2
Alokasi Biaya Overhead Pabrik Dari Departemen Pendukung Ke
Departemen Produksi

Langkah 1: Langkah 2:
Biaya Departemen Biaya Departemen
Pendukung Dialokasikan Produksi, Ditambah
Ke Dpeartemen Produksi Alokasi Biaya Departemen
Pendukung, Dibebankan
Departemen Ke Produk Memakai Tarif
Pendukung Overhead Departemen
Departemen
Produksi
Departemen
Pendukung Produk

Departemen
Produksi
Departemen
Pendukung

6.3 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Ke Departemen Produksi


Departemen pendukung tidak mengerjakan produk secara langsung, biaya
yang timbul dari departemen pendukung ini merupakan bagian daripada bagian
biaya produksi dan harus dibebankan ke produk. Biaya yang timbul di departemen
pendukung dan biaya yang harus ditanggungnya merupakan biaya produksi, yaitu
biaya overhead pabrik. Karena biaya-biaya tersebut termasuk biaya overhead
pabrik, maka biaya tersebut harus dibebankan ke produk.
Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke
departemen produksi yang menikmati jasa yang diberikan oleh departemen
pendukung. Dasar mengalokasikan departemen pendukung ke departemen produksi
dapat berupa jumlah pemakaian jasa, luas lantai dan lain-lain. Dasar alokasi yang
dipilih haruslah menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara jumlah jasa yang
diberikan dengan jumlah biaya yang timbul.
Biaya yang terjadi di departemen pendukung merupakan biaya tidak
langsung bagi departemen produksi. Biaya tersebut harus dialokasikan ke
departemen produksi.
Terdapat 3 metode perhitungan alokasi biaya overhead pabrik, yaitu
a. Metode Langsung
b. Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik

161
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

c. Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)

Metode Langsung
Metode langsung merupakan metode sederhana. Semua biaya yang terjadi
di departemen pendukung secara langsung dialokasikan ke departemen produksi.
Metode ini mengabaikan pemakaian jasa oleh departemen pendukung lainnya.
Meskipun terjadi suatu departemen pendukung menikmati jasa departemen
pendukung lainnya, namun terhadap departemen tersebut tidak dibebani biaya
pemakaian jasa.
Gambar 8.3
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Langsung

Dept
Pendukung 1
Dept Dept Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B

Dept
Dept Pendukung 2
Pendukung 1 Dept Dept
Produksi A Produksi B

Kosong
Setelah Dialokasikan

Dept Dept Dept


Pendukung 1
Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B

Kosong
Setelah Dialokasikan Kosong
Setelah Dialokasikan

162
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Contoh 1
PT. Mentari Indonesia memproses produknya melalui dua departemen produksi
yaitu departemen produksi 1 dan departemen produksi 2. Untuk kelancaran proses
produksi deparemen produksi terdapat 3 departemen pendukung, yaitu departemen
listrik, departemen bengkel dan departemen perawatan. PT. Mentari Indonesia
melakukan pengalokasian biaya overhead pabrik dengan metode langsung. Biaya
yang terjadi di departemen bengkel dialokasikan ke departemen produksi sesuai
dengan jam kerja langsung (JKL) yang dikonsumsi oleh departemen produksi.
Sedangkan biaya yang terjadi di departemen perawatan dialokasikan ke departemen
produksi sesuai dengan perbandingan luas lantai (LL). Biaya yang terjadi di
departemen listrik dialokasikan ke departemen produksi memakai kwh listrik. Berikut
adalah data-data yang ada di PT. Mentari Indonesia:
Departemen Listrik (kwh) Bengkel (JKL) Perawatan (LL)
Listrik - 200.000 128.000
Bengkel 700.000 - 72.000
Perawatan 800.000 120.000 -
Produksi 1 1.200.000 300.000 560.000
Produksi 2 1.300.000 180.000 840.000
Total 4.000.000 800.000 1.600.000
Biaya overhead pabrik yang terpakai selama 31 Maret 2015:
Departemen Listrik Rp 8.500.000
Departemen Bengkel Rp 6.825.000
Departemen Perawatan Rp 4.850.000
Departemen Produksi 1 Rp 952.000
Departemen Produksi 2 Rp 456.000
Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk untuk departemen produksi 1
berdasarkan tarif per jam tenaga kerja langsung, sedangkan departemen produksi 2
berdasarkan tarif per jam mesin. Kapasitas normal di departemen produksi 1
sebesar 15.000 JKL dan departemen produksi 2 sebesar 12.600 jam mesin.

Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1 1.200.000 kwh


Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2 1.300.000 kwh
Total Pemakaian Listrik 2.500.000 kwh

163
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Alokasi Departemen Listrik Ke:


1.200.000 kwh
Departemen Produksi 1 = X Rp8.500.000 = Rp 4.080.000
2.500.000 kwh

1.300.000 kwh
Departemen Produksi 2 = X Rp8.500.000 = Rp 4.420.000
2.500.000 kwh

Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1 300.000


Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2 180.000
Total Pemakaian JKL 480.000

Alokasi Departemen Bengkel Ke:


300.000
Departemen Produksi 1 = X Rp6.825.000 = Rp 4.265.625
480.000

180.000
Departemen Produksi 2 = X Rp6.825.000 = Rp 2.559.375
480.000

Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1 600.000 LL


Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2 800.000 LL
Total Pemakaian JKL 1.400.000 LL

Alokasi Departemen Perawatan Ke:


560.000
Departemen Produksi 1 = X Rp 4.850.000 = Rp 1.940.000
1.400.000

840.000
Departemen Produksi 2 = X Rp 4.850.000 = Rp 2.910.000
1.400.000

164
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Departemen Pendukung Departemen


Listrik Bengkel Perawatan Produksi 1 Produksi 2
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625
Alokasi Dari Listrik (kwh) (8.500.000) 4.080.000 4.420.000
Alokasi Dari Bengkel (JKL) (6.825.000) 4.265.625 2.559.375
Alokasi Dari Perawatan (LL) (4.850.000) 1.940.000 2.910.000
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 0 0 11.237.625 10.332.000
Aktivitas Normal 15.000 JKL 12.600 JM
Tarif Biaya Overhead Pabrik 749,175 820

Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik


Metode ini mengalokasikan biaya dari departemen pendukung secara
bertahap. Metode ini telah memperhitungkan adanya pemakaian jasa dari
departemen pendukung lainnya. Oleh karena itu, departemen pendukung yang
menikmati jasa dari departemen pendukung yang lain haruslah dibebani biaya.
Biaya yang terjadi dalam suatu departemen pendukung akan dialokasikan kepada
semua departemen yang menikmati jasa departemen tersebut. Departemen
pendukung yang telah mengalokasikan semua biaya tidak akan mendapatkan
alokasi biaya dari departemen pendukung yang lain. Umumnya urutan alokasi
dilakukan terlebih dahulu dari departemen pendukung yang jumlah biayanya paling
besar dibandingkan dengan departemen pendukung lainnya.

Contoh 2
Memakai contoh 1, tetapi memakai metode bertahap tanpa timbal balik.

Dari ketiga departemen pendukung, yaitu departemen listrik, departemen bengkel


dan departemen perawatan, maka departemen yang terlebih dahulu
mengalokasikan biayanya adalah departemen listrik. Ini disebabkan, karena dari
ketiga departemen pendukung, departemen listrik yang paling besar jumlah biaya
overhead.

165
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Gambar 8.4
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik

Dept
Pendukung 1
Dept Dept Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B

Dept
Dept Pendukung 2
Pendukung 1 Dept Dept
Produksi A Produksi B

Kosong
Setelah Dialokasikan

Dept
Dept Dept
Pendukung 1 Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B

Kosong
Setelah Dialokasikan Kosong
Setelah Dialokasikan

Pemakaian Listrik Oleh Departemen Bengkel 700.000 kwh


Pemakaian Listrik Oleh Departemen Perawatan 800.000 kwh
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1 1.200.000 kwh
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2 1.300.000 kwh
Total Pemakaian Listrik 4.000.000 kwh

Alokasi Departemen Listrik Ke:


700.000 kwh
Departemen Bengkel = X Rp8.500.000 = Rp 1.487.500
4.000.000 kwh

166
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

800.000 kwh
Departemen Perawatan = X Rp8.500.000 = Rp 1.700.000
4.000.000 kwh

1.200.000 kwh
Departemen Produksi 1 = X Rp8.500.000 = Rp 2.550.000
4.000.000 kwh

1.300.000 kwh
Departemen Produksi 2 = X Rp8.500.000 = Rp 2.762.500
4.000.000 kwh

Departemen Pendukung Departemen


Listrik Bengkel Perawatan Produksi 1 Produksi 2
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625
Alokasi Dari Listrik (kwh) (8.500.000) 1.487.500 1.700.000 2.550.000 2.762.500
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 8.312.500 6.550.000 3.502.000 3.205.125

Pemakaian JKL Oleh Departemen Perawatan 120.000


Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1 300.000
Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2 180.000
Total Pemakaian JKL 600.000

Alokasi Departemen Bengkel Ke:


120.000
Departemen Perawatan = X Rp8.312.500 = Rp 1.662.500
600.000

300.000
Departemen Produksi 1 = X Rp8.312.500 = Rp 4.156.250
600.000

180.000
Departemen Produksi 2 = X Rp8.312.500 = Rp 2.351.009
600.000

Departemen Pendukung Departemen


Listrik Bengkel Perawatan Produksi 1 Produksi 2
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625
Alokasi Dari Listrik (kwh) (8.500.000) 1.487.500 320.754 3.849.056 4.169.813
Alokasi Dari Bengkel (LL) - (8.312.500) 1.662.500 4.156.250 2.493.750
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 0 6.833.254 8.957.306 7.106.188

167
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1 560.000 LL


Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2 840000 LL
Total Pemakaian JKL 1.400.000 LL

Alokasi Departemen Perawatan Ke:


560.000
Departemen Produksi 1 = X Rp 6.833.254 = Rp 2.733.301,6
1.400.000

840.000
Departemen Produksi 2 = X Rp 6.833.254 = Rp 4.099.952,4
1.400.000

Departemen Pendukung Departemen


Listrik Bengkel Perawatan Produksi 1 Produksi 2
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625
Alokasi Dari Listrik (kwh) (8.500.000) 1.487.500 320.754 3.849.056 4.169.813
Alokasi Dari Bengkel (JKL) - (8.312.500) 1.662.500 4.156.250 2.493.750
Alokasi Dari Perawatan (LL) - - (6.833.254) 2.733.301,6 4.099.952,4
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 0 0 11.690.607,6 11.206.140,4
Aktivitas Normal 15.000 JKL 12.600 JM
Tarif Biaya Overhead Pabrik 779,37 889,37

Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)

Metode ini mengalokasikan semua biaya yang terjadi di departemen


pendukung kepada semua departemen pendukung lainnya dan departemen
produksi yang menikmati jasanya. Selain dialokasikan ke departemen produksi,
biaya yang terjadi di departemen pendukung juga akan dialokasikan ke departemen
pendukung lain. Metode ini akan mengalokasikan biaya secara berulang-ulang.
Karena departemen pendukung yang telah dialokasikan biayanya ada kemungkinan
menerima biaya dari departemen pendukung lain.
Dasar alokasi biaya departemen pendukung yang satu ke departemen
pendukung yang lain terlebih dahulu dinyatakan dalam bentuk persamaan
matematika. Dengan metode aljabar, jumlah biaya departemen pendukung setelah
mendapat alokasi dari departemen pendukung lain dapat ditentukan dengan

168
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

menyelesaikan persamaan matematika tersebut. Kemudian jumlah biaya tersebut


akan dialokasikan ke departemen produksi secara langsung.
Setiap departemen pendukung dibuatkan persamaan matematika. Biaya
departemen pendukung setelah mendapatkan alokasi dari departemen pendukung
yang lain adalah biaya departemen yang bersangkutan sebelum mendapat alokasi
ditambah alokasi dari departemen pendukung yang lain.

Gambar 8.5
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)

Dept
Pendukung 1
Dept Dept Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B

Contoh 3
Sebuah perusahaan pabrik pupuk memproduksikan pupuk yang melalui 3
departemen produksi, yaitu departemen X, departemen Y dan departemen Z. Untuk
kelancaran proses produksi didukung oleh 2 departemen pendukung m yaitu
departemen P dan departemen Q. Berikut ini data-data yang diperoleh dari
perusahaan tersebut:
Departemen Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal
X 7.595.000 50.000 JKL
Y 8.300.000 30.000 JM
Z 3.865.000 25.000 JKL
P 20.000.000
Q 17.600.000
Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke departemen
produksi dengan mempertimbangkan jasa timbal balik antar departemen pendukung.
Pengalokasian biaya departemen pendukung ke departemen lain, didasarkan pada

169
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

proporsi masing-masing pemakaian jasa. Proporsi pemakaian jasa antar


departemen pendukung dapat kita lihat dibawah ini:
Persentase Pemakaian Jasa
Departemen Departemen Produksi Departemen Pendukung
X Y Z P Q
P 30 % 40 % 20 % - 10%
Q 25 % 20 % 35 % 20% -
Perusahaan ini membebankan biaya overhead pabrik ke produk dengan
menggunakan tarif departemen.

Misalkan Departemen P sebagai P dan departemen Q sebagai Q.

