R.Abdoel Djamali:
Pengertian Hukum “Hukum Acara Pidana yang disebut juga hukum pidana
Acara Pidana formal mengatur cara pemerintah menjaga
kelangsungan pelaksanaan hukum pidana material”.
Samidjo:
“Hukum Acara Pidana ialah rangkaian peraturan hukum
yang menentukan bagaimana cara-cara mengajukan ke
depan pengadilan perkara-perkara kepidanaan, dan
bagaimana cara-cara menjatuhkan hukuman oleh
hakim, jika ada orang yang disangka melanggar aturan
Menurut para ahli : hukum pidana yang telah ditetapkan sebelum
perbuatan melanggar hukum yang telah ditetapkan
sebelum perbuatan melanggar hukum itu terjadi,
dengan kata lain, hukum acara pidana ialah hukum yang
mengatur tata cara bagaimana alat-a;at negara
(kepolisian, kejaksaan dan pengadilan) harus bertindak
jika terjadi pelanggaran”.
Dari beberapa pendapat para ahli
dapat disimpukan:
1. UUD 1945 dalam Pasal 24 ayat (1) “Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang”, dan Ayat (2) “Susunan dan
badan-badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang”. Dalam Pasal 25 menyatakan
“Syarat-syarat untuk menjadi dan diberhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang-
undang”, dalam penjelasan Pasal Pasal 24 dan 25 dijelaskan “Kekuasaan kehakiman ialah
kekuasaan yang merdeka artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung
dengan itu harus diaadakan jaminan dalam undang-undang kedudukanya para hakim”.
Dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 “Segala lembaga negara yang ada masih tetap
berfungsi sepanjang untuk melaksanakan UUD dan belum diadakan yang baru menurut
undang-undang dasar ini”.
2. Kitap Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Atau Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 Tentang Hukum Acara Pidana.
3. Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman (UU No 48 tahun 2009)
4. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
5. Undang-Undang No. 5 tahun 1986 tentang Mahkamah Agung
Beberapa Aasas Dalam Hukum Acara Pidana
a. Pengertian Penyelidik
Menurut Pasal 1 angka 5 penyelidik adalah
“serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
Peyelidikan sebagai tindak pidana guna menentukan dapat
atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini.”
c. Wewenang Penyelidik b. Pihak yang melakukan penyelidikan
1. Menerima laporan atau pengaduan Menurut Pasal 1 angka 4 penyelidik adalah
dari seseorang tentang adanya “Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik
tindak pidana. Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-
2. Mencari keterangan saksi dan barang undang ini untuk melakukan penyelidikan.”
bukti.
3. Menyuruh berhenti seseorang yang
dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri
4. Mengadakan tindakan lain menurut
hukum yang bertanggung jawab
Penyidikan
a. Pengertian Penyidikan
Menurut Pasal 1 angka 2 KUHAP penyidikan adalah:
“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.”
b. Pihak yang Melakukan Penyidikan
“Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.”
SEKIAN &
TERIMAKASIH
Inisiasi Tuton ke – 1
Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana
Judul Materi : Prapenuntutan, Penuntutan dan Dakwaan serta
Praperadilan, Ganti rugi dan Rehabilitasi
Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : HISIP
Setelah proses penyidikan dilakukan maka penyidik melimpahkan perkara berkas perkara tersebut
kepada penuntut umum. Ketika berkas telah diterima oleh penuntut umum atau telah dianggap
lengkap oleh penuntut umum maka telah masuk dalam penuntutan. Ketentuan dalam KUHAP
memberikan batasan pengertian tentang penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 7
yaitu:
“tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan
supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”.
