Anda di halaman 1dari 3

Resume Mata Kuliah Praktek Peradilan Pidana

A. Pengertian Sistem Peradilan Pidana


B. Tahapan Peradilan Pidana
C. Pihak Pihak Yang Terlibat Dalam Perkara Pidana

A. PENGERTIAN SISTEM PERADILAN PIDANA


Sistem Peradilan Pidana adalah sistem dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi
masalah kejahatan. Menanggulangi berarti disini usaha untuk mengendalikan kejahatan agar
berada dalam batas-batas toleransi masyarakat.
B. TAHAPAN PERADILAN PIDANA

1. Tahap penyidikan Tahapan Yang dilakukan oleh kepolisian.


Berdasarkan wewenangnya, polisi dapat menilai dan menentukan suatu peristiwa sebagai
tindak pidana atau bukan. Jika dianggap sebagai tindak pidana, maka polisi akan melakukan
penyelidikan untuk kemudian diputuskan apakah dapat dilakukan penyidikan terhadapnya
atau tidak. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), penyidikan
adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi. Pada tahapan penyidikan, orang
yang diduga sebagai pelaku ditetapkan sebagai tersangka. Dalam melakukan tahapan ini,
polisi diberi kewenangan untuk melakukan upaya paksa demi penyelesaian penyidikan.
Upaya-upaya bersifat memaksa tersebut meliputi: pemanggilan, penangkapan, penahanan,
penggeledahan, penyitaan, dan pemeriksaan surat. Upaya-upaya ini dilakukan untuk
memenuhi pembuktian yang dianggap cukup untuk kepentingan penuntutan dan persidangan
atas perkara tersebut. Jika tindak pidana telah selesai disidik oleh penyidik maka hasil
penyidikan diserahkan kepada penuntut umum. Tahap penyidikan dianggap selesai jika
berkas perkara yang diserahkan tersebut diterima dan dinyatakan lengkap (P21). Tahap
penuntutan Tahapan selanjutnya adalah penuntutan.
2. Tahapan ini menjadi tanggung jawab penuntut umum atau jaksa.
Menurut KUHAP, penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara
pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dengan permintaan supaya diperiksa dan
diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Pelimpahan perkara ini disertai dengan surat
dakwaan. Surat dakwaan dibuat jaksa penuntut umum segera setelah menerima hasil
penyidikan yang telah dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat untuk dilakukan penuntutan.
Pada tahap penuntutan, status tersangka berubah menjadi terdakwa.
3. Tahap pemeriksaan Pemeriksaan perkara di pengadilan negeri
D.ilakukan setelah penyerahan perkara oleh penuntut umum. Pemeriksaan perkara oleh
hakim di sidang pengadilan didasarkan pada dakwaan dari jaksa penuntut umum. Pada tahap
ini, jaksa penuntut umum akan memberikan bukti-bukti yang didapat dari hasil penyidikan
kepolisian. Terdakwa juga diberi hak untuk membela diri. Usai tahap pemeriksaan, hakim
akan memberikan putusan atau vonis atas perkara tersebut.
4. Tahap pelaksanaan putusan pengadilan Tahap eksekusi atau pelaksanaan putusan
pengadilan
Yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap merupakan yang terakhir dalam proses
peradilan pidana. Tahap ini dilakukan oleh jaksa. Pada tahap ini, terdakwa yang dinyatakan
bersalah akan menjadi terpidana. Terpidana yang dipidana penjara atau kurungan akan
dieksekusi dengan dimasukkan ke dalam lembaga pemasyarakatan. Untuk pidana mati,
pelaksanaannya tidak akan dilakukan di muka umum dan berdasarkan pada undang-undang
yang berlaku.
C. PIHAK PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PERKARA PIDANA
1. Tersangka
Pasal 1 butir 14 KUHP, pengertian tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau
keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
2. Terdakwa
Pasal 1 angka 15 KUHAP, pengertian terdakwa adalah Terdakwa adalah seorang tersangka
yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan.
3. Terpidana
Pasal 1 angka 32 KUHAP, pengertian terpidana adalahseorang yang dipidana berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
4. Penyelidik
Pasal 1 angka 4 KUHAP, pengertian Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik
Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.
5. Penyidik & Penyidik Pembantu
Pasal 1 angka 1 KUHAP, penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
untuk melakukan penyidikan.
Pasal 1 angka 3 KUHAP, penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik
Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang
diatur dalam undang-undang ini.
6. Jaksa & Penuntut Umum
Pasal 1 angka 6 huruf a, Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undangundang ini
untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 1 angka 6 huruf b, Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
7. Penasehat Hukum/Advokat
Pasal 1 angka 13 KUHAP, Penasehat hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang
ditentukan oleh atau berdasar undang-undang untuk memberi bantuan hukum.
8. Saksi
Pasal 1 angka 26 KUHAP, saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.
9. Keterangan Ahli
Pasal 1 angka 28 KUHAP, keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang
yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.
10. Keterangan anak
Pasal 1 angka 29 KUHAP, keterangan anak adalah keterangan yang diberikan oleh seorang
anak tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
11. Keluarga
Pasal 1 angka 30 KUHAP, Keluarga adalah mereka yang mempunyai hubungan darah sampai
derajat tertentu atau hubungan perkawinan dengan mereka yang terlibat dalam suatu proses
pidana sebagaimana diatur dalam undangundang ini. Di dalam KUHAP, keluarga memiliki
peran penting, seperti dapat meminta rehabilitasi dan permintaan ganti kerugian dalam
prapradilan dalam mengajukan prapradilan atau mengajukan permohonan upaya hukum
Peninjauan Kembali (PK).
12. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
Dalam perkembangan hukum acara pidana saat ini, LSM (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat) telah masuk sebagai subjek hukum yang diterima dalam proses hukum acara
pidana, terutama pasca adanya Putusan Mahkamah Kontitusi No. 76/PUU-X/2012 anggal 8
Januari 2013 yang telah menafsirkan Pasal 80 sepanjang frasa “pihak ketiga yang
berkepentingan” tersebut yang berarti termasuk LSM.artinya, dalam perkara prapradilan,
LSM bisa masuk sebagai pihak pemohon.

Anda mungkin juga menyukai