Persamaan 1 P = Rp 20.000.000 + 20% Q


Persamaan 2 Q = Rp 17.600.000 + 10% P

P = Rp 20.000.000 + 20% Q
P = Rp 20.000.000 + 0,2 (Rp 17.600.000 + 0,1 P)
P = Rp 20.000.000 + Rp 3.520.000 + 0,02 P
0,98 P = Rp 23.520.000
P = Rp 24.000.000

Q = Rp 17.600.000 + 0,1 (Rp24.000.000)


Q = Rp 17.600.000 + Rp 2.400.000
Q = Rp 20.000.000

Alokasi Departemen Pendukung P ke:


Departemen Pendukung Q = 10% x Rp 24.000.000 = Rp 2.400.000
Departemen Produksi X = 30% x Rp 24.000.000 = Rp 7.200.000
Departemen Produksi Y = 40% x Rp 24.000.000 = Rp 9.600.000
Departemen Produksi Z = 20% x Rp 24.000.000 = Rp 4.800.000

170
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Alokasi Departemen Pendukung Q ke:


Departemen Pendukung P = 20% x Rp 20.000.000 = Rp 4.000.000
Departemen Produksi X = 25% x Rp 20.000.000 = Rp 5.000.000
Departemen Produksi Y = 20% x Rp 20.000.000 = Rp 4.000.000
Departemen Produksi Z = 25% x Rp 20.000.000 = Rp 5.000.000

Departemen Produksi Departemen Pendukung


X (Rp) Y (Rp) Z (Rp) P (Rp) Q (Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi 7.595.000 8.300.000 3.865.000 20.000.000 17.600.000
Alokasi Dari Departemen P 7.200.000 9.600.000 4.800.000 (24.000.000) 2.400.000
Alokasi Dari Departemen Q 5.000.000 4.000.000 5.000.000 4.000.000 (20.000.000)
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 19.795.000 21.900.000 15.665.000 0 0
Aktivitas Normal 50.000 JKL 30.000 JM 25.000 JKL
Tarif Biaya Overhead Pabrik 395,9 730 626,6

171
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

LATIHAN
1. CV. Sentosa mempunyai 3 departemen pendukung dan 2 departemen produksi.
Departemen jasa terdiri dari departemen bangunan, departemen administrasi dan
departemen listrik, sedangkan departemen produksi terdiri dari departemen
pemotongan dan departemen penampungan. Masing-masing departemen
bertanggungjawab atas masing-masing fungsi. Berikut ini adalah anggaran biaya
overhead pabrik tahunan
Departemen Biaya (Rp) Luas Jumlah Jam Tenaga
Lantai Pegawai Listrik
Pemotongan 138.000.000 250 30 180
Perampungan 48.000.000 150 20 120
Bangunan 120.000.000 75 15 30
Administrasi 80.000.000 125 20 50
Listrik 65.000.000 30 5 25
Dasar alokasi bangunan berdasarkan luas lantai, departemen administrasi
berdasarkan jumlah pegawai, dan departemen listrik berdasarkan jam tenaga
listrik. Ditetapkan bahwa departemen pemotongan memakai 3.000 jam mesin
dan departemen perampungan memakai 2.000 jam mesin. Departemen
pemotongan dan departemen perampungan pembebananya berdasarkan jam
mesin.
Diminta:
a. Alokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan
menggunakan metode langsung !
b. Hitunglah tarif departemen pemotongan dan departemen perampungan !

2. Tuan Sihombing mempunyai usaha manufaktur dimana di dalam proses


operasionalnya menggunakan 2 departemen pendukung da 3 departemen
produksi. Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk menggunakan tarif yang
ditentukan dimuka. Perhitungan tarif dilakukan dengan mendasarkan pada
kapasitas normal. Berikut ini data anggaran biaya overhead langsung departemen
dan data kapasitas normal:

172
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal


Departemen Produksi:
Departemen X 8.500.000 30.000 JKL
Departemen Y 10.500.000 60.000 JM
Departemen Z 6.000.000 50.000 JKL
Departemen Pendukung:
Departemen P 10.000.000
Departemen Q 8.800.000
Dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik, transfer jasa antar departemen
pendukung juga diperhitungkan. Berikut ini adalah persentase penggunaan jasa
dari departemen pendukung:
Pemakaian Departemen Pendukung
Departemen Departemen
Departemen Produksi Jumlah
Pendukung Pendukung
X Y Z P Q
Departemen P 25 % 40 % 25 % - 10 % 100 %
Departemen Q 20 % 30 % 30 % 20 % - 100 %
Diminta: Hitunglah tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi
dengan menggunakan metode aljabar!

3. CV. Sehat Indah beroperasi dengan menggunakan 3 departemen produksi dan 2


departemen pendukung. Berikut ini adalah data biaya yang dianggarkan dan data
aktivias untuk periode yang akan datang:
Departemen Pendukung Departemen Produksi
Listrik Perawatan A B C
Biaya Overhead (Rp) 60.000 110.000 800.000 500.000 330.000
Unit Produksi 150.000 unit 180.000 unit 220.000 unit
JKL 110.000 57.000 36.000
Jumlah Jam Perawatan 1.000 jam 300 jam 1.500 jam 5,500 jam 2.000 jam
Jumlah kwh 800 kwh 4.400 kwh 5.600 kwh 4.800 kwh 5.200 kwh
Perusahaan mengalokasikan biaya departemen listrik dengan menggunakan
dasar pemakaian listrik (kwh), dan mengalokasikan biaya departemen perawatan
berdasarkan jam perawatan. Tarif biaya overhead pabrik untuk departemen A
berdasarkan JKL, untuk departemen B dan departemen C berdasarkam unit
produksi.
Diminta: Alokasikan biaya departemen pendukung ke departemen produksi
dengan menggunakan alokasi metode bertahap tanpa timbal balik dan
tentukan tarif biaya overhead untuk setiap departemen.

173
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

4. PT. Brastagi memproduksi suatu produk menggunakan empat departemen, terdiri


dua departemen produksi, yaitu departemen pencampuran, dan departemen
penyelesaian, dua departemen jasa, yaitu departemen gudang dan departemen
administrasi dan umum. Perusahaan menghitung tarif biaya overhead pabrik
departemen pencampuran berdasarkan jam mesin, departemen penyelesaian
berdasarkan tenaga kerja langsung. Dasar alokasi biaya overhead departemen
gudang berdasarkan luas lantai, dan departemen administrasi umum berdasarkan
jumlah karyawan. Dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik dari departemen
jasa ke departemen produksi menggunakan metode langsung. Berikut ini
merupakan data anggaran biaya overhead sebelum dialokasikan:
Departemen Biaya Overhead
Pencampuran Rp 120.000.000
Penyelesaian Rp 100.000.000
Gudang Rp 75.000.000
Administrasi Dan Umum Rp 60.000.000

Hasil penelitian pabrik awal periode:


Jam Tenaga
Luas Jumlah Jam
Departemen Kerja
Lantai Karyawan Mesin
Langsung
Pencampuran 3.000 42 5.000 12.000
Penyelesaian 2.000 98 6.000 10.000
Gudang 1.500 34 - -
Administrasi Dan 1.000 26 - -
Umum

Proporsi Biaya overhead pabrik variabel dan tetap adalah:


Departemen Variabel Tetap
Pencampuran 40 % 60 %
Penyelesaian 35 % 65 %

Diminta:
a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik departemen jasa ke departemen
produksi!
b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap masing-masing
departemen produksi

5. PT. Seroja berproduksi melalui empat departemen yang terdiri dari dua
departemen produksi dan dua departemen jasa. Departemen produksi terdiri dari
departemen produksi I dan departemen produksi II. Sedangkan departemen jasa
terdiri dari departemen X dan departemen Y. Adapun jumlah biaya dan dasar

174
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

alokasi yang digunakan dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik


departemen penunjang ke departemen produksi adalah sebagai berikut:
Departemen Jumlah Biaya Overhead Dasar Alokasi
(Rp)
Produksi I 250.000.000 Jam Mesin
Produksi II 172.000.000 JTKL
Jasa X 168.000.000 Luas Lantai
Jasa Y 60.000.000 Jumlah Karyawan

Penelitian dasar pembebanan biaya overhead pada awal periode adalah


sebagai berikut:

Departemen Luas Lantai Jumlah Jam Mesin JTKL


Karyawan
Produksi I 4.000 100 20.000 8.000
Produksi II 4.000 60 10.000 10.000
Jasa X 2.500 40
Jasa Y 2.000 10

Proporsi biaya overhead variabel dan tetap pada departemen produksi sebagai
berikut:

Departemen Variabel Tetap


Produksi I 60 % 40 %
Produksi II 40 % 60 %

Diminta: dari data yang tertera diatas, maka:

a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen penunjang ke


departemen produksi dengan menggunakan metode tanpa timbal balik dan
metode dengan timbal balik (metode aljabar)!
b. Hitung tarif overhead pabrik variabel dan tetap!

6. CV Indah mempunyai empat departemen, dimana dua departemen produksi dan


dua departemen pembantu. Departemen produksi adalah departemen
pengolahan dan departemen pengepakan. Departemen pembantu adalah
departemen kafetaria dan departemen bangunan. Anggaran biaya overhead
masing-masing departemen adalah: departemen pengolahan sebesar Rp
135.000.000,-, departemen pengepakan sebesar Rp 123.000.000,-, departemen

175
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

kafetaria sebesar Rp 35.000.000,-, dan departemen bangunan sebesar Rp


105.000.000,- .Berikut ini data-data dari masing-masing departemen:
Departemen Luas Jlh Karyawan Jam Jam TKL
Lantai Mesin
Pengolahan 4.000 42 5.000 12.000
Pengepakan 2.000 98 6.000 10.000
Kafetaria 1.500 34
Bangunan 1.000 26

Proporsi biaya overhead untuk departemen pengolahan, variabel sebesar 40 %


dan tetap sebesar 60 %. Proporsi biaya overhead untuk departemen
pengepakan, variabel sebesar 30 % dan tetap sebesar 70 %

Diminta: Dengan memakai metode langsung, ,metode bertahap tidak timbal balik
dan metode aljabar, maka:

a.Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen


pembantu ke departemen produksi.
b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap

7. Sebuah pabrik di daerah KIM, melakukan proses produksi dengan melalui empat
departemen, dimana terdiri dari dua departemen produksi (departemen produksi
A dan departemen produksi B) dan dua departemen jasa (departemen jasa X
dan departemen jasa Y). Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif
ditentukan dimuka. Tarif overhead departemen produksi A berdasarkan jam
kerja langsung dan tarif overhead departemen produksi B berdasarkan jam
mesin. Dasar pengalokasian biaya overhead untuk departemen jasa X
berdasarkan jumlah karyawan, dan departemen jasa Y berdasarkan jam tenaga
listrik. Berikut ini merupakan informasi data-data yang berhubungan dengan
alokasi dan perhitungan tarif overhead pabrik untuk masing-masing departemen:
Jam Jam Biaya
Jumlah Jam
Departemen Tenaga Tenaga Overhead
Karyawan Mesin
Listrik Kerja (Rp)
Produksi A 3.000 90 2.500 3.500 112.500.000
Produksi B 1.800 90 2.100 5.000 322.500.000
Jasa X 1.200 15 - - 500.000.000
Jasa Y 1.000 20 - - 195.000.000
Diminta : Dengan memakai metode langsung, maka :

176
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik pada departemen jasa


ke departemen produksi!
b. Hitunglah tarif overhead masing-masing departemen produksi!

8. PT. Mentari Indah memiliki 2 departemen pendukung dan 2 departemen produksi.


Biaya dan penggunaan jasa departemen tersebut adalah sebagai berikut:
Departemen Pendukung Departemen Pemakai Jasa
Departemen Pendukung Departemen Produksi
X Y A C
X - 50 % 20 % 30 %
Y 40 % - 20 % 40 %
Biaya Overhead Pabrik (Rp) 10.000.000 20.000.000 40.000.000 60.000.000
Diminta: Buatlah daftar alokasi biaya dengan menggunakan metode aljabar!

177
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

BAB 8 Biaya Overhead Pabrik

Pembebanan biaya-biaya overhead pabrik kepada produk dapat dilakukan


dengan lebih wajar dan akurat dan pengawasan atas biaya overhead pabrik itu
dapat dilakukan dengan cermat. Di dalam biaya overhead, ada terkandung biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel tersebut tidak dapat kita
hubungkan secara langsung terhadap produk yang dihasilkan.

