Anda di halaman 1dari 10

TAHAP-TAHAP PROSES SISTEM

PERADILAN PIDANA
Kelompok 6
1. Shofiyatul Ulya (2002056013)
2. Choirul Muna (2002056039)
3. Devita Syahrani (2002056044)
4. Intan Ayu (2002056094)
Pemeriksaan merupakan sebuah fungsi penyidikan. Tujuan dari pemeriksaan adalah
untuk mendapatkan informasi tentang kejadian yang diselidiki dan tentang pelaku
kejahatan. Pemeriksaan bukanlah pengganti penyidikan melainkan alat bantu
penyidikan. Ada persyaratan legal yang melingkupi pemeriksaan yang harus dipahami
oleh penyidik. Kegagalan memahami persyaratan ini akan menyianyiakan penggunaan
informasi yang didapat sebagai barang bukti.
Pemeriksaan adalah suatu teknik penyidikan terhadap tersangka/saksi dalam rangka
penyidikan tindak pidana dengan cara mengajukan pertanyaan baik lisan maupun
tertulis kepada tersangka/saksi, guna mendapatkan keterangan, petunjuk, alat bukti dan
kebenaran keterlibatan tersangka dalam rangka pembuatan berita acara penyidikan
(Naskah sementara, Pedoman Penyelidikan Tindak Pidana, 2006).
Pasal 2 dari Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara
dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Penjabaran dari fungsi
dan kewenangan kepolisian tersebut salah satunya dibidang penyidikan, berdasarkan
Pasal 1 butir 4 KUHAP, “Penyelidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia
yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.”
Sedangkan dalam pasal 1 butir 1 (KUHAP) “Penyidik adalah pejabat polisi Negara
Republik Indonesia atau pejabat negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
Undang-undang untuk melakukan penyidikan. Jadi yang dapat menjadi penyelidik
adalah Pejabat Polisi Negara Negara Republik Indonesia, selain Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia tidak bisa menjadi penyelidik. Dan yang dimaksud
dengan penyelidikan merupakan serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur menurut
undang-undang.
TAHAP PEMERIKSAAN DI KEPOLISIAN
SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan
1) Mempunyai kewenangan melakukan pemeriksaan dan membuat Berita Acara Pemeriksaan, baik sebagai Penyidik
dan Penyidik Pembantu.
2) Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Hukum Pidana, Hukum Acara Pidana dan Peraturan Perundangan-
Undangan / Hukum-hukum lainnya.
3) Mempunyai pengetahuan yang cukup dan mahir melaksanakan fungsi tehnis professional khas kepolisian dibidang
reskrim khususnya kemahiran tentang taktik dan tehnik pemeriksaan.
4) Mempunyai pengetahuan dan menguasai kasus tindak pidananya dengan baik, berdasarkan Laporan Polisi, Laporan
Hasil Penyelidikan, Berita Acara Pemeriksaan di tempat Kejadian Perkara, informasi dan data lainnya.
5) Memiliki kepribadian : a) percaya pada diri sendiri. b) Mempunyai kemampuan menghadapi orang lain. c) Tidak
lekas terpengaruh atau mempunyai perasaan syakwasangka. d) Sabar, dapat mengendalikan emosi dan mengekang
diri. e) Kemampuan menilai dengan tepat dan bertindak cepat dan obyektif, khususnya dalam menilai sikap dan
gerakan tersangka dan waktu menjawab. f) Tekun, ulet dan mampu mengembangkan inisiatip.
6) Mampu mempersiapkan rencana pemeriksaan dengan baik sehingga dapat tepat guna dan berhasil guna ( efektif dan
efisien).
• Yang Diperiksa
1) Tersangka, saksi / ahli, dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
2) Tersangka, saksi / ahli, bebas dari rasa takut.
3) Tersangka, saksi / ahli dipanggil dengan panggilan yang sah kecuali bila tersangka ditangkap / tertangkap tangan.
• Tempat Pemeriksaan
1) Ditentukan / ditetapkan secara khusus sebagai tempat untuk melakukan pemeriksaan baik dikantor penyidik / penyidik
pembantu atau tempat-tempat lain yang layak sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku (misalnya dirumah /
kediaman yang diperiksa, dirumah sakit ).
2) Dalam hal tersangka, saksi / saksi ahli telah dua kali dipanggil secara bertutut-turut dengan surat panggilan yang sah,
tetapi tidak wajar, maka pemeriksaan dapat dilakukan dirumah / kediamannya atau tempat lain dimana suasana tenang.
3) Tempat harus terang dan bersih, serta tidak ada hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian yang diperiksa.
4) Tempat pemeriksaan harus sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kesan menakutkan / menyeramkan dan dalam
suasana tenang.
5) Tempat pemeriksaan harus terjamin keamanannya.
6) Tersedia tempat bagi penasehat hukum.
7) Bila memungkinkan dibuat ruang khusus pemeriksaan tersangka / saksi dengan segala prasarana dan sarana yang
diperlukan.
• Saat mulai pemeriksaan
1) Pemeriksaan agar diusahakan sesegera mungkin / tepat waktu sesuai waktu panggilan
2) Setelah penangkapan dilaksanakan terhadap tersangka agar segera diadakan pemeriksaan.
3) Dalam waktu satu hari ( 1 X 24 jam ) setelah perintah penahanan dilaksanakan, tersangka harus memulai diperiksa