Tugas dan Wewenang Penuntut Umum
a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu.
b. Mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan
memperhatikan ketentuan
c. pasal 110 ayat 3 dan ayat 4, dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan
penyidikan dari penyidik.
d. Memberikan perpanjangan penahan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan
atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik.
e. Membuat surat dakwaan (letter of accusation).
f. Melimpahkan perkara ke pengadilan.
g. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara
disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi,
untuk datang pada sidang yang telah ditentukan.
h. Melakukan penuntutan.
i. Menutup perkara demi kepentingan hukum.
j. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut
umum menurut ketentuan undang-undang ini.
k. Melaksanakan penetapan hakim.
Penghentian Penuntutan
DAKWAAN DAKWAAN
DAKWAAN SUBSIDERITAS Dakwaan
ALTERNATIF : Kombinasi/Gabungan
TUNGGAL : “Dakwaan yang disusun (BERLAPIS) :
secara alternatif yang “Dakwaan yang “Dakwaan yang terdiri
disusun mulai dari dari dakwaan kumulatif
“Dakwaan didalmnya hanya
yang teberat dan dakwaan subsidair
yang bersifat memuat dua dakwaan
yang dapat dipilih salah (primair), lalu yang
sederhana yang satunya untuk dibuktikan ringan (subsidair)
memuat hanya kebenaran perbuatan
satu tindak pidananya. Ciri khas
pidana. dakwaan alternatif
diantara dua dakwaan
yang disusun didalamnya
menggunakan kata
“ATAU”.
Praperadilan, Ganti rugi dan Rehabilitasi
Fungsi Lembaga
Praperadilan Ganti Rugi Rehabilitasi
Untuk menjaga ketertiban Dasar pengajuan penuntutan ganti Rehabilitasi adalah hak seseorang
pemeriksaan pendahuluan rugi: untuk mendapatkan haknya dalam
(penyidik/prapenuntutan) a.ditangkap.ditahan, kemampuan, kedudukan dan
dan untuk melindungi dituntut, diadili tanpa harkat maupun martabatnya yang
tersangka terhadap alasan yang berdasarkan diberikan (berdasarkan putusan)
tindakan kepolisian dan UU, kekeliruan mengenai pengadilan sehubungan dengan
kejaksaan yang orangnya atau hukum adanya; penangkapan, penahanan,
melanggar hukum dan yang diterapkan; penuntutan atau diadili tanpa
merugikan tersangka. b.Pemasukan rumah, alasan yang jelas, kekeliruan
Pengaturan Praperadilan penggeledahan,penyitaan mengenai orangnya, hukumnyang
diatur pada pasal 77 yang tidak sah; diterapkan, sahnya SP3, putusan
sampai pasal 82 KUHAP c. Sahnya penghentian bebas, lepas
penyidikan/penuntutan.
SEKIAN &
TERIMA KASIH
Inisiasi Tuton ke – 3
Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana
Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : HISIP
Penulis : Susi Delmiati
Email : susidelmiati@gmail.com
Penelaah : Dewi Mutiara
Emai : Dewim@ecampus.ut.ac.id
PEMERIKSAAN di SIDANG PENGADILAN
Pemeriksaan Sidang
1. Penyidik atas kuasa penuntut umum , setelah berita acara pemeriksaan selesai,
dalam waktu 3 hari penyididk menyerahkan alat bukti pengadilan;
2. Panitera mencatat dalam buku register semua perkara yang diterimanya;
3. Sidang perkara cepat dilaksanakan selambat-lambatnya pada kesempatan pertama
pada sidang berikutnya;
4. Perkara diperiksa oleh hakim tunggal;
5. Saksi tidak perlu mengucapkan sumpah;
6. Putusan dicatat dalam buku register dan ditandatangani oleh hakim dan panitera
7. Putusan hakim dalam perkara cepat merupakan putusan pertama dan terakhir,
kecuali penjatuhan pidana yang berupa pidana pengurangan kemerdekaan dapat
mengajukan upaya hukum banding;
8. Dalam perkara lalu lintas terdakwa dapat diwakilkan, dan jika tidak datang atau tidak
mewakilkan sama sekali maka hakim dapat menjatuhkan putusan diluar hadirnya
terdakwa (putusan verstek).
