Anda di halaman 1dari 46

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI

MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MILIK DINAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

MODUL
SMART POLICING

untuk

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


2021

-
KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

SAMBUTAN

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Salam sejahtera, Om Swastiastu, Namo Budaya dan Salam Kebajikan.

u j i dan syukur tiada henti-hentinya kita panjatkan kehadirat


Phidayah-Nya
Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufiq dan
kepada kita sekalian atas tersusunnya
Bahan Ajar (Hanjar) dalam bentuk modul ini, sehingga dapat
membantu para Pendidik maupun Peserta Didik dalam mengikuti
pendidikan sampai dengan selesainya pendidikan Sespimti
Dikreg ke-30 T.A.2021.
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri atau disingkat Lemdiklat
Polri merupakan unsur pendukung pelaksana pendidikan dan
pengemban berada di bawah Kapolri dengan tugas
merencanakan, mengembangkan dan menyelenggarakan pendidikan
kepolisian dalam rangka menjadikan sumber daya manusia (SDM) Polri yang unggul di
era revolusi industri 4.0 menuju masyarakat 5.0, dan perubahan teknologi kepolisian
modern berdasarkan jenis pendidikan Profesi, Manajerial (Kepemimpinan), Akademis dan
Vokasi serta mengelola komponen pendidikan di jajaran Lemdiklat Polri.
Untuk menyiapkan calon pimpinan Polri tingkat tinggi yang profesional dan mampu
menghadapi dinamika tantangan tugas yang sangat kompleks. Diharapkan Polri dapat
memenuhi tuntutan serta menjalankan tugas pokoknya secara baik. Salah satu wujudnya
dengan mendahulukan pembenahan-pembenahan dalam pendidikan dan
penyempurnaan pada semua komponen pendidikan Sespimti antara lain kurikulum dan
bahan pelajaran yang disesuaikan dengan tantangan tugas sehingga diharapkan
peserta didik Sespimti dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan
pengalaman belajar.
Sespimti Polri merupakan pendidikan pengembangan tertinggi Polri yang memiliki tugas
pokok untuk menyelenggarakan pendidikan bagi calon-calon pimpinan Polri dan TNI pada
tingkat Top Manager. Sehingga diharapkan profil lulusannya sebagai pemimpin tingkat
tinggi yang memiliki karakter kebangsaan, mahir mengambil keputusan strategi tingkat
nasional dan global. Demikian juga diharapkan sebagai staf pimpinan tingkat tinggi yang
memiliki karakter kebangsaan dan mahir membantu pembuatan keputusan strategis
tingkat nasional dan global.
Tujuan pendidikan Sespimti T.A. 2021 yaitu mampu mengembangkan kemampuan
manajerial dan kepemimpinan organisasi tingkat tinggi yang berintegritas dan unggul.

ii
Tema pendidikan Sespimti T.A. 2021 adalah bagaimana meningkatkan kemampuan
manajerial dan kepemimpinan organisasi tingkat tinggi untuk mengembangkan strategi
proaktif di era normal baru (New Normal).
Pada program pendidikan Sespimti Polri terbagi dua tahap yaitu off campus dan on
campus. Pada tahap off campus, salah satu proses metode pembelajaran yang diterapkan
adalah e-learning.
Kegiatan off campus mengkaji berbagai materi off campus dalam rangka mendalami
materi dan perluasan wawasan Peserta Didik lebih lanjut. Dalam prosesnya, pendalaman
materi/modul yang dibahas secara periodik antara peserta dengan fasilitator/pembimbing
melalui media IT/internet/web dan produknya berupa chatting hasil diskusi dalam 1
(satu) kelompok.
Hanjar dalam bentuk modul ini disusun melalui proses kelompok kerja yang melibatkan
para Pendidik masing-masing mata pelajaran dan personel Lemdiklat Polri. Diharapkan
dapat menjadi buku panduan yang masih relevan, valid dan aktual dalam beberapa tahun
ke depan, yang disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi terkini/aktual.
Materi Hanjar dalam bentuk modul ini hanya merupakan materi yang harus dikuasai
oleh para Peserta Didik, sehingga diharapkan adanya pengayaan materi dari berbagai
referensi sesuai dengan dinamika perkembangan situasi dan kondisi dalam menunjang
proses pembelajaran pada Pendidikan Sespimti Polri.
Saya ucapkan terima kasih kepada narasumber dan peserta kelompok kerja penyusunan
Hanjar Sespimti Polri serta para Dosen pengampu/ Pendidik/Dosen/Widyaiswara
pendamping mata pelajaran yang telah mencurahkan waktu dan pikirannya, sehingga
dapat tersusun Hanjar dalam bentuk modul ini, yang bermanfaat sebagai acuan dalam
proses pembelajaran.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita
semua dalam melaksanakan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Sekian dan terima kasih.

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Jakarta, 10 Maret 2021


KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Prof. Dr. H. RYCKO AMELZA DAHNIEL, M.Si.


KOMISARIS JENDERAL POLISI

Paraf :

1. Konseptor/Kasubbag Sespimmen :......


2. Kaurmin Kurhanjar Dikbangum :......
3. Kabag Kurhanjar Dikbangum :.......
4. Kaurtu Rokurlum :.......
5. Karo Kurikulum :.......
6. Kataud Lemdiklat Polri :.......
7. Waka Lemdiklat Polri :....... iii
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


Nomor : Kep/ 139 /III/2021

tentang

HANJAR PENDIDIKAN POLRI


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI POLRI
PENDIDIKAN REGULER (DIKREG) KE-30 T.A. 2021

KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Menimbang : bahwa dalam rangka penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Staf


dan Pimpinan Tinggi Polri diperlukan adanya Hanjar yang sesuai
dengan Kurikulum.

Mengingat : 1. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia


Nomor 14 Tahun 2015 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian
Negara Republik Indonesia;

2. Surat Perintah Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri


Nomor: Sprin/172/II/2021 tanggal 15 Februari 2021 tentang
rapat koordinasi penyusunan Hanjar Sespimti Polri T.A. 2021;

Memperhatikan : hasil kelompok kerja penyusunan Hanjar dalam bentuk Modul


Pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Polri T.A. 2021.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. mengesahkan berlakunya Hanjar Pendidikan Polri untuk


Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Polri T.A. 2021, yang tersebut
dalam lampiran keputusan ini;

2. hanjar.....

iv
2 KEPUTUSAN KALEMDIKLAT POLRI
NOMOR : KEP/ 139 /III/2021
TANGGAL : 16 MARET 2021

2. hanjar dalam bentuk Modul ini, berklasifikasi terbatas;


3. keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 16 Maret 2021

KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kepada Yth : Prof. Dr. H. RYCKO AMELZA AHNIEL, M.Si.


KOMISARIS JENDERAL POLISI
Kasespimti Sespim Lemdiklat Polri
Paraf :
Tembusan :
1. Wakapolri. 1. Konseptor/Kasubbag Sespimmen :......
2. Irwasum Polri. 2. Kaurmin Kurhanjar Dikbangum :......
3. As SDM Kapolri. 3. Kabag Kurhanjar Dikbangum :.......
4. Kasespim Lemdiklat Polri. 4. Kaurtu Rokurlum :.......
5. Karo Kurikulum :.......
6. Kataud Lemdiklat Polri :.......
7. Waka Lemdiklat Polri :.......

v
MARKAS BESAR LAMPIRAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KALEMDIKLAT POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN NOMOR : KEP/ 139 /III/2021
TANGGAL : 1 6 MARET 2021

DAFTAR HANJAR SESPIMTI T.A. 2021

1. Pancasila dan UUD 1945;


2. Wawasan Kebangsaan;
3. Sejarah Polri
4. Kepemimpinan N a s i o n a l
5. Kepemimpinan Polri yang Visioner dan Transformatif;
6. Sistem Manajemen Nasional;
7. Pengelolaan Sumber Daya Organisasi Polri untuk Mewujudkan Kamdagri;
8. Strategi Polri dalam Mewujudkan Kamdagri;
9. Strategi Polri dalam Mendukung Pembangunan Nasional;
10. Filsafat Hukum;
11. Politik Hukum Indonesia;
12. Pengaruh Lingkungan Strategi Terhadap Harkamtibmas;
13. Geo Politik dan Geo Strategi;
14. Nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dalam Implementasi Pembentukan
Karakter Bangsa;
15. Pancasila di Tengah-Tengah Ideologi Besar Dunia Dalam Tata Kelola
Pemerintahan;
16. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Dalam Tata Kelola Keamanan Nasional;
17. Sejarah Indonesia;
18. Revolusi Mental Aparatur Negara;
19. Kepemimpinan Strategis Dalam Pengelolaan Sumber Daya Organisasi;
20. Kepemimpinan Strategis Dalam Pengelolaan Kamdagri;
21. Kepemimpinan Strategis Dalam Pengelolaan Pembangunan Nasional;
22. Berpikir system (Tingkat Tinggi);
23. Berpikir Strategis Bagi Pimpinan Nasional (Model Sespim);
24. Pembuatan Keputusan Strategis;
25. Paradigma Organisasi Pembelajaran dan Scenario Learning;
26. SWOT dan Analitical Hierarchi Process (AHP);
27. Brainsmart Mapping;
28. Strategi Mewujudkan Kepemimpinan Polri yang Visioner;
29. Kepemimpinan Transformasional;
30. Sisrenstra Polri;
31. Strategi Pengelolaan SDM dalam Mendukung Pemantapan Reformasi Internal
Polri;
32. Strategi Pengelolaan Logistik Guna Mendukung Operasional Kepolisian;
33. Strategi Peningkatan Pelayanan Publik Nasional;
34. Strategi Manajemen Media di Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Masyarakat 5.0;
35. Akuntabilitas Pengelolaan dan Pemeriksaan Keuangan Negara;
36. Manajemen Resiko (Tingkat Tinggi);
37. Manajemen Perubahan;
38. Strategi Pengelolaan Operasional Polri;
39. Strategi Polri dalam Menghadapi Perkembangan Tindak Pidana Siber;

vi
40. Strategi Pengelolaan Kamdagri di Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Masyarakat
5.0;
41. Strategi Polri dalam Menghadapi Perkembangan Kejahatan Transnasional;
42. Strategi Pengembangan Fungsi Intelijen Kemanan Nasional;
43. Strategi Menghadapi Dinamika Politik Global (Perspektif Intelijen);
44. Strategi Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba;
45. Strategi Polri dalam Melaksanakan Kerjasama Kepolisian Internasional;
46. Teknologi Kepolisian di Ear 4.0;
47. Strategi Nasional di Bidang Polhukam Guna Mengantisipasi Dinamika Politik Global;
48. Strategi Penyederhanaan Regulasi dalam Sistem Hukum Nasional;
49. Strategi Kejaksaan Agung dalam Mendukung Pembangunan Naional;
50. Strategi KPK dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
51. Filosofi Penegakkan Hukum dalam Kajian Strategi Global dan Nasional (Restorative
Justice);
52. Strategi Komnas HAM dalam Mendukung Pembangunan Nasional;
53. Kajian Geopolitik dan Geostrategi Untuk Kepentingan Nasional RI;
54. Kajian Perkembangan Poltik Global;
55. Strategi Kemlu RI Menghadapi Perubahan Dinamika Global;
56. Strategi Perencanaan Pembangunan Nasional;
57. Strategi Pembangunan Sistem Informasi dan Komunikasi Keamanan Nasional di Era
Revolusi Industri 4.0 Menuju Masyarakat 5.0;
58. Paradigma Democratic Policing di Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Masyarakat 5.0;
59. Konsep, Fenomena dan Implikasi Revolusi Industri 4.0 Menuju Masyarakat 5.0
Terhadap Tugas Polri;
60. Kajian Pengelolaan Potensi Konflik Struktural dalam Dinamika Politik;
61. Kewaspadaan Terhadap Proxy War dalam Meningkatkan Keamanan Nasional;
62. Strategi Nasional dalam Pengelolaan Sumber Daya Kemaritiman;
63. Strategi Pengelolaan Energi Terbarukan;
64. Smart Policing;
65. Sejarah Polri.

vii
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI

LEMBAR IDENTITAS

SMART POLICING

Penyusun :

Tim Rapat Koordinasi Penyusunan Hanjar Sespimti T.A. 2021

Editor :

1. BRIGJEN POL Drs. ADI KUNTORO.


2. KOMBES POL Drs. HUDIT WAHYUDI, M.Hum., M.Si.
3. KOMBES POL. Dr. NURHADI YUWONO, S.IK, M.Si.
4. KOMBES POL. BASKORO TRI PRABOWO, S.I.K, M.H.
5. KOMPOL. TJATUR SURATININGRUM, S.H.
6. PENATA. NERI ROCHNIAWATI, S.Kom.