8.1 Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi yang tidak langsung
terhadap produk. Contoh biaya overhead pabrik adalah pemakaian bahan penolong,
pengawas mesin produksi, mandor , sewa, pajak,asuransi, depresiasi, listrik dan
lain-lain yang digunakan untuk fasilitas produksi.
Biaya overhead pabrik yang dicatat dalam persediaan barang dalam proses
adalah berdasarkan pembebanan, bukan berdasarkan pemakaian, seperti
pemakaian bahan baku langsung dan pemakaian tenaga kerja langsung. Dalam hal
pembebanan biaya overhead pabrik, perusahaan biasanya melakukan estimasi
jumlah biaya overhead pabrik yang akan dipakai selama proses produksi. Estimasi
itu berdasarkan tarif ditentukan dimuka.
Pembebanan biaya overhead pabrik akan mengakibatkan harga pokok
produksi per unit akan berubah-ubah setiap periode. Perubahan itu diakibatkan dari:
a. Perubahan tingkat produksi setiap periode
b. Perubahan tingkat efisiensi produksi, misalnya pemakaian bahan
penolong yang boros.
c. Biaya overhead pabrik yang terjadi secara sporadik, menyebar tidak
merata selama satu tahun
d. Biaya overhead pabrik terjadi pada waktu-waktu tertentu, misalnya
pembayaran PBB pabrik.
Pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan berdasarkan penggerak
biaya (cost driver), yaitu aktivitas volume atau berdasarkan aktivitas non volume.
Yang termasuk aktivitas volume adalah jam mesin, jumlah biaya bahan bakur, unit

157
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

produksi, jumlah pemakaian biaya tenaga kerja langsung, dan jam tenaga kerja
langsung.

8.2 Kapasitas
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk berdasarkan tarif ditentukan
dimuka. Tarif yang dipergunakan harus ditentukan secara tepat agar pembebanan
biaya overhead pabrik juga tepat. Penentuan tarif biaya overhead pabrik dihitung
berdasarkan taksiran atau anggaran biaya overhead pabrik pada kapasitas tertentu
dibagi dengan estimasi volume aktivitas pada kapasitas tersebut. Kapasitas yang
dipilih tergantung pada apakah dipandang sebagai kepentingan jangka pendek atau
jangka panjang.
Ada beberapa kapasistas, yaitu:
a. Kapasitas Teoritis (Theoretical Capacity)
Kapasitas teoritis disebut juga sebagai kapasitas maksimum atau ideal
capacity. Yaitu: output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak
dengan anggapan semuanya beroperasi secara sempurna. Kapasitas
teoritis menganggap semua tenaga kerja dan mesin-mesin yang
beroperasi pada puncak efisiensi dengan 100 % dari rencana kapasitas.
Kapasitas teoritis tidaklah realistis, karena kapasitas ini mengabaikan
adanya penghentian secara normal seperti adanya kerusakan mesin
atau penghentian mesin akibat perawatan rutinitas. Kapasitas teoritis
tidak dapat digunakan dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik.

b. Kapasitas Praktis (Practical Capacity)


Kapasitas ini memperhitungkan penghentian secara normal, tetapi tidak
mempertimbangkan adanya waktu luang karena tidak digunakan untuk
menangani permintaan penjualan. Kapasitas praktis merupakan output
maksimum pada departemen yang beroperasi secara efisien. Dengan
demikian biaya kapasitas yang tidak digunakan tidak dibebankan ke
produk. Manajer perusahaan biasanya memperkirakan kapasitas praktis
sebesar 80% - 90% dari kapasitas teoritis. Kapasista praktis lebih
realistis daripada kapasitas teoritis. Kapasitas praktis telah
memperhitungkan adanya hari libur/ penundaan yang tidak dapat
dihindarkan, contohnya : cuti.
158
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

c. Kapasitas Normal (Normal Capacity


Kapasitas normal biasanya telah memperhitungkan waktu luang karena
pesanan produk yang terbatas dan ketidakefisienan tenaga kerja dan
mesin pabrik. Dalam kapasitas normal telah mempertimbangkan rata-
rata pesanan produksi dalam jangka panjang dan telah
mempertimbangkan perubahan musim dan perubahan tahunan.
Kapasitas normal merupakan dasar yang tepat dalam memperhitungkan
besarnya biaya overhead pabrik.

d. Kapasitas Direncanakan Secara Nyata (expected actual capacity)


Kapasitas ini merupakan rencana produksi yang penting yang memenuhi
kebutuhan penjualan pada tahun yang akan datang. Kapasitas ini
biasnaya digunakan untuk jangka pendek, dimana tidak
mempertimbangkan perubahan permintaan produk dimasa yang akan
datang.

Gambar 8.1
Kapasitas

Unit Kapasitas Teoritis

Kapasitas Praktis

Kapasitas Normal

Kapasitas Direncanakan

Waktu

6.3 Alokasi Biaya Overhead Pabrik


Alokasi biaya overhead pabrik hanyalah suatu cara untuk membagi
sekelompok biaya dan membebankannya ke berbagai sub unit. Alokasi biaya
overhead pabrik tidak mempengaruhi total biaya overhead. Total biaya overhead

159
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

pabrik tidak akan berkurang maupun bertambah apabila ada pengalokasian biaya
overhead pabrik. Jumlah biaya overhead pabrik yang dialokasikan ke sub unit akan
mempengaruhi harga penawaran, tingkat laba setiap produk dan perilaku manajer.
Di dalam suatu perusahaan, objek biaya merupakan departemen. Terdapat
dua jenis departemen, yaitu departemen produksi dan departemen pendukung.
Departemen produksi adalah departemen yang secara langsung akan
bertanggungjawab terhadap pembuatan sebuah produk. Departemen pendukung
adalah departemen yang menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh
departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan
suatu produk. Contohnya adalah departemen pemeliharaan, departemen personalia,
departemen penyimpanan, dan lain-lain. Ketika departemen produksi dan
departemen pendukung telah diidentifikasi, biaya overhead yang muncul di setiap
departemen dapat ditentukan.
Setelah perusahaan dibagi-bagi ke dalam departemen produksi dan
departemen pendukung, dan semua biaya overhead sudah ditelusuri ke setiap
departemen produksi dan departemen pendukung, maka biaya yang ada di
departemen pendukung akan dibebankan ke departemen produksi. Pembebanan
biaya dari departemen pendukung ke departemen produksi akan menggunakan tarif
biaya overhead pabrik yang dibuata untuk menentukan biaya produk. Ini membuat
biaya overhead pabrik yang diperoleh pada departemen produksi terdiri dari dua
bagian, yaitu biaya overhead yang secara langsung ditelusuri ke departemen
produksi, dan biaya overhead yang diperoleh dari pembebanan biaya overhead dari
departemen pendukung.
Menurut Institute Of Management Accounting (IMA) dalam Hansen dan
Mowen, terdapat beberapa tujuan dari alokasi biaya overhead pabrik, yaitu:
a. Memperoleh harga yang wajar dan saling menguntungkan
b. Menghitung tingkat laba lini produk
c. Memperkirakan pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian
d. Menilai persediaan
e. Memotivasi para manajer.

Metode alokasi biaya dari departemen dan aktivitas ke produk dikenal


sebagai alokasi biaya, cost assignment, distribusi biaya ataupun pembagian biaya.

160
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Gambar 8.2
Alokasi Biaya Overhead Pabrik Dari Departemen Pendukung Ke
Departemen Produksi

Langkah 1: Langkah 2:
Biaya Departemen Biaya Departemen
Pendukung Dialokasikan Produksi, Ditambah
Ke Dpeartemen Produksi Alokasi Biaya Departemen
Pendukung, Dibebankan
Departemen Ke Produk Memakai Tarif
Pendukung Overhead Departemen
Departemen
Produksi
Departemen
Pendukung Produk

Departemen
Produksi
Departemen
Pendukung

6.3 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Ke Departemen Produksi


Departemen pendukung tidak mengerjakan produk secara langsung, biaya
yang timbul dari departemen pendukung ini merupakan bagian daripada bagian
biaya produksi dan harus dibebankan ke produk. Biaya yang timbul di departemen
pendukung dan biaya yang harus ditanggungnya merupakan biaya produksi, yaitu
biaya overhead pabrik. Karena biaya-biaya tersebut termasuk biaya overhead
pabrik, maka biaya tersebut harus dibebankan ke produk.
Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke
departemen produksi yang menikmati jasa yang diberikan oleh departemen
pendukung. Dasar mengalokasikan departemen pendukung ke departemen produksi
dapat berupa jumlah pemakaian jasa, luas lantai dan lain-lain. Dasar alokasi yang
dipilih haruslah menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara jumlah jasa yang
diberikan dengan jumlah biaya yang timbul.
Biaya yang terjadi di departemen pendukung merupakan biaya tidak
langsung bagi departemen produksi. Biaya tersebut harus dialokasikan ke
departemen produksi.
Terdapat 3 metode perhitungan alokasi biaya overhead pabrik, yaitu
a. Metode Langsung
b. Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik

161
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

c. Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)

Metode Langsung
Metode langsung merupakan metode sederhana. Semua biaya yang terjadi
di departemen pendukung secara langsung dialokasikan ke departemen produksi.
Metode ini mengabaikan pemakaian jasa oleh departemen pendukung lainnya.
Meskipun terjadi suatu departemen pendukung menikmati jasa departemen
pendukung lainnya, namun terhadap departemen tersebut tidak dibebani biaya
pemakaian jasa.
Gambar 8.3
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Langsung

Dept
Pendukung 1
Dept Dept Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B

Dept
Dept Pendukung 2
Pendukung 1 Dept Dept
Produksi A Produksi B

Kosong
Setelah Dialokasikan

Dept Dept Dept


Pendukung 1
Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B

Kosong
Setelah Dialokasikan Kosong
Setelah Dialokasikan

162
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Contoh 1
PT. Mentari Indonesia memproses produknya melalui dua departemen produksi
yaitu departemen produksi 1 dan departemen produksi 2. Untuk kelancaran proses
produksi deparemen produksi terdapat 3 departemen pendukung, yaitu departemen
listrik, departemen bengkel dan departemen perawatan. PT. Mentari Indonesia
melakukan pengalokasian biaya overhead pabrik dengan metode langsung. Biaya
yang terjadi di departemen bengkel dialokasikan ke departemen produksi sesuai
dengan jam kerja langsung (JKL) yang dikonsumsi oleh departemen produksi.
Sedangkan biaya yang terjadi di departemen perawatan dialokasikan ke departemen
produksi sesuai dengan perbandingan luas lantai (LL). Biaya yang terjadi di
departemen listrik dialokasikan ke departemen produksi memakai kwh listrik. Berikut
adalah data-data yang ada di PT. Mentari Indonesia:
Departemen Listrik (kwh) Bengkel (JKL) Perawatan (LL)
Listrik - 200.000 128.000
Bengkel 700.000 - 72.000
Perawatan 800.000 120.000 -
Produksi 1 1.200.000 300.000 560.000
Produksi 2 1.300.000 180.000 840.000
Total 4.000.000 800.000 1.600.000
Biaya overhead pabrik yang terpakai selama 31 Maret 2015:
Departemen Listrik Rp 8.500.000
Departemen Bengkel Rp 6.825.000
Departemen Perawatan Rp 4.850.000
Departemen Produksi 1 Rp 952.000
Departemen Produksi 2 Rp 456.000
Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk untuk departemen produksi 1
berdasarkan tarif per jam tenaga kerja langsung, sedangkan departemen produksi 2
berdasarkan tarif per jam mesin. Kapasitas normal di departemen produksi 1
sebesar 15.000 JKL dan departemen produksi 2 sebesar 12.600 jam mesin.

Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1 1.200.000 kwh


Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2 1.300.000 kwh
Total Pemakaian Listrik 2.500.000 kwh

163
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Alokasi Departemen Listrik Ke:


1.200.000 kwh
Departemen Produksi 1 = X Rp8.500.000 = Rp 4.080.000
2.500.000 kwh

1.300.000 kwh
Departemen Produksi 2 = X Rp8.500.000 = Rp 4.420.000
2.500.000 kwh

Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1 300.000


Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2 180.000
Total Pemakaian JKL 480.000

Alokasi Departemen Bengkel Ke:


300.000
Departemen Produksi 1 = X Rp6.825.000 = Rp 4.265.625
480.000

180.000
Departemen Produksi 2 = X Rp6.825.000 = Rp 2.559.375
480.000

Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1 600.000 LL


Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2 800.000 LL
Total Pemakaian JKL 1.400.000 LL

Alokasi Departemen Perawatan Ke:


560.000
Departemen Produksi 1 = X Rp 4.850.000 = Rp 1.940.000
1.400.000

840.000
Departemen Produksi 2 = X Rp 4.850.000 = Rp 2.910.000
1.400.000

164
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Departemen Pendukung Departemen


Listrik Bengkel Perawatan Produksi 1 Produksi 2
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625
Alokasi Dari Listrik (kwh) (8.500.000) 4.080.000 4.420.000
Alokasi Dari Bengkel (JKL) (6.825.000) 4.265.625 2.559.375
Alokasi Dari Perawatan (LL) (4.850.000) 1.940.000 2.910.000
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 0 0 11.237.625 10.332.000
Aktivitas Normal 15.000 JKL 12.600 JM
Tarif Biaya Overhead Pabrik 749,175 820

Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik


Metode ini mengalokasikan biaya dari departemen pendukung secara
bertahap. Metode ini telah memperhitungkan adanya pemakaian jasa dari
departemen pendukung lainnya. Oleh karena itu, departemen pendukung yang
menikmati jasa dari departemen pendukung yang lain haruslah dibebani biaya.
Biaya yang terjadi dalam suatu departemen pendukung akan dialokasikan kepada
semua departemen yang menikmati jasa departemen tersebut. Departemen
pendukung yang telah mengalokasikan semua biaya tidak akan mendapatkan
alokasi biaya dari departemen pendukung yang lain. Umumnya urutan alokasi
dilakukan terlebih dahulu dari departemen pendukung yang jumlah biayanya paling
besar dibandingkan dengan departemen pendukung lainnya.