Tata Cara Pemeriksaan Pada Acara Pemeriksaan Singkat
a. Pemanggilan Terdakwa
1) surat panggilan harus berisi; identitas, waktu sidang serta untuk
perkara apa dia dipanggil;
2) surat panggilan disampaikan ke alamat yang bersangkutan dalam
waktu 3 hari sebelum hari sidang;
3) terdakwa yang ditahan disampaikan ke alamat tempat dilaksanakan
penahanan;
4) apabila alamat tidak diketahui disampaikan ke alamat tempat tinggal
terakhir;
5) apabila alamat maupun tempat tinggal terakhir tidak diketahui
disampaikan melalui kepala desa;
6) apabila alamat maupun tempat tinggal terakhir tidak diketahui, maka
panggilan ditempelkan di papan pengumuman pengadilan negeri
7) terdakwa (yang tidak ditahan dan alamatnya diketahui dengan jelas) yang
telah dipanggil secara layak tidak bersedia memenuhi panggilan, dapat dilakukan
upaya paksa.
b. Eksepsi (bantahan/Pembelaan) atas dakwaan jaksa, dapat meliputi:
1) kewenangan (komptensi relatif/absolut) pengadilan dalam memeriksa
perkara;
2) materi dakwaan (kabur atau tidak jelas).
Lanjut……..
Lanjutan…
Musyawarah Hakim
• Asas-asas bantuan hukum diatur lebih rinci dalam Bab 1 Ketentuan Umum Pasal
2 Undang-undang Nomor 61 tahun2011 tentang Bantuan Hukum yang
dilaksanakan berdasarkan asas:
1. keadilan adalah menempatkan hak dan kewajiban setiap orang secara
proporsional, patut, benar, baik dan tertib;
2. persamaan kedudukan didalam hukum, bahwa setiap orang mempunyai hak
dan perlakuan yang sama didepan hukumn serta kewajiban menjunjung tinggi
hukum;
3. keterbukaan, memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh
informasi secara lengkap, benar, jujur dan tidak memihak dalam mendapatkan
jaminan keadilan atas dasar hak secara konstitusional;
4. efesiensi, memaksimalkan pemberian bantuan hukum melalui penggunaan
sumber anggaran yang ada;
5. efectivitas, menentukan pencapaian tujuan pemberian bantuan hukum secara
tepat; dan
6. akuntabilitas, bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelengaraan bantuan hukum harus dapat dipertanggung jawabkan.
TATA CARA DAN PROSEDUR BANTUAN HUKUM
(Bab VI Undang-Undang No, 16 tahun 2011 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum)
Lanjut………
Lanjutan ……
2. Dalam hal pemohon bantuan hukum tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis,
permohonan dapat diajukan secara lisan.
a. Pemohon bantuan hukum mengajukan permohonan bantuan hukum
kepada pemberi bantuan hukum.
b. Pemberi bantuan hukum dalam jangka waktu paling lam 3 (tiga) hari
kerja setelah permohonan bantuan hukum dinyatakan lengkap harus
memberikan jawaban menerima atau menolak permohonan bantuan
hukum.
c. Dalam hal permohonan bantuan hukum diterima, pemberi bantuan
hukum memberikan bantuan hukum berdasarkan surat kuasa khusus
dari penerima bantuan hukum.
d. Dalam hal permohonan hukum ditolak, pemberi bantuan hukum
mencantumkan alasan penolakan.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian bantuan hukum diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
SEKIAN &
TERIMA KASIH
Inisiasi Tuton ke – 8
Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana
Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : HISIP
Penulis : Susi Delmiati
Email : susidelmiati@gmail.com
Penelaah : Dewi Mutiara
Emai : Dewim@ecampus.ut.ac.id
SISTEM PEMASYARAKATAN