Hanjar Pendidikan Polri


Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi

Diterbitkan oleh:

Bagian Kurikulum dan Hanjar Pendidikan Pengembangan Umum


Biro Kurikulum
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri
Tahun 2021

Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pendidikan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri

viii
-
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI

DAFTAR ISI

Sambutan Kalemdiklat Polri............................................................................. ii


Kep Kalemdiklat Polri ..................................................................................... iv
Lembar Identitas ............................................................................................. viii
Daftar Isi ......................................................................................................... ix
Pendahuluan .................................................................................................. 1
Standar Kompetensi ....................................................................................... 1

MODUL SMART POLICING


Pengantar .................................................................................. 2
Kompetensi Dasar ..................................................................... 2
Materi Pelajaran ........................................................................ 3
Metode Pembelajaran ................................................................ 4
Alat/Media, Bahan, dan Sumber ... ............................................. 4
Kegiatan Pembelajaran ............................................................. 4
Tagihan/Tugas ........................................................................... 5
Lembar Kegiatan ....................................................................... 5
Bahan Bacaan ........................................................................... 6
POKOK BAHASAN I
KONSEP SMART POLICING SECARA UMUM ......................... 6
1. Pengertian Smart Policing ................................................. 6
2. Tujuan Smart Policing ........................................................ 8
3. Aspek-aspek Smart Policing ............................................... 10
4. Smart Policing Indonesia dengan negara lain ..................... 14
POKOK BAHASAN II
SMART POLICING DALAM PELAKSANAAN TUPOKSI 19
POLRI ........................................................................................
1. Pengertian Smart Policing .................................................. 19
2. Tujuan penerapan Smart Policing dalam pelaksanaan
tugas Polri .......................................................................... 21
3. Aspek-aspek Smart Policing dalam tupoksi Polri ................ 22
4. Implementasi Smart Poliing dalam pelaksanaan tugas
manajerial Polri................................................................... 31
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi ...................................... 34
Rangkuman ............................................................................... 36
Latihan ....................................................................................... 37

ix
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL SMART POLICING


5 JP (250 menit)

Pendahuluan

Membangun pemolisian yang cerdas (smart policing) di era digital


diperlukan political will yang cerdas. Kebijakan yang cerdas adalah
kebijakan yang visioner dan mampu mengantisipasi dan dikembangkan
menjadi solusi. Kebijakan ini menjadikan suatu tonggak inspirasi yang
merupakan prinsip-prinsip mendasar dan berlaku umum. Satu prinsip
seribu gaya. Bagi anak buahnya dapat melakukan pengembangan-
pengembangan sesuai dengan nilai-nilai lokal yang ada. Atau sesuai
dengan corak masyarakat dan kebudayaannya.
Perlu disadari karenan tren globalisasi, demokratisasi, teknologi
informasi dan komunikasi, serta yang lainnya, telah memberikan
tantangan sekaligus ancaman yang bersifat asimetris dan sulit
diprediksi. salah satu kondisi terkini yang perlu dihadapi bangsa
indonesia adlh dampak negatif dari era revolusi industri 4.0, serta situasi
terkini akibat dampak multidimensi dari pandemi covid-19 di seluruh
dunia termasuk Indonesia.
Perubahan akibat revolusi industri 4.0 akan melahirkan suatu
spektrum ancaman yang tidak pernah diduga sebelumnya seperti
ancaman siber (cyber threats), ancaman biologis (biological threats) dan
kesenjangan (inequaty threats).
Pada era digital ini dan di masa mendatang, perlu dituntut adanya
anggota polri yang cerdas pemolisiannya (Smart Policing). Smart
Policing ini bukan hanya sekadar penggunaan TIK, tetapi setiap anggota
Polri mampu jadi sosok Polisi (super cops).

Standar Kompetensi

Mengkreasi smart policing dalam pelaksanaan tupoksi Polri pada level


Nasional.

SMART POLICING 1
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pengantar

Dalam modul ini membahas materi yaitu pengertian smart policing,


tujuan smart policing, aspek-aspek smart policing, perbandingan smart
Policing Indonesia dengan negara lain, pengertian smart policing,
tujuan penerapan smart policing dalam pelaksanaan tugas Polri,
aspek-aspek smart policing dalam tupoksi Polri, strategi implementasi
smart policing dalam pelaksanaan tugas manajerial Polri dan faktor-
faktor yang mempengaruhi.
Tujuannya adalah agar peserta didik dapat mengevaluasi konsep smart
policing secara umum, mengevaluasi smart policing dalam
pelaksanaan tupoksi Polri dan mengevaluasi strategi implementasi
smart policing dalam pelaksanaan tugas manajerial Polri.

Kompetensi Dasar

1. Mengevaluasi konsep smart policing secara umum


Indikator Hasil Belajar:
a. Mengkritisi pengertian smart policing;
b. Menguji ketepatan tujuan smart policing;
c. Mengkoreksi kebenaran aspek-aspek smart policing;
d. Menilai perbandingan smart policing Indonesia dengan
negara lain.
2. Mengevaluasi smart policing dalam pelaksanaan tupoksi Polri.
Indikator Hasil Belajar :
a. Mengkritisi pengertian smart policing;
b. Menguji ketepatan tujuan penerapan smart policing dalam
pelaksanaan tugas Polri;
c. Mengkoreksi kebenaran aspek-aspek smart policing dalam
tupoksi Polri;
d. Mengkonstuksi strategi implementasi smart policing dalam
pelaksanaan tugas manajerial Polri;
e. Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi.
3. Mengevaluasi strategi implementasi smart policing dalam
pelaksanaan tugas manajerial Polri.

SMART POLICING 2
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Indikator Hasil Belajar:


a. Menguji ketepatan strategi implementasi smart policing
dalam pelaksanaan tugas manajerial Polri.
b. Menemukan model implimentasi (pilot project) smart
policing.

Materi Pelajaran

1. Pokok Bahasan:
Konsep smart policing secara umum.
Subpokok Bahasan:
a. Pengertian smart policing;
b. Tujuan smart policing;
c. Aspek-aspek smart policing;
d. Smart Policing Indonesia dengan negara lain.
2. Pokok Bahasan:
Smart policing dalam pelaksanaan tupoksi Polri.
Subpokok Bahasan:
a. Pengertian smart policing;
b. Tujuan penerapan smart policing dalam pelaksanaan tugas
Polri;
c. Aspek-aspek smart policing dalam tupoksi Polri;
d. Strategi implementasi smart policing dalam pelaksanaan
tugas manajerial Polri;
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi.
3. Pokok Bahasan:
Strategi implementasi smart policing dalam pelaksanaan tugas
manajerial Polri.
Subpokok Bahasan:
a. Ketepatan strategi implementasi smart policing dalam
pelaksanaan tugas manajerial Polri.
b. Model implimentasi (pilot project) smart policing.

SMART POLICING 3
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang smart
policing.
2. Metode Tanya jawab.
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang
disampaikan.
3. Metode Brainstorming (curah pendapat).
Metode ini digunakan untuk meng-eksplore pendapat peserta didik
tentang pemahaman awal materi yang akan dibahas.

Alat/Media, Bahan dan Sumber

1. Alat/media:
a. Panaboard.
b. Laptop.
c. LCD In focus.
d. Slide.
e. Spidol.
f. Flipchart.
2. Bahan:
Kertas Flipchart.
3. Sumber:
a. Lembar petunjuk penugasan (lembar merah).
b. Paparan pendidik.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal: 15 menit


a. Ketua kelas laporan tentang kesiapan peserta didik untuk
menerima palajaran.

SMART POLICING 4
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Pejabat senat yang ditunjuk memperkenalkan peserta didik


dan membacakan riwayat hidup pendidik secara singkat.
c. Pendidik memperkenalkan diri.
d. Pendidik menyampaikan kompetensi dan indikator hasil
belajar
2. Tahap inti: 215 menit
a. Pendidik menyampaikan materi tentang strategi pengelolaan
Kamtibmas.
b. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya/memberikan komentar terkait materi yang
disampaikan.
3. Tahap akhir: 20 menit
a. Penguatan materi :
Pendidik memberikan ulasan secara umum terkait dengan
materi pelajaran.
b. Cek penguasaan materi.
Pendidik mengecek penguasaan materi pembelajaran
dengan cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
didik.
c. Learning Point.
Pendidik merumuskan dan menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah disampaikan.

Tagihan / Tugas

Peserta didik mengumpulkan hasil essay terkait materi yang


disampaikan pendidik.

Lembar Kegiatan

Peserta didik membuat essay terkait materi yang disampaikan pendidik.

SMART POLICING 5
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN I
KONSEP SMART POLICING SECARA UMUM

1. Pengertian Smart Policing


Belum ada kesepakatan umum mengenai apa konsep smart
policing, yang perlu diperhatikan mengenai definisi ini adalah
inisiatif pemolisian yang cerdas dimaksudkan untuk memperbaiki
kinerja kepolisian. Ada beberapa pendapat mengenai smart
policing berikut ini:
a. Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin meminta Polri untuk
lebih inovatif dengan menerapkan teknologi, sains,
berbasis bukti, menggunakan pendekatan antar disiplin,
globalisasi yang didukung kemajuan TIK untuk mewujudkan
smart policing. Perkembangan teknologi yang cepat telah
mendorong transparansi sehingga informasi dapat tersebar
dengan cepat dan perkembangan masyarakat di era digital
semakin kompleks berdampak munculnya bentuk-bentuk
kejahatan baru dengan modus yang semakin canggih
dengan memanfaatkan TIK. Oleh karenanya, reformasi
birokrasi Polri perlu terus dilanjutkan bahkan dipercepat
sehingga harapan terwujudnya struktur Polri yang makin
profesional, humanis, bebas KKN, dan terpercaya dapat
segera terlaksana. Wapres menyebutkan kemampuan
personel Polri harus merata baik secara organisasi, sumber
daya manusia, standar operasi, maupun dukungan sarana
dan prasarana. Mampu mentransformasi pengetahuan,
mengelola sumberdaya, menjadi role model dan
berorientasi pada solusi. Pada akhirnya Polri menjadi
profesional, cerdas, berintegritas dan modern.
b. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo, mengatakan smart
policing merupakan keinginan sekaligus cita-cita dari Korps
Tri Brata. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai upaya
membangun birokrasi yang lebih lincah, responsif, dan
proaktif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Sejalan
dengan perkembangan teknologi digital 4.0, masyarakat
menuntut pelayanan Polri yang smart dan profesional,
mampu menghadapi tantangan dan perkembangan
masyarakat di era digital yang semakin kompleks.

SMART POLICING 6
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Menurutnya, reformasi birokrasi juga diperlukan untuk


meningkatkan kapasitas kelembagaan organisasi Polri yang
mampu memanfaatkan teknologi dan berinovasi, sehingga
memberikan layanan optimal bagi masyarakat dan negara.
Smart policing pada Polri diharapkan menciptakan sosok
yang profesional, cerdas, berintegritas, serta modern yang
dapat diimplementasikan diseluruh tingkatan mulai Markas
Besar Polri hingga ke satuan wilayahnya yang dilaksanakan
dengan capacity building pada personil Polri, baik pada soft
skills maupun hard skills, selanjutnya sosok pimpinan
dengan pola kepemimpinan yang cerdas, dan membangun
sistem operasional yang cerdas. Untuk itu, persiapan
sumber daya manusia (SDM) sangat penting dilakukan
dengan pemetaan kebutuhan dan persediaan personel
talenta Polri. Persiapan bagi SDM Polri juga dapat dilakukan
dengan menciptakan lingkungan yang kondusif sebagai
daya tarik mengakuisisi talenta (rekrutmen kader muda
personil Polri), serta pengembangan potensi minat dan
keahlian talenta, serta pembentukan kelembagaan talenta.
c. Kapolri saat ini Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo,
M.Si menyampaikan kebijakan Tranformasi Menuju Polri
Yang Presisi yang diperkenalkan sebagai Polri Presisi.
Presisi merupakan smart policing yang prediktif,
responsibilitas, transparansi dan berkeadilan. Makna kata
presisi dalam hal ini adalah tepat atau akurat, dapat juga
dikaitkan dengan prima yang unsurnya adalah cepat,
tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah
diakses. Dari kata presisi ini dapat didalami sebagai wujud
pelayanan pada masyarakat demokratis apalagi di era
revolusi industri 4.0.
Polri membangun kepemimpinan 2021-2024 dengan
tagline transformasi POLRI PRESISI yang merupakan
abreviasi dari PREdiktif, responSIbilitas, dan transparanSI
berkeadilan. Konsep ini merupakan fase lebih lanjut dari
POLRI PROMOTER (PROfesional, MOdern, dan
TERpercaya) yang telah digunakan pada periode
sebelumnya, dengan pendekatan pemolisian berorientasi
masalah (problem oriented policing).
d. Menurut Nijkamp, dkk, (2011) Smart City didefinisikan
sebagai kota yang mampu menggunakan SDM, modal
sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern (Information
and Communication Technology) untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomiberkelanjutan dan kualitas kehidupan
yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang
bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi
masyarakat.

