Anda di halaman 1dari 6

BAB I

ASAS ASAS DAN BERLAKUNYA


HAP DI INDONESIA

Ciri-ciri Hukum adat :


1) Tidak membedakan perkara perdata dan perkara pidana.
2) Perkara pada umumnya diselesaikan secara damai dipimpin oleh Ketua Adat atau
Kepala Desa.
3) Hukuman pada umumnya adalah denda walaupun ada juga yang dijatuhi hukuman
badan (siksa).
4) Transaksi diadakan secara terang dan damai.
Perbedaan HIR/RIB dengan HAP :
HIR/RIB mengenal 3 (tiga ) Tahap Pelaksanaan Acara, yaitu :
1) Pemeriksaan Pendahuluan
2) Pemeriksaan didepan sidang
3) Pelaksanaan Putusan Pengadilan
KUHAP mengenal 4 (empat ) Tahap Pelaksanaan Acara, yaitu
1) Penyidikan yang dilakukan oleh Polri
2) Penuntutan oleh Jaksa
3) Pemeriksaan didepan sidang Pengadilan
4) Pelaksanaan Putusan Pengadilan oleh Jaksa beserta LP dibawah pengawasan Ketua
Pengadilan.
Pengertian Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Pidana / Hukum Pidana Formal adalah Kumpulan ketentuan-
ketentuan hukum yang mengatur tata cara Negara dengan perantaraan alat-alatnya (
Aparatnya ) untuk mencari kebenaran, mengadili / menetapkan suatu keputusan (
dimuka / oleh Hakim ) terhadap seseorang yang disangka / didakwa melakukan tindak
pidana mengenai :
a. Perbuatan yang dipersangkakan / didakwakan,
b. Cara Polri / PPNS melakukan penyidikan,
c. Cara Jaksa melakukan penuntutan,
d. Cara Hakim mengadili dan memutuskan,
e. Bagaimana putusan itu harus dijalankan.

Hukum acara pidana mempunyai tiga tugas pokok yaitu :


1) Mencari dan mendapatkan kebenaran materiil
2) Memberikan suatu putusan hakim
3) Melaksanakan putusan hakim
Orang – orang yang terlibat dalam Hukum Acara Pidana :
a. Setiap orang
b. Pejabat Kepolisian dan Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu
c. Pejabat Kejaksaan
d. Pejabat Pengadilan
e. Para Penasehat Hukum
f. Pejabat aparat eksekusi pidana atau aparat penitensier
Ilmu – ilmu Pengetahuan Pembantu Hukum Acara Pidana :
a. Logika
b. Psikologi
c. Kriminalistik
d. Psikiatri
e. Kriminologi
f. Hukum pidana
BAB II
ASAS ASAS DAN BERLAKUNYA
HAP DI INDONESIA

1. Asas Hukum Acara Pidana (hal 24)


• Equality Before the Law
Perlakuan yang sama terhadap setiap orang dimuka hukum dengan tidak
mengadakan perbedaan perlakuan
• Principle of legality
Asas yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam per Undang –
Undangan.
• Presumption of innocence
Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau dihadapkan
dimuka siding wajib dianggap tidak besalah sampai adanya putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahan dan memperoleh kekuatan hukum
yang tetap.
• Contante justitie atau speedy trial atau fair trial
Peradilan dilaksanakan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas,
jujur, tidak memihak yang ditetapkan secara konsekwen dalam seluruh tingkat
peradilan
• Kepada orang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupin diadili tanpa alasan
berdasarkan UU wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat
penyidikan.
Para pejabat hukum yang sengaja atau karena kelalaianya menyebabkan asas
hukum tersebut dilanggar, akan dituntut dipidana atau dikenakan hukuman
administrasi
• Wajib memberi bantuan hukum bagi setiap orang yang berperkara untuk
melaksanakan pembelaan atas dirinya
• Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya terdakwa
• Sidang pemeriksaan perkara pidana terbuka untuk umum kecuali dalam hal
diatur dalam UU
• Ketua PN mengawasi pelaksanaan putusan pengadilan dalam hal perkara
pidana.