( Pasal 122 KUHAP ).
4) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan situasi perdebatan yang tidak perlu maupun
pembicaraan yang emosional.
5) Hindarkan pertanyan-pertanyaan yang dapat menimbulkan situasi perdebatan yang tidak perlu maupun pembicaraan
yang emosional.
6) Hindari agar pemeriksaan jangan sampai dipengaruhi tersangka atau saksi / ahli.
7) Hindarkan pertanyaan-pertanyaan kepada tersangka dan saksi / ahli yang menunjuk pada tindak pidana yang terjadi.
8) Agar memperhatikan norma-norma kesopanan dan kesusilaan, terutama apabila tersangka atau saksi seorang wanita.
9) Dalam hal tersangka / saksi agar sulit / kurang lancar dalam mengemukakan keterangan, maka agar dibantu atau
dibimbing sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang seseorang, keadaan dan jalannya tindak pidana
secara lengkap, sistematis dan berurutan.
10) Dalam hal tersangka atau saksi pada prinsipnya tidak boleh dihadiri oleh orang yang tidak berkepentingan dengan
pemeriksaan.
11) Pemeriksaan tersangka atau saksi pada prinsipnya tidak boleh dihadiri oleh orang yang tidak berkepentingan
dengan pemeriksaan.
12) Hendaknya dibangkitkan rasa simpati dan dicegah jangan sampai menimbulkan sikap yang bertentangan.
13) Pertanyaan-pertanyaan harus singkat, padat dan jelas, sehingga mudah dimengerti oleh tersangka, saksi dan
ahli.
14) Untuk memperoleh keterangan yang lebih meyakinkan pemeriksa agar mengulang pertanyaan yang sama
kepada tersangka, saksi dan ahli.
15) Tidak memberikan kesempatan kepada tersangka, saksi dan ahli untuk membuat keterangan yang bersifat
khayalan atau keterangan yang tidak benar.
16) Agar bersikap sabar, tekun dan ulet dalam menghadapi tersangka, saksi dan ahli yang berbelit-belit.
17) Kepada tersangka, saksi dan ahli supaya disuruh mengenali, diperlihatkan kembali barang bukti yang
didapatkan dan keterangannya supaya dimuat dalam berita acara pemeriksaan atas dirinya.
18) Keterangan tersangka atau saksi / ahli wajib ditulis secara teliti dan lengkapi dalam berita acara pemeriksaan
sehingga memenuhi / menjelaskan tersangka ahli dan alat bukti lainnya ternyata : a) Tidak terdapat cukup bukti.
b) Peristiwa tersebut bukan tindak pidana. c) Dihentikan demi hukum. d) Maka penyidikan wajib segera
dihentikan ( Pasal 109 ayat (2) KUHAP).
• Sarana pemeriksaan
1) Meja dan kursi sesuai kebutuhan.
2) Mesin tulis / computer.
3) Alat-alat tulis.
4) Tape recorder dan alat-alat elektronika sebagai penolong pemeriksaan (bila
diperlukan).
5) Kelengkapan administrasi penyidikan.
TAHAP PEMERIKSAAN DI KEJAKSAAN
Kejaksaan memiliki kapasitas dalam tugasnya menegakkan hak asasi manusia dan
hukum negara serta alat penegakan hukum. Berdasarkan Pasal 27 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, Kejaksaan mempunyai
kewenangan sebagai berikut:
1) Melakukan penuntutan dalam perkara pidana;
2) Melaksanakan putusan hakim dan putusan pengadilan;
3) Mengawasi pelaksanaan keputusan pembebasan bersyarat;
4) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat dilakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
1. Melakukan penyidikan tindak pidana (investigating criminal offences)
Ketentuan mengenai penyidikan secara teknis merupakan wewenang dan tanggung jawab polisi. Ketentuan mengenai
pegumpulan barang bukti, melakukan pemeriksaan terhadap saksi dan korban, melakukan penangkapan terhadap
tersangka tindak pidana serta melengkapi laporan secara resmi dalam berkas perkara tetaplah merupakan tugas polisi.
Namun, penuntut umum bertanggung jawab atas adanya penyidikan. Setiap penyidikan berada di bawah instruksi
penuntut umum, di mana penuntut umum juga memastikan bahwa polisi menjalankan peraturan dan prosedur
berdasarkan undang-undang.
2. Melakukan tugas penuntutan (Prosecuting Offenders)
Tugas penuntutan merupakan tugas dan kewenangan penuntut umum yang terpenting. Penuntut umum memiliki
monopoli untuk menetapkan kasus-kasus mana yang akan dihadapkan ke pengadilan. Suatu perkara dapat diajukan ke
pengadilan hanya apabila penuntut umum menetapkan untuk mengajukan dakwaan. Tidak ada warga sipil yang dapat
melakukan tuntutan. Kejaksaan membawa perkara ke pengadilan dengan mengajukan dakwaan formal dan pengadilan
membatasi pembahasannya hanya pada dakwaan yang diajukan. Menurut Pasal 9 ayat (1) KUHAP penuntut umum
bertanggung jwab untuk melakukan penuntutan terhadap tindak pidana yang dilakukan di dalam wilayah hukumnya.
3. Melakukan eksekusi (Making sure that sentences are carried out properly)
Selain bertanggung jawab untuk melakukan penuntutan kejaksaan secara formal juga bertanggung jawab bagi
pelaksanaan keputusan pengadilan. Peranan kantor kejaksaan dalam hal ini jauh dipandang lebih penting daripada
sekedar menjatuhkan denda dan dibandingkan dengan melakukan penahanan serta meghukum seseorang.

Anda mungkin juga menyukai