SMART POLICING 7
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Suatu daerah dikatakan sebagai smart region bertujuan


menciptakan lingkungan kehidupan yang lebih mudah
(easier), lebih nyaman (comfortable), lebih makmur
(wealthier), lebih aman (Safer), dan lebih sehat (healthier).
(Ahmadjayadi, dkk, 2016:8). Griffinger dkk (2007:10-14)
menjelaskan 6 (enam) dimensi dalam konsep smart city
sebagai dasar dari penerapan smart city yang kemudian
digunakan dalam menghitung indeks smart city 70 (tujuh
puluh) kota di Eropa.

2. Tujuan Smart Policing


Tujuan Smart Policing antara lain:
a. Membangun Program Smart Policing yang merupakan
model community policing yang proaktif dan problem solving
sebagai model pemolisian di era digital dengan berbasis
pada sistem on line yang dapat mengembangkan berbagai
model pemolisian seperti: a. E policing b. International
policing, c. Road safety policing d. Disaster policing e.
Emergency policing f. Art policing g. Paramilitary policing
dan sebagainya bisa dikembangkan dalam berbagai
konteks yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial
atau yang berkaitan dengan isu-isu penting yang terjadi di
dalam masyarakat.
b. Capacity Building sebagai salah satu upaya peningkatan
kualitas SDM lalu lintas menuju Polisi yang profesional,
modern dan terpercaya dengan membangun karakter
Petugas kepolisian serta memperbaiki dan meningkatkan
kualitas SDM Polantas melalui pendidikan dan latihan baik
soft skill maupun hardskill.
c. Pemimpin dengan kepemimpinannya yang cerdas
Pemimpin menjadi harapan adanya kemajuan, kesuksesan,
kemakmuran dari apa yang dipimpinnya. Pemimpin yang
cerdas dan kuat akan memberikan perlindungan dan rasa
aman bahkan bangga bagi yang dipimpinnya. Setidaknya
berbagai kerumitan dan kesusahan dapat teratasi atau ada
solusinya. Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yang
memiliki kemampuan mentransformasikan pengetahuan
dan mampu memberdayakan serta menggunakan sumber
daya yang ada, mampu menjembatani, mampu
menginspirasi, mampu memprediksi hingga memberi solusi.
Mencapai pemimpin yang cerdas bukanlah tiba-tiba atau
ditunjuk dari langit.

SMART POLICING 8
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yang sadar cinta


dan bangga serta bertanggung jawab mewujudkan mimpi
dan harapan-harapan yang ditujukan padanya menjadi
suatu kenyataan. Mencetak pemimpin cerdas boleh
dikatakan tidak ada cara yang baku.
Karena kecerdasan bagi pemimpin merupakan suatu
kemampuan mengolah otak otot dan hati nuraninya untuk
cinta bangga akan pekerjaannya dengan penuh kesadaran.
Tatkala dinyatakan sekolah sebagai pengkaderan bagi
calon pemimpin, maka core value pendidikan tersebut
adalah kesadaran. Timbul lagi pertanyaan, bagaimana
menanamkan kesadaran dan membangkitkannya?
Tentu saja hal yang rumit untuk menggugah otak dan hati
menjadi sesuatu yang positif bagi tumbuh dan
berkembangnya nilai-nilai patriotisme. Diperlukan adanya
keteladanan dari orang-orang yang menjadi ikon atau simbol
bagi perubahan atau kemajuan atau sebagai pejuang-
pejuang kemanusiaan. Cara melihat akan lebih mudah
mentrasformasikan nilai-nilai luhur.
Dengan demikian guru, instruktur, pamong, pembimbing,
moderator atau apa saja yang disebutnya dapat menjadi
ikon atau menjadi teladan. Apa yang dilihat dan dirasakan
akan menjadi inspirasi atau akan menjadi penyemangat
mencontoh atau setidaknya ada keinginan mengikuti
jejaknya.
Tidak mudah mencari orang-orang yang bermental hero
yang mampu menjadi ikon. Namun setidaknya apa yang
menjadi kata-kata unggulan mereka dapat diambil sebagai
kata-kata inspirasi yang memotivasi otak dan hati nurani
setiap pembacanya. Kata-kata mutiara dari tokoh dunia di
bidang apa saja juga akan menjadi jalan atau pembuka
jendela hati memahami sesuatu yang membuat adanya
kesadaran.
d. Sistem operasional yang cerdas (smart operation policing)
untuk mampu menghadapi dan mampu memberikan
pelayanan prima di dalam kondisi ekstrim sekalipun apa
yang di jabarkan pada point 1 2 dan 3 semua ada grand
strateginya, SOP penanganan hal-hal yang bersifat rutin
khusus maupun emergency bahkan bencana atau ha-hal
yang bersifat kontijensi dapat mengacu pada asta siap:
1) Siap pilun
Apa standar dan langkah-langkah yang dapat
dilaksanakan.

SMART POLICING 9
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Siap posko.
Sebagai pusat K3I.
3) Siap latihan sebagai bentuk pra operasi.
Latihan dapat dibuat untuk petugas posko, Petugas
lapangan (sesuai satgas yang dibuat), Bentuk latihan
dapat dibentuk skenario-skenario.

4) Siap cipta kondisi yang dapat diwujudkan pada jejaring


atau informan maupun kontak person yang dapat
membantu atau menjembatani.
5) Siap mitra.
Kesiapan kesigapan dan kesatuan langkah antar stake
holder dalam bertindak di lapangan.
6) Siap personel.
Yang akan ditugaskan di posko, di satgas maupun
pengaturan evakuasi penanganan dan pengaturan
bantuan dan sebagainya.
7) Siap sarpras.
Sarpras perorangan, Sarpras kelompok atau unit,
Sarpras kesatuan, Siap anggaran, Yang budgeter, Non
budgeter.
Membangun pemolisian yang cerdas di era digital
diperlukan merupakan solusi model pemolisian yang dapat
ditumbuh kembangkan dalam konteks masalah sosial dan
issue-Issue penting yang dihadapi kepolisian.
Dengan demikian petugas polisi mampu tetap eksis di
dalam kondisi normal khusus bahkan kontijensi yang
ekstrim sekalipun.
Polisi tetap sebagai penjaga kehidupan pembangun
peradaban sekaligus pejuang kemanusiaan. Kebijakan
yang cerdas menjadi landasannya, sehingga modernisasi
profesionalisme semua diupayakan terwujud dan
terpeliharanya keteraturan sosial adanya jaminan
keamanan dan rasa aman serta mampu meningkatkan
kualitas hidup masyarakat yang dilayaninya.

SMART POLICING 10
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Aspek-aspek Smart Policing


Kompetensi dalam memberikan pelayanan kepada publik secara
prima yang cepat, tepat, akurat, transparan akuntabel, informatif
dan mudah diakses dibutuhkan kesiapan pelayanan-pelayanan
kepolisian kepada publik dalam bidang pelayanan keamanan,
keselamatan, administrasi, informasi, hukum dan kemanusiaan.
Dalam era yang digerakkan oleh data, upaya-upaya pemolisian
perlu dan penting untuk menyesuaikan diri. Predictive policing
berada dalam dinamika ini, yakni pemolisian berbasis data untuk
melakukan prakiraan, sekaligus mengambil aksi yang dapat
merubah suatu outcome ke arah yang diharapkan.
Namun demikian, literatur yang ada lazimnya mendiskusikan
predictive policing dalam dimensi mikro yang bersifat teknis.
Bahan ajar ini mengisi celah yang kurang mendapat perhatian
literatur, yaitu diskusi mengenai dimensi meso dan makro-
masing-masing yang berkarakter taktis dan strategis. Dengan
begitu, perspektif yang lengkap dan integratif dapat
disumbangkan pada wacana predictive policing.
Era ini adalah era data. Sektor swasta maupun publik dituntut
untuk membangun dan menggerakkan kebijakannya di atas data.
Bahkan, dalam banyak situasi yang tergolong sebagai wicked
problems di mana solusi optimal sukar ditemukan (Veenstra
dan Kotterink, 2017), data amat dibutuhkan sebagai tongkat
pembimbing ke arah solusi yang dibutuhkan. Data-driven
policy kini menjadi tuntutan yang tak terelakkan untuk menjadi
praktik baku dalam beragam entitas organisasi.
Data juga telah memasuki arena ilmu dan kebijakan
kepolisian. Dalam beberapa tahun belakangan ini, kepustakaan
ilmu dan kebijakan kepolisian diwarnai oleh beragam metodologi
baru yang bertumpu di atas data-salah satu di antaranya adalah
predictive policing.
Bahan ajar ini secara khusus melakukan observasi literatur atas
konsep predictive policing. Lazimnya, predictive policing
didiskusikan dalam dimensi mikro pencegahan kejahatan yang
bersifat teknis. Tayebi dan Glasser (2017, p.2), misalnya,
menyebut "predictive policing uses data science to identify
potential targets for criminal activity with the goal of crime
prevention." Dalam Criminal Futures: Predictive Policing and
Everyday Police Work, Egbert dand Leese (2021, p.3) juga
menyebut hal-hal teknis, "Predictive policing . . . involves police
officers, morning briefings, patrol cars, election campaigns, data
protection, and gut feelings as much as it involves data and
algorithms."

SMART POLICING 11
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Namun demikian, bahan ajar ini memandang dimensi mikro


tidaklah cukup. Ini sebagaimana Egbert dan Leese (2021, p.3)
juga menyatakan, "Studying predictive policing as a socio-
technical system means to pay attention to a multiplicity of
technical, human, organizational, cultural, political, ethical, legal,
and-not least- economic elements that matter in the production
and prevention of criminal futures." Jadi, ada area lain di luar
dimensi mikro. Oleh karenanya, bahan ini juga hendak menaikkan
tantangan pemikiran tentang konsep predictive policing ke
dimensi yang lebih luas, yakni dimensi meso dan makro, yang
praktis kosong dalam kepustakaan ilmu kepolisian. Jika dimensi
mikro bersifat teknis, dimensi meso dan makro masing-masing
bernilai taktis dan strategis.
Dengan begitu, tulisan ini hendak menyumbang pembentukan
khasanah predictive policing yang lebih komprehensif- sekaligus
juga terintegrasi. Makna kata presisi adalah tepat atau akurat,
dapat juga dikaitkan dengan prima yang unsurnya adalah
cepat, tepat, akurat, transparan akuntabel, informatif dan mudah
diakses. Dari kata presisi ini dapat didalami sebagai wujud
pelayanan pada masyarakat demokratis revolusi industri 4.0. Hal
tersebut dijabarkan dalam implementasi yang prediktif atau dapat
dikatakan visioner, proaktif, antisipatif dan solutif (problem
solving).
Responsibilitas dapat dikatakan sebagai tindakan yang peka
peduli dan berbelarasa atas sesuatu yang pada konteks ini adalah
yang berkaitan dengan gangguan kamtibmas atau terganggunya
keteraturan sosial. Transparan maknanya adalah bekerja terukur
dapat dilihat dan dipertanggung jawabkan secara moral, secara
hukum, secara administratif dan secara fungsional.
Adapun makna humanis konteks pemolisian dapat dipahami
polisi mampubmewujudkan sebagai penjaga kehidupan,
pembangun peradaban sekaligus pejuang kemanusiaan. Tatkala
kita melihat hal tersebut secara holistik presisi secara harafiah
maupun akronimnya dapat dikatakan smart. Makna smart pada
pemolisian adalah profesional, cerdas, bermoral dan modern
yang semua itu fungsional.
Tatkala berbicara fungsi maka ada standardization of work
input, standardization of work process dan standardization of
work out put. Smart policing sendiri akan dapat dijabarkan melalui
model model pemolisian yang berbasis wilayah, berbasis fungsi
dan berbasis dampak masalah.
Dalam konteks kekinian dan dalam masyarakat yang
muktikultural maka model-model pemolisian dapat bervariasi
antara satu daerah dengan daerah lainnya sesuai demgan corak
masyarakat dan kebudayaannya.