2. Hubungan penyidik dengan penuntut umum


• Begitu Penyidik memulai melakukan penyidikan, penyidik
memberitahukannya kepada Jaksa Penuntut Umum (Pasal 109 ayat 1) melalui
Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).
• Penyidik menghentikan penyidikan baik karena tidak terdapat cukup bukti
maupun karena penyidikan dihentikan demi hukum yang harus di
beritahukannya kepada Jaksa Penuntut Umum (pasal 109 ayat 2) dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan (SP3).
• Setelah penyidik mengirimkan SPDP pada Penuntut Umum, penyidik akan
mengirimkan hasil penyidikan (pasal 8 ayat 2, pasal 110 ayat 1). Apabila
berkas lengkap, maka akan diberitahukan dengan surat P-21
• Apabila berkas hasil penyelidikan belum lengkap, maka penyidik akan
diberitahukan dengan surat pengembalian berkas untuk dilengkapi (P-19)
• Penuntut umum memberikan perpanjangan penahanan atas permintaan
penyidik (pasal 14(c), pasal 24 ayat 2) dengan Surat Perpanjangan
Penahanan
• Penuntut umum memberikan surat pelimpahan perkara, surat dakwaan kepada
penyidik. Apabila dalam surat tersebut terdapat perubahan, maka perubahan
tersebut juga akan diberikan kepada penyidik ( pasal 143 ayat 3 dan 4)
• Dalam pemeriksaan cepat, penyidik atas kuasa penuntut umum akan
melimpahkan berkas perkara dan menghadapkan terdakwa, saksi/ahli, juru
bahasa dan barang bukti pada sidang pengadilan.

3. Perubahan fundamental Hukum Acara Pidana (hal 21)


a. KUHAP sebagai Hukum Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 yang bersifat unifikatif dan kodifikatif. Unifikatif berarti
penyatuan hukum yang berlaku secara nasional. Sedangkan kodifikatif adalah
proses pembukuan hukum dalam suatau kumpulan UU dalam materi yang
sama.
b. Dasar hukum Belanda pada pelaksanaan HIR berubah menjadi Pancasila dan
UUD 1945 sebagai dasar hukum Indonesia
c. Menjunjung tinggi HAM
d. Wawasan bertujuan untuk pembangunan yaitu wawasan nusantara (adanya
kesatuan hukum)
e. Perubahan system pengadilan yang mengubah system penyidikan

4. Perubahan fundamental dalam bidang penyidikan (hal 22)


a. Sistim peradilan pidana yang mengutamakan perlindungan hak
asasi manusia
b. Peningkatan pembinaan sikap para petugas penegak hukum sesuai
dengan wewenang dan fungsi masing-masing dengan pembidangan
tugas, wewenang dan tanggung jawab. Pembidangan tersebut tak
berati mengkotak-kotakan tugas, wewenang dan tanggung jawab,
tapi mengandung koordinasi dan sinkronisasi.
c. Terjalin adanya hubungan koordinasi fungsional dan instansional
serta adanya sinkronisasi pelaksanaan.
d. Polri sebagai penyidik utama wajib mengkoordinasikan penyidik
pejabat pegawai negeri sipil dengan memberikan pengawasan,
petunjuk dan bantuan.
e. Adanya pembatasan wewenang yang lebih sempit dan pengawasan
yang lebih ketat bagi penyidik demi penegakan hukum dan
perlindungan hak asasi.
f. Kewajiban penyidik untuk memberikan perlakukan yang layak
disertai kewajiban memberikan perlindungan dan pengayoman,
misalnya dalam hal tersangka tak mampu dan tak mempunyai
penasehat hukum.
g. Pembatasan wewenang dan pengetatan pengawasan terhadap
penyidik, yang dilengkapi dengan pendampingan oleh pembela
kepada tersangka yang diperiksa.