Contoh 2
Memakai contoh 1, tetapi memakai metode bertahap tanpa timbal balik.

Dari ketiga departemen pendukung, yaitu departemen listrik, departemen bengkel


dan departemen perawatan, maka departemen yang terlebih dahulu
mengalokasikan biayanya adalah departemen listrik. Ini disebabkan, karena dari
ketiga departemen pendukung, departemen listrik yang paling besar jumlah biaya
overhead.

165
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Gambar 8.4
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik

Dept
Pendukung 1
Dept Dept Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B

Dept
Dept Pendukung 2
Pendukung 1 Dept Dept
Produksi A Produksi B

Kosong
Setelah Dialokasikan

Dept
Dept Dept
Pendukung 1 Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B

Kosong
Setelah Dialokasikan Kosong
Setelah Dialokasikan

Pemakaian Listrik Oleh Departemen Bengkel 700.000 kwh


Pemakaian Listrik Oleh Departemen Perawatan 800.000 kwh
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1 1.200.000 kwh
Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2 1.300.000 kwh
Total Pemakaian Listrik 4.000.000 kwh

Alokasi Departemen Listrik Ke:


700.000 kwh
Departemen Bengkel = X Rp8.500.000 = Rp 1.487.500
4.000.000 kwh

166
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

800.000 kwh
Departemen Perawatan = X Rp8.500.000 = Rp 1.700.000
4.000.000 kwh

1.200.000 kwh
Departemen Produksi 1 = X Rp8.500.000 = Rp 2.550.000
4.000.000 kwh

1.300.000 kwh
Departemen Produksi 2 = X Rp8.500.000 = Rp 2.762.500
4.000.000 kwh

Departemen Pendukung Departemen


Listrik Bengkel Perawatan Produksi 1 Produksi 2
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625
Alokasi Dari Listrik (kwh) (8.500.000) 1.487.500 1.700.000 2.550.000 2.762.500
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 8.312.500 6.550.000 3.502.000 3.205.125

Pemakaian JKL Oleh Departemen Perawatan 120.000


Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1 300.000
Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2 180.000
Total Pemakaian JKL 600.000

Alokasi Departemen Bengkel Ke:


120.000
Departemen Perawatan = X Rp8.312.500 = Rp 1.662.500
600.000

300.000
Departemen Produksi 1 = X Rp8.312.500 = Rp 4.156.250
600.000

180.000
Departemen Produksi 2 = X Rp8.312.500 = Rp 2.351.009
600.000

Departemen Pendukung Departemen


Listrik Bengkel Perawatan Produksi 1 Produksi 2
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625
Alokasi Dari Listrik (kwh) (8.500.000) 1.487.500 320.754 3.849.056 4.169.813
Alokasi Dari Bengkel (LL) - (8.312.500) 1.662.500 4.156.250 2.493.750
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 0 6.833.254 8.957.306 7.106.188

167
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1 560.000 LL


Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2 840000 LL
Total Pemakaian JKL 1.400.000 LL

Alokasi Departemen Perawatan Ke:


560.000
Departemen Produksi 1 = X Rp 6.833.254 = Rp 2.733.301,6
1.400.000

840.000
Departemen Produksi 2 = X Rp 6.833.254 = Rp 4.099.952,4
1.400.000

Departemen Pendukung Departemen


Listrik Bengkel Perawatan Produksi 1 Produksi 2
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625
Alokasi Dari Listrik (kwh) (8.500.000) 1.487.500 320.754 3.849.056 4.169.813
Alokasi Dari Bengkel (JKL) - (8.312.500) 1.662.500 4.156.250 2.493.750
Alokasi Dari Perawatan (LL) - - (6.833.254) 2.733.301,6 4.099.952,4
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 0 0 11.690.607,6 11.206.140,4
Aktivitas Normal 15.000 JKL 12.600 JM
Tarif Biaya Overhead Pabrik 779,37 889,37

Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)

Metode ini mengalokasikan semua biaya yang terjadi di departemen


pendukung kepada semua departemen pendukung lainnya dan departemen
produksi yang menikmati jasanya. Selain dialokasikan ke departemen produksi,
biaya yang terjadi di departemen pendukung juga akan dialokasikan ke departemen
pendukung lain. Metode ini akan mengalokasikan biaya secara berulang-ulang.
Karena departemen pendukung yang telah dialokasikan biayanya ada kemungkinan
menerima biaya dari departemen pendukung lain.
Dasar alokasi biaya departemen pendukung yang satu ke departemen
pendukung yang lain terlebih dahulu dinyatakan dalam bentuk persamaan
matematika. Dengan metode aljabar, jumlah biaya departemen pendukung setelah
mendapat alokasi dari departemen pendukung lain dapat ditentukan dengan

168
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

menyelesaikan persamaan matematika tersebut. Kemudian jumlah biaya tersebut


akan dialokasikan ke departemen produksi secara langsung.
Setiap departemen pendukung dibuatkan persamaan matematika. Biaya
departemen pendukung setelah mendapatkan alokasi dari departemen pendukung
yang lain adalah biaya departemen yang bersangkutan sebelum mendapat alokasi
ditambah alokasi dari departemen pendukung yang lain.

Gambar 8.5
Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Metode Bertahap Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)

Dept
Pendukung 1
Dept Dept Dept
Pendukung 2 Produksi A Produksi B

Contoh 3
Sebuah perusahaan pabrik pupuk memproduksikan pupuk yang melalui 3
departemen produksi, yaitu departemen X, departemen Y dan departemen Z. Untuk
kelancaran proses produksi didukung oleh 2 departemen pendukung m yaitu
departemen P dan departemen Q. Berikut ini data-data yang diperoleh dari
perusahaan tersebut:
Departemen Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal
X 7.595.000 50.000 JKL
Y 8.300.000 30.000 JM
Z 3.865.000 25.000 JKL
P 20.000.000
Q 17.600.000
Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke departemen
produksi dengan mempertimbangkan jasa timbal balik antar departemen pendukung.
Pengalokasian biaya departemen pendukung ke departemen lain, didasarkan pada

169
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

proporsi masing-masing pemakaian jasa. Proporsi pemakaian jasa antar


departemen pendukung dapat kita lihat dibawah ini:
Persentase Pemakaian Jasa
Departemen Departemen Produksi Departemen Pendukung
X Y Z P Q
P 30 % 40 % 20 % - 10%
Q 25 % 20 % 35 % 20% -
Perusahaan ini membebankan biaya overhead pabrik ke produk dengan
menggunakan tarif departemen.

Misalkan Departemen P sebagai P dan departemen Q sebagai Q.

Persamaan 1 P = Rp 20.000.000 + 20% Q


Persamaan 2 Q = Rp 17.600.000 + 10% P

P = Rp 20.000.000 + 20% Q
P = Rp 20.000.000 + 0,2 (Rp 17.600.000 + 0,1 P)
P = Rp 20.000.000 + Rp 3.520.000 + 0,02 P
0,98 P = Rp 23.520.000
P = Rp 24.000.000

Q = Rp 17.600.000 + 0,1 (Rp24.000.000)


Q = Rp 17.600.000 + Rp 2.400.000
Q = Rp 20.000.000

Alokasi Departemen Pendukung P ke:


Departemen Pendukung Q = 10% x Rp 24.000.000 = Rp 2.400.000
Departemen Produksi X = 30% x Rp 24.000.000 = Rp 7.200.000
Departemen Produksi Y = 40% x Rp 24.000.000 = Rp 9.600.000
Departemen Produksi Z = 20% x Rp 24.000.000 = Rp 4.800.000

170
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Alokasi Departemen Pendukung Q ke:


Departemen Pendukung P = 20% x Rp 20.000.000 = Rp 4.000.000
Departemen Produksi X = 25% x Rp 20.000.000 = Rp 5.000.000
Departemen Produksi Y = 20% x Rp 20.000.000 = Rp 4.000.000
Departemen Produksi Z = 25% x Rp 20.000.000 = Rp 5.000.000

Departemen Produksi Departemen Pendukung


X (Rp) Y (Rp) Z (Rp) P (Rp) Q (Rp)
Biaya Overhead Sebelum Alokasi 7.595.000 8.300.000 3.865.000 20.000.000 17.600.000
Alokasi Dari Departemen P 7.200.000 9.600.000 4.800.000 (24.000.000) 2.400.000
Alokasi Dari Departemen Q 5.000.000 4.000.000 5.000.000 4.000.000 (20.000.000)
Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 19.795.000 21.900.000 15.665.000 0 0
Aktivitas Normal 50.000 JKL 30.000 JM 25.000 JKL
Tarif Biaya Overhead Pabrik 395,9 730 626,6

171
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

LATIHAN
1. CV. Sentosa mempunyai 3 departemen pendukung dan 2 departemen produksi.
Departemen jasa terdiri dari departemen bangunan, departemen administrasi dan
departemen listrik, sedangkan departemen produksi terdiri dari departemen
pemotongan dan departemen penampungan. Masing-masing departemen
bertanggungjawab atas masing-masing fungsi. Berikut ini adalah anggaran biaya
overhead pabrik tahunan
Departemen Biaya (Rp) Luas Jumlah Jam Tenaga
Lantai Pegawai Listrik
Pemotongan 138.000.000 250 30 180
Perampungan 48.000.000 150 20 120
Bangunan 120.000.000 75 15 30
Administrasi 80.000.000 125 20 50
Listrik 65.000.000 30 5 25
Dasar alokasi bangunan berdasarkan luas lantai, departemen administrasi
berdasarkan jumlah pegawai, dan departemen listrik berdasarkan jam tenaga
listrik. Ditetapkan bahwa departemen pemotongan memakai 3.000 jam mesin
dan departemen perampungan memakai 2.000 jam mesin. Departemen
pemotongan dan departemen perampungan pembebananya berdasarkan jam
mesin.
Diminta:
a. Alokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan
menggunakan metode langsung !
b. Hitunglah tarif departemen pemotongan dan departemen perampungan !

2. Tuan Sihombing mempunyai usaha manufaktur dimana di dalam proses


operasionalnya menggunakan 2 departemen pendukung da 3 departemen
produksi. Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk menggunakan tarif yang
ditentukan dimuka. Perhitungan tarif dilakukan dengan mendasarkan pada
kapasitas normal. Berikut ini data anggaran biaya overhead langsung departemen
dan data kapasitas normal:

172
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal


Departemen Produksi:
Departemen X 8.500.000 30.000 JKL
Departemen Y 10.500.000 60.000 JM
Departemen Z 6.000.000 50.000 JKL
Departemen Pendukung:
Departemen P 10.000.000
Departemen Q 8.800.000
Dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik, transfer jasa antar departemen
pendukung juga diperhitungkan. Berikut ini adalah persentase penggunaan jasa
dari departemen pendukung:
Pemakaian Departemen Pendukung
Departemen Departemen
Departemen Produksi Jumlah
Pendukung Pendukung
X Y Z P Q
Departemen P 25 % 40 % 25 % - 10 % 100 %
Departemen Q 20 % 30 % 30 % 20 % - 100 %
Diminta: Hitunglah tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi
dengan menggunakan metode aljabar!

3. CV. Sehat Indah beroperasi dengan menggunakan 3 departemen produksi dan 2


departemen pendukung. Berikut ini adalah data biaya yang dianggarkan dan data
aktivias untuk periode yang akan datang:
Departemen Pendukung Departemen Produksi
Listrik Perawatan A B C
Biaya Overhead (Rp) 60.000 110.000 800.000 500.000 330.000
Unit Produksi 150.000 unit 180.000 unit 220.000 unit
JKL 110.000 57.000 36.000
Jumlah Jam Perawatan 1.000 jam 300 jam 1.500 jam 5,500 jam 2.000 jam
Jumlah kwh 800 kwh 4.400 kwh 5.600 kwh 4.800 kwh 5.200 kwh
Perusahaan mengalokasikan biaya departemen listrik dengan menggunakan
dasar pemakaian listrik (kwh), dan mengalokasikan biaya departemen perawatan
berdasarkan jam perawatan. Tarif biaya overhead pabrik untuk departemen A
berdasarkan JKL, untuk departemen B dan departemen C berdasarkam unit
produksi.
Diminta: Alokasikan biaya departemen pendukung ke departemen produksi
dengan menggunakan alokasi metode bertahap tanpa timbal balik dan
tentukan tarif biaya overhead untuk setiap departemen.