SMART POLICING 12
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Dan model community policing sebagai basis dari konteks


pengembangan pemolisian lainnya. Sejalan dengan hal di dalam
masyarakat yang demokrasi maka pemolisian adalah berbasis
dan menuju pada:
a. Supremasi hukum.
b. Memberikan jaminan dan perlindungan HAM.
c. Transparansi.
d. Akuntabel.
e. Berorientasi pada peningkatan kualitas hidup atau humanis.
f. Adanya pembatasan dan pengawasan kewenangan
kepolisian.

Di era digital era revolusi industri 4.0 yang menuju masyarakat 5.0
maka sistem elektoronik atau sistem-sistem on line yang berbasis
back office, aplication dan network yang semuanya berbasis pada
artificial intellegence dan internet of thing yang dapat ditunjukkan
melalui algoritma yang berupa infografis, info statistik, info virtual
yang real time yang dapat diakses secara on time maupun any
time. Semua itu merupakan prediksi antisipasi dan solusi. Itu yang
menjadi landasan pengembangan E policing. Di masa pandemi
covid 19 ini menghantam kemanusiaan yang paling mendasar
sebagai mahkluk sosial.
Masalah biologi ini memerlukan kemampuan forensik
pengembangan forensic policing menjadi kebutuhan di era new
normal. Tatkala kita kembali pada konteksfungsi Polisi sebagai
pelayan pelindung pengayom dan penegak hukum dapat
dipahami:
a. Menjadi pelayan ini bermakna profesional yang artinya ahli
dan sudah selesai dengan dirinya.
b. Konteks melindungi adalah mampu membangun sistem
penjagaan pengaturan pengawasan dan penanganan
keteraturan sosial (Kamtibmas) secara manual secara cyber
atau virtual atau elektronik maupun secara forensik.
c. Konteks mengayomi adalah polisi mampu menjadi ikon
menjadi simbol sebagai penjaga kehidupan, pembangun
peradaban sekaligus sebagai pejuang kemanusiaan.
d. Polisi sebagai penegak hukum dan keadilan karena polisi
adalah penegak hukum yang hidup. Prinsip kepolisian
menegakkan hukum adalah:
1) Menyelesaikan konflik secara beradab.
2) Mencegah agar tidak terjadi konflik yang lebih luas.
3) Melindungi mengayomi warga masyarakat yang
menjadi korban dan para pencari keadilan.

SMART POLICING 13
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Sebagai upaya membangun budaya tertib.


5) Supaya ada kepastian.
6) Merupakan bagian edukasi. Tatkala dikatakan
penegak keadilan polisi dapat mengambil tindakan lain
atas hukum atau perundang-undangan yang berlaku
pada saat menegakkan hukum tidak dapat
diketemukan rasa keadilan atau kemanusiaan dalam
konteks diskresi, alternative dispute resolution maupun
restorative justice.
Polisi dalam melakukan pemolisiannya ada pada ranah
birokrasi maupun ranah masyarakat. Dalam ranah birokrasi
dapat dilihat pada:
1) Kepemimpinan.
2) Administrasi.
3) Operasional.
4) Capacity building.
Pada ranah masyarakat dapat dikategorikan:
1) Kemitraan.
2) Pelayanan publik.
3) Problem solving.
4) Networking.

4. Smart Policing Indonesia Dengan Negara Lain


Pada kepolisian 5 (lima) negara besar (Amerika Serikat, Inggris,
Kanada, Australia dan Jepang) menemukan tentang
ketidakefektifan pelaksanaan tugas Polisi. Pertama, bahwa
kurangnya hubungan antara angka kejahatan dengan jumlah
personil Polisi, Perubahan jumlah personil dalam suatu skala
praktis tertentu, ternyata tidak akan mempunyai dampak pada
kejahatan. Kedua, tentang tiga strategi inti kegiatan kepolisian
kontenporer berupa patroli jalan, tanggap cepat terhadap
pengaduan darurat dan penelitian kejahatan oleh detektif. Dalam
penelitian tersebut jumlah patroli di jalan tak berpengaruh
terhadap kejahatan, inisiatif polisi untuk mengurangi waktu
menanggapi laporan kejahatan melalui tanggap cepat melalui
pengaduan darurat tidak bermakna melalui faktor di luar
penguasaan polisi yaitu berupa waktu yang diperlukan korban
atau saksi untuk melapor ke polisi, yang terakhir angka kejahatan
tidak terpengaruh dari angka keberhasilan polisi dalam
penyelesaian (penangkapan) kejahatan.

SMART POLICING 14
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Contoh smart policing di negara:


Amerika:
Sebagai informasi, di Amerika Serikat, di dalam Hukum Federal
mewajibkan siapapun yang membeli senjata dari penjual senjata
api yang berizin harus lulus pemeriksaan latar belakang kriminal
yang diajukan ke sebuah sistem.
Sistem tersebut adalah Sistem Pemeriksaan Latar Belakang
Kriminal Instan Nasional (NICS) FBI.
Korea :
Dengan jumlah keluhan kejahatan yang diajukan sangat
mengejutkan setiap tahun, tugas menangkap sejumlah penjahat
internet menjadi prioritas utama bagi penegakan hukum Korea
Selatan.
Jumlah kasus yang diajukan setiap tahun di Korea Selatan
menakutkan — 118,000 keluhan pada tahun 2015 dan 121,000
pada tahun 2016. Kasus yang banyak memacu Agensi Polisi
Nasional Korea (KNPA) untuk bekerja dengan institusi lokal dan
penegakan hukum internasional untuk menyelidiki kejahatan,
kata Hyeon Yu, Profesor investigasi kejahatan cyber di Akademi
penyelidikan polisi Korea.
“Kami mempunyai cukup banyak kejahatan cyber yang terjadi di
Korea sekarang, dan itu semakin meningkat,” kata Yu. “Jadi, kami
pasti harus memiliki kemampuan yang tepat untuk menangani
kejahatan cyber yang diantisipasi pada masa depan.”
Yu menempatkan ransomware, seperti WannaCry serangan virus
terbaru kononnya diluncurkan dari Korea Utara, dan cyber
penipuan di bagian atas daftar kejahatan cyber di negaranya.
Ransomware memberikan tantangan terbesar yang Yu dan
rekan-rekannya menghadapi, katanya. Sampai pelaku
diidentifikasi dan ditangkap, polisi cyber mempunyai beberapa
pilihan untuk memperbaiki gangguan yang disebabkan oleh
mereka.
“Pilihan kami adalah biasanya baik untuk bernegosiasi dengan
hacker atau mengembalikan sistem dengan sistem operasi baru
dan perangkat lunak baru,” kata Yu. “Kita tidak memiliki pilihan
lain kecuali itu. Itu adalah masalah paling serius hari ini di Korea.”
Yu berbicara lebih optimis tentang penipuan cyber domestik, yang
paling sering melibatkan situs lelang online. Penipuan dilakukan
di situs lelang sah oleh penjual yang tidak jujur dan situs lelang
palsu yang dirancang agar terlihat seperti otentik yang mana
transaksi tidak nyata. Penipuan memikat pengunjung untuk
membayar untuk barang-barang yang tidak ada.

SMART POLICING 15
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Munculnya kejahatan cyber pada awal 1990-an mengakibatkan


pembentukan khusus di bagian dalam KNPA, kemudian upgrade
ke status Departemen dan baru-baru ini menjadi Biro
Penyelidikan Kejahatan Cyber, Yu menambahkan.
“Ketika cyber penipuan terjadi pada situs terletak di Korea Selatan
bukan di Korea Utara kami dapat benar-benar melakukan sesuatu
untuk mengejar penjahat-penjahat ini,” kata Yu.
Dalam kasus dimana sumber kejahatan berasal dari luar negeri,
Biro Yu biasanya bekerja dengan Komplex Global Interpol untuk
inovasi (IGCI), yang berfungsi sebagai koordinator untuk
penyelidikan kasus cyber internasional. IGCI dapat
memperkerjakan polisi negara-negara lain atau mengatur untuk
detektif Korea bepergian ke luar negeri untuk menyelidiki. Yu
menghabiskan tiga tahun bekerja di IGCI di markas Singapura.
Biro ini juga bekerja sama dengan badan keamanan informasi
Korea (KISA), kata Yu. (Digambarkan: Anggota KISA menyelidiki
serangan-serangan cyber dari kantor mereka di Seoul, Korea
Selatan.)
Filipina:
Isu Narkotika dan Obat–obatan Berbahaya (Narkoba) telah
meresahkan banyaknegara di dunia, tak terkecuali negara-
negara di kawasan Asia Tenggara. Hal inidikarenakan Asia
Tenggara mempunyai letak yang strategis dan memiliki negara-
negara berkembang di dalam kawasan tersebut. Sehingga
menjadikannya sebagaikawasan yang rentan dan menjadi jalur
perdagangan Narkoba internasional.Untuk jenis opium
penggunaannya sudah lama dikenal pada beberapa negara di
AsiaTenggara dan salah satunya yaitu Filipina.
Keberadaan Narkoba di Filipina terus-menerus disalahgunakan
oleh masyarakat Filipina. Presiden yang menjabat di Filipina pun
terus berupaya agar kasus tersebut dapat teratasi. Upaya-upaya
yang dilakukan belum sepenuhnya berhasil hingga saat Duterte
menjabat sebagai presiden ke-16. Dengan banyaknya jumlah
pengguna narkoba yang ada, maka Duterte melaksanakan janji
yang dikatakan saat berkampaye sebelum menjadi presiden yaitu
akan memberantas penyalahgunaan Narkoba di Filipina secara
tegas.
Cara pemberantasan narkoba yang dilakukan yaitu dengan
memberlakukan kembali 9 pasal Republic Act 9145 yang
berisikan hukuman penjara seumur hidup sampai hukuman mati
serta denda senilai 500.000 peso sampai 10.000.000 peso bagi
para penyalah gunaan narkoba. Jenis narkoba yang dilarang
penggunaannya dan terdapat di dalam Republict Actno. 9165
yaitu: opium, morfin, heroin, kokain atau kokain hidroklorida,
shabu, ganja, ekstasi, dan obat-obatan yang dirancang atau yang
SMART POLICING 16
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

baru di perkenalkan dan turunannya. Duterte juga memerintahkan


kepada pihak kepolisiandan warga sipil yang ingin memberantas
para penyalahgunaan narkoba untuk menembak mati para
penyalahgunaan narkoba yang menolak untuk ditahan.
Selain itu Duterte memerintahkan kepada pihak kepolisian agar
dapat menembak mati tersangka penyalahgunaan narkoba jika
melakukan perlawanan saat dilakukannya penangkapan.
Pemberlakuan tersebut juga diberlakukan kepada warga sipil
yang ikutmemberantas para penyalahgunaan narkoba.
Penembakan di tempat yang diterapkan merupakan cerminan
sikap tegas Duterte dalam memberantas penyalahgunaan
narkoba.
India:
Pemerintah India mulai membangun sistem pengawasan yang
menggunakan sistem teknologi informasi untuk mengurangi
tingkat pemerkosaan. Langkah yang disambut beragam oleh para
aktivis perempuan.
Sebuah komite pengaduan yang ditugaskan memberi
rekomendasi tentang cara-cara mengurangi kekerasan terhadap
para perempuan di India menyarankan perbaikan sistem
transportasi publik.
Tiga belas bulan kemudian dan setelah lebih banyak lagi kasus
pemerkosaan lainnya, pemerintah India, awal tahun ini menyusun
rencana untuk melaksanakan rekomendasi tersebut. Dengan
dana awal 15 juta dollar, rencana itu termasuk memasang
pelacak GPS, CCTV, dan fasilitas telepon darurat di semua
transportasi publik di 32 kota yang berpenduduk lebih dari satu
juta jiwa.
Menurut Komite Kabinet Urusan Ekonomi CCEA, pemerintah
mengusulkan “membangun sistem terpadu di tingkat nasional
dan negara bagian di 32 kota berpenduduk lebih dari satu juta
jiwa, selama dua tahun ke depan.” Rencana itu ”dirumuskan
dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan dan
perlindungan atas para perempuan dari kekerasan dengan
menggunakan teknologi informasi. Pemerintah telah memasang
CCTV di hampir semua perempatan. Tapi hampir semua kamera
ini, entah tidak berfungsi atau kualitasnya buruk. Juga, patroli
polisi sangat tidak memadai sehingga perempuan dilecehkan dan
diserang bahkan di siang bolong. Di mana mekanisme untuk
memastikan bahwa seluruh peralatan dalam kondisi bekerja
dengan baik.
Ini akan menjadi langkah pertama membuat jalanan lebih aman
bagi perempuan,” kata Kirthi Jayakumar, seorang pengacara
yang berkampanye melawan kekerasan atas perempuan. ”Itu
akan menguntungkan perempuan dengan dua cara – membuat