BAB III
PROSES DIKETAHUINYA PERKARA PIDANA

A. Tertangkap tangan
Seseorang dikatakan tertangkap tangan apabila:
a. Pada waktu melakukan TP
b. Sesaat setelah melakukan TP
c. Sesaat setelah melakukan TP diteriakkan oleh khalayak sebagai pelaku
TP
d. Ditemukan barang bukti padanya yang diduga digunakan untuk
melakukan TP
Kekhususan dalam kasus tertangkap tangan:
1. dapat dilakuan oleh semua orang
2. tanpa surat perintah penangkapan
3. dapat memasuki ruangan sidang yang sedang berlangsung sidang
MPR, DPR, dan DPRD, ruang sedang berlangsungnya ibadah atau
upacara keagamaan, ruang sidang pengadilan
4. tanpa surat izin dapat melakukan penggeledahan dan penyitaan.
B. Laporan
• Laporan ialah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena
hak, atau kewajibannya berdasarkan undang-undang kepada pejabat
yang berwenang tentang telah, sedang, atau akan terjadinya peristiwa
pidana.
Seseorang tersebut:
a. Yang mengalami peristiwa
b. Yang melihat peristiwa
c. Yang menyaksikan peristiwa
d. Yang menjadi korban peristiwa
e. Yang mengetahui permufakatan jahat
f. Pegawai negeri dalam rangka melaksanakan tugasnya mengetahui
peristiwa tersebut
• Bentuk-bentuk laporan:
a. Laporan Lisan
b. Laporan tertulis
• Laporan menjadi dasar dapat dilaksanakannya penyelidikan dan
penyidikan
C. Pengaduan
• Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang
berkepentingan kepada pejabat yang berwenang. Pihak yang dimaksud
ialah yang merasa dirugikan atau menjadi korban dan ditentukan
khusus dalam undang-undang sebagai suatu delik aduan.
• Bentuk-Bentuk aduan:
1. Aduan lisan
2. Aduan tertulis
• Delik aduan
1. Delik aduan absolut: yang dituntut adalah peristiwa sehingga
semua pihak yang melakukan akan dituntut. (Pasal 284, 310, 322,
332)
2. Delik aduan relative: yang dituntut adalah pelaku sehingga hanya
orang yang dilaporkan dapat dituntut, pada delik ini tindak pidana
yang sebenarnya merupakan delik umum namun karena adanya
hubungan kekerabatan maka menjadi delik aduan dengan
mempertimbangkan moral dan psikis dari adanya hubungan
kekeluargaan tersebut salah satu contohnya pencurian dalam
keluarga. (Pasal 367, 370, 376, 394, 404, 411)
Dalam delik aduan, pengaduan menjadi syarat penuntutan.
Terhadap pengaduan juga dapat dilakukan pencabutan
D. Daluwarsa
Daluarsa menjadi hal yang diperhatikan dalam berproses pidana karena
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan suatu tindakan harus memenuhi
waktu yang teah ditetapkan melalui undang-undang
• Daluarsa pengaduan
a. 6 bulan apabila berada di Indonesia
b. 9 bulan apabila berada diluar Indonesia
c. Khusus terhadap kasus pencabulan anak dibawah umur (Pasal 293
ayat 3) 9 bulan apabila berada di Indonsia dan 12 bulan apabila
berada diluar Indonesia
d. Pencabutan pengaduan 3 bulan setelah diadukan. Khusus untuk
perzinahan, pencabutan dapat dilakukan hingga sebelum
disidangkan
• Daluarsa melakukan penuntutan
a. Untuk kejahatan percetakan dan pelanggaran: 1 tahun
b. Untuk ancaman maksimal 3 tahun: 6 tahun
c. Untuk ancaman maksimal > 3 tahun: 12 tahun
d. Untuk ancaman maksimal hukuman mati: 18 tahun
e. Untuk pelaku dibawah umur dikurangi menjadi sepertiganya
• Daluarsa menjalankan pidana
a. Daluarsa menjalankan pidana: daluarsa melakukan penuntutan +
1/3
b. Penghitungan dimulai keesokan hari setelah pelaksanaan putusan
• Daluarsa upaya hukum banding/kasasi
a. Upaya banding
7 hari setelah putusan PN
b. Upaya kasasi
14 hari setelah putusan PT

PERTANYAAN DARI AKP INDRA PARAMESWARA


1. HIR KE KUHAP
2. TANGGAL HIR DAN KUHAP
3. KENAPA KE KUHAP
4. PERUBAHAN FUNDAMENTAL
5. SIFAT UNIKATIF DAN KODIKATIF
6. PERUBAHAN FUNDAMENTAL KUHAP DALAM PENYIDIKAN
7. APA MASKUD DENGAN MENGUTAMAKAN HAM DALAM PERUBAHAN
FUNDAMENTAL
8. HUB KORDINASI INSTANSIONAL

Anda mungkin juga menyukai