173
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

4. PT. Brastagi memproduksi suatu produk menggunakan empat departemen, terdiri


dua departemen produksi, yaitu departemen pencampuran, dan departemen
penyelesaian, dua departemen jasa, yaitu departemen gudang dan departemen
administrasi dan umum. Perusahaan menghitung tarif biaya overhead pabrik
departemen pencampuran berdasarkan jam mesin, departemen penyelesaian
berdasarkan tenaga kerja langsung. Dasar alokasi biaya overhead departemen
gudang berdasarkan luas lantai, dan departemen administrasi umum berdasarkan
jumlah karyawan. Dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik dari departemen
jasa ke departemen produksi menggunakan metode langsung. Berikut ini
merupakan data anggaran biaya overhead sebelum dialokasikan:
Departemen Biaya Overhead
Pencampuran Rp 120.000.000
Penyelesaian Rp 100.000.000
Gudang Rp 75.000.000
Administrasi Dan Umum Rp 60.000.000

Hasil penelitian pabrik awal periode:


Jam Tenaga
Luas Jumlah Jam
Departemen Kerja
Lantai Karyawan Mesin
Langsung
Pencampuran 3.000 42 5.000 12.000
Penyelesaian 2.000 98 6.000 10.000
Gudang 1.500 34 - -
Administrasi Dan 1.000 26 - -
Umum

Proporsi Biaya overhead pabrik variabel dan tetap adalah:


Departemen Variabel Tetap
Pencampuran 40 % 60 %
Penyelesaian 35 % 65 %

Diminta:
a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik departemen jasa ke departemen
produksi!
b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap masing-masing
departemen produksi

5. PT. Seroja berproduksi melalui empat departemen yang terdiri dari dua
departemen produksi dan dua departemen jasa. Departemen produksi terdiri dari
departemen produksi I dan departemen produksi II. Sedangkan departemen jasa
terdiri dari departemen X dan departemen Y. Adapun jumlah biaya dan dasar

174
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

alokasi yang digunakan dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik


departemen penunjang ke departemen produksi adalah sebagai berikut:
Departemen Jumlah Biaya Overhead Dasar Alokasi
(Rp)
Produksi I 250.000.000 Jam Mesin
Produksi II 172.000.000 JTKL
Jasa X 168.000.000 Luas Lantai
Jasa Y 60.000.000 Jumlah Karyawan

Penelitian dasar pembebanan biaya overhead pada awal periode adalah


sebagai berikut:

Departemen Luas Lantai Jumlah Jam Mesin JTKL


Karyawan
Produksi I 4.000 100 20.000 8.000
Produksi II 4.000 60 10.000 10.000
Jasa X 2.500 40
Jasa Y 2.000 10

Proporsi biaya overhead variabel dan tetap pada departemen produksi sebagai
berikut:

Departemen Variabel Tetap


Produksi I 60 % 40 %
Produksi II 40 % 60 %

Diminta: dari data yang tertera diatas, maka:

a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen penunjang ke


departemen produksi dengan menggunakan metode tanpa timbal balik dan
metode dengan timbal balik (metode aljabar)!
b. Hitung tarif overhead pabrik variabel dan tetap!

6. CV Indah mempunyai empat departemen, dimana dua departemen produksi dan


dua departemen pembantu. Departemen produksi adalah departemen
pengolahan dan departemen pengepakan. Departemen pembantu adalah
departemen kafetaria dan departemen bangunan. Anggaran biaya overhead
masing-masing departemen adalah: departemen pengolahan sebesar Rp
135.000.000,-, departemen pengepakan sebesar Rp 123.000.000,-, departemen

175
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

kafetaria sebesar Rp 35.000.000,-, dan departemen bangunan sebesar Rp


105.000.000,- .Berikut ini data-data dari masing-masing departemen:
Departemen Luas Jlh Karyawan Jam Jam TKL
Lantai Mesin
Pengolahan 4.000 42 5.000 12.000
Pengepakan 2.000 98 6.000 10.000
Kafetaria 1.500 34
Bangunan 1.000 26

Proporsi biaya overhead untuk departemen pengolahan, variabel sebesar 40 %


dan tetap sebesar 60 %. Proporsi biaya overhead untuk departemen
pengepakan, variabel sebesar 30 % dan tetap sebesar 70 %

Diminta: Dengan memakai metode langsung, ,metode bertahap tidak timbal balik
dan metode aljabar, maka:

a.Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen


pembantu ke departemen produksi.
b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap

7. Sebuah pabrik di daerah KIM, melakukan proses produksi dengan melalui empat
departemen, dimana terdiri dari dua departemen produksi (departemen produksi
A dan departemen produksi B) dan dua departemen jasa (departemen jasa X
dan departemen jasa Y). Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif
ditentukan dimuka. Tarif overhead departemen produksi A berdasarkan jam
kerja langsung dan tarif overhead departemen produksi B berdasarkan jam
mesin. Dasar pengalokasian biaya overhead untuk departemen jasa X
berdasarkan jumlah karyawan, dan departemen jasa Y berdasarkan jam tenaga
listrik. Berikut ini merupakan informasi data-data yang berhubungan dengan
alokasi dan perhitungan tarif overhead pabrik untuk masing-masing departemen:
Jam Jam Biaya
Jumlah Jam
Departemen Tenaga Tenaga Overhead
Karyawan Mesin
Listrik Kerja (Rp)
Produksi A 3.000 90 2.500 3.500 112.500.000
Produksi B 1.800 90 2.100 5.000 322.500.000
Jasa X 1.200 15 - - 500.000.000
Jasa Y 1.000 20 - - 195.000.000
Diminta : Dengan memakai metode langsung, maka :

176
Bab 8 – Biaya Overhead Pabrik

a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik pada departemen jasa


ke departemen produksi!
b. Hitunglah tarif overhead masing-masing departemen produksi!

8. PT. Mentari Indah memiliki 2 departemen pendukung dan 2 departemen produksi.


Biaya dan penggunaan jasa departemen tersebut adalah sebagai berikut:
Departemen Pendukung Departemen Pemakai Jasa
Departemen Pendukung Departemen Produksi
X Y A C
X - 50 % 20 % 30 %
Y 40 % - 20 % 40 %
Biaya Overhead Pabrik (Rp) 10.000.000 20.000.000 40.000.000 60.000.000
Diminta: Buatlah daftar alokasi biaya dengan menggunakan metode aljabar!

177
Bab 9 – Biaya Standar

BAB 9 Biaya Standar


Perusahaan sangat perlu menciptakan suasana yang bisa mendorong
peningkatan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan dapat meningkat
dengan cara penerapan pengendalian biaya. Pengendalian biaya dapat dilakukan
dengan menentukan biaya standar yang dapat dijadikan pedoman. Biaya standar
yang telah kita tentukan akan dapat digunakan untuk mengendalikan dan untuk
dapat mengevaluasi kinerja manajer. Pengendalian dan evaluasi dapat dilakukan
dengan membandingka antara realisasi biaya dengan biaya standar.

9.1 Standar Unit


Standar adalah tolak ukur atau dasar-dasar untuk norma-norma untuk
mengukur suatu kinerja. Standar yang ditetapkan pasti berhubungan dengan harga
dan kuantitas. Berapa jumlah input yang seharusnya digunakan per unit output
merupakan keputusan yang berhubungan dengan standar kuantitas. Berapa jumlah
yang seharusnya dibayarkan untuk kuantitas yang digunakan merupakan keputusan
yang berhubungan dengan standar harga. Biaya standar per unit dapat dihitung
dengan mengalikan standar kuantitas dengan standar harga.
Biaya Standar per Unit = Standar Kuantitas X Standar Harga

Agar perusahaan dapat menerapkan biaya standar dengan baik, maka


perusahaan harus mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Sumber yang
mungkin untuk menentukan standar kuantitas adalah pengalaman historis, penelitian
teknis dan masukan dari personal bagian operasional. Sumber yang mungkin untuk
menentukan standar harga adalah kualitas produk yang dihasilkan, bagian
pembelian yang harus mempertimbangkan disko atau bonus yang mungkin terjadi.
Terdapat 2 (dua) jenis standar yang biasanya dipakai, yaitu:
a. Ideal
Standar ini disusun berdasarkan kondisi perusahaan saat berada pada
tingkat efisiensi yang maksimum. Standar ideal harus dapat dicapai jika
semuanya berjalan dengan sempurna tidak mempertimbangkan adanya
kemacetan dan tidak ada karyawan yang berketrampilan kurang.
b. Currently Attainable

178
Bab 9 – Biaya Standar

Standar ini dapat dicapai dalam kondisi operasi secara efisien dan telah
mempertimbangkan adanya kemacetan secara normal, adanya
kemungkinan tenaga kerja yang kurang terampil, dan lain-lain.
Kedua jenis standar diatas mempunyai dampak perilaku terhadap pekerja
dan kinerja. Jika standar dilakukan dengan ketat dan sulit untuk dicapai, maka
tenaga kerja akan frustrasi dan berkinerja buruk dan menurun. Jika standar
dilakukan dengan cara memberi tantangan dan adanya kemungkinan untuk dapat
dicapai, maka tenaga kerja akan lebih semangat dalam bekerja dan berkinerja baik.
Perusahaan manufaktur akan mengembangkan biaya standar untuk bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dengan
menggunakan biaya ini, biaya standar dapat dihitung.

9.2 Analisis Penyimpangan


Penggunaan biaya standar akan mencatat biaya menurut standar dan
menatat biaya sesungguhnya yang terjadi. Kedua biaya ini akan diperbandingkan
dan akan diperoleh selisih biaya yang terjadi antara biaya yang sesungguhnya
terjadi dan biaya menurut standar. Selisih biaya ini akan dimanfaatkan oleh manajer
untuk mengendalian biaya. Analisis penyimpangan biaya yang terjadi akan diperoleh
informasi yang harus dipertanggungjawabkan atas terjadinya penyimpangan biaya.
Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung memiliki kapasitas yang
sesungguhnya dan kapasitas standar. Biaya overhead pabrik memiliki kapasitas
sesungguhnya, kapasitas standar dan kapasitas normal. Biaya bahan baku langsung
dan tenaga kerja langsung memiliki kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standra,
maka perhitungan selisih yang terkadi dikaitkan dengan cara yang sama.
Apabila Biaya Standar > Biaya Sesungguhnya,
maka akan terjadi Menguntungkan (M) Atau Favorable (F)
Apabila Biaya Standar < Biaya Sesungguhnya,
maka akan terjadi Tidak Menguntungkan (TM) Atau Unfavorable (UF)

Analisis Penyimpangan Bahan Baku


Disini kita akan mengukur penyimpangan antara biaya aktual bahan baku
dengan biaya yang dianggarkan untuk tingkat aktivitas aktual. Penyimpangan harga
bahan baku (material price variance) mengukur perbedaan antara berapa yang

179
Bab 9 – Biaya Standar

harus dibayar untuk bahan baku dan berapa yang secara aktual dibayar. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual x Kuantitas Aktual) –


(Harga Standar x Kuantitas Aktual)
atau
Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual - Harga Standar) X
Kuantitas Aktual
atau

Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Aktual Pada Harga


Aktual Standar
Harga Aktual x Kuantitas Aktual Harga Standar x Kuantitas
Aktual

Penyimpangan
Harga

Penyimpangan penggunaan bahan baku (material usage variance)


mengukur perbedaan antara bahan baku langsung yang aktual yang digunakan dan
bahan baku langsung yang seharusnya digunakan untuk output atual. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Harga Standar x Kuantitas


Aktual) – (Harga Standar x
Kuantitas Standar)
atau
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Kuantitas Aktual - Kuantitas
Standar) X Harga Standar
atau

Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Standar Pada Harga


Standar Standar
Harga Standar x Kuantitas Harga Standar x Kuantitas
Aktual Standar

Penyimpangan
Penggunaan

180
Bab 9 – Biaya Standar

Total penyimpangan biaya bahan baku merupakan penjumlahan dari


penyimpangan harga bahan baku dan penyimpanggan penggunana bahan baku.
Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Total Penyimpangan Biaya Bahan Baku = Penyimpangan Harga Bahan


Baku + Penyimpangan
Penggunaan Bahan Baku
Atau

Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Standar Pada Harga
Aktual Standar Standar
Harga Aktual x Kuantitas Aktual Harga Standar x Kuantitas Harga Standar x Kuantitas
Aktual Standar

Penyimpangan Penyimpangan
Harga Penggunaan

Total Penyimpangan

Contoh 1
Berikut ini adalah data biaya bahan baku langsung untuk memproduksikan satu unit
produk jadi. Bahan baku A digunakan untuk memproduksikan produk jadi tersebut.
Perusahaan menetapkan standar bahwa untuk 1 unit produk jadi diperlukan 10 kg
bahan baku A dengan harga standar sebesar Rp 5. Pada kenyataannya, untuk
membuat 1 unit produk jadi terpakailah sebesar 12 kg bahan baku A dengan harga
sebesar Rp 7.

Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual x Kuantitas Aktual) –


(Harga Standar x Kuantitas Aktual)
= (Rp 7 x 12 kg) – (Rp 5 x 12 kg)
= Rp 84 – Rp 60 = Rp 24 (UF)
atau
Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual - Harga Standar) X
Kuantitas Aktual
= (Rp 7 – Rp 5) x 12 kg
= Rp 2 x 12 kg = Rp 24 (UF)

181
Bab 9 – Biaya Standar

Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Harga Standar x Kuantitas


Aktual) – (Harga Standar x
Kuantitas Standar)
= (Rp 5 x 12 kg) – (Rp 5 x 10 kg)
= Rp 60 – Rp 50 = Rp 10 ( UF)
atau
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Kuantitas Aktual - Kuantitas

Standar) X Harga Standar


= (12 kg – 10 kg) x Rp 5
= 2 kg x Rp 5 = Rp 10 (UF)

Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Aktual Pada Harga Kuantitas Standar Pada Harga
Aktual Standar Standar
Rp 7 x 12 kg = Rp 84 Rp 5 x 12 kg = Rp 60 Rp 5 x 10 kg = Rp 50

Penyimpangan Harga Penyimpangan Penggunaan


Rp 24 (UF) Rp 10 (UF)

Total Penyimpangan
Rp 34 (UF)

Analisis Penyimpangan Tenaga Kerja Langsung


Disini kita akan mengukur penyimpangan antara biaya aktual tenaga kerja
langsung dengan biaya yang dianggarkan untuk tingkat aktivitas aktual.
Penyimpangan tarif bahan baku (labor rate variance) mengukur perbedaan antara
apa yang sudah dibayar untuk tenaga kerja langsung dan apa yang seharusnya
dibayarkan.. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual x Jam Aktual) –


(Tarif Standar x Jam Aktual)
atau
Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual - Tarif Standar) X
Jam Aktual
atau

182
Bab 9 – Biaya Standar

Jam Aktual Pada Tarif Aktual Jam Aktual Pada Tarif Standar
Tarif Aktual x Jam Aktual Tarif Standar x Jam Aktual

Penyimpangan
Tarif

Penyimpangan efisiensi tenaga kerja (labor efficiency variance) mengukur


perbedaan antara jam tenaga kerja yang secara aktual digunakan dan jam tenaga
kerja yang seharusnya digunakan. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Tarif Standar x Jam


Aktual) – (Tarif Standar x
Jam Standar)
atau
Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Jam Aktual - Jam
Standar) X Tarif Standar
atau

Jam Aktual Pada Tarif Standar Jam Standar Pada Tarif Standar
Tarif Standar x Jam Aktual Tarif Standar x Jam Standar

Penyimpangan
Efisiensi

Total penyimpangan biaya tenaga kerja merupakan penjumlahan dari


penyimpangan tarif tenaga kerja dan penyimpanggan efisiensi tenaga kerja. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:

Total Penyimpangan Biaya Tenaga Kerja = Penyimpangan Tarif Tenaga


Kerja + Penyimpangan
Efisiensi Tenaga Kerja
Atau

183
Bab 9 – Biaya Standar

Jam Aktual Pada Tarif Aktual Jam Aktual Pada Tarif Standar Jam Standar Pada Tarif Standar
Tarif Aktual x Jam Aktual Tarif Standar x Jam Aktual Tarif Standar x Jam Standar

Penyimpangan Penyimpangan
Tarif Efisiensi

Total Penyimpangan

Contoh 2
Melanjutkan contoh 1, berikut ini adalah data biaya tenaga kerja langsung untuk
memproduksikan satu unit produk jadi. Tenaga Kerja Ahli digunakan untuk
memproduksikan produk jadi tersebut. Perusahaan menetapkan standar bahwa
untuk 1 unit produk jadi diperlukan 3 jam tenaga kerja ahli dengan tarif standar
sebesar Rp 5.000. Pada kenyataannya, untuk membuat 1 unit produk jadi
terpakailah sebesar 2 jam tenaga kerja ahli dengan upah sebesar Rp 4.500.

Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual x Jam Aktual) –


(Tarif Standar x Jam Aktual)
= (Rp 4.500 x 2 jam) – (Rp 5.000 x 2 jam)
= Rp 9.000 – Rp 10.000 = Rp 1.000 (F)
atau
Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual - Tarif Standar) X
Jam Aktual
= (Rp 4.500 – Rp 5.000) x 2 jam
= Rp 500 x 2 jam = Rp 1.000 (F)

Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Tarif Standar x Jam


Aktual) – (Tarif Standar x Jam
Standar)
= (Rp 5.000 x 2 jam) – (Rp 5.000 x 3 jam)
= Rp 10.000 – Rp15.000 = Rp 5.000 ( F)
atau

184
Bab 9 – Biaya Standar

Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Jam Aktual - Jam


Standar) X Tarif Standar
= (2 jam – 3 jam) x Rp 5.000
= 1 jam x Rp 5.000 = Rp 5.000 (F)

Jam Aktual Pada Tarif Aktual Jam Aktual Pada Tarif Standar Jam Standar Pada Tarif Standar
Rp 4.500 x 2 jam = Rp 9.000 Rp 5.000 x 2 jam = Rp 10.000 Rp 5.000 x 3 jam = Rp 15.000

Penyimpangan Penyimpangan
Tarif Efisiensi
Rp 1.000 (F) Rp 5.000 (F)

Total Penyimpangan
Rp 6.000 (F)

Analisis Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik


Penyimpangan biaya overhead pabrik dapat terjadi disebabkan oleh :
a. Jumlah produksi melebihi atau kurang dari kapasitas produksi yang
disiapkan atau dianggarkan. Penganggaran kapasita produksi biasanya
berdasarkan pada aktivitas normal.
b. Realisasi biaya overhead produksi melebihi atau kurang dari jumlah yang
telah dianggarkan.
c. Jam kerja atau volume aktivitias yang digunakan melebihi atau kurang
dari jumlah yang diperkenankan menurut standar untuk jumlah produksi
yang dihasilkan.
Biaya overhead pabrik pada umumnya dibebankan pada produk
berdasarkan jam standar. Penyimpangan overhead pabrik terjadi bila realisasi
pemakaian jam tenaga kerja langsung berbeda dari jumlah jam yang seharusnya
menurut standar dan dari jumlah jam yang dianggarkan untuk kapasitas produksi.
Penyimpangan biaya overhead pabrik dapat dianalisa dengan beberapa
cara, yaitu:
a. Metode dua selisih
b. Metode tiga selisih
c. Metode empat selisih
d. Metode lima selisih

185
Bab 9 – Biaya Standar

Metode Dua Selisih


Pada metode dua selisih, penyimpangan biaya overhead pabrik dibedakan
atas dua, yaitu:
a. Penyimpangan terkendali (Controllable Variance)
Penyimpangan ini merupakan selisih antara realisasi biaya overhead
pabrik dengan jumlah anggaran biaya overhead pabrik pada jam standar.
Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Terkendali = (Realisasi Biaya Overhead Pabrik – Anggaran


Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar)

b. Penyimpangan volume ( Volume Variance)


Penyimpangan ini terjadi karena volume produksi tidak mencapai atau
melebihi kapasitas produksi yang direncanakan. Rumus biayanya adalah
sebagai berikut:

Penyimpangan Volume = Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar


– (Jam Standar x Tarif Overhead)

Total penyimpangan biaya overhead pabrik merupakan penjumlahan dari


penyimpangan volume dan penyimpanggan terkendali. Rumus biayanya adalah
sebagai berikut:

Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik= Penyimpangan Terkendali +


Penyimpangan Volume

Atau

Realisasi Biaya Overhead Pabrik Anggaran Biaya Overhead Pabrik Jam Standar Pada Tarif Overhead
Pada Jam Standar

Penyimpangan Penyimpangan
Terkendali Terkendali

Total Penyimpangan

186
Bab 9 – Biaya Standar

Contoh 3
Data-data kegiatan yang dipunyai oleh Tuan Sihombing untuk dianalisis adalah
sebagai berikut:
Jam tenaga kerja langsung aktual 5.000 jam
Jam tenaga kerja langsung menurut standar 5.200 jam
Kapasitas normal 6.000 jam
Biaya overhead pabrik aktual Rp 29.500.000
Biaya overhead pabrik yang direncanakan:
Overhead variabel Rp 12.000.000
Overhead tetap Rp 18.000.000
Rp12.000.000
Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan = = Rp 2000 / jam
6.000 jam

Rp18.000.000
Tarif Overhead Tetap Yang Dianggarkan = = Rp 3000 / jam
6.000 jam
Total Tarif Overhead Yang Dianggarkan Rp 5.000 / jam

Penyimpangan Terkendali = (Realisasi Biaya Overhead Pabrik – Anggaran


Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar)

Realisasi Biaya Overhead Pabrik Rp 29.500.000


Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar:
Overhead Tetap Rp 18.000.000

Overhead Variabel

(5.200 jam x Rp 2.000/ jam) 10.400.000 28.400.000

Penyimpangan Terkendali Rp 1.100.000 (U)

187
Bab 9 – Biaya Standar

Penyimpangan Volume = Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar


– (Jam Standar x Tarif Overhead)

Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Standar Rp 28.400.000

(Jam Standar x Tarif Overhead Yang Dianggarkan)

(5.200 jam x Rp 5.000/ jam) 26.000.000

Penyimpangan Volume Rp 2.400.000 (U)

Realisasi Biaya Overhead Pabrik Anggaran Biaya Overhead Pabrik Jam Standar Pada Tarif Overhead
Rp 29.500.000 Pada Jam Standar Rp 5.000 x 5.200 jam =
Rp 18.000.000 + (5.200 jam x Rp Rp 26.000.000
2.000/jam = Rp 28.400.000

Penyimpangan Penyimpangan
Terkendali Terkendali
Rp 1.100.000 (U) Rp 2.400.000 (U)

Total Penyimpangan
Rp 3.500.000 (U)

Metode Tiga Selisih


Pada metode tiga selisih, penyimpangan biaya overhead pabrik dibedakan
atas tiga, yaitu:

a. Penyimpangan pengeluaran/ anggaran (spending/ budget variance)


Penyimpangan ini merupakan selisih antara realisasi biaya overhead
pabrik dengan biaya overhead pabrik yang diperkenankan menurut
anggaran untuk jumlah jam yangsesungguhnya terpakai. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - Anggaran


Biaya Overhead Pabrik Pada Jumlah Jam
Sesungguhnya Terpakai)
atau
Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - (Anggaran
Biaya Overhead Pabrik Tetap + Jam Aktual x
Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan)

188
Bab 9 – Biaya Standar

b. Penyimpangan efisiensi (efficiency variance)


Penyimpangan ini merupakan selisih antara jumlah biaya overhead
pabrik yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam kerja
langsung sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead pabrik yang
dibebankan berdasarkan jumlah jam standar. Rumus biayanya adalah
sebagai berikut:

Penyimpangan Efisiensi = Tarif Biaya Overhead Pabrik Yang


Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual –
Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut
Standar)

c. Penyimpangan kapasitas menganggur (idle capacity variance)


Penyimpangan ini dapat terjadi apabila volume produksi kurang atau
melebihi kapasitas produksi yang dipersiapkan atau dianggarkan.
Walaupun volume kegiatan melebihi kapasitas yang direncanakan,
selisih ini tetap disebut sebagai idle capacity variance bukan over
capacity variance. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap


Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada Volume Kapasitas Yang
Dianggarkan – Pemakaian Jam
Aktual)

Total penyimpangan biaya overhead pabrik merupakan penjumlahan dari


penyimpangan pengeluaran, penyimpangan efisiensi dan penyimpanggan kapasitas
mengganggur. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik= Penyimpangan Pengeluaran +


Penyimpangan Efisiensi +
Penyimpangan Kapasitas
Menganggur

189
Bab 9 – Biaya Standar

Contoh 4
Memakai soal no 3, kita akan mengerjakannya dengan metode 3 selisih.

Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual -


(Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap +
Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel)

Realisasi Biaya Overhead Pabrik Rp 29.500.000


Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Aktual:
Overhead Tetap Rp 18.000.000

Overhead Variabel

(5.000 jam x Rp 2.000/ jam) 10.000.000 28.000.000

Penyimpangan Pengeluaran Rp 1.500.000 (U)

Penyimpangan Efisiensi = Tarif Biaya Overhead Pabrik Yang


Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual –
Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut
Standar)

= Rp 5.000 x (5.000 Jam – 5.200 Jam)

= Rp 5.000 x 200 Jam = Rp 1.000.000 (F)

Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap


Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada Volume Kapasitas Yang
Dianggarkan – Pemakaian Jam
Aktual)

= Rp 3.000 x (6.000 Jam – 5.000 Jam)

= Rp 3.000 x 1.000 Jam

= Rp 3.000.000 (U)

190
Bab 9 – Biaya Standar

Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik = Penyimpangan Pengeluaran +


Penyimpangan Efisiensi +

Penyimpangan Kapasitas

Menganggur

= Rp 1.500.000 (U) + Rp 1.000.000


(F) + Rp 3.000.000 (U)

= Rp 3.500.000 (U)

Metode Empat Selisih


Pada metode empat selisih, penyimpangan biaya overhead pabrik
dibedakan atas empat, yaitu:

a. Penyimpangan pengeluaran/ anggaran (spending/ budget variance)


Penyimpangan ini merupakan selisih antara realisasi biaya overhead
pabrik dengan biaya overhead pabrik yang diperkenankan menurut
anggaran untuk jumlah jam yangsesungguhnya terpakai. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - Anggaran


Biaya Overhead Pabrik Pada Jumlah Jam
Sesungguhnya Terpakai)
atau
Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual - (Anggaran
Biaya Overhead Pabrik Tetap + Jam Aktual x
Tarif Overhead Variabel Yang Dianggarkan)

b. Penyimpangan efisiensi biaya overhead variabel


Penyimpangan ini merupakan selisih antara jumlah biaya overhead
pabrik variabel yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam
kerja langsung sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead pabrik
variabel yang dibebankan berdasarkan jumlah jam standar. Rumus
biayanya adalah sebagai berikut:

191
Bab 9 – Biaya Standar

Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Variabel = Tarif Biaya Overhead


Pabrik Variabel Yang
Dianggarkan x
(Pemakaian Jam Aktual –
Jumlah Jam Yang
Seharusnya Menurut
Standar)

c. Penyimpangan efisiensi biaya overhead tetap


Penyimpangan ini merupakan selisih antara jumlah biaya overhead
pabrik tetap yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam kerja
langsung sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead pabrik tetap
yang dibebankan berdasarkan jumlah jam standar. Rumus biayanya
adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik Tetap


= Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang
Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual
– Jumlah Jam Yang Seharusnya
Menurut Standar)

d. Penyimpangan kapasitas menganggur (idle capacity variance)


Penyimpangan ini dapat terjadi apabila volume produksi kurang atau
melebihi kapasitas produksi yang dipersiapkan atau dianggarkan.
Walaupun volume kegiatan melebihi kapasitas yang direncanakan,
selisih ini tetap disebut sebagai idle capacity variance bukan over
capacity variance. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap


Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada Volume Kapasitas Yang
Dianggarkan – Pemakaian Jam
Aktual)

192
Bab 9 – Biaya Standar

Total penyimpangan biaya overhead pabrik merupakan penjumlahan dari


penyimpangan pengeluaran, penyimpangan efisiensi dan penyimpanggan kapasitas
mengganggur. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik= Penyimpangan Pengeluaran +


Penyimpangan Efisiensi Biaya
Overhead Pabrik Variabel +
Penyimpangan Efisiensi Biaya
Overhead Pabrik +
Penyimpangan Kapasitas
Menganggur

Contoh 5
Memakai soal no 4, kita akan mengerjakannya dengan metode 3 selisih.

Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual -


(Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap +
Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel)

Realisasi Biaya Overhead Pabrik Rp 29.500.000


Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Aktual:
Overhead Tetap Rp 18.000.000

Overhead Variabel

(5.000 jam x Rp 2.000/ jam) 10.000.000 28.000.000

Penyimpangan Pengeluaran Rp 1.500.000 (U)

Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Variabel

= Tarif Biaya Overhead Pabrik Variabel Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam


Aktual – Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut Standar)

= Rp 2.000 x (5.000 Jam – 5.200 Jam)

= Rp 2.000 x 200 Jam = Rp 400.000 (F)

193
Bab 9 – Biaya Standar

Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik Tetap

= Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap Yang Dianggarkan x (Pemakaian Jam


Aktual – Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut Standar)

= Rp 3.000 x (5.000 Jam – 5.200 Jam)

= Rp 3.000 x 200 Jam = Rp 600.000 (F)

Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap


Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada Volume Kapasitas Yang
Dianggarkan – Pemakaian Jam
Aktual)

= Rp 3.000 x (6.000 Jam – 5.000 Jam)

= Rp 3.000 x 1.000 Jam

= Rp 3.000.000 (U)

Total Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik


= Penyimpangan Pengeluaran + Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead
Pabrik Variabel + Penyimpangan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik +
Penyimpangan Kapasitas Menganggur
= Rp 1.500.000 (U) + Rp 400.000 (F) + Rp 600.000 (F) + Rp 3.000.000 (U)

= Rp 3.500.000 (U)

9.3 Penyimpangan Campuran Dan Penyimpangan Hasil (Mix And Yield


Variance)
Campuran bahan baku digunakan dalam memproduksikan suatu barang
jadi.Banyak industri yang memerlukan campuran bahan baku yang beberapa
diantaranya dapat dipertukarkan satu terhadap yang lain tanpa banyak
mempengaruhi mutu dari barang yang dihasilkan. Pada industri digunakan berbagai
bermacam-macam bahan baku, maka diperlukan analisa penyimpagan campuran

194
Bab 9 – Biaya Standar

dan penyimpangan hasil dalam hal menghasilkan produk yang lebih menguntungan
dan untuk penghematan biaya.
Selain penyimpangan campuran dan penyimpangan hasil bahan baku dan
biaya tenaga kerja maka penyimpangan hasil biaya overhead juga dihitung untuk
biaya overhead pabrik. Ini dikarenakan ada kaitannya dengan biaya produksi.

Penyimpangan Campuran Dan Penyimpangan Hasil Bahan Baku


Kombinasi bahan baku yang digunakan dalam proses produksi akan
didasarkan pada campuran standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Penyimpangan dapat terjadi bila dimungkinkan penggunaan campurn bahan baku
yang berbeda dari campuran standar untuk memperoleh hasil yang sama.
Perbedaan antara campuran yang terlaksana dengan campuran standar merupakan
penyimpangan campuran. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Campuran Bahan Baku


= Campuran Yang Telaksana – Campuran Standar
= (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Aktual x Harga Standar Masing-
Masing Bahan Baku) – (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Standar x
Rata-Rata Harga Standar Masukan Bahan Baku)

Campuran bahan baku yang ditetapkan pada campuran standar akan


diharapkan menghasilkan sejumlah produk (yield). Jika jumlah produk yang
dihasilkan berbeda dari jumlah produk seharusnya menurut standar, maka
perbedaan ini disebut penyimpangan hasil. Rumus biayanya adalah sebagai berikut:

Penyimpangan Hasil Bahan Baku


= Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
= (Pemakaian Bahan Baku Aktual x Rata-Rata Harga Standar Bahan Baku) –
(Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Biaya Per Unit)

195
Bab 9 – Biaya Standar

Contoh 6
Suatu perusahaan memproduksikan barang dengan memakai dua bahan baku, yaitu
bahan baku X dan bahan baku Y dengan biaya dan jumlah standar per unit XY
adalah sebagai berikut:
Bahan Harga Standar Per Kg Jumlah Bahan Baku
Baku (Rp) Per Unit Produk
X 4.000 5 kg
Y 8.000 5 kg
Selama bulan Maret 2015 data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Unit Yang Diproduksikan 1.000 unit
Pemakaian Bahan Baku X 4.400 kg x Rp 5.000
Pemakaian Bahan Baku Y 5.800 kg x Rp 8.000
10.200 kg

Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual - Harga Standar) X


Kuantitas Aktual
Penyimpangan Harga Bahan Baku X = (Rp 5.000 – Rp 4.000) x 4.400 kg
= Rp 1.000 x 4.400 kg
= Rp 4.400.000 (U)

Penyimpangan Harga Bahan Baku X = (Rp 8.000 – Rp 8.000) x 5.800 kg


= Rp 0 x 5.800 kg
= Rp 0

Penyimpangan Harga Bahan Baku X Rp4.400.000 (U)


Penyimpangan Harga Bahan Baku Y 0
Total Penyimpangan Harga Bahan Baku Rp4.400.000 (U)

Biaya Bahan Baku X Menurut Jumlah Produksi


(5kg x 1.000 unit x Rp 4.000 per kg) Rp 20.000.000
Biaya Bahan Baku Y Menurut Jumlah Produksi
(5kg x 1.000 unit x Rp 8.000 per kg) Rp 40.000.000
Total Biaya Bahan Baku Selama Produksi Rp 60.000.000

196
Bab 9 – Biaya Standar

Rp60.000.000 Rp60.000.000
Rata-rata Harga Standar Masukan = = = Rp 6.000
5.000 kg + 5.000 kg 10.000 kg

Rp60.000.000
Rata-rata Harga Standar Keluaran = = Rp 60.000
1.000 unit

Penyimpangan Campuran Bahan Baku


= Campuran Yang Telaksana – Campuran Standar
= (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Aktual x Harga Standar Masing-
Masing Bahan Baku) – (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Standar x
Rata-Rata Harga Standar Masukan Bahan Baku)

Campuran Yang Terlaksana:


Bahan Baku X : 4.400 kg x Rp 4.000 Rp 17.600.000
Bahan Baku Y : 5.800 kg x Rp 8.000 46.400.000
Total Campuran Yang Terlaksana Rp 64.000.000

Campuran Standar
(10.200 kg x Rp 6.000) 61.200.000 -
Penyimpangan Campuran Bahan Baku Rp 2.800.000 (U)

Penyimpangan Hasil Bahan Baku


= Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar – Hasil Aktual
= (Pemakaian Bahan Baku Aktual x Rata-Rata Harga Standar Bahan Baku) –
(Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Biaya Per Unit)

Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar


(10.200 kg x Rp 6.000) Rp 61.200.000

Hasil Aktual
(1.000 unit x Rp 60.000) 60.000.000
Penyimpangan Hasil Bahan Baku Rp 1.200.000 (U)

197
Bab 9 – Biaya Standar

Penyimpangan Hasil Tenaga Kerja Langsung Dan Overhead Pabrik

Rasio rata-rata standar keluaran dan masukan yang dikemukakan pada


penyimpangan campuran bahan baku dan penyimpangan hasil bahan baku, juga
akan digunakan dalam menghitung penyimpangan hasil biaya tenaga kerja langsung
dan penyimpangan hasil biaya overhead pabrik. Rumus biayanya adalah sebagai
berikut:

Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung


= Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
= (Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rasio Standar Masukan x Rata-Rata Tarif
Standar Tenaga Kerja Langsung ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-
Rata Standar Keluaran Tarif Tenaga Kerja Langsung Per Unit)

Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik


= Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
= (Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rasio Standar Masukan x Rata-Rata Tarif
Standar Overhead Pabrik ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata
Standar Keluaran Overhead Pabrik Per Unit)

Contoh 7
Melanjutkan contoh soal no 6, biaya untuk mengolah 12.000 kg bahan baku menjadi
1.000 unit produk memerlukan 50 jam tenaga kerja langsung dengan tarif upah
Rp 3.000 per jam. Realisasi jumlah jam tenaga kerja langsung pada bulan Maret
2015 adalah 40 jam dengan tarif tenaga kerja langsung yang dibayarkan Rp 3.200
per jam. Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja langsung
dengan tarif overhead pabrik sebesar Rp 4.000 per jam. Biaya overhead pabrik pada
volume aktivitas normal sebesar 40 jam per minggu adalah Rp 200.000.

198
Bab 9 – Biaya Standar

50 jam x Rp 3.000 per jam


Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Masukan =
10.000 kg

Rp150.000
= = Rp 15
10.000 kg

Rp 150.000
Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Keluaran = = Rp 150
1.000 unit

Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung


= Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
= (Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rata-Rata Tarif Standar Masukan Tenaga
Kerja Langsung ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar
Keluaran Tarif Tenaga Kerja Langsung Per Unit)

Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung


= 10.200 kg x Rp 15 = 10.200 kg x Rp 15 = Rp 153.000

Hasil Aktual
(1.000 unit x Rp 150) 150.000 -
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 3.000 (U)

50 jam x Rp 4.000 per jam


Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Masukan =
10.000 kg

Rp200.000
= = Rp 20
10.000 kg

Rp 200.000
Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Keluaran = = Rp 200
1.000 unit

199
Bab 9 – Biaya Standar

Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik


= Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
= (Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rata-Rata Tarif Standar Masukan Overhead
Pabrik ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran
Overhead Pabrik Per Unit)

Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik

= 10.200 kg x Rp 20 = 10.200 kg x 0,1 x Rp 20 = Rp 204.000

Hasil Aktual
(1.000 unit x Rp 200) 200.000 -
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 4.000 (U)

Contoh 8
Data berikut ini menunjukkan campuran dan biaya standar bahan baku untuk
menghasilkan 10.000 liter cat kuku:
Bahan Harga Standar Per liter Jumlah Bahan Baku
Baku (Rp) Yang Dipakai
A 1.200 4.000 liter
B 900 8.000 liter
Biaya untuk mengolah 12.000 liter bahan baku menjadi 10.000 liter cat kuku
memerlukan 50 jam tenaga kerja langsung dengan tarif upah tenaga kerja langsung
Rp 3.840 per jam. Realisasi jumlah jam tenaga kerja langsung pada minggu ini
adalah 40 jam dengan tarif upah yang dibayarkan Rp 4.500 per jam.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja
langsung dengan tarif overhead tetap Rp 1.500 dan tarif overhead variabel Rp
3.000. Biaya overhead pabrik tetap Aktual Rp 68.000 dan biaya overhead pabrik
variabel Aktual Rp 76.000.
Realisasi produksi adalah 9.500 liter dari 14.000 liter bahan baku (5.700 liter
bahan baku A dan 8.300 liter bahan baku B). Harga beli bahan baku A sebesar
Rp 1.500 per liter dan harga beli bahan baku B sebesar Rp 800 per liter.