SMART POLICING 17
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

ruang yang aman bagi mereka dan juga membuat lebih banyak
jenis pekerjaan tersedia bagi perempuan – karena sistem
pengawasan ini sendiri akan membutuhkan banyak tenaga kerja.
Singapura:
Kota cerdas sesungguhnya adalah pranata, tools, atau
infrastruktur kota, untuk menciptakan ubiquotus city, yaitu kota
berbasis teknologi. Kecerdasan (smartness) sebuah kota,
menurut Bernardus, sejatinya bukan tujuan, melainkan
perencanaan dan manajemen kota yang mengakomodasi ruang
hidup nyaman, aman, dan berkelanjutan.
Investasi teknologi untuk mengubah perilaku warga kota tidaklah
kecil. Seperti halnya kota-kota yang lebih dulu menerapkan
teknologi macam Singapura, Barcelona, Songdo, Incheon,
Eidhoven, dan lain-lain, wali kota di Indonesia harus
menyelaraskan produk rencana kota, pelaksanaan
pembangunan, program revitalisasi dan partisipasi swasta secara
harmonis. Singapura bisa menjadi contoh paling baik dan paling
dekat. Kota ini memerlukan satu generasi untuk sampai pada
efisiensi dan efektivitas tingkat tinggi. Produk perencana kota,
pelaksanaan pembangunan, program revitalisasi, dan partisipasi
swastanya berjalan seiring.
General Manager Marketing Keppel Land, Albert Foo,
mengatakan, Pemerintah Singapura membuka kesempatan luas
untuk swasta mengembangkan sebuah kawasan dalam yurisdiksi
yang jelas dan terencana dengan baik. Untuk mengembangkan
Marina Keppel Bay, misalnya. pusat bisnis atau central business
district (CBD) baru itu harus mengikuti dan menerapkan betul
urban development guide lines (UDGL). Dengan begitu, kecil
peluang terjadinya malpraktik konstruksi yang akan menimbulkan
masalah seperti banjir, macet, atau tumpang tindih peruntukan.
"Di sini segala sesuatunya sudah jelas dan terukur, termasuk
membangun reklamasi untuk CBD baru agar tidak terjadi
malpraktik konstruksi yang berpotensi menimbulkan banjir,
macet, atau kerusakan lingkungan."
Singapura hingga saat ini memiliki 1.600 aplikasi sistem kota
cerdas menyangkut layanan publik, mulai transportasi,
keamanan, kebersihan, pendidikan, kesehatan, pusat belanja,
hotel, hingga rancangan-rancangan induk terkait pengembangan
perkotaan. Semua bisa diakses dengan mudah, cepat dan efisien.

SMART POLICING 18
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN II
SMART POLICING DALAM PELAKSANAAN
TUPOKSI POLRI

1. Pengertian Smart Policing


Untuk menghadapi tantangan tugas yang semakin kompleks,
Polri harus terus meningkatkan SDM-nya. Selain itu, perubahan
pola pelayanan kepolisian harus lebih mengedepankan tindakan
yang humanis kepada masyarakat secara proaktif dan preventif.
Dalam bidang penegakan hukum, Polri harus senantiasa
meningkatkan profesionalisme dan transparansinya kepada
masyarakat sehingga tujuan penegakan hukum dapat dicapai.
Karena itu, sebagai calon pimpinan Polri di masa depan, kita
harus bisa menyiapkan diri sebaik-baiknya dengan bekal ilmu
pengetahuan dan keterampilan untuk dikembangkan secara lebih
optimal agar memiliki kontribusi tidak hanya pada diri sendiri,
tetapi yang lebih penting adalah untuk bangsa dan negara.
Kontribusi kita sebagai anggota Polri sangat diperlukan untuk
mendukung keberlangsungan pembangunan nasional.
Fenomena global yang penuh dengan perubahan, penuh dengan
kecepatan, resiko, kompleks, dan penuh dengan kejutan-kejutan
yang sering jauh dari kalkulasi dan prediksi membuat setiap
pemimpin harus senantiasa mencari sebuah model, nilai dan cara
baru dalam mencari solusi terhadap problematika yang dihadapi
melalui inovasi-inovasi yang positif.
Apalagi di era revolusi industry 4.0 seperti sekarang ini. Sebelum
membahas mengenai dampak revolusi industry 4.0 kepada
situasi Kamtibmas, ada baiknya untuk menyampaikan sekilas
mengenai awal mula revolusi industry 4.0 terlebih dahulu yang
dicetuskan pertama kali oleh sekelompok perwakilan ahli di
berbagai bidang asal Jerman pada tahun 2011 pada acara
Hannover Trade Fair.
Pada event tersebut, dipaparkan bahwa industry pada saat ini
telah memasuki inovasi baru, dimana proses produksi yang telah
berubah pesat. Hal tersebut direspon oleh pemerintah Jerman
dan gagasan tersebut dikaji oleh kelompok khusus yang
membahas mengenai penerapan industry 4.0.
Pada tahun 2015, Kanselir Jerman, Angella Merkel mengenalkan
gagasan revolusi industry 4.0 pada acara World Economic Forum
(WEF) dan disambut oleh akademisi, pemerintah Negara lain
serta pebisnis untuk meneliti revolusi industry 4.0. Konsep

SMART POLICING 19
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

revolusi industry 4.0 menerapkan konsep automatisasi yang


dilakukan oleh mesin dan meminimalisir tenaga manusia dalam
pengaplikasiannya.
Hal tersebut tentu menjadi cara bagi pelaku industry demi
efisiensi waktu. Penerapan di pabrik-pabrik di kenal dengan istilah
smart factory. Tidak hanya itu, di era revolusi industry,
pengambilan ataupun pertukaran data dapat dilakukan on time
saat dibutuhkan melalui jaringan internet sehingga setiap pihak
yang berkepentingan kapan saja dan dimana saja dapat
mengakses data dan informasi secara update selama terhubung
dengan internet.
Hal tersebut sebelumnya tidak pernah ada di era industry
sebelumnya, dimana pada era revolusi industry saat ini, terdapat
banyak inovasi baru diantaranya Internet of Things (IoT), big data,
percetakan 3D, Artificial Intelligence (AI), kendaraan otonom,
teknologi robotika, dan rekayasa genetika. Perkembangan
tersebut tentu akan memiliki implikasi terhadap tugas pokok Polri
dan pemerintah.
Melihat fenomena tersebut, maka pemerintah khususnya Polri
harus terus melakukan inovasi dengan melakukan perubahan
pelayanan konvensional yang lama dan berbelit-belit berubah
menjadi pelayanan digital e-governmen untuk mempercepat
akses dan mengefisienkan biaya serta waktu. Berbagai
pelayanan kepolisian semakin ditingkatkan dengan pendekatan
digital seperti e-samsat, SIM online, SKCK online, SMART SIM,
E-Tilang dan lain sebagainya.
perlunya memanfaatkan cyber-physycal systems. Di era revolusi
industry seperti sekarang ini, kebutuhan personel yang memiliki
keahlian khusus sangat diperlukan dalam rangka
mengimplementasikan cyber-physycal systems yang
memungkinkan terhubungnya alat yang berbentuk fisik dengan
jaringan internet.
Cyber-physycal systems bagi dunia kepolisian dapat digunakan
untuk membangun suatu jaringan keamanan dengan
memanfaatkan jaringan internet, sensor dan actuator yang
kemudian dapat dikembangkan menjadi berbagai layanan cerdas
seperti smart energy, smart services, smart facilities, smart
policing, dan lain sebagainya.
Pengembangan cyber-physycal systems bagi dunia kepolisian
harus diteliti dan dikembangkan terkait diversifikasi model serta
pendekatan yang ideal untuk melakukan perubahan sehingga
cyber-physycal systems menjadi maksimal bagi pelayanan
kepolisian dengan memanfaatkan jaringan internet.

SMART POLICING 20
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Tujuan Penerapan Smart Policing Dalam Pelaksanaan Tugas


Polri
Sejalan dengan perkembangan teknologi digital 4.0, masyarakat
menuntut pelayanan Polri yang smart dan profesional, mampu
menghadapi tantangan dan perkembangan masyarakat di era
digital yang semakin kompleks.
Smart policing pada Polri diharapkan menciptakan sosok yang
profesional, cerdas, berintegritas, serta modern yang dapat
diimplementasikan diseluruh tingkatan mulai Markas Besar Polri
hingga ke satuan wilayahnya.
Smart policing merupakan keinginan sekaligus cita-cita dari Korps
Tri Brata. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai upaya
membangun birokrasi yang lebih lincah, responsif, dan proaktif
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. “Kemudian
dilaksanakannya capacity building pada personil Polri, baik pada
soft skills maupun hard skills, selanjutnya sosok pimpinan dengan
pola kepemimpinan yang cerdas, dan membangun sistem
operasional yang cerdas," katanya. Untuk itu, katanya, persiapan
sumber daya manusia (SDM) sangat penting dilakukan dengan
pemetaan kebutuhan dan persediaan personel talenta Polri.
Menurutnya, persiapan bagi SDM Polri juga dapat dilakukan
dengan menciptakan lingkungan yang kondusif sebagai daya
tarik mengakuisisi talenta (rekrutmen kader muda personil Polri),
serta pengembangan potensi minat dan keahlian talenta, serta
pembentukan kelembagaan talenta.
Kompetensi dalam memberikan pelayanan kepada publik secara
prima yang cepat, tepat, akurat, transparan akuntabel, informatif
dan mudah diakses dibutuhkan kesiapan pelayanan-pelayanan
kepolisian kepada publik dalam bidang:
a. Pelayanan keamanan.
b. Pelayanan keselamatan.
c. Pelayanan administrasi.
d. Pelayanan informasi.
e. Pelayanan hukum.
f. Pelayanan kemanusiaan.
Konteks pelayanan-pelayanan tersebut disiapkan atau dimana
pada ranah birokrasi maupun pada ranah masyarakat. Model-
model pemolisian dengan pendekatan yang berbasis wilayah,
berbasis fungsional hingga yang berbasis dampak masalah
menjadi suatu ikon pelayanan prima yang dibangun dalam
e-policing atau pemolisian berbasis elektronik.

SMART POLICING 21
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Upaya-upaya yang dilakukan dalam e-policing adalah


membangun big data menuju one gate service system. Semangat
dari pelayanan kepolisian adalah proaktif, problem solving,
mengutamakan pencegahan, pemberdayaan dan
mengintegrasikan berbagai stakeholder, dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Selain itu keberadaan polisi mampu
menjadi ikon atau simbol polisi yang cerdas.
Membangun pemolisian yang cerdas (smart policing) di era digital
diperlukan political will yang cerdas. Kebijakan yang cerdas
adalah kebijakan yang visioner dan mampu mengantisipasi dan
dikembangkan menjadi solusi. Kebijakan ini menjadikan suatu
tonggak inspirasi yang merupakan prinsip-prinsip mendasar dan
berlaku umum. Satu prinsip seribu gaya. Bagi anak buahnya
dapat melakukan pengembangan-pengembangan sesuai dengan
nilai-nilai lokal yang ada. Atau sesuai dengan corak masyarakat
dan kebudayaannya.
Electronic policing (e-policing) yang merupakan pemolisian di era
digital yang dapat mendukung pelayanan kepolisian yang prima
yaitu: cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif dan
mudah diakses. e-policing dapat dipahami membawa community
policing pada sistem online. E-policing bisa menjadi strategi
inisiatif anti korupsi, reformasi birokrasi dan creative break
through. dikatakan sebagai inisiatif antikorupsi karena
meminimalisir bertemunya person to person dalam pelayanan-
pelayanan kepolisian di bidang administrasi karena sudah dapat
digantikan secara online melalui e-banking, atau melalui ERI
(electronic registration and identification) dan sebagai reformasi
birokrasi karena dapat menerobos sekat-sekat birokrasi yang
rumit yang mampu menembus ruang dan waktu misalnya tentang
pelayanan informasi dan komunikasi melalui internet, dan
hubungan tata cara kerja dalam birokrasi dapat diselenggarakan
secara langsung dengan smk (standar manajemen kinerja) yang
dibuat melalui intranet/internet juga sehingga menjadi less paper
dan sebagainya.

3. Aspek-aspek smart policing dalam tupoksi Polri


a. Smart Policing dengan Modernisasi Sumberdaya
Perkembangan revolusi industri 4.0 tentunya mempunyai
dampak terhadap berbagai faktor kehidupan, industri,
sumber daya manusia, organisasi, kejahatan dan
sebagainya. Pada dasarnya dunia berubah, apakah orang
mengetahui atau tidak, revolusi industri 4.0 akan
mempengaruhi umat manusia. Teknologi otomatisasi,
mobile computing dan artificial intelligence tidak lagi

SMART POLICING 22
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menjadi konsep yang futuristik, tetapi telah menjadi


kenyataan.
Menurut Keywell (2017) dalam tulisannya “The Fourth
Industrial Revolution Is About People,Not The Rise of The
Machine” yang melihat dampak strategis dan penting untuk
memberdayakan SDM karena perubahan budaya kerja,
sikap dan perilaku, pengetahuan dan keterampilan, serta
metode kerja yanG dibutuhkan dalam menghadapi
perkembangan revolusi industri 4.0. Menurutnya bahwa
revolusi industri terdapat 4 fase yaitu pertama dimulai tahun
1800 telah berevolusi dari menggunakan tangan dan
kekuatan otot menuju penggunaan mesin. Revolusi industri
fase kedua sekitar 1900 dimulai dengan produksi masa oleh
Henry Fords yang muncul dengan perubahan dalam matrial
dasar dan sumber energi seperti uap, batubara, besi, baja,
listrik, petreleom, dan kimia yang digunakan untuk proses
produksi.
Revolusi industri fase ketiga sekitar 1970, mulai
menggunakan mesin yang dapat diprogram sehingga
teknologi elektrik dan mesin mulai, diganti dengan teknologi
digital. Revolusi industri baru 4.0 dapat dideskripsikan
sebagai meningkatnya jumlah digitisasi melalui seluruh
“value chain”, dan kemungkinan menstrukturkan transfer
data antara manusia, obyek dan sistem.
b. Smart Policing Dengan Sistem Informasi Kepolisian
Terintegrasi
Modernisasi Kepolisian harus dipahami sebagai suatu
upaya Polri yang dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan untuk selalu meningkatkan kemampuan
Kepolisan Republik Indonesia yang meliputi aspek
manajemen operasional kepolisian dan manajemen
pembinaan kepolisian.
1) Masalah Keamanan "Never Ending Problem"
Dalam teori Maslow kebutuhan keamanan merupakan
kebutuhan dasar setiap individu. Dalam
perkembangannya kebutuhan keamanan telah
bertransformasi menjadi kebutuhan kolektif baik
keluarga, komunitas, warga, masyarakat, bangsa
maupun antar bangsa (masyarakat dunia).
Demikian pula aspek-aspek yang menjadi domain dari
diskursus keamanan meliputi aspek yang lebih
kompleks. Kompleksitas permasalahan keamanan
lahir sebagai implikasi dari berbagai kondisi yang ada
di dalam lingkungan sosial kemasyarakatan.

SMART POLICING 23
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kita bisa memahami masalah keamanan dapat lahir


dari hubungan sebab dan akibat dari ledakan populasi
masyakat yang semakin hari semakin banyak dan
beraneka ragam yang dihadapkan dengan
keterbatasan sumber daya dukung populasi ,
kompetisi antar populasi, maupun aspek-aspek lain
yang berhubungan dengan bagaimana cara populasi
itu tetap eksisten dalam dunia yang serba terbatas.
Masalah keamanan adalah never ending problem dan
selalu ada di setiap zaman atau orde, semakin hari
semakin kompleks tidak saja pada aspek yang muncul
tetapi pada aspek kenapa dan bagaimana masalah
tersebut dapat terjadi.
2) Sejarah Modernisasi Kepolisian di Dunia
Sejarah organisasi kepolisian di berbagai belahan
dunia juga mengalami proses modernisasi sebagai
jawaban dari meningkatnya kebutuhan atas kehadiran
dan kesiapan petugas kepolisian di tengah-tengah
kehidupan masyarakat.
Modernisasi selalu dihubungkan juga dengan
kebutuhan kehadiran organisasi kepolisian yang
bekerja tidak saja untuk kepentingan masyarakat lokal
tetapi juga kepentingan nasional dan internasional.
Modernisasi juga dihubungkan dengan aspek waktu
yaitu kebutuhan kehadiran organisasi kepolisian yang
bekerja tidak saja untuk kepentingan saat ini tetatpi
juga untuk kepentingan masa depan masyarakat,
bangsa, negara dan masyarakat internasional.
Modernisasi Kepolisian di dunia manapun setidak
tidaknya menyentuh 3 (tiga) aspek utama dalam
mewujudkan organisasi kepolisian yang modern yaitu
modernisasi di dalam aspek manajemen kepolisian,
teknologi kepolisian dan strategi pemolisian.
Modernisasi di bidang manajemen kepolisian dan
teknologi kepolisian mensyaratkan perubahan
paradigma, strategi dan juga aspek-aspek teknis yang
berhubungan dengan penataan organisasi dan
penyiapan sumber daya kepolisian yang didukung
peran teknologi tinggi dalam mewujudkan organisasi
kepolisian yang profesional, efektif, efisien dan
modern dalam era millenium ke III.
Sedangkan modernisasi strategi pemolisian untuk
mewujudkan perilaku dan budaya organisasi
kepolisian yang adaptif dengan perkembangan zaman

SMART POLICING 24
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dalam mencapai manfaat kepolisian di dalam


masyarakat yang tidak saja mencegah dan
memerangi kejahatan tetapi juga bermanfaat bagi
peradaban dan keberlangsungan kehidupan.
3) Penataan Organisasi Berbasis Penguatan Anggaran
Dasar untuk organisasi modern adalah birokrasi dan
organisasi kepolisian adalah birokrasi. Meskipun
konsep birokrasi dalam organisasi terkadang
berkonotasi negatif, tetapi konsep birokrasi ini masih
dianggap sebagai dasar untuk pelayanan sipil modern
dan pendekatan rasional untuk proses administrasi.
Sosiolog Jerman Max Webber (1889-1920)
memberikan formulasi yang menjadi dasar bagi
seluruh birokrasi modern termasuk organisasi
kepolisian. Birokrasi modern tergantung kepada
ekonomi uang dan masyarakat harus menyadari ini.
Tantangan organisasi Polri kedepan adalah bagaiman
organisasi ini mampu menjawab tantangan situasional
yang selalu meningkat dengan kebutuhan anggaran
yang tepat agar birokrasi Polri dapat menata
organisasinya agar dapat bekerja secara efektif bagi
kepentingan negara dan masyarakat.
4) Penyiapan Sumber Daya Manusia
Dalam paradigma lama dan sampai saat ini masih
berlaku bahwa penyiapan sumber daya utama di
dalam mendukung kegiatan dan operasi kepolisian
adalah penyiapan sumber daya manusia.
Manusia adalah kekuatan utama Polri dalam
menjalankan perannya di dalam kehidupan sosial dan
ketatanegaraan. Kualitas manusia Polri menjadi
variabel utama jika kita ingin mengukur bagaimana
kinerja organisasi Polri di masyarakat.
Jika kualitas sumber daya manusia Polri buruk , maka
ia akan memberikan pengaruh yang luar biasa bagi
persepsi masyarakat terhadap Polri.
Untuk itulah modernisasi sumber daya manusia Polri
tidak lain adalah upaya yang harus terus menerus
dilakukan mengikuti tantangan zamannya baik aspek
moral, pengetahuan, keterampilan dan motivasi.
Jika Sumber daya materill dapat diganti sewaktu
waktu, maka sumber daya manusia Polri memiliki
masa guna yang relatif lama sejak ia dilantik menjadi
anggota kepolisian, dan selama ia mengabdi sebagai
anggota kepolisian maka perubahan-perubahan dapat
SMART POLICING 25
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

terjadi dalam diri seorang anggota Polri yang


sepenuhnya sangat dipengaruhi oleh faktor pribadi,
budaya yang berkembang di lingkungan organisasi
Polri dan lingkungan dimana anggota kepolisian
berinteraksi.
Seseorang bisa menjadi pribadi yang semakin baik
atau sebaliknya semakin buruk.
Inilah tantang internal organisasi Polri yang memiliki
kompleksitas yang tinggi yang tidak kalah dengan
kompleksitas permasalahan eksternal yaitu untuk
memilih, melatih, menggunakan, memelihara dan
selalu meningkatkan qualitas setiap individu anggota
kepolisian agar dapat bermanfaat secara optimal
untuk kepentingan organisasi maupun publik yang
dilayaninya.
Modernisasi pendayagunaan sumber daya manusia
Polri harus terus diarahkan dari pendekatan
mekanistis yang menitik beratkan pada gaji dan
promosi semata-mata untuk mengisi jabatan dalam
organisasi kepolisian kepada pendekatan humanistis
yang lebih menitik beratkan pada kompetensi
(ketrampilan, pengetahuan, talenta dan pengalaman)
yang tepat untuk mengisi jabatan tertentu selain
mempertimbangkan aspek promosi yang bersifat
mekanistis.
5) Modernisasi Alamat Utama Keamanan (Kepolisian)
Tidak dapat dipungkiri, kompleksitas persoalan
keamanan semakin luas dan asymetris, seiring
dengan perkembangan itu tuntutan rezim demokrasi
meningkatkan ekspetasi masyarakat kepada Polisi
untuk bekerja lebih cepat, profesional dan solutif.
Modernisasi alat utama sistem keamanan (kepolisian)
yang dimiliki polisi juga harus mendapatkan perhatian
cukup baik dari sisi jumlah, jenis dan kualitasnya.
Modernisasi alat utama sistem keamanan juga
dikaitkan dengan kebutuhan operasional yang
membutuhkan alat utama sistem keamanan yang
ramah lingkungan dan lebih menghargai Hak azasi
Manusia.
Modernisasi alat utama sistem keamanan meliputi
banyak jenis yang tersebar dalam sistem patroli
kepolisian, sistem komando dan kendali kepolisian,
sistem penegak hukum dan intelijen kepolisian, sistem

SMART POLICING 26
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penanganan dan pengendalian massa, sistem kontrol


dan penganturan lalu lintas.
Kesemuanya itu merupakan hal-hal yang esensial
dalam kegiatan sehari hari (day to day policing) yang
dirasakan dan bersentuhan dengan problematika
masyarakat, bangsa dan negara.
6) Modernisasi Budaya Organisasi
Sebagai organisasi yang hidup, maka karakter budaya
organisasi Polri sangat menetukan kepercayaan
masyarakat terhadap Polri. Modernisasi budaya
organisasi meliputi perbaikan perbaikan yang
sungguh-sungguh dilaksanakan oleh setiap anggota
kepolisian dalam mewujudkan budaya pelayanan
kepolisian yang:
Profesional meliputi aspek kesejahteraan anggota,
disiplin anggota, kecakapan anggotannya dalam
melaksanakan perannya dan soliditas kesatuan yang
kuat.
Ramah terhadap siapa saja yang membutuhkan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepolisian.
Sederhana yang dicirikan dengan birokrasi pelayanan
kepolisian yang cepat, mudah dan murah biaya.
Bersih dari berbagai perilaku kotor dan koruptif
sehingga organisasi polri dapat menjadi symbol
kebenaran, kejujuran dan kesehajaan.
Tegas dan Tidak Ragu ragu dalam menegakkan
kebenaran dalam menjaga kehidupan melalui cara
cara yang tepat sesuai dengan aturan dan hak azasi
manusia.
Lentur dalam mengikuti perubahan zaman dan nilai
nilai sosial yang berkembang di dalam masyarakat.

c. Smart Policiing dengan Digitalisasi Pelayanan


Globalisasi yang didukung kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi telah membawa perubahan dan
mempengaruhi pola berpikir, perilaku, dan tuntutan
masyarakat. Sebagai aparat yang berkewajiban melindungi,
melayani dan menegakkan hukum untuk menjaga ketertiban
dan keamanan masyarakat, Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) harus memiliki kemampuan yang
mumpuni, baik secara organisasi, SDM, standar operasi
maupun dukungan sarana prasarana.