Penyimpangan Harga Bahan Baku = (Harga Aktual - Harga Standar) X

200
Bab 9 – Biaya Standar

Kuantitas Aktual
Penyimpangan Harga Bahan Baku A = (Rp 1.500 – Rp 1.200) x 5.700 liter
= Rp 300 x 5.700 liter
= Rp 1.710.000 (U)

Penyimpangan Harga Bahan Baku B = (Rp 800 – Rp 900) x 8.300 liter

= Rp 100 x 5.800 kg
= Rp 580.000 (F)

Penyimpangan Harga Bahan Baku A Rp 1.710.000 (U)


Penyimpangan Harga Bahan Baku B 580.000 (F)
Total Penyimpangan Harga Bahan Baku Rp 1.130.000 (U)

Biaya Bahan Baku A Menurut Jumlah Produksi


(4.000 liter x Rp 1.200 per liter) Rp 4.800.000
Biaya Bahan Baku B Menurut Jumlah Produksi
(8.000 liter x Rp 900 per liter) Rp 7.200.000
Total Biaya Bahan Baku Selama Produksi Rp 12.000.000

Rp12.000.000 Rp12.000.000
Rata-rata Harga Standar Masukan = = = Rp 1.000
4.000 liter + 8.000 liter 12.000 liter

Rp12.000.000
Rata-rata Harga Standar Keluaran = = Rp 1.200
10.000 liter

Penyimpangan Campuran Bahan Baku


= Campuran Yang Telaksana – Campuran Standar
= (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Aktual x Harga Standar Masing-
Masing Bahan Baku) – (Pemakaian Masing- masing Bahan Baku Standar x
Rata-Rata Harga Standar Masukan Bahan Baku)

201
Bab 9 – Biaya Standar

Campuran Yang Terlaksana:


Bahan Baku A : 5.700 liter x Rp 1.200 Rp 6.840.000
Bahan Baku B : 8.300 liter x Rp 900 7.470.000
Total Campuran Yang Terlaksana Rp 14.310.000
Campuran Standar
(14.000 liter x Rp 1.000) 14.000.000 -
Penyimpangan Campuran Bahan Baku Rp 310.000 (U)

Penyimpangan Hasil Bahan Baku


= Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar – Hasil Aktual
= (Pemakaian Bahan Baku Aktual x Rata-Rata Harga Standar Bahan Baku) –
(Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran Biaya Per Unit)

Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar


(14.000 liter x Rp 1.000) Rp 14.000.000

Hasil Aktual
(9.500 liter x Rp 1.200) 11.400.000
Penyimpangan Hasil Bahan Baku Rp 2.600.000

Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku = (Kuantitas Aktual - Kuantitas

Standar) X Harga Standar


Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku A = (5.700 liter – 4.000 liter) x Rp 1.200
= 1.700 liter x Rp 1.200
= Rp 2.040.000 (U)
Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku B = (8.300 liter – 8.000 liter) x Rp 900
= 300 liter x Rp 900
= Rp 270.000 (U)

202
Bab 9 – Biaya Standar

Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku A Rp 2.040.000 (U)


Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku B Rp 270.000 (U)
Total Penyimpangan Penggunaan Bahan Baku Rp 2.310.000 (U)

Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja = (Tarif Aktual - Tarif Standar) X


Jam Aktual
= (Rp 4.500 – Rp 3.840) x 40 jam
= Rp 660 x 40 jam = Rp 26.400 (U)

Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja = (Jam Aktual – Jam Standar) X Tarif


Standar
= (40 jam – 50 jam) x Rp 3.840
= 10 jam x Rp 3.840 = Rp 38.400 ( F)

50 jam x Rp 3.840 per jam


Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Keluaran =
12.000 liter

Rp 192.000
= = Rp 16
12.000 liter

Rp192.000
Rata-rata Tarif Tenaga Kerja Langsung Standar Keluaran = = Rp 19,2
10.000 liter

Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung


= Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
= (Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rasio Standar Masukan x Rata-Rata Tarif
Standar Tenaga Kerja Langsung ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-
Rata Standar Keluaran Tarif Tenaga Kerja Langsung Per Unit)

Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung


= 14.000 liter x Rp 16 = Rp 224.000
Hasil Aktual
(9.500 liter x Rp 19,2) 182.400 -
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 41.600 (U)

203
Bab 9 – Biaya Standar

Biaya overhead pabrik tetap Aktual Rp 68.000

Biaya overhead pabrik variabel Aktual Rp 76.000.

Biaya Overhead Pabrik Aktual Rp 144.000

Penyimpangan Pengeluaran = (Biaya Overhead Pabrik Aktual -


(Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap +
Jam Aktual x Tarif Overhead Variabel)

Realisasi Biaya Overhead Pabrik Rp 144.000


Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pada Jam Aktual:
Overhead Tetap ( 50 jam Rp 1.500/ jam) Rp75.000

Overhead Variabel

(50 jam x Rp 3.000/ jam) 150.000 225.000

Penyimpangan Pengeluaran Rp 81.000 (F)

Penyimpangan Efisiensi = Tarif Biaya Overhead Pabrik Yang


Dianggarkan x (Pemakaian Jam Aktual –
Jumlah Jam Yang Seharusnya Menurut
Standar)

= Rp 4.500 x (40 Jam – 50 Jam)

= Rp 4.500 x 10 Jam = Rp 45.000 (U)

Penyimpangan Kapasitas Mengganggur = Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap


Yang Dianggarkan x (Jumlah Jam
Pada Volume Kapasitas Yang
Dianggarkan – Pemakaian Jam
Aktual)

= Rp 1.500 x (50 Jam – 40 Jam)

= Rp 1.500 x 10 Jam

= Rp 15.000 (U)

204
Bab 9 – Biaya Standar

50 jam x Rp 4.500 per jam


Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Masukan =
12.000 liter

Rp225.000
= = Rp 18,75
12.000 liter

Rp 225.000
Rata-rata Tarif Overhead Pabrik Standar Keluaran = = Rp 22,5
10.000 liter

Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik


= Hasil Yang Diharapkan Sesuai Campuran Standar– Hasil Aktual
= (Pemakaian Jam Kerja Aktual x Rata-Rata Tarif Standar Masukan Overhead
Pabrik ) – (Jumlah Yang Diproduksikan x Rata-Rata Standar Keluaran
Overhead Pabrik Per Unit)

Penyimpangan Hasil Biaya Overhead Pabrik

= 14.000 liter x Rp 18,75 = Rp 262.500

Hasil Aktual
(9.500 liter x Rp 22,5) 213.750 -
Penyimpangan Hasil Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 48.750 U)

205
Bab 9 – Biaya Standar

LATIHAN
1. Berikut ini adalah data-data biaya overhead pabrik standar per unit, dengan
aktivitas produksi normal 2.000 unit :
Biaya Overhead Variabel Standar : 1,5 jam mesin @ Rp 5.500,- Rp 8.250
Biaya Overhead Tetap Standar : 1,5 jam mesin @ Rp 10.000,- Rp 15.000
Biaya Overhead Tetap Yang Dianggarkan Rp 30.000.000,-
Hasil produksi aktual 1.500 unit
Volume yang dianggarkan pada aktivitas normal 3.000 jam mesin
Jam mesin aktual 2.850 jam mesin
Jam mesin standar 2.250 jam mesin

Biaya overhead variabel aktual Rp 12.475.000,-


Biaya overhead tetap aktual Rp 25.000.000,-
Total Biaya Overhead Aktual Rp 37.475.000.-

Diminta: Hitunglah varian overhead dengan memakai metode dua selisih, metode
tiga selisih (model A dan model B) dan metode tiga selisih!

2. Untuk membuat 1 jenis tart memerlukan biaya standar sebagai berikut:


Bahan Baku : 1 Kg Tepung @ Rp 8.500/ kg Rp 8.500,-
Tenaga Kerja: 45 menit @ Rp 15.000/ kg 11.250,-
Overhead : 45 menit @Rp 25.000/ kg 18.750,-
(Rasio tetap : variable = 2:3)
Kapasitas normal sebesar 3.750 jam kerja langsung. Data-data berikut
merupakan data-data yang diperoleh pada bulan April 2011:
Unit yang diproduksi 4.000 unit
Pembelian Bahan 4.500 kg @ Rp 8.300/ kg
Pemakaian bahan 4.100 Kg
Tenaga Kerja Langsung 3.150 jam @ Rp 17.500,-/ jam
Overhead aktual Rp 75.600.000,-
Diminta:
a. Hitunglah budget biaya overhead tetap dan variabel berdasarkan kapasitas
normal bulanan!

206
Bab 9 – Biaya Standar

b. Hitunglah varians bahan (varians harga saat dibeli, dan varians kuantitas
pemakaian), varians tenaga kerja (varians tarif dan varians efisiensi) dan
varians overhead (varians terkendali dan varians volume)!

3. CV. Uenak memproduksi 1 cup jus lidah buaya. 1 cup mempunyai isi 250 ml.
Untuk membuat jus lidah buaya, diperlukan air (150 ml @ Rp 460/ liter), lidah
buaya (120 ml @ Rp 1.100/ liter), dan gula (10 ml @ Rp 5.300/ liter). Untuk
menghasilkan 1 cup jus lidah buaya diperlukan waktu pengerjaan selama 30
menit dengan tariff tenaga kerja langsung sebesar Rp 750,- per jam, tarif
overhead variabel sebesar Rp 900,- per jam dan tarif overhead tetap sebesar Rp
1.000,- per jam. Perusahaan tersebut menerapkan kapasitas normal sebesar
4.000 jam kerja langsung dengan 8.000 cup jus lidah buaya yang dihasilkan.
Berikut ini data-data biaya pada bulan September 2011:
Persediaan Pembelian
Jenis Bahan
Awal (Liter) Akhir (Liter) Kuantitas Biaya/ Unit
Air 205 30 1.050 Rp 430,-
Lidah Buaya 250 150 950 Rp 1.250,
Gula 30 36 80 Rp 6.000,
Pada bulan September 2011 dihasilkanlah sebanyak 7.500 cup jus lidah buaya
dengan lama pengerjaan selama 4.000 jam kerja langsung. Biaya tenaga kerja
langsung aktual sebesar Rp 8.000.000,-

Diminta:
a. Hitunglah varians bauran bahan!
b. Hitunglah varians hasil bahan!
c. Hitunglah varians hasil tenaga kerja!
d. Hitunglah varians hasil biaya overhead pabrik!

4. PT. Dau-dau menggunakan biaya standar dalam menetapkan biaya untuk


produk yang dihasilkan. Perusahaan menggunakan tiga jenis bahan yaitu bahan
X, bahan Y, dan bahan Z, dan komposisi dari bahan tersebut dapat diubah-
ubah, tanpa mengurangi kualitas produk yang dihasilkan. Standar bahan yang
digunakan untuk menghasilkan 1 unit produk jadi, memerlukan 0,7 kg @ Rp
6.700,- bahan X; 0,5 kg @ Rp 3.520,- bahan Y; dan 0,3 kg @ Rp 4.000,-. Jam
kerja langsung yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit produk jadi

207
Bab 9 – Biaya Standar

memerlukan 0, 35 jam tenaga kerja langsung dengan tarif Rp 17.800,-. Jam


tenaga kerja langsung aktual sebesar 2.500 dengan tarif Rp 17.500,-. Anggaran
biaya overhead disusun pada tingkat kapasitas normal sebesar 3.000 jam
tenaga kerja langsung per bulan. Anggaran biaya overhead tetap sebesar Rp
30.900.000,- dan anggaran biaya overhead variabel sebesar Rp 27.500.000,-.
Biaya overhead tetap aktual sebesar Rp 36.000.000,- dan biaya overhead
variabel aktual sebesar Rp 26.250.000,-. Unit produksi aktual sebesar 6.400.
Data-data aktual yang dapat dikumpulkan adalah sebagai berikut:
Kwantitas Kwantitas Harga Standar Harga Aktual
Bahan
Standar Aktual (Rp) (Rp)
X 2.000 1.900 6.700 7.000
Y 4.000 3.700 3.520 3.400
Z 4.000 4.100 4.000 4.100

Diminta: Hitunglah:
a. Penyimpangan Bahan !
b. Penyimpangan Tenaga Kerja (Penyimpangan tarif tenaga kerja,
penyimpangan efisiensi tenaga kerja, penyimpangan hasil tenaga
kerja)
c. Penyimpangan Biaya Overhead (penyimpangan pengeluaran,
penyimpangan kapasits menganggur, penyimpangan efisiensi
overhead dan penyimpangan hasil overhead).

5. PT. Mantap, menggunakan sistem biaya standar untuk menetapkan biaya


produk yg dihasilkan. Perusahaan tersebut memakai 3 bahan dasar, yaitu:
bahan A, bahan B, dan bahan C. Standar bahan yang digunakan untuk
menghasilkan 1 kg produk jadi memerlukan: bahan A sebesar 0,6 Kg @ Rp
1.200; bahan B sebesar 0,4 Kg @ Rp 870; bahan C sebesar 0,2 Kg @ Rp 750.
Jam kerja yg dibutuhkan utk menghasilkan 1 kg sebesar 0,5 jam kerja langsung
dengan tarif Rp 2.850 per jam. Anggaran biaya overhead pada tingkat kapasitas
normal sebesar 2.400 jam kerja langsung dengan biaya tetap sebesar Rp
3.600.000,- dan Rp 3.240.000 untuk biaya variabel
Data-data aktual sebagai berikut:

a. Tenaga kerja langsung sebesar Rp 6.188.000 dan jam kerja langsung


sebesar 2.380 jam

208
Bab 9 – Biaya Standar

b. Biaya overhead tetap aktual sebesar Rp 3.800.000 dam biaya overhead


variabel aktual sebesar Rp 3.000.000,-
c. Hasil sesungguhnya sebesar 4.800 kg.
d. Bahan baku aktual:
Bahan Pembelian Harga beli/ kg (Rp) Pemakaian
A 3.500 kg 1.250 2.900 Kg
B 2.300 kg 870 1.930 Kg
C 1.000 kg 600 870 Kg
Diminta:

a. Hitunglah varians Bahan (bauran, dan hasil)


b. Hitunglah varians hasil tenaga kerja
c. Hitunglah varians biaya overhead pabrik

209

Anda mungkin juga menyukai