SMART POLICING 27
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa sejalan dengan


perkembangan teknologi digital 4.0, saat ini dan ke
depannya masyarakat menuntut layanan Polri yang smart
dan profesional, yang mampu menghadapi tantangan dan
perkembangan masyarakat era digital yang semakin
kompleks.
Smart policing dimaknai sebagai pelaksanaan tugas-tugas
kepolisian secara lebih inovatif, menerapkan sains dan
teknologi serta evidence-based (berbasis bukti), dan
menggunakan pendekatan antardisiplin.
Kemajuan teknologi dan informasi juga memunculkan
bentuk kejahatan baru dengan modus yang lebih canggih,
seperti kejahatan siber, transaksi keuangan illegal,
penipuan, pencurian data pribadi dan penyebaran berita
bohong atau hoax. Bahkan para teroris dan kelompok
ekstrim pun telah memanfaatkan teknologi digital dalam
melakukan rekrutmen, pelatihan dan operasi kejahatannya.
Pembangunan Nasional bertujuan untuk menjadikan
Indonesia Maju. Namun, dalam perjalanannya dihadapkan
pada dinamika perkembangan lingkungan yang terus
berubah dengan cepat sehingga Polri dituntut untuk berani
melakukan adaptasi dan perubahan sesuai dengan
perkembangan lingkungan tersebut yang membawa
tantangan keamanan dan ketertiban masyarakat baru.
Oleh karenanya Reformasi Birokrasi Polri perlu terus
dilanjutkan, bahkan dipercepat sehingga harapan
terwujudnya postur Kepolisian RI yang semakin profesional,
humanis, bebas KKN dan terpercaya dapat segera
terlaksana.
Reformasi Birokrasi dapat melahirkan inovasi yang semakin
memudahkan dan meningkatkan pengawasan keamanan
dan ketertiban untuk mewujudkan lingkungan yang semakin
kondusif. Berbagai capaian yang telah dilaksanakan Polri
melalui inovasi layanan masyarakat seperti E-Samsat, SIM
Online, SKCK Online, Smart SIM, E-Tilang dan lain
sebagainya.
Inovasi seperti ini tentunya telah memberikan kemudahan
bagi masyarakat sekaligus meningkatkan kepercayaan
masyarakat kepada institusi Polri.
Keberhasilan pelaksanaan reformasi organisasi tentunya
juga harus didukung oleh profesionalisme aparatur yang
diwujudkan melalui sistem manajemen yang baik. Pola-pola
pendidikan dan pelatihan SDM harus berorientasi pada
jawaban atas kebutuhan organisasi dan masyarakat.

SMART POLICING 28
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kebijakan tersebut harus diimbangi dengan SDM unggul di


lingkungan Polri. Penguasaan IPTEK menjadi modal
penting untuk menghadapi persaingan dan mengantisipasi
perubahan. Pendidikan, pelatihan dan riset di bidang IPTEK
kepolisian harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam
kaitannya dengan peningkatan profesionalisme SDM di
lingkungan Polri.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi harus
dilihat sebagai sarana pendukung. Penguasaan teknologi
komunikasi dan informasi bukan dalam konteks sebagai
user (pengguna) semata, namun harus benar-benar dapat
dilakukan penguasan keilmuannya, diperlukan pendidikan
kepemimpinan yang smart, yang mampu
mentransformasikan pengetahuan, mengelola sumber
daya, menjadi role model dan berorientasi pada solusi.
Pemimpin yang smart akan menjadikan organisasi mampu
mencapai totalitas smart policing, yaitu mewujudkan postur
Polri yang efektif dalam rangka mendukung pembangunan
nasional.
d. Smart Poliing dengan Manajemen Kepolisian yang Modern
Kompleksitas persoalan keamanan semakin luas dan
asymetris, seiring dengan perkembangan itu tuntutan rezim
demokrasi meningkatkan ekspetasi masyarakat kepada
Polisi untuk bekerja lebih cepat, profesional dan solutif.
Modernisasi alat utama sistem keamanan (kepolisian) yang
dimiliki polisi juga harus mendapatkan perhatian cukup baik
dari sisi jumlah, jenis dan kualitasnya.
Modernisasi alat utama sistem keamanan juga dikaitkan
dengan kebutuhan operasional yang membutuhkan alat
utama sistem keamanan yang ramah lingkungan dan lebih
menghargai Hak azasi Manusia.
Modernisasi alat utama sistem keamanan meliputi banyak
jenis yang tersebar dalam sistem patroli kepolisian, sistem
komando dan kendali kepolisian, sistem penegak hukum
dan intelijen kepolisian, sistem penanganan dan
pengendalian massa, sistem kontrol dan penganturan lalu
lintas.
Kesemuanya itu merupakan hal-hal yang esensial dalam
kegiatan sehari hari (day to day policing)yang dirasakan dan
bersentuhan dengan problematika masyarakat, bangsa dan
negara.
Sebagai organisasi yang hidup, maka karakter budaya
organisasi Polri sangat menetukan kepercayaan
masyarakat terhadap Polri. Modernisasi budaya organisasi
SMART POLICING 29
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

meliputi perbaikan perbaikan yang sungguh-sungguh


dilaksanakan oleh setiap anggota kepolisian dalam
mewujudkan budaya pelayanan kepolisian yang:
1) Profesional meliputi aspek kesejahteraan anggota,
disiplin anggota, kecakapan anggotannya dalam
melaksanakan perannya dan soliditas kesatuan yang
kuat.
2) Ramah terhadap siapa saja yang membutuhkan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepolisian.
3) Sederhana yang dicirikan dengan birokrasi pelayanan
kepolisian yang cepat, mudah dan murah biaya.
4) Bersih dari berbagai perilaku kotor dan koruptif
sehingga organisasi polri dapat menjadi symbol
kebenaran, kejujuran dan kesehajaan.
5) Tegas dan Tidak Ragu ragu dalam menegakkan
kebenaran dalam menjaga kehidupan melalui cara
cara yang tepat sesuai dengan aturan dan hak azasi
manusia.
6) Lentur dalam mengikuti perubahan zaman dan nilai
nilai sosial yang berkembang di dalam masyarakat.
Penerapan nilai transparansi menjadi upaya pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas). Prinsip
polisi modern digunakan. Antara lain telah melakukan
perubahan, pembenahan dan penataan manajemen.
Seperti visi Polri yang ditetapkan mampu memberi
keyakinan kepada personel.
Selain visi, kini Polri telah menyadarkan setiap personelnya
untuk berpikir terbuka, responsif pada nilai positif dari luar.
Bahkan untuk beri rangsangan personel, ada pemberian
insentif, tunjangan dan remunerasi. Jadi termotivasi dan
semangat.
Dalam menerapkan polisi modern, pengelolaan sumber
daya organisasi. Yakni, mulai sumber daya manusia (SDM),
sarana prasarana, anggaran dan lainnya. Personel yang
disiplin, kerja keras, loyal, berdedikasi, dan patuh hukum.
Kode etik profesi jadi pegangan pula.
Visi dan misi dalam rencana nyata, operasional di lapangan
sudah sesuai untuk wujudkan polisi modern. Perubahan
paradigma dalam hati sanubari selalu ditekankan pada
pimpinan tertinggi Polri. Seperti dari alat kekuasaan menjadi
alat negara. Peningkatan kualitas Polri dalam
melaksanakan tugasnya, memahami aturan hukum dan
adanya komitmen bersama antara atasan dan bawahan.

SMART POLICING 30
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tugas secara prosedural dan profesional sehingga


tantangan tugas yang dihadapi dapat memenuhi rasa
keadilan masyarakat.
Di samping itu, perlu adanya sosialisasi, internalisasi, dan
penanaman nilai-nilai kepolisian sipil pada seluruh anggota.
Sehingga tercermin dalam sikap, perilaku, tindakan, dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas pokok Polri.
Pemolisian reaktif ke proaktif, dilayani atau melayani,
reformasi struktural instrumen dan kultural. Ini wujud polisi
modern. Bermitra dengan masyarakat sudah jadi peran dan
fungsi Binmas di setiap wilayah. Mampu menciptakan
keharmonisan hubungan Polri dan masyarakat yang erat
sehingga menjadi modal dalam melaksanakan tugas pokok
Polri.
Program pemolisian masyarakat atau (Polmas) harus
segera diakselerasi dengan dukungan SDM, anggaran,
sarana prasarana, yang memadai dan mencukupi. Bisa
mewujudkan prinsip, Polri pengemban fungsi Polmas di
tengah masyarakat.

4. Implementasi Smart Policing Dalam Pelaksanaan Tugas


Manajerial Polri
Dalam upaya untuk mewujudkan smart police dibutuhkan
kesiapan beberapa aspek antara lain structure, infrastructure dan
superstructure. Ke tiga aspek tersebut harus diupayakan secara
simultan dan maksimal. Dalam bidang structure meliputi sumber
daya manusia, sistem tata kelola birokrasi yang profesional dan
pendanaan. Sumber daya manusia memang menjadi unsur
tepenting dalam organisasi. Manusia adalah subyek yang harus
dikelola layaknya mengelola modal. Mayo dalam Armstrong
(2006) menyebutkan bahwa, “the essential difference between
HCM and HRM is that the former treats people as assests while
the letter treats them as a cost”, perbedaan mendasar dari HRM
(human resources management) dan HCM (human capital
management) adalah masalah perlakuan. HCM (human capital
management) memperlakukan manusia sebagai aset bukan
biaya.
Oleh karena itu dalam siklus SDM Polri harus dipersiapkan dalam
mendukung smart police. Misalnya dalam bidang perekrutan
menjaring bakat-bakat terutama bintara yang cakap dalam bidang
IT. Disamping itu, dalam tata kelola birokrasi, berusaha
mewujudkan tata kelola birokrasi yang bersih, transparan, bersifat
melayani dan merit system.Masalah pendanaan dalam organisasi
publik memang menjadi isu klasik yang sulit terpecahkan.

SMART POLICING 31
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Melihat pertumbuhan perekonomian Indonesia selama satu


dasawarsa terakhir sepertnya akan sulit bahkan mengarah
mustahil untuk negara memenuhi kebutuhan Polri. Menanggapi
hal tersebut dibutuhkan kebijaksanaan dan inovasi dari pimpinan
Polri sehingga anggaran yang diberikan negara melalui APBN
dapat dimaksimalkan.
Salah satu inovasi dapat dilakukan melalui penghematan disalah
satu bidang untuk dapat dialihkan ke bidang lain. Misalnya, pada
saat ini dalam bidang perekrutan memang sudah menerapkan
zero growth walaupun tidak secara ketat, langkah berani dapat
diambil misalnya dengan minus growth sehingga alokasi dana
dapat dialihkan dalam bidang pengembangan IT dan
kesejahteraan anggota. Jadi arah pengembangan anggota
diarahkan menuju kualitas bukan kuantitas. Lagi-lagi kita dapat
belajar dari realitas yang terjadi dilapangan, yang penulis maksud
adalah invansi transportasi umum berbasi aplikasi terhadap moda
transportasi konvensional. Di saat moda transportasi
konvensional berlomba-lomba menambah aset dalam bentuk
mobil, hal sebaliknya dilakukan Uber, Go-Jek dan Grab dengan
inovasi aplikasi yang dijalankan mampu mendisrupsi bisnis
angkutan umum konvensional. Berkaitan dengan infrastructure,
tentu saja yang sangat vital diperlukan adalah adalah koneksi
internet yang stabil. Untuk mewujudkan layanan itu terhadap
setiap polsek di seluruh Indonesia, rasanya masih menjadi hal
yang sulit dilakukan. Polri bisa memulai peningkata kapabilitas
dalam bidang Information technologinya dalam tingkat Polres.
Dalam hal ini para Kapolres dapat bekerja sama dengan para
kepala daerah, seperti program yang ditawarkan oleh Gubernur
DKI Jakarta yang menawarkan penggunaan smart CCTV DKI
Jakarta dalam mendukung tugas kepolisian di ibu Kota.
Dalam mewujudkan smart police,Polri tidak bisa bertindak secara
sendirian. Hal tersebut dikarenakan, pertama, Polri adalah
organisasi publik yang tergabung dalam satu pemerintahan
sehingga arah kebijakan dan programnya harus searah dengan
kebijakan pembangunan pemerintah pusat dan daerah. Kedua,
dibutuhkan sumber daya yang tidak sedikit agar program tersebut
dapat terealisasi dengan baik.
Oleh karena itu dalam upaya membangun struktur, infrastruktur
dan superstuktur diperlukan kerja sama yang baik dengan
pemerintah daerah dan diperlukan inovasi-inovasi ‘out of the box’
sehingga pelayanan kepolisian sejalan dengan konsep smart
governance yang bercirikan transparan, mudah dan cepat. Di sisi
lain pentingnya peran strong leader agar program ini dapat
berjalan sesuai yang diharapkan. Peran seorang pemimpin dalam
hal ini dalam bidan Inovasi kebijakan, pengambilan keputusan
dan pengawasan. Dalam bidan pengawasan seorang kepala

SMART POLICING 32
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kepolisian kewilayahan (Kapolres/Kapolda) dapat mencotoh apa


yang dilakuka Wali Kota Bandung dengan terobosan Bandung
Comand Center (BCC) dan aplikasi SOCA. Dari fasilitas tersebut
pemerintah bisa memonitor posisi mobil kepala dinasnya. Dari
aplikasi tersebut wali kota juga bisa memonitor langsung komplain
masyarakat. Dapat kita bayangkan apabila aplikasi tersebut juga
dimiliki kepala kepolisian kewilayahan, seorang kapolres bisa
mengetahui pergerakan mobil patroli dari ruanganya, bisa
mengetahui situasi pelayananya dan komplain masyarakat dari
ruanganya, sehingga keputusan yang cepat dapat diambil. Yang
tak kalah penting yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi
kebijakan dan program dengan melakukan penelitian secara
akademis. Pentingnya sebuah penelitian karena dengan meneliti
sangat relevan dalam memahami kehidupan sosial secara umum
dan terhadap berbagai keputusan yang diambil setiap hari
(Neuman, 2016:1). Hasil dari penelitian tersebut dapat digunakan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan terhadap program yang
dilaksanakan dan menjadi dasar untuk pelaksanaan program
selanjutnya.Yang tak kalah penting, adalah peran masyaraka
sebagai stakeholder untuk mendukun terwujudnya smart police.
Apa gunaya memiliki sumber daya yang unggul dan infrastuktur
yang canggih bila masyarakat apatis terhadap lingkungan
sekitarnya. Sehingga perlu paradigma pemolisian lebih
dikembangkan ke arah pemolisian kontenporer. Adapaun
pemolisian kontemporer adalah kepolisian yang bersifat proaktif
dan problem solving, yang memanfaatkan potensi lokal yang ada
dan berperan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Polisi berperan menjadi mitra masyarakat dan bekerja sama
menyelesaikan berbagai masalah sosial yang terjadi
dimasyarakat (Dwilaksana, 2016:329). Paradigma pemolisian
kontemporer dilaksanakan dengan program pemolisian komuniti
(community policing). Maksud dari pemolisian komuniti
(community policing) adalah penjagaan keamanan yang
berorientasi kepada masyarakat, kuncinya adalah kemampuan
polisi untuk bertindak sebagai seorang katalis dalam
menghimpun berbagai sumber daya masyarakat dan
menyediakan sumber daya, dukungan dan pelatihan (Hubert
Williams dalam Osborn & Daebler 1999:59). Program ini untuk
meminimalisir keterbatasan polisis formal.
Menurut Satjipto Rahardjo (2002:102-104) keterbatasan
pemolisian formal adalah: pertama, polri tidak bisa mengontrol
dan membongkar kejahatan secara bebas oleh karena selalu
dituntut akuntabilitasnya dari segi hukum. Kedua, ketimpangan
jumlah anggota polisi dan masyarakat yang dilayani. Ketiga,
standar gaji polisi di Indonesia yang masih rendah dan sarana dan
prasarana yang belum memadai.Program smart police dilakukan
agar potensi disruption tidak lebih parah menghantam kepolisian.
Disruption adalah inovasi yang akan menggantikan seluruh
SMART POLICING 33
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sistem lama dengan cara-cara baru, disruption berpotensi


menggantikan pemain-pemain lama dengan yang baru (Kasali,
2017:27). Walaupun jika kita jeli melihat, efek potensi disruption
sebenarnya telah menghantam Polri dengan “dipretelinya”
sebagian kewenangan-kewenangan strategisnya yang kemudian
dijalankan oleh instansi-instansi baru. Jika polisi tidak merubah
dan mengupgrade cara berfikir, pendekatan dan paradigma
pemolisian, potensi itu akan terus dan terus menggerogoti
kewenangan Polri.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


Salah satu dimensi dalam membentuk smart city adalah smart
Governance, yaitu proses pengumpulan berbagai macam data
dan informasi terkait dengan manajemen publik. Teknologi baru
digunakan untuk memperkuat rasionalitas pemerintahan dengan
menggunakan lebih lengkap - dan lebih tersedia serta dapat
diakses - informasi bentuk pembuatan keputusan pemerintah dan
implementasi keputusan tersebut. Dalam rangka mewujudkan
smart governance untuk mendukung lahirnya smart nation, Polri
yang merupakan bagian dari birokrasi pemerintahan dalam
pelaksanaan tugasnya harus meninggalkan cara-cara
konvensional menuju cara-cara kreatif dengan suatu perubahan
dalam kualitas pelayanan dengan konsep Smart Police. Dalam
upaya untuk mewujudkan smart police dibutuhkan kesiapan
beberapa aspek antara lain structure, infrastructure dan
superstructure.
Penemuan tentang ketidakefktifan pelaksanaan tugas polisi.
Pertama, bahwa kurangnya hubungan antara angka kejahatan
dengan jumlah personil polisi, Perubahan jumlah personil dalam
suatu skala praktis tertentu, ternyata tidak akan mempunyai
dampak pada kejahatan. Kedua, tentang tiga strategi inti kegiatan
kepolisian kontenporer berupa patroli jalan, tanggap cepat
terhadap pengaduan darurat dan penelitian kejahatan oleh
detektif. Dalam penelitian tersebut jumlah patroli di jalan tak
berpengaruh terhadap kejahatan, inisiatif polisi untuk mengurangi
waktu menanggapi laporan kejahatan melalui tanggap cepat
melalui pengaduan darurat tidak bermakna melalui faktor di luar
penguasaan polisi yaitu berupa waktu yang diperlukan korban
atau saksi untuk melapor ke polisi, yang terakhir angka kejahatan
tidak terpengaruh dari angka keberhasilan polisi dalam
penyelesaian (penangkapan) kejahatan.
Oleh karena itu, Polri tidak lagi boleh menggunakan cara-cara
konvensional dan manual dalam melaksanakan tangggung
jawabnya. Organisasi tidak boleh menutup mata untuk
menggunakan sentuhan teknologi informasi agar lebih efisien dan
berdampak maksimal. Salah satu terobosan dalam bidang patroli

SMART POLICING 34
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

misalnya pembuatan aplikasi E-patroli, aplikasi ini dapat


dikembangkan seperti apa yang telah dikembangkan ojek online
dimana penyedia jasa ojek dalam radius tertentu sangat mudah
ditemukan. Hendaknya hal itu dapat diterapkan pada kepolisian,
ketika polisi dibutuhkan masyarakat tinggal menekan smartphone
nya dan dalam radius beberapa ratus meter anggota polisi
terdekat dapat menerima sinyal panggilan tersebut, sehingga
respon cepat untuk diberikan.
Di bidang penyidikan, Bareskrim Polri meluncurkan platform e-
penyidikan untuk memudahkan masyarakat memantau
perkembangan suatu kasus yang ditangani oleh penyidik Polri.
Sistem e-penyidikan akan menghimpun banyak hal mulai dari
data penyidik yaitu kompetensi, komitmen penyidik, sejarah
perkara yang pernah ditangani seorang penyidik dan indeks
penilaian kinerja seorang penyidik. Berdasarkan data hingga saat
ini, dari 42.816 penyidik dan penyidik pembantu di seluruh
Indonesia, sebanyak 99,96% telah mengakses dari sistem yang
prototipenya telah hadir sejak setahun lalu itu. Tinggal bagaimana
komitmen dalam pelaksanaan kebijakan ini sehingga benar-benar
bisa bermanfaat bagi masyarakat. Di bidang lalu lintas, Korlantas
Polri meluncurkan tiga inovasi berbasis teknologi informasi yaitu
e-samsat, e-tilang dan SIM online di Jakarta, Jumat, 16 Desember
2016. E-Tilang memberikan kemudahan pengurusan dan
pembayaran denda tilang oleh pelanggar dengan memanfaatkan
teknologi Android dan jaringan Host to Host Real Time Online.
Sedangkan SIM Online dapat memudahkan pengurusan
pembuatan dan perpanjangan SIM secara online tanpa harus
datang ke daerah asalnya. Dengan Inovasi yang menggunakan
data server e-KTP tersebut, pemohon dapat langsung mengurus
pembuatan serta perpanjangan SIM pada gerai SIM terdekat.
Sementara untuk inovasi e-Samsat dibuat untuk meningkatkan
pelayanan pembayaran pajak daerah dan registrasi kendaraan
bermotor dengan menghadirkan inovasi pelayanan pembayaran
pajak kendaraan bermotor tahunan. Pembayaran bisa dilakukan
melalui ATM sehingga masyarakat dapat membayar kewajiban
pajak kendaraan bermotor mereka dengan cepat dan
praktis.Akam tetapi, ketika penulis mencopa mengases situs
korlantas.polri.go.id, belum semua informasi yang disediakan
dalam situs tersebut sepert misalnya jadwal operasional satpas.
Selain itu aplikasi ini bisa dikembangkan untuk memudahkan
masyarakat misalnya untuk perpanjangan SIM, Polri dapat
bekerja sama dengan salah satu penyedia layanan pengiriman
sehingga masyarakat tidak perlu datang untuk mengambil fisik
SIM yang sudah diperpanjang.

SMART POLICING 35
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

RANGKUMAN

1. Belum ada kesepakatan umum mengenai apa konsep smart


policing, yang perlu diperhatikan mengenai definisi ini adalah
inisiatif pemolisian yang cerdas dimaksudkan untuk memperbaiki
kinerja kepolisian. Ada beberapa pendapat mengenai smart
policing berikut ini:
a. Wakil Presiden RI Ma ’ru f Amin meminta Polri untuk
lebih inovatif dengan menerapkan teknologi, sains,
berbasis bukti, menggunakan pendekatan antar disiplin,
globalisasi yang didukung kemajuan TIK untuk mewujudkan
smart policing.
b. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo, mengatakan smart
policing merupakan keinginan sekaligus cita-cita dari Korps
Tri Brata. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai upaya
membangun birokrasi yang lebih lincah, responsif, dan
proaktif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
c. Kapolri saat ini Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo,
M.Si menyampaikan kebijakan Tranformasi Menuju Polri
Yang Presisi yang diperkenalkan sebagai Polri Presisi.
Presisi merupakan smart policing yang prediktif,
responsibilitas, transparansi dan berkeadilan.
2. Tujuan Smart Policing membangun Program Smart Policing yang
merupakan model community policing yang proaktif dan problem
solving sebagai model pemolisian di era digital dengan berbasis
pada sistem on line yang dapat mengembangkan berbagai model
pemolisian.
3. Dalam era yang digerakkan oleh data, upaya-upaya pemolisian
perlu dan penting untuk menyesuaikan diri. Predictive policing
berada dalam dinamika ini, yakni pemolisian berbasis data untuk
melakukan prakiraan, sekaligus mengambil aksi yang dapat
merubah suatu outcome ke arah yang diharapkan.
4. Menurut Keywell (2017) dalam tulisannya “The Fourth Industrial
Revolution Is About People,Not The Rise of The Machine” yang
melihat dampak strategis dan penting untuk memberdayakan
SDM karena perubahan budaya kerja, sikap dan perilaku,
pengetahuan dan keterampilan, serta metode kerja yanG
dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan revolusi industri
4.0.

SMART POLICING 36
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5. Modernisasi Kepolisian harus dipahami sebagai suatu upaya Polri


yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan
untuk selalu meningkatkan kemampuan Kepolisan Republik
Indonesia yang meliputi aspek manajemen operasional kepolisian
dan manajemen pembinaan kepolisian.
6. Globalisasi yang didukung kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi telah membawa perubahan dan mempengaruhi pola
berpikir, perilaku, dan tuntutan masyarakat.
7. Kompleksitas persoalan keamanan semakin luas dan asymetris,
seiring dengan perkembangan itu tuntutan rezim demokrasi
meningkatkan ekspetasi masyarakat kepada Polisi untuk bekerja
lebih cepat, profesional dan solutif.

Latihan

1. Jelaskan pengertian smart policing!


2. Jelaskan tujuan smart policing!
3. Jelaskan aspek-aspek Smart Policing!
4. Jelaskan smart policing Indonesia dengan negara lain!
5. Jelaskan pengertian smart policing!
6. Jelaskan tujuan penerapan smart policing dalam pelaksanaan
tugas Polri!
7. Jelaskan aspek-aspek smart policing dalam tupoksi Polri!
8. Jelaskan implementasi smart policing dalam pelaksanaan tugas
manajerial Polri!
9. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi!

SMART POLICING 37
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TINGGI

Anda mungkin juga menyukai